BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian,"

Transkripsi

1 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian, mengenai hubungan antara tipe kepribadian dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN SGD Bandung. Adapun hal-hal yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut : A. Hasil Penelitian 1. Kategori Tipe Kepribadian Berikut ini merupakan sebuah gambaran yang akan peneliti jelaskan, berkenaan dengan tipe kepribadian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.1 Gambaran Kategori Tipe Kepribadian No. Tipe Kepribadian Jumlah Persentase 1. Neuroticism Extraversion Openness 3 6,3 4. Agreeableness 14 29,8 5. Conscientiousness 30 63,9 Jumlah

2 72 Dari tabel 4.1 tersebut, dari 47 mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian neuroticism dan extraversion tidak ada, mahasiswa dengan tipe kepribadian openness terdapat 3 orang dengan jumlah persentasenya 6,3%, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang dengan jumlah persentasenya 29,8%, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness dengan jumlah persentase sebesar 63,9%. Pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 terdapat 3 orang yang memiliki tipe kepribadian openness, orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut adalah individu yang imajinatif. Bagi mereka, dunia nyata akan terasa hambar dan biasa untuk itulah mereka menggunakan fantasinya untuk membuat dunia yang lebih kaya dan menarik. Kemudian individu dengan tipe ini mencintai keindahan baik dalam seni maupun alamiah. Mereka mudah untuk terlibat dan melebur dalam event-event natural dan artistik. Mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba aktivitasaktivitas baru, bepergian ke daerah asing kemudian mencoba hal-hal yang berbeda dan akan bosan dengan hal rutin dan yang sudah mereka ketahui, individu dengan tipe ini senang untuk mengutarakan ide-ide kemudian terbuka akan ide-ide baru yang tidak biasa dan senang untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang melibatkan intelektualitas. Mereka menyenangi teka-teki, puzzle dan permainan mengasah otak. Untuk tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang mahasiswa, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut tidak akan berlaku

3 73 manipulatif ketika berhubungan dengan orang lain dan akan bertingkah laku jujur, terus terang dan tulus. Mereka senang bekerjasama dengan orang lain, suka menolong, rendah hati dan memiliki kecenderungan untuk dapat merasakan kepedihan orang lain dan mudah untuk merasa kasihan. Sedangkan 30 orang mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousnes, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menyelesaikan satu hal, mereka menyukai rutinitas yang terjadwal, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dapat dipercaya, pekerja keras, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius dan tekun. 2. Kategori interaksi interpersonal Berikut ini gambaran yang akan peneliti jelaskan, yang berkenaan dengan interaksi interpersonal mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Bandung angkatan Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisis Interaksi Interpersonal N Valid 47 Missing 0 Mean E2 Median E2 Range Minimum Maximum

4 74 Dari tabel 4.2 diatas, diperoleh mean (nilai rata-rata) berjumlah 141,02, range berjumlah 92, nilai minimum berjumlah 97, nilai maksimum berjumlah 189 dan nilai median (titik tengah) adalah 142. Nilai median ini, diperoleh jika semua data diurutkan dan dibagi dua sama besar. Hal ini menunjukan jika keseluruhan data diurutkan dan dibagi dua sama rata, maka nilai interaksi interpersonal mahasiswa 50 % berada di atas 142 dan 50 % -nya lagi berada di bawah 142. Artinya subjek yang memiliki tingkat interaksi interpersonal tinggi ketika berinteraksi di facebook lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat interaksi interpersonal rendah. Selanjutnya untuk mengetahui tinggi rendahnya interaksi interpersonal, maka peneliti membuat norma menjadi dua kategori yaitu interaksi interpersonal tinggi dan interaksi interpersonal rendah. Hal ini dilakukan karena data berdistribusi ordinal. Adapun normanya dibuat dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Norma dan Kategori Interaksi Interpersonal NORMA X 142 X < 142 KATEGORI Tinggi Rendah Dari tabel 4.2, maka diperoleh nilai median sebesar 142. Dengan demikian mahasiswa dikatakan memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi apabila mempunyai skor lebih dari 142 dan dikatakan memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah apabila mempunyai skor kurang dari 142.

5 75 Berdasarkan pada norma tersebut diatas, didapatkan data variabel interaksi interpersonal sebagai berikut : Tabel 4.4 Gambaran Kategori Interaksi Interpersonal Tingkat Jumlah Persentase Tinggi 21 44,7 Rendah 26 55,3 Jumlah Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari variabel interaksi interpersonal sebanyak 21 orang (44,7%) mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi ketika berinteraksi di facebook dan 26 orang (55,3%) mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah ketika berinteraksi di facebook. Adapun untuk mengetahui secara terperinci mengenai tipe kepribadian dan tingkat interaksi interpersonalnya maka dilakukan tabulasi silang berikut ini:

6 76 Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Silang antara Tipe Kepribadian dan Interaksi Interpersonal Tipe Interaksi Interpersonal Kepribadian Tinggi Rendah Jumlah Persentase Openness ,3 Agreeableness ,8 Conscientiousness ,9 Jumlah Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 47 responden, terdapat 3 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian openness, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness. Setelah dilakukan tabulasi silang antara tipe kepribadian dan interaksi interpersonal dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang dengan tipe kepribadian openness memiliki tingkat interaksi interpersonal rendah dengan persentase 6,3 %. Kemudian, dari 14 orang yang memiliki tipe kepribadian agreeableness, 7 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 7 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 29,8%. Untuk tipe kepribadian conscientiousness, dari 30 orang yang memiliki kepribadian tersebut 15 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 15 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 63,9%.

7 77 3. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Interaksi Interpersonal a. Hubungan Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan melalui perhitungan statistik untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 0 : rs = 0 Tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian openess dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. H 1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian openess dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H 0 ditolak jika nilai P value α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

8 78 Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Variabel Hasil Uji Kriteria Pengujian Kesimpulan Tipe α = 0,05 Ho ditolak jika : Kepribadian openness dengan Interaksi P value = 0,167 r s = 0,866 r s 2 = 0,749 P value Ho diterima H 1 ditolak Interpersonal N = 47 Keterangan : α = Nilai alpha r s N P value = Nilai korelasi = Jumlah subjek yang diteliti = Nilai P Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : r s = 0,866 dan skor P value sebesar 0,167 dengan α = 0,05, dengan demikian P value α. Maka, H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009.

9 79 b. Hubungan Tipe Kepribadian Agreeableness dengan Interaksi Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan melalui perhitungan statistik untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 0 : rs = 0 Tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. H 1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H 0 ditolak jika nilai P value α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

10 80 Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Agreeableness dengan Interaksi Interpersonal Variabel Hasil Uji Kriteria Pengujian Kesimpulan Tipe Kepribadian agreeableness dengan Interaksi α = 0,05 P value = 0,238 r s = 0,208 Ho ditolak jika : P value Ho diterima H 1 ditolak Interpersonal r s 2 = 0,043 N = 47 Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : r s = 0,208 dan skor P value sebesar 0,238 dengan α = 0,05, dengan demikian P value α. Maka, H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan c. Hubungan Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan melalui perhitungan statistik untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

11 81 H 0 : rs = 0 Tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. H 1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H 0 ditolak jika nilai P value α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Variabel Hasil Uji Kriteria Pengujian Kesimpulan Tipe α = 0,05 Ho ditolak jika : Kepribadian conscientiousness dengan Interaksi P value = 0,002 r s = 0,507 r s 2 = 0,257 P value Ho ditolak H 1 diterima Interpersonal N = 47

12 82 Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : r s = 0,507 dan skor P value sebesar 0,002 dengan α = 0,05, dengan demikian P value α. Maka, H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan Kemudian diperoleh koefesien determinasi r s 2 = 0,257 atau 25,7%, menunjukkan bahwa 25,7% variasi perubahan dalam variabel interaksi interpersonal bisa disebabkan oleh variasi tipe kepribadian dan sisanya sebanyak 74,3% disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya atau faktor lain. Berikut adalah tabel sebaran antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal : Tabel 4.9 Sebaran Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Subjek Interaksi Interpersonal Inclusion expressed Inclusion wanted Control expressed Control wanted Affection expressed Affection wanted

13 Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Arah Interaksi Interpersonalnya Tipe Kepribadian conscientiousness Arah Interaksi Interpersonal Inclusion, control, affection expressed Inclusion expressed, control expressed, Affection wanted Jumlah Persentase 1 3, Inclusion wanted, Control expressed, Affection wanted 17 56,7 Jumlah

14 84 Dari tabel 4.10 tersebut, dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 1 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection expressed dengan persentase 3,3%, 12 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection wanted dengan persentase 40% dan 17 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed dan affection wanted dengan persentase 56,7%. B. Pembahasan 1. Gambaran Tipe Kepribadian Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 UIN SGD Bandung Berdasarkan hasil analisis pada variabel tipe kepribadian diperolah data, bahwa dari 47 mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN SGD Bandung mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian neuroticism dan extraversion tidak ada, mahasiswa dengan tipe kepribadian openness terdapat 3 orang dengan jumlah persentasenya 6,3%, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang dengan jumlah persentasenya 29,8%, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness dengan jumlah persentase sebesar 63,9%. Pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 terdapat 3 orang yang memiliki tipe kepribadian openness, orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut adalah individu yang imajinatif. Bagi mereka, dunia nyata akan terasa hambar dan biasa untuk itulah mereka menggunakan

15 85 fantasinya untuk membuat dunia yang lebih kaya dan menarik. Kemudian individu dengan tipe ini mencintai keindahan baik dalam seni maupun alamiah. Mereka mudah untuk terlibat dan melebur dalam event-event natural dan artistik. Mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba aktivitas-aktivitas baru, bepergian ke daerah asing kemudian mencoba hal-hal yang berbeda dan akan bosan dengan hal rutin dan yang sudah mereka ketahui, individu dengan tipe ini senang untuk mengutarakan ide-ide kemudian terbuka akan ide-ide baru yang tidak biasa dan senang untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang melibatkan intelektualitas. Mereka menyenangi teka-teki, puzzle dan permainan mengasah otak. Untuk tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang mahasiswa, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut tidak akan berlaku manipulatif ketika berhubungan dengan orang lain dan akan bertingkah laku jujur, terus terang dan tulus. Mereka senang bekerjasama dengan orang lain, suka menolong, rendah hati dan memiliki kecenderungan untuk dapat merasakan kepedihan orang lain dan mudah untuk merasa kasihan. Sedangkan 30 orang mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousnes, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menyelesaikan satu hal, mereka menyukai rutinitas yang terjadwal, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dapat dipercaya, pekerja keras, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius dan tekun.

16 86 2. Gambaran Interaksi Interpersonal Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 UIN SGD Bandung Berdasarkan hasil analisis pada variabel interaksi interpersonal diperoleh mean (nilai rata-rata) berjumlah 141,02, range berjumlah 92, nilai minimum berjumlah 97, nilai maksimum berjumlah 189 dan nilai median (titik tengah) adalah 1,42. Jika keseluruhan data diurutkan dan dibagi dua sama rata, maka tingkat interaksi interpersonal yang berada diatas 142 sebanyak 44,7% dan sisanya 55,3% berada dibawah 142. Artinya subjek yang memiliki tingkat interaksi interpersonal tinggi ketika berinteraksi di facebook lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat interaksi interpersonal rendah. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tipe kepribadian dan interaksi interpersonal dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang dengan tipe kepribadian openness memiliki tingkat interaksi interpersonal rendah dengan persentase 6,3%. Kemudian, dari 14 orang yang memiliki tipe kepribadian agreeableness, 7 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 7 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 29,8%. Untuk tipe kepribadian conscientiousness, dari 30 orang yang memiliki kepribadian tersebut 15 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 15 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 63,9%. Dari hasil penelitian ini, lebih banyak mahasiswa yang memiliki interaksi interpersonal yang rendah ketika berinteraksi di facebook, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas Psikologi UIN SGD Bandung

17 87 angkatan 2009 tidak menjadikan facebook sebagai satu-satunya sarana dalam berkomunikasi dan tetap menjadikan dunia nyata sebagai bentuk komunikasi yang paling real. 3. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Interaksi Interpersonal a. Hubungan Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Hasil analisis didukung oleh hasil analisis korelasional, untuk hubungan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal diperoleh Skor P value = 0,167 dan α = 0,05 dengan demikian P value α, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan Berdasarkan perhitungan statistik tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang kurang signifikan, hal ini disebabkan oleh sampel yang minim yaitu 3 orang. Uraian secara kualitatif berdasarkan analisa terhadap data adalah sebagai berikut : Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control wanted, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar

18 88 pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Pada suatu relasi, individu ini memiliki kebutuhan akan kepatuhan terhadap orang lain, sehingga aktivitas kelompok berjalan atas kepemimpinan orang lain. Contohnya mengakses facebook pada waktu yang telah ditetapkan temannya atau ia harus mengirim pesan sesegera mungkin kepada temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan

19 89 diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya

20 90 berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tipe kepribadian openness ini memiliki kebutuhan akan interaksi interpersonal untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok, memiliki kebutuhan

21 91 untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain. b. Hubungan Tipe Kepribadian Agreeableness dengan Interaksi Interpersonal Hasil analisis didukung oleh hasil analisis korelasional, untuk hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal diperoleh P value sebesar 0,238 dan α = 0,05, dengan demikian P value α, artinya tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan Berdasarkan perhitungan statistik tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang kurang signifikan. Uraian secara kualitatif berdasarkan analisa terhadap data adalah sebagai berikut : Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control wanted, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi

22 92 yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Pada suatu relasi, individu ini memiliki kebutuhan akan kepatuhan terhadap orang lain, sehingga aktivitas kelompok berjalan atas kepemimpinan orang lain. Contohnya mengakses facebook pada waktu yang telah ditetapkan temannya atau ia harus mengirim pesan sesegera mungkin kepada temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Terdapat 5 orang subjek dengan arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed, dan affection expressed. individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook.

23 93 Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Terdapat 8 orang subjek dengan arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed, dan affection expressed. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan

24 94 relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tipe kepribadian agrreableness ini memiliki kebutuhan akan interaksi interpersonal untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok, memiliki kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain. c. Hubungan Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Hasil analisis didukung oleh hasil analisis korelasional, untuk hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal diperoleh skor P value sebesar 0,002 dan α = 0,05, dengan demikian P value α, artinya terdapat hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan Kemudian diperoleh

25 95 koefesien determinasi r s 2 = 0,257 atau 25,7%, menunjukkan bahwa 25,7% variasi perubahan dalam variabel interaksi interpersonal bisa disebabkan oleh variasi tipe kepribadian dan sisanya sebanyak 74,3% disebabkan oleh faktor lain. Dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 1 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection expressed yang berarti individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan di dunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak

26 96 akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 12 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection wanted yang berarti individu tersebut tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Tetapi, individu ini mempunyai keinginan agar temantemannya bisa bersikap ramah terhadapnya, ia juga ingin diperhatikan dan mendapat kasih sayang dari orang lain. Dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 17 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion

27 97 wanted, control expressed dan affection wanted yang berarti individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini

28 98 menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness ini memiliki kebutuhan akan interaksi interpersonal untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok, memiliki kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain.

DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL.vii. DAFTAR BAGAN...ix. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Rumusan Masalah...8. C. Tujuan Penelitian...8

DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL.vii. DAFTAR BAGAN...ix. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Rumusan Masalah...8. C. Tujuan Penelitian...8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN RIWAYAT HIDUP ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL.vii DAFTAR BAGAN...ix BAB I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juni sampai dengan 6 Juli 2015. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas karyawan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Singkat Ma had Sunan Ampel Al- Aly Terlampir 2. Visi, Misi dan Tujuan Ma had Terlampir B. Hasil Analisa Data Analisa data

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi subjek penelitian ini diuraikan berdasarkan panti asuhan, jenis kelamin dan usia. Subjek penelitian ini adalah anak asuh panti asuhan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek PT. Pusat Bisnis Ponorogo merupakan sebuah perusahaan muda yang berdiri pada tahun 2013. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data yang menggunakan perhitungan statistik melalui program SPSS versi 16.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data yang menggunakan perhitungan statistik melalui program SPSS versi 16. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan analisis penelitian berupa hasil pengolahan data yang menggunakan perhitungan statistik melalui program SPSS versi 16. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dan openness terhadap readiness

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 135 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara kepribadian big five dan motivasi terhadap organizational citizenship behavior pada karyawan Rumah Sakit X Bandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (2005) penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam kajian pustaka diaplikasikan dalam penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab dua (kajian pustaka) telah membahas teori yang telah menjadi dasar penelitian. Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam bab kajian

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kecamatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kecamatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015 41 BAB III METODE PENILITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. 2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif karena menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 27 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara minat mahasiswa dalam membaca buku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis menyajikan analisis dari hasil penelitian yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis menyajikan analisis dari hasil penelitian yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis menyajikan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun variabel yang dianalisi diperoleh dari responden melalui penyebaran angket.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20 for windows. 4.1 Profil Responden Responden berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk melakukan kategorisasi pada masing-masing data variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk melakukan kategorisasi pada masing-masing data variabel 57 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Variabel Penelitian Skala kontrol diri terhadap perilaku konsumtif sebagai alat ukur yang telah disebarkan kepada subjek penelitian yang asli, akan diperoleh berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan. 11 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak penghasilan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (independent), yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis ini akan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis ini akan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:8) metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN UJI NORMALITAS DATA One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ekstraversion N 124 Normal Parameters a,b Mean 27,12 Std. Deviation 3,091 Most Extreme Differences Absolute,085 Positive,085 Negative

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor Kontrol diri dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan Disiplin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan metode kuantitatif menurut Sugiyono (2008:14), adalah metode yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, menyusun,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Hasil

BAB 4 Analisis Hasil BAB 4 Analisis Hasil Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan gambaran umum responden, uji normalitas dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran umum responden Responden pada penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMK Negeri 9 Garut, Jl. Raya Bayongbong Km.7 Desa Panembong Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Sehubungan dengan penelitian ini, lokasi yang akang dijadikan tempat penelitian yaitu Kantor Imigrasi Kelas I Gorontalo. Pemilihan tempat penelitian pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi pembelajaran dan pembahasannya. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek Penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i UIN Sunan Ampel Surabaya. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah produk fashion pada online shop. Online shop atau Toko online

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat hubungan antar variable yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga, beralamat Jln. KH. Ahmad Dahlan, Salatiga,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Sugiyono (2012: 14) mengemukakan bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Sugiyono (2012: 14) mengemukakan bahwa: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2012: 14) mengemukakan bahwa: Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. Pendekatan ini merupakan rancangan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diketahui pernyataan responden terhadap implementasi kebijakan tentang sistem

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diketahui pernyataan responden terhadap implementasi kebijakan tentang sistem BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden, maka dapat diketahui pernyataan responden terhadap implementasi kebijakan tentang sistem KKP terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data valid yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian korelasional yang menghubungkan antara penggunaan situs jejaring sosial (X) dengan empati (Y). Penelitian

Lebih terperinci

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 % BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational research) yang bertujuan untuk menentukan besar variasi variasi pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan menganalisis untuk mencari hubungan antar variabel melalui pengamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Alat Ukur

LAMPIRAN A. Alat Ukur LAMPIRAN A Alat Ukur A1. Kuesioner PWB Petunjuk pengisian : Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai metode survei yang menurut Singarimbun dan Effendi (2011) adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan eksperimen sangat sesuai untuk menguji hipotesis tertentu. Penelitian eksperimen yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASA HASIL PEELITIA Pada bab ini akan diuraikan hubungan masing-masing variabel pelatihan dan motivasi terhadap penguasaan keterampilan kerja. Untuk menguji hipotesa dan menghitung seberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pada penelitian ini tidak semua variabel pada kerangka teori akan diteliti. Karena peneliti ingin lebih fokus terhadap variabel Sikap, pengetahuan, motivasi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR Kuesioner Gaya Pengasuhan No. Item Spearman Diterima / Ditolak 1 0,304 Diterima 2 0,274 Ditolak 3 0,312 Diterima 4 0,398 Diterima 5 0,430 Diterima 6

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah deskriptif kuantitatif, dimana penulis mencoba memberikan suatu gambaran tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS 2 SD NEGERI 2 MIMBAAN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS 2 SD NEGERI 2 MIMBAAN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS 2 SD NEGERI 2 MIMBAAN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Amalia Risqi Puspitaningtyas Universitas Abdurachman Saleh Situbondo amalia_risqi88@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi.

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Azwar (2003), penelitian korelasional untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara beberapa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data diperoleh dengan menyebarkan secara acak kuesioner kepada pengguna jasa transpotasi udara Garuda Indonesia sebagai responden. Cara pengambilan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 40 4. METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan membahas responden penelitian yang meliputi karakteristik responden, teknik pengambilan sampel, jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari: 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi berguna untuk mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT. Coca Cola Botling, Co adalah salah satu perusahaaan yang telah menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menunujukkan bahwa PT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK Perkembangan jaman yang ada memicu teknologi untuk berkembang dengan pesat. Hal ini membuat kebutuhan dari masyarakat berkembang dengan pesat juga, maka terciptalah peluang bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis kuantitatif. Penelitian kuantitatif yakni suatu metode dalam penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa

Lebih terperinci

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1) Identifikasi Variabel Agar dapat diteliti secara empiris maka suatu konsep harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan teknik komparasi kontinum yaitu ingin mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan pernyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran apakah terdapat hubungan antara dukungan orang tua dan self-esteem. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP X Bandung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH MINAT BELAJAR DAN CARA BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 2010/2011 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Dukungan peer group dan Motivasi Berprestasi pada siswa-siswi SMA X, Bandung. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam penelitian yang berjudul Hubungan Kondisi Kerja Psikologis dengan Kinerja Pegawai pada PT. Tarumatex Bandung

Lebih terperinci

PEMIMPIN DAN DISIPLIN KERJA

PEMIMPIN DAN DISIPLIN KERJA PEMIMPIN DAN DISIPLIN KERJA (Studi Korelasional tentang Pengaruh Pemimpin Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan) Sri Bulan 100904005 ABSTRAK Penelitian ini berjudul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian 66 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian merupakan persiapan menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko. sekaligus pada suatu saat. (Notoatmojo 2010:37)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko. sekaligus pada suatu saat. (Notoatmojo 2010:37) 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mencari atau menguji hubungan antara variabel. Peneliti mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkenalkan, menguji

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok 51 Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok subjek penelitian atau mengetahui karakteristik data yang berkaitan dengan

Lebih terperinci