Kata kunci : Pembuktian, Perbuatan Melawan Hukum, Akta Notaris.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : Pembuktian, Perbuatan Melawan Hukum, Akta Notaris."

Transkripsi

1 AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI OTENTIK DALAM PERKARA PERBUATAN MELAWAN HUKUM ( Study Putusan Nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska. ) Oleh : Rosiana Dewi ( ) Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji akta notaris sebagai dasar pertimbangan hakim dalam menyelesaikan perkara perbuatan melawan hukum di persidangan. Latar belakang penelitian ini menganalisa kekuatan akta notaris sebagai alat bukti di dalam perkara perbuatan melawan hukum dan menitik beratkan pada putusan perkara nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska dan menganalisa pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut. Hasil penelitian dapat disimpulkan kekuatan pembuktian Akta Notaris yaitu Akta Jual Beli Nomor 166 Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta dan Sertifikat Hak Milik Nomor 1617 yang dijadikan alat bukti dalam Perkara Register Nomor : 35/Pdt.G/2014/PN. Ska., yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) mempunyai kekuatan pembuktian sempurna (volledig bewijskracht), sehingga tidak terbantahkan oleh kedua belah pihak. Adapun pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan dalam perkara Nomor : 35/Pdt.G/2014/PN. Ska. adalah : bahwa Penggugat mendasarkan dalil gugatannya pada Akta Jual Beli Nomor 166 Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta dan Sertifikat Hak MIlik No.1617 dan terbuktinya Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad) yang dilakukan oleh Tergugat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif karena merupakan suatu kajian terhadap asas-asas hukum atau dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara. Sifat penelitian deskriptif analitis yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Kata kunci : Pembuktian, Perbuatan Melawan Hukum, Akta Notaris. 1

2 A. Latar Belakang Dalam Hukum Acara Perdata bukti yang tertulis didalam perkara perdata merupakan bukti yang utama, karena dalam hubungan keperdataan sering kali orang dengan sengaja menyediakan bukti yang dapat dipakai apabila timbul suatu perselisihan, dan bukti yang disediakan tadi lazimnya berupa tulisan, bukti tertulis tersebut dinamakan akta. Dalam praktek kehidupan masyarakat khususnya lingkup hukum perdata, banyak kita temukan akta notaris yang dijadikan sebagai alat bukti dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat. Hal ini mempunyai arti bahwa hakim dalam memeriksa perkara yang berkaitan dengan akta notaris harus menganggapi isi akta tersebut benar sepanjang tidak ada pihak yang menyangkal kebenaran isi akta notaris tersebut, apabila ada pihak yang meyangkal kebenaran isi akta notaris tersebut didalam proses pemeriksaan perkara di persidangan dan menuntut pembatalan terhadap akta notaris tersebut, maka disinilah hakim mempunyai wewenang untuk menilai kemudian memutuskan suatu akta notaris dapat dibatalkan atau tidak. Seperti halnya study kasus putusan nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska. Bahwa penggugat menggugat tergugat karena tergugat melakukan perbuatan melawan hukum karena tidak mau memecah sertifikat sesuai dengan bagian masing-masing, untuk membuktikan di persidangan penggugat melampirkan Akta Jual-beli No. 166/Banjarsari/1998 yang dibuat di hadapan Notaris/PPAT Maria Theresia Budiana, SH. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji mengenai bagaimana kekuatan akta notaris sebagai alat bukti di dalam persidangan dan menitik beratkan pada putusan perkara nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska dan mengkaji tentang pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kekuatan akta notaris sebagai alat bukti otentik dalam perkara nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska di Pengadilan Negeri Surakarta? 2. Apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan dalam perkara ini? 2

3 C. Tujuan Penelitan 1. Diketahui kekuatan akta notaris sebagai alat bukti otentik dalam perkara nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska di Pengadilan Negeri Surakarta. 2. Diketahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska. D. LANDASAN TEORI Hukum Acara Perdata yang juga dinamakan Hukum Perdata Formal berfungsi untuk mempertahankan dan melaksanakan Hukum Perdata Material apabila dilanggar. Hukum Acara Perdata adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara seseorang atau badan pribadi mempertahankan dan melaksanakan hak-haknya melalui pemeriksaan hakim di pengadilan, yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Membuktikan dalam hukum acara perdata mempunyai arti yuridis. Di dalam ilmu hukum tidak dimungkinkan adanya pembuktian yang logis dan mutlak yang berlaku bagi setiap orang serta menutup segala kemungkinan akan bukti lawan. Akan tetapi merupakan pembuktian yang konvensional yang bersifat khusus. Dalam Hukum Acara Perdata bukti yang tertulis didalam perkara perdata merupakan bukti yang utama karena dalam hubungan keperdataan sering kali orang dengan sengaja menyediakan bukti yang dapat dipakai apabila timbul suatu perselisihan dan bukti yang disediakan tadi lazimnya berupa tulisan, bukti tertulis tersebut dinamakan akta. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat. Hal ini mempunyai arti bahwa hakim dalam memeriksa perkara yang berkaitan dengan akta notaris harus menganggapi isi akta tersebut benar sepanjang tidak ada pihak yang menyangkal kebenaran isi akta notaris tersebut, apabila ada pihak yang meyangkal kebenaran isi akta notaris tersebut didalam proses pemeriksaan perkara di persidangan dan menuntut pembatalan terhadap akta notaris tersebut, maka disinilah hakim mempunyai wewenang untuk menilai kemudian memutuskan suatu akta notaris dapat dibatalkan atau tidak. 3

4 Perbuatan Melawan Hukum diatur dalam Buku III Pasal Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang termasuk ke dalam Perikatan yang timbul dari undang-undang. R. Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa perkataan perbuatan melawan hukum adalah istilah technis yuridis yang arti sebenarnya secara tepat hanya mungkin didapatkan dari peninjauan tujuan ( Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata ) 1. Pasal 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menyebutkan secara tegas bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Notaris adalah pejabat umum, karena diangkat oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang kenotariatan. E. METODE PENELITIAN Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, karena merupakan suatu kajian terhadap asas-asas hukum, atau dasar-dasar hukum pertimbangan Hakim dalam memutus perkara nomor : 35/Pdt.G/2014/PN.Ska. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis karena penulis ingin meperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang kekuatan akta notaris sebagai alat bukti otentik dalam perbuatan melawan hukum study kasus putusan nomor :35/Pdt.G/2014/PN.Ska. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari : a. Bahan Hukum Primer: 1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata/ Burgelijk Wetboek 2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata/ HIR (Herzien Indonesis Reglement) 3) RBg 4) Undang-undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. 5) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 6) Yurisprudensi 7) Berkas Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 35/Pdt.G/2014/PN.Ska; b. Bahan Hukum Sekunder terdiri dari pendapat ilmiah para sarjana, dan buku literatur yang ada kaitannya dengan kekuatan pembuktian akta notaris. 1 M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1979, hal

5 c. Bahan Hukum Tersier terdiri dari kamus-kamus yang ada kaitannya dengan akta notaris yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non hukum. 2 a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer diperoleh dengan cara mengumpulkan dan menginventarisasi peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengkaji tentang kekuatan pembuktian akta notaris. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder diperoleh dengan cara melakukan inventarisasi terhadap buku literature, dokumen artikel dan berbagai bahan yang telah diperoleh, dicatat kemudian dipelajari berdasarkan relevansinya dengan pokok permasalahan yang diteliti yang selanjutnya dilakukan pengkajian sebagai satu kesatuan yang utuh. Bahan hukum yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif, peneliti dalam menganalisis berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian, dengan menggunakan pendekatan analitis dengan tujuan melihat suatu fenomena kasus yang telah diputus oleh pengadilan dengan cara melihat analisa yang dilakukan oleh ahli hukum yang dapat digunakan oleh hakim dalam pertimbangan putusannya. 3 F. HASIL PENELITIAN 1. Kekuatan Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Otentik dalam Perbuatan Melawan Hukum dalam Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2014/PN. Skt. Dalam pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa : Barang siapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas mana dia mendasarkan suatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa itu, sebaliknya barang siapa mengajukan peristiwaperistiwa guna pembantahan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan peristiwa- 2 Mukti Fajar ND. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif danempiris. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal Ibid.., hlm

6 peristiwa itu. 4 Di dalam pembuktian tersebut, kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama, asas ini lebih dikenal dengan asas audi et alteram partem 5 sehingga Majelis Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak saja. Kekuatan alat bukti yang diperoleh oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam memberikan putusannya berdasarkan seberapa kuat bukti-bukti surat yang diajukan berupa fotocopy, syarat-syarat yang diberi materai dilegalisasi dan bukti tersebut akan di kroscek kebenarannya dengan alat bukti surat. Bukti surat Akta Otentik yang sudah dibuktikan kebenarannya di pengadilan sesuai dengan aslinya, bukti itu dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Dalam upaya mempertahankan hak kebendaannya, Penggugat mengajukan alat bukti tertulis. Alat bukti yang diajukan tersebut salah satunya adalah Akta Notaris yang termasuk kedalam Akta Otentik. Dalam perkara Nomor: 35/Pdt.G/2014/PN. Ska. yang dijadikan alat bukti surat dalam bentuk Akta Otentik oleh Penggugat dan Tergugat untuk diperiksa di dalam persidangan adalah fotocopy Akta Jual-Beli Nomor 166/Banjarsari/1998 tanggal 25 Juli Tahun 1998 Notaris di Solo, Maria Theresia Budi Santoso, SH. dan fotocopy Sertifikat Hak Milik atas tanah No.1617, Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, atas nama Milka Tantri Aliyani, Bachelor of Arts dan Susana Tantri Aliyeni Tandyo, yang mana bukti surat tersebut telah dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dan sudah pula bermeterai cukup sehingga dapat diterima sebagai alat bukti yang sah dan dapat membantu Majelis Hakim dalam mempertimbangkan untuk mengambil keputusan. Sehingga dapat disebut alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat ( volledig en bindende bewijkracht ), maka Penggugat menggunakannya sebagai salah satu dasar posita dalam gugatan ini dan tidak dapat terbantahkan oleh pihak tergugat. Nilai kekuatan pembuktian ( bewijskracht ) sebuah Akta Otentik diatur dalam Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu : Suatu akta otentik memberikan di antara para pihak beserta ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya. Akta otentik merupakan suatu bukti yang sempurna, dalam arti bahwa ia sudah tidak memerlukan suatu penambahan pembuktian, menurut pasal 285 RBg : Nilai kekuatan 4 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 1992, hal Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2010, Hal. 14 6

7 pembuktian yang melekat pada Akta Otentik adalah sempurna ( volledig bewijkracht ), dan mengikat ( bindende bewijkracht ). Apabila alat bukti Akta Otentik yang diajukan memenuhi syarat formil dan materiil dan bukti lawan yang dikemukakan Tergugat tidak mengurangi keberadaannya, maka pada Akta Otentik ini sekaligus melekat kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat ( volledig en bindende bewijskracht ), sehingga kebenaran isi dan pernyataan yang tercantum di dalamnya sempurna dan mengikat kepada para pihak mengenai apa yang disebut dalam akta, juga sempurna dan mengikat kepada hakim sehingga hakim harus menjadikannya sebagai dasar fakta yang sempurna dan cukup untuk mengambil putusan atas penyelesaian perkara yang disengketakan. Oleh karena kuatnya alat bukti tertulis yang dilampirkan dan tidak ada sanggahan dari pihak lawan, maka dengan alat bukti Akta Jual-Beli No. 166/Banjarsari/1998 tanggal 25 Juli Tahun 1998 Notaris di Solo Maria Theresia Budi Santoso, SH. dan Sertifikat Hak Milik atas tanah No.1617 tersebut, Majelis Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 2. Pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan pada perkara Nomor : 35/Pdt.G/2014/PN. Skt. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap alat-alat bukti yang merupakan fakta-fakta di persidangan tersebut, serta dikaitkan dengan aspek hukum/argumentasi hukumnya maka Majelis Hakim mempertimbangkan, menyatakan hukumnya, dan akhirnya menjatuhkan putusannya. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor 35/Pdt.G/2014/PN.Ska, adalah sebagai berikut : Pada awalnya yang menjadi persoalan pokok gugatan ini yaitu Tergugat didalilkan telah melakukan perbuatan melawan hukum karena tanah obyek sengketa yaitu SHM No atas nama Penggugat dan Tergugat yang terletak di Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, dengan batas-batas : Sebelah Utara : Jalan Bekisar Sebelah Timur : Selokan Sebelah Selatan : H. Gatot Sasmiaji Sebelah Barat : H. Ali Mashyuri 7

8 Tergugat tidak bersedia untuk membagi atau memecah sertifikat tersebut menjadi masing-masing dan dijual kemudian hasilnya penjualan dibagi dua diantara Penggugat dan Tergugat adapun sertifikat yang dimaksud sekarang dibawa oleh Tergugat. Terhadap gugatan Penggugat tersebut, Penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya dan Tergugat juga dapat membuktikan sangkalannya. Dalam membuktikan dalil gugatan Penggugat dalam persidangan, Penggugat mengajukan bukti surat P-1 sampai dengan P-7, juga Tergugat mengajukan bukti surat T- 1 sampai dengan T-3. Terhadap dalil gugatan Penggugat, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut : 1. Secara Hukum apakah tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya tersebut dalam SHM No atas nama Milka Tantri Aliany Bachelor of Arts dan Susana Tantri Aliyeni Tandyo, Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, yang sekarang dijadikan obyek sengketa adalah milik Penggugat dan Tergugat yang masing-masing mempunyai hak atas separo bagian yang sama. 2. Apakah Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berakibat menimbulkan kerugian pada tergugat? Dalam persidangan Penggugat telah mengajukan bukti surat : P-1 = Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tahun 2011 atas nama Milka jalan Bekisar IIA, Manahan Rt.001 Rw.005, Banjarsari, Surakarta. P-2 = Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tahun 2012 atas nama Milka jalan Bekisar IIA, Manahan, Banjarsari, Surakarta. P-3 = Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tahun 2013 atas nama Milka jalan Bekisar IIA, Manahan, Banjarsari, Surakarta. P-4 = Fotocopy Akta Jual Beli No.166/Banjarsari/1998 tanggal 25 Juli 1998 Notaris di Solo Maria Theresia Budi Santoso, SH. 8

9 P-5 = Fotocopy Sertifikat Hak Milik atas tanah No Manahan, Banjarsari, Surakarta atas nama Nona Milka Tantri Aliany, Bachelor of Arts dan Nona Susana Tantri Aliyeni Keterangan P-1, P-5 tersebut, obyek sengketa Penggugat dan Tergugat. P-6 = Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tahun 2005 atas nama Milka jalan Bekisar IIA, Manahan, Banjarsari, Surakarta. P-7 = Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tahun 2006 atas nama Milka jalan Bekisar IIA, Manahan, Banjarsari, Surakarta. Keterangan : P-6, P-7 merupakan beban Penggugat sejak Tergugat pindah. Tergugat di persidangan juga mengajukan bukti surat : T-1 = Sertifikat Hak Milik atas tanah No Manahan, Banjarsari, Surakarta atas nama Milka Tantri Aliany, Bachelor of Arts dan Nona Susana Tantri Aliyeni Tandyo. T-2 = Akta Pergantian nama keluarga Thomas Tandyo dari nama Cina menjadi WNI dengan nama Indonesia. T-3 = Turunan Akta Notaris di Surakarta Ninoek Poernomo, SH. No. 36 tanggal 27 Juli 1998 tentang pernyataan janji penggugat. Masing-masing Penggugat dan Tergugat telah mengajukan saksi-saksi sebagaimana dalam Berita Acara Persidangan putusan ini. Majelis Hakim menimbang bahwa dari dalil gugatan Penggugat dan Jawaban dapat ditarik kesimpulan adanya hal-hal sebagai berikut : Menurut pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata : Perbuatan Melawan Hukum adalah merupakan sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang berakibat akan menimbulkan kerugian pada orang lain. Menurut Keterangan Saksi Tergugat yaitu Tjan Tiong Wan yang menerangkan dibawah sumpah, bahwa obyek sengketa tersebut yang membeli adalah orang tua Penggugat dan Tergugat, dimana saksi tidak mengetahui tentang jual belinya, karena hanya diberitahu oleh ibu Penggugat dan Tergugat, dan menurut saksi Penggugat Joko Setiadi yang menerangkan dibawah sumpah, bahwa obyek sengketa tersebut adalah milik Penggugat dan Tergugat sesuai dengan bukti surat P-4,P-5,T-1,T-3 Akta Jual Beli 9

10 No.166/Banjarsari/1998 tanggal 25 Juli 1998 yang dibuat oleh Notaris/PPAT Maria Theresia Budi Santoso, SH sesuai dengan Sertifikat Hak Mlik No. 1617, Manahan, Banjarsari, Surakarta luas 160 m 2 sebagai pemegang terakhir adalah Nona Milka Tantri Aliany Bachelor of Arts dan Nona Susana Tantri Aliyeni Tandyo. Atas hal tersebut pihak tergugat berdalih sebagaimana dalam Posita ke 4 Jawabannya menyatakan tidak benar hak atas rumah itu hanya untuk keduanama yangtercantum di dalam sertifikat, yang benar adalah diwariskan untuk keempat anak - anak dari orang tua Penggugat dan Tergugat, yaitu : 1) Milka Tantri Aliany, 2) Esther Tantri Asiany, 3) David Tandyo Nugroho, 4) Susana Tantri Aliyeni, Namun hal tersebut sangat bertolak belakang dengan Akta Jual Beli No.166/Banjarsari/1998 tanggal 25 Juli 1998 yang dibuat oleh Notaris/PPAT Maria Theresia Budi Santoso, SH sesuai dengan Sertifikat Hak Milik No.1617 Manahan,Banjarsari, Surakarta luas m2 yang menyatakan bahwa pemegang terakhir hak kepemilikan atas obyek tersebut adalah Nona MilkaTantri Aliany, Bachelor of Arts dan Nona Susana Tantri Aliyeni dan didalam Sertifikat Hak Milik No tersebut juga membuktikan bahwa tanah dan bangunan sengketa hanya dimiliki oleh Penggugat dan Tergugat sehingga dapat disimpulkan bukan milik Ahli Waris dan bukan pula merupakan Harta Warisan yang belum dibagi waris, hal tersebut juga sesuai dengan bukti P-5 Copy Sertifikat Hak Milik Atas tanah No Manahan, Banjarsari, Surakarta adalah sesuai dengan aslinya yang dibawa, ditunjukkan, dbacakan oleh saksi tersebut dipersidangan. Bahwa karena obyek sengketa tersebut adalah milik Penggugat dan Tergugat, maka masing-masing mempunyai hak atas separo bagian yang sama hingga secara hukum menurut Majelis Hakim Sertifikat Hak Milik No yang sekarang menjadi obyek sengketa adalah sah merupakan bukti kepemilikan Penggugat dan Tergugat. Oleh karena itu gugatan Penggugat pada petitum 2 dapat dikabulkan. Selanjutnya pertimbangan Majelis Hakim yang menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum yang mengakibatkan kerugian kepada Penggugat adalah : 10

11 Sejak semula sertifikat obyek sengketa tersebut dikuasai Tergugat dimana Sertifikat Hak Milik No.1617 atas nama Pengugat dan Tergugat dikuasai/dibawa Tergugat, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap Penggugat bahwa Tergugat mempunyai itikad tidak baik karena telah menyalahgunakan sertifikat tanah dan bangunan sengketa untuk kepentingannya sendiri tanpa sepengetahuan dan ijin Penggugat. Bahwa atas tindakan Tergugat yang tidak bersedia memecah Sertifikat Hak Milik No atas nama Milka Tantri Aliany, Bachelor of Arts dan Susana Tantri Aliyeni Tandyo, Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta menjadi atas nama masing-masing Penggugat separo bagian dan Tergugat separo bagian, dengan demikian menimbulkan kerugian bagi Penggugat, maka Tergugat terbukti melakukan Perbuatan Melawan Hukum, dengan begitu petitum ke- 3 yang menyatakan Tergugat melakukan Perbuatan Melawan Hukum dikabulkan oleh Majelis Hakim. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Hakim menghukum Tergugat untuk menyerahkan Sertifikat Hak Milik N kepada Penggugat untuk kemudian dijual dan hasilnya dibagi masing-masing separo bagian yang sama, jika tidak bersedia maka putusan dapat dijadikan dasar bagi Badan Pertanahan Nasional untuk memecah Sertifikat Hak Milik No Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta menjadi atas nama Penggugat dan Tergugat adalah beralasan dan berdasarkan atas hukum. Dengan demikian petitum ke-4 Penggugat dikabulkan. Oleh karena petitum ke- 5 yaitu Sertifikat Hak Milik No tersebut agar dipecah menjadi 2 yaitu dengan cara separo bagian sebelah Timur menjadi atas nama Penggugat serta separo bagian sebelah barat menjadi atas nama Tergugat. Oleh karena petitum tersebut berkaitan dengan petitum 4, maka beralasan pula jika dikabulkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa ternyata Penggugat dalam konpensi dapat membuktikan dalil gugatannya, maka petitum gugatan Penggugat dalam konpensi dapat dikabulkan untuk seluruhnya. G. KESIMPULAN Setelah Penulis melakukan penelitian dan menganalisa pokok bahasan pada Putusan Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2014/PN. Skt., maka dapat disimpulkan bahwa: 11

12 1. Kekuatan pembuktian akta otentik dalam perkara tersebut sangat mengikat dan sempurna, berdasarkan ketentuan pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna ( volledig ) tentang apa yang termuat di dalamnya, sehingga para pihak yang berkepentingan beserta para ahli warisnya mendapatkan kembali hak-haknya. Dengan alat bukti Akta Jual Beli No. 166/Banjarsari/1998 tanggal 25 Juli tahun 1998 Notaris di Solo Maria Theresia Budi Santoso, SH. dan Sertifikat Hak Milik atas tanah No.1617 Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, atas nama Milka Tantri Aliyani, Bachelor of Arts dan Susana Tantri Aliyeni dan tidak ada bantahan dari pihak lawan, Majelis Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 2. Pertimbangan Hakim dalam memutus Perkara Perdata Nomor : 35/Pdt.G/2014/PN. Ska. Didasari oleh adanya Akta Jual Beli No.166/Banjarsari/1998 tanggal 25 Juli 1998 yang dibuat oleh Notaris/PPAT Maria Theresia Budi Santoso, SH sesuai dengan Sertifikat Hak Milik No.1617 Manahan, Banjarsari, Surakarta luas tanah 160 m2 yang menyatakan bahwa pemegang terakhir hak kepemilikan atas obyek tersebut adalah Nona MilkaTantri Aliany, Bachelor of Arts dan Nona Susana Tantri Aliyeni. Atas hal tersebut Majelis Hakim menyatakan Tergugat telah terbukti melakukan Perbuatan Melawan Hukum karena menguasai Sertifikat Hak Milik No secara sepihak tanpa mau memecahnya untuk dibagi menjadi dua bagian dengan Penggugat. 12

13 DAFTAR PUSTAKA Buku Adjie, Habib, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung : PT. Refika Aditama. Bachtiar Effendie, Masdari Tasmin dan A.Chodari,1991,Surat Gugat dan Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti. Fajar, Mukti N.D. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Harahap, M. Yahya, 2008, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika,2007, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta : Sinar Grafika. Mertokusumo, Sudikno, 2010, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Universitas Atma Jaya. Muhammad, Abdulkadir, 1992, Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Mulyadi, Lilik, 2015, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya. Notodisuryo, Soegondo, 1993, Hukum Notariat di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Pitoyo, RPH Whimbo, 2012, Strategi Jitu Menangani Perkara Perdata dalam Praktik Peradilan, Jakarta :Transmedia Pustaka. S, Bambang Sugeng A. dan Sujayadi, 2012, Pengantar Hukum Acara Perdata dan Contoh Dokumen Litigasi. Jakarta :Kencana Soekanto, Soerjono, 2010, Penelitian Ilmu Hukum, Jakarta : Penerbit UI Press. Subekti, R., 2001, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita.., 1992, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa. 13

14 Peraturan Perundang-undangan : HIR, 1983, Semarang : Seksi Hukum Perdata Universitas Diponegoro. Kitab Undang-undang Hukum Perdata/ Burgelijk Wetboek, 2006, Yogyakarta : Pustaka Yustisia. Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata, 2015, Jakarta : Visimedia. Undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Undang-undang nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman MA tanggal 22 Juli 1970 No. 638 K / SIP / 1969; MA tanggal 16 Desember 1970 No. 492 / K / SIP / 1970 MA tanggal 01 September 1971 No 372 K / SIP / 1970 Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Jakarta : Balai Pustaka Media : e-journal.uajy.ac.id-kekuatan-alat-bukti-otentik-yang-dibuat-oleh-notaris/ diunduh Sabtu, 1 Oktober 2016 Pukul WIB. Senin 3 Oktober 2016 Pukul WIB. syukran-lubis.blogspot.co.id/diunduh Rabu,5 Oktober 2016 Pukul WIB. Minggu, 13 November 2016 Pukul WIB. / diunduh Senin 28 November 2016 Pukul WIB 14

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. Judul : KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. 13/Pdt.G/2009/PN. Skh Disusun oleh : Rani Permata Sari NPM : 13101115 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu hal yang erat hubungannya dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena manusia bertempat tinggal, berkembang biak, serta melakukan

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH MENARA Ilmu Vol. X Jilid 1 No.70 September 2016 KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH ABSTRAK Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lain, dengan menitikberatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Suatu perkara perdata itu diajukan oleh pihak yang bersangkutan kepada Pengadilan untuk mendapatkan pemecahan atau penyelesaian. 1 Untuk mendapatkan pemecahan atau

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD 4.1. POSISI KASUS 4.1.1. Para Pihak Para pihak yang berperkara dalam kasus gugatan perdata ini diantaranya adalah: 1) Penggugat Pihak yang menjadi Penggugat dalam

Lebih terperinci

JAMINAN. Oleh : C

JAMINAN. Oleh : C NASKAH PUBLIKASII SKRIPSI PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA (Study Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : Premanti NPM : 11102114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan salah satu sumber daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2 KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan bukti surat menurut Hukum Acara Perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Adjie, Habib, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai. Pejabat Publik, Bandung: PT. Refika Aditama.

Daftar Pustaka. Adjie, Habib, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai. Pejabat Publik, Bandung: PT. Refika Aditama. Daftar Pustaka Buku Adjie, Habib, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung: PT. Refika Aditama. Afandi, Ali, 1984, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0050/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor 0050/Pdt.G/2015/PA. Pas PUTUSAN Nomor 0050/Pdt.G/2015/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0705/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor 0705/Pdt.G/2015/PA. Pas PUTUSAN Nomor 0705/Pdt.G/2015/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA., 2011, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA., 2011, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama, Bandung. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrasyid, Prijatna 2002, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa (Suatu Pengantar), Fikahati Aneska, Adjie, Habib, 2009, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah negara hukum, demikianlah makna yang tersirat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti di negara Indonesia ada tata hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat kepentingan terdiri dari kebutuhan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 1243/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor 1243/Pdt.G/2015/PA. Pas PUTUSAN Nomor 1243/Pdt.G/2015/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL 2.1 Pengertian Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa Inggris disebut act atau deed. Secara etimologi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan

Lebih terperinci

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup berkelompok (bermasyarakat). Kehidupan bermasyarakat menuntut manusia untuk saling berinteraksi atau

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 1125/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor 1125/Pdt.G/2015/PA. Pas PUTUSAN Nomor 1125/Pdt.G/2015/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga karena dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum. Tugas dan pekerjaan notaris sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derden verzet merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan perlawanan pihak ketiga

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia saling berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa interaksi dalam kehidupan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0938/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor 0938/Pdt.G/2015/PA. Pas PUTUSAN Nomor 0938/Pdt.G/2015/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK. MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan

KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK. MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3082 K/Pdt/2011) JURNAL PENELITIAN Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0036/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor 0036/Pdt.G/2015/PA. Pas PUTUSAN Nomor 0036/Pdt.G/2015/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam hukum perdata formil. Hukum perdata formil bertujuan memelihara dan mempertahankan hukum perdata materiil. Jadi, secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( ) BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK (Email) 1. Pengertian Alat Bukti Dalam proses persidangan, alat bukti merupakan sesuatu yang sangat penting fungsi dan keberadaanya untuk menentukan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 179 /Pdt.G/2009/PA/Pkc. Bismillahirrahmanirrahim MELAWAN

PUTUSAN Nomor : 179 /Pdt.G/2009/PA/Pkc. Bismillahirrahmanirrahim MELAWAN PUTUSAN Nomor : 179 /Pdt.G/2009/PA/Pkc Bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani proses kehidupan senantiasa berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam berusaha dan bekerja tersebut saseorang pasti mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat bukti berupa keterangan saksi sangatlah lazim digunakan dalam penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 didalam pasal 1 ayat (3) menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena itu Negara tidak boleh melaksanakan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0718/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor 0718/Pdt.G/2015/PA. Pas PUTUSAN Nomor 0718/Pdt.G/2015/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM 57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014 HUKUM PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PERDATA 1 Oleh : Darliyanti Ussu 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penentuan alat bukti oleh hakim dan bagaimana pembagian beban pembuktian untuk

Lebih terperinci

BAB II HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TENTANG PEMBUKTIAN

BAB II HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TENTANG PEMBUKTIAN BAB II HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TENTANG PEMBUKTIAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Pembuktian Pembuktian di muka pengadilan adalah merupakan hal yang terpenting dalam hukum acara karena pengadilan dalam

Lebih terperinci

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 1734/Pdt.G/2014/PA.Pas

PUTUSAN Nomor 1734/Pdt.G/2014/PA.Pas PUTUSAN Nomor 1734/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran jabatan Notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan tujuan untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga peradilan sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi setiap warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan otonom,salah satu unsur penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti baginya mengenai hubungan

Lebih terperinci

hal 0 dari 11 halaman

hal 0 dari 11 halaman hal 0 dari 11 halaman I. PENGERTIAN PENGGUNAAN LEMBAGA PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) OLEH Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI (H. SUWARDI, SH, MH) Subekti menyebut, putusan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017 TATA CARA PEMANGGILAN PARA PIHAK YANG BERPERKARA PENGGUGAT/TERGUGAT YANG TERLIBAT DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI (PENERAPAN PASAL 388 jo PASAL 390 HIR) 1 Oleh: Delfin Pomalingo 2 ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015 PENYELESAIAN PERKARA MELALUI CARA MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI 1 Oleh : Elty Aurelia Warankiran 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertuan untuk mengetahui bagaimana prosedur dan pelaksanaan mediasi perkara

Lebih terperinci

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF 21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

Oleh Helios Tri Buana

Oleh Helios Tri Buana TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Jurnal Ilmiah Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek BAB I PENDAHULUAN Putusan verstek merupakan bagian dari Hukum Acara Perdata di Indonesia. Putusan verstek tidak terlepas hubungannya dengan beracara dan penjatuhan putusan atas perkara yang dipersengketakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada umumnya bertujuan untuk mencari, menemukan, menggali kebenaran yang sesungguh-sungguhnya guna mencapai keadilan dalam masyarakat. Dimana hukum mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum dan untuk mewujudkan kehidupan tata negara yang adil bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik sehari-hari, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun hubungan antara manusia dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembuktian adalah tahap yang memiliki peranan penting bagi hakim untuk menjatuhkan putusan. Proses pembuktian dalam proses persidangan dapat dikatakan sebagai sentral

Lebih terperinci

Kecamatan yang bersangkutan.

Kecamatan yang bersangkutan. 1 PENCABUTAN PERKARA CERAI GUGAT PADA TINGKAT BANDING (Makalah Diskusi IKAHI Cabang PTA Pontianak) =========================================================== 1. Pengantar. Pencabutan perkara banding dalam

Lebih terperinci

BEBAN PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PERDATA

BEBAN PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PERDATA BEBAN PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PERDATA Maisara Sunge Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Dalam setiap perkara perdata yang diajukan kemuka sidang pengadilan, hukum pembuktian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu tim hakim yang berbentuk majelis. Majelis hakim tersebut paling sedikit terdiri dari tiga orang

Lebih terperinci

A.Latar Belakang Masalah

A.Latar Belakang Masalah A.Latar Belakang Masalah Setiap manusia hidup mempunyai kepentingan. Guna terpenuhinya kepentingan tersebut maka diperlukan adanya interaksi sosial. Atas interaksi sosial tersebut akan muncul hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori atau Konseptual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori atau Konseptual BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori atau Konseptual 1. Pembuktian a. Pengertian Pembuktian Pembuktian mempunyai arti luas dan arti terbatas. Pembuktian dalam arti luas berarti memperkuat kesimpulan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor: 1479/Pdt.G/2014/PA. Pas

P U T U S A N Nomor: 1479/Pdt.G/2014/PA. Pas P U T U S A N Nomor: 1479/Pdt.G/2014/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1 54 BAB IV KEKUATAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PURWOREJO NO. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. DENGAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO. 224/ Pdt.G/2011/PTA.Smg. TENTANG CERAI TALAK A. Kekuatan Yuridis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk mencapai suatu masyarakat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum bukanlah semata-mata sekedar sebagai pedoman untuk dibaca, dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ALAT BUKTI TULISAN TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA DI PENGADILAN. Rosdalina Bukido. Abstrak

KEDUDUKAN ALAT BUKTI TULISAN TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA DI PENGADILAN. Rosdalina Bukido. Abstrak KEDUDUKAN ALAT BUKTI TULISAN TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA DI PENGADILAN Rosdalina Bukido Abstrak Pembuktian merupakan salah satu aspek yang sangat penting didatangkan dan disiapkan oleh para pihak (Penggugat

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak permasalahan yang berlatar belakang pada sengketa perdata yang disebabkan oleh karena salah satu pihak merasa dirugikan akibat hak-haknya dilanggar oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Lebih terperinci