BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, TABUNGAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PT. TASPEN (PERSERO)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, TABUNGAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PT. TASPEN (PERSERO)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, TABUNGAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PT. TASPEN (PERSERO) 2.1 Asuransi Pengertian asuransi Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-undanngan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata asuransi yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. 19 Apabila kata asuransi diberi imbuhan per-an, maka muncul istilah perasuransian, yang berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah assurantie (Belanda), assurance (Inggris) banyak dipakai, baik dalam kegiatan bisnis maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum sebagai sinonim. 20 H. M. N. Poerwosutjipto, memberikan definisi asuransi adalah sebagai berikut. Suatu perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau membayar sejumlah uang atau santunan yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Cet. IV, Citra Aditya Bakti, Bandung (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I), h.6 20 Abdulkadir Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Cet. I, Alumni, Bandung (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad II), h.6 21 H.M.N. Poerwosutjipto, opcit. h.10 18

2 19 Menurut pendapat Wirjono Projodikoro, menjelaskan asuransi sebagai berikut. dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu satu sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat terjadinya. Suatu kontraprestasi dari pertanggungan ini, pihak yang ditanggungkan itu diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksudkan akan terjadi. 22 C.S.T Kansil memberikan definsi mengenai risiko adalah suatu ketidaktentuan yang berarti kemungkinan terjadinya suatu kerugian dimasa yang akan datang, jadi asuransi menjadikan suatu ketidakpastian menjadi suatu kepastian yaitu dalam hal terjadi kerugian, maka akan memperoleh ganti rugi. 23 Dari definisi para sarjana yang diberikan mengenai pengertian asuransi tersebut diketahui bahwa inti dari tujuan asuransi adalah mengalihkan risiko dari tertanggung yang mempunyai kepentingan terhadap obyek asuransi kepada penanggung yang timbul akibat adanya bahaya terhadap harta kekayaan atau terhadap jiwanya kepada penanggung dengan melakukan kewajiban membayarkan premi dan berhak mendapat pembayaran atas kerugian yang diderita oleh tertanggung. Pengertian asuransi diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa asuransi adalah : suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang tertanggung dengan menerima kerugian atau kehilangan 22 Wirjono Projodikoro, opcit. h C.S.T. Kansil, 2002, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. h.178

3 20 keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa tidak tertentu. Sedangkan pengertian asuransi dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian merumuskan : perjanjian antara dua pihak atau lebih, yaitu pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Bila ditelaah lebih lanjut pengertian asuransi dalam pasal 246 KUHD, hanya mencakup bidang asuransi kerugian tidak termasuk ke dalam asuransi jiwa, karena KUHD memandang jiwa manusia bukanlah harta kekayaan berbeda dengan pengertian asuransi menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian definisi maupun ruang lingkupnya lebih luas, disamping mengatur asuransi kerugian juga meliputi asuransi jiwa. Hal itu terlihat jelas pada rumusan kata-kata : atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggung jawabkan. Walaupun demikian rumusan asuransi dari pasal 246 KUHD berlaku secara umum. Berdasarkan perundang-undangan yang terbaru mengenai perasuransian, dimuat ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasruansian merumuskan : asuransi adalah perjannjian dua belah pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerima premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

4 21 a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Dari pengertian asuransi dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian bila dibandingkan dengan pengertian asuransi dalam Pasal 246 KUHD dan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No 2 Tahun 1992, definisi yang diberikan lebih jelas dikarenakan dalam rumusannya lebih menyempurnakan dari undang-undang sebelumnya. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat di dalam kehidupan tertanggung kepada penanggung yang menerima premi asuransi, untuk memberikan pembayaran maupun penggantian kepada tertanggung akibat risiko ataupun kergian yang diderita oleh tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Dari ketentuan Pasal 246 KUHD, Pasal 1 Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian dan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang N0 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, dapat disebutkan bahwa terdapat beberapa unsur dari asuransi, yaitu : 1. Asuransi adalah suatu perjanjian; 2. Premi merupakan prasyarat perjanjian; 3. Penanggung akan memberikan pergantian kepada tertanggung, dan 4. Kemungkinan terjadinya peristiwa tak tertentu atau peristiwa yang tidak pasti.

5 22 Asuransi sebagai suatu perjanjian atau perikatan sebagaimana perjanjian lainnya yang tunduk kepada Hukum Perikatan. Hukum Perikatan tersebut termuat dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara dua orang atau lebih, yang terletak di dalam harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak yang lainnya wajib memenuhi prestasi itu Jenis-jenis asuransi Jenis-jenis Asuransi menurut Pasal 247 KUHD, yaitu : a. asuransi terhadap bahaya kebakaran ; b. asuransi bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipanen ; c. asuransi terhadap jiwa, satu atau beberapa orang ; d. asuransi terhadap bahaya laut, dan e. asuransi terhadap bahaya yang mengancam pengangkutan di darat, di sungai dan di perairan pedalaman. Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian bahwa ruang lingkup usaha perasuransian mencakup : 1. Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan : a. Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri; dan b. Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Umum lain. 2. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa termasuk lini anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri, 3. Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha Reasuransi. 24 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Bandung, h.7

6 23 Di samping pembagian jenis-jenis asuransi diatas, pembagian asuransi menurut ilmu pengetahuan dijabarkan sebagai berikut. 1. Asuransi kerugian Asuransi kerugian adalah suatu asuransi atau pertanggungan dimana penanggung mengikatkan diri untuk melakukan prestasi dalam bentuk mengganti kerugian sepanjang ada kerugian yang timbul. Dari jenis-jenis asuransi yang disebutkan dalam Pasal 247 KUHD yang termasuk dalam asuransi kerugian antara lain : a. Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menjamin penggantian kerugian yang diderita sebagai akibat kebakaran. b. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen yaitu asuransi yang menjamin penggantian kerugian yang diderita akibat adanya bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen. c. Asuransi terhadap bahaya laut yaitu asuransi yang menjamin penggantian kerugian yang diderita atas barang-barang yang ada di dalam pengangkutan atau pengiriman lewat laut. d. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam pengangkutan perairan di pedalaman yaitu asuransi yang menjamin penggantian kerugian yang diderita atau pengiriman melalui perairan pedalaman. 2. Asuransi sejumlah uang Asuransi sejumlah uang merupakan suatu pertanggungan yang penanggung berjanji akan membayar sejumlah uang yang jumlahnya sudah ditentukan

7 24 sebelumnya tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu. Penentuan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh ppenanggung pada tertanggung diserahkan sepenuhnya atas kesepakatan kedua belah pihak. 25 Pembagian asuransi berdasarkan persesuaian kehendak dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagaimana diuraikan dibawah ini. 1. Asuransi sukarela ( free voluntary insurance ) Para pihak dalam jenis asuransi ini di dalam mengadakan perjanjian bebas atau tidak ada paksaan dari pihak luar atau pihak lawan. Penanggung secara sukarela dengan persetujuan nya sendiri mengikatkan diri untuk memikul risiko, sedang pihak tertanggung juga dengan sukarela membayar premi sebagai imbalan memperlihatkan resikonya kepada pidak penanggung. Jenis asuransi ini memang merupakan salah satu usaha untuk mencari keuntungan, oleh sebab itu asuransi ini juga disebut commercial insurance. 2. Asuransi wajib ( compulsary insurance ) Asuransi ini ada unsur paksaan bagi pihak tertanggung karena diwajibkan oleh suatu peraturan, pihak yang mewajibkan ini ialah pihak pemerintah. Tetapi tidak selalu dimonopoli oleh pemerintah sebab bisa saja pemerintah menunjuk badan swasta sebagai penanggung. Tujuan pemerintah mewajibkan masuk asuransi ini dengan pertimbangan melindungi dari bahaya yang akan menimpanya.atau dengan perkataan lain untuk 25 Made Puri Adyani Sangging, Hukum Asuransi, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 26

8 25 memberikan jaminan social sebagai suatu Social Insurance atau Government Insurance Tujuan asuransi Pada hakikatnya setiap orang akan selalu mengahadapi suatu risiko baik terhadap dirinya maupun harta bendanya, yang disebut risiko adalah kewajiban menanggung atau memikul kerugian sebagai akibat suatu peristiwa diluar kesalahannya yang menimpa diri atau benda yang menjadi miliknya. Persoalan risiko ini berpangkal pada terjadinya suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang telah mengadakan perjanjian. Sehingga yang menjadi tujuan asuransi adalah sebgai tujuan ganti rugi. Tujuan asuransi jiwa sebagaimana dikutip oleh H. Abbas Salim yaitu : 1. Dari segi masyarakat umumnya (social) Asuransi jiwa bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap individu maupun masyrakat, yaitu : a. Mententramkan kepala keluarga, dalam arti memberi jaminan penghasilan, pendidikan apabila kepalan keluarga tersebut meninggal dunia. b. Dengan membeli polis asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk menabung (saving). Pada umunya pendapatan per capita dari masyarakat masih sangat rendah, karena dalam praktek terlihat bahwa keinginan masyarakat untuk membeli asuransi jiwa sangat sedikit. c. Sebagai sumber penghasilan (earning power). 26 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, op.cit. h.5

9 26 d. Tujuan lain asuransi jiwa ialah untuk pengobatan dan menjamin kepada keturunan andaikata yang mengasuransikan tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya (beasiswa/pendidikan). 2. Dari segi pemerintah/publik Perusahaan asuransi jiwa di Negara ini yang besar operasinya, umumnya kepunyaan pemerintah. Perusahaan asuransi merupakan suatu lenbaga keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat dipergunakan dalam tahap pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan pada Undang-Undang No. 19 Tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara, tenyata bahwa sumbangan lembaga asuransi terhadap pembangunan ekonomi ialah : 1. Sebagai alat pembentukan modal (capital formation). 2. Lembaga penabung (saving). Jadi dapat dikatakan bahwa, tujuan perusahaan asuransi jiwa adalah untuk turut membangun ekonomi nasional di bidang perasuransian jiwa sesuai dengan Repelita, dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan bekerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur materiil dan spiritual Klaim dalam perjanjian asuransi Klaim adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena persyaratan dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi. Sedangkan klaim asuransi jiwa adalah suatu tuntutan dari pihak tertanggung yang 27 H. Abbas Salim, 1995, Dasar-Dasar Asuransi, Tarsito, Bandung, h.26

10 27 ditunnjuk kepada pihak asuransi, atas sejumlah Uang Pertanggungan (UP) atau Nilai tunai yang timbul karena syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah dipenuhi. Penyebab terjadinya klaim yaitu : 1. Tertanggung meninggal dunia. 2. Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan perjanjian asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai. 3. Perjanjian asuransi sudah berakhir dengan jangka waktu yang tercantum dalam polis dan kewajiban pemegang polis dalam keadaan lapse tetapi telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas premi). 4. Tertanggung mendapat kecelakaan. 5. Tertanggung karena suatu penyakit perlu di opname atau rawat jalan. Macam-macam klaim yaitu : 1. Klaim meninggal dunia Timbul jika tertanggung atau peserta yang tercantum dalam polis meninggal dunia, sedangkan polisnya dalam keadaan berlaku. 2. Klaim penebusan Timbul jika polis sudah mempunyai nilai tunai, sedangkan pemegang polis memutuskan perjanjian asuransinya. 3. Klaim habis kontrak Timbul jika waktu perjanjian asuransi sudah berakhir, sedangkan polisnya dalam keadaan inforce ( premi telah dibayar sampai jangka waktu kontrak).

11 28 4. Klaim kecelakaan Timbul akibat tertanggiung mendapat kecelakaan dan polisnya masih dalam keadaan inforce. 5. Klaim (Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan) + Rawat Jalan Timbul akibat peserta menderita suatu penyakit dan perlu diopname atau cukup hanya dengan rawat jalan. 2.2 Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Sipil Pengertian tabungan asuransi pegawai negeri sipil. Di Indonesia, asuransi sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya. 28 Hal ini disebabkan timbulnya asuransi sosial berbeda latar belakangnya dengan asuransi yang lain, dimana asuransi sosial justru timbul karena adanya suatu kebutuhan masyarakat akan terselenggaranya suatu jaminan sosial. Jadi, karena adanya suatu kebutuhan masyarakat dalam perkembangannya dimana suatu jaminan sosial itu sudah merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda. Bagi pemerintah Indonesia usaha-usaha untuk mningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil adalah sangat penting, karena Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Negara dan abdi Negara serta abdi masyarakat mempunyai potensi yang dapat menentukan kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional sehingga dianggap 28 Djoko Prakoso, op.cit. h.338

12 29 perlu untuk selalu dibina kesejahteraannya agar dapat dipelihara dan dikembangkan daya cipta, daya guna dan hasil gunanya. 29 Usaha pembinaan kesejahteraan dimaksud berupa jaminan sosial yang merupakan perlindungan kesejahteraan masyarakat yang diselenggarakan atau dibina oleh pemerintah untuk menjaga dan meningkatkan taraf hidup rakyat, yang dalam hal ini berwujud asuransi sosial. Pada dasarnya asuransi sosial hampir sama dengan asuransi pada umunya, tetapi harus ada satu unsur lagi ialah adanya unsur wajib, sehingga unsur asuransi sosial itu adalah : a. Penanggung, biasanya suatu organisasi dibawah wewenang Pemerintah; b. Tertanggung, biasanya masyarakat luas anggota/golongan masyarakat tertentu; c. Risiko, suatu kerugian yang sudah diatur dan ditentukan terlebih dahulu; d. Wajib, berdasarkan suatu ketentuan undang-undang atau peraturan lain. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, yaitu suatu program asuransi yang membeikan jaminan keuangan bagi peserta pada waktu mencapai pensiun ataupun bagi ahli warisnya pada waktu peserta meninggal dunia sebelum mencapai pensiun. 30 Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil atau sering disebut Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Sipil adalah suatu asuransi semacam asuransi dwiguna yang memberikan jaminan pada saat seseorang itu pensiun maupun membayarkan haknya kepada ahli warisnya bilamana peserta itu meningggal dunia. Kemudian 29 Djoko Prakoso, op.cit. h Djoko Prakoso, op.cit. h.340

13 30 ditambah juga pada program Taspen ialah Asuransi Kematian yang tidak lain adalah sekedar sumbangan kematian yang dipakai untuk uang kubur, bilamana peserta itu sendiri meninggal dunia, istri maupun anak-anaknya. Asuransi kematian ini berlaku seumur hidup, sehingga bilamana peserta yang pensiun dan meninggal dunia, maka ia masih mempunyai hak asuransi kematian dirinya sendiri, istri, untuk anak-anaknya sampai batas 21 tahun, asuransi yang diselenggarakan Taspen ini mengandung suatu ciri khas, bahwa premi hanya dibayarkan pada saat seseorang itu aktif, biasanya bila seorang sudah pensiun, maka ia tidak dipungut premi lagi, namun demikian hak asuransinya terus berjalan terus, sehingga bilamana meninggal dunia sebagai penerima pensiun maka kepada dirinya masih akan dibayarkan asuransi kematian. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens) termasuk jenis asuransi wajib (compulsory insurance) karena : a. Berlakunya Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil karena diwajibkan oleh Peraturan Perundang-undangan, bukan berdasarkan perjanjian; b. Pihak penyelenggara Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil adalah pemerintah yang didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN); c. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil bermotif perlindungan masyarakat (social security) yang dananya dihimpun dari masyarakat Pegawai Negeri Sipil dan digunakan untuk kepentingan masyarakat Pegawai Negeri Sipil yang diancam risiko pensiun dan hari tua;

14 31 d. Dana yang telah terkumpul dari masyarakat Pegawai Negeri Sipil tetapi belum digunakan sebagai dana pensiun dan hari tua, dimanfaatkan untuk kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil melalui program investasi Pihak-pihak dalam Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai aparatur Negara, Pegawai Negeri Sipil dapat dinilai mempunyai potensi yang menentukan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah dan pembangunan nasional. Untuk mendukung potensi ini perlu dibina dan dikembangkan tingkat kesejahteraannya. Dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981, yang dimaksud sebagai peserta adalah semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali Pegawai Negeri Sipil di lingkugan Departemen Pertahanan Keamanan adalah peserta asuransi sosial. Pada Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 menyebutkan bahwa pegawai lain termasuk Pegawai Badan Usaha Milik Negara dapat ditetapkan sebagai peserta asuransi sosial dengan Peraturan Pemerintah sendiri. Sebagai penyelenggara asuransi sosial adalah Negara atau suatu organisasi di bawah wewenang Negara, dalam hal ini menurut Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981, memetukan bahwa untuk menyelenggarakan asuransi sosial ini didirikan suatu Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk

15 32 Perusahaan Perseroan (Persero). Dengan demikian fungsi sosial dari asuransi sosial tampak jelas, yaitu bahwa disatu pihak asuransi sosial ini menuju ke satu system jaminan sosial, untuk kesejahteraan masyarakat, dan dilain pihak dana yang terkumpul dan yang dikuasai Negara akan kembali kepada masyarakat. Dalam hukum asuransi, pihak yang membayar premi disebut tertanggung, sedangkan pihak penerima premi disebut penanggung. Dalam asuransi pensiun peserta adalah pihak yang membayar iuran kepada Badan Penyelenggara, yang berposisi sebagai tertanggung. Sedangkan Badan Penyelenggara adalah pihak penanggung yang menerima pembayaran iuran. Badan Penyelenggara adalah penanggung dalam Asuransi Pensiun. Penanggung ini adalah pemerintah yang didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero). 31 Perusahaan Perseroan yang dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Perum Taspen) menjadi Perseroan Terbatas (PT. Taspen). Dalam Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45/KMK.013/1992 tentang Persyaratan dan Besarnya Tabungan Hari Tua dan Asuransi Kematian bagi Pegawai Negeri Sipil ditentukan bahwa ketentuan-ketentuan teknis mengenai pelaksanaan keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Direksi PT. Taspen (Perseo). Berdasarkan ketentuan ini bahwa Badan Penyelenggara Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil adalah PT. Taspen (Persero) Abdulkadir Muhammad, op.cit. h Djoko Prakoso, op.cit. h.238

16 Premi tabungan asuransi pegawai negeri sipil Dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yang satu sanggup menangggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat pengggantian dari suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum tentu dapat ditentukan saat akan terjadinya. Selaku kontra prestasi dari pertanggungan ini bahwa pihak yang ditanggung itu diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi. Dalam pasal 246 KUHD terdapat kalimat dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi. Dari kalimat ini dapat diketahui bahwa premi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan hukum pertanggungan, penanggung menerima peralihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, pertanggungan dapat diputuskan, atau setidak-tidaknya pertanggungan itu tidak berjalan. Sebagai suatu perjanjian timbal balik, perjanjian bersifat konsensual, artinya sejak terjadinya kata sepakat, timbullah hak dan kewajiban diantara para pihak. Pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu tertentu atau untuk suatu perjalanan, premi dibayar lebih dahulu pada saat bahaya mulai berjalan. Tetapi pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu yang

17 34 panjang, pembayaran premi dapat ditentukan secara periodik, misalnya tiap bulan dan pembayaran dilakukan pada permulaan periodik. Dalam Taspen mempunyai ciri khas, bahwa premi hanya dibayarkan pada saat orang itu aktif, biasanya bila seseorang sudah pensiun, maka ia tidak akan dipungut premi lagi, sehingga bilamana meninggal dunia sebagai penerima pensiun maka kepada dirinya masih bisa dibayarkan asuransi kematian. Pada Keppres No.56 Tahun 1974 yang telah dirubah menjadi Keppres No. 8 Tahun 1977 besarnya premi yang harus dibayarkan oleh tertanggung sebagai peserta Tabungan Hari Tua adalah sebesar 3,25% dikalikan dari penghasilan yang diterima oleh pegawai negeri sipil. Penghasilan yang dimaksud adalah termasuk dari gaji pokok ditambah tunjangan istri/suami dan tunjangan anak. Untuk penerima pensiun, khususnya yang berstatus sebagai PNS dan atau Pejabat Negara sebagai peserta Program Pensiun PT. Taspen (Persero) semasa aktif wajib membayar iuran yang besarnya adalah 4,75% dari penghasilan sebulan. 2.3 PT. TASPEN (PERSERO) Sejarah Singkat Berdirinya PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang Denpasar PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, sering kali disebut PT. TASPEN (PERSERO) adalah Suatu Badan Milik Negara (BUMN) yang diberi mandat oleh Pemerintah untuk menyenggarakan program Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari Program Tabungan Hari Tua (THT) dan Dana Pensiun bagi Pegawai Negeri (PNS). PT. TASPEN (PERSERO) didirikan

18 35 oleh Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 April 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 15/1963 tentang Pendirian Perusahaan Negara Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri dan telah beberapa kali mengalami perubahan bentuk Badan Hukum menjadi Perseroan Terbatas sehingga bernama PT. Taspen (Persero), terakhir melalui Peraturan Pemerintah Nomor: 26/1981 tanggal 30 Juli Sebagai tindak lanjutnya maka dibuatkan akta pendirian atau Anggaran dasar dengan Akta Nomor: 3 tahun 1982 tanggal 4 Januari 1982 dan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir melalui Akta Nomor 10 tahun 1998 tanggal 2 Juli 1998 dihadapan notaris Zulkifli Harahap, SH pengganti Notaris Imas Fatimah, SH. Perubahan tersebut dalam rangka penyesuaian terhadap Undang-Undang Nomor: 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Pembayaran pensiun sampai saat ini masih ditetapkan dengan sistem pay as you go dimana seluruh pembiayaannya dibebankan dalam APBN. Namun demikian sejak tahun 1994 sampai dengan Pemerintah meminta PT. Taspen (Persero) melakukan sharing terhadap pembayaran manfaat pensiun yaitu dari akumulasi dana yang berasal dari akumulasi iuran pensiun (PNS). Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981 dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981, Menteri Keuangan menerbitkan surat dengan Nomor : S-244/MK.011/1985 perihal penempatan Dana Pensiun PNS pada PT. Taspen (Persero) menyatakan bahwa Dana Pensiun yang semula ditempatkan pada bank-bank pemerintah dialihkan ke PT. Taspen (Persero). Selanjutnya pembayaran pensiun yang semula dilakukan melalui Kantor Kas

19 36 Negara Departemen Keuangan diahlikan ke PT. Taspen (Persero) secara bertahap mulai tahun Guna mendukung pelayanan yang berorientasi pada keputusan peserta PT. Taspen (Persero) menetapkan suatu acuan semangat yang tercantum dalam motto perusahaan yaitu: layanan dan kinerja selalu ditingkatkan. Dalam pelaksanaannya, pelayanan kepada peserta didasarkan pada target mutu pelayanan yang meliputi tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, tepat administrasi (5T). Berdasarkan motto dan target mutu pelayanan yang ditetapkan, PT. Taspen (Persero) menerapkan pola pelayanan 1 (satu) jam selesai untuk penyelesaian santunan dengan surat pemerintah pembayaran (SPP), yaitu jangka waktu pemrosesan sejak dokumen diterimah secara lengkap dan benar sampai saat pembayaran. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai hak dak kewajiban serta lebih mendekatai diri kepada pesertanya, PT. Taspen (Persero) membuka jaringan pelayanan dengan jangkauan yang cukup luas dan tersebar di seluruh Indonesia sebagai berikut: 6 (enam) Kantor Cabang Utama dan 39 (tiga puluh sembilan) Kantor Cabang di seluruh Indonesia. Gedung PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Denpasar mulai dibangun pada tahun 1988 dan mulai diresmikan menjadi Kanwil III PT. TASPEN (PERSERO) Denpasar pada tahun 1986 yang pada saat itu dikepalai oleh Bapak J. Rosjadi. Kanwil III PT. TASPEN (PERSERO) Denpasar

20 37 membawahi 2 Kantor Cabang Pembantu untuk membayar THT Pensiun secara tunai yaitu Kantor Cabang pembantu Ahmad Yani dan Kantor Cabang Singaraja. Pada tahun 1987 Kanwil III PT. TASPEN (PERSERO) Denpasar diresmikan menjadi PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Utama Denpasar oleh Direktur Utama PT. TASPEN (PERSERO) Drs. Ida Bagus Putu Sarga dengan Gubernur Provinsi Bali Dr. Ida Bagus Oka, sedangkan Kantor Cabang Pembantu operasionalnya digabung menjadi satu di PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Utama Denpasar. Pada tahun 2007 PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Utama Denpasar berubah menjadi PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Denpasar, sedangkan Kantor Cabang Utamanya dialihkan ke Surabaya. Logo pada PT. TASPEN dibuat bertujuan untuk mencitrakan suatu perusahaan atau instansi yang mana logo nya seperti berikut: Gambar Logo TASPEN (Sumber : Untuk lebih mengenal logo ini, ada baiknya bisa memaknai arti dari symbol-simbol dan warna yang digunakan tersebut :

21 38 1) Bunga dengan 5 (lima) helai daun melambangkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) peserta TASPEN yang meliputi suami, istri dan 3 (tiga) orang anak. 2) Lingkaran putih yang makin mengembang pada bunga, melambangkan pekerjaan yang melaju pesat dari arah tujuan TASPEN. 3) Lingkaran hitam melambangkan wawasan Nusantara. 4) Warna biru melambangkan ketentraman, damai dan tenang. 5) Makna secara keseluruhan, logo TASPEN ini bermakna jaminan hari tua pegawai negeri Tujuan PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Denpasar Setiap perusahaan tentunya memiliki visi dan misi sebagai landasan untuk dapat mencapai kesuksesan, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Berikut ini merupakan visi dan misi PT. TASPEN (PERSERO) : Visi PT. TASPEN Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya yang terpercaya. Makna Visi a) Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya. Ruang lingkup usaha Taspen adalah menyelenggarakan program Tabungan Hari Tua (termasuk asuransi kematian), Dana Pensiun (termasuk Uang Duka Wafat), program kesejahteraan PNS serta program jaminan sosial lainnya.

22 39 b) Terpercaya. Taspen menjadi pilihan peserta dan stakeholder lainnya dengan kinerja yang bersih dan sehat. c) Bersih. Taspen beroperasi dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). d) Sehat. Adanya peningkatan kinerja yang berkesinambungan pada bidang keuangan maupun non keuangan. Misi PT. TASPEN Mewujudkan manfaat dan pelayanan tentang semakin baik bagi peserta dan Stakeholder lainnya secara profesional dan akuntabel, berlandaskan integritas dan etika yang tinggi. Makna Misi a) Manfaat dan pelayanan yang semakin baik. Untuk memenuhi harapan peserta yang semakin tinggi, Taspen berupaya meningkatkan nilai manfaat dan pelayanan secara optimal. b) Profesional. Taspen bekerja dengan terampil dan mampu memberikan solusi dengan 5 Tepat (tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat dan tepat administrasi) didukung dengan SDM yang memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi. c) Akuntabel. Taspen dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan sistem dan prosedur kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. d) Integritas. Taspen senantiasa konsistedalam memegang amanah, jujur dan melaksanakan janji sesuai visi dan misi.

23 40 e) Etika. Taspen melayani peserta dan keluarganya dengan ramah, rendah hati, santun, sabar dan manusiawi. Visi dan misi tersebut merupakan pelaksanaan dari misi perusahaan sehingga dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 25 Tahun 1981 dan Anggaran Dasar Perusahaan yaitu: 1) Meningkatkan kesejahteraan peserta terutama Pegawai Negeri Sipil dan karyawan BUMN/BUMD. 2) Meningkatkan pelayanan kepada peserta. 3) Menumbuh kembangkan kepercayaan kepada peserta dan masyarakat bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajibannya.

BAB II PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA MEDAN

BAB II PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA MEDAN 7 BAB II PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA MEDAN A. Sejarah Singkat PT Taspen adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang asuransi yang meliputi, Tabungan Hari Tua (THT) dan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia perekonomian saat ini sangat mempengaruhi pola pikir individu untuk bekerja lebih giat guna mendapatkan penghasilan yang sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2008:5) Pengertian Prosedur menurut M. Nafarin (2009:9)

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2008:5) Pengertian Prosedur menurut M. Nafarin (2009:9) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 PENGERTIAN PROSEDUR Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2008:5) Prosedur adalah suatu urut-urutan kegiatan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Sejarah perjalanan panjang PT Taspen bisa diruntut sejak masa sebelum

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Sejarah perjalanan panjang PT Taspen bisa diruntut sejak masa sebelum BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT Taspen (Persero) Sejarah perjalanan panjang PT Taspen bisa diruntut sejak masa sebelum kolonialisme Belanda. Pada tahun 1887 pemerintah Belanda menerbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat mulai khawatir akan adanya suatu risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat mulai khawatir akan adanya suatu risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masyarakat mulai khawatir akan adanya suatu risiko yang mungkin dapat menimpanya pada saat-saat tertentu. Sehingga banyak beredar di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, kini industri asuransi mulai dilirik oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi 1 BAB III TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya a. Pengertian Asuransi Dalam kamus Hukum kata Asuransi berasal dari Assurantie yang berarti asuransi,

Lebih terperinci

BAB X ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI DAN ABRI

BAB X ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI DAN ABRI BAB X ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI DAN ABRI Pegawai negeri maupun meliter Republik Indonesia telah lama mengikuti program jaminan sosial, bahkan untuk program pensiun sudah diadakan sejak zaman Hindia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi Pengertian Asuransi

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi Pengertian Asuransi 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Terdapat beberapa pengertian atau definisi mengenai asuransi berdasarkan pendapat para ahli yang nampak berbeda namun mempunyai inti dan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat yang alamiah, mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dulu secara tepat. Dengan demikian keadaan termaksud

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SERANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SERANG BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SERANG A. Sejarah berdirinya PT. TASPEN (Persero) PT. TASPEN (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan pemerintah untuk

Lebih terperinci

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential Ratna Syamsiar Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak PT Prudential Life Assurance memberikan perlindungan bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD 17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi 1. Pengertian Asuransi Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh R Sukardono diterjemahkan dengan pertanggungan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu langkah yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak positif pada pembangunan di bidang ekonomi yang ditandai oleh munculnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang.

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang. BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT.TASPEN(PERSERO) Kantor Cabang Utama(KCU) Bandung berkedudukan di Jl. PH.H Mustofa no 78 Bandung.Cakupan kerja KCU Bandung adalah wilayah

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

BAB II PT. TASPEN (PERSERO) CABANG UTAMA MEDAN. menyelenggarakan Program Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang terdiri

BAB II PT. TASPEN (PERSERO) CABANG UTAMA MEDAN. menyelenggarakan Program Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang terdiri BAB II PT. TASPEN (PERSERO) CABANG UTAMA MEDAN A. Sejarah Singkat PT Taspen atau Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri adalah badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

Prosedur Pengajuan Klaim Gaji Pensiun Pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor

Prosedur Pengajuan Klaim Gaji Pensiun Pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor Prosedur Pengajuan Klaim Gaji Pensiun Pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor Nama : Muhamad Raynaldi Npm : 46213076 Pembimbing :Dr. Budi Santoso, SE. MM BAB I ( PENDAHULUAN ) Latar Belakang Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama kurang lebih tujuh bulan, yaitu mulai bulan November 2009 sampai dengan Mei 2010. 2. Tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1.URAIAN TEORI Di dalam pembahasan penulisan skripsi ini tentunya dibutuhkan suatu kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi perjanjian asuransi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi Asuransi atau Pertanggungan menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (K.U.H.D) Republik Indonesia pasal 246 adalah Suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

DIMAS WILANTORO NIM: C.

DIMAS WILANTORO NIM: C. TINJAUAN TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN PADA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BERDASAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya manusia selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM DAN PERHITUNGAN MANFAAT TABUNGAN HARI TUA SERTA DANA PENSIUN SEBAGAI HAK PESERTA PT TASPEN (PERSERO) CABANG LAMPUNG

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM DAN PERHITUNGAN MANFAAT TABUNGAN HARI TUA SERTA DANA PENSIUN SEBAGAI HAK PESERTA PT TASPEN (PERSERO) CABANG LAMPUNG PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM DAN PERHITUNGAN MANFAAT TABUNGAN HARI TUA SERTA DANA PENSIUN SEBAGAI HAK PESERTA PT TASPEN (PERSERO) CABANG LAMPUNG Oleh Elsiana Yunita ABSTRAK Tujuan dari penulisan tugas akhir

Lebih terperinci

Minggu Ke III ASURANSI JIWA

Minggu Ke III ASURANSI JIWA Minggu Ke III ASURANSI JIWA A. PENGERTIAN A. Abbas Salim dalam buku Dasar-Dasar Asuransi (Principles of Insurance) memberi definisi tentang asuransi jiwa, bahwa : Asuransi Jiwa adalah asuransi yang bertujuan

Lebih terperinci

Prosedur Pembayaran Klaim Tabungan Hari Tua (THT) Pada PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor

Prosedur Pembayaran Klaim Tabungan Hari Tua (THT) Pada PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor Prosedur Pembayaran Klaim Tabungan Hari Tua (THT) Pada PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor Nama : Paranita Octavani Freddy NPM : 46213827 Pembimbing : Dr. Budi Santoso, SE, MM BAB I PENDHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu assurantie

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu assurantie BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi Di Indonesia, selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua istilah ini mengikuti istilah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. dimulai sebelum tahun 1972, dimana Direksi Bank Indonesia dalam upaya memberikan

BAB III OBYEK PENELITIAN. dimulai sebelum tahun 1972, dimana Direksi Bank Indonesia dalam upaya memberikan BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah Perusahaan Awal pendirian Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKKBI) dimulai sebelum tahun 1972, dimana Direksi Bank Indonesia dalam upaya memberikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI 2.1 Asas Subrogasi 2.1.1 Pengertian asas subrogasi Subrogasi ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang

Lebih terperinci

PROSEDUR PENCATATAN PREMI THT (TABUNGAN HARI TUA) PNS PADA PT. TASPEN(PERSERO) KCU (KANTOR CABANG UTAMA) JAKARTA

PROSEDUR PENCATATAN PREMI THT (TABUNGAN HARI TUA) PNS PADA PT. TASPEN(PERSERO) KCU (KANTOR CABANG UTAMA) JAKARTA PROSEDUR PENCATATAN PREMI THT (TABUNGAN HARI TUA) PNS PADA PT. TASPEN(PERSERO) KCU (KANTOR CABANG UTAMA) JAKARTA Nama NPM : 46211491 Kelas : Rufidayanti Istiqomah : 3DA02 Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA 2.1 Asuransi Jiwa 2.1.1 Pengertian asuransi jiwa Manusia sepanjang hidupnya selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, kehidupan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DIREKSI PT. BANK NEGARA

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PESERTA RAPAT KOORDINASI

SELAMAT DATANG PESERTA RAPAT KOORDINASI SELAMAT DATANG PESERTA RAPAT KOORDINASI BKN,BKD dan INSTANSI VERTIKAL Propinsi/Kabupaten/Kota se-jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 1 Surakarta, 08 Nopember 2011 SOSIALISASI KETASPENAN PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar Pembangunan Nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar juga ditandaskan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Lebih terperinci

Dalam hukum asuransi kita mengenal berbagai macam istilah, ada yang mempergunakan

Dalam hukum asuransi kita mengenal berbagai macam istilah, ada yang mempergunakan A. Pengertian Asuransi Dalam hukum asuransi kita mengenal berbagai macam istilah, ada yang mempergunakan istilah hukum pertanggungan, dalam bahasa Belanda disebut Verzekering Recht, dan dalam istilah bahasa

Lebih terperinci

TABUNGAN HARI TUA (THT)

TABUNGAN HARI TUA (THT) TABUNGAN HARI TUA (THT) 1. Pengertian : Tabungan Hari Tua adalah Program Asuransi Dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan Asuransi Kematian. 2. Peserta : Peserta Program THT yaitu Pegawai

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. menjadi PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. menjadi PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Taspen (PERSERO) PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri yang sering disingkat menjadi PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu berusaha untuk memperoleh kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8 MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : ------- Disusun oleh : Kelompok 8 Dickxie Audiyanto (125020305111001) Gatra Bagus Sanubari

Lebih terperinci

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional Sejarah Singkat Asuransi Asuransi berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah : 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perjanjian Pada Umumnya 2.1.1 Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah : Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi?

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Asuransi 3 02 Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? 5 5 03 Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi? 6 7 04 Siapa yang Perlu Melakukan Perlindungan Asuransi? 8 Bagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga, misalnya mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut atau di udara. Jika

Lebih terperinci

BAB III JENIS ASURANSI

BAB III JENIS ASURANSI BAB III JENIS ASURANSI A. Objek dan Jenis Asuransi Objek Asuransi: Benda dan jasa, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. Bagi orang yang berkepentingan, dia merasa perlu untuk

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM A. Pengertian Asuransi Jiwa Dalam KUHDagang yang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur penebusan polis asuransi, kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Dan Akuntansi Sistem merupakan sekelompok unsur yang erat hubungannya antara satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah BAB I PENDAHULUAN Humas merupakan disiplin ilmu yang berasal dari ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi menurut para ahli adalah proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Premi Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, sepintas definsi tersebut tidak ada kesamaan antara definisi satu dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) a. Pengertian Badan Usaha Milik Negara Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa macam bahaya yang mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh peristiwa yang timbul secara

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi. diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang

BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi. diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi Manusia selalu dihadapkan dengan peristiwa yang tidak pasti. Peristiwa yang tidak pasti tersebut dapat berupa peristiwa menguntungkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah PT TASPEN (PERSERO) Pembentukan Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1963 tentang Pembelanjaan Pegawai Negeri dan

Lebih terperinci

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) Oleh Anak Agung Gede Agung Ngakan Ketut Dunia I Ketut Markeling Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Gambaran Umum PT Asuransi Jiwasraya Surakarta

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Gambaran Umum PT Asuransi Jiwasraya Surakarta BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Gambaran Umum PT Asuransi Jiwasraya Surakarta 1. Profil Perusahaan (Sejarah Singkat Perusahaan) PT Asuransi Jiwasraya Kantor Asuransi Jiwasraya dibangun dari sejarah yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI KEPEMERINTAHAN. Jaminan Kematian. Jaminan Kecelakaan. Aparatur Sipil Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI SISTEM INFORMASI ASURANSI Materi 1 PENGENALAN ASURANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 1-1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah)

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN HAK DAN PERHITUNGAN PREMI ASURANSI TABUNGAN HARI TUA (THT) KEPADA PESERTA PADA PT. TASPEN (PERSERO) KCU JAKARTA Nama : Utari

PROSEDUR PEMBERIAN HAK DAN PERHITUNGAN PREMI ASURANSI TABUNGAN HARI TUA (THT) KEPADA PESERTA PADA PT. TASPEN (PERSERO) KCU JAKARTA Nama : Utari PROSEDUR PEMBERIAN HAK DAN PERHITUNGAN PREMI ASURANSI TABUNGAN HARI TUA (THT) KEPADA PESERTA PADA PT. TASPEN (PERSERO) KCU JAKARTA Nama : Utari Kusuma Putri NPM : 48211065 Kelas : 3DA02 Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan individu untuk melakukan proses interaksi antar sesama merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 19 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah PT. TASPEN (Persero) PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT. Taspen (Persero) merupakan suatu Badan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selaras dengan perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, setiap

I. PENDAHULUAN. Selaras dengan perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, setiap 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selaras dengan perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, setiap penduduk diberikan kesempatan untuk terlibat dengan proses pembangunan ekonomi Negara/ daerah

Lebih terperinci

FE Unlam Banjarmasin Abdul Hadi, 2010

FE Unlam Banjarmasin Abdul Hadi, 2010 MANAJEMEN RISIKO MEMINDAHKAN KERUGIAN (LOSS TRANSFER) OUTLINE 2 Pengertian dan Alasan Memindah Kerugian Dasar Hukum dan Cara Memindahkan Kerugian Kontrak Bukan Asuransi Kontrak Asuransi 3 Pengertian dan

Lebih terperinci

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG Oleh: Gusti Ayu Putu Damayanti I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/ PERUSAHAAN ASURANSI 1. PENGERTIAN USAHA DAN KARAKTERISTIK ASURANSI Definisi (UU no. 2 tahun 1992) Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017 KEPASTIAN HUKUM PEMBAYARAN POLIS ASURANSI NASABAH YANG SUDAH JATUH TEMPO PADA PERUSAHAAN ASURANSI BERDASARKAN UU NO. 40 TAHUN 2014 1 Oleh : Febri Repi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo ASURANSI Prepared by Ari Raharjo Email: ariraharjo2013@gmail.com Definisi Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2015 ADMINISTRASI KEPEMERINTAHAN. Jaminan Kematian. Jaminan Kecelakaan. Aparatur Sipil Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

ASURANSI MELINDUNGI KITA Buku Pelajaran SMP. 12 April 2016

ASURANSI MELINDUNGI KITA Buku Pelajaran SMP. 12 April 2016 ASURANSI MELINDUNGI KITA Buku Pelajaran SMP 12 April 2016 DAFTAR ISI 1. Pengertian Asuransi 2. Klasifikasi Asuransi 3. Manfaat Asuransi 4. Prosedur dalam Membeli Asuransi 5. Prosedur dalam Penanganan Klaim

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

Perhitungan Hak dan Manfaat Yang Diterima Ahli Waris Peserta Meninggal Aktif Pada PT Taspen (Persero) KC Bandar Lampung

Perhitungan Hak dan Manfaat Yang Diterima Ahli Waris Peserta Meninggal Aktif Pada PT Taspen (Persero) KC Bandar Lampung Perhitungan Hak dan Manfaat Yang Diterima Ahli Waris Peserta Meninggal Aktif Pada PT Taspen (Persero) KC Bandar Lampung (Calculation of Rights and Benefits Received Experts of Participants on Active in

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pensiun dan Program Pensiun 1. Pengertian Pensiun Pensiun adalah suatu penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan baik untuk melindungi diri, keluarga dan harta benda. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan baik untuk melindungi diri, keluarga dan harta benda. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlindungan tentu dibutuhkan oleh setiap orang, banyak cara yang dapat dilakukan baik untuk melindungi diri, keluarga dan harta benda. Pada zaman yang serba modern

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Umum Asuransi Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata Assurandeur yang berarti penanggung dan Geassurreerde

Lebih terperinci