MANAJEMEN LANSKAP PERMUKIMAN TELAGA GOLF SAWANGAN, DEPOK MUTIAH NURJANNAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN LANSKAP PERMUKIMAN TELAGA GOLF SAWANGAN, DEPOK MUTIAH NURJANNAH"

Transkripsi

1 MANAJEMEN LANSKAP PERMUKIMAN TELAGA GOLF SAWANGAN, DEPOK MUTIAH NURJANNAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN MUTIAH NURJANNAH, Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH. Meningkatnya jumlah penduduk kota menjadikan tempat tinggal sebagai salah satu kebutuhan utama yang terus meningkat, terutama bagi kalangan kelas menengah ke atas. Permukiman Telaga Golf Sawangan menyediakan rumah idaman berkelas menengah ke atas yang mampu menjadi identitas diri bagi pemiliknya. Selain itu, permukiman juga menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, dan asri dengan berbagai fasilitas di dalamnya untuk memuaskan pengguna. Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan untuk menjaga dan merawat lingkungan permukiman dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya sehingga kondisi tetap baik dan sesuai dengan tujuan desain awal. Kegiatan magang pada bagian pemeliharaan lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan secara umum bertujuan memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru di dunia kerja serta memperluas wawasan dan keahlian mahasiswa di bidang arsitektur lanskap. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari segala aspek pengelolaan lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan oleh PT Cisadane Perdana. Kegiatan magang di permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok, dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2011, meliputi kegiatan lapang dan kegiatan administrasi. Kegiatan lapang meliputi partisipasi aktif, survei lapang yang disertai dengan wawancara, dan penyebaran kuisioner. Kegiatan administrasi meliputi perencanaan anggaran biaya pemeliharaan. Keseluruhan data yang dikumpulkan terdiri dari data yang berhubungan dengan teknik pengelolaan lapangan dan teknik administrasi di permukiman Telaga Golf Sawangan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif terhadap pelaksanaan pemeliharaan fisik lanskap di Telaga Golf Sawangan, analisis karakteristik dan persepsi dengan responden penghuni dan pengelola berdasarkan data kuisioner, dan analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) terhadap faktor internal (strength dan weakness) dan eksternal (opportunity dan

3 threat) keseluruhan permukiman Telaga Golf Sawangan untuk menentukan langkah-langkah manajemen yang sesuai dalam menyusun program pengelolaan lanskap berkelanjutan. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap pemeliharaan fisik, program pemeliharaan yang tersusun baik direalisasikan dengan dibentuknya struktur organisasi program pengelolaan. Pengelolaan lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan dikelola dan diawasi oleh Divisi Lanskap yang dipimpin oleh Estate Manager. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan Estate Manager dibantu oleh seorang landscape supervisor dan seorang pengawas lapang senior. Kegiatan pemeliharaan lanskap dilakukan bekerja sama dengan pihak kontraktor untuk area public goods dan Badan Pemelihara Lingkungan untuk area lingkungan cluster dengan kedua pihak tersebut bertanggung jawab terhadap kegiatan pemeliharaannya masing-masing. Tingkat pemeliharaan yang dilakukan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Area public goods seperti welcome area, dan jalan boulevard (median jalan, jalur hijau di bahu jalan, dan axis bundaran) merupakan beberapa lokasi dengan pemeliharaan yang intensif. Konsep pemeliharaan lanskap yang diterapkan di permukiman Telaga Golf Sawangan adalah melaksanakan pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik yang mendasar pada prinsip dan standar pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh pengelola. Kegiatan pemeliharaan fisik yang dilaksanakan meliputi pembersihan area permukiman, pemeliharaan hard material, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma (weeding), penyulaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Area pemeliharaan dibagi menjadi tiga wilayah utama pemeliharaan berdasarkan kuantitas dan waktu pekerjaan pemeliharaan. Secara keseluruhan pelaksanaan pemeliharaan lanskap yang berlangsung di kawasan Telaga Golf Sawangan telah berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari kualitas lanskap yang terdapat di permukiman, kapasitas dan efektivitas tenaga kerja, dan persepsi responden. Berdasarkan perbandingan perhitungan kapasitas di lapang dengan pustaka menyatakan bahwa kapasitas kerja di kawasan ini sudah cukup baik bahkan beberapa jenis pemeliharaan lanskap memiliki nilai di atas standar pustaka. Kapasitas yang baik disebabkan

4 oleh pelaksanan pemeliharaan yang sudah berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang sesuai pada jenis pemeliharaan tersebut. Namun, masih terdapat tiga jenis pemeliharaan yang memiliki nilai kapasitas di bawah standar, yaitu pemupukan, pemangkasan rumput, dan penyiangan gulma. Kapasitas kerja yang bernilai rendah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pemeliharaan tenaga kerja, kurangnya kedisiplinan, serta tenaga kerja yang kurang pada jenis pemeliharaan tersebut. Hal ini dapat diperbaiki dengan memberikan pengarahan rutin pemeliharaan, memberikan motivasi kedisiplinan, dan mengitung kembali kebutuhan tenaga kerja dengan perhitungan HOK. Berdasarkan analisis karakteristik dan persepsi pengunjung, sebanyak 67% penghuni menyatakan kebersihan area permukiman dalam keadaan cukup baik, 70% menyatakan aspek keamanan cukup baik, 67% menyatakan kondisi fasilitas dalam keadaan cukup baik, pelayanan pengelolaan pemeliharaan cukup baik, 60% responden penghuni menyatakan bahwa permukiman Telaga Golf Sawangan memiliki lanskap yang sangat baik, 73% penghuni sangat puas terhadap permukiman Telaga Golf Sawangan, 60% responden menyatakan pemeliharaan soft dan hard material sudah dilakukan dengan baik, dan 70% karyawan menyatakan kinerja tenaga kerja pemelihara pihak pengelola sudah baik. Kegiatan pengelolaan yang sudah berjalan dengan baik diharapkan dapat dijaga dan dilanjutkan dengan lebih baik di masa depan oleh pengelola. Faktor internal yang terdapat di Telaga Golf Sawangan terdiri dari faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Faktor kekuatan yang ada di Telaga Golf Sawangan adalah hunian dengan konsep Green Real Estate, kapasitas dan efektivitas kerja cukup baik, pembagian wilayah pemeliharaan, pelayanan yang baik, dan dukungan aktif warga, sedangkan faktor kelemahannya berupa kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja pada pemeliharaan tertentu, lokasi yang relatif jauh dari kota, dan kurangnya pemeliharaan pada fasilitas tertentu. Faktor peluang yang ditemukan adalah adanya akses tol Jagorawi-Cinere dan pasar peminat rumah yang masih terbuka, sedangkan faktor ancamannya adalah persaingan dengan developer permukiman di sekitarnya, faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu, dan gangguan keamanan dari lingkungan sekitar.

5 Faktor internal dan eksternal tersebut kemudian dianalisis dan dimasukkan ke dalam matriks SWOT sehingga dihasilkan delapan strategi manajemen program pengelolaan yang sesuai untuk mendukung keberlanjutan permukiman Telaga Golf Sawangan, yaitu 1) mempertahankan kualitas pelayanan pengelolaan yang baik dan kerja sama dengan penghuni demi kenyamanan dan keamanan penghuni; 2) memajukan konsep Green Real Estate dengan mempertahankan kualitas program pengelolaan yang berjalan dan tetap melakukan pengawasan rutin; 3) meningkatkakan pengelolaan tenaga kerja yang berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan perhitungan HOK berdasarkan kapasitas dan luas area pemeliharaan sehingga mampu bersaing dengan permukiman lain; 4) melakukan promosi dengan mengungkapkan segala keunggulan yang dimiliki dan mengikuti kegiatan pameran perumahan yang diadakan oleh event organizer di suatu acara; 5) memberi fasilitas transportasi bus menuju akses tol ke arah kota sehingga memudahkan akses penghuni dan calon pembeli untuk mencapai lokasi hunian; 6) memperhatikan kualitas pengawasan pemeliharaan fasilitas dan keamanan sistem cluster dari ancaman luar karena berbatasan langsung dengan perkampungan; 7) mempertahankan pelaksanaan event yang dapat meningkatkan keharmonisan antara pihak penghuni dengan pengelola dan sebagai ajang promosi bagi calon pembeli rumah; 8) mempertahankan kualitas SDM dengan memberikan penghargaan positif atau negatif, pendidikan dan pelatihan, serta motivasi. Kata kunci: permukiman, pemeliharaan, analisis SWOT, manajemen lanskap

6 MANAJEMEN LANSKAP PERMUKIMAN TELAGA GOLF SAWANGAN, DEPOK MUTIAH NURJANNAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguran tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Mutiah Nurjannah A

8 Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

9 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP Program Studi : Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok : Mutiah Nurjannah : A : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. NIP Menyetujui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 Februari 1990 dari ayah Jono Haryadi dan Ibu Rahmi. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1994 hingga 1996 di TK Dian Didaktika, Cinere. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Harapan II, Medan, dan melanjutkan pendidikannya di SMPI Asyafi iyah, Sukabumi, hingga tahun Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA International Islamic Boarding School, Lippo Cikarang, Tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan jurusan studi Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Selama menjadi mahasiswa Arsitektur Lanskap, penulis juga mengikuti kegiatan di luar akademik seperti menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap, menjadi panitia di bidang humas pada acara Masa Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2009, serta mengikuti pameran lukisan yang diselenggarakan oleh komunitas seni di IPB pada tahun Selain itu, penulis juga mengikuti seminar yang mendukung kegiatan akademis.

11 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah manajemen lanskap pemukiman Telaga Golf Sawangan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat lulus pada Program Studi Arsitektur Lanskap Jenjang Sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih sebesar-sebesarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku pembimbing skripsi, pimpinan dan karyawan Telaga Golf Sawangan yang telah membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung, keluarga, teman, dan semua pihak yang telah turut membantu dalam proses pembuatan skripsi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang. Bogor, Agustus 2011 Penulis

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir Magang... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Lanskap Permukiman Manajemen Lanskap Permukiman... 6 BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang Tahapan Magang Batasan Studi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kondisi Biofisik Tanah dan Topografi Iklim Vegetasi Ruang Terbuka Hijau Sarana dan Prasarana Sirkulasi Fasilitas... 26

13 xiii Utilitas Sosial Ekonomi Organisasi Manajemen Pemeliharaan Lanskap Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana Manajemen Lanskap Telaga Golf Sawangan Manajemen Pemeliharaan Lanskap Sistem Pemeliharaan Pembagian Area Pemeliharaan Pengelolaan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Kapasitas dan Efektivitas Tenaga Kerja Jadwal Pemeliharaan Pengelolaan Alat dan Bahan Biaya Pemeliharaan Pelaksanaan Pemeliharaan Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan Pemeliharaan Permukiman Pemeliharaan Jalan Utama Pemeliharaan Taman Lingkungan Konsep Pemeliharaan Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan Fisik terhadap Hard Material A. Pembersihan Area Permukiman B. Saluran C. Perkerasan D. Kolam E. Lampu, Rambu dan Tempat Sampah Pemeliharaan Fisik terhadap Soft Material A. Penyiraman B. Pemangkasan C. Pengendalian Hama dan Penyakit D. Pemupukan... 66

14 xiv E. Pendangiran dan Penyiangan Gulma (Weeding) F. Renovasi Tanaman G. Persepsi Responden Pengawasan Pemeliharaan Alternatif Strategi BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 92

15 xv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir Magang... 3 Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok... 9 Gambar 3. Matriks Total Skor (IFE dan EFE) Gambar 4. Lokasi Permukiman Telaga Golf Sawangan Gambar 5. Grafik Iklim Sawangan Depok Tahun Gambar 6. Ruang Terbuka Hijau pada Lingkungan Permukiman Gambar 7. Jalan Sirkulasi Utama Permukiman Gambar 8. Aquatic Fantasy Gambar 9. Masjid Al-Amin Gambar 10. Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana Gambar 11. Struktur Organisasi Lanskap Gambar 12. Wilayah Area Pemeliharaan Gambar 13. Kegiatan Penyapuan di Lingkungan Cluster Gambar 14. Kegiatan Pemangkasan Gulma di Median Jalan Utama Gambar 15. Kegiatan Penyapuan di Taman Lingkungan Cluster Gambar 16. Kegiatan Penyapuan Kavling Kosong Gambar 17. Kegiatan Penyapuan Jalan Sirkulasi Utama Gambar 18. Mobil Pengangkut Sampah Gambar 19. Kegiatan Pembersihan Saluran di Lingkungan Cluster Gambar 20. Konstruksi Filter dan Rembesan pada Setiap Rumah Gambar 21. Laguna di Lingkungan Permukiman Gambar 22. Kegiatan Pembersihan Kolam Gambar 23. Kegiatan Penyiraman Median Jalan Gambar 24. Kegiatan Pemangkasan Rumput di Welcome Area Gambar 25. Kegiatan Pengangkutan Sampah Pemangkasan Pohon Gambar 26. Hama Kambing Gambar 27. Kegiatan Penyiangan Gulma... 68

16 xvi Gambar 28. Kegiatan Penyulaman Tanaman Gambar 29. Diagram Pendapat terhadap Kebersihan Area Permukiman Gambar 30. Diagram Pendapat terhadap Keamanan Area Permukiman Gambar 31. Diagram Pendapat terhadap Fasilitas Area Permukiman Gambar 32. Diagram Pendapat terhadap Pelayanan Pemeliharaan Gambar 33. Diagram Penilaian Penghuni terhadap Lanskap Permukiman Gambar 34. Diagram Tingkat Kepuasan Penghuni Gambar 35. Diagram Pemeliharaan Soft dan Hard Material Gambar 36. Diagram Kinerja Tenaga Kerja Pemeliharaan Gambar 37. Matriks Total Skor (IFE dan EFE)... 83

17 xvii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis Data, Sumber, Cara Pengambilan Data, dan Analisis Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Internal Tabel 3. Formulir Tingkat Kepentingan Eksternal Tabel 4. Formulir Pembobotan Faktor Internal Dan Eksternal Tabel 5. Skala Penilaian Peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Tabel 6. Formulir Skor Pembobotan Internal Factor Evaluation (IFE) Tabel 7. Formulir Skor Pembobotan External Factor Evaluation (EFE) Tabel 8. Matriks SWOT Tabel 9. Rangking Alternatif Strategi Tabel 10. Tarif Dasar IPL Tabel 11. Pembagian Wilayah Pemeliharaan Telaga Golf Sawangan Tabel 12. Tenaga Kerja Pelaksana Pemeliharaan Lanskap Tabel 13. Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Telaga Golf Sawangan Tabel 14. Kebutuhan HOK Pemeliharaan Lanskap TGS dalam Satu Tahun.. 43 Tabel 15. Jadwal Pemeliharaan Tabel 16. Peralatan Pemeliharaan Tabel 17. Perhitungan Dasar Biaya Satuan Pemeliharaan Tabel 18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Telaga Golf Sawangan Tabel 19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Telaga Golf Sawangan Tabel 20. Pembobotan Faktor Internal Tabel 21. Pembobotan Faktor Eksternal Tabel 22. Skor Pembobotan Internal Factor Evaluation (IFE) Tabel 23. Skor Pembobotan External Factor Evaluation (EFE) Tabel 24. Matriks SWOT Tabel 25. Rangking Alternatif Strategi... 85

18 xviii LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kuisioner Lampiran 2. Siteplan Telaga Golf Sawangan Lampiran 3. Surat Perjanjian Kerja Lampiran 4. Tabel Checklist Pemeliharaan Lanskap Lampiran 5. Tabel Spesifikasi Pekerjaan Pemeliharaan Lanskap TGS

19 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan besar dalam perkembangan kota-kotanya. Fenomena urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan ruang kota, seperti fasilitas permukiman sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Dengan meningkatnya jumlah penduduk kota, kebutuhan akan papan (tempat tinggal) menjadi salah satu kebutuhan utama yang terus meningkat terutama bagi kalangan elite. Setiap permukiman tidak hanya menyediakan tempat tinggal, tetapi juga menyediakan lanskap yang meliputi taman bermain dan taman lingkungan yang berfungsi untuk memfasilitasi kebutuhan penghuninya serta mampu mengatasi masalah lingkungan yang ada. Jakarta merupakan wilayah perkotaan yang penuh dengan aktivitas, kebisingan, bahkan penuh dengan udara yang berpolusi. Sebagai penghuni yang merasakan kelelahan sepulang bekerja, masyarakat berkeinginan untuk menikmati kenyamanan dan ketenangan dari tempat tinggal yang ditempati. Telaga Golf Sawangan mengembangkan konsep hunian bernuansa resort green real estate yang menawarkan keindahan alam serta udara sejuk tanpa polusi. Proyek permukiman yang dikembangkan oleh PT Cisadane Perdana yang tergabung di dalam Sinarmas Grup ini sangat memperhatikan penataan lingkungan. Pemandangan luas yang hijau dibangun untuk menciptakan suasana yang mampu memanjakan mata. Oleh karena itu, kawasan ini diarahkan dengan pemandangan langsung ke arah lapangan golf Sawangan yang hijau. Permukiman ini memiliki ruang terbuka hijau yang luas dan lingkungan asri dan segar dengan sebuah lapangan golf 18 hole serta danau alami di sekitarnya. Penghuni yang tinggal di Telaga Golf Sawangan seperti berada di sebuah resort dengan kenyamanan udara yang sejuk seperti berada di dataran tinggi. Telaga Golf Sawangan yang merupakan permukiman menengah atas sangat yang tertata lingkungannya, di dalamnya terdapat air jernih yang mengalir

20 2 dan membelah cluster membentuk laguna yang indah sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan konservasi dengan tumbuhan dan biota air yang tumbuh dan berkembang biak secara alami. Kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap alam. Kawasan Telaga Golf Sawangan pada awalnya merupakan daerah hutan rawa yang kemudian direklamasi menjadi kawasan permukiman. Permukiman Telaga Golf Sawangan sedapat mungkin menyelaraskan kebutuhan tersebut dengan menyediakan lanskap di setiap kawasannya. Permasalahan yang dihadapi permukiman Telaga Golf Sawangan diduga berasal dari aspek manajemen lanskapnya sehingga diperlukan adanya manajemen pemeliharaan yang berbasis ekologi terhadap taman yang ada di lingkungan permukimannya agar sumber daya lanskap yang ada terawat dan berkelanjutan. Menurut Simonds (1983), manajemen adalah pengelolaan yang menjaga integritas lanskap berupa bentuk (form), kekuatan (forces), dan keistimewaan (features) kawasan permukiman sebagai kawasan yang ideal. 1.2 Tujuan Tujuan umum kegiatan magang pada bidang arsitektur lanskap di kawasan permukiman Telaga Golf Sawangan adalah memperluas wawasan dan keahlian mahasiswa di bidang arsitektur lanskap. Tujuan khusus magang adalah sebagai berikut: 1. mengetahui sistem manajemen dan organisasi perusahaan yang menangani pemeliharaan lanskap; 2. menganalisis manajemen pemeliharaan lanskap yang berlangsung, seperti kapasitas dan efektivitas kerja, kebutuhan tenaga kerja, persepsi responden dan faktor internal-eksternal secara kualitatif dan kuantitatif 3. menghasilkan alternatif strategi manajemen lanskap permukiman. 1.3 Manfaat Kegiatan magang ini bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang manajemen lanskap permukiman dan menyediakan alternatif bagi

21 pengembang untuk tetap melaksanakan kegiatan pemeliharaan lanskap secara berkelanjutan Kerangka Pikir Magang Permukiman Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman yang memiliki konsep Green Real Estate dengan berbagai potensi besar di dalamnya seperti aspek biofisik, sosial ekonomi, dan manajemen. Sistem manajemen yang baik sangat dibutuhkan oleh Telaga Golf Sawangan untuk menjaga kualitas lanskap yang ada, memenuhi kepuasan penghuni dan pengunjung, dan mempertahankan keberlangsungan kawasan. Pada pelaksanaan magang dilakukan tahap analisis dan sintesis terhadap beberapa aspek potensi di dalam Telaga Golf Sawangan sehingga menghasilkan rekomendasi yang baik untuk keberlanjutan kawasan permukiman. Kerangka pikir kegiatan ini secara ringkas diuraikan pada Gambar 1. Manajemen lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan Pengumpulan data Aspek fisik dan biofisik: a) letak, luas, dan aksessibilitas b) tanah dan topografi c) iklim d) vegetasi e) sirkulasi, utilitas, fasilitas Aspek sosial ekonomi: a) penghuni kawasan Aspek manajemen: a) manajemen pemeliharaan fisik b) struktur organisasi c) pelaksanaan administrasi d) faktor internal dan eksternal Telaga Golf Sawangan Analisis kualitatif Analisis kualitatif dan kuantitaif (kuisioner) Analisis kualitatif dan kuantitaif (kuisioner dan SWOT) Sintesis Alternatif strategi Gambar 1 Kerangka Pikir Magang

22 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 merumuskan pengertian dasar terhadap perumahan dan permukiman. Perumahan merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas. Permukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga. Permukiman merupakan wilayah yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan bekerja terbatas untuk mendukung perkehidupan dan penghidupan. Penataan ruang dan kelengkapan prasarana dan sarana lingkungan dan sebagainya dimaksudkan agar lingkungan tersebut sehat, aman, serasi, dan teratur serta berfungsi sesuai dengan harapan. Menurut Doxiadis (1971), permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik kota maupun desa yang berfungsi sebagai tempat kegiatan yang mendukung kehidupan. Doxiadis mendefinisikan permukiman lebih dalam pada konteks permukiman manusia atau human settlement, yaitu permukiman yang dihuni oleh manusia yang terdiri atas content atau isi, yakni terdiri dari manusia baik secara sendiri-sendiri maupun dalam suatu kelompok masyarakat, dan container atau wadah, yaitu permukiman fisik yang berisi unsur-unsur alami dan buatan. Untuk dapat dikatakan sebagai permukiman, kedua unsur tersebut harus ada. Manusia baik sendiri maupun berkelompok jika tidak menetap atau settle tidak dapat dikatakan membentuk permukiman. Demikian juga, alam atau nature tanpa manusia tidak dapat dikatakan sebagai permukiman jika tidak terdapat manusia sebagai isinya (content). Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dengan melakukan aktivitas sehari-harinya (Subroto, 1983). Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah tempat penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan

23 5 setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pengertian pola dan sebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman membincangkan hal terdapat atau tidaknya permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola permukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah, dan budaya. 2.2 Lanskap Permukiman Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah membangun berbagai sarana permukiman yang layak bagi masyarakat. Simonds (1983) mengidentifikasi permukiman terdiri dari kelompokkelompok rumah yang memiliki ruang terbuka hijau secara bersama-sama serta merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan keluarga dalam suatu aktivitas, tetapi cukup besar untuk menampung semua fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, serta daerah penyangga. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), bentuk kawasan permukiman dengan model park housing complex merupakan lingkungan hunian yang akan memberikan lingkungan yang baik bagi warganya dalam arti memuaskan, aman, dan juga menyenangkan. Lingkungan lanskap permukiman yang seperti ini dapat menunjang setiap kegiatan individu yang bermukim di dalamnya. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan kota/perkotaan yang disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan dalam menopang kehidupan masyarakat di kawasan perkotaan. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai sebanyak 20% dari luas kawasan, yang dalam kasus ini meliputi peningkatan kualitas lanskap permukiman melalui proses manajemen pemeliharaan.

24 6 2.3 Manajemen Lanskap Permukiman Menurut Parker dan Bryan (1989), setiap lingkungan hunian manusia memerlukan proses manajemen yang harus dilakukan yang meliputi setting terhadap objek lanskap, perencanaan pengoperasian, penempatan setiap area kegiatan pemeliharaan, pemantauan terhadap kegiatan pemeliharaan, dan perencanaan kembali sesuai tujuan dan kepentingan awal. Menurut Stoner dan Freeman (1992), pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses merencanakan (planning), mengoperasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling) anggota organisasi dan proses menggunakan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 1. Merencanakan (Planning) Planning merupakan proses menetapkan sasaran dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, menetapkan kebijakan dan tata cara pelaksanaan, dan merumuskan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. 2. Mengorganisasikan (Organizing) Organizing merupakan proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi sehingga dapat tercapai sasaran organisasi. Pengorganisasian menghasilkan struktur hubungan dalam sebuah organisasi, dan melalui hubungan yang terstruktur ini rencana masa depan akan tercapai. 3. Memimpin (Leading) Leading merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. 4. Mengendalikan (Controlling) Controlling merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Fungsi ini mencakup pengawasan terhadap standar kerja dan metode pelaksanaan yang dilakukan, juga mengawasi apakah semua berjalan sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Fungsi controlling juga mencakupi pelaporan, evaluasi yang

25 7 berkelanjutan, serta pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan perbaikan atau antisipasi program jika diperlukan. Menurut Arifin dan Arifin (2000), organisasi yang baik menghasilkan efisiensi dan efektivitas penggunaan tenaga kerja, peralatan, bahan, dan waktu. Sistem organisasi dalam pemeliharaan taman senantiasa dilakukan oleh pemelihara taman skala besar, seperti pengelolaan taman permukiman real-estate, taman perkantoran, taman umum milik pemerintah, dan taman rekreasi. Menurut Sternloff dan Warren (1984), pengelola seharusnya dapat merencanakan program pemeliharaan dengan pengorganisasian yang baik, yaitu sebagai berikut. 1. Fasilitas dan peralatan taman yang harus dipelihara perlu diinventariasi dan diidentifikasi. 2. Pemeliharaan rutin direncanakan meliputi: (a) penyusunan standar pemeliharaan fasilitas dan peralatan taman; (b) pengidentifikasian dan pembuatan daftar kebutuhan tugas pemeliharaan rutin secara spesifik untuk mencapai standar pemeliharaan; (c) penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan tugas pemeliharaan rutin; (d) penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan; (e) penentuan kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan tugas tersebut; (f) penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan untuk setiap tugas tersebut; (g) penetapan perkiraan waktu pelaksanaan tugas yang tepat. 3. Alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau yang bersifat insidental direncanakan. 4. Jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman direncanakan. 5. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan yang meliputi penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas kepada kontraktor dibuat. 6. Pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas pekerjaan dilakukan. 7. Sistem analisis biaya pemeliharaan dibuat. Sternloff dan Warren (1984) menyatakan bahwa tujuan pemeliharaan adalah untuk menjaga taman dan area rekreasi beserta fasilitas dalam keadaan atau

26 8 mendekati aslinya. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola, yaitu (a) menetapkan prinsip-prinsip operasi, (b) mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan, dan (c) memelihara fasilitas berdasarkan standar pemeliharaan yang telah ditetapkan. Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan taman menurut Arifin dan Arifin (2000) sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan keterampilan pegawai, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan kerja di lapang, dan kelancaran komunikasi pimpinan dengan para mandor serta mandor dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang.

27 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim diakses 15 Februari 2011

28 10 Magang ini dilaksanakan pada bagian Divisi Staff Landscape yang dipimpin oleh Divisi Estate Management, dalam kurun waktu selama 3 bulan dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2011, dengan prosedur jam kerja magang selama 7 jam per hari. 3.2 Metode Magang Kegiatan magang meliputi kegiatan pada Bagian Staff Landscape. Metode kerja untuk kegiatan manajemen lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Partisipasi aktif dalam kegiatan administrasi kantor manajemen Telaga Golf Sawangan. Pekerjaan kantor yang dilaksanakan meliputi pembuatan rencana-rencana pemeliharaan, surat perjanjian kerja dan anggaran biaya pemeliharaan terhadap lanskap permukiman, seperti berbagai fasilitas publik, taman, dan ruang terbuka hijau. Kegiatan ini ditujukan untuk mempertahankan keberlanjutan lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan. 2. Pengamatan dan pekerjaan langsung di lapangan Pengamatan dan pengawasan langsung pada setiap pekerjaan pemeliharaan di lapangan, serta melakukan evaluasi langsung terhadap pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik lanskap, yang disertai dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisioner dengan penghuni dan karyawan perusahaan. Setelah hasil data terkumpul dilakukan analisis hasil data yang dibahas secara kualitatif dan kuantitatif. 3.3 Tahapan Magang Pelaksanaan studi terdiri dari beberapa tahapan proses magang, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap sintesis. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, menganalisisnya hingga akhirnya mendapatkan hasil atau output yang diinginkan sesuai dengan tujuan magang.

29 11 1. Tahap Persiapan Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lengkap guna mendukung penyusunan skripsi dengan mencari studi pustaka yang berkaitan dengan lanskap permukiman. Untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat, aspek yang perlu diperhatikan adalah kondisi permukiman Telaga Golf Sawangan, dengan melakukan kunjungan awal lokasi. Tahapan persiapan ini diawali dengan pembuatan proposal dan perolehan izin kegiatan magang kepada pihak pengelola. 2. Tahap Pengumpulan Data Tahapan pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei yang meliputi data aspek biofisik, aspek manajemen lanskap (struktur organisasi, pemeliharaan dan pelaksanaannya, aspek faktor internal dan eksternal, dan data administratif). Data primer juga dapat diperoleh dari data sosial ekonomi berdasarkan penyebaran kuisioner (Lampiran 1) dan wawancara terhadap pihak pengembang dan penghuninya. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan proses pemeliharaan dan pelaksanaan lanskap, data dari perusahaan dan dinas serta perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap (Tabel 1). Waktu pengumpulan data sekunder disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan pada saat magang berlangsung. Pengambilan sampel responden kuisioner dalam kegiatan magang dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling yang pemilihan elemen populasinya dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu dengan kategori judgement sampling. Kategori judgement sampling dilakukan dengan pengambilan sampel dengan sengaja sesuai dengan tujuan awal yaitu manajemen lanskap permukiman. Untuk mengetahui hasil dari proses manajemen lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan, Estate Manager, karyawan, dan penghuni digunakan sebagai sampel penyebaran kuisioner karena dianggap memiliki banyak informasi mengenai manajemen lanskap yang berlangsung di kawasan. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan menggunakan 40 responden yang terdiri dari 30 penghuni dan 10 karyawan di kantor teknik untuk mengetahui proses manajemen lanskap yang berlangsung di permukiman. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi rumah warga bersama dengan staff

30 lanskap Ibu Wuri, sehingga penghuni tidak merasa hal canggung ataupun takut akan perizinan dari pihak pengelola. Tabel 1 Jenis Data, Sumber, Cara Pengambilan Data, dan Analisis No. Jenis Data Sumber Cara Pengambilan Analisis A. Fisik dan Biofisik 1. Letak, Aksessibilitas Lapangan Studi Pustaka, Kualitatif (deskriptif) Survei 2. Tanah Dan Topografi Lapangan Studi Pustaka, Kualitatif (deskriptif) Survei 3. Iklim BMKG Studi Pustaka, Kualitatif (deskriptif) Survei 4. Vegetasi Lapangan Studi Pustaka, Kualitatif (deskriptif) Survei, Wawancara 5. Sirkulasi, Utilitas, Lapangan Studi Pustaka, Kualitatif (deskriptif) Fasilitas Survei, Wawancara B Sosial Ekonomi 1. Penghuni kawasan Lapangan Wawancara, Kuisioner Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (kuisioner) C. Manajemen Pemeliharaan Fisik 1. Hard material Lapangan Survei, Wawancara Kualitatif (deskriptif) 2. Soft material Lapangan Survei, Wawancara Kualitatif (deskriptif) Pengelolaan Lanskap 1. Struktur organisasi pengelola Lapangan Survei, Wawancara Kualitatif (deskriptif) 2. Tenaga kerja Lapangan Survei, Wawancara, Kuisioner Pelaksanaan Administrasi 1. SPK Lapangan Studi Pustaka, Wawancara 2. Anggaran biaya Lapangan Studi Pustaka, Wawancara Faktor Internal dan Eksternal TGS 1. Internal (strength dan Lapangan Studi Pustaka, weakness) Survei, Wawancara 2. Eksternal (opportunity dan threat) Keterangan: BMKG= Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika SWOT = Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat TGS Lapangan Studi Pustaka, Survei, Wawancara = Telaga Golf Sawangan 12 Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (kapasitas, HOK, dan kuisioner) Kualitatif (deskriptif) Kualitatif (deskriptif) Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (SWOT) Kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (SWOT)

31 13 3. Tahap Analisis Pada tahap analisis ini akan dilakukan pendekatan analisis kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (SWOT). a. Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengolah data inventarisasi yang didapat melalui studi pustaka, wawancara dengan pengelola dan penghuni, dan pengamatan langsung. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis potensi dan kendala yang terdapat pada aspek teknis, yaitu program manajemen lanskap yang sudah ada di permukiman Telaga Golf Sawangan. a. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan stategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 1997). Analisis SWOT juga merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah di permukiman berdasarkan faktor internal strengths, weaknesses dan faktor eksternal opportunities dan threats. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis SWOT secara kualitatif adalah analisis deskriptif yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berguna untuk menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya. Analisis secara kuantitatif yaitu dalam SWOT adalah dengan melakukan pemberian bobot dan rating sehingga menghasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan empat strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi itu adalah (a) SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; (b) ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, (c) WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan

32 14 yang ada, (d) WT, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Langkah-langkah dalam menggunakan analisis SWOT adalah sebagai berikut. a. Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang yang ada (David, 2008). b. Penentuan bobot setiap variabel Pembobotan dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada tapak. Sebelum melakukan pembobotan, ditentukan dahulu tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2 dan 3). Tabel 2 Formulir Tingkat Kepentingan Internal Simbol Faktor Internal Tingkat kepentingan Kekuatan S1 Kekuatan sangat besar S2 Kekuatan besar S3 Kekuatan sedang Sn Kelemahan Tingkat kepentingan W1 Kelemahan kurang berarti W2 Kelemahan yang berarti W3 Kelemahan sangat berarti Wn

33 15 Tabel 3 Formulir Tingkat Kepentingan Eksternal Simbol Faktor Eksternal Tingkat kepentingan Peluang O1 Peluang yang sangat tinggi O2 Peluang yang tinggi O3 Peluang sedang On Ancaman T1 Ancaman kurang berarti T2 Ancaman sedang T3 Ancaman sangat berarti Tn Pembobotan terhadap tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal dilakukan dengan metode paired comparison, yaitu membandingkan setiap faktor internal dengan faktor eksternal (Tabel 4). Menurut David (2008), penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4: skala 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal; skala 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal; skala 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal; skala 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal. Tabel 4 Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Faktor Strategis Internal/Eksternal A B C D Total Bobot A χ₁ α₁ B χ₂ α₂ C χ₃ α₃ D χ₄ α₄ TOTAL Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)

34 16 Bobot akhir setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear & Taylor 1991): a i = x i n i1 x i dengan αi = bobot variabel ke-i; xi = nilai variabel ke-i; i = 1,2,3,,n; n = jumlah variabel. c. Pembuatan Matriks Faktor Internal dan Eksternal Menurut Rangkuti (1997), penentuan peringkat pada masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingannya dengan nilai 1 4. Nilai peringkat faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman). Jika faktor positif tingkat kepentingannya sangat penting bernilai 4, penting bernilai 3, cukup penting bernilai 2, dan tidak penting bernilai 1, sedangkan jika faktor negatif memiliki tingkat kepentingan sangat penting bernilai 1, penting bernilai 2, cukup penting 3, dan tidak penting 4 (Tabel 5). Tabel 5 Skala Penilaian Peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Nilai peringkat Matriks IFE Matriks EFE Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Threats (T) Kekuatan sangat kecil Kekuatan sedang Kekuatan yang besar Kekuatan sangat besar Kelemahan sangat berarti Kelemahan yang berarti Kelemahan kurang berarti Kelemahan tidak berarti Peluang rendah, respon kurang Peluang sedang, respon rata-rata Peluang tinggi, respon diatas rata-rata Peluang sangat tinggi, respon superior Ancaman sangat besar Ancaman besar Ancaman sedang Ancaman sedikit Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Tabel 6).

35 17 Tabel 6 Formulir Skor Pembobotan Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Kekuatan (Strength) Bobot Rating Skor (Bobot x Peringkat) S1 S2 Sn Faktor Kelemahan (Weakness) W1 W2 Wn TOTAL Sumber: Rangkuti (1997) Tabel 7 Formulir Skor Pembobotan External Factor Evaluation (EFE) Faktor Peluang ( Opportunity) Bobot Rating Skor (Bobot x Peringkat) O1 O2 On Faktor Ancaman (Threat) T1 T2 Tn TOTAL Sumber: Rangkuti (1997) Dari total skor yang didapat dari pembobotan pemeringkatan diatas, akan diketahui kondisi internal dan eksternal Telaga Golf Sawangan berada pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internal-eksternal (IE) (Gambar 3). Total Skor IFE Tinggi Rata-rata Lemah TOTAL SKOR EFE Tinggi I II III Sedang 3 IV V VI Rendah 2 VII VIII IX Sumber: David (2008) Gambar 3 Matriks Total Skor (IFE dan EFE)

36 18 Gambar tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi yang harus dilakukan, tetapi kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu a) Kuadran I, II, dan IV dengan grow and build strategy yang merupakan upaya intensif perusahaan itu sendiri atau upaya diversifikasi; b) Kuadran III, V, dan VII dengan hold and maintain strategy, yaitu strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan; c) Kuadran VI, VIII, dan IX dengan harvest or divest strategy, yaitu usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang telah dijalankan. c. Penentuan Alternatif Strategi Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 8). Hubungan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman) digambarkan dalam matriks tersebut. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi. Tabel 8 Matriks SWOT Matriks SWOT Eksternal Opportunity (Peluang) Threats (Ancaman) Internal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Sumber: Rangkuti (1997) Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada. Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahankelemahan. Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. e. Pembuatan Tabel Rangking Analisis Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 9). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai

37 19 terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta meminimumkan ancaman (threats) dan kelemahan (weaknesses). Tabel 9 Rangking Alternatif Strategi No Alternatif strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT Skor Rangking SO1 SO2 SOn WO1 WO2 WOn ST1 ST2 STn WT1 WT2 WTn Sumber: Rangkuti (1997) 4. Tahap Sintesis Pada tahap sintesis dilakukan penyusunan alternatif dari pemecahan masalah, yang bertujuan memberikan rekomendasi yang baik mengenai strategi manajemen lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan 3.4 Batasan Studi Ruang lingkup dari kegiatan magang ini meliputi pengelolaan pelaksanaan pemeliharaan pada lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan. Setiap kegiatan magang yang dilaksanakan berada di bawah pengawasan Divisi Staff Landscape.

38 20 BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Letak, Luas, dan Aksesibilitas Permukiman Telaga Golf Sawangan terletak di tepi selatan Jakarta, tepatnya di kota Depok dan dapat ditempuh 40 km dari pusat kota Jakarta. Permukiman Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman yang sangat memperhatikan lingkungan dengan menyajikan panorama alam yang luas dan mampu menyejukkan mata. Siteplan Telaga Golf Sawangan dapat dilihat pada Lampiran 2. Telaga Golf Sawangan dikembangkan sejak tahun 1997 dengan total luasan 88 ha. Telaga Golf Sawangan telah memiliki sepuluh cluster, antara lain, Cluster Bali, Miami, Monako, Belanda, France, Espanola, Malaka, dan Great Britain, dengan jumlah rumah terbangun sekitar unit rumah. Lokasi dapat dicapai dari berbagai arah seperti Cinere, Depok, Ciputat, Pondok Cabe, dan Parung. Lokasi dapat ditempuh melalu jalan utama Sawangan, Depok. Pada tahun 2012 akan segera dilaksanakan pembangunan jalan tol Antasari-Cinere, Limo, sehingga akan mempermudah akses penghuni untuk menuju lokasi. Lokasi permukiman Telaga Golf Sawangan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Lokasi Permukiman Telaga Golf Sawangan

39 Kondisi Biofisik Tanah dan Topografi Tanah latosol merupakan jenis tanah yang mendominasi lahan permukiman Telaga Golf Sawangan. Tanah latosol merupakan tanah yang memiliki beberapa jenis warna, seperti warna merah, merah kecoklatan, dan coklat kekuningan. Berikut ini merupakan ciri khas dari jenis tanah latosol: (a) proses pembentukan tanah latosol disebut dengan istilah latosolisasi, terbentuk dengan syarat daerah tersebut memiliki suhu dan curah hujan yang tinggi; (b) terdapat di daerah iklim humid-tropik tanpa bulan kering hingga subhumid dengan musim kemarau agak lama; (c) meluas di daerah iklim tropis hingga iklim basah tropik dengan curah hujan mm/th; (d) bervegetasi hutan basah sampai sabana; (e)bertopografi dataran, bergelombang hingga pegunungan; (f) umumnya bahan induk vulkanik baik tuff maupun batuan beku; (g) meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif; (h) mengalami pencucian unsur-unsur basa, bahan organik dan silika; (i) tekstur lempung hingga geluh, struktur remah hingga gumpal lemah, dan konsistensi gembur. Tanah ini adalah tanah yang cukup subur sehingga cocok untuk penanaman vegetasi di kawasan permukiman. Ketinggian tempat rata-rata sekitar 90m dpl Iklim Kondisi permukiman beriklim sedang dengan suhu udara maksimum 26,4 C pada bulan September hingga Oktober dan suhu minimum pada bulan Februari sebesar 25,1 C, sedangkan suhu rata-rata tahunan sebesar 25,8 C. Kelembaban udara dengan rata-rata tahunan mencapai 84% dengan kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 89% dan kelembaban minimum yang terjadi pada bulan Agustus sebesar 79%. Kecepatan angin rata-rata tahunan sebesar 1 m/det dengan arah angin yang bertiup dari barat. Curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan April dengan jumlah sebesar mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 152,3 mm. Grafik iklim Sawangan, Depok, pada tahun dapat dilihat pada Gambar 5.

40 22 celcius % m/det mm Gambar 5. Grafik Iklim Sawangan, Depok, tahun

41 Vegetasi Vegetasi di Telaga Golf Sawangan ditanam sejak tahun 1997 saat awal proyek pembangunan kawasan permukiman dimulai, tetapi seiring dengan terus berjalannya proyek hingga saat ini, terdapat beberapa perubahan jenis tanaman karena adanya renovasi tanaman. Vegetasi yang terdapat pada tapak terdiri dari beberapa tanaman dengan berbagai macam kegunaan, seperti sebagai peneduh, estetika, pengarah jalan, dan sebagai kawasan konservasi. Pada tanah vertikal terdapat vegetasi seperti pohon, perdu, semak, ground cover, dan rumput. Ground cover didominasi oleh rumput peking (Zoysia matrella (L.) Merr.); median jalan dihiasi dengan palem raja (Roystonea regia) yang diselingi oleh euphorbia berduri (Euphorbia milii); bahu jalan ditanami pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.), pucuk merah (Syzygium oleina), kelapa sawit (Elaeis guineensis), dan lainnya. Berbagai jenis tumbuhan koleksi Kebun Raya Bogor terdiri dari tanaman kehutanan, pohon buah, pohon obat, dan pohon pelindung tumbuh subur di Telaga Golf Sawangan sejak proyek permukiman ini dibangun tahun Pohon-pohon langka yang tumbuh rimbun seperti merbau (Instia bijuga), kamper (Dryobalanops aromatica), eboni (Diospyros celebica), meranti (Shorea sp.), kecapi (Sandoricum koetjape), rukem (Flacourtia rukam), salam (Syzygium polyanthum), bisbul (Diospyros blancoi), kenari (Canarium commune), pule (Alstonia scholari), dan lain-lainnya dapat dijumpai disini. Terdapat pula kehidupan alami biota air tawar seperti udang, gabus, sepat, gapi, dan belut yang hidup tumbuh serta berkembang dengan baik di sini. Selain itu, juga dapat dijumpai beberapa fauna seperti tupai, burung tekukur burung hantu, hingga biawak yang dapat hidup aman di lingkungan permukiman Ruang Terbuka Hijau Permukiman Telaga Golf Sawangan memiliki motto sebagai hunian bernuansa resort yang berbasis lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada jumlah ruang terbuka hijau yang seimbang dengan pembangunan properti dan selaras dengan lingkungan sehingga mampu menciptakan kawasan hunian sehat yang bersinergi dengan lingkungan hidup. Penghuni yang cinta lingkungan benar-benar telah mendapat tempat yang sesuai dengan adanya sarana dan prasarana yang

42 24 mendukung hidup dalam sebuah lingkungan yang nyata dengan konsep Green Real Estate ini. Sebanyak 45% kawasan ini terdiri dari ruang terbuka hijau, yaitu vegetasi yang mampu memberikan manfaat bagi permukiman seperti keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan. Ruang-ruang terbuka hijau yang terdapat di Telaga Golf Sawangan sudah dapat dinikmati saat memasuki kawasan permukiman ini. Setelah memasuki gerbang utama penghuni disuguhi jajaran pohon-pohon yang menjulang dan rimbun, yang diselingi dengan taman-taman jalur hijau di median jalan, dan di sepanjang tepi jalan utama boulevard yang didominasi oleh pohon palem raja (roystonea regia) dengan groundcover rumput peking (Zoysia matrella (L.) Merr.). Berbagai elemen ekosistem ditempatkan oleh pengembang, seperti hutan konservasi buatan berukuran kecil dan danau di sekitarnya. Keberadaan kolam air mancur di boulevard menambah estetika. Telaga dan danau, didukung taman asri yang luas dengan pohon-pohon yang rimbun, jogging, dan biking track serta jalur bagi pejalan kaki yang ditata dengan bebatuan alami, melengkapi lanskap alamnya. Hadirnya perairan menyegarkan suasana. Lanskap alam ini diperindah lagi dengan patung-patung yang menghiasi jalan utama. Keseluruhan aksen air dan pepohonan yang ada sangat mendukung konsep resort yang dimiliki Telaga Golf Sawangan. Keberadaan ruang terbuka hijau di permukiman Telaga Golf Sawangan sudah mendapatkan pengakuan di Indonesia. Permukiman ini mendapat sebutan sebagai Green Real Estate yang diakui oleh masyarakat, hal ini dapat dilihat dengan beberapa penghargaan yang telah diraih seperti penghargaan Best Indonesia Green Award 2010 yang diselenggarakan majalah Bisnis & CSR dan dua kali menjuarai penghargaan Green Property Award pada tahun 2009 dan 2010 untuk kategori permukiman yang sedang dikembangkan (jadi bukan hanya konsep) versi Majalah Housing Estate. Ketersediaan ruang terbuka hijau yang memadai ini pula yang selalu menjadi pertimbangan para pengunjung yang berniat membeli rumah baru, karena kualitas dan kuantitas RTH yang baik mampu menambah daya jual rumah dan menjadi daya tarik tersendiri bagi peminatnya.

43 25 Berbagai ruang terbuka hijau yang disediakan di permukiman ini memiliki manfaat yang luar biasa bagi penghuninya. Pembangunan kolam-kolam besar yang dirangkai menjadi sumber mata air berbentuk laguna pada beberapa lokasi menjadi pusat utama kegiatan konservasi tersebut. Pada masa pembangunan, kolam tersebut menjadi penjaga atau buffer perpindahan sedimen tanah dari dalam proyek keluar permukiman sehingga pembangunan hunian tidak akan menyebabkan pendangkalan sungai atau danau di sekitarnya. Beberapa jenis tumbuhan langka koleksi Kebun Raya Bogor yang tumbuh di sepanjang laguna menjadi sebuah arboretum tumbuhan yang menyimpan keanekaragaman hayati, yang kini telah menjadi sarana pendidikan yang menyenangkan untuk anak-anak. Di dalam fasilitas lingkungan yang ditata mirip hutan kecil ini anak-anak dapat bermain sambil mengenal berbagai jenis pepohonan sekaligus mengenal biota air tawar sebagai bagian ekosistem alam seperti yang dipelajari di sekolah. Vegetasi penyusun tata hijau di kawasan Telaga Golf Sawangan juga memiliki beberapa fungsi, antara lain, sebagai pembentuk ruang, pengontrol kebisingan, pengontrol visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta fungsi-fungsi pendukung lainnya. Gambar 6 Ruang Terbuka Hijau pada Lingkungan Permukiman Sarana dan Prasarana Sirkulasi Sirkulasi di permukiman Telaga Golf Sawangan terdiri dari jalan boulevard yang merupakan jalan utama sekaligus kolektor yang dimulai dari gerbang utama, menghubungkan jalan masuk gerbang-gerbang cluster. Jalan ini ditandai dengan adanya median jalan dan bundaran.

44 26 Gambar 7 Jalan Sirkulasi Utama Permukiman Jalan kolektor cluster yang menjadi jalur transportasi kendaraan dan pejalan kaki dibuat menggunakan konstruksi perkerasan konblok untuk mengurangi aliran permukaan (run-off). Jalan ini memiliki batas maksimal kecepatan bagi kendaraan bermotor yang melintas, yaitu maksimal 30 km/jam, untuk menghindari kecelakaan, ataupun kegiatan transportasi yang merugikan seperti balapan. Jalan ini dilengkapi dengan lampu jalan, berm jalan, tempat sampah, serta beberapa street furniture yang terletak di bundaran seperti patungpatung, kolam, dan taman. Cul-de-sac adalah tipe sirkulasi yang diterapkan di permukiman ini, yaitu dengan hanya terdapat satu sirkulasi utama yang diawali satu jalur masuk gerbang utama, serta jalur masuk dan keluar per cluster sehingga dapat menciptakan pengawasan keamanan yang ketat bagi penghuni permukiman Fasilitas Fasilitas yang terdapat di Telaga Golf Sawangan dibuat sebagai penunjang aktivitas penghuni. Semua fasilitas yang ada dibuat dengan akses yang mudah dicapai oleh penghuni, jalan di lingkungan permukiman dibuat selebar 12 meter demi kenyamanan lalulintas bagi penghuni. Fasilitas di dalamnya terdiri dari fasilitas umum dan fasilitas sosial. Pihak pengembang menyediakan fasilitas umum seperti fasilitas spiritual, yaitu masjid Al-Amin sebagai media beribadah umat muslim, dan fasilitas pendidikan sekolah anak doctorabbit preschool dengan akses yang mudah dengan letak yang strategis serta jauh dari bahaya bagi anak-anak kecil sehingga orang tua merasa aman terhadap keselamatan anak mereka. Fasilitas pendukung seperti fasilitas komersil berupa minimarket disediakan di depan kantor pemasaran,

45 27 fasilitas rekreasi air seperti kolam renang Aquatic Fantasy, fasilitas olahraga fitness center terletak disebelahnya. Sebuah taman konservasi berukuran kecil tersedia di Cluster Bali bernamakan City Forest, di dalamnya terdapat beberapa koleksi vegetasi langka yang didapatkan langsung dari Kebun Raya Bogor, serta adventure park. Gambar 8 Aquatic Fantasy Gambar 9 Masjid Al-Amin Taman lingkungan dapat ditemukan di setiap cluster rumah dengan konsep yang berbeda sesuai konsep cluster tersebut. Sebagai contoh taman lingkungan di Cluster France yang terletak di depan gerbang cluster ini memiliki konsep sederhana dengan penambahan patung pemikir sebagai pemberi ciri khas Negara Perancis; taman yang terdapat di Cluster Bali dihiasi dengan ornamen patung yang biasa dijumpai di pura Bali; demikian pula dengan taman lingkungan yang tersedia di clusters lainnya juga memiliki ciri khas tersendiri. Di dalam cluster juga disediakan jogging track. Fasilitas keamanan di setiap cluster dilihat dari keberadaan pos satpam yang dijaga ketat oleh satpam yang beroperasi 24 jam dengan jadwal patroli setiap setengah jam. Dengan demikian tidak pernah ditemukan kejadian yang dapat membahayakan keamanan dan kenyamanan penghuni terhadap keluarga dan rumahnya Utilitas Utilitas yang disediakan di dalam Telaga Golf Sawangan dibuat dengan sangat memperhatikan aspek keamanan dan kenyaman penghuni. Utilitas yang tersedia di permukiman yang meliputi listrik, gas, telekomunikasi menggunakan

46 28 sistem serat optik dengan keseluruhan kabel dan infrastrukturnya terdapat di dalam tanah sehingga tidak merusak pemandangan alam yang tersedia. Sumber mata air, saluran drainase, pengelolaan sampah, dan proses pemurnian air sangat diperhatikan dengan baik oleh pihak pengelola. Telaga Golf membangun UPS (Unit Pengelolaan Sampah) Terpadu, tempat sampah organik diolah menjadi kompos sedangkan sampah inorganik dipilah oleh pemulung untuk dimanfaatkan. Pengendalian pencemaran air limbah rumah tangga dan erosi tanah akibat pembangunan proyek menjadi perhatian utama dalam konsep konservasi tanah dan air di permukiman ini, yang bertujuan menjaga keutuhan ekosistem. Di setiap rumah dan laguna buatan terdapat filter dan resapan di dalamnya merupakan sistem drainase utama sebelum air bermuara ke pembuangan akhir di luar proyek. Saluran pembuangan limbah rumah tangga yang dibuatkan di setiap rumah tidak diperbolehkan untuk diubah oleh penghuni. Limbah rumah tangga yang mengalir bersama air dari dapur dan kamar mandi ditangkap terlebih dahulu dalam sebuah saringan yang terbuat dari kawat lasa anti karat. Air limbah meresap ke dalam tanah melalui struktur ijuk, batu, pasir, dan kerikil kemudian sisanya lagi mengalir ke dalam selokan. Selanjutnya, air yang sudah tersaring dari setiap rumah yang mengalir melalui selokan bergerak menuju laguna buatan yang berisi tanaman air yang dikondisikan serupa dengan ekosistem rawa. Laguna buatan memiliki fungsi yang unik, yaitu sebagai penampung endapan tanah hasil erosi dan pengolah limbah yang mengandalkan tumbuhan sebagai penyerap sisa-sisa zat pencemar yang masuk ke dalam laguna. Laguna buatan juga memiliki filter dan resapan tersendiri di dalamnya. Proses pengendalian pencemaran air limbah ini yang dilalui oleh beberapa tahap penyaringan dan pemurnian air mengupayakan agar air limbah yang berasal dari rumah penghuni tergolong relatif bersih dan tidak tercemar lagi. Di dalam proses ini telah terjadi pemurnian air secara alami sebelum akhirnya air mengalir ke luar proyek permukiman.

47 Sosial Ekonomi Penghuni Telaga Golf Sawangan terdiri atas karyawan dari berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta serta masyarakat umum. Warga yang tinggal di Telaga Golf Sawangan dan sekitarnya kebanyakan menganut agama Islam, sebagian kecil beragama Katolik, Protestan dan Budha. Permukiman ini diperuntukan bagi golongan masyarakat menengah ke atas, hal ini dapat dilihat dari harga rumah yang dijual dengan harga termurah dari 350 juta rupiah. Masyarakat penghuni Telaga Golf Sawangan turut serta aktif dalam menjaga kondisi lingkungannya. Pihak pengembang memberi kepercayaan kepada perwakilan penghuni untuk menjalani kepengurusan dengan membagi dua kepengurusan RW: RW 08 dipercaya untuk mengurus 5 cluster, yaitu cluster bernuansa Bali, Miami-Monaco-Malaka, Espanola, France, dan Britain yang masing-masing memiliki satu kepengurusan RT di dalamnya; RW 10 terdapat di Cluster Belanda yang di dalamnya terdapat tiga kepengurusan RT, yaitu RT 1 sampai 3. Semua kepengurusan warga ini sejak bulan Februari tahun 2099 bekerja sama dengan pihak pengelola PT Cisadane Perdana dalam hal memelihara kondisi fisik dan visual lingkungannya agar tetap terjaga keberlangsungannya. Keberadaan kawasan permukiman ini merupakan lapangan pekerjaan yang potensial bagi masyarakat sekitar kawasan. Masyarakat sekitar biasanya menjadi pekerja di Telaga Golf Sawangan, sebagian dari mereka ada yang menjadi satpam, ada pula yang menjadi pekerja bangunan dan pemelihara lansekap dari pihak kontraktor atau dari pihak kepengurusan warga. Mayoritas semua pembantu rumah tangga juga merupakan masyarakat sekitar. Para pedagang pun dapat mencari peruntungan di kawasan ini. Mereka dikelola dengan baik oleh pengembang dengan mengontrol jumlah pedagang dan memberikan identitas khusus bagi pedagang Telaga Golf Sawangan, sehingga masyarakat merasa aman terhadap orang asing yang memasuki kawasan ini.

48 Organisasi Manejemen Pemeliharaan Lanskap Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana Permukiman Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman yang berada di bawah sebuah developer besar, yaitu Sinarmas Land, PT Cisadane Perdana dipercaya untuk mengembangkan kawasan ini sejak tahun Struktur organisasi PT Cisadane Perdana merupakan organisasi yang berbentuk garis dan staf, yang dengannya seorang pemimpin memiliki komando perintah dan wewenang langsung kepada bawahan. Permukiman ini dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang merupakan pimpinan dari Sinarmas Land yang membawahi langsung PT Cisadane perdana. PT Cisadane perdana sendiri dipimpin oleh seorang General Manager yang memimpin tiap unit bagian yang dipimpin kembali oleh beberapa Manajer bagian, yaitu Financial Accounting Manager, Estate Manager, Project Manager, Planning Manager. Keseluruhan unit bagian tersebut membawahi bagiannya tersendiri sesuai dengan tanggung jawabnya. Struktur organisasi PT Cisadane Perdana dapat dilihat secara umum pada Gambar 10. Direktur Utama General Manager Tio Budy Waltono Financial Accounting Manager Juana Vivi Estate Manager Najih Planning Manager Bambang Witjaksono Project Manager Haris Sidjabar Pemasaran Lanskap Drafter Pengawas Kasir Aquatic Fantasy Utilitas Security Perijinan Customer Service Pelaksanaan Gambar 10 Struktur Organisasi PT Cisadane Perdana

49 31 Pemeliharaan lanskap Telaga Golf Sawangan dikelola dan diawasi oleh Estate Manager yang dipimpin oleh Bapak Najih Nahalih. Sejak tahun 1998, Bapak Najih telah bertugas dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager. Estate Manager dalam melakukan tugas di bagian lanskap dibantu oleh seorang koordinator lanskap, seorang pengawas lapang, dan pekerja lapang lainnya. Struktur organisasi lanskap dapat dilihat pada Gambar 11. Estate Manager Landscape Supervisor Senior Inspector Kontraktor CV BOTANI ASRI Badan Pemelihara Lingkungan Staff Maintance In-house Pekerja Lapang Pekerja Lapang Pekerja Lapang Gambar 11 Struktur Organisasi Pemeliharaan Lanskap Manajemen Lanskap Telaga Golf Sawangan Telaga Golf Sawangan merupakan permukiman dengan kawasan lanskap yang cukup luas sehingga dibutuhkan bagian lanskap untuk mengelola dan menjaga lanskap yang ada. Bagian pengelolaan lanskap dipimpin oleh seorang Estate Manager. Proses pemeliharaan di Telaga Golf Sawangan dilaksanakan oleh tiga pihak, yaitu kontraktor dari perusahaan CV Botani Asri, in-house (developer), dan dari pihak kepengurusan warga. Pemeliharaan kawasan lingkungan di setiap cluster ditangani pemelihara dari pihak kepengurusan warga yang bekerja sama dengan pihak developer. Setiap RT setempat bertanggung jawab mensosialisasikan kepada penghuni lainnya mengenai adanya kegiatan pemelihara lingkungan. Untuk menjaga keberlangsungan kegiatan pemeliharaan lingkungan, pihak badan pemelihara lingkungan menetapkan iuran pemeliharaan lingkungan (IPL) bulanan kepada

50 32 setiap kepala keluarga dimulai dari Rp ,00 pada rumah dengan luasan 100 m² (Tabel 10). Iuran tersebut akan dialihkan untuk kebutuhan lingkungan per cluster seperti biaya pembelian kebutuhan alat dan bahan pemeliharaan, pembayaran gaji pekerja keamanan (satpam), gaji pekerja pemelihara lingkungan, dan sebagainya. Tabel 10 Tarif Dasar IPL Luas Tanah Tarif IPL 100 m² Rp ±120m² Rp ± m² Rp ± m² Rp m² Rp Sumber: wawancara Tugas pokok dan tanggung jawab pekerja di bagian pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut. a. Estate Manager Manager Pengelolaan bertanggung jawab menangani pelaksanaan keseluruhan dari bagian pengelolaan. Lingkup pekerjaan yang dilakukan Estate Manager terdiri dari beberapa subdepartemen dengan tujuannya masing-masing sebagai berikut. 1. Sub Departmen Estate a. Penghematan biaya pengelolaan 60% dengan melakukan serah terima pengelolaan cluster kepada warga. 2. Sub Departemen Lanskap a. Menciptakan dan mempertahankan konsep lanskap yang ramah lingkungan yang dapat mendukung penjualan rumah dengan memperhatikan kemudahan dengan pemeliharaan selanjutnya. b. Merencanakan seluruh program penghijauan termasuk estimasi biayanya.

51 33 c. Melaksanakan program penghijauan yang telah disetujui, mulai dari pembentukan lahan sampai dengan penanaman. d. Melakukan perawatan lingkungan, meliputi: Kebersihan jalan dan saluran, menjaga keasrian dan keindahan lingkungan, perawatan tanaman dan taman. e. Membawahi staf lanskap dan karyawan harian serta membuat jobdes masing-masing bagian. f. Mencari cara-cara inovatif agar tercapai efisiensi kerja yang optimal. g. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan baik dengan bagian lain di dlm proyek. 3. Sub Departemen Aquatic Fantasy a. Meningkatkan 20% surplus pendapatan aquatic fantasy dari tahun 2008 melalui tiket, café, dan fitness center dengan melakukan promosi dan kerja sama dengan sekolah-sekolah dan perusahaan-perusahaan. Dalam pelaksanaan pemeliharaan lanskap, Manager Pengelolaan dibantu oleh Landscape Supervisor. b. Kasir Pekerjaan kasir merupakan pekerjaan yang bersifat bersentuhan langsung dengan user. Kasir bertugas menerima pembayaran iuran kebersihan lingkungan dan pembayaran pembayaran lain yang berhubungan dengan pengelolaan di lingkungan permukiman. c. Divisi Administrasi dan Keuangan Pengelolaan Divisi administrasi dan keuangan pengelolaan menangani dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pembuatan dokumendokumen seperti Surat Perjanjian Kerja (SPK), surat kontrak kerja, serta surat tagihan kepada kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan perawatan di lingkungan permukiman Telaga Golf Sawangan. d. Divisi Lanskap Divisi lanskap melakukan pengawasan di lingkungan permukiman, membuat jadwal bagian pemeliharaan di kawasan permukiman yang akan dilimpahkan kepada kontraktor, dan sejenisnya. Supervisor Tata Lingkungan dibantu oleh beberapa pekerja yang bertugas memantau setiap perkembangan

52 34 yang terjadi di lapangan, baik pengawas dari pihak developer maupun dari kontraktor. Supervisor menerima segala keluhan dan saran dari penghuni mengenai lingkungan permukiman demi memberikan kepuasan bagi penghuni sebagai user. e. Koordinator Keamanan dan Humas Koordinator keamanan Telaga Golf Sawangan masih merupakan anggota militer setempat. Koordinator menjadi pemimpin dalam pelaksanaan kepemimpinan dan mengkoordinasikan seluruh staff keamanan di lingkungan permukiman dibantu oleh security senior. Setiap hari pukul WIB diadakan apel pagi oleh pimpinan dengan tujuan untuk memberikan pengarahan, cara kerja, serta mengingatkan peraturan penjagaan keamanan untuk meningkatkan kewaspadaan. Koordinator keamanan juga membuatkan pembagian jadwal kerja antara jadwal jaga pagi dan malam hari. f. Officer Fasilitas Officer Fasilitas bertugas menangani fasilitas-fasilitas komersial di lingkungan permukiman Telaga Golf Sawangan, seperti tempat rekreasi air aquatic. Aquatic memiliki kepengurusan sendiri di dalamnya yang masih berada dalam pengawasan Estate Manager. Lanskap di dalam aquatic juga memiliki kontraktor tersendiri yang terdiri dua kontraktor, satu kontraktor untuk pemeliharaan air kolam, dan sisanya merupakan kontraktor pemelihara lingkungan lanskapnya Manajemen Pemeliharaan Lanskap Sistem Pemeliharaan Pihak pengelola menetapkan sistem pemeliharaan lanskap dengan cara kontrak dan kerja sama dengan pihak warga. Pekerjaan pemeliharaan lanskap pada beberapa kawasan diserahkan dan menjadi tanggung jawab pihak kontraktor CV BOTANI ASRI, sedangkan untuk kawasan cluster pihak estate menyerahkan tanggung jawab kepada warga dengan membentuk badan pemelihara lingkungan (BPL). Pemeliharaan yang efektif diharapkan oleh pihak pengelola ketika memutuskan menggunakan sistem kontrak.

53 35 Pihak pengelola mempercayakan kepada kontraktor untuk pelaksanaan pemeliharaan lingkungan permukiman, meliputi boulevard (jalan utama, jalur hijau, dan median jalan), kavling kosong, dan pengangkutan sampah rutin setiap hari. Lama waktu pekerjaan kontraktor dilakukan sesuai kesepakatan awal antara pihak pengelola dan kontraktor, biasanya selama tiga periode yang setiap periodenya memiliki waktu selama satu bulan. Kesepakatan tersebut ditulis dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK) dengan batas waktu yang telah ditentukan dan kemudian diperpanjang kembali dengan syarat-syarat yang ditentukan. Keputusan perpanjangan kontrak dibuat oleh pengelola dengan mengajukan surat permohonan perpanjangan kerja dengan kontrak baru, memberikan siteplan yang sudah ditandai sebagai area pemeliharaan, menetapkan budget dan kontrol, dan kemudian menyusun surat perjanjian kerja yang baru. Setiap lokasi pemeliharaan memiliki kontrak kerjanya tersendiri, yang terdiri dari pembuatan SPK, berita acara kemajuan pemeliharaan dalam setiap satu setengah bulan, serah terima pekerjaan ke developer dari kontraktor setelah pekerjaan selesai, SPK borongan (lokasi kavling kosong) sebagai lampiran, pembuatan permohonan perpanjangan kerja dari kontraktor, dan penyerahan surat persetujuan dari pihak pengelola developer untuk melanjutkan kontrak tersebut (Lampiran 3). Pihak kontraktor memliki seorang pengawas yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan pemeliharaan di lokasi. Tenaga kerja kontraktor melaksanakan pekerjaan pemeliharaan fisik sesuai dengan tanggung jawabnya berdasarkan SPK yang telah disepakati. Pihak pengelola estate yang diwakili landscape supervisor memiliki tanggung jawab untuk mengawasi pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan oleh kontraktor. Kegiatan opname (sidak pemeliharaan) dilakukan setiap tanggal 25 pada setiap bulan. Pihak landscape supervisor mengawasi dan menganalisis hasil kerja kontraktor serta memiliki hak untuk menegur secara langsung baik kontraktor maupun tenaga kerjanya apabila terjadi kekurangan ataupun ketidaksesuaian dengan standar pemeliharaan yang sudah ditetapkan pada SPK. Menurut Arifin dan Arifin (2005), kontraktor pemeliharaan taman memiliki kuantitas alat yang memadai serta kualitas tenaga kerja yang baik. Kontraktor yang baik akan selalu bekerja profesional untuk menghasilkan kualitas

54 36 pemeliharaan yang sesuai dengan kesepakatan kerja yang telah dibuat dalam kontrak dan berusaha menjaga nama baik perusahaan demi keberlanjutan pekerjaannya. Pihak pengelola diharapkan teliti dan hati-hati dalam memutuskan pemilihan perusahan kontraktor jasa pemeliharaan yang akan digunakan, serta tidak pernah luput untuk selalu mengawasi kinerja pemeliharaan selama periode kotrak kerja pemeliharaan. Sejak tahun 1998, pemeliharaan terhadap lingkungan cluster permukiman dilakukan oleh pihak pengelola. Namun, seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2002 pihak pengelola memutuskan untuk memberikan tanggung jawab pemeliharaan dengan menjalankan kerja sama dengan kepengurusan warga. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar dari rumah dan kavling dalam cluster sudah melalui proses serah terima kepada penghuni. Kerja sama pengelola dengan Badan Pemelihara Lingkungan (BPL) dari pihak warga ini diharapkan mampu meminimalkan biaya operasional pemeliharaan yang harus dikeluarkan oleh pengelola sehingga pengelola tidak secara terus-menerus mengeluarkan biaya subsidi pemeliharaan cluster. Selain itu, pemeliharaan lingkungan yang dikelola warga ini diharapkan dapat memberikan rasa tanggung jawab kepada warga untuk memelihara lingkungannya. Kegiatan pemeliharaan lingkungan yang dilakukan BPL meliputi pengelolaan keamanan lingkungan, kebersihan dan pemeliharaan lanskap, lampu, listrik, dan pengelolaan sampah rumah tangga dan taman. Penggunaan sistem pemeliharaan kontrak dan kerja sama ini memudahkan pelaksanaan pemeliharaan yang ada sehingga pihak pengelola hanya perlu mengatur dan menetapkan standar awal pemeliharaan yang ideal, kemudian pihak kontraktor dan BPL yang menjalankannya sesuai dengan perjanjian kontrak. Sistem ini juga menguntungkan kedua belah pihak baik dari pengelola maupun kontraktor dan BPL. Ketika pelaksanaan pemeliharaan dilimpahkan kepada pihak kontraktor atau BPL, pihak pengelola dapat mengurangi beban yang ada dan meminimalkan pengeluaran biaya. Hal ini disebabkan oleh pihak pengelola tidak perlu mempekerjakan tenaga kerja pemelihara in-house yang banyak sehingga dapat menghemat biaya dari sisi gaji tenaga kerja, dan biaya pemeliharaan alat dan bahan. Bagi pihak kontraktor, sistem kontrak juga menguntungkan dari segi ekonomi karena mereka mendapatkan bayaran pemeliharaan secara kontrak sesuai

55 37 perjanjian pada SPK dari pihak pengelola dan sesuai pula dengan kualitas kinerja pemeliharaan yang mereka miliki. Badan Pemelihara Lingkungan mendapatkan keuntungan dari segi kemudahan pengawasan langsung oleh pihak warga sebagai penghuni kawasan cluster sehingga warga yang membayar iuran pemeliharaan merasa puas melihat kinerja BPL secara langsung, dan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan bagi warga terhadap pekerja BPL karena hubungan baik antara warga dan pekerja setiap harinya. Kekurangan dari sistem ini adalah berkurangnya rasa tanggung jawab dari pihak estate selaku pemelihara permukiman karena pekerjaannya yang sudah dikerjakan pihak lain, semestinya estate menetapkan jadwal opname tidak dalam kurun waktu sebulan sekali, melainkan minimal seminggu sekali. Dengan demikian pekerjaan lebih terkontrol sehingga mengurangi resiko kesalahan atau kekurangan dalam sistem pemeliharaan. Pelaksanaan opname (pengawasan) yang lebih intensif juga mampu meningkatkan keharmonisan kontrak kerja kedua belah pihak karena pihak kontraktor dan BPL menjadi merasa lebih bertanggung jawab akan pekerjaannya, akibat pekerjaan pemeliharaan yang mereka lakukan diapresiasi dengan baik oleh estate Pembagian Area Pemeliharaan Pemeliharaan lanskap di Telaga Golf Sawangan dibagi menjadi beberapa wilayah area, tingkat pemeliharaan, serta pihak pemelihara yang berbeda (Gambar 12). Kegiatan pemeliharaan dilakukan tiga pihak, yaitu oleh pihak kontraktor, pihak warga oleh organisasi Badan Pemelihara Lingkungan (BPL), dan pihak pengembang yang tenaga kerjanya biasa disebut in-house, hal ini bertujuan untuk memudahkan pengawasaan proses pemeliharaannya. Terdapat tiga tingkat pemeliharaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan checklist pemeliharaan lanskap, yaitu intensif, semi-intensif, dan extensif (insidental) (Lampiran 4). Luas wilayah berbeda-beda sehingga sangat berpengaruh terhadap perencanaan jadwal pemeliharaan, perhitungan jumlah tenaga kerja, jumlah peralatan pemeliharaan, serta anggaran biaya tiap area pemeliharaan.

56 38 Gambar 12 Wilayah Area Pemeliharaan Kawasan pemeliharaan dibagi menjadi sepuluh bagian dengan tiga wilayah utama.wilayah 1 yang terdiri dari public goods area seperti welcome area dan boulevard (jalur utama jalan, jalur hijau, median jalan dan bahu jalan) dipelihara dengan intensif karena selalu dilewati user sehingga harus selalu terlihat rapih dan bersih serta memberi kesan yang indah. Proses pemeliharaannya dikelola oleh kontraktor CV BOTANI ASRI dengan Pak Bukhori sebagai kepalanya, dan Pak Lolo sebagai pengawas lapang. Wilayah 2 merupakan keseluruhan daerah cluster di dalam permukiman (Cluster Bali, Cluster Espanola, Cluster Malaka-Monaco-Miami, Cluster Belanda, Cluster France, dan Cluster Great Britain) dengan tingkat pemeliharaan yang intensif pada berm, saluran, jalan dan semi intensif pada pemeliharaan taman lingkungan. Proses pemeliharaan ini dilakukan oleh Badan Pemelihara Lingkungan (BPL) dengan pengawas lapang Pak Yudi yang selalu berkonsultasi dengan pihak estate developer Pak Najih. Wilayah 3 merupakan pemeliharaan pada kavling kosong yang terdapat di bahu jalan boulevard dan di dalam cluster dengan tingkat pemeliharaan semi intensif dan insidental yang dilakukan oleh kontraktor CV Botani Asri (Tabel 11).

57 39 Tabel 11 Pembagian Wilayah Pemeliharaan Telaga Golf Sawangan Wilayah Cakupan Wilayah Tingkat Pemeliharaan Wilayah I (CV BOTANI ASRI) Wilayah II (Badan Pemelihara Lingkungan) Wilayah III (CV BOTANI ASRI) 1. Welcome area, 2. Boulevard (jalan utama, jalur median, jalur hijau jalan, bahu jalan) 1. Cluster Bali 2. Cluster Espanola, 3. Cluster Malaka-Monaco- Miami, 4. Cluster Belanda, 5. Cluster France, 6. Cluster Great Britain 1. Kavling kosong per cluster 2. Kavling kosong pada bahu jalan boulevard 1. Intensif 1. Intensif (kawasan perumahan; berm, saluran, jalan) 2. Semi-intensif (taman lingkungan per cluster) 1. Semi-intensif 2. Extensif (Insidental: pohon tumbang, dll) Sumber: survei dan wawancara Pengelolaan Tenaga Kerja Tenaga Kerja PT Cisadane Perdana membagi jenis tenaga kerja menjadi dua: pegawai staf dan pegawai nonstaf. Pegawai staf merupakan pegawai dengan tanggung jawab pekerjaan yang lebih besar, serta berperan aktif dalam mengambil keputusan. Pegawai staf memiliki kemampuan dan keahlian di bidang nya masing-masing, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, dan pengalaman bekerja di bidangnya. Pegawai staf pada Telaga Golf Sawangan adalah direktur utama, General Manager, beberapa manager unit, dan para pegawai seksi lainnya. Upah kerja pegawai staf merupakan hal pasti yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, pembayaran gaji dilakukan setiap sebulan sekali tepatnya di akhir bulan, gaji yang diperoleh berbeda-beda satu sama lainnya sesuai dengan jabatannya. Setiap pegawai di Telaga Golf Sawangan harus mematuhi peraturan tata tertib yang telah ditetapkan perusahan. Pegawai nonstaf merupakan pegawai yang tingkatannya di bawah pegawai staf. Pegawai nonstaf di Telaga Golf Sawangan terbagi atas karyawan bulanan dan

58 40 karyawan harian. Karyawan bulanan adalah karyawan yang dipekerjakan di dalam perusahaan yang diterima menurut syarat tertentu dari perusahaan sesuai dengan keahlian pekerjaannya. Karyawan bulanan merupakan karyawan yang telah lama bekerja di perusahaan dan memiliki keahlian yang telah dipercaya oleh perusahaan. Karyawan bulanan meliputi satpam, supir, dan lain-lain. Karyawan harian adalah karyawan yang dipekerjakan sesuai dengan syarat umum dalam perusahaan yang berguna untuk mendukung kegiatan perusahaan. Karyawan harian yang dimaksud seperti office boy, dan tenaga kerja pemeliharaan lanskap. Upah yang diperoleh karyawan harian dihitung dari perhari kedatangan mereka, upahnya pun bervariasi antara Rp ,00 sampai Rp ,00 per hari, untuk pembayaran karyawan harian diberikan setiap sebulan sekali di akhir bulan, ada juga yang setiap dua minggu sekali. Keseluruhan tenaga kerja di Telaga Golf Sawangan terkecuali tenaga kerja pemelihara lanskap memiliki jam kerja yang sama, yaitu dari mulai pukul sampai dengan pukul Tenaga kerja yang mendapatkan tugas lembur akan mendapatkan upah tambahan lembur dan diharuskan membuat laporan kerja lembur karyawan harian. Tenaga kerja pemeliharaan lanskap dari pihak kontraktor sebanyak 27 orang tenaga kerja, Badan Pemelihara Lingkungan memiliki tenaga kerja sebanyak 12 orang, dan tenaga kerja in-house sebanyak 4 orang. Pembagian jumlah tenaga kerja lanskap secara keseluruhan berdasarkan jenis kegiatan pemeliharaan lanskap yang berlangsung dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Tenaga Kerja Pelaksana Pemeliharaan Lanskap No. Jenis Pemeliharaan Lanskap Jumlah (orang) 1. Pemupukan rumput gajah dengan NPK 2 2. Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 8 3. Penyapuan jalan Penyiraman rumput dan ground cover dengan mobil tangki air 2 5. Penyiraman pohon dengan mobil tangki air 2 6. Penyiangan gulma 2 7. Pemangkasan semak 4 8. Pengangkutan sampah 2 9. Pembersihan kavling kosong 8 TOTAL 43 Sumber: survei dan wawancara

59 Kapasitas dan Efektivitas Tenaga Kerja Pemeliharaan lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan (TGS) dilakukan oleh pihak kontraktor dan Badan Pemelihara Lingkungan dengan jadwal rutin masing-masing pekerjaan, sedangkan untuk pemeliharaan yang insidental dilakukan oleh tenaga kerja in-house dari pengelola sesuai dengan perintah. Kontraktor memiliki peralatan dan bahan yang menunjang kegiatan pemeliharaan dengan jumlah dan kualitas yang baik, agar pekerjaan yang dipercayai oleh pengelola dapat dilaksanakan dengan baik, tepat waktu dan sesuai dengan standar pemeliharaan yang telah disepakati. Kapasistas kerja kontraktor lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan diperoleh berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan di lapang, kemudian nilai kapasitas tersebut dibandingkan dengan kapasitas kerja pada Arifin dan Arifin (2005) (Tabel 13). Tabel 13 Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Telaga Golf Sawangan No. Jenis Pemeliharaan Taman Kapasitas Kerja (per jam) Telaga Golf Sawangan* Pustaka** 1. Pemupukan pada rumput gajah dengan NPK 200 m² 200 m² 2. Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 200 m² 250 m² 3. Penyapuan jalan 1000 m² 800 m² 4. Penyiraman rumput dan ground cover dengan mobil tanki air 700 m² 700 m² 5. Penyiraman pohon dengan mobil tanki air 180 pohon 150 pohon 6. Penyiangan Gulma (weeding) dengan kape 30 m² 40 m² 7. Pemangkasan semak 40 m² 10 m² Sumber: * survei dan wawancara **(Arifin dan Arifin, 2005) Berdasarkan Tabel kapasitas kerja dapat dilihat bahwa kapasitas kerja di Telaga Golf Sawangan sudah cukup baik bahkan terdapat beberapa jenis pemeliharaan yang memiliki nilai kapasitas kerja diatas standar pustaka. Hal ini diperoleh karena telah tercapainya target pemeliharaan pada beberapa jenis

60 42 pemeliharaan di lapang yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengelola dan jumlah tenaga kerja yang memadai pada jenis pemeliharaan tersebut. Namun, diantara beberapa jenis pemeliharaan yang memiliki nilai kapasitas kerja diatas standar masih dapat ditemukan jenis pemeliharaan yang memiliki nilai yang sama bahkan dibawah standar pustaka seperti pada jenis pemeliharaan pemupukan, pemangkasan rumput dengan mesin gendong, dan penyiangan gulma. Hal ini terjadi disebabkan beberapa permasalahan yang ditemukan di lapang, seperti: a) minimnya pengetahuan dasar pemeliharaan para pekerja yang dapat mengakibatkan keterampilan tenaga kerja belum sesuai dengan volume dan tingkat kesulitan pekerjaan yang diberikan; (b) kurangnya tingkat kedisiplinan tenaga kerja di lapangan, seperti jadwal masuk dan pulang kerja yang terkadang tidak sesuai dengan jam kerja yang sebenarnya, maupun tenaga kerja yang istirahat bukan pada waktu istirahat; (c) kurangnya tenaga kerja pada jenis pemeliharaan tersebut. Beberapa permasalahan ini dapat diatasi dengan lebih meningkatkan pengawasan mandor kepada para tenaga kerja, mengadakan pelatihan dan pengarahan pemeliharaan secara rutin dan cuma-cuma untuk para pekerja, pemberian motivasi, dan evaluasi pengelolaan tenaga kerja dengan melakukan perhitungan kebutuhan tenaga kerja. Seorang mandor perlu diberikan pelatihan yang baik dan harus bersedia menjadi tenaga kerja yang loyal pada tempatnya bekerja serta dapat memimpin tenaga kerja lainnya dengan baik (Carpenter et al., 1975). Evaluasi pengelolaan tenaga kerja berdasarkan kapasitas kerja dan luasan lanskap yang dipelihara sangat diperlukan, terutama bagi tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap agar tidak lalai dan dapat mencapai efektivitas kerja lebih baik. Jumlah kebutuhan tenaga kerja berdasarkan luas wilayah yang dipelihara dapat dilihat pada Tabel 14.

61 43 Tabel 14 Kebutuhan HOK Pemeliharaan Lanskap TGS dalam Satu Tahun No. Jenis Pemeliharaan Taman Satuan KK per jam Luas area Waktu yang dibutuhkan (jam) HOK per sekali kegiatan Frek per tahun HOK per tahun Kebutuhan pekerja [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] ([2]:[1]) ([3]:6 a ) ([4]x[5]) ([6]:240 b ) 1 Pemupukan rumput gajah dengan NPK 2 Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 3 Penyapuan jalan 4 Penyiraman rumput dan ground cover dengan mobil tanki air 5 Penyiraman pohon dengan mobil tanki air 6 Penyiangan Gulma (weeding) dengan kape 7 Pemangkasan semak m² ,15 976,70 162, ,13 3 m² ,15 976,70 162, ,32 12 m² ,83 110,19 18, ,45 12 m² ,17 23,69 1, ,86 2 pohon ,75 2, m² ,60 454,89 75, ,77 4 m² ,17 285,25 47, ,22 3 Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pemeliharaan yang tertera pada tabel kapasitas kerja 38 Keterangan: a = jam kerja pekerja harian adalah 6 jam/hari b = hari kerja per tahun adalah 240 hari KK = Kapasitas Kerja Pencapaian kapasitas tenaga kerja yang lebih baik dapat dilakukan dengan penambahan jumlah tenaga kerja pada jenis pemeliharaan yang memiliki tenaga kerja yang kurang. Penambahan jumlah tenaga kerja dapat dilihat berdasarkan tabel jumlah tenaga kerja pelaksana pemeliharaan lanskap kemudian dibandingkan dengan tabel kebutuhan HOK sehingga dapat disimpulkan

62 44 dibutuhkan penambahan tenaga kerja sebanyak 7 orang pekerja, yaitu 1 orang pekerja pemupukan dari in-house, 4 orang pekerja pemangkasan rumput dengan mesin gendong (3 orang dari kontraktor dan 1 orang dari BPL), dan 2 orang pekerja penyiangan gulma (1 orang dari kontraktor dan 1 dari BPL). Arifin dan Arifin (2005), menyatakan efektivitas kerja tenaga kerja pemeliharaan dapat ditentukan oleh hal berikut: 1) Motivasi kerja dan tingkat keterampilan dari tenaga kerja 2) Sistematika jadwal pemeliharaan 3) Ketersediaan alat dan bahan sesuai kebutuhan 4) Tingkat pengawasan di lapangan 5) Kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor (pengawas) dan antara mandor dengan tenaga kerja di lapangan Jadwal Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan di permukiman Telaga Golf Sawangan dibagi menjadi tiga tingkat kategori, yaitu pemeliharaan intensif, semi intensif, dan insidental. Pada pelaksanaannya kegiatan pemeliharaan di permukiman ini didominasi pada pemeliharaan rutin (intensif). Pemeliharaan rutin yang dilakukan meliputi meliputi penyiraman, pemupukan, pendangiran, renovasi (penggantian tanaman), pemangkasan, proteksi tanaman, pembersihan (saluran, paving, aspal,dan water inlet), dan pengangkutan sampah. Jadwal kegiatan pemeliharaan merupakan perencanaan yang akan dilakukan. Jadwal dapat dilihat pada Tabel 15 yang merupakan acuan bagi kontraktor dalam melaksanakan pemeliharaan taman dan lingkungan. Proses pemeliharaan dilaksanakan pada hari Senin sampai hari Jumat. Tenaga kerja dari kontraktor dan Badan Pemelihara Lingkungan memiliki jam kerja selama 6 jam dalam satu hari (pukul WIB) dengan waktu istirahat selama dua jam (pukul WIB) sebelum kemudian dilanjutkan pada sesi siang yaitu pukul WIB.

63 45 Tabel 15 Jadwal Pemeliharaan No. Kegiatan Pemeliharaan Interval waktu pemeliharaan Harian Mingguan Bulanan Insidental 1. Penyiraman 2. Pemupukan 3. Pendangiran 4. Proteksi tanaman 5. Pemangkasan a. Pohon b. Semak c. Rumput 6. Pembersihan a. Penyapuan b. Saluran c. Sampah 7. Renovasi tanaman 8. Penyiangan gulma Sumber: survei dan wawancara Secara umum, kegiatan pemeliharaan yang berlangsung sudah berjalan sesuai dengan jadwal kerja yang telah ditetapkan. Namun, ada kalanya kegiatan pemeliharaan yang dilakukan tidak sesuai dengan jadwal, hal ini dapat disebabkan oleh cuaca dan iklim yang berubah-ubah serta kurangnya tingkat kedisplinan tenaga kerja Pengelolaan Alat dan Bahan Kegiatan pemeliharaan lanskap pada kawasan permukiman ini membutuhkan beberapa alat dan bahan yang memadai dengan kualitas dan kuantitas yang baik demi kelancaraan pelaksanaannya. Seluruh peralatan dan bahan yang digunakan harus dipelihara dan dikelola sehingga dapat bertahan lama dalam penggunaannya (Tabel 16). Pemeliharaan peralatan mampu menjaga lamanya tingkat efektivitas penggunaan alat, pemeliharaan yang dilakukan seperti pembersihan alat setelah selesai digunakan dan penyimpanan alat dengan rapih dalam gudang penyimpanan alat. Ketika terjadi sesuatu pada sebuah alat, pekerja diharapkan segera mencari tahu penyebabnya dan segera memperbaikinya agar alat tetap dalam kondisi baik.

64 46 Tabel 16 Peralatan Pemeliharaan No. Nama Alat Jumlah Kondisi 1. Sprayer 3 Baik 2. Sapu lidi 29 Baik 3. Gerobak sampah 3 Baik 4. Gunting pangkas rumput 9 Baik 5. Pengki 29 Baik 6. Mobil sampah 2 Baik 7. Mobil tangki air 2 Baik 8. Sarung tangan 29 Baik 9. Baju seragam 29 Baik 11. Mesin pemotong rumput gendong 19 Baik 12. Cangkul 10 Baik 13. Sabit 10 Baik Sumber: wawancara Pemeliharaan yang baik terhadap peralatan tersebut juga berpengaruh pada segi ekonomi, jika pemeliharaan alat mampu menjaga kualitas kondisi peralatan, alat tersebut mampu bertahan penggunaannya dalam jangka waktu lama sehingga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli peralatan yang baru Biaya Pemeliharaan Arifin dan Nurhayati (2005), menyatakan bahwa efektivitas kerja dari tenaga kerja menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman. Anggaran biaya pemeliharaan yang dibuat dapat dimanfaatkan secara optimal jika pekerjaan pemeliharaan taman dilakukan dengan efektif sesuai dengan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja. Anggaran biaya merupakan salah satu faktor batasan utama dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, baik pemeliharaan intensif maupun extensif (Carpenter et al., 1975). Prediksi biaya dan kebutuhan sumber daya seperti alat, bahan, tenaga kerja merupakan hal yang paling mendasar dalam perencanaan dan pemeliharaan lanskap, sehingga perhitungannya akurat dan nantinya dapat menentukan keberhasilan perencanaan tersebut dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Pembuatan anggaran biaya didasarkan pada kemampuan lapang, upah tenaga kerja, harga alat, dan bahan yang digunakan. Analisis biaya pemeliharaan dilakukan dengan mengkonversikan biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan

65 47 dalam satuan rupiah/m 2 /hari atau rupiah/pohon/hari, kemudian satuan biaya tenaga kerja tersebut dikalikan dengan jumlah luasan pemeliharaan dalam satu area, hasil akhirnya merupakan biaya pemeliharaan dalam satu area. Pemakaian satuan biaya tersebut dapat memudahkan pemeliharaan yang digunakan. Satuan ini cukup efektif dalam menghitung anggaran biaya tenaga kerja yang diperlukan jika terjadi kenaikan gaji pekerja dan kenaikan harga alat-alat dan pemeliharaan lanskap. Perhitungan biaya pemeliharaan dimulai dengan perhitungan data kapasitas kerja untuk masing-masing program kegiatan pemeliharaan, standar upah, dan beberapa hal yang berkaitan dengan operasional setiap kegiatan. Perhitungan biaya pemeliharaan yang dilakukan di permukiman Telaga Golf Sawangan dibuat dengan perhitungan bulanan yang menggunakan acuan pada biaya harian (rupiah/m 2 /hari). Perhitungan bulanan dibuat dengan cara mengalikan jumlah hari rutinitas kerja pemeliharaan dalam satu bulan tenaga kerja tersebut bekerja. Contoh perhitungan biaya satuan untuk jenis pemeliharaan adalah sebagai berikut. a. Biaya tenaga kerja Interval = 14 hari Tenaga kerja = 1 orang Kapasitas = 1200 m²/hari Target per bulan per m 2 = interval x kapasitas = Upah per hari = Rp ,00 Biaya per bulan per m 2 = 28 hari x upah per hari / target per bulan = Rp. 33,33 b. Biaya operasional Bensin = 52 liter x Rp 4500,00 = Rp ,00 Oli = 3 liter x Rp ,00 = Rp ,00 Pisau = 1 buah x Rp ,00 = Rp ,00 Servis = Rp ,00 Penyusutan = Rp ,00 Total biaya operasional = Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00 Biaya operasional per bulan per m 2 = Rp ,00 / Rp = Rp 22,00

66 48 Jadi, harga untuk biaya pemangkasan pada rumput peking dengan mesin gendong per bulan per m 2 adalah = Rp 33,33 + Rp 22,00 = Rp 55,33 Cara perhitungan ini juga dipergunakan untuk menghitung semua jenis pekerjaan pemeliharaan, seperti penyapuan, penyiangan gulma, pemupukan, dan lainnya (Tabel 17). Tabel 17 Perhitungan Dasar Biaya Satuan Pemeliharaan No. Jenis Pemeliharaan Taman Biaya Satuan Pemeliharaan 1 Pemupukan pada rumput gajah dengan NPK Rp 46,4 /bulan/m² 2 Pemangkasan rumput dengan mesin gendong Rp 55,3 /bulan/m² 3 Penyapuan jalan Rp 45 /bulan/m² 4 Penyiraman rumput dan ground cover dengan mobil Rp 900 /bulan/m² tanki air 5 Penyiraman pohon dengan mobil tanki air Rp 900 /bulan/pohon 6 Penyiangan Gulma (Weeding) dengan kape Rp 122,2 /bulan/m² 7 Pemangkasan semak Rp 83,3 /bulan/m² Sumber: survei dan wawancara Perhitungan biaya satuan pemeliharaan tersebut memiliki pendekatan perhitungan yang akurat berdasarkan jenis pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan dan jenis material lanskap yang dipergunakan untuk kegiatan pemeliharaan sehingga memudahkan pihak pengelola untuk memprediksi kebutuhan biaya dan tenaga kerja pada setiap tingkat pemeliharaan yang memiliki hubungan dengan standar kualitas hasil pemeliharaan yang akan dihasilkan di lapang Pelaksanaan Pemeliharaan Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan Pemeliharaan Permukiman Lingkungan permukiman Telaga Golf Sawangan terdiri dari 10 cluster utama, baik rumah-rumah yang sudah terbangun, yang sedang dibangun, serta yang akan dibangun. Setiap cluster memiliki model rumahnya tersendiri sesuai dengan tema negara yang diusung oleh masing-masing cluster dengan tipe rumah yang berbeda sesuai dengan harga jualnya, yaitu tipe rumah besar dengan luasan

67 49 dimulai dari 200 m 2, tipe sedang dengan luas yang dimulai dari 160 m 2 ke atas, hingga tipe kecil dengan luas dimulai dari 100 m 2. Lingkungan permukiman difasilitasi dengan taman lingkungan di setiap cluster-nya. Taman pekarangan di depan rumah yang juga ditanami vegetasi utama yang mampu menjadi ciri khas cluster, seperti Cluster France dengan pohon kelapa (Cocos nucifera). Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada lingkungan permukiman termasuk dalam tingkat pemeliharaan intensif yang mencakup banyaknnya tindakan pemeliharaan rutin yang dilakukan, seperti penyiraman, pemupukan, pendangiran, pergantian tanaman, pemangkasan (pohon, semak, rumput berm), dan pembersihan (saluran, paving, aspal jalan, dan water inlet). Setiap penghuni yang baru serah terima kepemilikan rumah akan memperoleh estate regulation berisi peraturan hunian yang memberitahukan kepada penghuni mengenai hal-hal yang tidak diperbolehkan di kawasan permukiman. Sebagian besar penghuni sudah mengikuti tata tertib yang berlaku di permukiman dengan baik, sehingga membantu terciptanya lingkungan yang nyaman sesuai dengan rencana pengelola. Gambar 13 Kegiatan Penyapuan di Lingkungan Cluster Pemeliharaan Jalan Utama Jalan utama permukiman Telaga Golf Sawangan dimulai dari welcome area dan berakhir di Cluster Great Britain ini pada mediannya didominasi oleh tanaman sawit (Elaeis oleifera) dan palem raja (Roystonea regia). Pemeliharaan yang dilakukan termasuk dalam tingkat intensif karena fungsinya sebagai public goods yang selalu dilalui dan diperhatikan keindahannya oleh pengguna. Kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan, pendangiran, proteksi tanaman, pergantian tanaman atau renovasi, pemangkasan

68 50 (pohon, semak, rumput), dan pembersihan (saluran, paving, aspal jalan, dan water inlet). Jalan utama yang menjadi perhatian bagi user di permukiman Telaga Golf Sawangan ini selalu berada dalam kondisi yang asri dan bersih. Gambar 14 Kegiatan Pemangkasan Gulma pada Median Jalan Utama Pemeliharaan Taman Lingkungan Taman lingkungan tersedia di setiap cluster dengan ciri khas taman yang dapat dilihat dari hard material yang berbeda-beda sesuai dengan tema masingmasing cluster. Taman lingkungan ini berfungsi untuk meningkatkan hubungan sosial antarpenghuni, memberi kesan estetika pada lingkungan, dan sebagai media bermain anak-anak. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada taman lingkungan termasuk dalam tingkat semi-intensif, meliputi pemangkasan (pohon dan rumput), pembersihan secara rutin dan pemeliharaan hard material (pengecatan, renovasi, dan pembersihan) secara insidental. Taman lingkungan cluster terkadang kurang diperhatikan karena minimnya jumlah tenaga kerja dari Badan Pemelihara Lingkungan yang mengerjakan pemeliharaan dalam lingkungan cluster. Hal ini dapat dilihat dari ketinggian rumput yang tidak terawat, dan terdapat vandalisme pada hard material di dalam taman. Gambar 15 Kegiatan Penyapuan pada Taman Lingkungan Cluster

69 Konsep Pemeliharaan Perencanaan pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan dalam mempertahankan pembangunan lanskap. Kegiatan pemeliharaan yang dimaksudkan bertujuan menjaga dan merawat lingkungan Telaga Golf Sawangan dengan segala fasilitasnya agar kondisinya tetap baik dan sesuai dengan tujuan rancangan semula. Kepuasan penghuni akan lingkungan yang bersih, asri, dan nyaman menjadi kriteria keberhasilan dari proses pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak estate. Pelayanan personal pemeliharaan yang dilandasi etika, komitmen, dan kesadaran akan tanggung jawab pekerjaan juga menjadi sasaran dalam manajemen sumber daya manusia demi keberlanjutan hidup perusahaan. Efensiensi juga menjadi salah satu sasaran dari konsep pemeliharaan lingkungan Telaga Golf Sawangan. Efesiensi dalam proses mencapai tujuan pemeliharaan yang baik dimulai dengan menetapkan standardisasi dalam rencana pemeliharaan, penganggaran biaya, dan dalam pelaksanaan pemeliharaannya dilakukan dengan langkah pemeliharaan yang mampu menekan pengeluaran biaya pemeliharaan. Kesuluruhan sasaran dan kegiatan pemeliharaan fisik yang dijalani ditujukan untuk mencapai pemeliharaan yang ideal sehingga menciptakan lingkungan yang fungsional, estestis, serta memuaskan pengguna. Kegiatan pemeliharaan fisik yang dilaksanakan terdiri dari pemeliharaan soft material dan hard material. Kegiatan pemeliharaan Telaga Golf Sawangan yang dilakukan mengacu kepada spesifikasi pekerjaan pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola (Lampiran 5). Pemeliharaan soft material meliputi kegiatan penyiraman, pemupukan, pendangiran, proteksi tanaman, pergantian tanaman atau renovasi, pemangkasan (pohon, semak, dan rumput). Pemeliharaan hard material meliputi kegiatan pembersihan lingkungan perumahan, saluran, paving, aspal jalan, lampu jalan, lampu taman, dan water inlet. Keseluruhan kegiatan pemeliharaan fisik soft material merupakan tanggung jawab bagian lanskap yang dibawahi estate manager. Untuk pelaksanaan langsung di lapang pihak estate bekerjasama dengan kontraktor dan Badan Pemelihara Lingkungan dari warga. Sedangkan untuk pemeliharaan fisik hard material dilaksanakan oleh seksi utilitas, Badan Pemelihara Lingkungan, dan

70 52 tenaga kerja in-house; untuk elemen seperti lampu, pihak estate juga menjalin kerja sama dengan seksi utilitas mechanical electric yang dibawahi oleh project manager. Pemeliharaan taman dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu kepada tujuan dan desain awal sehingga pada periode waktu tertentu dibutuhkan tindakan evaluasi pemeliharaan. Pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman yang meliputi pekerjaan untuk menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan dan keamanan taman. Kegiatan pemeliharaan fisik mencakup kegiatan pembersihan, penggantian elemen yang rusak, penyiraman tanaman, penyiangan gulma, pemangkasan, pemupukan, penyulaman, serta pengendalian hama dan penyakit (Arifin dan Arifin, 2005) Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal Telaga Golf Sawangan dengan memelihara kawasan permukiman terutama rumah dan seluruh fasilitasnya agar sesuai pada rencana dan desain awal, yaitu tujuan dan fungsi permukiman yang telah ditetapkan semula saat proyek dimulai. Kegiatan pemeliharaan ideal yang dilaksanakan Telaga Golf Sawangan adalah dengan memberlakukan aturan mengenai pemeliharaan lingkungan terhadap warga, pengawasan penggunaan fasilitas lingkungan seperti taman lingkungan oleh bagian keamanan per cluster (yang juga dibawahi oleh pihak estate), pengawasan terhadap penggunaan jalur hijau dan lingkungan, serta pengawasan dan evaluasi oleh seksi lanskap terhadap proses pemeliharaan lingkungan baik yang dilaksanakan oleh kontraktor maupun Badan Pemelihara Lingkungan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai pemeliharaan yang ideal, antara lain, sebagai berikut: (a) pembuatan desain lanskap yang sederhana; (b) pemilihan jenis dan kompisisi elemen taman (hard material dan soft material) yang mudah ditemukan dan mudah dirawat; (c) penggunaan struktur bahan yang kuat dan tahan lama; (d) pola sirkulasi yang jelas dan rasional; (e) jaringan utilitas yang terencana baik dan terdokumentasi.

71 Pemeliharaan Fisik terhadap Hard Material a. Pembersihan Area Permukiman Kegiatan penyapuan dilakukan terhadap sampah organik dan inorganik. Sampah organik berupa sampah dedaunan, yang biasanya merupakan guguran daun kering, bunga, dan buah yang rontok. Penyapuan bertujuan menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan permukiman, dilakukan setiap hari pada jam kerja pemeliharaan karena jumlah sampah organik yang banyak dan terusmenerus berguguran selalu ditemukan di lingkungan permukiman baik di lingkungan cluster, kavling kosong, dan di sepanjang boulevard. Kegiatan penyapuan ini dilakukan dengan alat seperti sapu lidi dan pengki. Untuk kegiatan penyapuan di dalam lingkungan keseluruhan satu cluster biasanya selesai dalam waktu sehari sampai satu setengah hari dengan jumlah tenaga kerja dan luas cluster yang berbeda-beda. Penyapuan di sepanjang boulevard dapat selesai dalam satu hari karena lokasi pemeliharaan dibagi menjadi beberapa zona lokasi, dengan masing-masing lokasi memiliki 2 tenaga kerja sapu. Gambar 16 Kegiatan Penyapuan Kavling Kosong Gambar 17 Kegiatan Penyapuan Jalan Sirkulasi Utama Sampah organik (sampah hasil pembersihan area) dibawa oleh mobil sampah milik kontraktor ke tempat pengelolaan sampah untuk melalui proses pengomposan, sedangkan sampah inorganik (sampah rumah tangga) dibawa oleh mobil sampah Dinas Pemerintahan Kota Depok ke tempat pembuangan akhir dan beberapa sampah yang dapat dimanfaatkan kembali diberikan kepada pemulung. Mobil sampah beroperasi setiap hari dengan berkeliling sebanyak dua kali atau lebih dalam sehari.

72 54 Sampah pada kavling kosong di kawasan cluster biasanya ditumpuk pada setiap dasar pohon. Menurut para pekerja sampah tersebut akan terdegradasi dengan sendirinya sehingga kemudian menjadi kompos. Kegiatan pembersihan pada lahan kosong yang akan dimanfaatkan menjadi kavling baru dilakukan secara insidental. Sampah pemangkasan dikumpulkan oleh tenaga kerja in-house dari estate, kemudian sampah dibuang di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) yang terletak di tanah kosong milik pengembang. Gambar 18 Mobil Pengangkut Sampah Kegiatan penyapuan ini sudah terbukti menjaga keindahan lingkungan permukiman terutama pada lokasi sepanjang boulevard yang merupakan public goods area. Namun, dikarenakan biaya pemeliharaan dari BPL cukup minim dan kedisiplinan tenaga kerja kurang, maka kegiatan penyapuan pada lingkungan cluster tidak begitu maksimal sehingga tidak mencapai target pemeliharaan awal. Demi meningkatkan kebersihan dan keasrian lingkungan, BPL diharapkan menaikan biaya iuran pemeliharaan lingkungan yang besarnya sesuai dengan kesepakatan warga supaya jumlah tenaga kerja dapat ditambah sehingga kegiatan penyapuan lebih maksimal. Pengangkutan sampah kavling kosong pada lingkungan cluster, sebaiknya difasilitasi juga dengan mobil sampah untuk mengangkut sampah yang dan tidak dibiarkan sampah itu menumpuk dan mungkin dapat membusuk di lokasi. Jika memang tidak dapat di fasilitasi dengan mobil sampah, sampah tersebut dapat dikelola dengan cara menanam sampah (dengan alat) pada kedalaman tanah tertentu atau yang biasa dikenal dengan sistem biopori.

73 55 b. Saluran Pemeliharaan saluran dilakukan setiap harinya oleh tenaga kerja yang bertanggung jawab pada pemeliharaan saluran. Pembersihan saluran dilakukan pada keseluruhan lingkungan permukiman dari welcome area, jalan boulevard, hingga lingkungan dalam cluster. Kegiatan pemeliharaan saluran yang dilakukan adalah seperti mencabuti rumput liar yang tumbuh di antara bebatuan pada selokan menggunakan cangkul atau sabit, penyapuan sampah pada selokan dengan sapu lidi dan sampahnya dikumpulkan menggunakan pengki, serta pembersihan lumut yang ada. Gambar 19 Kegiatan Pembersihan Saluran di Lingkungan Cluster Pembersihan saluran dilakukan untuk menjaga jalannya aliran air dengan baik seperti air limbah rumah tangga penghuni dan air hujan agar tetap menuju aliran saluran utama yang nantinya bermuara pada sungai terdekat lingkungan sehingga tidak terjadi penghambatan yang mampu membahayakan lingkungan seperti banjir dan becek pada musim hujan. Limbah air rumah tangga penghuni berasal dari saringan limbah oleh sistem filter dan rembesan yang sudah dipasang di setiap rumah. Tidak ada limbah padat (nasi, sisa makanan, dan sebagainya) yang bercampur dengan limbah air karena limbah padat tersebut sudah tersaring dan sebagian air masuk merembes ke dalam tanah melalui lapisan ijuk, pasir dan kerikil yang ada pada sistem rembesan tersebut. Pada musim kemarau tidak akan ada limbah air rumah tangga yang mengalir di saluran karena limbah air terserap oleh rembesan dan filter yang ada sehingga saluran drainase akan tetap kering. Konstruksi filter dan rembesan yang terdapat pada setiap rumah dapat dilihat pada Gambar 20.

74 56 Gambar 20 Konstruksi Filter dan Rembesan pada Setiap Rumah Tersumbatnya saluran drainase biasanya disebabkan oleh penumpukan sampah, tanah, lumut, gulma, dan puing bangunan. Semua penyebab ini dapat diatasi dengan kegiatan pembersihan saluran yang dilakukan rutin. Untuk meminimalkan kuantitas penumpukan sampah pada saluran, sebaiknya semua saluran di lingkungan permukiman ini dipasangi grill atau penutup saluran yang tidak mengganggu masuknya aliran air. c. Perkerasan Pemeliharaan terhadap material keras yang dimulai dari welcome area meliputi konblok, beberapa elemen patung, material jalan boulevard, jalan arteri cluster, hingga ujung area permukiman perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan penghuni dalam menggunakan material perkerasan tersebut. Material permainan pada setiap fasilitas taman lingkungan dan elemen patung yang terdapat di welcome area, di setiap bundaran belokan boulevard, dan di setiap taman lingkungan setiap cluster dipelihara dengan melakukan pengecatan yang bersifat insedental ketika warna asli dari cat tersebut sudah mulai memudar, kotor, ataupun terdapat vandalism. Konblok yang terdapat pada bahu jalan dan taman lingkungan juga mengalami renovasi penggantian konblok baru jika sudah mengalami kerusakan. Aspal jalan boulevard dan jalan arteri cluster terus diperbaiki apabila mengalami kerusakan akibat hujan, atau lalu lintas kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Keseluruhan pemeliharaan fisik pada perkerasan bersifat insidental. Pemeliharaan terhadap perkeresan yang bersifat insidental ini cukup menekan pengeluaran biaya pemeliharaan, penggunaan yang baik terhadap perkerasan yang ada mampu menjaga kualitasnya sehingga perkerasan tidak mudah mengalami kerusakan dalam waktu yang cepat.

75 57 d. Kolam Telaga Golf Sawangan memiliki dua kolam pada jalan boulevard dan lima sumber mata air berupa laguna atau kolam danau buatan yang memiliki manfaat untuk melestarikan tujuh mata air, memurnikan air kotor oleh tumbuhan air, sebagai habitat biota air tawar, serta meresapkan dan menyimpan air bersih, semua itu mampu memfasilitasi kebutuhan air yang nantinya dapat digunakan kembali untuk keperluan pemeliharaan. Laguna di permukiman ini memiliki konsep rawa, yaitu berfungsi sebagai pengolah limbah dan pemurnian air outdoor lapis kedua setelah filter rumah tangga. Pada konsep tersebut, beberapa kolam air diisi dengan tumbuhan air seperti teratai (Nymphaea alba), eceng gondok (Ichhornia crassipes) dan lainnya yang dibiarkan tumbuh alami di kolam. Hamparan tumbuhan di kolam rawa berfungsi untuk memasok oksigen yang menyebabkan mikroorganisme tumbuh dan berkembang dengan baik serta mampu menjalankan tugasnya sebagai pengurai zat pencemar. Sementara melalui akarnya, tumbuhan mampu menyerap sari-sari makanan dan bahan-bahan pencemar sekaligus mengeluarkan zat-zat tertentu pencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya sehingga mampu menghasilkan lingkungan air yang sehat. Hal ini bermanfaat untuk pemurnian air yang tercemar. Kegiatan pemeliharaan laguna dilakukan dengan pembuangan sampah dan lumut, penyiangan rumput di dalam dan tepi laguna, pembersihan saluran secara rutin, dan perbaikan bendungan yang bocor atau rusak (insidental). Gambar 21 Laguna di Lingkungan Permukiman

76 58 Kolam yang terletak dekat jalan boulevard dibersihkan satu kali dalam seminggu oleh dua orang jumlah pekerja. Penyebab utama yang membuat kotornya air kolam adalah pembuangan oli secara sengaja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Pembersihan kolam dilakukan dengan penyikatan terlebih dahulu, kemudian menggunakan vacuum untuk menyedot kotoran-kotoran dalam air serta pemberian obat PAC untuk menjernihkan air kolam. Gambar 22 Kegiatan Pembersihan Kolam e. Lampu, Rambu, dan Tempat Sampah Kebutuhan akan utilitas seperti lampu jalan dan lampu taman sangat tinggi. Lampu sangat diperlukan untuk memberikan pencahayaan pada malam hari sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuni ketika melintasi jalanan atau menggunakan fasilitas taman ketika langit sudah gelap. Elemen lampu yang terdapat di lingkungan permukiman berbeda-beda, terutama lampu di lingkungan cluster, bentuk dan modelnya berbeda-beda disesuaikan dengan tema per cluster, seperti pada Cluster Britain yang di dominasi dengan tipe rumah minimalis, lampunya juga memliki model minimalis. Kegiatan pemeliharaan lampu yang dilakukan adalah seperti penggantian bola lampu yang sudah rusak atau mati dan pengecatan tiang lampu yang bersifat insidental ketika warna cat lampu sudah memudar ataupun terkelupas akibat cuaca dan hujan, pengecatan dilakukan agar lampu tetap terlihat indah dan memiliki nilai estetik bagi lingkungan. Untuk pengaturan jam lampu lingkungan dihidupkan pada pukul WIB dan dimatikan pada pukul WIB. Kegiatan pengaktifan lampu tersebut dilakukan oleh satpam dengan menekan tombol yang ada di setiap gardu berbentuk kotak hijau yang terdapat pada setiap cluster dan

77 59 lingkungan permukiman. Kemungkinan masalah pada lampu yang akan terjadi akan ditangani oleh Bagian ME (Mechanical Electric) yang diawasi langsung oleh Project Manager. Pemeliharaan lampu yang dilakukan sudah baik dan harus dilakukan secara rutin. Akan tetapi untuk menjaga kuantitas terangnya bola lampu, kap lampu seharusnya juga dibersihkan untuk membersihkan debu dan serangga yang biasa menempel pada kap tersebut. Menurut Arifin dan Arifin(2005), tindakan pengelolaan yang dilakukan dalam pemeliharaan lampu adalah sebagai berikut: (a) menjaga keamanan lampu dari tangan yang jahil dan tidak bertanggung jawab; (b) menjaga dan melakukan cek rutin terhadap kabel-kabel di dalamnya; (c) segera mengganti lampu yang telah padam; (d) membersihkan kap lampu dari debu dan serangga. Rambu diperlukan untuk memberikan penegasan mengenai larangan dan aturan yang diberlakukan di permukiman. Rambu yang berada di permukiman berupa simbol ataupun tulisan. Perawatan yang dilakukan terhadap rambu bersifat insidental, tidak ada pemeliharaan khusus. Pengelola diharapkan untuk merawat dan menjaga dengan baik rambu-rambu yang ada di permukiman karena rambu tersebut rawan akan tindakan vandalisme, selain itu kondisi rambu juga mudah rusak dipengaruhi oleh iklim. Pemeliharaan terhadap rambu-rambu yang ada dapat dilakukan secara rutin dengan pengecatan ulangs etiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga fungsi rambu agar tetap informatif. Tempat sampah sangat dibutuhkan di setiap lingkungan, terutama permukiman. Untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, sampah harus dikumpulkan dalam sebuah wadah tempat sampah untuk sementara waktu, dan nantinya akan diangkut oleh mobil sampah ke TPA. Kondisi, jumlah dan peletakan tempat sampah di permukiman Telaga Golf Sawangan sudah baik. Pemeliharaan tempat sampah yang pengelola bersifat insidental. Untuk waktu yang akan datang pengelola diharapkan mampu menambah jumlah tempat sampah sehingga dalam satu lokasi terdapat dua tempat sampah bersebelahan yang memilah antara tempat sampah organik dan satunya lagi tempat sampah untuk sampah inorganik.

78 Pemeliharaan Fisik terhadap Soft Material a. Penyiraman Penyiraman tanaman sangat diperlukan untuk memudahkan perakaran tanaman menyerap larutan hara yang tersedia dalam tanah. Kegiatan penyiraman merupakan salah satu dari kegiatan pemeliharaan terhadap tanaman agar tanaman dapat hidup dalam jangka waktu yang lama. Penyiraman dilakukan dengan menyesuaikan lokasi pemeliharaan, kondisi lapang, dan jenis tanamannya. Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, tetapi pada musim hujan penyiraman tidak dilakukan terlalu sering, hanya disesuaikan dengan kondisi cuaca saja. Penyiraman tidak dilakukan pada siang hari karena dapat menyebabkan suhu permukaan daun meningkat lebih tinggi pada suhu udara di sekitarnya yang dapat mengakibatkan luka bakar pada daun. Kegiatan penyiraman pada wilayah welcome area, sepanjang jalan boulevard hingga fasilitas seperti taman city forest dilakukan oleh pihak kontraktor dengan 1 mobil tanki berkapasitas 5000 liter milik kontraktor, sedangkan penyiraman tanaman pada lingkungan cluster dilakukan oleh pihak pemelihara BPL dengan mengggunakan mobil tanki air milik pengelola dengan kapasitas air sebanyak 5000 liter. Penyiraman pada area hamparan rumput seperti taman dilakukan dengan menggunakan sprayer. Penyiraman yang dilakukan di permukiman Telaga Golf Sawangan termasuk dalam kategori pemeliharaan intensif. Hal ini dikarenakan bahwa sangat pentingnya bagi pengelola untuk menjaga kesegaran dan kesuburan tanaman demi menjaga keindahan dari tanaman tersebut, terutama pada area public goods di welcome area dan sepanjang jalan boulevard. Di setiap satu mobil tanki terdapat dua orang tenaga kerja, satu sebagai pengendara mobil, sedangkan satu orang lagi yang memegang selang dan bertugas mengarahkan selang untuk menyiramkan air ke tanaman (Gambar 23). Air yang keluar dari tanki biasanya jatuh terlalu keras pada permukaan tanah, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada akar tanaman. Oleh karena itu, diperhatikan bahwa pada saat proses penyiraman sebaiknya kecepatan air tidak terlalu tinggi, dan bersifat menyebar tidak langsung pada tanaman seperti semak tertentu.

79 61 Sumber utama air penyiraman yang digunakan berasal dari mata air yang terletak pada kolam atau laguna di kawasan permukiman. Laguna di kawasan permukiman memiliki air yang jernih dengan proses pemurnian air berlasung secara alami oleh vegetasi air yang ada di dalamnya. Gambar 23 Kegiatan Penyiraman Median Jalan b. Pemangkasan Kegiatan pemangkasan dilakukan terhadap beberapa jenis tanaman, yaitu pada pohon, semak, dan rumput. Pemangkasan pada pohon yang tinggi dan besar bersifat insidental, dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pohon. Jika pohon tersebut daunnya sudah terlihat sangat lebat, perlu dilakukan pemangkasan pada cabang-cabangnya yang dianggap mengganggu. Kegiatan pemangkasan ini dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan pohon, keamanan para penghuni serta untuk kesehatan pohon itu sendiri. Pemangkasan rumput dan semak dilakukan untuk tetap menjaga keindahan visual dari tanaman tersebut sesuai dengan tujuan awal desain tanamannya dan pertumbuhan rumput tidak terlalu tinggi sehingga dapat menggangu pertumbuhan semak dan pohon. Jenis pemangkasan dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu pemangkasan untuk kepentingan kesehatan tanaman, estetika, dan keamanan pengguna. Kegiatan pemangkasan rumput dan semak dilakukan setiap hari dimulai dari welcome area hingga seluruh proyek permukiman. Seluruh rumput pada area permukiman biasanya dapat dipangkas dalam kurun waktu 2 minggu. Tenaga kerja pemangkasannya dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Kelompok pertama bertugas untuk memangkas kawasan public goods seperti welcome area dan boulevard, sedangkan kelompok yang

80 62 satunya lagi bertugas untuk memangkas kawasan pada lingkungan cluster, untuk pemangkasan tanaman semak terdapat empat orang tenaga kerja. Kelebihan perencanaan utilitas pada permukiman seperti kabel-kabel telepon, listrik, dan televisi yang tertanam di dalam tanah (serat optik) memberikan kemudahan bagi pihak pengelola karena dengan sistem setra optik ini jadi tidak ada kabel yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Pemangkasan dilakukan selain dengan membuang cabang-cabang liar yang dianggap mengganggu untuk mengontrol pertumbuhan tanaman, juga dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang sakit. Gambar 24 Kegiatan Pemangkasan Rumput di Welcome Area Gambar 25 Kegiatan Pengangkutan Sampah Pemangkasan Pohon Pemangkasan pada pohon dilakukan untuk menjaga keamanan, dalam arti keamanan penghuni sebagai pengguna lingkungan. Pemangkasan pohon sesuai dengan kondisi fisik pohon sangat bagus untuk mencegah terjadinya kejadian pohon tumbang yang dapat membahayakan penghuni yang mungkin sedang melintasi jalan. Pohon sawit (Elaeis guineensis) dan palem raja (Roystonea regia) yang terdapat pada median jalan biasanya dipangkas ketika pelepah sudah mulai tua dan warnanya menguning. Pelepah-pelepah tersebut menjuntai ke bawah dan jika jatuh, dapat merusak fungsi estetis tanaman tersebut pada area boulevard yang merupakan public goods area. Pelepah-pelepah tersebut dipangkas bersama dengan batang daun, agar batang daun tersebut tidak jatuh apalagi sampai mengenai pengguna jalan. Pemangkasan pada area public goods sangat diutamakan oleh pihak pengelola karena area ini memiliki daya tarik keindahan lanskap yang dapat meningkatkan daya jual rumah terhadap pengunjung.

81 63 Pemangkasan yang dilakukan bertujuan menjaga kesehatan tanaman. Jika cabang, daun, dahan, atau bagian tanaman yang lainnya ada yang terserang hama atau penyakit, pihak pengelola akan memangkas bagian tersebut untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit tersebut. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan bermacam-macam, untuk pemangkasan rumput digunakan alat pangkas seperti mesin potong rumput gendong yang diisi dengan bahan bakar bensin untuk menjalankan mesinnya. Alat ini harus digunakan dengan hati-hati karena jika pekerja tidak ahli dalam menggunakannya dapat membahayakan pengguna karena penggunaan alat ini dapat melontarkan batu atau kerikil yang berada di sekitar hamparan rumput. Kendala yang biasa dijumpai dalam pemangkasan adalah kerusakan pada alat pemangkasan dan kehabisan bahan bensin untuk alat pemangkasan. Kegiatan pemangkasan yang dilakukan sudah berjalan cukup baik, hanya saja terkadang terjadi keterlambatan dalam target penyelesaian yang disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja terutama pada pemangkasan rumput, hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan luasan pemangkasan. Pemangkasan semak menggunakan alat gunting pangkas, dilakukan pada tanaman yang masih muda dan sedang berdaun untuk tetap menjaga bentuk asli semak sesuai desain. Pemangkasan rumput dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong rumput gendong. Pemangkasan pelepah-pelepah pohon palem atau ranting cabang pohon menggunakan golok. Menurut Arifin dan Arifin(2005), pelaksanaan pemangkasan tanaman, terutama pohon, yang baik harus memperhatikan waktu yang tepat. Pemangkasan pohon dilakukan pada musim tertentu, bergantung pada jenis pertumbuhannya. Pemangkasan tidak dilakukan pada saat pohon sedang musim berbunga dan berbuah. Pelaksanaan pemangkasan yang baik adalah setelah musim berbunga atau berbuah. Hal ini bertujuan merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif pada musim berikutnya, terutama jika setelah pemangkasan dilakukan pemupukan.

82 64 c. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu tindakan pemeliharaan fisik. Tanaman yang terserang hama dan penyakit cukup menggangu keindahan karena kondisi-kondisi seperti warna daun yang tidak segar, tumbuh percabangan yang tidak diharapkan, batang kering, dan hadirnya serangga yang tidak mengganggu. Setiap tanaman memiliki kemungkinan terserang hama seperti belalang, kutu, ulat, dan sejenisnya, begitu juga dengan kemungkinan terserang penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Pengendalian hama dan penyakit ini dilakukan untuk memberantas sekaligus melakukan pencegahan terhadap hama dan penyakit. Pemberantasan yang dilakukan adalah mengendalikan jumlah populasi hama dan penyakit yang ada. Pencegahan dilakukan untuk meminimalkan timbulnya serangan hama dan penyakit tanaman, seperti dengan memperbaiki dan menjaga kebersihan lingkungan taman rumah agar tetap sehat agar tindakan pengendalian hama dan penyakit menjadi tepat sasarannya, maka yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengetahui jenis hama dan penyakit yang sedang menyerang tanamannya. adapun langkah yang tepat dalam pengendalian hama dan penyakit, sebagai berikut: (a) mengidentifikasi permasalahan yang ada; (b) pemilihan pestisida yang tepat; (c) penggunaan pestisida pada waktu yang tepat (Carpenter et al., 1975). Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti mekanis, fisik, biologi, kimiawi dengan penggunaan pestisida, karantina, dan teknik budi daya. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan di permukiman Telaga Golf Sawangan adalah cara kimiawi dengan penyemprotan pestisida dan pengendalian secara fisik dengan pemangkasan manual pada bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan bersifat insidental tidak rutin. Hama yang sering menyerang tanaman adalah ulat, hama cacing tanah, siput, serangga, bahkan hewan ternak seperti kambing dan sapi. Gangguan hama seperti ulat yang memakan daun pada ground cover diatasi dengan penyemprotan larutan Decis atau Kurakron pada bagian tanaman yang terserang. Hama seperti kambing dan sapi tergolong berbahaya karena selain

83 65 memakan rumput, mereka juga memakan berbagai jenis tanaman yang ada di permukiman, hal ini sangat merusak pertumbuhan tanaman seperti semak dan pepohonan lainnya. Tanaman semak atau ground cover yang telah dimakan oleh hewan ternak biasanya akan kering pada bagian tanaman yang tidak dimakan, kemudian selang beberapa hari tanaman tersebut akan mati. Tindakan pengendalian dan pencegahan yang dilakukan pengelola terhadap gangguan hama dari hewan ternak yang berasal dari kampung warga sekitar permukiman adalah penyemprotan Kurakron pada tanaman yang biasanya dimakan hewan tersebut agar hewan ternak dapat mencium baunya yang tidak sedap dan tidak memakan tanaman tersebut. Namun, cara ini kurang berpengaruh karena hewan ternak tersebut tetap saja memakan tanaman-tanaman. Jika tanaman sudah mulai rusak dan mati akibat hama hewan ternak tindakan yang dilakukan pihak pengelola adalah menggantinya dengan tanaman yang baru. Hal ini sangat disayangkan karena kemungkinan hama dari hewan ternak akan selalu ada, walaupun tanamannya sudah diganti dengan tanaman baru hewan ternak tersebut akan tetap memakannya kembali. Pihak pengelola diharapkan melakukan tindakan yang tegas terhadap warga luar, mulai membatasi akses masuk dan keluar warga kampung sekitar semisal dengan pembuatan pagar yang hanya dapat dilalui manusia saja, tidak bisa dilalui oleh hewan-hewan ternak, ataupun pemberian sangsi dan denda bagi warga luar yang diketahui membawa masuk hewan ternak tersebut ke kawasan permukiman. Jumlah tanaman yang terserang hama dan penyakit tanaman tidak terlalu banyak pada kawasan permukiman ini. Namun, pengelola diharapkan dapat melakukan tindakan pengendalian hama dan penyakit ini secara rutin, dilakukan setiap hari dengan penggunaan alat dan bahan yang sesuai, seperti jenis obat yang akan digunakan, sprayer, sarung tangan, dan masker. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dikerjakan oleh tenaga kerja inhouse dari estate menggunakan alat hand sprayer secara insidental, hanya ketika diketahui bahwa terdapat tanaman yang terserang hama dan penyakit. Kegiatan penyemprotan pestisida tidak dilakukan secara menyeluruh pada tanaman,

84 melainkan pada bagian yan terserang hama dan penyakit saja. Hal ini dapat menyebabkan hama dan penyakit tersebut menjalar ke bagian tanaman yang lain. 66 Gambar 26 Hama Kambing Menurut Arifin dan Arifin (2005), tahapan pengendalian hama dan penyakit yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi hama atau penyakit yang menyerang tanaman; (b) memilih pestisida yang efektif terhadap hama dan penyakit tersebut; (c) melarutkan pestisida mengikuti petunjuk dan dosis yang benar; (d) menyemprotkan pestisida dengan cara yang benar, searah dengan hembusan angin; (e) menempatkan pestisida di dalam tanah dekat dengan perakaran tanaman bila menggunakan pestisida yang bersifat sistematik; (f) segera membersihkan diri setelah melakukan tindakan pengendalian hama dan penyakit untuk menghindari efek keracunan. d. Pemupukan Tanaman yang sehat membutuhkan pemeliharaan yang baik salah satunya dengan melakukan pemupukan, yang bertujuan menjaga pertumbuhan tanaman, menyuplai unsur hara tambahan bagi tanaman, dan memperbaiki daya serap air. Jenis pupuk yang digunakan di Telaga Golf Sawangan adalah pupuk organik seperti kompos dengan interval pemupukan sebulan sekali dan pupuk kimiawi (inorganik) seperti NPK dan Urea dengan interval pemupukan tiga bulan sekali. Pemupukan dilakukan oleh pihak kontraktor dimulai dari welcome area sampai keseluruhan kawasan permukiman yang merupakan tanggung jawabnya.

85 67 Pemupukan menggunakan pupuk NPK pada saat pengolahan media tanam dimaksudkan untuk menggemburkan serta memperbaiki porositas tanah. Telaga Golf Sawangan memiliki alat pengolahan pupuk kompos sendiri. Proses pembuatan kompos akhir-akhir ini dilakukan setiap sebulan sekali, seharusnya pengomposan dilakukan setiap seminggu sekali dengan menyesuaikan banyaknya sampah organik yang dapat dimanfaatkan kembali untuk dijadikan pupuk kompos. Hal ini juga dapat menghematkan biaya pengeluaran pengelola untuk pembelian bahan pupuk kompos. Kurangnya tenaga kerja pada in-house menyebabkan pengurangan intensitas pembuatan pupuk kompos. Kegiatan pemupukan yang dilakukan menggunakan metode broadcast, terdiri dari dua orang tenaga kerja, yaitu satu orang melakukan pemupukan dan satu orang lainnya bertugas melakukan penyiraman setelah pemupukan. e. Pendangiran dan Penyiangan Gulma (Weeding) Pendangiran adalah usaha mengemburkan tanah di sekitar tanaman yang bertujuan memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Pendangiran juga ditujukan untuk memudahkan peresapan air dan oksigen ke dalam tanah agar aerasi menjadi baik, sekaligus membersihkan tanaman liar dan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Pendangiran dilakukan dalam interval waktu selama 30 hari dengan menggunakan kored. Gulma adalah tanaman liar yang tumbuh bersamaan dengan tanaman pokok yang dapat merusak estetika tanaman dan secara fungsional akan mengurangi hara, pemanfaatan matahari, air tanah, dan tempat tumbuh bagi tanaman utama. Kegiatan penyiangan gulma dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman pengganggu dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman agar kemampuan kerja akar untuk menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Penyiangan juga bertujuan mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat tumbuh dan sembunyi, sekaligus untuk memutus siklus hidupnya. Pada kawasan permukiman gulma dapat ditemukan di pot tanaman, selasela perkerasan paving conblock, groundcover, dan hamparan rumput. Gulma

86 68 yang biasa tumbuh di antaranya adalah rumput jarum (Axonopus compressus), rumput teki (Cyperus kyllingia), dan putri malu (Mimosa pudica). Kegiatan penyiangan dilakukan dengan memangkas gulma dari bagian akar sehingga gulma tidak dapat tumbuh kembali. Penyiangan untuk gulma yang tergolong rapat menggunakan alat kape, sedangkan untuk penyiangan gulma berupa semak menggunakan sabit. Penyiangan gulma yang dilakukan di permukiman dilakukan secara rutin dalam interval waktu selama sebulan sekali dan bergantung pada intensitas gulma. Penyiangan gulma sebaiknya dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat, selanjutnya pada saat awal atau akhir musim penghujan, karena pada saat itu banyak gulma yang tumbuh. Sampah dari penyiangan gulma sebaiknya tidak dibuang sembarangan karena sisa gulma tersebut dapat tumbuh kembali apabila menempel pada media yang sesuai. Pengendalian gulma harus dilakukan secara menyeluruh dan kemudian segera dibakar agar tidak bersisa. Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma (weeding) bertujuan utama menjaga pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kegiatan ini biasa dilakukan setelah kegiatan pemangkasan agar tanaman terlihat lebih indah dan tertata rapih. Kurangnya tenaga kerja mengakibatkan masih adanya gulma pada tanaman, penambahan tenaga kerja diharapkan dapat memperbaiki hal tersebut. Gambar 27 Kegiatan Penyiangan Gulma f. Renovasi Tanaman Kegiatan renovasi tanaman atau yang biasa disebut penyulaman yang dilakukan di permukiman Telaga Golf Sawangan bersifat insidental. Penyulaman adalah penggantian tanaman yang sakit ataupun mati dengan tanaman baru yang

87 69 baik. Kegiatan penyulaman biasa dilakukan pada saat tanaman sudah mati, biasanya tanaman karena terserang hama dan penyakit, yang paling sering terjadi adalah ketika tanaman mati oleh hama hewan ternak seperti kambing. Jika tanaman mati, pihak pengelola menugaskan kontraktor untuk melakukan penyulaman dengan tanaman baru yang baik. Ketika pemeliharaan pada tanaman semak di sepanjang boulevard dianggap sulit akibat kurangnya biaya dan hama kambing yang terus menyerang, pihak pengelola memutuskan untuk melakukan renovasi tanaman dengan tanaman baru seperti Euphorbia yang diletakkan pada pot tanaman. Kendala yang dapat ditemukan di permukiman Telaga Golf Sawangan adalah tidak terawatnya nursery sehingga membuatnya terbengkalai, pihak pengelola harus memanfaatkan tanaman dari kontraktor. Peningkatan pemeliharaan nursery sebaiknya mulai diperhatikan dan dijalankan kembali oleh pihak pengelola. Jika kondisi nursery baik, sangat bermanfaat untuk menyuplai kebutuhan tanaman di permukiman. Hal ini juga dapat mengurangi pengeluaran biaya dalam hal penyulaman atau renovasi tanaman, karena pihak pengelola tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli tanaman yang baru kepada nursery milik kontraktor. Penyulaman sebaiknya dilakukan sekitar dua sampai empat minggu sekali setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama, sebelum tanaman berumur satu tahun. Untuk kegiatan penyulaman yang baik maka bibit yang dipakai harus baik serta dilakukan pemeliharaan yang intensif sehingga pertumbuhan bibit sulaman nantinya tidak tertinggal dengan tanaman lainnya. Gambar 28 Kegiatan Penyulaman Tanaman

88 70 Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyulaman adalah sebagai berikut: (a) kondisi tanaman pengganti yang digunakan harus lebih baik dari tanaman sebelumnya; (b) tanaman yang rusak atau mati dicabut terlebih dahulu agar tidak mengganggu tanaman yang masih sehat; (c) mempersiapkan lubang bekas tanaman untuk ditanam kembali; (d) membiarkan lubang tanam beberapa saat dan diberi pupuk kandang jika diperlukan; (e) melepaskan tanaman baru dari kontainernya; (f) melakukan penyiraman secara rutin (Arifin dan Arifin, 2005). g. Persepsi Responden Pada saat kegiatan magang berlangsung, penyebaran kuisioner diberikan kepada penghuni dan karyawan pengelola di permukiman Telaga Golf Sawangan. Terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan kepada penghuni mengenai pemeliharaan lanskap yang berlangsung di kawasan permukiman. Berdasarkan kuisioner yang disebar ke penghuni sebanyak 27% responden penghuni menyatakan kebersihan area permukiman dalam keadaan sangat baik, 67% penghuni menyatakan cukup baik, dan 6% sisanya menyatakan dalam kurang baik. Hal ini membuktikan bahwa pengelola selalu menjaga kualitas kebersihan lingkungan permukiman sehingga menciptakan lingkungan permukiman yang nyaman dan asri (Gambar 29). Gambar 29 Diagram Pendapat terhadap Kebersihan Area Permukiman Penilaian penghuni terhadap aspek keamanan menunjukkan sebanyak 17% penghuni menyatakan keaman permukiman dalam keadaan sangat baik, sebanyak 70% menyatakan cukup baik, dan 13% menyatakan kurang baik. Hal ini membuktikan bahwa penghuni merasa aman untuk tinggal di permukiman Telaga Golf Sawangan, sistem keamanannya sudah cukup baik dengan sistem

89 pengamanan di pintu utama dan per cluster sehingga memberikan rasa aman ganda. 71 Gambar 30 Diagram Pendapat terhadap Keamanan Area Permukiman Kondisi fasilitas permukiman menurut penilaian penghuni menunjukan sebanyak 67% responden penghuni menyatakan kondisi fasilitas dalam keadaan cukup baik dan sebanyak 33% penghuni menyatakan kurang baik. Fasilitas di permukiman Telaga Golf sudah memadai kebutuhan penghuni. Peningkatan biaya penggunaan fasilitas diharapkan dapat menaikan biaya pemasukan untuk pemeliharaan fasilitas yang ada. Gambar 31 Diagram Pendapat terhadap Fasilitas Area Permukiman Sebanyak 23% responden penghuni menyatakan pelayanan pihak pengelolaan lanskap sangat baik, 67% penghuni menyatakan cukup baik, dan 10% menyatakan kurang baik. Pelayanan pengelola yang selalu menyelesaikan tugas pemeliharaan dengan baik disertai dengan sikap ramah pihak pengelola terhadap keluhan penghuni menjadikan pelayanan pemeliharaan yang dilakukan pengelola sudah baik di mata penghuni.

90 72 Gambar 32 Diagram Pendapat terhadap Pelayanan Pemeliharaan Sebanyak 60% responden penghuni menyatakan bahwa permukiman Telaga Golf Sawangan memiliki lanskap yang sangat baik dan 40% responden lainnya menyatakan lanskap permukiman dalam kondisi baik. Kegiatan pemeliharaan yang dijalani dengan cukup baik oleh pengelola menciptakan kondisi lanskap permukiman yang baik sehingga mampu nilai lebih tersendiri bagi penghuni. Gambar 33 Diagram Penilaian Penghuni terhadap Lanskap Permukiman Survei tingkat kepuasan penghuni terhadap permukiman Telaga Golf Sawangan yang didapatkan dari kuisioner menyatakan bahwa sebanyak 73% penghuni puas dan 27% menyatakan sangat puas. Lingkungan permukiman aman, nyaman dan asri. Pemeliharaan lingkungan yang baik menciptakan kepuasan tersendiri bagi penghuni sehingga mereka tetap ingin bertahan untuk tinggal di permukiman ini. Gambar 34 Diagram Tingkat Kepuasan Penghuni

91 73 Pada kuisioner yang diberikan kepada karyawan pengelola didapatkan sebanyak 60% responden karyawan menyatakan pemeliharaan soft dan hard material sudah dilakukan dengan baik dan 40% karyawan lainnya menyatakan cukup baik. Gambar 35 Diagram Pemeliharaan Soft dan Hard Material Sedangkan sebanyak 70% karyawan menyatakan kinerja tenaga kerja pemelihara pihak pengelola sudah baik dan 30% sisa responden menyatakan cukup baik. Gambar 36 Diagram Kinerja Tenaga Kerja Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan soft dan hard material dan kinerja tenaga kerja pemeliharaan yang sudah berjalan dengan baik diharapkan dapat dijaga dan dilanjutkan dengan lebih baik di masa depan oleh pengelola. Secara keseluruhan berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada penghuni dan karyawan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pemeliharaan lanskap yang dilaksanakan oleh pihak pengelola di permukiman Telaga Golf Sawangan sudah cukup baik dan memuaskan bagi kedua belah pihak. Kegiatan wawancara juga dilakukan terhadap penghuni, sebanyak 80% penghuni memiliki harapan kepada developer untuk menyediakan fasilitas lingkungan yang baru seperti fasilitas olahraga lapangan tenis, serta harapan agar pengelola segera memperbaiki fasilitas jalan cluster yang sudah mengalami

92 74 kerusakan. Menurut karyawan pengelola, masih terdapat proses pemeliharaan yang harus diperbaiki seperti pengelolaan sampah rumah tangga dengan menyediakan tempat sampah organik dan inorganik, perhitungan kembali mengenai kapasitas pekerja pemelihara yang rutin untuk RAB yang lebih akurat, serta harapan untuk menjadikan lingkungan yang sehat asri dan aman secara berkelanjutan Pengawasan Pemeliharaan Keberhasilan pengelolaan suatu lanskap dapat didukung oleh pelaksanaan kegiatan pengawasan dan evaluasi terhadap pekerjaan pemeliharaan lanskap. Kegiatan pengawasan dilakukan untuk menjamin bahwa jadwal kerja yang telah direncanakan terlaksana dengan baik dan sesuai dengan standar spesifikasi yang telah ditetapkan serta mengendalikan kesalahan yang terjadi. Pengawasan dilakukan dengan pengontrolan fisik lapangan terhadap hasil kerja pemeliharaan. Kegiatan pengawasan pemeliharaan bergantung pada pihak pemeliharanya. Pemelihara dari pihak warga Badan Pemelihara Lingkungan (BPL) dilakukan oleh Pak Yudi. Pelaksanaan pengawasan dilakukan sampai tiga kali dalam sehari pada pukul WIB, kontrol siang pada pukul WIB, dan sore hari pada pukul WIB. Pengawasan dilakukan pada semua cluster yang menjadi tanggung jawab BPL. Pengawasan oleh pihak kontraktor dilakukan dalam waktu dua hari sekali, oleh pengawas dari CV BOTANI ASRI (Pak Lolo), hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh dari kawasan puncak yang merupakan kantor CV BOTANI ASRI dapat memakan waktu hingga 4 jam lebih untuk mencapai lokasi permukiman. Pengawasan juga tetap dilakukan dari pihak estate selaku pengembang. Kegiatan pengawasan dilakukan setiap hari di pagi hari pada pukul WIB oleh pengawas lapang (Pak Syarief). Pengawasan dari pihak estate dilakukan untuk memantau seluruh proses pemeliharaan lanskap yang ada, yang dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor, tenaga kerja BPL, dan tenaga kerja in-house dari pihak estate sendiri. Kegiatan pengawasan yang dilakukan merupakan pengecekan di lapangan menggunakan checklist yang diberi kolom penilaian atas kondisi di lapangan. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan terjadinya kesalahan pekerjaan pemeliharaan agar

93 75 pengerjaannya dapat diselesaikan sesuai dengan target pemeliharaan. Para pengawas berhak menegur langsung para tenaga kerja apabila mereka membuat kesalahan ataupun kekurangan dalam pekerjaannya agar mereka lebih menyadari tanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing dan tidak mengulangi kesalahannya kembali. Evaluasi bertujuan mewujudkan kegiatan pemeliharaan yang sesuai dengan tujuan awal pemeliharaan yang telah ditetapkan, memastikan semua input (alat, bahan, dan tenaga kerja) bermanfaat secara efektif, serta meminimalkan halhal yang bersifat pemborosan dan tidak bermanfaat. Kegiatan evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu secara tertulis seperti checklist laporan harian pemeliharaan oleh pengawas dari kontraktor atau BPL dan pengecekan lapang secara langsung oleh landscape supervisor. Nahalih (2004) menyebutkan beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi pemeliharaan di permukiman Telaga Golf Sawangan. 1. Ukuran atau spesifikasi hasil pemeliharaan pada setiap objek/target pemeliharaan (berupa checklist) a. umum: bersih, sehat, aman, dan asri; b. target: tanaman (pohon, semak, dan rumput), jalan, saluran, laguna, fasilitas, sarana. 2. Ukuran kinerja a. kecepatan; b. ketepatan; c. kemampuan menangani masalah; d. kepatuhan pada atasan; e. kreatifitas; f. kerja sama; g. inisiatif; h. motivasi. 3. Bahan pendukung a. data lapangan, sifat/karakteristik bahan; b. kapasitas kerja secara spesifik per personal pekerja; c. alternatif metode; d. alternatif skala prioritas;

94 76 e. alternatif penjadwalan; f. alternatif sistem kontrol dan pengendalian. Keseluruhan kegitan evaluasi dilaksanakan agar pelaksanaan pemeliharaan menjadi lebih baik dan pihak estate lebih mudah untuk memberi arahan pemeliharaan yang sesuai kepada masing-masing pengawas. Setiap seminggu sekali masing-masing pengawas baik dari pihak kontraktor maupun BPL mengadakan evaluasi bersama para tenaga kerjanya, para pengawas menyampaikan kekurangan pekerjaan yang masih harus diperbaiki lagi oleh para tenaga kerja, beberapa keluhan warga terhadap pemeliharaan yang masih dirasa kurang atau terjadi kesalahan pada lingkungan mereka, dan keluhan pihak estate terhadap proses pemeliharaan yang kurang sesuai dengan rencana awal pemeliharaan. Tercapainya tujuan pemeliharaan awal juga diharapkan didukung dengan adanya tindakan inspeksi dari estate manager selaku manajer pengelelola lingkungan perumahan. Manager pengelola melakukan inspeksi dengan mengawasi lapang secara langsung minimal sebulan sekali untuk melihat pengerjaan pemeliharaan yang dilakukan sudah baik atau belum, mencari permasalahan-permasalahan yang terdapat di permukiman, kemudian mengadakan rapat koordinasi pihak pemelihara untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut Alternatif Strategi Strategi manajemen lanskap permukiman Telaga Golf Sawangan dapat ditentukan dengan menggunakan analisis SWOT. Menurut Rangkuti (1997), SWOT memiliki dua faktor, yaitu faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Berdasarkan hasil survei lapang, penyebaran kuisioner dan wawancara dengan pihak pengelola dan penghuni didapatkan faktor internal dan eksternal sebagai berikut.

95 77 1. Kekuatan a. Konsep Green Real Estate Permukiman memiliki konsep yang terpadu dengan upaya pelestarian lingkungan hidup seperti pengolahan sampah terpadu, selain itu permukiman menciptakan suasana alam yang indah sebagaimana hunian resort. Lokasi permukiman memiliki view lapangan golf 18 hole dan danau alam, keberadaan fasilitas konservasi city forest, taman dan adventure park. Semua fasilitas tersebut merupakan ruang terbuka hijau sebanyak 45% yang menyediakan kesegaran udara dan lingkungan hidup yang yang sejuk. Kredibilitas konsep Green Real Estate di permukiman Telaga Golf Sawangan sudah mendapatkan pengakuan di Indonesia. Permukiman ini mendapat sebutan sebagai Green Real Estate yang diakui oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan beberapa penghargaan yang telah diraih seperti penghargaan Best Indonesia Green Award 2010 yang diselenggarakan majalah Bisnis & CSR dan dua kali menjuarai penghargaan Green Property Award pada tahun 2009 dan 2010 untuk kategori permukiman yang sedang dikembangkan (jadi bukan hanya konsep) versi Majalah Housing Estate. b. Kapasitas dan efektivitas kerja cukup baik Berdasarkan perbandingan perhitungan kapasitas kerja pada lapang dan pustaka dapat disimpulkan bahwa kapasitas dan efektivitas pemeliharaan yang berlangsung di kawasan permukiman sudah cukup baik. Hal ini terlihat jelas pada nilai beberapa jenis pemeliharaan yang memiliki nilai diatas standar pustaka. c. Pembagian wilayah pemeliharaan Standar pemeliharaan lanskap ditetapkan oleh pihak pengelola yang membagi area permukiman ke dalam beberapa wilayah area dan tingkatan pemeliharaan yang berbeda sesuai dengan fungsi dari area tersebut. Pembagian wilayah area pemeliharaan diharapkan mampu memudahkan pengawasan serta menghemat jumlah biaya yang harus dikeluarkan pihak pengelola dengan tetap menjaga stabilitas kualitas dan kuantitas lanskap di Telaga Golf Sawangan. d. Pelayanan yang baik Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sebanyak 23% responden menyatakan pelayanan pemeliharaan sangat baik, 67% penghuni menyatakan cukup baik, dan 10% menyatakan kurang baik. Pelayanan pemeliharaan yang

96 78 selalu menyelesaikan tugas pemeliharaan dengan baik disertai dengan sikap ramah pihak pengelola terhadap keluhan penghuni menjadikan pelayanan pemeliharaan yang dilakukan pengelola sudah baik di mata penghuni. e. Dukungan aktif warga Dukungan aktif warga dalam proses pengelolaan permukiman dengan dibentuknya Badan Pemelihara Lingkungan. Kegiatan pemeliharaan cluster oleh pihak warga tetap diawasi dari oleh estate. Pemberian iuran pemeliharaan yang dibebankan kepada setiap kepala keluarga per rumah memberikan rasa tanggung jawab bagi penghuni untuk langsung aktif mengawasi dan membiayai kegiatan pemeliharaan lingkungan yang meliputi (a) pembayaran listrik lampu lingkungan dalam cluster; (b) pengangkutan sampah rumah tangga dan taman rumah; (c) pembayaran gaji personal keamanan; (d) pemeliharaan taman dan kebersihan lingkungan (area nonkavling dan nontaman yang berfungsi sebagai area konservasi). 2. Kelemahan a. Kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja pada pemeliharaan tertentu Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan HOK yang menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja pada jenis pemeliharaan seperti pemupukan, pemangkasan rumput, dan penyiangan gulma masih belum memadai. Sebagian besar tenaga kerja harian tidak memiliki dasar pengetahuan pemeliharaan yang baik, hanya sekedar memiliki kemampuan baca tulis. Tingkat kedisiplinan terhadap tanggung jawab tugas pemeliharaan kurang karena minimnya motivasi yang dimiliki tenaga kerja harian. Hal ini sangat mempengaruhi hasil kualitas pengelolaan lanskap yang ada. b. Kurangnya pemeliharaan pada fasilitas Hasil kuisioner menurut penilaian penghuni terhadap kondisi fasilitas permukiman, menunjukkan bahwa sebanyak 67% responden penghuni menyatakan kondisi fasilitas dalam keadaan cukup baik dan sebanyak 33% penghuni menyatakan kurang baik. Beberapa fasilitas seperti city forest dan taman lingkungan per cluster lainnya seharusnya menjadi kawasan yang menarik dan ramai dikunjungi keluarga terutama anak kecil, tetapi fasilitas ini justru merupakan kawasan yang kurang mendapat perhatian pada pemeliharaannya.

97 79 Kurangnya pemeliharaan pada fasilitas ini dapat mengurangi jumlah kunjungan bermain anak-anak per harinya. c. Lokasi yang relatif jauh dari kota Lokasi permukiman Telaga Golf Sawangan terletak di tepi selatan Jakarta, tepatnya di kota Depok dan dapat ditempuh 40 Km dari pusat kota Jakarta. Lokasi yang cukup jauh dari kota Jakarta dan cukup sulit dijangkau karena akses yang jauh dari tol ini cukup menyulitkan warga untuk menuju tempat bekerja yang berlokasi di luar kota. 3. Peluang a. Akses jalan tol Jagorawi-Cinere Rencana pengembangan jalan tol Jagorawi-Cinere akan memudahkan aksesibilitas penghuni dan calon pembeli, meningkatkan nilai jual dari permukiman. b. Pasar peminat rumah masih terbuka Pihak pengembang mengadakan event rutin setiap beberapa bulan sekali seperti fun biking, culinary food, dan masih banyak lagi. Event seperti ini dilakukan untuk membuka pasar peminat rumah sebagai usaha promosi yang dapat meningkatkan daya tarik masyarakat luar untuk mengunjungi permukiman sehingga dapat melihat langsung kondisi rumah dan lanskap dengan tujuan dapat meningkatkan daya jual pengembang. Dalam satu event yang diselenggarakan mampu meraih minimal 2 penjualan rumah, dana yang didapatkan dari hasil pembelian rumah dapat digunakan sebagai biaya pemeliharaan. 4. Ancaman a. Persaingan dengan developer permukiman di sekitarnya Depok sebagai kota berkembang didalamnya terdapat banyak pembangunan permukiman-permukiman yang dikembangkan oleh developer lain. Permukiman yang lain yang ada mampu penjadi pesaing karena cenderung menawarkan harga yang relatif lebih terjangkau jika dibandingkan harga jual telaga golf sawangan dan memiliki akses yang lebih dekat ke kota Jakarta.

98 80 b. Faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu Faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu sangat berpengaruh pada target penyelesaian proses pemeliharaan yang berlangsung, terutama pada musim hujan yang sewaktu-waktu dapat menghentikan berjalannya kegiatan pemeliharaan. c. Gangguan keamanan dari lingkungan sekitar Penilaian penghuni terhadap aspek keamanan menunjukkan sebanyak 17% penghuni menyatakan keaman permukiman dalam keadaan sangat baik, sebanyak 70% menyatakan cukup baik, dan 13% menyatakan kurang baik. Berdasarkan hasil kuisioner tersebut masih didapatkan penilaian keamanan yang kurang baik. Kawasan permukiman bersebelahan langsung dengan banyak perkampungan di sekitarnya. Adanya pintu masuk dari kawasan perkampungan yang awalnya bertujuan memudahkan akses tenaga kerja rumah tangga, justru menimbulkan ancaman tersendiri bagi kawasan permukiman, seperti tindakan vandalism, kemalingan serta masuknya hama ternak ke kawasan permukiman. Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, ditentukan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor tersebut terlebih dahulu (Tabel 18 dan 19). Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya. Setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan (Tabel 20 dan 21). Tabel 18 Tingkat Kepentingan Faktor Internal Telaga Golf Sawangan Simbol Faktor Internal Tingkat Kepentingan Kekuatan S1 Konsep Green Real Estate Kekuatan yang sangat besar S2 Kapasitas dan efektivitas kerja cukup baik Kekuatan yang sangat besar S3 Pembagian wilayah pemeliharaan Kekuatan yang sangat besar S4 Pelayanan yang baik Kekuatan yang besar S5 Dukungan aktif warga Kekuatan yang besar W1 Kelemahan Kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja pada pemeliharaan tertentu Kelemahan yang sangat berarti W2 Lokasi yang relatif jauh dari kota Kelemahan yang berarti W3 Kurangnya pemeliharaan pada fasilitas Kelemahan yang sedang

99 81 Tabel 19 Tingkat kepentingan faktor eksternal Telaga Golf Sawangan Simbol Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan Peluang O1 Akses jalan tol Jagorawi-Cinere Peluang yang sangat tinggi O2 Pasar peminat rumah masih terbuka Peluang yang sangat tinggi T1 Ancaman Persaingan dengan developer permukiman di sekitarnya Ancaman yang sangat besar T2 Faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu Ancaman yang besar T3 Gangguan keamanan dari lingkungan sekitar Ancaman yang sedang Tabel 20 Pembobotan Faktor Internal Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 Total Bobot S ,10 S ,10 S ,10 S ,13 S ,14 W ,10 W ,13 W ,19 Total 119 1,00 Tabel 21 Formulir Pembobotan Faktor Eksternal Simbol O1 O2 T1 T2 T3 Total Bobot O ,14 O ,14 T ,14 T ,23 T ,35 Total 43 1,00 Setelah mendapatkan bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, dilakukan penentuan peringkat (rating) dengan nilai antara 1-4. Menurut David (2008), penentuan bobot setiap variabel menggunakan rating skala 1, 2, 3, dan 4: skala 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal; skala 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal; skala 3 jika indikator faktor horizontal lebih

100 82 penting daripada indikator faktor vertikal; skala 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal. Kemudian rating setiap faktor tersebut dikalikan dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan yang tercantum tabel skor pembobotan IFE dan EFE (Tabel 22 dan 23). Tabel 22 Skor Pembobotan Internal Factor Evaluation (IFE) Kekuatan Konsep Green Real Estate Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kapasitas dan efektivitas kerja cukup baik Pembagian wilayah pemeliharaan Pelayanan yang baik Dukungan aktif warga Kelemahan Kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja pada pemeliharaan tertentu Lokasi yang relatif jauh dari kota Kurangnya pemeliharaan pada fasilitas Total 0,10 4 0,40 0,10 4 0,40 0,10 4 0,40 0,13 3 0,40 0,14 3 0,42 0,10 1 0,10 0,13 2 0,26 0,19 3 0,57 1, ,95 Tabel 23 Skor Pembobotan External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Akses jalan tol Jagorawi-Cinere 0,14 4 0,56 Pasar peminat rumah masih terbuka 0,14 4 0,56 Ancaman Persaingan dengan developer permukiman di sekitarnya 0,14 1 0,14 Faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu 0,23 2 0,46 Gangguan keamanan dari lingkungan sekitar 0,35 3 1,05 Total 1, ,76 Menurut David (2008), jika nilai total skor IFE dan EFE lebih dari 2,5, maka nilai tersebut menunjukkan kondisi yang kuat. Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE dapat dilihat bahwa kondisi internal permukiman Telaga Golf Sawangan cukup kuat karena memiliki nilai total skor di atas 2,5, yaitu sebesar 2,95 dan kondisi eksternalnya dengan nilai sebesar 2,76.

101 Nilai Total skor IFE dan IFE yang diperoleh kemudian disesuaikan pada kuadran dalam matriks IFE dan EFE (Gambar 37). 83 I Gambar 37 Matriks Total Skor (IFE dan EFE) Berdasarkan matriks total skor IFE dan EFE, permukiman Telaga Golf Sawangan berada pada kuadran V. Kuadran V menunjukkan bahwa permukiman Telaga Golf Sawangan berada pada posisi hold and maintain. Strategi manajemen yang dapat dilakukan adalah mempertahankan strategi manajemen yang telah ada tanpa mengubahnya dan melakukan kerja sama untuk menghindari kehilangan kekuatan yang sudah ada di Telaga Golf Sawangan. Telaga Golf Sawangan dapat mempertahankan kualitas manajemen, memperluas pemasaran permukiman, dan memperhatikan fasilitas permukiman melalui pengembangan faktor internal dan eksternal dengan kerja sama bersama pihak warga dan event organizer. Berdasarkan Tabel 24 matriks SWOT, Telaga Golf Sawangan telah memperoleh strategi manajemen untuk mendapatkan langkah-langkah rencana pengelolaan yang sesuai.

102 84 Tabel 24 Matriks SWOT Eksternal Opportunity (Peluang) Threats (Ancaman) 1 Akses jalan tol Jagorawi- Cinere 2 Pasar peminat rumah masih terbuka Internal Strength (Kekuatan) S O S - T 1 Persaingan dengan developer permukiman di sekitarnya 2 Faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu 3 Gangguan keamanan dari lingkungan sekitar 1 2 Konsep Green Real Estate Kapasitas dan efektivitas kerja cukup baik 1. Memajukan konsep Green Real Estate dengan mempertahankan kualitas program pengelolaan yang berjalan dan tetap melakukan 3 Pembagian wilayah pengawasan rutin. pemeliharaan 4 Pelayanan yang baik 3. Melakukan promosi dengan mengungkapkan segala keunggulan yang dimiliki dan mengikuti kegiatan pameran perumahan yang diadakan oleh event organizer di suatu acara. 5 Dukungan aktif warga 2 Mempertahankan pelaksanaan event yang dapat meningkatkan keharmonisan antara pihak penghuni dengan pengelola dan sebagai ajang promosi bagi calon pembeli rumah. Weakness (Kelemahan) W O W T 4 Mempertahankan kualitas pelayanan pengelolaan yang baik dan kerja sama dengan penghuni demi kenyamanan dan keamanan penghuni. 1 Kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja pada pemeliharaan tertentu 2 Lokasi yang relatif jauh dari kota 3 Kurangnya pemeliharaan pada fasilitas 5 Mempertahankan kualitas SDM dengan memberikan penghargaan positif atau negatif, memberikan pendidikan dan pelatihan, serta motivasi. 6 Memberi fasilitas transportasi bus menuju akses tol ke arah kota sehingga memudahkan akses penghuni dan calon pembeli untuk mencapai lokasi hunian. 7 Meningkatkakan pengelolaan tenaga kerja yang berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan perhitungan HOK berdasarkan kapasitas dan luas area pemeliharaan sehingga mampu bersaing dengan permukiman lain. 8 Memperhatikan kualitas pengawasan pemeliharaan fasilitas dan keamanan sistemcluster dari ancaman luar karena berbatasan langsung dengan perkampungan. Penentuan alternatif strategi dengan pemberian ranking terhadap rencana manajemen lanskap di permukiman Telaga Golf Sawangan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang saling terkait.

103 85 Tabel 25 Rangking Alternatif Strategi No Alternatif strategi 1 Memajukan konsep Green Real Estate dengan mempertahankan kualitas program pengelolaan yang berjalan dan tetap melakukan pengawasan rutin. 2 Mempertahankan pelaksanaan event yang dapat meningkatkan keharmonisan antara pihak penghuni dengan pengelola dan sebagai ajang promosi bagi calon pembeli rumah. Keterkaitan dengan unsur SWOT S1, S2, S3, S4, S5, O2 Skor Rangking 2,59 2 S4,S5,02 1, Melakukan promosi dengan mengungkapkan segala keunggulan yang dimiliki dan mengikuti kegiatan pameran perumahan yang diadakan oleh event organizer di suatu acara. S1, S2, S3, S4, S5, T1 2, Mempertahankan kualitas pelayanan pengelolaan yang baik dan kerja sama dengan penghuni demi kenyamanan dan keamanan penghuni. 5 Mempertahankan kualitas SDM dengan memberikan penghargaan positif atau negatif, pendidikan dan pelatihan, serta motivasi. S1, S2, S3, S4,S5, T1, T2, T3 3, 67 1 W1, W3, O2 1, Memberi fasilitas transportasi bus menuju akses tol ke arah kota sehingga memudahkan akses penghuni dan calon pembeli untuk mencapai lokasi hunian. W2, W3, O1,O2 1, Meningkatkakan pengelolaan tenaga kerja yang berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan perhitungan HOK berdasarkan kapasitas dan luas area pemeliharaan sehingga mampu bersaing dengan permukiman lain. 8 Memperhatikan kualitas pengawasan pemeliharaan fasilitas dan keamanan sistem cluster dari ancaman luar karena berbatasan langsung dengan perkampungan. W1, W3, T1, T2 2, 32 3 W1,W3, T3 1,72 6 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal, dihasilkan alternatif strategi manajemen lanskap permukiman yang dapat dilakukan, yaitu 1. mempertahankan kualitas pelayanan pengelolaan yang baik dan kerja sama dengan penghuni demi kenyamanan dan keamanan penghuni; 2. memajukan konsep Green Real Estate dengan mempertahankan kualitas program pengelolaan yang berjalan dan tetap melakukan pengawasan rutin; 3. meningkatkakan pengelolaan tenaga kerja yang berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan perhitungan HOK berdasarkan kapasitas dan luas area pemeliharaan sehingga mampu bersaing dengan permukiman lain;

104 86 4. melakukan promosi dengan mengungkapkan segala keunggulan yang dimiliki dan mengikuti kegiatan pameran perumahan yang diadakan oleh event organizer di suatu acara; 5. memberi fasilitas transportasi bus menuju akses tol ke arah kota sehingga memudahkan akses penghuni dan calon pembeli untuk mencapai lokasi hunian. 6. memperhatikan kualitas pengawasan pemeliharaan fasilitas dan keamanan sistem cluster dari ancaman luar karena berbatasan langsung dengan perkampungan seperti membuat pagar pembatas kawasan, serta penambahan pos penjagaan baru untuk memberi rasa aman bagi penghuni sekaligus sebagai usaha perlindungan terhadap hard dan soft material yang ada di kawasan permukiman; 7. mempertahankan pelaksanaan event yang dapat meningkatkan keharmonisan antara pihak penghuni dengan pengelola dan sebagai ajang promosi bagi calon pembeli rumah; 8. mempertahankan kualitas SDM dengan memberikan penghargaan positif atau negatif, pendidikan dan pelatihan, serta motivasi.

105 87 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sistem manajemen dan organisasi perusahaan PT Cisadane Perdana berbentuk garis dan staf yang dipimpin langsung oleh Direktur Utama dari Sinarmas Land kemudian untuk pelaksanaan pengelolaan di lapang dipimpin oleh General Manager yang membawahi beberapa manajer unit dengan beberapa seksi divisi. Manajemen pemeliharaan lanskap Telaga Golf Sawangan dilaksanakan pada divisi lanskap yang dipimpin oleh Estate Manager. Sistem manajemen lanskap yang berlangsung di Telaga Golf Sawangan sudah berjalan baik dengan pelaksanaan pemeliharaan di lapang oleh tenaga kerja harian sesuai dengan jadwal dan standar yang telah ditetapkan dan pengawasan langsung secara rutin di lapang oleh landscape supervisor. Secara keseluruhan, pelaksanaan pemeliharaan lanskap yang berlangsung di kawasan Telaga Golf Sawangan telah berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari kualitas lanskap yang terdapat di permukiman, kapasitas dan efektivitas tenaga kerja, dan persepsi responden. Berdasarkan perbandingan perhitungan kapasitas di lapang dengan pustaka, kapasitas kerja di kawasan ini sudah cukup baik bahkan beberapa jenis pemeliharaan lanskap memiliki nilai di atas standar pustaka. Kapasitas yang baik disebabkan oleh pelaksanan pemeliharaan sudah berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang sesuai pada jenis pemeliharaan tersebut. Namun, masih terdapat tiga jenis pemeliharaan yang memiliki nilai kapasitas di bawah standar, yaitu pemupukan, pemangkasan rumput, dan penyiangan gulma. Kapasitas kerja yang bernilai rendah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang pemeliharaan, kurangnya kedisiplinan tenaga kerja serta kurangnya jumlah tenaga kerja pada jenis pemeliharaan tersebut. Hal ini dapat diperbaiki dengan memberikan pengarahan rutin pemeliharaan, memberikan motivasi kedisiplinan, dan menghitung kembali kebutuhan tenaga kerja dengan perhitungan HOK.

106 88 Manajemen pemeliharaan lanskap yang baik juga dibuktikan berdasarkan persepsi responden yang memperoleh data bahwa sebanyak 73% penghuni menyatakan puas dan 27% sangat puas terhadap pengelolaan lanskap yang berlangsung serta sebanyak 70% karyawan menyatakan kinerja tenaga kerja pemelihara pihak pengelola sudah baik. Kegiatan pengelolaan yang sudah berjalan dengan baik diharapkan dapat dijaga dan dilanjutkan dengan lebih baik di masa depan oleh pengelola. Berdasarkan kapasitas kerja yang sudah cukup baik dan ditemukannya kendala berupa kapasitas kerja yang kurang pada jenis pemeliharaan tertentu serta persepsi responden tentang pengelolaan pemeliharaan lanskap di Telaga Golf Sawangan, ditemukan beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat saling dikaitkan dengan menggunakan analisis SWOT untuk menghasilkan alternatif strategi manajemen yang baik. 5.2 Saran Faktor internal dan eksternal yang dimiliki Telaga Golf Sawangan menghasilkan alternatif strategi manajemen lanskap permukiman yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak pengelola di masa yang akan datang. Adapun alternatif strateginya adalah sebagai berikut: 1. mempertahankan kualitas pelayanan pengelolaan yang baik dan kerja sama dengan penghuni demi kenyamanan dan keamanan penghuni; 2. memajukan konsep Green Real Estate dengan mempertahankan kualitas program pengelolaan yang berjalan dan tetap melakukan pengawasan rutin; 3. meningkatkakan pengelolaan tenaga kerja yang berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan perhitungan HOK berdasarkan kapasitas dan luas area pemeliharaan sehingga mampu bersaing dengan permukiman lain; 4. melakukan promosi dengan mengungkapkan segala keunggulan yang dimiliki dan mengikuti kegiatan pameran perumahan yang diadakan oleh event organizer di suatu acara; 5. memberi fasilitas transportasi bus menuju akses tol ke arah kota sehingga memudahkan akses penghuni dan calon pembeli untuk mencapai lokasi hunian.

107 89 6. memperhatikan kualitas pengawasan pemeliharaan fasilitas dan keamanan sistem cluster dari ancaman luar karena berbatasan langsung dengan perkampungan; 7. mempertahankan pelaksanaan event yang dapat meningkatkan keharmonisan antara pihak penghuni dengan pengelola dan sebagai ajang promosi bagi calon pembeli rumah; 8. mempertahankan kualitas SDM dengan memberikan penghargaan positif atau negatif, pendidikan dan pelatihan, serta motivasi.

108 90 DAFTAR PUSTAKA Anonim diakses 23 Mei Anonim Pola Persebaran Permukiman. diakses 6 Januari Anonim diakses 15 Februari Anonim / diakses 23 Mei Arifin, H. S. dan Nurhayati.H.S.A Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya. Arifin, H. S. dan Nurhayati. H. S. A Pemeliharaan Taman. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Carpenter, P. L., T. D. Walker, and F. O. Lanphear Plants in the Landscape. San Fransisco: W. H. Freman and Co. David, FR Manajemen Strategi ke-10. Terjemahan Oleh Budi S. Strategic Management: Concepts and Cases, 10th ed. Jakarta: Salemba Empat. Doxiadis. C.A EKSISTIC. An Introduction to The Science of Human Settlement. London: Hutchinsan. Erika Analisis SWOT. diakses 6 Januari Kinnear TC and Taylor JR Riset Pemasaran Ed ke-3. Jakarta: Erlangga. Nahalih, Najih Efisiensi dalam Manajemen Pemeliharaan Landscape. Depok: PT Cisadane Perdana. Nurisjah, Siti dan Pramukanto, Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Parker, J. dan P. Bryan Landscape Management and Maintenance. New York: Gower Publishing Company. Rangkuti, F Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Simonds, J. O Landscape Architecture. New York. McGraw Hill Book Co: Sternloff, R. E. dan R. Warren Park and Recreation Maintenance Management. California: John Wiley and Sons Inc.

109 91 Stoner, J. A. F. and E. Freeman Manajemen. Jilid I. Edisi 4. Intermedia. Jakarta: Prentice Hall. Subroto, P.H Studi tentang Pola permukiman Arkeologogi. Manusia dalam Ruang Studi Kawasan dalam Arkeologi. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.

110 LAMPIRAN

111 92 Lampiran 1 Kuisioner Kuisioner Pengelola Telaga Golf Sawangan Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Judul Skripsi: Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok Oleh : Mutiah Nurjannah (A ) Responden Yth. Terimakasih atas waktu yang telah Anda sediakan untuk mengisi kuisioner ini. Data yang ada di dalam kuisioner ini akan digunakan dalam kegiatan magang skripsi. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan 1. Adakah konsep khusus untuk pemeliharaan lanskapnya? Ada Tidak ada Jika ada, sebutkan konsepnya 2. Berapa jumlah tenaga kerja harian pemeliharaan lanskap di Telaga Golf Sawangan? orang orang 30 orang atau lebih

112 93 3. Apakah pemeliharaan soft material dan hard material sudah dilakukan dengan baik? Baik Cukup baik Kurang 4. Bagaimana kinerja tenaga kerja pemelihara lanskap? Baik Cukup baik Kurang 5. Adakah kendala dalam proses pengelolaan? Iya Tidak Jika iya, jelaskan 6. Apakah alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan lanskap sudah memadai? Iya Tidak 7. Harapan untuk Telaga Golf Sawangan?... Terima Kasih...

113 94 Lampiran 1 Lanjutan Kuisioner Kuisioner Penghuni Telaga Golf Sawangan Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Judul Skripsi Magang : Manajemen Lanskap Permukiman Telaga Golf Sawangan, Depok Oleh : Mutiah Nurjannah (A ) Responden Yth. Terimakasih atas waktu yang telah Anda sediakan untuk mengisi kuisioner ini. Data yang ada di dalam kuisioner ini akan digunakan dalam kegiatan magang skripsi. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan 1. Mengapa Anda memilih hunian di Telaga Golf Sawangan? Nyaman, aman, indah Eksklusif Lanskap yang bagus 2. Pendapat Anda mengenai lanskap Telaga Golf Sawangan? Sangat Bagus Bagus Biasa 3. Pendapat Anda mengenai pengelolaan kebersihan lanskaptelaga Golf Sawangan: Sangat baik

114 95 Cukup baik Kurang baik 4. Pendapat Anda mengenai pengelolaan keamanan Telaga Golf Sawangan: Sangat baik Cukup baik Kurang baik 5. Pendapat Anda mengenai kondisi dan pengelolaan fasilitas di Telaga Golf Sawangan: Sangat baik Cukup baik Kurang baik 6. Pendapat Anda mengenai pelayanan dari pihak pengelola Telaga Golf Sawangan: Sangat baik Cukup baik Kurang baik 5. Tingkat Kepuasan menetap di Telaga Golf Sawangan: Sangat puas Cukup puas Kurang puas 6. Harapan Anda untuk Telaga Golf Sawangan:... Terima Kasih...

115 96 Lampiran 2 Siteplan Telaga Golf Sawangan NEW CLUSTER DANAU CLUSTER GREAT BRITAIN CLUB HOUSE CLUSTER FRANCE CLUSTER ESPANOLA CLUSTER BELANDA CLUSTER BALI CLUSTER MIAMI-MONACO-MALAKA FASUM dan FASOS UTARA COMMERCIAL AREA

116 Lampiran 3 Surat Perjanjian Kerja 97

117 Lampiran 3 Lanjutan Surat Perjanjian Kerja 98

118 Lampiran 3 Lanjutan Surat Perjanjian Kerja 99

119 100 Lampiran 3 Lanjutan Surat Perjanjian Kerja (digabung dari beberapa gambar cluster oleh penulis) CLUSTER GREAT BRITAIN Luas dipelihara: m 2 CLUSTER FRANCE Luas dipelihara: ,96 m 2 CLUSTER ESPANOLA Luas dipelihara: m 2 CLUSTER BELANDA Luas dipelihara: m 2 CLUSTER MIAMI-MONACO-MALAKA Luas dipelihara: m 2 CLUSTER BALI Luas dipelihara: m 2 UTARA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 merumuskan pengertian dasar terhadap perumahan dan permukiman. Perumahan merupakan tempat untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan  2010) 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian mengambil lokasi di Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution yang terletak di Jalan Belitung No. 1, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 9 METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada 06 33 55-06 37 45 LS dan 106 50 20-106 57 10 BT di wilayah administrasi

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu 19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang Kegiatan magang berlangsung sekitar tiga bulan (Tabel 1) dimulai pada bulan Februari dan berakhir pada bulan Mei Tabel 1 Kegiatan dan Alokasi Waktu Magang Jenis Kegiatan

Lebih terperinci

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

Sumber:  & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan bergantung pada berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha sate bebek H. Syafe i Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mulia Lestari adalah salah satu perusahaan tekstil terkemuka yang beralamatkan di Jl. Cibaligo no. 70 Cimindi-Cimahi. Produk yang dihasilkan adalah kain rajut, yang sebagian besar adalah berbentuk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN Dr KASWANTO M.K. PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN (ARL 521) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN - INSTITUT PERTANIAN BOGOR Senin, 23 Mei 2016

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT Oleh: RIZKA FITRIYANI A44051893 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel A. Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan di beberapa industri sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan April sampai Juli 2008. Pengumpulan data meliputi data

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat, Sumatera Utara. Metode

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A34201024 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 RINGKASAN FAIKA RAHIMA ZORAIDA.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS), Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data akan dilakukan disebuah industri pengolahan dengan sub sektor industri pakaian jadi yang berlokasi di Jl. Wader Blok G.II No. 25 RT/RW 010/012

Lebih terperinci

Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 85 Lampiran 1. Kuisioner SWOT Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor KUISIONER EVALUASI JENIS POHON BAGI KONSERVASI KERAGAMAN TANAMAN HUTAN KOTA DI DKI JAKARTA Kepada

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 48 BAB V ANALISIS DAN SINTESIS Visi dan misi Taman Lalu Lintas Bandung tetap dipegang teguh sejak pendiriannya sampai sekarang, yaitu memberikan pendidikan keamanan dan ketertiban lalu lintas kepada anak-anak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada restoran iga bakar Mang Opan yang terletak di Jl. Adhyaksa II No.1A, Buah Batu, Bandung. Pemilihan tempat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci