BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
|
|
- Yanti Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Pernikahan Menurut Dariyo (dalam Sukmadiarti, 2011) pernikahan merupakan ikatan kudus antara pasangan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa. Gardiner & Myers (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004) menambahkan bahwa pernikahan menyediakan keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih sayang, pemenuhan seksual, pertemanan dan kesempatan untuk pengembangan emosional seperti sumber baru bagi identitas dan harga diri. Menurut bahasa, nikah berarti penyatuan. Adapun menurut syari at, nikah juga berarti akad. Rasulullah SAW sendiri menerangkan, bahwa pada kenyataannya nikah itu tidak hanya sekedar akad. Akan tetapi, lebih dari itu, setelah pelaksanaan akad si pengantin harus merasakan nikmatnya akad tersebut. Menurut istilah (dalam Arif, 2010), nikah adalah suatu akad atau pernyataan kesepakatan antara sepasang pria dan wanita dengan syarat dan rukun tertentu untuk hidup bersama dalam membangun rumah tangga. Pernikahan bagi masyarakat Indonesia menurut Adrina, dkk (1998), baru dapat dikatakan resmi apabila sudah mendapatkan pengukuhan dari masyarakat, misalnya, melalui upacara di depan penghulu serta menjalankan hak dan kewajiban masing-masing sebagai suami-istri. Menurut Mohamad (1998), 7
2 8 pernikahan yang dahulu merupakan ritus adat, saat ini di ambil alih oleh Negara dan dijadikan sebagai ketentuan hukum dan di atur dalam undang-undang. Pengertian pernikahan itu sendiri menurut undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan beberapa definisi pernikahan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan suatu ikatan yang suci baik secara lahir maupun batin antara pria dan wanita dan memiliki komitmen, keintiman, cinta kasih dan adanya peran sebagai suami istri Periode Pernikahan Menurut Strong dan De Vault (Lydia) mengemukakan beberapa periode perkawinan sebagai berikut: a. Periode Tahun Awal Dimulai saat seseorang baru menikah dan belum memiliki anak. Tahap ini merupakan tahun yang sangat kritis, karena seseorang mengalami transisi dalam kehidupannya. Tahun pertama perkawinan ini akan menentukan perkembangan perkawinan selanjutnya, apakah akan menjadi lebih baik atau malah memburuk. Masa ini berlangsung 10 tahun pertama perkawinan, yang meliputi fase perkenalan awal diikuti oleh fase menetap. Selama fase perkenalan, satu sama lain saling mengenal kebiasaan seharihari. Mereka menetapkan peraturan kehidupan sehari-hari, menyelesaikan sekolah, memulai karir atau merencanakan kehadiran anak pertama. Pada
3 9 fase menetap, pasangan masih mengejar karir, memutuskan memiliki anak dan mengatur peran masing-masing. Mereka saling menyesuaikan harapan sesuai dengan peran yang atas dasar jender, hukum, dan pengalaman pribadi yang dipelajarinya. Satu sama lain saling memberikan pendapatnya tentang pembagian peran yang akan dijalankan sebagai pasangan suamiistri. Pasangan suami-istri yang memiliki latar belakang yang sama akan lebih mudah menyesuaikan diri satu sama lain, karena mempunyai harapan yang sama terhadap pasangannya. Sedangkan perbedaan latar belakang keluarga (seperti agama, suku bangsa, sosial dan keluarga yang retak) akan mengganggu proses penyesuaian perkawinan. b. Periode Perkawinan Muda Diawali dengan mulai adanya anak dalam kehidupan pasangan suami-istri. Istri berhenti bekerja dan mengasuh anak, mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan rutin dalam perkawinan. Sedangkan bagi perempuan berkarir yang tetap bekerja, harus mampu membagi waktunya dengan baik dalam mengurus rumah tangga, anak serta pekerjaannya. c. Periode Tahun Pertengahan Periode ini antara tahun ke 11 sampai dengan ke 30 tahun perkawinan. Jika pasangan memiliki anak, maka fase ini di isi dengan fokus pada pengembangan anak dan pengasuhan keluarga, serta menetapkan tujuantujuan baru untuk masa depan. Jika pasangan tidak memiliki anak, maka fase ini didedikasikan untuk karir, aktivitas kemasyarakatan atau tugastugas sosial. Titik beratnya adalah kebahagiaan dan kesejahteraan
4 10 pasangan hidupnya. Pada periode ini, anak sudah berkembang menjadi remaja yang memiliki nilai-nilai dan ide pergaulan yang berbeda. Untuk itu seringkali terjadi konflik antara anak dengan orangtua. Hal lain yang terjadi, pasutri sudah mulai memasuki tanda-tanda ketuaan, sudah mulai banyak orang seumurnya yang meninggal. Reaksi yang terjadi, biasanya ada yang menarik diri dari pergaulan namun ada juga yang malah aktif membina hubungan baik dengan orang lain seperti kenalan, saudara dan anak-anak. Periode ini juga merupakan masa persiapan pasutri kehadiran menantu, saudara-saudara yang baru, dan mempersiapkan diri menjadi kakek nenek, disamping harus menerima kehadiran orangtua sendiri yang sudah mulai tergantung pada mereka. d. Periode Tahun Matang Periode ini diawali dalam tahun ke 31 saat saat menjadi tua bersama, merencanakan pensiun, menjadi kakek nenek dan hidup sendiri tanpa pasangan serta persiapan kematian. Disebut juga periode perkawinan tua Kepuasan Pernikahan Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan pernikahan itu sendiri. Kepuasan pernikahan dapat merujuk pada bagaimana pasangan suami istri mengevaluasi hubungan pernikahan mereka, apakah baik, buruk, atau memuaskan (Hendrick & Hendrick, dalam Sukmadiarti, 2011).
5 11 Hurlock (1999) mengatakan bahwa pada masa awal pernikahan setiap pasangan memasuki tahap dimana mereka dituntut menyatukan banyak aspek yang berbeda dalam diri masing-masing (dalam Sukmadiarti, 2011). Kemampuan pasangan untuk menyatukan aspek yang berbeda ini akan menentukan tingkat harmonisasi suatu keluarga. Dilanjutkan oleh Hurlock bahwa kemampuan suami istri dalam menyatukan perbedaan ini sangat ditentukan oleh kematangan penyesuaian diri diantara mereka, sehingga mereka dapat membina hubungan baik dalam kehidupan pernikahan di masa-masa selanjutnya yang juga akan mempengaruhi tingkat kepuasan mereka dalam pernikahan. Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan merupakan suatu evaluasi dari suami dan istri tentang pernikahan itu sendiri yang seiring berjalannya waktu selalu berubah-ubah karena penyesuain dan kematangan dari pasangan antara harapan dan kenyataan Komponen Kepuasan Pernikahan Dalam hal ini, tentunya kepuasan pernikahan memiliki komponen tersendiri dalam mengindikasikan bahwa perilaku yang ditampilkan menunjukkan adanya kepuasan dalam pernikahan. Ada beberapa komponen dalam kepuasan pernikahan menurut Stinnet, Walters dan Kaye (dalam Desmayanti, 2009), komponen-komponen tersebut adalah : 1. Adanya perasaan bahagia pada masing-masing individu pasangan suamiistri karena adanya ikatan atau komitmen diantara mereka.
6 12 2. Terpenuhinya kebutuhan emosional dasar yang bersifat saling menguntungkan atau dengan kata lain dapat saling memenuhi kebutuhan pasangan. 3. Masing-masing pasangan suami dan istri memperkaya aspek-aspek kehidupan pasangan masing-masing. 4. Hubungan pernikahan yang dijalani mengembangkan kepribadian dan mendukung peningkatan potensi individu yang dimiliki masing-masing. 5. Terdapat dukungan emosional yang sifatnya mutual, tidak saling mengancam diri masing-masing, dan merasa senang bila berada dengan pasangan. 6. Ada rasa saling pengertian dan penerimaan terhadap pribadi pasangan. 7. Ada rasa saling menjaga dan memperhatikan kesejahteraan dan kebahagian satu sama lain, menghargai, serta secara ikhlas bertanggungjawab atas tercapainya kebutuhan masing-masing. Semua komponen tersebut tidak hadir bersamaan pada satu waktu pada kepuasan pernikahan, tetapi bias jadi hanya beberapa saja. Namun demikian, komponen-komponen lainnya berkembang pada tahun-tahun yang akan datang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan Menurut Zastrow dan Kirst-Ashaman (Lydia) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, faktor-faktor tersebut adalah faktor sebelum menikah dan faktor setelah menikah.
7 13 1. Faktor-faktor Sebelum Menikah : Faktor-faktor sebelum menikah yang mempengaruhi kepuasan pernikahan antara lain, perkawinan orang tua yang bahagia, kebahagiaan di masa kanak-kanak, disiplin lembut dan tegas dari orang tua, bergaul baik dengan lawan jenis, telah mengenal lebih dari satu tahun sebelum perkawinan, kemampuan pemahaman dan penerimaan diri yang baik. 2. Faktor-faktor Setelah Menikah Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan setelah menikah adanya kemampuan komunikasi yang baik, hubungan yang setara, hubungan yang baik dengan mertua dan ipar, minat dibidang yang sama, menginginkan hadirnya anak, cinta yang bertanggung jawab, saling hormat dan persahabatan, menikmati waktu luang bersama, hubungan yang penuh afeksi dan kebersamaan, kemampuan untuk menerima sekaligus memberi Aspek-aspek Kepuasan Pernikahan Ada beberapa aspek yang dapat mengukur kepuasan pernikahan yang dikemukakan oleh Olson & Fowers (Donna), aspek-aspek tersebut adalah : a. Communication (Komunikasi) Aspek ini adalah untuk melihat bagaimana perasaan dan sikap individu dalam berkomunikasi dengan pasangannya. Aspek ini juga berfokus pada bagaimana pasangan membagi dan menerima tentang informasi mengenai apa yang di rasakan dan apa yang ada dalam pikiran pasangan.
8 14 b. Leisure Activity (Kegiatan Waktu Senggang) Aspek ini mengukur mengenai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang bersama pasangan yang dilakukan secara personal atau bersama. Aspek ini juga dapat melihat apakah kegiatan tersebut merupakan pilihan bersama atau individu, serta harapan mengisi waktu luang. c. Religious Orientation (Orientasi Agama) Aspek ini mengukur mengenai makna kepercayaan beragama dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Clark (Donna) menyatakan bahwa agama memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap pernikahan dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan pernikahan. Clark menambahkan bahwa ketaatan beragama berhubungan dengan kestabilan pernikahan. d. Conflict resolution (Resolusi Konflik) Aspek ini melihat bagaimana pasangan suami-istri memandang suatu masalah yang dihadapi kemudian bagaimana cara pasangan tersebut menyelesaikan masalahnya. Pada aspek ini pasangan dituntut untuk saling terbuka dan memecahkan masalah secara bersama-sama agar mendapatkan solusi terbaik. e. Financial Management (Menejemen Keuangan) Aspek ini menilai bagaimana pasangan mengelola keuangan, kemudian berfokus juga pada bentuk-bentuk pengeluaran serta pembuatan keputusan mengenai keuangan.
9 15 f. Sexsual orientation (Orientasi Seksual) Aspek ini melihat sikap yang berhubungan dengan masalah seksual, perilaku seksual, kesetiaan terhadap pasangan dan kepuasan seksual. Kepuasan seksual bias terus meningkat seiring berjalannya waktu, hal ini karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan satu sama lain mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, juga membaca tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta kepuasan bagi pasangan suami istri. g. Family and friends (Keluarga dan Pertemanan) Aspek ini melihat bagaimana perasaan dan memberikan perhatiannya pada anggota keluarga pasangan, kerabat serta pada teman-teman. Kemudian berfokus juga pada refleksi sikap ketika menghabiskan waktu bersama keluarga, kerabat atau teman. h. Children and parenting (Anak-anak dan Menjadi Orang Tua) Aspek ini merefleksikan sikap pasangan pada pola asuh dan segala sesuatu yang berhubungan dengan anak, keputusan mengenai disiplin pada anak, dan fokus pada kesepakatan dalam mengasuh dan mendidik anak. Biasanya orang tua memiliki harapan-harapan pribadi terhadap anaknya yang apabila dapat terwujud hal itu akan menjadi suatu kepuasan tersendiri. i. Personality issue (Isu Kepribadian) Aspek ini mengungkap masalah tingkah laku pasangan serta kepribadiannya dan kebiasaan-kebiasannya sehari-hari, jika saat sebelum
10 16 menikah pasangan menunjukkan sikap dan pribadi yang menarik bahkan menunjukkan pribadi yang bukan sebenarnya. Setelah menikah setiap pasangan akan menunjukkan kepribadiannya dan hal ini akan memunculkan permasalahan. Masalah tingkah laku akan menimbulkan kekecewaan jika tingkah laku yang muncul tidak sesuai dengan harapan, namun sebaliknya jika tingkah laku yang muncul sesuai dengan harapan maka akan muncul perasaan senang. j. Egalitarian role (Peran Egalitarian) Aspek ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua Pacaran Pengertian Pacaran Pacaran berasal dari kata pacar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kata pacar menunjuk pada dua pengertian. Pertama, pacar adalah nama tumbuhan. Tentu yang dimaksud dalam tulisan ini bukan pacar dalam pengertian ini. Kedua, pacar adalah teman tetap lawan jenis dan mempunyai hubungan intim biasanya menjadi tunangan atau kekasih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002: 807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Menurut Poerwadarminta (dalam Bung Syarif, 2011) pacaran berarti bersuka-suka, berkehendak, berkeinginan.
11 17 Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika. Menurut DeGenova & Rice (dalam Frankie, 2009) menambahkan bahwa pacaran adalah perbuatan yang melibatkan perasaan romantis dimana dua orang bertemu dan berpartisipasi dalam kegiatan bersama dengan tujuan saling mengenal satu sama lain lebih dalam. Menurut Reiss (dalam Sukmadiarti, 2011) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Old & Feldman (2008), keintiman juga mencakup rasa memiliki. Dalam elemen intimasi memiliki pengungkapan diri yang baik merupakan menjadi hal penting dan utama dalam keintiman itu sendiri. Dari beberapa pernyataan mengenai definisi pacaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pacaran merupakan suatu proses dimana ada pertemuan antara laki-laki dan perempuan yang memiliki keterikatan emosi, perasaan tertentu dalam hati serta keintiman untuk menjajaki kemungkinan kesesuaian untuk dijadikan pasangan hidup Karakteristik Pacaran Dewasa ini pacaran sudah menjadi sangat lumrah dikalangan masyarakat luas, selain itu pacaran dilakukan dengan cara yang terang-terangan dan bebas. Menurut DeGenova & Rice (dalam Sukmadiarti, 2011), proses pacaran mulai muncul sejak pernikahan mulai menjadi keputusan secara individual dibandingkan keluarga dan sejak adanya rasa cinta dan saling ketertarikan satu sama lain antara
12 18 pria dan wanita mulai menjadi dasar utama seseorang untuk menikah. Gaya berpacaran pada saat ini sudah berbeda dengan masa lalu. Hal ini disebabkan telah berkurangnya tekanan dan orientasi untuk menikah pada pasangan yang berpacaran saat ini dibandingkan sebagaimana budaya pacaran pada masa lalu (dalam Sukmadiary, 2011). Pacaran bukanlah jaminan orang yang melakukan hal tersebut akan memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan, karena pacaran hanya sebuah proses untuk menjajaki kemungkinan kesesuaian untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Newman & Newman (2006), faktor utama yang menentukan apakah suatu hubungan pacaran dapat berakhir dalam ikatan pernikahan ialah tergantung pada ada atau tidaknya keinginan yang mendasar dari diri individu tersebut untuk menikah. Serta dalam proses untuk memutuskan melanjutkan kejenjang pernikahan ini dipengaruhi juga oleh orang tua. Pada dasarnya ketika menjalani proses pacaran tersebut penilaian yang diberikan terhadap pasangan atau kekasih tidaklah objektif, banyak perilaku yang ditunjukkan terkadang tidak sesuai dengan yang sebenarnya dan perilaku yang ditunjukkan hanya yang baik saja. Menurut Bowman & Spanier (1978), pacaran terkadang memunculkan banyak harapan dan pikiran-pikiran ideal tentang diri pasangannya di dalam pernikahan. Pemikiran ideal tersebut sangat berpengaruh terhadap pernikahan yang akan dijalani nantinya, setiap pasangan mengharapkan pasangannya ideal seperti saat berpacaran setelah menikah.
13 Komponen Pacaran Adanya kompenen dalam pacaran akan mempengaruhi kualitas hubungan pacaran itu sendiri agar terjalin suatu hubungan yang baik. Menurut Karsner (dalam Purba & Siregar, 2006) ada empat komponen penting dalam menjalin hubungan pacaran. Komponen tersebut antara lain : a. Saling Percaya (Trust each other) Kepercayaan dalam menjalin suatu hubungan merupakan salah satu yang menentukan keberlangsungan hubungan tersebut nantinya, bisa jadi hubungan tersebut akan terus berlanjut ataukah akan berhenti. Kepercayaan sangat berhubungan dengan pemikiran dari pasangan terhadap apa yang dilakukan oleh pasangannya, sehingga pemikiran juga termasuk hal yang mempengaruhi kepercayaan dalam suatu hubungan. b. Komunikasi (Communicate your self) Dalam membina hubungan, komunikasi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh setiap pasangan. Komunikasi merupakan dasar dari terbinanya suatu hubungan yang baik (Johnson dalam Supraktik, 1995). Feldman (1996) menyatakan bahwa komunikasi merupakan situasi dimana seseorang bertukar informasi tentang dirinya terhadap rang lain. c. Keintiman (Keep the romance alive) Keintiman tidak hanya terbatas pada kedekatan fisik saja. Adanya kedekatan secara emosional dan rasa kepemilikan terhadap pasangan juga merupakan bagian dari keintiman. Oleh karena itu, pacaran jarak jauh juga tetap memiliki keintiman, yakni dengan adanya kedekatan emosional
14 20 melalui kata-kata mesra dan perhatian yang diberikan melalui sms, surat atau . d. Meningkatkan komitmen (Increase Commitment) Individu yang sedang pacaran, tidak dapat melakukan hubungan spesial dengan pria atau wanita lain selama ia masih terikat hubungan pacaran dengan seseorang Alasan Pacaran Menurut DeGenova & Rice (dalam Frankie, 2009) ada beberapa hal yang menyebabkan individu-individu berpacaran, antara lain: a. Pacaran sebagai bentuk rekreasi Pacaran merupakan suatu bentuk hiburan, menikmati diri sendiri untuk kesenangan. b. Pacaran memberikan pertemanan, persahabatan dan keintiman pribadi. Melalui pacaran, kaum muda dapat mengembangkan hubungan yang intim bersama pasangannya. c. Pacaran adalah bentuk sosialisasi. Pacaran membantu seseorang untuk mempelajari kealian-keahlian sosial, menambah kepercayaan diri serta melatih diri dalam berbicara, member perhatian dan saling bekerjasama. d. Pacaran berkontribusi untuk pengembangan kepribadian. Pengembangan identitas diri seorang individu adalah dengan cara berhubungan dengan orang lain. Salah satu alasan kaum muda pacaran adalah karena adanya rasa aman yang diberikan.
15 21 e. Pacaran memberikan kesempatan untuk mencoba peran gender. Banyak wanita saat ini menyadari bahwa mereka tidak dapat menerima peran tradisionalnya yang pasif; pacaran membantu mereka mengetahui hal ini dan belajar jenis peran apa saja yang mereka temukan dalam hubungan yang dekat. f. Pacaran adalah cara untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. g. Pacaran memberikan kesempatan bagi pencobaan dan kepuasan seksual. h. Pacaran adalah cara untuk menyeleksi pasangan hidup. i. Pacaran mempersiapkan individu menuju pernikahan. Sedangkan menurut Bung Syarif (2011) ada beberapa alasan mengapa orang berpacaran, diantaranya adalah sebagai proses penjajakan sebelum memasuki dunia pernikahan, sarana untuk mendapatkan jodoh, pemicu dan pemacu semangat untuk lebih baik dan lebih berprestasi dalam hidup, ajang berbagi rasa, agar kelihatan dewasa, menambah finansial, dan sarana bersenangsenang. Dari berbagai alasan pacaran diatas dapat disimpulkan bahwa alasan berpacaran pada umumnya untuk mencari kesenangan dengan berkasih sayang, mencari kecocokan dengan pasangan, melakukan penjajakan untuk menyeleksi calon pasangan hidup.
16 Ta aruf Pengertian Ta aruf Menurut Hidayat (dalam Ummi, 2002) pengertian ta aruf merupakan komunikasi timbal balik antara laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal dan saling memperkenalkan diri yang berkaitan dengan masalah nikah. Selanjutnya menurut Sakti (dalam Ummi, 2002) ta aruf sebetulnya merupakan langkah untuk memantapkan diri sebelum melangkah kepernikahan Menurut Amran (dalam Ummi, 2002) sebelum ta aruf dilaksanakan, masing-masing pihak baik laki-laki maupun perempuan telah memiliki informasi tentang kepribadian masing-masing calon dengan saling bertukar biodata dan foto, yang diperoleh melalui mediator atau orang ke tiga yang di percaya sebagai perantara. Orang yang di maksud sebagai perantara atau mediator dalam proses ta aruf adalah orang yang paling dekat dan mengenal kepribadian individu yang akan melakukan ta aruf, seperti orangtua, guru ngaji, atau sahabat yang dipercaya, sehingga diharapkan ia dapat memberikan informasi dan penjelasan yang benar dan akurat serta menyeluruh mengenai individu tersebut. Berdasarkan beberapa definisi ta aruf diatas, dapat disimpulkan bahwa ta aruf adalah suatu proses pengenalan dimana saling mengenal dan memperkenalkan diri yang mengarah pada pernikahan antara pria dan wanita dalam rangka saling memantapkan diri sebelum kejenjang pernikahan dengan bantuan dari mediator atau pendamping.
17 Karakteristik Ta aruf ta aruf, yaitu : Menurut Assyarkhan (2006), ada beberapa karakteristik dalam proses a. Tidak Berduaan (Khalwat) Khalwat adalah bersendirian dengan seorang perempuan lain. Yang dimaksud perempuan lain, yaitu: bukan isteri, bukan salah satu kerabat yang haram dikawin untuk selama-lamanya, seperti ibu, saudara, bibi dan sebagainya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda sebagai berikut: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad) b. Tidak Melihat Jenis Lain dengan Bersyahwat Di antara sesuatu yang diharamkan Islam dalam hubungannya dengan masalah gharizah, yaitu pandangan seorang laki-laki kepada perempuan dan seorang perempuan memandang laki-laki. Mata adalah kunci hati, dan pandangan adalah jalan yang membawa fitnah dan sampai kepada perbuatan zina. c. Menundukkan Pandangan Yang dimaksud menundukkan pandangan itu bukan berarti memejamkan mata dan menundukkan kepala ke tanah. Bukan ini yang dimaksud dan ini satu hal yang tidak mungkin. Tetapi apa yang dimaksud menundukkan pandangan, yaitu: menjaga pandangan, tidak dilepaskan begitu saja tanpa kendali. Pandangan yang terpelihara, apabila memandang kepada jenis lain tidak mengamat-amati kecantikan atau ketampanannya dan tidak lama
18 24 menoleh kepadanya serta tidak melekatkan pandangannya kepada yang dilihatnya itu. Rasulullah s.a.w. menganggap pandangan liar dan menjurus kepada lain jenis, sebagai suatu perbuatan zina mata. Sabda beliau: "Dua mata itu bisa berzina, dan zinanya ialah melihat." (Riwayat Bukhari) Alasan Ta aruf Alasan seorang individu memilih proses ta ruf untuk memilih pasangan hidupnya adalah karena proses ta aruf tersebut sesuai dengan Al Qur an : Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Israa :32). Zina yang dimaksudkan dalam ayat tersebut di perjelas dalam hadist Rasulullah SAW yang berbunyi: Telah ditakdirkan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti akan ia lakukan dan tak bisa dihindarinya. Adapun mata maka zinanya adalah melihat, zinanya telinga adalah mendengar, sedangkan zinanya lidah adalah berbicara dan zinanya tangan adalah menyentuh, dan zinanya kaki adalah melangkah, sedangkan zinanya hati adalah membayangkan dan berangan-angan, adapun yang akan membuktikannya adalah kemaluan, ataupun akan mendustakannya. "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekalikali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (HR. Ahmad). Hadist di atas menerangkan bahwa pria dan wanita yang bukan muhrim di larang untuk berdua-duaan. Proses ta aruf yang selalu didampingi mediator dalam setiap pertemuaannya merupakan sebuah proses perkenalan pria dan wanita yang sesuai dengan ajaran Islam, sesuai dengan hadist di atas. "Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah berdasarkan agamanya maka kamu akan selamat." (HR. Abi Hurairah).
19 25 Keutamaan dalam pemilihan pasangan melalui ta aruf adalah karena dalam proses ini landasan agama seseorang menjadi pertimbangan utama dalam penentuan pasangan. Mediator dalam proses ta aruf selain berfungsi menjadi perantara antara pria dan wanita yang ingin menikah, juga berperan menjadi informan tentang bagaimana agama individu yang ta aruf tersebut. Agama disini maksudnya menggambarkan bagaimana tingkat pemahaman individu tentang Islam dan aplikasi individu tersebut dalam menjalankan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari Proses Ta aruf Proses ta aruf berbeda dengan proses lain dalam mendapatkan calon pasangan hidup, Ada beberapa prosedur dan tata cara yang dapat dilakukan seseorang sebelum ta aruf sampai pada proses ta aruf itu sendiri (dalam antara lain: a. Individu yang sudah siap menikah saling tukar menukar CV (Curriculum Vitae) yang berisi; harapan, cita-cita pernikahan, tipe pasangan yang di inginkan, dll. b. Mencantumkan foto diri yang terbaru. c. Jika kedua pihak merasa cocok dengan CV yang dibaca, barulah proses ta aruf dapat dilaksanakan. d. Pria datang ke tempat wanita atau ke tempat yang telah di sepakati bersama dengan ditemani mediator, tidak sendirian. e. Pihak wanita juga hadir dengan ditemani mediator, sehingga kedua calon tidak bertemu berdua-duaan.
20 26 f. Masing-masing pihak, dipersilakan untuk saling bertanya mengenai visi dan misi hidup dan pernikahannya. Saling membuka kekurangan dan kelebihan masing-masing. Contohnya mengenai riwayat sakit yang pernah di derita. Setelah itu, keduanya dipersilakan untuk sholat istikharoh (mohon petunjuk) sebelum menentukan pilihan. Jika keduanya setuju, maka proses ini akan belanjut ke pernikahan. Tetapi jika tidak, maka proses yang telah dilalui akan di jaga kerahasiaannya Kerangka Pemikiran Proses menuju pernikahan merupakan salah satu hal yang penting sebelum melangkah kejenjang pernikahan itu sendiri, dalam prosesnya setiap orang memiliki cara tersendiri dalam memilih calon pasangan hidupnya. Hal ini akan menentukan kepuasan pernikahan pada rumah tangga yang akan dijalani sehingga terjadi keharmonisan. Kepuasan pernikahan merupakan suatu evaluasi dari suami dan istri tentang pernikahan itu sendiri yang seiring berjalannya waktu selalu berubah-ubah karena penyesuain dan kematangan dari pasangan antara harapan dan kenyataan. Kepuasan pernikahan merupakan hal yang di inginkan oleh setiap pasangan suami-istri sehingga terjadi keharmonisan dalam rumah tangga, tentu dalam hal ini proses untuk memilih pasangan hidup ikut berperan penting dalam menentukan pasangan hidup dan berumah tangga untuk mencapai sebuah pernikahan yang harmonis dan tercapainya kepuasan pernikahan.
21 27 Tabel 2.1 Perbandingan Pacaran 1. Sudah saling mengenal satu sama lain secara mendalam 2. Adanya kedekatan emosional sebelum menikah 3. Tidak ada batasan norma-norma (agama, budaya) 4. Penilaian terhadap calon pasangan atau kekasih tidak objektif karena perilaku yang ditunjukkan hanya yang baik saja 5. Belum ada tujuan pasti untuk menjadikan pasangan sebagai suami atau istri 6. Ada aktivitas yang dilakukan ketika pacaran, seperti berduaduaan, bersentuhan/berpegangan tangan, mencium pipi atau bibir 7. Tidak ada batasan waktu dalam pendekatan Ta aruf 1. Kurang mengenal satu sama lain secara mendalam 2. Belum ada kedekatan secara emosional 3. Ada batasan norma 4. Informasi mengenai calon pasangan diberikan dengan detail 5. Memiliki tujuan yang pasti menjadikan suami atau istri 6. Ada aktivitas yang dilakukan ketika ta aruf, seperti komunikasi dengan lawan jenis melalui mediator, dan tidak boleh melakukan hal di luar syari at (berduaan, bersentuhan, dll) 7. Waktu perkenalan yang singkat Tabel di atas menunjukkan perbedaan kelebihan dan kekurangan antara proses pacaran dan proses ta aruf. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa proses ta aruf sebelum menikah lebih mungkin memiliki kepuasan pernikahan yang lebih dari pada yang melakukan proses pacaran.
22 28 Proses Pacaran Proses Ta aruf Kepuasan pernikahan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada perbedaan kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah dengan proses pacaran dan yang menikah dengan proses ta aruf.
BAB II LANDASAN TEORI. hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas
BAB II LANDASAN TEORI A. Pacaran 1. Definisi Pacaran Menurut DeGenova & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada pasangan yang sudah menikah dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesiapan Menikah Individu dapat dikatakan telah siap menikah ketika ia telah mampu menyandang peranperan barunya yaitu sebagai suami atau istri, kemudian berusaha untuk terlibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka ia akan memiliki harapan-harapan yang tinggi atas pernikahannya (Baron & Byrne, 2000). Pernikahan merupakan awal terbentuknya
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara
166 PEDOMAN WAWANCARA Untuk Suami Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi: I. Pandangan responden terhadap pernikahan dengan pariban - Bagaimana pendapat responden terhadap pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan Secara umum, pernikahan merupakan upacara pengikatan janji nikah yang dilaksanakan dengan menggunakan adat atau aturan tertentu. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap
BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami banyak transisi dalam kehidupannya. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi secara fisik, transisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Kepuasan pernikahan adalah perasaan yang bersifat sujektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap pernikahannya secara menyeluruh. Salah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. PERNIKAHAN 2.1.1. Definisi Pernikahan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pernikahan Clayton (1975) dan Snyder (1979) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masa awal kedewasaan merupakan masa dimana seseorang mengikat diri pada suatu pekerjaan dan banyak yang menikah atau membentuk jenis hubungan intim. Keintiman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cinta (Love) 1. Pengertian Cinta Chaplin (2011), mendefinisikan cinta sebagai satu perasaan kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang, biasanya disertai satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Setiap manusia akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugastugas perkembangan dari
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga karena sebagian besar anak pada generasi saat ini terjerumus pada pergaulan yang bebas dan menyimpang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki banyak keuntungan dibandingkan hidup sendiri, karena pasangan yang sudah menikah dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada BAB ini akan dibahas secara teoritis tentang komitmen pernikahan. Untuk menjelaskan permasalahan diperlukan landasan dalam penyusunan kerangka berpikir. Adapun teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel
Lebih terperinciKONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR
KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciMunakahat ZULKIFLI, MA
Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara
Lebih terperinciyang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab I telah dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah melalui proses ta aruf. Bagian ini memaparkan deskripsi
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan
PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang menjelaskan bahwa individu berperilaku dipengaruhi ekspektasi mengenai dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag Muharam Marzuki Angka perceraian di Indonesia lima tahun terakhir
Lebih terperincib. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan. Rentang kehidupan dapat dibagi menjadi sembilan periode, yaitu sebelum kelahiran, baru dilahirkan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu kejadian paling penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya yang sifatnya paling intim dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.2 Definisi Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan
BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian kepuasan pernikahan Fowers dan Olson (1993) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai sebuah evaluasi menyeluruh mengenai hubungan pernikahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan pengaruh kepada manusia untuk memenuhi segala macam kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan menyatu dengan lingkungan alam sekitarnya, memberikan pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian perkawinan menurut para ahli sbb : santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan bahagia.
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian perkawinan usia muda dan pengertian pola asuh serta berbagai macam bentuk pola asuhnya dari berbagai pengertian para ahli. Selanjutnya
Lebih terperinciSahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;
Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Barang siapa yang tidak mau merasakan sakitnya belajar, maka dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu. Sahabat Waktu hanya memberikan kita kesempatan satu kali,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinci