BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Biaya Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya untuk memberikan informasi kepada manajemen perusahaan untuk dapat mengukur apakah kegiatan usaha perusahaan menghasilkan laba Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya, yang pertama menurut Horngren, Datar dan Foster (2008:34), biaya (cost) adalah suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Yang kedua, menurut Bambang Hariadi (2002:43) biaya adalah suatu nilai tukar yang dikeluarkan atau suatu pengorbanan sumber daya yang dilakukan untuk mendapat manfaat di masa datang. Yang ketiga, menurut Mulyadi (2000:8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Mulyadi (2000:9), ada empat unsur dalam definisi biaya yang telah dijabarkan diatas, yaitu: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Biaya diukur dalam satuan uang 3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi 11

2 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu L. Gayle Rayburn (1999:4-5) menyatakan bahwa dalam suatu produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya yang digunakan, seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead. Untuk suatu jasa, biaya merupakan pengorbanan moneter yang dilakukan untuk menyediakan jasa. Akuntan biasanya menggunakan biaya dengan istilah deskriptif lainnya, seperti historis, produk, utama, tenaga kerja, atau bahan. Setiap istilah tersebut membentuk beberapa karakteristik proses pengukuran biaya atau aspek dari objek yang akan diukur. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah sumber daya yang dikorbankan dan dapat diukur sebagai suatu satuan moneter untuk mencapai tujuan organisasi dimasa depan Objek Biaya Untuk memandu keputusan yang akan diambil, seorang manajer perlu mengetahui berapa banyak biaya untuk suatu aktivitas atau suatu hal. Maka biaya tersebut disebut objek biaya. Horngren, Datar dan Foster (2008:34), menyatakan objek biaya adalah sesuatu hal yang biayanya ingin diukur. Sedangkan menurut Bastian Bustami (2006:4) objek biaya atau tujuan biaya (cost objective) adalah tempat dimana biaya atau aktivitas diakumulasikan atau diukur. Contoh objek biaya menurut Bastian Bustami (2006:5) adalah produk, produksi layanan, konsumen, aktivitas, departemen, divisi, proyek, kategori merek, lini produk., kontrak, proses, dan tujuan strategis.

3 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pembebanan Biaya Pembebanan biaya ke objek biaya dapat membedakan biaya menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Definisi biaya langsung dan tidak langsung menurut Bastian Bustami (2006:5) adalah sebagai berikut: 1. Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya/objek biaya. 2. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran/objek biaya. Biaya umum (common cost) adalah biaya yang bersama-sama dinikmati oleh sejumlah objek biaya. Biaya umum adalah salah satu jenis biaya tidak langsung. Horngren, Datar dan Foster (2008:34) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi klasifikasi biaya langsung dan biaya tidak langsung, yaitu: 1. Materialitas suatu biaya 2. Ketersediaan teknologi pencarian informasi 3. Desain operasi Klasifikasi Biaya Klasifikasi biaya adalah sangat penting untuk membuat ikthisar yang berarti atas data biaya. Pengertian klasifikasi biaya menurut Bastian Bustami (2006:5) adalah: suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis/keseluruhan elemen biaya yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. William K. Carter (2009:40) menyatakan klasifikasi biaya yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut:

4 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Produk (batch, atau unit dari suatu barang atau jasa) 2. Volume produksi 3. Departemen, proses, pusat biaya, atau subdivisi lain dari manufaktur 4. Periode akuntansi 5. Suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi Biaya dalam Hubungannya dengan Produk Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas biaya manufaktur dan biaya komersial. 1. Biaya Manufaktur/ Biaya Produksi Biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan. Menurut Mulyadi (2000:14), pengertian biaya produksi adalah: biaya-biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Costs) Menurut Horngren, Datar dan Foster (2008:45), biaya bahan baku adalah biaya perolehan seluruh bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya dan yang dapat dilacak ke objek biaya dengan cara ekonomis. Jadi yang dimaksud dengan biaya bahan baku langsung adalah biaya perolehan dari semua item bahan baku yang membentuk satu kesatuan

5 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 15 yang tidak dapat dipisahkan dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. b. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs) Tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung ke produk selesai. c. Biaya Overhead Pabrik (Indirect Manufacturing Costs) Menurut Horngren, Datar dan Foster (2008:45), biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya namun tidak dapat dilacak ke objek biaya secara ekonomis. Biaya overhead pabrik merupakan biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Menurut William K. Carter (2009:42), biaya overhead dapat dikelompokkan menjadi: 1) Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) Bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. 2) Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. 3) Biaya tidak langsung lainnya.

6 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 16 Biaya selain bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. 2. Biaya Komersial/Biaya Non-Produksi Biaya komersial terdiri atas tiga klasifikasi umum yaitu beban pemasaran, beban administrasi dan beban keuangan. Biaya komersil ini digolongkan sebagai biaya periode yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan interval waktu. a. Beban Pemasaran Beban pemasaran atau biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ketangan konsumen. Contoh: beban iklan, promosi, pengiriman barang/distribusi produk, gaji bagian penjualan, dll. b. Beban Administrasi Biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Contoh: gaji administrasi kantor, biaya urusan kantor, biaya alat tulis. c. Beban Keuangan Biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi keuangan. Contoh: beban bunga.

7 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi Beberapa jenis biaya bervariasi secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan dalam jumlah. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun. (William K. Carter; 2009:68). Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa biaya tetap tidak akan berubah secara total untuk jangka waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atas tingkat aktivitas atau volume yang terkait. Karakteristik biaya tetap adalah: (William K. Carter; 2009:68) 1) Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang keluaran yang relevan. 2) Penurunan biaya per unit volume bertambah dalam rentang yang relevan. 3) Dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan manajerial atau menurut metode alokasi biaya. 4) Tanggung jawab pengendalian lebih banyak diemban oleh manajemen eksekutif daripada oleh penyelia operasi. Contoh biaya overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap adalah: gaji eksekutif produksi, depresiasi, pajak property, gaji penyelia, asuransi, gaji satpam, dll.

8 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Biaya Variabel (Variable Cost) Pengertian biaya variabel menurut William K. Carter (2009:69) adalah: biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentan yang relevan. Biaya variabel mencakup biaya bahan bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya tersebut. Karakteristik biaya variablel adalah: (William K. Carter; 2009:69) 1) Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume. 2) Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan. 3) Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan cukup mudah dan tetap. 4) Dapat dikendalikan oleh seorang penyelia operasi. Contoh biaya overhead parik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya variabel adalah: perlengkapan, bahan bakar, peralatan kecil, kerusakan, biaya penerimaan, royalti, upah lembur, biaya komunukasi.

9 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Biaya Semivariabel (Semivariable Cost) Biaya semivariabel adalah biaya yang memperlihatkan baik karakteristikkarakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. (William K. Carter; 2009:68). Biaya semivariabel dapat dikatakan sebagai biaya yang memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Contoh biaya overhead semivariabel: inspeksi, jasa kantor pabrik, pemeliharaan dan perbaikan mesin, asuransi kecelakaan dan kesehatan Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya serta membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Departemen suatu pabrik dapat dibagi menjadi: 1. Departemen produksi, di departemen ini operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukkan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian produk. 2. Departemen jasa, di departemen ini jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain. Meskipun departemen tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian dari biaya overhead dan juga merupakan biaya dari produk.

10 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 20 Pembebanan biaya dalam departemen dibagi dua, yaitu: 1. Biaya langsung departemen 2. Biaya tidak langsung departemen Biaya dalam Hubungannya dengan Keputusan, Tindakan atau Evaluasi Biaya dalam hubungannya dengan keputusan, tindakan atau evaluasi dapat dibagi sebagai berikut: 1. Differential Cost adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. 2. Opportunity Cost adalah pendapatan atau biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu Aliran Biaya dalam Perusahaan Manufaktur Dibawah ini merupakan gambar bagan aliran biaya dalam perusahaan manufaktur, seperti yang tercantum pada buku Akuntansi biaya. Gambar dibawah ini menunjukkan semua biaya manufaktur baik yang bersifat variabel dan tetap, mengalir melalui akun barang dalam proses dan presediaan barang jadi. Gambar ini mencerminkan asumsi penyerapan biaya penuh (full absorption cost).

11 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 21 Gambar 2.1 Aliran Biaya Manufaktur Kas Aset yang dapat disusutkan Utang usaha dibayarkan untuk Biaya bahan baku yang dibeli disimpan Dalam bentuk Persediaan bahan baku Diminta untuk Dialokasikan untuk Biaya manufaktur lain-lain : Tenaga kerja langsung Overhead pabrik : Tenaga kerja tidak langsung Bahan baku tidak langsung Listrik Tenaga Asuransi Penyusutan Dipindahkan ke Persediaan Barang jadi Barang dalam proses : Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead dibebankan Biaya barang yang telah selesai Harga pokok penjualan Sumber : William K. Carter; 2000: Penentuan Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi berupa biaya produksi yang berkaitan dengan barangbarang yang diselesaikan dalam satu periode. Biasanya perhitungan harga produksi berisi tiga elemen biaya produk, yaitu: bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

12 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Bastian Bustami (2006:60), harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk dalam proses akhir. Kemudian menurut Supriyono (2001:11), harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang membentuk harga pokok produksi. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:48), harga pokok produksi adalah biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Dari ketiga pengertian diatas dapat ditarik sebuah garis besar mengenai pengertian harga pokok produksi yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik Metode Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi merupakan langkah menentukan unsur-unsur biaya kedalam penentuan harga pokok produk. Dalam penentuan harga pokok produksi ini terdapat dua pendekatan: (Mulyadi; 2001:49) 1. Full Costing Abdul Halim (1998:35) menyatakan bahwa penentuan harga pokok produksi konvensional membebankan semua unsur biaya produksi (bahan baku, tenaga

13 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 23 kerja langsung, overhead pabrik) baik yang bersifat tetap maupun variabel kepada produk/jasa. Metode ini sering kali dikenal dengan nama penentuan harga pokok penuh (full cost), atau sering juga disebut dengan metode absorption costing/conventional costing. Mulyadi (2001:49) mendefinisikan metode full costing adalah salah satu metode penentuan kos produk, yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai kos produk, baik biaya produksi yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian maka penghitungan harga pokok produksi menurut metode full costing adalah: Gambar 2.2 Metode Full Costing Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (tetap + variabel) XXX XXX XXX Taksiran total biaya produksi XXX Sumber: Mulyadi; 2001: Variable Costing Mulyadi (2001:49) mendefinisikan metode variable costing sebagai berikut: metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan hanya biaya produksi yang berperilaku variabel saja kepada produk. Dengan demikian maka perhitungan harga pokok dengan metode variable costing adalah sebagai berikut:

14 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 24 Gambar 2.3 Metode Variabel Costing Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel XXX XXX XXX Taksiran total biaya produksi XXX Sumber: Mulyadi; 2001:350 Ada beberapa perbedaan antara variabel costing dan full costing, seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing No Full Costing Variabel Costing 1 Biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok 2 Pada laporan laba rugi, metode full costing dikelompokkan berdasarkan fungsi pokok yang ada dalam perusahaan, yaitu: fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Biaya overhead tetap diperhitungkan sebagai biaya periodik Pada laporan laba rugi, biaya digolongkan berdasarkan perilakunya terhadap perubahan volume kegiatan perusahaan Sumber: Abdul Halim; 1998: Metode Penentuan Harga Jual Beberapa perusahaan dapat menghadapai masalah dalam penentuan harga jual produknya sendiri, jika harga jual terlalu tinggi maka pembeli akan menghindari pembelian produk perusahaan. Tetapi jika harga yang ditentukan terlalu rendah,

15 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 25 biaya perusahaan mungkin tidak tertutupi. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menetapkan harga yang terbaik. Dalam keadaan normal, harga jual harus mampu menutup biaya penuh dan mengahasilkan laba yang sepadan dengan investasi. Metode penentuan harga jual dalam keadaan normal sering kali disebut dengan cost-plus pricing, harga jual dalam keadaan normal dapat ditentukan dengan formula: (Mulyadi; 2001:348) Harga Jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang dinginkan Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan yaitu dengan full costing dan variable costing. 1. Unsur biaya penuh dengan pendekatan full costing Gambar 2.4 Biaya Penuh dengan Pendekatan Full Costing Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (tetap + variabel) Taksiran total biaya produksi Biaya Administrasi & umum Biaya pemasaran Total biaya komersial Taksiaran total biaya penuh Sumber: Mulyadi; 2001:349 XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

16 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Unsur biaya penuh dengan pendekatan variable costing Gambar 2.5 Biaya Penuh dengan Pendekatan Variable Costing Biaya variabel : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Taksiran total biaya produksi variabel Biaya Administrasi & umum variabel Biaya pemasaran variabel Taksiran total biaya variabel Biaya tetap : Biaya overhead pabrik tetap Biaya Administrasi & umum variabel Biaya pemasaran variabel Taksiaran total biaya tetap Taksiran biaya penuh XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX Sumber: Mulyadi; 2001:349 Garrison, Norren & Brewer (2006:331) menyebutkan bahwa pendekatan umum dalam penentuan harga jual adalah dengan memakai markup Biaya. Markup produk adalah perbedaan antara harga jual dan biayanya. Markup dinyatakan dalam presentase dari biaya. Harga Jual = Biaya + ( % Markup x Biaya) Dari rumus diatas tercatum bahwa harga jual terbentuk dari biaya yang dijumlahkan dengan persentase markup. Dalam perhitungan biaya itu sendiri ada dua metode yang digunakan yaitu metode full costing dan variabel costing. Dibawah ini

17 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 27 akan diuraikan rumus perhitungan harga jual per unit produk menurut pendekatan full costing dan variabel costing 1. Rumus perhitungan harga jual per unit produk menurut metode full costing Gambar 2.6 Perhitungan Harga Jual Menurut Full Costing Harga jual = (per unit) Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produk (per unit) + % Markup Biaya Nonproduksi : Biaya adm & umum Biaya Pemasaran y % x aktiva penuh Biaya produksi per unit : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik Biaya Produksi : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik Biaya yang tidak Laba yang dipengaruhi langsung diharapkan + oleh volume produk Biaya yang di pengaruhi langsung oleh volume produk Sumber: Mulyadi; 2001:352 Gambar diatas menjelaskan bahwa harga jual terbentuk dari biaya yang dipengaruhi langsung oleh produk dijumlahkan dengan persentase markup. Biaya yang dipengaruhi langsung oleh produk terdiri dari biaya produksi per unit menurut metode full costing sedangkan untuk persentase markup dibentuk dari besarnya laba yang diharapkan dijumlahkan dengan biaya non-produksi dan dibagi dengan biaya produksinya.

18 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Rumus perhitungan harga jual per unit produk menurut metode variabel costing Gambar 2.7 Perhitungan Harga Jual Menurut Variabel Costing Harga jual = (per unit) Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produk (per unit) + % Markup Biaya Tetap : Biaya overhead pabrik tetap Biaya adm & umum tetap Biaya Pemasaran tetap y % x aktiva penuh Biaya variabel per unit : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya adm & umum variabel Biaya Pemasaran variabel Biaya yang tidak Laba yang dipengaruhi langsung diharapkan + oleh volume produk Biaya yang di pengaruhi langsung oleh volume produk Biaya variabel : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya adm & umum variabel Biaya Pemasaran variabel Sumber: Mulyadi; 2001:354 Gambar diatas menjelaskan bahwa harga jual terbentuk dari biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produk dijumlahkan dengan persentase markup. Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produk terdiri dari biaya variabel per unit menurut metode variabel costing sedangkan untuk persentase markup dibentuk dari besarnya laba yang diharapkan dijumlahkan dengan biaya tetap atau biaya yang tidak dipengaruhi langsung oleh volume produk dan dibagi dengan biaya variabelnya.

19 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Activity Based Costing (ABC) Pengertian Activity-Based Costing (ABC) Sistem ABC (Activity Based Costing) merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang digunakan manajemen dalam pengelolaan bisnis. Jika dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis didasarkan pada fungsi, maka dengan ABC pengelolaan bisnis didasarkan pada aktivitasnya. (Amin Widjadja; 2003: 66). Activity based costing adalah suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume related factor). (William K. Carter; 2009:528). Menurut Garrison (2006:220), activity based costing adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Horngren, Datar dan Foster (1993:939), menyebutkan definisi activity based costing sebagai berikut: an approach to costing that focuses on activity as the fundamental cost objects. It uses the cost of these activities as the basis for assigning costs to other costs objects such as products, services, or customers. Pernyataan diatas dapat diartikan sebagai berikut: suatu pendekatan kalkulasi biaya yang memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental. ABC menggunakan biaya dari aktivitas tersebut sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya ke objek biaya yang lain seperti produk, jasa, atau pelanggan. Dan L. Gayle Rayburn (1993:117) menyatakan bahwa activity based costing recognizes that performance of activity triggers the consumption of resources that are recorded as cost. Pernyataan

20 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 30 diatas dapat diartikan sebagai berikut: activity based costing mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatat sebagai biaya. Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa activity based costing merupakan suatu metode yang mengalokasikan biaya-biaya terhadap aktivitasnya sehingga hasil yang didapat dapat lebih akurat dan membantu manajer untuk membuat keputusan strategis. ABC menfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk. Aktivitas menjadi titik akumulasi biaya yang fundamental. Biaya ditelusuri ke aktivitas, dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk Klaim dan Kritik Tehadap ABC Menurut Amin Widjadja (2003:24-26), ada beberapa keunggulan dan kritik terhadap ABC, yaitu sebagai berikut: 1. Keunggulan: a. Biaya produk yang lebih realistis khususnya tersedia dalam pabrik berteknologi manufakturing yang maju dimana overhead pendukung merupakan suatu proporsi yang signifikan dari biaya total. b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. c. ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya, bukan produk dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas. d. ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu mengurangi biaya serta mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.

21 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 31 e. ABC mengakui kompleksitas dan diversitas dari produksi yang modern. f. ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang yang relevan terhadap pengambilan keputusan strategik. g. ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, tanggung jawab manajerial, dan juga biaya ke produk. h. ABC memberikan tolak ukur keuangan dan non keuangan yang berguna. 2. Kritik: a. Hubungan antara sumber daya dan biaya lebih seperti fungsi setapak (steps function) dari pada hubungan linear. b. Diperlukan banyak aktivitas untuk menjalankan pabrik, tidaklah mungkin memonitor semua aktivitas tersebut dan tidak praktis memonitoring lebih dari sedikit. c. Penggunaan yang optimal dari ABC adalah untuk memperbaiki kinerja biaya dengan memperbaiki aktivitas. d. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah merupakan suatu pemborosan. e. Terdapat beberapa kondisi yang dapat mengarahkan manajemen berpindah ke sistem ABC, kondisi-kondisi tersebut mencakup: - biaya yang menurun untuk pengumpulan dan pengolahan data - biaya kesalahan (cost of errors) yang meningkat bagi perusahaan - kompetisi yang meningkat - struktur biaya yang berubah - bauran produk yang berubah

22 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 32 f. Biaya untuk suatu sistem ABC lebih mahal dari pada sistem tradisional, karena sistem ABC lebih kompleks dari pada sistem tradisional. g. Banyak masalah praktis yang tidak dapat diatasi. Dilihat dari uraian diatas dijelaskan bahwa ABC tidak hanya memiliki keunggulan tapi juga beberapa kritik/kelemahan. Tapi secara umum dapat disimpulkan bahwa sistem ABC banyak digunakan untuk mengelola biaya-biaya produk agar lebih akurat lagi, serta membantu mengolah aktivitas-aktivitas yang penting bagi produksi. Dan ABC juga dapat mengefisiensikan biaya-biaya yang dikeluarkan sesuai dengan aktivitas yang terkait Perbedaan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional dengan Sistem ABC Sistem kalkulasi biaya tradisional sendiri hanya menyatakan bahwa biaya produk terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Biaya bahan baku langsung 2. Biaya tenaga kerja langsung 3. Biaya overhead parik Dalam proses pembebanan biaya overhead pabrik ternyata menimbulkan masalah karena biaya overhead pabrik tidak memiliki hubungan masukan-keluaran yang dapat diobservasi secara fisik. Menurut Amin Widjadja (2003:66,74), pembebanan overhead ke produk dengan metode tradisional dan menggunakan tarif overhead yang ditentukan dimuka (predetermined overhead rate) berdasarkan satu tolak ukur aktivitas dapat mengahasilkan biaya produk yang terdistorsi. Untuk mengurangi tingkat distorsi dalam biaya produk maka digunakanlah metode ABC, dengan penggunaan metode

23 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 33 ABC maka akan dapat meningkatkan akurasi dan mengurangi distorsi dalam perhitungan biaya overhead. Karena suatu tarif overhead yang ditentukan dihitung untuk setiap kelompok biaya (cost pool) dan setiap pemacu biaya (cost driver). Kalkulasi ABC menggunakan jumlah biaya yang lebih berbasis volume yang tipikal dalam sistem konvensional. Pada tabel 2.2 dibawah ini tercantum beberapa perbedaan dari sistem kalkulasi biaya tradisional dengan sistem kalkulasi dengan metode ABC, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Kalkulasi Konvensional dengan Sistem ABC No Sistem Kalkulasi Trandisional Sistem ABC 1. Fokusnya pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba Fokusnya pada biaya, mutu, dan faktor waktu 2. Kebutuhan yang rendah untuk varian analysis Kebutuhan yang lebih besar untuk varian analysis 3. Mengalokasikan overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang nonrepresentatif, dengan demikian gagal Menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan besar setiap overhead tidak langsung dari setiap menyerap konsumsi yang benar produk. menurut produk individual. 4. Membagi biaya overhead ke dalam unit dan yang lain. Sumber: Amin Widjadja; 2003:27 Membagi konsumsi overhead kedalam empat ketegori : unit, batch, produk, dan penopang fasilitas (facility substaining) Dibawah ini adalah bagan perbedaan kalkukasi biaya tradisional dengan ABC menurut yang dikutip ulang dari buku T. Lucey Management Accounting (1992), yaitu sebagai berikut:

24 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 34 Gambar 2.8 Perbedaan Kalkulasi Biaya Tradisional dengan ABC Activity Based Costing Direct cost Overhead Product Cost Volume based overhead absorption rates Absorption on labour/machine Product Traditional Product Costing Overhead Direct cost Activity cost pools Activity cost driver rates Cost traced on cost driver usage Product Sumber: Amin Widjadja; 2003:28

25 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 35 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sistem tradisional mengalokasikan biaya overheadnya terhadap jam kerja karyawan atau mesin, sedangkan sistem ABC dialokasikan berdasarkan aktivitas dan cost drivernya. Sehingga dengan menggunakan sistem ABC, biaya produk yang dihasilkan lebih akurat dan rinci daripada sistem tradisional Langkah langkah Penyusunan Sistem ABC Menurut Garrison (2006: ) dijelaskan tahapan-tahapan untuk menerapkan ABC, sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pul biaya aktivitas (cost pool). Cara untuk mendefinisikan aktivitas dan bagaimana aktivitas digabungkan disusun dalam lima tingkat: a. Aktivitas tingkat unit (unit level activities): dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas tingkat unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. b. Aktivitas tingkat batch (batch level activities): dilakukan untuk setiap batch diproses, tanpa memperhatikan unit yang ada didalam batch tersebut. c. Aktivitas tingkat produk (product level activities): berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau berapa unit yang diproduksi atau dijual. d. Aktivitas tingkat pelanggan: berkaitan dengan pelanggan khusus dan meliputi aktivitas seperti telepon untuk penjualan, pengiriman katalog, dll.

26 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 36 e. Aktivitas pemeliharaan organisasi: aktivitas yang dilakukan tanpa memperhatikan pelanggan mana yang dilayani, barang apa yang diproduksi, berapa batch yang dijalankan, atau berapa unit yang diproduksi. Pul biaya aktivitas adalah sebuah wadah yang mengakumulasikan semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Mulyadi (2003:96) mengartikan pul biaya aktivitas (activity cost pool) sebagai berikut: akun yang digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersama-sama ke produk atau jasa dengan memakai hanya satu activity driver. 2. Bila mungkin, menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya. Contohnya biaya overhead yang bisa langsung ditelusuri ke objek biaya, misalnya upah tenaga kerja tidak langsung, gaji administrasi. 3. Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas. 4. Menghitung tarif aktivitas, yang dihitung dengan cara membagi total biaya untuk masing-masing aktivitas dengan total aktivitasnya. 5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan ABC Metode activity based costing memerlukan dua tahap untuk membebankan biaya overhead pabrik, seperti yang dinyatakan dalam gambar dibawah ini:

27 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 37 Gambar 2.9 Pembebanan Biaya Overhead dalam ABC Biaya Overhead Pabrik Tahap 1 Aktivitas Aktivitas Aktivitas Tahap 2 Produk Sumber: Bambang Hariadi; 2002:83 Pembebanan tahap 1 yaitu biaya overhead dibebankan pada aktivitasaktivitas dan bukan pada unit organisasi. Ada lima langkah yang perlu dilakukan, yaitu: 1. Mengidentifikasi aktivitas 2. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas 3. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu 4. Menggabungkan biaya dari aktivitas-aktivitas yang dikelompokkan 5. Menghitung tarif per kelompok aktivitas Pembebanan tahap 2 adalah biaya overhead masing-masing kelompok aktivitas dibebankan ke masing-masing produk untuk menentukan harga pokok per unit produk. Langkah yang dilakukan adalah dengan menggunakan tarif yang dihitung pada tahap pertama dan mengukur berapa jumlah konsumsi masing-masing produk.

28 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 38 Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah konsumsi tiap produk Pemicu biaya (cost driver) Menurut Bambang Hariadi (2002:94), pemicu biaya adalah dasar alokasi yang digunakan ABC sistem yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas. Secara umum ada dua macam cost driver: 1. Volume based cost driver Pemicu biaya berdasarkan volume biasanya didasarkan atas jam tenaga kerja langsung atau jam kerja mesin. 2. Transaction-based cost driver Bagi sistem yang menggunakan basis transaksi, biaya-biaya dibebankan pada unit-unit yang menyebabkan transaksi itu terjadi. ABC sistem menggunakan pendekatan transaksi untuk mengindentifikasi aktivitas-aktivitas utama yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih cost driver yaitu: 1. Tersedianya data yang berhubungan dengan cost driver 2. Adanya korelasi antara cost driver dengan input biaya 3. Pengaruh penentuan cost driver terhadap prestasi 2.2 Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mendapatkan keuntungan sebesar mungkin sesuai dengan harga jual yang mereka tawarkan untuk produk

29 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 39 mereka dengan biaya yang seekonomis mungkin. Harga jual pada umumnya dihasilkan dari penjumlahan antara biaya dengan besarnya laba yang diinginkan. (Mulyadi; 2001:348). Untuk biaya sendiri dibentuk dari dua bagian utama, yaitu : (Bastian Bustami dan Nurlela; 2006:10-13) 1. Biaya pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead langsung. 2. Biaya non-produksi, yang terdiri dari beban pemasaran, beban administrasi dan beban keuangan. Sehingga dapat ditarik suatu simpulan sederhana bahwa harga jual dibentuk dari penjumlahan antara biaya pokok produksi, biaya non-produksi dan besarnya laba yang diinginkan. Jika biaya produksi dan biaya non-produksi mengalami perubahan maka kemungkinan besar harga jual akan berubah. Perubahan biaya produksi dan biaya non-produksi dapat dipicu oleh banyak hal, salah satu pemicunya adalah kenaikan BBM baik BBM industri sebesar 15% maupun BBM yang bersubsidi sebesar 30% yang terjadi pada bulan Juni Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) dengan adanya kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 30% ini membuat angka inflasi menjadi dua digit. Kenaikan inflasi akibat kenaikan harga BBM, jelas akan menaikkan lagi harga seluruh kebutuhan pokok yang sudah tinggi serta menaikan harga transportasi. Bagi para pelaku industri pangan yang sebagian besar bahan baku utama mereka adalah tepung (tepung terigu, tepung tapioca), ini merupakan suatu masalah besar karena harga perolehan bahan baku bagi produksi mereka akan naik cukup tajam sehingga akan meningkatkan biaya pokok produksi ditambah lagi meningkatnya biaya BBM untuk transportasi dalam distribusi produk. Itu akan

30 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 40 menjadi masalah yang dilematis bagi para manajer dalam menentukan harga jual produk mereka. Harga bahan baku merupakan bagian yang penting dalam biaya pokok produksi sehingga jika harganya tidak stabil dan cenderung naik akan mengakibatkan perubahan biaya produksi agar disesuaikan dengan naiknya bahan baku. Sedangkan untuk biaya transportasi yang termasuk dalam biaya distribusi pada biaya non-produksi. Jika harga BBM naik, maka biaya transportasi yang dibebankan perusahaan akan meningkat. Kenaikan BBM juga mengakibatkan kenaikan biaya overhead pabrik jika dalam proses produksinya perusahaan menggunakan bahan bakar (minyak tanah). Ketika biaya pokok produksi naik cukup signifikan disertai kenaikan biaya transportasi (biaya non-produksi) jika dibandingkan dengan harga jual yang terdahulu maka besarnya laba akan menurun tajam, sehingga perusahaan harus mengambil suatu keputusan untuk menaikkan harga jual agar dapat menyeimbangkan dengan biaya produksi dan biaya transportasi yang baru setelah kenaikan dengan besarnya tingkat laba standar perusahaan. Biaya pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang membentuk harga pokok produksi. (Supriyono; 2001:11) Dalam menentukan harga pokok produksi ada dua pendekatan yang biasa digunakan seperti yang dinyatakan oleh Bastian Bustami (2006:60), yaitu: 1. Pendekatan Full Costing

31 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 41 Merupakan penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (variabel maupun tetap). Menurut Abdul Halim (1998:35) menyatakan bahwa penentuan harga pokok produksi konvensional membebankan semua unsur biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik) baik yang bersifat tetap maupun variabel kepada produk/jasa. Metode ini sering kali dikenal dengan nama penentuan harga pokok penuh (full cost), atau sering juga disebut dengan metode absorption costing/conventional costing. 2. Pendekatan Variabel Costing Merupakan penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan biaya produksi yang berunsur variabel kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Didalam biaya pokok produksi terdapat biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung keduanya dapat ditelusuri langsung pada produk jadi. Namun untuk biaya overhead pabrik tidak dapat ditelusuri langsung ke produk jadi (Horngren, Datar dan Foster; 2008:45). Sehingga dalam pembebanan biaya overhead perlu menggunakan suatu metode tertentu untuk membantu perusahaan dalam mengalokasikannya ke produk agar dapat menghasilkan biaya produksi yang tepat. Menurut Amin Widjadja (2003:66,74), pembebanan overhead ke produk terutama untuk perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dengan metode tradisional dan menggunakan tarif overhead yang ditentukan berdasarkan

32 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 42 satu tolak ukur aktivitas saja dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi. Sehingga besarnya harga pokok produksi untuk masing-masing produk akan kurang akurat. Metode ABC adalah suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume related factor). (William K. Carter; 2009:528) Dengan menggunakan metode ABC dalam pembebanan biaya overhead pabrik maka akan dapat meningkatkan akurasi dan mengurangi distorsi dalam perhitungan biaya overhead. Karena metode ABC membagi setiap biaya overhead pada masing-masing produk. Dengan menggunakan metode ABC ini, perusahaan dapat lebih cermat mengambil keputusan ketika terdapat perubahan harga bahan baku, biaya transportasi maupun biaya overhead pabrik yang dapat sewaktu-waktu berubah. Sehingga total biaya overhead pabrik untuk masing-masing produk akan lebih terperinci dan mengurangi distorsi yang ada. Saat terjadi kenaikan biaya pokok produksi yang didalamnya terdapat biaya overhead yang juga mengalami kenaikan. Jika biaya overhead untuk masing-masing produk itu dihasilkan dari metode ABC, maka akan sangat membantu dalam penentuan biaya pokok produksi yang akurat sebelum dan sesudah kenaikan. Karena biaya produksi, biaya non-produksi serta besarnya laba akan mempengaruhi harga jual, maka dengan menggunakan metode ABC dalam perhitungan biaya pokok produksi akan memberikan data yang lebih akurat tetang besarnya kenaikan harga jual untuk masing-masing jenis produk, besarnya kenaikan biaya produksi sebelum

33 BAB II : KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 43 dan sesudah kenaikan. Dan membantu untuk memutuskan kebijakan apa yang akan diambil dalam dalam penentuan harga jual yang baru. Dalam penelitian mengenai pengaruh antara biaya pokok produksi dan biaya transportasi terhadap harga jual, penulis merumuskan hipotesis untuk penelitian ini adalah: H a : Menunjukkan ada pengaruh antara biaya pokok produksi dan biaya transportasi terhadap harga jual. Pengertian dari hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris (Nur Indrianto dan Bambang Supomo; 2002:73).

34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Sesuai dengan pernyataan diatas maka objek penelitian yang diambil penulis adalah komponen biaya-biaya yang mendukung produksi dan komponen biaya nonproduksi yang digunakan untuk perhitungan dalam harga jual di perusahaan industri pangan yaitu industri kerupuk mentah yang berlokasi di daerah Padalarang di kabupaten Bandung Barat. Setiap harinya perusahaan ini menggunakan 7-8 ton tepung tapioca sebagai bahan baku utama pembuatan kerupuknya dan perusahaan tersebut mendistribusikan produknya setiap hari. Maka dengan adanya kenaikan bahan baku (tepung tapioca) dan BBM mengakibatkan terjadinya kenaikan biaya produksi dan biaya transportasi di perusahaan tersebut. Dari data keuangan perusahaan tahun 2008 dapat dilihat bahwa dari bulan Maret sampai dengan Juli 2008 terjadi kenaikan biaya pokok produksi dan biaya transportasi dan juga kenaikan harga jual, dan khususnya untuk bulan Maret dan Juli 2008 terjadi kenaikan biaya produksi, biaya transportasi dan harga jual yang cukup signifikan. Oleh karena itu penulis memilih CV Obor Super untuk dijadikan sebagai objek penelitian karena adanya kesuaian antara topik yang dibahas dalam penelitian ini dengan fakta yang terjadi di CV Obor Super. 44

35 BAB III : METODE PENELITIAN Gambaran Umum CV Obor Super Sejarah CV Obor Super Perusahaan CV Obor Super ini telah berdiri sejak 10 tahun yang lalu tepatnya tahun 1999 dan berlokasi di jalan Babakan Cipatik no. 35, Cipatik Padalarang, nomor telepon Pada awalnya perusahaan ini terbentuk sebagai perusahaan keluarga yang masih kecil sehingga sebagian besar proses operasionalnya dipegang oleh saudara dari pemilik perusahaan sendiri serta dibantu oleh beberapa pegawai lain. Perusahaan ini bergerak dibidang industri pangan yaitu kerupuk mentah. Pada tahun-tahun awal, perusahaan ini hanya menjual secara eceran per bal (5 kilogram), tetapi dengan perkembangan yang cukup pesat maka perusahaan ini mulai menambah jenis produknya, dan mulai menjual produknya secara grosir. Dua jenis kerupuk yang diproduksi perusahaan saat ini adalah kerupuk bawang, kerupuk ikan. Sekarang perusahaan CV Obor Super dipimpin oleh seorang pemilik yang memiliki beberapa bawahan yang mengepalai dibeberapa bagian penting perusahaan yaitu bagian produksi, bagian gudang, bagian distribusi, bagian penjualan, bagian administrasi. Perusahaan ini memiliki tenaga kerja sebanyak 55 orang, serta 10 mesin yang membantu dalam proses produksinya. Perusahaan memiliki beberapa supplier tetap yang telah terjamin kualitasnya sehingga dapat menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Perusahaan CV Obor Super ini memiliki beberapa pangsa pasar tetap dibeberapa kota, tetapi pangsa pasar utamanya adalah Jakarta. Setiap hari perusahaan ini melakukan pendistribusian produk jadi kepada para agen-agen besar di Jakarta dan sekitarnya. Perusahaan ini setiap harinya tetap melakukan produksi sesuai

36 BAB III : METODE PENELITIAN 46 ketentuan perusahaan, dan perusahaan tidak melayani permintaan-permintaan untuk pesanan khusus Struktur Organisasi CV Obor Super CV Obor Super mempunyai struktur organisasi yang menurut perusahaan telah dapat mencapai tujuan perusahaan, serta telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Struktur organisasi CV Obor Super dirancang sesuai dengan fungsi masing-masing bagian. Struktur organisasi CV Obor Super dipimpin oleh pemiliknya langsung, dan dibantu langsung oleh beberapa wakilnya yang mengepalai bagian dibawahnya. Gambar struktur perusahaan dapat dilihat dalam gambar bagan dibawah ini: Gambar 3.1 Struktur organisasi CV Obor Super Direktur Utama Bagian Produksi Bagian Gudang Bagian Penjualan Bagian Distribusi Bagian Administrasi Pengolahan Pengemasan Staf Distribusi Kasir Pemotongan Pengawas Akuntan Penjemuran Staf Penjualan Personalia Sumber : CV Obor Super, Januari 2008

37 BAB III : METODE PENELITIAN Uraian Tugas CV Obor Super Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan atau bagian dapat menjadi sarana untuk menjaga sistem pengendalian internal di perusahaan tersebut. Dengan adanya deskripsi untuk setiap fungsi maka dapat mempermudah dilakukannya pengawasan untuk setiap aktivitas yang dilakukan bawahan tiap-tiap bagian. Struktur organisasi pada CV Obor Super telah dilengkapi dengan perincian masing-masing tugas untuk setiap bagiannya. 1. Pimpinan a. Mengatur dan merencanakan kegiatan perusahaan untuk jangka pendek dan jangka panjangnya. b. Pengambil keputusan dalam hal memilih supplier yang berkualitas dan kompeten, penentuan besarnya jumlah produksi yang akan dihasilkan, presentase mark up harga jual yang dipakai, dll. c. Mengatur dan mengawasi kegiatan operasional secara keseluruhan. 2. Bagian Produksi a. Merencanakan secara teknis dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar perusahaan yang telah ditetapkan. b. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil produksi dan melaporkan secara langsung kepada pimpinan. Bagian produksi mengawasi beberapa sub-bagian dalam produksi: a. Pengolahan - Menyiapkan bahan-bahan dasar yang dibutuhkan.

38 BAB III : METODE PENELITIAN 48 - Mengolah bahan-bahan dasar untuk dijadikan batangan-batangan kerupuk yang panjangnya kira-kira 40 cm dengan diameternya 3 cm. b. Pemotongan Tugasnya: memotong batangan-batangan kerupuk tersebut dengan menggunakan mesin potong sehingga ketebalannya bisa merata. c. Penjemuran Tugasnya: menjemur potongan-potongan kerupuk tersebut sampai kering. Setelah dijemur, kerupuk dimasukkan kedalam karung dan diserahkan kebagian gudang untuk dikemas dan disimpan. 3. Bagian gudang Bertanggung jawab atas penyimpanan bahan baku dan juga produk yang siap dikemas dan juga produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Staf bagian gudang: a. Pengemasan - Melakukan penyaringan untuk memisahkan kerupuk yang bagus dengan yang bubuk (quality control). - Melakukan packing dengan berat per bal masing-masing 5 kilogram. b. Pengawas 1 - Mengatur penyimpanan serta keluar-masuknya bahan baku untuk proses produksi. - Mengatur penyimpanan kerupuk yang belum dikemas untuk setiap jenisnya sehingga tidak tercampur.

39 BAB III : METODE PENELITIAN 49 b. Pengawas 2 - Mengatur penyimpanan kerupuk yang telah dikemas untuk setiap jenisnya sehingga tidak tercampur. - Mengawasi proses masuknya kerupuk yang berasal dari bagian produksi ke gudang serta keluarnya kerupuk untuk didistribusikan kepada pelanggan. 4. Bagian Penjualan a. Bertanggung jawab untuk mengeluarkan surat jalan untuk bagian gudang dan juga untuk bagian distribusi. b. Membuat faktur penjualan untuk pelanggan. c. Bertanggung jawab untuk penjualan secara tunai dan juga penjualan secara kredit sesuai dengan ketetapan perusahaan. 5. Bagian Distribusi Mendistribusikan produk kepada konsumen tepat waktu dan menjaga agar produk tetap dalam kondisi baik saat diserahkan ke tangan pelanggan. 2. Bagian Administrasi Mendukung sistem kerja secara keseluruhan perusahaan dalam bidang manajemen dan administrasi. Bagian administrasi mengawasi beberapa bagian: a. Kasir - Mengeluarkan uang untuk proses produksi yang telah disetujui oleh pimpinan perusahaan. - Mengeluarkan uang untuk biaya operasional perusahaan sehari-hari.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Di masa lalu, akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan harga pokok penjualan yang disajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan komponen terpenting dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba (profit oriented) ataupun tidak mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi sebagai salah satu ilmu terapan mempunyai dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memasukkan bagian-bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Produksi Menurut Supriyono (2000:290), Biaya produksi adalah meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Penentuan biaya selalu menjadi fokus utama bagi para manajer karena melalui pembebanan biaya bagi setiap item (produk maupun jasa) yang dihasilkan membantu para manajer

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya, Biaya, dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2014:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar bahwa akuntansi dapat diartikan sebagai pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H. Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Pengertian biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi, dalam bukunya akuntansi Biaya ialah sebagai berikut : - Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan biaya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang analisis perhitungan harga pokok produksi pada UKM telah dilakukan dan menunjukkan bahwa sebagian besar UKM belum menerapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki pemahaman dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya memiliki

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Istilah biaya (cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Berdasarkan teori yang ada istilah biaya (cost) dengan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Modul ke: Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Manajemen dan Proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan bukan merupakan tipe akuntansi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia pada dasarnya telah memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.PENGERTIAN BIAYA Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung pada tingkat kegunaanya. Biaya diartikan sebagai nilai yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan suatu barang.

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Biaya II.1.1 Definisi Biaya Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing perusahaan adalah penentuan harga jual produk yang ditawarkan. Perusahaan yang dapat

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatam perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN BEBAN POKOK PRODUKSI GUNA MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT (Studi Kasus Pada UD. Wijaya Food Blitar)

ANALISIS PERHITUNGAN BEBAN POKOK PRODUKSI GUNA MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT (Studi Kasus Pada UD. Wijaya Food Blitar) Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 3, No. 3 (2016) ANALISIS PERHITUNGAN BEBAN POKOK PRODUKSI GUNA MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT (Studi Kasus Pada UD. Wijaya Food Blitar) Titi Wahyuningsih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Unsur - Unsur Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi Sebelum membahas mengenai biaya produksi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari biaya itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci