BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Wanita Menopause a. Pengertian Menopause adalah berhentinya ovarium menghasilkan ovum akibat turunnya kadar estrogen dan progesteron karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise (Spencer and Brown, 2008). Menopause ditandai dengan perubahan pola menstruasi. Menstruasi menjadi tidak teratur, semakin jarang, dan akhirnya berhenti. Saat berhenti menstruasi ini dikatakan menopause, tetapi batasan yang jelas berhentinya menstruasi belum jelas sehingga disimpulkan wanita dikatakan menopause apabila sudah tidak mendapatkan menstruasi selama ± 12 bulan (Andriyani, 2013). Pada beberapa wanita aktifitas menstruasi berhenti secara tibatiba, tetapi biasanya perubahan tersebut terjadi secara bertahap baik jumlah maupun lamanya. Jarak antara 2 siklus menjadi lebih dekat atau jarang dan jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak atau sedikit (El Manan, 2011). Kondisi ini disebut fase perimenopause yang terjadi sekitar usia 40 tahun dan biasanya berlangsung selama ± 4 tahun. (Jarvis, 2011). 6

2 7 Menurut Spencer dan Brown (2008), masa transisi dari kehidupan reproduktif ke menopause disebut fase klimakterium. Pada saat ini wanita akan mengalami beberapa perubahan dalam dirinya, baik perubahan fisik maupun psikologis. Rata rata usia wanita mengalami menopause adalah antara tahun. b. Perubahan pada Wanita Menopause 1) Perubahan Fisik Menurut Andiyani (2013) dan Jarvis (2011), perubahan fisik yang terjadi pada wanita menopause yaitu terjadi semburan panas (hot flush) yang terjadi di malam hari, menstruasi tidak teratur dan perdarahan, vagina kering dan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual, tidak bisa menahan buang air kecil, kulit kering, penipisan rambut, sakit kepala, jantung berdebardebar, penambahan berat badan, payudara lembek, mudah lupa, nyeri otot dan sendi, keluhan lambung, kembung, mual, dan nyeri ulu hati. 2) Perubahan Hormonal Dalam keadaan normal, hipotalamus akan menyekresi GnRH yang akan menstimulasi hipofise untuk memproduksi hormon FSH dan LH. Gonadotropin akan merangsang ovarium untuk memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang berperan dalam siklus menstruasi (Jarvis, 2011).

3 8 Pada masa menjelang menopause, ovarium kurang merespon oleh rangsangan FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Akibatnya, ovarium melepas lebih sedikit estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan proses ovulasi (produksi ovum) berhenti (El Manan, 2011). Rendahnya kadar estrogen juga dapat menyebabkan darah menjadi kental yang meningkatkan resiko penggumpalan darah. Selain itu rendahnya kadar estrogen dapat meningkatkan kadar LDL (low desinty lipoprotein) atau lemak jahat dan menurunkan kadar HDL (high desinty lipoprotein) atau lemak baik. Tingginya kadar LDL dapat menyebabkan penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri sehingga dapat menimbulkan gangguan peredaran darah atau hipertensi (Spencer and Brown, 2008). 3) Perubahan psikologis Perubahan psikologis yang terjadi seperti mudah tersinggung, suasana hati berubah-ubah, depresi, cemas, kurang konsentrasi, mudah lelah, memori jangka pendek, susah tidur, dan gelisah (Jarvis, 2011). Gejala psikis dan emosional tersebut bisa disebabkan oleh kurangnya kadar estrogen. Berkeringat pada malam hari dapat menyebabkan gangguan tidur sehingga menyebabkan kelelahan dan wanita mudah tersinggung (El Manan, 2011).

4 9 c. Komplikasi Menopause Menurut Andriyani (2013), Spencer and Brown (2008), komplikasi yang terjadi pada wanita menopause yaitu osteoporosis, masalah urogenital, penyakit kardiovaskular, obesitas, demensia, dan diabetes mellitus. B. Tekanan Darah a. Pengertian Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah mempengaruhi banyak sedikitnya darah yang dipompa ke seluruh tubuh. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan dua angka, yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik (Townsend, 2010). Tekanan sistolik adalah tekanan saat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan di arteri saat jantung berrelaksasi diantara dua denyutan. Satuan pengukuran tekanan darah adalah millimeter merkuri atau sering disingkat dengan mmhg (Palmer dan Willliams, 2007). b. Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi Menurut Hartono (2014), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah naik menjadi 140 mmhg atau lebih untuk tekanan sistolik dan 90 mmhg atau lebih untuk tekanan

5 10 diastolik. Tekanan sistolik adalah bunyi duk pertama yang terdengar saat dilakukan pengukuran tekanan darah, sedangkan tekanan diastolik adalah bunyi duk terakhir ketika pompa tensimeter dibuka. Hipertensi merupakan faktor utama pemicu stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan masalah sirkulasi periferal (Townsend, 2010). Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Kategori TekananDarahSistole TekananDarah Diastole Normal Pre Hipertensi Hipertensi < 120 mmhg mmhg 140 mmhg < 80 mmhg mmhg 90 mmhg Sumber : Palmer dan Willliams (2007) c. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah 1) Keturunan Keturunan atau genetik adalah faktor bawaan dari diri seseorang. Apabila kedua orangtua atau salah satu orangtua mengalami hipertensi kemungkinannya akan lebih besar bagi sang anak mengalami hipertensi % variasi tekanan darah pada individu disebabkan oleh faktor genetic (Palmer and William, 2007). 2) Usia Usia adalah salah satu faktor resiko hipertensi yang paling kuat. Prevalensi hipertensi pada usia muda berkisar 2% 3%, sedangkan prevalensi hipertensi pada usia >50 tahun berkisar 65% atau lebih (Townsend, 2010).

6 Prosentase 11 3) Jenis kelamin Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Hormon seks mempengaruhi sistem renin angiotensine. Secara umum tekanan darah laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, tetapi pada perempuan resiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang menunjukkan adanya pengaruh hormon. 100 Prevalensi Hipertensi berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin lebih Kelompok usia Pria Wanita Gambar2.1 Prevalensi Hipertensi berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Sumber : Palmer dan Willliams (2007) 4) Obesitas Obesitas atau kelebihan berat badan memiliki andil yang cukup besar dalam hipertensi. Walaupun terkadang hipertensi terjadi pada orang yang kurus, tetapi hipertensi relatif lebih sering terjadi pada orang yang kelebihan berat badan (Townsend, 2010). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

7 12 Novianingsih (2012) tentang Hubungan Beberapa Indikator Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Remaja menunjukkan bahwa ditemukan ada hubungan signifikan antara IMT dengan tekanan darah sistole dan diastole baik pada remaja laki-laki, perempuan, maupun kedua jenis kelamin (p<0,05). Setelah dilakukan analisis multivariate didapatkan hasil bahwa IMT merupakan indikator yang paling memengaruhi tekanan darah sistole dan diastole pada kedua jenis kelamin (p=0,01 dan p=0,0001), dan tekanan darah sistole pada remaja laki-laki (p=0,0001). Hasil ini sesuai dengan penelitian di Iran yang menyatakan bahwa IMT merupakan indikator yang paling sesuai untuk memprediksi dyslipidemia dan tekanan darah tinggi pada anak dan remaja. Rumus menghitung IMT adalah sebagai berikut : ( ) ( ) Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) IMT < 18,5 18,5 24, , ,9 40 lebih Sumber : Palmer dan Willliams (2007) Klasifikasi BeratBadanKurang BeratBadan Ideal BeratBadanBerlebih Obesitas (gemuk) SangatObesitas

8 13 5) Asupan a) Natrium Natrium (Na) bersama dengan Kalium (K) berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan dan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Natrium bersifat menahan air sehingga menambah beban darah yang masuk ke jantung yang berakibat pada peningkatan tekanan darah. Terlalu banyak mengonsumsi protein hewani seperti daging, seafood, susu dan produk olahan lain dapat meningkatkan kadar Natrium dan Kalsium dalam tubuh (Hartono, 2014). Menurut Townsend (2010), garam bersama dengan zat lain dalam tubuh (angiotensine) dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan efek yang diberikan angiotensine sendiri. Setiap 2000 mg garam yang ditambahkan dalam makanan dapat meningkatkan 2 3 mmhg tekanan darah. b) Kalium (K) Kalium adalah mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh. Berbeda dengan natrium, kalium dan magnesium berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah. Kalium bersifat mendorong keluarnya natrium yang berlebihan sehingga mengurangi preload (beban awal kontraksi jantung) dan menurunkan tekanan darah. Magnesium

9 14 berperan dalam mengurangi kekuatan kontraksi otot jantung dan otot kerangka (Hartono, 2014). Menurut Priyotamtama (2009), sebagian permasalahan tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh konsumsi garam yang tinggi bisa lebih parah jika konsumsi kalium terlalu rendah. Dalam kasus ini maka penambahan kalium bisa menurunkan tekanan darah secara langsung karena kalium dikenal sebagai mineral penurun tekanan darah. Peranan kalium bersama klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam basa. Kalium menjaga tekanan osmotik intraseluler dan sebagian terikat dalam protein. Kalium juga membantu mengaktifasi reaksi enzim (Bangun, 2013). Sebuah penelitian klinis menunjukkan pemberian suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah. Pemberian diet kalium mmol/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,2 mmhg pada penderita hipertensi dan 1,8 serta 1,0 pada orang normal (Pranadi, 2012). Kebutuhan kalium yaitu 2300 mg/hari. Kalium dapat ditemukan dalam sayur-sayuran berdaun hijau, buah-buahan seperti pisang, stowberi, mentimun, jus jeruk segar, apricot dan kiwi. Sumber kalium lain yaitu beras merah, jagung,

10 15 bawang, jahe, produk kedelai seperti susu, tahu, dan tempe serta ikan (Soeparno, 2011). 6) Merokok Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan karena kandungan nikotin dalam rokok yang dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pembuluh darah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setyanda (2015) tentang Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki laki Usia Tahun di Kota Padang, menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,003) yaitu dipengaruhi oleh lama merokok dan jenis rokok (p=0,017). 7) Konsumsi alkohol Kebiasaan mengonsumsi alkohol adalah salah satu faktor yamg sangat mempengaruhi tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2013) tentang Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni,Cikarang Barat Tahun 2012 menunjukkan bahwa pada variabel konsumsi alkohol, responden yang mengkonsumsi alkohol dan terkena hipertensi sebesar 71,4% dan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebesar 26,5%. Hasil uji statistik menyatakan ada hubungan yang bermakna (p= 0,43).

11 16 8) Aktivitas fisik dan Stress Aktivitas fisik atau olahraga dan stress dapat mempengaruhi tekanan darah, hal ini terbukti dalam pemelitian yang dilakukan oleh Andria (2013) tentang Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stressdan Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan jumlah lansia yang menderita hipertensi dengan tingkat olahraga yang kurang sebesar 45,79%, dan kurang kebal terhadap stres sebesar 39,25%. Lansia sebagian besar mengonsumsi makanan yang menyebabkan hipertensi seperti garam, gula, serta makanan yang mengandung lemak. Pengujian dengan uji Chie-square menunjukkan perilaku olahraga dan stres mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya hipertensi pada lansia, diperoleh p = 0,000 (p < 0,05) untuk perilaku olahraga dan p = 0,047 (p < 0,05) untuk perilaku stres d. Penyebab hipertensi Menurut Pranadi (2012), secara umum penyebab hipertensi terbagi dalam 6 kelompok yaitu: a. Peningkatan aktifitas sistem renin-angiotensine, b. Peningkatan aktifitas mineralkortokoid, c. Peningkatan aktifitas glukokortikoid, d. Peningkatan reabsorbsi Natrium, e. Peningkatan volume Plasma, f.peningkatan aktifitas vasokonstriktor.

12 17 Hubungan faktor gizi dan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis menyebabkan resistensi dinding pembuluh darah akan meningkat. Hal ini memicu jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh tubuh. e. Pengobatan hipertensi Pengobatan hipertensi dapat berupa terapi farmakologis maupun terapi non farmakologis. Terapi non farmakologis pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan beberapa hal, yang paling utama adalah dengan diet rendah garam. Seperti yang kita ketahui bahwa Natrium berperan mengikat air sehingga menambah volume darah yang masuk ke jantung sehingga meningkatkan tekanan darah (Hartono, 2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata rata penurunan asupan natrium ±1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmhg dan diastolik 2 mmhg pada penderita hipertensi. Disarankan asupan garam <6 gram/ hari atau kurang dari 1 sendok teh (Pranadi, 2012). Selain mengurangi konsumsi garam dapur (NaCl), beralih dari diet yang kaya akan protein hewani menjadi diet yang kaya akan protein nabati. Daging, seafood, susu dan produk olahan lain yang kaya protein hewani mengandung banyak natrium dan kalsium,

13 18 sementara protein nabati seperti kacang-kacangan, sayur dan buah mengandung banyak kalium dan magnesium. Berbeda dengan Natrium, Kalium dan Magnesium berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah. Kalium bersifat mendorong keluarnya Natrium yang berlebihan sehingga mengurangi preload (beban awal kontraksi jantung) dan menurunkan tekanan darah. Sedangkan magnesium berperan dalam mengurangi kekuatan kontraksi otot jantung dan otot kerangka (Hartono, 2014). Olahraga teratur, mengurangi konsumsi lemak jenuh, mengurangi konsumsi alkohol, dan menurunkan berat badan adalah cara untuk menjaga tekanan darah tetap normal (Palmer and Williams, 2007). C. PISANG AMBON a. Pengertian Pisang adalah buah yang berbentuk bulat ramping memanjang, dagingnya tebal berwarna putih kekuningan dan memiliki daun berwarna hijau hingga kekuningan. Pisang memiliki berbagai varietas sehingga warna, bentuk, dan ukurannya beragam. Pisang ambon merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia karena selain rasa yang enak, harga pisang relatif murah serta mudah didapatkan di pasar Indonesia. Ketika sudah matang, pisang dapat dinikmati langsung atau juga dapat digoreng, direbus maupun diolah menjadi selai (Bangun, 2013).

14 19 b. Kandungan dan manfaat pisang Buah pisang mengandung berbagai jenis zat gizi, vitamin dan mineral yang berperan dalam kesehatan. Zat gizi yang ada dalam buah pisang dapat mudah diserap sehingga gizi untuk meremajakan tubuh dapat sampai ke bagian sel-sel yang membutuhkan. Pisang banyak mengandung vitamin A, vitamin C, dan vitamin B1. Selain itu pisang juga memiliki kandungan mineral yang cukup seperti kalsium, fosfor dan zat besi serta mengandung kalium yang tinggi dan kandungan natrium yang cukup rendah. Hal ini sangat berpengaruh dalam terapi hipertensi dan relaksasi otot (Bangun, 2013). Tabel 2.3 Kandungan Natrium dan Kalium dalam 100 gram Buah Pisang Ambon Kandungan Mg Kalium 435 Natrium 18 Sumber : Food Composition Table for use in East Asia, FAO, 1972 (Dikutip dari Priyotamtama, 2010) c. Efek farmakologis pisang ambon sebagai antihipertensi Kalium yang terkandung dalam pisang ambon merupakan zat yang berpengaruh penting terhadap penurunan tekanan darah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tangkilisan (2013) tentang Pengaruh Terapi Diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var.Sapientum Linn) terhadap Penurunan Tekanan Darahpada Klien Hipertensi menunjukkan hasil uji Paired t-test data tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan terapi menunjukkan p value 0,000.

15 20 Hasil uji Paired t-test tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah diberikan terapi menunjukkan p value 0,000. Hal ini berarti secara signifikan terapi diet pisang ambon menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Kalium tinggi yang terkandung dalam pisang ambon tersebut bekerja mirip obat antihipertensi di dalam tubuh manusia. Kalium dapat menyebabkan penghambatan pada Renin-Angiotensine System juga menyebabkan terjadinya penurunan sekresi aldosteron, sehingga terjadi penurunan reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme tersebut, maka terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darah pun menjadi turun. Selain itu, kalium juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, akibatnya terjadi penurunan resistensi perifer, dan tekanan darah juga menjadi turun (Palmer dan Willliams, 2007). WHO (2012) merekomendasikan konsumsi kalium untuk menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskuler, stroke, dan penyakit jantung koroner pada orang dewasa. Kebutuhan harian kalium yang direkomendasikan adalah 4700 mg per hari, dan salah satu makanan yang tinggi kalium ialah pisang sebesar 422 mg kalium/100gr.

16 21 D. JUS MENTIMUN a. Pengertian Mentimun (Cucucmis sativus L.) adalah buah yang berasal dari pegunungan Himalaya di India Utara yang pada saat ini menyebar luas di Indonesia (Raina, 2011). Mentimun merupakan tanaman musiman yang dapat hidup di tanah yang gembur dan subur, kelembaban udara tinggi, pengairan cukup, dan mendapatkan sinar matahari langsung (Yuniarti, 2008). Tanaman ini tumbuh merambat, berbatang basah, dan berambut kasar serta memiliki sulur yang keluar dari dahan. Buah mentimun berbentuk bulat panjang cm, tumbuh bergantung, warnanya hijau berlilin, setelah tua warna menjadi kuning kotor, bagian pangkal berbintil dan banyak mengandung air. Biji mentimun berbentuk lonjong meruncing pipih, jumlahnya banyak, dan berwarna putih kotor (Raina, 2011). b. Kandungan dan Manfaat Mentimun mengandung mineral yang beragam, tetapi mineral yang menonjol dimilikinya adalah kalium dan silika. Meskipun jumlah yang dibutuhkan sedikit, silika memiliki manfaat dalam aktivitas otot, saraf, ligamen, dan tulang. Kalium bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah. Rasio Kalium dan Natrium yang tinggi dan seimbang sehingga dapat menjaga tekanan darah tetap stabil. Selain itu kalium bermanfaat sebagai pembersih darah. Darah bersih

17 22 yang mengandung oksigen dapat menyebabkan jantung bekerja dengan baik (Bangun, 2013). Kandungan serat dan air yang sangat tinggi sehingga bermanfaat untuk proses pencernaan. Selain itu mentimun juga bermanfaat dalam merawat kulit. Mentimun dapat digunakan sebagai pembersih, penyegar, dan pelembab kulit agar kulit bersih, sehat dan terhindar dari jerawat (Yuniarti, 2008) Tabel 2.4 Kandungan Natrium dan Kalium dalam 100 gram Mentimun Kandungan Mg Kalium Natrium Sumber : Bangun (2013) c. Efek farmakologis jus mentimun sebagai antihipertensi Mentimun merupakan buah yang dipercaya masyarakat sebagai penurun tekanan darah yang mujarab, konon dengan mengonsumsi 2 buah mentimun selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah secara drastis. Hal ini tentu bukanlah kepercayaan masyarakat semata, penelitian yang dilakukan oleh Marbun (2012) menunjukkan bahwa pemberian jus mentimun selama 6 hari dapat menurunkan tekanan sistole rata rata 17,69 mmhg dan tekanan diastole rata rata 9,61 mmhg. Setelah dilakukan uji Paired t-test didapatkan nilai p value 0,000, yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun.

18 23 Efek sebagai penurun tekanan darah yang diberikan oleh mentimun adalah karena kandungan mineral kalium yang tinggi. Kalium dapat mendorong keluarnya natrium yang berlebihan sehingga mengurangi preload (beban awal kontraksi jantung) dan menurunkan tekanan darah (Hartono, 2014). Berbeda dengan pisang, mentimun memiliki rasio perbandingan kadar kalium dan natrium yang sangat signifikan yaitu hampir 74:1. Hal ini yang menyebabkan mentimun dapat menurunkan tekanan darah secara efektif (Bangun, 2013). Kandungan saponin dalam mentimun dapat meningkatkan absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida, dan air) di tubulus distalis ginjal, juga merangsang ginjal untuk lebih aktif. Hal ini yang mampu menurunkan tekanan darah. Sifat diuretik pada mentimun yang terdiri dari 90% air mampu mengeluarkan kandungan garam dari dalam tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun mampu mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin. Selain itu mentimun mengandung flavonoid yang terbukti dapat menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah (Sonia, 2011).

19 24 B. KERANGKA KONSEP Menopause Perubahan hormon Estrogen rendah LDL naik, HDL turun pengerasan pembuluh darah dan penyempitan arteri tekanan darah meningkat Hipertensi Terapi hipertensi non farmakologis Pisang Ambon Jus Mentimun Kalium Kalium, Air, Saponin, Flavonoid Diuretik (mendorong keluarnya natrium, mengurangi beban kerja jantung) Faso dilatator (melebarkan pembuluh darah) Diuretik Tekanan darah turun Faktor yang mempengaruhi: genetik, jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, obesitas, stress, aktivitas fisik, asupan Na, alkohol, penyakit DM, Jantung, Stroke Keterangan : :Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

20 25 C. HIPOTESIS Jus mentimun lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah pada wanita menopause dengan hipertensi.

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin softgel mengandung 60% atau sekitar 720mg natural sari kedelai konsentrat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia telah makan kedelai sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan pada manusia, namun pada suatu saat pertumbuhan dan perkembangan tersebut berhenti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Apakah Kolesterol Kita dapat mengaitkan kolesterol dengan makanan berlemak, tetapi sebagian besar zat lilin dibuat oleh tubuh kita sendiri. Hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia (Soenarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Tugurejo Semarang dahulu merupakan rumah sakit khusus kusta di semarang pada tahun 1952. Pada tanggal 30 Mei 1996 mendapatkan

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan kehilangan massa otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hipertensi dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer karena pada umumnya terjadi tanpa gejala, sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmhg atau lebih, atau diastolik di atas 90 mmhg atau lebih, atau sedang dalam pengobatan antihipertensi

Lebih terperinci

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda : Tips Alami Turunkan Kolestrol Dengan Cepat Sahabat, tips kesehatan. Dalam keadaan normal atau stabil, kolesterol memang memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia. Beberapa fungsi kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

Karenanya labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit, di antaranya:

Karenanya labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit, di antaranya: Labu kuning bisa berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang, tergantung varietasnya. Buah muda berwarna hijau, sedangkan yang lebih tua berwarna kuning pucat. Warna kuning atau oranye daging buahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh baik fisik maupun psikologis akibat proses menua.

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah secara umum dapat diartikan sebagai gaya dorong darah terhadap dinding pembuluh darah arteri. Tekanan darah dicatat dengan dua angka yaitu angka tekanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

Disusun Oleh : MIA JIANDITA PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi Menopause diartikan proses peralihan dari masa produktif ke masa nonproduktif yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK)merupakan penyakit jantung yang terutama disebabkan oleh penyempitanarteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau keduanya.

Lebih terperinci

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 A. Data Demografi No. Responden : Umur : Alamat : Berikan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah.

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 1

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 1 ANEKA RESEP JUS SEHAT Slow Juicer MT-67 Bagian 1 Apa itu Slow Juicer? Berbeda dengan juicer yang menggunakan metode kecepatan tinggi dengan pisau yang tajam, Slow Juicer menggunakan Low Speed Technology

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan penyakit

Lebih terperinci

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta Pengaruh Pemberian Terapi Jus Buah Tomat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Primer Stage 1 di Desa Monggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci