BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, dan merupakan hak bagi semua warga negara dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, dan merupakan hak bagi semua warga negara dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peranan yang strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia, dan merupakan hak bagi semua warga negara dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Batang tubuh UUD 1945 Pasal 33 Ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan, dan Pasal 28 B Ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar. Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan tentang penyelenggaraan pendidikan dalam bentuk formal (persekolahan) dan nonformal yang berlangsung diluar sistem sekolah, dan bahkan ada yang berlangsung didalam rumah tangga, sehingga dijadikan sebagai suatu landasan hukum penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Pada umumnya pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan di luar sistem persekolahan dan diarahkan agar dapat berperan sebagai pengganti, penambah, dan / atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Kegiatan pendidikan nonformal diharapkan dapat berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU No. 20 tahun 2003). Salah satu program pendidikan nonformal yang sementara digalakkan saat ini dalam rangka untuk memberi layanan pendidikan secara adil kepada seluruh BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 1

2 warga masyarakat, utamanya bagi warga masyarakat penyandang buta aksara adalah penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan. Namun realitas dilapangan, khususnya didesa Sumberejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, bahwa masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar masih sulit keluar dari jerat kebodohan dan kemiskinan. Bahkan terjadi pada lulusan yang pernah mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA), masih mengalami penurunan kemampuan menjadi buta aksara kembali. Hal ini disebabkan karena warga belajar masih belum mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan keaksaraannya mereka untuk meningkatkan kualitas diri dalam kehidupannya. Untuk itu warga belajar yang telah selesai mengikuti pendidikan keaksaraan dasar perlu dikembangkan lagi kompetensi keaksarannya supaya dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh warga belajar tersebut, sehingga diharapkan mereka dapat memenuhi / meningkatkan kebutuhan kehidupannya secara mandiri. Melihat kondisi desa Sumberejo yang merupakan daerah perbatasan antara Kabupaten Kendal dengan Kabupaten kota Semarang yang letak geografinya ratarata datar serta lokasinya jauh dari aktifitas perdagangan dan jauh dari pusat keramaian ditambah sebagian masyarakatnya masih buta aksara, tidak memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan yang cukup rendah jauh dari rata-rata pendapatan yang layak menjadikan desa Sumberejo banyak didirikan pabrikpabrik yang mengakibatkan munculnya masalah limbah disekitar desa. Terutama limbah karpet sisa pemotongan yang dibiarkan menggunung dari sebuah perusahaan pengelola karpet didukuh Mlaten Sumberejo. Hal ini juga sangat mengganggu keindahan desa, apabila dibiarkan terus menerus dapat menjadikan rusaknya lingkungan karena pencemaran terjadi dimana-mana. Sesuai BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 2

3 ( Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu, permasalahan didesa Sumberejo perlu ditangani pengelolaannya secara ekstra khususnya dibidang sumber daya manusianya. Berdasarkan uraian diatas, maka Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pemberdayaan penduduk buta aksara melalui peningkatan pengetahuan sikap, keterampilan untuk berusaha secara mandiri, diharapkan dapat meningkatkan mutu dan taraf hidup warga belajarnya yang diperoleh melalui kemampuan membaca, menulis, berhitung serta pengembangan pendidikan keterampilan yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapatan dan kemampuan warga belajar untuk dapat memanfaatkan kemampuan baca-tulis dan hitung tersebut dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu warga belajar yang telah mencapai kompetensi keaksaraan tingkat dasar selayaknya perlu dilanjutkan dengan program tersebut dengan harapan agar warga belajar dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk berusaha secara mandiri, sehingga pemberdayaan mereka untuk memiliki kecakapan hidup (life skill) supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya minimal dapat teratasi. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 3

4 B. MASALAH DAN TUJUAN 1. PERMASALAHAN Dari latar belakang diatas dapat ditarik sebuah permasalahan didesa Sumberejo. Adapun permasalahan yang cukup menonjol ada 3 aspek yang ratarata dialami oleh sebagian wilayah desa Sumberejo, yaitu : a) Bagaimana meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) didesa Sumberejo yang berhubungan dengan limbah karpet? b) Bagaimana teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet tersebut yang dapat mendatangkan rejeki? c) Apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari pengelolaan karpet yang ada didesa Sumberejo? 2. TUJUAN Tujuan penulisan ini adalah untuk menyampaikan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam perumusan masalah diatas yaitu : a) Untuk meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) didesa Sumberejo yang berhubungan dengan limbah karpet. b) Untuk mengetahui teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet tersebut yang dapat mendatangkan rejeki. c) Untuk mengetahui apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari pengelolaan karpet yang ada didesa Sumberejo. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 4

5 C. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH 1. ALASAN PEMILIHAN STRATEGI METODE PBL Model adalah pola, contoh, acuan, ragam. Sedangkan yang dimaksud model pembelajaran ini adalah penyederhanaan program Keaksaraan Usaha Mandiri sebagai proses yang aktual yang memungkinkan warga belajar bertindak berdasarkan model PBL ( Problem Based Learning ) atau pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan pasal 1 butir 20 UU no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Arti pendidikan mengacu pada pendidikan dalam arti sempit adalah pembelajaran pendidikan yang diartikan sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang belajar, makna pembelajaran disini adalah proses interaksi edukasi warga belajar dengan tutor dalam program pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri dengan model PBL ( Problem Based Learning ). Standar kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai warga belajar setelah mengikuti suatu proses pembelajaran dan ketrampilan uasaha mandiri pada satuan pendidikan keaksaraan, minimal meliputi kemampuan memilih jenis usaha, merancang usaha, melaksanakan usaha dan memelihara kelangsungan usaha. Menurut Arends (Trianto, 2007:68) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah : 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi warga belajar. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 5

6 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya warga belajar meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. 3. Penyelidikan autentik. Warga belajar dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. 4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. 5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh warga belajar yang bekerjasama satu dengan yang lainnya. Sedangkang PBL disini adalah metode yang menghubungkan dunia pembelajaran dengan dunia nyata yang mengelilingi warga belajar keaksaraan. Lingkungan warga belajar yang nyata menuntut pemenuhan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan baru setelah mengalami proses pembelajaran. 2. DESKRIPSI STRATEGI PENGGUNAAN METODE PBL Dengan melihat kondisi warga belajar didesa Sumberejo yang telah diuraikan diatas ketika pelaksanaan Keaksaraan Fungsional secara garis besar temuan yang muncul adalah : 1. Warga belajar kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat miskin, disamping itu juga masih buta aksara dikarenakan pada beberapa lulusan yang pada program Keaksaraan Fungsional pernah mendapatkan Surat Keterangan BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 6

7 Melek Aksara (SUKMA), masih mengalami penurunan kemampuan menjadi buta aksara kembali, disamping itu belum memiliki ketrampilan berkerja, berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 2. Walapun pembelajaran Keaksaraan Fungsional tidak memunggut biaya namun kebanyakan warga tidak mengikuti pembelajaran, karena mereka berusaha mencari nafkah yang saling gonta ganti pekerjaan / tidak tetap, sehingga efektifitas waktu belajarnya sangat kurang. 3. Warga belajar kurang memahami secara jelas tujuan belajar / manfaat belajar setelah mengikuti pembelajaran Keaksaraan Fungsional untuk kehidupan mereka dimasa datang. 4. Program pembelajaran pendidikan Keaksaraan Fungsional selama ini hanya menitikberatkan pada baca, tulis dan hitung (calistung) saja. 5. Usia penduduk desa Sumberejo kebanyakan sudah dewasa dan tua sehingga tidak mudah dibelajarkan. Oleh karena itu Strategi dan pendekatan pembelajaran yang kami lakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa (Andragogi), adapun yang dimaksud adalah: Pembelajaran harus berorientasi pada masalah (problem oriented). Pembelajaran harus berorientasi pada pengalaman pribadi warga belajar (experiences oriented). Pembelajaran harus memberi pengalaman yang bermakna (meaningfull) bagi warga belajar. Pembelajaran harus memberi kebebasan bagi warga belajar sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 7

8 Maka dari gambaran diatas, kiranya diperlukannya model pembelajaran keaksaraan yang sesuai dengan kondisi warga belajar didesa Sumberejo yaitu dengan model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ) atau pembelajaran berbasis masalah BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 8

9 BAB II PEMBAHASAN A. PROSEDUR PELAKSANAAN Kegiatan pembelajaran keaksaraan usaha mandiri di desa Sumberejo dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2012 yang sumber anggaranya berasal dari bantuan Program KUM dana APBN. Dimana pelaksanaan program ini cukup sederhana dalam merealisasikannya, cukup memberitahukan kepada warga belajar KF melalui bantuan pihak desa yang kemudian disosialisasikan oleh PKK Desa dan diteruskan ke PKK RW sampai Dasa Wisma. Di desa Sumberejo terdapat 3 lokasi yang dipakai untuk menyelenggarakan kegiatan keaksaraan usaha mandiri bagi warga desa setempat, dimana secara umum tempat yang dipakai adalah rumah salah satu warga setempat yang jarak keterjangkauannya dari warga belajar relatif lebih dekat. Ini merupakan bukti partisipasi masyarakat dalam menyukseskan program berantas buta aksara. Umunya disetiap tempat hanya ada satu tutor yang menangani satu kelompok, adapun data tutor dan warga belajar yang dapat penulis sajikan adalah warga belajar yang penulis tangani. Berikut adalah data yang ada di desa Sumberejo No Nama Tutor Tempat/Tanggal Lahir Pekerjan Alamat 1 Endang Sawitri Klaten, 01 Maret Ubaidah Kendal, 04 April Ani Riyansih Kendal, 27 Mei 1988 Guru PAUD Guru PAUD Guru PAUD Gedangan 01/06 Sumberejo Gedangan 01/06 Sumberejo Klangsen 01/08 Sumberejo BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 9

10 No Nama Warga Belajar Jenis Kelamin Pekerjaan 1 Rupiatun P Buruh 2 Fatonah P Petani 3 Satun P Petani 4 Jurotun P Petani 5 Fusilat P Buruh 6 Mariyatun P Petani 7 Jumini P Petani 8 Rumini P Buruh 9 Mariyati P Petani 10 Jumik P Ibu Rumah Tangga B. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Secara garis besar, pelaksanaan kegiatan yang penulis tangani dapat diklarifikasikan dalam 5 tahap, yaitu : 1. Tahap I Orientasi warga belajar pada masalah Sebelum melangkah pada pembelajaran, tutor keaksaraan di desa Sumberejo telah melakukan sebuah penelitian dengan beberapa sampel dan data dari PKK RT maupun RW, hasil yang muncul dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul pada warga rata-rata berupa permasalahan ekonomi dan pengangguran. Hal ini yang kemudian dijadikan pijakan bagi tutor untuk melakukan langkah-langkah pembelajaran yang tepat terhadap warga belajar. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 10

11 2. Tahap II Mengorganisasikan warga belajar untuk belajar Tutor KUM desa Sumberejo membantu warga belajar mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Hal ini dilakukan dengan cara pendekatan antar individu, kemudian dibahas bersamasama dalam sebuah kelompok belajar. Ide-ide bermunculan ketika tutor menstimulasi dengan keadaan kondisi lingkungan sekitar yang ada. Berawal dengan pembahasan munculnya ide kreatif terhadap sebuah usaha, namun harus terbengkelai ketika berbicara masalah cara pembuatannya. Disinilah peran tutor untuk mengarahkan warga belajar untuk senantiasa melek aksara dikarenakan dengan melek aksara mereka bisa membaca buku maupun artikel apapun untuk membuat suatu produk. 3. Tahap III Membimbing penyelidikan kelompok Tutor membantu warga belajar untuk mengumpulkan informasi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, mencari potensi yang belum tergarap dengan biaya murah serta kebutuhan waktu yang mencukupi. Disini warga belajar menginformasikan beberapa hal berdasarkan pengalaman yang dimilikinya, ternyata terdapat sebuah prioritas terhadap ide kreatif yang muncul dari warga belajar sendiri dengan memanfaatkan limbah karpet yang ada di perusahaan sekitar lingkungan mereka. Ide tersebut berawal dengan pembuatan keset, namun akhirnya berkembang dengan pembuatan lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 11

12 4. Tahap IV Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tutor membantu warga belajar dalam merencanakan dan menyiapkan karya. Dengan mencari buku ketrampilan, tutor mulai mencoba mengadopsikan polapola dalam buku ketrampilan tersebut menjadi sebuah produk yang sesuai dengan ide awal yaitu pembuatan keset, lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone dari sisa limbah karpet. Kemudian tutor menyajikan tata cara pembuatan produk tersebut dalam bentuk teks yang harus dipelajari oleh warga belajar. Dari sinilah kemudian proses belajar mengajar dimulai dengan beberapa keilmuan untuk menciptakan sebuah produk. Adapun beberapa keilmuan yang harus dipelajari oleh warga belajar adalah sebagai berikut : Belajar anyaman dasar Anyaman adalah hasil dari menganyam yaitu mengatur bilah bambu atau bahan lain secara tindih menindih atau silang menyilang (Joko Santoso, 2010:6) Belajar tehnik menjahit Menjahit merupakan proses dalam menyatukan bagian-bagian kain yang telah digunting berdasarkan pola dengan benang (Tuti Siswanti, 2004:5) Belajar aneka kerajinan kain perca Berkreasi dengan kain perca adalah menyatukan lapisan-lapisan kain perca menjadi satu paduan yang unik dan indah. Keberagaman kain perca baik dari segi warna, corak, maupun bahan justru membuat satu kesatuan tekstur yang mempesona (E Kristin Siregar, 2009:6) BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 12

13 Belajar berkreasi dengan barang bekas Dalam pemanfaatan barang bekas, kreativitas merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan nilai akhir dari suatu barang. Dengan daya kreativitas yang berbeda dari setiap orang sering kali menghasilkan benda baru dan bernilai lebih. Hal ini karena kreativitas merupakan sebuah kelebihan yang dimiliki oleh semua orang. Setiap orang mempunyai daya kreasi yang tidak terbatas yang membuat dia dapat bertahan di lingkungan yang terbatas (Sisdiati, 2010:9) Belajar ketrampilan wadah-wadah kreatif Disekitar kita masih banyak barang yang dapat didaur ulang. Dengan sedikit kreatifitas barang-barang tersebut dapat diwujudkan menjadi kerajinan dan hasta karya (Bagas Shinugi, 2009:6) setelah memahami pembelajaran teori yang cukup banyak memakan waktu dan ketlatenan barulah menginjak pada pembelajaran praktek. 5. Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran Tutor membantu warga belajar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil belajar dengan cara memberikan test berupa soal cara membuat produk yang telah mereka buat beserta ukuran-ukuranya dari sinilah dapat dilihat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah tutor laksanakan. Bentuk evaluasi ini sesuai dengan peningkatan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) Kemudian setelah dirasa cukup tutor menyampaikan sebuah apresiasi terhadap hasil belajar dan ditindaklanjuti dengan penyampaian pengetahuan tentang : BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 13

14 Kualitas produk kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. ( Warga belajar desa Sumberejo mulai menerapkan konsep mutu / kualitas pada produknya walaupun belum memiliki acuan standar yang dipergunakan. Tehnik pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar ( Pengetahuan warga belajar tentang teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet didesa Sumberejo dibuktikan dengan kemajuan pengetahuan tentang metode pemasaran yang diawali dari metode sederhana berupa menjual hasil produknya dengan cara ditawarkan kepada tetangga dan lingkungan sekitar mereka. Peran koperasi untuk usaha kecil menengah Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut: BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 14

15 a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. e. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa. Dalam hal ini warga belajar belum muncul keinginan menjadi anggota koperasi, dikarenakan dengan pertimbangan penghasilan yang masih belum menentu. Sehingga keterlibatan koperasi untuk untuk berperan menuntaskan warga belajar didesa Sumberejo masih dalam wacana. C. KENDALA YANG DIHADAPI Hakikat pembelajaran keaksaraan berpusat pada masalah, minat dan kebutuhan warga belajar itu sendiri. Substansi materi belajarnya didasarkan pada kegiatan untuk membantu mereka dalam mengimplementasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 15

16 belajar apa yang mereka ingin pelajari, sehingga usaha untuk membebaskan mereka dari buta aksarapun harus menemui kendala, antara lain : 1. Proses pelaksanaanya membutuhkan cukup banyak waktu untuk memulai persiapan pembelajaran. 2. Keterbatasan pengetahuan mereka terhadap kompetisi usaha menjadikan cara berinovasi produknya lebih banyak menjiplak / mengcopi daripada menciptakan kreasi baru. 3. Keterbatasan alat kerja yang dimiliki warga belajar untuk membuat produk, sehingga harus membuat produk secara konvensional. 4. Persaingan harga produk diluar yang sangat ketat menjadikan keuntungan penjualan produk sangat minim. D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Dalam pelaksanaan Keaksaraan Usaha Mandiri didesa Sumberejo banyak juga hal yang menjadikan faktor pendukung terlaksananya program pemberantasan buta aksara. Hal ini menjadi salah satu penunjang keberhasilan program tersebut didesa Sumberejo. Ada 3 faktor pendukung yang dimiliki, yaitu : 1. Potensi Lokal Di desa Sumberejo, yang merupakan desa perbatasan antara kabupaten Kendal dengan kabupaten kota Semarang dimana rata-rata penduduknya berprofesi sebagai petani, buruh pabrik dan buruh borongan. Keadaan geologinya yang datar dan jauh dari aktifitas perdagangan menjadikan desa ini banyak dilirik pengusaha besar untuk mendirikan pabrik-pabrik. Salah satu hal yang penulis sorot adalah keberadaan pabrik karpet yang hasil limbahnya belum terkelola BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 16

17 secara intensif, padahal memiliki potensi ekonomi yang bagus karena dapat dibuat sebagai produk yang layak jual. 2. Disain lokal Sumberejo merupakan wilayah desa dengan taraf pendidikan rata-rata relatif rendah yang kebanyakan masyarakatnya lebih banyak waktu dirumah menjadikan salah satu alasan penulis untuk memunculkan ide-ide kreatif disela-sela waktu mereka sehingga nantinya dapat menstimulasi warga belajar untuk lebih bisa berkreasi mendesain produk-produk lain yang nantinya dapat menjadi sebuah ciri desain lokal. Dari praktek keaksaraan usaha mandiri yang telah di laksanakan di desa Sumberejo, Warga belajar dapat menciptakan produk keset, lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone yang merupakan hasil bentuk kreatifitas dari warga belajar. 3. Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Desa Seperti halnya program-program pemerintah yang lainnya, tentunya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan tanpa adanya partisipasi dari masyarakat, baik warga belajar maupun pihak-pihak lain yang terkait. Terbukti pada saat sosialisasinya program keaksaraan usaha mandiri di desa Sumberejo, respon dari pemerintah desa, Tim Penggerak PKK desa sampai Dasa Wisma serta masyarakat cukup mendukung terlaksananya program tersebut. Dari sini dapat dilihat bahwa kepedulian dan kebersamaan merupakan salah satu factor pendukung yang dimiki desa Sumberejo. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 17

18 E. RENCANA TINDAK LANJUT Untuk mengantisipasi perubahan eksternal dan dinamika hidup yang semakin hari tantanganya semakin besar, setiap warga belajar dituntut untuk selalu belajar secara mandiri agar mampu mengantisipasi jauh sebelumnya sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dalam mencapai masa depan yang lebih baik minimal dapat diwujudkan. Hal tersebut diharapkan akan mampu mengasah kemampuan warga belajar itu sendiri yang ditandai dengan terus meningkatnya keinginan untuk selalu berinovasi dan memperbaiki kwalitas produknya, karena individu yang selalu mau balajar merupakan prasyarat bagi terciptanya masa depan yang lebih baik. Dengan melihat kondisi warga belajar yang mayoritas warga miskin tentunya untuk membuka usaha secara instan tidak akan mampu untuk dilaksanakan. Rencana penulis akan menggandeng BKM Desa untuk mengadakan program pembinaan terhadap warga belajar yang berkeinginan membuka usaha melalui program-program yang digelontorkan PNPM Mandiri. Kedepanya setelah kemandirian warga belajar sudah menunjukkan peningkatan yang positif bukan tidak mungkin sebuah kelompok usaha dapat dibentuk. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 18

19 BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Adanya peningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) didesa Sumberejo yang berhubungan dengan limbah karpet. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan warga belajar ketika mengerjakan test evaluasi yang didalam test tersebut terdapat kompetensi membaca, menulis dan berhitung (calistung). 2. Adanya pengetahuan teknik pemasaran hasil pengelolaan limbah karpet tersebut yang dapat mendatangkan rejeki. Hal ini dibuktikan dengan kemajuan pengetahuan tentang metode pemasaran yang diawali dari metode sederhana berupa menjual hasil produknya dengan cara ditawarkan kepada tetangga dan lingkungan sekitar mereka. 3. Adanya pengetahuan apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari pengelolaan karpet yang ada didesa Sumberejo. Hal ini ditunjukkan dengan varian produk yang tidak hanya satu macam saja, melainkan berbagai macam seperti keset, lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 19

20 B. REKOMENDASI Beberapa hasil yang dipandang penting untuk dicermati dan menjadi rekomendasi berdasarkan hasil karya ini, adalah hal-hal sebagai berikut : 1. Rekomendasi Bagi Pemerintah (Pengambil Kebijakan) Pemerintah memberikan rambu-rambu agar tujuan pembelajaran, bahan ajar, media dan strategi pembelajaran harus dikemas secara kreatif oleh tutor, pendamping dan penyelenggara program. Perlu dukungan dari pemerintah untuk memotivasi warga belajar secara langsung secara periodik melalui kegiatan monitoring ke lokasi pembelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah yang telah dilaksanakan di desa Sumberejo dapat dijadikan khasanah kekayaan dalam pendidikan keaksaraan. Model pembelajaran berbasis masalah cukup efektif mampu meningkatkan ketercapaian kompetensi keaksaraan usaha mandiri. 2. Rekomendasi Bagi Praktisi Pendidikan Keaksaraan Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri memerlukan komitmen manajerial dari semua pihak terutama pengelola program, dan ditindak lanjuti dengan pengelolaan yang tepat dengan cara keterlibatan secara utuh baik pengelola maupun tutor. Peran praktisi pendidikan sebagai kunci, memerankan kedudukannya sebagai agen pembaharu dalam program pemberdayaan masyarakat khususnya pendidikan keaksaraan, sehingga diperlukan pemahaman teoritis dan praktis tentang pemberdayaan masyarakat. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 20

21 3. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut. Hasil karya ini baru dilaksanakan pada kelompok belajar Keaksaraan Usaha Mandiri didesa Sumberejo. Untuk menguji efektifitasnya, maka perlu dilakukan penelitian pada kelompok belajar yang dilaksanakan didaerah/wilayah lain. BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 21

22 DAFTAR PUSTAKA UU No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas Trianto Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta : Prestasi Pustaka Santoso, Joko Terampil Membuat Kerajinan Tangan. Solo : PT. Inti Prima Aksara Siswanti, Tuti Tehnik Menjahit Pakaian Wanita Dan Anak. Semarang : Aneka Ilmu Siregar, Kristin, E, Aneka Kerajinan Dari Kain Perca. Bandung : PT. Karya Kita Sisdiati Berkreasi Dengan Barang Bekas. Jakarta : CV. Pamularsih Shinugi, Bagas Wadah-Wadah Kreatif. Jakarta : PT. Mediantara Semesta UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 22

23 BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 23

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut: 307 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada bagian ini dijelaskan kesimpulan dan rekomendasi yang mengacu kepada proses pengembangan yang diterapkan, permasalahan dan tujuan penelitian serta

Lebih terperinci

2015 DAMPAK HASIL BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MASYARAKAT

2015 DAMPAK HASIL BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MASYARAKAT BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bangsa indonesia merupakan sebuah sistem pendidikan yang berakar yang berdasarkan atas pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI 341 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI Berdasarkan permasalahan kajian penelitian ini, maka ditarik beberapa kesimpulan bagi penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah, khususnya program pendidikan

Lebih terperinci

Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi

Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi Oleh : James P. Pardede Tidak mudah untuk mewujudkan target Indonesia menurunkan angka buta aksara hingga 5 persen pada 2009 mendatang, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Setiap manusia memiliki. mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Setiap manusia memiliki. mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu amanat luhur yang tercantum dalam UUD 1945 adalah, "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Setiap manusia memiliki potensi/bakat kecerdasan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini semakin maju dilihat dengan adanya pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Disamping itu, perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini membawa dampak dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Dimana hubungan kekeluargaan dalam masyarakat mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Secara keseluruhan penelitian ini telah mencapai tujuan umum dan tujuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Secara keseluruhan penelitian ini telah mencapai tujuan umum dan tujuan 224 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara keseluruhan penelitian ini telah mencapai tujuan umum dan tujuan khusus penelitian. Tujuan umum penelitian ini adalah menemukan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

LAPORAN Pengabdian Masyarakat

LAPORAN Pengabdian Masyarakat LAPORAN Pengabdian Masyarakat Pelatihan dan Pendampingan Pengelolaan Usaha Kerajinan Ibu- Ibu PKK Dukuh Pranti Gadingharjo Oleh: Lela Hindasah, SE, M.Si EKONOMI/MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendidikan nonformal dan formal. Salah satu layanan pendidikan bagi. dalam menghadapi kehidupan dalam bermasyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendidikan nonformal dan formal. Salah satu layanan pendidikan bagi. dalam menghadapi kehidupan dalam bermasyarakat. 123 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Peningkatan sumberdaya manuasia dapat dilaksanakan melalui pendidikan nonformal dan formal. Salah satu layanan pendidikan bagi peningkatan suberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang manusiawi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tidak saja terjadi tanpa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa mengakses informasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap positifnya. Akibatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang berkaitan dengan efektifitas

Lebih terperinci

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 1. Tas Laptop Dari Kain Perca Anda punya baju/rok batik yang kekecilan/robek? Mau makai bikin nggak pede, padahal kain batiknya masih bagus. Apa boleh buat, daur ulang

Lebih terperinci

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan dalam pendidikan di Indonesia adalah masalah kebutaaksaraan penduduk, terutama angka melek aksara. Sehingga sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Deklarasi Dakar berkenaan dengan pendidikan untuk semua (Education for All), semakin menguatkan dan memacu negara-negara berkembang untuk berbuat dan berusaha

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs 3. Strategi Pemerintah Indonesia Pengukuran keberhasilan dari suatu pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat

Lebih terperinci

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bagi para pelaku bisnis konveksi, mungkin kain perca hanya dianggap sebagai bagian dari limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Namun, lain halnya bagi para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan masyarakat merupakan salah satu modal dasar dan sekaligus faktor dominan dalam pembangunan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Syarif Hidayat, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir disertasi ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang kesimpulan dan rekomendasi. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan. Berhasil tidaknya suatu pembangunan tergantung pada sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan harkat dan martabat bangsa dapat ditingkatkan, sehingga tujuan untuk

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FURNITURE UNIK DARI LIMBAH JERAMI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FURNITURE UNIK DARI LIMBAH JERAMI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FURNITURE UNIK DARI LIMBAH JERAMI BIDANG KEGIATAN PKM-Kewirausahaan Diusulkan oleh : Dwi Fera Wati 8111414176 2014 Diva Aureli S. 8111414182 2014 Setyo Puji W. 8111412161

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa dan negara di masa depan, sehingga kualitas pendidikan dapat menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urgensi pendidikan di Indonesia saat ini begitu menarik untuk diperbincangakan, mulai dari perjalanan pemerintah mengubah kurikulum hingga pelatihan-pelatihan

Lebih terperinci

Ketentuan Pengajuan PKM

Ketentuan Pengajuan PKM Ketentuan Pengajuan PKM A. Program Kreatifitas Mahasiswa 1. Program Kreatifitas Mahasiswa merupakan kompetisi ide yang dilaksanakan oleh Direktorat Perguruan Tinggi (DIKTI) untuk mahasiswa se-indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan manusia tidaklah hanya membutuhkan akan materi belaka. Banyak hal yang harus di penuhi dalam rangka menjadikan manusia yang mempunyai kesantunan terhadap Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penulis mengemukakan kesimpulan dan saran pada bab ini berdasarkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penulis mengemukakan kesimpulan dan saran pada bab ini berdasarkan 134 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penulis mengemukakan kesimpulan dan saran pada bab ini berdasarkan atas hasil temuan penelitian dan uraian beberapa bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu: Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah Laris manis perkembangan bisnis handphone di Indonesia ternyata tidak hanya memberikan keuntungan besar bagi para produsen maupun distributor produk

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap. ekonomi, maupun sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan.

BAB I PENDAHULUAN. Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap. ekonomi, maupun sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia merupakan amanat konstitusi (UUD 1945). Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia, banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia, banyak jenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia, banyak jenis pekerjaan yang dilakukan. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya stratifikasi atau status sosial

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni 106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS PERMULAAN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 SUMBEREJO KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di Indonesia mampu membuka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tas digunakan oleh semua kalangan, baik kalangan atas maupun kalangan bawah, pria maupun wanita di segala usia. Selain untuk menaruh barang, tas juga berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas anak didik yang merupakan pemilik masa depan sangat ditentukan oleh perlakuan kita terhadap mereka saat ini. Maju mundurnya suatu bangsa di masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

173 Dampak Pendidikan Keaksaraan terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga.Amelia Rizky Hartini, Sumarno., Hiryanto,.

173 Dampak Pendidikan Keaksaraan terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga.Amelia Rizky Hartini, Sumarno., Hiryanto,. 173 Dampak Pendidikan Keaksaraan terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga.Amelia Rizky Hartini, Sumarno., Hiryanto,. DAMPAK PENDIDIKAN KEAKSARAAN TERHADAP TINGKAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA Amelia Rizky Hartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada persoalan peningkatan taraf hidup rakyat tetapi juga persaingan terbuka yang sangat ketat. Kekayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati Pada bab IV ini peneliti akan membahas hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan cepat dan pesat sering terjadi dalam berbagai bidang, seperti politik/ketatanegaraan, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, ini merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, masyarakat sangat mengharapkan adanya pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap manusia karena pendidikan memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998. Kehadiran PKBM sebenarnya

Lebih terperinci

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan Rupiah Laris manis perkembangan bisnis handphone di Indonesia ternyata tidak hanya memberikan keuntungan besar bagi para produsen maupun distributor produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metodemetode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara tingkah laku yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi kehidupan sosial, budaya, dan masyarakat. Tirtarahardja (2005:226) mengatakan bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kebutuhan bagi suatu Bangsa dan Negara, jika ingin berpartisipasi aktif dalam pembangunan di era kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BERBAGAI JENIS BARANG FUNGSIONAL YANG CANTIK, MENARIK, UNIK, DAN EKSKLUSIF DARI BAHAN DASAR SAMPAH PLASTIK DI KELURAHAN NEGLASARI BANDUNG

PEMBUATAN BERBAGAI JENIS BARANG FUNGSIONAL YANG CANTIK, MENARIK, UNIK, DAN EKSKLUSIF DARI BAHAN DASAR SAMPAH PLASTIK DI KELURAHAN NEGLASARI BANDUNG PEMBUATAN BERBAGAI JENIS BARANG FUNGSIONAL YANG CANTIK, MENARIK, UNIK, DAN EKSKLUSIF DARI BAHAN DASAR SAMPAH PLASTIK DI KELURAHAN NEGLASARI BANDUNG Henny Utarsih henny.utarsih@gmail.com Heppy Agustiana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang berlangsung sepanjang hayat (life long learning). Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan perwujudan dan cita-cita luhur bangsa dan negara, yaitu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan manusia di muka bumi adalah sebagai wakil Allah yang harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta mengelola kekayaan alam untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA PEMANFAATAN LIM-IN-DUNG (LIMBAH KAIN KERUDUNG) MENJADI BARANG MULTIGUNA DAN EKONOMIS

USULAN PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA PEMANFAATAN LIM-IN-DUNG (LIMBAH KAIN KERUDUNG) MENJADI BARANG MULTIGUNA DAN EKONOMIS USULAN PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA PEMANFAATAN LIM-IN-DUNG (LIMBAH KAIN KERUDUNG) MENJADI BARANG MULTIGUNA DAN EKONOMIS BIDANG KEGIATAN: PKM-KEWIRAUSAHAAN Diususlkan oleh: 1. Nasyiatul Iffah 8111415254

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri kreatif merupakan kelompok industri kecil yang mengeksploitasi ide atau kekayaan intelektual dibidang handicraft, sehingga memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan di berbagai bidang dengan titik

Lebih terperinci

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Pembelajaran Matematika Kelas V SDN. 01 Blulukan)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Pembelajaran Matematika Kelas V SDN. 01 Blulukan) 0 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Pembelajaran Matematika Kelas V SDN. 01 Blulukan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

Kabupaten Bogor, orang diantaranya peserta didik Pendidikan kewirausahaan masyarakat yang didalamnya termasuk program Kursus

Kabupaten Bogor, orang diantaranya peserta didik Pendidikan kewirausahaan masyarakat yang didalamnya termasuk program Kursus 273 A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengacu pada proses pengembangan yang diterapkan, permasalahan dan tujuan yang dihubungkan dengan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka pada akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran

Lebih terperinci