LAPORAN TEKNIS KEGIATAN PENELITIAN KAJIAN EKONOMI REVITALISASI INDUSTRI BUDIDAYA UDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TEKNIS KEGIATAN PENELITIAN KAJIAN EKONOMI REVITALISASI INDUSTRI BUDIDAYA UDANG"

Transkripsi

1 LAPORAN TEKNIS KEGIATAN PENELITIAN KAJIAN EKONOMI REVITALISASI INDUSTRI BUDIDAYA UDANG BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015

2 KAJIAN EKONOMI REVITALISASI INDUSTRI BUDIDAYA UDANG TIM PENELITI: Dr. Ir. Tajern, MM., ME. Estu Sr Luhur, SE Mra, Sp, MT., MSc. Novardy BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015

3 LEMBAR PENGESAHAN Satuan Kerja (Satker) : Bala Besar Peneltan Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan Judul Kegatan : Kajan Ekonom Revtalsas Industr Buddaya Udang Status : Baru Pagu Anggaran : Rp ,- Tahun Anggaran : 2015 Sumber Anggaran : APBN, DIPA Satker Bala Besar Peneltan Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan Tahun 2015 Penanggung Jawab Output : Dr. Ir. Tajern, M.M., M.E. NIP Penanggungjawab Pelaksana Output : Dr. Ir. Tajern, M.M., M.E. NIP Jakarta, 2015 Penanggung Jawab Output/Penanggung Jawab Pelaksana Output Dr. Ir. Tajern, M.M., M.E. NIP Mengetahu/Menyetuju: Kepala Bala Besar Peneltan Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan Ir. Tukul Rameyo Ad, M.T. NIP

4 4

5 COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN (ROKP) BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Judul Kegatan : Kajan Ekonom Revtalsas Industr Buddaya Udang 2. Sumber dan Tahun Anggaran : APBN Status Peneltan : Baru 4. Program : Peneltan dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan Perkanan a. Komodtas : Perkanan (Udang) b. Bdang/Masalah Kegatan : Kedaulatan Pangan Pengembangan Ekonom Martm Penguatan Jat Dr Bangsa Pemberantasan Ikan Lar c. Peneltan Pengembangan : Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan d. Manajemen Peneltan : Bala Besar Peneltan Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan e. Isu Strategs Pengembangan KP : Pengembangan Produk Perkanan untuk Ketahanan Pangan dan Gz Nasonal Penngkatan Daya Sang dan Nla Tambah Produk Kelautan dan Perkanan Pendayagunaan Potens Ekonom Sumberdaya Kelautan dan Perkanan Pengelolaam Sumberdaya KP secara berkelanjutan Penngkatan Kesejahteraan Pelaku Usaha Kelautan dan Perkanan Pengembangan SDM dan IPTEK KP f. Dukungan terhadap Indkator : Knerja BSC Nla Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP Pertumbuhan PDB Perkanan (%) Jumlah WPP yang Terpetakan Potens d Bdang Sumberdaya Sosal Ekonom KP untuk Pengembangan Ekonom Martm dan Kelautan yang Berkelanjutan Jumlah Rekomendas Kebjakan yang Dusulkan untuk djadkan Bahan Kebjakan (buah) Jumlah Pengguna Hasl IPTEK Ltbang d Bdang Sumberdaya Sosal Ekonom KP (kelompk) Jumlah Rekomendas Kebjakan Pembangunan Kelautan dan Perkanan: 1 (satu) buah Jumlah Data dan Informas Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan: 1 (satu) buah Karya Tuls Ilmah Bdang Peneltan Sosal Ekonom: 1 (satu) buah Jumlah Model Kelembagaan Penyebaran IPTEK dan Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Model Kebjakan Sosal Ekonom Pembangunan Sektor Kelautan dan Perkanan 5. Judul Rekomendas : Kebjakan Percepatan Revtalsas Industr Udang Kebjakan Indonesa 6. Lokas Kegatan : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tmur, Sulawes Selatan, dan Lampung

6 7. Penelt yang terlbat : No. Nama Penddkan/ Jabatan Fungsonal Dspln Ilmu Tugas (Insttus) Alokas Waktu (OB) 1. Dr. Ir. Tajern, MM., ME. S3/Penelt Utama Ekonom Penanggung jawab 6 2. Estu Sr Luhur, SE. S1/Penelt Muda Ekonom Anggota 6 3. Mra, SP, MT., MSc. S2/Penelt Madya Ekonom Anggota 6 4. Novardy SUPM/Fungsonal Umum Perkanan PUMK 4 8. Tujuan : (1) Menelaah dnamka produktvtas buddaya tambak udang d Indonesa perode dan mengkaj peran berbaga kebjakan (termasuk kebjakan revtalsas buddaya tambak udang) terkat dengan produktvtas tambak udang d Indonesa. (2) Mengukur knerja revtalsas usaha buddaya udang (produktvtas) dan menganalss faktor-faktor yang mempengaruhnya serta faktor penentu keputusan pembuddaya revtalsas kegatan usaha buddaya udang. (3) Merumuskan rekomendas kebjakan percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. 9. Latar Belakang Program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa merupakan bagan dar program besar Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dcanangkan Presden R.I. pada tanggal 11 Jun Program besar n dmplemetaskan menggunakan strateg umum untuk: (1) Menngkatkan kesejahteraan petan, nelayan (pembuddaya tambak), dan petan hutan; (2) Menngkatkan daya sang produk pertanan, perkanan dan kehutanan; dan (3) Menjaga kelestaran sumberdaya pertanan, perkananan dan kehutanan (Pusdatn - KKP., 2005). Pada awal drencanakannya program revtalsas perkanan d Indonesa (tahun 2005), djalankan dengan ms utama berupa percepatan mplementas pembangunan perkanan untuk mengatas pemulhan ekonom menuju Indonesa yang lebh sejahtera melalu pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perkanan secara optmal, berkelanjutan dan berkeadlan. Tujuan revtalsas perkanan (termasuk ndustr buddaya udang) adalah menngkatkan kesejahteraan nnelayan, pembuddaya kan (udang) dan masyarakat pessr lannya serta pelaku ekonom perkanan/kelautan, menyedakan lapangan kerja, kesempatan berusaha, serta menngkatkan konsums dan menyedakan bahan baku ndustr d dalam neger dan penermaan devsa, serta menngkatkanan penermaan negara/daerah melalu hasl perkanan. termasuk dar hasl buddaya udang. Program revtaslsas perkanan dkembangkan mencakup revtalsas sumbersumber pertumbuhan ekonom yang ada berupa berbaga kegatan usaha d bdang penangkapan kan, buddaya perkanan, dan mengoptmalsaskan operasoanl unt usaha pengolahan kan dalam neger, termasuk juga mencptakann sumber-sumber pertumbuhan ekonom baru berupa pemanfaatan peluang usaha perkanan yang mash memlk prospek yang bak. Dalam kurun waktu 2005 hngga 2009, pemerntah telah menjalankan program jangka menengah revtalsas perkanan berupa: (1) Pengembangan ndustr perkanan terpadu; (2) Pengembangan Prasarana Pelabuhan; dan (3) Pengembangan prasarana buddaya perkanan; serta (4) Penngkatan partspas Indonesa dalam perkanan regonal. Salah satu langkah operasonal yang dlakukan dalam rangkaa mendukung revtalsas perkanan adalah Pengembangan Komodtas Udang sebaga bentuk dar langkah-langkah dalam operasonalsas revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, yang tahap awalnya telah dmplementaskan para kurun waktu adalah (Pusdatn- v

7 KKP, 2005): Melakukan mpor ndusk dan benh udang vaname SPF (Spesfk Pathogen Free); (2) Melakukan domestkas dan pemulaan udang vaname menjad nduk SPF dan SPR, sehngga mengurang ketergantungan dar mpor; (3) Membangun Natonal Backyard Hatchery (NBH) udang; (4) Melakukan revtalsas backyard hatchery udang; (5) Menerapkan sertfkas perbenhan dan pembuddayaan udang; (6) Mengembangkan laboratorum lngkungan dan penyakt; (7) Menyedakan sarana dan prasarana buddaya tambak udang; dan (8) Membantu penguatan permodalan bag pembuddaya udang. Revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa sangat terkat erat dengan poss komodtas udang d Indonesa yang merupakan komodtas unggulan d sektor perkanan yang dhaslkan dar kegatan buddaya. D sampng tu, juga karena kegatan usaha buddaya udang mampu memberkan kontrbus yang cukup besar dalam perolehan devsa, pendapatan pembuddaya, mencptakan lapangan kerja dan peluang berusaha. Revtalsas tersebut juga sangat pentng, terutama karena peran kegatan buddaya udang ke depan yang semakn besar, sementara kegatan penangkapan udang terus semakn berkurang. Kemudan juga karena perusahaan yang terlbat adalah perusahaan skala kecl, menengah, dan besar; dan pasar utama komodtas udang adalah pasar ekpor dengan permntaan yang mash tetap tngg. Dengan demkan, revtalsas ndustr buddaya udang akan mencakup revtalsas pada level produks, pengolahan dan pemasaran/perdagaangan melalu pelbatan usaha skala kecl, menengah dan besar. Hasl evaluas program revtalsas ndustr udang d Indonesa yang dlakukan oleh Dtjen Perkanan Buddaya pada tahun 2010 menyatakan bahwa sebagan sasaran yang telah dtentukan mash belum tercapa sesua dengan yang dharapkan, sepert terkat dengan capaan produks,bak yang dlakukan melalu ntensfksas, ekstensfkas dan dversfkas buddaya tambak udang d Indonesa. Oleh karena tu, program revtalsas ndustr buddaya udang kemudan terus dlanjutkan kembal pada tahun 2012 yang dntegraskan ke dalam program Industralsas Perkanan, khusunya yang dlakukan dengan lebh mengoptmalkan segala sumberdaya yang dmlk Indonesa (Dtjen Perkanan Buddaya KKP, 2012). Pertambakan d Indonesa pernah mengalam kejayaan dalam produks udang pada era tahun 1990-an, dengan menerapkan teknolog ekstensf, sem- ntensf dan ntensf. Dengan tmbulnya berbaga masalah, sepert penurunan daya dukung lngkungan, serangan penyakt udang, dan menurunnya mutu nduk/benh udang, mengakbatkan kegagalan pada produks udang. Rendahnya tngkat produktvtas perkanan buddaya udang d Indonesa saat n mash dapat dtngkatkan, sepert dengan melakukan revtalsas melalu perencanaan zonas kawasan pessr, sehngga akan tercpta kesembangan tata ruang kawasan perkanan yang mampu mendukung keberlanjutan perkanan buddaya. Secara deal, kegatan perkanan buddaya haruslah dkembangkan secara berkelanjutan. Dalam artan, kegatan buddaya tersebut haruslah menghaslkan produktvtas yang sebandng dengan upaya, tdak mencptakan konflk sosal, serta selaras dengan daya dukung dan daya tampung lngkungannya. Oleh karena tu, untuk membangktkan kembal produks udang d Indonesa, perlu dlakukan upaya-upaya khusus, antara lan melalu Revtalsas Industr Buddaya Udang, terutama pada kegatan buddaya udang d tambak-tambak yang dle atau yang beroperas tetap tdak secara optmal. Dtjen Perkanan Buddaya (2014), menyatakan bahwa program revtalsas udang dmula sejak Me 2012 dan telah menghaslkan sektar 390 ton udang. Selan tu juga, program n telah menghaslkan sektar 125 hektar tambak baru. Program revtalsas udang vaname akan dperluas wlayahnya, tdak hanya terbatas d Jawa Barat, tetap juga ke Jawa tengah, Jawa Tmur, Sulawes Selatan, Lampung dan Sumatera Utara. Pemerntah menargetkan dar sektar hektar bsa menghaslkan antara ton per hektarnya, khususnya melalu dukungan teknolog dalam menghaslkan udang-udang yang berkualtas. Lebh lanjut Drektur Jenderal Perkanan Buddaya Kementeran Kelautan dan Perkanan (2014) menjelaskan untuk anggaran yang dsedakan pada program revtalsas d 2013 mencapa Rp260 mlar dengan area cakupan mencapa hektar. Sementara tu, pada 2012 anggarannya mencapa Rp225 mlar dan telah menghaslkan sektar hektar v

8 d 5 kabupaten antara lan, Kerawang, Crebon, Indramayu, Subang dan Serang. ( Masyarakat Akuakultur Indonesa MAI (2014), menyatakan bahwa langkah pemerntah untuk melakukan proses revtalsas tambak d beberapa daerah d Pantura hngga Jawa Tmur harus berstrateg, jangan karena mengejar target penggenjotan jumlah produks semata. Pemerntah seharusnya memperhatkan berbaga kemungknan yang akan terjad apabla revtalsas dlakukan. Jangan hanya karena dkebut jumlah produks semata hngga mengabakan lngkungan. Aspek daya dukung lngkungan d sektar Panta Utara Jawa sudah seharusnya menjad perhatan pemerntah, jka tdak ngn gagal d tengah jalan. Belum lag tngkat kepadatan udang yang juga harus dperhatkan. Maksmum kepadatan 60ekor per m 2. Sehngga produktvtas bsa mencapa 7-10 ton per panen. Sementara mplementas program revtalsas yang dlakukan saat n, tampaknya dlakukan jor-joran hngga ada tambak dengan kepadatan tanam sektar 200 ekor per m 2. Belum lag masalah jadwal yang harus dpercepat secara tdak wajar oleh pemerntah. Sepert pada pelaksanaan program revtalsas yang tahun sebelumnya ( ). Proses pencanangan revtalsas tambak baru dgulrkan semenjak Oktober 2012, sedangkan target harus bsa dpenuh d awal 2013 mendatang. Dar ss jadwal, hal n tdak mungkn karena harus dlakukan selama 1,5 bulan. Padahal sepert udang vaname dpanen palng cepat 4 bulan untuk bsa mencapa ukuran konsums ( Beberapa permasalahan tersebut, tampaknya sangat terkat erat dengan konds yang berkembang pada saat tu, dapat saja menyangkut hal-hal yang bersfat kebjakan tertentu atau kepentngan yang polts, atau pun hal lannya. Untuk tu, peneltan n drencanakan akan dlakukan dengan tujuan mengkaj revtalas ndustr buddaya udang d Indonesa. Dharapkan dar hasl peneltan n, akan dapat dgunakan untuk merumuskan rekomendas kebjakan percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. 10. Perkraan Keluaran Perkraan keluaran yang dharapkan dapat tercapa dar kegatan peneltan n adalah: (1) Tersedanya data dan nformas mengena dnamka produktvtas buddaya udang d Indonesa, melput aspek produks, pengolahan dan pemasaran/perdagangan udang, serta memperhatkan pelbatan usaha buddaya tambak udang skala kecl (tambak berteknolog tradsonal), menengah (tambak berteknolog sem ntensf) dan besar (tambak berteknolog ntensf); (2) Tersedanya data dan nformas mengena knerja revtalsas usaha buddaya udang (produktvtas) dan faktor-faktor yang mempengaruhnya serta faktor penentu keputusan pembuddaya merevtalsas kegatan usaha buddaya udang; (3) Tersedanya 1 (satu) buah Karya Tuls Ilmah (KTI), 1 (satu) paket Data dan Informas, serta 1 (satu) buah Rekomendas Kebjakan terkat dengan kebjakan percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. 11. Metodolog Peneltan 11.1 Kerangka Pemkan Sub sektor perkanan buddaya saat n telah menjad barometer utama alam menopang terwujudnya ketahanan pangan nasonal, khususnya dar proten kan. Isu ketahanan pangan saat n telah menjad su strategs bukan hanya pada tataran nasonal tap telah menjad su global serng dar semakn pesatnya pertumbuhan penduduk duna yang akan memcu ketergantungan terhadap kebutuhan pangdan dan gz yang aman dkonsums. Khusus untuk komodtas udang Indonesa, perannya tdak hanya terbatas pada dukungannnya terhadap ketahanan pangan, namun juga perannya sebaga komodtas penghasl devsa sangat pentng bag Indonesa, khususnya berkatan dengan beberapa nla strategs yang dmlknya, sepert: potens perkanan buddaya tambak udang yang sangat v

9 besar, penguasaan teknolog yang tngg, kontrbusnya terhadap perekonoman nasonal (pertumbuhan ekonom nasonal, kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja), peran buddaya tambak udang pada tataran pemasaran/perdagangan d tngkat regonal ASEAN dan global. Dalam dnamkanya, peran ndustr buddaya udang d Indonesa, pernah mengalam masa-masa kejayaannya, khususnya yang pada udang wndunya yang memlk pangsa pasar terbesar d duna sehngga menjadnya Indonesa sebaga pemmpn pasar (market leader), namun kemudan serng dengan menngkatkan tekanan akbat mewabahnya penyakt udang khususnya whte spot telah menjadkan ndustr udang Indonesa memasuk era kejatuhannya. Menykap kejatuhan peran udang wndu dar hasl buddaya tambak udang n, pemerntah mula menggalakkan program revtalsas ndustr buddaya udang bak mencakup aspek tekns maupun non tekns, sepert terkat dengan masalah perbenhan, lahan tambak, nfrastruktur, kelembagaan dan pasar. Program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, pada awalnya dgulrkan dengan melalu program besar yang menjad payungnya, yatu Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dcanangkan Presden R.I. pada tanggal11 Jun 2005, pada pada tahap awal telah dmplementaskan pada tahun ; dan kemudan program n dlanjutkan dengan dntegraskan dalam Program Industralsas Kelautan dan Perkanan, yang mula dlaksanakan pada tahun 2012 dan terus berlangsung hngga saat n. Program revtalsas ndustr buddaya udang tersebut mash perlu terus dtngkatkan knerjanya, terutama karena program n mash banyak menghadap berbaga kendala dan hambatan d lapangan, bak yang menyangkut aspek tekns maupun non tekns. Dar aspek tekns, program revtalsas tersebut dduga mash menghadap hambatan, sepert menyangkut: (1) Masalah perbenhan (penyedaan dan teknolog); (2) Lahan pertambakan (produktvtas, dan lahan dle); dan (3) Kualtas dan kuanttas Infrastruktur. Sementara dar aspek non tekns (aspek sosal, ekonom dan kelembagaan serta pasar) dantaranya menyangkut: (1) Kualtas SDM dan kemampuan manajeral yang mash rendah yang dapat mempengaruh produktvtas aspek tekns operasonal, kelembagaan, dan pengelolaan, (2) keterbatasan akses dalam perolehan nput teknolog dan modal usaha yang dapat mempengaruh produktvtas usaha, dan (3) Rendahnya aspek pengelolaan data dan pengawasan. D sampng kendala, revtalsas buddaya udang d Indonesa juga dduga menghadap hambatan, sepert: (1) Banyaknya tekanan konflk kepentngan terutama dar sektor non perkanan, terutama sektor ndustr/manufaktur, dan perumahan; (2) Tnggnya harga nput produks (pakan); (3) Implementas kebjakan-kebjakan dar pemerntah yang kurang tepat sasaran, dan (4) Rendahnya nvestas; dan (5) Regulas permodalan yang tdak berphak. Data dan nformas mengena dnamka ekonom dar kesejarahan per-udang-an d Indonesa dan faktor-faktor yang menjad kendala dan hambatan dalam menentukan keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, dapat sangat berguna dalam melakukan perumusan rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks percepatan revtals ndustr buddaya udang d Indonesa. Melalu rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks tersebut, dharapkan mplementas program revtalsas buddaya udang ke depan akan berjalan lebh efektf dan sesua dengan sasaran yang dharapkan. Proses peneltan revtalsas ndustr buddaya udang berkatan dan perolehan data dan nformas mengena dnamka ekonom dar kesejarahan per-udang-an d Indonesa dan faktor-faktor yang menjad kendala dan hambatan dalam menentukan keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, serta perumusan rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks percepatan revtals ndustr buddaya udang d Indonesa, secara skemats tertera pada kerangka pemkran peneltan revtalsas ndustr buddaya udang, sepert tertera pada Gambar Model Pendekatan v

10 Model pendekatan peneltan revtalsas ndustr buddaya udang n merupakan peneltan deskrptf dan menggunakan pendekatan analss kualtatf dan kuanttatf serta dengan pemlhan lokas secara purposve (sengaja) yakn d beberapa wlayah yang menjad prortas program revtalsas ndustr buddaya udang, yatu: Jawa Barat, Jawa Tmur, Jawa Tengah, Sulawes Selatan dan Lampung. Dnamka Per-Udang-an Indonesa Program Revtalsas Industr Buddaya Udang Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang Tujuan: Mendukung Ketahanan Pangan Nasonal dan Global Menngkatkan Kontrbus terhadap Perekonoman Menngkatkan Kesejahteraan Petambak Udang Menngkatkan Daya Sang Udang Menjaga Pelestaran Sumberdaya Hambatan: - Tekanan konflk kepentngan sektor non perkanan - Tnggnya harga nput produks (pakan) - Kebjakan yang tdak tepat sasaran dan tdak kondusf - Rendahnya nvestas - Regulas permodalan yang tdak berphak Implementas Program Revtalsas Industr Buddaya Udang Kendala - Perbenhan (penyedaan dan teknolog) - Lahan pertambakan (produktvtas dan lahan dle) - Rendahnya kualtas dan kuanttas nfrastruktur pertambakan - Rendahnya kualtas SDM dan kemampuan manajeral - Rendahnya akses perolahan teknolog dan permodalan - Rendahnya pengawasan Mengambl Pelajaran Pentng(Lesson Learned) Faktor-faktor Penentu Revtalsas Industr Buddaya Udang Indonesa Formulas Rekomendas Kebjakan dan Strateg serta Rencana Aks Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang Gambar 1. Kerangka Pemkran Peneltan Revtalsas Industr Buddaya Udang 11.3 Metoda Analsa Data Pendekatan yang dgunakan: (1) Pendekatan Sejarah melalu Interupted Tme Seres Analyss (ITSA); (2) Pendekatan Ekonometrka Model Plhan Kualtatf; dan (3) v

11 Pendekatan Analss Prospektf. Masng-masng pendekatan analss tersebut drngkas drngkas sebagamana terlhat pada Tabel 1 dan djelaskan pada uraan berkut. x

12 Tabel 1. Tahap-Tahap Analss Data yang Dlakukan Sesua dengan Tujuan Peneltan No Tujuan Topk data Jens data Sumber data 1 Mengetahu dnamka ekonom poltk perudang-an d Indonesa pada era kejayaan, keterpurukan, dan kebangktan. 2 Menganalss faktor-faktor yang menentukan keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, khususnya terkat dengan aspek tekns (perbenhan, pertambakan dan nfrastruktur) dan non tekns (sosal-ekonom dan kelembagaan). 3 Merumuskan rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks dalam rangka mempercepat revtals ndustr buddaya udang d Indonesa Perkembangan produks, pengolahan dan pemasaran/perdagangan serta halhalnya yang berkatan dengan aspek tekns dan permasalahannya. Produks tambak udang, level teknolog, kualtas benh/nduk, harga udang, nfrastruktur, permodalan, keamanan, produktvtas lahan, tenaga kerja, dan peubah lannya terkat dengan revtalsas buddaya udang Data dan nformas dar hasl tujuan 1 dan 2. Prmer dan Sekunder Prmer dan Sekunder Prmer dan Sekunder - Pembuddaya - Pengolah - Pemasar - Dnas KP - Dtjen/Dnas terkat - Pembuddaya - Pengolah - Pemasar - Dnas KP - Dtjen/Dnas terkat - Pembuddaya - Pengolah - Pemasar - Dnas KP - Dtjen/Dnas terkat Metode pengamblan data Pengamatan Survey Pengamatan Survey Sntesa dar hasl tujuan 1 dan 2, serta Pendekatan Branstormng, FGD Metode analss Pendekatan Sejarah dengan menggunakan model ITSA (Interpreted Tme Seres Analyss) melalu stud pusataka dan desk study Pendekatan Model Regres Plhan Respons Kualtatf yang melput Model Peluang Lner, Model Probt, Model Logt, dan Model Tobt. Analss Prospektf berdasarkan hasl hasl sntesa temuan dar tujuan 1 dan 2, kemudan dlakukan branstormng dan dskus kelompok terfokus. x

13 11.4 Waktu dan Lokas Peneltan Kegatan n akan dlakukan selama satu tahun sejak Januar 2015 sampa dengan Desember Lokas kegatan mencakup wlayah-wlayah prortas program revtalsas ndustr buddaya udang, yatu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tmur, Sulawes Selatan dan Lampung Data yang Dkumpulkan Data yang dkumpulkan adalah data sekunder dan data prmer. Data sekunder terkat dengan aspek produk, pengolahan dan pemasaran/perdagangan udang bak yang dperoleh dar Dnas Kelautan dan Perkanan d Wlayah Peneltan maupun dar Statstk perkanan buddaya udang (Dtjen Perkanan Buddaya, KKP). Data prmer yang dkumpulkan danataranya berupa data yang berkatan dengan perseps pembuddaya mengena perkembangan produks, pengolahan, pemsaran/perdagangan, dan kelembagaan (permodalan dan produks). Data sekunder yang dkumpulkan data menyangkut perkembangan aspek produks tambak udang termasuk teknolog dan produktvtas, pengolahan dan pemasaran/perdagangan ekspor dan mpor serta domestk, aspek kelembagaan, nfrastruktur, dan berbaga kebjakan yang terkat dengan program revtalsas ndustr buddaya udang bak secara langsung maupun tdak langsung 11.6 Teknk Pengumpulan Data dan Penentuan Responden Pada peneltan n metode pengamblan sampel menggunakan metode purposve samplng, yatu teknk pengamblan sampel dar sumber data dengan pertmbangan tertentu (Sugyono, 2011). Teknk n dgunakan untuk menggal data kepada narasumber atau responden dengan pertmbangan yatu orang yang paham atau mengetahu nformas terkat program revtalsas ndustr budadaya udang d Indonesa bak provns maupun kabupaten/kota, Bappeda, Pelabuhan Perkanan, pelaku usaha dan tokoh nelayan. Metode pengumpulan data dengan pengamatan, wawancara dengan menggunakan kuesoner, dan dokumentas. 12 Rencana Anggaran Belanja (RAB): MA Rncan Komposs Pembayaan Jumlah (Rp) Jumlah (%) Belanja Bahan % Honor Output Kegatan % Belanja Barang untuk Persedaan Barang Konsums % Belanja Sewa % Belanja Jasa Profes % Belanja Perjalanan Basa % JUMLAH % x

14 MA 13 RENCANA PENYERAPAN ANGGARAN DAN REALISASI FISIK (PER BULAN DAN PER BELANJA) Rencana Penyerapan Anggaran Kegatan TAHAPAN BULAN KE-( Rp.000) Total Penyerapan Anggaran/Bulan/Rp(000) ,203 15,425 15,413 22,118 12,458 24,793 15,214 23,859 23,659 8,883 A. Persapan, Stud Pustaka, Prasurvey dan Koordnas Pemantapan Pelaksanaan Kegatan Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums Belanja Sewa Belanja Jasa Profes 0 0 3, Belanja perjalanan basa 0 0 6, B. Pengumpulan Data Prmer,Sekunder, dan FGD d Lapangan Belanja Bahan , , , Honor Output Kegatan Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums Belanja Sewa ,500 3, , , Belanja Jasa Profes , , Belanja perjalanan basa C. Pengolahan Data, Analss Data, Penyusunan Laporan dan Dokumen Capaan Output Belanja Bahan ,320 2, Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums ,500 1, Belanja Jasa Profes ,500 4, Belanja perjalanan basa D. Semnar dan Sosalsas Hasl Dengan Stakeholder Belanja Bahan , Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums Belanja Jasa Profes , ,000 x

15 Rencana Realsas Fsk MA TAHAPAN BULAN KE-( %) REALISASI FISIK/BLN/% 0% 4% 12% 22% 35% 49% 58% 72% 74% 82% 92% 100% A. Persapan, Stud Pustaka, Prasurvey dan Koordnas Pemantapan Pelaksanaan Kegatan Belanja Bahan 0% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums 0% 2% 2% 2% 5% 5% 8% 5% 3% 4% 3% 3% Belanja Sewa 0% 0% 2% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Belanja Jasa Profes 0% 0% 3% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Belanja perjalanan basa 0% 0% 3% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% B. Pengumpulan Data Prmer,Sekunder, dan FGD d Lapangan Belanja Bahan 0% 0% 0% 2% 2% 7% 9% 12% 7% 0% 0% 0% Honor Output Kegatan 0% 0% 0% 1% 6% 8% 0% 5% 0% 0% 0% 0% Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums 0% 0% 0% 5% 5% 2% 15% 7% 0% 0% 0% 0% Belanja Sewa 0% 0% 0% 0% 5% 7% 0% 4% 0% 6% 0% 0% Belanja Jasa Profes 0% 0% 0% 0% 5% 5% 0% 5% 0% 0% 0% 0% Belanja perjalanan basa 0% 0% 0% 10% 5% 10% 17% 14% 11% 11% 11% 0% C. Pengolahan Data, Analss Data, Penyusunan Laporan dan Dokumen Capaan Output Belanja Bahan 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 5% 3% 0% Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 4% 4% Belanja Jasa Profes 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 3% 3% 0% Belanja perjalanan basa 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% D. Semnar dan Sosalsas Hasl Dengan Stakeholder Belanja Bahan 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 4% Belanja Barang Untuk Persedaan Barang Konsums 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Belanja Jasa Profes 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 2% 0% 3% x

16 14 DAFTAR PUSTAKA Bourgeos, R and F. Jesus Partcpatory Proepectve Analyss, Explorng and Antcpatng Chalanges wth Stakeholders. Center for Allevaton of Poverty through Secondary Crops Development n Asa and The Pacfc and French Agrcultural Research center for Internatonal development. Monograph (46): Durance, P., and M. Godet Scenaeron Buldng: Uses and Abuses. Technol.Forecast.Sos. Change, 77: Eryatno Ilmu Sstem: Menngkatkan Mutu dan Efektvtas Manajemen. Jld 1. Eds Ketuga, IPB Press. Geoffrey, M., D.DeMatteo, D.Festnger Essentals of Research Desgn and Methodology. New Jersey: John Wlley and Sons. Husan, U dan Akbar P.S Metode Peneltan Sosal. Bum Aksara. Jakarta Gottschalk, L. 1975/ Pengantar Metode Sejarah. Unverstas Indonesa. Jakarta. Gujarat, D.N Baasc Econometrca. Fourth Edton. New York: The McGraw-Hll Company. Juanda, B Ekonometrka: Permodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Kholstanngsh dan Hardansyah Jens-jens Peneltan Secara Umum dan Pendekatannya. Yogyakarta: JurusanTeknk Elektro UGM. Dunduh dar webstehttp://te.ugm.ac.d/ ~rsanur/v01/wp-content/uploads/2011/05/fnal-hard-dankhols.pdf pada tanggal 2 Maret Mangkusubroto, K. dan Trsnad C.L Analss Keputusan Pendekatan Sstem dan Manajemen Usaha dan Proyek. Ganesa Exacta. Bandung. 271 hlm. Marzuk, Metodolg Rset, Fakultas Ekonom UII. Yogyakarta. Nazr, M Metode Ilmah. Ghala Indonesa. Jakarta. Kuntowjoyo Metodolog Sejarah. Yogyakarta. Tara Wacana. Ramsay, C.R., L. Matowe, R. Grll, J.M. Grmshaw, and R.E. Thomas Interrupted Tme Seres Desgns n Health Technology Assesment: Lessons From Two Systematc Revews of BeahvourChange Strateges. Internatonal Journal of Health Technology Assesment n Health Care; 19: Syamsudn, H Metodolog Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Sugyono, 2011.Metode Peneltan Kuanttatf Kualtatf dan R & D. Alfabeta.Bandung. Wagner, A.K., S.B. Soumera, F. Zhang and D. Ross-Degnan Segmented Regresson Analyss Of Interrupted Tme Seres Studes In Medcaton Use Research. Journal of Clncal Pharmacy and Therapeutcs (2002) 27, Wdarjono, A. Ekonometrka: Teor dan Aplkas untuk Ekonom dan Bsns. Edss Kedua. Penerbt Ekonsa. Fakultas Ekonom UII, Yogyakarta. xv

17 xv

18 RINGKASAN Buddaya udang Indonesa mengalam kejayaan pada era tahun 1990-an, namun mengalam kemunduran pada awal era 2000-an. Faktor penyebabnya antara lan masalah penurunan daya dukung lngkungan, serangan penyakt, dan menurunnya mutu nduk/benh udang. Untuk membangktkan kembal produks udang, dlakukan program Revtalsas Industr Buddaya Udang, terutama pada kegatan buddaya udang d tambak-tambak yang dle. Program revtalsas n dlaksanakan pada perode dan dmula kembal sejak Me 2012 dan telah menghaslkan sektar 390 ton udang. Selan tu juga, program n telah menghaslkan sektar 125 hektar tambak baru. Program revtalsas udang vaname akan dperluas wlayahnya, tdak hanya terbatas d Jawa Barat, tetap juga ke Jawa tengah, Jawa Tmur, Sulawes Selatan, Lampung dan Sumatera Utara. Pemerntah menargetkan dar sektar hektar bsa menghaslkan antara ton per hektarnya, khususnya melalu dukungan teknolog dalam menghaslkan udang-udang yang berkualtas. Anggaran pada program revtalsas d 2013 mencapa Rp260 mlar dengan area cakupan mencapa hektar. Sementara tu, pada 2012 anggarannya mencapa Rp225 mlar dan telah menghaslkan sektar hektar d 5 kabupaten antara lan, Kerawang, Crebon, Indramayu, Subang dan Serang. Untuk tu, dlakukan peneltan yang bertujuan untuk: (1) Mengetahu dnamka per- udang-an Indonesa pada era kejayaan, keterpurukan dan kebangktan; 2) Menganalss faktor penentu keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa; 3) Merumuskan kebjakan, strateg dan rencana aks percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. Peneltan n dlakukan pada Januar Desember 2015 dengan memlh lokas peneltan d wlayah prortas program revtalsas ndustr buddaya udang, yatu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tmur, Sulawes Selatan dan Lampung. Pendekatan yang dgunakan pendekatan kualtatf dan kuanttatf. Pengumpulan data dlakukan melalu stud lteratur, wawancara, dan FGD. Metode analss data menggunakan: (1) Pendekatan Sejarah dan Interupted Tme Seres Analyss (ITSA); (2) Pendekatan Ekonometrka Model Plhan Kualtatf; dan (3) Pendekatan Analss Prospektf. Hasl peneltan menunjukkan bahwa dalam kesejarahannya, dtemukan lma era dnamka produktvtas (ndeks Total Factor Productvty TFP) usaha buddaya udang d Indonesa, yatu: (a) Era Pra dan Awal Buddaya Udang ( ); (b) Era Perntsan Teknolog Intensf ( ); (c) Era Kejayaan ( ); (d) Era Penurunan Knerja ( ); dan (e) Era Revtalsas/Kebangktan Buddaya Udang (2000 sekarang).dnamka knerja ndeks produktvtas (Total Factor Productvty TFP) usaha buddaya udang d Indonesa selam perode 1989 hngga 2013 mengalam konds pasangsurut tetap mash berada d bawah (belum melampau) knerj TFP tahun 1998, serta dwarna oleh konds yang menghambat knerja ndeks TFP tersebut sepert serangan penyakt, dan konds yang mendukung sepert ntervens berbaga kebjakan yang terkat. Kemudan, dtemukan pula bahwa Kebjakan penguatan sarana rgas tambak yang dmplementas melalu program rehabltas dan pembangunan saluran pengaran/rgas tambak udang sejak tahun 1999 hngga sekarang ternyata memberkan pengaruh yang nyata dalam memperbak knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Sementara, kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa tahap satu yang dmplementas pada tahun maupun tahap dua yang dmplementas sejak tahun 2012 hngga sekarang ternyata tdak berpengaruh nyata dalam memperbak knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. D sampng tu, hasl peneltan menunjukkan pula bahwa d tngkat lapang (lokas peneltan), knerja TFP (produktvtas) usaha buddaya udang d tngkat lapang bervaras antar lokas pengamatan, yatu berksar antara 0,81 2,67; dengan TFP rata-rata sebesar 1,79 yang tergolong cukup bak karena ndeks output 1,79 kal lebh besar dar ndeks nputnya. Kemudan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap TFP (produktvtas) usaha buddaya udang d tngkat lapang adalah: (1) Indeks kualtas benh udang, (2) Indeks kualtas pakan udang, (3) Dummy Kerjasama, (4) Tngkat pengalaman usaha buddaya, (5) Konds nfrastruktur rgas, (6) Dummy serangan penyakt, dan (7) Tngkat penddkan xv

19 formal. Sementara keputusan pembuddaya terkat dengan revtalsas usaha buddaya dtentukan oleh: (1) Konds nfrastruktur rgas, (2) Dummy penguasaan teknolog/pendampngan, (3) Kualtas bantuan sarana produks, (4) Ketersedaan benh udang berkualtas dan terjangkau, (5) Ketersedaan pakan udang berkualtas dan terjangkau, (6) Tngkat penddkan formal, dan (7) Tngkat pengalaman usaha buddaya udang. Selan tu, dtemukan sebanyak delapan peubah yang dnla menjad faktor yang palng berpengaruh pentng dalam menyusun rumusan kebjakan percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, dalam kategor sebaga faktor penggerak/nput adalah (1) Peran mtra, (2) Sosalsas dan montorng, (3) Kerjasama swasta, dan (4) Ketewrlbatan pemda; dan dalam kategor sebaga faktor penghubung/proses adalah: (1) Pengauatan rgas, (2) Kawasan buddaya, (3) Kerjasama swasta, dan (4) Perbanyakan wlayah. Berdasarkan kedelapan peubah tersebut drekomendaskan tga altenatf kebjakan, sebagamana dsampakan uraan d bawah n. Berdasarkan hasl peneltan tersebut, untuk mempercepat capaan knerja program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, perlu dlakukan beberapa alternatve kebjakan, yatu: (1) Menngkatkan jumlah wlayah penerma program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa, yang dkut dengan mengntensfkan sosalsas dan montorng terkat dengan penguasaan teknolog anjuran dan pemanfaatan bantuan program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa; (2) Menngkatkan dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata yang dselaraskan dengan program daerah dan dsesuakan dengan konds spesfk wlayah untuk menjaga keberlanjutannya; dan (3) Menngkatkan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda sarana, phak mtra dan sektor perbankan untuk lebh berpartspas dalam mendorong percepatan ndustr buddaya udang d Indonesa. xv

20 xv

21 DAFTAR ISI Halaman: LEMBAR PENGESAHAN... COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN (ROKP). RINGKASAN. xv DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... v I. PENDAHULUAN Latar Balakang dan Masalah Tujuan Perkraan Keluaran 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Buddaya Peraran (Akuakultur ) Kebjakan Pemerntah Terkat Penngkatan Produktvtas Tambak Udang Konsep Total Factor Productvty Hasl Peneltan Terdahulu.. 20 III. METODOLOGI Kerangka Pemkran Peneltan Metode Pendekatan Metode Analss Data Metode Analss Sejarah dan ITSA Metode Analss Total Factor Productvty (TFP) Metode Analss Model Regres Plhan Kualtatf Model Regres Peluang Lner Model Regres Probt Model Regres Probt Metode Analss Prospektf Waktu dan Lokas Peneltan Jens dan Sumber Data Teknk Pengumpulan Data dan Penentuan Responden xx

22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Program Revtalsas Usaha Buddaya Udang d Indonesa Sejarah Buddaya Udang d Indonesa: Analss Pendekatan Sejarah Program Revtalsas Usaha Buddaya Udang d Indonesa Dnamka Produktvtas Buddaya Tambak Udang d Indonesa dan Peran Beberapa Kebjakan yang Mempengaruhnya Perkembangan Produks Udang Indonesa, Telaah Dnamka Produktvtas Buddaya Tambak Udang Indonesa, Perkembangan Output, Perkembangan Input, Perkembangan Produktvtas (Indeks TFP), Peran Beberapa Kebjakan yang Mempengaruh Produktvtas Buddaya Udang Tambak d Indonesa selama Perode : Aplkas Model ITSA Knerja Revtalsas (Produktvtas) Usaha Buddaya Udang, Faktor-faktor yang Mempengaruh, dan Penentu Keputusan Pembuddaya Gambaran Umum Pelaksanaan Program Revtalsas Tambak Udang d Lokas Peneltan Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Lampung Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Jawa Barat Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Jawa Tengah Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Jawa Tmur Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Sulawes Selatan Knerja Program Revtalsas (Produktvtas) Usaha Buddaya Udang d Lokas Peneltan Faktor-faktor yang Mempengaruh Knerja Revtalsas (Produktvtas) Usaha Buddaya udang d Lokas Peneltan Faktor Penentu Keputusan Pembuddaya Merevtalsas Usaha Buddaya udang d Lokas Peneltan Analss Prospektf Kebjakan Percepatan Revtalsas Industr Buddaya udang d Indonesa Penentuan Faktor Kunc Analss Pengaruh Antar-Faktor Kunc Penentuan Konds (State) Faktor Kunc d Masa Depan Pembangunan Skenaro untuk Rekomendas Kebjakan Rumusan Kebjakan Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang xx

23 V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesmpulan Implkas Kebjakan DAFTAR PUSTAKA 137 LAMPIRAN xx

24 xx

25 DAFTAR TABEL Judul Tabel: Halaman: Tabel 1. Pengelompokkan Komodtas Akuakultur Berdasarkan Karakter Morfolog dan Jens Habtat... 8 Tabel 2. Jens-jens Akuakultur Berdasar Tngkat Teknolog dan Produks... 9 Tabel 3. Batasan Sstem Buddaya Udang d Tambak Tabel 4. Total Factor Productvty (TFP) dalam Buddaya Polkultur Ikan Jens Carp Tahun Tabel 5. Indeks TFP Interspasal Buddaya Ekstensf Udang pada Tga Kecamatan, d Sulawes Menggunakan Tornqvsh Thel Index, Tabel 6. Indeks TFP Interspasal Indeks pada Buddaya Ekstensf Udang Berdasarkan Sstem Buddaya dar Tga Kecamatan, d Sulawes Menggunakan Tornqvsh Thel Index, Tabel 7. Tahapan Analss Data yang Dlakukan Sesua dengan Tujuan Peneltan Tabel 8. Sebaran Peluang bag Peubah Galat (ε ) Tabel 9. Hubungan Nla Indeks Z dan Sebaran Peluang Normal Kumulatf 63 Tabel 10. Nla-nla Model Regres Logstk dengan Peubah Bebas Dkotom 71 Tabel 11.Road Map Revtalsas Tambak Udang Tahun Tabel 12. Peran Phak-Phak yang Terlbat dalam Model Pola Kemtraan pada Revtalsas Tambak. 93 Tabel 13. Produks Udang dar Hasl BuddayaTambak Indonesa Menurut Varetas, Tahun (ton) Tabel 14. Produks Udang Hasl Penangkapan Menurut Varetas, Tahun (ton) Tabel 15. Rata-rata Pertumbuhan Output dan Penggunaan Input Buddaya Tambak Udang Indonesa, Tahun Tabel 16. Hasl Pendugaan Beberapa Faktor yang Mempengaruh Knerja Total Factor Productvty Usaha Buddaya Udang d Indonesa Tabel 17. Pelaksanaan Demfarm d Provns Lampung Tahun Tabel 18. Luas dan Produks Demfarm Tambak Udang d Jawa Barat Tahun Tabel 19. Luas dan Produks Demfarm Tambak Udang d Jawa Barat Tahun Tabel 20. Luas dan Produks Tambak Udang d Kab. Brebes Tahun Tabel 21. Jumlah RTP/Perusahaan Perkanan, Luas Pemelharaan, Volume dan Nla Produks d Provns Sulawes Selatan, Tahun Tabel 22. Luas Tambak Udang Demfarm dar POKDAKAN Penerma Program Revtalsas Udang Tambak pada Tahun 2014 d Kabupaten Takalar xx

26 Tabel 23. Luas areal buddaya Tambak d Kabupaten Takalar, Sulawes Selatan Tahun Tabel 24. Produktvtas Budadaya Udang Wndu dan Udang Vaname d Kabupaten Takalar, Provns Sulawes Selatan pada Tahun Tabel 25. Ksaran Angka Indeks TFP Usaha Buddaya Udang d Lokas Peneltan (Tngkat Lapang) Tabel 26. Hasl Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruh TFP Usaha Buddaya Udang d Tngkat Lapang (2015) Tabel 27. Hasl Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruh Keputusan Pembuddaya Mengkut Program Revtalsas Industr Buddaya Udang d Tngkat Lapang (2015). 121 Tabel 28. Peubah-peubah yang Terndendfkas sebaga Faktor Penentu Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa Tabel 29. Plhan Partspan Secara Konsensus mengena Peubah-peubah yang Palng berpengaruh (Pentng dan Urgen) terhadap Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa Tabel 30. Skor Pengaruh Antar-peubah yang dnla oleh Partspan sebaga Penentu Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa Tabel 31. Hasl Perhtungan Indeks Total Pengaruh Global dan Indeks Total Ketergantungan Global Peubah-peubah dalam Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa Tabel 32. Konds Spektrum Peubah yang Dtetapkan oleh Partspan secara Konsensus Tabel 33. Konds Peubah yang Dtetapkan oleh Partspan secara Konsensus Tabel 34. Alternatf Plhan Skenaro untuk berbaga Kombnas Konds yang Mungkn terkat dengan Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa xx

27 xx

28 Judul Gambar: DAFTAR GAMBAR Halaman: Gambar 1. Perbandngan antara beberapa sstem buddaya kan Gambar 2. Fungs Produks yang Menggambarkan TFP Gambar 3. Berbaga Alternatf Metode untuk Pengukuran Produktvtas Gambar 4. Kerangka Pemkran Peneltan Revtalsas Industr Buddaya Udang Gambar 5. Hubungan antara Intervens dengan Outcome berdasarkan Perubahan Waktu dalam Analss Interrupted Tme Seres (ITS) Gambar 6. Pengukuran Varablty pada dua nterrupted tme seres hpotetk. Gambar Pertama Menunjukkan seres varablty yang tngg, dan Gambar Kedua menujukkan seres yang relatf stabl Gambar 7. Implementas Efek Mchgan s dar Pemberlakuan Penggunaan Kurs Pengaman pada Mobl terhadap Cedera Kendaraan Bermotor untuk Usa 0 sampa 3 Tahun.. 35 Gambar 8. Propors Outlet Tembakau d Masng-masng Empat Komuntas yang Berseda untuk Menjual Kepada Mereka yang Berusa d Bawah 18 Tahun Setelah Implkas Program Reward dan Ssanya 37 Gambar 9. Ilustras Sampel Berukuran B Kemungknan Berasal dar Populas A darpada Populas B Gambar 10. Sebaran Data dan Gars Regres Model LPM Gambar 11. Fungs probabltas Dstrbus Kumulatf CDF) Gambar 12. Perbedaan Model Probt dengan Model Peluang Lner (LPM) Gambar 13. Model Dstrbus Normal dan Model Dstrbus Logstk 66 Gambar 14. Tngkat Kepentngan Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Knerja Sstem yang Dkaj... Gambar 15. Model Pola Kemtraan pada Revtalsas Tambak Melalu Kegatan Demfarm.. Gambar 16. Perkembangan Produks Udang Indonesa Hasl Buddaya d Tambak dan Hasl Penangkapan,Tahun Gambar 17. Indeks TFP Buddaya Udang Tambak Indonesa menurut Harga Konstan Tahun 1989 =100, Selama Era Ssa Kejayaan ( ), Era Penurunan Knerja ( ), dan Era Kebangktan/Revtalsas ( ) Gambar 18. Hasl Analss Pengaruh Langsung antar-peubah dalam Analss Prospektf Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa xx

29 xxv

30 DAFTAR LAMPIRAN Judul Lampran: Halaman: Lampran 1. Naskah Karya Tuls Ilmah (KTI): Dnamka Total Factor Productvty Usaha Buddaya Udang Indonesa Perode dan Pengaruh Beberapa Kebjakan Udang Lampran 2. Naskah Rekomendas Kebjakan (RK): Mempercepat Revtalsas Usaha Buddaya Udang d Indonesa melalu Penngkatan Produktvtas xxv

31 xxv

32 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Udang merupakan salah satu komodtas pentng d Indonesa. Udang menyumbang sektar 1.8% devsa non-mgas dan menyedakan lapangan kerja bag 1.7 juta orang (Internatonal Fnance Corporaton/IFC, 2007b). Namun demkan, pengembangan udang terkendala rendahnya produktvtas. Stud IFC (2006, 2007a); USAID (2006); dan World Bank (2006) berturut-turut untuk Indonesa, Ngera, Bangladesh, dan Pakstan, menunjukkan pentngnya penngkatan produktvtas, agar udang dar negara-negara tersebut mampu bersang d pasar nternasonal. Senada dengan hal tersebut, Helble dan Okubo (2006) menyatakan bahwa keberhaslan ekspor berkelanjutan hanya dapat dcapa jka produktvtas tngg. Guna mendukung penngkatan produktvtas buddaya udang d Indonesa, pemerntah telah mengmplementas berbaga kebjkan dan program. Salah satunya, adalah kebjakan dan program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa merupakan bagan dar program besar Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dcanangkan Presden R.I. pada tanggal 11 Jun Program besar n dmplemetaskan menggunakan strateg umum untuk: (1) Menngkatkan kesejahteraan petan, nelayan (pembuddaya tambak), dan petan hutan; (2) Menngkatkan daya sang produk pertanan, perkanan dan kehutanan; dan (3) Menjaga kelestaran sumberdaya pertanan, perkananan dan kehutanan (Pusdatn - KKP., 2005). Pada awal drencanakannya program revtalsas perkanan d Indonesa (tahun 2005), djalankan dengan ms utama berupa percepatan mplementas pembangunan perkanan untuk mengatas pemulhan ekonom menuju Indonesa yang lebh sejahtera melalu pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perkanan secara optmal, berkelanjutan dan berkeadlan. Tujuan revtalsas perkanan (termasuk ndustr buddaya udang) adalah menngkatkan kesejahteraan nnelayan, pembuddaya kan (udang) dan masyarakat pessr lannya serta pelaku ekonom perkanan/kelautan, menyedakan lapangan kerja, kesempatan berusaha, serta menngkatkan konsums dan menyedakan bahan baku ndustr d dalam neger dan penermaan devsa, serta menngkatkanan penermaan negara/daerah melalu hasl perkanan. termasuk dar hasl buddaya udang. Program revtaslsas perkanan dkembangkan mencakup revtalsas sumber-sumber pertumbuhan ekonom yang ada berupa berbaga kegatan usaha d bdang penangkapan kan, buddaya perkanan, dan mengoptmalsaskan operasoanl unt usaha pengolahan kan dalam neger, termasuk juga mencptakann sumber-sumber pertumbuhan ekonom baru berupa pemanfaatan peluang usaha perkanan yang mash memlk prospek yang bak. 1

33 Dalam kurun waktu 2005 hngga 2009, pemerntah telah menjalankan program jangka menengah revtalsas perkanan berupa: (1) Pengembangan ndustr perkanan terpadu; (2) Pengembangan Prasarana Pelabuhan; (3) Pengembangan prasarana buddaya perkanan; dan (4) Penngkatan partspas Indonesa dalam perkanan regonal. Salah satu langkah operasonal yang dlakukan dalam rangkaa mendukung revtalsas perkanan adalah Pengembangan Komodtas Udang sebaga bentuk dar langkah-langkah dalam operasonalsas revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, yang tahap awalnya telah dmplementaskan para kurun waktu adalah (Pusdatn-KKP, 2005): Melakukan mpor ndusk dan benh udang vaname SPF (Spesfk Pathogen Free); (2) Melakukan domestkas dan pemulaan udang vaname menjad nduk SPF dan SPR, sehngga mengurang ketergantungan dar mpor; (3) Membangun Natonal Backyard Hatchery (NBH) udang; (4) Melakukan revtalsas backyard hatchery udang; (5) Menerapkan sertfkas perbenhan dan pembuddayaan udang; (6) Mengembangkan laboratorum lngkungan dan penyakt; (7) Menyedakan sarana dan prasarana buddaya tambak udang; dan (8) Membantu penguatan permodalan bag pembuddaya udang. Revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa sangat terkat erat dengan poss komodtas udang d Indonesa yang merupakan komodtas unggulan d sektor perkanan yang dhaslkan dar kegatan buddaya. D sampng tu, juga karena kegatan usaha buddaya udang mampu memberkan kontrbus yang cukup besar dalam perolehan devsa, pendapatan pembuddaya, mencptakan lapangan kerja dan peluang berusaha. Revtalsas tersebut juga sangat pentng, terutama karena peran kegatan buddaya udang ke depan yang semakn besar, sementara kegatan penangkapan udang terus semakn berkurang. Kemudan juga karena perusahaan yang terlbat adalah perusahaan skala kecl, menengah, dan besar; dan pasar utama komodtas udang adalah pasar ekpor dengan permntaan yang mash tetap tngg. Dengan demkan, revtalsas ndustr buddaya udang akan mencakup revtalsas pada level produks, pengolahan dan pemasaran/perdagaangan melalu pelbatan usaha skala kecl, menengah dan besar. Hasl evaluas program revtalsas ndustr udang d Indonesa yang dlakukan oleh Dtjen Perkanan Buddaya pada tahun 2010 menyatakan bahwa sebagan sasaran yang telah dtentukan mash belum tercapa sesua dengan yang dharapkan, sepert terkat dengan capaan produks, bak yang dlakukan melalu ntensfksas, ekstensfkas dan dversfkas buddaya tambak udang d Indonesa. Oleh karena tu, program revtalsas ndustr buddaya udang kemudan terus dlanjutkan kembal pada tahun 2012 yang dntegraskan ke dalam program Industralsas Perkanan, khusunya yang dlakukan dengan lebh mengoptmalkan segala sumberdaya yang dmlk Indonesa (Dtjen Perkanan Buddaya KKP, 2012). 2

34 Pertambakan d Indonesa pernah mengalam kejayaan dalam produks udang pada era tahun 1990-an, dengan menerapkan teknolog ekstensf, sem- ntensf dan ntensf. Dengan tmbulnya berbaga masalah, sepert penurunan daya dukung lngkungan, serangan penyakt udang, dan menurunnya mutu nduk/benh udang, mengakbatkan kegagalan pada produks udang. Rendahnya tngkat produktvtas perkanan buddaya udang d Indonesa saat n mash dapat dtngkatkan, sepert dengan melakukan revtalsas melalu perencanaan zonas kawasan pessr, sehngga akan tercpta kesembangan tata ruang kawasan perkanan yang mampu mendukung keberlanjutan perkanan buddaya. Secara deal, kegatan perkanan buddaya haruslah dkembangkan secara berkelanjutan. Dalam artan, kegatan buddaya tersebut haruslah menghaslkan produktvtas yang sebandng dengan upaya, tdak mencptakan konflk sosal, serta selaras dengan daya dukung dan daya tampung lngkungannya. Oleh karena tu, untuk membangktkan kembal produks udang d Indonesa, perlu dlakukan upaya-upaya khusus, antara lan melalu Revtalsas Industr Buddaya Udang, terutama pada kegatan buddaya udang d tambak-tambak yang dle atau yang beroperas tetap tdak secara optmal. Dtjen Perkanan Buddaya (2014), menyatakan bahwa program revtalsas udang dmula sejak Me 2012 dan telah menghaslkan sektar 390 ton udang. Selan tu juga, program n telah menghaslkan sektar 125 hektar tambak baru. Program revtalsas udang vaname akan dperluas wlayahnya, tdak hanya terbatas d Jawa Barat, tetap juga ke Jawa Tengah, Jawa Tmur, Sulawes Selatan, Lampung dan Sumatera Utara. Pemerntah menargetkan dar sektar hektar dan dapat menghaslkan antara ton per hektarnya, khususnya melalu dukungan teknolog dalam menghaslkan udang-udang yang berkualtas. Lebh lanjut Dtjen Perkanan Buddaya Kementeran Kelautan dan Perkanan (2014) menjelaskan untuk anggaran yang dsedakan pada program revtalsas d 2013 mencapa Rp260 mlar dengan area cakupan mencapa hektar. Sementara tu, pada 2012 anggarannya mencapa Rp225 mlar dan telah menghaslkan sektar hektar d Jawa barat yang mencakup lma kabupaten, yatu: Kerawang, Crebon, Indramayu, Subang dan Serang. Masyarakat Akuakultur Indonesa MAI (2012), menyatakan bahwa langkah pemerntah untuk melakukan proses revtalsas tambak d beberapa daerah d Pantura hngga Jawa Tmur harus berstrateg, jangan karena mengejar target penggenjotan jumlah produks semata. Pemerntah seharusnya memperhatkan berbaga kemungknan yang akan terjad apabla revtalsas dlakukan. Jangan hanya karena dkebut jumlah produks semata hngga mengabakan lngkungan. Aspek daya dukung lngkungan d sektar Panta Utara Jawa sudah seharusnya menjad perhatan pemerntah, jka tdak ngn gagal d tengah jalan. 3

35 Belum lag tngkat kepadatan udang yang juga harus dperhatkan. Maksmum kepadatan 60 ekor per m 2. Sehngga produktvtas bsa mencapa 7-10 ton per panen. Sementara mplementas program revtalsas yang dlakukan saat n, tampaknya dlakukan jor-joran hngga ada tambak dengan kepadatan tanam sektar 200 ekor per m 2. Belum lag masalah jadwal yang harus dpercepat secara tdak wajar oleh pemerntah. Sepert pada pelaksanaan program revtalsas yang tahun sebelumnya ( ). Proses pencanangan revtalsas tambak baru dgulrkan semenjak Oktober 2012, sedangkan target harus bsa dpenuh d awal 2013 mendatang. Dar ss jadwal, hal n tdak mungkn karena harus dlakukan selama 1,5 bulan. Padahal sepert udang vaname dpanen palng cepat 4 bulan untuk bsa mencapa ukuran konsums. Beberapa permasalahan tersebut, tampaknya sangat terkat erat dengan konds yang berkembang pada saat tu, dapat saja menyangkut hal-hal yang bersfat kebjakan tertentu atau kepentngan yang bersfat polts, atau pun hal lannya. Untuk tu, perlu dlakukan peneltan/kajan ekonom revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. Hasl peneltan n dharapkan dapat bermanfaat untuk dgunakan sebaga bahan masukan pembuatan kebjakan percepatan revtalsas ndustr budaday udang d Indonesa. 1.2 Tujuan Peneltan (1) Menelaah dnamka produktvtas buddaya tambak udang d Indonesa selama perode ; dan mengkaj peran berbaga kebjakan (termasuk kebjakan revtalsas buddaya tambak udang) terhadap dnamka produktvtas tambak udang d Indonesa selama perode (2) Mengukur knerja revtalsas usaha buddaya udang (produktvtas) dan menganalss faktor-faktor yang mempengaruhnya, serta penentu keputusan pembuddaya merevtalsa kegatan usaha buddaya udang. (3) Merumuskan rekomendas kebjakan percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. 1.3 Perkraan Keluaran Perkraan keluaran yang dharapkan dapat tercapa dar kegatan peneltan n adalah: (1) Tersedanya data dan nformas mengena dnamka produktvtas buddaya tambak udang d Indonesa selama perode ; dan peran berbaga kebjakan terhadap dnamka produktvtas buddaya tambak udang d Indonesa selama perode (2) Tersedanya data dan nformas mengena knerja revtalsas usaha buddaya udang (produktvtas) dan faktor-faktor yang mempengaruhnya, serta faktor penentu keputusan pembuddaya merevtalsa kegatan usaha buddaya udang. 4

36 (3) Tersedanya 1 (satu) buah rekomendas kebjakan, 1 (satu) paket data dan nformas, serta 1 (satu) buah Karya Tuls Ilmah (KTI) terkat dengan revtalsas ndustr udang d Indonesa. 5

37 6

38 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buddaya Peraran (Akuakultur) Buddaya (Akuakultur) adalah kegatan untuk memproduks bota (organsme) akuatk d lngkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (proft). Akuakultur berasal dar bahasa Inggrs aquaculture (aqua = peraran; culture = buddaya) dan dterjemahkan ke dalam bahasa Indonesa menjad buddaya peraran atau buddaya perkanan. Oleh karena tu, akuakultur dapat ddefnskan menjad campur tangan (upaya-upaya) manusa untuk menngkatkan produktvtas peraran melalu kegatan buddaya. Kegatan buddaya yang dmaksud adalah kegatan pemelharaan untuk memperbanyak (reproducton), menumbuhkan (growth), serta menngkatkan mutu bota akuatk sehngga dperoleh keuntungan (Effend 2004). Lebh lanjut menurut Effend (2004) menjelaskan bahwa berdasarkan salntas atau kandungan garam NaCl-nya, peraran d permukaan bum dbedakan menjad peraran tawar, peraran payau, dan peraran laut. Semua peraran tersebut dapat djadkan sumber ar bag kegatan akuakultur. Oleh karena tu, berdasarkan sumber ar yang dgunakan untuk kegatan produks akuakultur maka dkenal buddaya ar tawar (freshwater culture), buddaya ar payau (brackshwater culture) dan buddaya laut (marculture). Menurut Cresp dan Coche (2008), pengertan akuakultur ar tawar adalah buddaya organsme aquatk dmana produk akhr dhaslkan d lngkungan ar tawar, tahap awal sklus hdup speses yang dbuddayakan bsa saja d peraran payau atau laut. Pengertan akuakultur ar payau adalah buddaya organsme aquatk dmana produk akhr dhaslkan d lngkungan ar payau, tahap awal sklus hdup speses yang dbuddayakan bsa saja d peraran tawar atau laut. Sedangkan pengertan akuakultur ar laut adalah buddaya organsme aquatk dmana produk akhr dhaslkan d lngkungan ar laut, tahap awal sklus hdup speses yang dbuddayakan bsa saja d peraran payau atau tawar. Pengelompokan komodtas akuakultur berdasakan karakterstk morfolog adalah dengan melhat bentuk dan cr khas dar tubuh, sepert bersrp, berkarapas, bercangkang, berdur, atau bersel tunggal. Bentuk dan cr khas dar tubuh bota akuakultur tersebut sangat mudah dan jelas untuk dbedakan. Berdasarkan karakterstk morfolog dan bolog, secara umum komodtas akuakultur dkelompokkan menjad lma golongan, yatu kan, udang, moluska, ekonodermata, dan alga atau rumput laut. Rncan mengena pengelompokkan komodtas akuakultur berdasarkan karakter morfolog dan jens habtat dapat dlhat pada Tabel 1. 7

39 Tabel 1. Pengelompokkan Komodtas Akuakultur Berdasarkan Karakter Morfolog dan Jens Habtat Karakter Morfolog Habtat Ekonodermata Ikan Udang Moluska Alga Ar Tawar Ikan mas, Udang galah, Kjng - Tanaman Has guram, nla, udang cherax mujar, patn, lele, tambakan, tawes, nlem, bawal Ar Payau Bandeng, belanak Udang wndu, udang vaname, Ar Laut Kerapu, kakap puth, baronang Sumber: Effend (2004) keptng bakau Lobster Kerang hjau, kerang mutara, abalone Terpang, bulu bab Euchema cotton, Graclara sp., Chlorella sp. Tngkat teknolog buddaya dalam akuakultur berbeda-beda. Perbedaan tngkat teknolog n akan berpengaruh terhadap produks dan produktvtas yang dhaslkan oleh suatu usaha. Berdasarkan tngkat teknolog dan produks yang dhaslkan, kegatan akuakultur dapat dbedakan menjad akuakultur yang ekstensf atau tradsonal, akuakultur yang sem ntensf, akuakultur ntensf, dan akuakultur hper ntensf. Pembedaan tersebut berdasarkan seberapa besar ntervens manusa dalam kegatan perkanan buddaya, sepert dalam pemberan pakan atau pembenhan. Semakn ntensf suatu usaha perkanan buddaya maka semakn besar ntervens manusa dalam proses produksnya. Demkan juga produks yang dhaslkan per unt luasan yang sama akan semakn besar dengan semakn ntensfnya sebuah unt usaha perkanan. Pengertan dan perbedaan karakterstk masng-masng kategor tersebut dapat dlhat pada Tabel 2. 8

40 Tabel 2. Jens-jens Akuakultur Berdasar Tngkat Teknolog dan Produks Jens Akuakultur Pengertan Produks 1. Ekstensf Sstem produks yang bercrkan: () tngkat < 500 kg/ha/tahun (Tradsonal) kontrol yang rendah (contoh terhadap lngkungan, nutrs, predator, penyakt); () baya awal rendah, level teknolog rendah, dan level efsens rendah (hasl tdak lebh dar 500 kg/ha/tahun); () ketergantungan tngg terhadap cuaca dan kualtas ar lokal; < 500 kg/ha/tahun menggunakan badanbadan ar alam. 2. Sem Intensf Sstem buddaya berkarakterstk produks 2 sampa 20 ton/ha/tahun, yang sebagan besar tergantung makanan alam, ddukung oleh pemupukan dan dtambah pakan buatan, benh berasal dar pembenhan, penggunaan kg/ha/tahun pupuk secara reguler, beberapa menggunakan pergantan ar atau aeras, basanya menggunakan pompa atau gravtas untuk supla ar, umumnya memaka kolam yang sudah dmodfkas. 3. Intensf Sstem buddaya yang bercrkan () kg/ha/tahun produks mencapa 200 ton/ha/tahun; () tngkat kontrol yang tngg; () baya awal yang tngg, tngkat teknolog tngg, dan efsens produks yang tngg; (v) mengarah kepada tdak terpengaruh terhadap klm dan kualtas ar lokal; (v) menggunakan sstem buddaya buatan. 4. Hper Intensf Sstem buddaya dengan karakterstk > kg/ha/tahun produks rata-rata lebh dar 200 ton/ha/tahun, menggunakan pakan buatan sepenuhnya untuk memenuh kebutuhan makanan organsme yang dbuddayakan, benh berasal dar hatchery/pembenhan, tdak menggunakan pupuk, pencegahan penuh terhadap predator dan pencuran, terkoordnas dan terkendal, supla ar dengan pompa atau memanfaatkan gravtas, penggantan ar dan aeras sepenuhnya Untuk penngkatan kualtas ar, dapat berupa kolam ar deras, karamba atau tank. Sumber: Cresp dan Coche (2008) Pada lngkungan yang alam, ketka jumlah pertumbuhan kan dan organsme makanan alam kan dalam kesetmbangan, maka tdak dperlukan menyedakan pakan tambahan. Ketka sstem buddaya dmaksudkan untuk memproduks lebh banyak lag kan, pemupukan dan pakan tambahan harus dberkan. Dalam sstem ekstensf (tradsonal), produks kan dapat dtngkatkan dengan menambah sedkt pupuk organk atau buatan, sedangkan pada sstem sem ntensf produks kan dapat dtngkatkan dengan menambahkan pupuk bersama sejumlah pakan tambahan. Dalam sstem buddaya ntensf, produks kan dapat dtngkatkan dengan menambahkan sejumlah besar pakan tambahan (Pska dan Nak, 9

41 2005). Perbandngan komposs pakan tambahan, pakan alam dan produks kan dalam sstem ekstensf, sem ntensf dan ntensf dapat dlhat dalam Gambar 5. Sumber: (Pska dan Nak 2005) Gambar 1. Perbandngan antara beberapa sstem buddaya kan Keterangan: SF : Supplementary feed/pakan tambahan, NF : Natural food/pakan alam dan FY : Fsh Yeld/Produks kan Secara umum, pada buddaya tambak udang tradsonal (extensve culture), petakan tambak pada umumnya mempunya bentuk dan ukuran yang tdak teratur. Luasnya antara 3 hektar sampa 10 hektar per petak. Padat penebaran benur mash relatf rendah, yatu berksar sampa ekor per hektar dan makanan udang hanya tergantung dar pakan alam. Sedangkan pada sstem buddaya sem-ntensf (sem-ntensve culture) merupakan perbakan atau penngkatan dar sstem buddaya tradsonal, yetu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur dengan maksud agar lebh mudah dalam pengelolaan arnya. Bentuk petakan umumnya empat perseg panjang dengan luas 1 sampa 3 hektar per petakan. Padat penebaran benur antara sampa ekor per hektar dan menggunakan pakan tambahan. Kemudan pada sstem buddaya ntensf yang merupakan perbakan atau penngkatan dar sstem sem ntensf dengan menggunakan pakan formula lengkap, pompa dan aras, ukuran petakan teratur dengan luasan 0,1 1 Ha dan padat penebaran antara sampa ekor per hektar. Batasan ketga sstem buddaya tambak udang tersebut dapat dlhat pada Tabel 3. Tabel 3. Batasan Sstem Buddaya Udang d Tambak Tradsonal Sem-Intensf Intensf Pakan Alam Alam + pakan tambahan Pakan formula lengkap Pengelolaan ar Pasang-surut Pasang surut + pompa Pompa + aeras Padat penebaran ekor/ha/musm ekor/ha/musm ekor/ha/musm Ukuran petak 3 20 Ha 1 5 Ha 0,1 1 Ha tambak Produks kg/ha/tahun kg/ha/tahun kg/ha/tahun Sumber: Subyakto (2005) 10

42 Kegatan akuakultur juga dapat dbedakan dar orentas usahanya. Ada yang terkatagor akuakultur subssten dan ada akuakultur komersal. Menurut Cresp dan Coche (2008), akuakultur subssten adalah sstem akuakultur yang doperaskan skala mkro atau menengah, basanya nputnya rendah dan bersfat ekstensf sampa sem ntensf, hasl produks umumnya untuk dkonsums sendr dan sebagan kecl djual. Adapun akuakultur komersal adalah buddaya organsme aquatk dengan tujuan memaksmumkan proft; dlakukan oleh produsen skala kecl sampa besar dmana mereka berpartspas aktf d pasar, membel nput (termasuk modal dan tenaga kerja) dan terlbat dalam penjualan produk yang mereka haslkan. Menurut Pska dan Nak (2005), sstem perkanan buddaya ar tawar dalam peneltan n ada tga jens. Pertama, perkanan buddaya yang menggunakan kolam sebaga meda buddaya. Kedua, perkanan buddaya yang menggunakan sawah sebaga meda buddaya. Ketga, perkanan buddaya yang menggunakan Kolam Jarng Apung (KJA) sebaga meda buddaya. Lebh lanjuut Pska dan Nak (2005) menjelaskan bahwa dalam akuakultur komersal, pengeluaran untuk pembelan pakan buatan menyerap 50% baya produks. Input faktor dalam kegatan buddaya kan komersal dapat dkelompokkan ke dalam nput tangble dan nput ntangble. Input tangble dan ntangble berperan dalam menentukan tngkat produktvtas perkanan buddaya ar tawar. Input perkanan buddaya ar tawar yang utama dan bersfat tangble adalah benh, pakan, tenaga kerja dan ar sebaga meda tempat buddaya. Faktor tangble tersebut berpengaruh bak secara tersendr atau gabungan dar berbaga faktor ntangble tersebut d atas. Intenstas dan karakterstk penggunaan nput dalam ketga jens sstem buddaya berbeda-beda. Sstem buddaya KJA merupakan sstem buddaya yang palng tngg ntenstasnya dalam penggunaan nput benh, pakan dan tenaga kerja. Tngkat ntenstas berkutnya adalah sstem buddaya kolam, sedangkan sawah merupakan sstem buddaya yang palng rendah tngkat ntenstas penggunaan nputnya. Perbedaan ntenstas dan karakterstk penggunaan nput menjad salah satu sebab perbedaan tngkat produktvtas. Faktor-faktor ntangble yang mempengaruh produktvtas perkanan buddaya dantaranya adalah kualtas ar, kualtas pakan, kualtas benh dan kualtas sumberdaya manusa, bak secara terpsah maupun gabungan dar berbaga faktor ntangble atau gabungan dengan faktor tangble-nya. Kualtas lngkungan peraran sangat dpengaruh oleh sumber ar yang dgunakan untuk buddaya kan. Kualtas benh dcermnkan dalam tnggnya angka kelangsungan hdup benh kan sampa dapat dpanen sebaga kan konsums, dan tnggnya tngkat pertumbuhan kan tu sendr. Secara prakts kualtas benh merupakan raso dar produks yang dhaslkan terhadap jumlah benh yang dtanam. 11

43 Kualtas pakan tercermn dar raso jumlah dagng kan yang dhaslkan terhadap pakan yang dberkan. 2.2 Kebjakan Pemerntah Terkat Penngkatan Produktvtas Tambak Udang Secara umum, ndustr udang duntungkan oleh molementas berbaga duntungkan oleh mplementas berbaga kebjakan pemerntah (Dop et al., 1999). D Indonesa, udang merupakan salah satu komodtas Program Revtalsas Pertanan, Perkanan, dan Kehutanan (RP2K), dan Pemerntah Indonesa terus berupaya menngkatkan produktvtas buddaya tambak udang (Pusdatn - KKP., 2005). Program pemerntah terkat penngkatan produktvtas antara lan Intensfkas Tambak (Intam) yang dluncurkan tahun 1984/1985. Paket teknolog yang danjurkan adalah: U1 (teknolog sederhana), U2 (teknolog madya), dan U3 (teknolog maju). Melalu Program tersebut, luas area buddaya udang d tambak yang pada tahun 1984/1985 hanya 20 Ha d tga propns, maka pada tahun 1998/1999 telah berkembang menjad Ha d 14 propns (Hasbuan, 2003). Peserta dbentuk kelompok, terdapat tambak percontohan, fasltas kredt, pembangunan dan pemelharan saluran rgas, serta dbentuknya kelembagaan pendukung sepert Perkumpulan Petan Pemaka Ar (P3A). Program Intam tersebut selanjutnya berubah nama menjad Intensfkas Pembuddayaan Ikan (Inbudkan) pada tahun 2002 yang mentkberatkan pada teknolog anjuran. Pada tahun 2005 berubah lag menjad Program Penngkatan Produks Perkanan Buddaya untuk Ekspor (Propekan). Termasuk ddalamnya berupa kegatan Pengembangan Kawasan, Pembangunan Broodstock Center (calon nduk udang vaname d Stubondo dan udang wndu d Jepara), Bantuan Langsung Penguatan Modal, dan Bantuan Selsh Harga Benh Ikan (BSHBI) kepada pembuddaya kan skala kecl. Besarnya bantuan senla Rp24.97 mlyar pada tahun 2006, Rp23.45 mlyar tahun 2007, tahun 2008 sebesar Rp35.3 mlyar, dan tahun 2009 Rp60 mlyar untuk komodtas Udang, Nla, Patn, Kakap Puth, Mas, Lele, Gurame, Bandeng, dan Rumput Laut (KKP, 2009). Selanjutnya terkat nfrastruktur, telah dlakukan juga kegatan pembangunan dan rehabltas rgas saluran tambak guna mendukung sarana dan prasarana tambak. Alokas dana yang relatf besar terjad pada kegatan pembangunan/rehabltas tambak dengan sumber dana berasal dar SPL-JBIC pada tahun Benur unggul hanya dapat dproduks dar nduk yang secara genetk unggul, dsampng pengaruh kualtas ar dan pakan juga pentng dalam pemelharaannya. Kebjakan terkat penggunaan benur unggul antara lan 31 Keputusan Menter Kelautan dan Perkanan Nomor Kep.41/Men/2001 tanggal 12 Jul 2001 tentang Pelepasan Varetas Udang Vaname Sebaga Varetas Unggul yang Tahan Terhadap WSSV dengan produks 9-10 ton/ha. 12

44 Selanjutnya, Kep.15/Men/2002 tanggal 12 Jul 2001, tentang Pelepasan Varetas udang Rostrs sebaga varetas unggul yang tahan terhadap TSV dan WSV, dengan produks ton/ha dan mempunya FCR Kebjakan tersebut kemudan dtndaklanjut dengan Rekayasa Breedng Programe udang vaname d BBAP Stubondo dlaksanakan berdasarkan SK Drjen Perkanan Buddaya No.6375/DPB.1/ PB.110/2003, tanggal 23 Desember 2003 tentang Penetapan Pusat Pengembangan Induk dan Bbt kan (Udang, Nla, Rumput Laut, dan Kerapu). Tujuan kegatan Rekayasa Breedng Programe yatu memperoleh nduk unggul, mempertahankan, dan menngkatkan kualtas nduk, mengurang ketergantungan dar negara lan, dan untuk menekan baya operasonal dalam buddaya udang. Program lannya yatu Intensfkas Pembuddayaan Ikan (Inbudkan) sesua Keputusan Menter Kelautan dan Perkanan Nomor Kep.09/Men/2002 tanggal 26 Februar Inbudkan mentkberatkan pada gerakan bersama dar berbaga phak untuk mengembangkan usaha pembuddayaan kan, yang dlaksanakan atas dasar kerjasama antar anggota kelompok pembuddaya kan sebaga peserta program d dalam kawasan, yang menerapkan teknolog yang danjurkan untuk menngkatkan mutu produks dan produktvtas usaha pembuddayaan kan secara efsen dan berkelanjutan. Nomor KEP.14/ MEN/2007 tentang Pembentukan Satgas Revtalsas Perkanan Buddaya Berdasarkan rencana pada RP2K, pada tahun 2009 produks udang dtargetkan 540 rbu ton dan lapangan pekerjaan dtargetkan terseda bag 985 rbu orang. Luas lahan yang dbutuhkan yatu Ha untuk udang wndu dan Ha untuk udang vaname. Guna mencapa target tersebut, kebutuhan dana pemerntah perode sektar satu trlyun rupah. Dana tersebut dbutuhkan untuk rehabltas saluran rgas, optmas hatchery, laboratorum, penyuluhan, pengembangan luas area buddaya, tenaga kerja pendampng teknolog, dan stmulus modal kerja. Phak swasta dharapkan menyumbang dana sebesar Rp4.19 trlyun (DKP, 2005). 2.3 Konsep Produktvtas Faktor Total Secara konseptual, pengukuran produktvtas suatu usaha ekonom dapat dbedakan menjad dua jens yatu produktvtas faktor produks parsal dan produktvtas total faktor produks. Produktvtas faktor produks parsal adalah produks rata-rata dar suatu faktor produks yang dukur sebaga hasl bag total produks dan total penggunaan suatu faktor produks (Maulana, 2004). Konsep Produktvtas Faktor Total (Total Factor Productvty - TFP) dperkenalkan pertama kal oleh Jan Tnberger pada tahun Pertumbuhan Total Factor Productvty menggambarkan bagamana TFP mengalam perubahan dar satu waktu ke waktu 13

45 berkutnya. Menurut Cordero et al. (1999), perubahan TFP yang postf dan semakn besar menunjukkan terjad perubahan produktvtas yang lebh bak dalam perode tersebut, dan sebalknya. Namun, sebaga suatu ukuran produktvtas, konsep n baru dapat djelaskan secara eksplst oleh Solow pada tahun 1967, dengan menggunakan kerangka produks Cobb-Douglas (Nanga, 2007). Solow menjelaskan bahwa terjadnya selsh resdual antara pertumbuhan output rl dengan tngkat pertumbuhan nput tenaga kerja dan modal yang dtmbang dengan ukuran konvensonal. Peneltan-peneltan selanjutnya dlakukan oleh banyak ahl ekonom dengan tujuan memperkecl selsh resdual tu atau menjelaskan fenomena tersebut secara ekonom. Konsep selsh resdual nlah yang menjad konsep pertumbuhan TFP. Ada beberapa defns TFP yang dterma secara umum, antara lan: sebaga rata-rata dar agregat nput; ukuran tngkat perubahan teknolog produks, dan suatu ndeks efektvtas dar suatu nput dalam menghaslkan suatu output sebelum dan sesudah terjad perubahan teknolog (Suparyat, 1999). Sedangkan menurut Ehu dan Jabbar (2002), TFP ddefnskan sebaga raso agregat output terhadap agregat nput yang dgunakan dalam proses produks. Laktan (2010) menyatakan bahwa pada prnspnya, TFP merupakan varabel untuk mengukur dampak terhadap keluaran (output) total yang tdak dsebabkan oleh tangble nputs, yakn captal nput dan labor nput yang terpaka dalam proses produks. TFP menaksr dampak dar ntangble nputs, termasuk kontrbus teknolog walaupun tdak terbatas hanya oleh teknolog. Selanjutnya Suparyat (1999), menyatakan bahwa bla pertumbuhan TFP sama dengan nol, maka tngkat pertumbuhan ekonom hanya tergantung pada tngkat penggunaan modal dan tenaga kerja. Bla pertumbuhan TFP lebh kecl dar nol maka terjad konds The Law of Dmnshng Return, yang berart bahwa pertambahan penggunaan nput justru menurunkan tngkat output. Jka konds n terjad, maka penambahan nput walaupun mungkn saja secara tekns menghaslkan output, namun secara ekonoms merugkan. Produktvtas terjad karena penngkatan efsens, skala usaha, dan perubahan teknolog. Produktvtas yang lebh tngg dapat terjad jka output yang dhaslkan lebh banyak dengan menggunakan nput yang sama, atau dapat juga output sama dengan penggunaan nput yang lebh sedkt. Squres (1988) menyajkan kerangka dasar untuk mengukur perubahan produktvtas sebagamana terlhat pada gambar d bawah n. Fungs produks untuk kasus satu output dengan dua nput adalah sebaga berkut: t At f Kt Lt Y... (1) dmana Y(t) adalah output, K(t) menunjukkan penggunaan kaptal pada waktu t, L(t) penggunaan tenaga kerja pada waktu t dan A(t) menggambarkan parameter efsens yang memungknkan pergeseran fungs produks. 14

46 Sumber: Squres (1988) Gambar 2. Fungs Produks yang Menggambarkan TFP. Gambar 2 menyajkan dua tngkat fungs produks sesua persamaan d atas dmana Y1(t) > Y(t). Sumbu vertkal menggambarkan output dmana Y > Y, sedangkan sumbu horzontal menggambarkan ndeks dar nput agregat dmana X > X. Jka teknolog tetap, tetap nput lebh banyak dgunakan, maka produks bergerak dar B ke C. Jka terdapat novas teknolog, dengan menggunakan jumlah nput yang sama maka output akan bergeser dar B ke D dan output menngkat dar Y ke Y. Pada analss produktvtas dperlukan data jumlah dan harga, bak output maupun nput. Perhtungannya dlakukan dengan cara menurunkannya dar Persamaan (1), sebaga berkut: t Y t1 Y ln Y / ln Y t / ln Kt / t ln Kt / t ln Y t / ln Lt / t ln Lt / t Y t / ln At / t ln At ln / t... (2) dmana: Y t / ln At / t ln At ln / t bernla unty, yatu teknolog yang merupakan parameter penggeser output (Y) sepert dgambarkan pada Gambar 2; Y t / ln Kt / t ln Kt ln / t merupakan elaststas kaptal terhadap output; dan ln Y t / ln Lt / t ln Lt / t merupakan elaststas tenaga kerja terhadap output. Perubahan tersebut dnterpretaskan sebaga laju pertumbuhan output, sehngga menjad: Y * Y E K* K E L* L A* A... (3) K L / 15

47 tanda bntang menunjukkan penurunan terhadap waktu. Dengan demkan, pertumbuhan output merupakan pertumbuhan dar kaptal, tenaga kerja, dan kemajuan teknolog. Dengan asums bahwa faktor produks dbayar sesua dengan nla margnal produknya maka: K L t / Kt P t / Pt ; dan Y t / Lt P t / Pt Y... (4) Dmana P(t), P K (t), P L (t) merupakan harga output, harga sewa kaptal, dan upah tenaga kerja, maka dengan mensubsttuskan Persamaan (4) ke Persamaan (3) dperoleh: Y * Y S K* K S L* L A* A atau, A... (5) K L / * / A Y * Y S K* K S L* L... (6) K L / dengan demkan, produktvtas sebaga kemajuan teknolog dan perubahan sumberdaya melmpah merupakan resdu dar pertumbuhan output dkurang pertumbuhan nput. Pengukuran produktvtas pada awalnya dlakukan secara parsal yatu produks ratarata dar suatu produk yang dukur sebaga hasl bag total produks dan total penggunaan suatu faktor produks. Konsep n mempunya kelemahan yatu tdak mengukur kontrbus produktvtas seluruh faktor produks yang terlbat dalam satu proses produks. Selan tu, penggunaan produktvtas tenaga kerja akan berguna jka tenaga kerja merupakan faktor domnan. Kelemahan penggunaan produktvtas parsal tersebut d atas jka menggunakan produktvtas total. Dengan demkan TFP mengukur produktvtas secara lebh komprehensf. Menurut Cordero et al. (1999) TFP adalah ukuran kemampuan seluruh jens faktor produks sebaga satu kesatuan faktor produks agregat dalam menghaslkan output keseluruhan. TFP ddefnskan juga sebaga raso ndeks hasl produks dengan ndeks total faktor produks (nput). Sedangkan menurut Otsuka (1988), mendefnskan TFP sebaga ukuran kemampuan seluruh jens faktor produks sebaga satu kesatuan faktor produks agregat dalam menghaslkan output secara keseluruhan (output agregat). Dalam prakteknya, TFP basanya dukur dalam angka ndeks sehngga langsung dapat mencermnkan tngkat relatf antar waktu (nter temporal), dan menurut Otsuka (1988) juga dapat dukur sebaga raso ndeks hasl produks dengan ndeks total nput produks. Perhtungan dalam bentuk angka ndeks, dapat mencermnkan tngkat relatf antar waktu. Konsep produktvtas antar waktu serng dgunakan untuk melhat perubahan tekns dalam penggunaan faktor produks dan teknolog. Penggunaan konsep TFP akan menjawab sumber-sumber pertumbuhan dar teknolog. Salah satu keterbatasan penggunaan angka ndeks yatu bahwa perubahan harga dapat menyebabkan pengukuran yang bas dar TFP karena pelaku usaha akan mengubah komposs nput akbat perubahan harga. Berbaga pendekatan pengukuran produktvtas dapat dlakukan sepert dsajkan Gambar 3. 16

48 Pengukuran Produktvtas Pendektan Non Fronter Pendektan Fronter Non Parametrk (Angka Indeks) Parametrk Non Parametrk (Angka Indeks) Parametrk Growth Accountng Dvsa Index Exact Index Tornqvst Index Proggrammng Econometrcs Malmqust Productvty Index Stocastc and determnstc Model Sumber: Grosskopf (1993) dalam Kan et al.(2008) Gambar 3. Berbaga Alternatf Metode untuk Pengukuran Produktvtas Secara konseptual, pengukuran produktvtas suatu usaha ekonom dapat dbedakan menjad dua jens yatu produktvtas faktor produks parsal dan produktvtas total faktor produks. Produktvtas faktor produks parsal adalah produks rata-rata dar suatu faktor produks yang dukur sebaga hasl bag total produks dan total penggunaan suatu faktor produks. Apabla faktor produks lebh dar satu, maka produktvtas parsal suatu faktor produks akan dpengaruh oleh tngkat penggunaan faktor produks lannya. Oleh karena tu, konsep n tdak banyak manfaatnya jka faktor produks lebh dar satu jens. Jka faktor produks yang dgunakan lebh dar satu jens, maka konsep produktvtas yang lebh banyak dgunakan adalah produktvtas total faktor produks (Maulana, 2004). Menurut Ehu dan Jabbar (2002), secara umum terdapat dua bass pendekatan untuk mengukur produktvtas. Pertama, pendekatan growth accountng yang berbass pada ndeks number. Kedua, pendekatan parametrk, yang berbass pada estmas ekonometrk terhadap produks, baya atau fungs keuntungan. Growth accountng lebh prakts dbandngkan dengan pendugaan parametrk atau ekonometrk. Akan tetap pendekatan growth accountng hanya dapat menghtung efsens tekns, menggunakan asums Constant Return to Scale (CRS), tdak dapat menghtung efsens harga, dan tdak dapat menghtung elaststas permntaan nput maupun penawaran. Keterbatasan tersebut dapat datas apabla menggunakan pendekatan ekonometrka. Pada peneltan n dgunakan pendekatan ndeks number dalam perhtungan TFP. Menurut Ehu dan Jabbar (2002) terdapat empat alasan mengapa penggunaan ndeks number 17

49 dplh. Pertama, dengan pendekatan ndeks number, data rnc dengan beberapa kategor nput dan output dapat dgunakan mesk dlakukan pada waktu yang berbeda. Tdak ada masalah dalam derajat bebas atau relabltas statstk ketka bekerja dengan jumlah sampel yang sedkt selama sampel tersebut representatf. Kedua, ndeks dapat dbangun untuk komponen-komponen ndvdu terhadap output usaha total, sehngga menghndar asums keterpsahan nput-output. Ketga, dalam konds tekns dan pasar tertentu, pendekatan ekonometrk dan ndeks haslnya setara. Keempat, pendekatan TFP berbass ndeks memungknkan agregas terhadap output dan nput dalam kategor yang berbeda. Total Factor Productvty (TFP) adalah raso total output (dukur dalam bentuk ndeks) terhadap total nput (juga dukur dalam bentuk ndeks). Jka raso total output terhadap total nput menngkat, maka raso tersebut dapat dnterpretaskan untuk mengukur bahwa output yang lebh dapat dperoleh untuk suatu level nput yang dberkan, atau TFP, menangkap pertumbuhan atau perubahan dalam output tdak dcatat dengan pertumbuhan atau perubahan dalam nput produks. Perbedaan TFP dar waktu ke waktu atau antar berbaga jens tpe buddaya dapat dhaslkan dar beberepa faktor sepert: (1) Perbedaan dalam efsens (produks kurang dar maksmum output yang dapat dhaslkan dar nput yang dberkan) (2) Varas dalam skala atau level produks dar waktu ke waktu, sehngga output per unt nput bervaras sesua skala produks (3) Perubahan tekns. Perubahan tekns tu sendr dapat dhaslkan dar penngkatan kualtas dalam nput atau penngkatan kualtas dalam proses produks. Total Factor Productvty (TFP) tdak djelaskan oleh jumlah nput yang dgunakan dalam produks. Level TFP dtentukan oleh bagamana efsens dan ntensfkas nput dgunakan dalam produks (Comn, 2006). TFP memankan peranan pentng dalam fluktuas ekonom, pertumbuhan ekonom dan perbedaan pendapatan perkapta dberbaga negara. TFP sangat kuat berkorelas dengan output dan jumlah jam kerja dalam frekuens sklus bsns. Dalam model sklus bsns standar, guncangan-guncangan terhadap TFP ddorong oleh supla tenaga kerja dan nvestas, yang mendorong fluktuas dalam output dan produktvtas tenaga kerja. Cara perhtungan ndeks TFP dapat dlakukan dengan dua pendekatan yatu secara langsung dan secara tdak langsung. Pendekatan secara langsung, dsebut pula pendekatan akuntans, dlakukan dengan menghtung jumlah ndeks produks agregat dan faktor produks agregat terlebh dahulu, kemudan dhtung produktvtas total faktor produksnya. Pendekatan secara tdak langsung, dsebut pula pendekatan ekonometrk atau pendekatan 18

50 faktoral, dlakukan berdasarkan pengetahuan tentang laju perubahan produktvtas total faktor produks sendr (Maulana, 2004). Salah satu cara penghtungan TFP menggunakan metode akuntans adalah Indeks Tornqvst-Thel. Indeks Tornqvst-Thel tersebut telah memnmalsr pengaruh perubahan harga (Fugle, 2004). Penghtungan TFP dengan menggunakan ndeks Tornqvst-Thel (Caves et al., 1982 dalam Maulana, 2004), yang dgambarkan sebaga perubahan proporsonal pada TFP selama perode t dan t-1, adalah sebaga berkut: TFPt ln TFPt Qt ln Qt X ln X t dengan ndeks output: t... (7) Q t ln 1 St St 1ln Q jt ln Q jt1... (8) Q 2 t1 j dan ndeks nput: X t ln 1 St St 1ln X jt ln X jt1... (9) X 2 t1 j dmana: Qt = jumlah output tahun ke t Q t-1 = jumlah output tahun ke t-1 Q jt = jumlah output j tahun ke t Q jt-1 = jumlah output j tahun ke t-1 X t = jumlah nput tahun ke t X t-1 = jumlah nput tahun ke t-1 S jt = pangsa dar output j tahun ke t S jt-1 = pangsa dar output j tahun ke t-1 S t = pangsa dar nput tahun ke t S t-1 = pangsa dar nput tahun ke t-1 TFP t = faktor produktvtas total tahun ke t TFP t-1 = faktor produktvtas total tahun ke t-1 Sepert produktvtas parsal, Deny dan Fuse (1983) dalam Martnez-Cordero et al., (1999) mengembangkan metodolog untuk penentuan angka ndeks ntertemporal (antar waktu) dan nterspatal (antar tempat) atau gabungan keduanya. Hasl penghtungan TFP tersebut akan sama untuk fungs produks translog. Haslnya akan tdak konssten untuk perbandngan multlateral karena permasalahan transtvtas, maka Tornqvst Indek untuk antar wlayah dhtung tersendr, sepert dlakukan oleh Capalbo dan Antle (1986) dalam Martnez-Cordero et al., (1999) sebaga berkut: TI dmana: avg 1 2mlog Qm log Qmavg S m Smavg - 2klog X k log X kavg S k Skavg 1... (10) 19

51 TI avg Qm Qmavg Sm Smavg Xk Xkavg Sk Skavg = TFP tap petak tambak = jumlah output dar speces m dar tambak = rata-rata output speces m untuk seluruh tambak yang duj = propors pendapatan dar tambak = rata-rata propors seluruh tambak = jumlah dar nput k dar tambak = rata-rata nput k = propors nput tambak = rata-rata propors nput seluruh tambak 2.4 Hasl Peneltan Terdahulu Berbaga peneltan mengena Total Factor Productvty telah dlakukan d berbaga bdang, bak d luar neger maupun dalam neger. Tjahyono dan Anugerah (2006) secara umum telah menghtung TFP Indonesa. Hasl perhtungan dengan metode growth accountng menunjukkan pertumbuhan TFP selama perode mencapa 1.35 %. Kajan Avla dan Evenson (2004) menunjukan bahwa TFP Indonesa untuk tanaman pangan menurun dar 3,95% (perode ) menjad -0,78% (perode ) dan untuk peternakan menurun dar 3,08% ( ) menjad 2,41% ( ). Bandngkan dengan Vetnam yang justru menngkat pada perode yang sama dar -0,52% menjad 3,94% untuk tanaman pangan dan 0,22% menjad 0,76% untuk peternakan. Menurut Laktan (2006), jka nla TFP negatf berart penngkatan nput tak sebandng dengan penngkatan output, selan kontrbus teknolog tdak terdeteks juga proses produks berlangsung secara kurang efsen. Khusus bdang pertanan, peneltan Evenson (2009) menemukan hubungan antara rata-rata jangka panjang pertumbuhan TFP dengan nvestas kaptal teknolog dar 87 negara-negara berkembang selama dua perode waktu. Pengukuran terhadap kaptal teknolog, dapat dbedakan antara kapastas rset dan kapastas penyuluhan teknolog dan penddkan tenaga kerja. Hasl penghtungan ekonometrka memperlhatkan bahwa tngkat penngkatan pertumbuhan TFP pertanan berkorelas dengan penngkatan kedua bentuk kaptal teknolog. Sumber-sumber pertumbuhan produktvtas dalam bdang pertanan menurut Yu (2005), ddukung oleh faktor ketersedaan dan kualtas sumberdaya manusa, ketersedaan dan kualtas sumberdaya alam, rset dan pengembangan, nfrastruktur, kelembagaan, dan stabltas. Menurut Laktan (2006), jka nla TFP negatf berart penngkatan nput tak sebandng dengan penngkatan output, selan kontrbus teknolog tdak terdeteks juga proses produks berlangsung secara kurang efsen. Peneltan mengena TFP dalam buddaya kan jens carp d beberapa negara Asa telah dlakukan oleh FAO untuk rentang 20

52 waktu dengan menggunakan metode Tornqust Thel Index. Hasl peneltan n dapat dlhat pada Tabel 4. Tabel 4. Total Factor Productvty (TFP) dalam Buddaya Polkultur Ikan Jens Carp Tahun Indeks TFP Bangladesh Chna Inda Vetnam Indeks TFP berbass Nla Produks: Indeks Baya Indeks Produks 0,63 1,60 0,67 1,50 0,76 1,31 0,28 3,60 Indeks TFP berbass Jumlah Produks: Indeks Baya Indeks Produks 0,53 1,88 0,93 1,08 0,82 1,23 0,29 3,43 Sumber: FAO (2001) Peneltan mengena TFP d bdang perkanan terutama d dalam neger mash sangat jarang dlakukan. Tahun 1999, Cordero et al. menelt TFP beberapa jens sstem buddaya d peraran payau ekstensf d tga kecamatan d Sulawes. Hasl peneltan mengena besaran nla TFP d lokas yang dtelt dapat dlhat pada Tabel 5. Tabel 5. Indeks TFP Interspasal Buddaya Ekstensf Udang pada Tga Kecamatan, d Sulawes Menggunakan Tornqvsh Thel Index, 1999 Lokas Jumlah Pembuddaya TFP Rata-rata Luwu Kwandang Larang ,6670 1,4423 1,1305 Sumber: Cordero et al. (1999) Sementara tu, hasl peneltan Cordero et al. (1999) menunjukkan bahwa besaran nla TFP berdasarkan sstem buddayanya dapat dlhat pada Tabel 6. 21

53 Tabel 6. Indeks TFP Interspasal Indeks pada Buddaya Ekstensf Udang Berdasarkan Sstem Buddaya dar Tga Kecamatan, d Sulawes Menggunakan Tornqvsh Thel Index, 1999 Sstem Buddaya TFP Rata-rata Monokultur 1,2308 Polkultur dengan Rumput Laut 3,2664 G + M 3,3213 G + M + S 4,4157 G + M + S + C 2,4927 Polkultur tanpa Rumput Laut S + M C + M S + C S + C + M Sumber: Cordero et al. (1999) 1,3945 1,2821 3,5660 1,1330 1,2133 Keterangan: S = udang; G = rumput laut; M = bandeng; C = keptng; Peneltan terbaru mengena TFP dlakukan oleh Juarno (2011) terhadap beberapa tngkat teknolog dalam buddaya udang ar payau (tambak) d beberapa tempat d Indonesa. Hasl peneltannya menunjukkan bahwa hasl perhtungan Total Factor Productvty (TFP) menggunakan angka ndeks Tornqvst Thel untuk perode menunjukkan bahwa pertumbuhan produktvtas tambak mengalam stagnas. Pertumbuhan output berupa udang wndu, udang puth, dan bandeng dalam kurun waktu tersebut lebh dsebabkan pertumbuhan faktor produks antara lan benur, obat-obatan, pakan, dan energ. Faktor yang berpengaruh pada aspek perdagangan antara lan bahwa Indonesa belum sepenuhnya memenuh pemenuhan akan persyaratan mutu dar negara mportr. Kemudan hasl konfrmas pada tngkat lapang dar peneltan yang dlakukan Juarno (2011) menunjukkan bahwa serangan penyakt berpengaruh negatf dan sgnfkan terhadap produktvtas (TFP). Penggunaan benur bersertfkat, ntensfkas, tngkat penddkan, dan lokas buddaya udang d Provns Jawa Tmur dbandngkan d luar Jawa Tmur berkorelas postf terhadap TFP, sedangkan sstem kerjasama dan luas area berpengaruh negatf. Meskpun ntensfkas berkorelas postf terhadap TFP, akan tetap penerapannya perlu dpertmbangkan karena ntensfkas bersko tngg terhadap agroekologs. Kecenderungan terjadnya kekurangan bahan baku untuk Unt Pengolah Ikan mengndkaskan pentngnya penngkatan produks udang yang memenuh persyaratan ekspor bak dar ukuran, speces, serta persyaratan mutu dan keamanan produk hasl perkanan. D antara ranta pasokan, pedagang pengumpul merupakan ttk rawan dalam upaya mempertahankan mutu karena mash kurangnya pembnaan dan pengawasan. 22

54 23

55 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemkan Sub sektor perkanan buddaya saat n telah menjad barometer utama alam menopang terwujudnya ketahanan pangan nasonal, khususnya dar proten kan. Isu ketahanan pangan saat n telah menjad su strategs bukan hanya pada tataran nasonal tap telah menjad su global serng dar semakn pesatnya pertumbuhan penduduk duna yang akan memcu ketergantungan terhadap kebutuhan pangdan dan gz yang aman dkonsums. Khusus untuk komodtas udang Indonesa, perannya tdak hanya terbatas pada dukungannnya terhadap ketahanan pangan, namun juga perannya sebaga komodtas penghasl devsa sangat pentng bag Indonesa, khususnya berkatan dengan beberapa nla strategs yang dmlknya, sepert: potens perkanan buddaya tambak udang yang sangat besar, penguasaan teknolog yang tngg, kontrbusnya terhadap perekonoman nasonal (pertumbuhan ekonom nasonal, kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja), peran buddaya tambak udang pada tataran pemasaran/perdagangan d tngkat regonal ASEAN dan global. Dalam dnamkanya, peran ndustr buddaya udang d Indonesa, pernah mengalam masa-masa kejayaannya, khususnya yang pada udang wndunya yang memlk pangsa pasar terbesar d duna sehngga menjadnya Indonesa sebaga pemmpn pasar (market leader), namun kemudan serng dengan menngkatkan tekanan akbat mewabahnya penyakt udang khususnya whte spot telah menjadkan ndustr udang Indonesa memasuk era kejatuhannya. Menykap kejatuhan peran udang wndu dar hasl buddaya tambak udang n, pemerntah mula menggalakkan program revtalsas ndustr buddaya udang bak mencakup aspek tekns maupun non tekns, sepert terkat dengan masalah perbenhan, lahan tambak, nfrastruktur, kelembagaan dan pasar. Program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, pada awalnya dgulrkan dengan melalu program besar yang menjad payungnya, yatu Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dcanangkan Presden R.I. pada tanggal11 Jun 2005, pada pada tahap awal telah dmplementaskan pada tahun ; dan kemudan program n dlanjutkan dengan dntegraskan dalam Program Industralsas Kelautan dan Perkanan, yang mula dlaksanakan pada tahun 2012 dan terus berlangsung hngga saat n. Program revtalsas ndustr buddaya udang tersebut mash perlu terus dtngkatkan knerjanya, terutama karena program n mash banyak menghadap berbaga kendala dan 24

56 hambatan d lapangan, bak yang menyangkut aspek tekns maupun non tekns. Dar aspek tekns, program revtalsas tersebut dduga mash menghadap hambatan, sepert menyangkut: (1) Masalah perbenhan (penyedaan dan teknolog); (2) Lahan pertambakan (produktvtas, dan lahan dle); dan (3) Kualtas dan kuanttas Infrastruktur. Sementara dar aspek non tekns (aspek sosal, ekonom dan kelembagaan serta pasar) dantaranya menyangkut: (1) Kualtas SDM dan kemampuan manajeral yang mash rendah yang dapat mempengaruh produktvtas aspek tekns operasonal, kelembagaan, dan pengelolaan, (2) keterbatasan akses dalam perolehan nput teknolog dan modal usaha yang dapat mempengaruh produktvtas usaha, dan (3) Rendahnya aspek pengelolaan data dan pengawasan. D sampng kendala, revtalsas buddaya udang d Indonesa juga dduga menghadap hambatan, sepert: (1) Banyaknya tekanan konflk kepentngan terutama dar sektor non perkanan, terutama sektor ndustr/manufaktur, dan perumahan; (2) Tnggnya harga nput produks (pakan); (3) Implementas kebjakan-kebjakan dar pemerntah yang kurang tepat sasaran, dan (4) Rendahnya nvestas; dan (5) Regulas permodalan yang tdak berphak. Data dan nformas mengena dnamka ekonom dar kesejarahan per-udang-an d Indonesa dan faktor-faktor yang menjad kendala dan hambatan dalam menentukan keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, dapat sangat berguna dalam melakukan perumusan rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks percepatan revtals ndustr buddaya udang d Indonesa. Melalu rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks tersebut, dharapkan mplementas program revtalsas buddaya udang ke depan akan berjalan lebh efektf dan sesua dengan sasaran yang dharapkan. Proses peneltan revtalsas ndustr buddaya udang berkatan dan perolehan data dan nformas mengena dnamka ekonom dar kesejarahan per-udang-an d Indonesa dan faktor-faktor yang menjad kendala dan hambatan dalam menentukan keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, serta perumusan rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks percepatan revtals ndustr buddaya udang d Indonesa, secara skemats tertera pada kerangka pemkran peneltan revtalsas ndustr buddaya udang, sepert tertera pada Gambar 4. 25

57 Dnamka Ekonom Per-Udang-an Indonesa Program Revtalsas Industr Buddaya Udang: - Penataan Ruang yang Sembang - Penerapan Teknolog - Dukungan Permodalan - Dukungan Sarana dan Prasaran Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang Tujuan: Mendukung Ketahanan Pangan Nasonal dan Global Menngkatkan Kontrbus terhadap Perekonoman Menngkatkan Kesejahteraan Petambak Udang Menngkatkan Daya Sang Udang Menjaga Pelestaran Sumberdaya Hambatan: - Tekanan konflk kepentngan sektor non perkanan - Tnggnya harga nput produks (pakan) - Kebjakan yang tdak tepat sasaran dan tdak kondusf - Rendahnya nvestas - Regulas permodalan yang tdak berphak Implementas Program Revtalsas Industr Buddaya Udang Kendala - Perbenhan (penyedaan dan teknolog) - Lahan pertambakan (produktvtas dan lahan dle) - Rendahnya kualtas dan kuanttas nfrastruktur pertambakan - Rendahnya kualtas SDM dan kemampuan manajeral - Rendahnya akses perolehan teknolog dan permodalan - Rendahnya pengawasan Mengambl Pelajaran Pentng (Lesson Learns) Knerja Revtalsas Industr (Produktvtas) Buddaya Udang Indonesa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhnya Rumusan Rekomendas Kebjakan Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang Gambar 4. Kerangka Pemkran Peneltan Revtalsas Industr Buddaya Udang 26

58 3.2 Model Pendekatan Model pendekatan peneltan revtalsas ndustr buddaya udang n merupakan peneltan deskrptf dan menggunakan pendekatan analss kualtatf dan kuanttatf serta dengan pemlhan lokas secara purposve (sengaja) yakn d beberapa wlayah yang menjad prortas program revtalsas ndustr buddaya udang, yatu: Jawa Barat, Jawa Tmur, Jawa Tengah, Sulwes Selatan dan Lampung. 3.3 Metoda Analsa Data Data yang dperoleh selanjutnya danalss dengan pendekatan analss deskrptf. Analss deskrptf dapat berupa uraan kata-kata atau nterpretas dar gambar atau tabel. Analss n dgunakan untuk menjelaskan antar fenomena yang dtemukan dalam peneltan n yang dsajkan dalam bentuk table dan grafk. Tujuan dar peneltan deskrptf adalah untuk membuat deskrps, gambaran atau luksan secara sstemats,faktual dan akurat mengena fakta-fakta, sfat-sfat dan hubungan antar fenomena yang dseldk (Nazr, 2005). Kemudan untuk mendapat tujuan yang dtetapkan dalam peneltan n, dgunakan sebanyak tga pendekatan analss, yatu: (1) Pendekatan Analss Sejarah dan Interupted Tme Seres Analyss (ITSA); (2) Pendekatan Ekonometrka Regres Sederhana dan Model Plhan Respons Kualtatf; dan (3) Pendekatan Analss Prospektf. Masng-masng pendekatan analss tersebut drngkas drngkas sebagamana terlhat pada Tabel 7 dan djelaskan pada uraan berkut. 27

59 Tabel 7. Tahapan Analss Data yang Dlakukan Sesua dengan Tujuan Peneltan No Tujuan Topk data Jens data Sumber data 1 Menelaah dnamka produktvtas buddaya udang d Indonesa selama perode (pada era kejayaan, keterpurukan, dan kebangktan); dan mengkaj peran berbaga kebjakan terkat dengan revtalsas tambak udang d Indonesa dalam menngkatkan produktvtas tambak udang. 2 Mengukur knerja revtalsas usaha buddaya udang (produktvtas) d tngkat lapang dan menganalss faktor-faktor yang mempengaruhnya, serta faktor penentu keputusan pembuddaya merevtalsa kegatan usaha buddaya udang. 3 Merumuskan rekomendas kebjakan dalam rangka mempercepat revtals ndustr buddaya udang d Indonesa Perkembangan produks (faktor output) dan faktor nput dalam buddaya udang d Indonesa selama perode Kebjakan-kebjakan serta berbaga hal yang berkatan dengan konds buddaaya tambak udang d Indonesa selama perode (serangan wabah hama dan penyakt, perbakan nfrastruktur pertambakan nasonal, dan sebaganya). Produks tambak udang, level teknolog, kualtas benh/nduk, harga udang, nfrastruktur, permodalan, keamanan, luas lahan, tenaga kerja, dan peubah lannya terkat dengan revtalsas buddaya tambak udang d tngkat lapang Data dan nformas dar hasl tujuan 1 dan 2. Sekunder Prmer dan Sekunder Prmer dan Sekunder - Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, KKP - Instans lannya yang terkat - Pembuddaya - Dnas KP - Dtjen Perkanan Buddaya - Dnas terkat - Pembuddaya - Dnas KP - Dtjen Perkanan Buddaya - Dnas terkat Metode pengamblan Metode analss data Desk study Pendekatan Sejarah dan Ekonom menggunakan model ITSA (Interpreted Tme Seres Analyss) Pengamatan Survey Sntesa dar hasl tujuan 1 dan 2, serta Pendekatan Branstormng, FGD Tornqvsh Thel Index TFP Pendekatan Ekonometrka Model Regres Sederhana Model Ekonomentrka Regres Plhan Kualtatf (Peluang Lner, Probt, dan Logt). Analss Prospektf berdasarkan hasl sntesa temuan dar tujuan 1 dan 2, kemudan dlakukan branstormng dan dskus kelompok terfokus. 28

60 3.3.1 Metode Analss Sejarah dan ITSA Untuk mengetahu sejauhmana dnamka per-udang-an Indonesa selama era kejayaaan, keterpurukan dan kebangktan, dalam peneltan n dgunakan kombnas dua buah metode analss, yatu: Metode Analss Sejarah dan Metode ITSA (Interupted Tme Seres Analysys). Kedua metode analss dgunakan secara paralel. Segala temuan yang dhaslkan dar analss kuanttaf ITSA akan dperjelas secara kualtatf oleh hasl analss sejarah. Dharapkan dengan menggunakan kedua metode analss tersebut secara paralel, akan dperoleh hasl dan pembahasan mengena dnamka per-udangan Indonesa secara lebh komprehensf dan holstk. Kedua metode analss tersebut, masng-masng djelaskan pada uraan berkut. A. Metode Analss Sejarah Metode peneltan sejarah bertujuan untuk merekonstruks masa lalu secara stemats dan obyektf dengan mengmpulkan, menla, memverfkas dan mensntesskan bukt (data) untuk menetapkan fakta dan mencapa konklus yang dapat dpertahankan. Sumber sejarah dalam konteks pembelajaran merupakan sumber nformas yang akan menjawab pertanyaanpertanyaan yang dajukan ketka akan dlakukan peneltan sejarah. Sumber-sumber (data) sejarah melput sumber prmer dan sumber sekunder. Sedangkan menurut bahanya, sumber sejarah terdr dar: sumber tertuls, sumber lsan dan sumber benda (Kuntowdjoyo, 2003; Syamsudn, 2007). Menurut Gottschalk, L. (1975) dalam Kuntowdjoyo (2003), tpe-tpe peneltan sejarah berhadapan dengan empat data sejarah, yatu: (1) Sumber prmer; (2) Sumber sekunder; (3) Rekaman berser (runnng record); dan (4) Recollecton. Sumber prmer, mencakup: (1) Surat, buku haran, flm, novel, dan artfak yang basanya tersmpan dalam bentuk arsp; dan (2) Dokumen-dokumen. Sumber sekunder basanya berupa karya-karya sejahawan terdahulu yang telah berpengalaman dengan spesalsas tertentu. Runnng Records atau Rekaman Berjalan, yatu fle atau dokumen statstk yang dpelhara oleh suatu organsas atau kontor (lembaga). Sedangkan recollectons adalah peraturan atau tlsan orang tentang pengalaman masa lalunya atau kesaksan atas suatu perstwa d masa lalu berdasarkan ngatan belaka. Recollecton mengandung kelemahan, karena ngatan orang sangat terbatas dan karenanya tdak semua pengalaman masa lalu dapat dngat seluruhnya. Ada kemungknan terdapat kesalahan dalam recollecton n, karena bas oleh masa sekarang, atau bas kepentngan. Sementara menurut Syamsudn (2007) Tahap-tahap peneltan sejarah, yatu: (1) Pemlhan topk; (2) Pengumpulan sumber (heurstk); (3) Verfkas berupa krtk ekstern dan ntern; (4) Penafsran (nterprataton); dan (5) Penulsan sejarah (hstorograf). 29

61 Sedangkan prosedur peneltan sejarah adalah: (1) Heurstk berupa kegatan mencar dan menemukan sumber yang dperlukan; (2) Krtk berupa pengujan secara krts terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dtemukan, untuk menyelekse data sehngga dperoleh data; (3) Interpretas, untuk menetapkan makna dan salng hubungan dar fakta-fakta yang telah dverfkas; dan (4) Hstorograf, berupa penyajan hasl sntess yang dperoleh dalam bentuk sebuah ksah sejarah. Kuntowdjoyo (2003) menyorot adanya perkembangan bak sejarah yang makn bersfat lntas dspln, mempelajar dan berkembang bersama lmu-lmun sossal lannya, sepert: antropolog, geograf, lngustk, sosolog, ekonom dan sebaganya. Tap tentunya, sebaga lmu sejarah tetap harus memlk kadah-kadahnya, terutama sfatnya yang dakrons, memanjang dalam waktu. Namun penurutnya, d kala banyak orang (lmu sosal) menafkan pendekatan kuanttatf (yang dkatakan terlalu postvs ), maka bdang sejarah pun perlu memperluas wawasan dalam pendekatan kuanttatf. Relevan dengan pandangan Kuntowdjoyo tersebut, guna mendapat tujuan satu dalam peneltan n dgunakan pendekatan ekonom sejarah untuk mengungkap dnamka ekonom poltk per-udang-an Indonesa yang mencakup masa (era) kejayaan, keterpurukan dan kebangktan. B. Metode ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) Metode Interrupted Tme Seres Analyss (ITSA) adalah metode yang terkuat pada desan kuas-ekspermen yang dgunakan untuk mengevaluas efek longtudnal terhadap ntervens yang dlakukan. Analss regres tersegmentas pada data runtun waktu (tme seres) memungknkan untuk menla dalam hal beberapa aspek statstk, sepert berapa banyak ntervens yang mengubah hasl dengan segera dan dar waktu ke waktu; langsung atau dengan keterlambatan; jangka pendek atau jangka panjang; atau apakah faktor-faktor lan selan ntervens bsa menjelaskan perubahan (Wagner et al, 2002). Data dkumpulkan dalam ITSA pada beberapa ttk waktu sebelum dan sesudah ntervens. Tujuannya untuk mendeteks bahwa ntervens yang dlakukan memlk efek sgnfkan yang lebh besar darpada trensekuler yang terjad. Metode yang dgunakan untuk ITSA adalah perbandngan statstk trend saat sebelum dan sesudah ntervens (lhat Gambar 5). Sebuah gambaran dar unsur-unsur umum analss regres tme-seres tersegmentas dsajkan pada Gambar 5. Analss memperkrakan pengaruh ntervens sementara memperhatkan trend waktu dan autokorelas antara pengamatan. Analss Interrupted Tme Seres umumnya menggunakan model ARIMA untuk menganalss datanya, tetap ada juga beberapa teknk statstk lannya yang dapat dgunakan yang bergantung pada karakterstk data, jumlah ttk data yang terseda dan autokorelas yang muncul. 30

62 Perkraan untuk koefsen regres sesua dengan dua ukuran efek standar dperoleh: perubahan dalam tngkat (juga dsebut' langkah perubahan') dan perubahan tren sebelum dan sesudah ntervens. Menurut Ramsay(2003), perubahan tngkat ddefnskan sebaga perbedaan antara tngkat yang damat pada ttk pertamakalnya ntervens dan yang dperkrakan oleh pra-ntervens waktu trend, dan perubahan tren ddefnskan sebaga perbedaan antara sebelum dan setelahadanya ntervens yang dgambarkan oleh tngkat kemrngan (slope). Perubahan negatf dtngkat kemrngan dan akan menunjukkan penurunan, msalnya, tngkat nfeks. outcome (y) Slope pre Interventon Introduced Change n Level Slope post Tme (t) Sumber: Ramsey et al, 2003 Gambar 5. Hubungan antara Intervens dengan Outcome berdasarkan Perubahan Waktu dalam Analss Interrupted Tme Seres (ITS) B.1 Desan ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) Desan nterrupted tme-seres dapat juga dgambarkan sebaga perpanjangan dar one group pretest-post test desan-desan n dperpanjang dengan menggunakan berbaga pretests dan post-tests. Dalam jens desan kuas ekspermental, pengukuran berkala yang dlakukan pada kelompok sebelum presentas (nterups) ntervens untuk membangun dasar yang stabl. Mengamat dan menetapkan fluktuas normal varabel dependen atas waktu memungknkan penelt untuk lebh akurat mengnterpretaskan dampak dar ndependen varabel. Setelah ntervens, pengukuran lebh beberapa perodk dbuat. Ada empat varas dasar desan n: desan ITSA sederhana, desan ITSA pembalkan, desan beberapa runtun waktu, dan desan longtudnal (Kholstanngsh, 2005). 31

63 (a) Desan ITSA Sederhana Desan ITSA sederhana adalah dalam desan-subyek d mana pengukuran berkala yang dbuat pada satu kelompok dalam upaya untuk membentukdasar, sepert yang dgambarkan d sn (Geoffrey, 2005): O O O O X O O O O D beberapa ttk waktu, peubah terkat (dependent varable) dperkenalkan, dan n dkut dengan pengukuran berkala tambahan untuk menentukan apakah terjad perubahan dalam peubah bebas. (b) Desan ITSA Pembalkan D sampng desan ITSA sedehana, juga dkenal sebaga desan ABA, desan n pada dasarnya adalah sebuah varas mult-subjek desan pembalkan tunggal-subjek, yang akan dbahas nant dalam bab n. Tujuan dasar dar n dsan adalah untuk membangun kausaltas dengan menamplkan dan menark ntervens, atau peubah bebas (ndependent varable), satu sampa beberapa kal sambl merangkap mengukur perubahan dalam peubah terkat (dependent varable) (sepert yang dgambarkan berkutn). Sepert dalam desan tme-seres yang sederhana, desan n dmula dengan serangkaan pre tests untuk mengamat fluktuas normal pada awal. Nama "pembalkan" mengacu pada gagasan bahwa kausaltas dapat dsmpulkan jka perubahan yang terjad setelah penyajan ntervens menghlangkan atau "terbalk" ketka peubah terkat (ndependent varable)adalah dtark, sepert: O O O X O O O REV O O O X O O O (A) (B) (A) (c) Desan ITSA Multple Desan n pada dasarnya sama dengan experment pretest-posttest desan, dengan pengecualan bahwa varabel dependen dukur pada beberapa waktu pon bak sebelum dan sesudah penyajan ndependen varabel, atau longtudnal, sepert yang dgambarkan d sn: O O O O X1 O O O O O O O O X2 O O O O Meskpun desan n tdak acak, bsa cukup kuat dalam hal kemampuannya untuk menyngkrkan penjelasan lan untu kefek yang damat. Desan n memungknkan kta untuk memerksa kecenderungan dalam data, pada ttk-ttk beberap waktu, sebelum, selama, dan setelah ntervens (memungknkan kta untuk mengevaluas masuk akal yang ancaman tertentu untuk valdtas nternal). Selama dan d atas tunggal-kelompok tme-seres desan, Namun, desan n menungknkan kta untuk membuat kedua kelompok dalam dan 32

64 antarkelompok- perbandngan, yang selanjutnya dapat mengurang keprhatnan alternatf penjelasan berkatan dengan sejarah. Oleh karena tu, kekuatan utamadar desan n adalah bahwa hal tu memungknkan kedua perbandngan antarakelompok. Sayangnya, desan n tdak melbatkan acak tugas dan dengan demkan tdak dapat menghlangkan semuaancaman terhadap nternal valdtas. Penjelasan vers lan dar desan ITSA juga djelaskan oleh Bglan et al (2013). Ia menjelaskan bahwa terdapat beberapa desan dalam ITSA, sepert: AB Desan, Multple Baselne Desan, dan ABA Desan, dan Desan Lannya. Masng-masng desan ITSA tersebut secara rnc djelaskan sebaga berkut. (a) Desan ITSA Sederhana ( A-B ) Secara konvens, dalam lteratur perlaku, desan fase langkah-langkah yang berulang dber label A, B, C, dan lan-lan. Desan tme seres sederhana yang berulang adalah desan A-B d mana peubah bebas (ndependent varable) dmanpulas, yatu: tngkat yang baru tu dperkenalkan setelah serangkaan pengukuran dasar dalam satu tme seres. Kemampuan kta untuk menla efek dar peubah bebas adalah fungs dar jumlah ttk data awal, pon jumlah data ntervens, jumlah ttk data pasca-ntervens, dan varabltas data. Jens desan n telah lama dgunakan untuk mengevaluas dampak kebjakan. Sebaga contoh, Gambar 6 yang mempresentaskan sebuah contoh Desan A-B sederhana dar Wagenaar dan Webster (1986), d mana efek Mchgan devaluas dar mplementas tergadap penggunaan mobl yang dwajbkan menggunakan kurs keselamatan untuk anak d bawah usa 4 tahun. Gambar tersebut menunjukkan cedera motor pada penumpang kendaraan dengan usa 0-3 tahun. Undang-undang mula berlaku pada bulan Aprl Sebaga dapat dlhat, ada pengurangan yang jelas dalam tngkat cedera anak-anak. Demkan pula, Hngson et al. (1987) yang menggambarkan efek dar perubahan mengemud d bawah pengaruh undang-undang d Mane dan Massachusetts. Warner (1977) mengevaluas konsums rokok sebaga fungs dar perubahan kebjakan tentang klan rokok dan publstas tentang berbahayanya efek rokok. Efek pajak tembakau pada konsums telah devaluas dengan memerksa pengaruh perubahan tarf pajak konsums tahunan (US Department of Health & Human Servces, 1994). 33

65 15% 15% 10% 10% Outcome 5 Outcome 5 0% Weeks Weeks Sumber: Bglan et al. (2000) Gambar 6. Pengukuran Varablty pada dua nterrupted tme seres hpotetk. Gambar Pertama Menunjukkan seres varablty yang tngg, dan Gambar Kedua menujukkan seres yang relatf stabl 0% Salah satu keterbatasan desan A-B tersebut adalah bahwa perubahan dalam serangkaan waktu bsa dsebabkan oleh banyak faktor lannya yang secara bersamaan terjad dengan perubahan peubah terkat (ndependen varabel). Msalnya, undang-undang tentang tngkat kandungan alkohol dalam darah, dapat dperkenalkan setelah penngkatan dramats dalam jumlah kematan mengemud dalam keadaan mabuk (Campbell, 1969). Jka tngkat kematan kemudan turun, tu bsa dsebabkan oleh penerapan hukum, tetap tu juga bsa dsebabkan oleh regres terhadap rata-rata untuk publstas tentang berlakunya tngkat kematan yang tngg sebelumnya, atau pengaruh faktor lan yang tdak terkendal yang akan menyebabkan tngkat penurunan bahkan tanpa aks undang-undang. Bsa juga bahwa hal tu bukan oleh faktor hukum tu sendr, tap seputar publstas yang dtetapkan bahwa hal tersebut terjad karena faktor kebasaan memnum mnuman keras dan kebasaan mengemud masyarakat. Jka faktor-faktor n yang terjad, orang mungkn melhat penurunan tngkat kematan karena mengemud dalam keadaan mabuk pada saat dlakukan musyawarah undang-undang, tap sebelum berlakunya. Mungkn, salah satu menemukan bahwa ada penurunan tngkat kematan mengemud dalam keadaan mabuk pada ttk yang dtetapkan, tetap kemrngan tme seres lebh postf secara sgnfkan berkut pelaksanaan (Ross, 1973). Dengan kata lan tngkat kematan akbat mengemedu dalam keadaan mabuk menjad turun setelah UU n dberlakukan, tetap mula berpotens menngkat sebaga publstas tentang berkurangnya masalah n. 34

66 Crashes Per 10, Trend Actual Sumber: Bglan (2000) Gambar 7. Implementas Efek Mchgan s dar Pemberlakuan Penggunaan Kurs Pengaman pada Mobl terhadap Cedera Kendaraan Bermotor untuk Usa 0 sampa 3 Tahun (b) Desan ITSA Multplane Baselne Kta dapat memlk satu keyaknan besar bahwa manpulas dar peubah bebas (ndependent varable) yang bertanggung jawab untuk perubahan dalam tme seres jka ada beberapa tme seres, yang masng-masng menerma manpulas atau ntervens pada ttk yang berbeda dalam waktu. Desan d mana peubah bebas (ndependent varable) dmanpulas d ttk berbeda dalam waktu untuk tme seres, umumnya dsebut Desan Multple Baselne (Barlow et al., 1984; Barlow & Hersen, 1984). Ada dua tpe Desan Multple Baselne. Dalam Desan Multple Baselne pada kasus fenomena menark dukur berulang kal dalam dua atau lebh kasus dan manpulas peubah bebas (ndependent varable) terjad pada waktu yang berbeda untuk kasus yang berbeda. Sebaga contoh, Gambar. 3 menyajkan contoh Desan Multple Baselne d empat komuntas yang dgunakan untuk mengevaluas program untuk mengurang penjualan tembakau legal kepada orang-orang muda (Bglan et al., 1996b). Intervens yang melbatkan pedagangan berpenddkan, mbalan untuk pegawa yang tdak menjual, dan publstas untuk toko dan pegawa yang tdak menjual. Peubah bebas (dependent varable) adalah propors toko d setap komuntas yang berseda untuk menjual tembakau kepada 35

67 anak d bawah umur. Hal tersebut dnla berulang kal dengan memlk orang-orang muda yang mencoba untuk membel tembakau d setap toko. Intervens pertama dperkenalkan kepada kedua masyarakat, sementara pasangan kedua masyarakat terus d awal. Setelah ada efek pertama yang jelas dalam dua komuntas, ntervens dperkenalkan pada pasangan kedua masyarakat. Prosedur n devaluas dalam empat komuntas lannya, juga menggunakan beberapa desan dasar d masyarakat (Bglan et al, 1995); dan dperoleh hasl yang sama. Perataan d semua (delapan) komuntas menunjukkan bahwa ntervens menghaslkan pengurangan (persen) toko yang berseda menjual tembakau dar 57% pada awal menjad 22% selama fase ntervens. Tpe kedua beberapa desan dasar bsa dsebut desan multple baselne dalam kasus. Berkut dua atau lebh fenomena yang dukur berulang kal untuk satu kasus dan peubah bebas (ndependent varable) dterapkan pada salah satu fenomena pada suatu waktu. Msalnya, dalam evaluas efek perubahan kebjakan negara d tahun 1970-an dan 1980-an yang mengangkat usa mnmum untuk mnum, efek pada kecelakaang tunggal kendaraan dalam lalu lntas waktu malam dbandngkan dengan efek pada sang har dan kecelakaan banyak kendaraan. Karena kta tahu kebanyakan kendaraan tunggal, kecelakaan mobl pada malam melbatkan penggunaan mnuman alkohol oleh pengendaranya, dan relatf sedkt kecelakaan pada sang har pada banyak kendaraan, jka pengendara kendaraan mnum mnuman beralkohol dberkan hukuman yang lebh tngg. Faktor usa mengurang penggunaan alkohol oleh remaja, kta akan mengharapkan untuk melhat pengurangan keterlbatan remaja dalam kecelakaan tunggal kendaraan pada waktu malam tap tdak dalam kecelakaang banyak kendaraan pada sang har (hasl yang dtemukan d berbaga negara; O'Malley & Wagenaar, 1991; Wagenaar, 1983; 1986; 1993). 36

68 Wllamna 100% Percent Wllng to Sell 75% 50% 25% 0% Baselne Interventon T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 Sutherln 100% Percent Wllng to Sell 75% 50% 25% 0% Baselne Interventon T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 Prnevle 100% Percent Wllng to Sell 75% 50% 25% 0% Baselne Interventon T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 Creswell 100% Percent Wllng to Sell 75% 50% 25% 0% Baselne Interventon T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 Sumber: Bglan (2000) Gambar 8. Propors Outlet Tembakau d Masng-masng Empat Komuntas yang Berseda untuk Menjual Kepada Mereka yang Berusa d Bawah 18 Tahun Setelah Implkas Program Reward dan Ssanya Desan Interrupton Tme-Seres Analyss (ITSA) telah dgunakan secara produktf untuk evaluas kebjakan berbaga percobaan alam yang melbatkan perubahan nasonal, negara, atau masyarakat lokal. Salah satu contoh desan multple baselne dalam masyarakat akan menjad ntervens untuk mempengaruh penjualan tembakau dan alkohol kepada anakanak, d mana ntervens awalnya menargetkan penjualan tembakau dan kemudan hanya menargetkan penjualan alkohol. Bukt bahwa ntervens memlk efek akan dsedakan oleh perubahan awal dalam penjualan tembakau yang tdak dserta oleh perubahan dalam 37

69 penjualan alkohol, dkut oleh perubahan dalam penjualan alkohol ketka ntervens tu dterapkan untuk masalah tersebut. Salah satu kesultan dengan desan tersebut adalah bahwa mungkn dua atau lebh fenomena yang sedang dukur adalah salng berkatan dengan cara-cara yang menyebabkan semua mereka untuk berubah ketka ntervens dterapkan salah satu dar mereka (Barlow & Hersen, 1984). Sebaga contoh, penjualan alkohol untuk anak muda mungkn berubah sebaga hasl dar ntervens menargetkan penjualan tembakau kepada orang-orang muda. Jka hal n terjad, seseorang dapat memlk lebh sedkt keyaknan bahwa pelaksanaan peubah bebas (ndependent varable) membawa perubahan. Dalam banyak contoh, maka akan dperlukan untuk mengumpulkan bukt-bukt apakah dua atau lebh fenomena yang salng terkat dengan cara n, sebelum seseorang dapat mengetahu apakah sepert desan layak. Beberapa desan dasar terkuat menggabungkan beberapa tme seres dalam kasus otomats kecelakaan geopoltk dbandngkan data tme-seres kecelakaan dalam negara bagan. Mereka melhat efek dar mnum d usa remaja muda, remaja yang lebh tua, dan orang dewasa; dan mereka dbandngkan kecelakaan yang mungkn melbatkan alkohol dengan orang-orang yang tdak melbatkan alkohol, yatu: waktu malam vs sang har dan kecelakaan tunggal kendaraan vs kecalakaan mult-kendaraan (Wagenaar, 1986). Selan tu, stud tersebut membandngkan pengaruh perubahan pada waktu mnum d beberapa negara dengan negara-negara lan d mana usa memnum berubah pada waktu yang berbeda atau tdak berubah semuanya (O'Malley & Wagenaar, 1991; Wagenaar, 1993). Barlow et al. (1984) telah menyebutkan perbandngan yang dapat dbuat dalam beberapa desan awal yang melbatkan tga ser waktu untuk menla apakah manpulas peubah bebas (ndependent varable) mempengaruh peubah bebas (dependent varable). Pertama, dalam setap satu deret waktu dapat memerksa apakah kemrngan atau tngkat perubahan deret waktu ketka bebas bebas (ndependent varable) dmanpulas. Kedua, seseorang dapat membandngkan perubahan yang terkat dengan memanpulas peubah bebas (ndependent varable) dalam tme seres pertama dengan perubahan dalam tme seres yang tdak menerma manpulas peubah bebas (ndependen varable). Ketka perubahan dalam ser pertama adalah dtambah dengan tdak adanya perubahan dalam dua detk ser, kesmpulan bahwa peubah bebas (ndependent varable) membawa perubahan yang dperkuat. Ketga, dalam kelpatan dasar tga ser, efek peubah bebas (ndependen varable) pada ser kedua dapat dbandngkan dengan ser ketga kalnya. Replkas efek dalam ser kedua, dserta dengan tdak ada perubahan dalam ser ketga tdak dntervens (unntervened), bahkan memberkan bukt kuat pengaruh peubah bebas (ndependent varable). 38

70 (c) Desan ITSA A-B-A Dalam desan n, ntervens dberlakukan dengan cara: dperkenalkan, dtark, dan dperkenalkan lag. Jka tngkat atau kemrngan (slope) peubah terkat (dependent varable) yang handal dalam menanggap perubahan untuk manpulas, sehngga seseorang dapat mengalam penngkatan keyaknan bahwa perubahan yang terjad adalah karena manpulas dar peubah bebas (ndependent varable). Dengan konvens, fase desan A adalah fase awal d mana manpulas peubah bebas (ndependent varable) tdak d tahap kekuatan, sedangkan pada fase B memperlhatkan pada tahap kekuatan tersebut. Desan n juga dsebut desan reversal, karena pengaruh peubah bebas (ndependent varable) juga duj dengan menark pada kedua fase A, dan melhat apakah efek peubah bebas (ndependent varable) dbalk. Desan n telah dgunakan secara luas dalam peneltan tentang efek penguatan pada perlaku manusa (msalnya, Barlow et al., 1984). Kegunaan Desan ABA adalah mengharuskan hal tu untuk menghlangkan efek dar peubah bebas (ndependent varable) dan bahwa pemndahan tersebut menghaslkan pembalkan efek. Sebaga contoh, seseorang mungkn mengevaluas efek penegakan akses ke undang-undang mengena tembakau yang bolak-balk ke perode penegakan dengan perode yang mereka tdak menegakkan. In mungkn memerlukan perode panjang nonpenegakan efek penegakan. (d) Desan Lannya ( A-B-A-C ) Ada berbaga desan lannya dengan tme seres yang berulang. Semua desaan yang ada melbatkan manpulas peubah bebas (ndependen varable) dan pengamatan dampaknya pada tme seres. Sebaga contoh, dalam sebuah Desan A-B-A-C, devaluas efek tngkat yang berbeda atau berbaga jens peubah bebas (ndependent varable). Dalam desaan perlakuan bolak-balk n, devaluas dua peubah bebas (ndependent varable) yang berbeda atau dua tngkat peubah bebas (ndependent varable) secara bergant-gant dan efek pada ser waktu dperksa. Barlow et al. (1984) memberkan deskrps rnc mengena logka dan prosedur yang terlbat dalam desan n. B.2 Spesfkas Model ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) Spesfkas model ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) dalam peneltan n berkatan dengan ntervens Program Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa yang pernah dmplementaskan oleh pemerntah pada tahap awal selama perode tahun , kemudan tahap kedua dmula lag sejak tahun 2012 hngga saat n (mash berlangsung). Dengan demkan penyusunan spesfkas model ITSA yang dgunakan dalam peneltan n merupakan spesfkas model ITSA dar kasus yang tersegmentas menurut 39

71 perode (tahapan) mplementas program revtalsas, dan dstruktur dengan menggunakan Desan ITSA Multple Baselne dengan menggunakan regres yang tersegmentas, sebagamana yang pernah dgunakan oleh Wagner et al., (2002). Dengan demkan model ITSA yang dgunakan dalam peneltan n dapat dspesfkas menggunana analss regres tersegmentas, sebaga (Wagner et al., 2002): Y t = β 0 + β 1 tme t + β 2 nterventon_1a t + β 3 tme after nterventon_1a t + β 4 nterventon_1b t + β 5 tme after nterventon_1b t + β 6 nterventon_2 t + β 7 x tme after nterventon_2 t + β 8 nterventon_3 t + β 9 tme after nterventon_3 t + e t... (1) dmana: Y t = produktvtas buddaya tambak udang (produks per hektar) tme t = perode waktu usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t nterventon_1a t = ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 1 pada tahun ke-t tme after nterventon_1a t = perode waktu setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 1 pada tahun ke-t nterventon_1b t = ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 2 pada tahun ke-t tme after nterventon_1b t = perode waktu setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 2 pada tahun ke-t nterventon_2 t = ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t tme after nterventon_2 t = perode waktu setelah kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t nterventon_3 t = ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t tme after nterventon_3 t = perode waktu setelah ntervens kebjakan penguatan sarana pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t β 0 = koefsen ntersep (dugaan level dasar dar produktvtas buddaya tambak udang pada saat dmulanya seres data) β 1 = koefsen parameter dugaan trend dasar dar perubahan produktvtas buddaya tambak udang per tahun pada segmen sebelum ntervens kebjakan β 2 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam level pada segmen setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 1 β 3 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam trend pada segmen setelah kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 1 β 4 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam level pada segmen setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 2 β 5 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam trend pada segmen setelah kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 2 β 6 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam level pada segmen setelah ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang 40

72 β 7 β 8 β 9 e 1 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam trend pada segmen setelah ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang = koefsen parameter dugaan perubahan dalam level pada segmen setelah ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang = koefsen parameter dugaan perubahan dalam trend pada segmen setelah ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang = dugaan eror atau galat (peubah gangguan) ke-t D sampng tu, dalam peneltan n juga dgunakan spesfkas model ITSA sama sepert pada spesfkas model pada Persamaan (1), namun dkembangkan dengan beberapa peubah nterkas antar peubah ntervens yang ada, sepert yang dgunakan oleh Wang et al., (2013), yatu sebaga: Y t = β 0 + β 1 tme t + β 2 nterventon_1a t + β 3 tme after nterventon_1a t + β 4 nterventon_1b t + β 5 tme after nterventon_1b t + β 4 nterventon_2 t + β 6 x tme after nterventon_2 t + β 7 nterventon_3 t + β 8 tme after nterventon_3 t + β 9 nterventon_1a t x nterventon_2 t + β 10 nterventon_1a t x nterventon_3 t + β 11 nterventon_1b t x nterventon_2 t + β 12 nterventon_1b t x nterventon_3 t + β 13 nterventon_2 t x nterventon_3 t + β 14 nterventon_1a t x nterventon_2 t x nterventon_3 t + β 15 nterventon_1b t x nterventon_2 t x nterventon_3 t + e t... (2) dmana: Y t = produktvtas buddaya tambak udang (profuks per hektar) me t = perode waktu usaha buddaya tambaj udang pada tahun ke-t nterventon_1a t = ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 1 pada tahun ke-t tme after nterventon_1a t = perode waktu setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 1 pada tahun ke-t nterventon_1b t = ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 2 pada tahun ke-t tme after nterventon_1b t = perode waktu setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 2 pada tahun ke-t nterventon_2 t = ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t tme after nterventon_2 t = perode waktu setelah kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t nterventon_3 t = ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t tme after nterventon_3 t = perode waktu setelah ntervens kebjakan penguatan sarana pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t nterventon_1a t x nterventon_2 t = nteraks ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 1 dengan ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t 41

73 nterventon_1a t x nterventon_3 t nterventon_1b t x nterventon_2 t nterventon_1b t x nterventon_3 t nterventon_2 t x nterventon_3 t ntervanton_1a x nterventon_2 t x nterventon_3 t ntervanton_1b x nterventon_2 t x nterventon_3 t β 0 β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, β 6, β 7, β 8, β 9, β 10, β 11, β 12, β 13, β 14, β 15 e 1 = nteraks ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 1 dengan ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t = nteraks ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 2 dengan ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t = nteraks ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 2 dengan ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t = nteraks ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang dengan ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t = nteraks ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 1 dengan ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang dengan kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t = nteraks ntervens kebjakan revtalsas buddaya udang tahap 2 dengan ntervens kebjakan kemudahan permodalan usaha buddaya tambak udang dengan kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t = koefsen ntercept = koefsen parameter peubah bebas = gallat (peubah gangguan) ke-t B.3. Metode Pendugaan Model ITSA Pendugaan terhadap model ITSA pada Persamaan (1) dlakukan dengan mengunakan pendugaan kemungknan maksmum (Maxmum Lkelhood Estmaton MLE); sedangkan terhadap model ITSA pada Persamaan (2) dlakukan dengan menggunakan pendugaan kemungknan maksmum (MLE) dan pendugaan Bayessan (Bayessan Estmatons - BE). Masng-masng metode pendugaan tersebut dapat djelaskan sebaga berkut. 42

74 B.3.1 Metode Pendugaan Kemungknan Maksmum (Maxmum Lkelhood Estmatons MLE) Menurut Juanda (2009), penduga kemungknan maksmum (Maxmum Lkelhood Estmators MLE) memfokuskan fakta bahwa populas-populas (yang dcrkan dengan parametrnya) berbeda dalam membangktkan contoh-contoh yang berbeda; suatu contoh apapun yang sedang dkaj kemungknan (peluang) nya lebh besar berasal dar beberapa populas darpada dar populas lannya. Msalnya, jka seseorang melakukan samplng dengan pelemparan-pelemparan kon dan kemudan dperoleh rata-rata contoh 0,5 (merepresentaskan setengahnya keluar angka dan setengahnya keluar gambar ), maka populas palng mungkn dar mana contoh dambl adalah suatu populas yang rata-ratanya ( X ) 0,5. Gambar 9 menglustraskan suatu kasus yang lebh umum dmana suatu contoh (Y 1, Y 2,..., Y 3) dketahu akan dambl dar suatu populas normal dengan ragam dketahu tap nla tengah tdak dketahu. Asumskan bahwa pengamatan-pengamatan berasal dar sebara (dstrbuton) A atau sebaran (dstrbuton) B. Jka populas (asal) sebenarnya adalah B, maka peluang bahwa kta telah memperoleh contoh tersebut dar B sangat kecl. Akan tetap jka populas (asal) sebenarnya adalah A, maka peluang bahwa kta telah memperoleh contoh tersebut dar A sangat besar. Jad, pengamatan-pengamatan memlh populas A sebaga populas asal yang palng mungkn telah membangktkan data pengamatan tersebut. Peluang Sebaran B Sebaran A Y 6 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 8 Y 7 Y 1 Sumber: Juanda (2009) Gambar 9. Ilustras Sampel Berukuran B Kemungknan Berasal dar Populas A darpada Populas B Kta defenskan MLE dar suatu parameter β sebaga nla yang palng mungkn membangktkan pengamatan-pengamatan contoh Y 1, Y 2,..., Y 3. Secara umum, jka Y 43

75 menyebar normal, dan masng-masng nla Y dambl secara bebas, maka MLE akan memaksmumkan nla: py py 2 1 p Y n... (3) dmana e = exponental, dan p(y ) merepresentaskan suatu peluang yang dkatkan, msalnya, dengan sebaran normal (normal dstrbuton). Jad MLE merupakan suatu fungs dar contoh (sample) Y yang terambl, = 1, 2,..., n. Suatu contoh yang berbeda dapat menghaslkan keungknan maskmum (maxmum lkelhood - ML) yang berbeda. Persamaan (3) serng dsebut sebaga fungs kemungknan (lkelhood functon). Fungs kemungknan n tdak hanya tergantung dar nla-nla contoh Y tap juga parameter yang tdak dketahu (akan dduga). Dalam menggambarkan fungs kemungknan, kta serng berfkr bahwa parameter yang tdak dketahu (akan dduga) dapat bervaras, sedangkan yang tdak dketahu (akan dduga) dapat bervaras, sedangkan nla Y tetap. Prosedur metode MLE adalah dengan mencar dugaan parameter yang palng mungkn membangktkan data contoh tersebut, atau yang memaksmumkan fungs kemungknan pada Persamaan (3). Sebaga lustras, msalnya kta ngn mencar MLE mengena parameter dar model: Y... (4) X Sebagamana dketahu bahwa masng-masng Y menyebar normal dengan nla tengah (α + βx ), dan ragam σ 2. Sebaran peluang dapat dtulskan secara eksplst sebaga berkut: p 1 2 Y exp Y X Oleh karena tu, fungs peluang bersamanya (lkelhood functon) adalah: 2 Y, Y,, Y,, py py p 1 2 n, 1 2 Y n... (5)... (6) n 1 1 Y, exp Y X (7) Karena vektor pengamtan tetap, maka fungs kemungknan pada Persamaan (7) 2 hanya merupkan funsg dar vektor parameter,, yang tdak dketahu. Kta ngn mencar nla α, β, dan σ 2 yang menghaslkan fungs kemungknan bernla maksmum. Untuk n, kta turunkan fungs Persamaan (7) terhadap masng-masong dar tga parameter yang tdak dketahu tersebut, kemungknan hasl turunannya dsamakan dengan nol, dan dcar nla dugaan dan tga parameter tersebut. Sebenarnya lebh mudah mencar turunan 44

76 n dengan terlebh dahulu mentrasformas 1 Persamaan (7) ke dalam bentuk logartma (natural) nya, sehngga dperoleh fungs log lkelhood sebaga berkut: n n n 2 1 ln 2 ln Y X 2 L ln... (8) Turunan parsal Persamaan (8) terhadap α, β, dan σ 2 menghaslkan: L 1 L 1 L Y X 2 X Y X 0 2 n (9) 0... (10) X 2 X Y (11) Solus Persamaan (9) sampa Persamaan (11) menghaslkan penduga kemungknan maksmum (Maxmum Lkelhood Estmator - MLE) sebaga berkut: X Y X ;... (12) Y X X Y Y 2 ; 2 X X n Jelaslah bahwa nla dugaan α dan β dengan metode MLE sepert pada Persamaan (12) sama dengan snla dugaan dengan metode OLS. Oleh karena tu, kedua metode n menghaslkan penduga α dan β yang bersfat BLUE (Best Lner Unbased Estmators). Akan tetap nla dugaan σ 2 dengan metode maxmum lkelhood (ML) bersfat bas meskpun konssten, tdak sama dengan nla dugaan σ 2 dengan metode OLS. 2 B.3.2 Metode Pendugaan Bayessan (Bayessan Estamtons) Secara teorts, pendugaan Bayessan (Bayessan Estmatons) terdr dar dua jens, yatu: Pendugaan Bayaessan Penuh (Fully Bayessan Estmatons FBE) maupun pendugaan Bayessan Emprs (Emprcally Bayessan Estmatons EBE). Namun dalam peneltan n, akan dgunakan hanya satu jens saja, yatu: Pendugaan Bayessan Emprs (Emprcally Bayessan Estmatons). Secara umum, konsep dasar dar prosedur pendugaan Bayesan (Bayesan Esmators) melbatkan kombnas kedua data nformas yang damat dan beberapa keyaknan sebelum menghaslkan dstrbus posteror dar parameter yang tdak dketahu. Informas sebelumnya (pror nformaton) dmasukkan ke dalam model melalu penggunaan dstrbus 1 Transformas monoton, dengan pengertan jka 1 2, maka L 1 < L 2 karena nla selalu negatf 45

77 sebelumnya (pror dstrbuton), yang merupakan sebuah dstrbus nla kemungknan untuk sebuah parameter. Dengan tdak adanya nformas sebelumnya (pror nformaton) yang spesfk pada sebuah parameter, basanya dadops sebuah dstrbus sebelumnya (pror dstrbuton) yang non-nformatf dengan varans yang besar. Dbandngkan pendekatan kemungknan maksmum klask (Maxmum Lkelhood Estmaton - MLE), pendekatan FBE menawarkan sejumlah keunggulan. Pertama, metode kemungknan maksmum (MLE) tergantung pada sfat asmtotk mereka, sfat sampel kecl dar pendugaaan Bayesan memungknkan pendugaan model dengan sampel yang lebh kecl ukurannya. Untuk ukuran sampel yang besar, penduga Bayess yang asmtotk setara dengan penduga kemungknan maksmum (MLE) dalam konds keteraturan yang tepat. Kedua, kemampuan untuk menyertakan pengetahuan sebelumnya (pror knowledge) terhadap nla-nla parameter dalam model sebelum mengamat data yang muncul secara menark ketka penelt/nvestgator ngn memanfaatkan temuan dar stud yang mrp atau stud sebelumnya. Ketga, Pendekatan Bayesan memungknkan seseorang untuk menentukan bentuk model yang sangat kompleks d mana fungs kemungknan terselesakan, terutama dalam konteks model hrarks. Keempat (terakhr), dalam pendekatan kemungknan maksmum klask, parameter model danggap sebaga jumlah tetap dan penekanannya pada mendapatkan penduga ttk untuk parameter dan kesalahan standar mereka. Pada ss lan, pendekatan Bayesan, mampu memberkan dstrbus posteror seluruh hasl berdasarkan nferens yang dapat dlakukan. Msalnya, Penduga Bayes umum untuk parameter adalah rata-rata dstrbus posteror. Oleh karena tu dalam hal n, pendekatan Bayesan memungknkan representas dan mengambl laporan lengkap tentang ketdakpastan yang berkatan dengan model dan nla-nla parameter. Keterbatasan utama untuk melaksanakan pendekatan Bayesan d masa lalu adalah bahwa dstrbus posteror yang analts dan dapat drunut (tractable) hanya sejumlah kecl model sederhana. Dalam kebanyakan kasus, dstrbus posteror tdak memlk ekspres bentuk tertutup dan membutuhkan evaluas ntegral berdmens tngg. Karena kemajuan komputas, munculnya software statstk WnBUGS (Lunn et al. 2000) memungknkan mplementas lebh langsung dan layak dar metodolog Bayesan. WnBUGS mengadops Gbbs Sampler untuk mensmulaskan realsas dar Ranta Markov yang membatas dstrbus adalah parameter dstrbus posteror. Hal n terdr dar sampel masng-masng parameter yang pada glrannya dar dstrbus posteror bersyarat penuh mereka. WnBUG memlk sebuah sstem untuk memlh metode pengamblan sampel terbak untuk menark dar dstrbus unvarat n. Sstem pemerksaan pertama untuk conjugacy, d mana huruf dstrbus bersyarat penuh mengurang analts untuk dstrbus terkenal dan sampel langsung 46

78 dapat dterapkan menggunakan algortma standar. Jka kunjugas (conjugacy) tdak terdeteks, tap bukan densty adalah log-cekung, maka penolakan adaptf terhadap sampel algortma (adaptve rejecton samplng algorthm) yang dgunakan. Jka target kepadatan tdak log-concave, kemudan akan dgunakan adaptve rejecton samplng algorthm. Jka densty target bukan log-concave, maka akan dgunakan Metropols-Hastngs. Untuk melengkap prosedur pendugaan Bayesan, kta perlu menentukan dstrbus pror untuk masng-masng parameter model. Untuk koefsen regres parameter, kta menetapkan dstrbus sebelumnya (pror dstrbuton) adalah normal dengan mean 0 dan varans yang besar, yatu: 0,1000 ; 0.1.,7, Normal... (13) untuk mencermnkan sebuah peubah tdak apror dalam model, dapat dkatkan dengan jumlah njury. Kta menetapkan sebuah pror yang seragam untuk parameter dspers α dar dstrbus Posson, yatu: Unform 0.5, (14) Parameter yang hper (mencolok) dplh untuk mencermnkan ketdaktahuan tentang kemungknan nla-nla parameter. Kta lakukan run tga Ranta Markov secara paralel dmula dar nla awal yang berbeda untuk sejumlah teras. Sebanyak teras awal tertentu mungkn akan dbuang sebaga perode burn-n. Kemudan kta mengambl nla-nla smulas setap ke-20 teras untuk mengurang autokorelas. Sampel akhr ukuran tertentu (dkumpulkan selama tga ranta), sehngga hampr mbang ndependen yang dperoleh untuk setap parameter dalam model dan dgunakan untuk posteror nferens. Plot jejak, plot autokorelas dan plot posteror densty dperksa dengan seksama untuk memastkan konvergens dcapa untuk setap parameter. Konvergens parameter juga ekstensf dperksa menggunakan metode Plot Konvergens Brooks, Gelman dan Rubn (Gelman dan Rubn, 1992; Brooks dan Gelman, 1998). EBE adalah sebuah pendekatan pendugaan yang telah dgunakan secara luas dalam analss data, terutama untuk sebelum dan sesudah evaluas dar suatu perlakuan (treatment). Pendekatan EBE terkat dengan pendekatan Bayesan penuh (FBE) dalam art bahwa nformas pror dkombnaskan dengan data saat n untuk mendapatkan perkraan. Namun, berbeda dengan pendekatan FBE, parameter dstrbus pror (pror dstrbuton) dperkrakan dar data yang ada dan dgunakan dalam langkah-langkah berkutnya dengan asums tdak ada ketdakpastan (uncertanty) terkat dengan parameter. Msalnya, dalam mengevaluas dampak dar beberapa perlakuan (treatment) dalam jumlah outcome tertentu, nformas sebelumnya (pror) dperoleh dar stus perbandngan yang mrp dengan stus perlakuan (treatment). Perkraan dar mean sampel atau fungs dar mean (umumnya dkenal sebaga 47

79 Fungs Keselamatan Knerja (Safety Performance Functon - (SPF) dapat dhtung dan kemudan dkombnaskan dengan menghtung kecelakaan yang spesfk untuk memperoleh perkraan penngkatan yang dharapkan jumlah stus kecelakaan. Namun, n berart bahwa dalam pendekatan EBE, perkraan tngkat populas tdak memberkan kontrbus pada ketdakpastan d stus. Perkraan spesfk dan sebaga haslnya, perkraan persmpangan tngkat mungkn memlk kesalahan standar yang lebh rendah. D ss lan, pendekatan FBE, memlk account yang lebh bak untuk ketdakpastan n dengan mengaku bahwa perkraan tngkat populas mengkut dstrbus tertentu yang pada glrannya tergantung pada tngkat yang lebh tngg parameter. Juga, peenerapan pendekatan FBE tdak memerlukan estmas SPF, yang merupakan salah satu keterbatasan terbesar dar pendekatan EBE (Perancs dan Heagerty, 2008). Prosedur yang melbatkan model regres sebelum ntervens kebjakan dan menggunakan model yang dhaslkan untuk membentuk lntasan hasl dalam perode waktu setelah kebjakan ntervens berupa kebjakan (polcy). Hal n dkut dengan pengamatan yang kontras pada pasca-ntervens dengan hasl yang mereka harapkan (dpredks oleh model regres) d bawah adanya ntervens kebjakan. Model berbass regres memlk fleksbltas untuk memperhtungkan kecenderungan sementara serta menyesuakan kovarat pentng dan nteraks mereka. Perbedaan antara hasl yang dharapkan dan data yang damat setelah perubahan kebjakan yang kemudan drata-ratakan untuk memperkrakan efek kebjakan. Uj statstk yang resm sepert dua sample t-test, dapat dgunakan untuk menguj apakah terdapat perbedaan yang sgnfkan dalam efek kebjakan antara kelompok sasaran utama yang menark dan kelompok pembandng Metode Analss Total Factor Productvty (TFP) Knerja revtalsas tambak udang dapat dukur berdasarkan penngkatan produktvtas usaha buddaya udang yang drevtalsas. Penngkatan produktvtas tersebut dapat dlakukan melalu penngkatan produktvtas nput secara parsal dan atau penngkatan Produktvtas Total Faktor (Total Factor Productvty - TFP). Kajan terhadap produktvtas nput secara parsal belum dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruh produktvtas usaha buddaya tambak udang secara keseluruhan. TFP merupakan konsep pengukuran produktvtas untuk menjelaskan faktor-faktor lan, selan nput, yang dapat mempengaruh perubahan output. Kajan tentang TFP pada tngkat usaha buddaya tambak udang secara khusus belum dlakukan. Bahkan pada sektor pertanan secara keseluruhan juga mash terbatas, bak dar seg jumlah maupun lngkup peneltan, sepert yang dlakukan Fugle (2004) dan Fugle (2010). Fugle menganalss TFP pada sektor pertanan secara aggregat (level makro) untuk 48

80 mengukur perubahan TFP antar waktu (tme seres) sebaga salah satu sumber pertumbuhan PDB pertanan. Peneltan Fugle (2010) menunjukkan bahwa TFP antar perode berbedabeda, namun cenderung menngkat pada perode revolus hjau dan lberalsas. Sebalknya, pada perode krss ekonom TFP cenderung menurun. Hal n menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruh TFP. Oleh karena tu, kajan tentang faktor-faktor yang mempengaruh TFP menjad pentng dan menark untuk dlakukan. Selan tu, kajan TFP umumnya dlakukan pada level aggregate (makro) dan mash sangat jarang dlakukan pada level usahatan (buddaya). Peneltan Martnez-Cordero et. al (1999) merupakan analss TFP pada level usahatan dengan menggunakan data lntang waktu (cross secton). Pada kedua peneltan tersebut, danalss varas TFP antara usahatan dbandngkan dengan TFP rata-rata. Dengan menganalss TFP pada level usahatan, maka dapat dketahu faktor-faktor apa saja selan nput yang dapat mendorong penngkatan produks. Penngkatan produks dapat dupayakan melalu penngkatan luas lahan yang dusahakan dan penngkatan produktvtas. Pada konds faktor produks lahan yang semakn terbatas, maka penngkatan produktvtas menjad plhan pentng. Produktvtas mengandung art kemampuan menghaslkan output dar setap nput yang dgunakan. Produktvtas nput secara parsal, msalnya produktvtas per lahan atau produktvtas per tenaga kerja, belum dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruh produktvtas buddaya tambak udang secara keseluruhan. TFP merupakan konsep pengukuran produktvtas untuk menjelaskan faktor-faktor lan, selan nput, yang dapat mempengaruh perubahan output. Dengan kata lan melalu analss TFP dapat ddentfkas perubahan output yang tdak dapat djelaskan oleh perubahan nput. Secara matemats dapat dtulskan sebaga berkut (Kumar et al., 2005: Aswathy et al., 2013): Output Index TFP ndex... (15) Input Index TFP dapat dsebabkan karena adanya kemajuan teknolog atau techncal progress, yang dapat berupa perubahan teknolog atau perbakan teknolog. Akbat terjadnya kemajuan teknolog tersebut dapat menyebabkan terjadnya penngkatan efsens dalam penggunaan nput. Penngkatan efsens kemudan akan menngkatkan produktvtas secara keseluruhan. Teknolog dapat melput teknolog nput, teknolog mekank, teknolog sstem produks, dan teknolog output. Varas teknolog dapat mempengaruh produktvtas sehngga melalu teknolog yang lebh bak, output tertentu dapat dhaslkan dar penggunaan nput yang lebh sedkt atau penggunaan nput yang sama dapat menghaslkan output yang lebh banyak. Namun perubahan teknolog dapat juga menyebabkan penngkatan penggunaan nput untuk menghaslkan ouput yang lebh tngg, tetap penngkatan output lebh tngg dar penambahan nput. 49

81 Selan kemajuan teknolog, produktvtas juga dapat dpengaruh oleh beberapa faktor eksternal maupun nternal usaha buddaya udang. Faktor nternal yang utama yatu kemampuan pembuddaya dalam mengelola usaha buddaya tambak udang. Kemampuan pembuddaya dalam mengelola sangat dtentukan oleh banyak hal, antara lan tngkat penddkan, pengalaman, tngkat pengetahuan dan keteramplan petan. Hal n serng dsebut dengan faktor human captal. Peranan pembuddaya sebaga pengelola menjad semakn besar dan pentng karena pembuddaya merupakan pengambl keputusan utama dalam usaha buddaya tambak udang. Faktor nternal lannya yang perlu dperhatkan karena dapat mempengaruh produktvtas yatu kapastas usaha yang dapat dlhat dar ukuran usaha buddaya udang (sze of farm) dan ketersedaan aset lan. Ukuran usaha buddaya udang yang palng lazm dgunakan yatu luas lahan. Lahan yang lebh luas dan ketersedaan aset yang sesua kebutuhan usahatan dapat mendorong penngkatan produktvtas usahatan. Faktor lan yang juga dapat mempengaruh produktvtas usahatan yatu dukungan faktor eksternal, terutama ketersedaan nfrastruktur pendukung, bak dalam bentuk fsk maupun non fsk. Beberapa nfrastruktur yang dperlukan dalam mendukung usahatan, antara lan nfrastruktur jalan, rgas, pasar, kelembagaan peneltan, kelembagaan penyuluhan, kredt dan kelembagaan keuangan, sstem agrara dan kebjakan yang mendukung. Beberapa peneltan yang menunjukkan bahwa nfrastruktur merupakan salah satu faktor yang mempengaruh produktvtas, d antaranya peneltan yang dlakukan: Fugle (2010); Kumar et al. (2008); Wepng and Yng, (2007); Ashok and Balasubramanan (2006); Kalyvts (2002); Nayak (1999); Looney (1994). Infrastruktur dapat mempengaruh luas lahan dan produktvtas. Perubahan nfrastruktur dapat mendorong perubahan luas lahan sehngga kurva luas lahan bergeser (nak atau turun) tergantung jens komodtas. Pada komodtas udang, penngkatan nfrastruktur pada tngkat harga output tetap akan menyebabkan penngkatan luas lahan. Selan tu, penngkatan nfrastruktur juga akan menngkatkan produktvtas dan kurva produktvtas juga akan bergeser (menngkat). Artnya, konds nfrastruktur yang berbeda antar usaha buddaya udang akan mengakbatkan perbedaan pada luas lahan dan produktvtas usaha buddaya udang yang pada akhrnya mempengaruh produks dan keuntungan usahatan. Infrastruktur dalam peneltan n melput nfrastruktur fsk (jalan, rgas), kredt, dan teknolog (konservas lahan, teknolog benh, dan dversfkas tanaman). Berdasarkan uraan tersebut, dapat dsarkan bahwa TFP dapat dpengaruh oleh beberapa faktor pentng sepert kualtas sumberdaya manusa, nfrastruktur, kualtas dan kapastas aset (vntage of captal), serta peneltan dan pengembangan. Pengukuran ndeks TFP, sepert ndeks Laspeyres, Paasche, Fsher, dan Tornqvst. Berdasarkan krtera teor ekonom dan pendekatan fungsonal serta krtera pendekatan 50

82 pengujan, maka ndeks Fsher dan ndeks Tornqvst danggap palng bak, hal n sebagamana dnyatakan oleh Alex Lsstsa dalam modul Effcency and Productvty Analyss: Determnstc Approaches. Secton an Introducton to Index Number Methods. Pengukuran ndeks TFP dalam peneltan n dgunakan ndeks Tornqvst. Indeks TFP menurut Tornqvst yang dkenal dengan nama Tornqvst Index. Tornqvst Index dapat dgunakan untuk mengukur TFP antar waktu (tme seres data), data panel, serta antar lokas atau antar perusahaan pada waktu tertentu (cross secton data). Dalam peneltan n dukur TFP antar usaha buddaya tambak udang pada tahun tertentu (cross-secton). Mengngat bahwa produktvtas yang dmaksud dalam peneltan n yatu produktvtas total faktor atau total factor productvty (TFP), bukan produktvtas parsal (msalnya produktvtas per luas lahan atau produktvtas per tenaga kerja), maka mengacu pada Persamaan (17), pengukuran TFP dalam peneltan dlakukan dengan menggunakan cara perhtungan Tornqvst-Thel Index, sepert yang telah dterapkan oleh Hall and Jones (1997); Martnez-Cordero et al. (1999). Tornqvst-Thel Index n dapat daplkaskan untuk menghtung TFP setap usaha buddaya tambak udang dbandngkan TFP rata-rata. Rumus perhtungan TFP untuk aplkas data cross secton dapat dtulskan sebaga: TFP avg 1 2 log Q log Qavg S Q SQavg log X log X S S (16) avg dmana: TFP avg = produktvtas total faktor usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-, Q = jumlah output usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; Q avg = rata-rata output untuk seluruh usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; S Q = propors pendapatan output usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; S Qavg = rata-rata propors pendapatan output dar seluruh usaha buddaya tambak udang; X k = jumlah nput pada usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; X kavg = rata-rata nput untuk seluruh usaha buddaya tambak udang; S X = propors baya nput pada usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-, = rata-rata propors baya nput dar seluruh usaha buddaya tambak udang. S Xavg X Setelah dperoleh ndeks TFP, selanjutnya dlakukan analss regres untuk menganalss faktor-faktor yang mempengaruh ndeks TFP dengan menggunakan pendekatan ekonometrka regres sederhana yang pendugaannya dlakukan dengan metode Ordnary Least Square (OLS). Model yang dbangun untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruh ndeks TFP usaha buddaya tambak udang, adalah sebaga berkut: TFP 0 1TBU 2TPP 3PPU 4LHN 5ISI 6 Xavg API e (17) dmana: TFP = total produktvtas faktor usaha buddaya tambak udang pada pembuddaya ke-; TBU = ndeks teknolog benh udang pada pembuddaya ke-; TPP = tngkat penddkan formal pembuddaya ke- (dalam tahun); 51

83 PPU = tngkat pengalaman pembuddaya udang ke- (dalam tahun); LHN = luas lahan buddaya udang yang dkelola pembuddaya ke- (dalam Ha); ISI = ndeks nfrastruktur rgas pada usaha buddaya udang pada pembuddaya ke- (dalam ndeks) API = ndeks aksesbltas ke pasar nput untuk pembuddaya ke- (dalam ndeks) Indeks yang dhaslkan bervaras antara 0 dan 1. Perhtungan ndeks teknolog benh, ndeks saluran rgas, dan ndeks aksesbltas ke pasar nput dlakukan dengan menggunakan metode yang dgunakan oleh Iyengar dan Sudarshan (1982) yang daplkaskan juga oleh Ashok dan Balasubramanan (2006). Rumus ndeks tersebut sebaga berkut: Y W MnW MaxW MnW /... (18) dmana: Y = ndeks sesuatu yang dukur pada usaha buddaya tambak udang ke-; W = bobot sesuatu yang dukur pada usaha buddaya udang ke-; MnW = mnmum bobot sesuatu yang dukur pada usaha buddaya tambak udang ke-; MaxW d = maksmum bobot sesuatu yang dukur pada usaha budadaya tambak udang ke-) Metode Analss Model Regres Plhan Kualtatf Pengamblan keputusan merupakan suatu hal yang bersfat kualtatf. Dalam suatu peneltan yang terkat dengan pengamblan keputusan, maka peubah bebasnya bersfat kualtatf. Peubah yang bersfat kualtatf memlk skala pengukuran nomnal atau ordnal. Skala pengukuran nomnal yatu masng-masng kategor dalam skala yang memlk tngkat yang sama. Sedangkan skala pengukuran nordnal yatu masng-masng kategor memlk tngkat yang lebh tngg darpada kategor yang lan. Model plhan kualtatf tu sendr, bertujuan untuk menentukan alternatf mana yang akan dplh oleh ndvdu yang memlk karakterstk tertentu dan seberapa besar peluangnya, dmana yang palng serng terjad yatu alternatf yang terseda hanya ada dua, sehngga dsebut plhan model bner (juanda, 2009) Proses pengamblan keptusan dalam penerapan suatu teknolog, sepert teknolog buddaya udang sesua anjuran dalam program revtalsas akan selalu dkatkan dengan adops novas. Proses adops novas sendr melalu bebrapa beberapa tahapan, yatu: tahap kesadaran (awareness), ketertarkan (nterest), evaluas (evaluaton), perobaan (tral), dan adops (adoptons) (Rogers dan Shoemaker, 1987). Proses adops tersebut dapat dpengaruh oleh berbaga faktor ekternal dar adopter, sepert keuntungan yang akan dperoleh sebaga hasl proses adops, saluran komunkas, kegatan promos penyuluhan, nteraks ndvdual dan kelompok, sumber nformas lannya; serta faktor eksternal adopter sepert umur, penddkan, skap terhadap perubahan, dan lannya (Soekartaw, 1988). Pengamblan keputusan oleh pembuddaya tambak udang dhadapkan oleh dua fakttor, yatu: faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen berada dalam kontrol 52

84 pembuddaya, sedangkan faktor eksogen tdak berada dalam kontrol pembuddaya. Faktor endogen melput konds rumahtangga pembuddaya dengan segala faktor produks yang dkuasanya berupa lahan, modal, tenaga kerja dan kemampuan dalam pengelolaan. Faktor eksogen melput norma dan perlaku dalam suatu struktur masyarakat tertentu, nsttus eksternal sepert pasar, dan hal lan yang berada d luar kontrol pembuddaya (Asmara, 2002). Untuk menganalss faktor-faktor yang mempengaruh keputusan pembuddaya untuk merevtalsas buddaya tambak udang, dalam peneltan n dgunakan model regrese plhan kualtatf. Model n dalam analssnya menggunakan peubah respons (dependent varable) yang bersfat kualtatf. Peubah respons yang bersfat kualtatf tersebut dapat mempunya skala pengukuran nomnal dan ordnal. Nla-nla peubah respons kualtatf n terbatas (lmted dependent varable), bahkan serng hanya bernla dua kemungknan saja. Msalnya, apakah seorang pembuddaya tambak udang melakukan revtalsas usaha buddayanya atau tdak. Peubah kualtatf yang hanya mempunya dua kemungknan n dsebut peubah lner (Juanda, 2009). Jka satu atau beberapa peubah bebas (ndependent varables) dalam model regres lner merupakan peubah lner, kta dapat merepresentaskannya sebaga peubah dummy. Akan tetap penerapan model regres lner dalam kasus peubah responsnya bernla bner, maka penyelesaannya akan bersfat kompleks. Model-model plhan bner mengasumskan bahwa ndvdu-ndvdu (unt pengamatan) dhadapkan pada suatu plhan antara dua alternatf, dan plhannya tergantung dar karakterstk ndvdu-ndvdu tersebut. Msalnya, kta ngn mempredks apakah seorang pembuddaya akan mengambl keputusan untuk merevtalsas usaha buddaya tambak udang dengan menerapkan teknolog sesua anjuran (Y). Kta dapat memperkrakan bahwa penggunaan benh udang (benur) unggulan sesua anjurana untuk buddaya udang (X) merupakan faktor dalam menentukan apakah pembuddaya melakukan revtalsas buddaya tambak udang atau tdak. Pembuddaya yang menggunakan benh udang (benur) yang lebh bank sesua anjuran berpeluang (berkemungknan) lebh besar untuk merevtalsas buddaya tambak udangnya dbandngkan pembuddaya yang menggunakan benh udang (benur) yang kualtasnya lebh rendah (tdak sesua anjuran). Dengan demkan, dalam menganalss keputusan seorang pembddaya untuk merevtalsas buddaya tambak udang, kta akan memperoleh jawaban hanya dua, yatu ya (untuk pembuddaya yang merevtalsas) dan tdak (untuk pembuddaya yang tdak mervtalsas). Dengan kata lan, respons seorang pembuddaya tersebut bersfat dkotoms (bnar). Untuk analss sepert n, kta dapat menggunakan model regres dmana peubahnya bersfat kualtatf dan kta harus mengkuantfkaskan peubah kualtatf tersebut 53

85 agar regrese bsa dlakukan. Kta akan mengambl nla 1 jka peubah mempunya atrbut dan nla 0 jka peubah tdak mengandung atrbut (Wdarjono, 2007). Meskpun logs kta memperkrakan suatu hubungan langsung antara penggunaan benh udang (benur) yang berkualtas tngg sesua anjuran (X) dan perlaku keputusan pembuddaya merevtalsas buddaya tambak udangnya (Y), namun kta tdak bsa mempredks secara past (yakn) apakah masng-masng pembuddaya yang menggunakan benh udang dengan kualtas tertentu past akan merevtalsas buddaya tambak udangnya, sepert yang dtunjukkan dengan kesedaannya menerapkan teknolog untuk merevtalsas buddaya udang. Apa yang kta lakukan hanya mempredks kemungknan seorang pembuddaya dengan menggunakan benh udang tertentu akan merevtalsas buddaya tambak udang (sepert dtunjukkan oleh kesedaanya menggunakan teknolog sesua anjuran) atau tdak. Oleh karena tu, tujuan model plhan respons kualtatf adalah menentukan peluang bahwa ndvdu dengan karakterstk-karekterstk tertentu akan memlh suatu plhan respons tertentu dar beberapa alternatf yang terseda (Juanda, 2009). Dalam lteratur ekonometrka, setdaknya terdapat empat jens model regres plhan respons kualtatf, yatu: (1) Model Regrese Peluang Lner; (2) Model Regrese Probt; (3) Model Regrese Logt; dan (4) Model Regres Tobt. Masng-masng jens model regres plhan kualtatf tersebut, dapat djelaskan pada uraan berkut Model Regres Peluang Lner Sebaga lustras model plhan kualtatf yang palng sederhana sederhana, kta mula dengan model peluang lner (Lner Probablty Model LPM) dengan bentuk model regres sebaga berkut: Y 0 1X... (19) dmana: X = nla karajterstk (msalnya modal usaha) ndvdu ke- Y 1, 0, jka plhan kesatu dplh ( msal mervalsas tambak udang) jka plhan kedua dplh ( msal tdak mervalsas tambak udang) ε = peubah acak yang menyebar bebas dengan nla tengah 0. Dalam peneltan n, dgunakan satu peubah terkat atau peubah respons (dependent varabel), Y dan 11 peubah bebas (ndependent varables), X, sehngga Persamaan (19) tersebut menjad: Y 0 1X1 2 X 2 3X 3 4 X 4 5 X 5 6 X 6 54

86 7 X 7 8 X 8 9 X 9 10X10 11X11... (20) dmana: Y = peubah peluang merevtalsas buddaya tambak udang yang dalam hal n dproks dengan peubah peluang menerapkan teknolog buddaya tambak udang sesua dengan anjuran dalam program revtalsas buddaya tambak udang (nla 1 untuk pembuddaya yang merevtalsas, dan nla 0 untuk pembuddaya yang tdak merevtalsas) X 1 = peubah tngkat kualtas benh udang (nla 3 untuk benh berkualtas tngg sesua anjuran, nla 2 untuk benh yang kurang berkualtas/sedang, dan nla 1 untuk benh yang tdak berkualtas/rendah) X 2 = peubah tngkat kualtas pakan udang (nla 3 untuk pakan berkualtas tngg sesua anjuran, nla 2 untuk pakan yang kurang berkualtas/sedang, dan nla 1 untuk pakan yang tdak berkualtas/rendah) X 3 = peubah luas lahan buddaya tambak udang yang dusahakan (dalam satuan hektar) X 4 = peubah status kepemlkan lahan tambak (nla 3 untuk mlk sendr, nla 2 untuk sewa, dan nla 1 untuk garapan) X 5 = peubah dummy penguasaan teknolog buddaya tambak udang sesua anjuran (nla 1 jka menguasa, dan nla 0 jka tdak menguasa) X 6 = peubah tngkat penddkan tenaga kerja (nla 4 untuk perguruan tngg, nla 3 untuk sekolah tngkat atas, nla 2 untuk sekolah lanjutan tngkat pertama, dan nla 1 untuk sekolah dasar). X 7 = peubah tngkat pengalaman dalam usaha buddaya tambak udang yang dukur dar lamanya petambak melakukan usaha bdudaya udang (tahun). X 8 = peubah konds nfrastruktur rgas (nla 3 untuk konds bak, 2 untuk konds sedang, dan 1 untuk konds buruk). X 9 = peubah konds nfrastruktur akses jalan ke lokas tambak (nla 3 untuk konds bak, 2 untuk konds sedang, dan 1 untuk konds buruk). X 10 = peubah dukungan kebjakan permodalan (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). X 11 = peubah dukungan kebjakan tata-ruang wlayah (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). X 12 = peubah dukungan kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). ε = peubah gallat (gangguan) Untuk mengnterupskan Persamaan (19), kta tentukan nla harapan dar masngmasng pengamatan peubah respons (dependent varable) Y : Y 0 X E 1... (21) Karena Y hanya mempunya kemungknan dua macam nla, yatu: 1 dan 0, kta dapat menggambarkan sebaran peluang Y dengan memsalkan: sehngga: E P P Y 1 dan 1 P PY 0 Y P 01 P P 1... (22) 55

87 Dengan demkan, nla harapan kondsonal (condtonal expectaton) dar Persamaan (19) dapat dnterpretaskan sebaga probabltas kondsonal dar Y. Karena probabltas P harus bernla 0 dan 1, maka: Y X 1 0 E... (23) Jad dalam lustras mengena revtalsas ndustr buddaya udang sepert djelaskan d atas, model regres dalam Persamaan (20) menggambarkan peluang bahwa ndvdu pembuddaya ke- dengan penggunaan benh udang yang berkualtas tngg sesua anjuran (X ) akan merevtalsas kegatan usaha buddaya tambak udang (Y). Dugaan model peluang lner (LPM) serng dtulas dalam bentuk sebaga: P X, jka, jka, jka 0 0 1X X X (24) Karena karakterstk dar model LPM n sama dengan model regres lner, maka metode OLS dapat dgunakan untuk menyelesakan model regrese n. Dengan demkan model LPM merupakan model yang palng sederhana dan mudah dlakukan, namun model n mempunya beberapa kelamahan, yatu: (a) Peubah Gangguan (ε ) Tdak Berdstrbus Normal Sebaran (dstrbus) model yang bersfat bnar dalam peubah terkatnya yang hanya mempunya dua nola (1 dan 0), maka model LPM peubah gangguannya jelas tdak berdstrbus normal. Hal n djelaskan sebaga berkut: Y 0 1X... (19) maka peubah gangguannya: X... (25) Y 0 1 Jka Y = 1, maka ε = 1 β 0 +β 1X sehngga probablotasnya = P Jka Y = 0, maka ε = 0 β 0 +β 1X sehngga probablotasnya = 1 - P Sebaran (dstrbus) peluang komponen ssaan ε dtentukan dengan mensubsttuskan nla Y ( 1 dan 0) dalam Persamaan (19) yang dapat dlhat dalam Tabel 2. Dar Tabel 2, kta dapat melhat hubungan antara peluang P dan X dengan menggunakan asums bahwa nla tengah ssaan sama dengan 0, sepert dalam Tabel 8. 56

88 Tabel 8. Sebaran Peluang bag Peubah Galat (ε ) Y ε Peluang 1 1- β 0 - β 1X P 0 - β 0 - β 1X 1 - P X P X 1 P E... (26) Sehngga, P 0 1X dan 1 P 1 0 1X Ragam komponen ssaan dapat dhtung sebaga berkut: E X P X 1 P X X X 0 1X X X P P (27) atau, Var 2 Y EY EY 2 EY EY 2 2 P 1 P E... (28) 1 Jad bsa dlhat bahwa peubah ganguan (ε ) tdak berdstrbus normal, demkan pula dengan dan peubah Y, tetap menyebar mengkut dstrbus bnomal ( Dstrbus Bernoul). Peubah gangguan (ε ) yang tdak berdstrbus normal (yakn mengkkut Dstrbus Bernoul) tdak masalah jka tujuan dar OLS hanya sekedar pendugaan bukan untuk nferens (predks), karena akan tetap menghaslkan penduga (estmator) yang BLUE (Best Lner Unbased Etmators). Dsampng tu, jka sampel terus bertambah, maka penduga (estmator) OLS cenderung akan terdstrbus secara normal (Wdarjono, 2007). (b) Varan dar Peubah Gangguan Mengandung Unsur Heteroskedaststas Kelemahan (masalah) kedua yang muncul adalah bahwa peubah gangguan (ε ) dar LPM mengnadung unsur heteroskedaststas, meskpun kta tetap mempertahankan E(ε ) = 0 dan cov ((ε, ε j) = 0. Hal n terjad karena ε mengkut dstrbus bnomal. Hal n bsa djelaskan sebaga berkut. Ketka: Y = 1, maka ε = 1 β 0 +β 1X sehngga probablotasnya = P Y = 0, maka ε = 0 β 0 +β 1X sehngga probablotasnya = 1 - P Maka E(ε ) = 0, sehngga: X P X 1 P (29) 57

89 Varan peubah gangguan (ε ) dapat dhtung sebaga: Var E E 2 2 karena asums E(ε ) = 0 E X X X 0 1X P 1X 0 1X P 1... (30) atau, EY X 1 EY X Var... (31) P 1 P dmana nla P tergantung dar peubah X Persamaan (30) atau Persamaan (31) menunjukkan bahwa komponen ssaan bersfat heteroskedasts, hal n karena adanya heteroskedaststas yang menyebabkan penduga (estmator) dar LPM tdak lag BLUE, yakn tdak lag mempunya varan yang mnmum. Pengamatan-pengamtan dengan nla P mendekat 0 atau 1 mempunya ragam relatf kecl, sedangkan pengamatan-pengamatan dengan nla P mendekat 0,5 akan mempunya ragam relatf besar. Masalah heteroskedaststas n, sebagamana telah dbahas, mengakbatkan penduga OLS (Ordnary Least Square ) tdak efsen (σ β besar), meskpun tetap konssten dan tak bas, sehngga kta bsa mengatas atau mengoreks masalah heteroskedaststas dengan cara melakukan regres metode WLS (Weght Least Squares). Namun mengngat bahwa masalah n cukup kompleks dan dsarankan tdak menggunakan pendekatan n. Dalam hal demkan, terdapat dua macam teknk pendekatan model yang dapat dgunakan, yatu: model probt dan model logt. (c) Nla E(Y ǀ X ) Tdak Selalu Terletak pada 0 E (Y ǀ X ) 1 Dalam kenyataannya tdak ada jamnan bahwa nla predks Y dar model peluang lnr (LPM) n terletak antara 0 dan 1. Masalah ketga nla masalah utama dalam model LPM. Ada dua cara untuk menyelesaakan masalah n. Pertama, melakukan regres model LPM dengan metode OLS dan mencar nla predks Y. Jka haslnyab lebh kecl dar nol (negatf), maka kta anggap nlanya nol; dan jka haslnya lebh dar 1, maka kta asumskan 1. Kedua, menggunakan teknk lan yang menjamn bahwa nla probabltas Y terletak 58

90 antara 0 dan 1. Model yang menjad nla probabltas antara 0 dan 1 adalah model probt maupun model logt. (d) Nla Koefsen Determnas (R 2 ) Dragukan Kebenarannya Koefsen determnas (R 2 ) tdak akan mampu menjelaskan kesesuaan gars regres dengan datanya jka dstrbus data peubah terkat (dependent varable) bersfat dkotoms atau bnar. Dalam model regres dengan plhan respons kualtatf, nla peubah terkat adalah 1 dan 0. Jka kta menggunakan model LPM dalam mennduga model n, maka R 2 tdak menjamn adanya koefsen determnas (R 2 ) yang sedekat mungkn dengan datanya, sedangkan sebaran data hanya terletak d dua ttk ekstrm, yatu 0 dan 1 sepert terlhat pada Gambar 10. Y X 0 Sumber: Wdarjono (2007) Gambar 10. Sebaran Data dan Gars Regres Model LPM Model Regres Probt Dengan berbaga kelemahan (masalah) dalam model peluang lner sepert djelaskan pada uraan sebelumnya, sangat wajar kta perlu mentransformas model (lner) awal sedemkan rupa, sehngga predks nla Y berada dalam selang (0;1) untuk semua nla peubah bebas X. Dalam model LPM kta mengasumskan bahwa P (Y = 1 ǀ X ) menak secara lner terhadap X. Msalnya batas mnmal modal usaha buddaya tambak udang untuk bsa merevtalsas buddaya udangnya adalah 100 juta rupah per hektar. Dalam model LPM n berart jka tngkat modal usaha mengalam kenakan 10 juta rupah per hektar, maka probabltasnya terus mengalam kenakan dalam besaran tngkat kualtas revtalsas yang sama, dan jka sudah d atas modal usaha mnmal kemankan modal usaha tdak banyak mempengaruh probabltas untuk merevtalsas buddaya tambak udangnya. 59

91 Probabltas sepert n jelas tdak sesua dengan fakta. Sebuah model probabltas harus mampu menjamn nla probabltasnya terletak antara 0 dan 1. Salah satu bentuk transformas yang mempunya karakterstk sepert n adalah fungs peluang dstrbus kumulatf (Cumulatve Dstrbuton Probablty Functon - CDF), sepert terlhat pada Gambar 11. Model CDF adalah sebuah model yang mampu menjamn bahwa nlanya terletak antara 0 dan 1, sehngga dapat membuat model regres dmana respons dar peubah terkat bersfat dkotoms, yakn 0 dan 1 menjad terpenuh (Wdarjono 2007; Juanda, 2009). P(Z) Z Sumber: Wdarjono (2007) Gambar 11. Fungs probabltas Dstrbus Kumulatf CDF) CDF memenuh dua sfat, yatu: (1) Ketka X nak maka P (Y = 1 ǀ X ) akan nak pula tetap tdak pernah kelaur dar nterval 0 hngga 1; (2) Hubungan antara P dan X adalah non lner, sehngga tngkat perubahannya tdak sama tetap kenakannnya semakn besar dan kemudan semakn kecl (lhat Gambar 2). Ketka nla probabltasnya mendekat 1, tngkat kenakannya semakn mengecl. F(x) = Peluang (X x). kumulatfnya dapat drepresentaskan dalam bentuk: X FZ Sebaran peluang P F... (34) Sebenarnya banyak fungs peluang kumulatf yang mungkn dapat dgunakan, namun dalam peneltan n ada dua model yang memenuh krtera dar CDF yang dpertmbangkan, yatu: Model Probt dan Model Logt. Model probt berkatan dengan fungs probabltas dstrbus normal (Normal Dstrbuton Probablty Functon - NBF), sementara Model Logt berkatan dengan fungs probablotas dstrbus logstk (Logstc Dstrbuton Probablty Functon - LBF). 60

92 Untuk memaham Model Probt (NBF) n, asumskan bahwa ada suatu ndeks Z yang bernla kontnu secara teorts, yang dtentukan oleh nla peubah penjelas X sehngga dapat dtuls: Z 0 1X... (32) Dalam peneltan n, dgunakan satu peubah terkat atau peubah respons (dependent varabel), Y dan 11 peubah bebas (ndependent varables), X, sehngga Persamaan (13) tersebut menjad: Z 0 1X1 2 X 2 3X 3 4 X 4 5 X 5 6 X 6... (33) 7 X 7 8 X 8 9 X 9 10X10 11X11 dmana: Z = peubah peluang merevtalsas buddaya tambak udang yang dalam hal n dproks dengan peubah peluang menerapkan teknolog buddaya tambak udang sesua dengan anjuran dalam program revtalsas buddaya tambak udang (nla 1 untuk pembuddaya yang merevtalsas, dan nla 0 untuk pembuddaya yang tdak merevtalsas) X 1 = peubah tngkat kualtas benh udang (nla 3 untuk benh berkualtas tngg sesua anjuran, nla 2 untuk benh yang kurang berkualtas/sedang, dan nla 1 untuk benh yang tdak berkualtas/rendah) X 2 = peubah tngkat kualtas pakan udang (nla 3 untuk pakan berkualtas tngg sesua anjuran, nla 2 untuk pakan yang kurang berkualtas/sedang, dan nla 1 untuk pakan yang tdak berkualtas/rendah) X 3 = peubah luas lahan buddaya tambak udang yang dusahakan (dalam satuan hektar) X 4 = peubah status kepemlkan lahan tambak (nla 3 untuk mlk sendr, nla 2 untuk sewa, dan nla 1 untuk garapan) X 5 = peubah dummy penguasaan teknolog buddaya tambak udang sesua anjuran (nla 1 jka menguasa, dan nla 0 jka tdak menguasa) X 6 = peubah tngkat penddkan tenaga kerja (nla 4 untuk perguruan tngg, nla 3 untuk sekolah tngkat atas, nla 2 untuk sekolah lanjutan tngkat pertama, dan nla 1 untuk sekolah dasar). X 7 = peubah tngkat pengalaman dalam usaha buddaya tambak udang yang dukur dar lamanya petambak melakukan usaha bdudaya udang (tahun). X 8 = peubah konds nfrastruktur rgas (nla 3 untuk konds bak, 2 untuk konds sedang, dan 1 untuk konds buruk). X 9 = peubah konds nfrastruktur akses jalan ke lokas tambak (nla 3 untuk konds bak, 2 untuk konds sedang, dan 1 untuk konds buruk). X 10 = peubah dukungan kebjakan permodalan (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). X 11 = peubah dukungan kebjakan tata-ruang wlayah (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). X 12 = peubah dukungan kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). Pembentukan ndeks Z pada Persamaan (36) adalah rasonal, karena setap pembuddaya tambak udang mempunya nla krts dar ndex (treshold), katakanlah * Z, 61

93 maka probabltas merevtalsas buddaya tambak udang semakn besar dan sebalknya. Konds n dapat dtuls sebaga: Keputusan merevtalsas buddaya udang: Ya, Tdak, jka Z Z * * jka Z Z... (34) Dengan asums normaltas, probabltas dar dhtung melalu dstrbus normal dar CDF sebaga: * Z yang kurang atau sama dengan Z dapat * 1 X PZ Z PZ X F X P P Y (35) Dmana P(Y=1ǀX) berart probabltas perstwa terjad pada nla X tertentu dan Z adalah peubah normal standar (baku), yatu: Z ~ N (0,σ 2 ). Model probt mengasumskan bahwa Z merupakan peubah acak yang menyebar normal, sehngga peluang bahwa Z lebh kecl (atau sama dengan) Z dapat dhtung dar fungs peluang normal kumulatf. Untuk fungs peluang normal baku kumulatf dapat dtulskan dalam rumus: P F Z 2 s / Z e s (36) atau, P F Z X e s 2 / 2 s... (37) dmana P menunjukkan probablotas suatu perstwa yang terjad, yatu prbabltas merevtalsas buddaya tambak udang, konds n dgambarkan oleh area dar kurva nromal standar (baku) dar ke Z. Tabel 3 menggambarkan hubungan antara nla Z dengan normal CDF-nya. Nla P akan terletak pada nternval (0;1). Kemdan s adalah suatu peubah acak menyebar normal dengan nla tengah 0 dan ragam 1. 62

94 Tabel 9. Hubungan Nla Indeks Z dan Sebaran Peluang Normal Kumulatf Z Peluang Normal, P(Z) -3,0 0,0013-2,0 0,0228-1,5 0,0668-1,0 0,1587-0,5 0,3085 0,0 0,5000 0,5 0,6915 1,0 0,8413 1,5 0,9332 2,0 0,9772 3,0 0,9987 Sumber: Wdarjono (2007) dan Juanda (2009) Peluang Logstk, P(Z) 0,0474 0,1192 0,1824 0,2689 0,3775 0,5000 0,6225 0,7311 0,8176 0,8808 0,9526 Dengan rumus transformas pada Persamaan (9), peubah P akan bernla dalam selang (0;1). P menggambarkan peluang ndvdu berkarakterstk X memlh plhan-1 (msal merevtalsas buddaya tambak udang). Karena nla peluang n dukur berdasarkan luas area d bawah kurva normal, maka untuk mendapatkan nformas Z dan β 0 serta β, kta melakukan nverse Persamaan (15), sehngga mendapat persamaan sebaga berkut: P 0 X 1 Z F 1... (38) dmana F -1 adalah nverse dar normal CDF. Kta dapat mengnterpreataskan probabltas P dar Model Probt n sebaga suatu pendugaan probabltas ndvdu (pembuddaya) yang memutuskan merevtalsas buddaya tambak udang pada nla modal usaha tertentu, X. Fungs peluang normal kumulatf dtunjukkan dalam Gambar 12 yang membandngkan model probt dan model peluang lner. 1 P(Z) Lner Probablty Model LPM (constraned) Probt Model Z Sumber: Juanda (2009) Gambar 12. Perbedaan Model Probt dengan Model Peluang Lner (LPM) 63

95 Pendugaan Model Probt tergantung jens datanya, yakn: (1) Data pengamatan pada grup atau kelompok; dan (2) Data observas pada tngkat ndvdu. Data jens pertma, kta bsa mencar nla probabltasnya, sehngga kta bsa menduga dengan teknk metode OLS; namun jka data ndvdu tanpa dketahu probabltasnya, maka kta dapat menduga dengan menggunakan metode pendugaan maxmum lkelhood (ML) (Wdarjono, 2007; Juanda, 2009). Meskpun model probt lebh menark dar model peluang lner, namun untuk menduga parameter koefsennya menggunakan pendugaan kemungknan maksmum (maxmum lkelhood, ML) non lner. Selan tu, justfkas atau nterpretas koefsennya agak terbatas. Oleh karena tu, sebaknya menggunakan model logt (Juanda, 2009) Model Regres Logt Regres logstk atau kadang dsebut model logt merupakan salah satu bagan dar analss regres yang dgunakan untuk mempredks probabltas kejadan suatu perstwa yang dlakukan dengan mencocokkan data pada fungs logt (Gujarat, 2003). Sebagamana djelaskan sebelumnya, model fungs dstrbus kumulatf (CDF) lebh cocok menjelaskan perlaku peubah terkat (dependent varable) yang merupakan sebuah respons kualtatf bersfat dkotom darpada model probabltas lner (LPM). Selan Model Probt yang menggunakan dstrbus normal, model CDF yang ddasarkan pada dstrbus logstk dalam banyak kasus juga mampu menjelaskan model peubah terkat yang dkotoms tersebut (Gujarat, 2003). Model n dsebut Model Logt yang berasal dar nama jens dstrbus probabltas logstk untuk menjelaskan plhan respons kualtatf peubah terkat. Dalam peneltan n, penggunaan data revtalsas buddaya tambak udang (Y) bersfat dkotoms, dmana 0 berart tdak merevtalsas buddaya tambak udang, dan nla 1 berart merevtalsas buddaya tambak udang. Penentuan peubah revtalsas buddaya tambak udang (Y) tersebut dpengaruh oleh sebanyak sebelas peubah, dengan persamaan model fungs probabltas logstk kumulatf yang dapat dtuls sebaga: P F Z 0 1 X Z e 1 0 1X11X11X1 1X11X1 1X11X1 1X11X1 1X11X1 e... (39).. 64

96 dmana: Z = peubah peluang merevtalsas buddaya tambak udang yang dalam hal n dproks dengan peubah peluang menerapkan teknolog buddaya tambak udang sesua dengan anjuran dalam program revtalsas buddaya tambak udang (nla 1 untuk pembuddaya yang merevtalsas, dan nla 0 untuk pembuddaya yang tdak merevtalsas) X 1 = peubah tngkat kualtas benh udang (nla 3 untuk benh berkualtas tngg sesua anjuran, nla 2 untuk benh yang kurang berkualtas/sedang, dan nla 1 untuk benh yang tdak berkualtas/rendah) X 2 = peubah tngkat kualtas pakan udang (nla 3 untuk pakan berkualtas tngg sesua anjuran, nla 2 untuk pakan yang kurang berkualtas/sedang, dan nla 1 untuk pakan yang tdak berkualtas/rendah) X 3 = peubah luas lahan buddaya tambak udang yang dusahakan (dalam satuan hektar) X 4 = peubah status kepemlkan lahan tambak (nla 3 untuk mlk sendr, nla 2 untuk sewa, dan nla 1 untuk garapan) X 5 = peubah dummy penguasaan teknolog buddaya tambak udang sesua anjuran (nla 1 jka menguasa, dan nla 0 jka tdak menguasa) X 6 = peubah tngkat penddkan tenaga kerja (nla 4 untuk perguruan tngg, nla 3 untuk sekolah tngkat atas, nla 2 untuk sekolah lanjutan tngkat pertama, dan nla 1 untuk sekolah dasar). X 7 = peubah tngkat pengalaman dalam usaha buddaya tambak udang yang dukur dar lamanya petambak melakukan usaha bdudaya udang (tahun). X 8 = peubah konds nfrastruktur rgas (nla 3 untuk konds bak, 2 untuk konds sedang, dan 1 untuk konds buruk). X 9 = peubah konds nfrastruktur akses jalan ke lokas tambak (nla 3 untuk konds bak, 2 untuk konds sedang, dan 1 untuk konds buruk). X 10 = peubah dukungan kebjakan permodalan (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). X 11 = peubah dukungan kebjakan tata-ruang wlayah (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). X 12 = peubah dukungan kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang (nla 3 untuk mendukung, nla 2 untuk cukup mendukung, dan nla 1 untuk kurang mendukung). Blangan e merepresentaskan blangan dasar logartma natural (e = 2,718...) dan P adalah probabltas seseorang dalam merevtalsas buddaya tambak udang pada tngkat modal usaha (X) tertentu. Nla Z terletak antara dan, sedangkan nla P terletak dantara 0 dan 1 (lhat Gambar 13). Probabltas logstk n dengan demkan memenuh krtera dar model dstrbus kumulatf (CDF). 65

97 P(Z) 1 Probt Model Logt Model -2-1 Sumber: Wdarjono (2007) Gambar 13. Model Dstrbus Normal dan Model Dstrbus Logstk Z Perbedaan Model Logt dengan Model Probt sebelumnya dapat djelaskan memperhatkan Tabel 6. Tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa Model Probt dan Model Logt hampr sama. Perbedaannya, nla probabltas P Model Logt yang mendekat 0 atau 1 mempunya tngkat penurunan yang lebh lambat darpada Model Probt. Jka dgambarkan keduanya akan terlhat sepert Gambar 7, dmana Model Logt mempunya ekor yanag agak sedkt datar Pertmbangan pemlhan sebaran logstk kumulatf dantaranya adalah karena nterpreatsnya yang logs dan dapat dtunjukkan bahwa : 0 E(YǀX ) = P 1... (40) Selan tu dar ss matematka, Persamaan (20) merupakan fungs yang sangat fleksbel dan mudah dgunakan serta parameter koefsennya mudah dnterpretaskan. Dengan menggunakan aljabar basa, Persamaan (20) dapat dtunjukkan menjad (Juanda, 2009): 1 Z P 1 e e 1 Z 1 1 p P P e Z P... (41) 1 P Peubah P /(1-P ) dalam Persamaan (26) dsebut odds, yang serng juga dstlahkan dengan rsko atau kemungknan, yatu raso peluang terjadnya plhan-1 (merevtalsas buddaya tambak udang) terhadap peluang terjad plhan-0 alternatfnya (tdak merevtalsa buddaya tambak udang). Dalam lstras n, jka seorang pembuddaya tambak udang dengan tngkat penerapan teknolog sesua anjuran sama dengan 0,2, maka peluang tdak merevtalsasnya adalah sama dengan 0,8. Dengan demkan odds-nya ¼, atau peluang merevtalsas buddaya tambak udangnya ¼ dar peluang tdak merevtalsas. Jka peluang merevtalsas buddaya tambak udangnya sama dengan ½, maka nla odds-nya sama 66

98 dengan 1. Jka peluang merevtalsas buddaya tambak udangnya adalah sebesar 0,8 (lebh dar ½), maka nla odds-nya 4 (lebh dar 1), artnya peluang merevtalsas buddaya tambak udangnya 4 kal dar peluang tdak berhasl dalam revtalsas. Oleh karena tu, nla odds merupakan suatu ndkator kecenderungan seseorang dalam menentukan plhan-1 (merevtlas buddaya tambak udang). Selanjutnya, jka Persamaan (26) dtransformaskan dengan logartma natural, maka: Z P 1 P ln... (42) ln Z X P 1 P Persamaan (45) n menunjukkan bahwa salah satu karakterstk pentng dar model logt adalah bahwa model n metransformaskan masalah predks peluang dalam selang (0;1) ke masalah predks log odds tentang kejadan (Y=1) dalam selang blangan rl, ~ logt (P ) ~. - Pendugaan Parameter Koefsen Model Logt Pendekatan dengan Least Square (OLS dan WLS) dapat dlakukan untuk model logt jka data peubah bebas X dkelompokkan dulu (daslam suatu selang). Akan tetap umumnya, pendugaan parameter koefsen model logt menggunakan penduga kemungknan maksmum (maxmum lkelhood estmator MLE), sepert yang telah dbahas sebelumnya (pada bagan pendugaan dalam metode ITSA). Prosedur MLE dalam menduga parameter koefsen model logt adalah sebaga berkut. Msalkan: P = P(Y=1ǀ x ) = P(x) : peluang bahwa Y = 1 jka dketahu X = x. 1-P = P(Y=1ǀ x ) = P(x) : peluang bahwa Y = 0 jka dketahu X = x.. Sebagamana telah dsebutkan bahwa Y bernla 1 atau 0 dan menyebar menurut sebaran (dstrbus) Bernoul, maka fungs peluang atau fungs kemungknan untuk pengamatan berpasangan (x,y ) untuk = 1,2,..., n adalah: y 1 y x Px 1 Px... (43) Karena n pengamatan (x,y ) dasumskan bebas, maka fungs kemungknan bersamanya: n x1 x2 x n x... (44) 1 67

99 Prnsp prosedur MLE adalah menentukan dugaan yang 2 nlanya akan memaksmumkan persamaan peluang bersama n pengamatan pada Persamaan (29). Kemudan karena dan L L sult dcar, maka untuk mempermudahnya dtransformas 3 dengan logartma natural (ln), sehngga mendapatkan fungs log lkelhood berkut: n ln y ln P 1 y ln 1 Px L... (45) 1 Untuk menentukan dugaan yang memaksmumkan L, kta dferensaskan Persamaan (48) terhadap masng-masng parameter (α dan β), kemudan dsamakan dengan 0 sehngga: L n y Px (46) L n 1 x y P x 0... (47) Persamaan (30) dan (31) dsebut persamaan kemungknan (lkelhood equatons) yang merupakan persamaan non lner dalam parameter (α dan β), sehngga dperlukan motede teras yang telah dprogramkan dalam software regrese logstk (McCullagh dan Nedler, 1983 dalam Juanda, 2009). - Pendugaan Parameter Ragam Koefsen Model Logt Untuk generalsas secara umum dalam menduga model regres logstk dengan k-1 peubah bebas. Msalkan k-1 peubah bebas berskala ordnal atau nterval dnotaskan dengan X 2, X 3, X 4 X k X,..., yang merupakan vektor peubah bebas, dan peluang bersyarat X x bahwa responnya plhan-1 adalah, maka logt dar model regrese logstk polnomalnya adalah: 2 Untuk model regres logstk berganda dengan k-1 peubah bebas karakterstk,, 2, ' 1 k 3 Transformas monoton, dengan pengertan jka 1 2 maka L1 L2 karena nla selalu nonnegatf. 68

100 g x x Px P... ln 0 1X 1 2 X 21 3 X 31 k X k... (48) 1 dan model regres logstk polnomalnya: P 1 x gx 1 e e 1 e g x g x... (49) Msalkan kta mempunya suatu contoh yang terdr dar n pengamatan berpasangan x y, 1,2,. n,.., yang bebas satu sama lannya. Sebagamana dalam kasus peubah tunggal, pendugaan model dalam Persamaan (48) mengharuskan kta memperoleh dugaan. Metode pendugaan yang dgunakan dalam kasus peubah vektor..., 1, 1, k bebas tunggal (unvarate), yatu: maxmum lkelhood (ML) estmator. - Pengujan Model Logt dan Pendugaan Selang Kepercayaan Koefsen Setelah dugaan model logt polnomal pada Persamaan (29) dperoleh, langkah selanjutnyaa menguj apakah model logt tersebut secara keseluruhan dapat menjelaskan plhan kualtatf (Y). Hpotess statstk yang duj dalam hal n adalah: H 0: β 1 = β 2 =... = β k = 0 (model tdak menjelaskan) H 1: mnmal ada β j 0, untuk j = 1,2,..., k (model dapat menjelaskan) Statstk uj yang dgunakan adalah lkelhood rato (LR), yatu raso fungs kemungknan model UR lengkap terhadap kemungknan model R (H 0 benar). Statstk Uj-G d bawah n menyebar menurut sebaran Kh-Kuadrat dengan derajat bebas (k-1). lkelhood _ Model lkelhood _ mod el lkelhood _ Model lkelhood _ mod el R UR G 2ln 2ln X 2 ( k1)... (50) UR Jka menggunakan taraf nyata α, hpotess H 0 dtolak (model sgnfkan) jka statstk -G > X 2 α, k-1. Jka H 0 dtolak maka dapat dsmpulkan bahwa mnmal ada β j 0, dengan pengertan n, model regres logstk pada Persamaan (6) dapat menjelaskan atau mempredks plhan ndvdu pengamatan. Untuk menguj faktor mana (β j 0) yang berpengaruh nyata terhadap plhannya, perlu uj statstk lanjut. Dalam hal n kta dapat menguj sgnfkans dar parameter koefsen secara parsal dengan statstk Uj-Wald yang serupa dengan statstk Uj-t atau Uj-Z dalam regres lner basa. Hpotess statstk yang duj adalah: H 0: β j = 0, untuk j = 2, 3,..., k (peubah X j tdak berpengaruh nyata) H 1: β j 0, untuk j = 2, 3,..., k (peubah X j berpengaruh nyata) Statstk uj yang dgunakan adalah: 69 R

101 W j... (51) se j Nla-p dua arah dar statstk Uj_Wald n adalah P(ǀZǀ > W), dmana Z adalah peubah acak normal baku. Hauck dan Donner (1977) dalam Juanda (2009) telah mengkaj performance Uj-Wald n dan menemukan bahwa nlanya berperlaku agak aneh, karena serng gagal menolak H 0 jka koefsennya sgnfkan. Mereka menyarankan untuk menggunakan uj raso kemungknan. - Interpretas Parameter Koefsen Model Logt Setelah dperoleh dugaan model logt yang danggap cocok, dan dugaan koefsennya (pengaruh peubahnya) sgnfkan secara statstk maupun secara ekonom, maka kta dapat menark kesmpulan-kesmpulan parkts dar koefsen dalam model. Pertaanyaannya adalah apa yang dungkapkan β j mengena pertanyaan-pertanyaan peneltan yang memotvas stud. Untuk menjelaskan bagamana kta mengnterpretaskan dugaan parameter koefsen, kta ambl contoh model regres sederhana dengan peubah bebas bernla 2 kategor juga. Msalnya, pertanyaan peneltannya adalah apakah kualtas benh yang dgunakan (X) akan mempengaruh keputusan pembuddaya tambak udang untuk merevtalsas buddaya tambak udangnya (Y), maka dkembangkan model regres logstk sebaga berkut (Juanda, 2009): j X j 1 e Px j X j j X j... (52) 1 e 1 e dmana: 1, jka pembuddaya mervalsas tambak udang Y 0, jka pembuddaya tdak merevtalsas tambak udang X 1, 0, jka kualtas benh udang tngg( sesua) jka kualtas benh udang rendah ( tdak sesua) Untuk model Persamaan (52) n ada dua nla P(X ) dan 2 nla 1-P(X ) ekuvalennya yang dapat dtamplkan dengan jelas dalam Tabel

102 Tabel 10. Nla-nla Model Regres Logstk dengan Peubah Bebas Dkotom Peubah Bebas X X=1 X=0 Peubah Respons Y Y=1 Y=0 e 1 e e 1 e ( ) P ( 1) P( 0) ( ) ( ) e 1- ( 1) ( ) 1 e 1 1 P(0) 1 e P Sumber: Juanda (2009) Jumlah 1 1 Keterangan: P(1) : Peluang merevtalsas buddaya tambak udang untuk pembudya dengan kualtas benh tngg (sesua) 1-P(1) : Peluang tdak merevtalsasbuddaya tambak udang untuk pembuddaya dengan kualtas benh tngg (sesua) P(0) : Peluang merevtalsas buddaya tambak udang untuk pembudya dengan kualtas benh rendah (tdak sesua) 1-P(0) : Peluang merevtalsas buddaya tambak udang untuk pembudya dengan kualtas benh rendah (tdak sesua) Transformas logtnya: g X X X PX P ln... (53) 1 Dar Persamaan model logt (53) n secara matematk β = g(1) g(0), yang sult dnterpretaskan. Interpretas yang lebh mudah adalah dar odds rato (ψ) yang ddefnskan sebaga raso odds untuk x = 1 terhadap odds untuk x = 0, yaang dekspreskan d bawah n. Nla odds untuk pembuddaya yang menggunakan benh dengan kualtas udang yang tngg (sesua) dan nla odds untuk pembuddaya yang menggunakan benh dengan kualtas udang yang rendah (tdak sesua) adalah sebaga berkut: Odds benh_ rendah P(1) dan 1 P(1) Odds benh_ tngg P(0)... (54) 1 P(0) Dar Tabel 2, odds-ratao-nya adalah sebaga: P 1 1 P1 P 1 0 P0 e... (55) e e e e 1 e 1 1 e e... (56) 71

103 Persamaan (38) dapat ddekat dengan peluang relatf (P1)/(P0) jka P(x) relatf kecl. Oleh karena tu, odds rato (ψ=e β ) dnterpretaskan sebaga berapa kal kemungknan plhan-1 danatar ndvdu dengan X = 1 dbandngkan dantara ndvdu deengan X = 0. Dalam kasusu n dapat dnterpretaskan: berapa kal kemungknan merevtalsas buddaya tambak udang untuk pembuddaya yang menggunakan benh udang berkualtas tngg (sesua) dbandngkan dengan pembuddaya yang menggunakan benh udang berkualtas rendah (tdak sesua). Jka ψ=eβ=2, maka kemungknan (peluang) merevtalsas buddaya tambak udang bag pembuddaya yang menggunakan benh udang berkualtas tngg (sesua) adalah dua kal dar kemungknan merevtalsas bag pembuddaya yang menggunakan benh udang berkualtas rendah (tdak sesua). Odds-rato n serng juga dgunakan sebaga suatu ukuran asosas yang serng dtemukan dalam epdemolog. Untuk peubah bebas kontnu, odds rato n dapat dnterpretaskan: berapa kal kemungknan merevtalsas buddaya tambaj udang jka nla peubah X nak 1 satuan. Sfat dar odds rato n dapat dlhat pada Tabel 10. Sumbu horzontal adalah berbaga kemungknan nlam odds rato, yatu: 0<ψ<~, untuk membandngkaan peluang plhan_y=1 (merevtalsas buddaya tambak udang) antara kelompok A(X+1) dan kelompok B(X) yang berbeda 1 unt dalam nla peubah bebas (X). Jka koefsen β dalam persamaan model regrese logstk pada Persamaan (36) bernla 0, maka odds rato-nya ψ=e β =1, artnya peubah X tdak berpengaruh dalam menentukan plhan (Y), atau tdak ada asosas antara X dengan Y. Jka β maka ψ=e β >1, artnya kelompok A (bernla X lebh besar) mempunya peluang plhan_y=1 lebh besar dbandngkan kelompok B (bernla X lebh kecl). Jka β maka ψ=e β <1, artnya kelompok B (bernla X lebh kecl) mempunya peluang plhan_y=1 lebh besar dbandngkan kelompok A (bernla X lebh besar) Metode Analss Prospektf Dalam peneltan n, penggunakan metode analss prospektf dlakukan untuk memformulas rekomendas kebjakan dan strateg serta rencana aks percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. Analss prospektf n dgunakan unutk menentukan faktor kunc dar atrubut, ndkator atau faktor berdassarkan pengaruh atau tngkat ketergantungannya terhadap pencapaan output yang dharapkan (Bourgeos dan Jesus, 2004), dmana output dalam hal n adalah percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. Analss prospektf dlakukan melalu tga tahapan analss, yatu: 72

104 (a) Penentuan Faktor Kunc Penentuan faktor kunc dalam peneltan n melalu tga tahapan. Pertama, penentuan faktor-faktor kunc pada konds saat n (exstng condton) menyangkut keberhaslan prohgram revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa; dan penentuan faktor-faktor yang mempengaruh keberhaslan program revtalas ndustr buddaya udang n dperoleh dar hasl analss dengan pendekatan ekonomterka mengggunakan model polnomal. Kedua, penentuan faktor-faktor kunc melalu analss kebutuhan (need analyss). Analss kebutuhan stakeholders terkat dengan keberhaslan program revtalsas ndustr buddaya udang merupakan permulaan pengkajan dar suatu sstem (Eryanto, 1999; Hartrsar, 2007). Tap pelaku memlk kebutuhan yang berbeda-beda yang dapat mempengaruh knerja sstem. Pelaku mengharapkan kebutuhan tersebut dapat terpenuh jka mekansme sstem djalankan. Bla pelaku merasa bahwa mekansme sstem tdak dapat mengakomodas kebutuhannya, maka pelaku sebaga komponen sstem tdak akan menjalankan fungsnya secara optmal yang mengakbatkan knerja sstem terganggu. Ketga, penentuan faktorfaktor kunc berdasarkan analss tahap pertama dan kedua yang dhubungkan dengan penyusunan atau formulas rekomendas kebjakan dan strateg percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. (b) Analss Pengaruh Antar-Faktor Kunc Setelah faktor-faktor kunc ddapatkan, selanjutnya dlakukan analss pengaruh antarfaktor kunc berdasarkan hasl dskus para expert atau partspan yang secara konsensus memberkan skor pada pengaruh slang antar faktor, yang danalss secara matrks dengan bantuan perangkat lunak Excel, dar Bourgeos dan Jesus (2004). Proses n dlakukan melalu analss struktural dan kerja kelompok, dlakukan analss pengaruh/ketergantungan langsung (nfluence/dependence, I/D) dar setap faktor dengan faktor lannya, yakn dengan menggunakan pendekatan valuas konsensual (consensual). Analss struktural berbass pada analss pengaruh langsung, sebaga suatu cara untuk mengelompokkan faktor. Secara prakts, analss pengaruh langsung terdr dar vaaluas pengaruh langsung suatu faktor terhadap faktor lannya, dengan menggunakan skala dar 0 = tdak ada pengaruh sampa 3 = berpengaruh sangat kuat. Nla yang telah ddskuskan dan dsepakat oleh para expert atau partspan, langsung dmasukkan d dalam matrks I/D. Selanjutnya setelah dlakukan penentuan skor pengaruh faktor yang dnla oleh para expert atau partspan dalam bentuk tuangan matrks, haslnya d-plot ke dalam dagram empat kuadran yang menggambarkan tngkat kepentngan faktor-faktor yang berpengaruh pada sstem yang dkaj, sepert terlhat pada Gambar

105 Tngkat Kepentngan Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Sstem yang Dkaj Pengaruh 2,0-1,8-1,6-1,4-1,2-1,0-0,8-0,6-0,4-0,2-0,0-0,0 I Faktor Penggerak (Drvng Factors) INPUT IV Faktor Bebas (Margnal Factors) UNUSED II Faktor Penghubung (Leverage Factors) STAKE III Faktor Terkat (Output Factors) OUTPUT 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 Ketergantungan Sumber: Bourgeos dan Jesus (2004) Gambar 14. Tngkat Kepentngan Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Knerja Sstem yang Dkaj Menurut Bourgeos dan Jesus (2004), faktor penggerak (drvng factors) adalah faktor-faktor yang mempunya pengaruh kuta tetap ketergantungannya kurang kuat, sehngga termasuk ke dalam kategor faktor palng kuat dalam sstem yang dkaj. Faktor penghubung (leverage factors) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh dan ketergantungan yang kuat, sehngga faktor-faktor n sebagan danggap sebaga faktor atau peubah yang kuat. Faktor terkat (output factors) adalah faktor yang mewakl output, dmana pengaruhnya rendah tetap ketergantungannya tngg. Faktor bebas (margnal factors) adalah faktor yang pengaruh maupun tngkat ketergantungannya rendah, sehngga dalam sstem bersfat bebas. (1) Penentuan Konds (State) Faktor Kunc d Masa Depan Dar faktor-faktor yang terplh pada tahap sebelumnya, selanjutnya para expert atau partspan melakukan eksploras secara konsensus, untuk menentukan konds yang berpeluang terjad terhadap faktor-faktor tersebut untuk masa mendatang (sesua dengan dmens waktu analss). Eksploras terhadap konds faktor tersebut, pentng dlakukan untuk membangun skenaro yang dngnkan (Godet dan Roubelat, 1996; Bourgeos dan Jesus, 2004; Gray dan Hatchard, 2008; Wek dan Walter, 2009; Coates et al., 2010); Durace dan Godet, 2010). Penentuan konds faktor d masa depan, merupakan hasl dar analss morfologs dan dskus kelompok, dmana expert atau partspan melakukan perkraan (foresght) 74

106 terhadap masng-masng faktor. Masng-masng peluang dar bentuk konds tersebut merupakan opn dan cermnan kebutuhan para pemangku kepentngan (stakeholders) d masa depan (Godet dan Roubelat, 1996); Bourgeos dan Jesus, 2004; Gray dan Hatchard, 2008); Coates et al., 2010; Durace dan Godet, 2010). (2) Pembangunan Skenaro untuk Rekomendas Kebjakan dan Strateg Dar penentuan konds faktor yang telah dlakukan pada tahap sebelumnya, dapat dtentukan konds faktor yang tdak mungkn terjad. Kombnas antara konds faktor yang tdak mungkn terjad tersebut, selanjutnya dbuang dar penyusunan skenaro. Pembangunan skenaro n dlakukan melalu curah pendapat (branstormng) dan dskus kelompok terstruktur. Dalam forum tersebut para expert atau partspan dmnta untuk dapat memberkan perkraan dar konds masng-masng faktor penentu pada masa datang. Perkraan tersebut merupakan opn dan cermnan kebutuhan para pemangku kepentngan d masa depan. Dar perkraan mengena konds faktor tersebut d masa datang, dapat dsusun skenaro percepatan revltasas ndustr buddaya udang d Indonesa. Suatu skenaron merupakan sebuah kombnas faktor dengan konds yang berbedabeda. Pembangktan skenaro dlakukan melalu curah pendapat terhadap berbaga konds faktor (yang telah ddentfkas), oleh para expert atau partspan. Secara konsensus, expert atau partspan dmnta untuk menyususn berbaga kombnas dar konds faktor yang mungkn dcapa d masa depan (sesua dengan kurun waktu yang danalss). Selanjutnya, dar hasl curah pendapat tersebut ddapat konsensus penyusunan skenaro dalam percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa yang mungkn terjad, yang terdr dar skenaro: optms, moderat, dan pesms. (a) Pada skenaro ekstrm, skenaro optms harus dlakukan upaya perbakan yang maksmal terhadap semua faktor, sehngga sstem akan menuju ke arah yang lebh bak. Secara mplst tampak bahwa skenaro optms merupakan cermnan kebutuhan para pemangku kepentngan untuk mencapa suatu konds keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa pada masa depan. (b) Pada ekstrm yang lan, skenaro sangat pesms menunjukkan bahwa bla konds sepert saat n terus berlangsung, maka tdak dperlukan upaya perbakan, dan tentunya sstem akan menjad lebh buruk darpada konds saat n. (c) Sebaga komprom dar kedua skenaro ekstrm d atas, expert atau partspan juga merumuskan skenaro moderat dan pesms. Kedua skenaro komproms n 75

107 merupakan cermnan dar kebutuhan para pemangku kepentngan dengan mempertmbangkan kemampuan memperbak berbaga faktor penentu (Brown et al, 2001). (3) Penyusunan Kebjakan, Strateg dan Rencana Aks Antspatf Dar kombnas konds faktor dan skenaro yang mungkn terjad pada masa datang, selanjutnya eksert atau partspan melakukan dskus terstruktur dan menyusun mplkas strategs dan rencana aks antspatf. Upaya logs yang dapat dajukan oleh para expert atau partspan, secara nyata dapat drumuskan dalam kebjakan, strateg dan rencana aks antspatf. Rencana aks yang dapat dsusun oleh expert atau partspan adalah mempersapkan dr untuk menghadap stuas d masa datang (proaktf). Selan tu, eksploras konds masa datang juga dapat membantu dalam menyapkan aks yang bersfat re-aktf. Melalu dentfkas dan perbandngan skenaro, maka para pengambl kebjakan dan pemangku kepentngan dapat lebh mampu merencanakan masa depan keberhaslan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. Pada akhrnya sebaga kesmpulan konsensus, dapat drumuskan kebjakan, strateg dan rencana aks antspatf yang harus dakomodas dalam mempercepat revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. 3.4 Waktu dan Lokas Peneltan Kegatan n akan dlakukan selama satu tahun sejak Januar 2015 sampa dengan Desember Lokas kegatan mencakup wlayah-wlayah perrtas program revtalsas ndustr buddaya udang, yatu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tmur, Sulawes Selatan dan Lampung. 3.5 Jens dan Sumber Data Jens data yang dkumpulkan adalah data sekunder dan data prmer. Data sekunder terkat dengan aspek produk, pengolahan dan pemasaran/perdagangan udang bak yang dperoleh dar Dnas Kelautan dan Perkanan d Wlayah Peneltan maupun dar Statstk perkanan buddaya udang (Dtjen Perkanan Buddaya, KKP). Data prmer yang dkumpulkan danataranya berupa data yang berkatan dengan perseps pembuddaya mengena perkembangan produks, pengolahan, pemasaran/perdagangan, dan kelembagaan (permodalan dan produks). Data sekunder yang dkumpulkan data menyangkut perkembangan aspek produks tambak udang termasuk teknolog dan produktvtas, pengolahan dan pemasaran/perdagangan ekspor dan mpor serta domestk, aspek 76

108 kelembagaan, nfrastruktur, dan berbaga kebjakan yang terkat dengan program revtalsas ndustr buddaya udang bak secara langsung maupun tdak langsung 3.6 Teknk Pengumpulan Data dan Penentuan Responden Pada peneltan n metode pengamblan sampel menggunakan metode purposve samplng, yatu teknk pengamblan sampel dar sumber data dengan pertmbangan tertentu (Sugyono, 2011). Teknk n dgunakan untuk menggal data kepada narasumber atau responden dengan pertmbangan yatu orang yang paham atau mengetahu nformas terkat program revtalsas ndustr budadaya udang d Indonesa bak provns maupun kabupaten/kota, Bappeda, Pelabuhan Perkanan, pelaku usaha dan tokoh nelayan. Metode pengumpulan data dengan pengamatan, wawancara dengan menggunakan kuesoner, dan dokumentas. a) Pengamatan Pengamatan alah pengamatan langsung dengan pencatatan yang sstemats terhadap gejala-gejala yang dtelt. Dalam peneltan n metode pengamatan dgunakan untuk mengamat konds lokas peneltan dan pelaksanaan kegatan program. b) Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar nformas melalu Tanya jawab. Dalam peneltan n, wawancara dlakukan untuk menggal data terkat revtalsas ndustr buddaya udang. Wawancara dlakukan dengan narasumber dar phak DKP, Dnas PU, Bappeda dan tokoh pembuddaya udang dengan menggunakan kuesoner. c) Dskus Kelompok Terfokus (Focus Group Dscusson) FGD adalah dskus kelompok dar para stakeholders/ experts/partspan mengena hal yang dkaj khususnya berkatan dengan formulas rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks mempercepat revtalsas ndusstralsas buddaya udang d Indonesa yang ddahulu branstormng dan kesepatakan mengena faktor-faktor pengungkt/leverage (Endogenous factors) dan faktor-faktor penentu (exogenous factors) keberhaslan revlatsas ndustr buddaya udang d Indonesa dalam kerangka analss prosepktf. d) Dokumentas Dokumentas alah pengamblan data yang dperoleh melalu dokumen-dokumen (Usman dan Akbar, 2009). Dokumentas dgunakan untuk mencar data berupa Perkembangan knerja sektor perkanan, khususnya yang terkat dengan dnamka ekonom per-udangan-an d Indonesa,, RTRW, RPJMD, dan RPJMN. 77

109 78

110 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah dan Program Revtalsas Produktvtas Buddaya Udang d Indonesa Sejarah Buddaya Udang d Indonesa: Analss Pendekatan Sejarah Buddaya udang adalah kegatan pemelharaan/pembesaran udang secara khusus dengan penebaran benur dtambak ar payau yang terdapat d hamparan pessr. Sampa dengan tahun 60-an hanya ada 4 negara d duna yang memlk areal tambak cukup luas, yatu: Flpna, Indonesa, Tawan dan Thaland. Masng-masng dengan luas Ha, Ha, Ha dan Ha (Lng, 1970). D Indonesa sendr sampa dengan tahun 60-an mash terpusat d Jawa, Sulawes Selatan dan Aceh. Tambak tersebut dbangun d wlayah lahan pasang surut (Zona Interndal) karena untuk pengarannya tergantung penuh pada pergerakan ar pasang surut.komodt buddaya hanyalah kan bandng (dtambah kan belanak d Tawan dan Ikan Kakap d Thaland). Adapun udang yang terdapat ddalam tambak hanya berasal dar alam yang masuk sendr kedalam tambak bersama arus ar pasang tngg. Hasl udang yang dperoleh pemlk tambak danggap hanya sebaga hasl sampngan (hasl panen utama adalah bandengnya) dan menjad hak pendega, yatu karyawan yang mengurus tambak. Penebaran benur (benh udang) secara khusus kedalam tambak untuk dpelhara secara terkendal baru dmula setelah petambak Sulawes Selatan dajar untuk mengenal benur udang dan membuddayakannya ddalam tambak. Guna menymak perkembangan buddaya udang d Indonesa secara utuh. Berkut adalah nformas yang dsampakan oleh Bapak Ale Pornomo (Alm) mengena catatan secara kronologs yang pernah dsampakan saat Smposum Akuakultur Tahun 2001 d Semarang. (1) Era Pra dan Awal Buddaya Udang d Tambak Sampa dengan awal Tahun 1964 tambak d Indonesa hanya dgunakan untuk buddaya kan bandeng. Kemudan pada kurun waktu tahun merupakan masa pengenalan benur dan buddaya udang teknolog tradsonal/ekstensf. Pengenalan morofolog benur alam (terutama udang wndu P. monodon dan udang puth P. marguenss), teknk merawat dan pengangkutan serta pembesarannya ddalam tambak (teknolog ekstensf secara mono atau polkultur dengan bandeng) d Sulawes Selatan (Bulukumba, Jeneponto, pangkep dan Pnrang) (Poernomo, 1968). Pendederan dan aklmatsas benur ddalam keramba jarrng apung ddalam tambak atau ddalam bak-bak semen ddarat berkembang pesat d daerah pertambakan d Sulawes 79

111 Selatan yang jauh dar sumber benur (Pangkep, Maros, Barru). Setelah tahun 70-an pembuddayaan udang wndu teknolog ekstensf berkembang ke Jawa, Kalmantan (Balkpapan) dan Sumatera (Aceh). Khususnya d Banda Aceh, dsampng buddaya udang wndu juga dbuddayakan udang puth (P. ndcus) karena kelmpahan benur alam jens udang n dperaran panta aceh (Poernomo, 1979). Buddaya udang wndu teknolog ekstensf dengan kepadatan tebar ekor benur/ha (monokultur) tanpa pakan dapat menghaslkan 3-4 kwntal/ha/sklus sze 30 (hanya mengandalkan pakan alam dengan pemupukan. Dsn mash banyak petan menerapkan polkultur dengan bandng : Dbangun hatchery udang pertama dan RCU Jepara Setelah peneltan berhasl memjahkan nduk udang matang telur dar laut, dbangun hatchery pertama d Makassar (Berta Buana, 1970 Haran Kam, 1970) dan menyusul dbangunnya hatchery ke-2 d Jepara, Jawa Tengah akhr tahun Mengngat besarnya potens buddaya udang d Indonesa pada masa mendatang maka penuls waktu tu menyarankan kepada Pemerntah untuk dbangun RCU (Reseacrh Center Udang) d lokas yang sama d Jepara yang kemudan dsebut BPAP (Bala Pengembangan Buddaya Ar Payau) dan pada tahun 2003 berubah menjad BBPBAP (Bala Besar Pengembangan Buddaya Ar Payau) untuk mendukung percepatan pembangunan buddaya udang d Indonesa. (2) Era Perntsan Buddaya Udang Teknolog Intensf (Tahun ) Pada Tahun 1974 telah dmula pengembangan buddaya udang teknolog ntensf dan sem ntensf dengan menggunakan kncr dan pakan pellet dmula d RCU Jepara, dan dlakukannya Proyek Pengembangan Tambak USAID d Aceh. Namun sejak dnstrukskan oleh ahl-ahl (staf pengajar Auburn Unversty) dalam proyek bantuan USAID, terjad malapetaka pertambakan d Aceh sebaga akbat dar gerakan pembatan jalur mangrove ddalam areal pertambakan. Alasan utama para ahl tersebut adalah produktvtas tambak Aceh rendah dsebabkan karena pohon bakau yang dtanam d sepanjang tanggul dan saluran menghabskan unsur hara dar pupuk yang daplkaskan untuk menumbuhkan makanan alam ddalam tambak. Rupanya para ahl tersebut khlaf karena tdak menymak hal yang lebh pentng, bahwa Jalur mangrove tersebut sangat vtal fungsnya sebaga wnd breaker bag wlayah pertambakan d Aceh karena angnnya sangat luar basa besarnya. Tdak menyadar bahwa mangrove bakau sebenarnya dperlukan untuk memperbak lngkungan wlayah tambak karena fungsnya antara lan menyerap zat-zat polutan dan mengandung bakter yang bermanfaat bag kesembangan lngkungan. Sebegtu jauh belum ada peneltan khusus 80

112 tentang seberapa hebat akar bakau menyerap unsure hara dar pupuk yang daplkaskan dbagan tengah atau pelataran tambak waktu ar dangkal. Kemudan pada tahun 1975 dtemukan teknolog Ablas Mata untuk Pematangan Telur Induk Udang. Peneltan d RCU Jepara berhasl mematangkan telur nduk udang dengan teknk ablas mata (alkunk dkk, 2975 dan Poernomo, Hamam, 1983). Tawan dan Flpna setalah membaca bulletn RCU, 1975 atau mengetahu keberhaslan Jepara tersebut langsung menangannya dengan sangat ntensf (d Tungkang Marne Laboratory (TML), Tawan dan Seafdec, Flpna), sehngga mereka berhasl mengkomerslkan lebh dahulu teknolog tersebut. Dar perjalanan tersebut Ale Pornomo dmnta oleh Dr. Lao, Dr TML penuls yang pada waktu (1983) kebetulan berada d Tawan, dmnta untuk mengajarkan teknk ablas pada staf penelt Tungkang Marne Laboratory, Tungkang Tawan. Selanjutnya antara kurun waktu tahun telah dbangun Hatchery Swasta Pertama (PT Benur Unggul) yang dbangun d Desa Temporah/Banyuglugur Besuk, Jawa Tmur dsusul oleh hatchery swasta d Snja Sulawes Selatan dan Kepulauan Serbu, Jakarta. Tepat dakhr tahun 1980 telah berhasl dlakukan perbakan Teknolog Ablas Mata nduk udang dar laut untuk produks benur udang wndu dengan perbakan mutu pakan, lngkungan d Sub Bala Peneltan Perkanan Laut Ancol (Poernomo, Hamam, 1983) dan BBAP Jepara yang dkutp dar : Indonesa/. (3) Era Kejayaan (Pemantapan dan Komersalsas) Buddaya Udang Indonesa (Tahun ) Pada perode antara 1982 hngga 1983, d Indonesa telah dtemukan Teknolog Reklamas Tanah Sulfat Masam. Teknolog perbakan atau reklamas tanah sulfat masam (pyrte) yang menjad kendala tambak udang dtemukan dam dmasyarakatkan (Poernomo dan Sngh, 1982; Sngh dan Poernomo, 1983; Poernomo, 1983; Kompas, 1982; dan Suara Merdeka, 1982). Tambak yang dbangun d lahan zona ntertdal umumnya mengandung senyawa pyrt antara 0,5-2% dan pada daerah tertentu dapat mencapa >5%. Lahan tambak dengan kandungan pyrt tngg sepert d daerah Bone Palopo, Mall, Mamuju (Sulawes Selatan) dan Kalmantan Tmur yang belum dreklamas produktvtasnya sangat rendah. Kemudan pada tahun , mula dlakukan program komersalsas Buddaya Udang Intensf. Pengembangan buddaya udang teknolog ntensf dmula d Jawa Tmur yang terpusat d Banyuwang dan Stubondo (Jawa Tmur) d Tangerang dan Serang (Jawa Barat) serta Denpasar (Bal) yang mencapa puncaknya pada tahun Dluar Jawa, kecual Bal dan Lampung (DCD, 1989) pada waktu tu belum ada tambak udang ntensf. 81

113 Selanjutnya pada tahun 1985, mula dbangun usaha buddaya udang dengan menggunakan pola Tambak Int Rakyat (TIR). Sepert Tambak Pandu Int Rakyat (TIR) yang berlokas d Desa Cpucuk, Kabupaten Karawang seluas 250 Ha lengkap dengan cold storage, pabrk pakan dan pelathan tekns. Tambak pola TIR yang lan juga dbangun oleh swasta d Desa Jawa, Kabupaten Sambas (Kalmantan Barat), d Teluk Waworada, Kab. Bma (NTB), Desa Pejarakan Buleleng (Bal), d Muara Sunga Bodr Kendal (Jateng), Takesung (Kal Sel), d Seram (Maluku), Tanjung Arus, Bulongan (Kal Tm).Tambaktambak tersebut yang dbangun oleh pemerntah maupun swasta umumnya kurang berhasl karena masalah manajemen usaha dan manajemen buddaya. Kemudan pada tahun 1989 mula dbangun Tambak Int Rakyat (TIR) Raksasa PT. Dpasena Ctra Darmaja/DCD seluas >5.000 Ha d Desa Mesuj/Rawa Jtu, Kab. Lampung Utara, kemudan menyusul tambak TIR. Selanjutnya dkut dengan pembangunan TIR raksasa berkutnya, yatu PT. Bratasena seluas Ha yang dbangun d Muara Way Seputh, Kec.Seputh Surabaya Kab. Lampung Tengah. Unt ketga dar pembangunan tambak raksasa non TIR oleh PT Wahyun Mandra seluas > Ha yang mula dbangun pada tahun 1999 dsebelah utara sunga Mesuj, Propns Sumatera Selatan. Ketga unt tambak raksasa tersebut terletak dalam satu hamparan panta yang bertetangga dalam lngkup gars panta sektar 100 Km. Namun karena desan tata letak ruang dan konstruksnya sudah mengkut prasyarat kadah buddaya, maka secara tekns, produktvtas tambak-tambak tersebut cukup stabl. Menurut Dahur (2012), buddaya tambak udang merupakan salah satu usaha perkanan yang palng potensal untuk mendorong knerja perekonoman nasonal, karena lma alasan, yatu: (1) Permntaan udang, bak untuk pasar domestk maupun ekspor, terus mengalam penngkatan.harganya pun relatf stabl, bahkan cenderung semakn mahal.sampa sekarang, udang merupakan salah satu komodtas perkanan yang termahal, lebh dar US$ 5 per kg harga d lokas tambak (on farm). Dar total nla ekspor perkanan tahun 2011 sebesar US$ 3,1 mlar, lebh dar setengahnya (US$ 1,7 mlar) berasal dar udang. (2) Indonesa memlk areal lahan pessr yang cocok untuk usaha buddaya tambak udang, terluas d duna, sektar 1,24 juta ha. Artnya, Indonesa secara potensal memlk kapasta produks udang tambak yang terbesar d duna. (3) Udang tambak dapat dproduks secara masal, ukuran dan kualtas (dengan teknolog) bsa datur menjad relatf seragam dan bak, dan waktu produks bsa datur secara reguler.dengan perkataan lan, udang memenuh segenap persyaratan untuk dndustralsakan, alas dlpat-gandakan nla tambahnya. 82

114 (4) Dapat menyerap banyak tenaga kerja dan menghaslkan multpler effects yang besar dan luas. (5) Sejak Program Udang Nasonal pada 1982 sampa 1995 dengan tngkat produks ratarata ton/tahun, Indonesa pernah menjad produsen dan sekalgus pengekspor udang tambak terbesar d duna. Artnya, masyarakat sudah memlk kapastas dan trads untuk melaksanakan usaha buddaya udang. (4) Era Penurunan Knerja Buddaya Udang Indonesa (Tahun ) Poss Indonesa sebaga produsen dan pengekspor udang tambak terbesar d duna yang pernah dalam pada perode 1982 hngga 1995, ternyata tdak berjalan bak untuk perode selanjutnya. Hal n karena perlaku para pembuddaya yang kurang dspln dan taat azas dalam menerapkan Cara Buddaya Udang Yang Bak (Best Aquaculture Practces) dan aba melakukan pemulaan genetk (genetc mprovement) bbt dan benh udang. Akbatnya, setelah mencapa produks udang tertngg ( ton) pada 1995, produks udang nasonal turun drasts menjad hanya sektar ton pada tahun 1996 sampa 1999 lantaran serangan wabah penyakt (MBV, whte spot, dan lannya). Konds penurunan knerja buddaya udang tersebut dperparah oleh terjadnya kasus yang menmpa PT. Dpasena sebaga tambak udang raksasa dan pensupla udang terbesar d Indonesa hngga mencapa hampr separuhnya, ternyata berhent beroperas pada tahun 1999 dan berakhr dengan penyerahan penuh tambak-tambak kepada plasma terletak pada masalah manajemen sosal. Tetap dampak negatf dar dkuasanya penuh tambak-tambak oleh petambak mantan plasma, menjadkan produktvtas tambaknya menurun sangat drasts. Hal n antara lan dsebabkan karena tdak ada yang bertanggung jawab merawat saluran prmer dan sekunder, kemampuan permodalan, dan koordnas antar petambak. Seharusnya palng tdak saluran prmer harus bsa durus oleh pemerntah, karena petambak jelas tdak akan mampu merawatnya apalag dalam konds hamparan tambak raksasa. Berdasarkan hasl kajan Fadlasar (2012) yang dsampakan dalam buku berjudul: Dpasena: Kemtraan, Konflk, dan Perlawanan Petan Udang.dsebutkan bahwa pada era 1990-an Dpasena adalah sebuah nama besar. Kala tu, Dpasena adalah sebuah mpan tentang kehdupan sejahtera dar tambak yang berada d Rawajtu Tmur, Kabupaten Tulangbawang, Lampung, seluas hektare. Sebelum konflk meletus, tak kurang dar petambak plasma dan 11 rbu karyawan menggantungkan hdup dar Dpasena n. Pada 1997, ctra Indonesa terangkat karena menjad produsen udang terbesar kedua d duna. Kontrbus nyata telah dlakukan PT Dpasena Ctra Dermaja mlk pengusaha Sjamsul Nursalm mengangkat nama Indonesa d mata pelaku bsns nternasonal melalu panen perdana udang tahun

115 Mengutp data Bank Indonesa, Fadlasar, penuls buku n, mencatat devsa negara yang dsumbangkan Dpasena mencapa 3 juta dolar AS. Tahun 1991, Dpasena mampu membukukan sebesar 10 juta dolar AS.Lalu, 30 juta dolar AS pada 1992.Puncaknya pada 1995 hngga 1998 menghaslkan 167 juta dolar AS.Atas keberhaslannya dalam ekspor udang n, Dpasena pernah merah Eksport Prmanyarta pada 1995, 1996, dan Rawajtu, tempat Dpasena membangun bsns tambak udang tahun 1989, telah menjad magnet bag banyak orang yang berharap dapat memperbak nasb. Maka ada ksah seorang Syukr J. Bntoro yang mennggalkan profes gurunya untuk memburu mpan d sebuah perusahaan dengan gaj besar, tetap ternyata a hanya menjad petan udang. Abdu Syukur yang melamar bekerja sebenarnya sudah merasa ada keanehan sstem kerja d Dpasena, tetap harapan mendapatkan penghaslan yang lebh bak mendorongnya meneruskan bekerja d perusahaan n. Betapa bahaganya Albert M. Lmbong ketka dnyatakan dterma menjad petambak d Bum Dpasena sampa kemudan a mula merasakan adanya keanehan dan kemudan perusahaan n mula lmbung. Demkan pula yang dalam Maryono dan Nafan Faz; awal yang begtu menggoda, tetap kenyataannya hanya kamuflase.pamor Dpasena mula pudar. Sejak 2000, perusahaan n mula tak terdengar lag. Tambak udang tu kolaps. Perusahaan sudah tak memproduks dan mengekspor udang lag. Rbuan plasma yang mash terssa, bertambak sendr-sendr dan menyatakan putus hubungan dengan nt. D satu ss pertambakan mandr tu sangat menguntungkan para petambak, tetap d ss lan pertambakan menjad rusak parah. Pada saat bersamaan, aset Dpasena dambl alh pemerntah untuk menutup utang Sjamsul Nursalm. Hal tersebut menggambarkan secara dramats tentang tumbuh-kembangnya, masamasa kejayaan, bagamana konflk mula menggerogot, hngga runtuhnya sebuah kerajaan bsns udang bernama Dpasena. Bagan pertama sepert dkutp pada bagan awal resens n menamplkan beberapa pengalaman sosok d yang menjad korban ksah sukses dan tenggelamnya Dpasena. Bagan kedua hngga bagan ketujuh bercerta tentang Dpasena mula dar berdr, masa jaya hngga hancurnya. Mulalah babak baru ketka (bagan ketujuh) Dpasena drekaptalsas dan tender ulang (bagan kedelapan). Lalu ada revtalsas Dpasena (bagan kesemblan dan kesepuluh) yang malah melahrkan keksruhan baru (bagan kesebelas) dan kerunyaman baru (bagan kedua belas). Alternatf solus bag penyelesaan kasus Dpasena dapat dlakukan dengan kembal membangun kemtraan yang tetap harus berlandaskan hak asas manusa (HAM). 84

116 (5) Era Revtalsas Buddaya Udang Indonesa (Tahun 2005-Hngga Sekarang) Upaya untuk mengembalkan kejayaan tambak udang yang sudah dmula sejak berdrnya DKP/KKP pada awal 2000 harus lebh dtngkatkan dan dsempurnakan melalu: (1) revtalsas tambak-tambak mangkrak(ddle), yang jumlahnya mencapa ha yang tersebar d seluruh wlayah Nusantara, khususnya d Pantura, Lampung, Sulawes Selatan, dan NTB; (2) penngkatan produktvtas dan efsens semua unt usaha tambak udang yang kn mash berlangsung (survve); dan (3) pembukaan lahan usaha tambak udang yang baru (ekstensfkas). Terkat dengan program revtalsas, KKP tahun n mentargetkan revtalsas tambak udang seluas ha yang tersebar pada 22 kabupaten d sepanjang Pantura (Provns Banten sampa Jatm). Dar luasan tu dharapkan dapat dhaslkan ton udang per tahun. Selanjutnya, hngga 2014 areal tambak d seluruh wlayah Nusantara yang akan drevtalsas dtargetkan seluas ha dengan produks ton udang/tahun. Pada tahun 2013, Kementeran Kelautan dan Perkanan (KKP) telah merealsaskan program revtalsas tambak udang sektar 90% dar target. Perde selanjutnya (2014), pemerntah telah membangun 540 hektare (Ha) tambak udang d seluruh Indonesa. "Harapannya bsa lebh karena prospeknya bagus. Tambak udang yang sudah beroperas umumnya sudah melakukan tabur benh udang vaname. Tahun 2014 KKP telah menunjuk 27 kabupaten untuk program revtalsas tambak udang.alokas terbesar berada d Jawa Tengah dengan target tambak udang seluas 180 Ha dkut Jawa Tmur 160 Ha, Sulawes Selatan 80 Ha, Lampung 60 Ha, NTB 40 Ha, dan Sumatera Utara 20 Ha. Dengan luasan tambak percontohan 540 Ha, pemerntah memproyekskan dapat menghaslkan ton udang. Sementara nla dar produks n dtaksr mencapa Rp 648 mlar per musm atau Rp 1,94 trlun per tahun dengan cara panen parsal. Adapun komponen program revtalsas tambak udang tersebut melput: (1) perbakan dan penngkatan prasarana dan sarana buddaya (terutama rgas prmer, sekunder, dan terser); (2) pendalaman kolam tambak; (3) perbakan teknolog buddaya (penggunaan benur bebas penyakt dan plastk mulsa); dan (4) penngkatan akses pembuddaya kepada permodalan, termasuk penjamnan dar asurans Jamkrndo (Jamnan Kredt Indonesa). Lebh lanjut Dahur (2012) menyampakan bahwa komponen program revtalsas tambak udang datas hanyalah sebagan dar sekan banyak faktor (varables) yang menentukan keberhaslan usaha tambak udang. Oleh sebab tu, komponen program revtalsas yang telah dsusun KKP tersebut perlu dlengkap dengan kebjakan dan program sebaga berkut. (1) Penataan ulang tata ruang wlayah pessr agar kondusf bag tumbuh kembangnya usaha buddaya tambak udang; dan pengendalan pencemaran, bak yang berasal dar 85

117 kegatan manusa dan pembangunan yang terdapat wlayah pessr maupun d wlayah hulu (upland areas). (2) Penerapan Good Aquaculture Practces (penggunaan benur unggul, pakan berkualtas, pengendalan hama dan penyakt, pengelolaan kualtas ar dan tanah, pond engneerng yang benar, dan bosecurty) secara dspln dan konssten d seluruh unt usaha buddaya tambak udang. (3) Pemerntah bekerjsama dengan swasta harus mampu menyedakan sarana produks buddaya (khususnya benur, pakan, BBM) berkualtas dengan harga relatf murah atau sama dengan d negara-negara pesang (Thaland, Vetnam, Inda, dan Chna). Keempat, nfrastruktur jalan yang menghubungkan sentra produks tambak ke kawasan ndustr pengolahan, pasar domestk, dan pelabuhan ekspor harus dperbak atau dbangun baru.demkan juga halnya dengan jarngan lstrk, telkom, dan ar bersh. (4) Pemerntah bekerjasama dengan swasta harus terus menerus secara kreatf dan novatf memperdalam dan mengembangkan pasar baru, bak d dalam neger maupun luar neger. (5) Penngkatan kapastas teknolog buddaya, manajemen, dan etos kerja para pembuddaya tambak udang melalu program DIKLATLUH secara benar, sstemats, dan berkelanjutan. (6) Dengan dfasltas KKP, seluruh stakeholders buddaya tambak udang harus bekerja sama secara snergs untuk mewujudkan Indonesa Aquaculture Incorporated. Pemerntah dalam hal n melalu Dtjen Perkanan Buddaya Kementeran Kelautan dan Perkanan (KKP) telah mengucurkan pendanaan Rp125 mlar untuk progam revtalsas tambak udang bersertfkas atau demfarm pada tahun 2013 lalu. Pola kemtraan n dbangun khusus untuk para pembuddaya bersertfkas d 28 kabupaten d enam provns. Drjen Perkanan Buddaya KKP menyatakan bahwa udang merupakan komodtas unggulan bak dar ss ekspor maupun perkanan buddaya nasonal. Karenanya, ntervens pemerntah melalu Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) dbutuhkan untuk keberlangsungan penngkatan produks usaha perkanan. Selan tu, juga untuk menjamn kepastan bag ndustralsas perkanan buddaya. Anggaran sebesar Rp125 mlar tersebut telah dgunakan untuk daerah pertambakan percontohan d enam provns sepert Jawa Tmur, Jawa Tengah, Sulawes Selatan, Nusa Tenggara Barat, Lampung dan Sumatera Utara d 28 kabupaten. Total luas pertambakan yang akan dgarap sebesar 504 hektare. Jad, setap kabupaten, ada tambak demfarm sektar 20 ha. Khususkan kepada tambak sem ntensf dan ntensf, anggaran tersebut telah dbelanjakan modal bag sarana produks petambak sepert 86

118 kncr, plastk mulsa, pompa mesn, genset. Sementara, mtra petambak yakn pengusaha dharuskan menyedakan pendanaan, benh dan ketersedaan pakan. Hal utama yang membedakan dengan revtalsas tambak pada tahun lalu, kal n kta mendapat dukungan aktf dar perbankan d antaranya Bank BNI, BRI, BTN dan BPD, ujarnya. Keserusan perbankan nasonal mendukung usaha buddaya perkanan tu dbuktkan dengan pagu kredt yang dsalurkan sebesar Rp30 mlar, selama semester pertama 2013 n. Plafon n terus menngkat serng pengoperasan kegatan tambak. Untuk tu, pemerntah bersama phak perbankan tengah melakukan ground check lokas calon denfarm. Kementeran Pekerjaan Umum sudah menyatakan komtmennya memperbak rgas sekunder dan ketersedaan pasokan lstrk akan dupayakan Perusahaan Lstrk Negara. D sampng tu, kerja sama dengan Badan Pertahanan Nasonal (BPN) juga dlakukan untuk mempermudah para petambak memperoleh sertfkas lahan. Sertfkas lahan n akan dgunakan para pembuddaya sebaga agunan untuk mendapatkan kredt dar perbankan. Kebutuhan nvestas tambak udang ntesf tergolong tngg, yatu setap 1 Ha bsa membutuhkan baya antara Rp350 sampa Rp500 juta termasuk baya rehabltas atau ekuvalen ongkos baya produks udang vanamae sebesar Rp atau per klogram. Tetap potens produksnya bsa menghaslkan hngga 10 ton per ha, dengan waktu produks selama empat bulan. Data KKP menyebutkan, total produks udang nasonal tahun 2012 sebesar ton dar tahun sebelumnya ton. Tahun n, KKP mematok tngg udang nasonal yakn hngga ton. Selan tu, tahun 2012, kontrbus udang untuk pasar ekspor sebesar 38 persen dar total ekspor perkanan sebesar 3,9 mlar dolar AS. Tahun n, kontrbus udang dharapkan menngkat mencapa 40 persen dar total nla ekspor perkanan yang dtargetkan mencapa 5 mlar dolar AS Program Revtalsas Usaha Buddaya Udang d Indonesa Revtalsas merupakan upaya untuk menghdupkan kembal suatu kawasan atau bagan kotayang mengalam kemunduran dan degradas. Proses revtalsas sebuah kawasan mencakup perbakan aspek fsk dan ekonom dar kawasan tersebut. Revtalsas fsk merupakan strateg jangka pendek yang dmaksudkan untuk mendorong terjadnya penngkatan kegatan ekonom jangka panjang. Revtalsas fsk dyakn dapat menngkatkan konds fsk, namun tdak untuk jangka panjang.untuk tu, tetap dperlukan perbakan dan penngkatan aktvtas ekonom (economc revtalzaton) yang merujuk pada aspek sosal budaya serta aspek lngkungan (envronmental objectves). Hal tersebut mutlak dperlukan karena melalu pemanfaatan yang produktf, dharapkan akan terbentuk sebuah 87

119 mekansme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasltas dan nfrastruktur. Salah satu sektor yang melakukan revtalsas adalah sektor perkanan buddaya yang dlakukan dalam 2 tahap, yatu Tahap 1 dlaksanakan pada tahun dan Tahap 2 dlakukan pada tahun A. Revtalsas Tambak Udang Tahun Pada bulan Jun 2005, Presden Suslo Bambang Yodhoyono membuat sebuah momentum percepatan pembangunan perkanan melalu pencanangan sebuah program lntas departemen bertajuk Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK). Revtalsas perkanan dtetapkan sebaga salah satu dar bagan Trple Track Strategy Kabnet Indonesa Bersatu yang dterapkan dalam rangka pengurangan kemsknan dan penganggguran serta penngkatan daya sang ekonom nasonal melalu pembangunan perkanan untuk mengatas pemulhan perekonoman melalu pemanfaatan sumberdaya secara optmal dan berkelanjutan (Purnomo et.al, 2011). Target penurunan kemsknan dar 16,6 % tahun 2004 menjad 8,2 % tahun 2009 dan penurunan pengangguran terbuka dar dar 9,7 % tahun 2004 menjad 5,1% tahun 2009, mengharuskan dlakukannya berbaga usaha pembangunan ekonom untuk mencapa antara lan pertumbuhan ekonom rata-rata hngga 6,6 % per tahun. Dsampng tu raso nvestas terhadap GDP harus nak dar 16,0 % pada tahun 2004 menjad 24,4 % pada tahun 2009; dan rata-rata pertumbuhan pertanan, perkanan dan kehutanan mencapa 3,5 %/ tahun (Anonm, 2014). RPPK yang telah dcanangkan Presden RI pada tanggal 11 Jun 2005 n merupakan strateg umum untuk (1) menngkatkan kesejahteraan petan, nelayan dan petan hutan; (2) menngkatkan daya sang produk pertanan, perkanan dan kehutanan; serta (3) menjaga kelestaran sumberdaya pertanan, perkanan dan kehutanan (Pusdatn, 2006). Tujuan RPPK adalah menngkatkan kesejahteraan pembuddaya kan dan nelayan, menngkatkan daya sang produk perkanan, menjaga kelestaran sumber daya perkanan serta mengurang kemsknan. Selaras dengan tujuan RPPK maka road map RPB dmaksudkan untuk () membangktkan usaha akuakultur dengan beberapa komodtas unggulan pada lahan buddaya yang terbengkala, () menyedakan lapangan kerja dan peluang usaha, sebaga efek ganda (multpler effect) dar berkembangnya usaha akuakultur, dan () mendorong penerapan teknolog buddaya yang ramah lngkungan untuk mengatas kualtas peraran yang menurun akbat ntensfkas (Pusdatn, 2006). Program Revtalsas Perkanan Buddaya (RPB) merupakan tndak lanjut dar Peraturan Presden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasonal yang dcanangkan melalu Strateg Revtalsas Pertanan, Perkanan 88

120 dan Kehutanan (RPPK) oleh Presden RI pada tanggal 11 Jun 2005 d Jatluhur, Jawa Barat (Mnstry of Marne Affars and Fsheres, 2005). Dokumen RPB n menyajkan upaya revtalsas yang akan dlaksanakan oleh Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya yang mencakup strateg, kebjakan operasonal dan rencana tndak dua komodtas utama, yakn udang (vaname dan wndu) dan rumput laut (Eucheuma dan Graclara ), serta delapan komodtas unggulan lannya, yakn nla, kerapu, bandeng, patn, lele, gurame, abalone dan kan has. Strateg yang dtempuh dalam RPB n adalah pengembangan kawasan secara bertahap, penerapan buddaya yang berkelanjutan, pendekatan bsns agrbsns dan pembnaan secara ntensf. Sedangkan kebjakan operasonal yang dlakukan secara umum yatu: () memanfaatkan dan mengoptmalkan tambak-tambak dan kolam; () optmalsas dan pemberdayaan unt-unt pembenhan (pant benh, UPR dan HSRT); () memfasltas terjalnnya kemtraan; (v) melakukan mpor nduk udang vaname Specfc Pathogen Free (SPF) serta domestkas nduk oleh Natonal Shrmph Broodstock Center (NSBC) untuk menghaslkan nduk Specfc Pathogen Resstant (SPR); (v) penerapan standar dan sertfkas serta pengawasan mutu benh; (v) melakukan pembnaan secara ntensf melalu dsemnas dan penyedaan dempond. Desmnas dlakukan dengan memanfaatkan penyuluh perkanan dan tenaga tekns lapangan yang ada, pendampngan teknolog oleh UPT Pusat/Daerah dan rekrutmen tenaga pendampng teknolog sesua dengan kebutuhan; (v) koordnas dengan nstans terkat dalam rangka penataan ruang, permodalan, pengembangan pasar, pengendalan lngkungan, keamanan dan lannya. Udang merupakan komodtas yang dhaslkan melalu kegatan buddaya unggulan. Perkanan buddaya mampu memberkan kontrbus cukup besar dalam perolehan devsa, pendapatan pembuddaya, mencptakan lapangan kerja dan peluang berusaha. Peran kegatan buddaya akan semakn besar, sementara kegatan penangkapan akan semakn berkurang. Perusahaan yang terlbat adalah perusahaan skala kecl (rakyat), menengah dan besar (ndustr). Pasar utama komodtas udang adalah pasar ekspor karena sampa saat n permntaan udang untuk pasar luar neger mash tetap tngg. Dengan demkan, revtalsas perkanan udang adalah revtalsas produks, pengolahan, dan pemasaran melalu pelbatan usaha skala rakyat dan ndustr. Untuk tu, kebjakan pengembangan perkanan buddaya dlakukan melalu (1) Penngkatan produks perkanan buddaya untuk ekspor; (2) Penngkatan produks perkanan buddaya untuk konsums kan masyarakat; dan (3) Perlndungan dan rehabltas sumberdaya perkanan buddaya. Sasaran revtalsas tambak udang pada tahun 2005 dharapkan dapat mencapa produks sebesar ton yakn melalu (1) Pemanfaatan tambak udang ekstensf seluar 89

121 ha (40% dar luas tambak ekstensf) dengan jens udang vaname dengan sasaran produks kg/ha/tahun; (2) Revtalsas tambak udang ntensf seluas 8000 ha dengan sasaran produks ton/ha/tahun dengan jens udang vaname. Penngkatan produks perkanan buddaya tersebut dlakukan melalu ntensfkas, ekstensfkas, dan dversfkas buddaya perkanan. Untuk mendukung revtalsas tambak udang, maka langkah operasonal yang dlakukan adalah sebaga berkut: (1) Melakukan mpor nduk dan benh udang vaname SPF; (2) Melakukan domestkas dan pemulaan udang vaname menjad nduk SPF dan SPR sehngga mengurang ketergantungan dar mpor; (3) Membangun Nasonal Broodstock Center; (4) Melakukan revtalsas backyard hatchery udang; (5) Menerapkan sertfkas perbenhan dan pembuddayaan udang; (6) Mengembangkan laboratorum lngkungan dan penyakt; (7) Menyedakan sarana dan prasaranan buddaya; (8) Membantu penguatan permodalan bag pembuddaya udang. Rencana kegatan dalam rangka revtalsas tambak udang tahun 2006 antara lan adalah (1) Pemulaan nduk udang melalu breedng program; (2) Pembangunan Bala Benh Ikan Panta dan pengembangan Bala Benh Udang; (3) Sertfkas sstem mutu perbenhan dan pembuddayaan; (4) Revtalsas backyard hatchery; (5) Pengendalan dstrbus nduk dan benh; (6) Pengendalan peredaran dan penggunaan saran produks (pakan, obat-obatan, pestsda); dan (7) Pembangunan Pos Kesehatan Ikan dan Lngkungan. Sasaran produks untuk usaha buddaya udang dtargetkan sebesar ton pada akhr tahun 2009, melbatkan 27 provns pada lahan seluas ha, yang terdr dar tambak udang wndu seluas Ha dan tambak udang vaname seluas ha. Produks masng-masng dtargetkan sebesar dan ton. Kebutuhan modal usaha untuk udang wndu dan vaname masng-masng sebesar Rp. 1,11 trlun dan Rp. 2,97 trlun, serta total serapan tenaga kerja sebesar orang. Guna mendukung proses produks, dperlukan tambahan sarana dan prasarana. Untuk komodtas udang dperlukan pant benh sebanyak 10 unt dan HSRT sebanyak unt, serta saluran tambak yang mampu melayan luasan tambak ha. Unt pengolahan udang yang telah beroperas hngga tahun 2004 sebanyak 159 unt dengan kapastas ton/har, dengan kapastas gudang smpan sebesar ton. Dengan demkan, hasl produks udang hngga tahun 2009 dperkrakan mash dapat tertampung pada jumlah unt pengolahan udang dan kapastas terpasang yang telah terseda. Untuk rumput laut Eucheuma sp secara bertahap dlakukan pengolahan untuk menngkatkan nla tambah dalam bentuk 90

122 sem refned carrageenan (SRC) atau dsebut alkal treated carrageenan (ATC). Jumlah yang dolah dproyekskan sebesar 5% sampa 13% dar total produks, yang harus dfasltas dengan penyedaan unt pengolahan. Baya yang dperlukan untuk pelaksanaan revtalsas perkanan buddaya sebesar Rp. 13,41 trlun, yang terdr dar nvestas pemerntah sebesar Rp 3,06 trlun dan modal usaha sebesar Rp 10,35 trlun. Investas pemerntah dalokaskan dalam bentuk pembangunan dan rehabltas jarngan rgas tambak, optmalsas bala benh, optmalsas laboratorum kesehatan kan dan lngkungan, pengembangan kawasan percontohan, penataan kelembagaan, pengembangan unt pelayanan pengembangan, pendampngan dan smulas modal kerja untuk UPR atau HSRT. Modal usaha dar masyarakat, termasuk d dalamnya nvestas phak swasta, dukungan modal perbankan yang dapat langsung dmanfaatkan untuk pengembangan usaha. B. Revtalsas Tambak Udang Tahun Program revtalsas tahap 2 kembal dlaksanakan sejalan dengan kebjakan ndustralsas perkanan pada tahun Tujuannya untuk menngkatkan produks dan produktvtas perkanan dengan melaksanakan kegatan percontohan usaha buddaya dengan pengembangan demstraton farm (demfarm) untuk komodtas udang vaname d tambak melalu pengembangan manajemen kluster/kawasan. Selama perode , kegatan revtalsas tambak udang dlaksanakan sesua dengan roadmap yang telah dsusun oleh Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya sepert yang dtunjukkan pada Tabel 11. Tabel 11.Road Map Revtalsas Tambak Udang Tahun Tahun Lokas 2012 Pantura Jawa (6 Kabupaten) d dua provns : Jabar dan Banten 2013 Jateng, Jatm; Sulawes Selatan, Lampung, NTB, Sumatera Utara 2014 NAD, Kalbar, Kaltm, Kalmantan Utara Rehab Saluran/Luas Tambak yang Tarar(Ha) Luas Tambak Revtalsas (Ha) Keterangan Demfarm tambak udang ntensf/sem ntensf dan bandeng tradsonal plus APBN 2013 baru mengakomodr Ha tambak terar dan Ha tambak terevtalsas Rehabltas dan plastksas untuk tambak ntensf/sem ntensf, dan bandeng tradsonal plus Jumlah Sumber: DJPB,

123 Pengembangan kawasan demfarm buddaya udang n dlakukan sebaga salah satu upaya dalam antspas terhadap perubahan klm yang menyebabkan penyebaran penyakt.selan tu, untuk membangktkan kembal garah usaha buddaya udang serta merevtalsas kegatan usaha pertambakan d Indonesa dengan menerapkan teknolog sem ntensf dan ntensf yang telah menggunakan plastk mulsa, kncr, pemberan pakan dan probotk serta sarana lannya. Pelaksanaan revtalsas tambak pada tahun dfokuskan pada komodtas udang vaname melalu pelaksanaan tambak percontohan (Demfarm) buddaya udang dengan menggunakan model pola kemtraan sepert pada Gambar 15. PENERAPAN MODEL POLA KEMITRAAN PADA KEGIATAN REVITALISASI TAMBAK MELALUI DEMFARM POKDAKAN PERBANKAN Penyedaan lahan Pengelola operasonal pemelharaan udang Menerma bantuan Penyedaan layanan kredt program (KUR, KKPE,dsb) PEMERINTAH SWASTA PENYEDIA SARANA BUDIDAYA Penyedaan pakan dan sarana penunjang lannya Penyedaan tenaga pendampng (techncal servce) MITRA Perbakan pematang dan pendalaman kolam Pendampngan teknolog sem ntensf dan ntensf Pemasangan nstalas lstrk Penyedaan gudang pakan dan bangunan lan Penyedaan tempat penanganan pasca panen Penyedaan tenaga pemasangan plastk mulsa Menjamn pemasaran udang Menambah Penebaran benur hngga 100 ekor/m 2 Penyedaan pakan 2 bulan pemelharaan Rehabltas saluran ar dan Penyedaan sarana buddaya Penyedaan Poskandu (peralatan lab, bangunan, sepeda motor) Penyedaan nfrastruktur, Pembangunan pabrk es, cold storage, pengadaan sarana pemasaran, sarana pengolahan, sarana SRD Pendampngan tekns oleh UPT dan Penyuluh Kelautan dan Perkanan Sumber: DJPB (2013) Gambar 15. Model Pola Kemtraan pada Revtalsas Tambak Melalu Kegatan Demfarm 2 92

124 Pola kemtraan melbatkan banyak phak yang bertujuan untuk mewujudkan snerg antara pemerntah, pelaku usaha dan swasta. Kemtraan tersebut melbatkan POKDAKAN dengan Mtra yang dfasltas Pemerntah serta ddukung oleh swasta dan perbankan untuk tambahan permodalan dengan peran masng-masng sepert yang dtamplkan pada Tabel 12. Tabel 12. Peran Phak-Phak yang Terlbat dalam Model Pola Kemtraan pada Revtalsas Tambak No. Phak-phak yang Terlbat Peran 1. POKDAKAN a. Penyeda lahan b. Pengelola operasonal pembuddayaan udang c. Penerma bantuan 2. Mtra a. Perbakan pematang dan pendalaman kolam b. Pendampngan teknolog sem ntensf dan ntensf c. Pemasangan nstalas lstrk d. Penyedaan gudang pakan dan bangunan lan e. Penyedaan tempat penanganan pasca panen f. Penyedaan tenaga pemasangan plastk mulsa g. Menjamn pemasaran udang h. Menambah penebaran benur hngga 100 ekor/m 2. Penyedaan pakan 2 bulan pemelharaan 3. Pemerntah a. Rehabltas saluran ar dan penyedaan sarana buddaya b. Penyedaan Poskandu (peralatan lab, bangunan, sepeda motor) c. Penyedaan nfrastruktur, pembangunan pabrk es, cold storage, pengadaan saran pemasaran, saran pengolahan, sarana SRD d. Pendampngan tekns oleh unt pelaksana tekns (UPT) Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, UPT Daerah, Penyuluh dar Badan Pengembangan Sumber Daya Manusa (BPSDM) Kelautan dan Perkanan 4. Swasta a. Penyedaan pakan dan sarana penunjang lannya b. Penyedaan tenaga pendampng (techncal servce) 5. Perbankan Penyedaan layanan kredt program (KUR, KKPE dan sebaganya) Sumber: Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya, Dnamka Produktvtas Buddaya Tambak Udang d Indonesa dan Peran Beberapa Kebjakan yang Mempengaruhnya Perkembangan Produks Udang Indonesa, Komodtas udang d Indonesa dperoleh dar hasl buddaya d tambak dan hasl penangkapan yang berasal dar tangkapan d laut dan d peraran umum. Perkembangan kuanttas produks udang berdasarkan sumbernya dsajkan pada Gambar 16, Tabel 13, dan Tabel 14. Berdasarkan Gambar 16, terjad penngkatan cukup sgnfkan pada udang hasl buddaya, sedangkan udang hasl tangkapan relatf stagnan. 93

125 Sumber: Statstk Perkanan Buddaya dan Statstk Perkanan Tangkap (berbaga eds) Gambar 16. Perkembangan Produks Udang Indonesa Hasl Buddaya d Tambak dan Hasl Penangkapan,Tahun Berdasarkan data pada Tabel 11, terjad penngkatan produks udang hasl buddaya sampa dengan tahun 2008, dan terjad penurunan produks pada tahun 2009 kemudan mesk secara perlahan terus mengalam penngkatan kecual pada tahun 2013 yang menngkat secara drasts. Selama horzon data 1983 hngga 2013, tampak bahwa terdapat kecenderungan penngkatan produks udang buddaya, sebalknya pada udang hasl perkanan tangkap yang mengalam kecenderungan semakn menurun. Terjad dua waktu dmana produks udang buddaya hampr menyama produks udang tangkap, yatu pada tahun 1992 dan tahun Selanjutnya pada perode tahun 2004 terjad konds berbalkan (trajectory) antara udang dar hasl buddaya dan tangkap, dmana udang hasl buddaya mengalam penngkatan yang lebh tngg dbandngkan udang hasl tangkapan. Berdasarkan varetas, sampa dengan tahun 2006 produks udang wndu mengalam penngkatan, dan sejak tahun 2007 produks udang vaname telah melampau udang wndu (Tabel 13). Sebalknya, udang hasl penangkapan relatf stabl (Tabel 14). Kemudan berdasarkan varetas dapat pula dtunjukkan bahwa udang puth mendomnas dsusul jens udang lannya. Dbandngkan dengan udang hasl buddaya, sze/ukuran udang hasl tangkapan memlk keragaman cukup besar. Dengan demkan, tdak semua jens udang hasl tangkapan menjad layak ekspor. 94

126 Tabel 13. Produks Udang dar Hasl BuddayaTambak Indonesa Menurut Varetas, Tahun (ton) Tahun Udang Wndu Udang Puth Udang Vaname Udang Ap-ap Udang Lannya Total ,550 8,316-11, , ,315 9,421-12, , ,068 12,001-12, , ,424 13,575-11, , ,202 16,951-13,754 3,014 55, ,450 17,793-15, , ,676 15,520-15,032 1,143 94, ,355 17,590-20,961 1, , ,811 19,337-20,248 3, , ,358 21,779-21, , ,285 29,167-22, , ,193 23,860-25,353 2, , ,344 31,676-24,196 1, , ,237 28,822-26, , ,317 30,609-40, , ,824 22,589-20, , ,726 28,872-19, , ,759 28,965-20, , ,603 25,862-19, , ,840 24,708-21, , ,836 35,249-22, , ,399 33,797 53,217-20, , ,682 27, ,874-13, , ,867 36, , , ,113 16, ,966-27, , ,930 32, ,648-32, , ,561 22, ,969-19, , ,519 16, ,578-30, , ,157 10, , , ,311 13, ,663-27, , ,318 17, ,189-28, ,258 Sumber: Statstk Perkanan Buddaya (berbaga terbtan) 95

127 Tabel 14. Produks Udang Hasl Penangkapan Menurut Varetas, Tahun (ton) Tahun Udang Wndu Udang Puth Udang Dogol Udang Krosok Udang Ratu/Raja Udang Karang/Barong Udang Lannya Total ,726 37,380 15, , , ,209 26,128 14, , , ,431 29,610 13, , , ,097 32,887 16, ,257 52, , ,720 35,766 17, , , ,301 42,750 17, ,319 80, , ,003 42,925 15, , , ,647 41,330 14, , , ,743 41,731 16, ,398 78, , ,649 47,726 16, ,398 83, , ,116 43,925 15, ,208 79, , ,960 47,237 20, ,021 91, , ,501 50,477 22, ,852 81, , ,393 53,913 22, ,463 89, , ,929 53,924 32, ,021 95, , ,047 62,192 40, ,394 87, , ,223 64,179 33, , , , ,987 66,644 38, ,596 98, , ,759 65,269 36, , , , ,088 69,508 33, ,758 95, , ,190 66,501 34, , , , ,533 68,699 38,438 2, ,439 95, , ,380 61,950 31,506 6, ,648 71, , ,460 59,838 26,859 4, ,254 93, , ,036 81,193 33,455 6, ,705 90, , ,492 73,870 34,718 5,922 1,011 9,896 85, , ,637 71,993 46,740 6, ,892 80, , ,319 76,419 39,605 15, ,651 59, , ,417 83,619 47,272 20,077 1,738 10,541 70, , ,959 87,405 45,227 17,692 3,258 13,549 67, , ,851 87,069 45,053 17,624 3,245 13,497 67, ,020 Sumber: Statstk Perkanan Tangkap (berbaga terbtan) Telaah Dnamka Produktvtas Buddaya Tambak Udang Indonesa, Pertumbuhan ndeks output, ndeks nput, dan ndeks TFP perode tahun dsajkan pada Gambar 17, sedangkan pertumbuhan per perode dsajkan pada Tabel 15. Berdasarkan Gambar 17, pada sepanjang perode ndeks output mencapa puncaknya yang menngkat menjad sebesar 266,39% pada tahun 2008 yang kemudan menurun hngga tahun 2013, dan ndeks nput mencapa puncaknya yang menngkat menjad 96

128 sebesar 439,26% pada tahun 2008 yang kemudan menurun hngga tahun 2013, sedangkan ndeks TFP relatf stagnan. Artnya, pertumbuhan output lebh dsebabkan pertumbuhan nput (faktor produks) --bukan karena pertumbuhan TFP--, terutama pertumbuhan benur, obat-obatan, energ, dan pakan. Berkut dsajkan pembahasan perkembangan output, nput, dan TFP perode peneltan. Hal n dsebabkan belum dapat d atasnya masalah penyakt Perkembangan Output, Berdasarkan data pada Tabel 13, pada keseluruhan perode , laju pertumbuhan output tertngg terjad pada udang vaname dsusul kan bandeng, dan udang wndu. Dduga karena udang vaname memlk produktvtas lebh tngg. Akan tetap, dar ss pangsa terhadap penermaan urutannya yatu udang wndu, udang vaname dan kan bandeng. Udang wndu memlk pangsa terhadap total penermaan lebh tngg dbandngkan udang vaname dkarenakan harga jualnya relatf lebh tngg. Berdasarkan empat perode pengamatan, pada tahun laju pertumbuhan output bak untuk udang wndu, udang puth, maupun kan bandeng bernla negatf. Hal tersebut dduga karena belum berhasl d atasnya penyakt. Pada perode tahun , udang tambak terserang penyakt Monodon Baculo Vrus (MBV). Konds tersebut berlanjut sehngga pada tahun 2000/2001 dan sampa sekarang. Menurut Wdgdo (2005) akbat serangan penyakt, kuanttas ekspor tahun 2000 turun menjad 70 rbu ton dan 90% dar 350 rbu Ha tambak dalam konds terlantar. Pada perode , laju pertumbuhan output menjad postf yatu sebesar 12.6% untuk udang wndu, 6.8% untuk udang vaname, dan 8.2% untuk kan bandeng. Penngkatan tersebut dduga karena tersedanya sumber ar hasl dar pembangunan jarngan rgas melalu dana SPL-OECF/JBIC dengan nla sektar Rp300 mlyar. Penngkatan produks juga dduga akbat perubahan kewenangan dar semula setngkat Dtjen Perkanan menjad setngkat Kementeran (Departemen Eksploras Laut dan Perkanan/DELP) pada akhr tahun 1999 dan terdapat penngkatan anggaran. Pada perode berkutnya yatu , laju pertumbuhan udang wndu jauh berkurang, dan udang vaname memlk laju pertumbuhan tertngg. Pangsa penermaan dar udang vaname juga menngkat, akan tetap mash lebh rendah dbandngkan pangsa penermaaan dar udang wndu. Adanya pergantan dar udang wndu menjad udang vaname, secara tdak langsung cukup membantu Indonesa dalam menghaslkan devsa, serta mempertahankan pangsa pasar. 97

129 Tabel 15. Rata-rata Pertumbuhan Output dan Penggunaan Input Buddaya Tambak Udang Indonesa, Tahun No. Varabel Perode Pengamatan A. OUTPUT 1. Udang Wndu (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 5,14 10,0-2,4 12,6 0,4 6,10 Pangsa udang wndu terhadap total 58,81 70,1 64,7 69,0 48,5 30,41 penermaan (%) 2. Udang Vaname (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 27, ,30 15,31 Pangsa udang vaname terhadap total 14, ,86 39,86 penermaan (%) 3. Udang Puth (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 5,08 11,5-0,5 6,8 38,2-6,98 Pangsa udang puth terhadap total 7,41 17,6 19,9 12,0 38,7 2,20 penermaan (%) 4. Ikan bandeng (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 7,37 8,4-0,3 8,2 4,8 16,05 Pangsa kan bandeng terhadap total penermaan (%) 18,67 12,3 15,4 19,0 12,8 25,58 B. INPUT (FAKTOR PRODUKSI) 1. Benur (juta ekor) Laju pertumbuhan/tahun (%) 28,17 53,0 53,3 13,5 12,2 13,92 Pangsa baya benur terhadap total 13,32 13,0 14,6 17,8 9,9 11,30 pengeluaran (%) 2. Pupuk (rbu lter) Laju pertumbuhan/tahun (%) 10,24 7,1 1,4 4,1 22,1 16,52 Pangsa baya pupuk terhadap total 0,6 0,7 0,4 0,6 0,6 0,5 pengeluaran (%) 3. Tenaga Kerja(OH) Laju pertumbuhan/tahun (%) 6,43 5,4 4,0 9,6 6, Pangsa upah tenaga kerja terhadap 32,29 31,6 30,1 34,1 30,4 35,23 total pengeluaran 4. Pakan (rbu kg) Laju pertumbuhan/tahun (%) 10,64 9,9-1,9 10,4 16,1 18,69 Pangsa baya pakan terhadap total 39,80 42,8 39,5 38,3 42,7 35,70 pengeluaran (%) 5. Obat-obatan(rbu lter) Laju pertumbuhan/tahun (%) 20,13-5,5 15,6 9,1 36,8 44,65 Pangsa baya obat terhadap total 0,3 0,3 0,1 0,4 0,2 0,3 pengeluaran (%) 6. Energ (rbu KwH) 426, ,869 Laju pertumbuhan /tahun (%) 44,08 38,6 22,8 1,9 53,0 104,1 Pangsa baya energ terhadap total pengeluaran (%) 15,4 11,7 15,5 8,9 16,6 24,3 Sumber: Data sekunder dolah (2015) Perkembangan Input, Faktor produks yang dgunakan dalam menghtung ndeks nput mencakup benur, pupuk, tenaga kerja, pakan, obat-obatan, dan energ. Berdasarkan data pada Tabel 17, pangsa pengeluaran faktor produks terhadap baya total terbesar adalah pakan, dsusul upah, energ, benur, pupuk dan obat. Pakan merupakan penyumbang terbesar pada sstem ntensf, sedangkan upah tenaga kerja merupakan penyumbang terbesar sstem usaha buddaya non ntensf (sem-ntensf dan ekstensf). 98

130 Dar lma perode pengamatan, penggunaan benur tumbuh 53.0% per tahun pada perode , dsusul energ 22.8% per tahun. Hal tersebut dduga karena adanya upaya ntensfkas, dan pada saat bersamaan juga terjad serangan penyakt sehngga pembuddaya berupaya menambah kncr yang menyebabkan baya pengeluaran untuk energ dan obat-obatan menngkat. D lan phak, laju pertumbuhan pakan bernla negatf dduga karena berkurangnya masa pemelharaan akbat terserang penyakt, dan berkurangnya penggunaan pakan akbat kenakan harga pakan pada saat krss moneter. Pada perode pangsa pengeluaran untuk energ menngkat karena terjadnya kenakan harga BBM. Pergantan dar udang wndu ke udang vaname juga menyebabkan terjadnya penngkatan padat tebar sehngga pemakaan pakan dan kncr menjad lebh banyak. Adapun penngkatan laju pertumbuhan penggunaan obat, dduga terkat dengan serangan penyakt yang belum dapat sepenuhnya datas Perkembangan Produktvtas (Indeks TFP), Gambar 28 memperlhatkan hasl analss perkembangan ndeks TFP buddaya udang tambak d Indonesa selama perode Berdasarkan Gambar 28, dketahu bahwa selama kurun waktu peneltan (perode ), telah terjad beberapa kejadan bak program maupun kecenderungan berkatan konds usaha buddaya udang tambak d Indonesa. Sepert adanya kegatan rehabltas dan pembangunan saluran tambak melalu SPL-JBIC/INP-23 perode tahun dduga mampu menahan penurunan TFP dar perode sebelumnya. Pada perode n dtunjukkan pula Tren ndeks TFP yang menngkat, hal n dduga d sampng karena dukungan rehabltas dan pembangunan saluran tambak juga karena ntroduks udang vaname. Namun, pada tahun 2002 ndeks TFP kembal menurun karena serangan penyakt. Setelah perode tahun 2002, ndeks TFP secara perlahan menngkat meskpun mash dalam konds fluktuatf. Konds sepert n tampak terus berlangsung hngga tahun 2014, dan tampak menonjol penngkatannya pada tahun 2006 dan Hal n dduga berhubungan dengan dlaksanakannya program revtalsas pada perode I ( ) dan perode II sejak tahun 2012 dan mash terus berlangsung hngga saat n. 99

131 Program Udang Nasonal, Intoduks Resm Vaname Intoduks Tdak Resm Vaname Inbudkan Protekan MBV YHV TSV, WSSV, IMNV Irgas: SPL/JBIC Revtalsas-1 Revtalsas-2 Sumber: Hasl Pengolahan Data (2015) Gambar 17. Indeks TFP Buddaya Udang Tambak Indonesa menurut Harga Konstan Tahun 1989 =100, Selama Era Ssa Kejayaan ( ), Era Penurunan Knerja ( ), dan Era Kebangktan/Revtalsas ( ) Secara keseluruhan sejak perode tahun 1989 hngga 2014, dnamka TFP usaha buddaya udang Indonesa mengalam konds pasang-surut tetap mash berada d bawah (belum melampau) knerja TFP tahun D sampng selama perode tersebut, TFP usaha buddaya udang Indonesa mash belum optmal. Hal n dduga dsebabkan oleh beberapa faktor, dantaranya adalah serangan penyakt yang belum sepenuhnya dapat datas, dan benur belum sepenuhnya bebas penyakt dan bersertfkat. Berdasarkan Gambar 28, tampak bahwa serangan penyakt berpengaruh negatf dan sgnfkan terhadap TFP. Udang tambak termasuk yang rentan terkena serangan penyakt. Jens vrus yang menyerang tersebut antara lan: Whte Spot Syndrome Vrus (WSSV), Taura Syndrome Vrus (TSV), dan Infectous Myo Necross Vrus (IMNV). Sebaga lustras, produks udang tambak tahun 2009 hanya sebanyak rbu ton dar target rbu ton, atau turun dar capaan tahun 2008 sebanyak rbu ton. Penyebabnya, udang d dua wlayah utama yatu Lampung dan Jawa Tmur terkena serangan penyakt yang dsebabkan oleh vrus. Serangan penyakt tersebut tdak hanya menyerang udang yang dpelhara oleh tambak perorangan, akan tetap termasuk juga perusahaan terntegras. Kuanttas produks perusahaan terntegras dbawah PT. CP Prma Grup, pada tahun 2008 mencapa sektar 97 rbu ton, sedangkan pada tahun 2009 hanya sektar 57 rbu ton. Produktvtas udang turun dar 20 ton per Ha menjad ton per Ha. 100

132 Dar hasl pengamatan lapang, sektar 70% responden menyatakan faktor yang palng menentukan keberhaslan buddaya udang adalah terhndarnya dar serangan penyakt. Responden menyebutkan bahwa rata-rata udang mereka mula terserang penyakt pada umur pemelharaan 30 sampa dengan 60 har. Upaya yang dlakukan untuk mengatas pengurangan rsko serangan penyakt dlakukan dengan menggant varetas yang dgunakan dar udang wndu ke udang vaname. Upaya lannya yatu melalu penurunan padat tebar. D sampng tu, kemampuan dan akses ke modal untuk pembuddaya skala kecl juga terbatas. Penerapan teknolog lebh bersfat anjuran dan paket teknolog yang dhaslkan oleh Unt Pelakaana Tekns (UPT) lngkup Dtjen Perkanan Buddaya dan Badan Ltbang juga belum banyak dadops oleh pembuddaya karena keterbatasan pembayaan. Selan tu, kegatan pemerntah lebh banyak kepada pemberan bantuan langsung kepada pembuddaya skala kecl, dan tdak langsung terkat dengan penngkatan produktvtas karena keterbatasan anggaran Peran Beberapa Kebjakan yang Mempengaruh Produktvtas Buddaya Udang Tambak d Indonesa selama Perode : Aplkas Model ITSA Pengaruh kebjakan terhadap knerja produktvtas (TFP) usaha buddaya udang d Indonesa dfokuskan pada tga buah kebjakan, yatu: (1) Kebjakan Penguatan Sarana Infrastruktur Pengaran melalu program pembangunan dan rehabltas saluran rgas tambak yang telah dlakukan bekerjasama dengan Kementeran Pekerjaan Umum sejak tahun 1999-sekarang; (2) Kebjakan Revtalsas Tambak Udang Nasonal Tahap 1 yang dlakukan pada tahun melalu Kerangka Kebjakan Revtalsas Perkanan Nasonal; dan (3) Kebjakan Revtalsas Tambak Nasonal Tahap 2 yang dmplementaskan melalu program demfarm (tahun 2012 hngga sekarang). Ketga kebjakan tersebut danalss pengaruhnya terhadap dnamka produktvtas (TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Berdasarkan hasl pengujan pendekatan ITSA tanpa mempertmbangkan nteraks antarkebjakan yang dduga menggunakan metode pendugaan Kemungknan Maksmum (Maxmum Lkelhood Estmatons MLE), sepert dtunjukkan pada Tabel 16 dapat dketahu bahwa kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran pada taraf α =5% berpengaruh cukup nyata terhadap produktvtas (Total Factor productvty - TFP) usaha buddaya udang nasonal, sedangkan kebjakan Revtalsas Tahap 1 dan 2 pada taraf α =10% belum secara nyata mempengaruh TFP usaha buddaya udang d Indonesa. Satu dar kekuatan stud menggunakan metode Interrupted Tme Seres Analysys (ITSA) adalah dperolehnya gambaran ntutf hasl presentas secara grafs dan pemerksaan secara vsual sepanjang waktu sebaga langkah awal ketka dlakukan analss data tme 101

133 seres. Secara vsual kta membandngkan pola seres waktu sebelum ntervens kebjakan dengan pola setelah ntervens kebjakan dan kemudan menla (assess) jka setelah nvetsn kebkjakan, pola seres waktu mengalam perubahan secara notsabel (notceably) dalam hubungannya dengan pola konds sebelum ntervens kebjakan. Tabel 16. Hasl Pendugaan Beberapa Faktor yang Mempengaruh Knerja Total Factor Productvty Usaha Buddaya Udang d Indonesa Descrptons Coeffcent Standart Error a. Full segmented regresson model t- statstc P- value Sgnfcancy Intercept (β 0) *** Baselne trend (β 1) ns Level change after rrgaton rehabltaton polcy (β 2) Trend change after rrgaton rehabltaton polcy (β 3) Level change after frst revtalzaton polcy (β 4) Trend change after frst revtalzaton polcy (β 5) Level change after second revtalzaton polcy (β 6) Trend change after second revtalzaton polcy (β 7) *** ns ns ns ns ns b. Most parsmonous segmented regresson model Intercept (β 0) *** Level change after rrgaton rehabltaton polcy (β 2) Level change after frst revtalzaton polcy (β 4) Level change after second revtalzaton polcy (β 6) *** ns ns Sumber: Hasl pengolahan data sekunder (2015) Keterangan: *** = nyata pada taraf α = 0,01; ** = nyata pada taraf α = 0,05; * = nyata pada taraf α = 0,10; dan ns = tdak nyata Untuk tu, lhat ttk data pada Gambar 6, kta dapat mengetahu adanya ttk-ttk data yang menunjukkan kecendenderungan tdak terus menurun, tetap cenderung menngkat meskpun pada rentang yang sempt. Sepert ttk data pada tahun 1999 yang tampaknya mengndkaskan adanya pengaruh ntervens kebjakan yang mampu menahan penuruan TFP usaha buddaya udang Indonesa pada tahun-tahun (ttk-ttk data) setelahnya. 102

134 Sementara pada ttk-ttk data sebelumnya, yatu sejak tahun 1989 hngga 1989 cenderung terjad tren yang menurun akbat adanya tekanan produks akbat serangan penyakt pada udang wndu dar vrus Whte Spot Syndrome Vrus (WSSV), Taura Syndrome Vrus (TSV), dan Infectous Myo Necross Vrus (IMNV). MBV dan YHV. Namun sejak adanya ntervens kebjakan rehabltas saluran rgas tambak melalu program pembangunan dan rehabltas saluran rgas tambak yang telah dlakukan bekerjasama dengan Kementeran Pekerjaan Umum sejak tahun 1999-sekarang yang dkut dengan ntroduks udang vaname, tampak tekanan produks udang d Indoneaa relatf tertahan, sehngga dapat mendongkrak knerja ndeks TFP usaha buddaya udang Indonesa pada tahun-tahun berkutnya. Secara statstk, dengan menggunakan model ekonometrka ITSA yang dduga berdadsakan metode Kemungknan Maksmum (Maxmum Lkelhood Estmatons MLE), dktehau bahwa perubahan level kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran tersebut berpengaruh cukup nyata terhadap produktvtas (Total Factor productvty - TFP) usaha buddaya udang nasonal, pada taraf α =5% dengan koefsen parameter sebesar 0,3926. Angka koefsen parameter tersebut berart bahwa setap penngkatan penguatan kebjakan tersebut sebesar 10% akan menngkatkan knerja ndeks TFP usaha buddaya udang Indonesa sebesar 39,26%. Namun, dalam hal perubahan tren, kebjakan tersebut pada taraf α =10% tdak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap knerja TFP usaha buddaya udang Indonesa. Fenome yang serupa dengan pengaruh ntervens kebjakan penguatan sarana rgas tambak tersebut juga dtunjukkan oleh pengaruh ntervens kebjakan revatalsas buddaya tambak udang tahap 1 dan tahap 2. Namun, kedua kebjkan tersebut bak pada perubahan level maupun perubahan tren kebjakan, keduanya pada taraf α =10% tdak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal n dduga karena mplementas kebjakan revtalsas usaha buddaya tambak udang d Indonesa belum dmplementas pada skala yang massf, tetap mash terbatas pada beberapa daerah d Indonesa yang dlakukan secara sporadk d beberapa kecamatan sentra buddaya udang. Oleh karena tu, pada tngkat nasonal pengaruhnya terhadap penngkatan produktvtas (TFP) udang Indonesa belum memberkan pengaruh yang nyata. D sampng tu, juga dduga karena berdasarkan hasl pengamatan d lapang mash dtemukan beberapa hal yang berkontrbus terhadap pengaruh yang tdak nyata tersebut. Hal-hal tersebut, sepert terkat dengan kurang ntensfnya sosalsas dan montorng terkat dengan penguasaan teknolog anjuran dan pemanfaatan bantuan program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa, dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata yang dselaraskan dengan program daerah dan dsesuakan dengan konds spesfk wlayah untuk menjaga keberlanjutannya, dan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda 103

135 sarana, phak mtra dan sektor perbankan untuk lebh berpartspas dalam mendorong percepatan ndustr buddaya udang d Indonesa Knerja Revtalsas (Produktvtas) Usaha Buddaya Udang, Faktor-faktor yang Mempengaruh, dan Penentu Keputusan Pembuddaya Gambaran Umum Pelaksanaan Program Revtalsas Tambak Udang d Lokas Peneltan Berdasarkan model pola kemtraan Model pada Revtalsas Tambak Melalu Kegatan Demfarm yang dkembangkan oleh Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya (DJPB) sebagamana dtunjukkan pada Gambar 9, maka sesua dengan roadmap-nya program revtalsas tambak udang d Indonesa telah dlaksanakan d 5 (lma) wlayah yang menjad lokas peneltan terplh, yatu Kabupaten Indramayu (Provns Jawa Barat) pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 d Kabupaten Brebes (Provns Jawa Tengah), Kabupaten Gresk (Prvns Jawa Tmur), Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Tmur (Provns Lampung), dan Kabupaten Takalar (Provns Sulawes Selatan). Pelaksanaan program revtalsas d lma lokas peneltan tersebut djelaskan sebaga berkut Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Lampung Kegatan revtalsas tambak udang melalu Demfarm d Provns Lampung telah dlakukan sejak tahun 2013 hngga sekarang.lokas penerma program tahun 2013 tersebar d 3 kabupaten, yatu Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Tmur.Selanjutnya pada tahun 2014 bertambah 1 lokas, yatu Kabupaten Tulang Bawang. Bantuan yang dberkan berupa plastk mulsa (10 roll/ha), kncr (16 kncr/ha), pompa (1 pompa/ha), dan genset (1 genset/ha). Tabel 17 menunjukkan pelaksanaan demfarm d Provns Lampung tahun Tabel 17. Pelaksanaan Demfarm d Provns Lampung Tahun 2014 Kabupaten Penerma Bantuan Luas Lahan Produks Kabupaten Pesawaran Pokdakan Tegal Alur 8 Ha 67,49 ton Kabupaten Lampung 1. Pokdakan Berkah 1,5 Ha 11,9 ton Selatan Wndu 2. Pokdakan Wndu 4,0 Ha Belum ada produks karena Abad adanya keterlambatan menemukan mtra untuk membaya tambak Kabupaten Lampung 1. Pokdakan Mna 1,5 Ha 13,6 ton (ada gejala WSSV) Tmur Lestar 2. Pokdakan Sumber 3,0 Ha 400 kg (adanya penyakt) Rejek Sumber: DslutkanProvns Lampung,

136 Demfarm Kabupaten Pesawaran : terdr dar 1 kalster atau 1 kelompok yatu Pokdakan Tegal Alur dengan luas lahan 8 Ha yang berlokas d Desa Duran Kecamatan Padang Cermn. Tebar Perdana telah dlakukan pada tanggal 15 Januar Tebar perdana dlakukan pada 4 petak dengan luas 2,5 ha dengan jumlah benur yang dtebar sebanyak 1,7 juta benur dengan ukuran benur PL 11-13, dengan kepadatan 60 ekor/m 2 dengan ketnggan ar tambak sektar 150 cm. Kemudan dlakukan panen perdana pada tanggal Aprl 2014 dar 4 petak tambak tersebut dperoleh jumlah panen sebesar 21,37 ton dengan rata2 per Ha sektar 9-10 ton. Tebar tahap kedua dlakukan bulan Jun pada 8 kolam dan panen dlakukan secara parsal dengan total panen 46,12 ton. Informas dar Dnas KP Provns Lampung menunjukkan bahwa kelompok yang berhasl dalam mplementas program revtalsas adalah petambak yang berlokas d Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan data yang dperoleh, program revtalsas udang d Lampung Selatan telah dlaksanakan sejak tahun 2013 untuk 2 kelompok, tahun 2014 untuk 1 kelompok dan tahun 2015 untuk 2 kelompok. Program revtalsas n menunjukkan keberhaslan dengan menngkatnya produks udang vanamae yang mencapa 8 kal lpat, yatu dar 500 kw sebelum tahun 2013 menjad 6,8 ton pada tahun Demfarm Kabupaten Lampung Selatan : terdr dar 2 klaster atau 2 kelompok yatu Pokdakan Berkah Wndu dan Pokdakan Wndu Abad dengan luas lahan masng-masng 10 ha yang berlokas d Kecamatan Pematang Pasr. Pokdakan Berkah Wndu memlk kolam buddaya yang berjumlah 22 kolam. Tebar perdana dlakukan pada tanggal 3 Me Tebar dlakukan pada 5 petak tambak luas masng-masng 3000 m2 dengan padat tebar masng-masng kolam ekor/m2. Panen telah dlakukan secara parsal yatu pada tanggal 15 Jul - 22 Agustus 2014 dengan jumlah panen sebanyak 11,9 ton yang berasal dar 5 kolam. Saat n mash dalam proses buddaya sebanyak 8 kolam umur 60 har, dalam tahap persapan tebar 4 kolam, dan dalam tahap strahat setelah panen sebanyak 5 kolam. Pokdakan Wndu Abad saat n memlk 9 kolam buddaya masng-masng sektar 1 Ha. Tebar perdana pada tanggal 24 Desember 2014 pada 4 kolam dengan kepadatan tebar 50 emor/m 2. Sebanyak 5 kolam sedang dalam tahap persapan untuk tebar. Rencana tebar 5 kolam tersebut akan dlakukan pada bulan Maret Kelompok Wndu Abad mengalam keterlambatan proses buddaya karena adanya keterlambatan menemukan mtra yang cocok untuk membaya tambak tersebut. Demfarm Kabupaten Lampung Tmur : terdr dar 2 klaster atau 2 kelompok, yatu Pokdakan Mna Lestar dan Pokdakan Sumber Rejek dengan luas lahan masng-masng 10 Ha. Pokdakan Mna Lestar berlokas d Desa Sr Mnosar Kecamatan Labuhan Marngga. Tebar Perdana Pokdakan Mna Lesatr telah dlakukan pada tanggal 11 Aprl Tebar perdana dlakukan pada petakan yang dtebar benur sebanyak 3 petak dengan luas 1,5 ha 105

137 dengan jumlah benur yang dtebar sebanyak ekor benur dengan ukuran benur PL 11-13, dengan kepadatan 60 ekor/m 2, dan ketnggan ar tambak sektar 150 cm. Karena dtemu adanya gejala WSSV maka kemudan dlakukan panen secara parsal sebanyak 3 kal yatu pada tanggal 28 Jul, 2 Agustus, dan 4 Agustus 2014 dar 3 petak tambak tersebut dperoleh jumlah panen sebesar 13,6 ton sedangkan jumlah udang yang tdak terjual karena penyakt dan busuk sebanyak 3 ton. Pokdakan Sumber Rejek berlokas d Desa Bandar Neger Kecamatan Labuhan Marngga telah melakukan tebar perdana mula dar tanggal 11 Jul 2014 pada 6 kolam dengan luas kolam sektar 5000 m2 dan jumlah benur sebanyak 150rb benur/kolam serta ketnggan ar tambak 125 cm. Tambak mengalam panen sedkt, yatu hanya sebanyak 4 kw saja karena adanya penyakt yang menyerang kolam tersebut. Pengumpulan data prmer dlakukan dengan mewawancara pembuddaya udang yang menerma program demfarm.responden berlokas d Kecamatan Ketapang, Kecamatan Labuhan Marngga dan Kabupaten Pesawaran sebaga lokas penerma program revtalsas sejak tahun Program revtalsas daku oleh pembuddaya mampu menngkatkan produks dan produktvtas udang vanamae yang dbuddayakannya.meskpun begtu kendala permodalan mash menjad kendala utama karena program revtalsas yang dberkan tetap memerlukan modal cukup besar yang harus dkeluarkan pembuddaya. Namun demkan, hasl produks cukup menjanjkan sehngga beberapa kelompok yang awalnya tdak mau menerma bantuan demfarm justru mnta dberkan bantuan.akan tetap, ada pula kelompok yang awalnya menjalankan program revtalsas tdak meneruskan program tersebut (kelompok d Kecamatan Labuhan Marngga). Hal n dsebabkan oleh mundurnya mtra usaha yang awalnya bekerja sama dalam usaha buddaya tambak udangnya. Keluarnya mtra tersebut secara sgnfkan mempengaruh pembuddaya dalam menjalankan usahanya dengan teknolog sem ntensf sepert yang dsyaratkan dalam program revtalsas. Terkat mtra dan modal tersebut, secara gars besar memang menjad faktor penentu keberhaslan program karena pembuddaya penerma bantuan memang awalnya adalah pembuddaya yang melakukan usaha buddaya secara tradsonal. Dengan penggunaan teknolog maka usaha buddaya udang dlakukan secara sem ntensf yang memerlukan pendampngan dalam penggunaan teknolog dan juga dukungan modal yang besar. Program revtalsas berusaha mengantspas kendala tersebut sehngga program tersebut menggandeng mtra untuk bekerja sama dengan pembuddaya udang. Dengan demkan, keberadaan mtra sangat pentng bag keberlanjutan usaha buddaya udang d lokas. 106

138 Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Jawa Barat Berdasarkan data dan nformas yang dperoleh dar Dnas Perkanan dan Kelautan (Dskanlut) Provns Jawa Barat dketahu bahwa luas tambak demfarm udang, Kabupaten Subang dan Crebon merupakan lokas yang memlk luas lahan demfarm terbesar, masngmasng seluas 360 Ha dan 245 Ha. Namun demkan, justru Kabupaten Indramayu yang tercatat menghaslkan produks udang terbesar yatu 2.640,50 ton dengan luas demfarm tambak udang 126 Ha (lhat Tabel 18). Hal n dsebabkan oleh kurang berhaslnya program demfarm udang d Crebon, msalnya, karena penyakt udang yang menyerang sehngga hasl produks yang dhaslkan hanya sebanyak 50 ton pada tahun Sementara tu, kegatan demfarm d Indramayu makn berkembang karena keberhaslan tersebut dkut oleh pelaku usaha buddaya lannya yang mash menggunakan teknolog tradsonal. Tabel 18. Luas dan Produks Demfarm Tambak Udang d Jawa Barat Tahun 2013 No. Kabupaten Jumlah Luas Tambak Kluster (Ha) Produks (Ton) 1. Crebon ,00 2. Indramayu ,50 3. Subang ,50 4. Karawang ,00 Total ,00 Sumber: Dskanlut Provns Jawa Barat, 2014 Informas Dskanlut Provns Jawa Barat juga menunjukkan program demfarm d Indramayu telah berhasl menngkatkan produks dan anmo masyarakat pembuddaya untuk mengembangkan usahanya sehngga luas lahan tambak menngkat hampr 300%, yatu dar 126 Ha menjad sektar 600 Ha. Keberhaslan program demfarm n daku juga karena masyarakat perkanan Indramayu telah menjad pembuddaya udang sejak lama sehngga lebh tahan bantng dengan dnamka udang yang sangat tngg fluktuasnya. Dengan kata lan, pembuddaya udang Indramayu beran mengambl resko (rsk taker) dalam menjalankan usahanya. Selanjutnya, program demfarm udang seluas 126 Ha yang telah dlaksanakan pada tahun 2012 dberkan kepada 6 POKDAKAN, yatu: kelompok Vaname Jaya 1, Vaname Jaya 2, Vaname Jaya 3, Mna Lestar, Mna Sekar Tanjung, dan Vaname Durma Jaya. (lhat Tabel 19). 107

139 Tabel 19. Luas dan Produks Demfarm Tambak Udang d Jawa Barat Tahun 2013 No. Nama Kelompok Desa/Kecamatan Jumlah Luas Tambak Anggota (Ha) 1. Vaname Jaya 1 Lamaran Tarung / Cantg Vaname Jaya 2 Pagrkan / Pasekan Vaname Jaya 3 Sngaraja/ Indramayu Mna Lestar Krangkeng /Krangkeng Mna Sekar Tanjung Luwunggesk /Krangkeng Vaname Durma Jaya Pangkalan / Losarang Total 126 Sumber: Dskanlut Kabupaten Indramayu, 2014 Berdasarkan nformas yang dperoleh d lapang, daku bahwa program revtalsas melalu demfarm yang berasal dar APBN hanya berjalan selama satu tahun sehngga pada tahun-tahun berkutnya, bantuan demfarm n tetap dlaksanakan dengan menggunakan dana dar Tugas Perbantuan dan APBD. Akbatnya, saat n luas lahan tambak udang terus bertambah yang sudah mencapa 600 Ha karena masyarakat pembuddaya lan tertark membuka lahan melhat keberhaslan pembuddaya demfarm. Keberhaslan program demfarm membuat para pembuddaya tambak udang mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan demfarm.untuk tu, pemerntah daerah mengalokaskan bantuan dalam anggaran APBD dan Tugas Perbantuan (TP) pada tahun 2014 hngga sekarang karena program Demfarm hanya dberkan pada tahun 2012.Namun demkan, daku bahwa pada awal penyaluran bantuan demfarm n ada tga skap yang dtunjukkan oleh para pembuddaya, yatu menerma dengan mantap, menerma dengan ragu-ragu dan juga menolak bantuan. Hal n dsebabkan oleh waktu penyaluran bantuan yang hanya dalam waktu 2 bulan sehngga ada beberapa pokdakan yang tdak sanggup menyapkan lahan untuk menjalankan program demfarm. Namun demkan, saat n kelompok yang menolak tersebut justru memnta dkutkan dalam program Demfarm tahun n. Penelusuran data prmer menunjukkan bahwa skap ragu-ragu dan menolak n dsebabkan karena pendeknya waktu yang dberkan pemerntah untuk melaksanakan program revtalsas n, yatu hanya dalam waktu 2 bulan. Kendala lannya adalah faktor cuaca dmana pada saat program demfarm djalankan konds tambak sangat berangn sehngga plastk mulsa yang dpasang lepas karena terbang terbawa angn sehngga beberapa kelompok mengundurkan dr dar kekutsertaannya.sementara tu, kelompok yang raguragu cenderung karena tdak percaya ada bantuan dar pemerntah. Daku bahwa produks awal dkatakan gagal karena haslnya tdak sesua dengan perhtungan sehngga usaha hanya balk modal (break even pont BEP). Namun demkan, saat n para pembuddaya mampu 108

140 berusaha secara mandr dengan melhat bertambahnya luas areal tambak yang dusahakan dengan sumber modal dar kredt bank. Demfarm dnla mampu membawa mtra yang memang dbutuhkan oleh para pelaku usaha dalam melakukan usaha buddaya udang. Mtra tersebut sangat besar perannya dalam menyedakan nput produks, sepert pakan, benur, pupuk, obat-obatan, dan vtamn oleh pabrk pakan. Mtra tersebut juga kelonggaran pembayaran secara kredt dalam 1 bulan ke depan sehngga pelaku usaha lebh mudah memperoleh nput produks. Mtra lannya yang juga pentng keberadaannya adalah bank sebaga lembaga keuangan yang menyedakan kredt lunak sebaga modal usaha buddaya udang.berdasarkan nformas dar pelaku usaha, BRI merupakan bank yang selama n memfasltas kebutuhan kredt masyarakat perkanan. Selan mtra-mtra tersebut, fasltas sarana dan prasarana yang dbutuhkan juga dsedakan oleh pemerntah dengan menggandeng nstans pemerntah terkat, msalnya akses jalan dan jembatan produks oleh Dnas Pekerjaan Umum (PU), akses lstrk (PLN), saluran rgas prmer dan sekunder (Dnas PU), dan eskavator untuk mempersapkan lahan tambak (Dnas KP). Hasl survey menunjukkan bahwa mash ada beberapa kendala yang djumpa oleh para pelaku usaha buddaya udang d Kabupaten Indramayu. Adapun kendala yang dhadap adalah sebaga berkut: (1) Mesn genset yang dberkan pada awal bantuan cenderung tdak bertahan lama karena mesn menggunakan mesn yang kurang bagus mutunya (merk Domfeng). Akbatnya, mesn genset tersebut hanya dapat dgunakan untuk satu sklus pemelharaan saja. Sarannya, sebaknya dberkan mesn genset yang basa saja sepert yang selama n dgunakan oleh pembuddaya. (2) Akses jembatan produks mash kurang bagus sehngga cukup menghambat kegatan usaha. Demkkan juga halnya dengan akses rgas prmer dan sekunder karena dangkalnya saluran sehngga volume ar tdak/belum optmal. (3) Ketersedaan benur sangat bergantung pada pabrk pakan sehngga harga dan mutu benur dtentukan secara phak dar pabrk pakan sehngga pembuddaya tdak memlk daya tawar (barganng power). Akbatnya tdak ada jamnan yang menguntungkan pembuddaya jka benur yang dberkan bermutu rendah atau benur dengan harga tngg. (4) Penyakt udang mash menghantu pembuddaya udang karena sampa saat n belum ada terobosan dar berbaga phak dalam mengatas penyakt udang tersebut sehngga produks udang akan terganggu. Harga udang saat n cenderung menurun karena masuknya stok udang dar perusahaan luar daerah (Lampung) karena dduga adanya kebjakan pembatasan/ kuota 109

141 ekspor udang. Akbatnya, perusahaan tersebut melempar produknya ke pasar lokal Indramayu sehngga stok udang d Indramayu menngkat yang pada akhrnya mendorong harga udang ke level yang lebh rendah Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Jawa Tengah Kegatan program revtalsas d Provns Jawa Tengah, dalam peneltan n dfokuskan d Kabupaten Brebes dengan mengambl satu kecamatan yang memlk luasan tambak terbesar dan merupakan satu-satunya wlayah penerma program revtalsas (demfarm) tambak udang, yatu Kecamatan Brebes (lhat Tabel 20). Pada tahun 2013, dketahu bahwa luas tambak udang d Kabupaten Brebes adalah seluas 3.874,92 ha dengan jumlah produks sebesar kg atau dengan produktvtas lahan sebesar ,98 kg per ha (10,644 ton per ha) dengan tngkat teknolog yang beragam, namun pada umum usaha tambak menggunakan teknolog buddaya udang tradsonal dan hanya sebagan kecl yang menggunakan teknolog sem ntensf dan ntensf. Tabel 20. Luas dan Produks Tambak Udang d Kab. Brebes Tahun 2013 No. Kecamatan Jumlah RTP (Orang) Luas Tambak (ha) Produks (kg) 1. Losar , Tanjung , Bulakamba , Wanasar , Brebes , Total ,991 Sumber: Dnas Kelautan dan Perkanan Kabupaten Brebes, 2014 Berdasarkan data dan nformas dar Dskanlut Kabupaten Brebes (2015) dketahu bahwa secara keseluruhan, d Kabupaten Brebes, Jawa Tengah 241 POKDAKAN. Dar jumlah tersebut sebanyak 45 POKDAKAN terdaoat d Kecamatan Brebes, namun yang merupakan POKDAKAN tambak udang hanya sebanyak 12 POKDAKAN yang terdr dar sebanyak semblan POKDAKAN yang membuddayakan udang vaname secara monokultur; dan ssanya membuddaya udang secara polkultura untuk jens udang wndu dengan komodtas perkanan lannya, sepert: bandeng, nla, rumput laut. Khusus untuk POKDAKAN penerma program revtalsas tambak udang d Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes adalah sebanyak 4 POKDAKAN, dengan nama POKDAKAN UDANG JAYA yang berlokas d Desa Kalwlng dengan anggota sebanyak 13 pembuddaya, POKDAKAN MUNCUL JAYA berlokas d Desa Lmbangan Wetan dengan anggota sebanyak 12 pembuddaya, POKDAKAN SUBUR MAKMUR berlokas d 110

142 Desa Randusanga Kulon dengan anggota sebanyak 12 pembuddaya, dan POKDAKAN MULYA SARI berlokas d Desa Randusanga Kulon dengan anggota sebanyak 12 pembuddaya (Dskanlut Kabupaten Brebes, 2015). Program revltalsa tambak udang dlakukan dengan menggunakan jens udang vaname sebaga komodtas yang dbuddayakan. Demkan dengan, demfarm-demfarm yang ada d Kecamatan Brebes sebaga penerma program revtalsas tersebut. Sebaga contoh, POKDAKAN MUNCUL JAYA mula menggelut buddaya udang vaname sejak tahun Luas lahan keseluruhan 40 hektar (ha) terdr dar 26,5 ha atau 53 petak untuk buddaya dan 10 ha atau 7 petak untuk tandon dan 3 ha untuk saluran pemasukan dan pembuangan. Sstem buddaya yang djalankan terdr dar sstem ntensf seluas 4,5 ha, sem ntensf 5,3 ha, tradsonal 16,5 ha. Untuk tahun 2013, Kelompok Muncul Jaya mendapatkan bantuan kegatan Demfarm dar Drjen Perkanan Buddaya Kementeran Kelautan dan Perkanan RI. Penerapannya untuk 10 ha dengan sstem buddaya ntensf padat tebar ekor per meter perseg. Sem ntensf dengan padat tebar ekor per m 2 dan tradsonal dengan padat tebar 6-12 ekor per m 2. Namun demkan, dalam pelaksaannya POKDAKAN MUNCUL JAYA mash menghada banyak kendala dan hambatan, sepert kendala permodalan dan hambatan penyedaan lstrk dan nfrastruktur pengaran dan jalan akses produks untuk tambak. Khusus terkat dengan penyedaan tenaga lstrk untuk tambak, POKDAKAN MUNCUL JAYA secara swadaya membaya pemasangan jarngan PLN d lokas tambaknya. Padahal, semestnya sesua dengan langkah-langkah mplementas program revtalsas tambak udang, dmana pengadaan nfrastruktur jarngan PLN untuk tambak yang harus dsedakan. Bantuan penyedaan jarngan dan tenaga lstrk untuk tambak udang sangat dbutuhkan sekal untuk menunjang keberhasl program revtalas tambak udang melalu demfarm yang dkelola oleh POKDAKAN. Hal n karena dapat menunjang kegatan usaha buddaya tambak udang dan dapat menekan baya produks, khususnya solar dan sarana prasaran permesnan. Sementara dalam katannya dengan permodalan, para anggota POKDAKAN kesultan mendapatkan pnjaman dar perbankan, terutama karena tambak yang dmlknya tdak dapat dgunakan sebaga agunan, hal n terkat dengan kebjakan perbankan terhadap kemungknan kredt macet usaha buddaya tambak sebagamana pernah terjad pada perode yang lalu dmana lahan tambak umumnya dgunakan untuk agunannya. D sampng tu, berkatan dengan penyedaan fasltas sarana dan prasarana yang dbutuhkan yang juga harus dsedakan oleh pemerntah dalam hal n dnas kelautan dan perkanan dengan menggandeng nstans pemerntah yang terkat, msalnya akses jalan dan jembatan produks oleh Dnas Pekerjaan Umum (PU), akses lstrk (PLN), saluran rgas prmer dan sekunder (Dnas PU), dan eskavator untuk mempersapkan lahan tambak (Dnas KP). 111

143 Beberapa kendala lannya yang djumpa oleh para pelaku usaha buddaya dalam menjalankan program revtalsas buddaya tambak udang melalu kegatan demfarmnya, yatu: 1. Bantuan mesn genset yang dberkan dar program revtalsas tambak udang, dpandang memlk spesfkas yang kurang sesua dengan yang dbutuhkan untuk konds kegatan tambak udang d lapang. Dengan konds n, terdapat banyak genset yang mengalam kerusakan pada awal penggunaannya (hanya dapat dgunakan dalam beberapa mnggu saja untuk satu sklus pemelharaan saja, dan tu pun tdak dalam penggunaan secara penuh waktu efektf). Sementara, jarngan nfrastruktur lstrk belum masuk ke lokas tambak meskpun telah dupayakan hngga tngkat provns oleh dnas kelautan dan perkanan setempat kepada PLN yang terkat. 2. Sarana kncr angn untuk tambak dnla kurang memada, bak dar seg kualtas maupun kuanttas. Hal n oleh para pembuddaya dssata dengan melakukan modfkas model kncr angn dengan memanfaat perpanjangan ppa pembantu sehngga dapat dgunakan luasan yang relatf lebh besar, dan mampu menghemat daya lstrk yang dgunakan. 3. Akses jalan produks ke lokas tambak udang mash kurang memada secara tekns, sehgga kurang dapat memperlancar gerak pekerjaan kegatan usaha tambak udang d lapang. 4. Sarana dan prasana pengaran (rgas) dan pembuangan (dranase) mula dar saluran prmer mash kurang bak yang hngga ke sekunder dan terser, bak dar seg debt maupun kotnutasnya, sehngga volume ar tdak/belum optmal untuk memdukung knerja usaha buddaya tambak udang d lokas. 5. Penyakt udang dare (mencret) yang mash merugkan usaha buddaya tambak udang, dan hngga saat belum dtemukan pengobatan yang tepat untuk mengatasnya meskpun telah beberapa kal dlakukan uj coba yang phak yang kompeten maupun pembuddaya setempat. Sesua dengan tahapan pelaksanaan program revtalsas tambak, berkatan dengan bantuan untuk sarana dan prasarana tambak udang, para pembuddaya dar POKDAKAN dapat mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan demfarm pada tahun-tahun selanjutnya, dalam hal n berupa bantuan yang dalokaskan oleh Pemerntah Daerah dalam anggaran APBD dan Tugas Perbantuan (TP). Namun dalam realtasnya, d Kabupaten Brebes hal n mash belum dapat dlaksanakan meskpun kegatan demfarm sudah memasuk tahap lanjutan yang semestnya langsung ddukung oleh Pemerntah Daerah setempat. 112

144 Sebaga gambaran mengena penyaluran bantuan program revtalsas tambak udang d Kabupaten Brebes, terdapat beragam skap para pembuddaya anggota POKDAKAN dalam menerma bantuan tersebut. Sebagan besar mereka menerma bantuan cdemfarm dengan mantap, namun sebagan kecl yang menerma dengan ragu-ragu. Penelusuran data prmer menunjukkan bahwa skap ragu-ragu dsebabkan karena kekurangsapan para pembuddaya dalam menerma program tersebut terutama berhubungan dengan pendeknya waktu yang dberkan pemerntah untuk melaksanakan program revtalsas n, yatu hanya dalam waktu 3 bulan, dan juga karena tdak melalu tahapan yang semetnya sepert belum dlakukannya sosalsas dan pelathan bag para calon penerma bantuan program revtalsas. Hal lannya yang menjad keragu-raguan dalam menerma program trersebut adalah karena dukungan nfrastruktur (sepert pengaran, jalan akses produks dan lstrk) yang sangat mnm dan belum tersedanya mtra pendampng sepert dar perusahaan-perusahaan terkat dengan usaha dan pemasaran hasl buddaya udang yang dkelola oleh pembuddaya tambak udang dar para POKDAKAN. Poss mtra tersebut sangat besar perannya dalam membantu kegatan usaha budaya tambak udang, sepert menyedakan nput produks, sepert pakan, benur, pupuk, obat-obatan, dan vtamn oleh pabrk pakan, termasuk dalam pembelan haslnya. Kemudan, d sampng mtra dar perusahaan dperlukan pula mtra lannya yang juga pentng keberadaannya dalam mendukung kegatan usaha buddaya udang adalah perbankan. Peran perbankan n adalah sebaga lembaga keuangan yang menyedakan kredt lunak sebaga modal usaha buddaya udang para anggota POKDAKAN Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Jawa Tmur Kabupaten Gresk memlk panjang panta sepanjang 140 km dan d sepanjang panta tersebut terdapat areal pertambakan payau ,02 hektar dengan jumlah produks sebesar ,18 ton atau 107,06% dar potens produks sebesar ton. Dalam tahun 2013 n produks udang wndu mash terasa rendah hal n dsebabkan mash terjadnya kematankematan saat udang berumur 1-2 bulan,dan sekarang pembuddaya cenderung beralh ke buddaya Udang Vanname yang danggap lebh menguntungkan. Hasl survey menunjukkan bahwa revtalsas tambak udang melalu Demfarm d Kabupaten Gresk, Jawa Tmur telah dlakukan pada tahun 2013 hngga sekarang. Sumber anggaran demfarm tap tahun berbeda, yatu berasal dar APBN pada tahun 2013 dan berasal dar Tugas Perbantuan (TP) pada 2 tahun terakhr. Lokas penerma program tahun 2013 terdapat d 2 desa, yatu Desa Dalegan, Kecamatan Panceng dan Desa Banyu Urp, Kecamatan Ujungpangkah. Selanjutnya pada tahun 2014 bertambah 1 POKDAKAN, yatu Tambak Klayar d Desa Banyu Urp, Kecamatan Ujungpangkah. 113

145 Untuk tu, survey pengamblan data prmer dfokuskan pada Kecamatan Panceng dan Kecamatan Ujung Pangkah sebaga salah satu lokas penerma program revtalsas buddaya udang vanamae d Kabupaten Gresk. Bantuan yang dberkan berupa plastc mulsa, kncr, pompa, dan genset. Data sekunder yang dperoleh dar Dnas Kelautan, Perkanan dan Peternakan Kabupaten Gresk menunjukkan bahwa komodt yang dbuddayakan pada lahan tambak ar payau/asn adalah jens udang Wndu,udang Vanname,Bandeng, Keptng Bakau, Kerapu dan lan-lan. Para pembuddaya kan/udang mash berupaya semaksmal mungkn khususnya dalam usaha buddaya udang wndu walaupun sampa saat n mash mengalam kendala. Kematan udang yang berksar pada umur sampa dengan 2 bulan mash terjad, namun sudah tdak separah sepert tahun-tahun yang lalu. Namun sekarang telah dtemukan jens udang Vanname yang mula dkembangkan untuk dbuddayakan d tambak. Pada tahun 2013 telah berkembang buddaya udang vannamae d hampr seluruh areal tambak tawar dan sebagan tambak payau. Infrastruktur yang perlu dsapkan dalam pra poduks perkanan buddaya adalah saluran rgas tambak. Dukungan untuk pengembangan buddaya juga dlakukan dengan melakukan normalsas saluran rgas tambak yang ada d Kawasan pengembangan mnapoltan yatu: Kecamatan Sdayu, Kecamatan Bungah, Kecamatan Ujung Pangkah, Kecamatan Banyu Urp dan Kecamatan Panceng. Kegatan n merupakan kerjasama Dnas KP, Dnas PU dan Bappelbangda serta pemerntah pusat (KKP) melalu PUMP buddaya (BLM) oleh Drektorat Usaha Buddaya (DJPB) dan Dt. Prasarana dan Sarana (DJPB). Ketersedaan sarana dan prasana nput produks pada sektor pra produks usaha buddaya udang-vanamae berupa hacthery, UPR, BBI, pabrk pakan, pabrk pupuk, pabrk obat-obatan. Sarana dan prasarana BBI, UPR, pabrk pakan, pabrk pupuk, pabrk obatobatan sudah terseda d kecamatan bak d sentra kawasan maupun hnterland. Ketersedaan pasokan benur udang d Kabupaten Gresk mash mengandalkan benh dar luar kabupaten. Hal n dkarenakan tdak tersedanya hatchery yang mampu memasok kebutuhan benh untuk pembuddaya d kawasan sentra mnapoltan dan kawasan hnterland Kabupaten Gresk. Benur udang berkualtas ddatangkan dar salah satu perusahaan swasta (CP.PRIMA) Kabupaten Rembang, Bala Peneltan Ar Payau (BPAP) Stobondo dan Lampung. Nener vanamae ddatangkan dar Gondol - Bal (Bala Peneltan buddaya Ar laut). Benur dan nener udang vanamae n ddatangkan dar luar kabupaten untuk memenuh permntaan pembuddaya sem ntensf dan ntensf. Keterjangkauan benur udang yang cukup jauh n menyebabkan kualtas benh yang dgunakan pembuddaya d Kabupaten Gresk menjad kurang terjaga. Ketadaan hatchery d Kabupaten Gresk n salah satunya dsebabkan oleh banyaknya unt unt hatchery yang 114

146 kesultan mengembangbakan benh udang karena sudah menurunnya konds lngkungan dan lahan sektar, sementara pemelharaan benh sangatlah rentan dan perlu lngkungan yang terjaga kualtasnya. Saat n, Dnas Perkanan Kabupaten Gresk membangun bala benh untuk kan (BBI) yang terletak d Desa Kawasan Mnapols d Kecamatan Sedayu. Bala Benh Ikan (BBI) n dbangun setelah adanya program mnapoltan dan ndustralsas perkanan buddaya. BBI n belum bsa mensupla/menyedakan benh untuk kebutuhan pembesaran udang dan vanamae d sentra kawasan mnapoltan dan hnterland-nya. Sehngga benh mash ddatangkan dar luar Kabupaten Gresk. Berdasarkan data, program revtalsas udang dlaksanakan sejak tahun 2013 dan 2014, sedangkan tahun 2015 belum berjalan karena terkendala dengan admnstras yang mash baru keluar petunjuk teknsnya. Program revtalsas dberkan untuk 2 kelompok, yatu POKDAKAN HASIL BAROKAH dengan luas 7 ha yang berlokas d Desa Dalegan Kecamatan Panceng dan POKDAKAN MINA MANDIRI dengan luas lahan 6,2 ha yang berlokas d Desa Banyu Urp, Kecamatan Ujungpangkah. POKDAKAN HASIL BAROKAH melakukan penebaran pada bulan Desember 2014 dan melakukan pemelharaan selama har sehngga panen total dlakukan pada bulan Maret 2015 sebanyak 14 ton. Sementara tu, POKDAKAN MINA MANDIRI melakukan penebaran selama bulan Februar November 2014 dengan hasl panen sebanyak 28 ton. Berdasarkan data sekunder, Dnas Kelautan, Perkanan dan Peternakan Kabupaten Gresk terus melakukan program penngkatan produks perkanan buddaya dengan kegatankegatan: (1) Pengembangan Sstem Kesehatan Ikan dan Lngkungan Pembuddayaan Ikan; (2) Pengembangan Sstem Perbenhan Ikan; (3) Pengembangan Sstem Prasarana dan Sarana Pembuddayaan Ikan; (4) Pengembangan Sstem Produks Pembuddayaan Ikan; (5) Pengembangan Sstem Usaha Pembuddayaan Ikan; dan (6) Penngkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Tekns Lannya Dtjen Perkanan Buddaya. Program revtalsas daku oleh pembuddaya mampu menngkatkan produks dan produktvtas udang vanamae yang dbuddayakannya. Meskpun demkan, kendala permodalan mash menjad kendala utama karena pengajuan pnjaman pembuddaya dapat dkatakan tdak berhasl karena kegatan usaha buddaya kan mash dnla memlk resko tngg (hgh rsk). Permasalahan lan terkat bantuan demfarm adalah kualtas plastk mulsa yang dberkan sangat rendah sehngga penggunaannya tdak mampu bertahan hngga satu sklus pemelharaan. Akbatnya, pembuddaya mengalam kematan udang karena resdu pakan membuat ar tambak menjad tdak bak untuk pertumbuhan udang. Untuk tu, penerma bantuan berharap plastk mulsa yang telah dberkan dapat dgantkan dengan mulsa yang berkualtas HDPA karena mampu bertahan selama bertahun-tahun. Salah satu pembuddaya 115

147 akhrnya memasang mulsa hanya pada bagan ss tambak saja, sedangkan bagan tengah tambak tdak dpasang karena robeknya mulsa malah merugkan petambak. D sampng tu, jens tanah tambak yang sangat tngg tngkat penyerapannya memang mengharuskan pembuddaya melaps melaps tambaknya dengan mulsa atau terpal. Permasalahan berkutnya adalah tngkat harga udang yang daku terus mengalam penurunan. Padahal basanya harga udang mengkut kenakan nla tukar dollar. Namun, daku bahwa dalam 2 tahun terakhr kecenderungan tersebut tdak berlaku lag. Untuk tu, pembuddaya berharap tngkat harga udang dapat mencapa level pada tahun-tahun sebelumnya Pelaksanaan Program Revtalsas d Provns Sulawes Selatan Tabel 21 menunjukkan bahwa buddaya tambak udang d Provns Sulawes Selatan merupakan jens kegatan buddaya yang memanfaatkan luas lahan terbesar dbandngkan kelompok usaha buddaya lannya, yatu mencapa seluas ,7 ha dengan produks mencapa sebesar ,7 ton (Dnas Kelautan dan Perkanan Provns Sulawes Selatan, 2015). Tabel 21. Jumlah RTP/Perusahaan Perkanan, Luas Pemelharaan, Volume dan Nla Produks d Provns Sulawes Selatan, Tahun 2014 Uraan RTP Pembesaran (unt) Luas Area (ha) Produks Volume (ton) Produks Nla (Rp. 000) Jumlah - Total 111, , ,075, ,839,809, Tambak 49, , ,001, ,425,810, Kolam 9,679 7, , ,499, Sawah 10,836 12, , ,808, Buddaya Laut 40,947 44, ,059, ,089,838, Karambah (Ar Tawar) ,430, Jarng Apung (Ar Laut) ,423,500 Sumber: Dnas Kelautan dan Perkanan Provns Sulawes Selatan, 2015 Secara keseluruhan untuk Provns Sulawes Selatan, wlayah penerma program revtalsas tambak udang mencakup empat kabupetan, yatu: (1) Kabupaten Takalar, seluas m 2 dengan dua POKDAKAN; (2) Kabupaten Maros seluas m 2 dengan satu POKDAKAN; (3) Kabupaten Pangkep seluas m 2 dengan dua POKDAKAN; dan (4) Kabupaten Pnrang seluas m 2 dengan dua POKDAKAN. Selanjutnya, khususnya menyangkut pelaksanaan program revtalsas tambak udang d Provns Sulawes Selatan dalam kegatan peneltan n dfokuskan pada Kabupaten Takalar. Pertmbangan yang dgunakan dalam penentuan lokas tersebut, adalah karena 116

148 Kabupaten Takalar merupakan salah satu kabupaten penerma program revtalsas tambak udang d Provns Sulawes Selatan dengan luas lahan tambak seluas 31 ha yang dkelola oleh dua POKDAKAN yang masng-masng berlokas d Desa Soreang, Kecamatan Mappkasunggu dengan nama POKDAKAN POKDAKAN SIKARANUA seluas m 2 dan POKDAKAN SIPARANNANG seluas m2, dan POKDAKAN GALANG seluas m 2. (lhat Tabel 22). Tabel 22. Luas Tambak Udang Demfarm dar POKDAKAN Penerma Program Revtalsas Udang Tambak pada Tahun 2014 d Kabupaten Takalar No. Nama Kelompok Desa/Kecamatan Jumlah Anggota Luas Tambak (m 2 ) 1. Skaranua Soreang / Mappakasunggu Sparannang Soreang / Mappakasunggu Galang Soreang / Mappakasunggu Total Sumber: Dnas Kelautan dan Perkanan KabupatenTakalar, 2015 D sampng tu, berdasarkan luasan lahan tambak yang ada d kabupaten Takalar, ternyata Kecamatan Mappakasunggu merupakan kecamatan dengan luasan lahan tambak tersebar, yatu mencapa 37,55% (lhat Tabel 23). Tabel 23. Luas areal buddaya Tambak d Kabupaten Takalar, Sulawes Selatan Tahun 2014 KECAMATAN LUAS TAMBAK PERSENTASE (ha) LUASAN (%) 1. Manggarambombang ,90 2. Mappakasunggu ,55 3. Sanrobone ,35 4. Polongbangkeng Selatan 189 3,44 5. Pattallassang 98 1,78 6. Polongbangkeng Utara 0 0,00 7. Galesong Selatan 283 5,15 8. Galesong 92 1,67 9. Galesong Utara 287 5,22 Jumlah ,00 Sumber: Dnas Kelautan dan Perkanan Kabupaten Takalar, 2015 Pertmbangan lannya adalah bahwa Kabupaten Pangkep memlk luas tambak udang ntensf dan super ntensf yang tergolong besar d Provns Sulawes Selatan, hal n terutama sangat terkat dengan arah program revtalsas tambak udang yang berusaha menngkatkan penggunaan teknolog tambak udang dar tradsonal atau sem ntensf ke ntensf. D sampng tu, pengamblan lokas peneltan d Kabupaten Takalar tersebut juga dlakukan dengan pertmbangan bahwa tambak dengan teknolog ntensf d Kabupaten 117

149 Takalar memlk produktvtas yang tertngg d bandng tambak ntensf d wlayahwlayah lannya d Provns Sulawes Selatan, yatu mencapa kg/ha (Ren et al., 2013), hal n sebagamana dtunjukkan oleh Tabel 24. Tabel 24. Produktvtas Budadaya Udang Wndu dan Udang Vaname d Kabupaten Takalar, Provns Sulawes Selatan pada Tahun 2013 Sumber: Ren et al., 2013 Meskpun produktvtas untuk tambak udang ntensf d Kabupaten yang tergolong tngg tersebut (Tabel 24), namun menurut Dskanlut Provns Sulawes Selatan (2015), produktvtas buddaya tambak udang dar penerma program revtalsas tambak udang (demfarm) mash belum memuaskan mash berada d bawah rata-rata produktvtas tambak udang ntensf d Kabupaten Takalar. Hal n dsebabkan oleh program demfarm udang d Takalar belum berjalan secara optmal, msalnya, karena kurangnya bantuan modal dar perbankan, dukungan nfrastrtur yang berkatan usaha buddaya mash tergolong kurang memada, sepert nfrastruktur jalan akses produks, lstrk, dan pengaran. Padahal hasl pengamatan d lapang menunjukkan bahwa kegatan demfarm d Kabupaten Takalar semakn berkembang dan menujukkan knerja keberhaslan yang semakn menngkat, bahkan telah dkut oleh pelaku usaha buddaya lannya yang mash menggunakan teknolog tradsonal. Keberhaslan program demfarm n, sesungguhnya tdak terlepas dar skap para pembuddaya terhadap resko produks usaha buddaya tambak yang telah sejak lama dlakukannya, sehngga lebh tahan bantng dengan dnamka udang yang mash dhantu oleh tekanan serangan penyakt dan konds harga yang cenderung fluktuatf. Namun demkan, dalam kenyataannya berdasarkan hasl pengamatan d lapang dketahu bahwa para pembuddaya tersebut pada memberkan skap yang beragam terhadap bantuan demfarm tambak buddaya udang melalu program revtalsas taambak udang. Dalam hal n, dketahu sebanyak dua skap yang dtunjukkan oleh para pembuddaya, yatu menerma 118

150 bantuan demfarm dengan mantap, dan menerma bantuan demfarm dengan ragu-ragu pada awalnya. Keberhaslan perlaksanaan program revtalsas tambak udang (Demfarm) d Kabupaten Takalar, dantaranya dndkaskan oleh adanya kecenderungan beberapa pembuddaya yang bukan penerma program justru telah mengkut/menerapkan komponen teknolog yang dgunakan dalam buddaya udang dengan menggunakan sstem demfarm tersebut. Hal n berart bahwa demfarm (program revtalsas tambak udang) d Kabupaten Takalar telah berhasl menularkan pembuddaya lan untuk mengadops teknolog tersebut. Tahapan selanjutnya, setelah mplementas demfarm pada usaha buddaya tambak udang yang dlakukan oleh pembuddaya penerma program revtalsas taambak udang adalah tahapan pengembangan dmana peran pemerntah daerah akan sangat domnan, baak dalam bentuk penyedaan alokas anggaran APBD dan Tugas Perbantuan (TP) untuk pengadaan sarana dan prasarana demfarm maupun pendampngan usaha buddaya tambak udang. Untuk tu, para pembuddaya dar POKDAKAN dapat mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan demfarm pada tahun-tahun selanjutnya. Dalam realtasnya pada tahun 2015, d Kabupaten Takalar, hal n telah berjalan untuk usaha tambak udang yang telah berhasl mengmplementaskan program revtalsas (demfarm) tambak udang. Dalam pelaksanaannnya, program revtalsas tambak udang (demfarm) d Kabupaten Takalar menghadap berbaga hambatan dan kendala. Salah satu hambata yang sangat dpandang sangat mengganggu pelaksanaan demfarm adalah hambatan yang datangnya dar faktor cuaca dmana pada saat program demfarm djalankan konds tambak sangat berangn, sehngga plastk mulsa yang dpasang lepas dan terkoyak. Sementara, kendala utama yang dhadap oleh para pembuddaya yang melakukan kegatan revtalsas buddaya udang (demfarm) adalah permodalan usaha yang sult dperoleh dar sumber pembayaan sepert perbankan. D sampng tu, kendala utama lannya yang dhadap pembuddaya adalah kesultan mendapatkan mtra usaha, khususnya terkat dengan penyedaan nput produks oleh pabrk pakan (sepert pakan, benur, pupuk, obat-obatan, dan vtamn) dan pendampngan usaha dan penerapan teknolog buddaya Knerja Program Revtalsas (Produktvtas) Usaha Buddaya Udang d Lokas Peneltan Berbeda dengan konds knerja TFP usaha buddaya udang d tngkat nasonal sejak 1998 hngga 2013 yang belumk optmal, ternyata knerja TFP d tngkat lapang justru relatf lebh bak. Hasl verfkas pengukuran TFP usaha buddaya udang program revtalsas d tngkat lapang dapat dlhat pada Tabel

151 Tabel 25. Ksaran Angka Indeks TFP Usaha Buddaya Udang d Lokas Peneltan (Tngkat Lapang) Sumber: Hasl Pengolahan Data Prmer (2015) Faktor-faktor yang Mempengaruh Knerja Revtalsas (Produktvtas) Usaha Buddaya udang d Lokas Peneltan Secara emprs, berdasarkan hasl pendugaan menggunakan model regres sederhana (OLS) sepert dtunjukkan oleh Tabel 26, dketahu bahwa TFP (produktvtas) usaha buddaya udang d tngkat lapang tersebut dpengaruh secara nyata pada taraf α = 0,01 oleh: (1) Indeks kualtas benh udang; (2) Indeks kualtas pakan udang; dan (3) Dummy Kerjasama; dan dpengaruh secara nyata pada taraf α = 0,05 oleh faktor: (1) Tngkat pengalaman usaha buddaya, (2) Konds nfrastruktur rgas, dan (3) Dummy serangan penyakt. Kemudan dpengaruh secara nyata pada taraf α = 0,10 oleh faktor: (1) Tngkat penddkan formal. Tabel 26. Hasl Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruh TFP Usaha Buddaya Udang d Tngkat Lapang (2015) Sumber: Hasl Pengolahan Data Prmer (2015) 120

152 4.3.4 Faktor Penentu Keputusan Pembuddaya Merevtalsas Usaha Buddaya udang d Lokas Peneltan Berdasarkan hasl pendugaan menggunakan model regres plhan repons kualtatf LOGIT (sebagamana dtunjukkan oleh Tabel 27) dengan menggunakan metode ML Bnary dketahu bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap keputusan pembuddaya dalam melakukan revtalsas usaha buddaya udang (demfarm) d tngkat lapang pada taraf α = 0,01 adalah (1) Konds nfrastruktur rgas, (2) Dummy penguasaan teknolog/pendampngan, dan (3) Kualtas bantuan sarana produks; dan pada taraf α = 0,01 adalah: (1) Ketersedaan benh udang berkualtas dan terjangkau; (2) Ketersedaan pakan udang berkualtas dan terjangkau; (3) Tngkat penddkan formal; serta pada taraf α = 0,10 adalah: (1) Tngkat pengalaman usaha buddaya udang. Tabel 27. Hasl Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruh Keputusan Pembuddaya Mengkut Program Revtalsas Industr Buddaya Udang d Tngkat Lapang (2015) Sumber: Hasl Pengolahan Data Prmer (2015) 121

153 4.4 Analss Prospektf Penyusunan Rekomendas Kebjakan Percepatan Revtalsas Industr Buddaya udang d Indonesa Pelaksanaan analss prospektf dlakukan melalu temu pakar (expert meetng). Temu pakar dhadr oleh sebanyak 43 orang pada tahap awal (penentuan peubah kunc) dan pada tahap lanjutan (analss pemngaruh antar-varabel). Kemudan pada tahap penajaman untuk proses penentuan konds varabel kunc d masa depan hanya terbatas pada mereka yang memlk kompetens yang relatf tngg, yatu sebanyak 21 orang partspan, dan sebanyak 6 orang partspan pada tahap pendalaman untuk proses pembangunan skenaro. Jumlah tersebut (khususnya pada tahap awal, lanjutan dan penajaman) danggap cukup, sebagamana analss dengan pendekatan serupa telah danggap cukup dengan dhadr oleh sebanya 13 orang pakar (Bourgeos dan Jesus, 2004) Penentuan Faktor Kunc Pelaksanaan penentuan faktor kunc, dalam hal n dlakukan melalu aktvtas pertemuan yang melbatkan para partspan yang dmnta untuk mengdentfkas varable kunc yang danggap palng berpengaruh terhadap percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. Aktvtas n dlakukan secara bebas, yatu masng-masng partspan memberkan plhanya terhadap setap varabel yang palng berpengaruh dar hasl analss tujuan 1 dan tujuan 2 dar peneltan n, khususnya yang dpandang pentng dan urgen atau berpengaruh nyata dalam pendugaan secara statstk. Berdasarkan hasl analss untuk tujuan 1 dan tujuan 2 serta dtambahkan beberapa varabel dar masukan partspan, terdentfkas sebanyak sebanyak 31 peubah yang akan dajukan dalam penentuan faktor kunc. Dengan menerapkan aturan sederhana analss kandungan (content analyss) dar opn partspan serta relevansnya (Bourgeos dan Jesus, 2014), dalam proses n terdapat beberapa peubah yang dbuang (karena danggap relatve kurang pentng dbandng peubah tertentu lannya), sehngga pada akhrnya dar semula sebanyak 32 peubah dalam proses n secara konsensus ddapatkan sebanyak 12 peubah yang danggap palng berpengaruh terhadap percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, sepert dsajkan pada Tabel 28 mengena hasl ndentfkas faktor penentu percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa dan Tabel 29 mengena hasl konsensus plhan partspan terhadap faktor penentu terplh. 122

154 Tabel 28. Peubah-peubah yang Terndendfkas sebaga Faktor Penentu Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa No. Kategor Faktor No. Peubah 1. Penentu Produktvtas (TFP) Usaha Buddaya Udang Nasonal 1.1 Intenstas serangan penyakt pada udang wndu 1.2 Sstem penanggulangan penyakt udang nasonal 1.3 Kebjakan/program rehabltas dan pembangunan saluran rgas tambak 1.4 Kebjakan/program revtalsas buddaya udang nasonal 1.5 Introduks varetas udang tahan penyakt (vaname) 1.6 Sstem perbenhan udang nasonal 1.7 Dukungan permodalan usaha dar perbankan 1.8 Efsens baya usaha buddaya udang nasonal 2. Penentu Produktvtas (TFP) Usaha Buddaya Udang d Tngkat Lapang 2.1 Indeks kualtas benh udang 2.2 Indeks kualtas pakan udang 2.3 Indeks nfrastruktur rgas 2.4 Penddkan formal 2.5 Pengalaman usaha 2.6 Dummy serangan penyakt 2.7 Dummy kerjasama dengan phak swasta penyeda sarpras 3. Penentu Skap/ Keputusan Pembuddaya dalam Merespons Program Revtalsas Usaha Buddaya Udang 4. Penentu Lannya bersumber dar Masukan/ Pendapat Partspan 3.1 Ketersedaan benh udang berkualtas dan terjangkau 3.2 Ketersedaan pakan udang berkualtas dan terjangkau 3.3 Tngkat penddkan formal 3.4 Tngkat pengalaman usaha buddaya udang 3.5 Konds nfrastruktur rgas 3.6 Dummy penguasaan teknolog melalu pendampngan 3.7 Kualtas fsk bantuan sarana produks buddaya udang 4.1 Instenstas sosalsas dan montorng 4.2 Keselarasan dengan program daerah 4.3 Keterlbatan pemerntah daerah 4.4 Kesesuaan bantuan dengan konds spesfk wlayah 4.5 Peran serta phak mtra dalam pengadaaan sarana dan prasarana buddaya 4.6 Pengembangan sstem buddaya ramah lngkungan berprodutvtas tngg 4.7 Jumlah pembuddaya penerma program 4.8 Perbanyakan Jumlah wlayah penerma program 4.9 Jumlah bantuan sarana produks buddaya udang 4.10 Perluasan revtalsas berbass kawasan buddaya Sumber: Hasl Analss Tujuan 1 dan 2 serta Masukan Partspan (2015) 123

155 Tabel 29. Plhan Partspan Secara Konsensus mengena Peubah-peubah yang Palng berpengaruh (Pentng dan Urgen) terhadap Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa No. Peubah (Deskrps) Peubah (Rngkas) 1 Sstem penanggulangan penyakt udang nasonal Penggulangan penyakt 2 Kebjakan/program rehabltas dan pembangunan Penguatan rgas saluran rgas tambak 3 Dukungan permodalan usaha dar perbankan Dukungan permodalan 4 Efsens baya usaha buddaya udang nasonal Efsens baya 5 Ketersedaan benh udang berkualtas dan terjangkau Ketersedaan benh 6 Ketersedaan pakan udang berkualtas dan terjangkau Ketersedaan pakan 7 Penguasaan teknolog melalu pendampngan Pendampngan teknolog 8 Kerjasama dengan phak swasta penyeda sarpras Kerjasama swasta 9 Kualtas fsk bantuan sarana produks buddaya udang Kualtas fsk bantuan 10 Instenstas sosalsas dan montorng Sosalsas dan montorng 11 Keterlbatan pemerntah daerah Keterlbatan pemda 12 Peran serta phak mtra dalam pengadaaan sarana dan Peranserta mtra prasarana buddaya terutama lstrk dan jalan produks 13 Perbanyakan Jumlah wlayah penerma program Perbanyakan wlayah 14 Perluasan revtalsas berbass kawasan buddaya Kawasan buddaya Sumber: Hasl plhan partspan dan penelt berdasarkan Tabel 28 (2015) Peubah-peubah yang terdaftar pada Tabel 29 merupakan sebanyak 14 peubah yang dplh oleh partspan melalu hasl dskus dan konsensus, namun dalam hal n belum dketahu peubah mana yang palng menentukan dalam percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. D sampng tu, pengaruh antar-peubah juga belum dapat dgambarkan, sehngga semua peubah memlk kepentngan dan kekuatan yang sama terhadap sstem. Kemudan, untuk kepentngan penyusunan rekomendas kebjakan, strateg dan rencana aks, perlu dketahu perbedaan tngkat pengaruh peubah terhadap sstem yang dkaj. Dengan demkan dapat dtentukan peubah yang perlu dntervens sebaga ttk masuk (entry pont) bag perencanaan yang efektf (Godet dan Roubelat, 1996; Bourgeos dan Jesus, 2004; Gray dan Hatchard, 2008; Godet, 2010) Analss Pengaruh Antar-Faktor Kunc Berdasarkan sebanyak 14 peubah yang danggap palng berpengaruh terhadap percepatan revtalsas ndustr buddaya udang Indonesa sepert tertera pada Tabel 29, para partspan kembal dskus dan secara konsensus memberkan skor pada pengaruh slang antar-peubah. Proses n dlakukan melalu analss struktural dan kerja kelompok yang dtuangkan ke dalam bentuk matrks pengaruh/ketergantungan langsung (nfluence/dependence, I/D) setap peubah yang satu dengan varable lannya dengan 124

156 menggunakan pendekatan valuas konsensual (concensual), dengan bantuan perangkat lunak excel dar Bougeos dan Jesus (2004). Analss struktural berbass pada analss pengaruh langsung, sebaga suatu cara untuk mengelompokkan peubah. Secara prakts, d sampng analss pengaruh langsung juga terdapat analss pengaruh tdak langsung; dan analss pengaruh total (pengaruh langsung dan pengaruh tdak langsung). Perbandngan antara garfk pengaruh langsung dan tdak langsung (Gambar 18), dgunakan untuk mengenal peubah yang kuat secara tdak langsung. Interpretas ddasarkan pada peubah yang bertambah kuat secara prograsf dengan adanya pertmbangan terhadap pengaruh tdak langsung, yatu bahwa jka kekuatan globalnya dan/atau rangkng-nya menngkat, atau mereka cenderung bergerak kea rah atas grafk, maka mereka merupakan varable yang dapat muncul setelah waktu yang cukup lama. Peubah n harus danggap sebaga varable yang memlk poss pentng pada sstem d masa depan. Secara khusus, peubah yang berlokas d kanan-atas dan bergerak secara progresf ke arah kr-atas grafk, dapat menjad varable penggerak d masa depan. Karena peubah yang berlokas d kanan-atas juga danggap sebaga jamnan, maka pengendalan terhadap peubah n menjad pentng (Bourgeos dan Jesus, 2004). Dalam peneltan n analss hanya dfokuskan pada analss pengaruh langsung saja, hal n dkarenakan dalam peneltan n danggap tdak terdapat pengaruh tdak langsung (meskpun dalam kenyataannya bsa ada/terjad); dan lazmnya hasl analss langsung akan jauh lebh besar dbandngkan hasl analss tdak langsung. Selanjutnya nla yang telah ddskuskan dan dsepakat oleh partspan, langsung dmasukkan ke dalam matrks I/D. Nla skor pengaruh slang hasl kesepakatan, secara lengkap dsajkan pad Tabel 30. Adapun hasl analss pengaruh antar-peubah dalam bentuk grafk sepert dsajkan pada Gambar

157 Tabel 30. Skor Pengaruh Antar-peubah yang dnla oleh Partspan sebaga Penentu Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa Sumber: Data prmer dolah (2015) 126

158 Indeks Total Pengaruh Global (TPG) Indeks Total Ketergantungan Glogal (TKG) Sumber: Data prmer dolah (2015) Gambar 18. Hasl Analss Pengaruh Langsung antar-peubah dalam Analss Prospektf Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa Tabel 31. Hasl Perhtungan Indeks Total Pengaruh Global dan Indeks Total Ketergantungan Global Peubah-peubah dalam Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa No Faktor TPG TKG ITPG ITKG 1 Penggulangan penyakt Penguatan rgas Dukungan permodalan Efsens baya Ketersedaan benh Ketersedaan pakan Kualtas fsk bantuan Pendampngan teknolog Kerjasama swasta Sosalsas dan montorng Keterlbatan pemda Peranserta mtra Perbanyakan wlayah Kawasan buddaya Jumlah rata-rata Sumber: Pengolahan data prmer (2015) 127

159 Garfk pangaruh langsung pada Gambar 18 menunjukkan pancaran peubah d dalam ruang empat-kuadran yang dbatas oleh dua sumbu yang dhtung berdasarkan penlaan ndeks Total Pengaruh Global (TPG) dan ndeks Total Ketergantungan Global (TKG) pada Tabel. Penggambaran tersebut ddasarkan pada nla-nla I/D terbobot pada masngmasng peubah, yang dhtung dar dar tabel pengaruh dan ketergantungan. Secara teorts, nterpretas hasl melput: poss peubah; bentuk dstrbus peubah; dan nterpretas hasl langsung dan tdak langsung-nya (Bourgeos dan Jesus, 20004). Masng-masng kuadran berhubungan dengan karakterstk khusus dar peubah. Kuadran I (kr atas) merupakan wlayah peubah penggerak (drvng factors). Kuadran II (kanan atas) merupakan wlayah peubah kontrol (leverage factors), yang bercrkan pengaruh dan juga ketergantungan kuat, beberapa peubah dalam kuadran n dapat juga dgolongkan sebaga peubah kuat. Kaudran III (kanan bawah) merupakan wlayah peubah keluaran (output factors), yang bersfat sangat tergantung dan hanya sedkt pengaruh. Kaudran IV (kr bawah) merupakan wlayah peubah marjnal (margnal factors), kelompok n akan langsung dkeluarkan dar analss. Selan keempat kaudran, juga terdapat area abuabu yang mungkn ddapat sekelompok peubah, yang peranannya d dalam sstem tdak dapat ddefnskan secara jelas. Dar presentas hasl analss pengaruh slang antar-peubah yang dsajkan pada Gambar 18, terplh sebanyak delapan peubah yang dapat dkatakan sebaga peubah palng berpengaruh, karena terdapat pada Kuadran I (sebaga faktor penggerak/ nput), yatu: Peran mtra, Sosalsas dan montorng, dan Kerjasama swasta; dan Kuadran II (sebaga faktor penghubung/proses), yatu: Penguatan rgas, Kawasan buddaya, dan Dukungan permodalan; serta peubah yang mendekat Kuadran I dan Kuandaran II, yatu Keterlbatan Pemda, dan Perbanyakan wlayah. Dar hasl analss tersebut, maka dapat dsmpulkan bahwa sebanyak delapan peubah terplh sebaga peubah yang palng berpengaruh (Godet dan Roubelat, 1996; Bourgeos dan Jesus, 2004) Penentuan Konds (State) Faktor Kunc d Masa Depan Setelah mendapatkan keenam peubah yang terplh yang memlk skor kekuatan peubah global yang postf dan relatve tngg (Tabel 30), Dar keenam peubah terplh, selanjutanya partspan melakukan eksploras secara consensus, untuk menentukan konds yang berpeluang terjad terhadap peubah tersebut untuk 25 tahun ke depan (sesua dengan dmens waktu analss). Eksploras terhadap konds peubah tersebut, pentng dlakukan untuk membangun skenaro yang dngnkan (Godet dan Roubelat, 1996; Bourgeos dan Jesus, 2004; Gray dan Hatchard, 2008; Wek dan Walter, 2009; Cotes et al., 2010; Durance 128

160 dan Godet, 2010). Hasl penentuan konds peubah yang dtetapkan oleh partspan secara konsensus dapat dlhat pada Tabel 32. Tabel 32. Konds Spektrum Peubah yang Dtetapkan oleh Partspan secara Konsensus Peubah Kode Peubah Peran mtra A Bak Tetap Konds yang Mungkn terjad pada 25 Tahun ke Depan Sosalsas & Montorng B Menngkat Tetap Menurun Kerjasama swasta C Bak Tetap Menurun Fluktuatf Keterlbatan Pemda D Bak Tetap Menurun Penguatan rgas E Menngkat Tetap Kawasan buddaya F Menngkat Tetap Menurun Dukungan permodalan G Bak Tetap Menurun Fluktuatf Perbanyakan wlayah H Menngkat Tetap Sumber: Hasl Konsensus Parspan bersama tm penelt BBPSEKP (2014) Keterangan: Huruf (A, B,, G) merupakan kode untuk nama peubah yang memlk skor kekuatan global tertmbang yang postf dan tngg; Angka (1, 2,, 4) merupakan kode untuk konds spektrum peubah. Pada Tabel 32, masng-masng peubah dber kode dengan huruf (A sampa H) dan konds sepktrum peubah dber kode angka (1 sampa 4), sehngga kombnasnya dapat dtuls rngkas, sepert contoh B3 bermakna bahwa konds peubah sosalsas dan montorng usaha buddaya penerma program revtalsas untuk 25 tahun ke depan adalah menurun. Penentuan konds peubah d masa depan merupakan hasl dar morfologs dan dskus kelompok, dmana partspan melakukan perkraan (foresght) terhadap masngmasng peubah. Hasl perkraan oleh partspan (Tabel 31), ternyata tdak sama untuk semua peubah. Terdapat peubah yang menurut partspan hanya akan mempunya peluang dua bentuk konds spektrum (peubah peran mtra, penguatan rgas, dan perbanyakan wlayah); tga bentuk konds spektrum (peubah sosalsas & montorng, keterlbatan pemda, dan kawasan buddaya) dan empat konds bentuk spketrum (peubah kerjasama swasta dan dukungan permodalan). Masng-masng peluang dar bentuk konds spektrum peubah tersebut merupakan opn dan cermnan kebutuhan para pemangku kepentngan (stakeholders) d masa depan (Godet dan Roubelat, 1996); Bourgeos dan Jesus, 2004; Gray dan Hatchard, 2008; Coates et al., 2010; Durance dan Godet, 2010). 129

161 4.4.4 Pembangunan Skenaro untuk Rekomendas Kebjakan Dar penentuan spektrum konds peubah pada Tabel 31, dapat dtentukan kombnas peubah yang tdak mungkn terjad. Kombnas antar konds peubah yang tdak mungkn tersebut, selanjutnya dbuang dar penyusunan skenaro. Berdasarkan hasl konsensus dengan partspan atau para ekspert sebagamana tertera pada Tabel 33 adalah sebanyak 17 buah kombnas konds peubah yang tdak mungkn terjad, adalah sebaga berkut: (1) A1 B3 (2) A1 C3 (3) A1 C4 (4) A2 B1 (5) A2 E1 (6) B1 D3 (7) B1 E3 (8) B2 F1 (9) B2 G2 (10) C1 D3 (11) C1 E3 (12) C1 E4 (13) C1 D4 (14) D1 B3 (15) D1 E3 (16) E1 B3 (17) E1 C3 Tabel 33. Konds Peubah yang Dtetapkan oleh Partspan secara Konsensus Peubah Kode Konds yang Mungkn terjad pada 25 Tahun ke Depan Peubah Peran mtra A Bak (A1) Tetap (A2) Sosalsas dan Montorng B Menngkat (B1) Tetap (B2) Menurun (B3) Kerjasama swasta C Menngkat (C1) Tetap (C2) Menurun (C3) Fluktuatf (C4) Keterlbatan Pemda D Menngkat (D1) Tetap (D2) Menurun (D3) Penguatan rgas E Menngkat (E1) Tetap (E2) Menurun (E3) Kawasan buddaya F Bak (F1) Tetap (F2) Dukungan permodalan G Bak (G1) Tetap (G2) Menurun (G3) Fluktuatf (G4) Perbanyakan wlayah H Menngkat (H1) Tetap (H2) Sumber: Hasl Konsensus Parspan bersama tm penelt BBPSEKP (2015) Pengembangan skenaro dlakukan melalu curah pendapat (branstrormng) dan dskus kelompok terstruktur. Dalam forum tersebut partspan dmnta untuk dapat 130

162 memberkan perkraan dar masng-masng peubah penentu pada masa datang. Perkraan tersebut merupakan opn dan cermnan kebutuhan para pemangku kepentngan d masa depan. Dar perkraan mengena konds peubah tersebut d masa depan, dapat dsusun dengan sckenaro yang mungkn terjad terkat dengan percepatan revtalsas buddaya udang d Indonesa (Godet dan Roubelat, 1996; Bourgeos dan Jesus, 2004; Godet, 2010). Suatu skenaro sebuah kombnas dengan konds yang berbeda-beda. Pembangktan skenaro dlakukan melalu curah pendapat terhadap berbaga konds peubah (yang telah ddentfkas pada Tabel 31) oleh para partspan. Secara konsensus, partspan dmnta untuk menyusun berbaga kombnas dar konds peubah yang mungkn terjad atau mungkn dcapa d masa depan (dalam kurun waktu 25 tahun ke depan). Kemudan dar hasl curah pendapat pertspan tersebut, ddapat konsensus penyusunan skenaro dalam percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, sepert tertera pada Tabel 34. Tabel 34. Alternatf Plhan Skenaro untuk berbaga Kombnas Konds yang Mungkn terkat dengan Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa No. Skenaro Keterangan 2. Optms A1 B1 C1 D1 E2 F2 G3 H2 3. Moderat A1 B2 C2 D2 E2 F1 G1 4. Pesms A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 Sumber: Hasl konsensus partspan bersama tm penelt BBPSEKP (2014) Dar skenaro yang dsusun partspan (Tabel 31), tampak bahwa perbedaan antarskenaro memberkan mplkas terhadap upaya yang harus dlakukan dalam percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, yatu: (1) Pada skenaro optms, harus dlakukan upaya perbakan yang maksmal terhadap semua peubah, sehngga sstem akan menuju ke arah yang lebh bak. Secara mplst tampak bahwa skenaro sangat optms dan optms, merupakan cermnan kebutuhan para pemangku kepentngan untuk mencapa suatu konds percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa yang deal pada masa depan. (2) Pada skenaro konds ekstrm yang lan, skenaro pesms dan sangat pesms menunjukkan bahwa bla konds sepert n terus berlangsung, maka tdak dperlukan upaya perkanan, dan tentunya system akan menjad lebh buruk darpada konds saat n. (3) Sebaga komprom dar kedua skenaro ekstrm d atas, partspan juga merumuskan skenaro moderat. Skenaro komproms n merupakan cermnan dar kebutuhan para 131

163 pemangku kepentngan dengan mempertmbangkan kemampuan berbaga peubah penentu (Brown et al., 2001) Rumusan Kebjakan Percepatan Revtalsas Industr Buddaya Udang Upaya logs yang dapat dajukan oleh partspan, secara nyata dapat drumuskan dalam kebjakan percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, yang dsusun sesua dengan konds skenaronya. Dar kombnas konds peubah dan scenaro yang mungkn terjad dalam 25 tahun ke depan, selanjutnya partspan melakukan dskus terstruktur yang dkut dengan menyusun kebjakan percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa. Pada akhrnya sebaga kesmpulan konsensus, dapat drumuskan kebjakan yang harus dakomodas dalam menngkatkan atau mempercepat revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, yatu: (1) Menngkatkan jumlah wlayah penerma program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa, yang dkut dengan mengntensfkan sosalsas dan montorng terkat dengan penguasaan teknolog anjuran dan pemanfaatan bantuan program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa. (2) Menngkatkan dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata yang dselaraskan dengan program daerah dan dsesuakan dengan konds spesfk wlayah untuk menjaga keberlanjutannya. (3) Menngkatkan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda sarana, phak mtra dan sektor perbankan untuk lebh berpartspas dalam mendorong percepatan ndustr buddaya udang d Indonesa 132

164 133

165 V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 Kesmpulan Dalam kesejarahannya, dtemukan lma era dnamka produktvtas (ndeks Total Factor Productvty TFP) usaha buddaya udang d Indonesa, yatu: (a) Era Pra dan Awal Buddaya Udang ( ); (b) Era Perntsan Teknolog Intensf ( ); (c) Era Kejayaan ( ); (d) Era Penurunan Knerja ( ); dan (e) Era Revtalsas/Kebangktan Buddaya Udang (2000 sekarang).dnamka knerja ndeks produktvtas (Total Factor Productvty TFP) usaha buddaya udang d Indonesa selam perode 1989 hngga 2013 mengalam konds pasang-surut tetap mash berada d bawah (belum melampau) knerj TFP tahun 1998, serta dwarna oleh konds yang menghambat knerja ndeks TFP tersebut sepert serangan penyakt, dan konds yang mendukung sepert ntervens berbaga kebjakan yang terkat. Kebjakan penguatan sarana rgas tambak yang dmplementas melalu program rehabltas dan pembangunan saluran pengaran/rgas tambak udang sejak tahun 1999 hngga sekarang ternyata memberkan pengaruh yang nyata dalam memperbak knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Sementara, kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa tahap satu yang dmplementas pada tahun maupun tahap dua yang dmplementas sejak tahun 2012 hngga sekarang ternyata tdak berpengaruh nyata dalam memperbak knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. D tngkat lapang (lokas peneltan), knerja TFP (produktvtas) usaha buddaya udang d tngkat lapang bervaras antar lokas pengamatan, yatu berksar antara 0,81 2,67; dengan TFP rata-rata sebesar 1,79 yang tergolong cukup bak karena ndeks output 1,79 kal lebh besar dar ndeks nputnya. Kemudan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap TFP (produktvtas) usaha buddaya udang d tngkat lapang adalah: (1) Indeks kualtas benh udang, (2) Indeks kualtas pakan udang, (3) Dummy Kerjasama, (4) Tngkat pengalaman usaha buddaya, (5) Konds nfrastruktur rgas, (6) Dummy serangan penyakt, dan (7) Tngkat penddkan formal. Sementara keputusan pembuddaya terkat dengan revtalsas usaha buddaya dtentukan oleh: (1) Konds nfrastruktur rgas, (2) Dummy penguasaan teknolog/pendampngan, (3) Kualtas bantuan sarana produks, (4) Ketersedaan benh udang berkualtas dan terjangkau, (5) Ketersedaan pakan udang berkualtas dan terjangkau, (6) Tngkat penddkan formal, dan (7) Tngkat pengalaman usaha buddaya udang. Selan tu, dtemukan sebanyak delapan peubah yang dnla menjad faktor yang palng berpengaruh pentng dalam menyusun rumusan kebjakan 134

166 percepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, dalam kategor sebaga faktor penggerak/nput adalah (1) Peran mtra, (2) Sosalsas dan montorng, (3) Kerjasama swasta, dan (4) Ketewrlbatan pemda; dan dalam kategor sebaga faktor penghubung/proses adalah: (1) Pengauatan rgas, (2) Kawasan buddaya, (3) Kerjasama swasta, dan (4) Perbanyakan wlayah. Berdasarkan kedelapan peubah tersebut drekomendaskan tga altenatf kebjakan, sebagamana dsampakan dalam uraan mplkas kebjakan d bawah n. 5.2 Implkas Kebjakan Untuk mempercepat capaan knerja program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, perlu dlakukan beberapa alternatf kebjakan, yatu: (4) Menngkatkan jumlah wlayah penerma program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa, yang dkut dengan mengntensfkan sosalsas dan montorng terkat dengan penguasaan teknolog anjuran dan pemanfaatan bantuan program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa. (5) Menngkatkan dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata yang dselaraskan dengan program daerah dan dsesuakan dengan konds spesfk wlayah untuk menjaga keberlanjutannya. (6) Menngkatkan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda sarana, phak mtra dan sektor perbankan untuk lebh berpartspas dalam mendorong percepatan ndustr buddaya udang d Indonesa 135

167 136

168 DAFTAR PUSTAKA Ashok, K.R. dan R. Balasubramanan Role of Infrastructure n Productvty and Dversfcaton of Agrculture. South Asa Network of Economc Research Insttutes (SANEI), Pakstan Insttute of Development Economcs, Islamabad, Pakstan. Asmara, A Optmalsas Pola Usahatan Tanaman Pangan pada Lahan Sawah dan Ternak Domba d Kecamatan Sukahaj, Majalengka. Tess. Insttut Pertanan Bogor, Bogor. Aswathy, N., R. Narayanakumar, S.S. Shyam, V.P. Npnkumar, S. Surakose, R. Geetha, and N.K. Harshan Total Factor Productvty n Marne Fsheres of Kerala. Indan, J. Fsh., 60(4): 77-80, Avla, A.F.D. dan R.E. Evenson Total Factor Productvty Growth n Agrculture: the role of technologcal captal. Yale Unversty, New Heaven. Bourgeos, R and F. Jesus Partcpatory Proepectve Analyss, Explorng and Antcpatng Chalanges wth Stakeholders. Center for Allevaton of Poverty through Secondary Crops Development n Asa and The Pacfc and French Agrcultural Research center for Internatonal development. Monograph (46): Bglan, A., A. Dennd, A.C. Wagenaar The Value of Interrupted Tme-Seres Experments for Cummunty Intertventon Research. Preventon Scence, Vol. 1. No. 1, Cordero, M. F.J., Ftzgerald, W.J., dan Leung, P.S Evaluaton of Productvty n Extensve Aquaculture Practces Usng Interspasal TFP Indeks, Sulawes, Indonesa. Journal of Asan Fsheres Scence. Asan Fsheres Socety, Manla, Phlppnes. Hal Cresp, V dan A. Coche Glossary of Aquaculture. Food and Agrculture Organzaton. Rome. Dop, H., R.W. Harrson, and W.R. Kethly, Jr Impact of Increasng Imports on the Unted States Southeastern Regon Shrmp Processng Industr Selected paper for Presentaton at the August 8-11 Annual Meetng of the Amercan Agrcultural Economcs Assocaton n Nashvlle, Tennessee. Durance, P., and M. Godet Scenaeron Buldng: Uses and Abuses. Technol.Forecast.Sos. Change, 77: Dtjen Perkanan Buddaya Revtalsas Udang Vaname akan Dperluan. Dunduh dar Webste Akan-Dperluas-- html pada tanggal 24 Februar DJPB DKP Laporan Survey Udang Tambak Pembuddaya dan Perusahaan Perkanan Buddaya. Subdt Data dan Statstk Perkanan Buddaya, Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya. Departemen Kelautan dan Perkanan, Jakarta. Drektorat Jenderal Perkanan Statstk Perkanan Indonesa. Departemen Pertanan, Jakarta. 137

169 Dskanlut Kabupaten Indramayu Laporan Revtalsas Buddaya Tambak Udang Tahun Indramayu: Dnas Perkanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Dskanlut Provns Jawa Barat Laporan Tahunan Perkanan Buddaya Tahun Bandung: Dnas Perkanan dan Kelautan Provns Jawa Barat. Dslutkan.Provns Lampung Revtalsas Buddaya Udang Lampung Lampung: Dnas Kelautan dan Perkanan Provns Lampung. Dslutkan Provns Lampung Laporan Tahunan Perkanan Buddaya Tahun Lampung: Dnas Kelautan dan Perkanan Provns Lampung. DJPB Laporan Kegatan: Revtalsas Tambak Udang Th dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Buddaya Udang Nasonal. Jakarta: Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya Kelautan dan Perkanan. DJPB Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan Dunduh dar webste pada tanggal 30 Jun DKP Revtalzaton Aquaculture Departemen Kelautan dan Perkanan, Jakarta. Effend, I Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta Ehu, S. K. dan Jabbar, M. A Measurng Productvty n Afrcan Agrculture: A Survey of Applcaton of the Superlatve Indeks Number Approach. Soco-economcs and Polcy Resources Workng Paper 38. ILRI (Internatonal Lvestock Research Insttute). Narob. Kenya. 22 p. Eryatno Ilmu Sstem: Menngkatkan Mutu dan Efektvtas Manajemen. Jld 1. Eds Ketuga, IPB Press. Evenson, R. E. dan Fugle, K. O Technology Captal: The Prce of Admsson to the Growth Club. Makalah dpresentaskan dalam Konfrens Internasonal Ekonom Pertanan ke Agustus Bejng. FAO (Food and Agrculture Organzaton) Producton, Accessblty, Marketng and Consumton Patterns of Freshwater Aquaculture Products n Asa: A Cross-Country Comparson. FAO. Rome. Fugle, KO Productvty Growth n Indonesa Agrculture, Bulletn of Indonesan Economc Studes, Vol. 40, No. 2. Geoffrey, M., D.DeMatteo, D.Festnger Essentals of Research Desgn and Methodology. New Jersey: John Wlley and Sons. Gottschalk, L. 1975/ Pengantar Metode Sejarah. Unverstas Indonesa. Jakarta. Gujarat, D.N Baasc Econometrca. Fourth Edton. New York: The McGraw-Hll Company. 138

170 Hall, R. and Jones, C Levels of Economc Actvty across Countres, Am. Econ. Rew., 87: Husan, U dan Akbar P.S Metode Peneltan Sosal. Bum Aksara. Jakarta Iyengar, N.S. dan P. Sudarshan A Method of Classfyng Regons from Multvarate data, Economc and Polcy Weekly, Vol. 17 (51), pp: Juanda, B Ekonometrka: Permodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Juarno, O Daya Sang Udang Tambak Indonesa d Pasar Internasonal terkat dengan Penngkatan Produktvtas dan Mutu. Dsertas IPB. Tdak dpublkaskan. Bogor. Kalyvts, S Publc Investment Rules and Endogenous Growth wth Emprcal Evdence from Canada. Scot J Polt Econ. 50(1): do: / Kholstanngsh dan Hardansyah Jens-jens Peneltan Secara Umum dan Pendekatannya. Yogyakarta: JurusanTeknk Elektro UGM. Dunduh dar webstehttp://te.ugm.ac.d/ ~rsanur/v01/wp-content/uploads/2011/05/fnal-hard-dankhols.pdf pada tanggal 2 Maret Kan A.K., M. Iqbal, and T. Javed Total Faktor Productvty and Agrcultural Research Relatonshp: Evdence from Crops Sub-Sector of Pakstan s Punjab. European Journal of Scentfc Research, 23(1): KKP (Kementeran Kelautan dan Perkanan) Pembangunan Kelautan dan Perkanan Tahun Kementeran Kelautan dan Perkanan, Jakarta. Kumar. A., Jha, D. and Pandey, U. K Total factor productvty of the lvestock sector n Inda. In: Josh, P. K., Pal, S., Brthal, P. S. and Bantlan, M. C. S. (Eds.), Impact of agrcultural research: Post-Green Revoluton evdence from Inda. Natonal Centre for Agrcultural Economcs and Polcy Research, New Delh, Inda and Internatonal Crops Research Insttute for the Sem-Ard Tropcs, Patancheru, Andhra Pradesh, Inda, p Kumar P, S Mttal dan M Hossan Agrcultural Growth Accountng and Total Factor Productvty n South Asa: A Revew and Polcy Implcatons. Agrcultural Economcs Research Revew. Vol 21 July December 2008 pp Laktan, B Kontrbus Teknolog dalam Pencapaan Ketahanan Pangan. Kementeran Negara Rset dan Teknolog. Tdak dpublkaskan. Jakarta. Looney RE The Impact of Infrastructure on Pakstan s Agrcultural Sector. The Journal of Developng Areas, 28 (July 1994): Mangkusubroto, K. dan Trsnad C.L Analss Keputusan Pendekatan Sstem dan Manajemen Usaha dan Proyek. Ganesa Exacta. Bandung. 271 hlm. Marzuk, Metodolg Rset, Fakultas Ekonom UII. Yogyakarta. Martnez Cordero F.J, W.J. Ftgerald and PS. Leung Evaluaton of Productvty n Extensve Aquaculture Practces Usng Interspatal TFP Index, Sulawes, Indonesa. Asan Fsheres Scence, 12 : Asan Fsheres Socety, Manla, Phlppnes. 139

171 Masyarakat Akuakultur Indonesa Revtalsas Tambak Pantura Jangan Karena Asal Kebut Produks. Dunduh dar Webste hhttp://regonal.kompasana.com/2012/12/11/revtalsas-tambak-pantura-jangankarena-asal-kebut-produks.html. pada tanggal 24 Februar Maulana, M, Peranan Luas Lahan, Intenstas Pertanaman dan Produktvtas sebaga Sumber Pertumbuhan Pad Sawah d Indonesa. Jurnal Agro ekonom, 22(1): Mnstry of Marne Affars and Fsheres The Revtalzaton of Aquaculture Jakarta: Mnstry of Marne Affars and Fsheres. Nanga, Muana Makroekonom: Teor, Masalah dan Kebjakan. Eds Perdana. Rajawal Press. Jakarta. Nayak P Infrastructure: Its Development and Impact on Agrculture n North-East Inda. Journal of Assam Unversty, vol. IV (1): Nazr, M Metode Ilmah. Ghala Indonesa. Jakarta. Kuntowjoyo Metodolog Sejarah. Yogyakarta. Tara Wacana. Pska, R. S. dan Nak, S. J. K Fresh Water Aquaculture. Intermedate Vocatonal Course State Insttute of Vocatonal Educaton Unversty College of Scence Osmana Unversty. Hyderabad. Purnomo, A.H., S.H. Suryawat, Hkmah, dan Y. Hkmayan Mnapoltan: Konsep, Pengembangan dan Aplkasnya dalam Revtalsas Perkanan. Jakarta: Bala Besar Peneltan Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan. 124 hal. Pusdatn Revtalsas Perkanan Jakarta: Pusat Data, Statstk dan Informas Departemen Kelautan dan Perkanan. Ramsay, C.R., L. Matowe, R. Grll, J.M. Grmshaw, and R.E. Thomas Interrupted Tme Seres Desgns n Health Technology Assesment: Lessons From Two Systematc Revews of Beahvour Change Strateges. Internatonal Journal of Health Technology Assesment n Health Care; 19: Rogers, E.M. dan F.F. Shoemaker Communcaton of Innonvatons. New York (US). The Free Press. Syamsudn, H Metodolog Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Subyakto, S Petunjuk teknk Buddaya Udang Vaname. Jukns. Bala Buddaya Ar Payau Stubondo. Sugyono, 2011.Metode Peneltan Kuanttatf Kualtatf dan R & D. Alfabeta.Bandung. Sukartaw Pronsp Dasar Komunkas Pertanan. UI Press. Jakarta. Suparyat, A Analss Dampak Keterbukaan Ekonom dan Stabltas Makroekonom terhadap Pertumbuhan Total Factor Productvty Indonesa. Thess Program Pascasarjana Fakultas Ekonom Unverstas Indonesa. Tdak dpublkaskan. 140

172 Squres, D Index Number and Productvty Measurement n Multspeces Fsheres: An Applcaton to the Pacfc Coast Trawl Feet. NOAA Techncal Report NMFS 67. U.S. Department of Commerce. Tjahyono, E. D. dan F.A. Anugerah Faktor-Faktor Determnan Pertumbuhan Ekonom d Indonesa. Bank Indonesa. Jakarta Wagner, A.K., S.B. Soumera, F. Zhang and D. Ross-Degnan Segmented Regresson Analyss Of Interrupted Tme Seres Studes In Medcaton Use Research. Journal of Clncal Pharmacy and Therapeutcs (2002) 27, Wang, J. J.J., S. Walter, R. Grzebeta, and J. Olver A comparson of Statstcal Methods n Interrupted Tme Seres Analyss to Estmate an Interventon Effect. Proceedngs of the 2013 Australan Road Safety Research. Polcng and Educaton Conference 28 th 30 th August, Brsbane, Queensland. Wepng and Yng, (2007); Wepng C and D Yng Total Factor Productvty n Chnese Agrculture: The Role of Infrastructure. 2 (2) : DOI /s , Front, Econ, Chna. Wdarjono, A. Ekonometrka: Teor dan Aplkas untuk Ekonom dan Bsns. Edss Kedua. Penerbt Ekonsa. Fakultas Ekonom UII, Yogyakarta. Yu, B Agrculture Productvty and Insttutons n Sub-Sahara Afrca. Dssertaton. Faculty of The Graduate and the Unversty of Nebrasca. Nebrasca. 141

173 LAMPIRAN NASKAH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) REKOMENDASI KEBIJAKAN Kegatan Peneltan KAJIAN EKONOMI REVITALISASI INDUSTRI BUDIDAYA UDANG BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

174 LAMPIRAN 1 DINAMIKA TOTAL FACTOR PRODUKTIVITY USAHA BUDIDAYA UDANG INDONESIA PERIODE DAN PENGARUH BEBERAPA KEBIJAKAN Tajern* ) * ) Penelt Pusat Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan Gedung Baltbang KP Lt. 4. Jl. Pasr Puth 2, Ancol Jakarta. Emal: Jern_Jmhr@yahoo.com ABSTRAK Peneltan n bertujuan untuk mengetahu dnamka produktvtas (ndeks Total Factor Productvty TFP) usaha buddaya udang d Indonesa sejak tahun 1989 hngga 2013, dan menganalss pengaruh beberapa kebjakan terhadap dnamka TFP tersebut. Peneltan dlakukan dengan menggunakan data sekunder dan danalss dengan menggunakan pendekatan ekonometrka model Interrupted Tme Seres Analsyss (ITSA). Hasl peneltan menunjukkan bahwa dnamka knerja ndeks produktvtas (Total Factor Productvty TFP) usaha buddaya udang d Indonesa selam perode 1989 hngga 2013 mengalam pasang-surut tetap mash berada d bawah (belum melampua) knerja pada tahun 1998 serta dwarna oleh konds yang menghambat knerja ndeks TFP tersebut sepert serangan penyakt, dan konds yang mendukung sepert ntervens berbaga kebjakan yang terkat. D sampng tu hasl peneltan menujukkan pula bahwa kebjakan penguatan sarana rgas tambak yang berpengaruh nyata terhadap knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Sementara, kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa tahap satu dan tahap dua tdak berpengaruh nyata dalam memperbak knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Untuk mempercepat capaan knerja program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, perlu menngkatkan jumlah wlayah penerma program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa, yang dkut dengan mengntensfkan sosalsas dan montorng, menngkatkan dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata yang dselaraskan dengan program daerah dan dsesuakan dengan konds spesfk wlayah untuk menjaga keberlanjutannya, dan menngkatkan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda sarana, phak mtra dan sektor perbankan untuk lebh berpartspas dalam mendorong percepatan ndustr buddaya udang d Indonesa Kata Kunc: produktvtas, udang Indonesa, kebjakan, ITSA PENDAHULUAN Dalam kesejarahannya, ndustr buddaya udang d Indonesa mengalam dnamka mula dar era awal buddaya, era perntsan teknolog ntensf hngga era kejayaan, era kejatuhan dan era revtalsas atau kebangktannya. Khusus pada era revtalsas dtanda dengan dluncurkannya beberapa kebjakan terutama terkat dengan program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa merupakan bagan dar program besar Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dcanangkan Presden R.I. pada tanggal 11 Jun Salah satu langkah operasonal yang dlakukan dalam rangka mendukung revtalsas perkanan adalah Pengembangan Komodtas Udang sebaga 143

175 bentuk dar langkah-langkah dalam operasonalsas revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, yang tahap awalnya telah dmplementaskan para kurun waktu yang kemudan dlanjutkan kembal sejak tahun 2012 hngga sekarang (KKP, 2014). Revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa sangat terkat erat dengan poss komodtas udang d Indonesa yang merupakan komodtas unggulan d sektor perkanan yang dhaslkan dar kegatan buddaya. D sampng tu, juga karena kegatan usaha buddaya udang mampu memberkan kontrbus yang cukup besar dalam perolehan devsa, pendapatan pembuddaya, mencptakan lapangan kerja dan peluang berusaha. Revtalsas tersebut juga sangat pentng, terutama karena peran kegatan buddaya udang ke depan yang semakn besar, sementara kegatan penangkapan udang terus semakn berkurang. Kemudan juga karena perusahaan yang terlbat adalah perusahaan skala kecl, menengah, dan besar; dan pasar utama komodtas udang adalah pasar ekpor dengan permntaan yang mash tetap tngg. Dengan demkan, revtalsas ndustr buddaya udang akan mencakup revtalsas pada level produks, pengolahan dan pemasaran/perdagaangan melalu pelbatan usaha skala kecl, menengah dan besar. Pertambakan d Indonesa pernah mengalam kejayaan dalam produks udang pada era tahun 1990-an, dengan menerapkan teknolog ekstensf, sem- ntensf dan ntensf. Dengan tmbulnya berbaga masalah, sepert penurunan daya dukung lngkungan, serangan penyakt udang, dan menurunnya mutu nduk/benh udang, mengakbatkan kegagalan pada produks udang. Rendahnya tngkat produktvtas perkanan buddaya udang d Indonesa saat n mash dapat dtngkatkan, sepert dengan melakukan revtalsas melalu perencanaan zonas kawasan pessr, sehngga akan tercpta kesembangan tata ruang kawasan perkanan yang mampu mendukung keberlanjutan perkanan buddaya. Secara deal, kegatan perkanan buddaya haruslah dkembangkan secara berkelanjutan. Dalam artan, kegatan buddaya tersebut haruslah menghaslkan produktvtas yang sebandng dengan upaya, tdak mencptakan konflk sosal, serta selaras dengan daya dukung dan daya tampung lngkungannya. Oleh karena tu, untuk membangktkan kembal produks udang d Indonesa, perlu dlakukan upaya-upaya khusus, antara lan melalu Revtalsas Industr Buddaya Udang, terutama pada kegatan buddaya udang d tambak-tambak yang dle atau yang beroperas tetap tdak secara optmal. Program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa mash terkendala oleh banyak faktor dalam menngkatkan produktvtasnya. Untuk tu, telah dlakukan peneltan mengena dnamka produktvtas usaha buddaya udang Indonesa dan pengaruh beberapa faktor. Dharapkan hasl peneltan n dapat menjad masukan bahan rekomendas kebjakan untuk mempercepat revtalsas ndustr buddaya udang tambak d Indonesa, khususnya melalu penngkatan produktvtas. 144

176 METODE PENELITIAN Jens dan Sumber Data Peneltan n menggunakan jens data sekunder terkat dengan faktor nput dan output kegatann usaha buddaya udang nasonal sejak tahun 1989 hngga 2013 yang dperoleh dar sumber DJPB, KKP. D sampng tu, data sekunder lannya adalah rentang waktu mplementas beberapa kebjakan terkat dengan penngkatan produktvtas usaha buddaya udang d Indonesa, yang dalam hal n dbatas pada kebjakan penguatan nfrastruktur saluran rgas tambak berupa program rehabltas saluran rgas sejak tahun 1999 hngga sekarang, kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa tahap 1 yang dmplementaskan sejak 2005 hngga 2009, dan kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa tahap 2 sejak 2012 hngga sekarang. Metode Analss Untuk mengetahu sejauhmana dnamka per-udang-an Indonesa, dalam peneltan n dgunakan metode analss deskrptf kualtatf, sementara untuk mengetahu sejauhmana pengaruh kebjakan terhadap knerja produktvtas usaha buddaya udang d Indonesa selama perode 1989 hngga 2013 dgunakan metode analss ekonometrka dengan pendekatan model ITSA (Interupted Tme Seres Analysys). Sementara metode untuk mengukur knerja produktvtas (Total Factor Productvty TFP), dalam peneltan n dgunakan metode penghtungan Indeks TFP Tornqvsht-Thel-Index. Kedua metode tersebut, masng-masng sebaga berkut. (1) Metode Analss Produktvtas Total Faktor (Total Factor Productvty TFP) Knerja revtalsas tambak udang dapat dukur berdasarkan penngkatan produktvtas usaha buddaya udang yang drevtalsas. Penngkatan produktvtas tersebut dapat dlakukan melalu penngkatan produktvtas nput secara parsal dan atau penngkatan Produktvtas Total Faktor (Total Factor Productvty - TFP). Kajan terhadap produktvtas nput secara parsal belum dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruh produktvtas usaha buddaya tambak udang secara keseluruhan. TFP merupakan konsep pengukuran produktvtas untuk menjelaskan faktor-faktor lan, selan nput, yang dapat mempengaruh perubahan output. Kajan tentang TFP pada tngkat usaha buddaya tambak udang secara khusus belum dlakukan. Bahkan pada sektor pertanan secara keseluruhan juga mash terbatas, bak dar seg jumlah maupun lngkup peneltan, sepert yang dlakukan Fugle (2004) dan Fugle 145

177 (2010). Fugle menganalss TFP pada sektor pertanan secara aggregat (level makro) untuk mengukur perubahan TFP antar waktu (tme seres) sebaga salah satu sumber pertumbuhan PDB pertanan. Peneltan Fugle (2010) menunjukkan bahwa TFP antar perode berbedabeda, namun cenderung menngkat pada perode revolus hjau dan lberalsas. Sebalknya, pada perode krss ekonom TFP cenderung menurun. Hal n menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruh TFP. Oleh karena tu, kajan tentang faktor-faktor yang mempengaruh TFP menjad pentng dan menark untuk dlakukan. Selan tu, kajan TFP umumnya dlakukan pada level aggregate (makro) dan mash sangat jarang dlakukan pada level usahatan (buddaya). Peneltan Martnez-Cordero et. al (1999) merupakan analss TFP pada level usahatan dengan menggunakan data lntang waktu (cross secton). Pada kedua peneltan tersebut, danalss varas TFP antara usahatan dbandngkan dengan TFP rata-rata. Dengan menganalss TFP pada level usahatan, maka dapat dketahu faktor-faktor apa saja selan nput yang dapat mendorong penngkatan produks. Penngkatan produks dapat dupayakan melalu penngkatan luas lahan yang dusahakan dan penngkatan produktvtas. Pada konds faktor produks lahan yang semakn terbatas, maka penngkatan produktvtas menjad plhan pentng. Produktvtas mengandung art kemampuan menghaslkan output dar setap nput yang dgunakan. Produktvtas nput secara parsal, msalnya produktvtas per lahan atau produktvtas per tenaga kerja, belum dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruh produktvtas buddaya tambak udang secara keseluruhan. TFP merupakan konsep pengukuran produktvtas untuk menjelaskan faktor-faktor lan, selan nput, yang dapat mempengaruh perubahan output. Dengan kata lan melalu analss TFP dapat ddentfkas perubahan output yang tdak dapat djelaskan oleh perubahan nput. Secara matemats dapat dtulskan sebaga berkut (Kumar et al., 2005: Aswathy et al., 2013): Output Index TFP ndex... (1) Input Index TFP dapat dsebabkan karena adanya kemajuan teknolog atau techncal progress, yang dapat berupa perubahan teknolog atau perbakan teknolog. Akbat terjadnya kemajuan teknolog tersebut dapat menyebabkan terjadnya penngkatan efsens dalam penggunaan nput. Penngkatan efsens kemudan akan menngkatkan produktvtas secara keseluruhan. Teknolog dapat melput teknolog nput, teknolog mekank, teknolog sstem produks, dan teknolog output. Varas teknolog dapat mempengaruh produktvtas sehngga melalu teknolog yang lebh bak, output tertentu dapat dhaslkan dar penggunaan nput yang lebh sedkt atau penggunaan nput yang sama dapat menghaslkan output yang lebh banyak. Namun perubahan teknolog dapat juga menyebabkan 146

178 penngkatan penggunaan nput untuk menghaslkan ouput yang lebh tngg, tetap penngkatan output lebh tngg dar penambahan nput. Selan kemajuan teknolog, produktvtas juga dapat dpengaruh oleh beberapa faktor eksternal maupun nternal usaha buddaya udang. Faktor nternal yang utama yatu kemampuan pembuddaya dalam mengelola usaha buddaya tambak udang. Kemampuan pembuddaya dalam mengelola sangat dtentukan oleh banyak hal, antara lan tngkat penddkan, pengalaman, tngkat pengetahuan dan keteramplan petan. Hal n serng dsebut dengan faktor human captal. Peranan pembuddaya sebaga pengelola menjad semakn besar dan pentng karena pembuddaya merupakan pengambl keputusan utama dalam usaha buddaya tambak udang. Faktor nternal lannya yang perlu dperhatkan karena dapat mempengaruh produktvtas yatu kapastas usaha yang dapat dlhat dar ukuran usaha buddaya udang (sze of farm) dan ketersedaan aset lan. Ukuran usaha buddaya udang yang palng lazm dgunakan yatu luas lahan. Lahan yang lebh luas dan ketersedaan aset yang sesua kebutuhan usahatan dapat mendorong penngkatan produktvtas usahatan. Faktor lan yang juga dapat mempengaruh produktvtas usahatan yatu dukungan faktor eksternal, terutama ketersedaan nfrastruktur pendukung, bak dalam bentuk fsk maupun non fsk. Beberapa nfrastruktur yang dperlukan dalam mendukung usahatan, antara lan nfrastruktur jalan, rgas, pasar, kelembagaan peneltan, kelembagaan penyuluhan, kredt dan kelembagaan keuangan, sstem agrara dan kebjakan yang mendukung. Beberapa peneltan yang menunjukkan bahwa nfrastruktur merupakan salah satu faktor yang mempengaruh produktvtas, d antaranya peneltan yang dlakukan: Fugle (2010); Kumar et al. (2008); Wepng and Yng, (2007); Ashok and Balasubramanan (2006); Kalyvts (2002); Nayak (1999); Looney (1994). Infrastruktur dapat mempengaruh luas lahan dan produktvtas. Perubahan nfrastruktur dapat mendorong perubahan luas lahan sehngga kurva luas lahan bergeser (nak atau turun) tergantung jens komodtas. Pada komodtas udang, penngkatan nfrastruktur pada tngkat harga output tetap akan menyebabkan penngkatan luas lahan. Selan tu, penngkatan nfrastruktur juga akan menngkatkan produktvtas dan kurva produktvtas juga akan bergeser (menngkat). Artnya, konds nfrastruktur yang berbeda antar usaha buddaya udang akan mengakbatkan perbedaan pada luas lahan dan produktvtas usaha buddaya udang yang pada akhrnya mempengaruh produks dan keuntungan usahatan. Infrastruktur dalam peneltan n melput nfrastruktur fsk (jalan, rgas), kredt, dan teknolog (konservas lahan, teknolog benh, dan dversfkas tanaman). Berdasarkan uraan tersebut, dapat dsarkan bahwa TFP dapat dpengaruh oleh beberapa faktor pentng sepert kualtas sumberdaya manusa, nfrastruktur, kualtas dan kapastas aset (vntage of captal), serta peneltan dan pengembangan. 147

179 Pengukuran ndeks TFP, sepert ndeks Laspeyres, Paasche, Fsher, dan Tornqvst. Berdasarkan krtera teor ekonom dan pendekatan fungsonal serta krtera pendekatan pengujan, maka ndeks Fsher dan ndeks Tornqvst danggap palng bak, hal n sebagamana dnyatakan oleh Alex Lsstsa dalam modul Effcency and Productvty Analyss: Determnstc Approaches. Secton an Introducton to Index Number Methods. Pengukuran ndeks TFP dalam peneltan n dgunakan ndeks Tornqvst. Indeks TFP menurut Tornqvst yang dkenal dengan nama Tornqvst Index. Tornqvst Index dapat dgunakan untuk mengukur TFP antar waktu (tme seres data), data panel, serta antar lokas atau antar perusahaan pada waktu tertentu (cross secton data). Dalam peneltan n dukur TFP antar usaha buddaya tambak udang pada tahun tertentu (cross-secton). Mengngat bahwa produktvtas yang dmaksud dalam peneltan n yatu produktvtas total faktor atau total factor productvty (TFP), bukan produktvtas parsal (msalnya produktvtas per luas lahan atau produktvtas per tenaga kerja), maka mengacu pada Persamaan (17), pengukuran TFP dalam peneltan dlakukan dengan menggunakan cara perhtungan Tornqvst-Thel Index, sepert yang telah dterapkan oleh Hall and Jones (1997); Martnez-Cordero et al. (1999). Tornqvst-Thel Index n dapat daplkaskan untuk menghtung TFP setap usaha buddaya tambak udang dbandngkan TFP rata-rata. Rumus perhtungan TFP untuk aplkas data cross secton dapat dtulskan sebaga: TFP avg 1 2 log Q log Qavg S Q SQavg log X log X S S (2) avg dmana: TFP avg = produktvtas total faktor usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-, Q = jumlah output usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; Q avg = rata-rata output untuk seluruh usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; S Q = propors pendapatan output usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; S Qavg = rata-rata propors pendapatan output dar seluruh usaha buddaya tambak udang; X k = jumlah nput pada usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-; X kavg = rata-rata nput untuk seluruh usaha buddaya tambak udang; S X = propors baya nput pada usaha buddaya tambak udang pembuddaya ke-, = rata-rata propors baya nput dar seluruh usaha buddaya tambak udang. S Xavg X Xavg (2) Metode ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) Metode Interrupted Tme Seres Analyss (ITSA) adalah metode yang terkuat pada desan kuas-ekspermen yang dgunakan untuk mengevaluas efek longtudnal terhadap ntervens yang dlakukan. Analss regres tersegmentas pada data runtun waktu (tme seres) memungknkan untuk menla dalam hal beberapa aspek statstk, sepert berapa banyak ntervens yang mengubah hasl dengan segera dan dar waktu ke waktu; langsung 148

180 atau dengan keterlambatan; jangka pendek atau jangka panjang; atau apakah faktor-faktor lan selan ntervens bsa menjelaskan perubahan (Wagner et al, 2002). Data dkumpulkan dalam ITSA pada beberapa ttk waktu sebelum dan sesudah ntervens. Tujuannya untuk mendeteks bahwa ntervens yang dlakukan memlk efek sgnfkan yang lebh besar darpada trensekuler yang terjad. Metode yang dgunakan untuk ITSA adalah perbandngan statstk trend saat sebelum dan sesudah ntervens (lhat Gambar 1). Sebuah gambaran dar unsur-unsur umum analss regres tme-seres tersegmentas dsajkan pada Gambar 1. Analss memperkrakan pengaruh ntervens sementara memperhatkan trend waktu dan autokorelas antara pengamatan. Analss Interrupted Tme Seres umumnya menggunakan model ARIMA untuk menganalss datanya, tetap ada juga beberapa teknk statstk lannya yang dapat dgunakan yang bergantung pada karakterstk data, jumlah ttk data yang terseda dan autokorelas yang muncul. outcome (y) Slope pre Interventon Introduced Change n Level Slope post Tme (t) Sumber: Ramsey et al, 2003 Gambar 1. Hubungan antara Intervens dengan Outcome berdasarkan Perubahan Waktu dalam Analss Interrupted Tme Seres (ITS) Perkraan untuk koefsen regres sesua dengan dua ukuran efek standar dperoleh: perubahan dalam tngkat (juga dsebut' langkah perubahan') dan perubahan tren sebelum dan sesudah ntervens. Menurut Ramsay(2003), perubahan tngkat ddefnskan sebaga perbedaan antara tngkat yang damat pada ttk pertamakalnya ntervens dan yang dperkrakan oleh pra-ntervens waktu trend, dan perubahan tren ddefnskan sebaga perbedaan antara sebelum dan setelahadanya ntervens yang dgambarkan oleh tngkat 149

181 kemrngan (slope). Perubahan negatf dtngkat kemrngan dan akan menunjukkan penurunan, msalnya, tngkat nfeks. - Desan ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) Desan nterrupted tme-seres dapat juga dgambarkan sebaga perpanjangan dar one group pretest-post test desan-desan n dperpanjang dengan menggunakan berbaga pretests dan post-tests. Dalam jens desan kuas ekspermental, pengukuran berkala yang dlakukan pada kelompok sebelum presentas (nterups) ntervens untuk membangun dasar yang stabl. Mengamat dan menetapkan fluktuas normal varabel dependen atas waktu memungknkan penelt untuk lebh akurat mengnterpretaskan dampak dar ndependen varabel. Setelah ntervens, pengukuran lebh beberapa perodk dbuat. Ada empat varas dasar desan n: desan ITSA sederhana, desan ITSA pembalkan, desan beberapa runtun waktu, dan desan longtudnal (Kholstanngsh, 2005). Penjelasan vers serupa namun lebh lengkap dar desan ITSA djelaskan oleh Bglan et al (2013). Ia menjelaskan bahwa terdapat beberapa desan dalam ITSA, sepert: AB Desan, Multple Baselne Desan, dan ABA Desan, dan Desan Lannya. Untuk mengetahu pengaruh beberapa kebjakan terhadap knerja ndeks TFP usaha buddaya udang d Indonesa, dalam peneltan n dgunakan desan ITSA multple baselne. keyaknan besar bahwa manpulas dar peubah bebas (ndependent varable) yang bertanggung jawab untuk perubahan dalam tme seres jka ada beberapa tme seres, yang masng-masng menerma manpulas atau ntervens pada ttk yang berbeda dalam waktu. Desan d mana peubah bebas (ndependent varable) dmanpulas d ttk berbeda dalam waktu untuk tme seres, umumnya dsebut Desan Multple Baselne (Barlow et al., 1984; Barlow & Hersen, 1984). Secara teorts, ada dua tpe Desan Multple Baselne. Dalam Desan Multple Baselne pada kasus fenomena menark dukur berulang kal dalam dua atau lebh kasus dan manpulas peubah bebas (ndependent varable) terjad pada waktu yang berbeda untuk kasus yang berbeda. Salah satu kesultan dengan desan tersebut adalah bahwa mungkn dua atau lebh fenomena yang sedang dukur adalah salng berkatan dengan cara-cara yang menyebabkan semua mereka untuk berubah ketka ntervens dterapkan salah satu dar mereka (Barlow & Hersen, 1984). Barlow et al. (1984) telah menyebutkan perbandngan yang dapat dbuat dalam beberapa desan awal yang melbatkan beberapa ser waktu untuk menla apakah manpulas peubah bebas (ndependent varable) mempengaruh peubah bebas (dependent 150

182 varable). Pertama, dalam setap satu deret waktu dapat memerksa apakah kemrngan atau tngkat perubahan deret waktu ketka bebas bebas (ndependent varable) dmanpulas. Kedua, seseorang dapat membandngkan perubahan yang terkat dengan memanpulas peubah bebas (ndependent varable) dalam tme seres pertama dengan perubahan dalam tme seres yang tdak menerma manpulas peubah bebas (ndependen varable). Ketka perubahan dalam ser pertama adalah dtambah dengan tdak adanya perubahan dalam dua detk ser, kesmpulan bahwa peubah bebas (ndependent varable) membawa perubahan yang dperkuat. Ketga, dalam kelpatan dasar tga ser, efek peubah bebas (ndependen varable) pada ser kedua dapat dbandngkan dengan ser ketga kalnya. Replkas efek dalam ser kedua, dserta dengan tdak ada perubahan dalam ser ketga tdak dntervens (unntervened), bahkan memberkan bukt kuat pengaruh peubah bebas (ndependent varable). Spesfkas Model ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) Spesfkas model ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) dalam peneltan n berkatan dengan ntervens Program Revtalsas Industr Buddaya Udang d Indonesa dan kebjakan lannya yang pernah dmplementaskan oleh pemerntah pada tahap awal selama perode tahun , kemudan tahap kedua dmula lag sejak tahun 2012 hngga saat n (mash berlangsung). Dengan demkan penyusunan spesfkas model ITSA yang dgunakan dalam peneltan n merupakan spesfkas model ITSA dar kasus yang tersegmentas menurut perode (tahapan) mplementas program revtalsas, dan dstruktur dengan menggunakan Desan ITSA Multple Baselne dengan menggunakan regres yang tersegmentas, sebagamana yang pernah dgunakan oleh Wagner et al., (2002). Secara teorts, spesfkas model ITSA dengan regreses tersegmentas tersebut terdr dar dua jens, yatu: model tanpa mempertmbangkan aspek nteraks antarkebjakan, dan model dengan mempertmbangkan aspek nteraks antarkebjakan. Namun, dalam peneltan n dbatas hanya dengan menggunakan spesfkas model ITSA tanpa mempertmbangkan aspek nteraks antarkebjakan. Spesfkas model n mengkut prosedur yang melbatkan model regres sebelum ntervens kebjakan dan menggunakan model yang dhaslkan untuk membentuk lntasan hasl dalam perode waktu setelah kebjakan ntervens berupa kebjakan (polcy). Hal n dkut dengan pengamatan yang kontras pada pasca-ntervens dengan hasl yang mereka harapkan (dpredks oleh model regres) d bawah adanya ntervens kebjakan. Model berbass regres memlk fleksbltas untuk memperhtungkan kecenderungan sementara serta menyesuakan kovarat pentng dan nteraks mereka. Perbedaan antara hasl yang dharapkan dan data yang damat setelah perubahan kebjakan 151

183 yang kemudan drata-ratakan untuk memperkrakan efek kebjakan. Uj statstk yang resm sepert dua sample t-test, dapat dgunakan untuk menguj apakah terdapat perbedaan yang sgnfkan dalam efek kebjakan antara kelompok sasaran utama yang menark dan kelompok pembandng (Perancs dan Heagerty, 2008). Dengan demkan, model ITSA yang dgunakan dalam peneltan n dapat dspesfkas menggunakan analss regres tersegmentas tanpa mempertmbangkan aspek nteraks antarkebjakan, sebaga bekut (Wagner et al., 2002): Y t = β 0 + β 1 tme t + β 2 nterventon_1 t + β 3 tme after nterventon_1 t + β 4 nterventon_2 t + β 5 tme after nterventon_2 t + β 6 nterventon_2 t + β 7 x tme after nterventon_2 t + β 8 tme after nterventon_3 t + e t... (3) dmana: Y t = produktvtas buddaya tambak udang (produks per hektar) tme t = perode waktu usaha buddaya tambak udang pada tahun ke-t nterventon_1 t = ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 1 pada tahun ke-t tme after nterventon_1 t = perode waktu setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 1 pada tahun ke-t nterventon_2 t = ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 2 pada tahun ke-t tme after nterventon_2 t = perode waktu setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang tahap 2 pada tahun ke-t nterventon_3 t = ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t tme after nterventon_3 t = perode waktu setelah ntervens kebjakan penguatan sarana pengaran (rgas) tambak udang pada tahun ke-t β 0 = koefsen ntersep (dugaan level dasar dar produktvtas buddaya tambak udang pada saat dmulanya seres data) β 1 = koefsen parameter dugaan trend dasar perubahan produktvtas buddaya tambak udang per tahun pada segmen sebelum ntervens kebjakan β 2 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam level pada segmen setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 1 β 3 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam trend pada segmen setelah kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 1 β 4 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam level pada segmen setelah ntervens kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 2 β 5 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam trend pada segmen setelah kebjakan revtalsas buddaya tambak udang pada tahap 2 β 6 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam level pada segmen setelah ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang 152

184 β 7 e 1 = koefsen parameter dugaan perubahan dalam trend pada segmen setelah ntervens kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran (rgas) tambak udang = dugaan eror atau galat (peubah gangguan) ke-t Metode Pendugaan Model ITSA Pendugaan terhadap model ITSA dapat dlakukan dengan mengunakan pendugaan kemungknan maksmum (Maxmum Lkelhood Estmaton MLE) dan pendugaan Bayessan (Bayessan Estmatons - BE). pendugaan MLE yang dapat djelaskan sebaga berkut. Namun dalam peneltan dgunakan metode Menurut Juanda (2009), penduga kemungknan maksmum (Maxmum Lkelhood Estmators MLE) memfokuskan fakta bahwa populas-populas (yang dcrkan dengan parametrnya) berbeda dalam membangktkan contoh-contoh yang berbeda; suatu contoh apapun yang sedang dkaj kemungknan (peluang) nya lebh besar berasal dar beberapa populas darpada dar populas lannya. Msalnya, jka seseorang melakukan samplng dengan pelemparan-pelemparan kon dan kemudan dperoleh rata-rata contoh 0,5 (merepresentaskan setengahnya keluar angka dan setengahnya keluar gambar ), maka populas palng mungkn dar mana contoh dambl adalah suatu populas yang rata-ratanya ( X ) 0,5. Gambar 4 menglustraskan suatu kasus yang lebh umum dmana suatu contoh (Y 1, Y 2,..., Y 3) dketahu akan dambl dar suatu populas normal dengan ragam dketahu tap nla tengah tdak dketahu. Asumskan bahwa pengamatan-pengamatan berasal dar sebara (dstrbuton) A atau sebaran (dstrbuton) B. Jka populas (asal) sebenarnya adalah B, maka peluang bahwa kta telah memperoleh contoh tersebut dar B sangat kecl. Akan tetap jka populas (asal) sebenarnya adalah A, maka peluang bahwa kta telah memperoleh contoh tersebut dar A sangat besar. Jad, pengamatan-pengamatan memlh populas A sebaga populas asal yang palng mungkn telah membangktkan data pengamatan tersebut. Secara teorts, MLE ddefenskan sebaga suatu parameter β sebaga nla yang palng mungkn membangktkan pengamatan-pengamatan contoh Y 1, Y 2,..., Y 3. Secara umum, jka Y menyebar normal, dan masng-masng nla Y dambl secara bebas, maka MLE akan memaksmumkan nla: py py 2 1 p Y n... (4) dmana e = exponental, dan p(y ) merepresentaskan suatu peluang yang dkatkan, msalnya, dengan sebaran normal (normal dstrbuton). Jad MLE merupakan suatu fungs 153

185 dar contoh (sample) Y yang terambl, = 1, 2,..., n. Suatu contoh yang berbeda dapat menghaslkan keungknan maskmum (maxmum lkelhood - ML) yang berbeda. Persamaan (3) serng dsebut sebaga fungs kemungknan (lkelhood functon). Fungs kemungknan n tdak hanya tergantung dar nla-nla contoh Y tap juga parameter yang tdak dketahu (akan dduga). Dalam menggambarkan fungs kemungknan, kta serng berfkr bahwa parameter yang tdak dketahu (akan dduga) dapat bervaras, sedangkan yang tdak dketahu (akan dduga) dapat bervaras, sedangkan nla Y tetap. Prosedur metode MLE adalah dengan mencar dugaan parameter yang palng mungkn membangktkan data contoh tersebut, atau yang memaksmumkan fungs kemungknan pada Persamaan (3). Sebaga lustras, msalnya kta ngn mencar MLE mengena parameter dar model: Y... (5) X Sebagamana dketahu bahwa masng-masng Y menyebar normal dengan nla tengah (α + βx ), dan ragam σ 2. Sebaran peluang dapat dtulskan secara eksplst sebaga berkut: p 1 2 Y exp Y X Oleh karena tu, fungs peluang bersamanya (lkelhood functon) adalah: 2 Y, Y,, Y,, py py p 1 2 n, 1 2 Y n... (6)... (7) n 1 1 Y, exp Y X (8) Karena vektor pengamtan tetap, maka fungs kemungknan pada Persamaan (8) 2 hanya merupkan funsg dar vektor parameter,, yang tdak dketahu. Kta ngn mencar nla α, β, dan σ 2 yang menghaslkan fungs kemungknan bernla maksmum. Untuk n, kta turunkan fungs Persamaan (8) terhadap masng-masong dar tga parameter yang tdak dketahu tersebut, kemungknan hasl turunannya dsamakan dengan nol, dan dcar nla dugaan dan tga parameter tersebut. Sebenarnya lebh mudah mencar turunan n dengan terlebh dahulu mentrasformas 4 Persamaan (8) ke dalam bentuk logartma (natural) nya, sehngga dperoleh fungs log lkelhood sebaga berkut: n n n 2 1 ln 2 ln Y X 2 L ln... (9) Turunan parsal Persamaan (9) terhadap α, β, dan σ 2 menghaslkan: Transformas monoton, dengan pengertan jka 1 2, maka L 1 < L 2 karena nla selalu negatf 154

186 L 1 L 1 L Y X 2 X Y X 0 2 n (10) 0... (11) X 2 X Y 0...(12) Solus Persamaan (10) sampa Persamaan (12) menghaslkan penduga kemungknan maksmum (Maxmum Lkelhood Estmator - MLE) sebaga berkut: X Y X ;... (13) Y X X Y Y 2 ; 2 X X n Jelaslah bahwa nla dugaan α dan β dengan metode MLE sepert pada Persamaan (13) sama dengan snla dugaan dengan metode OLS. Oleh karena tu, kedua metode n menghaslkan penduga α dan β yang bersfat BLUE (Best Lner Unbased Estmators). Akan tetap nla dugaan σ 2 dengan metode maxmum lkelhood (ML) bersfat bas meskpun konssten, tdak sama dengan nla dugaan σ 2 dengan metode OLS. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Telaah Dnamka Produktvtas Buddaya Tambak Udang d Indonesa Pertumbuhan ndeks output, ndeks nput, dan ndeks TFP perode tahun dsajkan pada Gambar 6, sedangkan pertumbuhan per perode dsajkan pada Tabel 1. Berdasarkan Gambar 6, pada sepanjang perode ndeks output mencapa puncaknya yang menngkat menjad sebesar 266,39% pada tahun 2008 yang kemudan menurun hngga tahun 2013, dan ndeks nput mencapa puncaknya yang menngkat menjad sebesar 439,26% pada tahun 2008 yang kemudan menurun hngga tahun 2013, sedangkan ndeks TFP relatf stagnan. Artnya, pertumbuhan output lebh dsebabkan pertumbuhan nput (faktor produks) --bukan karena pertumbuhan TFP--, terutama pertumbuhan benur, obat-obatan, energ, dan pakan. Berkut dsajkan pembahasan perkembangan output, nput, dan TFP perode peneltan. Hal n dsebabkan belum dapat d atasnya masalah penyakt. - Perkembangan Output, Komodtas udang d Indonesa dperoleh dar hasl buddaya d tambak dan hasl penangkapan yang berasal dar tangkapan d laut dan d peraran umum. Perkembangan 155

187 kuanttas produks udang berdasarkan sumbernya dsajkan pada Gambar 1, Tabel 1, dan Tabel 2. Gambar 1 memperlhatkan adanya penngkatan cukup sgnfkan pada udang hasl buddaya, sedangkan udang hasl tangkapan relatf stagnan. Dalam perkembangannya sejak tahun 1983 hngga 2013, produkts udang Indoneda dar hasl kegatan usaha buddaya pada perode sebelum tahun 1991 mash berada d bawah tngkat produks hasl tangkapan. Kemudan pada perode 1991 hngga 1993, produks udang hasl usaha buddaya pernah hampr menyama produks udang tangkap, namun kembal d bawah udang tangkapan hngga tahun 1997, meskpun dengan kecenderungan yang menngkat. Dalam perkembangannya sejak tahun 1997 hngga 2005, knerja produks udang Indonesa mengalam pernurunan d bawah perode Hal n dduga karena adanya serangan wabah penyakt udang tambak yang sangat menggangu produks udang d Indonesa. Namun tngkat produks tersebut tetap menunjukkan kecenderungan yang menngkat hngga kembal menyama produks udang tangkap pada tahun 2005 dan bahkan mampu melampau produks udang tangkap pada tahun-tahun berkutnya hngga sekarang. Sumber: Statstk Perkanan Buddaya dan Statstk Perkanan Tangkap (berbaga eds) Gambar 5. Perkembangan Produks Udang Indonesa Hasl Buddaya d Tambak dan Hasl Penangkapan,Tahun Kemudan berdasarkan data pada Tabel 1, terjad penngkatan produks udang hasl buddaya sampa dengan tahun 2008, dan terjad penurunan produks pada tahun 2009 kemudan mesk secara perlahan terus mengalam penngkatan kecual pada tahun 2013 yang menngkat secara drasts. Selama horzon data 1983 hngga 2013, tampak bahwa terdapat 156

188 kecenderungan penngkatan produks udang buddaya, sebalknya pada udang hasl perkanan tangkap yang mengalam kecenderungan semakn menurun. Terjad dua waktu dmana produks udang buddaya hampr menyama produks udang tangkap, yatu pada tahun 1992 dan tahun Selanjutnya pada perode tahun 2004 terjad konds berbalkan (trajectory) antara udang dar hasl buddaya dan tangkap, dmana udang hasl buddaya mengalam penngkatan yang lebh tngg dbandngkan udang hasl tangkapan. Tabel 1. Produks Udang dar Hasl BuddayaTambak Indonesa Menurut Varetas, Tahun (ton) Tahun Udang Wndu Udang Puth Udang Vaname Udang Ap-ap Udang Lannya Total ,550 8,316-11, , ,315 9,421-12, , ,068 12,001-12, , ,424 13,575-11, , ,202 16,951-13,754 3,014 55, ,450 17,793-15, , ,676 15,520-15,032 1,143 94, ,355 17,590-20,961 1, , ,811 19,337-20,248 3, , ,358 21,779-21, , ,285 29,167-22, , ,193 23,860-25,353 2, , ,344 31,676-24,196 1, , ,237 28,822-26, , ,317 30,609-40, , ,824 22,589-20, , ,726 28,872-19, , ,759 28,965-20, , ,603 25,862-19, , ,840 24,708-21, , ,836 35,249-22, , ,399 33,797 53,217-20, , ,682 27, ,874-13, , ,867 36, , , ,113 16, ,966-27, , ,930 32, ,648-32, , ,561 22, ,969-19, , ,519 16, ,578-30, , ,157 10, , , ,311 13, ,663-27, , ,318 17, ,189-28, ,

189 Sumber: Statstk Perkanan Buddaya (berbaga terbtan) Berdasarkan varetas, sampa dengan tahun 2006 produks udang wndu mengalam penngkatan, dan sejak tahun 2007 produks udang vaname telah melampau udang wndu (Tabel 1), sebalknya, udang hasl penangkapan relatf stabl (Tabel 2). Kemudan berdasarkan varetas dapat pula dtunjukkan bahwa udang puth mendomnas dsusul jens udang lannya. Dbandngkan dengan udang hasl buddaya, sze/ukuran udang hasl tangkapan memlk keragaman cukup besar. Tabel 2. Produks Udang Hasl Penangkapan Menurut Varetas, Tahun (ton) Tahun Udang Wndu Udang Puth Udang Dogol Udang Krosok Udang Ratu/Raja Udang Karang/Barong Udang Lannya ,726 37,380 15, , , ,209 26,128 14, , , ,431 29,610 13, , , ,097 32,887 16, ,257 52, , ,720 35,766 17, , , ,301 42,750 17, ,319 80, , ,003 42,925 15, , , ,647 41,330 14, , , ,743 41,731 16, ,398 78, , ,649 47,726 16, ,398 83, , ,116 43,925 15, ,208 79, , ,960 47,237 20, ,021 91, , ,501 50,477 22, ,852 81, , ,393 53,913 22, ,463 89, , ,929 53,924 32, ,021 95, , ,047 62,192 40, ,394 87, , ,223 64,179 33, , , , ,987 66,644 38, ,596 98, , ,759 65,269 36, , , , ,088 69,508 33, ,758 95, , ,190 66,501 34, , , , ,533 68,699 38,438 2, ,439 95, , ,380 61,950 31,506 6, ,648 71, , ,460 59,838 26,859 4, ,254 93, , ,036 81,193 33,455 6, ,705 90, , ,492 73,870 34,718 5,922 1,011 9,896 85, , ,637 71,993 46,740 6, ,892 80, , ,319 76,419 39,605 15, ,651 59, , ,417 83,619 47,272 20,077 1,738 10,541 70, , ,959 87,405 45,227 17,692 3,258 13,549 67, ,032 Total 158

190 ,851 87,069 45,053 17,624 3,245 13,497 67, ,020 Sumber: Statstk Perkanan Tangkap (berbaga terbtan) Selanjutnya berdasarkan data pada Tabel 3, pada keseluruhan perode , laju pertumbuhan output tertngg terjad pada udang vaname dsusul kan bandeng, dan udang wndu. Dduga karena udang vaname memlk produktvtas lebh tngg. Akan tetap, dar ss pangsa terhadap penermaan urutannya yatu udang wndu, udang vaname dan kan bandeng. Udang wndu memlk pangsa terhadap total penermaan lebh tngg dbandngkan udang vaname dkarenakan harga jualnya relatf lebh tngg. Tabel 3. Rata-rata Pertumbuhan Output dan Penggunaan Input Buddaya Tambak Udang Indonesa, Tahun No. Varabel Perode Pengamatan A. OUTPUT 1. Udang Wndu (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 5,14 10,0-2,4 12,6 0,4 6,10 Pangsa udang wndu terhadap 58,81 70,1 64,7 69,0 48,5 30,41 total penermaan (%) 2. Udang Vaname (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 27, ,30 15,31 Pangsa udang vaname 14, ,86 39,86 terhadap total penermaan (%) 3. Udang Puth (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 5,08 11,5-0,5 6,8 38,2-6,98 Pangsa udang puth terhadap 7,41 17,6 19,9 12,0 38,7 2,20 total penermaan (%) 4. Ikan bandeng (ton) Laju pertumbuhan/tahun (%) 7,37 8,4-0,3 8,2 4,8 16,05 Pangsa kan bandeng terhadap total penermaan (%) 18,67 12,3 15,4 19,0 12,8 25,58 Sumber: Data sekunder dolah (2015) Berdasarkan empat perode pengamatan, pada tahun laju pertumbuhan output bak untuk udang wndu, udang puth, maupun kan bandeng bernla negatf. Hal tersebut dduga karena belum berhasl d atasnya penyakt. Pada perode tahun , udang tambak terserang penyakt Monodon Baculo Vrus (MBV). Konds tersebut berlanjut sehngga pada tahun 2000/2001 dan sampa sekarang. Menurut Wdgdo (2005) akbat serangan penyakt, kuanttas ekspor tahun 2000 turun menjad 70 rbu ton dan 90% dar 350 rbu ha tambak dalam konds terlantar. Pada perode , laju pertumbuhan output menjad postf yatu sebesar 12.6% untuk udang wndu, 6.8% untuk udang vaname, dan 8.2% untuk kan bandeng. Penngkatan tersebut dduga karena tersedanya sumber ar hasl dar pembangunan jarngan rgas melalu dana SPL-OECF/JBIC dengan nla sektar Rp300 mlyar. Penngkatan produks 159

191 juga dduga akbat perubahan kewenangan dar semula setngkat Dtjen Perkanan menjad setngkat Kementeran (Departemen Eksploras Laut dan Perkanan/DELP) pada akhr tahun 1999 dan terdapat penngkatan anggaran. Pada perode berkutnya yatu , laju pertumbuhan udang wndu jauh berkurang, dan udang vaname memlk laju pertumbuhan tertngg. Pangsa penermaan dar udang vaname juga menngkat, akan tetap mash lebh rendah dbandngkan pangsa penermaaan dar udang wndu. Adanya pergantan dar udang wndu menjad udang vaname, secara tdak langsung cukup membantu Indonesa dalam menghaslkan devsa, serta mempertahankan pangsa pasar. - Perkembangan Input (Faktor Produks), Berdasarkan data pada Tabel 4, pangsa pengeluaran faktor produks terhadap baya total terbesar adalah pakan, dsusul upah, energ, benur, pupuk dan obat. Pakan merupakan penyumbang terbesar pada sstem ntensf, sedangkan upah tenaga kerja merupakan penyumbang terbesar sstem usaha buddaya non ntensf (sem-ntensf dan ekstensf). Tabel 4. Rata-rata Pertumbuhan Penggunaan Input Buddaya Tambak Udang Indonesa, Tahun Perode Pengamatan No. Varabel Benur (juta ekor) Laju pertumbuhan/tahun 28,17 53,0 53,3 13,5 12,2 13,92 (%) Pangsa baya benur 13,32 13,0 14,6 17,8 9,9 11,30 terhadap total pengeluaran (%) 2. Pupuk (rbu lter) Laju pertumbuhan/tahun 10,24 7,1 1,4 4,1 22,1 16,52 (%) Pangsa baya pupuk 0,6 0,7 0,4 0,6 0,6 0,5 terhadap total pengeluaran (%) 3. Tenaga Kerja(OH) Laju pertumbuhan/tahun 6,43 5,4 4,0 9,6 6, (%) Pangsa upah tenaga kerja 32,29 31,6 30,1 34,1 30,4 35,23 terhadap total pengeluaran 4. Pakan (rbu kg) Laju pertumbuhan/tahun 10,64 9,9-1,9 10,4 16,1 18,69 (%) Pangsa baya pakan 39,80 42,8 39,5 38,3 42,7 35,70 terhadap total pengeluaran (%) 5. Obat-obatan(rbu lter) Laju pertumbuhan/tahun 20,13-5,5 15,6 9,1 36,8 44,65 160

192 (%) Pangsa baya obat terhadap 0,3 0,3 0,1 0,4 0,2 0,3 total pengeluaran (%) 6. Energ (rbu KwH) 426, ,869 Laju pertumbuhan /tahun 44,08 38,6 22,8 1,9 53,0 104,1 (%) Pangsa baya energ terhadap total pengeluaran (%) 15,4 11,7 15,5 8,9 16,6 24,3 Sumber: Data sekunder dolah (2015) Dar lma perode pengamatan, penggunaan benur tumbuh 53.0% per tahun pada perode , dsusul energ 22.8% per tahun. Hal tersebut dduga karena adanya upaya ntensfkas, dan pada saat bersamaan juga terjad serangan penyakt sehngga pembuddaya berupaya menambah kncr yang menyebabkan baya pengeluaran untuk energ dan obat-obatan menngkat. D lan phak, laju pertumbuhan pakan bernla negatf dduga karena berkurangnya masa pemelharaan akbat terserang penyakt, dan berkurangnya penggunaan pakan akbat kenakan harga pakan pada saat krss moneter. Pada perode pangsa pengeluaran untuk energ menngkat karena terjadnya kenakan harga BBM. Pergantan dar udang wndu ke udang vaname juga menyebabkan terjadnya penngkatan padat tebar sehngga pemakaan pakan dan kncr menjad lebh banyak. Adapun penngkatan laju pertumbuhan penggunaan obat, dduga terkat dengan serangan penyakt yang belum dapat sepenuhnya datas. - Perkembangan Produktvtas (Indeks TFP), Gambar 6 memperlhatkan hasl analss perkembangan ndeks TFP buddaya udang tambak d Indonesa selama perode Berdasarkan Gambar 6, dketahu bahwa selama kurun waktu peneltan (perode ), telah terjad beberapa mplementas kebjakan/program berkatan konds usaha buddaya udang tambak d Indonesa. Sepert adanya kegatan rehabltas dan pembangunan saluran tambak melalu SPL-JBIC/INP-23 perode tahun yang dduga mampu menahan penurunan TFP dar perode sebelumnya. Pada perode n dtunjukkan pula Tren ndeks TFP yang menngkat, hal n dduga d sampng karena dukungan rehabltas dan pembangunan saluran tambak juga karena ntroduks udang vaname. Namun, pada tahun 2002 ndeks TFP kembal menurun karena serangan penyakt. Setelah perode tahun 2002, ndeks TFP secara perlahan menngkat meskpun mash dalam konds fluktuatf. Konds sepert n tampak terus berlangsung hngga tahun 2014, dan tampak menonjol penngkatannya pada tahun 2006 dan Hal n dduga berhubungan dengan dlaksanakannya program revtalsas pada perode I ( ) dan perode II sejak tahun 2012 dan mash terus berlangsung hngga saat n. 161

193 Program Udang Nasonal, Intoduks Resm Vaname Intoduks Tdak Resm Vaname Inbudkan Protekan MBV YHV TSV, WSSV, IMNV Irgas: SPL/JBIC Revtalsas-1 Revtalsas- Sumber: Hasl Pengolahan Data (2015) Gambar 6. Indeks TFP Buddaya Udang Indonesa menurut Harga Konstan Tahun 1989 =100, Selama Era Ssa Kejayaan ( ), Era Penurunan Knerja ( ), dan Era Kebangktan/Revtalsas ( ) Secara keseluruhan sejak perode tahun 1989 hngga 2014, tampak knerja TFP buddaya udang Indonesa mash belum optmal. Hal n dduga dsebabkan oleh beberapa faktor, dantaranya adalah serangan penyakt yang belum sepenuhnya dapat datas, dan benur belum sepenuhnya bebas penyakt dan bersertfkat. Berdasarkan Gambar 28, tampak bahwa serangan penyakt berpengaruh negatf dan sgnfkan terhadap TFP. Udang tambak termasuk yang rentan terkena serangan penyakt. Jens vrus yang menyerang tersebut antara lan: Whte Spot Syndrome Vrus (WSSV), Taura Syndrome Vrus (TSV), dan Infectous Myo Necross Vrus (IMNV). Sebaga lustras, produks udang tambak tahun 2009 hanya sebanyak rbu ton dar target rbu ton, atau turun dar capaan tahun 2008 sebanyak rbu ton. Penyebabnya, udang d dua wlayah utama yatu Lampung dan Jawa Tmur terkena serangan penyakt yang dsebabkan oleh vrus. Serangan penyakt tersebut tdak hanya menyerang udang yang dpelhara oleh tambak perorangan, akan tetap termasuk juga perusahaan terntegras. Kuanttas produks perusahaan terntegras dbawah PT. CP Prma Grup, pada tahun 2008 mencapa sektar 97 rbu ton, sedangkan pada tahun 2009 hanya sektar 57 rbu ton. Produktvtas udang turun dar 20 ton per Ha menjad ton per ha. 162

194 Dar hasl pengamatan lapang, sektar 70% responden menyatakan faktor yang palng menentukan keberhaslan buddaya udang adalah terhndarnya dar serangan penyakt. Responden menyebutkan bahwa rata-rata udang mereka mula terserang penyakt pada umur pemelharaan 30 sampa dengan 60 har. Upaya yang dlakukan untuk mengatas pengurangan rsko serangan penyakt dlakukan dengan menggant varetas yang dgunakan dar udang wndu ke udang vaname. Upaya lannya yatu melalu penurunan padat tebar. D sampng tu, kemampuan dan akses ke modal untuk pembuddaya skala kecl juga terbatas. Penerapan teknolog lebh bersfat anjuran dan paket teknolog yang dhaslkan oleh Unt Pelakaana Tekns (UPT) lngkup Dtjen Perkanan Buddaya dan Badan Ltbang juga belum banyak dadops oleh pembuddaya karena keterbatasan pembayaan. Selan tu, kegatan pemerntah lebh banyak kepada pemberan bantuan langsung kepada pembuddaya skala kecl, dan tdak langsung terkat dengan penngkatan produktvtas karena keterbatasan anggaran. Pengaruh Beberapa Kebjakan terhadap Produktvtas Buddaya Udang d Indonesa Pengaruh kebjakan terhadap knerja produktvtas (TFP) usaha buddaya udang d Indonesa dfokuskan pada tga buah kebjakan, yatu: (1) Kebjakan Penguatan Sarana Infrastruktur Pengaran melalu program pembangunan dan rehabltas saluran rgas tambak yang telah dlakukan bekerjasama dengan Kementeran Pekerjaan Umum sejak tahun 1999-sekarang; (2) Kebjakan Revtalsas Tambak Udang Nasonal Tahap 1 yang dlakukan pada tahun melalu Kerangka Kebjakan Revtalsas Perkanan Nasonal; dan (3) Kebjakan Revtalsas Tambak Nasonal Tahap 2 yang dmplementaskan melalu program demfarm (tahun 2012 hngga sekarang). Ketga kebjakan tersebut danalss pengaruhnya terhadap dnamka produktvtas (TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Berdasarkan hasl pengujan pendekatan ITSA tanpa mempertmbangkan nteraks antarkebjakan yang dduga menggunakan metode pendugaan Kemungknan Maksmum (Maxmum Lkelhood Estmatons MLE), sepert dtunjukkan pada Tabel 5 dapat dketahu bahwa kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran pada taraf α =5% berpengaruh cukup nyata terhadap produktvtas (Total Factor productvty - TFP) usaha buddaya udang nasonal, sedangkan kebjakan Revtalsas Tahap 1 dan 2 pada taraf α =10% belum secara nyata mempengaruh TFP usaha buddaya udang d Indonesa. Satu dar kekuatan stud menggunakan metode Interrupted Tme Seres Analysys (ITSA) adalah dperolehnya gambaran ntutf hasl presentas secara grafs dan pemerksaan secara vsual sepanjang waktu sebaga langkah awal ketka dlakukan analss data tme 163

195 seres. Secara vsual kta membandngkan pola seres waktu sebelum ntervens kebjakan dengan pola setelah ntervens kebjakan dan kemudan menla (assess) jka setelah nvetsn kebkjakan, pola seres waktu mengalam perubahan secara notsabel (notceably) dalam hubungannya dengan pola konds sebelum ntervens kebjakan. Tabel 5. Hasl Pendugaan Beberapa Faktor yang Mempengaruh Knerja Total Factor Productvty Usaha Buddaya Udang d Indonesa Descrptons Coeffcent Standart Error a. Full segmented regresson model t- statstc P- value Sgnfcancy Intercept (β 0) *** Baselne trend (β 1) ns Level change after rrgaton rehabltaton polcy (β 2) Trend change after rrgaton rehabltaton polcy (β 3) Level change after frst revtalzaton polcy (β 4) Trend change after frst revtalzaton polcy (β 5) Level change after second revtalzaton polcy (β 6) Trend change after second revtalzaton polcy (β 7) *** ns ns ns ns ns b. Most parsmonous segmented regresson model Intercept (β 0) *** Level change after rrgaton rehabltaton polcy (β 2) Level change after frst revtalzaton polcy (β 4) Level change after second revtalzaton polcy (β 6) *** ns ns Sumber: Hasl pengolahan data sekunder (2015) Keterangan: *** = nyata pada taraf α = 0,01; ** = nyata pada taraf α = 0,05; * = nyata pada taraf α = 0,10; dan ns = tdak nyata Untuk tu, lhat ttk data pada Gambar 6, kta dapat mengetahu adanya ttk-ttk data yang menunjukkan kecendenderungan tdak terus menurun, tetap cenderung menngkat meskpun pada rentang yang sempt. Sepert ttk data pada tahun 1999 yang tampaknya mengndkaskan adanya pengaruh ntervens kebjakan yang mampu menahan penuruan TFP usaha buddaya udang Indonesa pada tahun-tahun (ttk-ttk data) setelahnya. 164

196 Sementara pada ttk-ttk data sebelumnya, yatu sejak tahun 1989 hngga 1989 cenderung terjad tren yang menurun akbat adanya tekanan produks akbat serangan penyakt pada udang wndu dar vrus Whte Spot Syndrome Vrus (WSSV), Taura Syndrome Vrus (TSV), dan Infectous Myo Necross Vrus (IMNV). MBV dan YHV. Namun sejak adanya ntervens kebjakan rehabltas saluran rgas tambak melalu program pembangunan dan rehabltas saluran rgas tambak yang telah dlakukan bekerjasama dengan Kementeran Pekerjaan Umum sejak tahun 1999-sekarang yang dkut dengan ntroduks udang vaname, tampak tekanan produks udang d Indoneaa relatf tertahan, sehngga dapat mendongkrak knerja ndeks TFP usaha buddaya udang Indonesa pada tahun-tahun berkutnya. Secara statstk, dengan menggunakan model ekonometrka ITSA yang dduga berdadsakan metode Kemungknan Maksmum (Maxmum Lkelhood Estmatons MLE), dktehau bahwa perubahan level kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran tersebut berpengaruh cukup nyata terhadap produktvtas (Total Factor productvty - TFP) usaha buddaya udang nasonal, pada taraf α =5% dengan koefsen parameter sebesar 0,3926. Angka koefsen parameter tersebut berart bahwa setap penngkatan penguatan kebjakan tersebut sebesar 10% akan menngkatkan knerja ndeks TFP usaha buddaya udang Indonesa sebesar 39,26%. Namun, dalam hal perubahan tren, kebjakan tersebut pada taraf α =10% tdak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap knerja TFP usaha buddaya udang Indonesa. Fenome yang serupa dengan pengaruh ntervens kebjakan penguatan sarana rgas tambak tersebut juga dtunjukkan oleh pengaruh ntervens kebjakan revatalsas buddaya tambak udang tahap 1 dan tahap 2. Namun, kedua kebjkan tersebut bak pada perubahan level maupun perubahan tren kebjakan, keduanya pada taraf α =10% tdak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal n dduga karena mplementas kebjakan revtalsas usaha buddaya tambak udang d Indonesa belum dmplementas pada skala yang massf, tetap mash terbatas pada beberapa daerah d Indonesa yang dlakukan secara sporadk d beberapa kecamatan sentra buddaya udang. Oleh karena tu, pada tngkat nasonal pengaruhnya terhadap penngkatan produktvtas (TFP) udang Indonesa belum memberkan pengaruh yang nyata. D sampng tu, juga dduga karena berdasarkan hasl pengamatan d lapang mash dtemukan beberapa hal yang berkontrbus terhadap pengaruh yang tdak nyata tersebut. Hal-hal tersebut, sepert terkat dengan kurang ntensfnya sosalsas dan montorng terkat dengan penguasaan teknolog anjuran dan pemanfaatan bantuan program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa, dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata yang dselaraskan dengan program daerah dan dsesuakan dengan konds spesfk wlayah untuk menjaga keberlanjutannya, dan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda 165

197 sarana, phak mtra dan sektor perbankan untuk lebh berpartspas dalam mendorong percepatan ndustr buddaya udang d Indonesa. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesmpulan Dnamka knerja ndeks produktvtas (Total Factor Productvty TFP) usaha buddaya udang d Indonesa selam perode 1989 hngga 2013 mengalam konds pasangsurut tetap mash berada d bawah (belum melampau) knerj TFP tahun 1998, serta dwarna oleh konds yang menghambat knerja ndeks TFP tersebut sepert serangan penyakt, dan konds yang mendukung sepert ntervens berbaga kebjakan yang terkat. Kebjakan penguatan sarana rgas tambak yang dmplementas melalu program rehabltas dan pembangunan saluran pengaran/rgas tambak udang sejak tahun 1999 hngga sekarang ternyata memberkan pengaruh yang nyata dalam memperbak knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Sementara, kebjakan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa tahap satu yang dmplementas pada tahun maupun tahap dua yang dmplementas sejak tahun 2012 hngga sekarang ternyata tdak berpengaruh nyata dalam memperbak knerja produktvtas (ndeks TFP) usaha buddaya udang d Indonesa. Implkas Kebjakan Untuk mempercepat capaan knerja program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, perlu dlakukan beberapa alternatve kebjakan, yatu: (1) Menngkatkan jumlah wlayah penerma program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa, yang dkut dengan mengntensfkan sosalsas dan montorng terkat dengan penguasaan teknolog anjuran dan pemanfaatan bantuan program revtalsas buddaya udang tambak d Indonesa. (2) Menngkatkan dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata yang dselaraskan dengan program daerah dan dsesuakan dengan konds spesfk wlayah untuk menjaga keberlanjutannya. (3) Menngkatkan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda sarana, phak mtra dan sektor perbankan untuk lebh berpartspas dalam mendorong percepatan ndustr buddaya udang d Indonesa DAFTAR PUSTAKA 166

198 Ashok, K.R. dan R. Balasubramanan Role of Infrastructure n Productvty and Dversfcaton of Agrculture. South Asa Network of Economc Research Insttutes (SANEI), Pakstan Insttute of Development Economcs, Islamabad, Pakstan. Aswathy, N., R. Narayanakumar, S.S. Shyam, V.P. Npnkumar, S. Surakose, R. Geetha, and N.K. Harshan Total Factor Productvty n Marne Fsheres of Kerala. Indan, J. Fsh., 60(4): 77-80, Avla, A.F.D. dan R.E. Evenson Total Factor Productvty Growth n Agrculture: the role of technologcal captal. Yale Unversty, New Heaven. Bglan, A., A. Dennd, A.C. Wagenaar The Value of Interrupted Tme-Seres Experments for Cummunty Intertventon Research. Preventon Scence, Vol. 1. No. 1, Cordero, M. F.J., Ftzgerald, W.J., dan Leung, P.S Evaluaton of Productvty n Extensve Aquaculture Practces Usng Interspasal TFP Indeks, Sulawes, Indonesa. Journal of Asan Fsheres Scence. Asan Fsheres Socety, Manla, Phlppnes. Hal Dtjen Perkanan Buddaya Revtalsas Udang Vaname akan Dperluan. Dunduh dar Webste Akan-Dperluas-- html pada tanggal 24 Februar DJPB DKP Laporan Survey Udang Tambak Pembuddaya dan Perusahaan Perkanan Buddaya. Subdt Data dan Statstk Perkanan Buddaya, Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya. Departemen Kelautan dan Perkanan, Jakarta. Drektorat Jenderal Perkanan Statstk Perkanan Indonesa. Departemen Pertanan, Jakarta. DJPB Laporan Kegatan: Revtalsas Tambak Udang Th dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Buddaya Udang Nasonal. Jakarta: Drektorat Jenderal Perkanan Buddaya Kelautan dan Perkanan. DJPB Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan Dunduh dar webste pada tanggal 30 Jun DKP Revtalzaton Aquaculture Departemen Kelautan dan Perkanan, Jakarta. Ehu, S. K. dan Jabbar, M. A Measurng Productvty n Afrcan Agrculture: A Survey of Applcaton of the Superlatve Indeks Number Approach. Soco-economcs and Polcy Resources Workng Paper 38. ILRI (Internatonal Lvestock Research Insttute). Narob. Kenya. 22 p. Evenson, R. E. dan Fugle, K. O Technology Captal: The Prce of Admsson to the Growth Club. Makalah dpresentaskan dalam Konfrens Internasonal Ekonom Pertanan ke Agustus Bejng. FAO (Food and Agrculture Organzaton) Producton, Accessblty, Marketng and Consumton Patterns of Freshwater Aquaculture Products n Asa: A Cross-Country Comparson. FAO. Rome. 167

199 Fugle, KO Productvty Growth n Indonesa Agrculture, Bulletn of Indonesan Economc Studes, Vol. 40, No. 2. Geoffrey, M., D.DeMatteo, D.Festnger Essentals of Research Desgn and Methodology. New Jersey: John Wlley and Sons. Gottschalk, L. 1975/ Pengantar Metode Sejarah. Unverstas Indonesa. Jakarta. Iyengar, N.S. dan P. Sudarshan A Method of Classfyng Regons from Multvarate data, Economc and Polcy Weekly, Vol. 17 (51), pp: Juarno, O Daya Sang Udang Tambak Indonesa d Pasar Internasonal terkat dengan Penngkatan Produktvtas dan Mutu. Dsertas IPB. Tdak dpublkaskan. Bogor. Kan A.K., M. Iqbal, and T. Javed Total Faktor Productvty and Agrcultural Research Relatonshp: Evdence from Crops Sub-Sector of Pakstan s Punjab. European Journal of Scentfc Research, 23(1): KKP (Kementeran Kelautan dan Perkanan) Pembangunan Kelautan dan Perkanan Tahun Kementeran Kelautan dan Perkanan, Jakarta. Kumar. A., Jha, D. and Pandey, U. K Total factor productvty of the lvestock sector n Inda. In: Josh, P. K., Pal, S., Brthal, P. S. and Bantlan, M. C. S. (Eds.), Impact of agrcultural research: Post-Green Revoluton evdence from Inda. Natonal Centre for Agrcultural Economcs and Polcy Research, New Delh, Inda and Internatonal Crops Research Insttute for the Sem-Ard Tropcs, Patancheru, Andhra Pradesh, Inda, p Kumar P, S Mttal dan M Hossan Agrcultural Growth Accountng and Total Factor Productvty n South Asa: A Revew and Polcy Implcatons. Agrcultural Economcs Research Revew. Vol 21 July December 2008 pp Laktan, B Kontrbus Teknolog dalam Pencapaan Ketahanan Pangan. Kementeran Negara Rset dan Teknolog. Tdak dpublkaskan. Jakarta. Looney RE The Impact of Infrastructure on Pakstan s Agrcultural Sector. The Journal of Developng Areas, 28 (July 1994): Martnez Cordero F.J, W.J. Ftgerald and PS. Leung Evaluaton of Productvty n Extensve Aquaculture Practces Usng Interspatal TFP Index, Sulawes, Indonesa. Asan Fsheres Scence, 12 : Asan Fsheres Socety, Manla, Phlppnes. Maulana, M, Peranan Luas Lahan, Intenstas Pertanaman dan Produktvtas sebaga Sumber Pertumbuhan Pad Sawah d Indonesa. Jurnal Agro ekonom, 22(1): Mnstry of Marne Affars and Fsheres The Revtalzaton of Aquaculture Jakarta: Mnstry of Marne Affars and Fsheres. Nayak P Infrastructure: Its Development and Impact on Agrculture n North-East Inda. Journal of Assam Unversty, vol. IV (1): Nazr, M Metode Ilmah. Ghala Indonesa. Jakarta. 168

200 Pska, R. S. dan Nak, S. J. K Fresh Water Aquaculture. Intermedate Vocatonal Course State Insttute of Vocatonal Educaton Unversty College of Scence Osmana Unversty. Hyderabad. Pusdatn Revtalsas Perkanan Jakarta: Pusat Data, Statstk dan Informas Departemen Kelautan dan Perkanan. Ramsay, C.R., L. Matowe, R. Grll, J.M. Grmshaw, and R.E. Thomas Interrupted Tme Seres Desgns n Health Technology Assesment: Lessons From Two Systematc Revews of Beahvour Change Strateges. Internatonal Journal of Health Technology Assesment n Health Care; 19: Suparyat, A Analss Dampak Keterbukaan Ekonom dan Stabltas Makroekonom terhadap Pertumbuhan Total Factor Productvty Indonesa. Thess Program Pascasarjana Fakultas Ekonom Unverstas Indonesa. Tdak dpublkaskan. Squres, D Index Number and Productvty Measurement n Multspeces Fsheres: An Applcaton to the Pacfc Coast Trawl Feet. NOAA Techncal Report NMFS 67. U.S. Department of Commerce. Wagner, A.K., S.B. Soumera, F. Zhang and D. Ross-Degnan Segmented Regresson Analyss Of Interrupted Tme Seres Studes In Medcaton Use Research. Journal of Clncal Pharmacy and Therapeutcs (2002) 27, Wang, J. J.J., S. Walter, R. Grzebeta, and J. Olver A comparson of Statstcal Methods n Interrupted Tme Seres Analyss to Estmate an Interventon Effect. Proceedngs of the 2013 Australan Road Safety Research. Polcng and Educaton Conference 28 th 30 th August, Brsbane, Queensland. Wepng and Yng, (2007); Wepng C and D Yng Total Factor Productvty n Chnese Agrculture: The Role of Infrastructure. 2 (2) : DOI /s , Front, Econ, Chna. Wdarjono, A. Ekonometrka: Teor dan Aplkas untuk Ekonom dan Bsns. Edss Kedua. Penerbt Ekonsa. Fakultas Ekonom UII, Yogyakarta. Yu, B Agrculture Productvty and Insttutons n Sub-Sahara Afrca. Dssertaton. Faculty of The Graduate and the Unversty of Nebrasca. Nebrasca. 169

201 LAMPIRAN 2 NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN (RK) DINAMIKA TOTAL FACTOR PRODUKTIVITY USAHA BUDIDAYA UDANG INDONESIA PERIODE DAN PENGARUH BEBERAPA KEBIJAKAN Kegatan Peneltan KAJIAN EKONOMI REVITALISASI INDUSTRI BUDIDAYA UDANG BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

202 REKOMENDASI KEBIJAKAN PERCEPATAN REVITALISASI INDUSTRI BUDIDAYA UDANG DI INDONESIA MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Oleh: Tajern, Estu Sr Luhur, Mra dan Novardy RINGKASAN REKOMENDASI Hasl evaluas program revtalsas ndustr udang d Indonesa yang dlakukan oleh Dtjen Perkanan Buddaya pada tahun 2010 menyatakan bahwa sebagan sasaran yang telah dtentukan mash belum tercapa sesua dengan yang dharapkan. Oleh karena tu, program revtalsas ndustr buddaya udang kemudan terus dlanjutkan kembal pada tahun 2012 hngga sekarang (2015). Namun, hasl peneltan menunjukkan bahwa mplementas dan knerja program revtalsas ndustr buddaya udang mash menghadap berbaga kendala terutama terkat dengan penngkatan aspek produktvtas faktor total (Total Factor Productvty TFP), d sampng tu, kebjakan/program revtalsas tahap 1 dan 2 mash belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap produktvtas (TFP) usaha buddaya udang tersebut. Untuk mempercepat revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa, dperlukan rekomendas : (a) Menngkatkan jumlah penerma bantuan program revtalsas yang dkut dengan mengntensfkan sosalsas dan montorng terkat dengan penguasaan teknolog anjuran dan pemanfaatan bantuan program revtalsas buddaya tambak udang d Indonesa yang dsesuakan dengan konds spesfk wlayah. (b) Menngkatkan dukungan sarana dan prasarana secara lebh bak dan nyata dselaraskan program daerah untuk mengurang ekslufstas. (c) Menngkatkan keterlbatan pemerntah daerah, phak swasta penyeda sarana produks, mtra dan sektor perbankan untuk kut pedul dalam mendorong ndustr buddaya udang d Indonesa ANALISIS SITUASI DAN TANTANGAN Pemerntah mengmplementas kebjakan dan program revtalsas ndustr buddaya udang perode (Tahap I) dlanjutkan (Tahap II). Hasl evaluas program revtalsas ndustr udang d Indonesa yang dlakukan oleh Dtjen Perkanan Buddaya pada tahun 2010 menyatakan bahwa sebagan sasaran yang telah dtentukan mash belum tercapa sesua dengan yang dharapkan. Program revtalsas ndustr buddaya udang kemudan terus dlanjutkan kembal pada tahun 2012 yang dntegraskan ke dalam program Industralsas Perkanan, khusunya yang dlakukan dengan lebh mengoptmalkan segala sumberdaya yang dmlk Indonesa. 171

203 Program revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa mash terkendala oleh banyak faktor dalam menngkatkan produktvtasnya. Untuk tu, dperlukan peneltan yang mampu memberkan masukan bahan rekomendas kebjakan untuk mempercepat revtalsas ndustr buddaya udang tambak d Indonesa, khususnya melalu penngkatan produktvtas. Metode Peneltan Untuk mendukung penyusunan rekomendas kebjakan perrrcepatan revtalsas ndustr buddaya udang d Indonesa melalu penngkatan produktvtas, dperlukan bahan masukanan yang dalam hal n dperoleh melalu pelaksanaan kegatan peneltan dengan metode peneltan sepert tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Tujuan, Jens Data, Sumber data, Metode Pengamblan Data dan Metode Analss yang dgunakan Dalam Peneltan Tujuan Jens data Sumber data Metode pengamblan data Metode analss Menelaah dnamka produktvtas udang dan mengkaj peran kebjakan pemerntah Sekunder - DJPB - Instans terkat lannya Desk study Pendekatan Sejarah dan Ekonom menggunakan model ITSA (Interpreted Tme Seres Analyss) Mengukur knerja buddaya/produkt vtas dan faktorfaktor yang mempengaruhnya serta menganalss faktor-faktor penentu pengamblan keputusan pembuddaya Prmer dan Sekunder - Pembuddaya - Dnas KP - DJPB - Dnas terkat Pengamatan Survey - Tornqvsh Thel Index TFP - Pendekatan Ekonometrka Model Regres Sederhana - Model Ekonomentrka Regres Plhan Kualtatf (Peluang Lner, Probt, dan Logt). Temuan Analss Hasl olahan data sekunder menunjukkan bahwa pada perode , udang hasl buddaya memlk kecenderungan penngkatan produks, seba-lknya produks udang hasl tangkapan memlk kecenderungan yang makn menurun. Hal n dapat dlhat pada Gambar

204 Sumber: Hasl pengolahan data dar sumber DJPB (2015) Gambar 1. Perkembangan Produks Udang Hasl Buddaya dan Tangkap d Indonesa Selama Perode Kemudan berdasarkan hasl analss pendekatan sejarah, dketahu bahwa terdapat sebanyak lma era dnamka buddaya udang: d Indonesa, yatu: 1) Era Pra dan Awal Buddaya Udang ( ): pengenalan benur, buddaya udang teknolog tradsonal/ekstensf, dan dbangunnya hatchery pertama dan RCU Jepara. 2) Era Perntsan Teknolog Intensf ( ) 3) Era Kejayaan ( ): pemantapan dan komersalsas buddaya udang (Program Udang Nasonal); 4) Era Penurunan Knerja ( ): serangan wabah penyakt dan kasus PT Dpasena sbg suplayer utama dan terbesar Indonesa; 5) Era Revtalsas/Kebangktan Buddaya Udang (2000 sekarang): revtalsas tambak dle dan pembukaan tambak baru (Mendorong dar sem ntensf menjad ntentsf; atau dar ekstensf ke sem ntensf kemudan menjad ntensf) Dar kelma era ndustralsas buddaya udang tersebut, bla dfokuskan pada konds ssa kejayaan hngga sekarang maka dapat dlhat dnamka/perkembangan konds produktvtas buddaya udang Indonesa yang dukur berdasarkan ndeks Total Factor Productvty (TFP) pendekatan Tornqvsh dengan menggunakan rentang waktu sejak tahun 1998 hngga 2013, dapat dlhat berbaga kebjakan yang turut mempengaruh produktftas tersebut serta perkembangan TFP usaha buddaya udang d Indonesa yang belum optmal selama perode tersebut. Secara rnc hal n dapat dlhat pada Gambar

205 Sumber: Hasl Pengolahan data sekunder dar DJPB (2015) Gambar 2. Perkembangan Indeks TFP Buddaya Udang Tambak Indonesa menurut Harga Konstan Tahun 1989 =100 Selama Era Ssa Kejayaan, Era Penurunan Knerja, dan Era Kebangktan/Revtalsas Konds knerja TFP yang belum optmal pada usaha buddaya udang d Indonesa selama perode 1998 hngga 2013, dduga dsebabkan beberapa faktor, antara lan: (1) Serangan penyakt pada kegatan usaha buddaya udang belum sepenuhnya dapat datas, serta benur belum sepenuhnya bebas penyakt dan bersertfkat. (2) Kemampuan dan akses ke modal untuk pembuddaya skala kecl juga terbatas. (3) Penerapan teknolog lebh bersfat anjuran dan paket teknolog yang dhaslkan oleh Unt Pelakaana Tekns (UPT) lngkup Dtjen Perkanan Buddaya dan Badan Ltbang juga belum banyak dadops oleh pembuddaya karena keterbatasan pembayaan. (4) Kegatan pemerntah lebh banyak kepada pemberan bantuan langsung kepada pembuddaya skala kecl, dan tdak langsung terkat penngkatan produktvtas karena keterbatasan anggaran. Selama era revtalsas ndustr buddaya udang, kebjakan yang pernah dlaksanakan pada era revtalsas: program INBUDKAN tahun 2002, Mnapoltan Buddaya ( ), Program Revtalsas Tahap 1 ( ), Industralsas (2012 sekarang) dan Program Revtalsas Tambak Nasonal RENAL melalu demfarm (2012 sekarang). Berdasarkan hasl pengujan pendekatan ITSA (Interrupted Tme Seres Analyss) terhadap ntervens kebjakan buddaya udang d Indonesa dketahu bahwa : Hasl pengujan pendekatan ITSA tanpa mempertmbangkan neraks antar-kebjakan yang dduga menggunakan metode pendugaan Kemungknan Maksmum (Maxmum Lkelhood Estmatons MLE), dketahu bahwa kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran pada taraf α =5% berpengaruh cukup nyata terhadap produktvtas (Total Factor productvty - TFP) usaha buddaya udang nasonal, sedangkan kebjakan Revtalsas Tahap 1 dan 2 pada taraf α =10% belum secara nyata mempengaruh TFP usaha buddaya udang d Indonesa. Sementara, dengan mempertmbangkan faktor nteraks antar kebjakan, yakn dengan kebjakan penguatan sarana nfrastruktur pengaran/rgas berupa program rehabltas dan 174

206 pembangunan saluran tambak melalu SPL-JBIC/INP-23 sejak , ternyata menunjukkan bahwa model tdak dapat dlakukan pendugaan karena mengalam permasalahan near sngular matrx. Tabel 2. Hasl Pendugaan Pengaruh Beberapa Kebjakan hadap Knerja TFP Usaha Buddaya Udang d Indonesa sejak Sumber: Hasl Pengolahan Data Sekunder DJPB (2015) Berbeda dengan konds knerja TFP usaha buddaya udang d tngkat nasonal sejak 1998 hngga 2013 yang belumk optmal, ternyata knerja TFP d tngkat lapang justru relatve lebh bak. Hasl verfkas pengukuran TFP usaha buddaya udang program revtalsas d tngkat lapang dapat dlhat pada Tabel 3. Tabel 3. Ksaran Angka Indeks TFP Usaha Buddaya Udang d Lokas Peneltan (Tngkat Lapang) Sumber: Hasl Pengolahan Data Prmer (2015) 175

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara) ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Stud kasus d 3 kecamatan d Kabupaten Halmahera Utara) Polteknk Perdamaan Halmahera ABSTRACT ISSN : 1907-7556 The research amed to determne (1) coconut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 DEWAN KETAHANAN PANGAN 2010 . PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1

EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1 EFISIENSI TEKNIS USAHA BUDIDAYA UDANG DI LAHAN TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN 1 (Techncal Effcency of Shrmp Culture Farmng n Bracksh Land wth Intensve Technologcal of Fsh Culture)

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lngkup Peneltan Fokus peneltan n adalah menganalss bagamana melakukan pengembangan pengelolaan sumberdaya pessr berkelanjutan yang ddasarkan pada pembuddayaan tambak

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 DEWAN KETAHANAN PANGAN 2010 . PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

---- ~,~ _~-

---- ~,~ _~- ---- ~,~-----..---..._~- BABV SMPULAN, MPLKAS DAN SARAN A. Smpulan ~... f. Smpulan-smpulan yang dapat dtark dar kajan peneltan adalah sebaga berkut: v. (:.Q / Pertama, kegatan pembelajaran yang dlaksanakan

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

Alokasi kursi parlemen

Alokasi kursi parlemen Alokas kurs parlemen Dd Achdjat Untuk Sndkas Pemlu dan Demokras 1. Pendahuluan 1 Pelaksanaan pemlhan umum sebaga sarana mplementas demokras memerlukan suatu konsep yang kokoh dan taat azas. Konsep pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci