EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT SAMBA WIRAHMA G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT SAMBA WIRAHMA G"

Transkripsi

1 EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT SAMBA WIRAHMA G DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT SAMBA WIRAHMA G Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Meteorologi DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 Judul Nama NRP : Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat. : Samba Wirahma : G Menyetujui Pembimbing Skripsi Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP Mengetahui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Drh. Hasim, DEA NIP Tanggal Lulus :

4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 6 Mei 1984 dari pasangan Dikdik Sadikin dan Iah Subadriah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cianjur. Di tahun yang sama juga penulis diterima di Program Studi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan di IPB, penulis pernah menjadi anggota Departemen Olah Raga dan Seni di Himpunan Profesi dan Mahasiswa Departemen Geofisika dan Meteorologi (HIMAGRETO). Selain itu penulis juga berprestasi dalam bidang olahraga yang diadakan oleh BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, diantaranya yaitu juara 1 Volley Putra pada tahun 2006, juara 2 Tenis Meja pada tahun 2005, 2006 dan 2008 serta menjadi top scorer futsal tahun 2003 yang diadakan oleh BEM TPB-IPB. Pada tahun 2005 tepatnya bulan Juli Agustus 2005, penulis pernah melaksanakan Praktek Lapang di Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Topik yang diambil adalah Luas Serangan Tikus dengan judul Analisis Hubungan Iklim dengan Luas Serangan Tikus pada Tanaman Padi di Kabupaten Cianjur.

5 RINGKASAN Samba Wirahma : Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. Penelitian ini bertujuan menentukan kesesuaian agroklimat untuk pengembangan budidaya tanaman melon di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2007 di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi, IPB. Peningkatan produksi buah melon dapat dilakukan dengan sistem usaha tani yang benar (intensifikasi) dan sistem perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi). Ekstensifikasi pertanian tidak dapat dilakukan di sembarang daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik lahan tertentu yang cocok untuk tanaman tertentu pula. Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang tepat sesuai bagi pengembangan tanaman melon adalah dengan memperhatikan aspek agroklimatnya, yaitu faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban udara. Ketiga faktor tersebut sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Sedangkan faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan topografi daerah. Dari hasil analisis dan pemetaan menunjukkan luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km 2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km 2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km 2 atau sekitar 39% dari luas provinsi. Daerah paling luas yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman melon adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2477,45 km 2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2197,48 km 2 dan Kabupaten Ciamis seluas 2058,38 km 2.

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Melon (Cucumis melo L.) dan Potensi Pengembangannya di Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS selaku pembimbing penelitian yang telah banyak membimbing dan mengarahkan dari awal penelitian hingga selesainya laporan ini., juga kepada Bapak Ir.Impron, M.Agr.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama berada di bawah bimbingannya sekaligus sebagai Dosen Penguji dalam ujian sidang kelulusan penulis. Ungkapan terima kasih yang paling dalam disampaikan kepada Ayah, Ibu, Suri, Sera dan seluruh keluarga besarku atas doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, ucapan terima kasih juga diberikan kepada: 1. I Putu Santikayasa S.Si, M.Sc sebagai dosen penguji. 2. Seluruh dosen pengajar di Departemen Geofisika dan Meteorologi yang telah memberikan semua ilmunya kepada para mahasiswa 3. Para staf TU Departemen Geofisika dan Meteorologi : Bang Azis, Pak Toro, Pak Pono, Pak Udin, Pak Khairun, Mbak Wanti, Mbak Icha dan Bu Indah. 4. Seluruh teman teman GFM 39 (kebersamaan dalam berangkat dan pulang kuliah, kebersamaan dalam tidur di kelas, kebersamaan gadang, kebersamaan cari makanan murah dan kebersamaan himakopa), selalu tersenyum dan riang gembira my bro n sis. 5. My bro-nya adalah : Basyarudin aeuhhh, Deni penunjuk, Eko orang lo, Zainul hp di atas kardus, Gian punya temaan, Ridwan hai wan, Mian ayumas, Dwi inter, Anton hihihi, Mas Joko, Aprian Epp, La Ode, Sapatu budak leungit di masigit adin, Wahyu apa sih, Rudi sisir kecil. 6. My sis-nya adalah : Hesti ningnong2, Kiki mantan mahasiswi lucu 2002, Bu Guru Fio, Nana Whahahaha, Ipit Arif, Ana black beautiful, Nida is my name, An-an si..., Lupi baju pink, Vivi baju kuning, Lina suka hyde, Aniyasa, Yuhanna don t panic, Lindawatil, I Misna like crazy (The Moffats), Sasat pemilik kolam renang, Dwinita kemana sih? 7. Geofisika dan matematika dan tanah seperti Arif de gret, Toni jagalah kata-katanya, David dave. 8. Keponakanku yang endut bernama Dada dan Tantenya yang bernama Eva. 9. Master Arc View Sopyan dan Fauzi. 10. Para pemilik kosan dimanapun anda berada Orang-orang yang menjadikan saya seperti sekarang ini (Yudha, Bolai, Cecep, Pandu, Gemi, Usep, Ikhsan dan semua teman di Cianjur), kalian yang membuatku selalu menikmati hidup. 12. Thom Yorke dan Damon Albarn. 13. Pandaku, Dewy Suryani Ullva. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Jika ada salah kata penulis memohon maaf yang sebesarbesarnya. Bogor, Mei 2008 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN.. vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Asumsi 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul Penyebaran Melon Agronomi Tanaman Melon Tipe dan Varietas Melon Teknik Budidaya Melon Penyiapan Lahan Penyiapan Benih dan Pembibitan Penanaman Pemeliharaan Tanaman Panen dan Pasca Panen Hama dan Penyakit Manfaat dan Kandungan Gizi Buah Melon Produksi Melon di Indonesia Kesesuaian Agroklimat Tanaman melon Suhu Udara Curah Hujan dan Kelembaban Udara Tanah Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan Sistem Informasi Geografis... 8 III. METODOLOGI Bahan dan Alat Waktu dan Tempat Penelitian Metode... 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Kesesuaian Jenis Tanah Kesesuaian Agroklimat Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran. 17 DAFTAR PUSTAKA. 18 LAMPIRAN

8 DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi buah melon di Indonesia Jenis hama yang menyerang tanaman melon Jenis penyakit yang menyerang tanaman melon Defisiensi unsur hara pada tanaman melon Kandungan gizi melon per 100 gram berat yang dapat dimakan Tipe/varietas melon berdasarkan ketinggian tempat dan suhu Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat Luas wilayah yang potensial untuk pengembangan tanaman melon di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat Potensi wilayah untuk ekstensifikasi tanaman melon di Provinsi Jawa Barat Produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat... 16

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Buah melon Berbagai tipe buah melon 4 3. Bibit melon siap tanam 5 4. Peta kesesuaian iklim dan ketinggian tanaman melon Peta kesesuaian jenis tanah tanaman melon Peta kesesuaian agroklimat tanaman melon Wilayah yang potensial untuk ekstensifikasi tanaman melon di Provinsi Jawa Barat 15

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lokasi stasiun iklim di Provinsi Jawa Barat Curah hujan rata-rata bulanan di Provinsi Jawa Barat ( ) Jenis-jenis tanah beserta sifat dan penggunaannya Persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) modifikasi dari Djaenudin et al, Berbagai varietas melon hibrida yang sedang beredar maupun yang pernah beredar di Indonesia Berbagai jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman melon di Indonesia Peta administrasi Provinsi jawa barat Peta sebaran suhu rata-rata tahunan Provinsi Jawa barat Peta sebaran kelembaban udara rata-rata tahunan Provinsi Jawa barat Peta sebaran curah hujan tahunan Provinsi Jawa Barat Peta kesesuaian ketinggian tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat Peta kesesuaian iklim tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat Peta jenis tanah provinsi Jawa Barat Peta kesesuaian tanah untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat Peta kesesuaian agroklimat tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat Peta penutupan lahan Provinsi Jawa Barat Peta rekomendasi wilayah pengembangan tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat Manajemen produksi dan pemasaran melon. 39

11 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat seiring dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi, sehingga peningkatan hasil produksi pertanian sangat diperlukan. Komoditas hortikultura sudah dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru dalam sektor pertanian, karena memiliki potensial pasar yang tinggi. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka permintaan masyarakat terhadap produk hortikultura di dalam negeri diperkirakan akan meningkat. Buah-buahan merupakan komoditas hortikultura selain sayuran, tanaman hias dan tanaman obat yang mempunyai peranan penting dalam hal pemenuhan gizi masyarakat dan potensi ekonomi (Harjadi, 1989). Mayoritas penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di Jawa, Bali, Lampung dan Sumatera, sudah akrab dengan buah melon. Dahulu buah melon mendapat julukan buah eksotik karena harganya mahal sehingga hanya dikonsumsi golongan masyarakat kelas atas. Namun, saat ini buah melon sudah memasyarakat seperti halnya buah semangka non-biji, apel, anggur dan jenis buah lainnya. Sayang sekali pasokan buah ini secara kontinu masih terbatas. Kalaupun ada, buah itu belum tentu memenuhi standar kualitas ekspor yang harus bersaing dalam era pasar bebas (Prajnanta, 2004). Melon termasuk salah satu jenis buahbuahan yang relatif belum lama dibudidayakan di Indonesia. Daya pikat buah melon bagi konsumen terletak pada cita rasanya yang enak, manis, beraroma wangi dan khas, serta menyegarkan. Sedangkan daya tarik melon bagi pembudidayanya adalah nilai ekonomi dan publisitasnya yang tinggi (Herlina, 1994) Kondisi tanah dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk pengembangan tanaman melon. Meskipun benih melon sampai saat ini harus diimpor (diintroduksi) dari luar negeri, namun pengembangan budidayanya berprospek cerah. Di samping untuk menekan impor buah melon, pengembangan tanaman ini dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, perbaikan gizi masyarakat dan juga menambah keanekaragaman jenis buahbuahan yang dihasilkan di Indonesia (Rukmana, 1994). Tanaman melon sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan tanaman melon cepat menghasilkan buah, harga yang relatif stabil, nilai ekonomi yang tinggi, permintaan pasar yang meningkat, serta dikenal masyarakat secara luas. Berdasarkan Departemen Pertanian (2007), produksi buah melon terus mengalami peningkatan pada tahun (secara berurutan) yaitu ton, ton, ton, dan pernah mencapai ton pada tahun Menurut Muhtar (2005) konsumsi buah melon pada diperkirakan mencapai 1,34-1,50 kg/kapita/tahun dikarenakan adanya perubahan pola makan masyarakat yang semakin membutuhkan gizi seimbang, bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat. Tabel 1 menunjukkan produksi buah melon di Indonesia selama kurun waktu tahun Tabel 1. Produksi buah melon di Indonesia Tahun Luas Panen Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) (Ha) ,927 37, ,238 59, ,329 70, ,287 47, ,245 58, ,189 55, Sumber : Dinas Pertanian, 2007 Peningkatan produksi buah melon dapat dilakukan dengan sistem usaha tani yang benar (intensifikasi) dan sistem perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi). Ekstensifikasi pertanian tidak dapat dilakukan di sembarang daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik lahan tertentu yang cocok untuk tanaman tertentu pula. Hal ini menyebabkan setiap tanaman belum tentu dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan baik. Untuk melakukan ekstensifikasi pertanian diperlukan sumber daya alam yang mendukung, baik untuk pertumbuhan, perkembangan atau produktivitas tanaman (Khomarudin, 1998). Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang tepat sesuai bagi pengembangan tanaman melon adalah dengan memperhatikan aspek agroklimatnya, yaitu faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu dan radiasi. Ketiga faktor tersebut sangat menentukan

12 pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Sedangkan faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan topografi daerah. Pengembangan komoditas pada daerah yang tidak sesuai secara agroklimatnya dapat mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi, produktivitas yang rendah, input produksi tinggi dan mutu hasil rendah (Darmaputra, 2006) Tujuan Penelitian ini bertujuan menentukan kesesuaian agroklimat untuk pengembangan budidaya tanaman melon di Jawa Barat Asumsi Pada penelitian ini nilai pembobotnya diasumsikan sama, artinya masing-masing parameter mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon. 2

13 II. TINJAUAN PUSTAKA Asal-Usul dan Penyebaran Melon Menurut asal-usulnya, konon tanaman melon berasal dari daerah Mediterania yang merupakan perbatasan Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Secara khusus ada yang menyebutkan bahwa melon berasal dari lembah Persia (Syria). Tanaman ini kemudian menyebar secara luas ke Timur Tengah dan merambah ke Eropa (Denmark, Belanda, Jerman). Dari Eropa, melon dibawa ke Amerika pada abad ke-14 dan ditanam secara luas di daerah Colorado, California dan Texas. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama pada daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Korea, Australia, hingga berkembang di Indonesia. Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor yang dikonsumsi oleh kalangan atas terutama tenaga-tenaga ahli asing yang tinggal di Indonesia. Peraturan pemerintah yang membatasi peredaran buah impor di Indonesia pada saat itu menyebabkan pengusaha agribisnis membudidayakan buah melon di Indonesia. Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua-Bogor dan Kalianda-Lampung oleh PT Jaka Utama Lampung. Perusahaan agribisnis ini mencoba menanam berbagai varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman, bahkan mereka mendatangkan tenaga ahli dari Taiwan untuk membantu teknis budidayanya. Tidak mengherankan bila kemudian varietas melon yang terkenal di Indonesia adalah varietas melon dari Taiwan. Perkembangan selanjutnya daerah sentra melon saat itu di wilayah Bogor yaitu di daerah Cisarua, Cibinong dan Darmaga. Dari Bogor kemudian petani mengembangkan penanamannya ke wilayah Sukabumi, yaitu di daerah Cicurug dan Jampang. Sejak PT Jaka Utama Lampung bubar maka tenaga kerjanya, yang sebagian besar berasal dari daerah Ngawi-Jawa Timur, berusaha menanam melon sendiri di daerah asalnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila melon kemudian berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten), bahkan untuk saat ini daerah-daerah tersebut merupakan pemasok terbesar buah melon di Indonesia dan mengalahkan daerah asal melon pertama ditanam yaitu daerah Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004) Agronomi Tanaman Melon Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman melon termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) seperti halnya dengan blewah (Cucumis melo L.), semangka (Citrullus vulgaris Schard.), mentimun (Cucumis sativus L.), pare (Momordica charantia L. Roxb.) dan waluh (Cucurbita moschata). Kedudukan tanaman melon dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Divisi : Spermatophyta 2) Sub-divisi : Angiospermae 3) Klas : Dicotyledonae 4) Sub-klas : Sympetalae 5) Ordo : Cucurbitales 6) Famili : Cucurbitaceae 7) Genus : Cucumis 8) Spesies : Cucumis melo L. Gambar 1. Buah Melon. Sumber : Prajnanta, 2004 Melon termasuk tanaman semusim atau setahun (annual) yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin. Tanaman melon memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (tersier). Panjang akar primer sampai pangkal batang berkisar cm, sedangkan akar lateral menyebar sekitar cm (Prajnanta, 2004) Batang tanaman bisa mencapai ketinggian (panjang) antara 1,5-3,0 m, berbentuk segilima, lunak, berbuku-buku, sebagai tempat melekatnya tangkai daun. Helai daun berbentuk bundar bersudut lima dan berlekuk-lekuk, diameternya antara 8-15 cm dan letak antara satu daun dengan daun lainnya berselang-seling (Gillivary, 1961). Dari ketiak-ketiak di antara batang dan tangkai daun muncul tunas atau cabang dalam jumlah cukup banyak, hingga mencapai 20 tunas cabang. Bunga melon terdiri atas tiga 3

14 macam, yaitu bunga betina, jantan dan bunga sempurna. Penyerbukan bunga dilakukan dengan bantuan serangga lebah, dapat juga dibantu oleh tangan manusia (Rukmana, 1994). Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun berat atau bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau silindris. Warna kulit buah antara putih susu, putih-krem, hijau-krem, hijau kekuningkuningan, hijau muda, kuning, kuning-muda, kuning jingga sampai kombinasi dari warnawarni tersebut, bahkan ada yang bergarisgaris, totol-totol, dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus. Daging buah melon berwarna jinggatua hingga muda, kuning-jingga, hijau-muda, putih, putih-susu sampai putih kehijauhijauan. Ketebalan daging buah antara agak tebal (sedang) sampai tebal dengan cita rasa manis beraroma harum yang khas. Kandungan kadar gulanya pada kisaran 10-16% dan berat buah antara 0,4-2,0 kg/butir. Umur buah dipanen antara hari setelah pindah tanam, tergantung varietasnya (Rukmana, 1994) Tipe dan Varietas Melon Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, Korea, Jerman, Denmark dan Belanda (Prajnanta, 2004). Berdasarkan penampilan kulit buahnya, melon digolongkan menjadi melon tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon). Dari kedua tipe tersebut, netted melon bernilai ekonomi lebih tinggi (Edmond, et al, 1957) Tipe melon berjaring (netted melon) mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar, berjaring dan tahan lama. Tipe netted melon terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var. reticulatus) dan canteloupe (Cucumis melo var. cantelupensis). Tipe musk melon ini paling banyak ditanam di Indonesia, contohnya varietas Sky Rocket, Action, Aroma, Sweet Star, Select Rocket dan Emerald Sweet. Sedangkan tipe cantaloupe kurang digemari konsumen, sehingga telah hilang dari pasaran. Varietas yang masih bertahan saat ini adalah varietas New Century yang berbentuk lonjong. Tipe melon tanpa jaring (winter melon) berkulit buah halus dan mengkilap. Contoh tipe winter melon adalah casaba melon (Cucumis melo var. inodorous). Contoh melon dalam tipe ini adalah varietas Honey Dew, Honey World, Sun dan Super Salmon. Selain tipe netted dan winter melon, terdapat pula tipe yang kulitnya semi berjaring (semi-netted melon). Varietas Jade Dew dan Ten-Me merupakan contoh melon tipe semi berjaring, tetapi mempunyai penampilan agak mirip winter melon (Prajnanta, 2004). Gambar 2. Berbagai tipe Buah Melon. Sumber : Rukmana, 1994 Variasi dalam bentuk, ukuran, rasa dan aroma buah melon tergantung dari varietasnya (Tjahjadi, 1994). Meskipun varietas melon hibrida jumlahnya banyak dan dari waktu ke waktu bertambah terus, tetapi jenis atau varietas yang berkembang di lapangan masih relatif sedikit. Tanaman melon yang banyak diusahakan sebagai penghasil buah komersial di Indonesia adalah varietas Sky Rocket yang termasuk tipe netted melon. Ciri-cirinya mempunyai kulit buah keras, kasar, berurat, bergambar seperti jala (net) dan tahan lama dengan umur panen antara hari sejak berbunga (Sarwono, 1990). Varietas lain yang mulai banyak ditanam para petani di berbagai daerah adalah : Jade Dew, Ten-Me, Sun, Honey World dan New Century Teknik Budidaya Tanaman Melon Penyiapan Lahan Penyiapan lahan untuk tanaman melon disesuaikan dengan sistem tanam yang dipilih, yaitu sistem lanjaran dan dijalarkan di permukaan tanah. Pada sistem tanam lanjaran, lahan untuk kebun melon tanahnya diolah (dibajak) sampai berstruktur remah, kemudian dibuatkan bedengan-bedengan selebar cm, tinggi cm, selokan atau jarak antar bedengan cm dan panjang bedengan sebaiknya tidak lebih dari 12 m untuk mempermudah pengelolaan (pemeliharaan) tanaman melon. Penyiapan lahan untuk bertanam melon selain dengan cara biasa (konvensional) berupa bedengan-bedengan terbuka, juga dapat menerapkan sistem mulsa plastik. Jenis 4

15 mulsa plastik ini berwarna hitam perak, sehingga popular disebut Mulsa Plastik Hitam Perak (Rukmana, 1994) Penyiapan Benih dan Pembibitan Bersamaan dengan kegiatan penyiapan lahan, dilakukan penyiapan benih melon dan pembibitannya. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan benih melon sekitar gram bila populasinya kurang lebih tanaman atau tergantung jenis melonnya. Benih ini disemaikan dulu dalam polybag kecil ukuran 8 x 10 cm hingga bibitnya berdaun 2-3 helai (Rukmana, 1994) Penanaman Bibit melon dapat dipindah tanamkan dari persemaian ke kebun pada umur hari setelah semai benih, yakni telah berdaun 2-3 helai. Waktu tanam yang paling ideal adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh terik matahari dan suhu udara tinggi. Gambar 3. Bibit Melon Siap Tanam. Sumber : Prajnanta, Pemeliharaan Tanaman Khusus pada sistem tanam yang dirambatkan, seawal mungkin dilakukan pemasangan lanjaran (turus) dari bilah bambu. Ukuran panjang lanjaran cm dan lebar 3-4 cm, dipasang berjajar dekat batang tanaman melon, sehingga membentuk segitiga. Antara satu turus dengan turus yang lainnya dihubungkan dengan gelagar arah mendatar dan diikatkan tali rafia cukup kuat. Pengairan dilakukan secara rutin pagi atau sore hari, terutama pada fase awal pertumbuhan, baik dengan cara dileb (digenangi) maupun disiram. Menjelang pembentukan jaring pada kulit buah melon tipe berjala, penyiraman dihentikan selama 1 minggu. Setelah jaringan jala mencapai sekitar 60% terbentuk, tanaman disiram lagi secukupnya. Hal ini bertujuan agar pembentukan jaring buah dapat sempurna dan merata. Tanaman melon yang ditanam dengan sistem dijalarkan di permukaan tanah, setelah tumbuh memanjang sebaiknya diatur merambat membentuk siku-siku dengan barisan tanaman. Khusus pada pertanaman melon yang ditanam dengan sistem dijalarkan di permukaan tanah, perlu penutupan serasah atau jerami seawal mungkin, terutama untuk melindungi buah agar tidak terkena tanah. Penyerbukan bunga dilakukan bila tidak ada serangga lebah ataupun keadaan cuaca kurang baik (suhu udara terlalu rendah). Tata cara penyerbukannya adalah dengan mengoleskan serbuk sari dari bunga jantan kepada kepala putik dengan alat bantu kuas gambar (Rukmana, 1994) Panen dan Pascapanen Kematangan buah melon siap dipanen sangat tergantung pada varietasnya dan juga dipengaruhi keadaan iklim setempat. Beberapa varietas melon hibrida yang sudah banyak ditanam petani di berbagai daerah, umumnya dapat dipanen pada umur hari setelah pindah tanam (hspt), atau kisaran hari setelah berbunga (hsb). Ciri-ciri umum buah melon siap panen antara lain beraroma harum, warna kulit kekuning-kuningan, tangkai buahnya retak dan garis pemisah antara tangkai dan buahnya tampak jelas. Pada jenis melon yang buahnya berjaring, struktur jaringnya harus sudah penuh dan sempurna. Pemanenan yang terlalu dini akan menyebabkan kualitas buah yang rendah, yakni kadar gulanya belum maksimum sehingga rasanya kurang manis. Panen melon dapat dilakukan sekaligus total, tetapi dapat pula secara bertahap, tergantung kematangan buah. Pada sistem pemeliharaan yang intensif, produksi melon hibrida berkisar antara ton/hektar (sistem tanam lanjaran) atau ton/hektar untuk sitem tanam dijalarkan di permukaan tanah. Di pasar-pasar swalayan, kualitas atau mutu buah melon diklasifikasikan dalam tiga kelas mutu berdasarkan bobot (berat); yaitu M 1 beratnya diatas 1,5 kg/buah, M 2 antara 1,0-1,5 kg/buah dan M 3 dibawah 1,0 kg/buah. Khusus pada jenis melon berjaring, klasifikasi tadi dilengkapi dengan kiteria struktur jaringnya merata, juga diisyaratkan dengan keseragaman buah, kemulusan, aromanya tajam dan tahan simpan (Prajnanta, 2004) Hama dan Penyakit Umumnya, benih melon yang beredar bukanlah asli dari Indonesia sehingga belum beradaptasi secara luas dengan iklim Indonesia. Oleh sebab itu, melon sangat peka terhadap serangan hama dan penyakit. 5

16 Tanaman melon juga dikenal peka terhadap kekurangan unsur hara tertentu. Jenis-jenis hama dan penyakit serta gejala kekurangan unsur hara yang biasa menyerang tanaman melon diuraikan pada tabel-tabel dibawah ini. Tabel 2. Jenis hama yang menyerang tanaman melon. Hama Lalat Buah (Bactrocera cucurbitae Coquilett) Thrips (Thrips parvispinus Karny) Kutu Aphids (Aphis gossypii Glover) Kumbang Daun (Aulacophora femoralis Motschulsky) Ulat perusak daun Hama pemotong bibit Tungau Nematoda Sumber : Prajnanta, 2004 Tabel 3. Jenis penyakit yang menyerang tanaman melon Penyakit Layu bakteri (bacterial wilt) Embun bulu (downy mildew) Busuk pangkal batang (gummy stem blight) Busuk leher batang Layu fusarium Kudis Antraknosa Busuk cabang/tangkai Busuk buah Bercak bakteri (angular leaf spot) Powdery mildew Penyakit virus Sumber : Prajnanta, 2004 Tabel 4. Defisiensi unsur hara pada tanaman melon Defisiensi Unsur Hara Defisiensi unsur boron Defisiensi unsur kalium Defisiensi unsur magnesium Sumber : Prajnanta, Manfaat dan Kandungan Gizi Buah Melon Melon saat ini tidak hanya dikonsumsi sebagai buah segar saja. Selain sebagai buah meja, melon juga dihidangkan dalam bentuk jus. Berbagai produk makanan maupun minuman seperti sirup, permen dan susu menyajikan melon sebagai pilihan rasa. Melon menjadi salah satu sumber energi karena mengandung kalori, lemak dan karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan vitamin C pada melon akan mencegah terjadinya sariawan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Saat ini melon sering digunakan sebagai buah untuk terapi kesehatan. Melon mengandung zat adenosine, yaitu suatu zat antikoagulan yang berfungsi menghentikan penggumpalan keping sel darah. Apabila penggumpalan sel darah ini berlanjut dan tidak dihentikan akan menyebabkan timbulnya stroke/sakit jantung. Penelitian lain menyebutkan bahwa zat karotenoid pada melon cukup tinggi sehingga dapat mencegah penyakit kanker, terutama kanker paru-paru (Wirakusumah, 1995). Tabel 5. Kandungan gizi melon per 100 gram berat yang dapat dimakan Kandungan Gizi Nilai Satuan Kalori (Energi) Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor 21,0 kal 0,6 g 0,1 g 5,1 g 15,0 mg 25,0 mg Besi 0,5 mg Vitamin A Vitamin B 1 Vitamin B 2 Vitamin C Niasin Serat Air 640,0 Sl 0,03 mg 0,02 mg 34,0 mg 0,8 g 0,3 g 93,5 g Sumber : Wirakusumah (1995) Produksi Melon di Indonesia Konsumsi buah melon semakin meningkat seiring dengan pola makan penduduk Indonesia yang membutuhkan buah segar sebagai salah satu menu gizi sehari-hari. Melon yang awalnya hanya dikenal sebagai buah untuk konsumsi masyarakat golongan atas, sekarang sudah mulai dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat meskipun belum mampu menjangkau seluruh pelosok Indonesia. Volume permintaan buah melon cukup tinggi, tetapi sering kali permintaan pasar domestik tidak terpenuhi karena keterbatasan produksi melon. Hal ini diakibatkan oleh masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman melon di Indonesia. Daerah sentra penanaman melon saat ini hanya terdapat di daerah Jawa Timur (Ngawi, Madiun, Ponorogo, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Jember dan Banyuwangi selatan) seluas hektar; Jawa Tengah (Semarang, Salatiga, Sragen, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, 6

17 Klaten dan Magelang) seluas 500 hektar; Jawa Barat (Sukabumi dan Cisarua, Bogor) seluas 400 hektar, serta sisanya seluas 50 hektar tersebar di beberapa daerah seperti DIY, Lampung, Aceh, Medan dan Riau (Prajnanta, 2004) Kesesuaian Agroklimat Tanaman Melon Suhu Udara Melon dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah sub tropis dan tropis. Di daerah tropis secara umum berlaku bahwa suhu udara menurun C tiap kenaikan 100 mdpl. Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah mdpl. Pada ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal. Persyaratan kebutuhan iklim tanaman melon adalah sebagai berikut: suhu rata-rata berkisar antara C dan suhu yang optimum sekitar C (Djaenudin, et al, 2000) Tabel 6. Tipe/varietas melon berdasarkan ketinggian tempat dan suhu. Ketinggian Suhu Udara Tipe/Varietas Tempat (mdpl) ( 0 C) Melon ke atas < 10 Musk Melon Musk Melon Oriental Sweet Melon Cantaloupe Melon Casaba Melon (Winter Melon) Cantaloupe, Casaba melon Sumber : Setiadi (1987) Suhu udara yang sangat rendah menyebabkan : (a) pertumbuhan daun dan buah menurun; (b) pertambahan cabang tersier dan sekunder berkurang; (c) distribusi hasil fotosintesis dari tajuk akan terganggu; (d) respirasi menurun, dan (e) pembungaan dan terjadinya buah meningkat terutama oleh suhu udara pada malam hari yang rendah (William dan Joseph, 1973). Sementara itu keadaan suhu udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman layu, pada keadaan ekstrim dapat mati, karena laju kehilangan air (transpirasi) melebihi absorbsi air oleh akar. Juga akan mempengaruhi pembungaan dan pembuahan yaitu gagalnya penyerbukan bunga karena mengeringnya tepung sari (Thompson dan Kelly, 1957). Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Lama penyinaran matahari yang diperlukan tanaman melon berkisar jam sehari. Sinar matahari membantu proses pembentukan zat gula (pati) yang menyebabkan ukuran buah melon menjadi besar dan manis (Prajnanta, 2004) Curah Hujan dan Kelembaban Udara Tanaman melon memerlukan curah hujan antara mm/tahun. Tanaman melon kurang bagus bila diusahakan di musim hujan. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk. Curah hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelembaban tinggi di sekitar pertanaman dan akan merangsang perkembangbiakkan hama lalat buah dan berbagai penyakit terutama downy mildew dan kresek daun. Kelembaban udara ideal yang dibutuhkan tanaman melon sekitar 24-80%, namun pada kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat asalkan sirkulasi udara lancar (Tjahjadi, 1994) Tanah Pertumbuhan tanaman melon akan optimal apabila dibudidayakan pada tanah dengan kisaran ph , namun demikian tanaman melon masih dapat tumbuh dan berproduksi pada ph Sistem perakaran tanaman melon agak dangkal. Untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya bahan organik. Tanah yang gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem drainase menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Berdasarkan fakta di lapangan, tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, 7

18 regosol dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat jenis tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik maupun pemupukan (Setiadi, 1987) Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan Pewilayahan tanaman merupakan salah satu metode evaluasi lahan yang mengidentifikasi lahan yang dapat digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga dapat ditentukan kelas-kelas kesesuaian lahan terhadap tanaman dan diperoleh lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman. Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna tanah dan juga suatu proses dalam menduga potensi lahan tertentu baik untuk pertanian maupun non pertanian. Potensi suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, lereng, topografi dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman. Inti dari evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan cara ini maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian untuk jenis penggunaan lahan tersebut (Khomarudin, 1998). Kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu. Penilaian kesesuian lahan dibedakan menurut tingkatannya yaitu, pada tingkat orde dan kelas. Pada tingkat orde kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan yang tergolong tidak sesuai (N), sedangkan pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan menjadi tiga kelas. Pertama adalah lahan sangat sesuai (S1), merupakan kelas kesesuaian dimana lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti dan nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan dan tidak akan mereduksi produktivitas secara nyata. Kedua yaitu lahan sesuai (S2), merupakan kelas kesesuaian dimana lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, tetapi biasanya faktor pembatas tersebut mampu diatasi oleh petani itu sendiri. Ketiga adalah lahan sesuai marjinal (S3) merupakan kelas kesesuaian lahan dimana lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, memerlukan tambahan input yang lebih banyak daripada kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatasnya diperlukan modal yang tinggi. Ketiga kelas ini didasarkan pada faktor pembatas yang mempengaruhi kelanjutan penggunaan lahan (Irawan, 2007) Sistem Informasi Geografis Ilmu geografi pada dasarnya mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan alam, yaitu mempelajari bumi yang mencakup bentuk dan pengembangannya, gejala-gejala yang terjadi di atasnya, tampakan vegetasi, hidrologi, lahan dan penggunaannya yang berkaitan dengan kehadiran dan kegiatan manusia dalam konteks keruangan, lingkungan dan wilayah. Oleh karena itu ilmu geografi erat sekali hubungannya dengan disiplin ilmu lain, baik sosial maupun ilmu pengetahuan alam (Purwadhi, 1999). Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi., dengan konsep dasarnya yang merupakan suatu sistem terpadu yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data, yang selanjutnya dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan atau spasial (Widiyawati, 2005). 8

19 III. METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: 1). Data iklim Provinsi Jawa Barat berupa suhu rata-rata, kelembaban udara dan curah hujan dari tahun yang diperoleh dari BMG. 2). Peta tanah dan data topografi Provinsi Jawa Barat yang diperoleh dari Puslitanak. 3). Peta penunjang lainnya seperti peta administrasi dan peta penutupan lahan daerah Jawa Barat. 4). Seperangkat PC (Personal Computer) dan perangkat lunak (software) pengolah data, ArcView 3.3, ER Mapper dan Adobe Photoshop Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2007 di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi, IPB Metode Sebagai langkah awal, yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1). Pengumpulan data dan studi pustaka. Studi pustaka dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi mengenai tanaman melon baik itu kriteria tanaman dan syarat tumbuh tanaman melon. Selanjutnya adalah penyiapan data spasial berupa peta iklim dan tanah. Kegiatan ini mencakup pengumpulan dan pembuatan peta spasial suhu, kelembaban, curah hujan dan tanah. 2). Klasifikasi Kesesuaian Pada tahap ini, setiap peta diklasifikasikan dan diberi nilai berdasarkan tingkat kelas kesesuaian tanaman melon, yaitu : Sangat Sesuai (S1) Daerah sangat sesuai untuk pengembangan tanaman melon, dimana tidak ada faktor pembatas terhadap penggunaannya secara bekelanjutan. Sesuai (S2) Daerah sesuai untuk pengembangan tanaman melon, dimana tidak ada faktor pembatas terhadap penggunaanya secara berkelanjutan, atau memiliki faktor pembatas yang sifatnya minor (dapat diatasi) serta tidak akan menurunkan hasil produksi. Kurang Sesuai (S3) Daerah cukup sesuai atau sesuai marjinal yang memiliki faktor pembatas yang sangat perlu untuk diperhatikan, agar tidak menurunkan hasil produksi. Tidak Sesuai (N) Daerah yang tidak cocok untuk pengembangan komoditas tanaman melon lebih lanjut, karena memiliki faktor pembatas yang sangat besar. 3). Penentuan tingkat kesesuaian iklim Tingkat kesesuaian iklim tanaman melon didasarkan dari data iklim provinsi Jawa Barat yang berupa suhu udara rata-rata, kelembaban udara ratarata dan curah hujan tahunan dari tahun serta data topografi Provinsi Jawa Barat. Suhu udara rata-rata untuk daerahdaerah di Provinsi Jawa Barat diduga dengan menggunakan hukum Braak, dimana diasumsikan bahwa suhu akan turun C tiap kenaikan 100 meter. Sebagai patokan suhu digunakan suhu rata-rata dari Stasiun Meteorologi Sukapura, Cirebon (ketinggian 7 m dpl). Hal ini dilakukan karena letak stasiunnya yang hampir mendekati permukaan laut (0 m dpl). Suhu udara rata-rata diduga menggunakan persamaan Braak, dengan rumus: T = X - 0,0061h pada 0<h<2000 mdpl T = X - 0,0052h pada h>2000 mdpl Dimana T = Suhu udara rata-rata (dalam 0 C) h = Ketinggian tempat di atas permukaan laut (dalam meter) X = Suhu rata-rata stasiun acuan (dalam 0 C) Proses interpolasi adalah mengisi kekosongan data dengan metoda tertentu dari suatu kumpulan data untuk menghasilkan sebaran yang kontinu. Dalam studi ini, digunakan metode Inverse Distance Weighted (IDW) yang mengasumsikan bahwa tiap titik input memiliki pengaruh yang bersifat lokal dan berkurang terhadap jarak. Metode ini memberi bobot lebih tinggi pada sel yang terdekat dengan titik data 9

20 dibandingkan sel yang lebih jauh. Titiktitik pada radius tertentu dapat digunakan dalam menentukan nilai luaran untuk setiap lokasi. Hasil dari interpolasi ini akan diperoleh peta isoplet (sebaran spasial kelembaban udara) dan peta isohyet (sebaran spasial curah hujan). Ketiga data tersebut ditumpangsusunkan (overlay) sehingga menghasilkan informasi baru berupa peta tingkat kesesuaian iklim tanaman melon. Penentuan kelas kesesuaian berdasarkan pertimbangan bahwa ketiga unsur iklim tersebut mempunyai peranan sama penting, sehingga jika salah satu unsur memiliki tingkat kesesuaian yang lebih rendah maka kelas kesesuaian tersebut akan mengikuti yang lebih rendah. 4). Penentuan kesesuaian tanah Parameter yang diuji dalam penentuan kelas kesesuaian tanah adalah jenis tanah. Penentuan kelas kesesuaian untuk tanaman melon disusun sama seperti pada proses penentuan tingkat kesesuaian iklim 5). Penentuan kesesuaian agroklimat Pewilayahan kesesuaian agroklimat tanaman tidak dapat dilihat dari satu unsur tertentu saja, tetapi memerlukan penggabungan beberapa unsur diantaranya kesesuaian iklim dan tanah. Hasil overlay dari kedua peta tersebut adalah peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat Peta kesesuaian agroklimat ini kemudian di overlay dengan peta penutupan lahan untuk melihat daerah mana yang cocok untuk pengembangan perkebunan tanaman melon. Hasil akhir dari overlay peta ini adalah peta rekomendasi wilayah pengembangan tanaman melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat. 10

21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' ' LS dan ' BT dengan areal seluas ,95 km 2 atau ha. Jawa Barat merupakan wilayah daratan yang berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten. Iklim di daerah Jawa Barat termasuk iklim tropis dengan curah hujan yang beragam antara mm/tahun. Curah hujan rata-rata mm/tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara mm/tahun. Suhu udara beragam antara 9 0 C 34 0 C dengan suhu 9 0 C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 0 C di Pantai Utara. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan beragam topografi yang berupa dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, berbukit dan pulau-pulau kecil, yang berada pada ketinggian antara meter diatas permukaan laut (mdpl). Kawasan utara merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Wilayah ini memiliki perairan umum yang berupa danau, sungai dan waduk. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Jawa Barat antara lain meliputi areal hutan seluas km 2 (19,6%), areal alangalang dan padang rumput seluas 432 km 2 (1,0%), areal tegalan seluas km 2 (8,3%), areal perkebunan seluas km 2 (7,0%), areal kebun campuran seluas km 2 (18,9%), areal kolam dan tambak seluas 820 km 2 (1,9%), areal pemukiman atau perumahan seluas km 2 (7,8%), dan areal lainnya seluas ,22 km 2 (35,4%) dari seluruh luas wilayah. Pada saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari 16 kabupaten dan 9 kotamadya, dan terdiri dari 584 kecamatan, desa dan 609 kelurahan. Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Luas (km 2 ) Tasikmalaya Sumedang Subang Purwakarta Majalengka Kuningan Sukabumi Cirebon Bogor Bandung Karawang Indramayu Garut Cianjur Ciamis Bekasi Total Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Hasil tumpang tindih dari unsur iklim (suhu udara rata-rata, kelembaban udara dan curah hujan) menggambarkan daerah-daerah yang memiliki kesesuaian iklim untuk tanaman melon. Seluruh wilayah kajian penelitian pada umumnya memiliki kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon. Suhu udara memiliki variasi yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat. Suhu udara rata-rata berkisar antara C, dimana masuk kedalam kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Hal ini diakibatkan variasi ketinggian di daerah Provinsi Jawa Barat dari mulai 0 meter sampai meter dpl. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 65 % - 90 % dimana masuk kedalam kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Kelembaban udara ideal yang dibutuhkan tanaman melon sekitar 24-80%, namun pada kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat. Curah hujan memiliki variasi yang cukup besar di provinsi Jawa barat. Curah hujan berkisar antara mm/tahun. Umumnya curah hujan dipengaruhi oleh topografi daerah setempat. Pada penelitian ini digunakan data curah hujan 3 bulanan dimana jumlah curah hujan tersebut merupakan jumlah curah hujan yang dibutuhkan tanaman melon dari masa penanaman hingga panen. Perbedaan curah hujan ini masuk kedalam 11

22 kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan kurang sesuai (S3). Topografi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Bahkan jenis melon yang ditanam pun tergantung dari ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah mdpl. Pada ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal. Saat ini daerah sentra penanaman melon justru berpusat di dataran rendah seperti Ngawi, Madiun, Sragen, Ponorogo, Sukoharjo dan Jampang (Sukabumi) (Prajnanta, 2004). Gambar 4 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim dan ketinggian untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Berdasarkan peta kesesuaian iklim dan ketinggian ini, daerah yang sesuai (S2) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 25983,68 km 2. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai (S1) mencakup area seluas 6012,13 km 2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 3710,32 km 2, sedangkan untuk kelas tidak sesuai (N) hanya mencakup area seluas 1272,23 km 2. Gambar 4. Peta Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Tanaman Melon. Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Bandung yaitu seluas 1786,58 km 2, disusul oleh Kabupaten Garut yaitu seluas 1180,80 km 2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 3903,75 km 2, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Ciamis masing-masing seluas 2587,55 km 2, 2483,81 km 2 dan 2457,43 km 2. Tabel 8. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten S1 (km 2 ) S2 (km 2 ) S3 (km 2 ) N (km 2 ) Tasikmalaya Sumedang Subang Purwakarta Majalengka Kuningan Sukabumi Cirebon Bogor Bandung Karawang Indramayu Garut Cianjur Ciamis Bekasi Total

23 Tabel 9. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat Kelas Kesesuaian Luas (km 2 ) % Luas Total S S S N Total Kesesuaian Jenis Tanah Parameter yang diuji dalam menentukan kelas kesesuaian tanah adalah jenis tanah. Sistem perakaran tanaman melon agak dangkal. Untuk menunjang pertumbuhan dan produksi melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya akan bahan organik. Tanah yang gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem pembuanagan air (drainase) menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Hampir semua jenis tanah cocok ditanami melon asalkan dikelola secara sempurna. Tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol dan grumosol. Kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Gambar 5 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian tanah untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas tiga kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3). Gambar 5. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Tanaman Melon. Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas km 2, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Bandung masing-masing seluas km 2, km 2 dan km 2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Indramayu yaitu seluas km 2, disusul oleh Kabupaten Karawang yaitu seluas km 2. Tabel 10. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten S1 (km 2 ) S2 (km 2 ) S3 (km 2 ) N (km 2 ) Tasikmalaya Sumedang Subang Purwakarta Majalengka Kuningan Sukabumi Cirebon Bogor Bandung Karawang Indramayu Garut Cianjur Ciamis Bekasi Total

24 Daerah yang sangat sesuai (S1) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 20231,96 km 2. Untuk daerah dengan kelas sesuai (S2) mencakup area seluas 15567,78 km 2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 1203,60 km 2. tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Tabel 11. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat. Kelas Kesesuaian Luas (km 2 ) % Luas Total S S S N 0 0 Total Kesesuaian Agroklimat Faktor kesesuaian tanaman tertentu terhadap kondisi lingkungannya tidak dapat dipisahkan dari unsur iklim dan tanah (agroklimat). Interaksi kedua unsur tersebut merupakan penentu, karena apabila suatu daerah yang memiliki kondisi iklim sesuai tetapi tidak dibarengi dengan kondisi tanah yang sesuai maka kondisi lingkungan tersebut tidak bisa dikatakan sesuai untuk suatu tanaman (Ansari, 2002). Gambar 6 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim, ketinggian dan tanah (kesesuaian agroklimat) untuk Gambar 6. Peta kesesuaian Agroklimat Tanaman Melon. Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Bandung yaitu seluas 874,83 km 2, disusul oleh Kabupaten Sumedang yaitu seluas 728,88 km 2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas km 2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2868,03 km 2, Kabupaten Bogor seluas 2559,42 km 2, Kabupaten Ciamis seluas 2326,42, Kabupaten Tasikmalaya seluas 2083,76 km 2 dan Kabupaten Indramayu seluas 2052,11 km 2. Tabel 12. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat Kabupaten S1 (km 2 ) S2 (km 2 ) S3 (km 2 ) N (km 2 ) Tasikmalaya Sumedang Subang Purwakarta Majalengka Kuningan Sukabumi Cirebon Bogor Bandung Karawang Indramayu Garut Cianjur Ciamis Bekasi Total

25 Berdasarkan peta kesesuaian agroklimat ini, daerah yang sesuai (S2) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area km 2. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai (S1) mencakup area seluas 2749,33 km 2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 4915,74 km 2, sedangkan untuk kelas tidak sesuai (N) hanya mencakup area seluas 1272,23 km 2. Lahan-lahan pertanian, hutan daratan rendah dan perkebunan secara ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai wilayah ekstensifikasi yang potensial. Lahan kering tidak produktif dan waduk merupakan wilayah yang mutlak tidak bisa dilakukan ekstensifikasi. Tabel 13. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat Kelas Kesesuaian Luas (km 2 ) % Luas Total S S S N Total Wilayah yang berpotensi merupakan gabungan dari kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimatnya cukup luas yaitu sekitar 30776,33 km 2 atau sekitar 83% dari keseluruhan luas Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah-wilayah tersebut membuktikan bahwa terdapat banyak potensi untuk daerah pengembangan tanaman melon di daerah Provinsi Jawa Barat. Wilayah yang memiliki kelas kesesuaian kurang sesuai (S3) akan kurang berpotensi dalam pengembangan tanaman melon di Provinsi Jawa Barat, karena wilayah ini akan memberikan banyak faktor pembatas yang dapat menghambat produksi tanaman dan pada akhirnya akan menghambat perkembangan ekstensifikasi tanaman melon. Sedangkan pada kelas tidak sesuai (N) daerah tersebut dapat dikatakan tidak cocok untuk pengembangan tanaman melon Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat Pemetaan wilayah kesesuaian agroklimat untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat yang telah disusun hanya berdasarkan sifat fisik yaitu iklim, ketinggian dan tanah. Oleh karena itu juga harus dipertimbangkan dari segi sosial ekonomi yaitu faktor penggunaan lahan. Gambar 7. Wilayah yang Potensial untuk Ekstensifikasi Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Gambar 7 di atas, dapat terlihat hampir semua wilayah di Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang baik untuk pengembangan tanaman melon, meskipun ada sebagian wilayah yang kurang mempunyai potensi tersebut. Wilayah yang kurang dan tidak berpotensi sebagian besar disebabkan oleh faktor penutupan lahan dimana wilayah tersebut merupakan daerah kota, rawa, tambak, waduk dan lahan kering yang tidak produktif. Tabel 14. Luas wilayah yang potensial untuk pengembangan tanaman melon di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Baik Kurang Tidak Ada Tasikmalaya Sumedang Subang Purwakarta Majalengka Kuningan Sukabumi Cirebon Bogor Bandung Karawang Indramayu Garut Cianjur Ciamis Bekasi Total

26 Wilayah yang memiliki potensi yang baik terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2477,45 km 2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2197,48 km 2 dan Kabupaten Ciamis seluas 2058,38 km 2. Luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km 2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km 2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km 2 atau sekitar 39% dari luas provinsi. Tabel 15. Potensi wilayah untuk ekstensifikasi tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Potensi Luas (km 2 ) % Luas Total Baik Kurang Tidak Ada Total Tabel 16 menunjukkan produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu tahun Tabel 16. Produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat. Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Sumber : Dinas Pertanian,

27 V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Provinsi Jawa Barat memiliki potensi dalam pengembangan tanaman melon karena kondisi alam berupa jenis tanah, topografi dan unsur cuaca yang mendukung kebutuhan agroklimat tanaman melon. Analisis dilakukan terhadap peta provinsi dengan menggunakan lima buah faktor pembatas pertumbuhan yaitu suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian tempat dan jenis tanah. Dari hasil analisis dan pemetaan menunjukkan luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km 2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km 2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km 2 atau sekitar 39% dari luas provinsi. Daerah paling luas yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman melon adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2477,45 km 2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2197,48 km 2 dan Kabupaten Ciamis seluas 2058,38 km 2. Perlu diperhatikan bahwa luasan wilayah yang didapat masih berupa luasan potensial bukan aktual. Luasan wilayah sebenarnya di lapangan bisa jadi lebih sedikit karena wilayah tersebut sudah digunakan untuk sektor lain seperti pemukiman, perkebunan, industri, dan lain sebagainya, sehingga lahan tersebut sulit untuk dikonversi penggunaanya menjadi lahan penanaman tanaman melon. sehingga hasil analisanya pun akan lebih akurat. Penelitian mengenai pewilayahan kesesuaian tanaman melon masih bisa dilanjutkan ke daerah-daerah potensial yang memiliki karakteristik agroklimat yang sama dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Pemerintah dan pihak swasta sangat diharapkan bekerjasama dengan masyarakat dalam hal pola penanaman seperti pada komoditi hortikultura lainnya sehingga dapat meningkatkan produksi nasional Saran Penelitian ini hanya mengkaji dan didasarkan pada sifat fisik saja, perlu juga diperhatikan faktor-faktor lain seperti nilai ekonomi pembukaan lahan, sosial, budaya, politik, dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Dalam menganalisis kesesuaian agroklimat untuk tanaman melon ini sebaiknya menggunakan faktor pembatas yang lebih banyak dan variatif seperti kelerengan, bahaya erosi, dan lain-lain, 17

28 DAFTAR PUSTAKA Agustiningtias, E Pengaruh Bahan dan Kemiringan Talang dalam Teknik Lapisan Hara (Nutrient Film Technique) Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Ansari Evaluasi Kebutuhan Agroklimat Tanaman Kina (Cinchona sp.) dan Potensi Pengembangannya di Kabupaten Bandung. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Ashari, S Hortikultura dan Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. Budiman Analisis Kesesuaian Iklim Tanaman Soba (Fagopyrum esculentum) di Wilayah Bogor dan Cianjur. Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Darmaputra, I, G Pewilayahan Agroklimat Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) Berbasis Curah Hujan di Provinsi Lampung. Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Djaenudin D, Marwan H, Subagyo H, Mulyani A dan Suharta N Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Edmond, J. B., Andrew, F. S. and Halfacre, R. G Fundamental of Horticulture. McGraw-Hill Publ. Co. New Delhi. 506p. Enita, E Pewilayahan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana) di Jawa Barat dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Gillivary, J. M Vegetable Production. McGraw-Hill Book Co. New York. 396p. Harjadi, S. S Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Herlina, S. N Penentuan Taraf Ketersediaan Air Tanah yang Optimum Bagi Pertumbuhan Tanaman Melon (Cucumis melo L.) di Rumah Kaca. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Irawan, D Potensi Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Berdasarkan Aspek Agroklimatnya di Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Khomarudin, M. R Pewilayahan Tanaman Mangga dan Jambu Mete di Sulawesi Tenggara. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Muhtar, M. A Evaluasi Karakteristik Hortikultura 20 Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Nuarsa, I. W Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Prajnanta, F Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses Beragribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. 18

29 Purwadhi, F. S. H Sistem Informasi Geografis. Kedeputian Bidang Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Jakarta. Rukmana, R Budidaya Melon Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. William, C. N. And K. T. Joseph Climate, Soil and Crop Production in The Humid Tropics. Oxford Univ. Press Kuala Lumpur. 1977p. Wirakusumah, E. S Buah dan Sayur untuk Terapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono, B Bertanam Melon Hidroponik. Majalah Trubus No. 247 Th XXI Juni Setiadi, P Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Jakarta. Silvana Pengaruh Jenis Plastik Naungan dan Pemberian Garam NaCl Terhadap Mutu Buah Melon (Cucumis melo L.) Secara Hidroponik. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Soepraptohardjo, M Jenis Tanah di Indonesia. Puslitanak. Bogor. Sunarjono, H. H Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Thompson, H. C. and W. C. Kelly Vegetable Crops. McGraw-Hill Book Co. New York. 422p. Tjahjadi, N Bertanam Melon. Kanisius. Yogyakarta. Tobing, A. L Pengaruh Penggunaan Mulsa Lembaran Plastik Terhadap Iklim Mikro dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Widiyawati, F Potensi Pengembangan Tanaman Jeruk (Citrus sp.) Berdasarkan Kesesuaian Iklim dan Tanah di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. 19

30 Lampiran 1 Lokasi Stasiun Iklim di Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kabupaten Bujur Lintang Tinggi (mdpl) Pacet Cianjur 107 o 05 E 06 o 73 S 1150 Citeko Bogor 106 o 94 E 06 o 70 S 920 Geofisika Bandung 107 o 61 E 06 o 89 S 791 Bandung Nariewattie Tasikmalaya 108 o 11 E 07 o 15 S 295 Baranangsiang Bogor 106 o 80 E 06 o 58 S 250 Darmaga Bogor 106 o 74 E 06 o 56 S 190 Maranginan Sukabumi 106 o 66 E 07 o 15 S 150 Jatiwangi Majalengka 108 o 23 E 06 o 72 S 50 Jatisari Karawang 107 o 52 E 06 o 31 S 28 Sukamandi Subang 107 o 62 E 06 o 71 S 15 Pusakanagara Subang 107 o 89 E 06 o 32 S 7 Sukapura Cirebon 108 o 37 E 06 o 66 S 7 Suhu ( 0 C) Rh (%) CH (mm) Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Ket : Suhu = Suhu rata-rata tahunan RH = Kelembaban udara rata-rata tahunan CH = Curah hujan tahunan 20

31 Lampiran 2 Curah hujan rata-rata bulanan di Provinsi Jawa Barat ( ) Curah Hujan Bulanan (mm) Lokasi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Pacet Citeko Geofisika Bandung Nariewattie Baranangsiang Darmaga Maranginan Jatiwangi Jatisari Sukamandi Pusakanagara Sukapura Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika,

32 Lampiran 3 Jenis-jenis tanah beserta sifat dan penggunaannya. Jenis Tanah Tekstur Bahaya Erosi Pemakaian Organosol Aneka, liat menurun Besar Palawija, padi sawah, karet Aluvial Liat, pasir 50% Besar Persawahan, palawija, perikanan Glei Lempung hingga liat Besar Padi sawah, palawija, perikanan darat Litosol Aneka, umumnya berpasir Besar Tanaman keras, rumputan ternak, palawija, garung Regosol Pasir, kadar liat <40% Besar Padi sawah, palawija, tebu, tembakau, sayuran Andosol Lempung hingga debu, liat menurun Besar Hortikultura, perkebunan teh, tembakau Renzina Liat, makin kebawah berpasir hingga berkerikil Besar Hutan jati, semak, lading, pekapuran Grumusol Liat, maikn kebawah meningkat Besar Pertanian tanah kering, perkebunan tebu, hutan jati Mediteran Lempung hingga liat Besar hingga Padi sawah, tegalan, rumput Latosol Podsolik Liat, tetap dari atas hingga kebawah Aneka, liat maksimal atau meningkat Sumber : M. Soepraptohardjo, 1976 sedang Kecil besar ternak Padi sawah, palawija, perkebunan karet, kelapa sawit, coklat, cengkeh, kopi, hutan Hutan, lading, alang-alang, perkebunan karet, kelapa sawit 22

33 Lampiran 4 Persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman melon (Cucumis melo L.), modifikasi dari Djaenudin, et al, Persyaratan Penggunaan/ Karakteristik lahan Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N Suhu udara ( 0 C) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm) Jenis tanah andosol, latosol, regosol, grumusol organosol, alluvial, glei, litosol, mediteran, podsolik > < 18 < 20 > 90 > < 200 renzina Tekstur s, ah, h a, ah, h ak k Keterangan : Tekstur h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; k = kasar 23

34 Lampiran 5 Berbagai varietas melon hibrida yang sedang beredar maupun yang pernah beredar di Indonesia. No Jenis Melon Ciri-Ciri 1 Sky Rocket Bentuknya bulat, warna kulitnya hijau kekuningan ditutupi jaring, warna dagingnya hijau muda, berbau harum, rasa buahnya sangat manis dengan kadar gula 12-13%, renyah dan legit. Kulit buahnya tebal sehingga relatif tahan dalam pengangkutan dan penyimpanan. Berat buah rata-rata 2-3 kg apabila dipelihara hanya satu buah pertanaman. Dipanen mulai umur HST. 2 Action 434 Mirip dengan varietas sky rocket. Jaringnya mudah terbentuk secara tebal merata. Daging buahnya berwarna hijau kekuningan, renyah dan manis. Berat buah rata-rata 2-4 kg. dipanen umur 60 HST. 3 Sweet Star Varietas ini mempunyai bentuk luar yang sangat mirip dengan sky rocket. Pembentukan jaring varietas sweet star terlihat lebih sempurna dibandingkan dengan varietas sky rocket atau action. 4 Aroma 519 Penampilan buah sekilas mirip dengan sky rocket, action serta sweet star. Jaringnya mudah terbentuk, tebal dan merata. Aromanya sangat kuat dan harum. Daging buah berwarna kuning kehijauan. Rasanya sangat manis. Tahan dalam penyimpanan maupun pengangkutan jarak jauh. 5 Jade Dew Buahnya berbentuk bulat bertipe semi berjaring dengan warna kulit kuning susu. Rasa buahnya sangat manis dan renyah. Berat buah rata-rata mencapai 1,5-2 kg. 24

35 No Jenis Melon Ciri-Ciri 6 New Century Berbuah lonjong dan berdaging jingga. Varietas ini masuk golongan Chinese hami melon. Rasa buah sangat manis (kadar gula buah mencapai 14%) dan renyah. Varietas ini mampu mencapai berat 2,5 4 kg. 7 Ten Me Ten Me dikenal sebagai varietas melon paling mahal yang pernah ada di Indonesia. Harga buah per kg di pasar swalayan bisa mencapai Rp 6.500,00. Pertumbuhan tanaman sangat subur, tahan terhadap penyakit dan pembentukan buahnya mudah. Rasa buah sangat manis dengan kadar gula buah mencapai 14 16%. Dengan perawatan yang intensif, varietas ten me di Indonesia dapat mencapai berat buah ratarata 2 4 kg. 8 Silver Light Lebih popular sebagai melon apel karena memang sosok melon ini mirip dengan apel manalagi. Dalam satu tanaman varietas ini dapat dipelihara 4 6 buah. Berat buah rata-rata 400g, seragam dengan warna kulit hijau muda dan tidak berjaring. Rasa buah manis dan renyah. 9 Emerald Sweet Jaringnya tebal, kadar gulanya tinggi (15 19%), mudah ditanam dan tahan penyakit. Bentuk buah bulat agak lonjong dengan berat buah berkisar 1,5 2,5 kg. Kulit buah berwarna hijau keabu-abuan dengan daging buah hijau kekuningan dan lembut. Rasa buah sangat manis dan beraroma. Sebaiknya dipanen 2 3 hari sebelum masak penuh 10 Select Rocket Varietas ini memasuki Indonesia pada saat benih sky rocket kosong di pasaran. Penampilan tanaman maupun buahnya mirip sekali dengan sky rocket. 11 Super Salmon Berkulit halus berwarna kekuningan dengan daging buah berwarna agak jingga yang bertekstur agak renyah. Rasa buah sangat manis, beraroma kuat dengan berat buah rata-rata mencapai 1,5 2 kg. pertumbuhan tanaman seragam, tahan terhadap penyakit downy mildew dan dapat dipanen mulai umur 60 HST. Sumber : Prajnanta,

36 Lampiran 6 Beberapa jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman melon di Indonesia. No Hama / Penyakit Keterangan 1 Thrips penyebab Serangannya mengganas di musim kemarau. keriting daun. 2 Aphids (hama lengket). Daun yang terserang tampak menggulung karena cairannya telah dihisap aphids. 3 Hama oteng-oteng. Luka bekasnya menampakkan keratin berupa guratan konsentris. 4 Layu bakteri. Penyakit ini menjadi ancaman besar bagi petani melon. 5 Busuk pangkal batang melon. Mengakibatkan tanaman melon layu dan mati. 6 Downy mildew. Gejala serangan downy mildew. Bercak kuning pada daun semakin lama berubah menjadi cokelat. 26

37 No Hama / Penyakit Keterangan 7 Penyakit antraknosa. Bercak cokelat muda menyatu menjadi bercak besar berwarna cokelat tua kehitaman. 8 Penyakit kudis pada daun. Serangan yang terjadi pada buah dampaknya lebih merugikan. 9 Busuk tangkai. Ujung cabang atau tangkai tampak mengkerut. 10 Busuk buah. Bagian yang busuk diselimuti cendawan putih. 11 Bercak bakteri. Berkembang pesat pada musim hujan. Sumber : Prajnanta,

38 Lampiran 7. Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat. 28

39 Lampiran 8. Peta Sebaran Suhu Rata-Rata Tahunan Provinsi Jawa Barat. 29

40 Lampiran 9. Peta Sebaran Kelembaban Udara Rata-Rata Tahunan Provinsi Jawa Barat. 30

41 Lampiran 10. Peta Sebaran Cuah Hujan Rata-Rata Tahunan Provinsi Jawa Barat. 31

42 Lampiran 11. Peta Kesesuaian Ketinggian Tanaman Melon (Cucumis melo L.)di Provinsi Jawa Barat. 32

43 Lampiran 12. Peta Kesesuaian Iklim Tanaman Melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat. 33

44 Lampiran 13. Peta Jenis Tanah Provinsi Jawa Barat. 34

45 Lampiran 14. Peta Kesesuaian Tanah untuk Tanaman Melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat. 35

46 Lampiran 15. Peta Kesesuaian Agroklimt Tanaman Melon (Cucumis melo L.) di Provinsi Jawa Barat. 36

47 Lampiran 16. Peta Penutupan Lahan Provinsi Jawa Barat. 37

EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT SAMBA WIRAHMA G

EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT SAMBA WIRAHMA G EVALUASI KEBUTUHAN AGROKLIMAT TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI JAWA BARAT SAMBA WIRAHMA G24102025 DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004). II. TINJAUAN PUSTAKA

Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004). II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Asal-Usul dan Penyebaran Menurut asal-usulnya, konon tanaman melon berasal dari daerah Mediterania yang merupakan perbatasan Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Secara khusus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007.

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2007. Lampiran 1 Lokasi Stasiun Iklim di Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kabupaten Bujur Lintang Tinggi (mdpl) Pacet Cianjur 107 o 05 E 06 o 73 S 1150 Citeko Bogor 106 o 94 E 06 o 70 S 920 Geofisika Bandung 107

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM (Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat) SYAHRU ROMADHON G24103044 DEPARTEMEN GEOFISIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Melon a. Agronomi tanaman melon Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia curcubitaceae atau suku timun-timunan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Waluh Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), pumpkin (Inggris) merupakan jenis buah sayur-sayuran yang berwarna kuning dan berbentuk lonjong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usahatani. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani, pemerintah Indonesia

I. PENDAHULUAN. usahatani. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani, pemerintah Indonesia I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan pertanian terutama pembangunan subsektor tanaman pangan dan hortikultura, bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan petani yang dapat dicapai melalui upaya peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. famili Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. famili Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan) merupakan salah satu tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) berasal dari bagian utara India, tepatnya di lereng gunung Himalaya yang kemudian masuk ke wilayah mediterania, yaitu Cina. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian di Pulau Jawa dihadapkan pada masalah konversi lahan untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh karena itu, tantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cucurbitaceae. Pembudidayaan mentimun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, tanaman selada belum dikelola dengan baik sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, sumberdaya alam tambang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Mentimun. keluarga labu - labuan (Cucurbitaceae) yang sudah pupuler di dunia. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Mentimun. keluarga labu - labuan (Cucurbitaceae) yang sudah pupuler di dunia. Menurut II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mentimun Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu - labuan (Cucurbitaceae) yang sudah pupuler di dunia. Menurut sejarah tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman merambat termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman merambat termasuk dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Melon 2.1.1 Botani Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman merambat termasuk dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Tanaman melon berasal dari Lembah Panas

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili: I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Melon Dalam dunia tumbuh tumbuhan (Plantae), tanaman melon termasuk ke dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) sepertinya halnya dengan blewah (Cucumis

Lebih terperinci