PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP OPERASI BILANGAN
|
|
- Veronika Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Nasional Matematika 2014, Universitas Udayana ISSN: PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP OPERASI BILANGAN Made Susilawati Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Abstrak Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Salah satu metode pada proses pembelajaran yang dianggap lebih memberdayakan siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). CTL merupakan metode pembelajaran yang mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata yang dihadapi siswa. Tulisan ini bertujuan mengetahui efektivitas pembelajaran CTL dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN 2 Sawan Kabupaten Buleleng pada operasi bilangan. Hasil analisis deskriptif dari data nilai evaluasi matematika dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai evaluasi pada 20 siswa adalah 78,2 dengan standar deviasi sebesar Rentang nilai berkisar antara 55 (nilai minimum) dan 100 (maksimum) dengan median sebesar 80. Tercatat pula, ada 5 orang (25 persen) yang memperoleh nilai di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil analisis statistika uji t pada evaluasi pre tes dan pos tes siswa menunjukkan hasil yang sangat signifikan yang menjustifikasi metode CTL meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep operasi bilangan. Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning/ CTL, Pembelajaran matematika, siswa SD, operasi bilangan 1. Pendahuluan Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Beberapa pendapat menyatakan bahwa hasil pembelajaran matematika masih kurang memenuhi harapan. Seperti Windayana[5] mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika masih berorientasi pada pengembangan aspek kognitif yang menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa yang diikuti dengan latihan-latihan untuk membentuk kemampuan sesaat. Proses belajar demikian tidak membuat siswa memiliki kemampuan aplikabel dan kekal yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula Sanjaya [4] memberikan contoh dalam pelajaran matematika, siswa hafal perkalian dan pembagian tetapi mereka bingung berapa harus membayar ketika disuruh membeli 2,25 kg telur dengan harga satu Denpasar - Bali, 6 November
2 Made Susilawati Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning kilogramnya Rp ,00. Dari ke dua pendapat tersebut nampak bahwa pembelajaran matematika kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam menyelesaikan masalah kehidupan. Belum optimalnya guru menerapkan model pembelajaran dapat mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang bermakna, siswa tidak aktif, siswa tidak dibiasakan berpikir kritis dan meningkatkan penalaran dalam memecahkan suatu masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian dari pembelajaran matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL). Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Depdiknas [1], Sanjaya [4], dan Trianto (2007) dalam Rostiawati dan Maulana [3], menyimpulkan bahwa CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan serta menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, peran siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi belajar adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Hal ini mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain lingkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Dalam lingkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan dan guru dituntut membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual menurut Jumadi [2] adalah: (1) Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan 266 Denpasar - Bali, 6 November 2014
3 Seminar Nasional Matematika 2014, Universitas Udayana ISSN: penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa dipaksa memperhatikan dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan memberdayakan siswa; (2) Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tdak terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja; (3) Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang autentik; dan (4) Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam proses pembelajaran di SDN 2 Sawan Buleleng Bali, guru sering kali berupaya memberikan penjelasan materi secara lengkap dan siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh yang telah diberikan oleh guru. Hal ini tentu saja bertentangan dengan tuntutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi, karena itu maka tujuan dalam pengabdian ini adalah: menerapkan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada konsep operasi bilangan dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika di SDN 2 Sawan Buleleng. 2. Metode Pemecahan Masalah Pembelajaran CTL merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Sawan Buleleng Bali, pada kelas IV dengan jumlah siswanya adalah 20 orang. Pada penelitian ini difokuskan pada kemahiran siswa menyusun operasi bilangan yang dikaitkan pada kejadian sehari-hari. Tahapan pemecahan masalah di atas adalah sebagai berikut: Pertama, siswa, guru dan pelaksana menyiapkan barang-barang yang akan digunakan dalam kegiatan ini, seperti: jajanan, snack-snack, minuman, peralatan mandi, peralatan masak, peralatan sekolah dan lain-lain yang sudah tertera harganya. Kedua, guru dan pelaksana menyiapkan lotre yang di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan, bentuk lotrenya seperti berikut: SAYA DISURUH MEMBELI Rp.2000 BAWANG MERAH, 3 BUNGKUS ME, 5 BUAH CABE BESAR Ketiga, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, secara acak dipanggil satu persatu kelompok-kelompok ini. Dari kelompok yang terpilih ini, seorang siswa disuruh mewakili kelompoknya untuk mengambil lotre dan membaca pertanyaan yang tertera di lotre. Bersama-sama dengan teman satu kelompoknya pertanyaan tersebut dibuat formula operasi bilangannya. Selanjutnya salah satu anggota kelompok ini menuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut. Denpasar - Bali, 6 November
4 Made Susilawati Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Keempat, Secara bersama-sama jawaban dari kelompok ini diperiksa, dan kelompok lain boleh memberikan komentar dan pendapatnya. Kelima, guru dan pelaksana memberikan solusi dengan menunjukkan jawaban yang benar dan membahas kesalahan yang telah dilakukan siswa. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa penerapan pembelajaran CTL pada konsep operasi bilangan. Evaluasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pertama, mempersiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan pembelajaran. Kedua, melakukan demo dengan metode CTL. Ketiga, memberikan evaluasi berupa tes kepada para siswa. Adapun indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika, dengan membandingkan terhadap nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata ajar matematika yaitu sebesar 63. Data nilai evaluasi kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik uji t. Hipotesis yang diuji adalah: H 0 : µ = 63 (nilai evaluasi siswa sama dengan KKM atau pembelajaran CTL Tidak meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep operasi bilangan) H 1 : µ > 63 (nilai evaluasi siswa lebih besar dari KKM atau pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep operasi bilangan) Statistik hitung yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah statistik uji t yang dirumuskan sebagai berikut: X t Hit Sd 1/ n Dengan X adalah Rata-rata nilai evaluasi, S d = standar deviasi Ho akan diterima jika nilai t hit lebih besar dari nilai t tabel dengan α = 0.05 dan Ho ditolak jika sebaliknya (Walpole,1995) atau Ho diterima jika nilai α = 0.05 lebih besar dari nilai P. 3. Hasil dan Pembahasan Kelas IV SDN 2 Sawan terdiri dari 20 siswa, dan seluruh siswa hadir pada saat kegiatan. Materi yang diberikan dengan pembelajaran CTL adalah menyusun operasi bilangan yang dikaitkan pada kejadian sehari-hari. Penerapan pembelajaran CTL diawali dengan menyiapkan barang-barang yang akan digunakan dalam kegiatan ini, seperti: jajanan, snack-snack, minuman, peralatan mandi, peralatan masak, peralatan sekolah dan lain-lain yang sudah tertera harganya oleh siswa, guru dan pelaksana. Kemudian guru dan pelaksana menyiapkan lotre yang di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan, contoh bentuk lotrenya adalah seperti berikut: 1. Ibu menyuruh saya membeli 2 buah buku dan 1 buah pulpen, berapa yang harus saya bayarkan? 2. Saya mempunyai uang Rp. 5000, barang apa saja yang dapat saya beli? 268 Denpasar - Bali, 6 November 2014
5 Seminar Nasional Matematika 2014, Universitas Udayana ISSN: A 3. Nita dikasi uang Rp oleh ibunya, dia membeli buku 2 buah, snack 3 buah, dan pensil 2 buah, apakah uang Nita masih ada sisa? 4. Saya disuruh membeli Rp.2000 bawang merah, 3 bungkus me, 5 buah cabe besar, berapa yang harus saya bayarkan? 5. Belilah barang-barang dengan uang Rp Ada banyak lotre-lotre seperti di atas yang disiapkan untuk dibagikan kepada kelompok-kelompok yang terbentuk. Ada tujuh kelompok yang terbentuk, masingmasing terdiri dari tiga siswa. Kelompok pertama yang terpilih secara acak adalah kelompok III. Salah satu anggota kelompok tersebut membacakan perintah dari lotre yang mereka ambil secara acak, dan melakukan apa yang tertera pada lotre. Lotre yang terambil adalah yang seperti contoh lotre no 2 di atas yaitu Saya mempunyai uang Rp. 5000, barang apa saja yang dapat saya beli? jawaban yang mereka tulis adalah 1 Buku (harga Rp.1750/buah), 1 pulpen (harga Rp.750/buah), dan 3 snack (harga Rp.1000/buah). Jawaban mereka ini selanjutnya diperiksa oleh kelompok lain dengan menuliskan kalimat matematikanya yaitu: 1 x x x 1000 = Berdasarkan jawaban di atas maka jawaban kelompok 3 ini salah, karena salah mereka tidak boleh membawa apa yang tertera di jawaban mereka sebagai hadiah. Selanjutnya kembali dipilih secara acak kelompok berikutnya, apabila jawaban dari kelompok ini benar maka barang-barang yang dipilh dalam jawaban mereka bisa diambil dan dibawa sebagai penghargaannya. Setelah semua kelompok mendapat giliran, maka permainan dilanjutkan secara individu. Siswa yang berhasil melakukan permainan dengan benar diberi penghargaan membawa semua barang-barang yang dipilhnya. Penerapan pembelajaran CTL ini diakhiri dengan memberikan evaluasi kepada siswa berupa soalsoal cerita. Hasil evaluasi siswa kelas IV SDN 2 Sawan dapat dilihat pada Tabel 1. Denpasar - Bali, 6 November
6 Made Susilawati Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Tabel 1. Nilai Evaluasi Siswa Kelas IV SDN 2 Sawan No. Nama Murid No. Nilai Evaluasi Kategori Absen 1 Angga 3 90 Di atas KKM 2 Darma Di atas KKM 3 Kadek Angga Di atas KKM 4 Reka Di atas KKM 5 Gustu 6 65 Di atas KKM 6 Domang Di atas KKM 7 Chandra Di atas KKM 8 Kmg Diantara 1 55 Di Bawah KKM 9 Dek Gun Di atas KKM 10 Gusde Di atas KKM 11 Laras 5 96 Di atas KKM 12 Nanda Di atas KKM 13 Kmg Widya Di atas KKM 14 Agus 2 78 Di atas KKM 15 Dek Sep Di atas KKM 16 Km Meta Di atas KKM 17 Sri Ayu Laksmi Di Bawah KKM 18 Karmila 9 62 Di Bawah KKM 19 Putri Astini Di Bawah KKM 20 Ayu Karlina 8 58 Di Bawah KKM Hasil analisis deskriptif dari data nilai evaluasi seperti terlihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Data Nilai Evaluasi Variabel Mean StDev Min Median Max Nilai Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai evaluasi siswa kelas IV SDN 2 Sawan adalah 78,2 dengan standar deviasi atau keragamannya sebesar Nilai terkecil yang diperoleh siswa adalah 55 dan nilai terbesar adalah 100 dengan median sebesar 80 walaupun masih ada lima siswa yang nilainya masih berada di bawah KKM. Analisis selanjutnya adalah analisis untuk melihat apakah asumsi kenormalan data sudah terpenuhi sebagai prasyarat menggunakan analisis uji t. Hasil uji kenormalan terlihat pada gambar Denpasar - Bali, 6 November 2014
7 Percent Seminar Nasional Matematika 2014, Universitas Udayana ISSN: Uji Kenormalan Data Nilai Evaluasi Siswa Normal Mean 78.2 StDev N 20 KS P-Value > Nilai Gambar 1. Hasil Uji Kenormalan Nilai Evaluasi Siswa Gambar 1. memperlihatkan bahwa data sudah menyebar normal karena berdasarkan grafik sebaran data masih berada dalam satu garis lurus. Begitu pula berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai P = yang lebih besar dari α = 0.05, yang berarti data menyebar normal. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah nilai evaluasi siswa sudah melebihi nilai KKM. Nilai KKM mencerminkan kemampuan terendah siswa dalam suatu mata pelajaran. Hipotesis yang diuji adalah: H 0 : µ = 63 (nilai evaluasi siswa sama dengan KKM atau pembelajaran CTL tidak meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep operasi bilangan) H 1 : µ > 63 (nilai evaluasi siswa lebih besar dari KKM atau pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep operasi bilangan) Dengan analisis statistic uji t diperoleh hasil t hitung sebesar 4.07 dengan nilai p = 0,0000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05, berarti Ho ditolak atau H 1 diterima. Ini mengindikasikan bahwa secara statistic nilai evaluasi siswa signifikan lebih besar dari KKM dan berarti penerapan pembelajaran CTL telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam operasi bilangan. Penerapan pembelajaran CTL juga telah menumbuhkan kesenangan siswa terhadap matematika. Awalnya siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan tetapi dengan belajar berdasarkan situasi yang nyata, matematika menjadi lebih mudah. Penerapan CTL juga mendorong siswa belajar dari pengalaman sendiri, bukan dari pemberian orang lain dan siswa menjadi tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis statistika uji t mendapatkan hasil yang sangat signifikan bahwa penerapan pembelajaran CTL telah meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep operasi bilangan. 2. Pembelajaran CTL mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga siswa belajar matematika dengan gembira tanpa beban. Denpasar - Bali, 6 November
8 Made Susilawati Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 5. Ucapan Terima Kasih Terimakasih penulis ucapkan kepada LPPM Universitas Udayana yang telah mendanai kegiatan pengabdian ini. Daftar Pustaka [1] Departemen Pendidikan Nasional Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Dikdasmen. [2] Jumadi Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. Makalah disampaikan pada Workshop Sosialisasi dan Iplementasi Kurikulum 2004, Madrayah Aliyah DIY, Jateng. [3] Rostiawati dan Maulana, Penerapan Model Pembelajaran Ctl pada Bahan Ajar Geometri dan Pengukuran Di Sekolah Dasar. Tidak dipublikasikan. [4] Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana [5] Windayana, Husen CTL dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Seiring Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan Dasar. 2, [6] Walpole, R.E Introduction to Statistics. Terjemahan Bambang Sumantri. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 272 Denpasar - Bali, 6 November 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi belajar mengajar di tingkat persekolahan hingga perguruan tinggi di Indonesia sekarang ini masih mengikuti pola lama yang berpusat pada sekolah atau guru.
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Dalam Undang undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
Lebih terperinciby Made Susilawati FILE 2._ART IKEL_ST AD_MADE_SUSILAWAT I_KNPM6_UNG.PDF (310.82K) SUBMISSION ID CHARACT ER COUNT 15390
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HIMPUNAN DI SMPN 1 SAWAN BULELENG FILE T IME SUBMIT T ED by Made Susilawati 2._ART
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan disekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan belajar. Membelajarkan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA
Fariza Pahlevi 11 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA Oleh : Fariza Pahlevi SMP Negeri 1 Bali E-mail
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memeberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya kelompok mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar (SD) yang tingkat kemampuan siswa tidak mencapai standar kompotensi yang diharapkan adalah mata pelajaran matematika. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada diri setiap individu sehingga dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada tingkat kualitas, antisipasi dari para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang yang tersedia, mengatasi
Lebih terperinciJurnal Dialog: Volume III, Maret 2016 ISSN:
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA SUKA DAMAI TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012 Oleh: Tuti Herawati Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk
Lebih terperinciGayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI OPERASI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SIANTAR T.A. 2012/2013 Gayus Simarmata FKIP Universitas
Lebih terperinciOleh: NINIK ASROFIN Dibimbing oleh : 1. Dr. Suryo Widodo, M.Pd. 2. Drs. Darsono, M.Kom.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PENGARUH CUACA BAGI KEGIATAN MANUSIA PADA SISWA KELAS III SDN CAMPUREJO I KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: NINIK ASROFIN
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA Intan Pertama Sari 1), Usada 2), A. Dakir 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dan pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana pendidikan sering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional,
Lebih terperinciModel Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan
Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan proses pembelajaran di masa global ini, pembelajaran yang sangat sesuai untuk di terapkan pada kondisi siswa yang pasif adalah pembelajaran
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL ) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 NGUNUT JUMANTONO NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Ditulis
Lebih terperinciPERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN INQUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP N
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang dideskripsikan pada penelitian ini adalah kemampuan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Penelitian Data yang dideskripsikan pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika siswa pada mata pelajaran
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING
PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE JIGSAW Cucu Komaryani
Lebih terperinciMetode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng
Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng Eka Setya Ningsih (Eka Setya Ningsih/148620600018/6/B1) S-1 PGSD Universitas
Lebih terperinciOleh: Sadono 1) & Kana Hidayati 2) 1) SMA Muhammadiyah I Yogyakarta 2) Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK
IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN STATISTIK DAN STATISTIKA DI SMA MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama KBM berlangsung, guru belum mengelola siswa secara optimal sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar bahan ajar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya dilakukan
Lebih terperinciHASIL BELAJAR SAINS FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 UKUI.
8 HASIL BELAJAR SAINS FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 UKUI Azizahwati Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan perubahan sosial, sikap, dan perilaku, yang pada akhirnya bermuara pada pergeseran sistem
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*
1 IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR Oleh Arif Firmansyah* Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi pembangunan negara. Keberhasilan membangun di sektor pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri dengan. negara-negara yang sudah maju tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD OLEH : DEWI ANDARYUNI
PENGARUH MEDIA PAPAN LEMBAR BALIK DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MENCERITAKAN LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN PADA SISWA KELAS III SDI AL FIRDAUS TAHUN 2015/2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika di Indonesia perlu sedikit perubahan terutama pada srategi pembelajarannya. Hal ini disebabkan sampai saat ini, siswa banyak yang mengeluh
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA
Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin berubah dari masa ke masa menuntut manusia untuk lebih berjuang demi menjawab perubahan tersebut. Untuk menjawab perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi telah banyak memberikan kontribusi yang mendasar
Lebih terperinciPembelajaran Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas V di SDN 2 Neglasari
Pembelajaran Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas V di SDN 2 Neglasari Nama : Susilawati Imas NIM : 10210 948 Email : susilawati.imas@yahoo.com
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TUGAS PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TUGAS PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP Tri Endro Utomo triendrokd1@gmail.com Prodi Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Berbagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai peraturan dikeluarkan guna pendidikan yang lebih baik di negara ini. Dalam Undang-Undang
Lebih terperinciISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciOleh Adelita Purba Dra. Rosmaini, M.Pd
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 20 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Adelita Purba Dra. Rosmaini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi ini adalah masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah. Maka melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
Lebih terperinciOleh: Kasemi SDN I Watuagung, Watulimo, Trenggalek
26 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME PADA SISWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus menerus manusia untuk mananggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat karena itu siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai. sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan, Karena sekolah sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan
Lebih terperinciAbsract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SUB KONSEP SPERMATOPHYTA (Studi Eksperimen di Kelas X MIA SMA
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGIPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KOMPETENSI MENULIS DESKRIPSI SISWA SMP KELAS VIII
PENGARUH STRATEGIPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KOMPETENSI MENULIS DESKRIPSI SISWA SMP KELAS VIII Asri Musandi Waraulia 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya
Lebih terperinciYANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri
PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA INDIKATOR KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN NGLETIH KABUPATEN KEDIRI YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING Andi Tenriawaru 1 YPUP Makassar 1 Penelitian ini
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN BERMAIN JAWABAN PADA SISWA KELAS VII SMP N 1 TERAS TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: DHETA LUSIANINGRUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa berhasil dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika yang lebih baik dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi
Lebih terperinciPembelajaran Matematika Materi Bangun Datar Sederhana Siswa Kelas III SDN Keboan Anom
Pembelajaran Matematika Materi Bangun Datar Sederhana Siswa Kelas III SDN Keboan Anom Alif Putri Hidayah 148620600186/6/A3 ( Alifputri244@gmail.com ) Kesulitan peserta didik dalam memecahkan sebuah permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar siswa dan antara guru dengan siswa. Seiring dengan definisi tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahasa. Matematika bukan hanya sekadar alat untuk berpikir dan menemukan pola, melainkan matematika juga sebagai wahana untuk mengkomunikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit untuk dipahami. Pentingnya belajar matematika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan nasional maupun internasional. Terbukti dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang menjadi idola bagi dunia pendidikan nasional maupun internasional. Terbukti dengan diperlukannya matematika sebagai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 BAB 1 PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. Latar
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS. Ary Kristiyani, M.Hum.
METODE PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS Ary Kristiyani, M.Hum. Disampaikan pada Seminar Internasional di Yogyakarta, 9-10 November dalam Rangka Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih
Lebih terperinciPembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar Nur Saidah 148620600068/Semester 6/B1 Saidahn51@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa SD dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat diperlukan untuk melanjutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUKAMAJU
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUKAMAJU Shindy Ekawati 1, Kadek Mira
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah
BAB V PEMBAHASAN A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA Dedy Juliandri Panjaitan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Jl. Garu II No. 93 Medan juliandri.dedy@yahoo.com
Lebih terperinciPembelajaran Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas V di SDN 2 Neglasari
Pembelajaran Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas V di SDN 2 Neglasari Nama : Susilawati Imas NIM : 10210 948 Email : - PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran tradisional menitik beratkan pada metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid. Cara ini tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di bangku sekolah dasar. Hal tersebut secara jelas tertuang dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Hubungan antar individu ini membentuk kehidupan sosial.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, yang berarti manusia membutuhkan orang lain agar dapat menjalankan kehidupannya. Hubungan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SUHU, PEMUAIAN DAN KALOR.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SUHU, PEMUAIAN DAN KALOR. (Suatu Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 1 Tilongkabila)
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS Eneng Siti Fatimah Nurlela 1, Atep Sujana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap guru harus paham akan pentingnya Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan di Sekolah Dasar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap guru harus paham akan pentingnya Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan di Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam melatih siswa berpikir kritis dan objektif.
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI 163086 TEBING TINGGI Helmina Siagian Surel: hrmnsiagian@gmail.com ABSTRACT This aim of this
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Kondisi Sebelum Penelitian SMA NU 01 Hasyim Asy ari Tarub merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berada di kecamatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slameto (2010:2) dengan bukunya yang berjudul: Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhi Menurutnya, pengertian belajar adalah: Suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar, perlu menekankan adanya keterampilan proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar, perlu menekankan adanya keterampilan proses sains yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep materi yang disampaikan oleh
Lebih terperinci