ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI, KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI, KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI, KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI BONA PINTO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN BONA PINTO. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI). Pengelolaan usahaternak khususnya ayam broiler dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis ini harus disertai dengan pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga usahaternak tersebut dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, (2) menganalisis seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, (3) menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Penelitian ini dilaksanakan pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yang berlokasi di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret sampai Juni Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Proses wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan dengan pemilik usaha peternakan, kepala kandang, anak kandang, dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Data primer ini diantaranya berupa teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh usaha peternakan Bapak Restu. sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal peternakan ayam, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan LSI IPB, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data jumlah produksi ayam ras pedaging, jumlah populasi ayam ras pedaging, jumlah konsumsi daging ayam, dan laporan keuangan Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya. Terdapat 4 jenis sumber risiko produksi yaitu kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama predator dan penyakit. Setelah itu dilakukan perhitungan probabilitas dan dampak dari sumbersumber risiko tersebut. Sumber risiko produksi hama predator memiliki tingkat probablitas terbesar yaitu 38,4 persen, kepadatan ruang 33,7 persen, penyakit dengan tingkat probabilitas 33 persen dan yang terkecil adalah perubahan cuaca sebesar 12,5 persen. Sedangkan analisis dampak dari sumber sumber risiko memakai metode VaR dengan tingkat keyakinan 95% adalah sumber risiko penyakit memberikan dampak terbesar disusul kepadatan ruang, perubahan cuaca dan hama predator. Setelah melakukan identifikasi sumber-sumber risiko dan menghitung probabilitas serta dampak dari masing-masing sumber risiko, akhirnya didapat 2 jenis usulan strategi bagi peternakan Bapak Restu, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang diusulkan untuk mengurangi probabilitas terjadinya risiko akibat keberadaan hama predator, kepadatan ruang dan penyakit. Untuk sumber risiko hama predator peneliti mengusulkan agar peternakan Bapak Restu ii

3 memasang jaring kawat pada seluruh bagian kandang. Strategi preventif tambahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi probabilitas sumber risiko hama predator adalah dengan pengontrolan terhadap keberadaan dan perkembangbiakan hama khususnya musang karena, musang merupakan hama yang lebih cocok dengan strategi preventif ini. Pengontrolan musang ini dapat dilakukan dengan memburu musang atau menembaknya. Strategi preventif yang diusulkan peneliti untuk sumber risiko kepadatan ruang adalah pemakaian ventilasi bantuan. Hal ini bertujuan agar udara busuk yang ada di dalam kandang dapat terusir dan tidak mengganggu perkembangan ayam. Usulan strategi preventif berikutnya yaitu untuk mengurangi probabilitas penyakit. Strategi preventif yang diusulkan adalah meningkatkan kedisplinan anak kandang dalam menjaga sarana prasarana seperti sumur sebagai sumber air minum serta menjaga perlakuan yang bersifat operasional agar tetap steril. Selain itu untuk menghindari tumbuh berkembangnya kutu dan parasit lainnya, peternakan Bapak restu disarankan untuk melakukan penyemprotan menggunakan insectysida. Cuaca yang berada pada kuadran 3 juga diusulkan menggunakan strategi preventif, yaitu dengan mendisiplinkan anak kandang dalam buka tutup tirai, hal ini bertujuan perubahan cuaca tidak dirasakan langsung oleh ayam. Strategi mitigasi juga diusulkan peneliti bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu untuk mengurangi dampak dari sumber risiko penyakit. Strategi tersebut agar peternakan ini menggunakan obat atau vaksin secara selang seling, maksudnya agar menghindari kemungkinan kekebalan virus atau bakteri penyabab penyakit tersebut terhadap 1 jenis obat saja. Selama ini peternakan ayam broiler milik Bapak Restu cenderung memakai 1 jenis obat untuk 1 jenis penyakit. iii

4 AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI, KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR BONA PINTO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iv

5 Judul proposal : Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor Nama Nrp : Bona Pinto : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP Mengetahui: Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Bona Pinto H vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh usaha Peternakan Bapak Restu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2011 Bona Pinto vii

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Desember 1987 di Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Idham Paguno dan Ibunda Rini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD 21 Kuranji pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun Pendidikan lanjutan menengah atas diperoleh di SMUN 1 Guguak dan lulus pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program keahlian Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang strata satu di Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. viii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberi nasehat, masukan dan ilmunya selama penulisan skripsi ini. 2. Eva yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, bimbingan selama perkuliahan pada Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis. 3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah memberikan ilmu, masukan, kritik dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini. 4. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan ilmu, masukan, kritik dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini. 5. Orang tuaku yang tercinta Ayahanda Idham Paguno dan Ibunda Rini atas segala perhatian, kasih sayang, dukungan, doa serta dorongannya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Saudara-saudaraku tercunta Sendi Banio, Andika Boni, Nilam Titisani, Pandu Buana dan semua keluarga besar yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang. 7. Pihak Peternakan Bapak Restu atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan 8. Dian Ariani yang telah memberikan perhatian, dorongan dan semangat selama ini. 9. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis angkatan 7 atas semangat dan sharing selama ix

10 penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya. x

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman xi xii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Ruang Lingkup... 9 II TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Ayam Broiler Risiko Produksi Penyakit Ayam Broiler Faktor-Faktor Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler Lahan Kandang dan Peralatan DOC Pakan Obat-Obatan dan Vaksin Tenaga Kerja III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Analisis Risiko Karegori Risiko Manajemen Risiko Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Data dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Analisis Dampak Risiko Pemetaan Risiko xi

12 V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Lokasi Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Kegiatan Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Milik Bapak Restu Persiapan Kandang Kegiatan Budidaya VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Analisis Probabilitas Risiko Produksi Analisis Dampak Risiko Produksi Pemetaan Risiko Produksi Strategi Penanganan Risiko Produksi VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Total Produksi Nasional Daging, Susu, dan Telur Tahun Kontribusi Total Kuatitas Daging Ayam Broiler terhadap Produksi Daging di Jawa Barat Harga Komoditi Daging Hasil Ternak di Jawa Barat Tahun Populasi Ayam Broiler Tiga Propinsi di Indonesia Tahun Kontribusi Populasi Ayam Boiler Jawa Barat terhadap Nasional Tahun Perkembangan Populasi Ayam Broiler (ekor) Tahun di Kabupaten Bogor Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler pada Peternakan Milik Bapak Restu Pengaruh Kepadatan Ruang terhadap Berat Badan dan Mortalitas... Ayam Broiler Pegangan Berproduksi Ayam Broiler Berdasarkan Konversi Pakan Metode Analsis untuk Menjawab Tujuan Penelitian Jumlah Kematian Ayam karena Kepadatan Ruang pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Jumlah Kematian Ayam karena Pengaruh Cuaca Ruang pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Jumlah Kematian Ayam karena Hama Predator Ruang pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Jumlah Kematian Ayam karena Penyakit pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Hasil Analisis Probabilitas Sumber-Sumber Risiko pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Perbandingan Dampak dari Sumber Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu xiii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan Hubungan Risiko dengan Return Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Kerangka Pemikiran operasional Peta Risiko Preventif Risiko Mitigasi Risiko Kandang Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Struktur Organisasi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Spray Tekanan Tinggi Batu Bara dan Tempat Pemanas Vigroo, Colistam dan Enro Tylisin Pakan Starter dan Freeder Tray Ayam Umur 8 Hari Pro Bio Herba-C atau Air Jahe Salah Satu Sumur pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Hasil Pemetaan Sumber-Sumber Risiko Produksi Usulan Strategi Preventif Risiko Produksi Usulan Strategi Mitigasi Risiko Produksi xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Layout Lokasi Peternakan Bapak Restu Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Kepadatan Ruang Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Cuaca Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Hama Perhitungan Analisis Dampak Sumber Kepadatan Ruang Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Perubahan Cuaca Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Hama Predator xv

16 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing dipasaran. Sub sektor peternakan adalah penghasil utama komoditi daging, susu, dan telur. Tiga komoditi ini menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan khususnya di Indonesia. Tabel 1 menggambarkan perkembangan produksi daging, susu dan telur di Indonesia Tahun Tabel 1. Total Produksi Nasional Daging, Susu, dan Telur Tahun Tahun Daging (000 Ton) r (%) Telur (000 Ton) r (%) Susu (000 Ton) r (%) ,6-850,3-479, ,9 13,41 945,8 11,23 493,4 2, ,4 5,80 973,5 2,92 553,4 112, ,4 7, ,3 13,74 549,9-0, ,0-10, ,5-5,04 536,0-2, ,9 13, ,4 14,54 616,5 15, ,6 0, ,1 14,75 567,7-7, ,5 3, ,6-4,23 647,0 13, ,7 3, ,8-1,27 827,2 27,81 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 Berdasarkan Tabel 1, terlihat perkembangan produksi diantara ketiga produk andalan subsektor peternakan yaitu daging, susu, dan telur. Jika diambil perbandingan diantara ketiganya, maka daging merupakan komoditi terbesar dari hasil peternakan. Pada Tahun 2009 kuantitas produksi daging di Indonesia sebesar ton, lebih besar dari jumlah produksi telur yang hanya sebesar ton dan produksi susu sebesar ton. Total produksi daging selalu mengalami kenaikan setiap tahun, kecuali pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 10,10 persen. Meskipun pernah mengalami penuruan, secara total produksi daging masih lebih besar dibandingkan telur dan susu. Angka statistik pada Tabel 1 juga mengindikasikan bahwa daging merupakan komoditi utama dan terbesar dari sub sektor peternakan. Ayam broiler merupakan salah satu

17 hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil dagingnya. Saat ini budidaya ayam broiler semakin digemari karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan sapi ataupun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil dagingnya. Salah satu sentra pembudidayaan ayam broiler di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Tabel 2 memperlihatkan kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging di Jawa Barat. Tabel 2. Kontribusi Total Kuantitas Daging Ayam Broiler Terhadap Produksi Daging di Jawa Barat (dalam satuan ton). No Tahun Daging Ayam Broiler Produksi Daging Kontribusi (%) , , , , , , , ,73 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 (diolah) Ket : hewan penghasil daging (ayam broiler, sapi, domba, dan kambing) Berdasarkan Tabel 2, daging yang dihasilkan ayam broiler memberikan kontribusi sangat besar bagi pengadaan daging di Jawa Barat. Pada Tahun 2008 kontribusi daging ayam ras mencapai angka 76,73 persen, hal ini jelas mengindikasikan bahwa ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat penting bagi perekonomian ataupun kehidupan masyarakat. Kuantitas produksi yang besar ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik agar usaha peternakan ayam broiler dapat terus berkembang di masa yang akan datang. Faktor penting lainnya yang menyebabkan ayam broiler tinggi peminatnya adalah harga daging yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging sapi ataupun daging kambing. Tabel 3 menampilkan harga beberapa jenis daging ternak di Jawa Barat, yang dapat menjadi alasan minat masyarakat memilih mengkonsumsi daging ayam. 2

18 Table 3. Harga Komoditi Daging Hasil Ternak di Jawa Barat Tahun 2011 Komoditi Harga rata-rata (rupiah/kg) Produsen Grosir Konsumen Daging sapi has Daging sapi bistik Daging sapi murni Hati sapi Daging kambing/ domba Daging ayam ras Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 (bulan Februari 2011) Tabel 3 menunjukkan bahwa harga daging ayam broiler lebih murah dibandingkan dengan harga daging sapi maupun daging kambing atau domba. Untuk setiap 1 kilogram daging broiler, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Harga tersebut lebih murah dibandingkan dengan harga 1 kilogram daging sapi berbagai jenis dan daging kambing atau daging domba per kilogramnya. Dengan demikian secara ekonomis konsumen lebih cenderung untuk mengkonsumsi daging ayam broiler dari pada daging sapi atau kambing. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun dalam skala peternakan kecil atau peternakan rakyat. Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan populasi ayam broiler khususnya di provinsi yang menjadi sentral produksi. Pada alinea sebelumnya telah dijelaskan bahwa daging ayam broiler merupakan kontribusi terbesar terhadap penyediaan daging. Tentu saja hasil tersebut berbanding lurus dengan peningkatan populasinya, karena dengan peningkatan populasi maka daging yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya apabila populasi ayam broiler tersebut menurun maka akan berdampak besar bagi produksi daging. Berdasarkan fakta seperti itu, sangat penting untuk terus meningkatkan populasi ayam broiler karena kebutuhan daging ayam pada dasarnya akan semakin meningkat pula. Tabel 4 menggambarkan perkembangan populasi ayam broiler di tiga provinsi di Indonesia. 3

19 Tabel 4. Populasi Ayam Broiler Tiga Provinsi di Indonesia Tahun Tahun Provinsi Jawa barat Pertumbu han (%) Jawa Timur Pertumbu han (%) Jawa Tengah Pertumbu han (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,35 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 (diolah) Berdasarkan Tabel 4, populasi terbanyak yaitu pada Provinsi Jawa Barat dengan jumlah populasi pada tahun 2008 sebanyak ekor. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari populasi ayam broiler di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak ekor. Jika dibandingkan antara kedua provinsi terbanyak dalam polulasi tersebut, maka jumlah populasi ayam broiler di Provinsi Jawa Timur hanya 33,54 persen dari jumlah yang ada di daerah Jawa Barat. Trend kenaikan populasi ayam broiler di Provinsi Jawa Barat juga terhitung lebih stabil dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dimulai dari tahun kenaikan populasi ayam broiler di Jawa Barat mencapai 75,33 persen, jauh lebih besar dari peningkatan populasi di Jawa Timur yang hanya sebesar 56,07 persen bahkan untuk populasi di Jawa Tengah hanya meningkat sebesar 1,41 persen. Selain itu dari segi kontribusi, Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi yang sangat tinggi. Tabel 5. Kontribusi Populasi Ayam Broiler Jawa Barat Terhadap Nasional Tahun Tahun Jawa Barat (ekor) Nasional (ekor) Kontribusi (%) , , , , , , , ,27 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2011 Berdasarkan Tabel 5, tingkat kontribusi populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional sangat tinggi. Jika dilihat dari dua tahun terakhir kontribusinya semakin meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak 42,34 4

20 persen dan tahun 2008 sebanyak 46,27 persen. Data Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2011 ini mengindikasikan tingginya potensi pengembangan usaha ayam broiler di Jawa Barat. Provinsi Jawa barat memiliki beberapa kabupaten yang menjadi daerah sentra produksi dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan kepada trend pertumbuhan populasi di daerah ini yang semakin tinggi. Secara statistik populasi ayam broiler sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 terus meningkat. Trend pertumbuhan populasi ayam broiler juga selalu positif sejak tahun Jika dihitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2010 kenaikkan populasi ayam broiler sudah mencapai 90,99 persen dan rata kenaikan sebesar 18,20 setiap tahun. Angka yang sangat besar ini jelas mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi yang besar terutama secara kuantitas produksi. Angka kenaikkan populasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan Populasi Ayam Broiler (ekor) Tahun di Kabupaten Bogor Tahun Populasi r (%) ,257, ,864, ,756, ,775, ,363, ,771, Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2011 Pengembangan usahaternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usahaternaknya dengan baik. Pengelolaan usahaternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, dan manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik untuk mengelola seluruh perusahaan, yang akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang dengan infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukkan dengan kemudahan akses keluar dan masuk peternakan, jaringan listrik dan telepon, sumber air, tersedianya peralatan dan lain-lain. Usaha peternakan ayam broiler biasanya menjumpai beberapa kendala yang merupakan hambatan. Kendala tersebut dapat berupa tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Risiko yang sering ditemukan dalam usahaternak ayam broiler ini 5

21 adalah risiko produksi, dan risiko harga. Pengelolaan usahaternak khususnya ayam broiler selalu dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis ini harus disertai dengan pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan peternak. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen yang diterapkan oleh peternakan Bapak Restu haruslah efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Tingginya tingkat risiko yang dihadapi peternak ayam broiler sangat dirasakan oleh Bapak Restu dan Mas Aleng selaku manajer dan mandor peternakan Bapak Restu di desa Cijayanti, Bogor. Beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini menghadapi tingkat risiko produksi yang cukup tinggi antara lain sumberdaya manusia, faktor alam, input produksi, dan prosedur pelaksanaan kegiatan operasional. Akumulasi dari beberapa faktor penyebab risiko tersebut terlihat dari berfluktuasinya tingkat mortalitas ayam pada petetrnakan milik Bapak Restu. Usaha peternakan Bapak Restu merupakan golongan usaha kecil peternakan dengan kapasitas ekor. Usaha peternakan ini merupakan salah satu peternakan yang dikembangkan oleh PT. Rama Sakti yang merupakan perusahaan peternakan ayam broiler. PT Rama Sakti sendiri telah memiliki beberapa kandang pembudidayaan yang tersebar di daerah sekitar Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Restu, hingga saat ini PT. Rama Sakti memiliki kuantitas produksi ± ekor setiap periode. 1.2 Perumusan Masalah Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini langsung di dikelola oleh Bapak Restu sendiri selaku manajer. Untuk mengurus peternakan sehari-hari Bapak Restu menunjuk seorang mandor yaitu Mas Aleng. Peternakan ini menghadapi berbagai risiko dalam menjalankan usahanya, dan salah satunya adalah risiko produksi. Berdasarkan informasi pihak manajemen perusahaan, risiko produksi merupakan risiko yang berpengaruh signifikan bagi peternakan Bapak Restu. Akan tetapi penanganan untuk risiko produksi masih jauh dari sempurna, hal ini terlihat dari fluktuasi produktifitas yang cukup signifikan. Sumber risiko produksi adalah perubahan cuaca dan iklim yang semakin tidak menentu sebagai dampak dari global warming. Perubahan cuaca dan iklim 6

22 yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi seperti ini sulit dihindari dan mengakibatkan kematian dengan tingkat mortilitas yang cukup tinggi. Pada dasarnya suhu potensial untuk pemeliharaan ayam broiler adalah sebesar C (Rasyaf 2007). Sumber risiko produksi selain cuaca dan iklim adalah penyakit dan parasit yang berbahaya. Ayam broiler sangat rentan terhadap gangguan dari berbagai macam penyakit dan parasit. Salah satu penyebab rentannya ayam broiler terhadap penyakit adalah karena perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu akhir-akhir ini. Penyakit yang menyerang ayam broiler pada usaha peternakan Bapak Restu adalah cronic respiratory disease, infectious bursal disease, colibacillosis, dan newcastle disease. Tabel 7 di bawah ini akan menggambarkan fluktuasi tingkat mortalitas ayam broiler pada Peternakan Bapak Restu pada 10 periode terakhir yang secara umum bersumber dari perubahan cuaca dan beberapa penyakit yang menyerang setiap musimnya. Tabel 7. Fluktuasi Tingkat Mortalitas pada Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Restu Periode Waktu Jumlah DOC awal (ekor) Jumlah Panen (ekor) Jumlah kematian (ekor) Tingkat mortalitas (%) 1 12/6/2009 s/d 21/7/ ,81 2 7/8/2009 s/d 12/9/ ,73 3 5/10/2009 s/d 14/11/ , /12/2009 s/d 21/1/ , /2/2010 s/d 5/4/ ,21 6 3/5/2010 s/d 13/6/ , /7/2010 s/d 18/8/ , /9/2010 s/d 8/11/ , /12/2010 s/d 21/1/ , /2/2011 s/d 22/3/ ,20 Sumber: Manajemen Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Tingkat fluktuasi mortalitas ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu terhitung sangat tinggi. Pada musim terakhir yaitu periode 11 Februari 2011 sampai 22 Maret 2011 angka tingkat mortalitas sampai 8,20 persen. Dibandingkan dengan standar yang menjadi patokan berproduksi, tingkat mortalitas yang diperbolehkan hanya sebesar 5 persen (Rasyaf 2007). Tingginya angka mortalitas tersebut menjadi dasar untuk melakukan penelitian analisis risiko 7

23 pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Berdasarkan kondisi peternakan yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu? 2. Barapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi dalam kegiatan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu? 3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu 2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu 3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara lain: 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dalam mengambil suatu keputusan bisnis, sehinga usaha ini dapat mengambil keputusan yang stategis dan tepat sasaran. 2. Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya, dimana penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan bisa menganalisis lebih dalam lagi berkaitan dengan penulisan ilmiah khususnya tentang risiko dalam usaha peternakan ayam broiler. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan menulis dan menganalisis terhadap suatu permasalahan yang kompleks terkait dengan agribisnis, khususnya dibidang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah 8

24 penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis usaha peternakan di masa yang akan dating. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada peternakan Bapak Restu yang merupakan salah satu kandang budidaya ayam broiler milik PT. Rama Sakti. Hingga saat ini PT. Rama Sakti telah membudidayakan sekitar ekor ayam broiler di beberapa daerah yang ada di Provinsi Jawa Barat seperti Bogor dan Sukabumi. Akan tetapi penelitian ini dibatasi untuk pembudidayaan ayam broiler milik PT. Rama Sakti yang berlokasi di Desa Cijayanti dan penelitian ini dibatasi hanya menganalisis risiko produksi saja. Hal ini bertujuan agar penelitian ini lebih fokus dan memberikan hasil yang maksimal. 9

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peternakan Ayam Broiler Usaha peternakan ayam broiler saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Banyak pelaku usaha dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler memakai sistem mandiri maupun plasma. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha ini antara lain, jumlah permintaan daging ayam yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses mendapatkan input produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam broiler ini. Usaha peternakan dapat digolongkan kedalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan 1. Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem agribisnis peternakan yaitu hulu, budidaya, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC, pakan, obat-obatan serta peralatan- peralatan peternakan. Sub sistem budidaya ternak berkaitan dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh subsistem hulu untuk menghasilkan

26 output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub sistem penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem diatas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank mapun non bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah. 2.2 Risiko Produksi Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu mengandung risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakan hal wajib yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha akan sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Risiko dalam agribisnis diantaranya risiko produksi, disini dapat dilihat dalam hal produk yaitu produk tersebut gagal panen, dan rendahnya kualitas produk. Selanjutnya risiko pasar dapat terjadi karena rendahnya harga jual, bargaining position perusahaan yang rendah dan ketidaktersediaan pasar. Selanjutnya risiko dalam hal teknologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat pertanian. Selain itu risiko yang sering dihadapi oleh dunia agribisnis yaitu risiko pendanaan seperti kredit macet. Khusus untuk risiko produksi sering kali menjadi risiko yang paling berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Ada banyak sumber risiko produksi diantaranya cuaca dan iklim. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini 2003) tentang risiko peternakan sapi perah. Pada penelitian ini, sumber risiko produksi yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan adalah musim hujan dan musim kemarau. Selain itu pengaruh fluktuasi harga jual susu, pakan, serta pengaruh saluran pemasaran juga berdampak pada pendapatan usaha ini. Hasil analisis risiko pada penelitian ini didapatkan nilai return sebesar Rp ,9 dimana nilai tersebut merupakan rata-rata pendapatan bersih selama 12 periode.nilai simpangan baku sebesar Rp ,4 artinya nilai risiko yang harus dihadapi sebesar Rp ,4 (cateris paribus). Nilai koefisien variasi sebesar 0,2 yang berarti bahwa risiko atau fluktuasi pendapatan bersih yang ditanggung oleh peternak sebesar 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh. Sedangkan nilai pendapatan bersih terendah sebesar Rp ,00 11

27 artinya bahwa peternak paling sedikit mendapatkan keuntungan sebesar Rp ,00. Agribisnis peternakan khususnya beternak ayam broiler cenderung memiliki tingkat risiko yang tinggi. Fluktuasi harga input maupun output menjadi faktor yang paling besar penyebab risiko. Penelitian yang dilakukan (Robi ah 2006) dan (Herawati 2001) sesuai dengan pernyataan diatas dimana penelitian robi ah menyatakan bahwa tingginya tingkat risiko yang dihadapi usahaternak ayam broiler pada Sunan Kudus Farm (SKF) adalah sebesar 1,3. Tingginya tingkat risiko tersebut dikarenakan fluktuasi harga input (pakan dan DOC) dengan struktur pasar oligopoly, fluktuasi harga output dengan struktur pasar persaingan tidak sempurna serta fluktuasi hasil produksi yang bergantung pada kondisi alam yang menyebabkan risiko yang dihadapi tinggi. Penelitian (Herawati 2001) juga menyatakan bahwa biaya biaya paling besar yang dikeluarkan CV Pekerja Keras dalam produksinya adalah biaya pakan sebesar 62,55 persen dan DOC sebesar 29,23 persen. Sedangkan biaya obat dan vaksin, biaya tenaga kerja, biaya sewa kandang dan biaya lain-lain relatif kecil yaitu sebesar 4,06 persen, 1,34 persen, 1,23 persen dan 0,33 persen. Risiko produksi pada peternakan ayam broiler tergolong besar, perubahan cuaca dan penyakit menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap risiko produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Aziz 2009) tentang analisis risiko dalam usaha ternak ayam broiler studi kasus peternakan ayam broiler milik Bapak Restu di Desa Tapos Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah usaha tersebut memiliki risiko harga, produksi dan sosial yang berakibat pendapatan berfluktuasi tajam. Khusus untuk risiko produksi disebabkan oleh cuaca, iklim dan penyakit. Pada dasarnya risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit dan keadaan cuaca tidak hanya menyerang usahaternak ayam broiler akan tetapi hal ini juga terdapat pada usaha agribisnis secara keseluruhan. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan diatas merupakan referansi bagi peneliti, atau tolak ukur dalam melakukan penelitian ini. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko produksi khususnya pada sub sektor peternakan cenderung dipengaruhi oleh cuaca, karena cuaca berpengaruh langsung terhadap kehidupan ternak. Selain itu berbagai jenis penyakit ternak juga sangat berpengaruh signifikan bagi risiko produksi peternakan. 12

28 2.3 Penyakit Ayam Broiler Penyakit pada ayam broiler selalu menjadi kendala dalam pengembangan bisnis ini, atau dengan kata lain usaha ini tidak terlepas dari beberapa penyakit ayam. Penyebab dari penyakit cukup kompleks, mulai dari bakteri, virus, protozoa, dan parasit. Beberapa penyakit ayam yang popular di Indonesia antara lain Cronic respiratory disease, coryza, Newcastle disease (ND) atau sering disebut tetelo, gumboro, berak darah, colibacillosis, dan avian influenza yang menjadi musuh menakutkan bagi peternak akhir-akhir ini (Rasyaf 2007). Akan tetapi pada setiap peternakan jenis penyakit yang menyerang tidak selalu sama. Ini terjadi pada penelitian (Solihin 2009) dan (Aziz 2009). Penelitian (Solihin 2009) dilakukan pada peternakan ayam broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng, Sukabumi. Jenis penyakit yang menyrang ayam pada peternakan ini antara lain cronic respiratory disease atau penykit pernafasan, colibasilus yang disebabkan oleh oksigen dalam kandang yang berkurang baik karena manajemen kandang terutama manajemen buka tutup tirai, sehingga sirkulasi udara kurang lancar dan ayam menghirup oksigen yang mengandung amoniak. Penyakit colibasilus juga disebabkan oleh sekam atau alas lantai yang basah. Penyakit lain terjadi pada masim pancaroba adalah ND atau tetelo, CRD kompleks dan coccidiosis, runting stunting syndrome (kekerdilan) yang timbul lebih disebabkan karena kualitas DOC yang kurang baik.. Sedangkan pada penelitian (Aziz 2009) pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, penyakitnya yang menyerang ayam broiler pada peternakan ini yaitu nutritional deficiency (penyakit defisiensi nutrisi), pullorum disease (penyakit berak putih), coccidiosis (berak darah), flowl cholera (berak hijau), dan ND atau tetelo. 2.5 Faktor- Faktor Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Sedangkan faktor produksi variabel terdiri dari DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, sekam, air, listrik, bahan bakar untuk pemanas dan tenaga kerja (Murtidjo 1990 dalam Aziz 2009). 13

29 2.5.1 Lahan Pemilihan lokasi lahan peternakan penting untuk kelangsungan usaha agar berjalan dengan baik. Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh peternak, sebab akhir-akhir ini lokasi peternakan sudah berebut areal dengan kepentingan lain seperti perumahan dan industri berbagai macam barang. Panduan penetuan lokasi peternakan sesuai dengan kriteria-kriteria yang baik sesuai panduan beternak ayam pedaging (Rasyaf 2007). a Lokasi lahan untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan atau dipilih tempat yang sunyi. Suasana yang tenang sangat diperlukan oleh ayam yang pada dasarnya mudah terkejut dan stress. Tujuan dari pemilihan lokasi jauh dari perumahan penduduk adalah agar penduduk tidak mengganggu peternakan yang membutuhkan ketenangan serta sebaliknya keberadaan peternakan tidak mengganggu kehidupan penduduk dengan adanya polusi. b Lokasi lahan peternakan sebaiknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran. Hal ini berhubungan dengan dengan akses transportasi. Apabila akses sudah baik, maka persyaratan ini tidak terlalau penting. c Lokasi lahan yang dipilih untuk peternakan sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran. Hal ini sebaiknya disesuaikan dengan peraturan daerah setempat Kandang dan peralatan kandang Hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya adalah arah kandang, ukuran kandang, ventilasi kandang, dan sistem alas kandang. Arah kandang sebaiknya mengarah ke timur atau terbit matahari dan sisi lainya menghadap arah terbenam matahari. Penyesuaian arah ini bertujuan untuk mengurangi kepengapan dalam kandang dan mencegah pertumbuhan bibit penyakit, kutu atau kelembaban yang disebabkan alas lantai yang basah. Ukuran kandang dapat dibagi menjadi luas ruang kandang, lebar kandang dan tinggi kandang. Luas ruang kandang untuk ayam broiler di Indonesia adalah 10 ekor/m 2. Dengan demikian luas ruang yang disediakan tinggal dikalikan dengan jumlah ayam yang akan dipelihara dalam kandang tersebut (Rasyaf 2007). 14

30 Sebagai contoh, apabila direncanakan akan memelihara ekor ayam broiler, maka luas lantai yang akan dibutuhkan sebagai berikut. Lebar kandang maksimal 4 m, kecuali bila di tengah-tengah kandang terdapat jalan tengah maka dapat lebih lebar, akan tetapi maksimal kandang memiliki lebar 11 m. Kandang dengan jalan tengah biasanya digunakan untuk peternakan ayam broiler bibit, tetapi peternakan ayam broiler komersial (final stock) jarang mempergunakan jalan tengah. Sedangkan untuk tinggi kandang berkaitan erat dengan besarnya kandang. Ketinggian kandang dari lantai sampai atap teratas minimal 7 m, dan ketinggian kandang dari lantai sampai tinggi atap terendah minimal 4 m. Ketinggian kandang mempengaruhi ventilasi, temperatur kandang, dan biaya pembuatan kandang. Tabel 8 menggambarkan pengaruh kepadatan ruang dalam kandang terhadap berat badan dan mortalitas ayam broiler. Tabel 8. Pengaruh Kepadatan Ruang Terhadap Berat Badan dan Mortalitas Ayam Broiler Kepadatan ruang (m 2 /ekor) Rata-rata Berat badan ayam (kg) 0,09 1,87 2,1 0,08 1,86 2,3 0,07 1,84 2,6 0,06 1,82 3,0 0,05 1,79 3,6 0,04 1,75 4,5 0,03 1,70 5,8 Sumber : Rasyaf 2007 disederhanakan dari North 1978 Mortalitas (%) Berdasarkan Tabel 8, dapat dijelaskan bahwa berat badan ayam harus selalu terkontrol agar tingkat mortalitas ayam tidak tinggi. Apabila berat badan ayam 1,70 kg dengan kepadatan kandang 0,03 m 2 /ekor akan menimbulkan tingkat mortalitas 5,8 persen. Angka tersebut cukup tinggi karena apabila dimisalkan dalam suatu kandang terdiri dari ekor ayam maka 60 ekor ayam diprediksi akan mati. Siklus udara dalam kandang juga sangat penting, karena itu keberadaan ventilasi merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang. Ada dua macam ventilasi bantuan atau ventilasi tambahan yaitu ventilasi bantuan negatif dan ventilasi bantuan positif. Ventilasi bantuan negatif adalah penambahan kipas yang berfungsi menyedot udara busuk dari sisi kandang sementara udara segar masuk dari sisi lain. Ventilasi bantuan positif adalah penambahan kipas yang berfungsi menghembuskan angin segar ke dalam kandang 15

31 dan udara busuk di dalam kandang kemungkinan akan terdesak ke luar (Rasyaf 2007). Sistem alas lantai untuk pemeliharaan anak ayam dikenal dengan tiga macam sistem lantai yang dapat digunakan, antara lain sistem alas litter, sistem alas berlubang dan sistem campuran. Sistem alas litter berupa lantai semen atau tanah yang dipadatkan kemudian di atasnya ditaburkan kulit padi atau sekam padi. Sistem alas berlubang terbuat dari bahan kawat atau bambu. Sistem lantai ini jarang digunakan untuk peternakan ayam broiler, namun mengingat semakin terbatasnya tanah sistem ini diperkirakan akan semakin digemari peternak DOC Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Rasyaf 2007). Salah satu cirri khas yang dimiliki komoditas ini adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. DOC merupakan faktor produksi utama dalam usaha ternak ayam broiler. Beberapa ciri DOC yang berkualitas baik diantaranya adalah bebas dari penyakit, bobot tidak kurang dari 37 gram, DOC terlihat aktif, berbulu cerah, kakinya besar dan basah, tampak segar, tidak ada cacat fisik, dan tidak ada lekatan tinja di duburnya. DOC yang baik akan menghasilkan ayam broiler dewasa yang baik pula, dimana daging ayam broiler mengandung protein hewani yang tinggi. Selain itu DOC yang berkualitas juga dapat dilihat dari tingkat mortalitas yang rendah, dengan standar tingkat mortalitas sebesar 4-5 persen dari total populasi per periode (Fadilah et al 2007) Pakan Pakan tergolong faktor produksi yang penting dalam usahaternak ayam broiler. Menurut (Rasyaf 2007) pakan untuk ayam broiler di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua bentuk sesuai dengan masa pemeliharaannya, yaitu pakan untuk ayam broiler masa awal (ransum starter) dan ransum untuk ayam broiler masa akhir (ransum finisher). Kedua ransum tersebut terlihat sama tetapi kandungan gizinya berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan umur ayam yang dipelihara. Anak ayam berumur kurang dari 4 minggu diberi ransum starter, sedangkan bila berumur diatas 4 minggu diberi ransum finisher. Indicator penggunaan pakan yang efektif dapat diukur dengan nilai Feed Convertion Ration (FCR). FCR adalah rasio perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam yang dihasilkan. Tabel 9 di bawah ini mununjukkan 16

32 tentang pegangan berproduksi ayam broiler dengan melihat standar conversi pakan. Tabel 9. Pegangan Berproduksi Ayam Broiler Berdasarkan Konversi Pakan Umur (minggu) Pertambahan berat ayam (kg) Konsumsi pakan seminggu (kg) Konversi pakan (kg) ,14-2 0,14 0,21 1,52 3 0,20 0,34 1,72 4 0,24 0,45 1,90 5 0,27 0,53 1,97 6 0,37 0,69 2,11 7 0,33 0,76 2,31 8 0,33 0,83 2,53 Sumber : Rasyaf 2007 dikutuip dari North 1978 (disederhanakan) Tabel 9 menunjukkan tingkat konversi pakan ayam broiler dari minggu pertama hingga minggu kedelapan. Berdasarkan nilai konversi pakan, pada akhir periode pemeliharaan jumlah pakan yang dikonsumsi ayam menjadi bertambah besar. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai konversi pakan yang semakin besar. Penggunaan pakan yang efektif apabila nilai konversi pakan lebih kecil dari nilai standar Obat-obatan, vaksin dan Vitamin Ayam broiler yang sehat selain dipelihara dengan benar juga membutuhkan obat-obatan, vaksin dan vitamin agar terhindar dari penyakit atau apabila sudah terkena penyakit ayam dapat sembuh kembali. Antibiotika adalah kelompok obat-obatan yang umum dipakai di Indonesia. Antibiotika dapat membasmi hampir semua penyakit, akan tetapi pemakaiannya harus dihindari seminggu sebelum ayam dijual. Antibiotika terdiri dari beberapa jenis diantaranya bacitracin, chlortetracycline, dihydrostreptornycin, penicilin, tylosin, neomycin. Penggunaan obat-obatan ini sangat mudah yaitu dengan air minum, suntikan dan melalui ransum. Program vaksinasi merupakan cara yang digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit, terutama penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Cara melakukan vaksinasi diantaranya adalah melalui tetes mata, tetes hidung dan mulut, air minum dan penyemprotan (Rasyaf 2007) Tenaga Kerja Tenaga kerja sangat diperlukan untuk kegiatan operasional kandang seperti persiapan kandang, pemberian pakan, pelaksanaan vaksinasi, dan tugas 17

33 harian lainnya. Jumlah pemakaian tenaga kerja disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara dan juga pemakaian alat-alat otomatis akan sangat mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Pada dasarnya usahaternak ayam broiler mempunyai kesibukan yang temporer, oleh karena itulah di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja (Rasyaf 2007). a. Tenaga kerja tetap Umumnya tenaga kerja ini adalah staf teknis atau peternak itu sendiri. Tenaga kerja inilah yang sehari-hari berada di peternakan dan yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Di dalam peternakan kecil tenaga kerja tetap umumnya dijabat oleh pemilik modal itu sendiri, sedangkan untuk peternakan menengah dan besar dijabat oleh orang yang ahli pada bidangnya. b. Tenaga kerja harian Tenaga kerja ini umumnya sebagai tenaga kasar pelaksana kandang, misalnya membersihkan kandang usai produksi, membersihkan tempat pakan dan minum, mengangkut karung makanan dan menjalankan tugas kasar rutin lainnya. c. Tenaga kerja harian lepas dan kontrak Tenaga kerja semacam ini banyak digunakan di peternakan ayam broiler sebagai akibat masa produksi yang hanya 5-6 minggu saja. Sesuai dengan namanya para pekerja ini hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada hubungan lagi. Tenaga kerja ini cukup murah, tidak banyak persoalan perburuhan dan dapat disisihkan apabila biaya produksi membengkak merupakan beberapa keuntungan pemakaian tenaga kerja ini. 18

34 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini disusun melalui kerangka pemikiran, yang berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Berikut adalah kerangka pemikiran teoritis yang akan dijelaskan secara terperinci Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat (Kountur 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportinitiy), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan (Basyib 2007) mendefenisikan risiko itu sendiri sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial.. 19

35 3.1.2 Analisis Risiko Analisi risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Hanafi 2006). Analisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) melainkan kepuasan (utility). Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan dapat dilihat pada Gambar 1, dimana jika pendapatan meningkat maka tingkat kepuasan yang akan diperoleh juga akan meningkat.hal ini disebut dengan hubungan searah. Utility (U) 1 Margin utility (MU) 2 Income (I) 3 1 (EI) 3 2 Expected Income Gambar 1. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan Sumber : Hanafi, 2006 Jika dilihat dari sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Hanafi 2006) yaitu sebagai berikut: 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang akan diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikkan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan. 20

36 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikkan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. Fluktuasi harga dan hasil produksi akan menyebabkan fluktuasi pendapatan. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat besarnya risiko yang dihadapi suatu usaha adalah dengan mengetahui terlebih dahulu besar ragamnya (variance) atau simpangan baku (standard deviation) dari pendapatan bersih per periode atau return. Dimana jika risiko tinggi maka return juga akan meningkat ataupun sebaliknya. Hubungan risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 2. Return Expected Return Risiko Gambar 2. Hubungan Risiko dengan Return Sumber : Hanafi, 2006 Babarapa ukuran risiko yang dapat digunakan adalah nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Nilai variance diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi. Standard deviation diperoleh dari akar kuadrat nilai variance sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio antara standard deviation dengan expected return (Hanafi 2006) Kategori Risiko Risiko dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan (Kountur 2006), namun pada sub bab ini hanya akan menjelaskan tentang risiko berdasarkan sudut pandang penyebabnya saja, karena penelitian ini lebih mendekati sudut pandang tersebut. 1. Risiko dari sudut pandang penyebab Risiko jika dilihat dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkaban oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan nilai tukar. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan 21

37 alam. Suatu perusahaan akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam risiko operasional seperti kualitas produk, produk yang rusak atau mati, bencana alam, hujan badai dan lain-lain. Oleh sebab itu manusia, teknologi dan alam dapat dikatakan sebagai sumber risiko operasional Manajemen Risiko Manajemem risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan defenisi yang di tetapkan oleh (Darmawi 2005). Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menanganirisikorisiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3. 22

38 Identifikasi Risiko Evaluasi Pengukuran Risiko Penanganan Risiko Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber: (Kountur 2008) Ada empat cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Hal utama yang menjadi alasan peternak untuk mengembangkan usaha ini adalah karena faktor ekonomis, sebab ayam ini memiliki siklus produksi yang relatif pendek dan relatif menguntungkan. Kebutuhan masyarakat akan daging juga menjadi pemicu pertumbuhan usaha peternakan ayam broiler. Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berlokasi di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat memiliki jumlah populasi ayam broiler sebanyak ekor dengan jumlah kandang sebanyak 10 buah diatas lahan seluas ± 2,5 ha. Setiap kandang ditugaskan 1 orang anak kandang untuk melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Kegiatan operasional mulai dari pemberian pakan, minuman, obat-obatan, pengaturan suhu kandang dan pengaturan sirkulasi udara kandang. Perusahaan ini dalam menjalankan usahaternak ayam broiler ini menghadapi kendala dalam kegiatan budidayanya yaitu risiko produksi, hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama penyakit dan parasit. Indikasi 23

39 risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dilihat dari adanya fluktuasi tingkat mortalitas ayam. Untuk mengetahui tingkat risiko dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis risiko dengan mengkaji faktor penyebab atau sumber risiko produksi. Untuk meminimalkan risiko yang ada, dapat dilakukan analisis risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Selanjutnya dianalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang baik dan efektif bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu agar permasalahan yang terkait dengan risiko produksi dapat diminimalkan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. Fluktuasi tingkat mortalitas pada Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu mengindikasikan adanya risiko produksi Risiko produksi ayam broiler 1. Kepadatan ruang 2. Kondisi cuaca 3. Hama penyakit dan hama parasit Analisis risiko 1. z-score 2. VaR Analisis deskriptif Identifikasi sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional 24

40 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yang beralamat di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu sentra produksi peternakan ayam ras pedaging di desa Cijayanti yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor. Berdasarkan informasi dari anak kandang dan warga sekitar kapasitas produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu sebanyak 43,000 ekor merupakan kapasitas terbesar yang ada di Desa Cijayanti tersebut. Sejak berdiri sampai sekarang belum ada penelitian mengenai analisis risiko pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, sehingga penelitian analisis risiko ini menjadi sangat menarik. Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Juni. 4.2 Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Proses wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan dengan pemilik usaha peternakan, kepala kandang, anak kandang, dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Data primer ini diantaranya berupa teknik pengelolaan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh usaha peternakan. sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal peternakan ayam, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan LSI IPB, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data jumlah produksi ayam ras pedaging, jumlah populasi ayam ras pedaging, jumlah konsumsi daging ayam, harga DOC, pakan, dan obat-obatan, harga jual output, dan laporan keuangan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berupa laporan biaya per periode produksi, laporan pendapatan per periode produksi. 25

41 4.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dan melalui kuesioner. Proses pengambilan data dilakukan secara sengaja (purposive), sedangkan untuk pengambilan responden juga dilakukan dengan pendekatan (purposive) dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas untuk memberikan data-data yang akurat. Beberapa pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain, manajer yang menjadi sumber untuk mendapatkan data produksi dan pendapatan peternakan. Sumber kedua yaitu mandor yang menjadi kepala kandang, karena mandor merupakan orang yang mengawasi perkembangan pada setiap harinya sehingga memiliki kapabititas untuk memberikan data mengenai pemakaian input-input produksi seperti pakan, obat-obatan, vaksin ayam dan beberapa input lainnya. Sedangkan responden terakhir yaitu anak kandang yang memiliki pengalaman dalam teknik pemeliharaan ayam. Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung di lokasi penelitian tentang aktifitas bisnis perusahaan dan berbagai kendala risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan. Wawancara, diskusi, dan pengisian kuesioner dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang telah dijalankan perusahaan, data harga-harga input dan output, serta data-data keuangan perusahaan seperti laporan biaya, penerimaan, dan pendapatan perusahaan. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui pengaruh risiko terhadap pendapatan dan strategi mengatasi risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. 4.4 Metode Analisi Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan ukuran dalam penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel

42 Tabel 10. Metode Analsis untuk Menjawab Tujuan Penelitian No Tujuan Penelitian Jenis Data Suber Data Metode 1 Mengidentifikasi sumbersumber risiko peternakan Bapak Restu 2 Menganalisis seberapa besar probability dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan Bapak Restu 3 Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi usaha peternakan Bapak Restu Kualitatif Wawancara, kuesioner, diskusi Kuantitatif Laporan biaya, penerimaan, dan pendapatan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu per perode Kualitatif Wawancara, kuesioner, diskusi Analisis Analisis Deskriptif Analisis Risiko Analisis Deskriptif Berdasarkan Tabel 10, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis seberapa besar probability dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, data untuk analisis ini menggunakan data kuantitatif. Sumber data kuantitatif adalah laporan biaya, penerimaan dan pendapatan usaha per periode. Laporan ini dapat memberikan informasi mengenai data yang dicari, karena penilaian risiko dugunakan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu asset. Return dihitung dari rata-rata pendapatan bersih yang diterima usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dari seluruh periode pengamatan yaitu sebanyak 10 periode. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga, yaitu menganalisis sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Adapun data yang digunakan untuk analisis ini adalah data kualitatif. Sumber data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan pihak perusahaan Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian peternak sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan 27

43 risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi ayam broiler dari 10 periode terakhir. Menurut (Kountur 2006), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha ayam broiler peternakan ayam broiler milik Bapak Restu adalah: 1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (kematian ayam) Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kematian ayam broiler yang diproduksi adalah: Dimana: = = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko xi = Nilai per periode kejadian berisiko n = Jumlah data 2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko Dimana: s = Standar deviaasi dari kejadian berisiko xi = nilai per periode dari kejadian berisiko = = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data 28

44 3. Menghitung z-score Dimana: z = Nilai z-score dari kejadian berisiko x = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal = = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko s = Standar deviasi dari kejadian berisiko jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z=score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal). 4. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi Setelah nilai z-score dari produksi ayam broiler di peternakan ayam broiler milik Bapak Restu diketahui, maka, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi ayam broiler mendatangkan kerugian Analisis Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi ayam broiler pada peternakan Bapak Restu. kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari trjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah kematian ayam setiap periode. Jumlah kematian ayam broiler tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicarai berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut (Kountur 2006), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut: 29

45 Dimana: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi nirmal dengan alfa 5 persen s = standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko n = Banyaknya kejadian berisiko Pemetaan Risiko Menurut (Kountur 2006), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Dampak (Rp) Kecil Besar Gambar 5. Peta Risiko Sumber : (Kountur 2006) Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya diatas 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20 persen dianggap sebagai kemungkina kecil (Kountur 2006). 30

46 4.4.5 Penanganan Risiko Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu: 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser menuju kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser menuju kuadran 4 (Kountur 2006). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 6. Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Dampak (Rp) Kecil Besar 2. Mitigasi Risiko Gambar 6. Preventif Risiko Sumber : (Kountur 2006) Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2006). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7. 31

47 Probabilitas (%) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kecil Kuadran 3 Kuadran 4 Dampak (Rp) Kecil Besar Gambar 7. Mitigasi Risiko Sumber : (Kountur 2006) 32

48 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu merupakan usaha budidaya ayam broiler yang bersifat mandiri atau Company Farm. Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini dikelola langsung oleh Bapak Restu yang menjabat sebagai manajer. Ketersediaan modal merupakan salah satu alasan bapak Restu untuk memilih sistem Company Farm bukan dengan sistem inti plasma. Berdasarkan informasi dari pihak perusahaan, penggunaan sistem ini memberikan banyak kelebihan diantaranya fleksibilitas dalam jumlah produksi dan input produksi lainnya. Selain itu keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan juga akan lebih besar apabila dibandingkan dengan sistem inti plasma. Usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini menyewa lahan sekaligus 9 buah kandang dan peralatannya dari H. Basir dengan harga Rp ,00 per tahun. Akan tetapi pada bulan Mei 2010 H. Basir membangun 1 buah kandang lagi pada lokasi yang sama untuk disewakan kepada Bapak Restu, sehingga saat ini harga sewa lahan dan kandang meningkat menjadi Rp ,00 per tahun. Adapun peralatan yang disediakan H. Basir selaku pihak yang menyediakan kandang diantaranya, tempat makan ayam, tempat minum ayam, penghangat kandang, terpal dan juga fasilitas pengadaan air seperti kran, selang dan ember. Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu mulai beroperasi pada bulan Mei 2008 dengan kapasitas produksi sebanyak ekor ayam yang terbagi kedalam 9 buah kandang, setiap kandangnya diisi dengan jumlah sampai ekor ayam tergantung kapasitas kandang. Hal tersebut mengingat luasan kandang yang berbeda-beda. Jumlah kandang yang ditambah menjadi 10 buah pada awal Mei 2010 otomatis meningkatkan jumlah ayam yang yang dipelihara dalam setiap periodenya. Setelah kandang menjadi 10 buah, peternakan ayam broiler milik Bapak Restu meningkatkan kapasitas produksi menjadi ekor, jumlah tersebut tidak berubah sampai sekarang. Usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini menunjuk Aleng sebagai mandor peternakan yang memantau perkembangan ayam setiap harinya dan melaporkan hasil perkembangan tersebut kepada Bapak Restu selaku pimpinan. Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu memperkerjakan 10 orang 33

49 karyawan sebagai anak kandang yang bertanggung jawab terhadap masing-masing kandang. Job description dari para karyawan tersebut meliputi operasional kandang diantaranya pemberian pakan dan minum, pemberian obat-obatan, vaksinasi, menurunkan dan menaikkan terpal penutup kandang dan lain-lain. Para karyawan tersebut direkrut dari lingkungan sekitar perusahaan, hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab (social responsibility) pemilik perusahaan. 5.2 Lokasi Perusahaan Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berlokasi di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peternakan ini dibangun diatas lahan seluas ± 2,5 ha. Lokasi lahan sangat strategis, karena mempunyai akses yang baik terhadap sarana transportasi dan hal terpenting lainnya adalah akses dalam mendapatkan input produksi tergolong mudah selain itu lokasi tersebut juga cukup jauh dari pemukiman penduduk. Jarak terdekat dengan pemikiman penduduk adalah sekitar 200 meter. Peternakan ini mempunyai sumber mata air yang cukup dengan sumur yang digunakan untuk kebutuhan produksi usahaternak. Kandang yang dibangun di atas lahan seluas ± 2,5 ha ini merupakan kandang yang beralaskan tanah, dan bertingkat dua. Konstruksi bangunan kandang terbuat dari bahan kayu dan bambu, serta atap dari bahan genteng. Bahan kayu digunakan sebagai kerangka bangunan, bambu digunakan sebagi dinding kandang. Kandang ini memiliki sirkulasi udara tidak terlalu baik karena bentuk kandang yang bertingkat sehingga alas lantai bagian atas langsung menjadi atap bagian bawah. Kandang-kandang ini berukuran rata-rata 25 x 12 meter dan 20 x 10 meter, sedangkan untuk layout lokasi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu tersaji pada Lampiran1. Selain kandang ayam, peternakan ini juga dilengkapi dengan gudang penyimpanan pakan yang berukuran 8 x 5 meter dan mes bagi para karyawan dalam bentuk rumah kayu. Di bawah ini adalah Gambar kandang yang ada pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. 34

50 Gambar 8. Kandang Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu 5.3 Struktur Organisasi Perusahaan Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu tergolong kepada usaha kecil peternakan dengan kapasitas ekor ayam per periodenya dengan struktur organisasi masih tergolong sederhana. Struktur organisasi sederhana yang dimiliki usaha peternakan ini mempunyai kelebihan dari segi biaya. Kelebihan tersebut dalam hal penghematan biaya dan sistem pengambilan keputusan menjadi relatif lebih cepat. Struktur organisasi sederhana dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat, artinya pemilik peternakan selaku pimpinan dapat mengambil keputusan bisnis dengan cepat terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Struktur organisasi usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ditampilkan pada Gambar 9. Manajer peternakan Investor Mandor Anak kandang Gambar 9. Struktur Organisasi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Keterangan: menunjukkan alur perintah menunjukkan alur koordinasi Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu memiliki 2 orang investor yaitu Bapak Akyong dan Bapak Restu. Usaha ini dijalankan dengan sistem share keuntungan bagi kedua investor dengan proporsi yang telah mereka setujui. Operasional kegiatan peternakan ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dijalankan oleh seorang manajer yang langsung dipegang oleh bapak Restu selaku salah satu investor. Akan tetapi kegiatan sehari-hari di peternakan 35

51 dilakukan oleh mandor sebagai pemegang tanggung jawab. Mandor melaporkan semua kegiatan dan kebutuhan ternak ayam broiler kepada manajer, biasanya dalam laporan mingguan. Mandor juga membawahi 10 orang anak kandang yang diberi tanggung jawab melakukan kegiatan operasional di kandang. Tanda panah pada struktur organisasi menunjukkan alur perintah dan garis putus-putus pada struktur organisasi menunjukkan area koordinasi. Alur perintah yang terlihat pada struktur organisasi adalah dari pimpinan perusahaan kepada mandor atau kepala kandang kemudian diteruskan kepada anak kandang. Begitupun sebaliknya, tanggung jawab mengalir dari anak kandang sebagai bawahan kepada kepala kandang atau mandor dan diteruskan kepada pimpinan perusahaan. Koordinasi dan pengawan dilakukan oleh investor sebagai penyandang dana. Karena sistem kepercayaan yang sudah kental antara kedua investor, kebanyakan pengawasan hanya dilakukan oleh Bapak Restu saja. Masing-masing bagian dari struktur organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Manajer peternakan memiliki tugas mendelegasikan perintah kepada mandor. Beberapa tugas yang didelegasikan antara lain pencatatan pemakaian pakan, pencatatan kematian, pemakaian obat, vaksin dan membuat laporan mingguan. Kepala kandang bertanggung jawab penuh kepada manajer. Tanggung jawab manajer peternakan dilakukan dengan membina dan menjamin kesejahteraan para karyawannya. Mandor atau kepala kandang mempunyai tugas sebagai pengelola kegiatan produksi usahaternak. Anak kandang mempunyai tugas operasional dalam kegiatan produksi usahaternak seperti pemberian pakan, pemberian minum, pelaksanaan vaksinasi, pengaturan pemanasan kandang, pembersihan kandang, pengaturan ventilasi kandang dan sebagainya. Anak kandang bertanggung jawab penuh kepada kepala kandang. Kualifikasi pekerja usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu tidak terlalu mendapat perhatian oleh manajer. Akan tetapi pengalaman dalam menjalankan usahaternak ayam broiler menjadi standarisasi dalam perekrutan karyawan. Selain bapak Restu selaku manajer yang merupakan lulusan S1 Peternakan di Universitas Diponegoro, rata-rata karyawan peternakan ayam broiler milik Bapak Restu merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD). 36

52 5.4 Kegiatan Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Restu Siklus produksi membutuhkan waktu sekitar hari, yaitu proses budidaya hari, dan masa istirahat kandang atau masa persiapan kandang selama hari. Jumlah periode produksi maksimal yang dapat dilakukan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dalam 1 tahun adalah 6 kali periode Persiapan Kandang Persiapan kandang merupakan pekerjaan awal dari proses produksi, dan merupakan bagian penting dalam usaha peternakan ayam broiler. Persiapan kandang dilakukan setelah masa panen periode sebelumnya berakhir. Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan persiapan kandang ini berkisar antara hari. Tujuan melakukan kegiatan ini adalah untuk membersihkan kandang, sehingga dapat menghindari timbulnya bibit penyakit. Proses ini terdiri dari pembersihan dan sterilisasi kandang, pembersihan dan sterilisasi peralatan, serta persiapan pemanas kandang. Penjelasan proses persiapan kandang adalah sebagai berikut: 1. Pembersihan dan sterilisasi kandang Pembersihan kandang dimulai dengan pencucian. Pencucian kandang dilakukan dengan menggunakan sprayer. Kegiatan ini dimulai dari pembersihan kandang bagian atas, dinding dan lantai. Proses pencucian memakai air yang berasal dari sumur tanpa pemakaian deterjen. Proses sterilisasi dilakukan setelah pencucian kandang selesai dan kondisi kandang sudah dipastikan dalam keadaan kering. Sterilisasi ini dilakukan menggunakan disinfektan. Proses ini berupa penyemprotan ke seluruh bagian kandang. Proses ini dilakukan seminggu sebelum DOC datang. Proses berikutnya adalah pengapuran kandang. Pengapuran berfungsi sebagai antiseptic dan pembunuh serangga. Setiap kandang rata-rata menghabiskan 100 kilogram kapur bubuk. 37

53 Gambar 10. Spray Tekanan Tinggi 2. Pembersihan dan sterilisasi Peralatan Peralatan kandang terdiri dari tempat pakan, tempat minum, drum, ember dan lain-lain. Agar tidak kembali mengotori kandang yang sudah dibersihkan kegiatan ini dilakukan diluar kandang. Proses pembersihan dan sterilisasi dilakukan dengan pencucian yang menggunakan air yang bersumber dari sumur yang ada di lokasi peternakan. Peralatan kandang yang telah dicuci, terlebih dahulu dikeringkan sebelum kembali disimpan di dalam gentong yang berada di samping kandang. 3. Mempersiapkan pemanas kandang Alat pemanas yang digunakan berupa tabung silinder berukuran 1 meter dengan diameter 20 cm. Tabung ini terbuat dari seng yang tebal sehingga tahan panas. Tabung tersebut diisi batu bara sebagai sumber energi panas. Batu bara yang dijadikan sebagai pemanas dikirim langsung dari produsen yang berlokasi di daerah Lampung untuk setiap periodenya. Setelah diisi batu bara yang sudah dipanaskan, ujung silinder diberi atap seng. Hal ini berguna agar panas yang dihasilkan menyebar. Alat pemanas ini diatur jarak pemakaiannya sesuai dengan kebutuhan suhu yang diinginkan. Gambar 11. Batu Bara dan Tempat Pemanas 38

54 5.4.2 Kegiatan Budidaya Kegiatan budidaya ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu terbagi kedalam dua tahapan, yaitu tahap pemanasan (brooding period) dan tahap pertumbuhan. Penjelasan kedua tahapan tersebut adalah sebagai berikut: Tahap Periode Pemanasan (Brooding Period) Periode pemanasan adalah masa paling kritis dalam siklus kehidupan ayam broiler, karena DOC mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan barunya. Periode ini merupakan proses pembentukan kekebalan tubuh dan masa awal pertumbuhan. Periode pemanasan dilakukan selama 1-20 hari. Berikut adalah hal-hal yang menjadi perhatian dalam proses pemanasan. 1. Persiapan periode pemanasan Persiapan masa pemanasan bertujuan untuk menyiapkan lingkungan agar sesuai dengan kebutuhan DOC. Bagian-bagian yang menjadi persiapan periode pemanasan ini adalah: a. Batas Pelindung Batas pelindung diperlukan agar tersedia ruang yang cukup bagi DOC dan ditribusi pakan serta minum bagi DOC menjadi efektif dan efisien. Batas pelindung menggunakan bahan yang terbuat dari seng karena bahan ini dapat memantulkan panas sehinga terjaga suhu bagi DOC. Luas kandang DOC disesuaikan dengan jumlah DOC. Umumnya luasan kandang ini sekitar 36 m 2 untuk setiap ekor DOC. Pelebaran luasan batas pelindung dilakukan secara bertahap berdasarkan pertumbuhan DOC. b. Sekam Sekam ditaburkan di dalam dan di luar batas pelindung untuk menjaga kandang tetap bersih dari kotoran dan suhu kandang tetap stabil. Sekam berfungsi sebagai penghangat, penyerap air dan kotoran, serta sebagai pelindung DOC dari kemungkinan kerusakan pada kaki dan dada DOC. Ketebalan sekam yang ditaburkan pada kandang DOC ini berkisar antara 5-10 cm. Sekam yang ditaburkan sebelumnya harus difumigasi dengan menggunakan formalin. 39

55 c. Pemanas Pemanas digunakan selama ayam berumur 2-3 minggu sesuai dengan kondisi cuaca. Temperatur yang diperlukan DOC berbeda-beda sesuai dengan umur DOC dan keadaan suhu pada waktu itu. d. Air Minum Air minum harus tersedia pada saat DOC masuk kandang. Air minum pertama yang diminum DOC pada saat masuk kandang adalah air yang terlebih dahulu dicampur dengan vigroo. Vigroo ini merupakan vitamin bagi DOC agar mengembalikan energi yang hilang saat perjalanan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Dosis pemakaian vigroo yaitu setiap 1 ml cairan vigroo dicampur dengan 2 L air. Pemakaian vigroo dilakukan selama 5 hari, setelah itu ayam diberi colistam dan enro tylisin hingga ayam berumur 7 hari. Pemakaian kedua obat ini bertujuan untuk tetap menjaga kekebalan tubuh ayam. Gambar 12. Vigroo, Colistam dan Enro tylisin e. Penerangan dan pencahayaan kandang Penerangan dan pencahayaan kandang sangat diperlukan untuk membantu penglihatan DOC. Kegiatan ini dilakukan selam 24 jam untuk ayam yang berumur 1-3 hari. Setelah itu disusaikan dengan kebutuhan DOC. 2. Pemeliharaan periode pemanasan Pemeliharaan periode pemanasan terdiri dari pemberian pakan, minum, dan pemberian vaksinasi. Proses pemeliharaan periode pemanasan dijelaskan sebagai berikut: a. Pemberian pakan dan minum Pemberian pakan pertama kali dilakukan 3-4 jam setelah DOC minum. Intensitas pemberian pakan dilakukan sesering mungkin. Tahap dalam periode pemanasan diberikan pakan berupa pakan starter. Pakan starter kaya akan protein. Konsumsi protein sangat bermanfaat untuk 40

56 meningkatkan kekebalan tubuh DOC. Tempat pakan yang digunakan untuk ayam umur 1-7 hari adalah freeder tray, yaitu tempat pakan berupa baki berbentuk bulat yang diletakkan diatas sekam. Penggunaan tempat pakan ini agar mudah dijangkau oleh ayam yang ukurannya masih kecil. Pemberian minum diberikan sesuai dengan perkembangan umur ayam. Kebutuhan air akan terus meningkat seiring perkembangan ayam. Tempat air minum harus dilakukan minimal dua kali sehari. Proses pemberian minum dimulai dengan penampungan air dalam tong berkapasitas 200 l, kemudian tempat minum air dimasukkan ke dalam tong dan diisi hingga penuh. Akan tetapi untuk pemberian minum berikutnya tempat minum yang telah dipakai tersebut tidak dibersihkan terlebih dahulu, sehingga air minum tidak terjamin kebersihanya. Gambar 13. Pakan Starter dan Freeder Tray b. Pemberian vaksinasi Pemberian vaksinasi bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap berbagai penyakit. Pemberian vaksin dilakukan melalui tetes mata, tetes hidung, mulut, dan suntik. Vaksinasi diberikan kepada ayam umur 5, 9-12 dan 18 hari. Vaksin pada ayam 5 hari adalah vaksin tetelo 1 (ND live) dan diberikan melalui tetes mata. Vaksin pada umur 9-12 hari adalah vaksin gumboro (IBD Live). Sedangkan vaksin pada ayam umur 18 hari adalah vaksin tetelo 2 (ND Live) yang diberikan melalui air minum. Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu juga pernah memberikan vaksin AI agar ayam tidak terserang penyakit flu burung, akan tetapi sekarang sudah tidak dilakukan lagi karena sejauh ini peternakan ayam broiler milik Bapak Restu tidak pernah mendapatkan ayam yang terkena virus H5N1. 41

57 Gambar 14. Ayam Umur 8 Hari Tahap Pertumbuhan Tahap pertumbuhan merupakan kelanjutan dari tahap periode pemanasan. Tahap pertumbuhan dimulai pada saat ayam berumur 21 hari sampai dengan masa panen. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses ini: a. Pemberian pakan dan minum Jenis pakan yang diberikan pada tahap pertumbuhan berbeda dengan jenis pakan dalam tahap periode pemanasan. Jenis pakan dalam tahap ini adalah pakan finisher. Pakan finisher diberikan pada ayam umur 15 hari sampai panen. Tata letak tempat pakan harus seragam agar keseragaman berat ayam terjaga. Pemberian air minum dalam tahap pertumbuhan harus sejalan dengan program pemberian pakan. Pemberian minum dilakukan untuk merangsang pertumbuhan dan agar ayam tidak kekurangan cairan dalam tubuh. Air yang digunakan untuk minum ayam adalah air yang bersumber dari sumur yang berada di dalam lingkungan peternakan. Konsumsi air minum memiliiki hubungan yang linear dengan jumlah pakan yang dikonsumsi dan temperatur. Semakin tinggi jumlah pakan yang dikonsumsi semakin tinggi pula tingkat konsumsi air minum, begitupun dengan temperatur, semakin tinggi tingkat temperatur maka semakin tinggi pula air minum yang dikonsumsi. Khusus untuk cuaca dingin, ayam akan lebih sering diberi minuman Pro Bio Herba-C yang berupa air jahe. Karena dapat menjaga kehangatan tubuh ayam dan meningkatkan nafsu makan. 42

58 Gambar 15. Pro Bio Herba-C atau Air Jahe b. Pengobatan Pengobatan pada tahap pertumbuhan dilakukan dalam dua bagian yaitu pengobatan rutin dan pengobatan accidental. Pengobatan rutin dilakukan melalui pemberian vitamin dan vaksin. Pengobatan accidental dilakukan jika ada ayam yang terdeteksi memiliki penyakit. Penyakit yang menyerang ayam pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu antara lain cronic respiratory disease, infectious bursal disease, colibacillosis, newcastle disease. c. Mengatur sirkulasi udara kandang Mengatur sirkulasi kandang dilakukan dengan cara membuka tirai di semua bagian kandang. Kegiatan ini disesuaikan dengan keadaan cuaca, apabila cuaca hujan atau pada malam hari tirai biasanya tetap tertutup. Daerah Bogor yang sering berhadapan dengan cuaca berubah-ubah secara cukup ekstrim menjadi risiko tersendiri bagi peternakan Bapak Restu, karena kedisplinan anak kandang yang kurang sehingga sistem tutup buka tirai kurang efektif dan sering terlambat. Akibatnya kondisi ayam menjadi kepanasan apabila cuaca panas dan kedinginan apabila sering terjadi hujan Pemanenan Pemanenan dilakukan biasanya pada pagi, sore atau malam hari dengan tujuan agar mengurangi tingkat stress pada ayam. Bobot ayam yang siap untuk dipanen antara 1,4 kg sampai 2,3 kg. Beberapa hal penting dalam proses pemanenan ini antara lain: 1. Persiapan panen Persiapan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan tim panen yang terdiri dari penangkap ayam, penimbang ayam, dan pencatat hasil penimbangan. Jumlah penangkap ayam biasanya disesuaikan dengan kebutuhan atau jumlah 43

59 panen pada saat itu. Pencatatan hasil panen biasanya dilakukan oleh Aleng selaku mandor atau Bapak Restu sendiri selaku manajer peternakan. Persiapan kedua adalah mempersiapkan peralatan panen seperti tali rapia, nota timbang, alat tulis dan timbangan. Sedangkan keranjang ayam biasanya disediakan oleh pihak pembeli. Sebelum dipanen ayam tidak diberi pakan selama 3-4 jam sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari berat ayam yang fiktif dan dapat menghemat pemberian pakan. 2. Proses pemanenan Proses pemanenan dilakukan dengan menangkap ayam secara hati-hati agar ayam terhindar dari kemungkinan memar, rusak atau bahkan patah tulang. Agar lebih mudah dalam tahap pemanenan dilakukan penyekatan pada kandang. Ayam yang telah ditangkap biasanya langsung ditimbang per 15 ekor. Proses penimbangan dan pencatatan hasil penimbangan dilakukan dengan hati-hati agar hasilnya akurat dan disaksikan oleh kedua belah pihak. Ayam yang telah ditimbang dimuat langsung ke dalam keranjang dan disiram dengan air agar ayam yang berada dalam keranjang tidak kepanasan dan tetap segar. Proses penyiraman ayam dalam keranjang dilakukan terus sampai panen selesai. 3. Pascapanen Kegiatan pasca panen adalah mengumpulkan semua peralatan kandang dan membersihkannya menggunakan disinfektan. Sisa pakan biasanya disimpan di gudang atau ditransfer ke kandang lain milik PT Rama Sakti. 44

60 VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung, wawancara dan menganalisis laporan produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Alur kegiatan produksi ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dimulai dari tahap pemanasan, pertumbuhan, panen serta pasca panen. Secara umum risiko produksi di peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berupa kematian ayam yang dibudidayakan. Risiko tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa sumber. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, wawancara, dan analisis laporan produksi terhadap proses pemeliharaan ayam broiler di lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi. Pada bab pembahasan ini, sebelum penjabaran tentang sumber-sumber risiko produksinya terlebih dahulu dilihat faktor yang menyebabkan timbulnya sumber risiko produksi tersebut. Hal yang menjadi perhatian dan peranan penting dalam identifikasi sumber-sumber risiko produksi yaitu keberadaan sumberdaya manusia (SDM). SDM selalu memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan manusia tidak terkecuali kegiatan bisnis seperti yang dijalankan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Kegiatan bisnis selalu memberdayakan teknologi dalam menjalankan usahanya. Meskipun suatu bisnis telah menggunakan teknologi modern, namun keberadaan SDM akan tetap menjadi prioritas penting, apalagi bisnis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknologi yang masih sederhana, tentu akan lebih membutuhkan kedisiplinan dan keuletan SDM nya. Berdasarkan pemaparan diatas disimpulkan bahwa timbulnya beberapa sumber risiko di bawah ini berkaitan erat dengan keberadaan SDM. SDM tidak dikategorikan menjadi sumber risiko namun menjadi faktor yang mendorong timbulnya beberapa sumber risiko produksi, karena ketidakdisiplinan SDM tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap kematian ayam, tetapi memberikan kontribusi atas timbulnya sumber risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu diantaranya adalah kepadatan ruang, cuaca, hama predator dan penyakit. Proses identifikasi harus melihat bagaimana urutan terjadinya beberapa sumber risiko karena sumber risiko 45

61 yang terjadi saling berhubungan dan tidak bisa dipisah satu sama lain. Berdasarkan urutan sumber risiko yang terjadi pada satu waktu, maka dapat ditentukan sumber risiko yang menyebabkan kematian ayam pada waktu yang sama. Salah satu contoh urutan sumber risiko yang terjadi pada satu waktu adalah kepadatan ruang dengan penyakit. Sebelum munculnya penyakit yang menyerang pembudidayaan ayam broiler, kepadatan ruang telah berpengaruh terlebih dahulu terhadap kematian ayam sehingga meskipun ayam yang berada di dalam kandang tidak terkena penyakit tetapi kematian ayam kemungkinan besar akan tetap terjadi. Berdasarkan contoh dan pemaparan di atas maka sangat dibutuhkan kejelian dan ketelitian dalam proses identifikasi sumber risiko dan seberapa besar pengaruh sumber risiko tersebut terhadap kematian ayam. Penjelasan dari keempat sumber risiko produksi yang teridentifikasi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dan pengaruh keberadaan SDM terhadap timbulnya sumber risiko produksi tersebut dijelaskan dibawah ini. 1. Kepadatan ruang Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu memiliki 10 buah kandang dengan luasan rata-rata, 300 m 2 untuk kapasitas 5000 ekor ayam dan 200 m 2 untuk kapasitas 4000 ayam, dan kedua jenis kandang tersebut berlantai 2 sehingga setiap lantai diisi setengah kapasitas kandang. Pembagian lantai menjadi 2, disatu sisi mengakibatkan kepadatan ruang menjadi berkurang, namun kepadatan ruang sangat erat hubungannya dengan sirkulasi udara. Sedangkan pada kandang yang memiliki lantai 2 sirkulasi udara otomatis akan kurang dan kotoran ayam yang berada pada lantai atas akan sangat mempengaruhi kualitas udara yang dihirup oleh ayam pada lantai bawah. Sisi negatif ini apabila diabaikan akan berpengaruh besar terhadap kematian ayam. Faktor lain yang menyebabkan tingginya pengaruh kepadatan ruang terhadap kematian ayam adalah tidak adanya ventilasi bantuan pada setiap kandang. Ventilasi bantuan tersebut berupa kipas yang dapat menghembuskan udara segar dari luar kandang sehingga udara busuk yang ada di dalam kandang akan terdesak keluar. Oleh karena itu kepadatan ruang menjadi salah satu sumber risiko yang sangat dirasakan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Mengacu pada data produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, pengaruh kepadatan ruang terhadap kematian ayam broiler terjadi pada semua periode produksi. Berdasarkan pemaparan di awal, bahwa proses identifikasi harus melihat sumber risiko yang paling dekat dengan kematian ayam. Hal ini 46

62 menjadikan kematian ayam yang disebabkan oleh kepadatan ruang akan sangat berfluktuasi, karena tidak pada semua periode produksi terjadi sumber risiko lain seperti hama, penyakit dan cuaca. Namun kematian ayam yang terjadi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini tetap tidak berkurang signifikan. Sumber risiko lain yang tidak muncul pada suatu periode tertentu menjadikan jumlah kematian ayam yang disebabkan kepadatan ruang menjadi lebih besar. Sebab berdasarkan urutan terjadinya sumber risiko, tidak ada lagi teridentifikasi sumber risiko berikutnya setelah kepadatan ruang yang menyebabkan kematian ayam broiler pada waktu yang sama. Namun apabila terdeteksi muncul sumber risiko lain setelah adanya kepadatan ruang yang telah berpengaruh sejak awal, misalnya penyakit dan pada kenyataannya terjadi kematian ayam, maka sumber risiko penyakitlah yang teridentifikasi penyebab kematian tersebut karena berdasarkan urutan terjadinya sumber risiko, penyakit lebih dekat dengan kematian ayam dibandingkan kepadatan ruang yang telah berpengaruh sebelumnya. Tabel 11 akan memperlihatkan tingkat kematian ayam yang disebabkan oleh sumber risiko kepadatan ruang. Tabel 11. Jumlah Kematian Ayam karena Kepadatan Ruang pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam (ekor) 1 12/6/2009 s/d 21/7/ /8/2009 s/d 12/9/ /10/2009 s/d 14/11/ /12/2009 s/d 21/1/ /2/2010 s/d 5/4/ /5/2010 s/d 13/6/ /7/2010 s/d 18/8/ /9/2010 s/d 8/11/ /12/2010 s/d 21/1/ /2/2011 s/d 22/3/ Total 7518 Berdasarkan Tabel 11, terlihat fluktuasi kematian ayam yang disebabkan oleh kepadatan ruang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kemunculan sumber risiko lain setelah kepadatan ruang akan sangat mempengaruhi kematian ayam yang diidentifikasi disebabkan oleh kepadatan ruang. Pada periode pertama, pada dasarnya ayam tidak terkena penyakit namun jumlah kematian tidak berkurang signifikan. Oleh sebab itu kematian karena kepadatan ruang akan menjadi besar karena sumber risiko yang paling dekat dengan kematian ayam adalah kepadatan ruang. Begitu juga dengan yang terjadi pada 2 periode produksi terakhir, karena ayam yang berada pada kandang-kandang pemeliharaan banyak yang terkena 47

63 penyakit dan menyebabkan kematian, otomatis pengaruh kepadatan ruang akan berkurang karena urutan sumber risiko yang lebih dekat dengan kematian ayam adalah penyakit. 2. Cuaca Musim hujan yang terjadi cukup ekstrim khususnya di Bogor sangat berdampak negatif terhadap usaha ini, selain itu cuaca Bogor yang sering berubah-ubah dari hujan ke panas menjadi sumber risiko produksi yang sangat dirasakan dampaknya secara umum bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Hal tersebut dikarenakan musim hujan dan cuaca panas akan mempengaruhi kondisi tubuh ayam. Ketahanan tubuh ayam akan sangat menurun apabila terjadi perubahan cuaca yang cukup ekstrim tersebut. Kondisi tubuh ayam pada musim hujan yang rentan terhadap penyakit, tentu saja akan menyebabkan kerugian bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Karena pada cuaca seperti itu tingkat mortalitas ayam akan tinggi. Siklus alam yang secara alami berubah-ubah dari hujan ke panas menjadikan hal tersebut tidak dapat dihindari dan akan berulang setiap tahunnya, sehingga pembudidaya ayam broiler hanya dapat berusaha untuk meminimalisir kerugian yang akan ditimbulkan dengan beberapa upaya-upaya tertentu. Bentuk upaya yang dapat dilakukan oleh pihak peternakan adalah dengan selalu memberikan Pro Herba-C apabila terjadi hujan karena udara didalam kandang akan menjadi lebih dingin dan lembab. Pro Herba-C memiliki kasiat dapat meningkatkan suhu tubuh ayam yang telah kedinginan karena hujan, dan nafsu makan ayam yang sebelumnya sempat berkurang karena udara dingan akan kembali meningkat. Berdasarkan data produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dari 10 periode terakhir atau dari Juni 2009 sampai Maret 2011, diketahui bahwa terjadi curah hujan yang tinggi pada kurun waktu Oktober 2009 sampai November 2009 dan Desember 2010 sampai Maret Pada kurun waktu tersebut pengaruh curuh hujan sangat tinggi terhadap tingkat mortalitas ayam. Pada periode ketiga yang terjadi pada Oktober 2009 sampai November 2009 tingkat mortalitas ayam mencapai 7,33 persen, sedangkan pada periode 9-10 tingkat mortalitas ayam berturut-turut adalah sebesar 5,16 persen, 8,20 persen. Khusus untuk periode terakhir merupakan tingkat mortalitas tertinggi yang disebabkan curah hujan. Hasil wawancara dengan beberapa anak kandang, memang terjadi curah hujan yang lebih tinggi dan intensitas yang lebih sering pada kurun waktu Februari sampai Maret 2011 sehingga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan 48

64 ayam dan tingkat mortalitas. Sedangkan pada Mei 2010 sampai Juni 2010 cuaca panas mengakibatkan ayam kehilangan daya tahan tubuh, dan kondisi tersebut berkontribusi mengakibatkan mortalitas ayam sebesar 6,68 persen. Cuaca panas yang terjadi pada Bulan Mei-Juni 2010 memang sangat dirasakan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Pada kurun waktu tersebut udara didalam kandang menjadi panas sehingga mengurangi oksigen yang ada di dalam kandang. Udara panas yang ada di dalam kandang akan menyebabkan akumulasi CO 2 meningkat dan efek lanjutannya yaitu pertumbuhan ayam broiler menjadi lambat, hal tersebut sesuai dengan (Rasyaf 2007). Berdasarkan penjelasan di atas, seringnya perubahan cuaca yang cukup ekstrim khususnya di daerah Bogor berdampak negatif terhadap usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Sesuai dengan penjelasan pada alinea awal bahwa SDM memberikan pengaruh besar terhadap timbulnya sumber risiko produksi cuaca. Kurangnya kedisiplinan anak kandang dalam melakukan buka tutup tirai menjadi perhatian dalam melakukan identifikasi ini. Hal ini menjadi sangat penting karena cuaca di daerah Bogor yang berubah-ubah dengan cukup ektrim, sehingga kondisi ayam akan sangat rentan lemah apabila sistem buka tutup tirai tidak dijalankan dengan efektif. Selain itu kegiatan yang juga harus selalu diperhatikan yaitu pemberian air jahe atau Pro Bio Herba-C dengan tepat waktu apabila melihat kondisi cuaca yang mulai sering terjadi hujan. Khusus untuk cuaca panas kebutuhan air akan menjadi lebih tinggi, akibatnya para anak kandang dituntut untuk lebih sering memberikan minum pada ayam. Tabel 12 akan memperlihatkan tingkat kematian ayam yang disebabkan oleh pengaruh cuaca. 49

65 Tabel 12. Jumlah Kematian Ayam karena Pengaruh Cuaca pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam (ekor) 1 12/6/2009 s/d 21/7/ /8/2009 s/d 12/9/ /10/2009 s/d 14/11/ /12/2009 s/d 21/1/ /2/2010 s/d 5/4/ /5/2010 s/d 13/6/ /7/2010 s/d 18/8/ /9/2010 s/d 8/11/ /12/2010 s/d 21/1/ /2/2011 s/d 22/3/ Total Hama Predator Hama merupakan organisme pengganggu atau pemangsa. Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berdiri diatas lahan terbuka yang dibangun kandang-kandang pemeliharaan. Sehingga kemungkinan terdapatnya serangan hama cukup besar. Organisme yang menjadi hama pemangsa bagi peternakan ayam broiler ini adalah kucing, musang dan anjing. Khusus untuk hama predator anjing, akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi memangsa. Pemangsa ini kebanyakan melakukan kegiatannya pada malam hari sehingga para anak kandang cukup kesulitan untuk mendeteksi dan melakukan pencegahan. Hal yang menjadi pendukung stabilitas hama tersebut adalah karena lingkungan peternakan ayam broiler milik Bapak Restu masih alami dan memiliki banyak pepohonan. Satusatunya cara yang dilakukan oleh anak kandang selama ini adalah dengan mengecek kondisi keadaan kandang lebih sering pada malam hari. Proses identifikasi kematian yang disebabkan oleh hama ini tidak terlalu sulit, karena hama predator tersebut tidak memakan semua bagian tubuh ayam. Oleh sebab itu penghitungan kematian ayam yang karena serangan hama menjadi lebih mudah. Kematian ayam yang terjadi karena keberadaan hama berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yaitu terjadi setiap periodenya mulai dari periode Serangan hama ini sering terjadi pada waktu umur ayam masih dibawah 2 minggu karena pemangsa lebih leluasa untuk memangsa, sebab ayam yang masih kecil tidak dapat menghindar atau takut. Ayam yang masih kecil dengan bobot tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pemangsa tidak akan memberikan perlawanan terhadap serangan hama, sehingga hama predator akan lebih leluasa dalam menjalankan aksinya. Sedangkan apabila ayam sudah lebih dari 2 miggu atau sudah memiliki bobot yang besar, predator tersebut juga takut untuk memangsa ayam ini. 50

66 Pergerakan ayam yang terkejut pada waktu masuknya hama ke dalam kandang akan memberikan efek takut terhadap hama tersebut, terlebih lagi bobot ayam yang besar menjadikan hama enggan untuk memakan korbannya itu. Namun karena pada waktu ayam broiler umur di bawah 2 minggu selalu terjadi serangan hama maka hal tersebut menunjukkan frekuensi terjadinya risiko produksi yang disebabkan serangan hama ini sangat tinggi dan mengindikasikan perlunya penanganan yang lebih signifikan terhadap serangan hama. Tabel 13 akan memperlihatkan fluktuasi jumlah kematian ayam yang disebabkan oleh serangan hama predator. Tabel 13. Jumlah Kematian Ayam karena Hama Predator pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam (ekor) 1 12/6/2009 s/d 21/7/ /8/2009 s/d 12/9/ /10/2009 s/d 14/11/ /12/2009 s/d 21/1/ /2/2010 s/d 5/4/ /5/2010 s/d 13/6/ /7/2010 s/d 18/8/ /9/2010 s/d 8/11/ /12/2010 s/d 21/1/ /2/2011 s/d 22/3/ Total Jumlah kematian ayam tertinggi yang disebabkan oleh serangan hama terjadi pada periode terakhir sebanyak 176 ekor. Pada kurun waktu Februari sampai Maret 2011 juga terjadi curah hujan yang tinggi, hal tersebut memiliki korelasi dengan serangan hama karena pada waktu hujan yang terjadi terus menerus membuat musang yang memiliki habitat alami disekitar kandang pemeliharaan lebih sering masuk ke dalam kandang. Hipotesis ini memang belum dibuktikan secara ilmiah, namun berdasarkan wawancara dengan pihak peternakan dan juga dari jumlah kematian ayam, hal ini cukup relevan. 4. Penyakit Penyakit yang menyerang ayam broiler merupakan faktor terbesar penyebab mortalitas. Ada beberapa jenis penyakit yang meyerang pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yaitu cronic respiratory disease, infectious bursal disease, colibacillosis, dan newcastle disease. Penyakit ayam ini kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri. Selain itu ada beberapa faktor pendukung penyebaran penyakit diantaranya perubahan kelembaban dan 51

67 temperatur lingkungan, perubahan musim, kebersihan kandang dan peralatan, kualitas ransum serta keadaan ayam. Kematian ayam yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut terjadi pada beberapa periode produksi diantaranya periode ketiga, periode kelima, periode keenam, dan periode Selain frekuensi terjadinya yang cukup tinggi, dampak yang ditimbulkannya juga besar, tentu saja ini akan sangat merugikan bagi peternak. Oleh karena itu penanganan terhadap penyakit yang menyerang ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini harus dilakukan dengan baik dan benar. Kemunculan penyakit menjadi sumber risiko yang teridentifikasi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu memiliki hubungan erat dengan SDM dan sarana prasarana yang ada pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Kebersihan peralatan, sumber air dan struktur kandang terindikasi menjadi faktor penyebab seringnya penyakit menyerang ayam pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Peralatan seperti tempat pakan dan minum tidak dibersihkan pada waktu pemberian pakan dan minum buat ayam dan cenderung kotor. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang anak kandang, kegiatan sterilisasi peralatan ini tidak begitu penting menurut anak kandang khususnya tempat minum, asalkan air yang diberikan tidak terlihat keruh. Selain itu proses pemberian minum yang tidak steril juga merupakan faktor pendukung lain. Kegiatan ini dilakukan dengan memasukkan tempat minum yang sebelumnya sudah kotor karena dipakai ke dalam tong penampungan air minum. Hal ini akan sangat merugikan bagi perkembangan ayam. Perlakuan seperti ini tentu saja akan sangat berbahaya karena tempat minum yang akan kembali digunakan telah terkontaminasi kotoran. Selain itu sumur yang menjadi sumber air minum bagi ayam` juga terlihat tidak terawat dengan banyaknya tumbuhan lumut yang menutupi permukaan sumur. Gambar 16 di bawah ini merupakan salah satu sumur yang menjadi sumber air bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. 52

68 Gambar 16. Salah Satu Sumur pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Berdasarkan Gambar 16 terlihat bahwa sumur yang merupakan sumber air untuk minum ayam tidak terjaga dengan baik. Hal tersebut terindikasi dari banyaknya tumbuhan lumut yang menutupi permukaan sumur, sehingga air yang berada di dalam sumur tidak terlihat. Terakhir faktor pendukung tingginya mortalitas ayam yang diakibatkan adanya penyakit adalah struktur kandang yang beralaskan tanah dan berlantai dua. Hal ini menjadi faktor pendukung timbulnya penyakit karena sirkulasi udara kurang baik dan sekam yang terpakai dari awal DOC masuk tidak dibuang melainkan hanya ditimbun lagi dengan sekam baru, akibatnya bibit penyakit yang telah bersarang di sekam awal tidak hilang dan berpotensi menimbulkan penyakit. Tabel 14 akan memperlihatkan fluktuasi jumlah kematian ayam broiler yang disebabkan oleh penyakit. Tabel 14. Jumlah Kematian Ayam karena Penyakit pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam (ekor) 1 12/6/2009 s/d 21/7/ /8/2009 s/d 12/9/ /10/2009 s/d 14/11/ /12/2009 s/d 21/1/ /2/2010 s/d 5/4/ /5/2010 s/d 13/6/ /7/2010 s/d 18/8/ /9/2010 s/d 8/11/ /12/2010 s/d 21/1/ /2/2011 s/d 22/3/ Total Berdasarkan Tabel 14, jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit terbesar terjadi pada periode 10 sebanyak ekor ayam. Jenis penyakit yang menyerang pada setiap periode tidak sama. Pada periode 3 jenis penyakit yang menyerang adalah colibacillosis, pada periode 5 penyakit yang menyerang adalah cronic respiratory disease, begitupun pada periode ke 6 cronic respiratory 53

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KAMPUNG KANDANG, DESA TEGAL, KECAMATAN KEMANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KAMPUNG KANDANG, DESA TEGAL, KECAMATAN KEMANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KAMPUNG KANDANG, DESA TEGAL, KECAMATAN KEMANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT MANGAPUL DAVID H34114040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)

II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Usaha peternakan ayam broiler telah banyak berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai dengan kecenderungan peningkatan jumlah produksi daging ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG SKRIPSI RIZKI AMELIA H 34080043 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ryandi Simanjutak (2013) dengan judul Risiko Produksi Apyam broiler Pada Peternakan Di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha peternakan ayam potong merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016 sampai 28 November 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI 6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi Pada penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler yang bekerja sama dengan pihak perusahaan

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK

RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsabangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan ix S Tinjauan Mata Kuliah ejalan dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk Indonesia juga semakin bertambah, diikuti oleh meningkatnya pendapatan dan tingkat pendidikan, maka kebutuhan dan kesadaran konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik broiler Rasyaf (2002) broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang dijual pada umur dibawah delapan minggu dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler modern tumbuh sangat cepat sehingga dapat di panen pada umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005). 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

Lebih terperinci

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan TINGKAT KERUGIAN PADA USAHA PETERNAKAN AYAM BAMBANG KUSHARTONO DAN NAM IRIANI Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221 Bogor, 16002 RINGKASAN Usaha peternakan ayam mempunyai arti ekonomis yang sangat penting

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan peternakan merupakan tanggung jawab bersama antaran pemerintah, masyarakat dan swasta. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NON FINANSIAL

VI. ANALISIS NON FINANSIAL VI. ANALISIS NON FINANSIAL Dalam melakukan analisis kelayakan suatu bisnis, tidak hanya dilakukan analisis finansial saja tetapi juga analisis non finansial. Analisis non finansial dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci