BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitis dalam Memecahkan Masalah Matematika
|
|
- Siska Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitis dalam Memecahkan Masalah Matematika Menurut Polya (1973), terdapat tiga macam masalah matematika, yaitu masalah untuk menemukan sesuatu, masalah untuk membuktikan dan masalah perhitungan. Dalam menemukan/menafsirkan sesuatu, guru membawa siswa mendekati ide dari pemecahan masalah. Dalam masalah pembuktian yang paling penting adalah bagaimana hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam masalah perhitungan siswa harus menyatakan informasi yang belum diketahui dengan variabel kemudian menemukan konsep dan menerapkan dalam perhitungannya. Dalam memecahkan masalah matematika terdapat empat langkah, yaitu: 1) understanding the problem (memahami masalah), 2) devising a plan (memikirkan suatu rencana), 3) carrying out the plan (melaksanakan rencana penyelesaian), dan 4) looking back (memeriksa kembali). Memahami masalah (understanding the problem) berarti memahami kondisi masalah dan apakah mungkin untuk memenuhinya, mencari informasi yang belum diketahui, kemudian membuat gambaran dan notasi yang mewakili masalah tersebut. Dalam merencanakan suatu penyelesaian 21
2 22 masalah (devising a plan) hendaknya menemukan hubungan antara fakta/keterangan yang diketahui dan yang belum diketahui. Pernahkah melihat masalah yang sama atau berhubungan sebelumnya, adakah teorema yang dapat membantu. Dapatkah menggunakan hasil atau metode yang berhubungan. Dalam melaksanakan suatu rencana (carrying out the plan) harus dipikirkan apakah setiap langkah sudah benar dan dapatkah membuktikannya. Sedangkan memeriksa kembali berati (looking back) apakah jawaban yang diperoleh sudah memenuhi pemecahan masalah yang dikehendaki. Masalah dalam matematika menurut Adjie dan Maulana (2007) adalah sesuatu yang muncul karena akibat melakukan suatu pekerjaan, tetapi tidak secara langsung bisa dijawab karena harus menyeleksi informasi (data) yang diperoleh. Dalam memahami masalah, kita harus mengidentifikasi fakta atau informasi yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan. Dalam memilih pendekatan, misalkan membuat diagram, grafik tabel atau gambar, memilih dan menggunakan konsep yang relevan untuk membentuk model matematika. Dalam menyelesaikan model, kita harus melakukan operasi hitung yang benar dalam menerapkan pendekatan. Dalam menafsirkan solusi, kita harus memeriksa apakah jawabannya masuk akal dan sudah memberikan pemecahan maslah. Untuk menyelesaikan masalah dibutuhkan berbagai kemampuan, yaitu berbagai pengetahuan, sikap dan
3 23 psikomotor. Berbagai kemampuan yang dimaksud adalah mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Menurut Ihsan (2010) menganalisis berarti membagi-bagi objek yang complex menjadi unsur-unsur yang simplex. Pembagian tersebut dapat dilakukan dengan cara experimental (sesuai realitas) dan rasional (secara teoritis). Menganalisis berarti seseorang harus berjalan dari akibat ke sebabsebabnya, faktum-faktum ke hukum-hukumnya, dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Adapun analisis dilakukan berdasarkan hukum pembagian yaitu: adekuat/lengkap (tidak berubah), setiap unsur tidak saling mengandung unsur yang lain, dan berdasarkan dasar yang sama.menurut Amer (2005), berpikir analitis sangat berguna untuk memahami bagianbagian dari situasi, kemampuan untuk meneliti dan merinci fakta dan berpikir pada kekuatan dan kelemahannya. Mengembangkan kapasitas untuk berpikir dengan bijaksana, membedakan cara, untuk menyelesaikan masalah, menganalisis data, mengingat dan menggunakan informasi, sebagaimana dikemukakannya bahwa: 1) Analythical thinking is a powerful thinking tool-for understanding the parts of situation, is the ability to scrutinize and break down facts and thougths into their strengths and weaknesses. 2) Developing the capacity to think in thoughtful, discerning way, to solve problem, analyze data, and recall and use information. Menurut Barttlet (Amer, 2005), berpikir analitis memungkinkan kita untuk memahami bagian-bagian dari situasi, merinci suatu menjadi
4 24 komponen-komponennya, dan mengidentifikasi tentang perbedaannya, sebagaimana pendapatnya bahwa: 1) Analytichal thinking enables us to understand the parts of the situation, 2) Breaks things down into their component parts, 3) About identifying differences Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana hubungan-hubungan antar-bagian dan antara setiap bagian tersebut dan hubungan antara bagianbagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan (Anderson & Krathwohl, 2010). Kategori proses menganalisis meliputi proses membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. 1) Membedakan melibatkan proses memilah potongan-potongan informasi yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Kata kerja untuk membedakan adalah menyendirikan, memilah, memfokuskan dan memilih. 2) Mengorganisasikan merupakan proses mengidentifikasi elemen-elemen suatu situasi dan mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren (masuk akal). 3) Mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi, yang di dalamnya siswa menentukan tujuan dari elemen-elemen yang membentuk sebuah struktur. Menurut Sudjana (2013), analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur yang jelas susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks karena memanfaatkan tiga kecakapan sebelumnya. Dengan analisis seseorang diharapkan mampu memilah suatu menjadi
5 25 bagian-bagian yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya. Kecakapan yang termasuk dalam proses analisis menurut Sudjana yaitu: 1) Mengklasifikasikan berdasarkan kriteria analitik tertentu; 2) Menjelaskan sifat-sifat yang tidak tersebut dengan jelas secara langsung; 3) Meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi berdasarkan kriteria dan hubungan materinya; 4) Memilah relevansi, mengenali pola, melihat sebab-akibat; 5) Mengenali prinsip-prinsip organisasi dari unsur-unsur; dan 6) Menentukan sudut pandang dari suatu kerangka dan tujuan materi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir analitis dalam memecahkan masalah matematika merupakan kemampuan menguraikan masalah matematika menjadi unsur-unsur pokoknya, membedakan unsur-unsur yang relevan dan tidak relevan dengan masalah, mencari keterkaitan dari tiap-tiap unsur, mengorganisasikan atau membangun hubungan dari potongan-potongan informasi yang telah diberikan serta mengenali tujuan bagaimana setiap unsur dalam masalah matematika saling terkait. Peneliti menyimpulkan indikator berpikir analitis dalam memecahkan masalah matematika sebagai berikut: 1) Mengurai. Mengurai berarti menguraikan masalah matematika menjadi unsur-unsur pokoknya, menentukan dan membedakan unsur-unsur yang relevan atau
6 26 penting dari masalah matematika. Berikut contoh soal yang termasuk kategori mengurai: Soal: Diketahui = 1 dengan x dan n adalah bilangan bulat positif. Tentukan nilai x dan n yang memenuhi persamaan tersebut. Penyelesaian: = 1 Sehingga diperoleh, =, karena semua bilangan dipangkatkan nol hasilnya 1. Misalkan, Maka,, karena maka,
7 27 Dari dua nilai a di atas, yang memenuhi persamaan, dimana x dan n adalah bilangan bulat positif, adalah a=4. Jadi nilai x dan n yang memenuhi adalah x=2 dan n=2. 2) Mengorganisasikan Mengorganisasikan berarti melihat hubungan bagaimana setiap unsur dari masalah matematika saling terkait dan mampu menentukan cara untuk menata unsur-unsur tersebut. Berikut contoh soal yang termasuk kategori mengorganisasikan: Soal: Empat bilangan prima berurutan kurang dari 25, yaitu a,b,c, dan d dipilih, sehingga rata-rata keempat bilangan tersebut senilai dengan rata-rata dari bilangan terkecil dan terbesar. Rata-rata keempat bilangan tersebut juga senilai dengan bilangan kedua ditambah dengan dua. Tentukan bilangan-bilangan prima yang memenuhi syarat tersebut. Penyelesaian: Misal: Bilangan terkecil : a. Bilangan terbesar : d. Bilangan kedua b.
8 28... (1)... (2) Ditanya: bilangan-bilangan prima yang memenuhi syarat tersebut. Dari persamaan (1)... (3) Subtitusi persamaan (3) ke persamaan (2).... (4)
9 29 Bilangan prima kurang dari 25, yaitu : 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23 Dari persamaan (4), bilangan ketiga adalah bilangan kedua ditambah dengan 4. Jadi urutan bilangan yang mungkin adalah : 5, 7, 11, 13 dan 11, 13, 17, 19. Dari persamaan (3), b+c=a+d = = = = 30 Keduanya memenuhi. Dari persamaan (2),. = 9 = 7+2 = b+2 = 15 = = b + 2 Karena persamaan (3) dan (1) senilasi maka kedua urutan bilangan prima tersebut memenuhi syarat. Jadi urutan bilangan prima yang memenuhi syarat di atas adalah 5, 7, 11, 13 dan 11, 13, 17, 19. 3) Mengatribusikan. Mengatribusikan berarti menentukan tujuan dari informasi yang relevan dengan masalah matematika atau mampu mengenali pola dari unsur-unsur dalam masalah matematika. Berikut contoh soal yang termasuk kategori mengatribusikan: Soal:
10 30 Sebuah bola dijatuhkan ke atas permukaaan tanah dari ketinggian h 0 dan memantul kembali. Setiap bola memantul, tinggi bola berkurang seperlima dari tinggi sebelumnya. Berapa ketinggian bola pada pantulan ke tujuh? Penyelesaian: Tinggi bola awal: h 0. Tinggi bola pada pantulan pertama: h 1 = h h0 = 5 4 h Tinggi bola pada pantulan kedua: h 2 = h 1 h1 = h1 = h0 = h Tinggi bola pada pantulan ketiga: h 3 = h 2 h2 = h2 = h0 = h Dari uraian di atas dapat diperoleh bahwa: 4 Tinggi bola awal: h 0 = ( ) 0 h Tinggi bola pada pantulan pertama: h 1 = h0 = ( ) 1 h Tinggi bola pada pantulan kedua: h 2 = = h0 = ( ) 2 h Tinggi bola pada pantulan ketiga: h 3 = h0 = ( ) 3 h Maka tinggi bola pada pantulan ke tujuh adalah h 7 = ( ) 7 h Creativity Quotient (CQ) Menurut Alder (2002), acuan yang tetap untuk menyatakan tingkat kreativitas orang, anak-anak, dan orang dewasa menggunakan Creativity Quotient (CQ). Quotient dalam Creativity Quotient ini sama halnya dengan Quotient pada Emotinal Quotient 0
11 31 (EQ) dan Inteligence Quotient (IQ). Creativity Quotient adalah cara dalam menyatakan bagian pokok dari kreativitas. Menurut Sternberg (Munandar, 1999) kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologi, yaitu: intelegensi, gaya kognitif, dan motivasi. Inteligensi meliputi kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum. Gaya kognitif menunjukan kelonggaran dan keterikatan pada konvensi (kebiasaan), menyukai hal-hal yang menuntut kreativitas, menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur. Motivasi meliputi kelenturan, toleransi, dorongan untuk berprestasi, keuletan dalam menghadapi rintangan dan pengambilan resiko. Guilford (Munandar, 1999) membedakan ciri-ciri utama dari kreativitas, yaitu ciri bakat (aptitude) dan ciri non-bakat (non-aptitude trait). Ciri-ciri bakat aptitude (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, dan ciri-ciri dioperasionalkan dalam tes berpikir divergen. Ciri non-aptitude meliputi sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif. Menurut Munandar (1999), kreativitas diartikan sebagai kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru, memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah, melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal ini didukung oleh definisi konvensional yang menyatakan bahwa berpikir kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu yang baru menggunakan sesuatu yang telah ada sebelumnya (Slameto, 2013).
12 32 Tes untuk mengukur kecerdasan kreativitas seseorang meliputi ciri kognitif (aptitude traits) dan ciri afektif (non-aptitude traits) dari kreativitas. Tes luar negeri yang mengukur kreativitas adalah tes Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi dalam berpikir, Tes Torrance (Torrance Test of Creative Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempuanyai bentuk verbal dan figural. Tes yang khusus dikonstruksi dan sudah dibakukan di Indonesia adalah Tes Kreativitas Verbal dan Tes Kreativitas Figural. Tes kreativitas Verbal berlandaskan pada model struktur Intelek dari Guilford sebagai kerangka teoritis. Tes ini memiliki enam subtes, yaitu: permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan dan apa akibatnya. Sedangkan Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari circle test dari Torrance. Tes ini terdiri dari konten figural yang diselesaikan dalam waktu 10 menit. Kedua tes ini mengukur kelancaran, orisinalitas dan fleksibilitas dalam berpikir. Kedua tes ini yang digunakan untuk mengukur kreativitas siswa kelas akselerasi 1 SMP Negeri 1 Purwokerto yang bekerjasama dengan dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Untuk mengetahui hasil tes tersebut, peneliti mengambil data hasil tes yang telah dilaksanakan oleh sekolah. Berikut tabel pengkategorian kreativitas berdasarkan skor CQ. Tabel 2.1 Pengkategorian Kreativitas Skor CQ 147 Kategori Tinggi
13 Cukup Tinggi (Di atas rata-rata) Sedang (Rata-rata) Agak Rendah ( Di bawah rata-rata) 74 Rendah B. Penelitian Relevan Penelitian Parjono dan Wardaya (2009), yang berjudul Peningkatkan Kemampuan Analisis, Sintesis, Dan Evaluasi Melalui Pembelajaran Problem Solving menunjukan suasana yang lebih kondusif untuk belajar dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan, berkurangnya ketidak-aktifan dalam tugas, dan berkurangnya ketergantungan terhadap orang lain. Selain itu, tingkat gangguan di kelas juga berkurang dapat dilihat dengan berkurangnya jumlah siswa yang ramai dan malas serta kemajuan kemampuan inteligensi juga tinggi yang dapat dilihat dari nilai mereka yang meningkat dan hasil pekerjaan mereka setelah pelajaran. Peneltitian Nuariana Wahyu Wulandari, dkk (2014) dengan judul Kemampuan Analisis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Kalor Tipe Grafik merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di SMP Negeri 33 Semarang menunjukkan bahwa dalam mengerjakan soal tipe grafik siswa cenderung menghafal langkahnya. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menguraikan dan menghitung melalui setiap proses. Penelitian Medianta dan Heli Ihsan demgan judul Creativity Quotient Pada Siswa SMA Kelas Berstandar Internasional merupakan studi deskriptif dan komparatif, menunjukan bahwa kreativitas pada siswa SBI SMAN 1 Sumedang dengan kelas
14 34 reguler SMAN IV Jogjakarta memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi beban tugas, waktu luang dan fasilitas yang berbeda yang dimiliki oleh kedua kelompok tersebut. Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka peniliti mengangkat judul Deskripsi Kemampuan Berpikir Analitis Dalam Memecahkan Masalah Matemtatika Siswa Kelas Akselerasi 1 SMP Negeri 1 Purwokerto Ditinjau dari Creativity Quotient (CQ). C. Kerangka Pikir Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk memahami situasi yang sedang terjadi, kemudian memenuhi situasi tersebut dengan sesuatu yang berbeda dari kebiasaan pada umumnya yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas dalam berpikir, menggunakan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Berpikir analitis merupakan proses mengurai dan melihat hubungan dan mengenali tujuan dari sebuah struktur. Sebelum menemukan sesuatu, gagasan atau hubungan baru, unsurunsur yang sudah ada sebelumnya diuraikan terlebih dahulu, dan dicari keterkaitannya apakah unsur-unsur itu bisa dibangun ulang untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan kreativitas yang tinggi, kemampuan berpikir analitis yang dimiliki orang tersebut juga semakin baik, begitu juga saat mereka memecahkan masalah matematika. Dalam memecahkan masalah matematika dibutuhkan berbagai kemampuan yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
BAB II KAJIAN TEORETIK
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. suatu peristiwa karena tidak yakin seperti apa hasilnya nanti (Ormrod,
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kecemasan Matematika Kecemasan adalah perasaan ketidaknyamanan dan ketakutan tentang suatu peristiwa karena tidak yakin seperti apa hasilnya nanti (Ormrod,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Hakikat Matematika Menurut Hariwijaya (2009) matematika adalah bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal ini ditegaskan oleh Suherman
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab tiga ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, subjek dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur dan langkah-langkah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
Lebih terperinciBAB I A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki begitu banyak fungsi bagi kehidupan sehingga di wajibkan oleh pemerintah untuk di pelajari dalam jenjang pendidikan baik itu jenjang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan
6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan masalah Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam pembelajaran khususnya matematika. Sebab dalam matematika siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah adalah ketrampilan dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik. Memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Seperti yang dikatakan oleh Munandar dalam bukunya (1999:6) kreativitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai problema
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlu disadari bahwa selama ini pendidikan formal hanya menekankan perkembangan yang terbatas pada ranah kognitif saja. Sedangkan perkembangan pada ranah afektif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Quasy eksperimen merupakan desain perlakuan tunggal (one shot case study)
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasy Eksperimen. Quasy eksperimen merupakan desain perlakuan tunggal (one shot case study) merupakan desain
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT
8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Karena itu matematika sangat diperlukan, baik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam mengembangkan siswa agar nantinya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat mengikuti kemajuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi secara cepat dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang
BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang akan dicapai. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1) Berpikir Kreatif Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk membuat hubungan yang baru dan lebih berguna dari informasi yang telah kita ketahui sebelumnya. Sehingga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel
6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Belajar Belajar merupakan hal yang wajib dalam pendidikan. Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kreativitas adalah salah satu aspek yang penting yang harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu kemampuan yang turut menentukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Setiap orang pasti akan dihadapkan pada masalah, baik masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun masalah dalam konteks
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang hendak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang
9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Mathematical Habits of Mind Djaali (2008) mengemukakan bahwa melakukan kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian
Lebih terperinciNoor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan zaman seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi yang melimpah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Operasional Variabel a. Kreativitas Belajar IPA Slameto (2010:138) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Metakognisi Istilah metakognisi diperkenalkan oleh John Flavell, seorang psikolog dari Universitas Stanford pada sekitar tahun 1976 dan didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada manusia yang hidup tanpa mengalami masalah dan rintangan yang harus dicari jalan keluarnya. Sama halnya dalam dunia pendidikan yang selalu berkembang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitik Matematis. yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya.
6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Matematis Menurut Sudjana (2010), analitik adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur yang jelas susunannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari angka, bilangan, dan operasi hitung. Angka, bilangan, dan operasi hitung kita pelajari sejak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Aunurrahman (2011:108) kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. Menurut Adjie dan Maulana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong siswa untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia adalah
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA. Oleh
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA Oleh Mohammad Dadan Sundawan, M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciKAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF
KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar siswa
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO Nur Chanifah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Email: Hany_chacha@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012 Oleh: Nana Sumarna 1 Abstrak. Metode pemecahan masalah merupakan suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang artinya merencanakan suatu proses pembelajaran yang direncanakan
Lebih terperinciUNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2
IMPLEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran
Lebih terperinciProfil Berpikir Analitis Masalah Aljabar Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer
JRPM, 2017, 2(1), 1-14 JURNAL REVIEW PEMBELAJARAN MATEMATIKA http://jrpm.uinsby.ac.id Profil Berpikir Analitis Masalah Aljabar Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer Rosidatul Ilma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2003 : 62), Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, untuk menentukan keberbakatan dan kreativitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali baru atau kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Zaman yang semakin berkembang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di segala bidang,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dalam dunia pendidikan matematika, sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL
PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL (PROFILES OF STUDENTS REASONING ABILITIES IN SOLVING ARITHMETIC PROBLEMS OF SOCIAL) Dwi Suciati (dwisuciati18@gmail.com) Aunillah
Lebih terperinci2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal tersebut sesuai dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap manusia karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan masa depan seseorang. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa depan suatu negara dapat dilihat dari maju tidaknya kualitas pendidikan dan kesehatan negara tersebut. Suatu negara dapat menjadi negara yang maju bahkan
Lebih terperinciPEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Dwi Erna Novianti Dosen Prodi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Bojonegoro Email: dwierna.novianti@gmail.com ABSTRAK : Salah satu kesulitan yang
Lebih terperinci3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi
Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi 1 Kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi berbagai tantangan serta mampu bersaing.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam kurikulum 2006 yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep
Lebih terperinci2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1.1 Kondisi Proses Pembelajaran Kondisi pembelajaran yang terpusat pada guru terjadi pada pembelajaran matematika di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, secara fundamental merupakan pernyataan dan tekad untuk membangun bangsa. Salah satu wujud nyata yang harus ditempuh dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu menghasilkan Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Sebagaimana tercantum pada paduan KTSP untuk pelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK). PTBK adalah merupakan suatu penelitian bersiklus dengan berbagai alternatif
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak
BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.
II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinci