KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN BIOOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN BIOOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN BIOOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : TRI WIDI HASTUTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

2

3

4 KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM Tri Widi Hastuti 1), Hariyatmi 2), Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, 142 halaman. 1) Mahasiswa Pendidikan Biologi, 2) Dosen Pembimbing ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta berdasarkan pembelajaran biologi berbasis praktikum. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dengan menggunakan metode deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan berfikir kritis apa saja yang muncul serta melihat seberapa besar kemampuan berfikir kritis siswa yang dapat berkembang melalui pembelajaran biologi dengan metode praktikum, subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta, pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu kelas XI IPA yang berjumlah 21 siswa, objek penelitian ini adalah kemampuan berfikir kritis sisiwa di SMA Muhammadiyah 2 surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat indikator kemampuan berfikir kritis siswa yang diamati melalui metode praktikum, muncul dengan persentase yang berbeda. Indikator yang memperoleh persentase paling tinggi adalah indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak (93,7%) dan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (89,6%), sedangkan indikator yang memperoleh persentase paling rendah adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan (76,0%). Secara keseluruhan kemampuan berfikir kritis siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tergolong sangat baik (84,6%). Metode praktikum membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung sehingga dapat melatih kemampuan berfikir kritis siswa melalui percobaan. Kata kunci: Kemampuan berfikir kritis, pembelajaran biologi, metode berbasis praktikum.

5 A. Pendahuluan Mata pelajaran biologi di SMA mempelajari segala sesuatu tentang kehidupan berupa benda yang dapat ditangkap oleh alat indra manusia dan oleh alat bantu (mikroskop) yang meliputi kehidupan yang berjenjang pada tingkat organisme biologi mulai dari molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme atau individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan bioma. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan kognitif, efektif, dan psikomotor serta metode pembelajaran yang dapat mendorong bagaimana memotivasi peserta didik untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis. Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan berfikir kritis dalam belajar misalnya kemampuan bertanya, hipotesis, klasifikasi, observasi (pengamatan) dan interpretasi. Tetapi kemampuan ini terkadang tidak berkembang dengan baik maka perlu adanya metode yang mampu mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. Salah satunya adalah melalui kegiatan praktikum, karena kegiatan praktikum membantu siswa untuk memahami suatu kejadian, melihat suatu kejadian lebih rinci dari sebelumnya dan setelah itu mengingat kejadian tersebut. Berfikir kritis sangat penting dalam mempelajari biologi karena berfikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan nilai- nilai. Dalam pembelajaran biologi kemampuan berfikir kritis siswa sangat berperan dalam prestasi belajar, penalaran formal, keberhasilan belajar, dan kreatifitas karena berfikir merupakan inti pengatur tindakan siswa. Menurut Liliasari (2003) kemampuan berfikir kritis adalah salah satu tujuan pendidikan nasional yang sangat penting dalam pendidikan dan berfungsi disegala aspeks kehidupan. Praktikum merupakan kegiatan yang membuat pembelajaran lebih diarahkan pada experimental learning berdasarkan pengalaman konkrit, diskusi dengan teman yang selanjutnya akan diperoleh ide dan konsep baru.

6 Menurut Aryani (2009), kegiatan praktikum menjadi pembelajaran alternatif yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan befikir karena siswa dituntut untuk aktif dalam memecahkan masalah, berfikir kritis dan kreatif dalam menganalisis, selain itu peserta didik dapat melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya. Peneliti memilih SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebagai tempat untuk dilakukan penelitian karena selain untuk mengetahui seberapa besar kemampuan berfikir kritis siswa disekolah tersebut, juga dikarenakan lokasi dari sekolahan tersebut jaraknya tidak jauh dan mudah dijangkau oleh peneliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta pada pembelajaran biologi berbasis praktikum. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam memahami materi pembelajaran biologi yang diberikan dan memotivasi siswa dalam rangka perbaikan cara belajarnya dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaharui sarana dan prasarana belajar dalam menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar siswa. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta, pada bulan November 2013-Mei Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis apa saja yang muncul serta melihat seberapa besar kemampuan berfikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dapat berkembang melalui pembelajaran biologi dengan metode praktikum. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta, sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA yang hanya terdiri dari satu kelas dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang yang

7 terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan, kelas XI IPA dianggap sesuai dijadikan sampel dalam penelitian ini, karena kelas XI IPA pada semester genap mempelajari mata pelajaran biologi sistem reproduksi pada hewan dimana materi tersebut dijadikan oleh peneliti sebagai penunjang penelitian. Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik observasi, wawancara dan kepustakaan. Pada observasi peneliti melakukan pengamatan secara langsung, peneliti mengumpulkan data dengan mengamati indikator kemampuan berfikir kritis apa saja yang muncul pada siswa secara kelompok dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disusun sesuai indikator kemampuan berfikir kritis menurut R. Ennis pada saat siswa melaksanakan praktikum dilaboratorium tentang sistem reproduksi pada hewan. Pengukuran ini dilakukan secara berkelompok, dalam penelitian ini dibagi 4 kelompok karena keterbatasan alat dan waktu yang digunakan siswa pada saat kegiatan praktikum, pengamatan dilakukan oleh 2 observer, masing-masing observer mengamati 2 kelompok, sedangkan wawancara dilakukan dengan guru yang mengampu mata pelajaran biologi dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mendeskripsikan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, guna mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa. Analisis datanya menggunakan analisis deskriptif, dengan memberikan tanda ceklis ( ) kedalam lembar observasi sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap aspek indikator kemampuan berfikir kritis siswa yang muncul selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan metode praktikum berlangsung, kemudian menjumlahkan banyaknya ceklis pada setiap kolom yang terdapat pada lembar observasi tiap kelompok, membuat skala pengukuran menurut Sugiyono (2008) dengan kriteria sangat baik, baik, kurang baik, sangat kurang baik, kemudian untuk mencari presentase masingmasing kriteria dicari berdasarkan rumus menurut Anas Sudijono ( 2008) yaitu 100 %, selanjutnya mengintepretasikan secara deskriptif data persentase tiap-tiap aspek indikator kemampuan berfikir kritis siswa yang

8 muncul selama pembelajaran pada sistem reproduksi hewan dengan pembelajaran berbasis praktikum. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari hasil analisis lembar observasi, aspek kemampuan berfikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 2 Surkarta yang muncul pada mata pelajaran biologi dengan pembelajaran berbasis praktikum yang dilakukan secara kelompok diperoleh hasil sebagai berikut yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 1. Hasil Persentase Kemampuan Berfikir kritis Siswa Secara Keseluruhan No Indikator Sub- Indikator Kegiatan % (%) kategori 1. Menginduksi Mengemukakan I 87,5 Baik dan kesimpulan II 75,0 79,2 mempertimbang kan hasil induksi III 75,0 2. Mempertimbang Mempertimbangk I 93,7 Sangat baik kan apakah an penggunaan II 92,7 93,7 sumber dapat prosedur yang III 94,8 dipercaya atau tepat tidak 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan 4. Mengobservasi dan mempertimbang kan laporan observasi Memberikan penjelasan sederhana Melaporkan hasil observasi I 81,2 II 75,0 III 71,8 I 87,5 II 100 III 81,2 76,0 89,6 Jumlah rata-rata (%) 84,6 Baik Sangat baik Sangat baik Berdasarkan tabel 1, diperlihatkan bahwa jumlah persentase keseluruhan untuk keempat indikator berfikir kritis diperoleh hasil yang berbeda, untuk indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi diperoleh hasil keseluruhan persentase sebanyak 79,2%, indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak diperoleh sebanyak 93,7%, indikator bertanya dan menjawab pertanyaan sebanyak 76,0%, indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi diperoleh sebanyak 89,6%. Nilai rata-rata jumlah persentase keseluruhan kemampuan berfikir kritis diperoleh sebanyak 84,6%. Hal ini menunjukan bahwa kategori kemampuan berfikir kritis siswa dengan pembelajaran

9 berbasiss praktikum m pada mataa pelajaran biologi b berkeembang den ngan sangat baik. un ntuk lebih jelasnya bisa ddilihat pada gbr indikato or 1 60 indikato or 2 40 indikato or 3 indikato or Gambar 1. Grafik indikkator kemampuuan berfikir krritis siwa XI IPA di SMA Muuhammadiyah 2 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 secaara keseluruhann Ket: Indikatorr 1 Indikatorr 2 Indikatorr 3 Indikatorr 4 : Mengindu uksi dan memppertimbangkann hasil induksi : Mempertiimbangkan apaakah sumber daapat dipercaya atau tidak : Bertanya dan menjawabb pertanyaan : Mengobseervasi dan mem mpertimbangkaan hasil observvasi Berdasarkan tabel 1,, diperlihaatkan bahw wa pada indikator n apakah suumber dapat dipercaya aatau tidak deengan submempertimbangkan indikatoornya yang diamati adaalah memperrtimbangkann penggunaaan prosedur yang teepat diperoleh rata-rata persentase sebesar 93,7% hal inii tergolong dalam kategori k sanggat baik. Haasil ini paling g tinggi dibaanding dengaan rata-rata presentaase pada indikator i laainnya, hal ini terjadi karena keegiatan ini merupaakan bagian dalam keggiatan praktiikum, dimanna sebelum praktikum siswa harus h menyiiapkan alat dan bahan yang y akan ddigunakan, melakukan diskusi dengan keloompok sebelum praktikuum, membaca dan mem mperhatikan proseduur sebelum melakukan pembadahaan kemudiann melakukann aktivitas dalam praktikum p s seperti melaakukan pem mbiusan, pem mbedahan, pengukuran p PH, daan pengamattan morfoloogi sperma dengan mennggunakan mikroskop dengan melihat prrosedur yangg sudah di jelaskan dii LKS (Lem mbar Kerja gunakan alaat bedah dann kebiasaan siswa). Dalam kegiiatan pembiuusan, mengg berhati-- hati dalam praktikum ssebagian bessar kelompook dapat mellakukannya dengan sangat baik k. Hal ini kkarena bedasarkan hasill wawancaraa, sebelum

10 dilakukan praktikum, guru yang bersangkutan memberikan pembekalan (latihan) terlebih dahulu dengan melakukan asistensi pada pertemuan sebelumnya. Untuk melakukan pengamatan dengan mikroskop sebagian besar kelompok dapat menggunakannya dengan baik, karena praktikum yang pernah dilaksanakan sebelumnya sering menggunakan mikroskop jadi siswa sudah terbiasa dengan alat tersebut, meskipun ada beberapa siswa yang masih kurang baik dalam menggunakan mikroskop. Hasil penelitian yang dilakukan Fatmawati (2011) menunjukan bahwa kemampuan berfikir kritis siswa X-5 di SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya dengan metode praktikum indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dengan sub-indikator yang diamati mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat memperoleh persentase paling tinggi diantara indikator-indikator lainnya yaitu sebesar 88,4% yang tergolong sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir kritis dapat berkembang karena kebiasaan dan karena adanya latihan, hal ini sesuai dengan penjelasan Arnyana dalam Patmawati (2011) yaitu pada dasarnya ketrampilan berfikir kritis bukanlah kemampuan yang diberikan tetapi kemampuan yang dapat dilatih dan harus dipelajari disekolah. Berdasarkan tabel 1, indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi dengan sub-indikator yang diamati adalah melaporkan hasil observasi menduduki tingkatan ke dua setelah indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dengan memperoleh jumlah persentase sebesar 89,6% hal ini tergolong dalam kategori sangat baik. Indikator ini tergolong sangat baik karena pada indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi siswa dapat nememukan informasi sendiri dengan cara melakukan pengamatan secara langsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, siswa sudah sering melakukan kegiatan prktikum, jadi siswa sudah terbiasa dalam melaporkan hasil pengamatannya dengan menggambar sesuai dengn preparat yang dihadapinya dan menuliskan hasil percobaan sesuai dengan apa yang dialaminya secara langsung. Hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan hasil

11 penelitian Fatmawati dimana indikator ini menempati tingkatan kedua dengan jumlah persentase sebesar 87,7% yang tergolong sangat baik. Menurut Santyasa dalam Aryati (2009), pembelajaran dengan menggunakan percobaan menjadi alternative pembelajaran yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan berfikir karena peserta didik dituntut untuk aktif dalam berfikir kritis dan kreatif dalam menganalisis, mengidentifikasi, mengamati, mengaplikasikan konsep dan prinsip-prinsip agar menjadi lebih bermakna. Berdasarkan tabel 1, indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dengan sub-indikator yang diamati adalah mengemukakan kesimpulan memperoleh jumlah persentase sebesar 79,2% yang tergolong dalam kategori baik. persentase indikator ini lebih rendah dibandingkan indakator-indikator sebelumnya, karena berdasarkan hasil analisis dari jawaban siswa menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok menuliskan jawaban dengan benar dan semua kelompok menuliskan inti kesimpulannya hampir sama tetapi dalam menyusun kata-katanya ada yang masih kurang lengkap, siswa kurang dapat mengutarakan kesimpulan dengan bahasa yang jelas, teratur dan terarah, selain itu kurang tepatnya siswa dalam membuat kesimpulan dikarenakan siswa rata-rata tidak menghubungkannya dengan tujuan percobaan dan ada juga yang tidak menghubungkannya dengan hasil pengamatan. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini mungkin dikarenakan siswa kurang teliti, lupa, terburu-buru karena waktu yang diberikan kurang cukup. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat tentang hasil praktikum dan pembahasan hasil praktikum. Kesimpulan berisi jawaban atas tujuan praktikum, keseluruhan jawaban hanya berfokus pada ruang lingkup pertanyaan dan jumlah tujuan praktikum yang ada. Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis, pada umumnya kesimpulan harus berhubungan dengan pokok permasalahan dan dilengkapi oleh bukti-bukti. Berdasarkan tabel 1, indikator kemampuan berfikir kritis bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sub-indikator yang diamati memberikan

12 penjelasan sederhana memperoleh persentase paling rendah dibandingkan indikator-indikator lainnya yaitu sebesar 76,0%, tetapi meskipun paling rendah masih tergolong dalam kategori baik. Indikator ini memperoleh presentase paling rendah karena siswa kurang cermat dalam menganalisis pertanyaan, dan siswa dalam menjawaban tidak fokus dengan apa yang ditanyakan, misalkan perintah soal jelaskan tetapi rata-rata siswa hanya menyebutkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, praktikumpraktikum sebelumnya tidak menggunakan LKS seperti praktikum kali ini, tetapi mengadakan kegiatan postest, dan jawaban yang diharapkan dari soalsoal postest sebagian besar dapat diperoleh dari buku pegangan siswa, sehingga siswa kurang mengembangkan kemampuannya dalam hal memberikan penjelasan dengan pengamatannya secara langsung. Hasil penelitian yang dilakukan Patmawati (2011) tentang ketrampilan berfikir kritis siswa dengan metode praktikum pada pelajaran elektrolit dan non elektrolit, indikator bertanya dan menjawab pertanyaan hasilnya tidak jauh berbeda yaitu menempati presentase paling rendah diantara indikator yang lainnya yaitu sebesar 77,1 tetapi masih tergolong dalam kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa bertanya untuk meminta penjelasan merupakan suatu hal yang mudah dilakukan siswa tetapi meminta penjelasan merupakan hal yang perlu dipikirkan karena tanpa berfikir jawaban yang akan disampaikan tidak sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Dalam indikator bertanya dan menjawab pertanyaan ketika memberikan penjelasan sederhana siswa harus menyadari bahwa suatu penjelasan itu perlu di uji kebenarannya dengan memperoleh bukti. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan berfikir kritis siswa secara keseluruhan adalah 84,6%. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir kritis yang dikembangkan siswa pada materi sistem reproduksi pada hewan dengan pembelajaran berbasis praktikum berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan kemampuan berfikir kritis siswa melalui pembelajaran berbasis praktikum tergolong sangat baik.

13 Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan praktikum membuat siswa lebih mudah dalam membangun pemahaman suatu materi pembelajaran, karena manurut Hafni (2013) kegiatan praktikum merupakan proses dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari. Kegiatan seperti ini akan membawa kemampuan kognitif siswa menjadi lebih baik, karena siswa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, bukan hanya sekedar mendengar dan menerima pengetahuan atau informasi dari apa yang dikatakan oleh guru saja. Berdasarkan analisis peneliti dapat disimpulkan bahwa indikator kemampuan berfikir kritis yang banyak dikembangkan atau muncul pada siswa adalah indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi dan indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. Kedua indikator ini telah dianalisis dengan lembar observasi, kedua indikator ini memperoleh jumlah persentase yang lebih besar dari pada indikator lainnya, sedangkan indikator yang paling rendah adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan, tetapi indikator ini masih tergolong dalam kategori baik. Pada penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran berbasis praktikum dapat digunakan sebagai salah satu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa terhadap materi pada mata pelajaran biologi. Pembelajaran melalui praktikum membuat siswa menjadi lebih aktif seperti melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan materi yang dipelajari melalui pengalaman langsung, bukan hanya sekedar mendengar dan menerima pengetahuan atau informasi dari apa yang disampaikan oleh guru dikelas saja. Pada penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran melalui metode praktikum dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran biologi.

14 Pembalajaran berbasis praktikum menurut Patmawati (2011) sebagai kegiatan yang membantu siswa untuk menerapkan dan mengkonfirmasikan, atau memperdalam teori, bekerja sama dalam kelompok dan melatih ketrampilan psikomotor denga melakukan kegiatan percobaan. Pembelajaran berbasis praktikum menjadi alternatif pembelajaran yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran berbasis praktikum menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dan melatih kemampuan berfikir kritis siswa melalui kegiatan percobaan yang melibatkan kemampuan siswa dalam mengamati, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Kegiatan percobaan atau eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa. Pernyatan ini didukung hasil penelitian Herti Patmawati (2011) pada siswa kelas X-5 di SMA Negeri di Kota Tasikmalaya bahwa pembelajaran melalui praktikum dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa pada indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, juga didukung oleh hasil penelitian dari Eka Aryati (2009) pada mahasiswa pendidikan biologi universitas Tanjungpura yang menyatakan bahwa metode praktikum dapat meningkatakan atau mengembangkan kemampuan berfikir kritis mahasiswa pada indikator membuat argument. Dengan demikian kemampuan berfikir kritis dapat dilatih salah satunya dengan menggunakan pembelajaran berbasis praktikum.

15 D. Kesimpulan dan Saran Kemampuan berfikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta pada pembelajaran biologi dengan metode praktikum tergolong sangat baik (84,6%), dengan indikator kemampuan berfikir kritis yang banyak dikembangkan adalah indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak (93,7%) dan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (89,6%). Saran dari penelitian ini adalah Pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum sebaiknya sering dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran disekolah karena dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa. Dalam mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa sebaiknya dilakukan pengukuran secara individu. E. Daftar Pustaka Aryati, Eka Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan. Hafni. Sarmila Penilain Praktikum. Tersedia: (diakses pada tanggal 13 November 2013). Liliasari Peningkatan Mutu Guru Dalam Ketrampilan Berfikir Tingkat Tinggi Melalui Model Pembelajaran Kapita Selekta Kimia Sekolah Lanjutan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Patmawati, Herti Analisis Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Metode Praktikum (Sekripsi S-1 Progdi Kimia). Jakarta: FKIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sudijono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV Alfabeta.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran biologi di SMA mempelajari segala sesuatu tentang kehidupan berupa benda yang dapat ditangkap oleh alat indra manusia dan oleh alat bantu (mikroskop)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa) menerima dan memahami pengetahuan sebagai bagian dari dirinya, dan mengolahnya untuk kebaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K PENAMBAHAN MEDIA BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR KEDUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA N 7 SURAKARTA Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K4303038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh: MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KONSEP KLASIFIKASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI KELAS VII B MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN STRATEGI STAD DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang siswanya memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dalam pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian Pada penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan kelas yang memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh : PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PBL DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT (PTK pada siswa kelas VIIB semester genap SMP Negeri 1 Sambi tahun ajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cakupan IPA adalah pelajaran biologi yang membahas tentang mahluk hidup dan lingkungan serta diajarkan untuk menambah informasi, mengembangkan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,

Lebih terperinci

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

*keperluan korespondensi, tel/fax : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 4 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI MEDIA VIRTUAL DAN RIIL PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN RESPIRASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB, DEMONSTRASI, DAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS XI IPA SEMESTER II SMA AL-ISLAM 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun esensi informasi informasinya, untuk menghadapi perubahan teknologi. mendapat penekanan dalam pengajaran (Arifin, 2000:2).

BAB I PENDAHULUAN. maupun esensi informasi informasinya, untuk menghadapi perubahan teknologi. mendapat penekanan dalam pengajaran (Arifin, 2000:2). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini mengalami perubahan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan masyarakat dunia telah terjangkiti oleh revolusi di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu persoalan penting bagi kelangsungan dan kemajuan bangsa. Dalam hal ini baik sekolah maupun perguruan tinggi merupakan tempat terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses adanya perubahan yang bersifat permanen pada diri seorang siswa yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan dan perilaku yang diakibatkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIK DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 3 Mojogedang Tahun ajaran 2014/2015)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada siswa agar lebih mudah untuk memahami materi. Dengan adanya media

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2014.

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2014. III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Metro pada tahun 04. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Oleh : SRI MARYANI. Oleh : SURYATI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Oleh : SRI MARYANI. Oleh : SURYATI A ANALISIS PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PAIR CHECK DENGAN THE POWER OF TWO MENGGUNAKAN MEDIA RELIA SERTA PENATAAN KELAS BERBENTUK MEJA KONFERENSI PADA SISWA KELAS VII SMP N1 KARANGPANDAN KARANGANYAR

Lebih terperinci

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery terpimpin di SMP Oleh: Mia Yuniati NIM K 4302529 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

Oleh: ABDUL AZIS NASRUDIN ARSYAD A

Oleh: ABDUL AZIS NASRUDIN ARSYAD A PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA KELAS VII SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 2 GATAK TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini ditujukan untuk membimbing

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Jurnal Matematika Vol. 3 No. 2, Desember 2013. ISSN: 1693-1394 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Tri Wahyuningsih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri III. METODE PEELITIA A. Setting Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA egeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari 10 orang siswa

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun : PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TEGALGONDO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung nilai penguasaan konsep pada materi pokok asam basa pada tahun pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III Bainen, Syamsiati, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email : ibu.bainen@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi secara operasional, diantaranya: 1. Kemampuan berpikir kritis yang akan diukur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTELLIGENCE MAPPING PRESENTATION

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTELLIGENCE MAPPING PRESENTATION PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTELLIGENCE MAPPING PRESENTATION UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI II WONOBOYO KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian Mixed Research (penelitian gabungan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif) dengan metode Embedded

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Kurikulum 2013 merupakan usaha pemantapan pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional yang salah satu kebijakannya berbunyi untuk penyempurnaan kurikulum pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat begitu maju sehingga memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, dan metode belajar mengajar. kegiatan belajar mengajar. Subyek didik selalu berada dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. siswa, dan metode belajar mengajar. kegiatan belajar mengajar. Subyek didik selalu berada dalam proses 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG 13-130 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG Gusmaweti. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI. Pipin Dalora Universitas Negeri Jambi

ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI. Pipin Dalora Universitas Negeri Jambi ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI Pipin Dalora Universitas Negeri Jambi Pipin.dalora@yahoo.com Abstrak. Ilmu pengetahuan selalu mengalami pembaharuan dan perkembangan sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek 78 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATERI PENGARUH SINAR MATAHARI TERHADAP KONDISI ALAM DAN KEHIDUPAN DI BUMI MELALUI METODE EKSPERIMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perbaikan dalam mengembangkan kurikulum sebagai pedoman dalam mengajar. Perbaikan kurikulum ini bertujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: ,   ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 36-41 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap alat-alat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan segi yang penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, oleh karena itu pengadaan pembaharuan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi Artikel Skripsi EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN INKUIRI, ARGUMENTASI ILMIAH, METAKOGNISI, DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII MTsN PANGLUNGAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 11 November 2017 PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI.2 WANGLU, TRUCUK, KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014. Jurnal Publikasi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di dalam proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran biologi, karena dengan kegiatan ini akan diperoleh pengalaman yang meliputi ranah kognitif,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 1 UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING (PTK Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 03 Colomadu Tahun 2013/2014) NASKAH

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETRAMPILAN PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN METODE INQUIRI PADA SISWAKELAS II SD NEGERI DADIREJO 02 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI

PENINGKATAN KETRAMPILAN PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN METODE INQUIRI PADA SISWAKELAS II SD NEGERI DADIREJO 02 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI PENINGKATAN KETRAMPILAN PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN METODE INQUIRI PADA SISWAKELAS II SD NEGERI DADIREJO 02 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. IPA merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. IPA merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian IPA merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh para siswa. Bagi para pendidik timbul masalah bagaimana cara menyampaikan ilmu pengetahuan tersebut

Lebih terperinci

Fatihah Indah Rohmani K

Fatihah Indah Rohmani K PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI PENGALAMAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI I KARANGANYAR Skripsi Oleh: Fatihah Indah Rohmani K43030329 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa, 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa, menuntut guru atau pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Hal ini bertujuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol. 1, No. 2, Desember 2016. Hal 199 208. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

Lebih terperinci

DALAM (PTK. Persyaratan. Oleh: A PROGRAM FAKULTA

DALAM (PTK. Persyaratan. Oleh: A PROGRAM FAKULTA 0 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Kelas X Semester Gasal SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X G SMAN 8 MUARO JAMBI Mona Erliza 1), Astalini 2), Darmaji 3)

Lebih terperinci

OLEH : ANING ANAFIA NPM : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

OLEH : ANING ANAFIA NPM : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PENGARUH METODE DISKUSI DIDUKUNG MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI SUMBER - SUMBER ENERGI DENGAN KEGUNAANNYA PADA SISWA KELAS III SDN SUMBERAGUNG 4 KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi PENERAPAN METODE PRESENTASI PADA MATA PRAKTIKUM HISTOLOGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEMESTER 1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

Lebih terperinci

DESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN

DESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN 47 DESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN Titin FKIP Pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN Susi Mellani 158620600206/6/B2/S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo susimellanimella@gmail.com

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI AKTIF CARD SORT (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar dalam pendidikan merupakan segi yang penting dalam meningkatkan kualitas dan kemajuan pendidikan, oleh karena itu pengadaan pembaharuan

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 3 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 19-24 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PEMBELAJARAN METODE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan

Lebih terperinci

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE DAN TAKSONOMI BLOOM ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fitriyani

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY Rosnaeni Muslimin Sahrul Saehana Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN SISWA KELAS VII SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : NITA ANGGRAENI A 510 090 102

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam kehidupan, terlebih di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A 1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA (PTK Kelas VIII D SMP Negeri 2 Sawit Tahun Ajaran 2009 / 2010) SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING ( PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas XI IPA-2 MAN 2 BOYOLALI Tahun Ajaran 2013/2014 ) Naskah Publikasi NOOR SYA

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 3 (2) (2014) 123-127 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii PEMBELAJARAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES BERBANTUAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PECAHAN SISWA KELAS 4 SD NEGERI KALIKUTO GRABAG KOTA MAGELANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan beberapa defenisi operasional

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1 Pagelaran. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Puji Harmisih NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI MELALUI METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DI SMA MUHAMMADIYAH PURWODADI TAHUN AJARAN

Lebih terperinci