BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai dasar pemilihan dan penggunaan bahan organik yaitu tulang sapi pada penelitian Deskripsi Umum tentang Mortar Penggunaan mortar dalam kegiatan teknik sipil sebagai bahan perekat. Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air (Wibawa, 2008). Campuran antara bahan-bahan tersebut menggunakan perbandingan tertentu sehingga didapatkan nilai kuat tekan yang maksimal. Pada pembuatan rumah, gedung-gedung bertingkat, saluran air (drainase) maupun dinding penahan tanah, mortar ini selalu digunakan. Contoh pengaplikasian dapat dilihat pada Gambar 2.1. (1) (2) Sumber: Hidayat, 2009 Gambar 2.1 Pengaplikasian mortar, gambar (1) adalah mortar untuk perekat batu bata dan gambar (2) sebagai plesteran dinding AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 7

2 Dalam aplikasinya, jika semen hanya dicampur dengan air, akan menghasilkan pasta semen. Namun, jika pasta semen ditambah dengan pasir atau agregat halus akan menghasilkan mortar. Selanjutnya, jika campuran tadi ditambah dengan agregat kasar akan menghasilkan beton. Diagram campuran semen dapat dilihat pada Gambar 2.2. Sumber: Hidayat, 2009 Gambar 2.2 Diagram campuran semen untuk pembuatan pasta, mortar, dan beton Dalam artikel Mortar (Batu) (2010) dikemukakan mengenai jenis-jenis mortar sebagai berikut: 1. Mortar semen portland Mortar semen portland (sering dikenal dengan mortar semen) dibuat dengan mencampurkan antara semen Ordinary Portland Cement (OPC), pasir, dan air. 2. Mortar semen polimer Mortar semen polimer (PCM) dibuat dengan menggantikan sebagian pengikat semen pada mortar semen konvensional oleh polimer sebagai bahan tambah. Bahan tambah jenis polimer ini diantaranya lateks atau emulsi, bubuk redispersible polimer, polimer larut air, resin cair, dan monomer. Bahan tambah polimer ini memiliki keunggulan permeabilitas rendah dan mengurangi kejadian AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 8

3 pengeringan retak akibat penyusutan, terutama dirancang untuk memperbaiki struktur beton. 3. Mortar kapur Mortar kapur adalah jenis mortar yang bahan pencampurnya terdiri dari kapur, pasir, dan air. 4. Mortar pozzolan Pozzolan adalah bahan tambah yang baik yang berasal dari alam atau limbah industri yang mengandung silika dan aluminia yang jika dicampur dengan air akan bereaksi dengan kapur bebas. Mortar pozzolan adalah campuran antara mortar semen yang ditambahkan dengan pozzolan. Adapun tipe-tipe mortar menurut SNI sebagai berikut: 1. Mortar tipe M adalah mortar yang mempunyai kekuatan 17,2 Mpa. 2. Mortar tipe S adalah mortar yang mempunyai kekuatan 12,5 Mpa. 3. Mortar tipe N adalah mortar yang mempunyai kekuatan 5,2 Mpa. 4. Mortar tipe O adalah mortar yang mempunyai kekuatan 2,4 Mpa. Dalam SNI disebutkan mutu mortar untuk yang dipersiapkan di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Mutu Mortar Mortar Kapur Semen Semen Pasangan Tipe Sumber: SNI Kuat tekan rata-rata 28 hari Min. (Mpa) Retensi air Min. (%) Kadar Udara Maks. (%) M 17, S 12, N 5, a) O 2, a) M 17, b) S 12, b) N 5, b) O 2, b) Keterangan : a) Bila terdapat tulangan struktur dalam mortar kapur semen, maka kadar udara maksimum harus 12%. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 9

4 b) Bila terdapat tulangan struktur dalam mortar semen pasangan, maka kadar udara maksimum harus 18%. Tabel 2.1 di atas tidak dapat digunakan sebagai persyaratan untuk pengawasan mutu mortar di lapangan karena jumlah air yang digunakan akan lebih banyak Unsur Pembentuk Mortar Secara umum unsur pembentuk mortar terdiri dari semen dan air sebagai bahan pengikat, serta agregat halus sebagai bahan pengisi. Pada kajian ini akan dijelaskan secara umum unsur-unsur pembentuk mortar Semen 7) Mortar membutuhkan bahan pengikat seperti semen yang dicampur dengan air dalam jumlah yang proposional agar campuran tersebut dapat menyatu dan homogen. Bahan baku utama untuk memproduksi semen adalah bahan-bahan yang mengandung mineral kapur(cao), silika (SiO 2 ), alumina (Al 2 O 3 ), dan besi Oksida (Fe 2 O 3 ). Untuk mendapatkan keempat senyawa oksida tersebut membutuhkan sumber bahan baku yang diperoleh dari berbagai jenis batuan dan mineral. Gambar 2.3 dan Tabel 2.2 dibawah ini merupakan sumber bahan baku semen. Sumber: Hidayat, 2009 Gambar 2.3 Sumber bahan baku semen AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 10

5 Tabel 2.2 Sumber bahan baku produksi semen Bahan Rumus Kandungan Sumber bahan Kimia (%) Kapur CaO Batu kapur (limestone) Tanah liat (Clay) Marl Silika SiO Tanah liat (Clay) Alumina Al 2 O Shale Besi Oksida Fe 2 O 3 0,5 6 Penambangan pasir besi Sumber: Hidayat, 2009 Bahan baku yang paling banyak digunakan atau paling besar proposinya untuk proses produksi semen adalah batu kapur (limestone) maka biasanya pabrik semen berdekatan dengan pertambangan bahan kapur. Kandungan mineral kapur (CaO) yang banyak membuat sumber daya alam yang sulit diperbaharui ini terus habis. Gambar 2.4 dibawah ini merupakan contoh penambangan batu kapur sebagai bahan baku semen. Sumber bahan baku semen dapat dilihat pada Tabel 2.3. Sumber: Hidayat, 2009 Gambar 2.4 Penambangan batu kapur AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 11

6 Tabel 2.3 Sumber bahan baku pembuatan semen Bahan Baku Chalk Clay Limestone Shale Marl Typical Raw Mix SiO Al2O Fe2O CaO MgO S 0.01 n.d nil nil SO nil K2O Na2O Loss on Ignition Sumber: Hidayat, 2009 Semen yang paling banyak digunakan untuk bahan konstruksi yaitu semen Portland. Menurut ASTM C-150, semen portland didefenisikan sebagai semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker terdiri dari silikatsilikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambah (PUBI 1982). Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting, yaitu 8) : 1. Trikalsium silikat (C 3 S) atau 3CaO.SiO2, sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan air akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras, biasanya merupakan 70%-80% dari semen. C 3 S menunjang kekuatan awal semen dan menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 58 kalori/gram setelah 3 hari. 2. Dikalsium silikat (C 2 S) atau 2CaO.SiO2. Pada saat penambahan air setelah reaksi yang menyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan panas 12 kalori/gram setelah 3 hari. Pasta akan mengeras, perkembangan kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu kemudian mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C 3 S. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 12

7 3. Trikalsium aluminat (C 3 A) atau 3CaO.Al2O3. Unsur ini apabila bereaksi dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi yaitu 212 kalori/gram setelah 3 hari. Perkembangan kekuatan terjadi satu sampai dua hari tetapi sangat rendah. Kadar C3A dalam semen maksimum 18%. Bila lebih, maka semen mempunyais ifat tidak kekal bentuknya (mengembang) akibat panas yang terlalu tinggi pada waktu pengerasannya. Sulfat (SO3) dapat mempengaruhi senyawa ini sehingga semen tidak tahan sulfat. Menurut ASTM mensyaratkan kadar senyawa maksimum 3%. 4. Tetrakalsium aluminoferit (C 4 AF) atau Al2O3.Fe2O3. Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram. Warna abu-abu pada semen disebabkan oleh unsur ini. Tabel 2.4 : Berikut ini tipe-tipe semen berdasarkan penggunaanya yang tercantum pada Tabel 2.4 Perbedaan penggunan type pada Semen Portland Type Semen Portland I II III IV V Bentuk Penggunaan Penggunaan yang umum dan tidak memerlukan persyaratan khusus seperti semen lainya biasanya untuk pekerjaan teknik dan arsitektur. Memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. Memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi Memerlukan kalor hidrasi rendah. Biasanya dipakai dalam struktur beton yang pasif. Memerlukan ketahanan terhadap sulfat. Biasanya berhubungan langsung dengan air tanah. Portland Composite Cement Sumber: Hidayat, 2009 Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 13

8 Pada Tabel 2.4 diatas disebutkan berbagai kegunaan type salah satunya adalah Portland composite cement (PCC), semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak, gypsum, dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Untuk memenuhi standar SNI ke dalam semen portland komposit telah ditambahkan bahan anorganik material tertentu atau kombinasinya untuk mendapatkan karakteristik semen seperti yang diinginkan. Berikut Ini Tabel 2.5 yaitu porsentase komposisi semen Portland: Tabel 2.5 Persentasi Komposisi Semen Portland Tipe Komposisi dalam persen (%) Semen C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF CaSO 4 CaO MgO Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Sumber : Mulyono, 2003 Persyaratan Mutu Semen PCC (SNI ) a. Syarat Kimia Syarat kimia untuk semen portland komposit adalah SO3 maksimum 4,0 %. b. Syarat Fisika Untuk syarat fisika pada semen PCC ditunjukan pada Tabel 2.6 dibawah ini: Tabel 2.6 Persyaratan fisika pada semen PCC No. U r a i a n Satuan Persyaratan 1. Kehalusan dengan alat blaine m 2 /kg min Kekekalan bentuk dengan autoclave: % maks. 0,80 maks.0.20 AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 14

9 (Lanjutan Tabel 3.2) - pemuaian % maks. 0,80 - penyusutan % maks. 0,20 3. Waktu pengikatan dengan alat vicat: Menit - pengikatan awal - pengikatan akhir min. 45 maks Kuat tekan: - umur 3 hari - umur 7 hari - umur 28 hari kg/cm 2 min. 125 min. 200 min Pengikatan semu: - penetrasi akhir % min Kandungan udara dalam mortar % volume maks.12 Sumber : SNI Hidrasi Semen 9) Menurut Andoyo (2006), proses reaksi kimia semen dengan air sehingga membentuk masa padat ini juga masih belum bisa diketahui secara rinci karena sifatnya yang sangat kompleks. Dibawah ini merupakan proses terjadinya gel pada saat hidrasi berlangsung yang dapat dilihat pada Gambar 2.5. Elemen 0 2 Si Ca Al Fe Oksida Cao SiO 2 Al 2 O 3 Fe 2 O 3 Campura n Semen Semen Portland C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF Tipe-tipe Semen Gel Ca(OH) 2 Sumber: Neville, 1995 Gambar 2.5 Proses Hidrasi AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 15

10 Saat semua elemen tersebut menjadi oksida kemudian membentuk senyawa seperti diatas, maka terbentuklah tipe semen yang berbeda dengan menghasilkan panas (kalori/gram) dan sisa semen yang tidak berekasi seperti gel dan kalsium Ca(OH) 2 ketika semen bereaksi dengan air. Hasil hidrasi seperti panas hidrasi dapat menyebabkan sebuah masalah yaitu timbulnya retakan pada saat pendinginan maka perlu diadakannya suatu perawatan (curing) pada saat pelakasanaan. Berikut ini Tabel 2.7 yaitu pembahasan mengenai senyawasenyawa saat berhubungan dengan air : Tabel 2.7 Sifat-sifat senyawa semen Sifat C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF Reaksi dengan air Sedang Lambat Cepat Lambat sekali Panas Hidrasi (kal/jam) Nilai rekatan Baik Baik Baik Tidak ada Pengembangan karena reaksi Sumber : Mulyono, 2003 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pasif Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dapat dipakai waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk proses hidrasi hanya kira-kira 35% dari berat semennya, penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Rumus kimia yang dipergunakan juga masih bersifat sederhana dan perkiraan untuk reaksi kimia dari unsur C 2 S dan C 3 S dapat ditulis sebagai berikut 11) : 2C 3 S + 6H 2 O (C 3 S 2 H 3 ) + 3Ca(OH) 2 3C 2 S + 6H 2 O (C 3 S 2 H 3 ) + Ca(OH) 2 Reaksi kimia yang terjadi selama proses hidrasi adalah sebagai berikut : a) 3 CaO Al2O3 + 26H2O + 3CaSO4 2H2O 3CaO Al2O3 3CaSO4 31H2O + kalori (326 kal/gr) AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 16

11 Disingkat : C3A + 26 H + 3CSH2 C3A 3CSH31 + kalori senyawa yang dihasilkan biasa disebut trisulfo aluminat atau trisulfat atau ettringate yang berperanan menghambat penegerasan/pengikatan semen. b) 3 CaO Al2O3 + 2H2O 3CaO Al2O3 6H2O + kalori (207 kal/gr) Disingkat : C3A + 6 H C3A H6 + kalori c) 3. 2 (3CaO SiO2 ) + 6H2O 3CaO 2SiO23H2O + 3 Ca(OH)2 + kalori (120 kal/gr) Disingkat : 2C3S + 6 H C3S2 H3 + 3 CH + kalori. Hasil reaksi kimia ke (2) dan ke (3) ini merupakan senyawa hidrat yang paling penting karena senyawa inilah yang betul-betul bersifat semen yang memberikan daya rekat dan kekuatan. Senyawa ini disebut Tobermorit. d) 2 (2CaO SiO2 ) + 4H2O 3CaO 2SiO23H2O + Ca(OH)2+ kalori (62 kal/gr) Disingkat : 2C2S + 4 H C3S2 H3 + CH + kalori e) 4 CaO Al2O2 Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2 6CaO Al2O2 Fe2O3 12H2O + kalori (100 kal/gr) Disingkat : C4AF + 10 H + 2 CH C6AF H12 + kalori Panas Hidrasi PC Panas hidrasi adalah panas yang terjadi ketika PC bereaksi dengan air. Pengeluaran panas tersebut tergantung dari : susunan senyawa PC, kehalusan butiran PC dan kecepatan reaksi antara butiran PC dengan Air. Urutan banyaknya panas yang dikeluarkan adalah : C3A, C3S, C4AF, C2S. Dampak Industri Produksi Semen terhadap Lingkungan Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses produksi, industri semen menyebabkan dampak lingkungan sebagai berikut : 1. Lahan Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat. Perubahan tata-guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 17

12 pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan keimbangan lingkungan setempat. 2. Air Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan banjir pada musim hujan. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu berkurang, sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan karena tanah tidak mampu lagi menyerap air. 3. Udara Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya. Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu menimbulkan pencemaran udara serius. Suhu udara di sekitar pabrik naik. Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2, SO2 Untuk mengetahui sifat fisik pada semen, maka dilakukan pengujian sebagai berikut : 1. Berat Jenis Berat jenis adalah perbandingan antara berat semen dengan volume semen. Berat jenis semen dapat dihitung dengan cara : B BJ... (2.1) V V xd 2 1 AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 18

13 Dimana: B : berat benda uji (gr) V 1 V 2 d : volume awal (ml) : volume akhir (ml) : masa jenis air (1 gr/ml) Bahan yang digunakan adalah semen sebanyak ±55 gram dan minyak tanah (kerosin). Untuk mencari volume semen, digunakan tabung le chatelier. Berat jenis semen Portland mempunyai kisaran antara 3.00 sampai 3.20 dengan angka rata-rata Berat jenis semen ini digunakan untuk perhintungan campuran mortar. 2. Bobot Isi Bobot isi semen adalah perbandingan antara berat semen dengan volume yang ditempatinya. Bobot isi mempunyai dua jenis yaitu bobot isi gembur dan padat, namum bobot isi gembur yang digunakan dalam perhitungan pencampuran. Rumus yang digunakan sebagai berikut :... (2.2) Dimana : W cac W C = Berat container + tutup + isi (gram) = Berat container + tutup (gram) V C = Volume container ( cm 3 ) Agregat Agregat mempunyai dua jenis yaitu agregat kasar dan halus, tetapi dalam mortar menggunakan agregat halus sebagai bahan pengisi pada mortar. Agregat dalam suatu campuran mortar haruslah mempunyai proporsi yang baik agar bisa saling mengisi antara agregat halus,semen, dan bahan tambah sehingga menghasilkan mortar yang bermutu baik. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 19

14 Syarat-syarat agregat yang digunakan untuk adukan pasangan (mortar) menurut SNI sebagai berikut: 1. Tidak mengandung zat organik. 2. Kadar lumpur maksimum 5%. 3. Berbentuk bulat. 4. Keras dan tidak mudah lapuk. 5. Tekstur halus (smooth texture) 6. Modulus kehalusan (fineness modulus), menurut ASTM C33 dan SK SNI S F, mortar disyaratkan dengan nilai fm adalah 1,5 2, Gradasi agregat harus sesuai dengan Tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.8 Gradasi Agregat Halus untuk Mortar Pasangan Saringan Persen Lolos Pasir Alam Pasir Olahan No. 4 (4,76 mm) No. 8 (2,36 mm) No. 16 (1,18 mm) No. 30 (0,60 mm) No. 50 (0,30 mm) No. 100 (0,15 mm) No. 200 (0,075 mm) Sumber : SNI Untuk mengatuhi sifat fisik agregat halus (pasir), maka dilakukan pengujian sebagai berikut : 1. Analisa Ayak Analisa saringan agregat adalah penentuan prosentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan, yang kemudian angka-angka prosentasenya ditabelkan dan digambarkan pada grafik atau kurva distribusi butir (Laporan Rekayasa Beton Kelompok 2 KS-3A). Rumus untuk menentukan prosentase tertahan pada suatu saringan ayakan sebagai berikut :... (2.3) AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 20

15 Dimana : W a = berat agregat tertahan di ukuran ayakan a mm (gram) W total = berat agregat total (gram) 2. Berat Jenis dan Penyerapan Pada umumnya berat jenis (specific gravity) agregat dikenal sebagai berikut: 1. Berat Jenis Curah atau kering (Bulk Specific Gravity) adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 0 C. 2. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Saturated Surface Dry Specific Gravity) adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 0 C. 3. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25 0 C. 4. Penyerapan Air (Water Absorption), adalah perbandingan berat air yang dapat diserap terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen. (Handout Rekayasa Beton) Rumus-rumus: Berat Jenis SSD = Berat Jenis Bulk = Berat Jenis Apparent = Penyerapan Air = Bj Bj Bp Bpj Bk Bj Bp Bpj Bj Bk Bk Bk Bk Bp Bpj... (2.4)... (2.5)... (2.6) x 100 %... (2.7) AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 21

16 Dimana : Bj = Berat benda uji SSD (gram) Bp = Berat Piknometer + Air (gram) Bpj = Berat Piknometer + Benda Uji + Air (gram) Bk = Berat benda uji kering oven (gram) 3. Kadar Lolos Ayakan No. 200 Didalam SNI disebutkan bahwa kadar lolos ayakan no.200 (kadar lumpur) merupakan unsur perusak yang ada didalam agregat halus (pasir). Kebersihan agregat harus bersih dari berbagai material seperti tanaman dan partikel lunak agar tidak berkurangya ikatan pada campuran mortar karena banyaknya lumpur pada campuran tersebut. Kadar lumpur ini dapat diuji dilaboratorium menggunakan analisa saringan basah yaitu dengan menimbang agregat sebelum dan sesudah dicuci dan kemudian membandingkannya. Sehingga akan memberikan prosentase agregat yang lebih halus dari 0,075 mm (no.200). Kadar agregat yang lolos ayakan no. 200 disyaratkan oleh SNI sebesar 5%. Kadar lolos ayakan no.200 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :... (2.8) Dimana : W 1 W 2 = berat agregat sebelum dicuci dan kering oven (gram) = berat tertahan setelah dicuci dan kering oven (gram) 4. Kadar Zat Organik Kandungan zat organik di dalam agregat halus sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kekuatan mortar yang diakibatkan oleh terhambatnya pengerasan semen. Salah satu cara pengujian zat organik di dalam agregat halus ini dapat dilakukan dengan mengextract atau memisahkannya menggunakan larutan NaOH 3 % sehingga akan terjadi perubahan warna yang selanjutnya akan dibandingkan dengan warna pembanding, apakah lebih muda atau lebih tua dari AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 22

17 warna pembanding tersebut. Warna yang lebih tua dari warna pembanding menunjukkan kadar zat organik dalam agregat halus adalah tinggi, sedangkan jika warna yang dihasilkan lebih muda dari warna pembanding, maka kadar zat organik dalam agregat halus adalah rendah. 5. Bobot Isi Bobot isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan volume yang ditempatinya. Rumus yang digunakan sama seperti bobot isi semen yaitu pada Formula Serbuk Tulang Sapi 12) Permintaan sapi potong di indonesia sekitar 36% atau sekitar ekor/tahun. Hal ini tentunya menimbulkan masalah lingkungan, akibat tulang yang telah terpakai tidak memiliki nilai ekonomis dan menjadi sebuah limbah yang sifatnya sementara. Tulang terdiri dari bahan organik dan anorganik sebagian besar bahan anorganik, seperti : kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Sedangkan sisanya adalah ion-ion seperti Mg,K,F,CI. Bahan-bahan anorganik dalam tulang berfungsi untuk memberikan kekerasan pada struktur tulang. Tulang sapi merupakan salah satu komponen dari limbah RPH. Tulang potensinya cukup besar mengingat bobot yang dihasilkan cukup besar yakni mencapai 15% dari berat bobot. Bahan padatan utama tulang mengandung kristal kalsium hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat(caco3) yang berpotensi digunakan sebagai adsorben aktif, yakni tulang yang diproses sedemikian rupa, sehingga mempunyai kemampuan adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk padat maupun larutan (yang didalamnya mengandung logam berat yang bersifat toksik). Tulang sapi merupakan tempat penyimpanan garam kalsium didalam hewan. Mineral yang utama adalah kalsium fosfat dan karbonat. Hasil analisis menunjukan bahwa penyusunan utama tulang adalah trikalsium fosfat dengan sebagian kecil kalsium karbonat (Desroiser, 1989). AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 23

18 Nilai yang terdapat pada tulang sapi, pedagang menjual dalam keadaan masih mentah. Tulang betis sapi yang terbuang akan menimbulkan masalah ditempat pembuangan sampah setiap harinya. Banyaknya tulang betis yang terbuang maka timbul keinginan untuk dapat memanfaatkan tulang betis sapi. Pemanfaatkan sisa limbah tulang betis sapi yang tidak terpakai maka dalam hal ini peneliti akan mencoba untuk dapat memanfaatan/mengolah tulang sapi sebagai salah satu komoditas yang dapat menghasilkan nilai tambah masih terbuka lebar. Pada Gambar 2.7 dapat dilihat potensi dengan melihat berbagai kandungan mineral yang dimiliki. Sumber : google Gambar 2.6 Ruas Tulang pada Sapi Sumber : google Gambar 2.7 Kandungan mineral dalam tulang dan jumlah total mineral dalam tubuh pada tulang AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 24

19 Contoh Perlakuan terhadap Tulang Sapi 10) Berbagai perlakuan pada tulang sapi yang telah dilakukan yang dapat mendukung pada penelitian ini. Semula tulang sapi didapatkan dari hasil pemotongan sapi, kemudian tulangnya diambil lalu di potong untuk mendapatkan dimensi yang lebih kecil agar mudah dalam membuat serbuk tulang sapi. Pemotongan Tulang Sapi Semula tulang sapi di dapatkan dari hasil pemotongan sapi, berikut ini contoh pemotongan tulang sapi dan peremukan sehingga mendapatkan dimensi yang menyerupai serbuk. a) Pengumpulan tulang Tulang sapi didapatkan dari berbagai sumber seperti tempat penyembelihan dan pasar tradisional. Sumber: google Gambar 2.8 Tulang sapi yang masih berkuran besar b) Pemotongan tulang Dalam proses pemotongan tulang ini biasanya dari tempat penyembelihan itu sudah terbagi-bagi (di potong berdasarkan sendi ) dengan beberapa bagian yaitu bagian bawah ( dari paha sampai bawah ) dan bagian atas (mulai dari rusuk, pinggang dan tulang belakang ) yang menjadikan keperluan terhadap potongan AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 25

20 tertentu yang akan di gunakan dalam percobaan ini. Ada beberapa cara dan jenis dalam proses pemotongan : Mesin Pemotong (Gerinda, Milling, dll) Alat ini memang sangat mudah didapatkan dan praktis digunakan namun keakuratan dan kecepatan kurang baik dalam proses pemotongan tersebut. Pada Gambar 2.9 adalah salah satu mesin pemotong yang digunakan untuk memotong tulang sapi. Sumber: google Gambar 2.9 Tulang sapi yang dipotong menggunakan mesin gerinda Laser 6) Alat ini mempunyai keunggulan dalam proses pemotongan yaitu cepat dan keakuratan yang tinggi, namun biaya yang mahal dan ketersediaan alat yang jarang didapatkan. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 26

21 Sumber: google Gambar 2.10 Tulang sapi yang dipotong menggunakan laser yang dilihat dari mikroskop Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dari proses pemotongan pada tulang sapi: - Kecepatana potong Kecepatan pada saat pemotongan dapat mempengaruhi dalam akurasi hasil pemotongan. - Hembusan udara (laser) Pemotongan menggunakan laser harus meninjau terlebih dahulu hembusan udara karena hembusan udara akan mempengaruhi lintasan saat pemotongan. - Lintasan Lintasan pada pemotongan harus sesuai dengan yang direncanakan. - Ketepatan Ketepatan yang tinggi dapat didapatkan dengan salah satu caranya perlu keteletian pada saat proses pemotongan. - Pembakaran Setelah pembakaran tulang sapi tersebut akan lebih lunak sehingga mudah dalam pengerjaan pemotongan tersebut. Setelah pemotongan menggunakan alat bantu tersebut kita dapat mendapatkan tulang sapi dengan ukuran yang relatif lebih kecil seperti pada Gambar 2.11 sehingga mudah penegerjaan dalam membuat tulang sapi menjadi serbuk. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 27

22 Sumber: google Gambar 2.11 Hasil tulang sapi yang telah dipotong c) Penghalusan tulang Setelah semua proses dalam pemilihan, pengambilan, dan pemotongan tulang selanjutnya melakukan proses penghalusan tulang dengan cara menggunakan alat gerinda atau milling yang akan mengasilkan tulang berbentuk serbuk seperti pada Gambar 2.12 hal ini mempunyai tujuan agar pada saat percobaan rekayasa seperti mengurangi proporsi agregat halus dan semen dapat bercampur dengan baik. Sumber: google Gambar 2.12 Hasil tulang sapi yang telah menjadi serbuk AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 28

23 d) Pembakaran tulang Proses terakhir adalah pembakaran tulang, pembakaran ini menggunakan alat furnace proses ini dilakukan setelah tulang berbentuk tepung/serbuk dikarenakan akan memudahkan dalam proses ini. Tahapan pembakaran akan dilakukan dengan suhu 800 derajat celcius dengan waktu minimal 4 jam karena pada waktu tersebut bahan organik akan benar-benar hilang dan sisa hanyalah kandungan mineralnya. Adapun tahapan pada suhu pembakaran pada Tabel 2.9 dibawah ini: Reaksi kimia pada saat proses penguraian : CaCO3 + suhu 900 C CaO + CO2 Kalsium karbonat + dipanaskan suhu 900 C kapur tohor kalsium + gas Tabel 2.9 Proses yang terjadi akibat pembakaran pada suhu yang berbeda Suhu (celcius) Proses Terjadi proses evaporasi air bebas dalam bahan baku >100 0 Terjadi proses pelapasan air dengan sempurna >400 0 Terjadi pelepasan bahan organik >800 0 Terjadi proses pembentukan mineral Sumber: Semen & jenis aplikasinya Struktur Kimia Tulang 3) Bila dianalisis secara kimiawi, tulang tersusun atas bahan organik dan anroganik dengan perbandingan 1 : 2. Formula yang demikian menyebabkan tulang memiliki kelenturan yang sangat terbatas, dibalik kekerasan yang menjadi kekuatan tulang. Bila tulang dipanaskan dengan temperatur tinggi maka bahan organiknya akan luruh sehingga tulang lebih ringan dari berat semula pada saat kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk proses pembuatan serbuk tulang. Bahan organik terdiri dari ossein (protein) yang apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Dilihat dari komposisi kimia, serbuk tulang sapi mempunyai beberapa unsur-unsur kimia yang terkandung yang dapat dilihat dari Tabel 2.10 dibawah ini. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 29

24 Tabel 2.10 Perbedaan komposisi pada semen dan serbuk tulang sapi No Kandungan Semen Serbuk Tulang Selisih (%) (%) (%) 1 CaO 72,26 70,87 1,39 2 SiO 2 6,39 7,03 0,64 3 Al 2 O 3 0,88 0,91 0,03 4 Fe 2 O 3 0,05 0,15 0,1 5 MnO 0,01 0,03 0,02 6 MgO 2,6 2,58 0,02 7 K 2 O 0,39 0,51 0,12 8 Na 2 O 1,58 1,67 0,09 9 SO 2 0,73 1,24 0,51 10 H 2 O 0,62 0,75 0,13 11 CO Sisa Pembakaran 0,98 1,14 0,16 13 Berat Jenis 2,92 2,22 0,7 Sumber : F. Falade,.2012 Dari tabel diatas diketahui bahwa komposisi kandungan kimia dari serbuk tulang sapi identik dari Standard Ordinary Portland Cement. Mempunyai banyak kesamaan yang bisa mengembangkan sifat-sifat semen, kemungkinan dengan adanya sisa timbunan lemak memperlambat proses hidrasi. Adapun beberapa hasil observasi lebih lanjut: Serbuk tulang sapi mempunyai kandungan tinggi kalsium oksida (lebih dari 70%) sama halnya dengan kandungan semen. Sisa pembakaran meningkatkan terhadap karbonisasi dan hidrasi sehingga mebebaskan kandungan kapur dan magnesium ke atmosfer, nilai sisa pembakaran pada serbuk tulang sapi adalah 1,14% nilai ini masih termasuk ambang batas dari BS 12 [8] yaitu 3% Serbuk tulang sapi masih dibawah ambang maksimum pada kandungan MgO yaitu menurut SII (ASTM C-150) masih dibawah 5%. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 30

25 Untuk meningkatkan dan menambahkan oksida pada kandungan tulang sapi maka tulang sapi tersebut dibakar dengan suhu diatas 800 derajat untuk mendapatkan reaksi oksidasi. Tim PKM di Surabaya dan Balai Besar Keramik telah melakukan penelitian kandungan kimia dari tulang sapi yang telah dibakar menggunakan furnace. Beberapa kandungan kimia pada serbuk tulang sapi yang dibakar dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.11 Kandungan kimia dari serbuk tulang sapi yang telah dibakar Baha Rumus Kandungan (%) Kimia Oksida Kalsium CaO 78,86 Oksida Posfat P 2 O 5 20,2 Sumber : Tim Peneltian Kimia ITS Dari hasil analisa kimia tersebut tulang sapi yang telah diserbukan dan dibakar tersebut mempunyai kandungan CaO yang tinggi, sama halnya seperti semen yang mana senyawa CaO merupakan kandungan yang terbanyak. Sehingga memiliki potensi sebagai bahan pengganti semen. Dari hasil tersebut kita dapat menentukan senyawa dari hasil prosentase kimia tersebut dengan mengacu kepada SII (ASTM.C-150) dapat dilihat dari Tabel 2.12 berikut ini : Tabel 2.12 Cara perhitungan senyawa pada unsur-unsur kimia Senyawa Unsur Rumus Pembentuk C 3 S 3CaO.SiO 2 (4.07x%CaO)-(7.6xSiO 2) -(6.72x%Al2O3)- 1.43x%Fe2O3)-(2.85xSO3) C 2 S 2CaO.SiO 2 (2.867x%SiO 2) -(0.7544x%C3S) C 3 A 3CaO.Al 2 O 3 (2.650x%Al2O3)-(1.692x%Fe2O3) C 4 AF Sumber : Mulyono CaO.Al 2 O 3.Fe 2 O 3 (3.043x%Fe2O3) Sifat Fisik yang Mengandung Serbuk Tulang Sapi Beberapa hasil peneltian dan observasi yang telah dilakukan berbagai penelitian dan pengujian sama seperti perlakuan terhadap semen, karena serbuk AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 31

26 tulang sapi mempunyai sifat seperti semen. Adapun sifat fisik yang dilakukan sebagai berikut: 1. Analisa Ayak Analisa saringan serbuk tulang sapi adalah penentuan prosentase berat butiran yang lolos dari satu set saringan, yang kemudian angka-angka prosentasenya ditabelkan dan digambarkan pada grafik atau kurva distribusi butir). Rumus untuk menentukan prosentase tertahan pada suatu saringan ayakan dapat dilihat pada Formula Berat Jenis Berat jenis adalah perbandingan antara berat serbuk tulang sapi dengan volume serbuk tulang sapi. Berat jenis ini digunakan dalam perhitungan pencampuran. Berat jenis serbuk tulang sapi dapat dihitung dengan cara Formula 2.1. Bahan yang digunakan adalah serbuk tulang sapi sebanyak ±58 gram dan minyak tanah (kerosin). Untuk mencari volume serbuk tulang sapi digunakan tabung le chatelier. 3. Bobot Isi Sama halnya dengan semen, agregat dan kapur, pengujian bobot isi serbuk tulang sapi prinsip pengujiannya sama dengan pengujian bobot isi semen dan agregat yaitu dengan menggunakan Formula Kadar Air dan Penyerapan Air Kadar air dan penyerapan air diperlukan untuk menghitung kebutuhan air yang digunakan jika dalam proposi campuran mortar yang dibuat terdapat serbuk tulang sapi sebagai bahan pencampur pada mortar. Hal ini digunakan untuk melakukan koreksi kebutuhan air akibat adanya penambahan serbuk tulang sapi. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 32

27 ... (2.9)... (2.10) Dimana : Ba = berat awal (gram) Bk = berat kering oven (gram) Bj = berat SSD (gram) Untuk menentukan berat SSD dilakukan dengan menyimpan benda uji di dalam water bath pada suhu ruang sampai didapatkan berat yang tetap tanpa adanya penambahan ataupun pengurangan berat pada benda serbuk tulang sapi Serbuk Tulang Sapi Sebagai Bahan Pozzolan Pozzolan merupakan sebuah bahan tambah yang mempunyai kandungan seperti silika dan alumina tetapi bahan tersebut tidak memiliki sifat seperti semen, tetapi bentuknya yang memiliki kesamaan seperi semen dan jika bercanpur dengan air senyawa yang terkandung akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida Ca(OH) 2 pada suhu biasa dan membentuk Kalsium Alumina Hidrat CAH yang mempunyai sifat hidraulisis. Pozzolan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Pozzolan alam Bahan alam yang merupakan sedimentasi dari abu atau larva gunung yang mengandung silika aktif, yang bila dicampur dengan kapur padam akan mengadakan proses sementasi. 2. Pozzolan buatan : Jenis ini banyak macamnya baik merupakan sisa pembakaran dari tungku, maupun pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang mengandung silika reaktif dengan proses pembakaran, seperti abu terbang (fly ash), silika fume, dll (Gunawan, Margaret. 2000). AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 33

28 Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti semen Portland. Bila di pakai sebagai pengganti sebagian semen Portland umumnya berkisar antara 5% sampai 35% berat semen. Bila pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton semakin mudah di aduk, lebih kedap air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia. Pozzolan dapat mengurangi pemuaian beton yang terjadi akibat proses reaksi alkali agregat dengan demikian mengurangi retak retak beton akibat reaksi tersebut. Pemakaian pozzolan sangat menguntungkan karena menghemat semen dan mengurangi panas hidrasi yang mengakibatkan retakan serius (Tjokrodimuljo, K. 1996). Pozzolan dalam semen bereaksi dengan kalsium hidroksida Ca(OH) 2 hasil dari reaksi hidrasi semen. Semen + Air -Kalsium Silikat Hidrat + Kalsium Hidroksida Pozzolan (Serbuk Tulang Sapi) + Kalsium Hidroksida - besifat seperti hidraulisis Sebelum digunakan pozzolan terlebih di uji kualitasnya, apakah pozzolan tersebut memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan oleh ASTM C-618 atau tidak.syarat MUTU POZZOLAN MENURUT ASTM C ) 1. SiO2 + Al2O3 + Fe2O3, Min 70 % 2. SO3 Max 4 % 3. Hilang Pijar Max 3 % 4. Kadar Air...Max 10 % Selain syarat yang tertera pada ASTM C seperti diatas, persyaratan pozzolan juga dapat mengacu pada ASTM C.595 dan ASTM C Air Air merupakan bahan pencampur dan pemicu pada proses kimia semen, membasahi agregat, dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan mortar. Air AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 34

29 yang tidak sesuai dengan syarat mutu maka akan menurunkan kualitas mortar bahkan akan merubah dari sifat-sifat mortar yang dihasilkan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang sedikit akan menyebabkan kelecakan yang tidak sesuai dan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan mortar. SKSNI S F mensyaratkan air yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan sebagai berikut: 1. Air harus bersih; 2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual; 3. Tidak mengandung benda-benda yang tersuspensi lebih dari 2 gram/liter; 4. Tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asamasam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/ liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m sebagai SO 3 ; 5. Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air suling, maka penurunan kekuatan adukan dan beton yang memakai air yang diperiksa tidak lebih dari 10%; 6. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya; dan 7. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat tersebut diatas tidak boleh mengandung klorida lebih dari 50 p.p.m Sifat-Sifat Mortar Ditinjau dari SNI , dan Sitorus (2009) menerangakan sifat mortar terdiri dari sifat mortar segar dan sifat mortar keras. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 35

30 2.3.1.Sifat Mortar Segar Sifat mortar segar merupakan sifat dimana mortar belum mengeras. Ada beberapa sifat dari mortar segar yaitu kemudahan pengerjaanya, waktu ikat, retensi air, kadar udara, serta dapat melekat dengan baik dengan bata, batako, batu dan sebagainya. 1. Kemudahan Pengerjaan Kemudahan pengerjaan mortar dipengaruhi oleh air pencampur semakin banyak air semakin mudah untuk dikerjakan. Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai flow yang dihasilkan oleh adukan tersebut. Pengujian flow dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan adukan mortar. Percobaan ini dilakukan menggunakan alat flow table. 2. Waktu Ikat Waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan suatu adukan untuk mencapai kekuatan 500 psi. Untuk mengetahui waktu ikat suatu adukan mortar dilakukan dengan menggunakan alat penetrometer. Alat tersebut ditusukan ke dalam adukan mortar segar sedalam 25 cm sampai mencapai angka 500 psi. Waktu yang dicapai untuk mendapatkan angka 500 psi itulah merupakan waktu ikat adukan mortar Sifat Mortar Keras Sifat mortar keras merupakan sifat dimana mortar telah mengeras. Ada beberapa sifat mortar keras diantaranya kuat tekan, dan kuat tarik. 1. Kuat Tekan Di dalam SNI disebutkan bahwa kekuatan tekan mortar adalah gaya maksimum per satuan luas yang bekerja pada benda uji mortar berbentuk kubus dengan ukuran tertentu dan umur tertentu. Kuat tekan mortar diwakili oleh kuat tekan maksimum m dengan satuan Mpa (SNI ). AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 36

31 Kekuatan tekan mortar sangat dipengaruhi oleh proposi campurannya. Selain itu juga, air sangat berpengaruh terhadap kuat tekan mortar. Semakin rendah faktor air semen, maka semakin tinggi kuat tekannya. Akan tetapi, jika faktor air semen rendah maka sulit untuk dikerjakan. Kuat tekan mortar dapat ditentukan dengan rumus, sebagai berikut :... (2.11) (Sumber: SNI ) dimana : m : kekuatan tekan mortar, Mpa P maks : gaya tekan maksimum, N A : luas penampang benda uji, mm 2 2. Kuat Lentur Kuat lentur adalah kekuatan dimana mortar dapat menahan gaya lentur dengan dibebani oleh konus dari mesin uji tekan lentur. Kuat lentur didapat dengan membaca bacaan setelah mortar tersebut tertekan. Kekuatan lentur mortar juga sangat dipengaruhi oleh proposi campurannya. Selain itu juga, air sangat berpengaruh terhadap kuat lentur mortar. Semakin rendah faktor air semen, maka semakin tinggi kuat tarik lenturnya. Kuat lentur mortar dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:... (2.12) AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 37

32 dimana : P : Beban lentur maksimum (Mpa) L : Jarak tumpuanm (mm) : Lebar Benda Uji (mm) : h Tinggi benda uji (mm) W : Berat Benda Uji M : Momen Metode Proposi Campuran Ada beberapa metode proposi campuran yang digunakan dalam menghitung kebutuhan bahan adukan mortar. Metode proposi campuran itu diantaranya yaitu: 1. Perhitungan berdasarkan volume 2. Perhitungan berdasarkan berat 3. Perhitungan dengan metode SNI Perhitungan Berdasarkan Volume Perhitungan berdasarkan volume merupakan perhitungan yang didasari oleh volume tempat dimana adukan itu akan digunakan. Contohnya, cetakan yang digunakan untuk campuran mortar berukuran 5x5x5 cm, maka dapat ditentukan volume cetakannya yaitu sebesar 125 cm 3 atau 0, m 3. Perbandingan adukan yang digunakan yaitu 2PC : 1KP : 5PS. Maka dapat dihitung kebutuhan bahannya sebagai berikut : PC : KP : PS : Jumlah = 0, m 3 + AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 38

33 2.4.2.Perhitungan Berdasarkan Berat Perhitungan berdasarkan berat merupakan perhitungan yang didasari oleh berat campuran yang akan digunakan. Contohnya, berat bahan untuk membuat suatu campuran mortar sebesar 1500 gram. Perbandingan adukan yang digunakan yaitu 1PC : 3PS. Maka dapat dihitung kebutuhan bahannya sebagai berikut : PC : PS : Jumlah = 1500 gram Perhitungan dengan Metode SNI Perhitungan dengan metode SNI yaitu perhitungan dengan mengubah proposi campuran berdasarkan volume menjadi berdasarkan berat dengan menggunakan faktor pengubah (konversi) untuk sekali campuran. Faktor pengubah ini didapat dari hasil pembagian antara berat agregat halus dalam keadaan kering oven dengan bobot isi agregat yang dikalikan dengan proposi volumenya. Contoh, mortar dengan komposisi campuran I bagian semen portland, bagian kapur, dan bagian pasir harus diuji. Berat campuran mortar tersebut harus dihitung menjadi sebagai berikut : Faktor pengubah sekali campur = 2500/(1400 x 6,75) = 0,265 Berat semen portland = 1 x 1250 x 0,625 = 332 g Berat kapur = x 650 x 0,265 = 215 g Berat pasir = x 1400 x 0,265 = g Kajian Lain Mengenai Penggunaan SerbukTulang Sapi Penelitian tentang penggunaan tulang sapi pada teknik sipil telah dilakukan sebelumnya. Adapun dilakukanya penambahan kumpulan tulang ke dalam percobaan lain di dunia teknik sipil sehingga menjadi alasan karena tulang sapi mempunyai potensi terhadap kemajuan teknik sipil. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 39

34 Dari berbagai hasil penelitian dari penggunan tulang sapi mempunyai kegunaan dan mempengaruhi suatu kontribusi terhadap dunia teknik sipil, seperti: 1. Mempengaruhi sifat fisik seperti regangan, modulus elastisitas dan gaya tarik. 2. Mampu menyerap karbon dalam dalam karburisasi. 3. Mempengaruhi kuat tekan pada distribusi penyebaran hidroksiapatit terhadap matrik colophony. 4. Mempengaruhi nilai kekerasan pada beton dengan kubus ukuran 5x5x5 cm walaupun dicampur dengan berbagai tulang lainya. 5. Menjadi pengganti katalisator pada BaCO3 (Barium Carbonat). 6. Kandungan Ca (kalsium) pada serbuk tulang sapi mampu mengubah fasa campuran pada percobaan struktur mikro logam paduan Al-S, walaupun kandungan sapi tersebut (Ca) tidak larut dengan unsur Al. Adapun penelitian yang menjadi referensi utama dari penelitian ini yaitu percobaan serbuk tulang sapi sebagai bahan pengganti semen terhadap mortar. Penelitian dilakukan oleh peneliti di Nigeria 3). Dikarenakan Nigeria limbah organik terbanyak adalah limbah sapi maka solusi yang tepat adalah menggunakan potensi tersebut sebagai potensi pozzolan material. Adapun beberapa hasil penelitian yang dilakukan: 1. Waktu Ikat Pada Gambar 2.13 Dibawah ini menunjukan bahwa hasil dari penelitian menunjukan penambahan waktu ikat awal dan akhir dengan bertambahnya prosentase serbuk tulang sapi sampai dengan prosentase 30%, tetapi setelah itu waktu ikat menurun sampai prosentase tulang 100%. Serbuk tulang hanya mengikat saat adanya semen, untuk melepaskan kalsium hidroksida (CH) saat indikasi hidrolisis dari sifat pozzolan tersebut. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 40

35 Sumber : F. Falade.2012 Gambar 2.13 Variasi dari waktu pengikatan dari pasta semen dengan perbedaan kandungan serbuk tulang sapi 2. Kuat Tekan Para ahli di Nigeria telah melakukan suatu penelitian dengan melakukan kuat tekan pada mortar dengan berbagai variasi kandungan setiap 10% dapat dilihat di Gambar 2.14 walaupun setiap penambahan kandungan serbuk tulang sapi terjadi penurunan kuat tekan tetapi dengan perawatan semakin lama maka kuat tekan tersebut akan semakin meningkat. Walaupun hasilnya menurun, tetapi mortar dengan campuran ini dapat diaplikasikan disebagian besar banguanan seperti batu bata, beton ringan, porous concrete, plesteran, dinding, dan lain sebagainya. AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 41

36 Sumber : F. Falade.2012 Gambar 2.14 Variasi dari kuat tekan mortar dengan perbedaan kandungan serbuk tulang sapi dan umur perawatan AGIAR MUHARAM, MILAD PANJI SWARA, POTENSI SERBUK TULANG SAPI.. 42

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mortar Mortar adalah bahan bangunan berbahan dasar semen yang digunakan sebagai perekat untuk membuat struktur bangunan, yang membedakan moratar dengan semen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Gambar L.1 Uji Kuat Tekan Silinder Gambar L.2 Benda Uji Normal 7 hari Gambar L.3 Benda Uji Normal 14 hari Gambar L.4 Benda Uji Normal 28 hari Gambar L.5 Benda Uji Sukrosa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton berdasarkan SNI-03-2847-2007 didefinisikan sebagai campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk

Lebih terperinci

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Abdul Halim, M. Cakrawala dan Naif Fuhaid Jurusan Teknik Sipil 1,2), Jurusan Teknik Mesin 3), Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Menurut Tjokrodimuljo (2007), beton adalah campuran antara semen portland, agregat kasar, agregat halus, air dan terkadang ditambahkan dengan menggunakan bahan tambah yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Bata Beton Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen Portland, air dan agregat yang dipergunakan untuk pasangan dinding. Bata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan diuraikan beberapa bagian yang memuat latar belakang, ruang lingkup, maksud dan tujuan, metoda penulisan, dan sistematika penulisan pada Tugas Akhir. Pada Bab ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium. II. TINJAUAN PUSTAKA II. a. Pozolan Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi dalam bentuk yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada

Lebih terperinci

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa

Lebih terperinci

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen Sifat Kimiawi Menurut SK-SNI-T15-1991-03, Beton dibuat dengan mencampur (PC), Air dan Agregat, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) dalam perbandingan tertentu. Bahan tambah (admixture) dapat berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paving Block 1. Definisi Paving Block Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture).

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 7 BAB III LANDASAN TEORI A. Pengetian Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus dan air. Jika diperlukan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran V. HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil analisa material Material-material yang akan digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian sifat propertiesnya untuk mengetahui apakah material tersebut memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI A. Beton 1. Pengertian Beton Beton merupakan salah satu bahan gabungan dari suatu material-material diantaranya semen Portland, agregat (agregat kasar dan agregat halus), dan air.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Geopolimer Geopolimer adalah bentuk anorganik alumina-silika yang disintesa melalui material yang mengandung banyak Silika (Si) dan Alumina (Al) yang berasal dari alam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paving block Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 15 Sanur - Bali, 25 April 15 PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM. PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM Skripsi Oleh Yani Maretisa No. Bp 0810411017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Batako Batako atau juga disebut bata beton ialah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya, air dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU YANG DIOVEN PADA SUHU 400 O C UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN DINDING PANEL PAGAR ABSTRAK

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU YANG DIOVEN PADA SUHU 400 O C UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN DINDING PANEL PAGAR ABSTRAK PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU YANG DIOVEN PADA SUHU 400 O C UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN DINDING PANEL PAGAR Wahyu Kartini Dosen UPN Veteran Jawa Timur Boedi Wibowo Dosen Diploma Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

BAB III UJI MATERIAL

BAB III UJI MATERIAL BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Beton 1. Definisi Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara.

Lebih terperinci

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat. Beton Normal adalah beton yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat. Beton Normal adalah beton yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN ABU TERBANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PORTLAND DAN AGREGAT KASAR BATU

Lebih terperinci

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 2 Pendahuluan Semen Pembuatan Semen Portland Komposisi Kimia Pada Portland Cement Kehalusan penggilingan Panas Hidrasi Jenis-Jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Kata beton dalam bahasa indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus yang berarti

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Beton merupakan material struktur yang sudah sangat dikenal dan telah digunakan secara luas oleh manusia dalam membuat struktur bangunan. Dalam ilmu geologi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Ringan Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan dapat dibuat dengan berbagai cara, antara lain

Lebih terperinci

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan. /BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air (PBI-2,1971). Seiring dengan penambahan umur, beton akan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai bahan pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepat, yaitu beton sebagai salah satu unsur teknik sipil yang selalu mengalami

Lebih terperinci

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan, materi penyusun beton, penghitungan kuat desak dan hipotesis. 3.1 Umum Menurut SK SNI T-l5-1991-03 (1991), beton (concrete)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika kaca merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC) PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC) Bing Santosa 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. TR.Mataram

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR PENGARUH PERBEDAAN KARAKTERISTIK TYPE SEMEN ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) dan PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR Julian Bagus Hariawan NPM. 10302047 Semakin pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bata Beton A.1 Pengertian Bata Beton Bata beton merupakan salah satu bahan bangunan berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar, dengan bahan pembentuk berupa campuran dari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT Riski Febriani 1, Usman Malik 2, Antonius Surbakti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kaca Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton sebagai salah satu bahan utama yang digunakan dalam bidang konstruksi mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Beton adalah campuran antara semen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON Hendra Purnomo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga 20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batako 2.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI LATAR BELAKANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SLAG DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN ADITIF DI FINISH MILL PABRIK SEMEN KOMPOSIT Diusulkan oleh : Eka Partana 2305 100 008 Aries Purijatmiko

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN Aulia Zastavia Putri*, Imastuti** *Mahasiswi Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah: BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kaca Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT Rizal Syahyadi 1) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan agresif asam sulfat terhadap kuat

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Beton Beton merupakan material gabungan yang terdiri dari beberapa bahan penyusun yang dicampur menjadi satu. Bahan penyusun tersebut terdiri atas semen, agregat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan secara luas sebagai bahan kontruksi. Hal ini dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hidrolis yang jika dicampur dengan air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci