Yurfida PTKMR - BATAN
|
|
- Lanny Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ProsldlnO PortemlJan dan Pr8Sentasllln~ah Fl!Jloslonal Teknls Non PaneUU, 19 DBSBmber : PENENTUAN 90Sr DALAM MINY AK KELAP A SAWIT Yurfida PTKMR - BATAN ABSTRAK PENENTUAN 90Sr DALAM MINY AK KELAP A SAWIT. P~nelitian ini untuk mengetahui kandungan 90Sr dalam minyak kelapa sawit yaitu RBD PKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) dan Cernel Palm Oil (CPO). RBD PKO dan CPO adalah bagian dari proses inti kelapa sawit yang diolah menjadi minyak dengan menggunakan proses ekstraksi, yang kemudian (RBD PKO dan CPO) dibakar menjadi abu. Pemisahan 90S1'dalam contoh ini di proses secara kimia dengan metode pengendapan dengan HN03 berasap. Pengukuran dilakukan dengan alat pencacah a/~ berlatar belakang sangat rendah ( LBC). Hasil analisis menunjukkan konsentrasi 90SI' dalam RBD PKO tidak terdeteksi «0,17) Bq/l dan (0,55 ± 0,20) Bq/l sedangkan dalam CPO tidak terdeteksi ( < 0,17) Bq/l. Kata kunci: minyak kelapa sawit, HN03 berasap,90sr,alat cacah berlatar alp (LBC). ABSTRACT DETERMINATION OF 90S1'IN PALM OIL The aim of this reseach is to know 90Sr concentration in palm oil, i.e. RBD PKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) and CPO (Cernel Palm Oil.), The (RBD PKO & CPO) are the part of the palm kernel processing, That are processed become the oil palm by extract processing method. separation of 90Sr in the samples were carried out after drying and ashing with the fuming I-IN03 precipitation method. The samples were measured using Low Background Counting alp system (LBe). The results showed that the 90SI'in (RED PKO) was undetectable «0.17 ) Bq/l and ( 0.55±0.20) Bq/l, and the 90SI' concentration in (CPO) undetectable( < 0.17 ) Bq/l, Key words: palm kernel oil, 90SI',HN03 fuming, Low background counting ( LBC). PENDAHULUAN Setiap perusahaan yang akan mengekspor bahan makanan dari Indonesia ke negara lain harus memeriksakan kandungan radionuklida dalam contoh produknya dengan mcnyertakan surat keterangan yang berupa sertitikat bebas zat radioaktif, tanaman kelapa sawit merupakan salah satu penghasil minyak nabati yang patut diperhitungkan dan merupakan hasil devisa keempat terbesar bagi Indonesia dalam deretan ekspor non migas setclah kopi, kayu, dan karet [ 1 ]. 331
2 -prosldiijj Pertamuan dan Prosentaslllmiah FWlgslonai Teknls Non PeneUtJ, 18 Desember 2006 : RBD PKO (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) dan Cernel Palm Oil (CPO) adalah bagian dari proses inti kelapa sawit yang diolah menjadi minyak clengan menggunakan proses elcstraksi. Untuk mendapatkan inti dengan cara memisahkan hasil pengempaan antara ampas dan biji. Beberapa bagian dari proses pengolahan inti kelapa sawit ban yak digunakan oleh industri untuk membuat margarin, dalam pembuatan kawat dan kabel sebagai pelumas, dalam industri kulit sebagai pelentur kulit, dan untuk bahan kosmetik dan farmasi. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Batan no~ 00 08/01ldjl1988, PTKMR (pllsat teknologi keselamatan dan metrologi radiasi - Batan) ditetapkan sebagai unit kerja yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap cemaran bahan radioaktif pada bahan makanan/minuman. umumnya jenis radionuklida yang diminta untuk dianalisis adalah 134 Cs, 137 Cs, 131 I,90Sr, 226Ra, 3H dan gros alfa / gros beta, atau bergantung permintaan dari negara pembeli [ 2 ]. 90Sr merupakan radionuklida hasil fisi (fallout) dan sebagai indikator dalam pemantauan radiasi lingkungan yang mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh saluran pencernaan, juga akan terserap oleh tanaman, hingga sampai ke manusia melalui makanan atau minuman. 90Sr adalah pemancar beta murni yang dalam peluruhannya menghasilkan 90y, mempunyai waktu paro (28 tahun) dan bersifat toksik. Jika masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanarl,90sr akan terakumulasi dalam tulang karena sifatnya sama dengan kalsium [ 3 ]. Pada makalah ini akan dibahas tentang analisis 90Sr dalam minyak kelapa sawit yang masih berbentuk Crude yaitu minyak mentah dalam bentuk (RBD PKO dan CPO) TAT A KERJA 1. Persiapan Sam pel Minyak adalah suatu bahan organik yang mudah terbakar, karena banyak mempunyai rantai atom carbon. Untuk mendapatkan abu minyak diperlukan pembakaran yang bertahap. Sebanyak 250 ml minyak di dalam cawan porselen dipanaskan pada tungku pemanas (furnace) dengan pembakaran bertahap mulai dari 700 C selama lebih kurang satu jam, 1500 C, 2000 C masing- masing selama dua jam, kemudian suhu dinaikkan menjadi 3000 C, saat itu minyak mulai mengeluarkan asap hitam dan bau yang menycngat (mulai terjadinya 332
3 Prosldl/J,J portaowan dan PrusentaslllmJah Funuslonal ToknIs Non PuneDU,18 Dusembor , : pembakaran menjadi carbon), kemudian dilanjutkan dengan suhu 450 C hingga 500 C sarnpai abu berwarna putih. Abu tersebut siap untuk diproses secara kimia,dengan cara mengendapkan 90Sr menggunakan HNO) berasap. 2. Analisis 90Sr Abu yang telah diperoleh dibasahi dengan air suling, kemudian dibasakan dengan NaOH dan diendapkan dengan Na2CO) 20%. Endapan yang diperoleh merupakan unsur-unsur golongan II (Ca, Sr, Ba, du.). Endapan dilarutkan dengan sedikit HNO) pekat dan kemudian ditambah HNO) berasap untuk memisahkan Ca sehingga diperoleh 90Sr dan Ba dalam endapan. Barium dipisahkan dari 90Sr dengan cara pengendapan dengan Na2Cr04 pada ph 5. Larutan yang mengandung 90Sr dibasakan dan ditambahkan larutan Na2CO) 20 % untuk pcngendapan 90SI'. Endapan yang didapat dilarutkan dengan HNO), kemudian ditambahkan H202 30% dan pengemban Fe (5mg/ml) lalu dipanaskan, endapan Fe(OHh yang terbentuk dibuang. Pada larutan 90Sr ditambahkan pengemban ytrium dan didiamkan selarna ± 2 minggu untuk mencapai kesetimbangan antara 90Sr dan 90y' Pada saat kesetimbangan tercapai, perbandingan antara aktivitas induk (90Sr ) dan anak luruhnya (90y ) yang mempunyai waktu paro 64,1 jam mendekati 1, jadi aktivitas induk dan anak luruhnya dapat dikatakan sama. Selanjutnya larutan ditambahkan amoniak sehingga terbentuk endapan Y(OH)) dan dilarutkan kembali dengan asam nitrat dan terakhir diendapkan dengan asarn oksalat untuk mendapatkan endapan ytrium oksalat lalu disaring. Endapan dikeringkan di bawah lampu infra merah (LR) dan siap untuk dicacah. Aktivitas 90Sr di dalam contoh ditentukan berdasarkan anak luruhnya yaitu ytrium oksalat. 3.Pengukuran Alat cacah berlatar belakang sangat rendah sistem alfa / beta (Low Background Counter) adalah alat cacah yang secara khusus dirancang untuk mengukur contoh yang memiliki aktivitas sangat rendah, yang memancarkan radiasi alfa/ beta atau keduanya. Alat cacah tersebut terdiri atas beberapa rangkaian elektronik, meliputi alat cacah proporsional yang dialiri gas dan komponen-komponen mekanik lain yang dapat bekerja secara otomatis. Alat cacah ini menggunakan aliran gas P-1O yaitu campuran 90% argon dan 10% metan. [4]. 333
4 -pro:_ Pertemuan_ dan Prosontasilimlah FUll(Jslonal Teknls Non PoneUt118 Dosember 2006 ISSH : SI' diukur berdasarkan anak luruhnya 90y' Untuk rnengoreksi kesalahan yang dilakukan pad a tahap-tahap analisis contoh karena panjangnya prosedur, rnisalnya adanya kehilangan sejurnlah unsur, maka dilakukan penghitungan kedapat-ulangan (recovery), caranya dengan perlakuan sarna seperti pad a contoh, tetapi pada analisis ini ditarnbahkan larutan standar 90 Sr yang diketahui aktivitasnya. Aktivitas standar yang terukur Recovery = x 100%; (1) aktivitas standar yang ditarnbahkan Kesalahan pcngukuran dengan bentuk persamaan sebagai berikut dinyatakan dengan sirnpangan baku (standar deviasi) hasil pencacahan Sd=--J (Cc + Cb) It (2) Konsentrasi 90SI' dalam setiap contoh dapat dihitung dengan persarnaan sebagai berikut ac ± --J (Cc + Cb) It E. R. FI. F2.V... (3) dengan: A = Konsentrasi 90SI' (Bq/l) ac = laju cacah contoh yang telah dikoreksi dengan laju cacah latai' (cps) Cc = laju cacah contoh (cps) Cb = laju cacah latai' (cps) = waktu pencacahan (detik) E = efisiensi pencacahan (%) R = faktor kedapat-ulangan pada proses analisis (recovery) F, = faktor pertumbuhan 90Y(Tabell, larnpiran 1) F2 = faktor peluruhan 90y (Tabel 2,lampiran 2) V = volume contoh (liter) Konsentrasi terendah yang dapat dideteksi ( MDC) dengan selang kepercayaan 68% ditentukan rnelalui persarnaan berikut ini: 2,33 --J (CJt ) MDC = ExV Bq/l (4) 334
5 -prosldljjj portomuan dan Prasontasilimiah FWlDSlonaJ Toknls Non PflnaUU, 18 Dosembor 2006 :14W Efisiensi pencacahan merupakan perbandingan antara laju cacah standar dengan laju peluruhan standar, dapat dinyatakan sebagai berikut: dimana: E= cps dps X 100%... (5) cps dps = laju cacah standar perdetik laju peluruhan standar perdetik '." HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran didapatkan harga MDC (Minimum Detectable Concentration) atau konsentrasi terendah yang dapat dideteksi untuk 90 Sr adalah 0,17 Bq/l dan efisiensi pcncacahan adalah 50,88%, Recovery 90Sr dalam minyak adalah 64,05 %. Hasil yang diperoleh pada analisis ini hanya untuk jenis sampel RBD PKO tidak tcrdeteksi (lebih kecil dari MDC ) dan (0,55 ± 0,20) Bq/l, sedangkan untuk jenis sampel CPO kedua jenis sampel ini tidak terdeteksi. Tidak terdeteksinya kandungan 90Sr dalam minyak RBD PKO dan CPO ini disebabkan panjangnya siklus rantai perjalanan dari atmosfir (fallout), kemudian terserap ke tanaman dan sampai kepada manusia, dan panjangnya prosedur penentuan 90Sr sehingga tidak ditemukan adanya kandungan 90Sr dalam minyak kelapa sawit. Sclain itu tidak adanya percobaan nuklir di Indonesia. Walaupun demikian pemantauan konsentrasi radioaktivitas lingkungan dari jatuhan yang berasal dari atmosfir ini (salah satunya 90Sr) periu dilakukan untuk mengetahui jika suatu saat terjadi pencemaran lingkungan ataupun kecelakaan nuklir. Tabel 1. Hasi] analisis minyak kelapa sawit (RBD PKO dan CPO) 4. NO. Jenis RBD CPOtidak sam PKOtidak pelaktivitas Keterangan > 0,55 < terdeteksi 0,17 0,17 ± 0,20 ( Bq/l) 335
6 -Pro:;11IilvJ pertamuan dan Prosentasilimlah FWlDSlonal Teknls Non Penelitl. 18 DasamlJer 2008 : KESIMPULAN I-lasHyang diperoleh pada analisis 90Sr dalam minyak kelapa sawit ini adalah Sampel RBD PKO ada yang tidak terdeteksi atau lebih kecil dad MDC sedangkan yang tertinggi (0,55 ± 0,20) Bq/l. Kedua jenis sampel CPO tidak terdeteksi. Tidak terdeteksinya kandungan' 90Sr dalam minyak RBD -PKO dan CPO ini disebabkan panjangnya siklus rantai perjalanan dari atmosfir (fallout) serta panjangnya prosedur penentuan 90Sr dan tidak adanya percobaan nuklir di Indonesia. Pemantauan konsentrasi radioaktivitas lingkungan atmosfir (salah satunya 90Sr) perlu dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi pencemaran lingkungan ataupun kecelakaan nuklir. UCAP AN TERIMA KASIH Saya mengucapkan pengukuran sampel minyak ini. terima kasih kepada Bapak R. Buchori yang telah membantu dalam DA FT AR PUST AKA. 1. H. BINTORO, M. Pedoman Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit Bogor Institut Pertanian Bogor, SUT ARMAN dan EMLINARTI, Pelayanan Jasa Nuklir Untuk Komoditas Ekspor, Alma, Volume I No ANONIM, Diklat Latihan Keahlian Penentuan Konsentrasi Cemaran Sr-90 Dan Cs 137 Dalam Air Dan Makanan. Jakarta SUT ARMAN, Pemakaian Pencacah Latar Belakang Sangat Rendah Sistem Alfa / Beta.Program : Pelatihan Pengukuran Radioaktivitas Ungkungan di Lemlit Universitas Diponegoro - Semarang. Tahun
BAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Sejarah Perusahaan PT. Batara Elok Semesta Terpadu merupakan salah satu perusahaan di Gresik yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran minyak goreng kelapa sawit. Perusahaan
Lebih terperinciRINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya
RINGKASAN Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis : Pande Made Udiyani; Judul : Identifikasi Radionuklida Air di Luar Kawasan PUSPIPTEK
Lebih terperinciVERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM
VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM Syamsul Fatimah, Rahmiati, Yoskasih Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM. Telah dilakukan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KANDUNGAN Cs-137 DAN Sr-90 DALAM AIR KALI CISALAK DAN CIPELANG
PERBANDINGAN KANDUNGAN Cs-137 DAN Sr-90 DALAM AIR KALI CISALAK DAN CIPELANG Cerdas Tarigan, Terima Ginting, Budi Hari dan Sudiati Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK PERBANDINGAN KANDUNGAN
Lebih terperinciEVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO
EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO Ruminta Ginting, Ratih Kusuma Putri Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL
Lebih terperinciKONSENTRASI STRONTIUM-90 P ADA BEBERAP A JENIS SA YURAN DI JAW A TIMUR
.Penelilian dan Pengembangan Ap/ikasi 15010p dan Radiasi, 1998 KONSENTRASI STRONTIUM-90 P ADA BEBERAP A JENIS SA YURAN DI JAW A TIMUR ElnIinarti, Tutik Indiyati, dan Minami Affandi Pusat Standardisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1
Lebih terperinciPEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Agribisnis minyak goreng berbahan baku kelapa dulunya merupakan satu satunya minyak goreng yang digunakan
Lebih terperinciJurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit termasuk produk unggulan negara Indonesia dan merupakan komoditas ekspor utama. Dalam hal ini Indonesia merupakan negara penghasil kelapa
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk pengukuran radionuklida alam dalam sampel adalah yang sesuai dengan standar acuan IAEA (International Atomic
Lebih terperinciKARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI
KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI Endro Kismolo, Nurimaniwathy, Tri Suyatno BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG
RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,
Lebih terperinciANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah
Lebih terperinciPENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT)
PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT) SISWANTI, GEDE SUTRENA W Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di iklim tropis. Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan emulsifier dalam makanan dan minuman serta produk perawatan tubuh akan meningkatkan penggunaan emulsifier
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yaitu CP (crude palm oil). Bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Multimas merupakan salah satu Industri pengolahan CPO (Crude
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah PT. Multimas merupakan salah satu Industri pengolahan CPO (Crude Palm Oil) menjadi minyak goreng RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil), minyak sawit
Lebih terperinciABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL
ABSTRAK POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL Produksi minyak bumi mengalami penurunan berbanding terbalik dengan penggunaannya yang semakin meningkat setiap
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS
LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS Disusun Oleh : 1. FETRISIA DINA PUSPITASARI 1131310045 2. GRADDIA THEO CHRISTYA PUTRA 1131210062
Lebih terperinciKLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S
ANALISIS KADAR ABU ABU Residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari bahan menunjukkan : Kadar mineral Kemurnian Kebersihan suatu bahan yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK
BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN
Lebih terperinciMETODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel
METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS
PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS Nur Istiqomah, Sutaryono, Farida Rahmawati INTISARI Berdasarkan kebiasaan masyarakat dalam menyimpan margarin untuk dikonsumsi dalam jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Peternakan, proses produksi biogas di Laboratorium Pengelolaan
Lebih terperincij )0 r - ~ C t( '3. 00; " I I (!0
ly-s,,') vi ~ 1/1 # be.,liafjl/'1 UM s.l.r';-f) -D \J ~Pr~diniR~tasi llmiah KeseiamaUmRadias clanlingj.amgan,20-21 Agustus 1996 C 1DOtk I M PENENTUAN KONSENTRASI Cs-137 DAN Sr-90 DALAM TANAMAN 1-0'& r.i.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein
LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN 1.1 Hasil Pengamatan Analisa 1.1.1 Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein No. 1. Perlakuan Pengamatan Sampel sebanyak 1 gr K2SO4 Larutan
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 02/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas
Lebih terperinciTENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN EKSPOR (HPE) ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/M-DAG/PER/8/2007 /M-DAG/PER/6/2006 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN EKSPOR (HPE) ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasilnya lazim disebut CPO (Crude Palm Oil), sehingga untuk proses ini. diperlukan pabrik pengolahan buah /biji kelapa sawit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tumbuhan penghasil minyak nabati adalah kelapa sawit (Alaicis guinesis), dapat diperoleh melalui proses pengolahan buah/biji kelapa sawit yang hasilnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 28/M-DAG/PER/7/2007/M-DAG/PER/6/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/7/2007/M-DAG/PER/6/2006 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN EKSPOR (HPE) ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas, disamping migas sendiri sebagai sumber pemasukan devisa dan juga sektor yang lain dianggap perlu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu produk utama pertanian Indonesia. Usaha agribisnis di bidang ini (terutama minyak sawit) telah memberikan kontribusi bagi perekonomian negara,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciBAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN
39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat
Lebih terperinciFORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR
LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2011... TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR A. Kerangka Format Laporan
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM Sunardi ABSTRAK PENGELOLAAN LlMBAH RAOIOAKTIF DAN B3 01 IRM. Telah dilakukan pengelolaan Limbah radioaktif dan B3 di Instalasi Radiometalurgi (IRM). Limbah radioaktif
Lebih terperinciLampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar
Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Jenis Bahan Rataan Nilai Kalor (kal/gram) Kayu 4.765 Batubara 7.280 Fuel Oil 1) 10.270 Kerosine (Minyak Tanah) 10.990 Gas Alam 11.806 Sumber
Lebih terperinciUPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA
UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA Sahat M. Panggabean, Yohan, Mard!ni Pusat Pengembangan Pengelolaan Lirl1bah Radioaktif ABSTRAK, UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF
Lebih terperinciGAMBARAN DOSIS INTERNA DARI BIOASSAY SAMPEL URINE PENDUDUK DESA BOTTENG KABUPATEN MAMUJU
GAMBARAN DOSIS INTERNA DARI BIOASSAY SAMPEL URINE PENDUDUK DESA BOTTENG KABUPATEN MAMUJU Feydri Ferdita Dera 1*, Sri Suryani 1, Bualkar Abdullah 1, Eko Pudjadi 2 Departemen Fisika,FMIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara
I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membuat perekonomian di Indonesia semakin tumbuh pesat. Salah satu sektor agro industri yang cenderung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat
Lebih terperinciSTUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION
STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION Iis Haryati, dan Boybul Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 20, Serpong, 15313 Email untuk korespondensi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat cadangan sumber minyak bumi nasional semakin menipis, sementara konsumsi energi untuk bahan bakar semakin meningkat. Maka kami melakukan penelitian-penelitian
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciSKRIPSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI BIJI DURIAN MENGGUNAKAN H 2 SO 4 DAN H 2 C 2 O 4 DISUSUN OLEH : ANDI TRIAS PERMANA
SKRIPSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI BIJI DURIAN MENGGUNAKAN H 2 SO 4 DAN H 2 C 2 O 4 DISUSUN OLEH : ANDI TRIAS PERMANA 0831310060 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciRecovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion
PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari golongan palem yang dapat menghasilkan asam oleat adalah kelapa sawit (Elaenisis guineensis jacq) yang terkenal terdiri dari beberapa varietas, yaitu termasuk dalam
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spent bleaching earth dari proses pemurnian CPO yang diperoleh dari PT. Panca Nabati Prakarsa,
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1/M-DAG/PER/3/007 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN EKSPOR (HPE) ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciPengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika
Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika ISSN 1907-0500 Desi Heltina, Yusnimar, Marjuki, Ardian Kurniawan Jurusan Teknik, Fakultas Teknik, Universitas Riau Pekanbaru 28293 Abstrak Seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciEV ALUASI KANDUNGAN CS-137 DALAM AIR KALI CISALAK DAN CIPELANG
EV ALUASI KANDUNGAN CS-137 DALAM AIR KALI CISALAK DAN CIPELANG Suzie Darmawati, Sri Susilah, Sudiyati, Budi Hari Pusat Pengembang Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK EVALUASI KANDUNGAN CS-137 DALAM AIR
Lebih terperinciJurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
Lebih terperinciKarakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri
EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,
Lebih terperinciVII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU
VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor
Lebih terperinciANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -
Lebih terperinci2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) merupakan salah satu tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat. Bagian kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Silika merupakan unsur kedua terbesar pada lapisan kerak bumi setelah oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai dari jaringan
Lebih terperinciKIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,
Lebih terperinciPEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN
PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN
Lebih terperincisebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini
AGROINDUSTRI Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomis yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan
Lebih terperinciISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH
PKMI--7- ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH Ria Amiriani, Ria Yunisa Primasari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produsen utama kelapa sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. Produksi mencapai 23,521,071
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Mas Permai adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan dan pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi
Lebih terperinciKELAPA SAWIT dan MANFAATNYA
KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA Oleh : BENNY RIO FERNANDEZ 2015 KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat, terutama disekitar
Lebih terperincilebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan bakar minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara. Tingkat kebutuhan manusia akan bahan bakar seiring meningkatnya
Lebih terperinciBAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim
Lebih terperinciPENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU
PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU 1 Wirdati Mardhatillah, 2 Riad Syech, 3 Walfred Tambunan Mahasiswa Program Studi S1 Fisika
Lebih terperinciPROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF
PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF RINGKASAN Jenis dan tingkat radioaktivitas limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian fasilitas nuklir bervariasi, oleh karena itu diperlukan proses penyimpanan
Lebih terperinciLampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciPARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2007 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN EKSPOR (HPE) ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI URANIUM DALAM PROSES ELEKTRODEPOSISI HASIL EKSTRAKSI DENGAN TBPjOK
ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PENGARUH KONSENTRASI URANIUM DALAM PROSES ELEKTRODEPOSISI HASIL EKSTRAKSI DENGAN TBPjOK Yanlinastuti, Noviarty, Sutri Indaryati ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI
Lebih terperinciSAM PEL LlMBAH UNTUK ANALISIS DI LABORA TORIUM
Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852-2979 PENGAMBILAN SAM PEL LlMBAH UNTUK ANALISIS DI LABORA TORIUM Bambang Sugito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN ABSTRAK PENGAMBILAN SAMPEL
Lebih terperinciUniversitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia
ANALISIS LOGAM ARSENIK (AS) DAN KADMIUM (CD) PADA SAYUR BAYAM HIJAU (AMARANTHUS TRICOLOR) TERHADAP BAYAM MERAH (BLITUM RUBRUM) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Muhammad Ridwan Harahap
Lebih terperinciPEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION
PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION Anung Pujiyanto, Hambali, Dede K, Endang dan Mujinah Pusat Pengembamgan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK
Lebih terperinci