ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK SKRIPSI ARIO PRIAMBODO H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK SKRIPSI ARIO PRIAMBODO H"

Transkripsi

1 ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK SKRIPSI ARIO PRIAMBODO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN ARIO PRIAMBODO. Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUPREHATIN). Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin di bangun di masa depan adalah yang mempunyai peranan besar bagi sektor pertanian Indonesia, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian dalam negeri yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan. Pendekatan melalui peningkatan sektor peternakan merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan bagi pembangunan pertanian, hal ini dapat dibuktikan tidak hanya dengan laju pertumbuhan PDB melainkan dengan adanya perkembangan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan komoditi peternakan dalam penyediaan bahan pangan protein hewani. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani pada dua tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi protein hewani disukung dengan kontribusi dari peningkatan Konsumsi daging yang cukup besar pada masyarakat Indonesia. Berdasarkan potensi dari subsektor peternakan unggas khususnya usahaternak ayam broiler dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam broiler dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjangkauan. Keberhasilan kemitraan tidak hanya terhenti pada partisipasi atau keikutsertaan peternak plasma ayam broiler dalam memelihara ternak saja, tetapi ke dalam bentuk partisipasi yang lebih luas baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring maupun sampai memanfaatkan hasilnya. Keberhasilan kemitraan usahaternak ayam broiler antara peternak plasma ayam broiler dan perusahaan inti terbentuk oleh adanya dukungan dari beberapa faktor-faktor yang menentukan peternak ayam broiler untuk melakukan kemitraan. Faktor-faktor tersebut diantaranya karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan beberapa alasan peternak ayam broiler melakukan kemitraan seperti jaminan pemasaran, kemudian karena tersedia DOC, saprodi, produktivitas yang tinggi, adanya petugas pendamping dan karena adanya keikutsertaan peternak lain dalam melakukan kemitraan ( Purnaningsih, 2007). iii

3 Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan salah satunya bahwa di Kota Depok merupakan salah satu sentra pengembangan kemitraan oleh Dinas Peternakan Jawa Barat, sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Responden yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan ayam broiler di Kota Depok terdiri dari peternak plasma ayam broiler dan peternak mandiri ayam broiler. Dalam penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan proses identifikasi rumah usaha peternakan ayam broiler berdasarkan data Dinas Peternakan dan BPS Kota Depok pada tahun 2010 yang diperoleh hasil dimana seluruh peternak plasma dan peternak mandiri ayam broiler berjumlah 993 peternak ayam broiler. Kemudian dilakukan penarikan sampel yang akan dijadikan responden diambil dari populasi peternak ayam broiler dengan jumlah responden keseluruhan sebanyak 90 peternak ayam broiler. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik acak kelompok (cluster random sampling), awalnya penarikan sampel untuk peternak plasma dan peternak mandiri menggunakan cluster random sampling, namun terdapat beberapa kendala di lapangan yaitu sulitnya menjangkau tempat peternak plasma dan peternak mandiri melakukan budidaya, maka peneliti melakukan pengambilan sampel pada responden peternak plasma dan mandiri dengan menggunakan metode snowballing. Peternak plasma dan mandiri dipilih dengan cara menanyakan pada rumah tangga peternak ayam broiler tersebut apakah ada rumah tangga yang memelihara ayam broiler baik plasma maupun mandiri di daerah tersebut. Karakteristik peternak plasma dalam melakukan kemitraan ayam broiler menggunakan model analisis regresi logistik. Model regresi logistik merupakan suatu model analisis yang dibangun untuk mendeskripsikan besarnya peluang variabel respon pada suatu kategori tertentu atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval (Harmini, 2009). Variabel dependent-nya adalah karakteristik peternak yaitu Y= 1, jika melakukan kemitraan dan Y =0, jika tidak melakukan kemitraan. Data penelitian berhasil dikumpulkan dari 90 orang responden peternak yang berada di Kota Depok yang tersebar di empat kecamatan di Kota Depok yang memiliki jumlah populasi terbanyak di Kota Depok. Karakteristik peternak yang akan dikaji meliputi pengelompokan peternak berdasarkan umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usaha, dan luas kandang. Adapun variabel-variabel yang signifikan pada taraf nyata lima persen dari hasil analisis regresi logistik biner ada dua variabel yaitu variabel prioritas usaha dan luas kandang. Hal ini dapat dilihat dari p-value dan dimana nilai masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 5 persen (p< 0,05). Variabel yang tidak signifikan dan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan peternak ayam broiler melakukan kemitraan pada taraf nyata lima persen adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler dan jumlah tanggungan keluarga. iv

4 ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK ARIO PRIAMBODO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 v

5 Judul Skripsi : Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok Nama : Ario Priambodo NIM : H Disetujui, Pembimbing Suprehatin, SP, MAB NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : vi

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dala teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2011 Ario Priambodo H vii

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1986 sebagai anak kedua dari pasangan Endang Syarifudin dan Sri Murdiningsih. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mulai mengikuti dan mengenal dunia pendidikan di TK. Taman Firdaus. Kemudian penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Depok Baru I dan lulus pada tahun Pendidikan tingkat pertama yang ditempuh oleh penulis di SMPN 10 Depok dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan SMA Al-Azhar Plus Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Direktorat Program Diploma melalui jalur USMI, pada Program Studi Manajemen Agribisnis, dan diselesaikan pada tahun Kemdian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana dengan diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada Tahun 2009 Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Bogor sebagai Sekretaris Umum. Penulis pun pernah bekerja sebagai Administrasi Kredit dan IT di salah satu KSP Artama Dana Bersama dan bekerja part time di Morrigan Service sebagai Mystery Shop di Jakarta Selatan. Untuk saat ini penulis sedang bekerja di BPS Kota Depok sebagai Koordinator Statistik Kecamatan khususnya di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. viii

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok. Keputusan peternak plasma dalam melakukan suatu kerjasama kemitraan, karena dalam usaha kemitraan peternak merupakan pelaksana kegiatan budidaya, yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang bekerjasama. Kepuasan juga akan bermuara pada loyalitas sehingga jalinan kerjasama yang kuat dapat tercapai. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga segala hal yang berkaitan dengan isi penulisan penelitian ini dapat bermanfaat kepada khalayak ramai, agar ilmu yang sudah terbukukan ini dapat terus berkembang dan menjadi berguna. Bogor, Desember 2011 Ario Priambodo ix

9 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi akhir ini. Namun, penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan-dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada penulis, diantaranya yaitu : 1. Allah S.W.T, tuhan pemilik raga dan jiwa, pencipta alam semesta, dan inti kehidupan bagi penulis. 2. Nabi Besar Muhammad S.A.W, pemimpin mulia umat manusia di dunia. Atas inspirasi dan rasa cinta bagi baginda rasul, nabi penutup akhir jaman. 3. Ibu (Sri Murdiningsih) dan Ayah (Endang Syarifudin) juga kakak saya (Andhini Widiasari) dan Adik (Rizqi Yanuar Ramadhani) yang telah memberikan kasih sayang tulus penuh cinta, doa dan perhatian serta dukungan moril juga materil yang sangat berarti bagi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi. 4. Suprehatin, SP, MAB sebagai dosen pembimbing, terima kasih atas bimbingan, pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. 5. Jajat Mulyana, selaku pemilik K.B.T.M PD Ayam Broiler Sari Rasa yang telah membantu memberikan informasi mengenai kemitraan di Kota Depok. 6. Para peternak plasma ayam broiler dan peternak mandiri di Kota Depok yang telah bersedia memberikan tempat dan dijadikan objek untuk melaksanakan kegiatan penelitian. 7. Para tenaga kerja dan Seluruh staf K.B.T.M PD Ayam Broiler Sari Rasa, PT. Seribu Sari Indah, Arpa Poultry, PT. PVC, Barji yang telah membantu dengan data dan pengetahuan teknis mengenai kemitraan. 8. Para tenaga kerja dan seluruh star BPS Kota Depok dan Dinas Peternakan Kota Depok yang telah membantu dengan data dan pengetahuan. x

10 9. Fahmi Abidin Achmad, Dinar Asteria PS, Pandiyuda Kawsha Libo, Welfrin C. Panggabean, Nita Romlah, Vita Novianthi, Sri Mella Putrika dan rekan-rekan mahasiswa ekstensi agribisnis angkatan Untuk sahabat saya Aditya Prasetya, Firman Hudaya, dan Hendri Susilo atas kebersamaannya dan semangatnya. 11. Sekretariat Ekstensi Agribisnis, yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam administrasi. 12. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu atas dukungan bantuan dan doanya. Semoga kebaikan yang diberikan Bapak/Ibu serta rekan-rekan sekalian mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin. Bogor, Desember 2011 Ario Priambodo xi

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Usahaternak Ayam Broiler Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler Lokasi Peternakan Kandang dan Peralatan Kandang Day Old Chick (DOC) Makanan Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Jenis-Jenis Kemitraan Usaha Manfaat dan Masalah Kemitraan Syarat Keberhasilan Kemitraan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Usaha Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Peternak Ayam Broiler di Kota Depok xii

12 1 Uji Kesesuain Model Logisik Interprestasi Koefesien Definisi Operasional V GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Kota Depok Keadaan Perekonomian Keadaan Geografis Kondisi Kependudukan Peran Pemerintah Kota Depok Terhadap Kemitraan Ayam Broiler Karakteristik Peternak Ayam Broiler Karakteristik Usahaternak Ayam Broiler Peternak Responden Alasan Usahaternak Ayam Broiler Pengalaman Bermitra Sumber Informasi Megenai Perusahaan Inti Alasan Peternak Plasma Ayam Broiler Melakukan Kemitraan Manfaat Bergabung dengan Perusahaan Inti VI KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN Gambaran Umum Kemitraan di Kota Depok Pola Kemitraan Usaha Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra Syarat-Syarat Calon Peternak Plasma Hak dan Kewajiban Peternak Plasma Hak dan Kewajiban Pihak Inti Kendala dalam Pelaksanaan Kemitraan Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan di Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun Rata-Rata Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Indonesia Tahun Populasi Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun Populasi Ayam Broiler Menurut Propinsi Tahun Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging atau Broiler Menurut Kecamatan di Kota Depok (ekor) Tahun Produksi Daging, Susu dan Telur di Kota Depok Tahun Kemitraan Usahaternak Ayam Broiler di Kota Depok Tahun Kandungan Gizi Daging Ayam Luas Kandang Ayam Broiler (Fadillah et al, 2007) Jens Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya (Fadillah et al, 2007) Program Pemberian Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin pada Ayam Broiler Manfaat Kemitraan Usaha Peternakan dari Perspektif Peternak dan Perusahaan Inti Jenis Data dan Sumber Data Peternak Responden Berdasarkan Umur Peternak Responden Berdasarkan Lama Pendidikan xiv xiii

14 16. Peternak Responden Berdasarkan Lama Usahaternak Ayam Broiler Peternak Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Responden Berdasarkan Prioritas Usaha Peternak Responden Berdasarkan Luas Kandang Alasan Peternak Responden Usahaternak ayam Broiler Pengalaman Bermitra Sumber Informasi Mengenai Perusahaan Inti Alasan Peternak Plasma Ayam Broiler Melakukan Kemitraan Manfaat Bergabung Dengan Perusahaan Inti Daftar Salah Satu Perusahaan Inti di Kota Depok Perbedaan Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti dan Peternak Mitra dari Lima Sistem Kemitraan di Kota Depok Karakteristik Peternak Plasma Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan di Kota Depok xv xiv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Mekanisme Kemitraan Usaha (Eaton 2001 dalam Iqbal 2008) Alur Kerangka Pemikiran Penelitian Tentang Analisis Karakteristik Peternakan Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok Bagan Pola Kemitraan Usaha di Kota Depok...59 xvi

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma Depok Analisis Regresi Logistik Biner Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma Depok Gambar Peralatan dan Kegiatan Salah Satu Bentuk Perjanjian Kontrak Antara Perusahaan Inti Dengan Peternak Plasma di Kota Depok xvii

17 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin di bangun di masa depan adalah yang mempunyai peranan besar bagi sektor pertanian Indonesia, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian dalam negeri yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan. Pembangunan sub sektor peternakan dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari tiga tahun terakhir telah berhasil memberikan kontribusi PDB yang terus melonjak secara konsisten, dilihat dari tiap tahunya khususnya pada tahun 2006 hingga 2008 dan pertumbuhan PDB peternakan pada tahun 2008 sebesar 3,89 persen dapat melebihi tingkat pertumbuhan tanaman perkebunan dan kehutanan (Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan di Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun Kelompok Komoditi Nilai PDB (Persen) Tanaman Bahan 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03 Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 Kehutanan 1,28-1,47-2,85-1,10-0,39-0,37 Perikanan 5,56 5,87 6,90 5,39 4,81 5,05 Sumber : BPS (2010)

18 Pendekatan melalui peningkatan sektor peternakan merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan bagi pembangunan pertanian, hal ini dapat dibuktikan tidak hanya dengan laju pertumbuhan PDB melainkan dengan adanya peran sektor peternakan khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein hewani. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi seiring dengan meningkatnya pengetahuan, taraf hidup, dan pendapatan sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan akan protein hewani. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani pada dua tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi protein hewani disukung dengan kontribusi dari peningkatan Konsumsi daging yang cukup besar pada masyarakat Indonesia. Konsumsi daging pada masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar tujuh persen pada tahun 2005, pada tahun mengalami peningkatan sebesar empat persen, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar tiga persen, sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar delapan persen. Hal tersebut dapat terjadi karena salah satu sub sektor peternakan khususnya pada sub sektor peternakan unggas mengalami wabah penyakit avian influenza di Indonesia pada akhir 2008 dan awal 2009 (Tabel 2). Tabel 2. Rata-Rata Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi Daging Perkembangan (%) Konsumsi Telur dan Susu Perkembangan (%) ,54-2, ,61 7 2, ,65 4 2, ,69 4 3, ,72 3 3, ,64-8 2,96-9 Sumber : BPS (2010) 2

19 Salah satu keberhasilan dari peningkatan tingkat konsumsi daging pada masyarakat Indonesia adalah kontribusi dari subsektor peternakan unggas pada dasarnya peternakan unggas mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala besar maupun kecil. Pembangunan peternakan unggas di indonesia dapat dilihat dari perkembangan jumlah populasinya. Berdasarkan data statistik bahwa jumlah populasi usahaternak ayam broiler dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing berjumlah ekor, ekor, ekor, ekor, ekor, dan ekor dengan persentase rata-rata 9,3 persen. Perkembangan usahaternak ayam broiler berkembang di berbagai propinsi di Indonesia, salah satunya adalah propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu propinsi dari propinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia (Tabel 3 dan Tabel 4). Tabel 3. Populasi Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun (000 ekor) Jenis Peternakan Tahun Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik Sumber : BPS (2010) 3

20 Daerah asal pemasukan usahaternak ayam broiler di Jawa Barat berasal dari Sukabumi, Bogor, Cianjur, Karawang, Cikampek, dan Depok. Daerah pemasarannya meliputi Bogor, Depok, Bekasi dan Sukabumi (dalam daerah Jawa Barat) sedangkan pemasaran keluar propinsi Jawa Barat yaitu meliputi Banten, Lampung, Palembang dan DKI Jakarta. Perkembangan populasi usahaternak ayam broiler di Jawa Barat tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi dilema bagi peternak dan sulit dipecahkan oleh peternak yaitu aspek pasar, permodalan, teknologi dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil risiko untuk mengembangkan usahaternak ayam broiler dengan skala produksi lebih besar. Tabel 4. Populasi Ayam Broiler Menurut Propinsi Tahun Propinsi Tahun Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Sumatra Utara DI Yogyakarta Sumber : BPS (2010) Berdasarkan potensi dari subsektor peternakan unggas khususnya usahaternak ayam broiler dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam broiler dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjangkauan. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan peranya dalam pemberdayaan masyarakat melalui 4

21 pola kemitraan PIR (perusahaan inti rakyat) dengan sentra perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2001 dalam Binaukm, 2010). Pemberdayaan masyarakat melalui pola kemitraan PIR dengan sentra perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat sudah memberikan nilai tambah bagi peternak ayam broiler, salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan dan memperluas kesempatan kerja di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Barat, termasuk juga di Kota Depok. Nilai tambah dari adanya pola kemitraan PIR di Kota Depok dapat dilihat dari perkembangan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler di Kota Depok. Dilihat dari dua tahun terakhir perkembangan populasi ayam broiler pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase sebesar tujuh persen sedangkan pada tahun 2008 populasi ayam broiler mengalami peningkatan yang cukup besar dengan persentase sebesar 34 persen. Sedangkan pada tahun 2009 populasi ayam broiler mengalami penurunan menjadi dengan persentase sebesar 6 persen. Pada tahun 2010 perkembangan populasi ayam broiler kembali mengalami peningkatan menjadi ekor. Populasi ternak ayam ras pedaging atau broiler dapat dilihat pada Tabel 5. Selain itu dilihat dari produksi ayam broiler di Kota Depok mengalami perkembangan pada tahun 2007 produksi ayam broiler mampu menghasilkan Kg dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi Kg dengan persentase sebesar 15 persen. Peningkatan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler Sedangkan pada tahun 2009 produksi ayam broiler mengalami penurunan menjadi Kg dengan persentase sebesar 30 persen. Produksi daging, susu dan telur di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 6. 5

22 Tabel 5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging atau Broiler Menurut Kecamatan di Kota Depok (ekor) Tahun Kecamatan Tahun Sawangan Pancoran Mas Sukmajaya Cimanggis Beji Limo Kota Depok Sumber : BPS Kota Depok (2010) Tabel 6. Produksi Daging, Susu dan Telur di Kota Depok Tahun Jenis Produksi Satuan Tahun Daging Daging Sapi Daging Kerbau Daging Kambing Daging Domba Daging Ayam Ras Petelur Daging Ayam Broiler Daging Ayam Kampung Daging Itik Kg ,32 493, , ,52 21, , , , , , ,20 Susu Liter , ,00 Telur Telur Ayam Ras Petelur Telur Ayam Kampung Telur Itik Butir Sumber : BPS Kota Depok (2010) 6

23 Fluktuatif naik turunya populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler di Kota Depok dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masa pemeliharaan ayam broiler yang cukup singkat antara lima sampai enam minggu, teknologi yang mudah di adopsi dan minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap usahaternak ayam broiler, dan adanya wabah flu burung yang terjadi di akhir 2008 dan di awal Dilihat dari adanya penurunan dari tingkat populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler pada tahun 2009 di Kota Depok tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat Kota Depok terhadap usahaternak ayam broiler, usahaternak ayam broiler terus diminati oleh masyarakat Kota Depok baik dengan usaha mandiri maupun kemitraan. 1.2 Perumusan Masalah Kemitraan agribisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dua atau lebih pelaku agribisnis yang saling menguntunkan. Tujuan yang ingin dicapai melalui kemitraan adalah meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta memperluas kesempatan kerja. Kemitraan diharapkan menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya agribisnis peternakan terutama mengatasi masalah peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pasar dan manajemen. Kasus kemitraan yang terjadi dalam usaha ayam broiler adalah kerjasama yang terjadi antara perusahaan inti dan peternak. Peranan perusahaan cukup besar terutama dalam menyediakan sarana produksi dan menampung hasil, melihat biaya yang dikeluarkan untuk usahaternak ayam sangat besar. Manfaat atau keuntungan diharapkan dirasakan oleh kedua belah pihak yang bermitra, namun tak jarang manfaat atau keuntungan tersebut hanya dirasakan oleh satu pihak saja, biasanya pihak perusahaan. Masalah yang terkadang dijumpai adalah hubungan kemitraan yang tidak saling menguntungkan, hal ini terjadi karena perusahaan memiliki posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan peternak dalam hal permodalan, teknologi, pasar, dan manajemen sehingga peternak seolah-olah dijadikan pekerja oleh perusahaan inti persoalan lainnya bagi peternak plasma adalah pengalaman selama mengikuti kemitraan tidak selalu memperoleh pelayanan yang memuaskan. Peternak tidak mempunyai 7

24 kekuatan tawar dalam hal penetapan harga kontrak, dalam penyediaan DOC, sering bermasalah dengan kualitas DOC yang kurang baik namun peternak hanya bisa menerima meskipun begitu, perkembangan hubungan kemitraan terus meningkat. Tabel 7. Kemitraan Usahaternak Ayam Broiler di Kota Depok Tahun Tahun Jumlah Perusahaan Mitra Jumlah Peternak Plasma Jumlah Peternak Mandiri Sumber : Dinas Peternakan Kota Depok (Diolah) Berdasarkan data Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kota Depok, hubungan kemitraan di Kota Depok mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 2,44 persen Keberhasilan kemitraan tidak hanya terhenti pada partisipasi atau keikutsertaan peternak plasma ayam broiler dalam memelihara ternak saja, tetapi ke dalam bentuk partisipasi yang lebih luas baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring maupun sampai memanfaatkan hasilnya. Keberhasilan kemitraan usahaternak ayam broiler antara peternak plasma ayam broiler dan perusahaan inti terbentuk oleh adanya dukungan dari beberapa faktor-faktor yang menentukan peternak ayam broiler untuk melakukan kemitraan. Faktor-faktor tersebut diantaranya karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan beberapa alasan peternak ayam broiler melakukan kemitraan seperti jaminan pemasaran, kemudian karena tersedia DOC, saprodi, produktivitas yang tinggi, adanya petugas pendamping dan karena adanya keikutsertaan peternak lain dalam melakukan kemitraan ( Purnaningsih, 2007). 8

25 Hal ini yang mendorong untuk mengkaji lebih dalam tentang karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan pelaksanaan kemitraan khususnya kemitraan antara peternak dengan perusahaan inti yang dilihat dari adanya tingkat partisipasi masyarakat Kota Depok yang cukup besar dengan diringin munculnya wabah penyakit avian influenza pada tahun Partisipasi diartikan tidak hanya menyumbang tenaga, tetapi partisipasi harus diartikan yang lebih luas, yaitu harus menyangkut taraf perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan. Mengingat begitu pentingnya karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraa di Kota Depok maka sangatlah perlu untuk mengetahui karakteristik apa yang paling dominan yang mempengaruhi berjalannya kemitraan di Kota Depok antara peternak plasma ayam broiler dengan perusahaan inti. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana karakteristik peternak mitra di Kota Depok dalam melakukan kemitraan? 2) Bagaimana gambaran pelaksanaan kemitraan antara peternak plasma dengan perusahaan inti di Kota Depok? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui karakteristik peternak mitra di Kota Depok dalam melakukan kemitraan 3) Mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan antara peternak plasma dengan perusahaan inti di Kota Depok 9

26 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain : 1) Informasi ilmiah yang sangat berharga untuk pengembangan kemitraan di daerah lain 2) Bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi para pelaku kemitraan dalam rangka menyempurnakan kinerja pelaksanaan yang telah berlangsung 3) Bahan masukan bagi instansi terkait yang berhubungan dengan pengembangan kemitraan di masa yang akan dating 10

27 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsabangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini merupakan final stock yang didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010). Menurut Samadi (2010) secara umum, ayam ras memiliki faktor keturunan atau faktor genetis yang baik yaitu umumnya bertubuh besar, memiliki pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi. Pada dasarnya, ayam ras dibedakan menjadi tiga tipe yaitu : 1) Tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) 2) Tipe petelur ( ayam ras petelur atau layer) 3) Tipe dwiguna (ayam ras pedaging dan petelur) Dari ketiga tipe ayam ras tersebut, yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur (ayam ras petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya dikenal dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur. Menurut keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkan. Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan (perkawinan) antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock 11

28 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat rendah. Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menggantungkan bila diternakan sebagai penghasil daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010) Sedangkan menurut Rasyaf (2006) Ayam ras pedaging disebut juga ayam broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, dimana pemegang kekuasaan merencanakan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Rasyaf (1999) juga mengemukakan bahwa cirri khas ayam broiler adalah rasanya enak dan pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Daging ayam merupakan sumber protein yang berkualitas bila dilihat dari kandungan gizi. Daging ayam dengan berat 100 gram mengandung di dalamnya 18,20 gram protein dan 404,00 kalori yang berguna untuk menambah energy. Kandungan gizi yang terkandung daam ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 8. Berbagai cirri khas yang telah diuraikan sebelumnya, membuat usaha ternak ayam broiler banyak diminati. Selain karena periode produksi dan panen yang cepat serta kandungan gizi yang lengkap, usahanya pun dapat dilakukan dalam berbagai skala, baik skala besar maupun skala kecil. 12

29 Tabel 8. Kandungan Gizi Daging Ayam Nilai gizi per 100 gram Jumlah Kalori (kkal) 404,00 Protein (gram) 18,20 Lemak (gram) 25,00 Kolesterol (mg) 60,00 Vitamin A (mg) 243,00 Vitamin B1 (gram) 0,80 Vitamin B6 (gram) 0,16 Asam Linoleat (mg) 6,20 Kalsium (gram) 14,00 Posfor (mg) 200,00 Menurut Yunus, et al (2007), peluang investasi agribisnis ayam broiler memiliki prospek yang cukup cerah untuk masa yang akan datang. Investasi ayam broiler di sub sektor peternakan sangat prospektif karena terdapat beberapa kecenderungan, yaitu : 1) Daging unggas makin diminati oleh konsumen dengan alasan kesehatan (kandungan kolesterol relatif lebih rendah) 2) Konsumsi daging per kapita karena harga relatif murah 3) Produksi daging dalam negeri hampir seluruhnya dikonsumsi di dalam negeri, bahkan terjadi kekurangan supply sehingga terjadi impor, baik ternak besar maupun daging ayam 4) Daging ayam broiler menempati posisi pertama dalam pemenuhan permintaan dan konsumsi daging Berdasarkan Keppres No 22 tahun 1990 dinyatakan bahwa perusahaan berskala besar juga dapat melakukan budidaya ayam ras dengan skala dibebaskan dengan syarat melakukan pembinaan ke peternak rakyat. Usaha ternak dilakukan pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan perusahaan pemotongan ayam, pabrik pakan, dan perusahaan perdagangan sarana produksi ternak. 13

30 Usaha peternakan ayam broiler dikembangkan dengan kecenderungan ke arah integritas vertikal dengan pertimbangan banyaknya usaha ternak skala kecil, keuntungan yang diperoleh dan mengurangi risiko usaha. Integritas vertikal merupakan bagian dari struktur industri tipe industrial dimana seluruh bidang pada satu alur produk disatukan dalam satu kelompok usaha yang kemudian dengan unit agribisnis industrial (UAI). UAI mengintregasikan subsistem agribisnis hulu, usahaternak, hilir dan jasa penunjang. 1) Subsistem hulu Industri hulu dalam peternakan ayam broiler merupakan kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (sapronak) yang berkaitan dengan pembudidayaan ayam broiler (Pambudy, 1999). Subsistem ini merupakan bagian awal dari agribisnis dan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi agar usaha dapat berjalan dengan lancer. Industri pakan, obat-obatan, mesin dan peralatan serta pembibitan merupakan bagian dari subsistem ini. 2) Subsistem usahaternak Subsistem usahaternak inilah hasil dari industri hulu yng digunakan untuk menghasilkan komoditas ternak. Pelaksanaan pola kemitraan pelaku utama dari subsistem usahaternak adalah peternak plasma dan perusahaan inti berperan penting dalam mengajarkan dan mengontrol proses budidaya serta penerapan manajemen yang baik dalam proses tersebut (Pambudy, 1999). 3) Subsistem Hilir Subsitem hilir menurut Pambudy (1999) adalah kegiatan mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan baik dalam bentuk antara (intermediate product) maupun dalam bentuk akhir (finished product) beserta kegiatan perdagangan dan distribusinya 4) Subsistem jasa penunjang Subsistem jasa penunjang merupakan bagian yang menyediakan jasa penunjang bagi ketiga subsistem agar kegiatan UAI berjalan lancer. Subsistem jasa penunjang mencakup bidang keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan konsultasi agrbisnis hingga kebijakan pemerintah baik mikro, regional dan perdagangan internasional (Pambudy, 1999) 14

31 2.2 Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler Menurut Rasyaf (2006), keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan itu akan terlihat. Hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler seperti berikut ini : Lokasi Peternakan Lokasi peternakan sebagai tempat kegiatan proses industri peternakan harus sesuai dengan syarat kehidupan ayam broiler. Lokasi yang kurang cocok dengan kehidupan ayam broiler dapat menyebabkan produksi daging rendah walaupun ayam yang diternakkan merupakan ras unggul. Selain dari aspek lingkungan hidup, penentuan lokasi peternakan sebaiknya juga harus memperhatikan aspek teknis, sosial ekonomi, hukum, analisa mengenai dampak lingkungan (Samadi, 2010). Menurut Rasyaf (2006) ada beberapa kriteria dalam penentuan lokasi peternakan, yaitu : 1) Lokasi untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih tempat yang sunyi. 2) Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran. 3) Lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari pengusuran Kandang dan Peralatan Kandang Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya adalah arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang, dan ventilasi kandang. Kandang yang baik adalah kandang yang arahnya menghadap timur atau barat. Tujuannya adalah untuk mencegah masuknya sinar matahari dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama (Fadillah et al, 2007). Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah populasi ayam yang akan diproduksi. Luas kandang ayam broiler disajikan dalam Tabel 9. 15

32 Tabel 9. Luas Kandang Ayam Broiler (Fadillah et al, 2007) Umur Ayam Luas per Ekor Luas Tempat Pakan Luas Tempat Minum Broiler (Minggu) (Cm 2 ) per Ekor (Cm 2 ) per Ekor (Cm 2 ) ,5 0, ,5 0,5 Bentuk dan konstruksi kandang didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha yang akan dijalankan. Bentuk kandang dapat dibagi berdasarkan lantainya. Bentuk kandang berdasarkan lantainya yaitu tipe lantai (floor types) dan tipe sangkar (cage types). Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi udara yang baik. Kandang ayam harus bebas dari segala penghalang sehingga udara dapat lebih mudah masuk ke kandang. Salah satu kendala beternak ayam broiler di daerah beriklim tropis adalah tingginya temperatur udara. Temperatur di daerah tropis adalah o C. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap produktivitas ayam broiler. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tingginya temperatur udara adalah memasang kipas angin, membuat hujan buatan, menanam pohon di sekitar kandang, menanam rumput atau tanaman pendek di sekitar kandang, dan sebagainya (Fadillah et al, 2007). Menurut Fadillah et al (2007), peralatan kandang yang digunakan dalam usahaternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak pengangkut pakan. Tempat pakan yang sering digunakan adalah berbentuk tabung dengan kapasitas 5-7 kg. Tempat minum ayam broiler memiliki beberapa tipe yaitu galon manual atau galon otomatis. Tempat pakan dan minum tersebut harus selalu dijaga kebersihannya serta tata letak dan ketinggiannya harus benar. Peralatan pemanas selama periode pemanasan (umur 1-14 hari) terdiri dari pemanas (brooder) dan lingkaran pelindung. Jenis pemanas sangat beragam tergantung dari sumber energi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. 16

33 Tabel 10. Jenis Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya (Fadillah et al, 2007) Sumber Energi Alat Pemanas Kapasitas Jenis Pemanas Minyak Tanah Gas LPG Batu Bara Listrik Sekam Kompor Gasolec dan Regulator Kompor Lampu watt Kompor (Ekor) Day Old Chick (DOC) Menurut Rasyaf (2006), salah satu kunci sukses memelihara ayam broiler adalah memilih bibit ayam yang berkualitas. Bibit ayam (DOC) yang beredar di Indonesia bukan berasal dari strain yang dikembangkan khusus untuk daerah tropis, tetapi bibit yang telah diperbaikai (up grade) kualitas genetiknya yang dikembangkan di daerah subtropis. Dengan kata lain, DOC tersebut akan memunculkan potensi genetiknya jika lingkungan yang dibutuhkan untuk perkembangan DOC terpenuhi. Adapun ciri-ciri DOC yang berkualitas, yaitu : 1) DOC terlihat aktif, mata cerah, dan lincah. 2) Kaki besar dan basah seperti berminyak. 3) Bulu cerah, tidak kusam, dan penuh 4) Keadaan tubuh ayam normal 5) Berat badan sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 gram. Dari bibit ayam (DOC) yang berkualitas, serta dukungan lingkungan yang memadai, produksi ayam broiler komersial akan mencapai pertumbuhan yang baik. 17

34 2.2.4 Makanan Produksi daging yang tinggi dan berkualitas baik dari usaha beternak ayam broiler dapat dicapai bila makanan yang diberikan ternak berkualitas baik dan diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan ternak. Makanan yang berkualitas adalah pakan yang memiliki kandungan zat gizi (nutrient) yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah seimbang. Kekurangan salah satu gizi tersebut dapat menyebabkan proses metabolism tubuh terganggu, ternak menjadi lemah dan rentan terhadap penyakit, dan ternak tumbuh kerdil (Samadi, 2010). Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam. Ransum juga harus masuk sempurna ke dalam tubuh ayam. Misalnya ransum itu bau tengik atau peternak salah menimbangnya maka jumlah unsur nutrisi yang masuk ke dalam usus dan kelak di serap tubuh ayam menjadi berkurang. Akibatnya akan sama, kemampuan ayam yang prima tidak tampak (Rasyaf, 2006) Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin Obat-obatan, vaksin, dan vitamin merupakan faktor produksi dalam usahaternak ayam broiler yang cukup penting. Program pengobatan dilakukan pada ayam yang telah terdeteksi terkena penyakit. Beberapa contoh antibiotik yang dapat dipakai untuk mengatasi penyakit pada ayam broiler diantaranya adalah Salynomycin, Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside, Betalactam, Macrolide, dan Cloramphenicol. Pemberian obat secara umum dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui air minum, melalui pakan, dan melalui suntikan (Fadillah et al, 2007). Program vaksinasi merupakan cara yang digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Cara melakukan vaksinasi diantaranya adalah melalui tetes mata, tetes hidung, mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, tusuk jarum, melalui air minum, pakan, dan penyemprotan. Vaksin pada ayam broiler terdiri dari Vaksin Tetelo 1 18

35 (ND Live), Vaksin Gumboro (IBD Live), dan Vaksin Tetelo 2 (ND Live) (Samadi, 2010). Program pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin pada ayam broiler disajikan dalam Tabel 13. Tabel 11. Program Pemberian Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin pada Ayam Broiler Umur Ayam Broiler (Hari) 1-3 Keterangan Obat dan gula Jenis Obat, Vaksin dan Vitamin Colamox Dosis 10 gram (pagi hari 1) Vitamin dan gula Elektrovit 10 gram (siang hari 2) Colamox 10 gram Obat, gula dan vitamin Elektrovit 10 gram (pagi dan siang hari 3) Colamox 10 gram 4 Vaksin ND NDG dan NDLS 1 vial/botol 5-6 Vitamin Elektrovit 25 gram 7-8 Air putih Air putih - 9 Vitamin Elektrovit 35 gram Pencegahan/pengobatan Colibact 40 gram Vitamin Elektrovit 50 gram 19 Vaksin NDLS 1 vial/botol Vitamin Elektrovit 60 gram Pengobatan/pencegahan Roxine 70 gram Vitamin Biovit 15 gram Vitamin elektrovit 100 gram Sumber : PT Sanbe Farma (2008) 19

36 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang akan disajikan oleh peneliti adalah penelitian yang membahas berbagai macam karakteristik dari peternak plasma yang mendorong untuk melakukan kegiatan kemitraan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang lebih mendalam dan rinci khususnya dalam melihat letak titik kritis karakteristik utama dari pelaku kemitraan. Untuk itu diperlukan beberapa sumber bacaan (referensi) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Bentuknya adalah berupa jurnal, skripsi, tesis, dan desertasi yang menjadikan topik kemitraan yang menjadi bahasan utamanya. Penelitian yang dilakukan Rahman (2009) menjelaskan bahwa munculnya dorongan peternak untuk bekerjasama dengan perusahaan mitra akan tergantung pada besarnya harapan yang akan terwujud, apabila tujuan dari kegiatan tersebut tercapai. Dilihat dari karakteristik internal dan eksternal diduga memiliki hubungan yang menentukan alasan peternak dalam menjaga kesinambungan kerjasama. Unsur karakteristik internal dalam penelitian Rahman (2009) meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler, lama bermitra dan prioritas berusahaternak ayam broiler. Adapun karakteristik eksternalnya meliputi interaksi dengan dengan perusahaan inti, pelayanan sapronak, keseimbangan insentif dan risiko serta kejelasan peraturan kemitraan. Dari hasil analisis bahwa karakteristik internal prioritas usaha memiliki hubungan nyata. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler dan lama bermitra tidak berhubungan nyata. Dilihat dari karakteristik eksternal peternak bahwa pelayanan sapronak, keseimbangan isentif dan risiko, dan peraturan kemitraan memiliki hubungan yang nyata. Sedangkan interaksi peternak dengan inti tidak berhubungan nyata. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) yang membahas mengenai analisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan ayam broiler yang mengambil studi kasus kemitraan PT X di Yogyakarta, di dalam penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak plasma yang antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak. Tidak hanya karakteristik peternak plasma tetapi karakteristik usahaternak 20

37 ayam broiler peternak responden diantaranya skala usaha ternak, pekerjaan di luar usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama beternak ayam broiler, lama bermitra dengan PT X, alasan bermitra dengan PT X, sumber informasi mengenai PT X, umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan manfaat bergabung dengan perusahaan kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden peternak berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia tahun (54 persen), pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang (42 persen), jumlah ternak yang dipelihara antara ekor (84 persen), peternak memiliki pekerjaan lain di luar usahaternak ayam (52 persen), pengalaman beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik sendiri (96 persen), alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44 persen), alasan bermitra dengan PT X adalah untuk meningkatkan keuntungan ( 58 persen), lama bermitra dengan PT X selama satu tahun (36 persen), sumber informasi mengenai PT X didapatkan langsung dari pihak perusahaan ( 48 persen) dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah risiko usaha rendah (30 persen). Penelitian yang dilakukan oleh Firwiyanto (2008) tidak berbeda jauh dengan penelitian Lestari (2009), dapat dilihat bahwa penelitian ini membahas mengenai anlisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan ayam broiler kasus kemitraan peternak plasma Rudi Jaya PS Sawangan Depok. Dari penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak yang dibedakan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, lama beternak dan status usaha. Bedasarkan hasil wawancara pada penelitian ini menghasilkan berusia 20 sampai 35 (55 persen) berusia 35 sampai 50 tahun (45 persen), pendidikan formal peternak mitra sebagian besar tamatan SMP dan perguruan tinggi (30 persen) lulusan SMA (25 persen) lulusan SD (15 persen), pengalaman beternak peternak mitra sebagian besar antara 5 sampai 10 tahun (60 persen) dibawah lima tahun (15 persen) diatas 10 tahun (25 persen), berdasarkan status usaha peternak mitra sebagian besar sebagai usaha utama (70 persen) usaha sampingan untuk peternak mitra sebagian besar dilakukan oleh peternak sistem bagi hasil (30 persen) dimana sebagian besar wiraswasta. 21

38 Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan Marliana (2008) dengan komoditi yang berbeda dari penelitian Rahman (2009), Lestari (2009) dan Firwiyanto (2008). Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan meliputi umur, pengalaman, keluarga, pendidikan, produktivitas, pendapatan, luas lahan dan kualitas. Dari hasil uji yang dilakukan Marlina (2008) menunjukkan bahwa dari delapan variabel yang dianalisis terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan yaitu variabel pengalaman, pendidikan terakhir, dan produktivitas. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan menjadi mitra yaitu variabel jumlah umur, anggota keluarga, pendapatan dan luas lahan. Penelitian yang dilakukan Simmons (2002) tidak berbeda jauh dengan penelitian Marliana (2008) dapat di identifikasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi petani kecil dalam melakukan kemitraan usaha agribisnis di Negara berkembang, bahwa sebagian besar faktor-faktor yang mempengaruhi petani kecil dalam melakukan kemitraan di Negara berkembang di karenakan faktor kemudahan dalam mengakses pasar, kemudahan akses pinjaman, meminimalkan risiko, meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi keluarga dan kemudahan dalam memperoleh informasi. Kemitraan di Negara berkembang memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani kecil, dikarenakan faktor lingkungan dan manajemen kemitraan. Unsur-unsur yang terdapat pada faktor lingkungan meliputi kekuatan pasar, kebijakan pemerintah khususnya pada ekonomi makro, teknologi modern yang dapat mempengaruhi produksi, dan kepemilikan lahan. Sedangkan unsurunsur yang terdapat pada faktor manajemen yaitu adanya seleksi petani kontrak dan resolusi konflik. Adanya kemitraan usaha di Negara berkembang dapat memberikan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat diterima oleh petani kecil dari kemitraan usaha agribisnis yaitu akses pasar, pengelolaan manajemen risiko dan lapangan kerja bagi keluarga serta manfaat tidak langsung yang diterima oleh petani kecil adalah pemberdayaan wanita dan peningkatan komersial. Dari kelima penelitian terdahulu dapat ditarik sebuah benang merah yang menjadi kesamaan penelitian yaitu, didapatkan bahwa terdapat beberapa 22

39 beberapa karakteristik dari pelaku kemitraan yang sesuai terhadap isi dari penelitian ini yaitu, prioritas usaha, pengalaman bermitra, pendidikan terakhir dan produktifitas dan dilihat dari karakteristik usahaternak ayam broiler peternak responden diantaranya skala usaha ternak, pekerjaan di luar usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama beternak ayam broiler, lama bermitra, alasan bermitra dengan, sumber informasi mengenai perusahaan inti, umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan manfaat bergabung dengan perusahaan kemitraan. Dilihat dari penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan dalam hal karakteristi pada pelaku kemitraan tetapi tidak semua karakteristik dapat berpengaruh secara nyata dalam kenyataannya, untuk itu dalam penelitian ini akan digunakan karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraan di Kota Depok salah satunya pada karakteristik peternak adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usahaternak ayam broiler, dan luas kandang sedangkan pada karakteristik usahaternak ayam broiler peternak adalah alasan usahaternak ayam broiler, pengalaman bermitra, sumber informasi mengenai perusahaan inti, alasan peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan dan manfaat bergabung dengan perusahaan inti. 23

40 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau besar (perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat (LIPTAN, 2000). Menurut Kartasasmita (1996) dalam Saptana, et al (2009) kemitraan usaha terutama dalam dunia usaha adalah hubungan antar pelaku usaha yang di dasarkan pada ikatan usaha saling menguntungkan dalam hubungan antar pelaku usaha yang di dasarkan pada ikatan usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerja yang sinergis, yang hasilnya bukanlah suatu zero-sum-game, tetapi positive-sum game atau win-win situation. Dengan perkataan lain kemitraan usaha merupakan hubungan kerjasama antar usaha yang sejajar, dilandasi prinsip saling menunjang dan saling menghidupi berdasarkan asas kekeluargaan dan kebersamaan. Kemitraan usaha agribisnis atau pertanian kontrak adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dengan satu atau kelompok orang atau badan hukum lainnya, dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan terciptanya keseimbangan, keselarasan dan saling melaksanakan etika bisnis menurut Suwandi (1995) dalam Iqbal (2008). Kemitraan usaha agribisnis merupakan suatu perjanjian antara perusahaan dan petani yang didalamnya terdapat beberapa kesepakatan antara kedua belah pihak. Kesepakatan umum yang biasa dilakukan oleh perusahaan yaitu menyediakan sejumlah dukungan proses produksi, antara lain pasokan input dan penyediaan konsultasi teknis. Sebaliknya, pihak petani dipersyaratkan untuk menyediakan komoditas spesifik berdasarkan standar mutu dan jumlah yang ditentukan oleh pihak perusahaan. 24

41 Selanjutnya pihak perusahaan juga di haruskan memberikan komitmen di dalam mendukung proses produksi dan produksi yang dihasilkan oleh petani (ACIAR, 2009). Menurut Erappa, S (2006) dalam ACIAR (2009) perjanjian kemitraan usaha agribisnis mencakup tiga wilayah, antara lain : 1) Pasar, perusahaan dan petani menyepakati penjualan dan pembelian yang akan dilaksanakan di masa depan. 2) Sumberdaya, perusahaan menyepakati untuk menyediakan input dan dukungan teknis 3) Spesifikasi proses produksi, petani menyepakati untuk mengikuti persyaratan oleh pihak perusahaan dalam melaksanakan kegiatan proses produksi Sementara itu menurut Patrick et al (2004) dalam ACIAR (2009) kemitraan usaha agribisnis merupakan sebuah sistem intermediasi produksi dan pemasaran, yang membagi risiko produksi dan pemasaran di antara pihak agribisnis dengan petani. Hal ini dapat dilihat sebagai cara untuk mengurangi biaya transaksi yang tinggi yang diakibatkan oleh kegagalan pasar atau pemerintah di dalam menyediakan input-input yang dibutuhkan (misalnya, kredit, asuransi, informasi, prasarana dan faktor-faktor produksi) serta institusi pasar Jenis-Jenis Kemitraan Usaha Menurut Daryanto, A (2007) Dalam pengembangan usaha kecil disektor peternakan di Indonesia, terdapat beberapa pola atau bentuk kemitraan antara usaha kecil atau petani dengan pengusaha besar, yang dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Pola kemitraan inti plasma yaitu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti. Perusahaan mitra membina kelompok mitra dalam hal penyediaan dan penyiapan lahan (kandang), pemberian saprodi (sapronak), pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi, pembiayaan, dan bantuan lain seperti efisiensi dan produktifitas usaha. 25

42 2) Pola kemitraan sub kontrak yaitu hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. 3) Pola kemitraan dagang umum yaitu hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Dalam pola ini pihak yang terlibat adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas tertentu. Penerapan pola banyak dijumpai pada kegiatan agribisnis hortikultura, dimana kelompok tani hortikultura bergabung dalam bentuk koperasi kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompok supermarket. Pihak kelompok tani berkewajiban memasok barang-barang dengan persyaratan dan kualitas produk yang telah disepakati bersama. 4) Pola kemitraan kerjasama operasional, yaitu hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Umumnya kelompok mitra adalah kelompok yang menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaaan sarana produksi lainnya. Terkadang perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Pola ini sering diterapkan pada usaha perkebunan tebu, tembakau, sayuran dan pertambakan. Dalam pola ini telah diatur tentang kesepakan pembagian hasil dan risiko Manfaat dan Masalah Kemitraan Usaha Dua pelaku utama dalam kemitraan usaha agribisnis adalah petani dan perusahaan inti. Manfaat utama dari kesepakatan kontrak yang diterima petani adalah adanya jaminan dari perusahaan inti untuk membeli hasil produksi berdasarkan spesifikasi parameter kuantitas dan kualitas tertentu. Berikutnya, kemitraan usaha agribisnis juga dapat membantu agribisnis dalam mempermudah akses terhadap teknis dan jasa penyuluhan yang sebelumnya relatif kurang atau tidak dapat diperoleh petani. Disamping itu, melalui kemitraan usaha agribisnis, agribisnis diharapkan dapat mengatur dan mengurus kredit ke lembaga perbankan komersial untuk pembelian sarana produksi. Singkatnya, manfaat potensial yang dirasakan petani dalam kemitraan antara lain dalam hal penyediaan sarana dan jasa produksi, akses terhadap fasilitas kredit, 26

43 introduksi teknologi tepat guna, transfer keterampilan, jaminan struktur harga, akses terhadap pasar (Iqbal, 2008), kemudahan dalam memperoleh informasi dan meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi keluarga (Simmons, 2002). Adanya kerjasama kemitraan dalam bidang peternakan dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu perusahaan dan peternak. Kontrak kemitraan memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas serta dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi. Kontrak kemitraan bagi perusahaan (inti) memberikan manfaat antara lain meningkatkan keuntungan dari penjualan produk, dan keuntungan dari pembelian sarana produksi peternakan serta omset penjualan dan permintaan pasar tetap dapat dipenuhi. Sebagian besar petani merasakan manfaat dari terjalinya kemitraan itu sendiri, terutama adanya jaminan pemasaran dari perusahaan inti, selain itu terciptanya lapangan kerja baru, harga penjualan stabil karena dijamin perusahaan, tidak diperlukan modal sendiri, risiko kerugian kecil dan tambahan pengetahuan bagi peternak menurut Mulyantono (2003) dalam Priyono, B.S, et al (2004). Lengkapnya, manfaat yang diterima peternak dan perusahaan inti dalam kemitraan usaha peternakan dapat disimpulkan pada Tabel 12. Perlu digarisbawahi bahwa kemitraan dapat diperoleh beberapa manfaat sebagaimana dikemukakan di atas, dalam prakteknya kemitraan ditemui beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikategorikan sebagai dampak negatif dari implementasi kemitraan itu sendiri (Iqbal, 2008) Ranti Lucky (2010) dalam Agrina (2010) menyatakan bahwa melakukan kemitraan kemungkinan besar bagi peternak plasma dapat mengalami kerugian apabila kualitas dan kuantitas sapronak yang diberikan oleh perusahaan inti kurang bagus, pembayaran sisa hasil usaha yang lambat, penentuan panen yang dominan, dan fluktuasi harga yang sebagian besar ditentukan oleh perusahaan inti. Hal tersebut dapat dicegah dengan mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan kemitraan dengan perusahaan inti, yaitu peternak terlebih dahulu mengetahui penggunaan sapronak dan peternak harus membandingkan dengan perusahaan inti lain dengan cara membandingkan brosur (penawaran) harga kontrak dari perusahaan inti 27

44 Tabel 12. Manfaat Kemitraan Usaha Peternakan dari Perspektif Peternak dan Perusahaan Inti No Peternak Perusahaan Mitra Sarana produksi dan jasa pelayanan disediakan oleh perusahaan inti Kemitraan usaha dilaksanakan melalui pola kredit yang di fasilitasi perusahaan inti Kemitraan usaha biasanya dilengkapi dengan introduksi teknologi baru, sehingga peternak dapat pengetahuan dan pengalaman baru memperoleh Peternak memperoleh kepastian harga lebih awal, sehingga peternak dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru Membuka peluang pasar yang sebelumnya tidak bisa di akses peternak Kemitraan usaha dengan peternak lebih bisa diterima secara politis (politically acceptable) dibandingkan kerjasama kemitraan usaha dengan perusahaan lain Kerjasama dengan peternak dapat menghindari keterbatasabn perusahaan inti dalam pengusahaan lahan Produksi lebih terjamin dibandingkan membeli di pasar dan perusahaan inti dapat mengurangi risiko karena tanggung jawab usaha produksi berada di tangan peternak Kualitas produksi dapat diperoleh secara konsisten dibandingkan membeli produk di pasar Dalam pelaksanaan kemitraan usaha ini juga mempunyai kelemahankelemahan, misalnya bagi perusahaan inti bisa terjadi over supply apabila panen terjadi bersamaan. Sementara bagi peternak tidak bisa antara lain penetapan harga jual oleh perusahaan menyebabkan peternak tidak mendapatkan keuntungan maksimal, peternak tidak bisa memasarkan hasil produknya ke pihak lain karena terikat perjanjian dengan pihak inti (Priyono, B.S, et al 2004) Dibalik harapan dan keberhasilan atas kemitraan, beberapa masalah timbul dalam implementasi (penerapannya) 1. Beberapa masalah yang menggangu kelancaran pelaksanaan kemitraan antara lain : 1 Ahmad Zazali. Pola Inti Plasma, Kemitraan Harus Ditinjau Ulang. Hlm 1. 28

45 1) Terjadinya pelanggaran perjanjian baik dilakukan oleh perusahaan inti maupun petani 2) Masalah alih teknologi yang berjalan setengah-setengah menyebabkan tingkat produktivitas rendah 3) Latar belakang petani yang beragam, sehingga sering terjadi beberapa masalah seperti petani tidak menguasai teknologi dan teknis budidaya Selain itu menurut Priyono, B.S, et al (2004) menyatakan terdapat beberapa faktor penghambat keberhasilam kemitraan, antara lain : 1) Ada beberapa aturan yang tidak termuat dalam surat perjanjian. 2) Harga sapronak baru diketahui pada saat pelunasan. 3) Peternak tidak mengetahui cara perhitungan bonus. 4) Penyuluhan yang dilakukan pihak inti tidak menyeluruh. 5) Jadwal pengisian bibit tidak tepat waktu. 6) Jadwal pemanenan kadang tidak tepat waktu Syarat Keberhasilan Kemitraan Usaha Menurut Priyono, B.S, et al (2004), peternak menilai bahwa pelaksanaan kemitraan sejauh ini bisa berjalan baik karena ada beberapa faktor pendukungnya, antara lain : 1) Adanya perjanjian tertulis yang mengikat ke dua belah pihak. 2) Kredit diberikan dalam bentuk sapronak bukan uang tunai. 3) Sapronak diantar langsung ke lokasi kandang. 4) Pembimbingan oleh tenaga ahli dari perusahaan inti. Secara garis besar, kemitraan usaha antara mitra dengan perusahaan inti dijalin dalam suatu mekanisme perjanjian dengan memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan kondisi prasarana dan sarana, komponen kegiatan, dan dukungan 29

46 kebijakan pemerintah. Pada akhirnya, harmonisasi mekanisme kontrak dapat memberikan umpan balik bagi kedua belah pihak yang menjalin kontrak (Iqbal, 2008). Menurut Eaton (2001) dalam Iqbal (2008) paling sedikit ada tiga aspek kemitraan usaha yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu koordinasi produksi, pengelolaan budidaya, dan pola hubungan dengan mitra. Jika ketiga aspek ini tidak dijalankan secara sinergis, maka implementasi kemitraan usaha sulit berjalan mulus. Koordinasi produksi terkait dengan lokasi usaha agribisnis, seleksi mitra, formasi kelompok kerja, pengaturan sarana dan prasarana produksi dan kredit berikut pendistribusiannya, dan pengaturan pembelian produksi. Pengelolaan budidaya meliputi jasa penyuluhan, transfer teknologi, jadwal produksi, dan pelatihan. Sementara pola hubungan dengan peternak mencakup partisipasi dan eksistensi forum organisasi mitra. Hal tersebut dapat digambarkan pada Gambar 1. Menurut Simmons (2002) bahwa keberhasilan kemitraan usaha adanya dukungan dari faktor lingkungan dan adanya manajemen kemitraan. Unsur-unsur yang terdapat pada faktor lingkungan dipengaruhi oleh adanya kekuatan pasar, kebijakan pemerintah khususnya pada ekonomi makro, teknologi modern yang dapat mempengaruhi produksi, dan kepemilikan lahan. Sedangkan manajemen kemitraan biasanya dipengaruhi oleh seleksi petani kontrak dan resolusi konflik. 30

47 Mitra Perusahaan Inti Kondisi Sarana dan Prasarana : - Pasar (fisik dan sosial) - Dana dan Keuangan - Prasarana dan Sarana - Bahan - Komunikasi Komponen Kegiatan : - Proses Produksi - Kebijakan Harga - Penyuluhan - Seleksi Mitra - Sarana Produksi - Pembayaran - Penelitian - Pelatihan Kontrak Administrasi dan Ketatalaksanaan Kontrak Implementasi Kontrak Keragaan Produksi Pengawasan (Monitoring) Kebijakan Pemerintah : - Stabilisasi Politik - Jasa Pelayanan Publik - Pengawasan - Regulasi Industri Umpan Balik : Modifikasi Penyesuaian Kontrak Adaptasi dan Inovasi Alokasi dan Distribusi Gambar 1. Mekanisme Kemitraan Usaha (Eaton 2001 dalam Iqbal 2008) 31

48 3.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Usaha Keterlibatan petani melakukan kemitraan adalah untuk memperkecil risiko ketidakpastian pemasaran hasil produk pertanian mereka. Bagi petani kecil, model kemitraan merupakan salah satu jalan keluar untuk mananggulangi masalah-masalah klasik yang selalu dihadapinya selama ini 2, yaitu : 1) Persaingan yang tidak seimbang antara petani kecil dan petani bermodal besar yang lebih mampu membeli dan menyewa teknologi maju dalam proses produksi mereka. 2) Mahalnya teknologi, fasilitas dan ketersediaan sarana produksi masih sangat terbatas, apalagi di Negara-negara yang masih terbelakang seperti Indonesia. 3) Akses petani untuk mendapatkan kredit sulit. 4) Tidak mampunya pasar lokal menampung hasil pertanian yang tidak tahan lama dan harga tidak pernah menetap bahkan kadang-kadang turun secara mendadak pada saat panen raya. 5) Sulitnya menembus pasar internasional, kecuali sebelumnya petani telah mempunyai jaringan yang luas. Menurut Masakure dan Henson (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk bermitra, diantaranya : mengurangi ketidakpastian pasar, (pasokan input, permintaan pasar, dan harga), memperoleh keterampilan dan penambahan pendapatan petani. Menurut Purnaningsih (2007), bahwa alasan utama petani melakukan kemitraan karena adanya jaminan pemasaran, kemudian karena tersedia benih atau bibit, saprodi, produktivitas yang tinggi, adanya petugas pendamping dan karena adanya keikutsertaan petani lain dalam melakukan kemitraan. Apabila komponen tersebut sesuai dengan kebutuhan usaha, maka itulah alasan petani melakukan kemitraan. Alasan tersebut tidak semata-mata merupakan keuntungan secara ekonomi. Di satu sisi bahwa kemudahan dalam prosedur atau aturan kerjasama, sistem penetapan harga, dan 2 Ibid, Hlm

49 kemungkinan petani mencapai standar mutu yang ditetapkan oleh mitranya, merupakan hal-hal positif yang dapat meningkatkan peluang petani melakukan kemitraan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kemitraan adalah suatu proses maka keberhasilannya secara optimal tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, melainkan dalam jangka waktu yang panjang. Kesinambungan usaha dari kemitraan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan suatu kemitraan tersebut dijalankan, tetapi juga lebih mengarah kepada hubungan antar manusia yang menjalankan usaha kemitraan tersebut. Karena kemitraan tidak akan terjadi tanpa adanya mitra atau partner yang dapat diajak untuk bekerjasama. Hal penting dalam mencapai kesinambungan kerjasama kemitraan adalah adanya kerjasama yang baik antara kedua belah pihak, karena kelanggengan tidak akan tercapai jika salah satu pihak memutuskan hubungan kerjasama. Dalam hal ini ada beberapa karakteristik yang berpengaruh dalam mendorong atau menggerakkan peternak yang akan mengarahkan pada pembuatan keputusan peternak untuk menjadi mitra kerja atau memutuskan untuk tidak bermitra. Karakteristik yang mempengaruhi peternak ayam broiler melakukan kemitraan di Kota Depok dapat dilihat karakteristik peternak ayam broiler melakukan kemitraan di Kota Depok meliputi umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usahaternak ayam broiler, dan luas kandang. Karakteristik usahaternak ayam broiler peternak adalah alasan usahaternak ayam broiler, pengalaman bermitra, sumber informasi mengenai perusahaan inti, alasan peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan dan manfaat bergabung dengan perusahaan inti. Penggalian akan hal tersebut dianggap salah satu karakteristik yang dapat dijadikan sebagai sebuah strategi untuk pengembangan manajemen usaha ternak ayam broiler. Keterkaitan antara karakteristik di atas disajikan dalam bagan alur kerangka pada Gambar 2 33

50 Sektor peternakan memiliki nilai potensial untuk dikembangkan : - Pertumbuhan PDB di Indonesia pada subsektor peternakan - Tingkat konsumsi di Indonesia - Populasi di Indonesia khususnya pada subsektor peternakan Peningkatan populasi ayam broiler berdasarkan tingkat propinsi khususnya pada Jawa Barat Permasalahan peternak ayam broiler (aspek pasar, permodalan, teknologi) Pemberdayaan masyarakat melalui pola kemitraan di Jawa Barat Perkembangan produksi dan populasi ayam broiler di Kota Depok Partisipasi masyarakat Kota Depok melalui kemitraan Perusahaan Inti Peternak mitra Peternak non mitra Hubungan kemitraan - Karakteristik peternak plasma ayam broiler - Karakteristik usahaternak ayam broiler Rekomendasi kerjasama kemitraan ayam broiler : Pembanding Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian tentang Analisis Karakteristik Peternakan Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok 34

51 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan salah satunya bahwa di Kota Depok merupakan salah satu sentra pengembangan kemitraan oleh Dinas Peternakan Jawa Barat, sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Agustus 2011 sedangkan upaya persiapan (prapenelitian) dan penjajakan mulai sejak bulan November Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, pencatatan dan wawancara dengan peternak (responden) dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi peternak ayam broiler melakukan kemitraan dan informasi mengenai proses pelaksanaan kemitraan yang telah berlangsung mencakup bentuk serta proses pola kemitraan. Data sekunder dikumpulkan dari dalam dan luar perusahaan. Data yang diperoleh dari dari dalam perusahaan yaitu meliputi data yang relevan dengan kegiatan kemitraan. Data sekunder yang berasal dari luar perusahaan meliputi data bersumber dari instansi pemerintah maupun swasta, penelitian terdahulu, studi literatur di perpustakaan IPB yang mencakup skripsi, buku-buku dan majalah yang berkaitan dengan kegiatan kemitraan. Rincian data dan sumber data tercantum pada Tabel

52 Tabel 13. Jenis Data dan Sumber Data Data yang Diperlukan Data Pokok : 1. Karakteristik peternak 2. Karakteristik usahaternak ayam broiler Data Penunjang : 1. Keadaan umum lokasi penelitian 2. Keadaan peternakan di lokasi penelitian 3. Sarana dan prasarana penunjang kemitraan Sifat Data Pr Sk Kn Kl Responden Responden Sumber Data Aparat desa, Pemerintah Daerah Kota Depok, tokoh masyarakat Perusahaan inti di Kota Depok, Dinas Peternakan Kota Depok, BPS Kota Depok, masyarakat sekitar Perusahaan Inti di Kota Depok, peternak plasma ayam broiler dan masyarakat sekitar Keterangan Pr : Data Primer Sk : Data Sekunder Kn : Data Kuantitatif Kl : Data Kualitatif 4.3 Metode Pengumpulan Data Responden yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan ayam broiler di Kota Depok terdiri dari peternak plasma ayam broiler dan peternak mandiri ayam broiler. Dalam penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan proses identifikasi rumah usaha peternakan ayam broiler berdasarkan data Dinas Peternakan dan BPS Kota Depok pada tahun 2010 yang diperoleh hasil dimana seluruh peternak plasma dan peternak mandiri ayam broiler berjumlah 993 peternak ayam broiler. Kemudian dilakukan penarikan sampel yang akan dijadikan responden diambil dari populasi peternak ayam broiler dengan jumlah responden keseluruhan sebanyak 90 peternak ayam broiler. 36

53 Penentuan sampel dalam penelitian ini (Rachmat, 2004) dengan rumus (Rachmat, 2004) : Keterangan : n = Unit sampel N = Unit populasi d = Tingkat presisi Pada awalnya sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik acak kelompok (cluster random sampling), sehingga setiap unit sampel dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, karena jumlah populasi dari setiap peternak ayam broiler baik peternak plasma maupun mandiri berbeda sehingga setiap peternak ayam broiler di ambil secara proposional berdasarkan jumlah peternak ayam broiler di Kota Depok. Adapun teknik pengambilan sampel bagi masing-masing peternak ayam broiler baik peternak plasma maupun mandiri di Kota Depok adalah : 1) Peternak plasma ayam broiler di Kota Depok berjumlah 548 orang sehingga sampel yang diambil adalah 50 orang responden peternak plasma 2) Peternak mandiri ayam broiler di Kota Depok berjumlah 445 orang sehingga sampel yang diambil adalah 40 orang responden termasuk peternak mandiri 37

54 Awalnya penarikan sampel untuk peternak plasma dan peternak mandiri menggunakan cluster random sampling, namun terdapat beberapa kendala di lapangan yaitu sulitnya menjangkau tempat peternak plasma dan peternak mandiri melakukan budidaya, maka peneliti melakukan pengambilan sampel pada responden peternak plasma dan mandiri dengan menggunakan metode snowballing. Peternak plasma dan mandiri dipilih dengan cara menanyakan pada rumah tangga peternak ayam broiler tersebut apakah ada rumah tangga yang memelihara ayam broiler baik plasma maupun mandiri di daerah tersebut. 4.4 Metode Pengolahan dan Anilisis Data Data dan informasi yang diperoleh selanjutnya akan diolah untuk dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan kemitraan di Kota Depok dengan menguraikan gambaran umum mengenai pola kemitraan. Pelaksanaan kemitraan mencakup manfaat-manfaat yang diperoleh, kendala-kendala yang dihadapi peternak dan perusahaan, serta kegiatan budidaya ayam broiler di peternak. Analisis data kuantitatif yaitu menggunakan perolehan data-data hasil dari indentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan. Pengolahan data untuk faktor-faktor kemitraan peternak ayam broiler menggunakan analisis regresi logistik. Pengolahan data menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan program SPSS Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Karakteristik yang mempengaruhi kemitraan peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraan di Kota Depok akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik. Firdaus M dan Affendi FM mendefinisikan metode regresi logistik adalah suatu metode analisis statistika yang mendeskripsikan hubungan antara peubah respons yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval. 38

55 Karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraan menggunakan model analisis regresi logistik. Model regresi logistik merupakan suatu model analisis yang dibangun untuk mendeskripsikan besarnya peluang variabel respon pada suatu kategori tertentu atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval (Harmini, 2009). Variabel dependent-nya adalah karakteristik peternak yaitu Y= 1, jika melakukan kemitraan dan Y =0, jika tidak melakukan kemitraan. Variabel independent dari karakteristik peternak diturunkan lima jenis variabel peternak yaitu variabel (lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, prioritas usahaternak ayam broiler, luas kandang dan modal). Estimasi model untuk karakteristik peternak plasma dalam melakukan kemitraan ayam broiler di Kota Depok adalah : Y= ln =β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X β 8 X 8 Dimana : Y β 0 X 1 X 8 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 β 1 β 6 = Variabel dependent, yaitu faktor internal peternak plasma ayam broiler, dimana : Y= 1 : Jika melakukan kemitraan, dan Y= 0 : Jika tidak melakukan kemitraan = Konstanta = Variabel independent = Umur (tahun) = Lama pendidikan (tahun) = Lama usahaternak ayam broiler (tahun) = Jumlah tanggungan keluarga (orang) = Prioritas usahaternak ayam broiler, sebagai variabel dummy (pokok = 0 dan sampingan = 1) = Luas Kandang (meter) = Koefisien variabel independent 39

56 1. Uji Kesesuaian Model Logistik Langkah selanjutnya setelah dilakukan pendugaan parameter model adalah melakukan uji kesesuaian model. Pengujian terhadap kesesuaian model dilakukan karena model yang dibentuk harus menghasilkan nilai dugaan yang konsisten. Ketetapan model akan diuji dengan menggunakan statistik chi-square (X 2 ). Statistik X 2 dihitung melalui rumus uji G adalah sebagai berikut (Harmini, 2009) : G = -2 ln Dimana : L 0 L 1 = Likelihood tanpa variabel independent = Likelihood dengan variabel independent Hipotesis : H 0 = β 1 = β 2 =.. =β k = 0 H 1 = Minimal ada satu nilai β 0 Jika nilai G > atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata (α =0,050) maka keputusannya adalah menolak H 0, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji Wald (W j ), dengan rumus (Harmini, 2009) : Dimana : Β k SE Coef = Koefesien model dugaan untuk variable independent X k = Simpangan baku koefesien X k Hipotesis = H 0 = β k = 0 H 1 = β k 0, k = 1,2, k 40

57 Statistik W j mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj. Z α/2 atau two-tailed p- value dari statistik W j lebih kecil dari taraf nyata (α =0,050) maka keputusannya adalah menolak H 0, artinya variabel independent ke-k tersebut berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel respon. 2. Interprestasi Koefesien Interprestasi hasil regresi logistik dapat dilakukan dengan melihat nilai rasio oddsnya. Odds ratio digunakan untuk memudahkan interprestasi koefisien. Peubah penjelas jika mempunyai tanda koefesien positif, maka nilai rasio oddsnya akan lebih besar dari satu atau sebaliknya. Rasio odds merupakan interprestasi dari sebuah peluang yang dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Parameter β k mencermin perubahan dalam fungsi logit untuk perubahan satu unit peubah penjelas X yang disebut log odds. Nilai satu variable bebas tertentu jika naik satu unit, sedangkan variable bebas lainnya tetap, maka secara rata-rata perkiraan logit akan naik atau turun sebesar nilai koefisien tersebut. Interprestasi terhadap nilai odds ini diperoleh dengan mengambil antilog dari berbagai koefisien. Interprestasi dari nilai odds ratio ini adalah kecenderungan atau peluang Y = 1 pada kondisi X = 1 sebesar β k kali dibandingkan X = Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur berbagai peubah yang diteliti. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Karakteristik peternak mitra, yaitu cirri-ciri yang melekat dalam diri peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Karakteristik dari peternak plasma ayam broiler dalam penelitian ini meliputi : 41

58 a) Umur, yaitu usia peternak pada saat melakukan usahaternak ayam broiler, dihitung berdasarkan satuan tahun. b) Lama pendidikan, yaitu jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai oleh peternak, diukur berdasarkan lama pendidikan yang dijalani selama satuan tahun. c) Lama usahaternak ayam broiler, yaitu jumlah tahun lama peternak berusaha ternak ayam broiler baik dengan pola kemitraan maupun mandiri. Pengukuran dilakukan dalam satuan tahun. d) Jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah banyaknya keluarga yang ditanggung peternak, dihitung berdasarkan satuan orang. e) Prioritas usahaternak ayam broiler, yaitu kedudukan usaha ternak ayam broiler dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Pengukuran dilakukan dengan skala nominal yaitu berdasarkan sebagai usaha pokok dan sebagai usaha sampingan. f) Luas kandang, yaitu luas kandang yang digunakan peternak dalam melakukan usahaternak ayam broiler, dihitung dalam satuan meter. 42

59 V GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kota Depok Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta-Bogor. Kata depok sendiri berasal dari kata dalam bahasa sunda yang berarti pertapaan atau tempat bertapa. Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok sebagai daerah penyangga dari Kota Jakarta mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Letak wilayah Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang terinkronasi secara regional dengan kota-kota lainnya Keadaan Perekonomian Selama tahun perekonomian Kota Depok tumbuh enam persen lebih per tahun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu 6,45 persen. diperkirakan sampai tahun 2011, pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada enam persen. PDRB Kota Depok dihasilkan dari beberapa sektor. Sektor tersebut terbagi dari sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer terdiri dari lapangan usaha pertanian dalam arti luas, meliputi peternakan, perikanan dan perkebunan. PDRB sector primer tahun 2005 hanya menyumbang sekitar 2,81 persen dari total PDRB dan akan semakin kecil di masa mendatang. Sektor yang kedua yaitu sektor sekunder terdiri dari lapangan usaha industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan bangunan atau konstruksi dengan sumbangan PDRB sebesar 52,08 persen dari total PDRB. Diproyeksikan pada tahun 43

60 2011 akan mencapai 53,54 persen dari total PDRB Kota Depok. Sektor yang ketiga atau sektor tersier, terdiri dari lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, lapangan usaha angkutan dan komunikasi, lapangan usaha bank dan lembaga keuangan lainnya, dan usaha jasa. Selama lima tahun terakhir PDRB menunjukkan penurunan meski tidak signifikan dan kecenderungan ini akan terbawa ke masa mendatang Keadaan Geografis Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi, secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut : 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan wilayah khusus Ibukota Jakarta 2) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor 4) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6 o o Lintang Selatan dan 106 o o Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km 2. Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. 44

61 Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas. Penggunaan lahan di Kota Depok adalah untuk pemukiman dan usaha baik pertanian dan non pertanian. Pemanfaatan lahan untuk pemukiman pada tahun 2010 hampir 53,28 persen total luas kawasan terbangun, hampir 45,49 persen akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Sedangkan pemanfaatan lahan untuk usaha di bidang non pertanian seperti jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96 persen total luas kota, industri 2,08 persen total luas kota, pendidikan tinggi 1,49 persen total luas kota, dan kawasan khusus 1,27 persen total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok. Untuk penggunaan lahan pertanian yang mencakup sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub sektor perikanan dan sub sektor perikanan. Kondisi penggunaan lahan pertanian di Kota Depok mengalami penyempitan khususnya pada lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah irigasi. Dengan kondisi lahan di Kota Depok khususnya pada lahan pertanian yang mengalami penyempitan, tetapi daerah Kota Depok tetap menjadi daerah yang berpontensi pada pertanian khususnya pada sub sektor peternakan yang meliputi sapi perah, sapi potong, kambing, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging dan itik Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai jiwa, terdiri atas laki-laki jiwa (50,66 persen) dan perempuan jiwa (49,34 persen), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km 2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah jiwa/km 2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. 45

62 Dalam kurun waktu lima tahun penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun 2005 telah mencapai jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23 persen per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai jumlah jiwa dan kepadatan penduduk mencapai jiwa per km 2. Adapun angka kelahiran penduduk dari tahun 1999 sampai 2004 senantiasa berfluktuasi, demikian juga angka kematian berfluktuasi hampir mendekati pola angka kelahiran. Pada tahun 2004, angka kelahiran sebesar jiwa dan angka kematian 1,962 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk Kota Depok disebabkan tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok sebagai akibat pesatnya pengembangan kota yang dapat dilihat dari meningkatnya pengembangan kawasan perumahan. Angka kepergian penduduk Kota Depok tahun 2004 memperlihatkan pula pola yang berfluktuasi, dimana jumlah penduduk yang datang 11,899 jiwa dan penduduk yang pergi jiwa, atau rata-rata jumlah pendatang pertahun mencapai 7,396 jiwa. Berdasarkan perkembangan tersebut diperkirakan jumlah penduduk yang datang ke Kota Depok pada waktu mendatang akan meningkat, seiring dengan semakin banyaknya operasional kegiatan jasa dan niaga yang berkembang pesat. 5.2 Peran Pemerintah Kota Depok Terhadap Kemitraan Ayam Broiler Program kemitraan ayam broiler di Kota Depok membuat pemerintah Kota Depok mendukung program tersebut, ada beberapa alasan mengapa pemerintah Kota Depok mendukung program kemitraan, antara lain : 1) Program kemitraan ayam broiler menghindarkan terjadinya monopoli (konsentrasi) pemilikan dan penguasaan tanah secara luas, terutama oleh perusahaan asing 2) Program kemitraan kemitraan ayam broiler dapat meningkatkan pendapatan peternak ayam broiler, pemberantasan kemiskinan, dan pemerataan program pembangunan 46

63 3) Program kemitraan ayam broiler dapat memberikan kemudahan bagi pemerintah Kota Depok dalam mengontrol peternak ayam broiler, membonceng program yang tidak ada hubungannya dengan program kemitraan, seperti : keluarga berencana, program transmigrasi, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Berjalannya program kemitraan ayam broiler di Kota Depok, dalam hal ini pemerintah Kota Depok telah berperan dalam mendorong program kemitraan yaitu : 1) Menciptkan pasar yang efisien melalui pelayanan informasi, infrastruktur untuk memperlancar distribusi barang, stabilitas harga dan produksi. 2) Memberikan penyuluhan terhadap peternak ayam broiler mengenai teknis budidaya ayam broiler, hal tersebut dilakukan oleh pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ayam broiler. 3) Pengendalian dan penanggulangan penyakit ayam broiler salah satunya avian influenza 5.3 Karakteristik Peternak Responden Data penelitian berhasil dikumpulkan dari 90 orang responden peternak yang berada di Kota Depok yang tersebar di empat kecamatan di Kota Depok yang memiliki jumlah populasi terbanyak di Kota Depok. Karakteristik peternak yang akan dikaji meliputi pengelompokan peternak berdasarkan umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usaha, dan luas kandang. 1) Umur Peternak mitra dan non mitra pada umumnya berumur 30 tahun ke atas. Berdasarkan Tabel 14, jumlah peternak mitra responden terbesar yaitu pada kisaran tahun sebesar 30 persen. peternak mitra yang termasuk pada golongan produktif, yaitu antara 22 sampai dengan 46 tahun sebesar 94 persen. peternak mitra yang berusia lanjut, yaitu yang berusia di atas 47 tahun terdiri dari tiga orang peternak dengan persentase sebesar enam persen. Umur seseorang dapat menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik, maka semakin tua tenaga 47

64 kerja akan semaikin turun prestasinya. Namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja akan semakin banyak pengalamannya dalam berusaha sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja. Jumlah peternak non mitra pada umur sebesar 35 persen. Jumlah peternak non mitra pada usia produktif yaitu sebesar 87,5 persen. sedangkan peternak non mitra yang berusia lanjut sebanyak lima persen. kisaran usia produktif memungkinkan peternak non mitra dalam meluaskan pasarnya oleh karena itu peternak non mitra dapat mengembangkan usahanya dengan tidak bergantung kepada salah satu perusahaan inti atau jalinan kerjasama sejenisnya kemitraan atau lainnya. Tabel 14. Peternak Responden Berdasarkan Umur Umur Peternak Mitra Peternak Non Mitra (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , , ,5 > Jumlah ) Lama pendidikan Lama pendidikan petani mitra pada umumnya masih dapat dikatakan rendah. Responden petani mitra beberapa diantaranya dengan lama pendidikan sekitar enam tahun dengan persentase sebesar 22 persen sedangkan lama pendidikan yang tertinggi yaitu sembilan tahun dengan persentase sebesar 18 persen. Hal ini berbeda dengan responden peternak non mitra, dikarenakan sebagian besar lama pendidikan untuk peternak non mitra yaitu enam tahun dengan persentase sebesar 15 persen. 48

65 Tabel 15. Peternak Responden Berdasarkan Lama Pendidikan Lama Peternak Mitra Peternak Non Mitra Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) (Tahun) , , Jumlah ) Lama usahaternak ayam broiler Peternak responden yang bermitra dengan perusahaan inti di Kota Depok mempunyai pengalaman usahaternak ayam broiler lima tahun. Adapun sebaran peternak responden berdasarkan beternak dapat dilihat pada Tabel 16. peternak mitra < 5 tahun sebanyak 48 persen dan untuk peternak non mitra sebanyak 47,5 persen. peternak responden pada umumnya yang < 5 tahun merupakan peternak baru dengan pengalaman baru. Peternak responden yang sudah menjalankan usaha ini dari sejak lama sebanyak 52 persen untuk peternak mitra dan sebanyak 52,5 persen untuk peternak non mitra. Dari beberapa peternak mitra yang telah lama usahaternak ayam broiler, pada mulanya mengembangkan usaha secara mandiri (tanpa bergabung dengan perusahaan) dengan skala usahaternak <1.000 ekor per periodenya. Tabel 16. Peternak Responden Berdasarkan Lama Usahaternak Ayam Broiler Lama Peternak Mitra Peternak Non Mitra Usahaternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Ayam Broiler (Tahun) < ,5 > ,5 Jumlah

66 4) Jumlah tanggungan keluarga Pada umumnya untuk jumlah tanggungan keluarga antara peternak mitra dan peternak non mitra tidak berbeda jauh pada jumlah tanggungan keluarga. Dilihat dari jumlah tanggungan keluarga pada peternak mitra pada umumnya pada jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3-4 orang yaitu sebanyak 64 persen. Hal ini tidak berbeda jauh dengan peternak non mitra yang jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3-4 orang yaitu sebanyak 80 persen. jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang untuk peternak mitra sebanyak 12 persen dikarenakan banyak dari responden yang masih berstatus belum menikah, atau usia responden sudah lanjut sehingga tidak ada lagi anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Sedangkan untuk peternak non mitra jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang yaitu sebanyak 7,5 persen, hal tersebut dikarenakan tidak berbeda jauh dengan peternak mitra. Jumlah tanggungan keluarga lebih dari lima orang sebanyak 12,5 persen, hal ini dikarenakan ada peternak responden yang tinggal bersama keluarga besar selain dengan istri dan anaknya. Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 17 Tabel 17. Peternak Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Peternak Mitra Peternak Non Mitra Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Keluarga (Orang) , > ,5 Jumlah ) Prioritas usahaternak ayam broiler Pada umumnya prioritas usahaternak ayam broiler sebagian besar adalah prioritas usaha sebagai usaha pokok. Pada peternak mitra sebagian besar peternak mitra menggangap bergabung dengan mitra adalah sebagai usaha pokok. Sebagian besar peternak mitra yang menggangap bermitra sebagai usaha pokok dapat dijumpai di beberapa kelurahan di Kota Depok yang kurang lahan pertanian seperti di kelurahan Sukmajaya, Cimanggis, dan Cilodong. Sedangkan untuk peternak mitra yang 50

67 menggangap bermitra sebagai usaha sampingan dapat dijumpai di kelurahan yang masih memiliki lahan pertanian, seperti kelurahan Sawangan, Bojongsari, dan Tapos, karena sebagian besar masyarakat kelurahan tersebut adalah bertani. Untuk peternak mitra prioritas usaha terbanyak yaitu prioritas usaha bahwa bermitra merupakan prioritas usaha pokok dengan 31 orang sebanyak persentase sebesar 62 persen. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan peternak non mitra yang sebagian besar menggangap bahwa usahaternak ayam broiler sebagai prioritas usaha pokok dengan 33 orang dengan persentase sebesar 82,5 persen. Pada peternak mitra yang menggangap bermitra sebagai prioritas usaha sampingan selain dikarenakan mata pencaharian mereka sebagai petani dikarenakan bahwa dengan bermitra mereka mendapatkan kemudahan dari segi teknis, seperti pasar yang telah tersedia dan adanya bimbingan dari technical service sehingga peternak mitra tidak berfokus penuh pada usahaternak ayam broiler dan sebaliknya pada peternak non mitra, peternak non mitra harus memikirkan pasar untuk untuk penjualan hasil produk ayam broiler yang siap panen dan peternak non mitra harus memikirkan bagaimana ayam broiler yang akan dihasilkan oleh mereka dapat diterima di pasaran dengan bersaing dengan peternak lain. Tabel 18. Peternak Responden Berdasarkan Prioritas Usaha Prioritas Peternak Mitra Peternak Non Mitra Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Pokok ,5 Sampingan ,5 Jumlah ) Luas kandang Luas kandang yang dikelola para peternak mitra berupa lahan milik pribadi, sewa dari orang lain, maupun kombinasi milik pribadi dan sewa. Untuk peternak mitra walaupun dalam menjalankan usahanya masih bayak peternak mitra yang menyewa kandang untuk menjalankan usahanya. Pihak perusahaan masih mengizinkan peternak plasma untuk bergabung walaupun masih menyewa, dengan syarat peternak dapat memastikan bahwa usaha kemitraan dapat berjalan secara bekesinambungan dan kontrak sewa dilakukan dalam jangka waktu panjang. 51

68 Luas kandang yang digarap untuk usahaternak ayam broiler baik mitra maupun non mitra berkisar antara meter. Pengelolaan lahan peternak mitra terbanyak pada kisaran <1100 meter yaitu sebanyak 84 persen atau berjumlah 42 orang. Pengelolaan lahan peternak non mitra umumnya dengan luasan yang besar yaitu <1000 meter sebanyak 40 persen. Dilihat dari Tabel 20 bahwa terjadi perbedaan antara luas kandang yang digunakan oleh peternak, bahwa peternak mitra masih banyak yang menggunakan luas kandang >1100 meter sedangkan pada peternak non mitra masih banyak yang belum berani menggunakan luas kandang >1100 hal ini dikarenakan tingkat risiko yang ditanggung lebih besar. Tabel 19. Peternak Responden Berdasarkan Luas Kandang Luas Kandang Peternak Mitra Peternak Non Mitra (Meter) Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) < > Jumlah Karakteristik Usahaternak Ayam Broiler Peternak Responden Alasan Usahaternak Ayam Broiler Masing-masing peternak ayam broiler memiliki alasan yang berbeda dalam memilih usahaternak ayam broiler di Kota Depok. Alasan peternak melakukan usahaternak ayam broiler di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 20. Sebanyak 62 persen peternak plasma ayam broiler di Kota Depok memilih usahaternak ayam broiler karena usahaternak ayam broiler merupakan usaha yang cepat memperoleh hasil. Sebanyak 24 persen peternak plasma ayam broiler memilih usahaternak ayam broiler sebagai usaha yang mudah dibudidayakan. Selain itu ada beberapa dari peternak plasma ayam broiler memilih usahaternak ayam broiler sebagai usaha yang turun menurun dari keluarga dan aplikasi dari ilmu kuliah yang telah didapatkan sewaktu kuliah, karena ada beberapa peternak plasma ayam broiler yang berlatar belakang pendidikan sarjana peternakan. 52

69 Tabel 20. Alasan Peternak Responden Usahaternak ayam Broiler Alasan Usahaternak Ayam Jumlah (Orang) Persentase (%) Broiler Mudah dibudidayakan Cepat memperoleh hasil Usaha turun menurun 5 10 Aplikasi ilmu kuliah 2 4 Jumlah Pengalaman Bermitra Dilihat dari Tabel 21 bahwa peternak plasma ayam broiler memiliki pengalaman bermitra dengan beberapa perusahaan inti di Kota Depok yang salah satunya bermitra dengan beberapa perusahaan inti yang terdapat pada Tabel 21. Dari 50 peternak plasma ayam broiler persentase paling besar adalah peternak plasma ayam broiler dengan memiliki pengalaman bermitra lebih dari lima tahun sebanyak 38 persen. Hal ini membuktikan bahwa dengan memiliki pengalaman bermitra lebih dari lima tahun peternak plasma ayam broiler memiliki pemahaman yang bagus mengenai teknis budidaya ayam broiler, sehingga memudahkan perusahaan inti di Kota Depok untuk mengajak peternak ayam broiler untuk menjadi peternak mitra. Tabel 21. Pengalaman Bermitra Pengalaman bermitra Jumlah (Orang) Persentase (%) (tahun) > Jumlah

70 5.4.3 Sumber Informasi Mengenai Perusahaan Inti Sumber informasi mengenai perusahaan inti di Kota Depok didapatkan peternak plasma ayam broiler dari teman, keluarga, peternak ayam broiler dan langsung dari perusahaan. Persentase peternak dalam mendapatkan sumber informasi mengenai perusahaan inti dapat dilihat pada Tabel 22. Sebagian besar peternak plasma ayam broiler mendapatkan informasi langsung dari peternak ayam broiler yaitu sebesar 52 persen. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar peternak plasma ayam broiler ikut membantu perusahaan inti untuk mempromosikan kepada warga untuk dapat bergabung untuk menjadi mitra pada perusahaan inti yang berada di Kota Depok khususnya lokasi warga yang berdekatan dengan peternak plasma ayam broiler. Tabel 22. Sumber Informasi Mengenai Perusahaan Inti Sumber Informasi Jumlah (Orang) Persentase (%) Mengenai Perusahaan Inti Teman 7 14 Keluarga 5 10 Peternak ayam broiler Langsung dari perusahaan Jumlah Alasan Peternak Plasma Ayam Broiler Melakukan Kemitraan Pertimbangan utama peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan dengan perusahaan inti di Kota Depok adalah agar keuntungan meningkat, dari alasan ini jelas bahwa maksud utama untuk usahaternak ayam broiler adalah untuk memperoleh pendapatan dan usahaternak ayam broiler yang dijalankan sebagai usaha pokok. Sementara alasan untuk mendapatkan bantuan modal, menambah pengetahuan, dan jarak perusahaan inti memiliki persentase sedikit, dikarenakan dengan bergabung dengan kemitraan bantuan modal tidak didapatkan dari perusahaan inti, untuk pengetahuan secara otomatis bisa didapatkan, untuk jarak perusahaan inti tidak menjadi permasalahan bagi para peternak plasma ayam broiler. Untuk jaminan pasar merupakan 54

71 tujuan kedua dari peternak plasma ayam broiler untuk melakukan kemitraan sebanyak 32 persen. alasan peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Alasan Peternak Plasma Ayam Broiler Melakukan Kemitraan Alasan Peternak Plasma Jumlah (Orang) Persentase (%) Melakukan Kemitraan Mendapat bantuan modal 0 Menambah pengetahuan 5 10 Ingin keuntungan meningkat Jarak perusahaan inti 2 4 Jaminan pasar Jumlah Manfaat Bergabung dengan Perusahaan Inti Kemitraan yang terjalin antara perusahaan inti dengan peternak plasma ayam broiler di Kota Depok banyak memberikan manfaat bagi peternak plasma, dapat dilihat pada Tabel 24. Sebagian besar peternak plasma ayam broiler merasa bahwa dengan melakukan kemitraan memberikan manfaat untuk menambah penghasilan dan jaminan pemasaran. Sedangkan waktu panen cepat, risiko rendah, membuka lapangan pekerjaan baru dan menambah pengetahuan usahaternak termasuk manfaat yang diterima oleh peternak plasma ayam broiler khususnya bagi peternak plasma ayam broiler pemula, sehingga persentase yang dihasilkan rendah. Perusahaan inti tidak mensyaratkan pengalaman minimal usahaternak ayam broiler, sehingga para peternak plasma ayam broiler pemula mendapatkan lapangan kerja baru untuk melakukan usahaternak ayam broiler. Waktu panen cepat dapat dikatakan dalam waktu satu bulan peternak sudah dapat memperoleh hasil panen, sehingga memberikan manfaat bagi peternak plasma ayam broiler khususnya bagi pemula. Bimbingan serta penyuluhan dari perusahaan inti banyak memberikan manfaat dan pengetahuan bagi peternak, mengingat sebagian peternak plasma ayam broiler tidak mengetahui sebelumnya mengenai ilmu budidaya ayam broiler. 55

72 Tabel 24. Manfaat Bergabung dengan Perusahaan Inti Manfaat Bergabung dengan Jumlah (Orang) Persentase (%) Perusahaan Inti Waktu panen cepat 6 12 Risiko rendah 6 12 Menambah penghasilan Mendapat bantuan modal 0 0 Jaminan Pemasaran Membuka lapangan 5 10 pekerjaan baru Menambah pengetahuan 4 8 usahaternak Jumlah

73 VI KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan di Kota Depok Pola Kemitraan Usaha Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Kota Depok terdapat lima perusahaan yang mempunyai perjanjian kemitraan dengan peternak ayam broiler dan dari masing-masing perusahaan inti tersebut, peneliti mengambil beberapa sampel secara acak yang kemudian menjadi responden yang mewakili kemitraan dengan perusahaan inti diatas. Daftar kelima perusahaan inti yang beberapa peternak plasmanya dijadikan sampel oleh peneliti dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Daftar Salah Satu Perusahaan Inti di Kota Depok No Nama Perusahaan Inti Alamat PD. Ayam Broiler Sari Rasa PT. Seribu Sari Indah Arpa Poultry PT. PVC Barji Jl. Kemang Raya No. 2 Rt 02/09 Cikumpa Depok Kp. Kandang Rt 02/02 Duren Seribu Sawangan Sawangan, Depok Taman Jaya Rt 02/01 Kel. Cipayung, Kec Cipayung, Depok Pasir Putih Rt 02/02 Sawangan Sumber : BPS dan Dinas Peternakan Kota Depok Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima responden diperoleh data bahwa Pola kemitraan yang dijalankan oleh salah satu perusahaan inti di Kota Depok merupakan kemitraan tertutup, dimana pihak peternak plasma tidak diperbolehkan menjual hasil panen ke pihak lain selain pihak yang bekerja sama dengan peternak plasma. Bagan pola kemitraan usaha di Kota Depok tercantum pada Gambar 3. 57

74 Perusahaan pemasok sapronak : PT Japfa Comfeed Indonesia PT Sanbe Farma PT Megindo Harapan Sentosa PT Charoen Phokphan Perusahaan Inti di Kota Depok Tahap seleksi calon plasma oleh Perusahaan Inti KEMITRAAN : Kontrak perjanjian kerjasama Kontrak harga sapronak Kontrak harga panen Diterima Peternak plasma Sapronak Budidaya ayam broiler oleh peternak plasma Pemasaran Panen oleh perusahaan inti Pembayaran hasil panen oleh perusahaan inti Gambar 3. Bagan Pola Kemitraan Usaha di Kota Depok Bentuk kemitraannya yang terbentuk di Kota Depok antara perusahaan inti dengan peternak plasma ayam broiler di Kota Depok yaitu melalui program swadana yaitu peternak menyiapkan sarana produksi seperti kandang dan peralatan kandang sedangkan perusahaan inti dalam kemitraan ini menyediakan DOC, paket pakan, obatobatan, vitamin, vaksin, dan bimbingan dari technical service. Kemitraan yang ditawarkan dari setiap masing-masing perusahaan inti di Kota Depok pada peternak plasma akan bardampak secara langsung pada pemasaran hasil produksi mereka, yang berarti dengan membangun pola kemitraan tersebut perusahaan inti telah mampu membangun pasar tetap bagi produk-produk yang mereka hasilkan. Hal ini merupakan salah satu keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan inti dengan melaksanakan kemitraan dengan peternak plasma. Sedangkan bagi peternak plasma khususnya di Kota Depok dalam melaksanakan kemitraan akan sangat membantu mengatasi masalah 58

75 permodalan mereka, karena perushaan inti memberikan pinjaman berbagai sarana produksi kepada peternak mulai dari bibit ayam DOC, pakan sampai obat-obatan. Setiap akhir periode pemeliharaan, pihak perusahaan inti dan peternak plasma ayam broiler melakukan hasil perhitungan hasil panen, sehingga akan diperoleh suatu nilai. Peternak akan mendapatkan bonus dari perusahaan apabila berturut-turut selama tiga kali periode pemeliharaan mendapatkan nilai lebih besar dari standar nilai yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Peternak atau kelompok ternak yang telah melakukan kemitraan serta terjalinnya kepercayaan antara kedua belah pihak maka kemudian perusahaan inti dijadikan sebagai kelompok ternak binaan. Kesepakatan antara perusahaan inti dan peternak plasma ayam broiler dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama yang selanjutnya dalam pelaksanaanya ada surat kesepakatan yang merupakan tambahan (addendum) dari perjanjian kerjasama tersebut dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian. Surat kesepakatan tersebut bersifat periodik karena bisa berubah sesuai dengan kondisi pasar ada. Pada intinya surat kesepakatan tersebut berisi kesepakatan tentang, antara lain : 1) Harga bibit ayam (DOC) 2) Harga pakan 3) Harga ayam besar 4) Bonus yang diterima peternak plasma apabila hasil bagus 5) Sanksi yang diterima pihak peternak plasma apabila hasil panen di bawah standar Semua pont-point dalam surat kesepakatan tersebut termasuk penentuan seluruh harga sarana produksi dan ayam siap jual ditentukan oleh perusahaan inti, dan peternak plasma hanya tinggal menandatanganinya. Surat kesepakatan yang dibuat oleh perusahaan inti di Kota Depok pada dasarnya berisi tentang hal yang sama, perbedaannya hanya pada harga masing-masing sarana produksi dan harga akhir dari ayam siap jual. Setiap perusahaan inti di Kota Depok mempunyai pertimbangan yang berbeda dalam menentukan harga tersebut. Surat perjanjian yang telah dibuat dan disiapkan oleh perusahaan inti tersebut merupakan bentuk dari perjanjian standar, dimana pihak plasma yang mempunyai kedudukan lebih lemah, tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tawar-menawar 59

76 terhadap isi perjanjian. Pihak peternak plasma hanya bisa menerima semua isi perjanjian yang disodorkan oleh perusahaan inti. Beberapa peternak plasma ayam broiler yang tergabung dalam kemitraan di Kota Depok, menunjukkan bahwa pada dasarnya mereka terbantu dengan perjanjian kemitraan, secara teknis dan permodalan perusahaan inti melakukan pembinaan dan memberikan kredit berupa sarana produksi ternak yang diperlukan oleh peternak plasma ayam broiler. Perusahaan inti juga menjamin harga minimum ayam siap jual artinya bila harga ayam broiler di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan karena produksi ayam akan dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang telah disepakati. Pada kondisi yang normal dalam arti tidak ada permasalahan yang timbul selama berlakunya masa perjanjian kemitraan tersebut, maka pola kemitraan yang ditawarkan oleh perusahaan inti menguntungkan peternak plasma ayam broiler. Terutama karena perusahaan inti menyediakan sarana produksi yang diperlukan peternak plasma ayam broiler dan membantu pemasaran hasil. Tetapi apabila terjadi kasus yang menyebabkan kegagalan panen, maka perusahaan dapat secara sepihak menghentikan kerjasama tersebut tanpa memberikan ganti rugi pada peternak, bahkan peternak masih harus membayar biaya sarana produksi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan inti. Penghentian kerja sama sepihak inti tentunya sangat merugikan peternak karena mereka telah mengeluarkan biaya investasi yang cukup besar untuk pembuatan kandang dan peralatannya. Hal ini merupakan masalah yang sering dialami oleh peternak plasma, pada posisi demikian peternak plasma tidak mampu melakukan apaapa, yang berarti mereka hanya bisa menerima begitu saja keputusan perusahaan inti. Kasus lain yang sering dihadapi oleh peternak plasma ayam broiler di Kota Depok adalah kasus dimana hasil pemeliharaan ayam jelek atau ayam sakit maka risiko yang ditanggung oleh peternak tidak sama, hal ini tergantung dari kebijakan masingmaisng perusahaan inti. Dari hasil wawancara dengan TS (Technical Service) dan peternak plasma ayam broiler di Kota Depok, diketahui bagaimana proses perjanjian kemitraan tersebut terjadi. Sebelum sebuah perusahaan inti mengajukan pola kemitraan pada peternak plasma, biasanya terlebih dahulu mereka akan mengadakan sosialisasi dan penjelasan 60

77 tentang bagaiamana pola kemitraan itu dan bagaimana pelaksanaan kemitraan itu sendiri. Tetapi tidak semua perusahaan inti memberikan penjelasan yang mendetail mengenai apa keuntungan dan kerugian dari pola kemitraan yang mereka tawarkan. Secara umum biasanya perusahaan inti hanya menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis dalam menjalankan usaha peternakan, mulai dari persiapan kandang, penggunaan sarana dan prasarana produksi, cara pemeliharaan dan panen. Secara teknis memang ada perusahaan inti yang secara itensif membina peternak plasmanya agar panen yang dihasilkan bisa optimal, tetapi ada juga perusahaan inti yang sepertinya tidak begitu peduli terhadap peternak plasmanya, apakah plasma mau untung atau rugi. Kondisi ini tentunya sangat merugikan pihak peternak plasma, sebab bagaimana juga sebagai pihak yang berada dalam posisi lemah, peternak plasma membutuhkan perlindungan dari pihak inti Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra Peternak plasma bagi perusahaan inti di Kota Depok merupakan mitra kerja yang harus dipertahankan hubungannya agar usaha kemitraan dapat terus berlanjut dan bekesinambungan. Peternak juga merupakan asset yang harus dikembangkan dan ditambah jumlahnya, karena salah satu indikator yang menjadi keberhasilan perusahaan inti diukur dari berapa jumlah peternak plasma yang dimiliki beserta total populasi ayamnya. Perusahaan inti di Kota Depok sendiri telah membuat sistem dan prosedur penerimaan calon peternak plasma, sistem dan prosedur tersebut dibuat dengan tujuan agar dapat memberikan kepastian mitra dengan selektif dan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan inti. Peternak yang ingin bergabung mendatangi kantor kerja perusahaan inti untuk mendaftarkan diri sebagai calon mitra. Peternak sendiri mendapatkan informasi mengenai perusahaan inti dari berbagai sumber seperti dari kelompok peternak sesama ayam broiler bahkan dari teman atau saudara. Dilihat dari beberapa perusahaan inti di Kota Depok ada yang melakukan promosi walaupun tidak melalui media cetak melainkan langsung melakukan pendekatan kepada peternak ayam broiler, hal ini biasa dilakukan pada perusahaan inti yang masih skala kecil. 61

78 Setelah peternak mendaftarkan diri menjadi calon mitra, salah satu pihak perusahaan inti akan mendatangi lokasi kandang untuk melihat keadaan kandang beserta kelengkapan kandang salon peternak plasma. Data-data terkait dengan kandang akan dicatat pada data farm. Data farm adalah segala informasi yang berkaitan dengan mitra, kandang mitra yang bersangkutan dan kelengkapan prasarana kandang untuk dijadikan acuan kelayakan chick in (diterimanya DOC oleh peternak plasma). Setelah proses survei dilakukan, calon peternak plasma kembali mendatangi perusahaan inti dengan membawa dokumen yang berkaitan dengan data pribadi mitra, seperti fotokopi kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga dan jaminan baik berbentuk BPKB kendaraan atau surat tanah bahkan calon peternak plasma dapat membayar kepada perusahaan inti sebesar Rp 2.000,00 per ekor untuk sebagai jaminan kepada perusahaan inti. Identitas calon peternak plasma harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Jaminan mitra bersifat mutlak untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. 62

79 Tabel 26. Perbedaan Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti dan Peternak Mitra dari Lima Sistem Kemitraan di Kota Depok Sistem Hak Kewajiban Hak Peternak Kewajiban Perusahaan Perusahaan Peternak PD. Ayam Menerima Memberikan Menerima Memberikan Broiler jaminan jaminan jaminan jaminan peternak Sari Rasa peternak berupa tersedianya sarana ketersediaan berupa surat surat tanah atau produksi sarana produksi tanah atau BPKB BPKB motor motor atau Rp atau Rp per ekor per ekor ayam ayam PT. Seribu Menerima Memberikan Menerima Memberikan Sari Indah jaminan jaminan jaminan jaminan peternak peternak berupa tersedianya sarana ketersediaan berupa surat surat tanah atau produksi sarana produksi tanah atau BPKB BPKB motor motor atau Rp atau Rp per ekor per ekor ayam ayam Arpa Poultry Menerima Memberikan Menerima Memberi jaminan dari jaminan jaminan jaminan berupa peternak berupa tersedianya sarana ketersediaan surat tanah surat tanah produksi sarana produksi PT. PVC Menerima Memberikan Menerima Memberikan jaminan jaminan jaminan jaminan peternak peternak berupa tersedianya sarana ketersediaan berupa surat surat tanah atau produksi sarana produksi tanah atau BPKB BPKB motor motor atau Rp atau Rp per ekor per ekor ayam ayam Barji Menerima Memberikan Menerima Memberi jaminan dari jaminan jaminan jaminan berupa peternak berupa tersedianya sarana ketersediaan surat tanah surat tanah produksi sarana produksi 63

80 Tahapan selanjutnya peternak plasma diminta membaca dengan seksama dan mendatangani kontrak perjanjian kerjasama yang diberikan stempel materai Rp 6.000,00. Surat perjanjian kerjasama tersebut bersifat mengikat dan berlaku semenjak ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dapat berakhir apabila ada keinginan dari salah satu pihak 3. Isi dari perjanjian kerjasama tersebut terdiri dari peraturan-peraturan yang di dalamnya terdapat kesepakatan kedua belah pihak dan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Selain hak dan kewajiban dari masing-masing pihak pada Tabel 24 secara khusus menjelaskan mengenai perbedaan dari kewajiban dan hak dari beberapa perusahaan Inti di Kota Depok Syarat-Syarat Calon Peternak Plasma Kandang dan peralatan merupakan modal utama untuk beternak dan keduanya harus dalam keadaan baik serta layak untuk digunakan. Kandang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan ayam broiler, maka dari itu mengapa tahapan awal penyeleksian mitra diawali dengan survei kandang. Calon peternak plasma harus memiliki kandang minimal ekor dengan ukuran kandang minimal adalah 200 m 2, dimana dalam satu meter persegi akan menampung 10 ekor ternak. Status kepemilikan lahan tidak harus dimiliki sendiri, bagi peternak plasma yang menyewa lahan juga diizinkan untuk bergabung dengan syarat calon peternak tersebut. Untuk pengalaman usahaternak ayam broiler ada beberapa perusahaan inti di Kota Depok yang tidak membatasi pengalaman usahaternak ayam broiler dan ada beberapa yang membatasi pengalaman usahaternak ayam broiler. Peralatan yang dimiliki oleh peternak plasma harus lengkap, peralatan yang digunakan adalah tempat pakan, tempat minum dan pemanas. Disamping itu keamanan lokasi di sekitar kandang juga harus dijaga oleh peternak dan harus dipertimbangkan bagaimana tanggapan masyarakat lain yang tinggal di dekat lokasi kandang. Kebanyakan dari pihak perusahaan inti sangat menghindari lokasi kandang yang berdekatan dengan pemukiman penduduk karena dapat membawa permasalahan 3 Hasil wawancara pada PD. Ayam Broiler Sari Rasa 64

81 sosial dan akan mempertinggi risiko kegagalan serta kerugian dalam usahaternak ayam broiler. Peternak plasma harus dapat bersifat kooperatif karena hal ini akan memudahkan bagi perusahaan inti untuk melakukan pembinaan dan pengawasan atau pengontrolan yang dilakukan oleh masing-masing technical service dari setiap perusahaan inti. Peternak plasma juga diwajibkan mengikuti segala peraturan dan saran yang diberikan oleh pihak perusahaan inti Hak dan Kewajiban Peternak Plasma Kewajiban peternak plasma adalah bertanggung jawab atas program pemeliharaan ayam broiler dengan sebaik-baiknya, mulai DOC sampai batas umur panen yang ditetapkan oleh pihak perusahaan inti. Peternak plasma juga wajib menyediakan tenaga kerja bagi pemeliharaan ayam serta bertanggung jawab atas seluruh biaya tersebut termasuk keamanan dan bongkar muat pakan serta proses panen ayam. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak plasma biasanya berasal dari dalam keluarga. Peternak plasma juga berkewajiban untuk memberikan laporan seluruh kegiatan pemeliharaan ayam, mencatat data-data harian kandang secara faktual dan benar. Pihak perusahaan inti sudah memberikan formulir pencatatan harian kandang untuk memudahkan peternak. Dalam hal ini peternak plasma wajib melaporkan apabila terjadi kematian ayam dalam jumlah yang tidak wajar, yaitu lebih dari dua persen total populasi, agar pihak perusahaan inti dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan. Hak yang didapatkan oleh peternak plasma adalah mendapatkan bimbingan tata cara budidaya yang baik dan benar dari masing-masing perusahaan inti melalui technical service atau penyuluhan yang diselengarakan oleh pihak perusahaan inti. Bimbingan yang diberikan oleh pihak perusahaan inti berupa bimbingan teknis budidaya ternak. Bimbingan merupakan wujud kontrol langsung yang dilakukan perusahaan inti kepada peternak plasma. 4 Hasil Wawancara dengan Technical Service pada Arpa Poultry 65

82 6.1.5 Hak dan Kewajiban Pihak Inti Pihak perusahaan inti mempunyai hak dalam menentukan pilihan sarana produksi ternak meliputi pakan, obat-obatan, vaksin, bibit ayam, dan menentukan harga kesepakatan kontrak. Pilihan sarana produksi dilakukan karena setiap perusahaan inti sendiri masih mendapat pasokan dari produsen sapronak, sehingga ketersediaan sarana produksi masih sangat tergantung pada produsen. Pihak inti juga berhak menentukan jadwal pengiriman bibit, pakan, dan panen ayam sesuai dengan kebutuhan. Kewajiban dari pihak perusahaan inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan yaitu dengan cara dalam waktu setiap dua minggu sekali, dari pihak perusahaan inti di Kota Depok melakukan kunjungan langsung untuk mengontrol kedaan di kandang ke beberapa peternak atau adanya kerjasama dari pihak perusahaan inti dengan Dinas Peternakan Kota Depok khususnya dalam pemberian obat atau vaksin. Kemitraan adalah suatu upaya pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan dengan melibatkan masyarakat dan melibatkan masyarakat dan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan seperti yang tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995, mencakup kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah sampai usaha yang lebih besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan dan memperhatikan prinsip saling memperkuat dan saling menguntungkan. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa karakteristik dari peternak plasma ayama broiler sangat berhubungan nyata dengan partisipasi peternak plasma ayam broiler, semakin tinggi karakteristi terhadap partisipasi peternak plasma ayam broiler terhadap kemitraan pun akan semakin baik. Hal ini menjelaskan bahwa partisipasi aktif peternak plasma ayam broiler dalam kegiatan kemitraan tidak terlepas dari karakteristik peternak itu sendiri yang secara bersama-sama memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan kemitraan. 66

83 6.1.6 Kendala dalam Pelaksanaan Kemitraan Perkembangan kemitraan usahaternak ayam broiler di Kota Depok, selalu dianggap sebagai juru selamat dalam pengentasan kemiskinan di Kota Depok dan telah meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Depok khususnya peternak ayam broiler. Hal tersebut tidak sesuai dengan yang sebenarnya terjadi pada kemitraan usahaternak ayam broiler di Kota Depok. Ada beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan kemitraan usahaternak ayam broiler di Kota Depok. 1) Beberapa masalah yang sangat menganggu kelancaran kemitraan, sering terjadinya pelanggaran perjanjian, baik dilakukan oleh perusahaan inti maupun peternak plasma ayam broiler, tidak jelas aturan main yang harus disepakati (masalah ketentuan harga, adanya penjualan ayam broiler ke pasar lain yang dilakukan oleh peternak, adanya pembagian keuntungan yang tidak seimbang, keterlambatan pengiriman sapronak dan keterlambatan pembayaran) 2) Masalah alih teknologi yang berjalan setengah-tengah menyebabkan tingkat produktivitas ayam broiler rendah. 3) Banyaknya lahan-lahan yang kosong untuk dijadikan perumahan, sehingga susahnya perusahaan inti dan peternak plasma untuk melakukan budidaya usahaternak ayam broiler. 4) Latar belakang peternak yang beragam sehingga sering terjadi kejutan dan loncatan budaya, akibatnya peternak plasma ayam broiler tidak menguasai teknologi. Masalah-masalah di atas merupakan fenomena yang selalu muncul dalam implementasi kemitraan ayam broiler di Kota Depok. Mengamati masalah tersebut apakah pelaksanaan kemitraan ayam broiler di Kota Depok masih layak diteruskan dengan tetap dengan berpedoman pada tata cara yang selama ini masih berjalan. 6.2 Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Keputusan peternak plasma ayam broiler untuk menjalin kemitraan dipengaruhi oleh beberapa karakteristik peternak. Karakteristik peternak ayam broiler yang diduga berpengaruh terhadap keputusan bermitra yaitu variabel dugaan yang akan 67

84 dimasukkan ke dalam model yaitu umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usahaternak ayam broiler, luas kandang dan rata-rata pendapatan. Model pengolahan analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh peubah bebas secara bersama-sama terhadap peubah respon. Variabel-variabel independent yang diduga mempengaruhi peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan ayam broiler adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usahaternak ayam broiler, dan luas kandang. Variabel dependent yang akan dilihat terdiri dari dua alternatif pilihan yaitu peternak mitra (Y=1) atau peternak non mitra (Y=0). Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 27. Karakterikstik Peternak Plasma Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan di Kota Depok Variabel Koefisien P-Value Odds Ratio Umur -0,004 0, Lama pendidikan -0,134 0, Lama usahaternak ayam broiler -0,053 0, Jumlah tanggungan keluarga -0,019 0, Prioritas usaha 1,324 0, Luas kandang 0,003 0, Constant Adapun variabel-variabel yang signifikan pada taraf nyata lima persen dari hasil analisis regresi logistik biner ada dua variabel yaitu variabel prioritas usaha dan luas kandang. Hal ini dapat dilihat dari p-value dan dimana nilai masingmasing variabel tersebut lebih kecil dari 5 persen (p< 0,05). Variabel yang tidak signifikan dan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan peternak ayam broiler melakukan kemitraan pada taraf nyata lima persen adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, dan jumlah tanggungan keluarga. Pada hasil penelitian Rahman (2009) ternyata memiliki kesamaan variabel yang tidak signifikan terhadap dorongan peternak untuk bekerjasama dengan perusahaan mitra 68

85 adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler dan lama bermitra. Dari hasil penelitian terdahulu walaupun ada beberapa variabel yang berbeda. Variabel-variabel yang tidak signifikan pada taraf lima persen seperti umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, dan jumlah tanggungan keluarga. Variabel umur secara statistik tidak signifikan pada α sebesar lima persen, yaitu memiliki nilai p-value 0,940 yang lebih besar dari α = 5 persen. Hal tersebut disebabkan jumlah peternak mitra dan non mitra tidak proposional dan keragaman data kecil sehingga data kurang bisa menjelaskan. Koefisien variabel umur bernilai negatif yang berarti bahwa semakin tua umur peternak maka peternak tidak tertarik untuk bergabung menjadi mitra karena dikarenakan usahaternak ayam broiler dibutuhkan ketelitian dalam melakukan usaha, sehingga dengan umur yang bertambah kemungkinan susah untuk melakukan usahternak ayam broiler dikarenakan fisik yang tidak memungkinkan lagi. Pada variabel lama pendidikan yang dilihat dari koefisien variabel pendidikan bernilai negatif, sehingga lama pendidikan bukanlah pengahambat bagi peternak ayam broiler untuk menjadi mitra. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dengan lama pendidikan 6-9 tahun peternak sudah dapat melakukan kemitraan di Kota Depok dan tidak penghambat bagi mereka untuk melakukan kemitraan ayam broiler di Kota Depok. Dari keluaran nilai rasio odd untuk variabel lama pendidikan sebesar yang berarti bahwa kemungkinan untuk bermitra sebesar jika lama pendidikan naik satu tahun, artinya semakin lama usia pendidikan seseorang semakin besar kecenderungannya untuk bermitra. Pada variabel lama usahaternak ayam broiler yang dilihat dari koefisien variabel lama usahaternak ayam broiler bernilai negatif, sehingga lama usahaternak ayam broiler bagi peternak ayam broiler untuk menjadi mitra bukanlah penghambat, dikarenakan dengan memiliki pengalaman usahaternak ayam broiler 1-2 tahun sudah dapat melakukan kemitraan ayam broiler. Dari keluaran nilai rasio odd untuk lama usahaternak ayam broiler sebesar yang berarti bahwa kemungkinan untuk bermitra sebesar jika lama usahaternak ayam broiler naik satu tahun, artinya kecenderungannya untuk bermitra. 69

86 Hasil analisis regresi logistik biner bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak signifikan yang artinya variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan peternak untuk melakukan kemitraan. Berapapun jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan peternak, tidak mempengaruhi peternak untuk menjadi mitra. Nilai koefesien tanggungan keluarga yang bernilai negatif, bila diinterprestasikan maka semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin peternak tidak ingin melakukan kemitraan. Tanggungan keluarga yang banyak diduga dapat mendorong peternak untuk mengembangkan usahaternak ayam broiler sehingga tidak bermitra. Hasil analisis logit menunjukkan bahwa ada beberapa yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan peternak ayam broiler untuk melakukan kemitraan. Keragaman data yang kecil diduga menyebabkan beberapa variabel secara statistik tidak berpengaruh nyata pada pengujian model logit. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak ayam broiler bahwa menurut peternak dengan melalui program kemitraan tidak selalu memberikan manfaat. Keputusan peternak bermitra yang terpenting adalah bagaimana penilaian mereka mengenai keseluruhan manfaat yang dapat diberikan dari perusahaan inti, seaindainya mereka puas dengan manfaat yang diperoleh melalui kemitraan. Penilaian peternak yaitu apakah kemitraan juga dapat memberikan manfaat lainnya, bukan hanya manfaat ekonomi, tetapi manfaat teknologi maupun manfaat sosial juga penting bagi peternak untuk dapat mengembangkan usahanya. Adapun variabel-variabel yang signifikan pada lima persen adalah variabel prioritas usahaternak ayam broiler dan luas kandang. Variabel-variabel ini signifikan karena memiliki p-value lebih kecil dari pada 0,05. 1) Prioritas usahaternak ayam broiler Nilai koefisien positif menunjukkan adanya hubungan atau korelasi positif antara prioritas usahaternak ayam broiler dengan keputusan peternak melakukan kemitraan. Hasil nilai koefisien positif menunjukkan bahwa semakin banyak peternak ayam broiler yang melakukan kegiatan usahaternak ayam broiler sebagai usaha pokok. Dilihat dari nilai rasio odd untuk variabel prioritas usahaternak ayam broiler sebesar 3,757 yang berarti bahwa kemungkinan untuk bermitra pada peternak dengan prioritas pokok sebesar 3,757 kali dibandingkan dengan prioritas sampingan. 70

87 2) Luas kandang Luas kandang memiliki nilai koefisien yang positif, hal ini menunjukkan adanya hubungan atau korelasi yang positif antara luas kandang dengan keputusan peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan di Kota Depok. Variabel luas kandang diduga bahwa dengan luas kandang yang semakin besar cenderung memungkinkan peternak plasma ayam broiler untuk melakukan kemitraan. Dikarenakan dengan memiliki luas kandang yang besar dengan keputusan peternak untuk bermitra maka tingkat keuntungan yang diperoleh oleh peternak akan lebih besar yang didukung dengan jumlah populasi yang cukup besar. Oleh karena itu peternak yang memiliki luas kandang yang cukup besar cenderung untuk bergabung dengan kemitraan, dengan harapan dapat mengembangkan dan meluaskan usahanya. peternak yang memiliki luas kandang lebih memiliki kecenderungan lebih besar sebesar kali, untuk bergabung menjadi mitra disbanding dengan peternak yang memiliki luas kandang lebih kecil. Model regresi logistik biner yang terbentuk menggambarkan keputusan peternak plasma ayam broiler untuk melakukan kemitraan adalah 2, Umur (Tahun) 0.13 Lama pendidikan (Tahun) Lama usahaternak ayam broiler (Tahun) Jumlah tanggungan keluarga (Orang). Model regresi yang terbentuk tersebut terdapat tiga variabel atau peubah bebas yang terbentuk yaitu : Keputusan menjadi mitra adalah 2,18 + 1,32 Prioritas usahaternak ayam broiler 0,00 Luas kandang (Meter). 71

88 VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Karakteristik peternak yang berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap keputusan peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan adalah prioritas usahaternak ayam broiler dan luas kandang. 2) Pada prinsipnya hubungan kelima perusahaan inti yang ada di Kota Depok dengan peternak plasmanya adalah hubungan kemitraan yang saling menguntungkan. Dimana peternak plasma memperoleh bantuan permodalan berupa sarana produksi dari perusahaan inti, dan sebaliknya perusahaan inti bisa memasarkan sarana produksinya, baik itu pakan, obat-obatan maupun bibit ayam (DOC). Dalam perjanjian kemitraan yang disepakati bersama, secara hukum kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang seimbang karena tidak ada unsur paksaan dalam melakukan perjanjian tersebut. Tetapi dengan latar belakang yang berbeda, baik dari segi permodalan, SDM maupun managemen, maka kedua belah pihak harus mempunyai itikad yang baik dan komitmen kuat dalam melaksanakan perjanjian kemitraan dengan prinsip saling menguntungkan. 72

89 7.2 SARAN Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain : 1) Perusahaan inti di Kota Depok perlu memprioritaskan pelayanan yang dirasakan masih kurang oleh peternak plasma, yaitu terkait kualitas DOC, pakan, dan kecepatan pembayaran hasil panen. Walaupun pihak perusahaan tidak memproduksi DOC dan pakan sendiri, akan tetapi di tengah kemajuan usaha peternakan, menyebabkan banyak industri peternakan yang tumbuh dan berkembang. Perusahaan Inti di Kota Depok hendaknya lebih memperhatikan luas kandang dan modal, dikarenakan masih banyak peternak plasma yang memiliki luas kandang yang lebih besar dan memudahkan bagi perusahaan untuk mencari produsen DOC maupun pakan. Pihak perusahaan inti dapat mencari dan menyeleksi dari beberapa produsen sapronak untuk mencari kualitas sapronak yang terbaik. Pembayaran hasil panen peternak harus menjadi prioritas utama agar peternak tidak kecewa. Pihak perusahaan dapat mengadakan acara pertemuan berkala untuk membahas dan mengevaluasi hasil kerjasama kemitraan yang telah berjalan. Pertemuan yang melibatkan seluruh peternak plasma dengan pihak inti dapat diisi dengan saling mengutarakan masukan atau kehendak dari masing-masing pihak. Pertemuan ini juga dapat mempererat jalinan kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak plasma, maupun antar sesama peternak plasma. Pihak perusahaan juga dapat memberikan penghargaan kepada peternak plasma yang telah berhasil dalam melakukan budidaya, sehingga peternak lain mengetahui bahwa dengan standar yang diterapkan saat ini sebenarnya dapat dicapai peternak. Dengan adanya penghargaan bagi peternak berprestasi, maka akan memotivasi peternak lainnya untuk berusaha dengan lebih baik. 2) Bagi peneliti selanjutnya agar dapat lebih luas dan mendalam mengenai variabelvariabel yang mempengaruhi terhadap karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraan di Kota Depok. 73

90 DAFTAR PUSTAKA [ACIAR] Autralian Centre for International Agricultural Research Laporan akhir investigasi pilihan pertanian kontrak untuk budidaya udang: Australian Centre for International Agricultural Research. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Depok dalam angka. Depok: BPS Kota Depok. Daryanto, A Contract farming sebagai sumber pertumbuhan baru dalam bidang peternakan. [27 September 2010]. Daryanto, A Peningkatan nilai tambah industri perunggasan melalui supply chain management. [27 September 2010]. Dewanto, AA Perjanjian kemitraan dengan pola inti plasma pada peternak ayam potong atau broiler di Pemerintahan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah [tesis]. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Djalal Nachrowi. R, Usman Hardius Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Fathoni M Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi peternak dalam mengembangkan usahaternak domba [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Firdaus M, Afendi FM Aplikasi metode kuantitatif terpilih untuk manajemen dan bisnis. Bogor: IPB Pers. Firwiyanto M Analisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan ayam broiler di peternak plasma Rudi Jaya PS Sawangan Depok [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Iqbal, M Tinjaun teoritis dan implementasi manajemen pertanian kontrak. Jurnal Ekonomi/Tahun XIII, No 01:

91 Lestari, M Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler Kemitraan PT X di Yogyakarta [skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. [LIPTAN] Lembar Informasi Pertanian Koya Barat Irian Jaya Kemitraan usaha. Jayapura: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat. Listriana, I Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kemitraan penggemukan sapi potong antara PT Great Giant Livestock Company dan peternak sapi di Kabupaten Lampung Tengah [tesis]. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Marliana Analisis Manfaat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan [skripsi]. Bogor: Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Masakure O, Henson S Why do small scale producers choose to produce under contract lessons from nontraditional vegetable export from Zimbabwe. World Development 33: Nurdianto A Analisis faktor-faktor pembentuk motivasi kerja karyawan pada usaha peternakan sapi perah Rian Puspita Jaya Mampang Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. PB Triton Manajemen sumber daya manusia perspektif partnership dan kolektivitas. Yogyakarta : Oryza. Priyono BS, Nufus N, K Dessy Peforman pelaksanaan kemitraan PT Primatama Karya Persada dengan peternak ayam ras pedaging di Kota Bengkulu. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia 2 (6): Rachimana D, Burhanuddin Panduan penulisan propsal dan skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Rahman S Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerjasama peternak plasma ayam broiler di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Rachmat, J Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 75

92 Rasyaf M Beternak ayam pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya. Ruswandani R Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja dan kinerja karyawan kasus pada usaha peternakan ayam broiler Cipinang Farm Bandung [skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Samadi B Sukses beternak ayam ras petelur dan pedaging. Jakarta: Mina. Pustaka Saptana, Daryanto A, Daryanto HK, Kuntjoro Strategi kemitraan usaha dalam rangka peningkatan daya saing agribisnis cabai merah di Jawa Tengah. Seminar nasional peningkatan daya saing agribisnis berorientasi kesejahteraan petani. Bogor, 14 Oktober Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 3 Simmons P, Winters P, Patrick I An analysis of contract farming in East Java, Bali, and Lombok, Indonesia. Agriculture Economics 33: Suhendar Y. 20 Januari-2 Februari Tips memilih inti kemitraan. Agrina: 120 Sugiyono Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. Usman Husaini, Purnomo Setiady Akbar. R Pengantar Statistika. Yogyakarta: Bumi Aksara. Winardi J Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen. Jakarta: Rajawali Pers. Yunus Muhammad, Muh Amir Saade, Kartika Ekasari Analisis usaha peternakan ayam broiler studi kasus pada usaha peternakan ayam broiler di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Jurnal agrisistem (1) 3: Zazali. Pola inti plasma kemitraan yang harus ditinjau ulang. [16 Januari 2011]. 76

93 LAMPIRAN 77

94 Lampiran 1. Kuesioner Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma Depok KUESIONER PENELITIAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK Saya Ario Priambodo, NRP H mahasiswa Agribisnis IPB sedang melakukan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok. Untuk menunjang kebutuhan terhadap informasi pada penelitian saya, maka saya membutuhkan data sebagaimana dimaksud dan memohon kepada pihak yang terkait untuk membantu kuesioner yang telah saya susun. Terima kasih Petunjuk umum : Isilah pada tempat yang disediakan. Nama : IDENTITAS RESPONDEN Jenis kelamin : Laki-Laki Perempuan Alamat : Umur : Tahun Lama pendidikan : Pengalaman usahaternak : Tahun ayam broiler Jumlah tanggungan keluarga : 1-2 orang 3-4 orang > 5 orang Prioritas usahaternak Ayam broiler : Pokok Sampingan Luas Kandang : Meter Alasan usahaternak ayam broiler : Mudah dibudidayakan Cepat memperoleh hasil Usaha turun menurun Aplikasi ilmu kuliah Pengalaman bermitra : Tahun Sumber informasi mengenai perusahaan inti : Teman Keluarga Peternak ayam broiler Langsung dari perusahaan 78

95 Alasan peternak plasma ayam broiler Melakukan kemitraan Manfaat bergabung dengan perusahaan inti : Mendapat bantuan modal Menambah pengetahuan Ingin keuntungan meningkat Jarak perusahaan inti Jaminan pasar : Waktu panen cepat Risiko rendah Menambah penghasilan Mendapat bantuan modal Jaminan pemasaran Membuka lapangan pekerjaan baru Menambah pengetahuan usahaternak Tanya Jawab : 1. Sumber informasi mengenai perusahaan inti a. Teman b. Keluarga c. Peternak ayam broiler d. Langsung dari perusahaan 2. Apakah dalam kemitraan ini anda mengetahui dan memahami peraturan kemitraan (perjanjian kontrak dengan perusahaan inti? a. Ya b. Tidak, alasannya.. 3. Keluhan dalam bermitra a. Isi perjanjian : b. Pelaksanaan isi perjanjian : c. Pembayaran : Apa saran anda kepada pihak perusahaan inti a..... b..... c Manfaat apa yang dirasakan dengan mengikuti kemitraan Apakah anda akan tetap bergabung dengan perusahaan inti a. Ya b. Tidak, alasannya... 79

96 Lampiran 2. Analisis Regresi Logistik Biner Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma Depok Logistic Regression Notes Output Created 11-DEC :20:29 Comments Input Missing Value Handling Syntax Resources Data F:\Penelitiannn\Hasil Logit\SPSS.sav Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File 90 Definition of Missing Elapsed Time User-defined missing values are treated as missing LOGISTIC REGRESSION VAR=y /METHOD=ENTER p1 p3 p4 p6 p7 p8 /CONTRAST (p7)=indicator /CRITERIA PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5). 0:00:00.16 Case Processing Summary Unweighted Cases(a) N Percent Selected Cases Included in Analysis Missing Cases 0.0 Total Unselected Cases 0.0 Total a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

97 Categorical Variables Codings Parameter coding Frequency (1) P Block 0: Beginning Block Classification Table(a,b) Observed Predicted Y Percentage Correct Step 0 Y a Constant is included in the model. b The cut value is Overall Percentage 55.6 Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant Variables not in the Equation Score df Sig. Step 0 Variables P P P P P7(1) P Overall Statistics Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step

98 Block Model Model Summary -2 Log Cox & Snell Nagelkerke R Step likelihood R Square Square Classification Table(a) Observed Predicted Y Percentage Correct Step 1 Y a The cut value is Overall Percentage 72.2 Variables in the Equation Step 1(a) B S.E. Wald df Sig. Exp(B) P P P P P7(1) P Consta nt a Variable(s) entered on step 1: P1, P3, P4, P6, P7, P8. 82

99 Lampiran 3. Gambar Peralatan dan Kegiatan 83

100 84

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsabangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS" Oleh : Imas Nur ' Aini21 Abstrak Usaha peternakan ayam ras yang telah berkembang dengan pesat ternyata tidak disertai dengan perkembangan pemasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan KATA PENGANTAR Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan setiap tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Pohon Industri Ayam Ras Bagan Roadmap Pengembangan Komoditas Visi Menjadi

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI 06 164 001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 PERBANDINGAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, baik dari segi pakan unggas, komoditi unggas, dan pengolahan produk unggas dalam skala besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan ix S Tinjauan Mata Kuliah ejalan dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk Indonesia juga semakin bertambah, diikuti oleh meningkatnya pendapatan dan tingkat pendidikan, maka kebutuhan dan kesadaran konsumsi

Lebih terperinci

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA Oleh : I Wayan Rusast Abstrak Pertumbuhan ekonomi telah menggeser pola konsumsi dengan penyediaan produk pangan ternak yang lebih besar.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras) atau ayam sayur.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci