BAB III PEMAHAMAN HAK PEREMPUAN MENURUT PEREMPUAN BATAK TOBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMAHAMAN HAK PEREMPUAN MENURUT PEREMPUAN BATAK TOBA"

Transkripsi

1 BAB III PEMAHAMAN HAK PEREMPUAN MENURUT PEREMPUAN BATAK TOBA 3.1. Hak Perempuan secara umum menurut Perempuan Batak Toba Pemahaman informan tentang hak perempuan menurut informan saya cukup beragam. Namun, hampir semua menganggap hak perempuan adalah hal yang penting dan serius. Hak perempuan itu menurutku banyaklah, dinafkahi, diberi kebebasan berpendapat, dilindungi, dihargai sebagai perempuan. (Basaria Sitorus, 55 tahun) Hak kita ya sangat penting untuk dipenuhi, jangan waktu sebelum nikah aja suami kita janji ini janji itu tapi setelah menikah kita diperlakukan seenaknya aja. Kalau mau hubungan dalam keluarga itu baik-baik aja berarti istri harus bisa mendapat hak-haknya, karena jadi perempuan itu gak mudah, banyak perjuangannya. (Basaria Sitorus, 55 tahun) Menurut Ibu Basaria sebagai istri dirinya berhak mendapat apapun yang ia butuhkan dari suami, mulai dari kebutuhan sehari-hari untuk kebutuhan rumah tangga, kebutuhan pribadinya, sampai kebutuhan lain seperti kebutuhan uang untuk arisan yang dilaksanakannya dengan teman-temannya. Selain itu, pendapat yang tidak jauh beda juga diungkapkan oleh Ibu L. Simatupang, 57

2 Sebagai perempuan saya menganggap hak perempuan itu penting untuk dipenuhi karena jadi ibu rumah tangga itu ga mudah ya, kelihatannya aja mudah tapi yang harus diatur itu banyak dari anak, suami, sampai kebutuhan lainnya. Jadi ibu rumah tangga itu pokoknya berpengaruh sekali di suatu keluarga jadi hak seorang perempuan itu dikeluarga sangat penting untuk diperhatikan apalagi kayak saya ini yang juga mencari nafkah (L. Simatupang, 47 tahun) Bagi Ibu L. Simatupang apabila seorang perempuan di penuhi hak-haknya di sebuah keluarga, keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang baik karena sosok perempuan merupakan sosok yang sangat penting karena perannya yang besar. Selain itu ada juga yang menganggap Hak Perempuan itu tidak merupakan hal yang besar tapi penting Hak ku sebagai perempuan ya dinafkahi oleh suami, paling itu saja, selain itu saya cuma kebanyakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga ini (Priska Sirait, 47 tahun) Menurut Ibu Priska Sirait, sebagai perempuan ia tidak memiliki banyak hak, ia hanya perlu untuk dinafkahi oleh suami setiap hari, selain itu ia hanya memiliki banyak kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai perempuan. Dan kewajibannya yang banyak tersebut disadarinya memang sebagai perannya tersendiri sebagai perempuan. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Ibu Rosmika Siahaan, 58

3 Ya kalo hak pastinya ya kita dikasih uang belanja sebenarnya tapi ya uang belanjapun dari aku juganya. Tapi kalo misalnya kewajiban banyak namanya juga udah kita kerja, kita juga Ibu Rumah Tangga jadi pasti banyaklah kerjaan (Rosmika Siahaan, 51 Tahun) Bagi Ibu Rosmika Siahaan hak perempuan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan karena banyaknya hal yang harus dikerjakan oleh seorang perempuan apalagi bagi beliau yang juga merupakan perempuan pencari nafkah. Selain itu, menurut Ibu M. Sitinjak hak perempuan juga penting. Namun tidak seperti informan kebanyakan lainnya, Hak perempuan yang paling penting baginya adalah dihargai, dihormati, dan disayangi. Ia merasa sangat penting untuk diperlakukan dengan baik agar tetap bisa beraktifitas dengan baik tanpa merasa terbebani akibat perlakuan yang tidak baik dari suaminya. Hak saya sebagai perempuan itu yang paling penting menurutku dihormati dan dihargai ya dek karena kalaupun ga dinafkahi aku ga akan susah karna aku juga punya pekerjaan sendiri (M. Sitinjak, 43 Tahun) Selain itu, Ibu M. Sihombing berpendapat bahwa Hak Perempuan sangat penting karena besarnya perjuangan perempuan dalam rumah tangga. Hak perempuan menurutku ya semua yang berhak kita dapatkan dek kayak diberi uang bulanan sama suami. (M. Sihombing, 43 tahun) Hak perempuan itu menurut saya penting sekali karena semuanya yang ngerjain kerjaan rumah tangga itukan kita sebagai perempuan, yang melahirkan perempuan, yang 59

4 mengurus anak-anak di keluarga pun perempuan lagi jadi pasti pentinglah dipenuhi hak-haknya (M. Sihombing, 43 tahun) Berdasarkan pendapat-pendapat informan saya yaitu perempuan Batak tentang Hak Perempuan, semua mengatakan bahwa Hak Perempuan itu sangatlah penting untuk dipenuhi dan tidak diabaikan karena tidak mudahnya menjadi seorang perempuan dengan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan belum lagi kalau perempuan tersebut adalah juga pencari nafkah. Hampir semua informan juga berpendapat bahwa hak yang paling penting untuk mereka dapatkan adalah dinafkahi oleh suami. Selain itu hak lainnya yang tidak kalah penting menurut informan adalah hak untuk diperlakukan dengan baik Hak Perempuan dalam Keluarga Batak Toba Menurut Pandangan Informan 1. Basaria Sitorus Menurut Basaria Sitorus haknya dalam keluarga yaitu Keluarga Batak Toba tidak terlalu banyak namun ia pernah merasakan haknya yang sedikit tersebut cenderung dikesampingkan. Kalo hak saya dikeluarga itu adalah mendapat tanggung jawab dari kepala rumah tangga. Apapun yang kita perlukan harusnya dipenuhi sama kepala rumah tanggalah. Contohnya menafkahi keluarga sehari hari. Sejak pertama menikah, Ibu Basaria baik-baik saja dengan keluarganya dan Ibu Basaria merasa ia adalah Ibu Rumah Tangga biasa yang hanya mengurus 60

5 pekerjaan rumah, kelima anaknya, dan suaminya yang berprofesi sebagai supir angkot. Namun kemudian berkurangnya sewa angkutan membuat keadaan finansial dari keluarga Ibu Basaria semakin memburuk karena anak-anaknya yang juga yang membutuhkan banyak biaya untuk pendidikan. Menyadari hal tersebut Ibu Basaria pun menyarankan agar suaminya, Pak Pangaribuan untuk mencari pekerjaan lain, namun Pak Pangaribuan tidak dapat menemukan pekerjaan lain. Sehingga karena semakin merasa kurangnya uang untuk kebutuhan mereka, Ibu Basaria pun melatih lagi kemampuannya dalam membuat lampet yang sebelumnya telah dipelajarinya dari orangtuanya ketika ia masih gadis. Pada awalnya Ibu Basaria hanya berjualan lampet di sekitaran rumahnya saja berjalan kaki dan berkeliling mengitari gang-gang di sekitar lingkungan rumahnya yaitu kelurahan Kenangan. Dan ternyata usaha Ibu Basaria memberikan hasil yang baik. Ia bisa mendapatkan tambahan uang untuk membantu meringankan kebutuhan sehari-hari dan bahkan sampai melebihi penghasilan dari suaminya sebagai Supir Angkot yang sedikit bahkan tidak ada karena Pak Pangaribuan akhirnya berhenti bekerja karena menurut pengakuannya ia capek bekerja tapi tidak mendapatkan uang karena tidak adanya sewa. Mengetahui hal tersebut, Ibu Basaria merasa keberatan karena disitulah ia merasa haknya yang sudah dikesampingkan oleh suaminya karena tidak lagi dinafkahi melainkan ia yang menafkahi keluarganya dari usaha lampet yang digelutinya. Sejak saat itu Ibu Basaria harus bekerja keras dari pagi subuh sampai tengah malam untuk membuat dan menjual lampet. Pada saat itu Ibu Basaria mengaku sangat berat dalam menjalani hariharinya melihat suaminya hanya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah 61

6 sedangkan suami teman-temannya / tetangganya pagi-pagi telah meninggalkan rumah untuk bekerja untuk keluarganya. Saya dulu suka merasa iri sama teman-teman saya yang tidak harus repot bekerja keras seperti ini dan suaminya bisa menafkahi keluarganya istilahnya kalo di dalam bahasa batak itu mangapian kita melihat mereka Ibu Basaria mengaku ia kadang merasa iri melihat temannya / ibu rumah tangga di keluarga lain karena ia harus tetap bekerja setiap saat tidak berhenti karena pekerjaan rumah juga yang tidak kalah banyaknya seperti masak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengurus anak-anaknya. Ya bisalah kau bayangkan dek kayak mana kita rasa melihat suami nganggur, uang gak ada, anak minta uang gak ada yang bisa dikasih Hal tersebutlah yang dirasa Ibu Basaria Sitorus tidak adil, sebagai perempuan ia berhak untuk dinafkahi namun ia tidak bisa mendapatkan haknya tersebut bahkan ia harus melakukan beban ganda dimana selain mencari nafkah, bekerja dari pagi sampai malam, ia juga harus mengurus anak dan kegiatan urusan rumah tangga. Belum lagi hal lain yang bisa membuat Ibu Basaria semakin sedih dan berat menjalani harinya yaitu apabila lampet yang telah dibuat oleh Ibu Basaria banyak tidak laku terjual, pesanan orang yang ternyata tidak jadi / dibatalkan dan anak-anaknya yang tidak bisa diatur. Namun walaupun merasa berat dalam melakukan semua pekerjaan yang tidak sedikit tersebut, Ibu Basaria Sitorus tetap saja harus menyelesaikannya 62

7 karena Ibu Basaria Sitorus berpikir bahwa ia harus kembali pada kenyataan bahwa kalau ia berhenti bekerja keras maka keluarganya tidak bisa makan dan sebagai perempuan Batak, ia tidak bisa banyak mengeluh dan menuntut kepada suami karena ia merasa sudah dibeli oleh pihak laki-laki / suami. 2. Priska Sirait Bagi Ibu Priska Sirait, istri dari Pak Siregar yang tidak memiliki pekerjaan sudah sejak 5 tahun dan sebagai sebagai seorang Ibu tiga anak yang mencari nafkah sendiri untuk kehidupan sehari-harinya yaitu berdagang pakaian bekas di pasar loak yaitu Pajak sambu sejak dari pagi jam 7 pagi sampai jam 8 malam. Beliau merasakan bahwa Haknya sebagai perempuan sangat dikesampingkan. Ibaratnya kan udah hanya saya yang merawat anak dari kecil, mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, ikut mencari nafkah bahkan uang rokoknya pun dari saya, aturan kan saya yang minta uang dari dia, tapi udah gitupun tetap suami saya sikapnya suka kasar berarti hak saya sebagai perempuan hampir tidak ada saya dapat malah saya merasa terbebani Selain merasa terbebani karena hal tersebut, Ibu Priska Sirait juga kadang sedih karena ia beberapa kali bertikai dengan suaminya yaitu berkelahi adu mulut yang akan terdengar oleh tetangga dan pertikaian tersebut sampai pada temantemannya karena telah menjadi bahan cerita bagi orang-orang disekitarnya. Ibu Priska Sirait sadar bahwa tetangganya bisa mendengar mereka bertikai karena suara adu mulut yang keras namun rasa malunya tidak bisa ia tutupi lagi karena rasa amarahnya pada suaminya dan karena sudah terbiasa bertikai. 63

8 Namun bagi Ibu Priska Sirait, semuanya ia terima dengan ikhlas saja daripada berdiam diri dirumah saja, ia lebih memilih untuk mengalah walaupun sebenarnya ia merasa tak adil, karena motivasi beliau yang paling besar adalah ketiga anaknya yang masih duduk di bangku SD. Menurut Ibu Priska Sirait, kekuatannya yang didapat dari ketiga anaknya sangat besar dan bisa membuatnya semangat untuk tetap bekerja demi keluarganya, terlebih ketiga anak Ibu Priska Sirait sangat condong atau jauh lebih dekat pada beliau dari pada dengan ayahnya. Selain anak-anaknya Ibu Priska Sirait juga menjadikan Tuhan sebagai motivasinya, Ibu Priska Sirait selalu berdoa dan selalu mengikuti ibadah di gereja dan ibadah partangiangan setiap hari Kamis malam dan berharap suaminya bisa terbuka hatinya dan bisa mencari pekerjaan supaya suaminya tidak hanya berdiam dirumah saja, ke kedai tuak, dan lebih memerhatikan hak Ibu Priska Sirait sebagai seorang isteri khususnya dinafkahi dan diperlakukan lebih baik. Diluar dari hal itu, apabila Ibu Priska Sirait bisa dinafkahi dan suaminya memperlakukan beliau dengan lebih baik, Ibu Priska Sirait akan merasa nyaman sebagi seorang istri. Ia senang mengurus anak-anak dan rumah tangganya dengan baik termasuk mencari nafkah, Ibu Priska Sirait juga tidak mau menceritakan ketidakadilan yang ia alami di rumahtangganya kepada pihak keluarga suami karena Ibu Priska Sirait sadar dan sangat merasakan bahwa ia sudah dibeli oleh pihak keluarga suaminya dengan sinamot, jadi ia merasa harus menjadi perempuan yang bekerja keras dan baik di mata mertua dan keluarga dari pihak suaminya. Ibu Priska Sirait merasa hal tersebut penting dan adil seorang perempuan batak harus bekerja keras dan lebih mengabdi kepada keluarga pihak suami karena 64

9 Ibu Priska Sirait juga memiliki adik laki-laki yang nantinya istrinya juga harus lebih mengabdi pada orangtua suaminya daripada orangtuanya sendiri. Namun ia hanya berharap sikap suaminya yang kasar bisa berubah menjadi lebih baik dalam memperlakukannya karena apabila suaminya mau berubah, Ibu Priska Sirait tidak akan merasa terbebani lagi dalam menjalani perannya sebagai perempuan di Keluarga Batak Toba. 3. L. Simatupang Menurut Ibu L. Simatupang Hak Perempuan baik dari suku bangsa Batak ataupun suku bangsa lainnya adalah sesuatu hal yang penting dan perlu untuk dipenuhi. Walaupun menurutnya ia sebagai perempuan Batak belum mendapatkan hak yang seharusnya ia dapat di keluarga yaitu dari suaminya. Hak tersebut adalah dalam hal Hak dinafkahi dan Hak diperlakukan dengan baik. Ya pastinya ada lah ya dek pengaruh dari patriarki itu, karena kita kan sebagai perempuan sudah dibeli tapi saya sebagai perempuankan juga punya hak. Jangan hak laki-laki saja yang harus dipenuhi juga, tapi hak perempuan juga harus diperhatikan. Dalam hal mencari nafkah di Keluarga, menurut Ibu L. Simatupang yang paling berperan besar adalah dirinya sendiri dan bukan suaminya. Ibu L. Simatupang mengaku ia mau menikah dengan suaminya karena melihat suaminya telah memiliki gelar yaitu Sarjana Hukum yang dikira Ibu L. Simatupang gelar tersebut agak bisa menjamin bahwa suaminya bisa mendapat pekerjaan yang bagus kelak dan bisa memenuhi nafkah keluarga mereka, dan walaupun Ibu L. Simatupang yang hanya tamatan dari SMA. Namun setelah menunggu setelah pernikahan mereka, suaminya tidak kunjung mendapat pekerjaan yang menuntut 65

10 Ibu L. Simatupang harus mencari pekerjaan. Sehingga ia berinisiatif membuka yayasan yang menyalurkan Baby Sitter yang disarankan oleh Kakak perempuannya. Setelah itu Ibu L. Simatupang juga mengajari suaminya agar suaminya bisa membantu Ibu L. Simatupang dalam menjalankan bisnis mereka tersebut dan agar Ibu L. Simatupang tetap menunggu sampai suaminya mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus. Namun bagi Ibu L. Simatupang, suaminya tidak banyak membantu dalam bisnis yang dibukanya tersebut dan pekerjaan juga tetap tidak bisa didapatkan oleh suaminya. Lelah menanti Ibu L. Simatupang pun mempertanyakan hal tersebut kepada suaminya. namun jawaban yang didapat oleh Ibu L. Simatupang hanya bentakan dan perlakuan kasar dari suaminya. dan sejak saat itu mereka sangat sering bertikai dan semakin sering dalam adu pendapat. Sejak saat itulah Ibu L. Simatupang merasakan bahwa Hak nya sebagai perempuan diabaikan dan hubungan antara keduanya memburuk. Perasaanku ya sedih sekalilah dek digitukan, udah aku yang nyari nafkah, ditambah sikap dia yang kasar, ya aku makin sering ngamuk-ngamuk sejak saat itu. Dari situ Ibu L. Simatupang menyadari bahwa ternyata gelar yang didapat di Perguruan Tinggi tidak menjamin seseorang untuk mendapat pekerjaan yang bagus dan rasanya sangat tidak enak apabila haknya sebagai perempuan diabaikan. 66

11 4. Rosmika Siahaan Menurut Ibu Rosmika Siahaan haknya yang dirasa terabaikan adalah hak dinafkahi. Ibu Rosmika Siahaan pernah tidak dinafkahi selama 6 tahun oleh suaminya 3 tahun lalu. Dan selama 6 tahun tersebut juga Ibu Rosmika Siahaan dan suaminya sering bercekcok dan selisih pendapat karena suaminya yang tidak memiliki pekerjaan. Sebelumnya suami Ibu rosmika Siahaan pernah bekerja sebagai buruh bangunan namun karena tidak mendapat panggilan lagi suami Ibu Rosmika Siahaan pun hanya menghabiskan waktu di rumah dan tidak mencari pekerjaan. Ibu Rosmika Siahaan yang merupakan perempuan pekerja keras yang melaksanakan pekerjaannya yaitu pedagang cabai di Pajak Suka Ramai yang akan mulai bekerja mulai dari dijemput mobil pick up bersama temannya pedagang lain untuk belanja dari pukul sampai jam pagi di Pasar Induk, Tuntungan kemudian dilanjutkan berdagang cabai yang dibelinya tersebut sampai malam pukul Namun sekarang Ibu Rosmika Siahaan tidak merasakan hak nya yang diabaikan tersebut seperti 3 tahun yang lalu karena suaminya telah bekerja yaitu ikut membantu Ibu Rosmika Siahaan dalam berdagang cabai di Pajak Suka Ramai tersebut. Walaupun sekarang suaminya telah membantu Ibu Rosmika Siahaan berjualan, namun Ibu Rosmika mengaku bahwa ialah yang lebih capek karena lebih banyak pekerjaan karena selain juga mengurus rumah tangga, dalam hal berjualan cabai di Pajak suka Ramai juga pekerjaan suaminya lebih ringan karena 67

12 tidak perlu berangkat mulai bekerja mulai dari pukul subuh seperti dirinya tapi hanya dari pukul pagi. Bagi Ibu Rosmika Siahaan budaya patriarki didalam suku Batak juga merupakan salah satu pengaruh dalam hal haknya yang terabaikan yaitu dinafkahi. Kalo di orang batak inikan yang paling berkuasa pihak laki-laki dek, jadi tidak boleh ditentang, kita harus nurut karena mereka yang mengatur, kita perempuan ya bisanya mengalah aja. Ibu Rosmika Siahaan menyadari bahwa ia adalah seorang perempuan Batak yang sudah dibeli oleh pihak laki-laki sehingga tidak bisa banyak menuntut kepada suami. Saat haknya tersebut dirasa tidak diindahkan Ibu Rosmika Siahaan merasa tersiksa dan capek karena pekerjaan yang banyak yang harus dikerjakannya, namun karena sudah terbiasa sehingga Ibu Rosmika Siahaan pun kadang mampu menutupi rasa sedihnya dengan kesibukan yang dijalaninya baik bekerja di luar yaitu sebagai pedagang maupun dirumah sebagai Ibu rumah Tangga mengurus keluarganya. Ibu Rosmika Siahaan bahkan kadang akan menasihati anak-anak perempuannya agar suatu saat apabila mereka ingin menikah mereka tidak usah menikah dengan laki-laki dari suku Batak Toba karena menurutnya sebagai perempuan yang sudah dibeli seperti sistem perkawinan di Suku Batak Toba harus banyak mengalah dan banyak perjuangannya seperti yang dialaminya, sehingga anak perempuannya kelak tidak merasakan hal yang sama. 5. M. Sitinjak Ibu M. Sitinjak adalah informan saya yang juga merupakan perempuan Batak Toba pekerja keras yaitu yang bekerja sebagai penjahit yang akan mulai 68

13 bekerja sejak pukul pagi sampai jam malam setiap harinya dan kadang mulai sejak pukul pagi sampai pagi apabila sedang banyak jahitan contohnya di hari hari besar / hari raya contohnya Hari Natal atau Tahun Baru. Ibu M. Sitinjak juga merupakan perempuan Batak Toba yang tahu rasanya bagaimana hak sebagai perempuan diabaikan di Keluarga Batak Toba karena ia sendiri pernah mengalaminya. Haknya sebagai perempuan yang pernah dikesampingkan adalah hak untuk dihargai. Ibu M. Sitinjak pernah hampir dipulangkan kepada orangtuanya oleh pihak suaminya karena tidak bisa memberikan anak untuk hadir dikeluarga mereka setelah 6 tahun. Hal tersebut membuat pihak dari keluarga suami Ibu M. Sitinjak merasa kecewa. Ditambah pula pada saat itu hubungan antara Ibu M. Sitinjak dan suaminya sedang tidak baik karena suami Ibu M. Sitinjak yang ingin Ibu M. Sitinjak mengusahakan agar cepat mengandung anak, sedangkan Ibu M. Sitinjak tidak mau dan hanya mau menunggu dengan sabar karena ia merasa apabila sudah saatnya maka Tuhan akan mengaruniakan mereka anak tanpa tergesa-gesa. Pada saat itu Ibu M. Sitinjak merasa sangat tertekan batin sampai jatuh sakit karena baik suami dan mertuanya selalu menuntut hal yang sama seakanakan Ibu M. Sitinjak adalah perempuan yang tidak layak untuk dijadikan istri dan pikiran bahwa ia akan dipulangkan kepada orangtuanya membuat Ibu M. Sitinjak semakin merasa sedih dan tidak bisa melakukan apa-apa. Pada saat itu Ibu M. Sitinjak sempat tidak dapat bekerja selama 1 bulan karena sakit akibat dari banyaknya pikiran. Aku disitu merasa sangat tidak adil lah dek, walaupun aku udah dibeli kan tapi kalo namanya Tuhan belum bisa 69

14 ngasih kita anak mau gimana dibuat. Padahal aku juga kerjanya, semua kukerjain bahkan gajiku lebih besar, tapi cuma karna anak aku mau dipulangkan Namun pada akhirnya Ibu M. Sitinjak tidak jadi dipulangkan kepada orangtuanya karena kondisi mertua dari Ibu M. Sitinjak pada saat itu sakit yang kemudian meninggal. Sejak saat itupun baik suami dan keluarga dari pihak suami dari Ibu M. Sitinjak sepakat tidak pernah lagi menuntut agar Ibu M. Sitinjak untuk memiliki anak. Sejak saat itu hubungan antara Ibu M. Sitinjak pun menjadi membaik kembali dan pada tahun 2015, Ibu M. Sitinjak diminta untuk merawat anak balita dari adik perempuannya yang berasal dari Sidikalang. Ibu M. Sitinjak pun setuju dan sudah mendapat izin dari suaminya untuk merawat anak dari adiknya tersebut dan menganggapnya seperti anak kandung walaupun anak tersebut merupakan anak yang memiliki kebutuhan khusus dan bukan anak kandung mereka. Sampai sekarang anak tersebutpun tinggal dan dirawat dirumah Ibu M. Sitinjak dan suaminya. 6. M. Sihombing Menurut Ibu M. Sihombing haknya sebagai perempuan di Keluarga Batak Toba juga pernah dirasa diabaikan. Haknya yang pernah cenderung dikesampingkan yaitu Hak dinafkahi, dihargai, dan tidak diberi kebebasan dalam bekerja. Masalah tersebut muncul sejak 6 tahun yang lalu dimana Ibu M. Sihombing pernah dipaksa untuk berhenti dari pekerjaannya yaitu sebagai kariawan di sebuah kantor swasta. Alasan suami Ibu M. Sihombing ingin Ibu M. 70

15 Sihombing harus berhenti dari pekerjaannya adalah karena sebagai perempuan suaminya ingin Ibu M. Sihombing hanya fokus mengurus anak dan urusan rumah tangga saja. Dan hal tersebut harus diterima oleh Ibu M. Sihombing karena ia merasa suaminya adalah kepala keluarga sehingga ia harus setuju dengan keputusan suaminya walaupun Ibu M. Sihombing sebenarnya mencintai pekerjaannya karena ia senang sudah memiliki banyak teman di Kantor sebelumnya dan senang melakukan pekerjaanya di kantor tersebut. Namun Ibu M. Sihombing menyadari posisinya hanyalah seorang istri yang harus terima apa kata dari suaminya. Sehingga walaupun merasa sedih ia tetap meninggalkan pekerjaannya dan melakukan apa yang dikatakan suaminya untuk hanya fokus pada keluarganya saja. Setelah 20 tahun kemudian, Ibu M. Sihombing kembali harus merasakan hak yang tidak diindahkan oleh suaminya yaitu tidak dihargai sebagai seorang istri dan tidak dinafkahi. Ibu M. Sihombing merasa sangat terpukul karena ia mengetahui bahwa ternyata suaminya telah bersama dengan perempuan lain sementara mereka masih terikat dalam suatu hubungan suami istri yang memiliki 3 anak. Selain itu Ibu M. Sihombing juga semakin kecewa dan tersiksa karena setelah mereka cekcok akibat keretakan rumah tangga mereka, sejak saat itu suaminya tidak mau tingggal serumah lagi dan tidak mau menafkahi Ibu M. Sihombing dan anak-anaknya. Hal tersebut mengakibatkan Ibu M. Sihombing harus mengubah banyak hal dalam hidupnya yang sebelumnya berkecukupan harus menjadi kekurangan. Ibu M. Sihombing harus menjual barang-barangnya, pindah dari rumah sebelumnya dan pindah ke rumah sewa yang lebih kecil bersama anak-anaknya. 71

16 Ibu M. Sihombing juga harus mau mencari pekerjaan lagi untuk menafkahi anakanaknya sendiri. Semualah berubah dek, rumah pindah, anak pindah sekolah, aku harus belajar naik kereta untuk bisa ngantar anak-anak sekolah, untuk bisa kerja, untuk bisa makan, semua cuma saya sendiri yang urus Saat ini Ibu M. Sihombing bekerja sebagai pemegang uang jula-jula yang dilaksanakannya dengan temannya ibu-ibu yang kebanyakan berdagang di Pajak Enggang di Perumnas Mandala. Ibu M. Sihombing akan mendapat komisi 10% dari jula-jula tersebut yang akan diperoleh sekali dalam sepuluh hari. Pekerjaan inilah yang bisa dilakukannya karena ia tidak harus meninggalkan rumah sangat lama meninggalkan anaknya yang masih duduk di Sekolah Dasar dan anak ketiganya yang memiliki kebutuhan khusus. Sosok anak sangat menyemangati Ibu M. Sihombing ditengah masalah yang dihadapinya. Ibu M. Sihombing mau melakukan apa saja asal anaknya bisa makan dan sekolah. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan anak pertama Ibu M. Sihombing yang saat ini sedang kuliah di Perguruan Tinggi walaupun biaya kuliah yang dibutuhkan sangat banyak Ibu M. Sihombing selalu bekerja keras untuk bisa membiayainya sendiri. Ibu M. Sihombing merasa sangat kecewa karena sebagai perempuan yang baik ia sudah mau menuruti apa yang dikatakan suaminya untuk berhenti dari pekerjaannya. Namun walaupun sudah merelakan pekerjaannya, tetap saja ia masih tidak dihargai haknya. Selain itu juga Ibu M. Sihombing semakin merasa tertekan batin karena pihak dari keluarga suaminya yang awalnya saja membela 72

17 dirinya namun kemudian malah mendukung suaminya yang diduga Ibu M. Sihombing karena suaminya merupakan anak laki-laki sehingga selalu diutamakan Kekeliruan membedakan antara Hak dan Kewajiban Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Pada saat melakukan penelitian saya agak mengalami kendala saat mewawancarai informan yaitu seringnya informan menjawab dan bercerita tentang kewajiban mereka sebagai perempuan di keluarga ketika saya bertanya tentang hak perempuan. Sehingga perlu untuk mengulang pertanyaan dan lebih memperjelas antara hak dan kewajiban dari informan. Dan dari seluruh informan yang saya wawancarai pun hampir semua informan memiliki persamaan dalam memaparkan tentang Hak dan Kewajiban perempuan yaitu ketika informan menjelaskan pendapat mereka tentang kewajiban, masing-masing informan dapat menjelaskannya dengan lancar dan dapat menceritakannya dengan lengkap sebagaimana perannya sebagai perempuan yaitu istri dan ibu di keluarga / rumah tangga. 73

18 Namun ketika akan memaparkan tentang Hak-hak mereka, beberapa informan tampak berfikir lama untuk bisa akhirnya menjelaskan tentang Hak mereka sebagai Perempuan. Ada pula informan yang menyadari bahwa ia telah menjawab kewajiban ketika saya bertanya tentang hak karena menurut informan ia hanya tamatan SD sehingga tidak mengerti banyak tentang perbedaan hak dan kewajiban. Sehingga hal tersebut seperti mencerminkan bahwa para informan lebih mengutamakan kewajiban mereka sebagai perempuan daripada hak. 74

19 BAB IV HAK PEREMPUAN BATAK TOBA 4.1. Hak dinafkahi Hak untuk dinafkahi yang dibahas didalam subbab ini berdasarkan hasil wawancara dengan informan ada 2 yaitu nafkah lahir (material) dan nafkah batin (immaterial). Nafkah itu sendiri adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu nafaqah, yang memiliki arti biaya, belanja atau pengeluaran. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nafkah adalah belanja untuk hidup; uang pendapatan, selain itu juga berarti bekal hidup sehari-hari, rezeki. Nafkah lahir terhadap isteri yang dimaksud disini adalah segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari dan lebih kepada material dan dapat dilihat langsung yang didapat istri dari suami Nafkah Lahir Sandang Sandang merupakan pakaian yang berfungsi sangat penting dalam kehidupan, yang antara lain menutup aurat, pelindung tubuh, dipakai untuk ibadah, dan lain-lain. Sehingga perempuan memiliki hak untuk mendapat pakaian yang layak dengan fungsi-fungsi tersebut dari suaminya Pangan Makanan menjadi kebutuhan pokok manusia bisa bekerja, beribadah, melakukan berbagai aktifitas lainnya dengan baik, Sebab tanpa makanan manusia tidak punya energi untuk bertahan hidup. Menurut informan, perempuan berhak 75

20 mendapatkan nafkah pangan yang dimana suami akan memberi uang bulanan yang nantinya akan diatur dan diolah sampai menjadi makanan dan juga termasuk didalamnya Sembilan bahan pokok dan minuman. Makanan yang akan dikonsumsi pun diperhatikan gizinya oleh perempuan. Tidak berlebihan, sesuai dengan biaya yang ada, dan tetap bernutrisi agar keluarga tetap sehat setiap hari. Yang paling diutamakan yaitu nasi, lauk pauk dan sayur Papan Papan berarti rumah ataupun tempat tinggal, papan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang bagi informan juga merupakan hak yang wajib dipenuhi oleh suami. Baik melalui rumah milik pribadi maupun rumah sewaan dan hal lainnya yang berhubungan dengan rumah atau tempat tinggal. Rumah yang diinginkan juga tidak harus mewah atau besar, yang terpenting rumah tersebut bisa ditempati agar terlindungi dari hujan, panas, angin malam yang dingin, binatang yang buas, dan pencuri Biaya pendidikan anak Nafkah lainnya yang mesti dipenuhi oleh suami dan dituntut oleh perempuan adalah biaya pendidikan. Fungsi pendidikan adalah untuk membekali pengetahuan kepada anak agar kualitas kehidupannya terjaga. Selain itu informan juga mengatakan pendidikan anak sangat penting agar hidup anak mereka tidak sesulit hidup yang mereka jalani sekarang. Namun biaya pendidikan juga disesuaikan dengan anggaran pemasukan yang ada agar nantinya tidak kesulitan dalam membayar semua hal yang berkaitan dengan pendidikan anak Biaya perawatan kesehatan 76

21 Memelihara dan menjaga kesehatan keluarga memang sudah selayaknya diperhatikan dan biaya pengobatan tersebut menjadi salah satu bentuk perlindungan dan pemeliharaan yang diharapkan oleh perempuan oleh suami. Biaya perawatan kesehatan ini juga sama pentingnya dengan kebutuhan pokok. Dan karena bisa dibutuhkan kapan saja maka persiapannya juga harus sebaiknya dipersiapkan setiap saat biayanya.. Kelima hak diatas pun akan terpenuhi apabila suami memberi perempuan nafkah dalam berupa uang untuk semua keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya yang biasanya didapat setiap bulan dan diatur oleh perempuan agar semua kebutuhan tercukupi dan bisa disisihkan sebagian untuk ditabung. Pengaturan nafkah dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ( UU Perkawinan ) kita dapat melihatnya dalam Pasal 34 ayat (1) UU Perkawinan. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Dalam pengaturan UU Perkawinan, tidak ditetapkan besarnya nafkah yang harus diberikan, hanya dikatakan sesuai dengan kemampuan si suami. Lebih lanjut, dalam UU Perkawinan dikatakan bahwa apabila suami atau isteri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan (Pasal 34 ayat (1) UU Perkawinan). Ini berarti apabila suami tidak memberikan nafkah untuk keperluan hidup rumah tangganya, isteri dapat menggugat ke Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama (bergantung dari agama 77

22 yang dianut oleh pasangan suami isteri tersebut). Selain itu Hak untuk menafkahi keluarganya tersebut juga terdapat di Hak Reproduksi Perempuan yang dimuat di Kesepakatan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan tahun 1994 di Kairo. Hal nafkah tersebut juga memang seharusnya sudah menjadi hak perempuan baik di dalam sistem patrilineal yang ada di Suku Batak Toba. Dilihat dari Karya Sastra Ende Siboru yang ditafsirkan oleh Baiduri dalam Paradoks Perempuan Batak Toba yaitu Suatu Penafsiran Hermeunetik terhadap Karya Sastra Ende Siboru yang ditandai dengan situasi bahwa secara kultural orang Batak Toba dengan sistem Patrilinealnya menempatkan laki laki sebagai pemeran utama dalam berbagai bidang kehidupan yang termasuk dalam hal nafkah juga seharusnya akan diperolehnya dari suami yang akan menjamin kehidupannya. 9 Sehingga sangat pantas apabila perempuan memperjuangkan hak-haknya tersebut apalagi ditambah dengan beban ganda yang dialaminya Nafkah Batin Apabila nafkah lahir berupa benda dan dapat dilihat. Maka nafkah batin sebaliknya, tidak bisa dilihat dan tidak berbentuk barang dan lebih dimaksudkan kepada pemenuhan kebutuhan biologis hubungan suami dan istri. Dan dari hasil wawancara dengan semua informan, tidak ada informan yang merasa memiliki masalah dengan hal nafkah batin Hak diperlakukan dengan baik 9 Ratih Baiduri, Paradoks Perempuan Batak Toba: Suatu penafsiran Hermeunetik terhadap Karya Sastra Ende Siboru Tombaga. MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni-2015)

23 Menurut informan, perlakuan suami pada mereka dalam sikap dan bertutur kata hendaknya dijaga. tidak membentak, jika itu memang tidak diperlukan sama sekali. Cerdas berbahasa, lemah lembut, lugas, memilih bahasa yang bisa dipahami dan tidak merendahkan atau mengejek/menghina istri jika berbuat kesalahan. Walaupun dalam sistem patrilineal perempuan diwajibkan untuk tunduk dan patuh pada suami, bukan berarti perempuan tersebut juga harus menerima adanya perlakuan yang semena-mena dari suaminya. Bentuk-bentuk perlakuan yang baik lainnya juga mencakup: Hak untuk dihargai pendapatnya Laki-laki mempunyai jiwa pemimpin, maka seorang suami berhak mengatur rumah tangganya. Namun bukanlah berarti suami hanya terus mempertahankan egonya. Contohnya dalam menentukan sekolah untuk anak, perempuan juga harus didengar pendapatnya karena perempuan juga merupakan ibu dari anak tersebut. Walaupun sebagai pemimpin dalam keluarga namun sebagai manusia, laki-laki juga tak luput dari kesalahan. Sehingga sebaiknya menerima masukan juga dari perempuan Hak untuk dihormati serta diperlakukan dengan wajar Diperlakukan dengan sopan dan dihormati oleh suami juga merupakan hak dari perempuan, pertama ialah menghormatinya, memperlakukanya dengan wajar, dan bersikap menahan diri atau bersabar untuk menghadapi apabila ada perbuatan istri yang kurang menyenangkan dan tidak bersikap kasar yang bisa membuat istri sedih. Suami hendaknya dapat menahan diri untuk tidak mudah marah dan lebih baik melunakkan hati perempuan dengan cara membimbingnya. Mau menundukan dan menyenangkan hati isteri dengan menuruti kehendaknya dengan 79

24 baik. Selain itu perempuan diperlakukan dengan baik juga dimaksud dengan dibantu sesekali dalam mengerjakan tugas-tugasnya dirumah Hak untuk disayangi Selain itu yang tidak kalah penting adalah hak untuk disayangi. Suami menjadi tempat untuk bergantung, mencurahkan dan berbagi semua rasa. Saling berbagi cinta, kasih sayang dan kemesraan antara kedua belah pihak. Perempuan ingin suami menjadi pendengar yang baik, memberi suatu perhatian penuh agar perempuan bisa menyampaikan perasaannya, ceritanya, keluhannya, kesedihannya, dan impiannya. Selain itu, mendampingi istri saat senang atau susah, merawat istri saat sakit, menguatkan saat terpuruk. Dan menghargai pengorbanan perempuan. Dengan begitu perempuan pun bisa merasa lebih bahagia menjalani perannya sebagai perempuan Hak untuk dipercaya Hak untuk dipercaya ini contohnya dalam memberikan kepercayaan penuh untuk mengelola keuangan. Selain memberi nafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Suami juga sebaiknya terbuka terhadap istrinya tentang hal keuangan. Keterbukaan dan komunikasi menjadi hal yang amat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman. Sehingga hendaknya suami memberi kepercayaan kepada istri untuk mengelola keuangan rumah tangga dan tidak mencurigai apalagi mengungkit-ungkit nominal Hak untuk diberi kebebasan Diberi kebebasan oleh suami juga hak yang perlu diperhatikan. Kebebasan untuk berbuat dan bergaul ditengah-tengah masyarakat atau dengan temantemannya, begitu pula untuk bekerja diluar apabila perempuan ingin bekerja selain 80

25 menjalani perannya dalam mengurus rumah tangga. Sehingga perempuan juga bisa mengembangkan kemampuan dirinya dan tidak terbatasi oleh suami. Begitu pula untuk tidak melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga meski dalam keadaan terpaksa sekalipun karena perempuan mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi dirinya sendiri. Pemerintah telah mengesahkan undang undang UU No 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Dalam undang-undang kekerasan dalam rumah tangga memperlihatkan kalau tindakan tersebut bukan masalah internal di rumnh tangga saja, tapi merupakan penghormatan terhadap hak azazi manusia, keadilan dan kesetaraan gender non diskiriminasi dan perlindungan korban yang kesemua ini juga diatur dalam konvensi CEDAW 10. Selain CEDAW, ditaraf internasional perjanjian perjanjian atau pun konfrensi telah banyak yang membahas tentang hak-hak untuk perempuan, bahkan didalam Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia) tahun 1948 telah ada dimuat, kemudian ada International Covenant on Civil and Political Rights (Kovensi Hak Sipil dan Politik) tahun 1966), International Covenant on Economic, Social & Cultural Rights (Konvensi Hak Ekonomi Sosial dan Budaya) tahun 1966, Vienna Declaration (1986), Declaration on the Elimination of Violence Against Women (Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan) tahun 1994, dan yang paling monumental adalah Beijing Declaration and Platform for Action (1995). 10 CEDAW (Convension on Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) adalah suatu instrumen hukum yang dikeluarkan PBB guna menggalang komitmen upaya penghapusan diskriminasi terhadap perempuan. CEDAW mulai berlaku sejak 3 Desember

26 Yang menjadi perhatian adalah hak atas persamaan, kebebasan, dan keamanan setiap orang, kebebasan dari perbudakan, siksaan atau perlakuan yang merendahkan martabat manusia, pengakuan sebagai seorang pribadi di depan hukum mencari keadilan, dan kebebasan untuk berekspresi dan partisipasi politik Disamping pasal pasal tersebut berbagai hak yang relevan dengan perempuan misalnya hak memilih pasangan, menikah dan mempunyai hak yang sama dalam perkawinan, dan di saat perceraian, memiliki harta sendiri, hak atas upah yang sama hak perawatan dan bantuan istimewa. Kedua hak diatas tidak ada bedanya dengan hak yang dimiliki oleh perempuan pada umumnya. Perempuan Batak memiliki hak yang sama dengan perempuan dari suku bangsa lain walaupun tidak semua perempuan menyadari akan semua hak-haknya secara detail seperti yang tertulis pada perjanjian atau konferensi yang diakui secara internasional, karena apabila penulis menyinggung tentang hak-hak tersebut, maka informan menghubungkannya dengan dua hak yang telah disebutkannya tersebut. Namun dari semua pendapat, hampir semua informan merasakan bahwa sistem patrilineal memang mempengaruhi hak perempuan di keluarga Batak Toba yang cenderung diabaikan dalam beberapa contoh seperti kasus masing-masing dari informan. Dimana kekuasaan ada di pihak laki-laki sehingga pihak perempuan tidak dapat menuntut dan berbuat banyak akan ketidakadilan yang diterimanya. Dengan adanya sistem Patriarkhi tersebut, Hak Perempuan pun cenderung tidak diindahkan sehingga dapat menimbulkan adanya beban dalam kehidupan Perempuan dalam Keluarga Batak Toba. Perempuan seakan memiliki 82

27 keterbatasan- keterbatasan akibat bentukan sistem patrilineal yang berlaku. Seperti yang dikatakan oleh Irianto, 2005:185, Budaya Patriakhat mengontrol kehidupan para perempuan Batak. Kontrol patriarkhi yang dilakukan secara kolektif dan terus menerus menyebabkan perempuan sangat terpuruk secara ekonomi (terutama) dan sosial. Seperti yang dikatakan Muniarti pula (2004: ), ideologi gender hasil konstruksi masyarakat dapat menimbulkan berbagai masalah dalam keluarga karena tidak adanya kesetaraan dalam relasi antar manusia. Pemahaman bahwa setelah menikah istri adalah milik suami, mengundang perilaku suami untuk menguasai istri. Sehingga dianggapnya bahwa istri adalah hak milik suami. Istri akan menjadi tergantung karena ia dimiliki dan harus dilindungi. Padahal dalam kenyataannya belum tentu laki-laki sebagai seorang pribadi memiliki kemampuan untuk itu. Walaupun begitu sebagai perempuan mereka tetap bekerja keras dan melakukan banyak perjuangan untuk keluarganya contohnya mencari nafkah selain melakukan pekerjaan sehari-hari dirumah yang juga tidak kalah banyak. Ihromi, 1990:79 dalam beberapa penelitian tentang keluarga inti yang pernah dilakukan, diungkapkan bahwa dalam keluarga dan rumah tangga, perempuan pada dasarnya sering kali berperan ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan sebagai pencari nafkah (pokok atau tambahan). Jadi disini dapat dilihat kemampuan perempuan Batak yang sebenarnya tidak terbatas pada urusan rumah tangga saja. Wolfman (1989:49-52) juga mengatakan bahwa sebenarnya perempuan lah yang memiliki kecakapan dalam mengatur waktu, walaupun ia seorang 83

28 perempuan yang bekerja tetapi ia tetap tidak melupakan hal lain yang juga merupakan kewajibannya yaitu mengurus anak-anaknya. Para perempuan tahu bagaimana cara menggunakan waktu dan berapa banyak kegiatan yang dapat dikerjakan selama dua puluh empat jam. Hal tersebut dapat dilihat dari informan yaitu perempuan Batak yang selain bisa mengurus anak-anak dengan sekolahnya, perempuan Batak juga mengurus pekerjaan rumah, dan bahkan bekerja di luar rumah. Itulah mengapa perempuan batak memang di kenal sebagai wanita yang gagah dan perkasa, mereka akan rela berjuang mati-matian membantu suami mereka demi menghidupi rumah tangga mereka. Selain itu faktor lain yang dirasa oleh informan merupakan penyebab hak mereka tersebut terabaikan yaitu karena mereka sebagai perempuan / istri Batak sudah dibeli oleh pihak laki-laki yang memang merupakan sistem dalam perkawinan masyarakat Batak Toba. Pada proses perkawinan dalam kebudayaan Batak Toba memang biasanya pihak laki-laki akan membicarakan berapa kira-kira tuhor uang boli yang harus mereka sediakan untuk keluarga pihak perempuan. Pembicaraan tuhor mula-mula dilakukan oleh golongan boru dari kedua belah pihak, yang dinamakan marhusip (berbisik-bisik) membicarakan tuhor karena belum boleh diketahui secara umum. Di dalam marhusip selalu terjadi tawar menawar adat soal tuhor panjuhuti (daging untuk pesta), jumlah ulos yang akan diberikan pihak hula-hula, jumlah undangan kedua belah pihak, tempat pesta (namangalamani, hembangan amak), waktu pesta dan lain-lainnya (Simanjuntak, 2006: 112). Tuhor uang boli atau dapat dikatakan sebagai mas kawin (mahar) ini seakan-akan semacam pengganti 84

29 perempuan karena ia akan diambil dari keluarganya. Dalam teori sistem kekerabatan sistem perkawinan itu disebut sebagai bride price. Perempuan dianggap sebagai tenaga kerja yang potensial dalam keluarganya oleh karena itu apabila ada pihak yang menginginkan perempuan untuk dijadikan istri, pihak tersebut harus membayarkan tuhor uang boli kepada pihak keluarga perempuan. Dalam illustrasi pernyataan Nommensen pada saat berada di tanah Batak pernah menyatakan bahwa orang Batak lahir dari perjualbelian perempuan. Oleh karena apabila terjadi perceraian maka istri kembali kepada orang tuanya atau kelompok marganya, tetapi anak yang dilahirkan tetap berada dalam kelompok suami dan tidak boleh dibawa ibu (Simanjuntak, 2006: ). Disini kelihatan bagaimana lemah dan tersubordinasinya kedudukan perempuan Batak Toba karena adanya mahar/mas kawin (tuhor uang boli) seakan-akan perempuan sudah dibeli pihak keluarga laki-laki. Lemahnya kedudukan perempuan tersebut bisa dilihat dari Kasus Ibu M. Sitinjak yang terancam akan dipulangkan kepada orangtuanya karena tidak bisa memiliki anak dan informan lain yang tidak berani berbuat banyak karena merasa sudah dibeli oleh pihak laki-laki. Menurut Ihromi memang harus diakui bahwa dalam hal-hal tertentu terlihat posisi perempuan lemah, hal ini bisa dilihat dari perempuan yang tidak memiliki anak laki-laki atau perempuan yang hanya memiliki anak perempuan dan yang paling menyedihkan adalah posisi perempuan yang tidak mempunyai anak (Vergouwen, 1986). 85

30 Tujuan utama dari perkawinan menurut orang Batak adalah untuk mendapatkan anak. Seorang istri yang telah melahirkan anak laki-laki dianggap sudah menunaikan tugas sejarahnya dan mendapatkan anak laki-laki adalah keinginan yang utama. Suami akan berterima kasih kepadanya dan akan semakin menghormatinya atas anak laki-laki yang dilahirkannya. Istri yang seperti ini biasa disebut orang Batak Toba sebagai boru naung gabe (perempuan yang sudah diberkati). Oleh karena itu penghormatan dan penghargaan untuk seterusnya seharusnya akan diperolehnya dari suami yang akan menjamin kehidupannya (Vergouwen, 1986: ). Namun sebenarnya hak untuk melahirkan memang merupakan hak dari perempuan yang memiliki rahim seperti yang tertulis di Hak Reproduksi Perempuan yang dimuat di Kesepakatan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan tahun 1994 di Kairo yaitu: 1. Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi Setiap perempuan berhak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan yang jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait dengan masalah kesehatan reproduksi, termasuk banyaknya pilihan alat kontrasepsi yang dapat dipilih oleh perempuan atau laki-laki dan efek samping dari berbagai alat kontrasepsi. 2. Hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi Setiap perempuan berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan perlindungan yang memadai bagi kehidupan reproduksinya, termasuk agar terhindar dari kematian akibat proses reproduksi, misalnya jaminan kesehatan agar perempuan terhindar dari kematian akibat kehamilan atau melahirkan. 3. Hak untuk kebebasan berpikir tentang hak reproduksi 86

31 Setiap perempuan berhak untuk mengungkapkan pikiran dan keyakinannya untuk menjaga kesehatan dan kehidupan reproduksinya tanpa paksaan dan siapa pun. 4. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran Setiap perempuan berhak unutk menentukan jumah anak yang akan dilahirkannya serta menentukan jarak kelahiran anak yang diinginkannya, tanpa paksaan dari siapa pun. 5. Hak untuk hidup, yaitu hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan Setiap perempuan hamil dan yang akan melahirkan berhak untuk mendapatkan perlindungan, termasuk pelayanan kesehatan yang baik sehingga ia dapat mengambil keputusan secara cepat mengenai kelanjutan kehamilannya bila proses kelahirannya beresiko kematian atau terjadi komplikasi. 6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi Artinya setiap perempuan harus dijamin agar tidak mengalami pemaksaan, pengucilan, dan tekanan yang menyebabkan kebebasan dan keamanan yang diperolehnya tidak dapat digunakan, termasuk kebebasan memilih alat kontrasepsi yang dianggappnya paling aman. 7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk, termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual Setiap perempuan berhak untuk dilindungi dari ancaman bentuk-bentuk kekerasan yang dapat mmenimbulkan penderitaan secara fisik, seksual, dan psikis yang mengganggu kesehatan fisik, mental, dan reproduksinya. 87

32 8. Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi Setiap perempuan berhak untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, misalnya informasi yang jelas dan benar serta kemudahan akses untuk mendapatkan alat kontrasepsi baru. 9. Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya Setiap perempuan berhak untuk dijamin kerahasiaan kesehatan reproduksinya, misalnya informasi tentang kehidupan seksualnya, masa menstruasi, jenis alat kontrasepsi yang digunakan. 10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga Setiap perempuan berhak untuk menentukan kapan, di mana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan membangun perkawinan atau keluarganya. 11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi Setiap perempuan berhak untuk menyampaikan pendapat atau aspirasinya mengenai kehidupan reproduksi secara pribadi atau melalui organisasi atau partai. 12. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi Setiap perempuan berhak untuk terbebaskan dari perlakuan diskriminasi berdasarkan gender/perbedaan jenis kelamin, ras, status perkawinan atau kondisi sosial-ekonomi, agama/keyakinannya dalam kehidupan keluarga dan proses reproduksinya. Ketidakadilan yang disebabkan oleh hak perempuan yang diabaikan tersebut dirasa cukup merugikan dan menyulitkan perempuan karena disertai 88

33 dengan bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan unsur kekerasan fisik, psikis, dan ekonomi. Menurut Sanituti dalam Ihromi, 1995: 509 bahwa kecenderungan meningkatnya kasus perlakuan sewenang-wenang terhadap wanita, baik secara fisik maupun fsikis, seringkali lebih berkisar sebagai isu dalam pembicaraan ataupun pemberitaan di media massa. Kedudukan perempuan dalam keluarga tidak terlepas dari sistem sosial masyarakat yang melingkupinya. Subordinasi wanita dalam masyarakat sebenarnya sudah berlangsung sangat lama dan bersifat universal. Kondisi tersebut sering dikaitkan dengan tradisi posisi subordinasi wanita terhadap laki-laki yang menimbulkan sikap-sikap pasrah dan menutup diri. Seorang istri sampai berupaya menutupi sikap kasar yang dilakukan oleh laki-laki terhadap dirinya. Dan alasan dilakukannya hal tersebut adalah untuk menjaga keseimbangan rumah tangga, keluarga serta masyarakat. Begitu juga dengan pengakuan informan yang akan merasa malu jika diketahui orang lain bahwa mereka cekcok. Jika terjadi cekcok, akan ada pihak yang mencemooh sehingga, inilah juga yang mendorong wanita Batak untuk berinisiatif bekerja keras untuk ikut mencari nafkah atau bahkan mencadi pencari nafkah utama dan tidak hanya mengharapkan suaminya saja seperti informan yang menjadi pedagang di pasar, meminjamkan uang, dsb. Selain itu bagi sebagian besar informan, cara mereka untuk tetap bisa semangat melanjutkan pekerjaannya dan melupakan tekanan-tekanan dalam dirinya menurut mereka yaitu melihat anak-anaknya tumbuh dewasa dan dapat mandiri. Sehingga, untuk mewujudkan itu informan berusaha keras untuk dapat membesarkan anak anaknya walaupun merasa tertekan karena haknya yang 89

34 diabaikan sebagai perempuan. Bagi informan-informan saya anak adalah segalanya, melihat anak-anaknya sehat dapat membuatnya bahagia. Membesarkan anaknya sendiri seperti memberikan banyak semangat dan motivasi besar untuknya. Mengenai hubungan yang terjadi antara ibu dan anak ini dapat dikaitkan dengan pendapat Malinowski dalam Moore (1998:48), yang menyatakan unit ibuanak saat ini menyajikan kerangka kerja yang penting bagi pengasuhan anak; unitunit tersebut membentuk ikatan yang istimewa dan berbeda dari unit serupa lainnya, menempati kedudukan fisik tertentu dan berbagi ikatan emosional khusus yang mendalam. Hal ini sekaligus juga menjelaskan secara psikologis tentang upaya yang dilakukan perempuan untuk membesarkan anaknya diantara tekanan yang muncul. Seorang ibu yang melahirkan anak-anaknya merupakan suatu kondisi hubungan keluarga yang paling jelas dari fakta biologis, hubungan antara ibu dan anak sangatlah alami. Barnes dalam Moore (1998:48) menekankan bahwa ayah tidaklah demikian nyata sebagaimana ibu, ia selalu menyimpulkan fatherhood (genitor) merupakan status sosial tidak seperti motherhood (genetrix) yang lebih nyata disebabkan oleh proses alami. Seperti yang dikatakan oleh Ihromi (1995: 225) bahwa wanita sebagai istri mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan suaminya, guna menciptakan dan membina keluarga sehat, sejahtera dan bahagia serta keutuhan keluarga sebagai unit sosial terkecil. Jadi pada sebuah keluarga, suami dan istri seharusnya saling menghargai, saling mengerti dan saling mendukung dalam mengembangkan potensi, bakat dan 90

BAB II ORANG BATAK DI PERKOTAAN/SUB URBAN Masyarakat di pinggiran Kota Medan, Kec. Percut Sei Tuan

BAB II ORANG BATAK DI PERKOTAAN/SUB URBAN Masyarakat di pinggiran Kota Medan, Kec. Percut Sei Tuan BAB II ORANG BATAK DI PERKOTAAN/SUB URBAN 2.1. Masyarakat di pinggiran Kota Medan, Kec. Percut Sei Tuan Konsep sub urban atau rurban sering diberi arti atau diterjemahkan dengan pinggiran kota. Yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati PERLINDUNGAN ANAK Anak UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak: Seseorang yang belum berusia

Lebih terperinci

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-6 INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI HAM Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Universal Declaration of Human Rights, 1948; Convention on

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 32 BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan Anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Para ibu memegang masa depan. Setiap saat dalam hidupnya mereka memelihara masa depan para guru, para dokter, pengusaha, politisi dan masyarakat yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPTEN LUMAJANG NOMOR 48 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA I. UMUM Keutuhan dan kerukunan rumah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

MENGHAYATI PERAN ISTRI

MENGHAYATI PERAN ISTRI MENGHAYATI PERAN ISTRI Perhiasan yang paling indah Bagi seorang abdi Allah Itulah ia wanita shalehah Ia menghiasi dunia.. --------------------------------------------------------------------- Ada yang

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI A. FAKTOR PENDUKUNG PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

Lingkungan Mahasiswa

Lingkungan Mahasiswa Lingkungan Mahasiswa Pernikahan Apa Hubungannya ya Lingkungan Mahasiswa dengan Pernikahan????? Pernikahan Dini Pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang masih muda, seperti mahasiswa atau mahasiswi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan terhadap sesama manusia telah memiliki sumber atau alasan yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi gender. Salah satu sumber

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain hal. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pengertian pernikahan

I. PENDAHULUAN. lain hal. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pengertian pernikahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi laki-laki. Sistem patriarki hidup dalam realita sehari-hari, baik kelas bawah, di rumah,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Gambaran Umum Undang-undang perlindungan anak dibentuk dalam rangka melindungi hakhak dan kewajiban anak,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk membina keluarga yang bahagia maka semua anggota keluarga harus menunaikan hak dan kewajiban. Hak harus di terima sedang kewajiban harus ditunaikan. Jika ada

Lebih terperinci

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata. Hikayat Cabe Rawit Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami-isteri di sebuah kampung yang jauh dari kota. Keadaan suami-isteri tersebut sangatlah miskin. Rumah mereka beratap anyaman daun rumbia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Perempuan bekerja bukan lagi pemandangan langka. Ada yang bergaji tinggi sebagaimana karyawan kantoran yang berbekal titel, ada pula pegawai rendahan

Lebih terperinci

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan BAB IV ANALISIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO MENGENAI PENOLAKAN GUGATAN NAFKAH MAD{IYAH DALAM PERMOHONAN CERAI TALAK NOMOR : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda A. Analisis Undang-Undang Perkawinan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11 1. Kemarin, Hana menerima undangan dari Ibu guru Santi. Bu Santi akan merayakan pesta ulang tahun ke-26 pada sabtu ini. Sekarang baru

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?... Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang dinyatakan pada Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

SAAT TERJADI KONFLIK

SAAT TERJADI KONFLIK SAAT TERJADI KONFLIK Dalam berumah tangga, tak dapat dihindari yang namanya konflik atau permasalahan. Ibarat sendok dan garpu pasti ada gesekan walaupun kadang tidak disadari. Karena sekali lagi, perempuan

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut: 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Beberapa faktor penyebab sengketa pengasuhan anak dalam perkara Nomor 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut: - Penggugat dan Tergugat sama-sama merasa berhak mengasuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : WIDYA YULI SANTININGTYAS F100.050.270 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI Pile Patiung, SE DASAR PEMIKIRAN CEDAW 1984 ICPD CAIRO 1994 KONFERENSI WANITA SEDUNIA DI BEIJING 1995 KONDISI KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA HAM DAN HAK-HAK REPRODUKSI

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) Konvensi Hak Anak (KHA) Perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan Hak Anak Istilah yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dan segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Pandangan tersebut didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci