BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum kita membahas mengenai perancangan aplikasi, terlebih dahulu dijelaskan beberapa definisi yang diperlukan serta beberapa teori yang penting dan diperlukan untuk perancangan aplikasi. 2.1 Model Inventori Model Inventori Umum Inti dari masalah inventori adalah tentang bagaimana meletakkan order dan menerimanya di dalam set interval waktu. Kebijakan inventori secara umum harus dapat menjawab 2 pertanyaan, yaitu berapa jumlah yang harus diorder dan kapan harus melakukan order. Jawaban dari kedua pertanyaan ini tertuju dalam bagaimana cara meminimalkan model biaya / cost : Total Cost = Purchasing Cost+Setup Cost+Holding Cost+Shortage Cost (2.1) Seluruh biaya ini harus dinyatakan dalam istilah economic order quantity (berapa jumlah yang harus diorder) dan waktu order (kapan melakukan order). Purchasing Cost merupakan harga beli per unit item. Setup Cost merepresentasikan biaya tetap yang diperlukan untuk order barang. Holding Cost merepresentasikan biaya pemeliharaan inventori di dalam stok. Biaya ini meliputi

2 7 bunga modal, biaya penyimpanan, pemeliharaan. Shortage Cost adalah penalti yang harus ditanggung saat kehabisan stok. Biaya ini meliputi kehilangan pendapatan dan biaya lain yang sifatnya subjektif dalam kaitannya dengan kehilangan nama baik di mata customer. Suatu sistem inventori bisa didasarkan pada review periodik (misalnya order tiap minggu) di mana order dilakukan pada awal periode. Alternatif lain dari hal ini adalah menggunakan review kontinu di mana order baru dilakukan ketika level inventory mencapai titik minimum tertentu, atau sering disebut reorder point Metode EOQ Klasik Metode EOQ (Economic Order Quantity) Klasik merupakan metode yang paling mudah dan paling umum digunakan dalam model pengendalian inventori / persediaan. Metode ini juga dikenal karena relatif mudah diaplikasikan. Metode EOQ Klasik ini pertama kali diperkenalkan oleh Harris pada tahun 1913, tetapi kemudian disempurnakan oleh Wilson pada tahun Metode EOQ Klasik didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu : 1. Jumlah permintaan tetap dan kontinu. 2. Jumlah order dan holding cost tetap. 3. Kuantitas batch tidak harus selalu integer. 4. Seluruh kuantitas batch dikirimkan pada waktu yang sama.

3 8 Pada metode EOQ klasik digunakan beberapa notasi sebagai berikut : A = Ordering / Setup Cost h = holding cost per unit / waktu d = jumlah unit permintaan / waktu Q = jumlah kuantitas persediaan C = Biaya per unit waktu. Karena stok aman tidak diperlukan dan penyusutan tidak diperhitungkan, maka inventory level akan bervariasi sepanjang waktu, seperti formula di bawah ini. Q d C = h + A 2 Q (2.2) Bagian pertama dari formula ini (Qh/2) merepresentasikan holding costs, yang kita dapatkan sebagai stok rata-rata. Jumlah rata-rata dari order per unit waktu adalah direpresentasikan dalam d/q. Dengan mengalikan d/q dengan ordering cost A, kita dapatkan biaya order / ordering cost biaya order per satuan waktu. Gambar 2.1. Grafik Perkembangan Level Inventori Terhadap Waktu (Axsater 2002)

4 9 Fungsi biaya C terlihat jelas berbentuk cembung terhadap Q, dan kita bisa mendapatkan Q optimum dari syarat turunan pertama. dc dq h d = A 2 Q 2 = 0 (2.3) Dengan memecahkan Q kita dapat mencari economic order quantity optimal ( Q *). 2Ad Q* = (2.4) h Jika kita memasukkan (2.4) ke dalam (2.2), maka kita akan mendapatkan Adh Adh C* = + = 2Adh (2.5) 2 2 Pada optimal order quantity ini holding cost akan sama dengan ordering costs. Di persamaan (2.2) telah ditunjukkan biaya sebagai fungsi dari economic order quantity Q. Sebagai alternatifnya, kita juga bisa menyatakan biaya dalam fungsi siklus waktu T = Q/d, dan T* = Q*/d Reorder Point Dalam EOQ digunakan review kontinu kebijakan (R,Q) untuk menentukan penentuan reorder point. Jika lead time L = 0 kita dapat mengatakan bahwa R = 0. Ini menunjukkan bahwa kita melakukan order saat posisi inventori = 0 dan kita mendapatkan pengiriman segera. Saat L=0, posisi inventori selalu sama dengan level inventori. Kemudian kita menggunakan asumsi L>0. Sebagaimana telah ditunjukkan di atas, kita harus melakukan order lebih awal, maka dari itu perlu untuk mengganti reorder point ke R = Ld, dan dapat ditambahkan lead time permintaan yang deterministik. Order dilakukan ketika posisi inventori sama dengan R.

5 Quantity Discount Secara umum, relatif mudah untuk memasukkan biaya lain yang bervariasi dengan kuantitas order dalam lot sizing models. Jika kuantitas order cukup besar, kita bisa mendapat discount untuk seluruh unit terhadap harga beli unit. Kita dapat mendefinisikan variabel v dan v sebagai berikut : v = harga per unit untuk Q < Q 0, ini adalah harga normal v ' = harga per unit untuk Q Q 0, dimana v ' < v Syarat untuk harga yang lebih murah ini adalah jika Q Q 0, tetapi juga dimungkinkan hal lain, yaitu diskon hanya berlaku untuk jumlah unit di atas breakpoint Q 0. (Benton dan Park,1996). Holding cost akan bergantungan pada unit cost dan kita anggap hal ini mengikuti struktur berikut : h = h 0 + rv, untuk Q < Q 0 (2.6) h = h 0 + r v ', untuk Q Q 0 Dengan melihat asumsi bahwa holding cost terdiri dari 2 bagian, yaitu biaya modal yang didapat dengan memasukkan rate bunga r pada unit cost, dan holding cost lain h 0 yang didapat bersifat bebas terhadap harga per unit. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, A adalah ordering cost dan d adalah permintaan tetap per satuan waktu. Mengingat biaya pembelian / purchasing cost bergantung pada jumlah order, maka hal ini harus dimasukkan ke dalam fungsi objektif yang digunakan untuk menentukan Q. Dari persamaan (2.2), kita bisa dapatkan persamaan sebagai berikut :

6 11 Q d C = dv + ( h0 + rv) + A, untuk Q < Q 0 (2.7) 2 Q Q d C = dv + ( h0 + rv' ) + A, untuk Q Q 0 (2.8) 2 Q Untuk mendapatkan solusi optimal kita dapat menggunakan 2 step berikut : 1. Pertama, masukkan persamaan (2.8) tanpa constrain Q Q 0. Maka akan didapatkan : 2Ad Q' = (2.9) h 0 + rv' C ' = 2Ad( h0 + rv') + dv' (2.10) Perhatikan bahwa karena v <v, (2.8) menghasilkan batas bawah / lower bound untuk (2.7) dengan Q < Q 0. Maka dari itu, jika Q Q 0, persamaan (2,9) dan (2,10) akan memberikan solusi optimal, dengan Q* = Q, dan C*= C. 2. Jika Q < Q 0 seperti yang ditunjukkan di gambar berikut, maka optimasi fungsi biaya (2.7) harus dilakukan, dan hasilnya akan menjadi sebagai berikut. 2Ad Q' ' = (2.11) h + rv 0 C' ' = 2Ad( ho + rv) + dv (2.12) Mengingat v > v, maka kita dapat mengetahui bahwa Q adalah lebih kecil dari Q, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Q < Q < Q 0. Secara jelas,

7 12 disini terlihat bahwa persamaan (2.11) dan (2.12) menyediakan biaya terendah yang mungkin tanpa memasukkan discount. Karena konveksitas dari persamaan (2.8) dan bahwa Q < Q 0, kita dapat mengetahui bahwa biaya terendah dengan discount adalah Q0 d C( Q0 ) = dv' + ( h0 + rv' ) + A (2.13) 2 Q 0 Solusi optimal pada kasus ini secara konsekuen dapat diperoleh sebagai nilai minimum dari persamaan (2.12) dan (2.13). Gambar 2.2. Fungsi biaya untuk berbagai nilai Q yang berbeda Pada gambar 2.2 diatas, karena v > v, maka persamaan (2.10) dengan Q akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi dibanding persamaan (2.11) yang menggunakan variabel Q. Dengan melihat pasangan persamaan (2.9),(2.10), (2.11), dan (2.12), kita dapat mengetahui bahwa variabel v dan v berbanding terbalik dengan biaya yang diperlukan.

8 Time-Varying Demand Sampai bagian ini, hanya dibicarakan tentang permintaan yang sifatnya tetap. Tetapi di sisi lain, time-varying demand atau permintaan yang berubah sesuai waktu juga sering terjadi. Variasi ini dapat terjadi karena beberapa alasan yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah item bisa digunakan sebagai komponen yang digunakan dalam memproduksi beberapa produk hanya dalam keadaan tertentu. Kemungkinan lain adalah produksi berbasis kontrak, yang mengharuskan sejumlah barang dikirimkan pada tanggal yang spesifik. Ada alasan lain juga, yaitu variasi musim dalam permintaan. Dalam hal ini dibicarakan permintaan yang deterministik, di mana semua variasi sudah dikenal, dan faktor lead time masih dapat diabaikan. Ketika berhubungan dengan lot sizing untuk permintaan yang berubah sesuai waktu, secara umum dapat diasumsikan bahwa ada sejumlah time step tertentu yang bersifat diskret, atau periode. Suatu periode bisa sebagai contoh satu hari atau satu minggu. Sebelumnya telah diketahui bahwa permintaan pada tiap periode, atau mudahnya, diasumsikan bahwa permintaan periodik terjadi pada awal periode, dan tidak ada stok awal. Ketika pengiriman barang, semua barang dikirimkan pada waktu yang sama. Holding cost dan ordering cost bersifat tetap sepanjang waktu. (Inventory Control, Axsater, 2002). Pada permintaan yang berubah sesuai waktu kita bisa menggunakan notasi berikut : A = Ordering Cost h = holding cost per unit / waktu d i = jumlah unit permintaan pada periode i, i = 1,2,, T. (diasumsikan bahwa d 1 > 0)

9 14 T = jumlah periode Pada bagian ini kita memilih kuantitas batch, sehingga jumlah order dan holding cost dapat diminimalkan. Problem ini biasanya disebut sebagai masalah classical dynamic lot size. Karena permintaan berubah terhadap waktu, kita tidak bisa mengharapkan lot size optimal untuk selalu konstan. Ada 2 property yang disampaikan oleh Taha (2003) terkait hal ini : 1. Replenishment / pengisian / pelengkapan harus selalu memenuhi permintaan dalam sebuah bilangan integer periode yang saling berkaitan. Hal ini sering disebut sebagai zero-inventory property, berarti bahwa pengiriman hanya dilakukan saat jumlah inventori berjumlah nol. 2. Holding cost untuk permintaan yang periodik tidak boleh melebihi ordering cost. 2.2 Dynamic Programming Dynamic Programming adalah suatu teknik untuk menentukan solusi optimum untuk n-variabel dengan cara melakukan proses dekomposisi ke dalam n stage dengan tiap stage, di mana tiap stage menghasilkan single variabel untuk tiap sub problem. (Taha, 2003). Ide dasar dari dynamic programming adalah melakukan dekomposisi / penguraian problem dan membagi ke dalam stage, lalu melakukan perhitungan solusi optimal tiap sub problem. Keuntungan menggunakan perhitungan dengan metode dynamic programming adalah dapat mengoptimalkan solusi single variabel untuk tiap sub problem. Perhitungan dalam dynamic programming

10 15 dilakukan secara rekursif, di mana solusi optimal untuk satu subproblem digunakan sebagai input untuk sub problem berikutnya. Ketika sub problem terakhir terpecahkan, solusi optimal dari keseluruhan problem akan didapatkan. Secara umum, tiap subproblem ini dihubungkan oleh constrain umum. Saat kita bergerak dari satu sub problem ke sub problem lain, feasibility dari constrain umum ini tetap dibawa / diturunkan. Secara umum, perhitungan rekursif dalam dynamic programming ini dapat diringkas ke dalam suatu model ekspresi matematika umum sebagai berikut : f ( x ) min/ max{ d( x, x ) + f ( 1)( x 1)}, i i i = i 1 i i i = 1,2,3,... Di mana pencarian nilai optimum minimum atau maksimum ini dilakukan pada interval yang mungkin / feasible. Perhitungan ini dimulai dari i=1, dan set rekursif f x ) = 0. Persamaan ini menunjukkan bahwa solusi optimum subproblem o ( o f x ) pada stage i harus dinyatakan dalam istilah node berikutnya, x i. Dalam i ( i terminologi dynamic programming, x i menunjuk state system pada stage i. Sebagai akibatnya, state sistem pada stage i dianggap sebagai informasi yang menghubungkan bersama seluruh stage yang ada, dan keputusan optimal pada sisa stage yang ada dapat dibuat tanpa mengecek ulang bagaimana keputusan untuk stage berikutnya dicapai. Definisi yang benar tentang state membuat kita untuk memisahkan setiap stage secara terpisah dan menjamin bahwa solusi yang dihasilkan feasible untuk semua stage. Definisi dari state ini mengantar kita kepada kerangka kerja terpadu dalam dynamic programming. Prinsip optimalitas menyebutkan bahwa

11 16 keputusan mendatang dari stage yang tersisa akan menghasilkan kebijakan optimal, tidak peduli terhadap kebijakan yang diadopsi dalam stage sebelumnya. (Taha, 2003). Salah satu aplikasi praktis dari dynamic programming ini adalah solusi rute terpendek. 2.3 Algorima Wagner-Whitin Pada dunia inventori, jumlah permintaan barang bisa tetap atau berubah sesuai berjalannya waktu, dan masalah ini sebelumnya telah dijelaskan pada bab sebelumnya tentang time-varying demand. Untuk menyelesaikan masalah inventory yang ditimbulkan karena berubahnya barang sesuai berjalannya waktu, pendekatan yang paling umum digunakan adalah menggunakan solusi Dynamic Programming. Penyelesaian dengan metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Wagner dan Whitin pada tahun 1958 dan solusi mereka sering disebut sebagai algoritma Wagner-Whitin. (Axsater, 2002). Kita dapat menggunakan notasi sebagai berikut : f k = biaya minimum pada periode 1,2,, k, di mana kita mengabaikan periode k+1, k+2, T f k, t = biaya minimum pada periode 1,2,, di mana pengiriman terakhir berada dalam periode t. ( 1 t k) (3.1) Pertama-tama, mari kita perhatikan bahwa :

12 17 =, di mana ( 1 t k) (3.2) f k min f k, t Hal ini disebabkan karena pengiriman terakhir berada pada beberapa periode dalam solusi optimal. Disini cukup jelas bahwa f 0 = 0, dan f 1, 1 = A. Ini karena dengan hanya satu periode, kita hanya mendapatkan setup cost, bukan holding cost. Pemanggilan kembali permintaan periodik diasumsikan terjadi pada permulaan periode. Sekarang kita asumsikan bahwa kita mengetahui ft 1 untuk beberapa t > 0. Kita bisa dengan mudah mencari f, untuk k t sebagai berikut : k t f ft 1 + A + h( dt dt ( k t) d ) (3.3) k, t = + k Karena kita memiliki pengiriman pada periode t, maka biaya minimum untuk periode 1,2,,t-1 haruslah f t 1. Biaya pada periode t adalah setup cost A. Permintaan diasumsikan terjadi pada permulaan periode. Ini berarti bahwa d t tidak akan menyebabkan terjadinya holding cost. Permintaan pada periode t+1 mendatangkan holding cost hd t + 1, karena kuantitas dt + 1 disimpan di dalam stok selama periode t. Permintaan pada periode t+2 juga serupa, disimpan dalam stok selama 2 periode, t dan t+1, dan menyebabkan holding cost sebesar 2 hd t + 2, dan seterusnya. Kita sekarang bisa mengasumsikan, bahwa kita mengetahui f 1, f2,..., f k 1, dan kita sudah memecahkan problem untuk periode 1,2,, k-1. Selanjutnya kita dapat

13 18 menentukan f, untuk interval k t 1 t k dari persamaan (3.3). Selanjutnya kita memasukkan persamaan (3.2) untuk mendapatkan f k dan problem untuk periode k ini juga terpecahkan. Setelah itu kita telah siap untuk menggunakan prosedur yang sama untuk periode k+1, dan seterusnya. Dari bab sebelumnya kita telah mengetahui bahwa jika h( j t) d j > A, kita tidak perlu menentukan f k, t untuk k j ketika memasukkan persamaan (3.3). Lebih jauh lagi, sangat jelas bahwa kita hanya perlu menganggap k T. Setelah melalui seluruh periode T, kita mendapatkan solusi optimal sebagai berikut. Pertama kita menganggap persamaan (3.2) untuk k=t. Nilai minimum adalah biaya minimum, dan t yang diminimumkan adalah periode dengan pengiriman terakhir. Perhatikan meminimumkan t dengan t '. Karena pengiriman terakhir berada dalam periode t, solusi untuk periode 1,2,, t-1 harus juga optimal. Maka sekali lagi kita memasukkan persamaan (3.2) untuk k = t' -1. Pengiriman terakhir yang optimal untuk masalah ini,dianggap t, adalah pengiriman yang kedua dari terakhir untuk keseluruhan masalah. Sekarang kita memasukkan persamaan (3.2) untuk k = t' ' -1, dan kita lanjutkan dengan cara ini sampai t minimum sama dengan satu, karena kita memiliki semua periode dengan pengiriman. Berikut ini diberikan contoh pemodelan aplikasi Wagner Whitin agar dapat mempermudah pemahaman tentang metode kalkulasi yang digunakan : Permintaan dalam T = 10 periode diberikan dalam 2 baris pertama tabel 3.1. Ordering cost A = $300 dan holding cost h=$1 per unit dan satuan waktu. Tabel 2.1. Contoh solusi untuk f k, t

14 19 Solusi : Dalam tabel 2.1 kita mulai dengan setting f $ 300. Selanjutnya kita 1,1 = menggunakan persamaan (3.3) untuk menentukan f 2, 1 = f 1, 1 +1*60 = 360, f 3,1 = 2, 1 f +2*90 = 540, dan seterusnya. Ketika kita sampai di f 6, 1 kita akan lihat bahwa holding cost yang berkaitan dengan permintaan di periode 6 = 500 > A=300 dan kolom sudah lengkap. Sangat jelas di sini bahwa f = f 300. Dengan 1 1,1 = mengguanakan persamaan (3.3) kita mendapatkan f 2,2, f3, 2, dan seterusnya. Setelah menyelesaikan kolom ini kita memasukkan persamaan (3.2) untuk mendapatkan f = min{ f2,1, f2, 2} = min{360,600} 2 = 360. Perhatikan bahwa kedua angka ini berada di garis bawah diagonal pada tabel 3.1. Setelah menyelesaikan kolom berikutnya kita harus mengoptimalkan dari diagonal selanjutnya ke arah kanan untuk mendapatkan f 3 = min{540,690,660} = 540. Kita lanjutkan dengan cara ini sampai tabel lengkap. Kemudian kita akan bisa mendapatkan biaya minimum, yaitu ada di f = min{1550,1630,1570,1550,1770} 1550 dengan menggunakan persamaan (3.2). 10 = Disini jelas bahwa biaya minimum didapat untuk t ' =9 dan t ' =6. Pertama kali kita mencari solusi dengan t =9. Karena pengiriman terakhir ada di periode 9, problem setelah berjalan 8 periode seharusnya sudah bisa dipecahkan secara optimal. Dengan

15 20 melihat ke diagonal yang berkaitan, kita mendapat t ' ' =6. Selanjutnya kita melihat masalah 5 periode dan mendapat t ' ' ' =3. Selanjutnya kita mendapatkan t ' ' ' ' =1 dan solusi ini lengkap. Kemudian dapat dilakukan verifikasi bahwa solusi optimal lain dengan t ' = 6, ini berarti bahwa 2 batch terakhir dikombinasikan menjadi single batch. 2 solusi optimal diberikan pada tabel 2.2 dibawah. Tabel 2.2. Batch Size Optimal 2.4 Interaksi Manusia dan Komputer Definisi Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya (Shneidermann, 2003). Interface / antarmuka pemakai adalah bagian sistem komputer yang memungkinkan manusia berinteraksi dengan komputer Aturan Emas Perancangan User Interface Untuk melakukan perancangan yang baik, terdapat beberapa aturan yang perlu diperhatikan dan berguna untuk membuat alternatif desain antarmuka, perancangan yang baik dan juga untuk melakukan evaluasi terhadap hasil

16 21 perancangan yang telah dilakukan. Aturan ini sering disebut 8 aturan emas perancangan User Interface (Shneidermann,2003), yang terdiri dari : 1. Menjaga konsistensi tampilan. 2. Memungkinkan frequent users untuk menggunakan shortcut, sehingga mempermudah user untuk melakukan tugas atau aksi yang sering dilakukan. 3. Memberikan umpan balik yang informatif. 4. Merancang dialog yang memberikan penutupan (keadaan akhir). 5. Memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang sederhana. 6. Memungkinkan pembalikan aksi yang mudah. 7. Mendukung pusat kendali internal ( internal locus of control). 8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek. 2.5 Rekayasa Piranti Lunak Software adalah set dari item atau obyek yang membentuk konfigurasi yang termasuk program, dokumen, dan data (Pressman, 1992) Rekayasa Piranti Lunak / software adalah penetapan dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa dalam rangka mendapatkan software yang ekonomis yaitu software yang terpercaya dan bekerja efisien pada mesin / komputer. Ada 3 elemen kunci dalam proses rekayasa software, yaitu :

17 22 1. Metode : menyediakan cara bagaimana secara teknis membangun software. Metode ini terdiri dari : Perencanaan proyek dan estimasi. Analisis kebutuhan sistem dan software. Rancangan struktur data. Arsitektur program. Algoritma prosedur. Pengkodean Testing Pemeliharaan. 2. Alat bantu / tools : menyediakan dukungan otomatis / semi otomatis untuk metode. Salah satu tools yang sering dipakai dalam perancangan aplikasi adalah Computer Aided Software Engineering (CASE) yang mengkombinasikan software, hardware, dan software engineering database. 3. Prosedur : menggabungkan metode dan alat bantu, mendefinisikan urutan (seguence) metode, mendefinisikan keluaran seperti dokumen, laporan, dan formulir yang dibutuhkan. Selain itu prosedur juga mendefinisikan kontrol yang membantu keyakinan kualitas dan perubahan koordinasi. Dalam proses pengembangan software ada beberapa model yang dapat digunakan, yaitu :

18 23 1. Model Linear / Klasik. Pada model ini proses perancangan dilakukan secara linear dari awal sampai selesai, dan terdiri dari 6 proses / aktivitas utama yang membentuk siklus, yaitu : a. System engineering / rekayasa sistem. Pada tahap pertama ini, proses rekayasa sistem mulai dilakukan. b. Requirement analysis. Analisis terhadap kebutuhan sistem mulai dilakukan pada tahap ini. c. Design. Proses desain pada tahap ini mencakup perancangan struktur data, arsitektur software, dan prosedur detail. d. Coding Pada tahap ini proses untuk menghasilkan coding terjadi. e. Testing. Proses testing / pengujian software ini berfokus pada logical internal dari software. f. Pemeliharaan / maintenance. Tahapan ini bertujuan untuk menyempurnakan software yang telah dibuat dan juga untuk mengakomodasi terhadap perubahan lingkungan luar, misalnya karena dirilisnya sistem operasi baru, sehingga software perlu disempurnakan dengan patch agar dapat bekerja dengan baik di lingkungan sistem operasi yang baru.

19 24 System/information engineering analysis design code test Gambar 2.3 Metode Linear 2. Model Sekuensial / Waterfall. Metode ini mirip dengan metode linear, hanya pada tahapan yang ada dilakukan perincian lebih detail, pada metode ini terdiri dari beberapa tahapan / aktivitas, yaitu : a. Market analysis. Proses analisa pasar dilakukan untuk mengetahui jenis software apa yang diinginkan atau dibutuhkan pasar. b. Requirement specification. Fase ini menentukan spesifikasi teknis yang diperlukan oleh sistem / software. c. Cost estimation. Penentuan biaya yang diperlukan untuk pengembangan software.

20 25 d. Project planning. Perencanaan teknis pelaksanaan proyek pengembangan software diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan proyek. e. Requirement review. Setelah perencanaan teknis pelaksanaan, estimasi biaya, dan spesifikasi teknis ditentukan, dilakukan review untuk meneliti secara keseluruhan, apakah ada kesalahan atau kekurangan, sehingga kesalahan fatal dapat dicegah secara dini sebelum proses desain dimulai. f. High level design. Proses desain global software dilakukan pada tahapan high level design ini. g. Low level design. Pada tahap low level design, dilakukan desain terhadap detail dari software. h. Design review. Proses design review dilakukan untuk melihat kembali secara keseluruhan hasil dari proses desain yang telah dilakukan. i. Unit testing. Kinerja dari unit dan modul yang ada diuji pada tahap unit testing ini. j. System testing. Tahap system testing dilakukan untuk menguji operasional sistem software yang telah didesain.

21 26 k. Acceptance test. Sebelum software hasil pengembangan dipasarkan, perlu dilakukan uji kemampuan penerimaan konsumen terhadap software yang telah dikembangkan. l. Implementasi. Setelah software melewati fase testing, maka dapat dilakukan implementasi pada konsumen. Model sekuensial memiliki beberapa kelebihan, yaitu resiko kegagalan sedikit jika proses awal matang dan berjalan maksimal jika requirement konsumen cenderung statis dan sistem scope kecil. Selain kelebihan, pada model ini terdapat juga kelemahan yaitu tiap tahapan proses memerlukan waktu yang relatif lama, akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan menggunakan bantuan model prototyping. 3. Model Incremental. Model ini terdiri dari 4 tahapan utama yaitu analisis, desain, coding, dan test. Tetapi pada model incremental pengembangan dapat dilakukan secara paralel dan dapat dilakukan pipelining. System/information engineering increment 1 analysis design code test delivery of 1st increment increment 2analysis design code test delivery of 2nd increment increment 3analysis design code test delivery of 3rd increment increment 4analysis design code test delivery of 4th incremen calendar time Gambar 2.4. Model Incremental (Schneiderman, 2003)

22 27 4. Model Spiral. Pada model spiral, proses pengembangan terdiri dari 6 komponen atau aktivitas utama, yaitu planning (perencanaan), risk analysis (analisis resiko), engineering, construction & release (konstruksi dan rilis), customer evaluation dan customer communication. Tiap komponen ini saling bekerjasama seperti membentuk spiral. Planning Risk Analysis Customer Communication Engineering Customer Evaluation Construction & Release Gambar 2.5. Model Spiral 5. Model Prototyping. Prototyping adalah suatu proses yang memungkinkan pembangun software menciptakan sebuah model dari software yang akan dibangun. Pengembangan software dengan menggunakan model prototype juga seringkali disebut pengembangan aplikasi secara cepat atau Rapid Application Development (RAD). Pada model

23 28 prototyping, proses pengembangan dimulai dengan input dari customer, lalu developer membuat model software, lalu setelah selesai dilakukan test drive atau pengujian pada konsumen, dan selanjutnya developer akan mendengar masukan dari konsumen, lalu jika ada yang perlu diperbaiki developer akan melakukan revisi dan demikian seterusnya proses berulang, sampai proses pengembangan selesai dan didapatkan hasil yang diinginkan. listen to customer build/revise mock-up customer test-drives mock-up Gambar 2.6. Model Prototyping Selain model pengembangan software diatas, juga terdapat tool atau alat bantu perancangan dan modelling yang berupa : 1. State Transition Diagram (STD). State Transition Diagram (STD) merupakan tools modelling yang menggambarkan sifat ketergantungan pada waktu dari suatu sistem, dan menjelaskan perubahan state

24 29 pada sistem. Pada mulanya hanya digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang memiliki sifat real time, seperti telephone switching system. Notasi yang digunakan pada STD adalah : State Perubahan State Selain state dan perubahan state, untuk melengkapi STD diperlukan condition dan action. Condition adalah suatu event pada external environment yang dapat dideteksi oleh sistem. Sedangkan action adalah yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state atau dapat dikatakan merupakan reaksi terhadap condition. Action akan menghasilkan output, message display pada screen, menghasilkan kalkulasi, dan lainnya. 2. Spesifikasi Proses. Setiap proses di DFD harus memiliki spesifikasi proses, karena tanpa spesifikasi proses kita tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam proses tersebut. Spesifikasi proses menjadi pedoman bagi programmer dalam membuat program / coding. Untuk menjelaskan spesifikasi proses dapat berupa narasi / cerita, bahasa natural yang terstruktur seperti bahasa Inggris atau Indonesia, pohon keputusan dan tabel keputusan.

Rekayasa Perangkat Lunak DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008

Rekayasa Perangkat Lunak DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 Rekayasa Perangkat Lunak DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 PLPG Sosialisasi TIK KTSP2008 Latar Belakang Kemajuan pesat perangkat keras Kemajuan dalam teknik-teknik pembuatan

Lebih terperinci

System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) System Development Life Cycle (SDLC) SI-215 Analisa & Desain Sistem Informasi I Rosa Ariani Sukamto Permasalahan Perangkat Lunak Software used, but criticized or dropped 19% Software delivered and used

Lebih terperinci

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL The Process By: U. Abd. Rohim, MT A Layered Technology Software Engineering tools methods process model a quality focus 2 1 Langkah-langkah SE v Definition (What?) System or Information Engineering, Software

Lebih terperinci

SOFTWARE PROCESS MODEL I Disiapkan oleh: Umi Proboyekti, S.Kom, MLIS

SOFTWARE PROCESS MODEL I Disiapkan oleh: Umi Proboyekti, S.Kom, MLIS Bahan Ajar Rekaya Perangkat Lunak SOFTWARE PROCESS MODEL I Disiapkan oleh: Umi Proboyekti, S.Kom, MLIS Linear SequentialModel/ Waterfall Model Model ini adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan

Lebih terperinci

SOFTWARE PROCESS MODEL

SOFTWARE PROCESS MODEL Bahan Ajar Rekaya Perangkat Lunak SOFTWARE PROCESS MODEL Linear SequentialModel/ Waterfall Model Model ini adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Berikut ini

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Software Process(2) Teknik Informatika S1 Rekayasa Perangkat Lunak 1. Linear Sequential Model 1. Waterfall Model 2. V Model 3. RAD Model 2. Prototyping Model 3. Evolutionary Model 1. Incremental Model

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK pengembangan perangkat lunak (PL) dapat dianggap sebagai lingkaran pemecahan masalah. Untuk menyelesaikan masalah besar, dipecah menjadi kecil terus-menerus sampai paling kecil,

Lebih terperinci

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak by webmaster - Tuesday, January 05, 2016 http://anisam.student.akademitelkom.ac.id/?p=123 Menurut IEEE, Pengembangan software (software engineering ) adalah :

Lebih terperinci

PROSES DESAIN. 1. Metodologi Pengembangan Sistem

PROSES DESAIN. 1. Metodologi Pengembangan Sistem PROSES DESAIN 1. Metodologi Pengembangan Sistem SDLC (Systems Development Life Cycle) dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Analisis Perancangan Program 3.1.1 Struktur Program Input yang diperlukan program berupa data inventori. Data inventori yang dibutuhkan di sini meliputi ID barang, nama barang,

Lebih terperinci

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University Ratna Wardani Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University S/W Process Model Tahapan S/W Process Model Proses S/W Materi Model Waterfall Model Prototype Model Rapid Application Development

Lebih terperinci

THE SOFTWARE PROCESS

THE SOFTWARE PROCESS 1 THE SOFTWARE PROCESS Ign.F.Bayu Andoro.S, M.Kom Introduction 2 Proses perangkat lunak telah menjadi perhatian yang serius selama dekade terakhir Proses perangkat lunak merupakan sebuah kerangka kerja

Lebih terperinci

Review of Process Model. SE 3773 Manajemen Proyek Teknologi Informasi *Imelda Atastina*

Review of Process Model. SE 3773 Manajemen Proyek Teknologi Informasi *Imelda Atastina* Review of Process Model SE 3773 Manajemen Proyek Teknologi Informasi *Imelda Atastina* Beberapa Model Proses RPL Linear Sequential Model Evolutionary Software Process Model Incremental Model Spiral Model

Lebih terperinci

Aplikasi yang pendekatannya sistematis, disiplin, bisa terukur untuk pengembangan operasional dan pembuatan software. Tools. Methods.

Aplikasi yang pendekatannya sistematis, disiplin, bisa terukur untuk pengembangan operasional dan pembuatan software. Tools. Methods. 2 Prosess, Metode dan Peralatan 1. Pendahuluan RPL merupakan teknologi layer Menurut IEEE, RPL adalah : Aplikasi yang pendekatannya sistematis, disiplin, bisa terukur untuk pengembangan operasional dan

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Sistem sistem pendukung yang dibutuhkan untuk menjalankan program yang telah dibuat ini terbagi menadi dua kelompok besar yaitu kelompok perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Stok (Persediaan) Stok (persediaan) (Spencer B. Smith, 1989, p. 108) adalah persediaan barang atau secara umum dapat diartikan sebagai sumber daya yang sedang tidak dipakai, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Rancang Bangun, teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 METODE PENGEMBANGAN SISTEM

PERTEMUAN 2 METODE PENGEMBANGAN SISTEM PERTEMUAN 2 METODE PENGEMBANGAN SISTEM PENGERTIAN SDLC atau Software Development Life Cycle atau System Development Life Cycle adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Cutting Stock Problem 2.1.1 Integer Knapsack Cutting-stock problem merupakan salah satu satu contoh persoalan dalam Integer Knapsack. Dalam persoalan integer knapsack,

Lebih terperinci

Tugas Softskill. Universitas Gundarma. : Sistem Informasi Manajemen. : Waldhi Supriono NPM : Kelas : 2 DB 12

Tugas Softskill. Universitas Gundarma. : Sistem Informasi Manajemen. : Waldhi Supriono NPM : Kelas : 2 DB 12 Tugas Softskill Mata Kuliah Nama : Sistem Informasi Manajemen : Waldhi Supriono NPM : 37111352 Kelas : 2 DB 12 Universitas Gundarma 2011 Siklus Hidup Sistem Siklus Hidup Sistem DASAR PERENCANAAN SISTIM

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 METODE PENGEMBANGAN SISTEM

PERTEMUAN 2 METODE PENGEMBANGAN SISTEM PERTEMUAN 2 METODE PENGEMBANGAN SISTEM PENGERTIAN SDLC atau Software Development Life Cycle atau System Development Life Cycle adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2 PENGANTAR RUP & UML Pertemuan 2 PENGANTAR RUP Rational Unified Process (RUP) atau dikenal juga dengan proses iteratif dan incremental merupakan sebuah pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 11: Pengembangan Sistem Informasi Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Metodologi Pengembangan Sistem System Development Life Cycle (SDLC)

Lebih terperinci

Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC)

Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) POKOK BAHASAN Biaya PL Software Quality Attribute Standar kualitas Takaran Jaminan Kualitas CASE TOOLS Siklus Hidup Perangkat Lunak (SWDLC/Software Development

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan yang terlalu banyak atau persediaan yang terlalu sedikit

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 3 Sistem Informasi Manajemen Komputer: Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Latar Belakang Latar

Lebih terperinci

http://www.brigidaarie.com INPUT [ Source ] [ Requirements ] Process ACTIVITIES (TASKS), CONSTRAINTS, RESOURCES PROCEDURES TOOLS & TECHNIQUES OUTPUT [ Results ] [ Product ] [ Set of Goals ] [ Standards

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi sangat banyak membantu seperti dalam hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi

Pertemuan 3 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi Pertemuan 3 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi Tujuan : 1. Memahami metodologi pengembangan sistem (System Development) yang sesuai untuk sebuah proyek. 2. Memahami tugas-tugas yang perlu dilaksanakan

Lebih terperinci

Testing dan Implementasi Sistem

Testing dan Implementasi Sistem dan Dr. Karmilasari Jurusan : S1 Informasi 1 dan Perangkat lunak perangkat lunak pada dasarnya merupakan : Bagaimana dengan kemampuan beradaptasi 1. Aplikasi dari suatu pendekatan yang sistematik, disiplin

Lebih terperinci

Systems Development Life Cycle (SDLC)

Systems Development Life Cycle (SDLC) Systems Development Life Cycle (SDLC) OPINI 28 September 2010 14:04 Dibaca: 3263 Komentar: 2 0 SDLC (Systems Development Life Cycle) dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak adalah proses pembuatan

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal. 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY I. Pendahuluan

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( 2 nd week) Siklus Hidup Perangkat Lunak (SWDLC) RAHMAD HIDAYAH /41813120037 FASILKOM / SISTEM INFORMASI DOSEN : WAHYU HARI HAJI, S.Kom, MM Siklus Hidup Perangkat Lunak (Software

Lebih terperinci

COMPUTER SYSTEM ENGINEERING

COMPUTER SYSTEM ENGINEERING COMPUTER SYSTEM ENGINEERING Computer system engineering (Rekayasa Sistem Komputer) terdiri atas 2 bagian, yaitu : Hardware engineering Software engineering Elemen-elemen Dari Sistem Berbasis Komputer 1.

Lebih terperinci

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010 Tujuan Perkuliahan PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Oleh : Sarwosri, S.Kom, M.T. Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc. Memberikan gambaran tentang perangkat lunak, rekayasa perangkat lunak. Memberikan

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. NMS SALATIGA) 1) Imanuel Susanto, 2) Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

Model EOQ dengan Holding Cost yang Bervariasi

Model EOQ dengan Holding Cost yang Bervariasi Model EOQ dengan Holding Cost yang Bervariasi Elis Ratna Wulan 1, a) 2, b) dan Ai Herdiani 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung a) elis_ratna_wulan@uinsgd.ac.id

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Stok) Persediaan adalah stok yang akan digunakan pada masa yang akan datang (Bronson et al., 1997, p259). Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam

Lebih terperinci

A Layered Technology

A Layered Technology Proses N. Tri Suswanto Saptadi Teknik Informatika http://trisaptadi.uajm.ac.id 02/28/11 nts/sb/tiuajm 1 A Layered Technology Software Engineering tools methods process model a quality focus These courseware

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Fred T. Hofstetter (2001, Multimedia Literacy, chapter 1 halaman 2), multimedia adalah suatu penggunaan komputer

Lebih terperinci

MATERI PEMODELAN PERANGKAT LUNAK KELAS XI RPL

MATERI PEMODELAN PERANGKAT LUNAK KELAS XI RPL MATERI PEMODELAN PERANGKAT LUNAK KELAS XI RPL Oleh : Samsul Arifin, S.Kom Email : samsul.skom@gmail.com Konsep Pemodelan Perangkat Lunak (PL) Konsep rekayasa PL. Suatu disiplin ilmu yang membahas semua

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK I

REKAYASA PERANGKAT LUNAK I REKAYASA PERANGKAT LUNAK I Proses Pembangunan Perangkat Lunak Disusun Oleh: Adam Mukharil Bachtiar Teknik Informatika UNIKOM adfbipotter@gmail.com AGENDA PERKULIAHAN PENGERTIAN SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan Sistem Informasi Sistem Informasi Suatu sistem adalah kombinasi sumber daya (entitas) untuk mengkonversi input menjadi output (informasi). Dalam setiap sistem, masing-masing bagian sistem

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com Referensi Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Roger S. Pressman, Ph.D, Andi Jogyakarta, 2012 Buku 1 Rekayasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I)

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) Ester Oktavia Mumu Alumni Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Dinamik Pemrograman dinamik adalah suatu teknik matematis yang biasanya digunakan untuk membuat suatu keputusan dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Pemrograman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Vaughan(2011,p1), Multimedia adalah kombinasi teks, gambar, suara, animasi dan video yang disampaikan kepada user melalui komputer.

Lebih terperinci

5. Aktivitas generic dalam semua proses perangkat lunak antara lain adalah : a. Spesifikasi dan pengembangan b. Validasi dan evolusi c.

5. Aktivitas generic dalam semua proses perangkat lunak antara lain adalah : a. Spesifikasi dan pengembangan b. Validasi dan evolusi c. Kelompok 1 1. Merupakan program-program komputer dan dokumentasi yang berkaitan, disebut dengan : a. Perangkat lunak b. Firmware c. Kernel d. Hardware 2. Sebuah program yang berisi perintah-perintah atau

Lebih terperinci

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo SDLC Concepts Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo Http://yusufxyz.wordpress.com Email: muhammadyusuf@trunojoyo.ac.id IVS Task Group Produk terdiri dari : hardware, software, dokumentasi,

Lebih terperinci

3. The Software Process

3. The Software Process 3. The Software Process 3.1 Software Engineering Layers Tools Methods Process Quality 3.2 A Generic View of Software Engineering Engineering meliputi kegiatan analisis, desain, konstruksi, verifikasi,

Lebih terperinci

Metodologi pengembangan sistem METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAN PALUPI RINI, M.KOM 1

Metodologi pengembangan sistem METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAN PALUPI RINI, M.KOM 1 Metodologi pengembangan sistem METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI adalah metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan yang akan digunakan sebagai pedoman bagaimana dan

Lebih terperinci

Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering)

Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Graha Prakarsa, ST. MT. Sekolah Tinggi Teknologi Bandung Memahami arti pengembangan perangkat lunak. Mengetahui aktivitas pengembangan perangkat lunak. Memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005: 116) definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 QUIZ ONLINE

PERTEMUAN 7 QUIZ ONLINE PERTEMUAN 7 QUIZ ONLINE 1. Dibawah ini yang menjadi sasaran perancangan sistem adalah, kecuali.. a. Mengidentifikasi Masalah Kebutuhan User b. Menentukan secara tepat banyaknya informasi c. Melakukan upaya

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan Sistem Informasi Tujuan Menjelaskan definisi pengembangan sistem dan fase dan kegiatan pada system development lifecycle (SDLC) Menjelaskan perbedaan antara model, teknik, dan metodologi pengembangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

Software Development Life Cycle (SDLC)

Software Development Life Cycle (SDLC) Software Development Life Cycle (SDLC) Budi Irawan facebook.com/deerawan @masbugan blog.budiirawan.com Kenapa butuh SDLC? 1 2 Software pun harus punya dan butuh siklus hidup SDLC 3 Apa itu SDLC? Siklus

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA METODOLOGI PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK Donni Prabowo @donnipra donnipra.com WATERFALL WATERFALL : Summary Classic Life Cycle atau model Waterfall merupakan model yang paling banyak

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 04Fakultas Ekonomi dan Bisnis Penentuan Jumlah Persediaan: - Pengenalan Model Deterministik - Aplikasi Model Deterministik dalam Pemesanan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program

Lebih terperinci

Metode-Metode Pengembangan Desain Aplikasi

Metode-Metode Pengembangan Desain Aplikasi Metode-Metode Pengembangan Desain Aplikasi a. Model Waterfall Model waterfall mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan software yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan

Lebih terperinci

Stok yang disimpan untuk. mendatang. Pertanyaan: barang atau jasa?

Stok yang disimpan untuk. mendatang. Pertanyaan: barang atau jasa? Apa itu inventori? Stok yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang Pertanyaan: barang atau jasa? Inventori dan manajemen kualitas Pelanggan biasanya mempersepsikan kualitas layanan sebagai

Lebih terperinci

MODEL PROGRAM DINAMIS DALAM PENENTUAN LOT PEMESANAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN MODAL

MODEL PROGRAM DINAMIS DALAM PENENTUAN LOT PEMESANAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN MODAL MODEL PROGRAM DINAMIS DALAM PENENTUAN LOT PEMESANAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN MODAL Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik / Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

Metodologi Pengembangan Sistem Informasi

Metodologi Pengembangan Sistem Informasi Metodologi Pengembangan Sistem Informasi Metode Waterfall Merupakan pendekatan tradisional One big project Fase yang lain dimulai setelah fase sebelumnya selesai (sequential process) Tanpa backtracking

Lebih terperinci

Software Engineering - Defined

Software Engineering - Defined Pertemuan 2,3 Software Engineering - Defined (1969) Software engineering adalah pembentukan dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa untuk memperoleh perangkat lunak secara ekonomis yang handal dan bekerja

Lebih terperinci

LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TNR 12 bold space 1.15 LAPORAN RESMI MODUL VIII TNR 12 bold

Lebih terperinci

SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC)

SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC) SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC) 1. Pengertian DLC atau Software Development Life Cycle adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan model-model dan metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sangat penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sangat penting dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu diantaranya kebijakan pemerintah untuk mendukung perusahaan-perusahaan yang

Lebih terperinci

MINGGU 6. Proses Perancangan. Suzan Agustri

MINGGU 6. Proses Perancangan. Suzan Agustri MINGGU 6 Proses Perancangan Siklus Hidup Software Prototype Skenario Interface Design Proyek Aplikasi AGENDA SIKLUS HIDUP SOFTWARE Suatu proses perancangan atas program yang akan dibangun untuk mendapatkan

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM BAB 13 Mengembangkan Sistem Informasi (Building Information Systems)

RANGKUMAN SIM BAB 13 Mengembangkan Sistem Informasi (Building Information Systems) RANGKUMAN SIM BAB 13 Mengembangkan Sistem Informasi (Building Information Systems) A. SISTEM SEBAGAI PERUBAHAN YANG DIRENCANAKAN DALAM PERUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM DAN PERUBAHAN DALAM PERUSAHAAN 4 Bentuk

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. perusahaan yang usaha utamanya membeli obat untuk dijual kembali dengan

LANDASAN TEORI. perusahaan yang usaha utamanya membeli obat untuk dijual kembali dengan BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2.1 Perusahaan Dagang Menurut Marwan dan Suprihanto (2008), perusahaan dagang adalah perusahaan yang usaha utamanya membeli obat untuk dijual kembali dengan mengharapkan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) POKOK BAHASAN

Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) POKOK BAHASAN Pertemuan 2 SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) POKOK BAHASAN BiayaPL Software Quality Attribute Standar kualitas Takaran Jaminan Kualitas CASE TOOLS Siklus Hidup Perangkat Lunak (SWDLC/Software Development

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini MM Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN DETERMINISTIK Ongkos Inventori 1. Holding costs

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Software Process Teknik Informatika S1 Rekayasa Perangkat Lunak 1. Linear Sequential Model 1. Waterfall Model 2. V Model 3. RAD Model 2. Prototyping Model 3. Evolutionary Model 1. Incremental Model 2.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku : INVENTORY Model ini digunakan untuk memecahkan kasus yang berhubungan dengan persediaan barang untuk proses produksi dan biaya produksi dalam kaitannya dengan permintaan pelanggan terhadap suatu produk

Lebih terperinci

TUGAS KLIPING SISTEM INFORMASI MANAJEMEN V-MODEL

TUGAS KLIPING SISTEM INFORMASI MANAJEMEN V-MODEL TUGAS KLIPING SISTEM INFORMASI MANAJEMEN V-MODEL Disusun Oleh Jurusan Semester Dosen : 1. Tohari 2. Anni Mariaty : Manajemen Informatika : V : Asep Jalaludin, ST., MM. SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA METODOLOGI PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK Donni Prabowo @donnipra donnipra.com ANSI Pertemuan 5 Presentasi oleh Reviewer WATERFALL WATERFALL : Summary Classic Life Cycle atau model

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan(inventory) merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Umumnya setiap jenis perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perancangan program aplikasi yang akan dibuat menggabungkan algoritma Brute Force dan algoritma Greedy yang digunakan secara bergantian pada tahap-tahap tertentu. Karena itu, pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci