SKRIPSI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam. Oleh : NUR INAYATI NIM JURUSAN TARBIYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam. Oleh : NUR INAYATI NIM JURUSAN TARBIYAH"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI MATERI SEJARAH ALI BIN ABI THALIB DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : NUR INAYATI NIM JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010

2 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal PERSEMBAHAN Untuk suamiku tercinta dan anakku tersayang, orang tuaku, dosen-dosenku, dan teman-teman seperjuangan.

3 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil 'alaamin, kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar tanpa halanagan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selelu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Nur Illahi yang menyinari segenap alam dan yang semoga kita tergolong ummatnya yang akan mendapatkan syafaatnya besuk di hari qiyamah. Amin Allahumma Amin. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengerahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih, dan dengan iringan doa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapat pahala disisi Allah SWT. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Yth: 1. Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Ari Setiawan, S. Pd., M.M.. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang yang memberikan waktu kepada penulis, untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Ibu guru Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya. 5. Bapak, Ibu, Suami dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4 6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari karena keterbatasan yang ada, skripsi ini masih jauh dari kekurangan. Untuk itu sumbang saran dan kritik untuk terciptanya tulisan yang lebih sempurna sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya dan menjadi amal jariyah bagi penulis. Amiiin.. Salatiga, Juli 2010 Nur Inayati Penulis

5 ABSTRAK Inayati, Nur, 2010, Peningkatan Hasil Belajar SKI Materi Sejarah Ali Bin Abi Thalib dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ari Setiawan, S. Pd., M.M. Kata kunci: hasil belajar dan metode role playing Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan metode pembelajaran yang relatif baru bagi pengajaran pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah dapatkah penerapan metode role playing meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010? Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode role playing meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar. Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Belajar sebagai suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar dapat membawa perubahan, dan perubahan itu pada pokoknya adalah diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. 1

7 2 Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak pihak menggantungkan keberhasilan pencapaiannya berada di pundak guru sebagai pendidik. Hal ini tentu menuntut pendidik harus mampu melaksanakan tugas mulia tersebut dengan professional, termasuk di dalamnya adalah pendidik atau guru agama. Salah satu pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan agama Islam adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan pelajaran yang diajarkan semenjak kelas IV Madrasah Ibtidaiyah. Pelajaran ini merupakan salah satu pelajaran yang menurut pengalaman penulis mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sebagai gambaran bahwa pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Suruh Kab. Semarang dimana penulis mengajar pada akhir tahun ajaran 2009/2010 ini para siswa masih mengalami kesulitan untuk mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 6 pada tiga kali tes formatif terakhir nilai rata-rata kelas bahkan hanya mencapai nilai 5,6 saja. Salah satu usaha guru yaitu dengan melalui pemilihan metode yang baik. Pembelajaran dengan metode yang benar berarti membantu guru agar tercapai peningkatan efektivitas dalam mengelola kelas. Metode yang tepat akan sangat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dengan lebih baik sehingga hasil belajar yang diharapkan juga akan lebih baik pula. Dengan demikian penggunaan metode yang menarik dalam pelajaran SKI diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, sebab ada variasi yang menarik bagi siswa, dan tidak monoton. Disamping itu dapat untuk menghilangkan kesan abstrak atau melalui hafalan yang tidak praktis dan ini sesuai dengan kurikulum saat ini, yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

8 3 Selama ini metode yang banyak dipakai oleh guru SKI adalah metode ceramah, hafalan dan pemberian tugas. Hal ini tentu sangat membosankan dan melelahkan bagi anak didik khususnya siswa MI. Sebenarnya dalam konteks Kurikulum Berbasis Komptensi (KBK), mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya (Sanjaya, 2005: 29). Faktor kekurangtepatan dalam memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai di lapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau

9 4 keadaan siswa selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa untuk mengikuti proses belajar. Metode yang jarang dicoba dalam menyampaikan materi SKI adalah metode role playing atau bermain peran dimana anak akan mempelajari materi SKI dengan memainkan peran sesuai dengan materi pembelajaran sehingga siswa dapat melihat gambaran dengan lebih jelas terhadap kejadian atau suatu peristiwa dalam sejarah kebudayaan Islam. Untuk itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKI MATERI SEJARAH ALI BIN ABI THALIB DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2010 B. Rumusan Masalah Dari latar belakan di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana nilai pelajaran SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 sebelum penggunaan metode role playing? 2. Bagaimana penerapan metode role playing pada pelajaran SKI materi sejarah Ali bin Abi Thalib? 3. Apakah penerapan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010?

10 5 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui nilai pelajaran SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 sebelum penggunaan metode role playing 2. Untuk mengetahui penerapan metode role playing pada pelajaran SKI materi sejarah Ali bin Abi Thalib. 3. Untuk mengetahui penerapan perubahan dan peningkatan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010 setelah penerapan metode role playing. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto; 1996: 67). Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan sementara (Black, 2001: 109). Pada penelitian ini penulis menyusun hipotesis tindakan yang berbunyi: Penerapan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun Adapun indikator tercapainya keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar SKI siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 setelah menggunakan metode role playing lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan metode role playing. 2. Hasil belajar SKI siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 setelah menggunakan metode role playing mencapai Kriteria

11 6 Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas minimal 75%. E. Kegunaan Penelitian 1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode pembelajaran role playing 2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususya pada mata pelajaran SKI. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis. 5. Sumbangan pemikiran mengembangkan sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah. F. Definisi Operasional Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari judul tersebut peneliti memberi batasan sebagai berikut 1. Peningkatan Prestasi Belajar Adapun yang penulis dengan prestasi belajar di sini tentu sangat erat dengan hasil belajar mata pelajaran SKI. Prestasi belajar adalah suatu rangkaian pegertian yang terdiri dari rangkaian dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi berasal dari kata belanda yaitu prestatie. Kemudian dalan bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Kata "peningkatan" berasal dari kata "tingkat" yang berarti keadaan atau kualitas yang lebih tinggi. Sedangkan kata "peningkatan" berarti usaha atau proses meningkatkan. Sedangkan kata "hasil" berarti sesuatu yang

12 7 diadakan oleh suatu usaha. Sedangkan kata "belajar" berasal dari kata "ajar" yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang untuk diketahui. Sedangkan "belajar" berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;1994). Sedangkan Menurut Poerwodarminto prestasi adalah hasil yang telah di capai, di lakukan dikerjakan dan sebagainya (Poerwodarminto; 1983: 891). Kata prestasi banyak di gunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pengajaran. Bahwa yang dimaksud prestasi adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Dengan demikian yang penulis maksud hasil belajar di sini adalah prestasi yang dicapai oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas 2. SKI Kata SKI adalah singkatan dari Sejarah kebudayaan Islam yaitu nama salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah. Apabila kita uraikan kata sejarah berarti kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti pemikiran atau akal yang sudah maju. Bisa berarti juga dapat istiadat. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;1994). Adapun kata Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman kepada kitab suci al Qur an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang

13 8 berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Departemen Agama RI:2008). 3. Metode Role Playing Kata metode berarti cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati (Armai; 2002). G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Ada beberapa jenis penelitian pendidikan yang berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis tindakan, setting, intrumen dan metode penelitian (Mishra; 2005: 43). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu bentuk teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.

14 9 Selain itu penelitian ini juga bersifat eksperimental, karena bertujuan mendeskripsikan apa yang akan terjadi bila variabel- variabel tertentu dikontrol secara tertentu (Faisal; 1982, 42). PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai: a. Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas. b. Alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat. c. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif. d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti. e. Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan (Suwarsih; 2009).

15 10 Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut penelitian tindakan kelas atau PTK. Menurut Suharsimi Arikunto berdasarkan tujuannya, penelitian tindakan dibagi menjadi 4 yaitu: a. Penelitian tindakan partisapatisi (participatory action research) yang menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa memiliki program tersebut. b. Penelitian tindakan kritis (critical action research) yang menekankan adanya niat yang tinggi untuk memecahkan bertindak memecahkan masalah kritis. c. Penelitian tindakan institusi (institutional action research) yaitu yang dilakukan pihak pengelola sekolah. d. Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru baik sendiri maupun bekerjasama dengan peneliti lain (Arikunto; 2008, ). Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, di mana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian kelas ini ialah untuk meningkatkan praktikpraktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran

16 11 pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan. Hal ini bertujuan agar guru dapat: a. Mengkaji/ meneliti sendiri praktek mengajarnya b. Melakukan PTK tanpa mengganggu tugasnya c. Mengkaji pemasalahan yang dialami d. Mengembangkan profesionalismenya. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto; 2008: 57). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan kelas harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

17 12 a. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benarbenar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan. b. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. c. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. d. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dan tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. e. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dan siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada sikius I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dan tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut

18 13 Gambar 1.2 Skema Tahap Penelitian Tindakan Kelas Penjelalasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan meliputi timdakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepsi siswa serta mengamati hasil atau dampak dan diterapkannya metode role playing. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dan tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari pangamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya (Suharsimi; 2008). Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)

19 14 dan membahas satu bab pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Sikius ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. 2. Subyek Penelitian a. Tempat penelitian Sebagai suatu penelitian tindakan kelas maka tpenelitian ini penulis lakukan di lembaga pendidikan tempat penulis selama ini mengajar. Penelitian ini bertempat di ruang kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. b. Waktu penelitian Penelitiatian ini penulis lakukan selama tiga minggu sejak akhir April sampai awal pertengahan mei. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Untuk pelaksanaan penelitian perhatikan tabel 1.1 Tabel 1.1 Pelaksanaan Penelitian No Siklus Pertemuan I Pertemuan II Ket 1 Siklus I Sabtu, 24 April 2010 Sabtu, 1 Mei Siklus II Sabtu, 8 Mei 2010 Sabtu, 15 Mei Siklus III Sabtu, 22 Mei 2010 Sabtu, 29 Mei 2010 c. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa siswi kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 02 Kec. Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010

20 15 sebanyak 15 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 7 orang dan siswa perempuan sebanyak 8 orang. 3. Langkah- Langkah Dalam penelitian ini penulis mengikuti prosedur penilitian tindakan kelas yang sudah baku. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan mulai perencanaan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, pemantauan, evaluasi individu dan kelompok serta refleksi tindakan, analisis dan dilakukan penyimpulan-penyimpulan (Suharsimi; 2008).. a. Perencanaan 1) Menyusun tujuan instruksional 2) Membuat skenario pembelajaran 3) Menyusun scenario drama. 4) Menyusun pre-tes dan post-tes 5) Mendesain pedoman pemantauan pembelajaran untuk individu maupun kelompok 6) Mendesain pedoman observasi sistematis bagi kerja guru selama pelaksanaan tindakan b. Tindakan 1) Melaksanakan pre-tes 2) Melaksanakan wawancara pada siswa 3) Analisis pre-tes dan wawancara untuk menempatkan siswa dalam kelompok bermain peran. 4) Penyusunan lembaran kerja/ tugas bagi siswa 5) Mempersiapkan media dan alat bantu yang diperlukan.

21 16 6) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang operasional pembelajaran dan tentang tugas yang akan diberikan 7) Melaksanakan skenario yang direncanakan 8) Presentasi dan diskusi kelompok ahli untuk mematangkan penguasaan materi 9) Observasi. Pada tahap ini, siswa melakukan tindakan dan guru melakukan pemantauan (dengan pedoman pemantauan) terhadap kerja siswa, Selanjutnya menganalisis nilai pre-tes dan post-tes serta memberikan penilaian kelompok c. Refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi dikumpulkan, didiskusikan, dianalisis, dan dievaluasi oleh peneliti dan mitra, kemudian guru dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan, faktor-faktor pendukung, penghambat, dari aspek internal dan eksternal guru dan siswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan bilaman perlu secara kualitas dan kuantitas berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi (Suharsimi; 2008). d. Penilaian Adapun penilaian dari kegiatan ini akan dilakukan dengan dua alat ukur yaitu:

22 17 1) Lembar Observasi Lembar ini disiapkan oleh penulis dan dipakai oleh mitra penelitian. Kegunaannya untuk menilai jalannya penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Hasil penilaian mitra akan dijadikan bahan evaluasi bagi penulis pada siklus berikutnya 2) Tes Tertulis Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Kegunaannya untuk mengatahu daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dalam skenario. Hasil dari 3 siklus akan dibandingkan dengan 3 kali nilai harian sebelum menggunakan metode role playing. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pembelajaran ini merupakan suatu rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar. b. Soal tes untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, juga dilengkapi dengan alat-alat pengajaran yang mendukung. c. Lembar observasi pengamatan pengelolaan metode role playing struktural dan lembar pengamatan perhatian siswa. Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran role playing dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk mengukur perhatian siswa dalam penggunaan metode ini. d. Buku materi pelajaran.

23 18 e. Skenario drama per siklus f. Intrumen Manusia 1) Peneliti Dalam penelitian tidakan kelas sebenarnya peneliti juga masuk sebagai intrumen penelitian. Sebagai intrumen penelitian seorang peneliti haruslah memiliki karakter sebagai berikut: a) Responsif b) Adaptif c) Menekankan aspek holistic d) Pengembangan berbasis pengetahuan e) Memproses dengan segera f) Mampu memberikan klarifikasi dan kesimpulan g) Kesempatan eksplorasi (Rachiati, 2004: 96). 2. Mitra Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan peran mitra sejawat untuk melakukan observasi terhadap guru sebagai peneliti. Hal ini diperlukan untuk menilai efektifitas jalannya kegiatan belajar- mengajar. 5. Pengumpulan Data a. Sumber Data 1) Dokumentasi. 2) Hasil tes tertulis kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. 3) Hasil pengamatan teman sejawat yang membantu sebagai mitra. b. Cara Pengambilan Data 1) Metode dokumentasi

24 19 2) Lembar kerja siswa pada siklus I, II dan III. 3) Tes formatif I. 4) Lembar pengamatan dari teman sejawat sebagai kolaborasai dalam penelitian 6. Analisis data Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut : a. Merekapitulasi hasil tes.dalam penelitian tindakan kelas, peningkatan prestasi belajar siswa sebagai hasil tindakan merupakan aspek paling diharapkan berkaitan erat dengan analisis tentang prestasi belajar siswa seperti analisis daya serap, ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata. b. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masingmasing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 60, sedangkan secara klasikal mencapai 85 % yang telah mencapai daya serap lebih dan sama dengan 60 %. c. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada kegiatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan perhatian siswa, penggunaan metode role playing

25 20 H. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Merupakan kajian pustaka yang meliputi prestasi belajar, pelajaran SKI, metode role playing, dan Kerangka Berfikir Bab III: Merupakan laporan penelitian yang meliputi waktu pelaksanaan, tempat penelitian, subyek penelitian, intrumen penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III Bab IV: Merupakan hasil penelitian meliputi gambaran setting penelitian, penjelasan per siklus, proses analisis data, deskripsi per siklus, pembahasan dan pengambilan kesimpulan. Bab V : Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran- saran dan penutup.

26 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar SKI 1. Makna Belajar Belajar oleh para ahli didefinisikan secara berbeda-beda. Namun sebelumnya mungkin kita akan membicarakan arti penting belajar. Mengapa manusia harus belajar? Perlu kita sadari bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang istimewa. Hal ini secara jelas tersurat dalam Q. S at Tiin: 5 Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik- baik kejadian. Lalu dimanakah letak keistimewaan manuisa? Salah satunya adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya. Kemampuan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain (Martinis; 2005: 104). Di sinalah arti penting belajar. Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal. Belajar adalah perubahan, namun bagaimana proses perubahan tersebut terjadi? Berbeda aliran psikologis yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama. Ahli-ahli yang menganut aliran Kognitif berpendapat bahwa belajar adalah

27 22 peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif. Berbeda dengan kosep belajar behavioristik, yang sangat mengandalkan pada lingkungan (stimulus), penganut aliran Kognitif memandang orang yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memahami obyek-obyek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu tindakan (respons) sebagai akibat pemahamannya itu. Perubahan dapat terjadi bila ada proses berfikir lebih dahulu dalam diri seseorang, yang kemudian menimbulkan respon berupa tindakan (Mertinis; 2005: 118). Dari pendapat di atas dapat diambil pemahaman bahwa proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses simultan. Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan sesuatu dari informasi baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau perbaikan atas pengetahuan sebelumnya. Kedua, proses tranformasi pengetahuan yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi analisis atas informasi lalu diubah dalam bentuk lain seperti simbol-simbol. Ketiga, proses evaluasi. Dalam proses ini terjadi penilaian apakah transformasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi. Proses belajar pada dasarnya adalah proses simultan dari ketiga hal tersebut Adapun memenurut Uzer Usman (2002:5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu serta individu dan lingkunganya. Pada umumnya

28 23 belajar belajar dapat diartikan kegiatan-kegiatan fisik dan psikis, kedua aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain. Sedangkan menurut Hilgard sebagaimana dikutip Wina Sanjaya (2002) belajar bukan hanya hasil, namun juga proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik dilakukan di laboratorium maupun lingkungan alamiah. Sehingga dapat dirangkum bahwa belajar adalah: a. Aktivitas yang dirancang dan bertujuan. b. Perubahan perilaku secara utuh. c. Bukan hanya hasil namun proses. d. Proses memecahkan masalah. 2. Belajar dan Prestasi Belajar Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar tidak hanya satu macam saja, melainkan ada bermacam- macam. Menurut Gegne sebagaimana dikutip Nasution, dengan tujuan yang bermacam-macam dan mempelajari macam-macam hal itu diperlukan kondisi belajar tertentu yang khusus untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan (Nasution; 2008: 63). Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang karena adanya interaksi (Usman, 1993: 4). Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara

29 24 mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tentu saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari kerangka belajar. Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik (Arifin, 1990: 3). Secara sederhana prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa. Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauhmana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Perbedaan prestasi belajar dikalangan peserta didik disebabkan oleh berbagai faktor seperti kematangan, bidang studi dan sebagainya (Rusya, 1989: 60). Namun secara adalah faktor individu dan lingkungan (Sukamdinata, 1998, 162).

30 25 Terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang telah terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya, kegiatan pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nantinya akan dilakukan. Hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran berlangsung antara lain melalui ujian atau ulangan harian, mingguan, bulanan atau akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program pengayaan. Penggunaan sistem penilaian berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang pada

31 26 akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap peserta didik harus belajar tuntas untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. B.S. Bloom (1980) mengatakan: (1) Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. (2) Apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur maka semua peserta didik akan mampu menguasai semua bahan yang disajikan kepadanya. Sehingga belajar tuntas membutuhkan proses pembelajaran yang sistematis, terstruktur berkesinambungan untuk mencapai kompetensi yang disyaratkan (Martinis; 2005: ). Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang, meliputi: a. Faktor internal siswa, antara lain: 1) Bakat Dasar kepandaiaan dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap suatu bidang tertentu. 2) Minat Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kalau seseorang menyenangi dan berminat terhadap matematika maka ia akan berusaha untuk berhasil dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran sebaliknya apabila tidak menyenanginya maka ia akan

32 27 belajar dengan perasaan terpaksa, mengikuti proses pembelajaran hanya sekedar formalitas dan pembelajaran menjadi tidak bermakna. 3) Kemauan Belajar. Salah satu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar menjadi antusias belajar dan menyenangi pelajaran tersebut. 4) Sikap Mental Siswa Sikap mental siswa sangat mempengaruhi dalan proses pembelajaran, sikap mental ini meliputi kematangan sosial emosional siswa dan pengetahuan prasarat yang dimilikinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya. b. Faktor eksternal, antara lain: 1) Metode Pembelajaran Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi metode, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan metode, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.

33 28 2) Kepribadian Guru. Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri tauladan yang baik, di tengah aktivitas dengan siswa dapat membangun keinginan dan minat siswa untuk belajar dan dibelakang layar mampu memberdayakan siswanya untuk belajar lebih baik. 3) Lingkungan Belajar. Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik maka proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, agar lingkungan pembelajaran dapat mendukung usahakan: a) Suasana pembelajaran memberi kesempatan siswa untuk melakukan penelitian b) Bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan jawaban yang tidak benar dari siswa c) Meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar keberhasilan siswa dalam belajar meningkat 3. SKI Sejarah merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup manusia. Dalam sejarah tersebut Allah SWT memberikan pelajaran bagi manusia untuk

34 29 mengambil hikmah yang tersimpan di baliknya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Yusuf ayat 111: Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat di dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat

35 30 digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Departemen Agama RI:2008). Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai fungsi yang dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi: a. Fungsi edukatif Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusanmenegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari b. Fungsi keilmuan Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya. c. Fungsi transformasi Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam merancang transformasi masyarakat. Mata pelajaran Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

36 31 b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MI berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MI. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku aspek afektif, peserta didik memiliki: keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sesuai ajaran Agama Islam yang tercermin dalam perilaku sehari-hari memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta

37 32 menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional maupun global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global, memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari. Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam. Adapun Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: a. Sejarah masyarakat Arab pra-islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad Saw. b. Dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad Saw, hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thoif, peristiwa Isra Mi raj Nabi Muhammad Saw. c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad Saw, peristiwa Fathul Mekah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah Saw. d. Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin

38 33 e. Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing (Departemen Agama RI; 2008). Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi

39 34 pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memiliki konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama. Sedangkan standar kompetensi kelulusan mata pembelajaran SKI pada Madrasah Ibtidaiyah sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar kompetensi lulusan dan standarisasi pendidikan agama Islam dan bahasa arab di madrasah adalah mengenal, mengidentifikasi, meneladani, dan mengambil ibrah dari sejarah Arab pra-islam, sejarah Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah masing-masing B. Metode Role Playing 1. Metode Pembelajaran Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta, 1998: 159). Metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam

40 35 literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir; 1998: 131). Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk (Usman; 2003: 84): a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan. b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa. c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik. d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya. Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru. Dan salah satu metode tersebut dikenal dengan nama role playing. 2. Role Playing Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal usul perkembangan, peranan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action 33 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara disegala bidang pembangunan, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap proses pembelajaran yang dilakukan guru harus mengarah pada peningkatan prestasi belajar yang optimal, tak terkecuali pada proses pembelajaran Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah meliputi al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah Kebudayaaan Islam. 1 Perbedaannya dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tindakan yang mungkin dilakukan oleh guru terkait dengan permasalahan dalam proses pembelajaran adalah mencari akar permasalahan. Jika akar permasalahan sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Lebih terperinci

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN GADINGREJO 01 KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER Sri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena 24 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian

Lebih terperinci

Volume 07, Nomor 01, Juni 2016

Volume 07, Nomor 01, Juni 2016 Volume 07, Nomor 01, Juni 2016 Peningkatan Keterampilan Membaca dalam Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Strategi Information search bagi Siswa Kelas IV MI Mambaul Ulum Krian Sidoarjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. model penelitian yang dikembangkan di kelas. Classroom Action reaseach

BAB III METODE PENELITIAN. model penelitian yang dikembangkan di kelas. Classroom Action reaseach 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bila ditinjau dari tujuannya tergolong penelitihan Tindakan. Karena penelitian ini dipergunakan untuk perbaikan pembelajaran maka penelitian

Lebih terperinci

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro MENIGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI PADA SISWA KELAS VI SDN TLOGOHAJI I SUMBERREJO BOJONEGORO Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Lebih terperinci

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA SYAFRIMAR Guru SMP Negeri 2 Pangkalan Kuras syafmar1@gmail.com ABSTRAK Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang terus menerus berkembang membawa manusia pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus mengembangkan diri agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Pengertian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Islam (At-Tarikh Al-Islami) adalah suatu disiplin keilmuan yang membahas aktualisasi konsep dan pemikiran yang diketengahkan Islam lewat Nabi Muhammad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah fokus utama dalam pembangunan pendidikan saat ini. Effektivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru guru yang

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS V MIM WUMIALO KOTA GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Wahid Hasyim Desa Kedung Malang Wonotunggal Batang Tahun Pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 38 peserta didik, terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meneruskan nilai- nilai moral melalui pendidikan, ada pandangan yang berpendapat bahwa pendidikan yang bertolak dari asumsi bahwa peserta didik

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah lahir hingga wafat sampai diteruskan oleh para sahabatsahabatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah lahir hingga wafat sampai diteruskan oleh para sahabatsahabatnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan islam merupakan salah satu dari mata pelajaran agama islam yang diajarkan dari jenjang pendidikan madrasah ibtidaiyah hingga madrasah aliyah, yang

Lebih terperinci

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS 28 METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ). Suatu penelitian adalah sebuah proses. Oleh karena itu, mekanisme proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasan PTK adalah sebagai berikut : 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DIKELAS X PEMASARAN SMK NEGERI I LIMBOTO Candra Hulopi 911 409 022

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan 44 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang merupakan salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena 26 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang SMP N 2 Dukuhwaru 1. Sejarah singkat SMP N 2 Dukuhwaru SMP N 2 Dukuhwaru tidak terlepas dari dukungan masyarakat yang dirintis oleh para tokoh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kunandar (2011) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngurensiti 02 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati pada semester I Tahun 2011/2012. Subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2008, hal.14 2

BAB I PENDAHULUAN. Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2008, hal.14 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang diperintahkan Allah SWT kepada manusia untuk memeluknya secara utuh dan menyeluruh. Ajaran Islam ini diperuntukan bagi manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER Nur Waqi ah Guru SDN Tampungrejo Kec. Puri Kab. Mojokerto Email: nurwaqiah1961@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa, karena pendidikan siswa menjadi maju dengan bekal ilmu pengetahuan. Islam

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bermakna penelitian yang didesain untuk membantu guru mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kehidupannya, yaitu manusia yang beriman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau juga disebut dengan istilah Classroom Action Research. Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju, sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahanperubahan itu terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

Peningkatan Pemahaman Tata cara pernikahan Melalui Metode Role Playing dan Demonstrasi Pada Siswa Kelas XII

Peningkatan Pemahaman Tata cara pernikahan Melalui Metode Role Playing dan Demonstrasi Pada Siswa Kelas XII Peningkatan Pemahaman Tata cara pernikahan Melalui Metode Role Playing dan Demonstrasi Pada Siswa Kelas XII Amin Tantri Hidayah (1) 1 SMA Negeri 1 Blitar, Email: 1 amintantrihidayah.@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD 166492 TEBING TINGGI Usdin Simbolon Surel: usdinsimbolon23@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan 40 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian classroom

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian classroom A. Metode Penelitian BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN Metode penelitian merupakan prosedur bagaimana penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian classroom action research atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini karena pendidikan kini telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1 Djulaikah Guru SDN Ngampal 1 Sumberrejo Bojonegoro Email :djulaikah.ngampal1@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkankurangnya minat untuk mempelajari mata pelajaran sejarah. kebudayaan Islam,dan rendahnya prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkankurangnya minat untuk mempelajari mata pelajaran sejarah. kebudayaan Islam,dan rendahnya prestasi belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipelajari indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas (PTK) sebenarnya diawali dari istilah action research atau penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas (PTK) sebenarnya diawali dari istilah action research atau penelitian BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Jenis Penelitian Munculnya istilah classroom action research atau penelitian tindakan kelas (PTK) sebenarnya diawali dari istilah action research atau penelitian tindakan.

Lebih terperinci

Volume 07, Nomor 01, Juni 2016

Volume 07, Nomor 01, Juni 2016 Volume 07, Nomor 01, Juni 2016 Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Sebab-Sebab Fathul Makkah dengan Menggunakan Metode Talking Stick di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Margorejo Surabaya Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Sri Isminah, Membantu Siswa Mengingat Kembali Pelajaran... 161 MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI PELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN LEWAT METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS I TAHUN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi secara organik. Karenanya sepanjang perkembangannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Jamblang, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon. Beralamatkan di jalan Nyi Mas Rarakerta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penggunaan pendekatan kuantitatif merupakan gambaran dari data hasil

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penggunaan pendekatan kuantitatif merupakan gambaran dari data hasil 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan pendekatan kuantitatif merupakan gambaran

Lebih terperinci

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA INDIKATOR KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN NGLETIH KABUPATEN KEDIRI YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia berpacu

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research. BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maka penelitian ini dinamakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. maka penelitian ini dinamakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bila ditinjau dari tujuannya tergolong penelitihan Tindakan. Karena penelitian ini dipergunakan untuk perbaikan pembelajaran maka penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh. Pendidikan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hasil dari suatu pendidikan tidak segera dapat kita lihat hasilnya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) MATERI POKOK BILANGAN PADA PESERTA DIDIK KELAS IV MI NEGERI KARANG POH KEC. PULOSARI KAB. PEMALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 22 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yang dilakukan dalam upaya memperbaiki pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakter Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Manggis Kabupaten Batang sebanyak 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PATIHAN SIDOHARJO SRAGEN PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci