Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena"

Transkripsi

1

2 i

3 Kata Sambutan Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pendidikan sebagai hak azasi manusia tercantum pada pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang tertulis: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada Pasal 28C ayat (1) tertulis, Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Pengintegrasian dalam bidang juga dilakukan secara sinergi dan koordinatif dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya terutama dalam hal perencanaan dan penganggaran responsif, audit, pengembangan pedoman, dan acuan teknis kegiatan yang disusun bersama-sama dengan pakar, para mitra, pokja kabupaten, kota dan provinsi. Sinergi dan koordinasi ini diharapkan akan menghasilkan peningkatan kapasitas pengarusutamaan bidang secara lebih memadai. Sampai pada tahun 2012, capaian kinerja layanan kabupaten/kota telah menerapkan pengarusutamaan (PUG) bidang sebesar 57,34% lebih tinggi dari target Renstra Pembangunan Pendidikan Nasional sebesar 54% dan angka disparitas penduduk tuna aksara sebesar 2,4% dari jumlah tuna aksara sebanyak orang. Penyusunan dan penerbitan sepuluh judul Buku PUG Bidang Pendidikan tahun 2012 merupakan komitmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam merealisasikan amanat Inpres No. 9 Tahun 2000 dan Permendiknas Nomor 84 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan sebagai wujud peningkatan kapasitas PUG bidang Pendidikan. Sebagai realisasi amanat Inpres tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memenuhi target Renstra Kemdikbud tahun 2012 yaitu tercapainya 54% Kabupaten/Kota melaksanakan PUG bidang Pendidikan. Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam penyusunan buku-buku tersebut. Akhirnya semoga Norma Standar Prosedur dan Kriteria yang disusun dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, dengan harapan semoga Allah SWT berkenan memberikan rakhmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin. Jakarta, November 2014 Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Hamid Muhhamad, Ph.D ii Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan iii

4 Kata Pengantar Buku Data dan Indikator Pendidikan Berwawasan Gender Tahun 2012/2013 ini merupakan terbitan dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarkat bekerjasama dengan Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Publikasi ini disusun untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang berwawasan pada kurun waktu 2012/2013. Penyusunan buku ini dilakukan dengan mengacu pada konsep Gender-Sensitive Education Statistics and Indicators yang disiapkan oleh UNESCO. Data dan informasi yang disajikan dalam buku ini memuat beberapa isu utama tentang perbedaan dan indeks paritas dilihat dari jalur sekolah yaitu Statistik TK sampai PT di tingkat nasional. Di samping itu, disajikan pula perbedaan dan indeks paritas berdasarkan indikator pemerataan, indikator mutu dan indikator efisiensi internal. Perbedaan dan indeks paritas juga diketengahkan dalam setiap bahasan baik dalam statistik berwawasan, indikator berwawasan maupun perkembangan statistik dan indikator berwawasan. Data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan buku ini bersumber pada hasil pengolahan data sekolah dari TK sampai PT yang dilaksanakan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan, sedangkan data penunjang seperti penduduk usia sekolah mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini diucapkan terima kasih. Saran dan masukan sangat diharapkan dalam rangka penyempurnaan publikasi yang akan datang. Jakarta, November 2014 Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Dr. Wartanto NIP iv Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan v

5 BAGIAN PERTAMA KELOMPOK KERJA (POKJA) PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN Daftar Isi Halaman KATA SAMBUTAN... ii KATA PENGANTAR... iv BAGIAN PERTAMA... vi DAFTAR ISI... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar... 2 C. Tujuan... 3 D. Sasaran... 3 E. Hasil yang Diharapkan... 4 BAB II PENGERTIAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN... 5 A. Pengertian Pokja PUG Bidang Pendidikan... 5 B. Tata Cara Pembentukan Pokja PUG Bidang Pendidikan... 5 BAB III ORGANISASI, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN... 7 A. Organisasi Pokja PUG Bidang Pendidikan... 7 B. Kedudukan Dan Fungsi Pokja PUG Bidang Pendidikan BAB IV TUGAS DAN HASIL POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN A. Tugas Pokja PUG Bidang Pendidikan B. Hasil Pokja PUG Bidang Pendidikan BAB V PENGELOLAAN KEGIATAN POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN A. Kerangka Kerja PUG Pendidikan B. Diskripsi Kegiatan BAB VI POKOK-POKOK PROGRAM PUG PENDIDIKAN A. Komitmen Internasional B. Rencana Aksi PUG Pendidikan C. Rencana Kerja Pembangunan Pendidikan Responsif Gender vi Panduan Kelompok ok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan vii

6 BAB 1 Pendahuluan BAGIAN PERTAMA KELOMPOK KERJA (POKJA) PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN A. LATAR BELAKANG Integrasi dimensi dalam kebiijakan/ program/ kegiatan pembangunan telah menjadi keharusan bagi setiap K/L yang melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan/ program/ kegiatan pembangunan seusai tugas pokok dan fungsi masing-masing K/L. Hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional dimana setiap Menteri, Lembaga Pemerintah Non Kemeterian, Sekretaris Lembaga Tinggi dan Tertinggi Negara, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, Gubernur dan Bupati/ Walikota melaksanakan pengarusutamaan sesuai dengan bidang tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing. Di Tingkat daerah, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri Nomor 67 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengaruutamaan Gender Di Daerah. Pada pasal 4 dinyatakan secara eksplisit bahwa Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis SKPD, dan Rencana Kerja SKPD. Sedangkan di tingkat Kementerian Pendidikan telah diberlakukan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan. Pada pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan tersebut berbunyi Setiap satuan unit kerja bidang yang melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program pembangunan bidang agar mengintegrasikan di dalamnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut dibuat dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan di bidang. viii Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 1

7 Meski kewajiban untuk mengintegrasikan dalam seluruh dimensi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan bidang telah dinyatakan secara eksplisit dalam peraturan menteri tersebut, namun implementasinya di lapangan mengalami berbagai hambatan, baik implementasi di tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan maupun di tingkat satuan formal, non formal maupun informal. Salah satu penyebab tidak berhasilnya integrasi adalah belum terbentuk dan atau belum berfungsinya kelompok kerja (Pokja) bidang maupun vocal point (tim penggerak ) bidang. Untuk itu, panduan tentang pokja PUG bidang dan peningkatan kapasitas kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan perlu disusun agar bisa digunakan sebagai acuan dalam membentuk dan atau mengembangkan pokja PUG bidang. Terbentuknya Pokja PUG diharapkan dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring maupun evaluasi kebijakan/program/ kegiatan responsif serta mendorong terintegrasikannya dalam perencanaan dan penganggaran. Hal ini sejalan dengan Surat Edaran Bersama empat Menteri sebagai lembaga driver PUG di tingkat nasional yaitu Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran Yang Responsif Gender. B. DASAR 1. Undang Undang Dasar Undang Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan 3. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 4. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional 5. Kebijakan Pendidikan untuk Semua (Education for All) Tahun Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Menjadi acuan bagi para pemegang kebijakan dan pelaksana dalam pembentukan dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelompok kerja (pokja) PUG bidang sehingga dapat menjalankan perannya secara optimal dalam mendorong terujudnya yang adil dan setara. 2. Tujuan Khusus Meningkatkan pemahaman seluruh anggota Pokja PUG bidang serta seluruh stakeholders tentang: D. SASARAN a. Pengertian dan tata cara pembentukan Pokja PUG bidang b. Organisasi, kedudukan dan fungsi Pokja PUG bidang c. Tugas dan tanggungjawab Pokja PUG bidang d. Pengelolaan kegiatan Pokja PUG bidang 1. Pimpinan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Pimpinan Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota) 2. Pimpinan Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan di Provinsi dan Kabupaten/ Kota 3. Pimpinan satuan formal, non formal dan informal sebagai ujung tombak pelaksanaan 4. Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Pendidikan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota dan satuan 2 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 3

8 E. HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Terbentuknya pokja PUG sesuai dengan regulasi yang ada 2. Berkembangkan peran pokja PUG bidang dan Gender Focal Point bidang dalam: a. menyusun strategi pengintegrasian yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan bidang b. mewujudkan perencanaan responsive melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan c. mewujudkan kesetaraan dan keadilan pada satuan dan masyarakat d. mewujudkan pengelolaan anggaran yang responsif e. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumber daya pembangunan ( Permendikbud 84 Tahun 2008) BAB 2 PENGERTIAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN A. PENGERTIAN POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN Yang dimaksud dengan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan yang selanjutnya disebut Pokja PUG Pendidikan adalah wadah konsultasi bagi pelaksana dan penggerak pengarusutamaan dari berbagai instansi/lembaga (Permendiknas 84 Tahun 2008). Pokja PUG Pendidikan terdiri dari : 1. Pokja PUG Pendidikan Pusat (Kemdikbud) 2. Pokja PUG Pendidikan Provinisi 3. Pokja PUG Pendidikan Kabupaten/ Kota 4. Pokja PUG Satuan Pendidikan B. TATA CARA PEMBENTUKAN POKJA PUG PENDIDIKAN Pembentukan Pokja PUG Pendidikan Pusat (Kemdikbud) dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat yang dalam tingkatan lebih teknis diutamakan peran-peran seluruh unit utama Kemdikbud (Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud), serta instansi/ lembaga lain yang dipandang strategis dalam pembangunan responsif, antara lain: Bappenas, Meneg PP dan PA, BPS, LIPI, PSW/ Perguruan Tinggi. 4 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan an Gender Bidang Pendidikan 5

9 Pembentukan Pokja PUG Pendidikan Provinsi dikoordinasikan oleh Dinas yang bertanggungjawab terhadap pembangunan di masing-masing Provinsi. Pokja ini diharapkan dapat melibatkan unsur: instansi Perencana, BPS, Badan Pemberdayaan Perempuan, PSW/ Perguruan Tinggi, Kanwil Depag, LSM, semua sub dinas/ bidang di lingkungan Dinas yang menangani, dan organisasi sosial masyarakat lain yang memiliki komitmen untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan bidang. Pembentukan Pokja PUG Pendidikan Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh Dinas yang bertanggungjawab terhadap pembangunan di masingmasing Kabupaten/Kota. Pokja ini diharapkan dapat melibatkan unsur: Badan Perencana, BPS, Biro/ Bagian Pemberdayaan Perempuan, PSW/ Perguruan Tinggi, Kandepag Kabupaten/Kota, LSM, semua Kepala Bidang di lingkungan Dinas yang menangani, dan organisasi sosial masyarakat lain yang memiliki komitmen untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan bidang. Pembentukan Pokja PUG Pendidikan pada Satuan Pendidikan dikoordinasikan oleh kepala satuan. Kepala satuan menetapkan pokja PUG Bidang Pendidikan di unit kerjanya. Anggota Pokja PUG Satuan Pendidikan adalah seluruh stakeholders terkait di unit kerja yang bersangkutan. BAB 3 ORGANISASI, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN A. ORGANISASI POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN Struktur organisasi Pokja PUG Pendidikan disusun berdasarkan kebutuhan pada masing-masing tingkat pemerintahan. Pokja PUG Pendidikan Kemdikbud ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pokja PUG Pendidikan Provinsi ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur atau Kepala Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan di Provinsi. Pokja PUG Pendidikan Kabupaten/ Kota ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati/ Walikota atau Kepala Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan di Kabupaten/ Kota. Pokja PUG pada satuan ditetapkan melalui surat keputusan Kepala Satuan Pendidikan. Gambaran tentang susunan organisasi Pokja PUG Pendidikan di Kemdikbud, Provinsi Kabupaten/ Kota dan satuan digambarkan dalam tabel Panduan n Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan an Gender Bidang Pendidikan dika 7

10 Tabel 3.1. Susunan Organisasi Pokja PUG Pendidikan menurut Tingkat Penerintahan Tingkatan Nama Surat Keputusan Kemdikbud Provinsi Kabupaten/ Kota Susunan Organisasi Pokja PUG Pendidikan Kemdikbud Pokja PUG Pendidikan Provinsi Pokja PUG Pendidikan Kabupaten/ Kota Satuan Pendidikan Pokja PUG Satuan Pendidikan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Surat Keputusan Gubernur atau Kepala Dinas yang bertanggungjawab terhadap pembangunan di provinsi Surat Keputusan Bupati/ Walikota atau Kepala Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan di kabupaten/ kota Surat Keputusan Kepala Satuan Pendidikan 1. Penasehat, 2. Penangjungjawab, 3. Tim Pakar, 4. Tim Teknis, dan 5. Sekretariat. 1. Penasehat, 2. Penangjungjawab, 3. Tim Pakar, 4. Tim Teknis, dan 5. Sekretariat. 1. Penasehat, 2. Penangjungjawab, 3. Tim Pakar, 4. Tim Teknis, dan 5. Sekretariat. 1. Penasehat, 2. Penangjungjawab, 3. Tim Pakar, 4. Tim Teknis, dan 5. Sekretariat. 1. Pokja PUG Pendidikan di Tingkat Kemdikbud Di tingkat Pusat, Pokja PUG Pendidikan di Kemdikbud terdiri dari: Penasehat, Penanggungjawab, Tim Pakar, Tim Teknis, dan Sekretariat. Penasehat terdiri dari semua pejabat eselon I di lingkungan Kemdikbud dan Penanggungjawab adalah Dirjen PAUDNI. Tim Pakar terdiri dari para ahli bidang, baik dari lingkungan birokrasi pemerintahan, perguruan tinggi, maupun LSM, yang dikoordinasikan oleh seorang pakar yang ada di Kemdikbud. Tim Teknis adalah semua eselon II yang terkait langsung dengan teknis perencanaan dan penyelenggaraan di semua jalur, jenjang, dan jenis. Tim teknis ini berada dalam koordinasi Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat. Sekretariat merupakan tim pendukung operasional kegiatan, terdiri dari pejabat eselon III dan IV yang terkait langsung dengan program pengarusutamaan yang didukung oleh Tim Konsultan. 2. Pokja PUG Pendidikan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota Di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota, Pokja PUG disarankan terdiri dari: Penasehat, Penanggung Jawab, Tim Pakar, Tim Tkenis, dan Sekretariat. Untuk Penasehat, melibatkan: Pimpinan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pimpinan Badan PP. Penanggungjawab adalah Kepala Dinas yang bertangungjawab di bidang pembangunan. Tim Pakar terdiri dari personal dari birokrat, akademisi PSW/ Perguruan Tinggi dan LSM yang sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan PUG Pendidikan. Tim Teknis melibatkan semua bidang di lingkungan Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan, unsur BPS, instansi Perencana, unsur Biro/ Bagian Pemberdayaan Perempuan. Tim Teknis harus dipimpin oleh unsur yang memungkinkan koordinasi lebih cepat dan berjalan sesuai kebutuhan, yaitu pejabat di dinas provinsi/kabupaten/kota. Sekretariat disusun sesuai dengan kebutuhan operasional kegiatan Pokja PUG Pendidikan di masing-masing daerah. 3. Pokja PUG Pendidikan di Tingkat Satuan Pendidikan Di tingkat Satuan, Pokja PUG disarankan terdiri dari: Penasehat, Penanggung Jawab, Tim Pakar, Tim Teknis, dan Sekretariat. Untuk Penasehat, melibatkan: Kepala Bidang/ seksi sesuai dengan tingkatan satuan pensisikan. Penanggungjawab adalah Kepala Satuan Pendidikan. Tim Pakar terdiri dari personal dari birokrat, akademisi PSW/ Perguruan Tinggi dan LSM yang sudah terlibat dalam kegiatankegiatan PUG Pendidikan. Tim Teknis melibatkan semua guru yang paham dan tergabung dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan atau KKG (kelompok kerja guru) yang bertanggungjawab terhadap pembangunan. Tim Teknis harus dipimpin oleh unsur yang memungkinkan koordinasi lebih cepat dan berjalan sesuai kebutuhan, yaitu pejabat di satuan. Sekretariat disusun sesuai dengan kebutuhan operasional kegiatan Pokja PUG Pendidikan di masing-masing satuan. 8 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 9

11 1. Tugas dan Tanggungjawab Anggota Pokja Adapun rincian tugas dari masing-masing anggota pokja adalah sebagai berikut: Hubungan antar unsur dalam organisasi Pokja PUG Pendidikan adalah sebagaimana pada diagram berikut. TIM PAKAR PENANGGUNGJAWAB SEKRETARIAT TIM TEKNIS POKJA PUG PENDIDIKAN PROVINSI *) POKJA PUG PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA *) POKJA PUG SATUAN PENDIDIKAN Gambar-3.1: Struktur Organisasi Pokja PUG Pendidikan *) Struktur minimal seperti Pokja Pusat PENASEHAT POKJA UNIT UTAMA a. Tim Penasehat dan Penanggungjawab 1). Mengkoordinasikan unit kerja terkait baik di lingkungan Kemdikbud /Dinas/ Satuan yang bertangungjawab terhadap pembangunan di Provinsi, Kabupaten/ Kota, satuan serta organisasi kemasyarakatan dalam pelaksanaan kegiatan pengarusutamaan di bidang 2). Menyiapkan rumusan bahan kebijakan Kemdikbud/ Dinas/ Satuan Pendidikan yang bertangungjawab terhadap pembangunan di Provinsi, Kabupaten/ Kota, maupun satuan. 3). Menyiapkan rumusan rencana aksi nasional/ daerah/ satuan yang diperlukan pada berbagai unit kerja terkait sebagai persiapan untuk pelaksanaan gerakan pengarusutamaan bidang, baik pada tingkat nasional, daerah. Maupun satuan. b. Tim Pakar Membantu Pimpinan Kemdikbud/Dinas/ Satuan yang bertanggungjawab terhadap pembangunan di Provinsi, Kabupaten/ Kota maupun satuan dalam memikirkan dan menyusun bahan kebijakan, program, atau kegiatan yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan di bidang, dalam rangka menetapkan kebijakan dan rencana aksi nasional/daerah/ satuan yang ressponsif. c. Tim Teknis 1). Memberikan arahan bagi pelaksanaan gerakan nasional/daerah/ satuan tentang pembangunan responsif baik pusat, daerah maupun satuan. 2). Merumuskan rencana kebijakan operasioal pada tingkat direktorat/ sub-dinas/ bidang terkait di lingkungan Kemdikbud/ Dinas/ satuan yang bertanggungjawab terhadap 10 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 11

12 pembangunan di Provinsi, Kabupaten/ Kota maupun satuan. 3). Merumuskan berbagai rencana aksi nasional/daerah/satuan yang mengarah pada terwujudnya keseimbangan kesempatan menurut jenis kelamin 4). Menyusun rencana pembangunan responsif tahunan tingkat nasional/daerah/ satuan di bidang yang akan menjadi patokan bagi pelaksanaan pembangunan tahun anggaran yang bersangkutan. 5). Selaku pengambil kebijakan di lingkungan Kemdikbud/ Dinas/ satuan yang bertangungjawab terhadap pembangunan di Provinsi, Kabupaten/ Kota, atau satuan bertanggungjawab atas komitmennya dalam mengupayakan pengarusutamaan di lingkungan pejabat di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota maupun satuan. d. Sekretariat Mengkoordinasikan berbagai kegiatan pengarusutamaan bidang di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/ Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan di Provinsi maupun Kabupaten/ Kota atau di satuan. Sekretariat Pokja PUG Bidang Pendidikan berada di kantor yang menangani langsung PUG Bidang Pendidikan yang dibuktikan dengan: 1). Nama Pokja Nama Pokja PUG Bidang Pendidikan baik yang tercantum sebagai identitas kelembagaan maupun untuk pengurusan legalitas dan urusan administrasi keuangan (rekening bank) dan pajak harus sama dan sesuai, seperti: Nama : Pokja PUG Bidang Pendidikan Provinsi.. atau Pokja PUG Bidang Pendidikan Kabupaten/Kota atau Pokja PUG Bidang Pendidikan Satuan Pendidikan.. Nama sekretariat Pokja PUG Bidang Pendidikan perlu dipasang di depan gedung kantor. Ukuran papan nama sekretraiat pokja PUG Pendidikan minimal 100 cm x 60 cm, dengan contoh sebagai berikut: SEKRETARIAT Kelompok Kerja (Pokja) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Provinsi/kabupeten/ satuan : Jalan.. Telp/Faks:.. 2). Struktur dan Program Kerja Pokja PUG Bidang Pendidikan perlu memiliki struktur dan program kerja yang terpasang di sekretariat Pokja PUG Bidang Pendidikan. Struktur dan program kerja di update setiap 1 tahun sekali. B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI POKJA PUG PENDIDIKAN Pokja PUG Pendidikan merupakan organ non struktural pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) atau pada Dinas Pendidikan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota atau pada satuan. Pokja PUG Pendidikan memiliki fungsi inisiasi, dinamisa si, dan penjaminan mutu bagi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan responsif serta berbagai program pengarusutamaan di pusat, daerah dan satuan. Oleh karena itu, Pokja PUG Pendidikan secara khusus bekerja untuk memperkuat kebijakan dan program yang responsif di lingkungan Kemdikbud/ Dinas yang bertanggungjawab terhadap di Provinsi dan Kabupaten/ Kota, atau di satuan serta senantiasa berkoordinasi dengan Pokja PUG yang ada di Kementrian/ Biro/ Bagian yang menangani pemberdayaan perempuan. Pada fungsi inisiasi, Pokja PUG Pendidikan menyusun dan mengajukan gagasan-gagasan, rencana kegiatan/ program yang berkaitan dengan 12 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 13

13 pengkajian kebijakan dan implementasi program pembangunan responsif. Pada fungsi dinamisasi, Pokja PUG Pendidikan melakukan diskusi, audiensi, analisis data dan pembahasan kebijakan dan program bersama pihak-pihak yang terkait dengan pengambilan keputusan dan pengelola program pembangunan (Kemendikbud, Gubernur, Bupati/ Walikota, DPRD, Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan di daerah ataupun satuan. Pada fungsi penjaminan mutu, Pokja PUG Pendidikan melakukan monitoring, supervisi, pengawasan, dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pengarusutamaan bidang. Fungsi-fungsi tersebut bisa diperluas sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. BAB 4 A. TUGAS POKJA PUG PENDIDIKAN TUGAS DAN HASIL POKJA PUG BIDANG PENDIDIKAN Tugas Pokja PUG Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 digambarkan pada tabel 3.1. Tabel 4.1. Tugas Pokja PUG Pendidikan Pokja PUG Pendidikan Provinsi Pokja PUG Pendidikan Kabupaten/ Kota Pokja PUG Pendidikan Satuan Pendidikan (1) (2) (3) mempromosikan dan memfasilitasi PUG Bidang Pendidikan kepada unit kerja terkait melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG Bidang Pendidikan kepada pemerintah kabupaten/ kota menyusun program kerja setiap tahun mendorong terwujudnya anggaran yang berperspektif menyusun rencana kerja Pokja PUG Bidang Pendidikan setiap tahun; bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Kepala Dinas Pendidikan; Merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Bupati/ Walikota mempromosikan dan memfasilitasi PUG Bidang Pendidikan kepada unit kerja terkait melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada kantor dinas, kecamatan, kepala desa, lurah menyusun program kerja setiap tahun mendorong terwujudnya anggaran yang berperspektif menyusun rencana kerja Pokja PUG Bidang Pendidikan setiap tahun; bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikota merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Bupati/ Walikota mempromosikan dan menfasilitasi PUG Bidang Pendidikan kepada seluruh pihak terkait di unit kerjanya melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG Bidang Pendidikan menyusun program kerja setiap tahun mendorong terwujudnya anggaran satuan yang berperspektif menyusun rencana kerja POKJA PUG Bidang Pendidikan setiap tahun bertanggung jawab kepada Dinas Pendidikan di kabupaten/kota; merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota 14 Panduan Kelompok ok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan dikan 15

14 menfasilitasi unit kerja yang membidangi pendataan untuk menyusun Profi l Gender Bidang Pendidikan di provinsi melakukan pemantauan pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan di instansi terkait menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) PUG Pendidikan di provinsi yang mencakup: PUG dalam peraturan perundang-undangan bidang ; PUG dalam siklus pembangunan bidang ; penguatan kelembagaan PUG Bidang Pendidikan penguatan peran serta masyarakat untuk mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan penggerak kegiatan PUG di masing-masing unit kerja memfasilitasi unit kerja yang membidangi pendataan Pendidikan untuk menyusun Profi l Gender Bidang Pendidikan kabupaten atau kota; melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di unit terkait menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) PUG Pendidikan di kabupaten/ kota yang mencakup: PUG dalam peraturan perundang-undangan bidang ; PUG dalam siklus pembangunan bidang ; penguatan kelembagaan PUG Bidang Pendidikan penguatan peran serta masyarakat untuk mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan penggerak kegiatan PUG di masing-masing unit kerja Sumber: Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di unit kerjanya mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Penggerak Kegiatan PUG di masing-masing unit kerja B. HASIL POKJA PUG PENDIDIKAN Hasil yang diharapkan melalui pelaksanaan program pengarusutamaan bidang Pendidikan adalah sbb: 1. Para pemegang kebijakan, perencana (kebijakan maupun teknis) memiliki sensitivitas, sehingga mampu merumuskan kebijakan, perencanaan, dan penganggaran yang responsif. 2. Tersusun Position Paper Pengarusutamaan Gender Pendidikan di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota sebagai bahan untuk menyusun kebijakan pembangunan reponsif. 3. Tersusun Rencana Aksi Nasional (RAN) dan Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengarusutamaan Gender Pendidikan. 4. Tersusun dan terlaksananya program/ kegiatan pembangunan responsif di setiap unit kerja Kemdikbud, di lingkungan Dinas yang bertanggungjawab terhadap pembangunan di Provinsi maupun Kabupaten/ Kota serta di lingkungan satuan. 5. Adanya peningkatan mutu dan dampak dari pengelolaan program/ kegiatan PUG Pendidikan terhadap program-program yang responsif, baik yang dibiayai dengan dana APBN, dana APBD maupun dana dari funding lainnya. 6. Tersedianya sistem pendataan dan informasi yang responsif (terpilah laki-laki dan perempuan). 7. Tersusunnya Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi PUG Bidang Pendidikan. 8. Terjalinnya kemitraan antara pemerintah (Kemdikbud, Dinas yang bertangungjawab terhadap pembangunan di daerah ataupun satuan ) dengan Perguruan Tinggi (khususnya PSW) dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam rangka pengarusutamaan di bidang. 9. Adanya kepastian bahwa semua anak perempuan dan laki-laki sudah mendapat kesempatan mengikuti dasar Sembilan tahun yang bermutu. Untuk mencapai hasil tersebut, pokja PUG perlu melakukan kegiatan rutin maupun kegiatan insidential. 16 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 17

15 Kegiatan Rutin Pokja PUG Pendidikan mencakup: 1. Melakukan pertemuan rutin untuk memetakan masalah dan menyusun program PUG Bidang Pendidikan 2. Melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap para pengambil kebijakan 3. Melakukan penguatan terhadap para perencana melalui pelatihan penyusunan perencanaan dan penganggaran yang responsif. 4. Melakukan evaluasi internal pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan. Kegiatan insidental dalam menguatkan PUG Bidang Pendidikan mencakup: BAB 5 PENGELOLAAN KEGIATAN POKJA PUG PENDIDIKAN 1. Melakukan analisis terhadap kebijakan yang masih bias atau netral dan merumuskannya kembali menjadi kebijakan yang responsif. 2. Menyusun position paper yang dapat dijadikan bahan dalam menyusun kebijakan yang responsif. 3. Membantu pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunan yang responsif 4. Melakukan penguatan kepada para pengambil kebijakan dan perencana untuk menyusunan perencanaan dan penganggaran yang responsif. 5. Melakukan penguatan kepada satuan (formal dan nonformal) dalam mengarusutamakan pada satuan. 6. Membangun dan mengembangkan jejaring/kemitraan dengan stakeholders untuk memperkuat pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan. 7. Menyusun dan menyosialisasikan media KIE kepada masyarakat. Upaya mewujudkan keadilan dan kesetaraan di bidang perlu dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintahan (Kemdikbud dan Dinas yang bertanggungjawab terhadap pembangunan ) di Provinsi maupun Kabupaten/ Kota), pelaku/ pelaksana di satuan-satuan pada jalur informal, formal maupun non formal. Atas dasar asumsi tersebut, pengarusutamaan dilakukan dalam kerangka kerja sebagaimana uraian berikut. A. KERANGKA UMUM PUG PENDIDIKAN Dalam bidang, kesenjangan dapat dilihat dari beberapa persoalan pokok, antara lain: (1) pemerataan memperoleh yang bermutu pada setiap jalur, jenjang, dan jenis, (2) pengelolaan dan SDM para pengelola, (3) kurikulum, buku ajar, dan proses pembelajaran, (4) program studi dan penjurusan. Persoalanpersoalan yang terjadi pada aspek tersebut sangat terkait dengan kebijakankebijakan yang berlaku serta kehidupan sosial budaya masyarakat dan stakeholders. Menyadari akan hal tersebut, kerangka kerja kegiatan PUG Pendidikan diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kebijakan, program, kegiatan serta sikap dan perilaku para pengambil kebijakan, perencana, pelaksana pada satuan serta keluarga/ masyarakat agar menjadi lebih responsif. Dengan terpenuhinya prasyarat itu diharapkan keadilan dan kesetaraan bidang dapat terwujud. Atas dasar pemikiran di atas, prioritas program PUG Pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: 18 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 19

16 1. Peningkatan mutu pengambil kebijakan agar mampu menghasilkan kebijakan/ program yang responsif. 2. Peningkatan mutu perencana agar mampu melakukan perencanaan yang responsif. 3. Peningkatan wawasan, kesadaran, dan partisipasi para skateholders dalam mewujudkan yang adil dan setara. 4. Kemitraan dengan PT/ PSW untuk melakukan studi kebijakan responsif. 5. Kemitraan dengan Organisasi Perempuan/ LSM peduli dan, untuk melakukan penyelenggaraan dan pengembangan model adil dan keluarga responsif. 6. Pengembangan data-base yang terpilah berdasarkan jenis kelamin, yang dapat mendukung perencanaan dan aksi untuk mewujudkan yang adil dan setara. 7. Peningkatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) Gender bidang Pendidikan, baik melalui media cetak maupun elektronik Secara skematik, kerangka kerja tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. CAPACITY BUILDING STUDI KEBIJAKAN/ KEMITRAAN PSW KEMITRAAN LSM PENGUATAN STAKEHOLDERS DATA & WEBSITE MEDIA KIE KERANGKA KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN PENG.MODEL Penerbit/ Penulis/ Satuan Pend/ Stakeholders. PSBG, Panduan BA, Pengelolaan Satua Pend. Responsif Gender WORKSHOP, RTD, FGD STUDI, WORKSHOP LSM/ Org. Perempuan PKBG/ Life Skills Perempuan SISTEM PENDATAAN SOSIALISASI Masyarakat Berwawasan Gender PT/ PSW Analisis situasi/ Profil Gender Pendidikan Database/ Website Uploading Perencana & Pengelola Program Rencana & Program responsif Pemegang Kebijakan Pusat/ Prop/ Kab-Kota Kebijakan Responsif Position Paper/ RAN - RAD KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN B. DESKRIPSI KEGIATAN 1. Peningkatan Kapasitas (Capacity Building) Capacity Building pengarusutamaan bidang dilakukan melalui berbagai jenis kegiatan, yaitu: Audiensi dengan Pengambil Kebijakan, Round Table Disscussion (RTD), Focus Group Disscussion (FGD), Workshop, dan Pelatihan. Jenis kegiatan ini sengaja dirancang bervariasi karena sasaran/peserta kegiatan memiliki keragaman kesibukan/ waktu luang, kepentingan, dan relevansinya dengan tindak lanjut kegiatan PUG Pendidikan di masing-masing level pemerintahan (Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota). Dengan mengusung tema pokok isu dan kesenjangan bidang serta pentingnya kebijakan responsif, melalui berbagai jenis kegiatan capacity building ini diharapkan muncul komitmen para pengambil kebijakan yang dilandasi oleh pemahaman dan kesadaran. Komitmen ini diharapan terwujud dalam bentuk Position Paper, Pembentukan Pokja PUG, Rencana Aksi Pembangunan Pendidikan Berwawasan Gender di masing-masing wilayah tanggungjawabnya (Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota), Sumber Daya Manusia (focal point) yang handal di setiap unit kerja, dan dukungan pendanaan (APBN/APBN). 2. Studi Kebijakan dan Kemitraan dengan Pusat Studi Wanita/Gender Kemitraan dengan Pusat Studi Wanita/Gender Perguruan Tinggi dilandasi satu pemikiran bahwa lembaga ini memiliki kompetensi dan kapasitas (peneliti, hasil penelitian, dan pengalaman analisis lainnya). Potensi ini dalam jangka panjang diharapkan menjadi bagian pemicu kinerja Pokja PUG Pendidikan, baik di tingkat Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Sejalan dengan itu, studi kebijakan berwawasan merupakan kegiatan utama dalam kemitraan dengan PSW/G. Kemitraan dengan PSW/G juga dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang lebih implementatif seperti pelatihan, workshop, dan kegiatan lainnya terutama dalam mengembangkan satuan yang responsif. 3. Kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Kemitraan dengan LSM merupakan langkah penting, mengingat selama 20 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 21

17 ini ada kecenderungan bahwa program pembangunan yang dirancang pemerintah selalu dianggap tidak sesuai dengan pikiran-pikiran orangorang LSM. Namun demikian, landasan pemikiran perlunya kemitraan dengan LSM semata-mata dilandasi oleh kenyatan bahwa LSM punya pengalaman praktis di lapangan dan jejaringnya, khususnya LSM peduli perempuan dan LSM peduli. Oleh karena itu, kemitraan dengan LSM difokuskan pada kegiatan Pendidikan Adil Gender, Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender, dan Program Life Skill Perempuan. Laporan hasil pengalaman praktis LSM diformulasi dalam bentuk Model Penyelenggaraan, yang terdiri dari Panduan Pelaksanaan dan modul-modulnya. 4. Penguatan Stakeholders Pendidikan Keberhasilan bukan hanya tergantung pada pemerintah, tetapi juga pada dukungan berbagai pihak yang berkepentingan dengan. Pengarusutamaan bidang menyadari hal demikian. Oleh karena itu, penguatan pemahaman dan sensitivitas bagi stakeholders dipandang penting. Stakeholders yang dianggap cukup berpengaruh terhadap kemungkinan bias dalam adalah para penulis dan penerbit buku bahan ajar, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, serta pimpinan satuan. Kegiatan ini dilakukan melalui: 1) Sosialisasi Panduan Sekolah yang Responsif Gender, 2) Workshop Penyusunan Panduan Penulisan Bahan Ajar Responsif Gender, 3) Sosialisasi Penulisan Bahan Ajar Responsif Gender, 4) Pelatihan Gender bagi Stakeholders Pendidikan. 5. Penguatan Data-base Pendidikan Ketersediaan data yang terpilah menurut jenis kelamin merupakan keperluan mutlak dalam rangka melakukan analisis. Data indikator baik makro maupun mikro, di Pusat dan daerah (Provinsi maupun Kabupaten/Kota) pada banyak hal seringkali mengabaikan keterpilahan ini. Melalui pengumpulan, penyusunan, serta penyebarluasan data dan informasi yang terpilah diharapkan tersusun database yang bisa diakses banyak pihak sekaligus dijadikan landasan dalam rangka mendorong lahirnya kebijakan, program, kegiatan/ program yang responsif. Walaupun pendataan bukan merupakan hal baru dalam berbagai aspek pengelolaan, akan tetapi ketersediaan data terpilah menurut jenis kelamin sampai saat ini masih belum dianggap penting. Oleh karena itu, berbagai sumber data baik primer maupun sekunder perlu dimanfaatkan sehingga tersusun Profil Gender Pendidikan dan Website PUG Pendidikan. Selain melakukan pengumpulan, penyusunan dan penyebarluasan data, juga dilakukan kajian terhadap model pendataan pada era desentralisasi dan otonomi. Dari pengalaman nampak bahwa kesadaran terhadap tersedianya data terpilah di kalangan birokrasi masih relatif rendah. Hal ini terlihat dari model rekapitulasi data di tingkat Kabupaten, Provinsi, dan Nasional yang kadang masih mengabaikan adanya data-data terpilah yang dilaporkan pihak satuan. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah ekses kebijakan desentraliasasi dan otonomi daerah terhadap mekanisme pelaporan pembangunan dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat banyak yang tidak berjalan karena dianggap tidak perlu atau bukan sebuah kewajiban. 6. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Keadilan dan kesetaraan di bidang yang dicita-citakan tidak akan terwujud hanya dengan dukungan birokrasi, pelaku dan stakeholders yang terbatas. Dukungan masyarakat luas sangat diperlukan, oleh karena merupakan sebuah konstruksi sosial yang berbeda antar kelompok masyarakat maupun antar generasi pada suatu kelompok masyarakat. Menyadari akan hal tersebut, pengarusutamaan bidang dilakukan juga melalui berbagai media massa sebagai upaya publik. Untuk mendukung hal ini, dibuat sejumlah media dan sarana penunjang komunikasi, informasi, dan edukasi yang dilakukan melalui multi-media cetak maupun elektronik. Semua produk itu dikemas dalam bentuk Gender Kit Pendidikan dan Website Gender Pendidikan. 22 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 23

18 BAB 6 Pengarusutamaan di bidang merupakan strategi mewujudkan kesetaraan dan keadilan melalui integrasi isu dalam seluruh tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan. Strategi integrasi dapat dilakukan melalui tindakan affi rmative action (pemihakan khusus kepada salah satu jenis kelamin yang tertinggal) maupun melalui integrasi pada program-program pembangunan yang relevan. Gambaran tentang pengarusutamaan dapat diilustrasikan sebagai berikut: Tujuan Keadilan dan Kesetaraan Gender POKOK-POKOK PROGRAM PUG PENDIDIKAN Strategi Integrasi Gender dalam seluruh kebijakan/ program/ kegiatan Kegiatan Khusus (Affi rmatif Action) untuk Pemberdayaan Perempuan Gambar 6.1 Strategi Pelaksanaan PUG Pendidikan Keadilan dan Kesetaraan Gender o u t c o m e s Pemberdayaan Perempuan Pengarusutamaan menjadi kebutuhan oleh karena adanya sejumlah masalah kesenjangan dan isu ketidakadilan di bidang. Secara nasional maupun internasional semua stakehorlders bersepakat untuk menjamin agar anak perempuan dan laki-laki sama-sama mendapat yang bermutu, khususnya dalam rangka wajib belajar dasar sembilan tahun dan atau menengah dua belas tahun.. Sejalan dengan itu, sejumlah tantangan PUG Pendidikan ke depan perlu menjadi perhatian semua pihak, khususnya perhatian Pokja PUG Pendidikan, baik di Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/ Kota. Beberapa tantangan tersebut dapat digambarkan dalam kesepakatan, kebijakan, dan program berikut. A. Komitmen Internasional 1. Deklarasi Dakkar a. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan yang sulit dan mereka yang termasuk etnik minoritas, mempunyai akses pada dan menyelesaikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas yang baik. b. Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa. c. Penghapusan kesenjangan pada dasar dan menengah pada tahun 2005 dan mencapai kesetaraan dalam pada tahun 2015 dengan fokus pada kepastian sepenuhnya bagi anak perempuan terhadap akses dalam memperoleh dasar yang bermutu. 2. Millenium Development Goal a. Goal 2: yaitu mencapai dasar bagi semua dengan tujuan bahwa pada tahun 2015 semua anak baik laki-laki maupun perempuan dapat mengenyam dasar. b. Goal 3: yaitu mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan dengan tujuan untuk menghapuskan segala bentuk disparitas dalam dasar dan menengah paling lambat pada tahun Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 25

19 B. Rencana Aksi PUG Pendidikan 1. Kebijakan: a. Terwujudnya persamaan akses yang bermutu dan berkesetaraan bagi semua anak laki-laki dan perempuan b. Menurunnya tingkat keniraksaraan penduduk dewasa terutama penduduk perempuan melalui peningkatan kinerja pada setiap jenjang, jenis, dan jalur 2. Strategi a. Penyediaan akses yang bermutu terutama dasar secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan baik melalui persekolahan maupun Pendidikan Nonformal dan Informal b. Penyediaan akses kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat mengikuti persekolah c. Peningkatan penyediaan pelayanan keaksaraan bagi penduduk dewasa terutama perempuan d. Peningkatan koordinasi, informasi dan edukasi dalam rangka mengarusutamakan responsif : 1). Peningkatan koordinasi dan penyebaran informasi dan edukasi 2). Pengembangan kelembagaan (capacity building) berwawasan e. Pengembangan kelembagaan institusi baik di tingkat pusat maupun daerah agar responsive 3. Sasaran a. Meningkatnya partisipasi penduduk usia sekolah yang diikuti dengan semakin seimbangnya rasio siswa laki-laki dan perempuan b. Meningkatnya partisipasi penduduk miskin laki-laki dan perempuan c. Meningkatnya partisipasi penduduk yang berusia diatas usia sekolah 4. Target Prioritas a. Pada jenjang SD-MI, intervensi lebih mempertimbangkan keberagaman antar wilayah atau provinsi dan kelompok pendapatan b. Pada jenjang SLTP-MTs, intervensi lebih diarahkan untuk meningkatkan partisipasi penduduk laki-laki kelompok 40% termiskin c. Pada jenjang SLTA-MA, intervensi lebih diarahkan pada peningkatan partisipasi penduduk pada setiap kelompok masyarakat dan wilayah dengan penekanan pada penduduk dengan status ekonomi rendah d. Program PUG pada tinggi terutama diarahkan dalam menyiapkan landasan dasar itu sendiri, dengan meletakkan GAD sebagai body of knowledge. e. Untuk keaksaraan, intervensi lebih diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keaksaraan penduduk perempuan yang miskin, yang tinggal di perdesaan, dan berusia lebih dari 25 tahun f. Meningkatkan kemampuan kelembagaan sehingga memiliki kemampuan dalam merencanakan yang responsif 5. Kegiatan Pokok a. Capacity Building. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kesadaran para pengambil kebijakan di Pusat maupun Daerah dalam melaksanakan PUG. Sasaran dari kegiatan ini adalah para pengambil kebijakan (eksekutif dan legislatif) dan perencana di pusat maupun di daerah. Capacity building dilakukan melalui: Mensosialisasikan manstreaming kepada para pelaku dan pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah Membangun komitmen para pengambil kebijakan di bidang dalam mewujudkan kesetaraan dan mengoptimalkan pelaksanaan program-program responsif b. Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG). Untuk mendukung lahirnya kebijakan yang responsif, maka para perencana di Pusat dan Daerah diberikan pemahaman tentang alur kerja analisis dan penyusunan program pembangunan yang responsif serta perencanaan dan penganggaran yang responsif. c. Studi kebijakan/ Pengembangan Model Pendidikan Responsif Gender. Studi kebijakan dan pengembangan model 26 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 27

20 responsive dilakukan melalui kerja sama dengan Pusat Studi Wanita/Gender di Perguruan Tinggi. Studi kebijakan dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap kebijakan-kebijakan yang dilahirkan oleh pemerintah pusat maupun daerah (provinsi/ kabupaten/kota). Hasil studi dijadikan sebagai salah salah satu dokumen dalam merumuskan dan merancang position paper untuk bahan permusan kebijakan pembangunan di pusat dan daerah yang responsive. Sedangkan pengembangan model yang dapat dilakukan diantaranya; Pendidikan Sekolah Responsif Gender Pendidikan Keluarga Responsif Gender Pendidikan Adil Gender d. Kemitraan dengan Stakeholders Pendidikan. Salah satu upaya untuk mempercepat terwujudnya keadailan dan kesetaraan bidang perlu dilakukan kemitraan dengan penerbit dan penulis buku/bahan ajar untuk menyusun bahan ajar yang responsif. Di samping itu, kemitraan dilakukan pula dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, komite sekolah, dewan, dan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya. e. Pengembangan Data dan Media KIE Pendidikan Responsif Gender. Pengembangan pendataan dan media KIE dilakukan antara lain melalui: Pembuatan website PUG di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di setiap dinas (provinsi dan kabupaten/kota) dan satuan. Melakukan analisis data berdasarkan jenis kelamin terutama untuk mengetahui kinerja responsif di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/ kota dan satuan. Mengembangkan strategi kampanye kepada masyarakat tentang berbagai bidang teknologi, lingkungan & informasi yang mungkin dapat diikuti kaum perempuan Melaksanakan program advokasi dan KIE tentang pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam keluarga sedini mungkin. C. Rencana Kerja Pembangunan Pendidikan Responsif Gender 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini. Program ini bertujuan agar semua anak usia dini baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan tahap- tahap perkembangan atau tingkat usia mereka dan merupakan persiapan untuk mengikuti jenjang sekolah dasar; 2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan dasar yang bermutu dan terjangkau, baik melalui jalur formal maupun non-formal yang mencakup Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat, sehingga seluruh anak usia 7 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan dapat memperoleh, setidak-tidaknya sampai jenjang sekolah menengah pertama atau yang sederajat 3. Program Pendidikan Menengah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan menengah yang bermutu dan terjangkau baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan melalui jalur formal maupun non-formal yang mencakup Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat 4. Program Pendidikan Tinggi. Program ini ditujukan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan tinggi baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang bermutu tinggi dan relevan terhadap kebutuhan pasar kerja, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga dapat berkontribusi secara optimal pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. 5. Program Pendidikan Non Formal. Program ini bertujuan untuk memberikan layanan baik untuk laki-laki maupun perempuan sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap formal 28 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 29

21 untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional dalam rangka mendukung sepanjang hayat. 6. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Ke. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kecukupan jumlah, kualitas, kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga ke baik laki-laki maupun perempuan pada satuan formal dan non formal, negeri maupun swasta, untuk dapat menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis dan mempunyai komitmen secara profesional dalam rangka meningkatkan mutu. 7. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. Program ini ditujukan untuk mengembangkan budaya baca, bahasa, sastra Indonesia dan daerah dalam masyarakat termasuk peserta didik dan masyarakat umum guna membangun masyarakat berpengetahuan, berbudaya, maju dan mandiri. 8. Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Program ini ditujukan untuk meningkatkan intensitas dan kualitas penelitian dan pengembangan guna mendukung perumusan kebijakan dalam memecahkan permasalahan kendala pembangunan. 9. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas lembaga-lembaga di pusat dan daerah, mengembangkan tata pemerintahan yang baik (good governance), meningkatkan koordinasi antar tingkat pemerintahan, mengembangkan kebijakan, melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan pembangunan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan responsif. BAGIAN KEDUA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) BIDANG PENDIDIKAN 30 Panduan Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 31

22 BAB 1 Daftar Isi Pendahuluan Halaman BAGIAN KEDUA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar C. Tujuan D. Pengertian dan Lingkup Kegiatan E. Hasil yang Diharapkan BAB II PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat B. Materi C. Metode Kegiatan D. Waktu E. Peserta F. Pengarah/ Narasumber G. Panitia Penyelenggara H. Biaya BAB III PENUTUP LAMPIRAN Lamp 1. Kisi-kisi Materi Kegiatan Koordinasi Antar Dinas Terkait Daerah dengan Pusat Lamp 2. Kisi-kisi Materi Kegiatan Advokasi, Audiensi dan (Round Table Discussion) Lamp 3. Kisi-kisi Materi Sosialisasi Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Lamp 4. Kisi-kisi Materi Pelatihan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Untuk Stakeholders Lamp 5. Kisi-kisi Materi Pelatihan Penyusunan Kebijakan Pendidikan Responsif Gender dengan Menggunakan GAP dan GBS Lamp 6. Kisi-kisi Materi (Round Table Discussion) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan A. LATAR BELAKANG Pengarusustamaan Gender di Indonesia telah dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan sejak dikeluarkannya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutaaan Dalam pembangunan Nasional. Hasil yang telah dicapai oleh Indonesia Tahun 2013 terkait dengan kesetaraan dan keadilan dapat dilihat dari Human Development Index (HDI), Gender-related Development Index (GDI) dan Gender Inequality Index (GII). Tabel 1.1. : HDI, GDI dan GII di Negara-Negara ASEAN Tahun 2013 No Negara HDI GDI GII (1) (2) (3) (4) (5) 1 Singapura Malaysia Sri Lanka Thailand Indonesia Philipina Vietnam Timor Leste Kamboja Bangladesh Myanmar Sumber: Human Development Report UNDP Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 33

23 Data pada tabel 1.1. menunjukkan bahwa hasil pembangunan responsif di Indonesia masih berada pada peringkat yang rendah dibandingkan negara-negara lain di ASEAN. Di bidang, masih dijumpai adanya kesenjangan, baik dilihat dari aspek akses dan pemerataan, mutu dan relevansi serta managemen. Pada aspek akses dan pemerataan terjadi kesenjangan pada Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Melek Huruf. Pada aspek mutu dan relevansi terjadi bias dalam materi bahan ajar, dan pada aspek managemen sekolah, terjadi kesenjangan dalam representasi perempuan maupun laki-laki sebagai pengambilan kebijakan. Bentuk kesenjangan itu sendiri bervariasi antar wilayah di Indonesia, antar desa kota maupun antara status sosial ekonomi. Di satu wilayah, laki-laki berada dalam kondisi yang tertinggal dibandingkan perempuan, dan di wilayah lain perempuan lebih tertinggal dibandingkan laki-laki. Keduanya menunjukkan adanya indikasi kesenjangan. Ada beberapa komponen kunci bagi keberhasilan Pengarusutamaan Gender, diantaranya adalah: (1) adanya komitmen politik untuk melaksanakan Pengarusutamaan Gender, (2) adanya Kebijakan dan Program yang mendukung kesetaraan dan keadilan ; (3) Ada dan berfungsinya kelembagaan PUG, baik dalam bentuk Pokja PUG maupun Tim Penggerak PUG (Gender Focal Point); (4) ketersediaan sumberdaya; (5) tersedianya data dan informasi terpilah menurut jenis kelamin, (6) tersedianya media KIE PUG; dan (7) adanya dukungan jejaring antar stakeholders responsif. Meskipun pengarusutamaan telah secara tegas dicanangkan sejak tahun 2000, dan di bidang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan sejak tahun 2003, namun hingga kini belum semua pengelola pembangunan memahami tentang pengarusutamaan. Untuk itu maka peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan (PUG) bidang, mencakup pengembangan kebijakan dan program pembangunan berwawasan, pengembangan aturan, kelembagaan dan mekanisme serta pengembangan kualitas sumberdaya manusia mutlak diperlukan. B. DASAR 1. Undang Undang Dasar Undang Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan 3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasiona 4. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional 5. Kebijakan Pendidikan untuk Semua (Education for All) Tahun Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah 8. SE bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor: 270/M. PPN/11/2012, SE-33/MK.02/2012, 050/4379A/SJ, SE 46/MPP-PA/11/2012 Tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender Melalui Perencanaan Dan Penganggaran Yang Responsif Gender (PPRG) C. TUJUAN Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan ditujukan untuk: 1. Menata ulang kelembagaan, aturan dan mekanisme serta kebijakan agar kondusif terhadap pembangunan responsif. 2. Mendorong dikeluarkannya kebijakan dan program pembangunan responsif di masing-masing provinsi, kabupaten/ kota dan satuan. 3. Meningkatkan komitmen dan kualitas sumberdaya manusia (para pemegang keputusan, para perencana, para pengelola, pelaksana, maupun stakeholders lainnya) sehingga memiliki pemahaman, sensitivitas dan responsivitas untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan yang responsif. 34 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 35

24 D. PENGERTIAN DAN LINGKUP KEGIATAN Yang dimaksud dengan peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan (PUG) bidang adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelompok kerja PUG dan tim penggerak PUG Pendidikan (Gender Focal Point) dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai wadah konsultasi bagi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi kebijakan, program dan kegiatan responsif. Lingkup kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan (PUG) bidang mencakup: 1. Pengembangan kebijakan dan program responsif. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan kebijakan dan program pembangunan responsif yang dilakukan oleh tim pusat dan atau tim daerah kepada dinas dan atau satuan melalui: a. advokasi, b. audiency, c. diskusi (Round Table Discussion) 2. Pengembangan aturan, kelembagaan, dan mekanisme. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan aturan, kelembagaan d a n mekanisme yang mendukung pelaksanaan Pengarusutamaan Gender bidang melalui pengembangan koordinasi antar dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan, Lembaga yang menangani Pemberdayaan Perempuan, BPS, Bapeda, DPRD, Perguruan Tinggi ( Pusat Studi Wanita/Pusat Studi Gender), dan LSM. 3. Peningkatan kualitas SDM (para pemegang keputusan, perencana, para pengelola, pelaksana, dan stakeholders lainnya) agar memahami dan melaksanakan Pengarusutamaan Gender bidang melalui kegiatan: a. Sosialisasi Pengarusutamaan Gender bidang b. Pelatihan Pengarusutamaan Gender bidang untuk Stakeholders c. Pelatihan Penyusunan Kebijakan Pendidikan Responsif Gender (Perencanaan dan Penganggaran responsive Gender) antara lain dengan menggunakan metode Gender Analysis Pathway (GAP) dan perumusan Gender Budget Statement (Pernyataan Anggaran Responsif Gender). d. (Round Table Discussion) Pengarusutamaan Gender bidang E. HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Tersusunnya kebijakan dan program pembangunan responsif di tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota serta satuan. 2. Tersedianya aturan, kelembagaan dan mekanisme yang mendukung pelaksanaan Pengarusutamaan Gender bidang. 3. Tersusunnya position paper dan rencana aksi daerah pembangunan yang responsif. 36 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 37

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 29/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN

HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN Oleh: Subi Sudarto (ARTIKEL 9) Sekapur Sirih: Pembangunan pendidikan saat ini pada umumnya menunjukkan perubahan yang signifikan di mana

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender

Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender Kelompok Kerja (Pokja) Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Panduan Penyusunan Profi l Gender Bidang Pendidikan Daerah Panduan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Responsif

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Disampaikan dalam FGD Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Kabupaten Sleman Tanggal 8 Januari 2008

Lebih terperinci

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN Surabaya, 12-15 Mei 2014 ARTIKEL 14 MENGAPA PERLU EVALUASI Sampai saat ini masih ditemukan gejala kesenjangan gender pada bidang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016

Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016 Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016 Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Promotion of Lifelong learning

Lebih terperinci

" {{rr> WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN2015 TENTANG

 {{rr> WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN2015 TENTANG ~. " {{rr> WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN WALIKOTA PAREPARE PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN SALINAN Menimbang BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 jo No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Keuangan di Daerah

1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 jo No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Keuangan di Daerah Pada Ratek Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender Tahun 2010 yang dilaksanakan di Hotel Horison Bekasi pada tanggal 26 sampai dengan 28 Juli 2010, dengan tema Meningkatkan Efektifitas Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON -- WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN KAPASITAS PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN PROVINSI ACEH Kota Banda Aceh, 4-6 Septemberi 2014 Oleh: Subi Sudarto A. Pentingnya Workshop Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENDIDIKAN BERBASIS KAWASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

2013, No Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nom

2013, No Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nom No.157, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengarusutamaan Gender. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak

Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.18 - Desember 2013 Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak Masalah dan Peluang Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Buku Saku. Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender

Buku Saku. Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Panduan Penyusunan Profil Gender Bidang Pendidikan Daerah Panduan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Responsif Gender Isu

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI BIDANG PERTANIAN NOMOR:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENEG PP. Layak Anak. Kabupaten. Kota. Kebijakan. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENEG PP. Layak Anak. Kabupaten. Kota. Kebijakan. Pelaksanaan. No.181, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENEG PP. Layak Anak. Kabupaten. Kota. Kebijakan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG PUG BIDANG EKONOMI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERPRES NO. 5 TAHUN 2010 RPJMN 2010-2014 A. 3

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbincang tentang persoalan pendidikan memang tidak ada habisnya. Semakin dibicarakan dan didialektikakan semakin tidak menemukan ujungnya. Bukan karena pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017 Kepada Yth. Bupati Bengkulu Selatan Up. Sekretaris Daerah di.- MANNA LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017 I. Pendahuluan : 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Rancangan Final 8 April 2013

Rancangan Final 8 April 2013 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR ACEH, Menimbang: a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013

PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 2650 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN AMAL BHAKTI BIDANG PENDIDIKAN AGAMA DAN KEAGAMAAN BAGI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN : BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian yang akan dilakukan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t No.1929, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Pengarusutamaan Gender. Pemetaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional

Lebih terperinci