3 METODE PENELITIAN. Kec. Sumalata. Kec. Marisa Kec. Tilamuta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODE PENELITIAN. Kec. Sumalata. Kec. Marisa Kec. Tilamuta"

Transkripsi

1 3 METODE PENELITIAN Berdasarkan dari tujuan penelitian yang direncanakan maka pelaksanaan penilitian dengan menggunakan beberapa pendekatan metode sehingga dapat menjawab permasalahan yang teridentifikasi. Lebih jauh, uraian berikut akan mengetengahkan secara rinci mengenai lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan dan diikuti dengan prosedur penarikan contoh, pengumpulan data beserta metode analisisnya. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini berlangsung di lima wilayah kab/kota di Provinsi Gorontalo dan kawasan perairan Teluk Tomini dan Laut Sulawesi sekitarnya. Dalam kaitan dengan penelitian ini maka, cakupan wilayah hanya meliputi Provinsi Gorontalo. Adapun data dokumentasi yang digunakan juga berasal dari Provinsi Sulawesi Utara karena wilayah ini merupakan wilayah induk sebelum pemisahan wilayah menjadi Provinsi Gorontalo. Wilayah penelitian di perairan utara dan selatan masing-masing cakupan wilayahnya diyakini merupakan representative keseluruhan wilayah Gorontalo. Waktu penelitian dilakukan selama Oktober 2005 Januari Peta Lokasi Penelitian disajikan pada Gambar 10. Kec. Sumalata Kec. Kwandang Kec. Atinggola Kec. Bone Pante Kec. Marisa Kec. Tilamuta Kec. Kota Selatan Gambar 10. Lokasi penelitian (bagian utara yaitu Laut Sulawesi dan bagian selatan yaitu Teluk Tomini).

2 Penarikan Contoh Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan yaitu data primer dan data sekunder. Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini serta adanya pertimbangan kondisi wilayah penelitian, maka untuk mendapatkan data primer digunakan metode penelitian survei. Dengan demikian informasi dan data yang dikumpulkan berasal dari responden dengan cara wawancara langsung dengan responden terpilih melalui daftar kuisioner (wawancara terstruktur). Selain itu juga untuk mendapatkan informasi yang lebih representatif, dilakukan juga wawancara tidak terstruktur untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan. Pengambilan contoh dilokasi penelitian mengacu pada metode multi stage cluster sampling dari Daniel (2002), yaitu: (1) tahap pertama: pemilihan kecamatan yang terdapat pantai dengan tipe lokasi/kelurahan nelayan. Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa kecamatan yang berada di perairan utara yaitu Atinggola, Kwandang, Anggrek dan Sumalata dan selatan yaitu Kota Selatan dan Kota Timur (Kota Gorontalo), Bone Pantai (Kab. Bone Bolango), Tilamuta (Kab. Boalemo) dan Marisa (Kab. Pohuwato); (2) tahap kedua: masing-masing kecamatan terpilih, selanjutnya dipilih desa lokasi pengambilan sampel penelitian. Desa yang terpilih dari beberapa pemilihan kecamatan di perairan utara yaitu Desa Gentuma (Kecamatan Atinggola), Desa Moluo dan P Malambe (Kecamatan Kwandang), Desa Illangata (Kecamatan anggrek) Desa Bulontio Timur (Kecamatan Sumalata) dan selatan yaitu Kelurahan Pohe, dan Leato Selatan (Kecamatan Kota Selatan dan Kota Timur), Desa Tonggo dan Tamboo (Kecamatan Bone Pantai), Desa Pentadu Timur dan Pentadu Barat (Kecamatan Tilamuta), dan Desa Marisa (Kecamatan Marisa). Masing-masing desa ini memiliki tingkat aktifitas perikanan yang tinggi dibandingkan dengan beberapa desa yang lain; (3) tahap ketiga: besarnya sampel responden ditentukan secara acak terhadap usaha penangkapan ikan di desa/kelurahan contoh atas dasar karakteristik teknologi alat tangkap dan kapal yang akan digunakan, yang mewakili armada penangkapan. Jumlah sampel nelayan masing-masing desa bervariasi disesuaikan dengan tingkat aktifitas perikanan di wilayah tersebut. Rata-rata sampel nelayan tiap desa berjumlah antara orang. Jumlah sampel nelayan di perairan utara berjumlah 128 orang dan perairan selatan berjumlah 190 orang sehingga total keseluruhan jumlah nelayan yang dijadikan sampel berjumlah 318 orang. Untuk jumlah sampel armada penangkapan di perairan utara berjumlah 20 kapal pukat cincin, 26 kapal jaring insang

3 39 tetap (soma) dan 24 kapal/perahu pancing sehingga total jumlah kapal/perahu 70 kapal dan untuk perairan selatan berjumlah 58 kapal pukat cincin dan 6 kapal pancing ulur sehingga total jumlah 64 kapal/perahu. Untuk mendapatkan data sekunder dalam memenuhi analisis maka dilakukan cross checking terhadap dokumentasi data yang tersedia di instansi yang terkait yaitu : Dinas Perikanan Provinsi, Dinas Perikanan Kab/Kota, Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, Tempat Pelelangan Ikan; Bappeda Provinsi. Data primer dan sekunder yang dikumpulkan sifatnya berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data primer dan data sekunder selanjutnya dipilah sesuai dengan kebutuhan analisis. 3.3 Pengumpulan Data Untuk pemenuhan tujuan yang ditetapkan, data yang dikumpulkan mencakup indikator pemanfaatan sumberdaya ikan, kapasitas perikanan, dan orieintasi pengembangan perikanan tangkap. Variabel pemanfaatan sumberdaya ikan meliputi data produksi hasil tangkapan, upaya penangkapan, perahu/kapal, dan jumlah nelayan. Untuk variabel kapasitas perikanan yaitu meluputi sebagian data pemanfaatan sumberdaya perikanan, data sejumlah kapal/perahu yang beroperasi yang terdiri atas data fisik (panjang, lebar, dan tinggi kapal, kekuatan mesin) data aktivitas penangkapan (lama penangkapan, lama trip, jumlah trip/bulan) dan data ekonomi (harga ikan,biaya operasi per trip). Untuk data orientasi pengembangan meliputi data indikator pemanfaatan sumberdaya ikan dan indikator kapasitas perikanan yang selanjutnya dipilah berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya. Mengenai data sumberdaya ikan, pengumpulannya bersumber dari data sekunder berkala yang terdokumentasi sebagai statistik perikanan dari alat tangkap yang terdiri dari data hasil pendaratan ikan, terutama hasil tangkapan data kapal trip (upaya tangkap). Data diperoleh dari cross checking data yang terdokumentasi di Pelabuhan/Pangkalan Pendaratan Ikan di Gorontalo, Dinas Perikanan dan Kelautan kab/kota dan Provinsi Gorontalo. Data teknis penangkapan ikan sebagaimana dikemukakan, dikumpulkan dalam serangkaian survei dengan bantuan daftar questionnaire. Sementara data upaya tangkap secara berkala sebagai data sekunder diperoleh dari statistik perikanan sebagaimana halnya data produksi ikan. 3.4 Analisis Data Data yang telah terkumpul ditabulasikan dan dikelompokan berdasarkan jenisnya untuk dijadikan data base, kemudian data tersebut dianalisis dengan serangkaian metode dan masing-masing analisisnya disajikan dalam bentuk tabel,

4 40 gambar, grafik serta perhitungan matematik. Adapun untuk mengetahui tingkat fluktuasi masing-masing alat tangkap, effort, dan produksi apakah terjadi penurunan atau peningkatan menggunakan rumus (Djarwanto, 1989) : Pt = Po (1 + r ) t dimana Po = jumlah armada pada awal periode waktu t Pt = jumlah armada pada akhir periode waktu t R = tingkat fluktuasi armada per tahun. Metode pendugaan produksi lestari menggunakan pendekatan model analisis bioekonomi Gordon-Schaefer, pengukuran kapasitas perikanan tangkap dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA); penentuan pengembangan armada perikanan tangkap dengan menggunakan Linear Goal Programming (LGP). Selanjutnya untuk penentuan kebijakan yang strategi dalam kaitan dengan kapasitas perikanan tangkap dilakukan secara deskriptif dari hasil perhitungan sebelumnya. Hasil evaluasi dari beberapa pendekatan metode analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka ditetapkan hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan (SWOT). Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan tersebut maka dirumuskan kebijakan yang strategis berkaitan dengan pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Gorontalo Analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Indeks kemampuan tangkap (fishing power indeks) Sifat sumberdaya ikan di daerah tropis khususnya di Indonesia adalah multispesies dan multigear, maka perlu dilakukan standarisasi alat tangkap. Keanekaragaman jenis alat tangkap yang digunakan di suatu perairan memungkinkan suatu spesies ikan tertangkap pada beberapa jenis alat tangkap. Gulland (1983) menyatakan bahwa jika di suatu daerah perairan terdapat berbagai jenis alat tangkap yang dipakai, maka salah satu alat tersebut dapat dipakai sebagai alat tangkap standar, sedangkan alat tangkap yang lain dapat distandardisasikan terhadap alat tangkap tersebut. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standar mempunyai faktor daya tangkap atau fishing power indeks (FPI) sama dengan 1. Nilai kemampuan tangkap masing-masing alat tangkap setiap tahun diperoleh dari formula yang dikemukakan oleh Tampubolon dan Sutedjo (1983) yaitu : Cs CPUEst = Fs

5 41 CPUEi Ci = Fi FPIst CPUEs = = 1 CPUEs FPIi CPUEi = CPUEs (18) Untuk alat tangkap lainnya menggunakan persamaan berikut : Standart effort = Σ FPIi X Σ E (19) CPUEst = hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap standard CPUEi = hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap i Cs = jumlah tangkapan jenis alat tangkap standar Ci = jumlah tangkapan jenis alat tangkap i Fst = jumlah upaya jenis alat tangkap standar Fi = jumlah upaya jenis alat tangkap i FPIst = faktor daya tangkap jenis alat tangkap standar FPIi = faktor daya tangkap jenis alat tangkap i. Fishing Power Index (FPI) setiap tahun dari masing-masing alat tangkap kemudian dirata-rata. Selanjutnya FPI ini dikalikan dengan effort atau trip masingmasing alat sehingga diperoleh effort standar. Setelah melalui standarisasi ini akan diperoleh total produksi aktual dan total effort standar yang akan digunakan dalam metode analisis selanjutnya Produksi lestari dan upaya optimum Dalam analisis produksi lestari dan upaya optimum ini yang dilakukan menghitung sumberdaya ikan pelagis kecil dan pelagis besar. Penentuan dari jenis sumberdaya ikan di dasarkan atas jenis alat tangkap. Pemisahan alat tangkap disesuaikan dengan jenis hasil tangkapan yaitu ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar. Kategori alat tangkap yang melakukan penangkapan ikan pelagis kecil yaitu payang, pukat pantai, pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring lingkar dan bagan. Untuk sumberdaya ikan pelagis besar yaitu alat tangkap huhate, pancing tonda dan pancing ulur dan pukat cincin. Untuk sumberdaya ikan demersal tidak dilakukan perhitungan karena kurangya data yang berkaitan dengan jenis alat tangkap yang melakukan penangkapan ikan tersebut dan rendahnya potensi sumberdaya yang tersedia dibandingkan dengan jenis sumberdaya ikan pelagis. Menurut Sparre and Venema (1999) metode surplus produksi (Schaefer 1957) mengikuti asumsi bahwa c/f menurun dengan adanya peningkatan upaya. Dari metode

6 42 ini, dapat diperoleh estimasi besarnya kelimpahan (biomas) dan estimasi potensi dari suatu jenis atau kelompok jenis (species group) sumberdaya ikan. Metode ini merupakan metode yang sangat sederhana dan murah biayanya, karena hanya memerlukan data tentang hasil tangkapan dan upaya penangkapan. Oleh karena itu penggunaan model ini memerlukan kehati-hatian dan sedapat mungkin dibarengi dengan berbagai informasi tambahan serta validasi dengan menggunakan metode lain. Inti pendekatan metode ini adalah bahwa setiap spesies ikan mempunyai kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas produksi (surplus), sehingga apabila surplus produksi dipanen maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan (sustainable). Pendekatan ini hanya berdasarkan pada pendekatan biologi dan mengabaikan hal-hal yang bersifat sosial ekonomi semata sehingga banyak menuai kritik. Beberapa kelemahan yang dikemukakan Clark (1987) yang dikutip Fauzi (2004) antara lain : 1) Bersifat tidak stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja dapat mengarah ke pengurasan stok. 2) Didasarkan pada konsep keseimbangan (steady state) semata, sehingga tidak berlaku pada kondisi non steady state. 3) Tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen. 4) Tidak memperhitungkan aspek interdependensi dari sumber daya. 5) Sulit diterapkan pada kondisi dimana perikanan memiliki ciri ragam jenis. Berangkat dari kelemahan tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan lain yang dikembangkan oleh Gordon (1954) yang lebih dikenal dengan teori Gordon Schaefer. Hal ini dilakukan untuk menyempurnakan konsep yang telah dikembangkan oleh Schaefer (1954). Dalam perkembangannya model Gordon Schaefer menggunakan beberapa asumsi tambahan yaitu (Fauzi, 2003) : 1) Harga per satuan produksi (p), diasumsikan konstan. 2) Biaya per satuan upaya (c), diasumsikan konstan. 3) Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal. 4) Struktur pasar bersifat kompetitif. 5) Hanya memperhitungkan faktor penangkapan serta mengabaikan faktor pasca panen. Dalam penilaian sumberdaya ikan hal yang terpenting yang perlu diketahui adalah nilai estimasi tangkapan lestari stok ikan. Penilaian sumberdaya ikan ini idealnya dilakukan pada setiap spesies (stock by stock species). Untuk mengetahui

7 43 nilai estimasi produksi lestari tersebut terlebih dahulu perlu diketahui produktivitas dari stok ikan, yang biasanya diestimasi dengan model kuatitatif. Dalam perhitungan nilai sumberdaya ikan digunakan model surplus produksi. Model ini mengasumsikan stok ikan sebagai penjumlahan biomas dalam persamaan yang diacu dalam Fauzi, 2004 yaitu : X = F (X t ) - h t (20) t dimana : F (X t ) = fungsi pertumbuhan alami biomas ikan h t = laju penangkapan Untuk menggambarkan stok biomas ini menggunakan model logistik. Persamaan dari model logistik tersebut adalah : X Xt = rx t 1 - ht (21) t K dimana : r = laju pertumbuhan intrinsik K = daya dukung lingkungan. Bentuk fungsi logistik adalah bentuk simetris dimana ada titik puncak kuadratik. Jika stok sumberdaya ikan dieksploitasi oleh nelayan, maka laju eksploitasi sumberdaya ikan dalam satuan waktu tertentu diasumsikan merupakan fungsi dari input (effort) yang digunakan dalam menangkap ikan dan stok sumberdaya yang tersedia. Dalam fungsi hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut : h(t) = H (E(t), X(t))... (22) selanjutnya diasumsikan bahwa laju penangkapan linier terhadap biomas dan effort yaitu : h(t) = q E t X t... (23) dimana : q = koefisien kemampuan penangkapan (catchability coefisien) E t = upaya penangkapan. Asumsi kondisi keseimbangan (equilibrium) maka kurva tangkapan upaya lestari (yield-effort-curve) dari fungsi di atas dapat ditulis sebagai berikut : h(t) = qke t - E 2... (24) Estimasi parameter r, K dan q untuk persamaan yield-effort dari model logistik di atas melibatkan teknik non linier. Namun demikian dengan menuliskan Ut = ht / Et, persamaan di atas dapat ditransformasikan menjadi persamaan linier sehingga

8 44 metode regresi biasa dapat digunakan untuk mengestimasi parameter biologi dari fungsi di atas. Dalam penelitian ini teknik untuk menduga parameter r, q dan K menggunakan teknik estimasi parameter yang dikembangkan oleh Clarke et al, (1992) yang diacu dalam Fauzi (2003) atau sering dikenal sebagai metode CYP melalui persamaan : ln (U t+1 )= 2r ln (qk) + (2 + r) (2 + r) ln (U t ) - (2 + r) q (E t + E t+1 )... (25) ( 2 + r) dengan mengregresikan hasil tangkapan per unit input (effort) yang dilambangkan dengan U pada periode t + 1 dan dengan U pada periode t, serta penjumlahan input pada periode t dan t + 1, akan diperoleh koefisien r, q dan K secara terpisah. Selanjutnya setelah disederhanakan persamaan 29 dapat diestimasikan dengan OLS melalui : Ln (U n+1 ) = C 1 +C 2 ln(u n ) + C 3 (E n + E n+1 )... (26) Sehingga nilai parameter r,q,dan K pada persamaan 18 dapat diperoleh melalui persamaan berikut : 2( 1 C2 ) r = 1+ C ( ) 2 q = - C 3 (2 + r)... (27) K = e C 1 (2+ r) /(2r) q Dengan mengetahui koefisien ini maka dapat diketahui kondisi optimal pemanfaatan pada setiap kondisi pengelolaan yaitu : 1. Kondisi MEY (Maximum Economic Yield) Pengelolaan perikanan pada kondisi MEY juga dikenal dengan rezim pengelolaan sole owner. Manfaat ekonomi dari ekstraksi sumberdaya ikan pada kondisi MEY yaitu : q π = pqke 1 E -ce... (28) r Menggunakan hasil dari persamaan 21 terhadap effort (E) akan menghasilkan : E opt = rk c 1 2q pqk Dengan tingkat panen optimal sebesar : h op = rk c pqk 1... (29) c pqk... (30)

9 45 Xopt = h q. E... (31) Dengan mensubstitusikan persamaan 33 dan persamaan 34 kedalam persamaan 32 akan diperoleh manfaat yang optimal. 2. Kondisi Maksimum Sustainable Yield (MSY) Manfaat ekonomi dari ekstraksi sumberdaya ikan pada kondisi pengelolaan MSY yaitu : π = p h MSY c E MSY... (32) Menggunakan hasil dari persamaan 39 terhadap effort (E) akan menghasilkan : r E MSY =... (33) 2q Dengan tingkat panen optimal sebesar : rk h MSY =... (34) 4 Dengan tingkat biomas optimal sebesar : r X MSY =... (35) 2q 3. Kondisi Open access (OA) Manfaat ekonomi dari ekstraksi sumberdaya ikan pada kondisi open access yaitu : π = ph OA ce OA... (36) Menggunakan hasil dari persamaan 33 terhadap effort (E) akan menghasilkan : E 0A = r c 1... (37) q pqk Dengan tingkat panen optimal sebesar : h OA = rc pq c 1... (38) pqk Dengan tingkat biomas optimal sebesar : c X OA = pq... (39) Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan melalui pendekatan bioekonomi adalah sebagai berikut :

10 46 1) Menyusun data produksi dan upaya (effort) dalam bentuk urut waktu (time series) dimana produksi ikan yang ada dikelompokkan berdasarkan jenis alat tangkap. 2) Melakukan standardisasi alat tangkap, mengingat masing-masing alat tangkap yang dipergunakan memiliki kemampuan yang bervariasi atau keragaman. 3) Melakukan pendugaan terhadap parameter biologi dengan teknik ordinary least square (OLS). 4) Melakukan estimasi parameter ekonomi, yang dilakukan dengan persamaan yang sama dengan pada saat menyusun data produksi dan upaya. Estimasi parameter ekonomi berupa harga ikan per kg dan biaya eksploitasi per trip kapal untuk alat yang distandarkan, dengan menggunakan data riil atau data pada saat penelitian dilakukan. Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya inflasi. 5) Melakukan perhitungan nilai optimal berdasarkan persamaan yang sudah ditetapkan, dengan menggunakan software Excel Data envelopment analysis (DEA) Pada dasarnya, ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kapasitas perikanan. Technical Working Group on the Management of Fishing Capacity (TWG) merekomendasikan dua alternatif pendekatan untuk pengukuran kapasitas perikanan yaitu peak to peak analysis dan data envelopment anlaysis (DEA) (Greboval, 2003). Pendekatan ini merupakan pendekatan non parametrik yang dianggap cukup dapat diandalkan untuk aplikasi yang luas dan mudah dilakukan berkaitan dengan definisi ekonomi-teknologi yang terfokus pada kapasitas output, serta tidak memerlukan data yang mahal (Fauzi dan Anna, 2005). Metode peak-to-peak adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara hasil tangkapan dan jumlah total armada penangkapan. Pendekatan ini di sebut peak-to-peak karena hasil tangkapan tertinggi (puncak) digunakan sebagai reference point sebagai indeks kapasitas. Indeks kapasitas ini adalah nilai pemanfaatan secara keseluruhan yang mencapai nilai 100 %. Pada waktu yang berbeda indeks kapasitas dapat memberikan gambaran tentang persentase kondisi pemanfaatan suatu upaya yang maksimal dengan adanya penyesuaian tingkatan teknologi yang menyebabkan adanya perubahan produktivitas. Pendekatan ini didasarkan dengan mencari titik tertinggi (puncak) atau keadaan pemanfaatan yang maksimal yang didefinisikan sebagai rasio nilai maksmimum output dari capital stock (hasil tangkapan per kapal). Data yang dibutuhkan dalam analisis peak-to-peak yaitu

11 47 data pendaratan ikan, jumlah kapal, dan hal-hal yang berkaitan dengan teknologi penangkapan ikan. Pendekatan ini merupakan analisis untuk menghasilkan dengan cepat hasil tangkapan maksimum berdasarkan ukuran armada dan pemanfaatan potensial dari setiap input (Greboval, 2003). Metode DEA adalah analisis program matematik untuk mengestimasi efisiensi teknis dari kegiatan produksi (Coelli et al., 1998). Fauzi dan Anna (2005) menyatakan bahwa analisis ini digunakan untuk mengestimasi kapasitas yang menggunakan model cross section dengan multi input dan multi output. Dengan unit observasi adalah kapal perikanan dan input serta output berdasarkan data bulanan per unit kapal. Jika terdapat J kapal, M output (M sama dengan jumlah spesies yang berbeda), dan N input yang terdiri dari n=1, n adalah input tetap (fixed factor) dan n=n +1,, N adalah input variable. Pendekatan ini berorientasi pada output dan input yang disarankan untuk perikanan oleh Kirkley dan Squires (1998) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Fare et al (2000). Selain pendekatan ini terdapat juga beberapa metode yang telah digunakan untuk pengukuran kapasitas perikanan. Beberapa penelitian diantaranya oleh Newton (1999), Fitzpatrick (1996) yang melakukan analisis kapasitas perikanan dengan menggunakan pendekatan koefisien teknologi; Pella and Psaropulos (1975) melakukan pengukuran kapasitas perikanan dengan pendekatan pendugaan CPUE yang distandarisasi dengan perhitungan matematik; Gascuel et al., (1993) melakukan pengukuran kapasitas perikanan dengan pendekatan fishing power yang menggunakan metode analisis Virtual Population Analysis (VPA) dan General Linear Modeling (GLM); dan Shono and Ogura (1999) yang melakukan pengukuran kapasitas perikanan dengan pendekatan efisiensi perikanan yang menggunakan GLM (Suzuki et al., 2003). DEA (data envelopment analysis) adalah analisis program matematik untuk mengestimasi efisiensi teknis kegiatan produksi secara simultan. Dalam analisis tersebut menggunakan model panel data dengan multi input dan single output. Dengan unit observasi adalah kapal perikanan dan input serta output berdasarkan data bulanan per unit kapal. Dalam konteks industri penangkapan, diasumsikan bahwa teknologi yang berlaku bersifat decreasing return to scale (DRS). Model DEA memiliki kelebihan dan kelemahan. Pendekatan DEA mempunyai kelebihan dalam hal kemampuan untuk mengestimasi kapasitas di bawah kendala penerapan kebijakan tertentu. Kelebihan lainnya adalah kemampuannya dalam mengakomodasi multiple outputs dan multiple

12 48 inputs, dapat menentukan tingkat potensial maksimum dari effort atau variabel input secara umum dan laju utilitas optimal (Fauzi, 2005). Teknik DEA dapat menganalisis persoalan yang memiliki input dan output berbeda satuan pengukuran (Van Hoof dan Willem de Wilde, 2005 yang diacu dalam Efendi, 2007). Dengan dukungan software dan data yang tersedia, model DEA lebih mudah dan efisien. Namun demikian, pengukuran tersebut memiliki keterbatasan berupa kesulitan menentukan pembobotan yang seimbang antara input dan output. Selain itu, pendekatan DEA mengalami kesulitan dalam uji hipotesis statistik sebagaimana pendekatan fungsi produksi lainnya seperti stochastic frontier dan fungsi Cobb-Douglas. Kelemahan pendekatan DEA lainnya adalah ketika sejumlah input (variabel maupun tetap) dan output dikeluarkan dalam analisis akan sangat berpengaruh pada nilai efisiensi perusahaan (Van Hoof dan Willem de Wilde, 2005 yang diacu dalam Efendi, 2007). Untuk tipe DEA yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minimisasi input (input orientated) dan maxsimasi output (output orientated). Pendekatan ini digunakan untuk mengukur seberapa besar output yang dihasilkan oleh sejumlah masing-masing alat tangkap tanpa ada pengurangan dan seberapa besar input (effort) yang harus dikurangi tanpa ada perubahan jumlah output (hasil tangkapan) Untuk menduga efisiensi teknis dari upaya penangkapan selama 20 tahun (jangka panjang) menggunakan pendekatan minimisasi input (input orientated) (diasumsikan terdapat J upaya (trip), dimana j=1,2,...,j; j = 20) sebagai input dengan 1 output berupa hasil tangkapan dengan menggunakan asumsi model constan return scale (CRS) dengan formula (Fare et. al. (1994) dalam Kirkley and Squires (1999) : TE = Min θ s.t. J θ u z u...(40) J j j= 1 j= 1 j z j x jn x jn,, n α j J j= 1 z j = 1 J j= 1 z j x jn =λ j x jn, n z j 0, λ jn, j=1,2,..., J, n =1,2,...,N

13 49 diasumsikan j=1,2,...,j adalah tahun observasi sebagai decision making units (DMU) dengan demikian terdapat 20 tahun observasi atau J=20 dan n=1,2,..., n input (n=1). Keterangan : TE = efisiensi teknis untuk tahun ke j θ = nilai pengukuran untuk setiap observasi ( 1) u j x jn λ j z j = output untuk tahun ke-j yaitu 1 output (hasil tangkapan) = input ke-n yang digunakan, terdiri dari 1 input tetap (jumlah upaya masing-masing alat tangkap) = tingkat penggunaaan input variabel ke-n = intensitas penggunaan variabel Untuk menduga efisiensi teknis dari masing-masing alat tangkap dan efisiensi teknis kekinian dari setiap kapal (jangka pendek) menggunakan pendekatan maximasi output (output orientated). Hal ini untuk mengetahui jenis alat tangkap mana yang paling efisien. (diasumsikan terdapat J jenis alat tangkap, dimana j=1,2,...,j) sebagai input (effort alat tangkap) dengan 1 output berupa hasil tangkapan. Untuk menganalisis efisiensi dalam jangka pendek, dilakukan dengan membandingkan efisiensi antar kapal. Pada analisis ini yang menjadi DMU-nya adalah kapal pukat cincin, dengan variabel inputnya adalah lama waktu penangkapan, jumlah trip/bulan, ukuran kapal (GT), dan biaya operasional dan variabel output yang digunakan adalah catch (hasil tangkapan) dan keuntungan. dengan menggunakan asumsi model variable returns to scale (VRS) yang diformulasikan: TE = Max θ s.t. J θ u j z ju j m...(41) J j= 1 j=1 z x j jn x jn,, n α J j= 1 z j = 1 J j= 1 z x j jn =λ j x jn, n z j 0, λ jn, j=1,2,..., J, n =1,2,...,N

14 50 diasumsikan j=1,2,...,j adalah jumlah kapal/perahu yang diobservasi sebagai decision making units (DMU) dengan demikian terdapat 58 kapal pukat cincin (wilayah selatan), 20 pukat cincin, 24 jaring insang, dan 26 pancing ulur (wilayah utara) observasi atau J= 58; J=20 ; J=24; J= 26. Keterangan : TE = efisiensi teknis untuk tahun ke j θ = nilai pengukuran untuk setiap observasi ( 1) u j x jn λ j z j = output untuk tahun ke-j yaitu 2 output (hasil tangkapan dan biaya operasional) = input ke-n yang digunakan, terdiri dari 1 input tetap atau (jumlah input atau n = 5 ) = tingkat penggunaaan input variabel ke-n = intensitas penggunaan variabel Untuk input tetap Gross ton (GT) dari masing-masing kapal dihitung dengan menggunakan pendekatan GT = [ log10 (V)]*V, dimana V = panjang kapal * lebar kapal* dalam kapal (Lindebo, 2003). Menurut Cooper et al (1999) dalam analisis DEA angka degrees of fredoom (d.o.f) akan bertambah dengan bertambahnya DMU dan akan berkurang dengan bertambahnya input dan output. Untuk itu diperlukan a rule of thumb dari tingkat kepercayaan pada jumlah pengamatan sekurang-kurangnya yaitu : Max {jumlah input * jumlah output) atau 3 (jumlah input + jumlah output)} Linear goal programming (LGP) Linear programming dalam analisis pengembangan digunakan untuk memperoleh informasi beberapa tujuan yang hendak dimaksimumkan atau diminimumkan secara bersamaan. Hal ini berkenaan dengan penggunaan sumberdaya secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas (tenaga kerja terampil, bahan mentah, dan modal) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Analisis ini bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau deviasi terhadap tujuan, target, atau sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang ditempuh untuk mencapai terget atau tujuan tersebut secara memuaskkan sesuai dengan syarat ikatan yang ada, kendala, tujuan dan sebagainya (Supranto,1988). Menurut Nachrowi dan Usman (2005) linear programming adalah suatu model matematik/ teknik matematik yang digunakan untuk mencari cara terbaik dalam mengalokasikan sumberdaya (resources) yang

15 51 terbatas pada kegiatan-kegiatan yang saling berkompetisi dengan menggunakan model linier. Dalam berbagai permasalahan, pemograman linear sering dihadapkan hanya pada penyelesaian satu tujuan. Dalam realita manajemen kerap dihadapkan kepada suatu situasi dimana beberapa tujuan harus dicapai secara bersamaan. Metode yang dapat digunakan untuk memodel suatu masalah yang mempunyai banyak tujuan adalah pemograman analisis tujuan ganda (linear goal programming, LGP). Analisis LGP merupakan pengembangan lanjut dari linear programming (LP). Seperti halnya LP, LGP ini berusaha mengoptimasikan fungsi tujuan yang terkendala oleh fungsifungsi tujuan. Namun umumnya LGP meminimumkan kendala dalam arti bahwa fungsi kendala menjadi tujuan sehingga LGP berfungsi untuk minimisasi fungsi tujuan. Dalam istilah pemograman terdapat beberapa fungsi yaitu fungsi tujuan, fungsi kendala dan peubah keputusan. Fungsi tujuan adalah fungsi yang akan dioptimasikan. Fungsi kendala adalah fungsi-fungsi yang merupakan kendala fungsi yang akan dioptimasikan, dan peubah keputusan adalah peubah-peubah yang akan dicari nilai optimumnya (maksimum atau minimum) (Anonim, 2002) Rumus yang akan digunakan untuk penelitian ini diacu dari Nachrowi dan Usman (2005) masing-masing untuk perairan selatan dan utara Gorontalo : 12 Z = ( Dbi + Dai) dan = ( Dbi + Dai) 1= 0 10 Z... (42) 1= 0 Fungsi terhadap kendala-kendala : a 11 X 1 + a 12 X a 1 nxn + DB 1 DA 1 = b 1 a 21 X 1 + a 22 X a 2 nxn + DB 2 DA 2 = b = =.. a m1 X 1 + a m2 X a m nxn + DB m DA m = b m dimana : Z = fungsi tujuan (total deviasi) yang akan diminimumkan Dbi = deviasi bawah kendala ke-i (i = 1,2,3...12) Dai = deviasi atas kendala ke-i (i = 1,2,3...12) bi = target sumberdaya ke-i (i = 1,2,3...12) aij = sumberdaya i yang digunakan untuk kegiatan j (j = 1,2,3...8) dan (j= 1,2,3,...6)

16 52 Kendala = Jumlah effort dan produksi pada rejim MEY, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan asli daerah Xj = variabel keputusan ke-j (jumlah unit penangkapan) yang disarankan (j = 3) untuk selatan dan j = 3 untuk utara Xj, DAi, DB >0, untuk i = 1,2,...m dan j = 1,2,...,n Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan Untuk penentuan kebijakan yang strategi dalam kaitan dengan kapasitas perikanan tangkap dilakukan secara deskriptif dari hasil perhitungan analisis sebelumnya. Hasil evaluasi dari beberapa pendekatan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka ditetapkan hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan tersebut maka dirumuskan kebijakan yang strategis berkaitan dengan pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Gorontalo. Rangkaian kegiatan penelitian analisis kapasitas perikanan tangkap yang meliputi tujuan penelitian, pendekatan dan hasil analisis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tujuan penelitian, metode dan hasil analisis Tujuan penelitian Metode analisis Hasil analisis Menghitung tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan utara dan selatan Provinsi Gorontalo Analisis Schaefer - Gordon MSY, MEY dan Open access Menentukan efisiensi perikanan tangkap perairan utara dan selatan Provinsi Gorontalo Menganalisis kapasitas perikanan tangkap antar waktu dan antar alat tangkap di perairan utara dan selatan Provinsi Gorontalo Mengkaji alokasi pengembangan unit penangkapan ikan. Menyusun strategi kebijakan perikanan tangkap DEA (Data envelopment Analysis) DEA (Data envelopment Analysis) LGP (Linear Goal Programming) Penetapan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan Efisiensi teknis, Kapasitas perikanan Efisiensi teknis, Kapasitas perikanan Alokasi optimum alat tangkap Strategi kebijakan

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu 24 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 yang meliputi: observasi lapang, wawancara, dan pengumpulan data sekuder dari Dinas

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

VI. ANALISIS BIOEKONOMI 111 VI. ANALISIS BIOEKONOMI 6.1 Sumberdaya Perikanan Pelagis 6.1.1 Produksi dan Upaya Penangkapan Data produksi yang digunakan dalam perhitungan analisis bioekonomi adalah seluruh produksi ikan yang ditangkap

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 6 0'0"S 6 0'0"S 6 0'0"S 5 55'0"S 5 50'0"S 28 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Maret 2011. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut dan sumberdaya alam yang dikandungnya dipahami secara luas sebagai suatu sistem yang memberikan nilai guna bagi kehidupan manusia. Sebagai sumber kehidupan, potensi

Lebih terperinci

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN Edy H.P. Melmambessy Staf Pengajar Univ. Musamus-Merauke, e-mail : edymelmambessy@yahoo.co.id ABSTRAK Ikan tongkol termasuk dalam golongan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan alasan dan kriteria

Lebih terperinci

KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP DI TELUK TOMINI WILAYAH PERAIRAN SELATAN GORONTALO

KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP DI TELUK TOMINI WILAYAH PERAIRAN SELATAN GORONTALO Kapasitas Perikanan Tangkap di Teluk Tomini Wilayah Perairan Selatan Gorontalo (Abdul KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP DI TELUK TOMINI WILAYAH PERAIRAN SELATAN GORONTALO Abdul Hafidz Olii ), Daniel R. Monintja

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 3 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dari tanggal 17 April sampai 7 Mei 013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat 27 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat (Lampiran 1). Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Penentuan

Lebih terperinci

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal

Lebih terperinci

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI Hazmi Arief*, Novia Dewi**, Jumatri Yusri**

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru. 3 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli 009 di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar - Perairan Selat Bali, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Perairan Selat Bali terletak

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian. 31 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data untuk kebutuhan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011 bertempat di Sibolga Propinsi Sumatera Utara (Gambar 3).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer METODE PENELITIAN 108 Kerangka Pemikiran Agar pengelolaan sumber daya udang jerbung bisa dikelola secara berkelanjutan, dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah perhitungan untuk mengetahui: 1.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai dinamika stok ikan peperek (Leiognathus spp.) dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 2 tahapan berdasarkan waktu kegiatan, yaitu : (1) Pelaksanaan penelitian lapangan selama 2 bulan (September- Oktober

Lebih terperinci

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar Andi Adam Malik, Henny Setiawati, Sahabuddin Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004) 24 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini mengikuti penelitian bagian Manajemen Sumberdaya Perikanan (MSPi) dan dilaksanakan selama periode bulan Maret 2011 hingga Oktober

Lebih terperinci

MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA. Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³

MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA. Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³ J. Bijak dan Riset Sosek KP. Vol.3 No.1, 2008 69 MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³ Penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2011 sampai bulan Februari 2012 dengan interval waktu pengambilan sampel 1 bulan. Penelitian dilakukan di Pelabuhan

Lebih terperinci

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) Irianis Lucky Latupeirissa 1) ABSTRACT Sardinella fimbriata stock assessment purposes

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Aceh yang memiliki potensi sumberdaya ikan. Jumlah sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 11.131 ton terdiri

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX- CpUE Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX- By. Ledhyane Ika Harlyan 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 Schaefer y = -0.000011x

Lebih terperinci

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL 5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL 5.1 Pendahuluan Pemanfaatan yang lestari adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan pada kondisi yang berimbang, yaitu tingkat pemanfaatannya

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat

3.1. Waktu dan Tempat 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni - Oktober 2008, Adapun lingkup wilayah penelitian di Bengkalis dengan mengambil beberapa desa sampel yaitu : Meskom, Pambang,

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 5.1 Pendahuluan Armada penangkapan yang dioperasikan nelayan terdiri dari berbagai jenis alat tangkap,

Lebih terperinci

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang 5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang Pemanfaatan sumberdaya perikanan secara lestari perlu dilakukan, guna sustainability spesies tertentu, stok yang ada harus lestari walaupun rekrutmen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL........ iv DAFTAR GAMBAR........ vii DAFTAR LAMPIRAN........ viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....... 1.2. Perumusan Masalah.......... 1.3. Tujuan dan Kegunaan..... 1.4. Ruang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Perikanan Kabupaten Agam Aktifitas kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Agam hanya terdapat di satu kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara. Wilayah ini terdiri atas

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN PESISIR PROPINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN PESISIR PROPINSI SUMATERA BARAT ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN PESISIR PROPINSI SUMATERA BARAT (Analysis of Capacity for Pelagic Fisheries in Coastal Area of West Sumatera) Desniarti 1, Akhmad Fauzi 2, Daniel R. Monintja

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi Umum Perairan Teluk Banten Letak geografis Teluk Banten berada dalam koordinat 05 o 49 45-06 o 02 00 LS dan 106 o 03 20-106 o 16 00 BT. Teluk Banten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lemuru merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup penting. Berdasarkan data statistik perikanan Indonesia tercatat bahwa volume tangkapan produksi ikan lemuru

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of

Lebih terperinci

MAAF HALAMAN PADA LEMBAR ASLINYA MEMANG TIDAK ADA

MAAF HALAMAN PADA LEMBAR ASLINYA MEMANG TIDAK ADA MAAF HALAMAN PADA LEMBAR ASLINYA MEMANG TIDAK ADA PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Analisis Kapasitas Perikanan Tangkap dalam

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER Oleh : Moh. Erwin Wiguna, S.Pi., MM* Yogi Bachtiar, S.Pi** RINGKASAN Penelitian ini mengkaji

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Model merupakan abstraksi atau simplifikasi dari dunia nyata. Model

IV. METODE PENELITIAN. Model merupakan abstraksi atau simplifikasi dari dunia nyata. Model IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tahapan dan Perumusan Model Model merupakan abstraksi atau simplifikasi dari dunia nyata. Model menyatakan tentang hubungan fungsional yang langsung maupun tidak langsung, interaksi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Gambar 3). 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tahapan-tahapan pelaksanaan

Lebih terperinci

Pengelolaan SD Pulih -SD Ikan- Luh Putu Suciati

Pengelolaan SD Pulih -SD Ikan- Luh Putu Suciati Pengelolaan SD Pulih -SD Ikan- Luh Putu Suciati Economics History of Fisheries Ikan telah dikonsumsi sejak zaman Homo Erectus sampai Homo sapiens (38 000 tahun yang lalu) Desa nelayan yang menjadi pusat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang laut di Indonesia dan Laut Jawa. Pemanfaatan (%) 131,93 49,58

1 PENDAHULUAN. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang laut di Indonesia dan Laut Jawa. Pemanfaatan (%) 131,93 49,58 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya udang laut yang sangat besar, yakni sekitar 78 800 ton per tahun yang terdiri dari 74 000 ton per tahun untuk

Lebih terperinci

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR 1 PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Adnan Sharif, Silfia Syakila, Widya Dharma Lubayasari Departemen Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian 21 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan dan pengumpulan data di lapangan dilakukan pada Bulan Maret sampai dengan April 2009. Penelitian dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu,

Lebih terperinci

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU Berkala Perikanan Terubuk, November 2016, hlm 111 122 ISSN 0126-4265 Vol. 44. No.3 ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan Indonesia diestimasi sekitar 6,4 juta ton per tahun, dengan tingkat pemanfaatan pada tahun 2005 telah mencapai 4,408 juta ton, dan tahun 2006 tercatat

Lebih terperinci

Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Surplus Production

Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Surplus Production Praktikum m.k. Daerah Penangkapan Ikan Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Surplus Production Julia E. Astarini Dept. PSP FPIK IPB 2010 Stok ikan : angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomas

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun Cacth (ton) 46 4 HASIL 4.1 Hasil Tangkapan (Catch) Ikan Lemuru Jumlah dan nilai produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari tahun 24 28 dapat dilihat pada Gambar 4 dan

Lebih terperinci

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid Program Studi Ilmu Kelautan STITEK Balik Diwa Makassar Email : hartati.tamti@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 37 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemanfaatan Kapasitas Penangkapan (Fishing Capacity) Dalam menganalisis kapasitas penangkapan purse seine berdasarkan bulan, data adalah data pendaratan ikan dari kapal-kapal

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN PANGANDARAN

ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN PANGANDARAN Jurnal Akuatika Vol. IV No. 2/ September 2013 (195-209) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN PANGANDARAN Atikah Nurhayati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin , Lampiran 1. Produksi per alat tangkap per tahun Tabel 11. Produksi ikan tembang per upaya penangkapan tahun 2008-2012 Jenis Alat 2008 2009 2010 2011 2012 Tangkap Upaya Penangkapan Produksi (Ton) Upaya

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 14 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2012. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April tahun 2012 sedangkan

Lebih terperinci

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU Helisha Damayanti 1), Arthur Brown 2), T. Ersti Yulika Sari 3) Email : helishadamayanti@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palabuhanratu merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup tinggi di Jawa Barat (Oktariza et al. 1996). Lokasi Palabuhanratu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Tempat pelaksanaan penelitian tesis. Data yang Dikumpulkan. Data persepsi nelayan. Produktivitas per trip

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Tempat pelaksanaan penelitian tesis. Data yang Dikumpulkan. Data persepsi nelayan. Produktivitas per trip III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pesisir Karawang dan Pesisir Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pesisir Karawang merupakan lokasi objek utama permasalahan

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 263-274 ISSN : 2088-3137 ANALISIS BIOEKONOMI MODEL GORDON-SCHAEFER STUDI KASUS PEMANFAATAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI PERAIRAN UMUM

Lebih terperinci

Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali 2)

Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali 2) Teknis Perikanan Rawai.. PT. Perikanan Nusantara (Nugraha, B & Hufiadi.) EFISIENSI TEKNIS PERIKANAN RAWAI TUNA DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) TECHNICAL EFFICIENCY OF TUNA LONGLINE FISHERIES

Lebih terperinci

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(1): 1-8, Juni 2015 ISSN 2337-4306 Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung Catch per unit effort

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004) 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan dari bulan Maret 2011 hingga Oktober 2011 dengan mengikuti penelitian bagian Manajemen Sumberdaya Perikanan

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH Bimafika, 2010, 2, 141-147 1 POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH Achmad Zaky Masabessy * FPIK Unidar Ambon ABSTRACT Maluku Tengah marine water has fish resources,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Menurut Rahardja (2006) dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi,

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR Nurul Rosana, Viv Djanat Prasita Jurusan Perikanan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan dimulai dari bulan Juli 2005 sampai Juni 2006, dengan kegiatan dimulai dari penyusunan rencana

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian. 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di PPI Labuan, Provinsi Banten. Ikan contoh yang diperoleh dari PPI Labuan merupakan hasil tangkapan nelayan disekitar perairan Selat

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Program Linear Program linear merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linear digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water Timotius Tarigan, Bambang Argo Wibowo *), Herry Boesono Program Studi Pemanfaatan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN ANALISIS BIOEKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KAKAP DI KABUPATEN KUTAI TIMUR (Bio-economic Analysis of Blood Snaper Resources Utilization in Kutai Timur Regency) ERWAN SULISTIANTO Jurusan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut memiliki sifat spesifik, yakni akses terbuka (open access). Sumberdaya perikanan juga bersifat kepemilikan bersama (common property). Semua individu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA UTARA

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA UTARA ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA UTARA (Analysis of Small Pelagic Fish Development in North Halmahera Waters) Fredo Uktolseja 1, Ari Purbayanto 2, Sugeng Hari

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai dengan bulan April 2009 bertempat di PPI Kota Dumai, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai

Lebih terperinci

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA BIOECONOMY STUDY OF MACKEREL (Rastrelliger spp) IN BELAWAN GABION OCEAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KARANG HIDUP KONSUMSI (LIFE REEF FISH FOR FOOD / LRFF) DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE, SULAWESI SELATAN*

OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KARANG HIDUP KONSUMSI (LIFE REEF FISH FOR FOOD / LRFF) DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE, SULAWESI SELATAN* 1 OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KARANG HIDUP KONSUMSI (LIFE REEF FISH FOR FOOD / LRFF) DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE, SULAWESI SELATAN* Oleh: Benny Osta Nababan dan Yesi Dewita Sari** ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN TINGKAT EFISIENSI TEKNIS DAN PENGGUNAAN VARIABEL INPUT ALAT TANGKAP PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPP LAMPULO ACEH

PENGHITUNGAN TINGKAT EFISIENSI TEKNIS DAN PENGGUNAAN VARIABEL INPUT ALAT TANGKAP PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPP LAMPULO ACEH PENGHITUNGAN TINGKAT EFISIENSI TEKNIS DAN PENGGUNAAN VARIABEL INPUT ALAT TANGKAP PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPP LAMPULO ACEH PI - 0 Eko S. Wiyono Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 18 3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di muara arah laut dan muara arah sungai Cimaja, Citiis, Citepus dan Sukawayana yang mengalir menuju Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, serta mempunyai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum PPP Labuan, Banten Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 0 21-7 0 10 Lintang Selatan dan 104 0 48-106 0 11 Bujur Barat dengan luas

Lebih terperinci

Teknis Perikanan Rawai.. PT. Perikanan Nusantara (Nugraha, B & Hufiadi.) EFISIENSI TEKNIS PERIKANAN RAWAI TUNA DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) TECHNICAL EFFICIENCY OF TUNA LONGLINE FISHERIES

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee ABSTRACT ANDAN HAMDANI. Analysis of Management and Assessment User Fee on Utilization of Lemuru Resources In Bali Strait. Under direction of MOCH PRIHATNA SOBARI and WAWAN OKTARIZA Lemuru resources in

Lebih terperinci

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Maspari Journal 03 (2011) 24-29 http://masparijournal.blogspot.com Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Onolawe Prima Sibagariang, Fauziyah dan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian adalah nelayan yang menangkap ikan atau beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI Wonokerto

Lebih terperinci

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN Vol. 4 No. 1 Hal. 1-54 Ambon, Mei 2015 ISSN. 2085-5109 POTENSI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI PERAIRAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA The Potential

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Teluk Palu wilayah Kota Madya Palu yang ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan (1) Teluk Palu

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974). 7 spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974). Ikan kembung lelaki terdiri atas ikan-ikan jantan dan betina, dengan

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8: Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 7 POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

STATUS EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN MALUKU DAN KAPASITAS PENANGKAPANNYA JOHANIS HIARIEY

STATUS EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN MALUKU DAN KAPASITAS PENANGKAPANNYA JOHANIS HIARIEY STATUS EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN MALUKU DAN KAPASITAS PENANGKAPANNYA JOHANIS HIARIEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aktivitas Penangkapan Ikan Lemuru 5.1.1 Alat tangkap Purse seine merupakan alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di sekitar Selat Bali dalam menangkap ikan lemuru. Purse

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Alhamdulillah, penelitian ini telah dilaksanakan di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Kei Kecil, Kecamatan Kei Kecil Timur, Kecamatan Dullah Utara,

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP NELAYAN KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA MAILINA HARAHAP

ANALISIS KERAGAAN KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP NELAYAN KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA MAILINA HARAHAP ANALISIS KERAGAAN KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP NELAYAN KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA MAILINA HARAHAP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: ummi_ahsan@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Studi Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur

Studi Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Studi Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur JAM 13, 1 Diterima, Mei 2014 Direvisi, Juni 2014 Desember 2014 Februari 2015 Disetujui, Maret 2015 Barnabas

Lebih terperinci