@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Minimnya partisipasi warga jemaat secara khusus para pemuda di HKBP Yogyakarta, tentu menjadi suatu keprihatinan bagi gereja. Partisipasi para pemuda dalam gereja melalui pelayanan-pelayanan atas talenta yang mereka miliki, sangatlah menentukan bagi pembangunan jemaat. Meskipun ada usaha yang telah dilakukan oleh anggota organisasi pemuda /N-HKBP dan bekerjasama dengan pelayan gereja untuk mengarahkan para pemuda lain, agar ikut berpartisipasi dalam setiap pelayanan di gereja, tetapi hasilnya masih belum maksimal, yang artinya bahwa setiap personil dalam tiap unit pelayanan masih terbatas dan kurang. Partisipasi para mahasiswa yang minim bukan saja dalam komisi N-HKBP 1 pelayanan, tetapi juga dalam partisipasi kehadiran mengikuti Penelaahan Alkitab (PA) dan Persekutuan Doa (PD). Dalam gereja, para mahasiswa baik anggota N-HKBP maupun yang belum masuk N-HKBP, dilayani para pelayan gereja. Sehingga gereja tidak hanya mengharapkan para pemuda ikut berpartisipasi dalam pelayanan gereja, tetapi para pelayan juga memberi pelayanan terhadap pemuda. Pelayanan yang diberikan gereja secara khusus untuk para mahasiswa adalah melalui Penelaahan Alkitab dan Persekutuan Doa. Dalam PA dan PD ini, diharapkan kehadiran dari semua pemuda, bukan hanya anggota N-HKBP tetapi juga mahasiswa yang setiap tahun disambut dalam gereja. Kegiatan PA dan PD tersebut dilaksanakan di gereja setiap hari Kamis, pukul 19:00 Wib. 2 Kehadiran para pemuda mengikuti PA dan PD dalam gereja, tidaklah sebanding dengan jumlah keseluruhan pemuda yang datang beribadah setiap hari Minggu. Mereka yang mengikuti PA dan PD setiap hari Kamis rata-rata orang saja. Jika dibandingkan dengan anggota N-HKBP, kehadiran dalam PA dan PD masih jauh dari yang diharapkan. Menurut data gereja ada sekitar orang pemuda yang beribadah setiap Minggunya, tetapi mereka yang mendaftar menjadi warga jemaat pemuda adalah sebanyak 123 orang. 3 Data ini sangat memprihatinkan, karena mereka hanya datang untuk beribadah dan tidak berminat untuk berpartisipasi dalam bidang pelayanan gereja untuk mengembangkan gereja dan 1 Dalam bahasa Batak Toba dan bagi HKBP, N-HKBP adalah Naposo Bulung, yang artinya orang-orang muda atau pemuda. 2 Setelah PA selesai, di mana pelaksanaannya sekitar setengah jam, maka akan dilanjutkan latihan koor sampai pukul 22:Wib. 3 Buku: Laporan Kepengurusan NHKBP Yogyakarta, (Yogyakarta: Dewan Koinonia, 2013). Warga jemaat pemuda ini diterima saat penerimaan mahasiswa baru di HKBP.Setelah diterima menjadi warga jemaat pemuda, mereka tidak terlibat secara aktif dalam Komisi Pemuda HKBP). 1

2 melalui talenta yang mereka miliki. Ini merupakan persoalan besar yang perlu penulis teliti dan kembangkan lalu memberikan solusi pembangunan jemaat melalui teori-teori pembangunan jemaat. Hal yang sangat mengganggu pemikiran penulis adalah, partisipasi pemuda dalam membangun jemaat HKBP Yogyakarta ini jauh dari teori-teori pertumbuhan jemaat. Misalnya saja, dari 123 orang yang terdaftar resmi menjadi anggota jemaat pemuda HKBP, hanya 50 orang yang mau berpartisipasi dalam membangun jemaat. Kelima puluh orang ini mau bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP (selanjutnya akan disebut komisi N-HKBP). Komisi N- HKBP ini adalah pelayanan kategori pemuda yang dilayani seperti warga jemaat tetap/dewasa. 4 Hal ini mengindikasikan, bahwa partisipasi pemuda HKBP dalam membangun jemaat masih di bawah harapan dari pembangunan jemaat. Untuk melihat tingkat partisipasi pemuda dalam membangun jemaat HKBP Yogyakarta ini, penulis akan mengukurnya melalui tingkat partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komisi N- HKBP. Setiap tahunnya komisi N- HKBP menetapkan program kerja mereka dalam rangka keikutsertaan mereka dalam membangun dan melayani Gereja. Adapun program kerja dan unit pelayanan yang ditetapkan komisi N- HKBP, antara lain: 5 Unit badan pengurus harian N-HKBP, unit dana dan kewirausahaan, unit olah raga, unit pelayanan kasih, unit pengkaderan dan pengembangan anggota, unit peralatan dan perlengkapan transportasi, unit paduan suara, unit seni dan kreasi, unit ibadah dan doa, dan unit kesehatan. Partisipasi dan pelayanan mereka dalam kebaktian minggu, adalah sebagai pemandu nyanyian/song leader, pemain musik, operator slide, petugas soundsistem, petugas kamera, pembimbing anak remaja dan guru sekolah minggu. 6 Dari unit kegiatan di atas tesebut, penulis mengukur tingkat partisipasi komisi N-HKBP dalam membangun jemaat HKBP Yogyakarta. Penulis mempunyai tesis sementara bahwa, N-HKBP kurang berpartisipasi dalam membangun jemaat HKBP. Kurangnya partisipasi pemuda dalam gereja dapat dilihat dalam tiga hal: a. Dari jumlah mahasiswa yang begitu besar yang datang beribadah ke gereja HKBP Yogyakarta, hanya sebagian kecil yang berminat mendaftar menjadi warga jemaat 4 Organisasi pemuda atau komisi N-HKBP adalah seksi yang merupakan wujud pelaksanaan pelayanan di gereja HKBP Yogyakarta yang berada di bawah dewan Koinonia, yang tidak terpisahkan atau merupakan bagian internal gereja itu sendiri dalam mewujudkan tri tugas panggilan gereja, yakni :Bersaksi, Bersekutu dan Melayani. Anggota seksi pemuda HKBP/N-HKBP Yogyakarta adalah jemaat pemuda yang telah berumur 18 tahun, belum menikah dan terdaftar sebagai warga jemaat pemuda HKBP Yogyakarta (Lih. Pedoman Pelaksanaan dan Mekanisme Organisasi Pemuda/N-HKBP Yogyakarta, 2013) 5 Laporan pengurus dalam: Program Kerja Pemuda/NHKBP Yogyakarta untuk tahun Ibid. 2

3 pemuda. Sebagian besar mereka lebih memilih menjadi jemaat tamu dalam gereja tersebut. b. Dari 123 orang pemuda yang mendaftar menjadi warga jemaat, hanya 50 orang yang masuk dalam komisi N-HKBP. Dengan demikian, hanya sedikit yang berpartisipasi dalam pelayanan gereja. Minimnya partisipasi warga jemaat pemuda, terlibat dalam pelayanan melalui komisi N-HKBP, tentu menjadi suatu keprihatinan bagi gereja/pelayan gereja, juga bagi para pemuda yang aktif dalam pelayanan. Sehingga yang menjadi pertanyaan, mengapa para mahasiswa/pemuda secara khusus pemuda yang terdaftar tidak berminat masuk anggota komisi N-HKBP? c. Kehadiran dalam Penelahaan Alkitab dan Persekutuan Doa. Seperti telah disebut sebelumnya, bahwa yang diharapkan hadir dalam PA ini bukan hanya anggota komisi N-HKBP tetapi semua mahasiswa akan dilayani gereja melalui PA ini. Namun kenyataannya, partisipasi kehadiran dalam PA setiap hari Kamis sangatlah sedikit. Kurangnya partisipasi dalam kehadiran mengikuti PA tersebut bukan hanya dari pihak mahasiswa yang tidak terdaftar menjadi anggota jemaat dan komisi N-HKBP saja/jemaat tamu, tetapi juga anggota komisi N-HKBP sendiri tidak semua menghadiri pelayanan PA tersebut. Yang menjadi pertanyaan, mengapa anggota komisi N- HKBP, pemuda yang mendaftar menjadi warga jemaat dan pemuda tamu tidak berminat menghadiri pelayanan PA? Apa yang menyebabkan para pemuda gereja enggan untuk berpartisipasi dalam pelayanan gereja, enggan menjadi anggota komisi N-HKBP dan enggan mengikuti ibadah PA dan PD? Tentu ada alasannya, dan belum disentuh para pelayan gereja. Oleh sebab itulah, penulis ingin membuat penelitian untuk mengetahui dan mendalami kehidupan bergereja para pemuda dalam gereja, dengan harapan akan mengetahui, apa yang menjadi permasalahan atas minimnya partisipasi pemuda. Berdasarkan keprihatinan atas minimnya partisipasi para pemuda di bidang pelayanan pada kebaktian Minggu, maka penulis akan mempelajari dan mendalami teori-teori pembangunan jemaat. Ternyata, menjadi jemaat yang partisipatif adalah salah satu tujuan dari gereja. Jumlah anggota jemaat yang besar dan semakin bertambah, persentase kehadiran jemaat yang besar dalam setiap ibadah minggu, serta jumlah partisipasi warga jemaat dalam kegiatan gereja makin banyak, tentu suatu kebanggaan bagi warga jemaat dan pelayan gereja. Namun, kebanggaan dan keinginan tersebut sering berbanding balik, di mana pada sebagian gereja, 3

4 semakin lama semakin sedikit warga jemaat yang terlibat dan berpartisipasi di berbagai bidang pelayanan dan kegiatan di tengah-tengah gereja. Hal yang sering tidak disadari para pelayan gereja adalah, faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya partisipasi atau tidak berpartisipasinya warga jemaat tersebut. Sehingga alasan menurunnya partisipasi dan tidak berpartisipasinya warga jemaat dalam gereja, tidak terjawab dan terselesaikan. Berbicara mengenai gereja yang partisipatif, bukan hal baru lagi. Jika saat ini, warga jemaat dilibatkan dalam pelayanan terhadap umat dan sesama juga bukan hal yang baru. Seperti halnya dalam gereja Katolik, bahwa melalui Konsili Vatikan II ( ) yang menemukan kembali gambaran gereja sebagai umat Allah, sekaligus menjadi pemicu lahirnya gereja partisipatif. 7 Artinya, gereja Katolik telah memikirkan, bagaimana supaya gereja menjadi gereja yang partisipatif. Demikian halnya dengan gereja HKBP, bahwa dalam Tata gereja HKBP (2002) telah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi jemaat untuk turut serta dalam pelayanan jemaat, sehingga jemaat diharapkan menjadi jemaat yang partisipatif sebagaimana diatur dalam Tata gereja HKBP: Kewajiban warga jemaat, pertama : Menjadi saksi Kristus di tengah-tengah persekutuan umum menggunakan karunia-karunia yang ada pada dirinya masing-masing. Kedua : Berpartisipasi aktif dalam pelayanan gereja. Ketiga: Mempergunakan dan mempersembahkan tenaga, pikiran, dan hartanya bagi pekerjaan dan pelayanan jemaat dengan sukacita. 8 Oleh sebab itu, partisipasi warga jemaat dalam pelayanan gereja adalah sebuah kewajiban sabagai anggota tubuh Kristus yang harus saling membangun, supaya warga jemaat menjadi batu-batu yang hidup. Seperti yang tertulis dalam surat Pertama Petrus, Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani (I Petrus 2:5). Meskipun berpartisipasi dalam gereja adalah kewajiban warga jemaat, dan tentu akan sangat membantu bagi pelayanan dalam gereja, namun seperti yang telah disebut di atas, bahwa dalam gereja HKBP Yogyakarta, partisipasi warga jemaat secara khusus pemuda masih kurang dan belum maksimal. Pembangunan jemaat makin banyak diasosiasiakan dengan berperansertanya jemaat, baik dalam kehadiran dalam kebaktian, juga dalam pelayanan/aktivitas gereja. Pembangunan jemaat 7 Ignatius L. Madya Utama, Gereja Partisipatif, (Yogyakarta: Pusat Pastoral Bidang Pembangunan Jemaat, 2010), h HKBP, Aturan dan Petaturan HKBP (Pearaja Tarutung:HKBP, 2002), h

5 adalah bersifat aktual bagi situasi warga jemaat yang beraneka ragam. 9 Bagi sebagian gereja, keberanekaragaman tersebut tampak melalui kehadiran warga jemaat menghadiri ibadah gerejawi yang cenderung semakin bertambah yang datang ke gereja, atau sebaliknya semakin menurun. Demikian juga partisipasi warga jemaat dalam berbagai kegiatan gerejawi, di satu sisi semakin giat berpartisipasi dalam gereja, dengan berbagai kegiatan dan pelayanan, tetapi di sisi lain ada juga yang semakin menurun minat warga jemaat berpartisipasi dalam pelayanan gereja. Namun tantangan yang dihadapi oleh sebagian besar gereja saat ini adalah, menurunnya partisipasi warga jemaat, bukan saja hanya dalam hal kehadiran, tetapi juga dalam keikutsertaan dalam pelayanan. Menurunnya jemaat yang berpatisipasi dalam gereja, merupakan persoalan yang kompleks, yang harus diatasi oleh semua warga gereja. Mengaktifkan warga jemaat untuk berpartisipasi dalam pelayanan gereja bukanlah hal yang mudah, hal itu merupakan proses yang harus secara terus-menerus diupayakan, sampai jemaat menyadari akan identitas dan perutusannya sebagai gereja. Berbicara mengenai partisipasi warga jemaat dalam gereja, tidak terlepas dari faktorfaktor yang begitu kompleks yang dapat mempengaruhinya, seperti: perkembanganperkembangan dalam masyarakat dan budaya, semisal diferensiasi sosial dan pluralisme kultural, dan disposisi masing-masing jemaat yang kaitannya dengan faktor profesi, kedudukan, dan riwayat hidup. 10 Selain itu, arus modernisasi juga membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat dunia, sehingga dunia mengalami perubahan besar seperti industrialisasi, urbanisasi, individualisasi, sekularisasi dan globalisasi. Hal ini membawa dampak dalam pola pikir, dan pola hidup masyarakat. Seiring dengan hal itu, maka modernisasi yang menghasilkan sekularisasi juga membawa dampak dalam kehidupan bergereja. Dampaknya adalah, ada gereja yang mengalami pertumbahan warga jemaat secara pesat, namun ada pula gereja yang semakin ditinggalkan oleh warga jemaatnya. Ada gereja yang mengupayakan perbaikan pelayanan secara internal gerejawi untuk menarik banyak warga, tetapi ada pula gereja yang mengalami stagnasi. Artinya, hanya menjalankan rutinitas aktivitas pelayanan bahkan ada yang terus mengalami kemerosotan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ada gereja yang berupaya dan terlibat melayani masyarakat, namun ada pula gereja yang tidak peduli dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Juga ada gereja yang bertahan pada pola-pola pelayanan yang eksklusif dan yang membuat gereja terasing dari seluruh perkembangan masyarakat. 9 P.G. van Hooijdonk, Batu-batu Yang HidupPengantar ke dalam Pembangunan Jemaat, (Yogyakarta: Kanisius, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1996),h Ibid., h. 21 5

6 Oleh karena perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan gereja dapat mempengaruhi partisipasi warga jemaat, maka diperlukan upaya pembangunan jemaat yang kontekstual bagi warga jemaat sesuai dengan kebutuhannya. Partisipasi warga jemaat yang dimaksud bukan hanya dalam keterlibatan dalam beberapa kepanitiaan acara tertentu, misalnya dalam acara Natal, Paskah, dan kepanitiaan pesta-pesta gereja. Bukan pula hanya partisipasi dalam kehadiran mengikuti kebaktian di hari Minggu saja. Kandungan makna partisipasi jemaat dalam gereja sangatlah kompleks, yaitu keterlibatan warga jemaat dalam keseluruhan kehidupan bergereja. Jika partisipasi dipahami hanya sebatas kehadiran dalam kebaktian saja, maka hal itu telah mempersempit pengertian partisipasi tersebut. Sebab, ada gereja, di mana jumlah kehadiran jemaat dalam mengikuti kebaktian Minggu sangat besar, namun yang turut ambil peran dalam pelayanan sangat kecil, dan tidak sebanding dengan jumlah keseluruhan warga jemaat yang harus dilayani. Artinya, partisipasi jemaat hanya berupa kehadiran dalam kebaktian di hari Minggu saja, dan tidak ikut berpartisipasi dalam pelayanan gereja. Contohnya saja, gereja HKBP, dan salah satunya adalah gereja HKBP Yogyakarta, sekaligus menjadi tempat penelitian dalam tulisan ini. 11 Partisipasi komisi N-HKBP melalui pelayanan yang beragam dalam gereja patut diapresiasi, meskipun belum semua pemuda atau masih sedikit yang memberi tenaga, waktu dan pikiran untuk membantu pengembangan pelayanan dalam gereja. Sehingga menjadi pertanyaan, mengapa para pemuda yang lain enggan untuk bergabung dengan komisi N-HKBP dan melayani dalam gereja? Dengan sedikitnya para pemuda yang berpartisipasi dalam pelayanan gereja, tentu mempunyai dampak yang bukan hanya untuk kalangan pemuda saja tetapi juga bagi keseluruhan warga jemaat gereja. Yang menjadi dampaknya adalah : (a) Satu orang berperan ganda Untuk mengatasi kurangnya tenaga dalam pelayanan, maka beberapa pemuda harus berperan ganda dalam pelayanan. Misalnya: pemuda tersebut adalah sebagai anggota paduan suara, tetapi sekaligus juga menjadi pemandu nyanyian/song leader, atau sebagai penyambut tamu dalam kebaktian minggu dan juga sebagai guru sekolah minggu. Walaupun semua pelayanan tersebut bisa dilakukan oleh beberapa orang saja, tetapi hasilnya tidak maksimal dan bahkan akan menghalangi pelayanan yang lain. 11 Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Yogyakarta adalah Huria Sabungan (Jemaat Induk) yang beralamat di Jl.I Dewa Nyoman Oka 22 Kotabaru-Yogyakarta.HKBP Yogyakarta ini berdiri pada 7 April 1946 dan diresmikan menjadi Resort pada 24 Oktober 1984 (Lih.Buku: Laporan Pertanggungjawaban Pendeta Resort Yogyakarta, dalam rangka Rapat Resort tahunan,(solo 2013), h. 13). 6

7 (b) Pelayanan dalam gereja kurang maksimal Dampak selanjutnya karena minimnya atau kurangnya pemuda yang berpartisipasi dalam pelayanan gereja adalah, bahwa beberapa pelayanan dalam gereja akan berhenti dan tidak ada. Hal itu terjadi apabila orang-orang/pemuda yang menangani pelayanan tersebut sedang pulang kampung/libur atau ada kegiatan kampus. Mengapa sampai berhenti?sebab tidak ada yang menggantikan pelayanan tersebut. Misalnya : pelayanan untuk menyambut tamu, pemain musik, song leader. Bahkan paduan suara akan berhenti jika beberapa dari anggota sedang mempunyai urusan dari kampus ataupun sedang liburan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, agar pelayanan tetap berjalan, misalnya sebagai pemandu nyanyian dan pemain musik, maka beberapa pemuda mengikuti setiap kebaktian dalam satu hari. (c) Kepengurusan tidak maksimal Seperti telah diuraikan di atas tentang kepengurusan komisi N-HKBP, bahwa para pemuda mempunyai banyak unit pelayanan. Tujuan dari semua unit pelayanan tersebut adalah sebagai cara, agar semakin banyak para pemuda yang bergabung dan berpartisipasi dalam setiap pelayanan di gereja. Namun, setiap unit hanya ditangani oleh dua orang saja, sehingga ketika orang yang bertanggungjawab dalam unit pelayanan tersebut berhalangan, maka pelaksanaan tugas dalam unit tersebut tidak maksimal lagi bahkan tidak berjalan. Seandainya lebih dari dua orang yang bertanggungjawab dalam setiap unit pelayanan, ketika beberapa orang berhalangan maka yang lain boleh menggantikan dan melanjutkan pelayanan tersebut. Selain dampak tersebut, atas minimnya para pemuda yang berpartisipasi dalam pelayanan di gereja, akan sulit juga menemukan pengganti atau penerus apabila anggota komisi N-HKBP yang aktif selama ini telah menyelesaikan perkuliahannya dan meninggalkan gereja dan Yogyakarta. Karena sebagian besar anggota komisi N-HKBP yang ikut berpartisipasi dalam pelayanan gereja adalah para mahasiswa. 2. RUMUSAN MASALAH Untuk menjawab pokok persoalasan atas minimnya partisipasi pemuda dalam gereja, maka penting merumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut: a. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi berpartisipasi atau tidaknya para pemuda dalam komisi N-HKBP, dalam pelayanan dan ibadah Penelaahan Alkitab? b. Bagaimana pembangunan jemaat yang kontekstual dan relevan di Gereja HKBP Yogyakarta? 7

8 c. Bagaimana partisipasi para pemuda dalam mengikuti komisi N-HKBP, pelayanan ibadah dan menghadiri ibadah Penelahaan Alkitab dan Persekutuan Doa dapat diperbaiki? 3. PEMBATASAN MASALAH Karena keterbatasan penulis, maka tulisan ini dibatasi agar tidak meluas. Penulis hanya meneliti partisipasi pemuda dalam membangun dan mengembangkan pertumbuhan Gereja. Penelitian ini dilaksanakan di HKBP Yogyakarta, Resort DI Yogyakarta, Distrik XVII Jabartengdiy. 4. PEMBATASAN PENELITIAN Mengingat jumlah pemuda yang begitu besar, maka, penulis melakukan penelitian kualitatif terhadap beberapa responden yang dianggap dapat mewakili semua suara pemuda dalam gereja. Oleh sebab itu, responden dalam penelitian ini adalah pemuda gereja, yaitu : pemuda HKBP Yogyakarta, yang terdiri dari Pengurus N-HKBP (Ketua, sekretaris dan bendahara), anggota N-HKBP dan pemuda yang tidak aktif dalam aktivitas dan pelayanan gereja. 5. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi partisipasi pemuda dalam gereja. b. Untuk mengetahui hal-hal apa yang perlu diupayakan gereja supaya partisipasi pemuda dalam gereja dapat dimaksimalkan dan diperbaiki. c. Pembangunan jemaat yang bagimanakah yang relevan dan kontekstual di gereja HKBP Yogyakarta? 6. KEGUNAAN PENULISAN Hasil penulisan ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk : 8

9 a. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan pembangunan jemaat, khususnya partisipasi pemuda dalam membangun dan mengembangkan jemaat. b. Sekaligus menjadi masukan kepada gereja HKBP Yogyakarta agar menyadari faktorfaktor apa yang menyebabkan para pemuda berpartisipasi atau tidaknya dalam gereja, dengan cara itu, gereja dapat mengupayakan pembangunan jemaat yang kontekstual bagi warga jemaat khususnya pemuda. 7. TEORI YANG DIGUNAKAN Ada beberapa teori pembangunan jemaat yang dipakai dalam tulisan ini. Pertama, pemikiran Jan Hendriks. Menururut Hendriks, pembangunan jemaat yang dimaksud adalah di mana warga jemaat berpartisipasi dengan senang hati untuk mewujudkan pembangunan jemaat yang vital dan menarik. Yaitu, tindak-tanduk seluruh warga jemaat dalam kehidupan bergereja. Menjadi jemaat yang vital dan menarik adalah harapan dari semua gereja. Menjadi pertanyaan adalah, bagaimana upaya supaya warga jemaat menjadi jemaat yang vital dan menarik? Hendriks, yang menngumuli bagaimana membangun jemaat secara sistematis menuju jemaat yang vital dan menarik, menyebut bahwa, menarik dan vital merupakan dua pengertian yang tidak boleh dipisahkan. Jemaat yang hanya menarik saja cenderung menjadi komunitas nostaligis. Jemaat yang hanya vital saja cenderung menjadi komunitas yang fanatik. 12 Jemaat yang vital dan menarik adalah jemaat yang dengan senang hati berpartisipasi, di mana partisipasi itu membawa hasil bagi mereka sendiri maupun bagi realisasi tujuan-tujuan jemaat 13. Mengupayakan jemaat yang vital dan menarik, adalah sesuatu hal yang penting dalam perubahan zaman yang akan dihadapi jemaat. Hendriks menyoroti hidup jemaat di dunia Eropa, akibat perubahan zaman maka partisipasi hidup jemaat, kehadiran dalam ibadat berkurang. Tentu banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa partisipasi jemaat berkurang/menurun, bukan hanya di dunia Eropa, tetapi juga termasuk di Indonesia. Namun, Hendriks tidak membahas apa-apa saja faktor-faktor hambatan jemaat berkurang dalam partisipasi, melainkan membahas faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi vitalitas jemaat. Kedua, Rob Van Kessel. Kessel menyebutkan bahwa dalam perkembangan zaman yang terus berubah, umat kristiani ditantang untuk berpartisipasi secara kreatif. 14 Menurut Van 12 Jan Hendriks, Jemaat Vital &Menarik, h Ibid. 14 Rob Van Kessel, Enam Tempayan Air Pokok-Pokok Pembangunan Jemaat, (Yogyakarta:Kanisius, 1997),h. 1. 9

10 Kessel vitalisasi merupakan tujuan segala bentuk dan proses pembangunan jemaat, sedangkan vitalitas merupakan hasil vitalisasi. Kemudian dia menyebut bahwa vitalitas jemaat dan jemaat yang vital mempunyai beberapa kriteria yang dibagi dalam tiga kelompok, 15 : 1. Vitalitas tergantung pada apakah dan sejauh manakah jemaat beriman menemukan dirinya dalam penghayatan iman. Hal ini menanyakan soal identitas jemaat. 2. Mempertanyakan sejauh mana Injil relevan, bermakna dan mencolok dalam penampilan serta penghayatan anggota jemaat sendiri secara de fakto, dan sejauhmana termotivasi untuk berpartisipasi dalam perwujudan gereja ke dalam dan keluar. 3. Mempertanyakan struktur intern dan pemenuhan fungsi dalam jemaat, sehingga perlu ada relasi-relasi intern, tugas-tugas dan kompetensi-kompetensi diorganisasikan secara efisien. Menurut Van Kessel, bahwa sering pembangunan jemaat hanya memperhatikan pengorganisasian saja. Atas tiga kriteria tersebut, Van Kessel lebih menekankan pada kriteria pertama, yaitu yang mempertanyakan tentang identitas jemaat. Sebab, identitas jemaat menentukan dan mempengaruhi partisipasi warga jemaat dalam setiap aspek kehidupan gereja. Kemudian, identitas gereja adalah merupakan identitas bersama oleh warga jemaat untuk dicapai bersama. Selanjutnya Ia menyebut bahwa berbicara mengenai vitalitas gereja, tidak terlepas dari berbicara juga mengenai spiritualitas. Spiritualitas adalah keseluruhan hidup yang terdiri atas kata, gambaran dan perbuatan. 16 Van Kessel juga menyadari, bahwa perbedaan identifikasi dalam jemaat sangatlah beragam, karena manusia berbeda menurut bakat, situasi, dan sejarah hidup. Oleh karena itu, dalam gereja boleh saja terjadi ketegangan dan perpecahan yang bukan hanya karena pengaruh dari luar, tetapi juga karena sikap dan aksi di dalam gereja itu sendiri. Dengan alasan itulah pembangunan jemaat penting untuk mengidentifikasikan ketegangan, mengerti sebabnya perpecahan, dan dengan kebijakan dan skill. Keberagaman bentuk atau pluriformitas seperti yang disebut Van Kessel, bukan hanya menjadi sumber ketegangan dan permasalahan, melainkan juga sumber kekayaan rohani. Namun, dalam pembangunan jemaat selalu dihadapkan pada pilihan, karena tidak semuanya dalam keberagaman itu baik dan bermakna, maka untuk membedakan hal-hal yang berguna dan labih tepat, merupakan tema yang perlu bagi pembangunan jemaat Ibid., h Ibid., h Ibid., h

11 Ketiga, P.G. Hooijdonk. Hooijdonk mengatakan, bahwa pembangunan jemaat harus disesuaikan dengan konteks jemaat. Konteks jemaat memainkan peranan penting dalam pengamatan situasi masa sekarang dan masa depan, peranan konteks tersebut adalah proses pembangunan jemaat. Menurut Hooijdonk, yang dimaksud dengan konteks adalah situasi sekarang yang ditentukan oleh banyak faktor, masa lalu, sekarang dan masa depan, termasuk faktor perubahan nilai dan segala kekaburan yang menjadi akibatnya HIPOTESA Hipotesis ini bertujuan untuk mempertajam pencarian jawaban atas rumusan masalah yang telah disebutkan di atas. 1. Minimnya para pemuda yang berpatisipasi dalam mendaftar menjadi anggota N- HKBP dan mengikuti aktivitas serta pelayanan dalam gereja, mengindikasikan bahwa gereja belum memberdayakan pemuda dengan baik. 2. Partisipasi para pemuda dapat diperbaiki dan dikembangkan dalam Gereja, apabila para pelayan Gereja melakukan pembinaan atas potensi yang dimiliki para pemuda, serta melakukan perubahan-perubahan dalam pelayanan, sesuai dengan kebutuhan warga jemaat. 9. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 19 Sehingga melalui metode penelitian kualitiatif ini, penulis melakukan penelitian melalui partisipasi obserpatif dengan terlibat dalam berbagai kegiatan para pemuda gereja, yang bertujuan untuk melihat perilaku dan kegaiatan pelayanan yang dilakukan gereja terhadap pemuda. Selanjutnya, selain melakukan obserpasi langsung melalui keterlibatan penulis dalam kegiatan pelayanan pemuda, penulis melakukan wawancara baik secara tertulis maupun lisan, serta menggunakan data statistik jemaat HKBP Yogyakarta, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal atas pertanyaan penelitian. Responden 18 P.G. Van Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup, Pengantar ke dalam Pembangunan Jemaat, (Yogyakarta:Kanisius;Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 1996), h Lexy J. Moleong, Dasar Penelitian Kualitasif, (Yogyakarta: Pusat Patoral Yogyakarta, 2007), h

12 dalam penelitian ini adalah para para pemuda gereja, antara lain : Pengurus dari komisi N- HKBP (ketua, sekretaris dan bendahara), anggota komisi N-HKBP, dan pemuda yang tidak menjadi anggota komisi tersebut. 10. JUDUL TESIS MENUJU PEMUDA YANG PARTISIPATIF DI GEREJA HKBP YOGYAKARTA 11. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I : Pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, batasan penelitian, kegunaan penulisan, teori yang digunakan, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematikan penulisan. Bab II : Hasil Penelitian dan analisis terhadap kehidupan bergereja pemuda di gereja HKBP Yogyakarta. Dalam bab ini dipaparkan tabulasi kehidupan warga jemaat, baik jemaat dewasa maupun jemaat pemuda. Melalui tabulasi tersebut, diketahui partispasi warga jemaat dalam hal kehadiran mengikuti kebaktian Minggu dan partisipasi para pemuda dalam gereja. Dalam bab ini juga akan dipaparkan kehidupan bergereja dan hasil penelitian terhadap pemuda gereja, lalu kemudian hasil penelitian dianalisis. Dari hasil analisis muncul beberapa persoalan yang harus diatasi dan diselesaikan, sehingga memunculkan pembangunan jemaat yang konstekstual dan relevan bagi pemuda dalam gereja. Bab III : Model pembangunan Jemaat yang relevan dan kontekstual di gereja HKBP Yogyakarta. Bab ini menguraikan dan menjelaskan pengertian pembangunan jemaat yang kontekstual. Berdasarkan hasil pengertian pembangunan jemaat secara konseptual, yang kemudian didialogkan dengan hasil analisa dari penelitian lapangan, sehingga menemukan pembangunan jemaat yang kontekstual dan relevan sesuai dengan kebutuhan pemuda dalam gereja HKBP Yogyakarta. Pembangunan jemaat yang kontektual dan relevan yang harus dibina dan dikembangkan adalah pembangunan jemaat gereja sebagai keluarga. Bab IV : Penutup Bab ini, berisi kesimpulan dari penelitian dan saran demi pembangunan jemaat yang kontekstual di gereja HKBP Yogyakarta. 12

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, di berbagai tempat di dunia, terkhusus di Indonesia, terjadi perubahan yang cukup mencolok dalam partisipasi jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Keadaan Umum Gereja Saat Ini Gereja yang dahulu hanya berfungsi dan dianggap jemaat sebagai tempat bersekutu, merasa tenang, menikmati liturgi yang menarik,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberadaan gereja di dunia ini menjadi tanda dan alat bagi misi Allah. Misi Allah ini terkait dengan kehendak Allah yang menyelamatkan seluruh umat manusia. Dengan memperhatikan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Berbicara mengenai gereja tentu saja ada berbagai permasalahan yang terdapat dalam setiap jemaat-jemaat, bukan hanya soal perkembangan jumlah anggota jemaat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016 I. VISI MENJADI TELADAN DALAM PELAYANAN PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN II. MISI 1. Menjaga karya dan kemampuan 2. Menjaga iman 3. Menjaga kesehatan 4. Menjaga kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat, seperti perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan sosial, perubahan teknologi, dan sebagainya, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) Oleh David Sarman H Pardede Nim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat

Lebih terperinci

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor Bila dilihat dari hasil penelitian yang penulis telah lakukan, usaha

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah GKJ Salatiga, jika dibandingkan dengan GKJ yang lain khususnya di Salatiga, tergolong sebagai gereja yang besar. Dari segi wilayah pelayanan GKJ Salatiga terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer, BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Masalah Jemaat GKSBS Lembah Seputih merupakan jemaat yang sebagian besar pekerjaan warganya adalah di bidang pertanian. Sekelompok atau sekumpulan orang yang hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama kata gereja yang diberikan oleh banyak kamus, khususnya kamus daring (online),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

PROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016

PROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016 JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA (1946-2016) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016 PROPOSAL Jl. I Dewa Nyoman Oka 22 Kotabaru Yogyakarta 55224 Tlp. 548740; 513080; Fax. (0274) 548740 Website: hkbpjogja.org Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina GKI Pasteur Penatalayanan Bina MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA Siapakah Majelis Jemaat Fungsi Majelis Jemaat Struktur organisasi Majelis Jemaat - Tugas tiap bagian Majelis Jemaat 1 PENDAHULUAN Pada setiap

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP Rumusan Amandemen P2P MAMRE GBKP POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP 2015 2020 BAB I HAKEKAT, KEDUDUKAN DAN TUGAS PANGGILAN Pasal 1 Nama dan Kedudukan 1. Perbapan (Kaum Bapak) merupakan salah satu Lembaga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pemahaman Iman GPIB Buku 1a, Ketetapan Persidangan Sinode XIX, h

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pemahaman Iman GPIB Buku 1a, Ketetapan Persidangan Sinode XIX, h BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Tugas Gereja adalah persekutuan, pelayanan, dan kesaksian, yang disebut dengan tri dharma Gereja 1 yang dinyatakan di dalam : persekutuan, bahwa Gereja dipanggil

Lebih terperinci

GEREJA HKBP DI SEMARANG

GEREJA HKBP DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA HKBP DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : JOSUA B. SIHOTANG L2B 005

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Spellot terletak di Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Menurut sejarahnya, GKJW Jemaat Spellot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 GKI BLIMBING, www.gkiblimbing.com RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 1 Hasil Survei dalam grafik 1. Usia Responden sebagian besar di atas 51 tahun (46%). Usia Responden 51 th

Lebih terperinci

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147 IV. PERAN MAJELIS JEMAAT SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PEMBERDAYAAN WARGA JEMAAT 4.1 Pemberdayaan sebagai Pembangunan Gereja Dalam Tata Gereja GKI Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Penyelenggaraan sebuah ibadah Kristen identik dengan praktek nyanyian dan musik, meskipun keduanya tidak selalu ditemukan dalam ibadah Kristen. Nyanyian dan musik menjadi

Lebih terperinci

Ordinary Love. Timothy Athanasios

Ordinary Love. Timothy Athanasios Ordinary Love Timothy Athanasios Bab I Gereja dan Pelayanan Konsep menciptakan berhala, hanya rasa ingin tahu yang bisa memahami. (Gregory Nyssa) Jika Kerajaan Allah hendak direalisasikan dalam rupa dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zaman sekarang ini ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zaman sekarang ini ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Zaman sekarang ini ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi yang membuat manusia lebih mudah, baik dalam bekerja, memenuhi kebutuhan hidup dan komunikasi. Diantara

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota Magelang dengan anggota jemaat awal sebesar 26 jiwa. Saat ini jumlah jemaat yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran seorang pendeta sangat penting di dalam kehidupan sebuah gereja. Demikian juga halnya di Greja Kristen Jawi Wetan (selanjutnya disingkat GKJW). Pendeta dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. Dasar kesaksian dan pelayanan gereja adalah Kristus. Kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Khotbah mempunyai tempat yang penting bagi jemaat. Hal ini sempat penyusun amati, yaitu bagaimana jemaat menunjukkan keseriusan mereka ketika khotbah akan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan gereja dan kekristenan di era globalisasi sekarang ini begitu pesat. Pembangunan gereja secara fisik menjadi salah satu indikator bahwa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (10/2), mencatat ekonomi Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (Suatu Kajian Sosio-Teologis mengenai Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang Himne GMIT) Bagian I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum,

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kedaton, (2) Kelurahan Surabaya, (3) Kelurahan Sukamenanti, (4) Kelurahan Sidodadi, (5) Kelurahan Sukamenanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh gereja gereja khususnya di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh gereja gereja khususnya di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan yang dihadapi oleh gereja gereja khususnya di Indonesia adalah perkembangan budaya yang hingga saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan kepanjangan tangan dari Allah di dunia ini. Dunia memiliki konteks dimana ia hidup, sehingga kenyataan ini membuat Gereja harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.sebagai sistem kepercayaan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan

Lebih terperinci