BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adanya kesesuaian antara realita sosial dengan data yang ada, maka perlu adanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adanya kesesuaian antara realita sosial dengan data yang ada, maka perlu adanya"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Lokasi Penelitian Untuk mengetahui kondisi dan lokasi penelitian dalam mewujudkan adanya kesesuaian antara realita sosial dengan data yang ada, maka perlu adanya deskripsi mengenai profil lokasi penelitian berdasarkan data profil Kelurahan Jatikalen, Kecamatan Jatikalen, Kabupaten Nganjuk. 1. Kondisi Wilayah a. Batas Wilayah

2 Tabel 4.1 Batas Wilayah Lokasi Penelitian No Letak Desa/Kelurahan Kecamatan 1 Sebelah Utara Pule Jatikalen 2 Sebelah Selatan Rowomarto Patianrowo 3 Sebelah Timur Dlururejo Jatikalen 4 Sebelah Barat Gondangwetan Jatikalen Sumber : Data Penduduk Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk b. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tabel 4.2 Luas Wilayah Kelurahan Jatikalen No Uraian Satuan 1 Luas Pemukiman 379 Ha/m2 2 Luas Persawahan 196 Ha/m2 3 Luas Perkebunan 5 Ha/m2 4 Luas Kuburan 5,4 Ha/m2 5 Luas Pekarangan 5 Ha/m2 Sumber : Data Penduduk Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk 2. Kondisi Masyarakat a. Kondisi Jumlah Penduduk Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Jatikalen No Uraian Keterangan 1 Jumlah Laki-Laki 1860 Orang 2 Jumlah Perempuan 1863 Orang 3 Jumlah Total 3723 Orang 4 Jumlah Kepala Keluarga 1195 Orang

3 b. Kondisi Pendidikan Penduduk Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Peduduk Kelurahan Jatikalen No Uraian Jumlah 1 SD/ Sederajat 1388 orang 2 SLTP/ Sederajat 515 orang 3 SLTA / Sederajat 488 orang 4 D-1 14 orang 5 S-1 26 orang 6 S-2 2 orang 7 SLB A 4 orang Sumber : Data Penduduk Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk c. Kondisi Agama Masyarakat Tabel 4.5 Agama Masyarakat Kelurahan Jatikalen No Uraian Keterangan 1 Islam 3718 Orang 2 Kristen 5 Orang 3 Hindu - 4 Budha - 5 Konghuchu - Sumber : Data Penduduk Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk d. Kondisi Perekonomian Masyarakat Tabel 4.6 Jenis Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Jatikalen No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Petani 367 orang 2 Buruh Tani 675 orang 3 Pegawai Negeri Sipil 21 orang 4 Montir 25 orang 5 Dokter Swasta 7 orang

4 6 Bidan Swasta 4 orang 7 Perawat Swasta 5 orang 8 Pembantu Rumah 26 orang Tangga 9 TNI 12 orang 10 Polri 4 orang 11 Pensiun PNS/ 4 orang TNI/POLRI 12 Tukang Batu/ Kayu 45 orang Sumber : Data Penduduk Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk B. Hasil Penelitian 1. Paparan Data a. Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Arisan di Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk Manusia sebagai mahluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia sangat bergantung dengan manusia lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut mendorong manusia untuk hidup secara berkelompok atau bermasyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang digunakan sebagai sarana untuk saling bertukar pemikiran dan pendapat serta menjaga tali silaturahim antar sesama warga masyarakat. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu arisan. Arisan selain digunakan sebagai salah satu cara

5 untuk memenuhi kebutuhan, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mendekatkan dan mempererat ukhuwah antar warga masyarakat lainnya. 1 Arisan merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat pada umumnya mulai dari kalangan bawah sampai dengan kalangan atas. Arisan yang dilakukan oleh masyarakatpun memiliki berbagai macam objek yang berbeda-beda yang digunakan sebagai objek arisan itu, mulai dari arisan uang, barang, dan lain sebagainya. Arisan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yakni dengan cara seperti menabung. Selain itu kegiatan ini juga memiliki tujuan untuk saling mendekatkan hubungan persaudaraan antar sesama warga dalam suatu desa tersebut. Begitu juga dengan masyarakat desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Masyarakat melakukan kegiatan arisan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan mereka serta sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahim antar warga desa. Arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen yaitu arisan dengan objek dalam bentuk uang. Arisan yang dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan arisan-arisan yang selama ini kita ketahui yaitu sekelompok orang dalam suatu masyarakat yang memberikan uang atau menyetorkan uang setiap minggu atau bulan pada hari yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antar 1 Diakses pada tanggal

6 peserta arisan dan setelah terkumpul uang tersebut, maka akan dilakukan pengocokan untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh uang yang terkumpul tersebut. Peserta arisan yang namanya keluar dalam pengocokan tersebut, akan memperoleh uang yang terkumpul pada hari itu. Pengocokan tersebut dilakukan secara berkala sampai semua anggota mendapatkan bagiannya. Arisan yang dilakukan oleh warga desa Jatikalen pada umumnya dilakukan oleh ibu-ibu. Arisan di desa Jatikalen tersebut dipimpin oleh Ibu Yayuk. Arisan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari Jum at malam dengan jumlah peserta arisan secara keseluruhan berjumlah 90 orang peserta. Uang yang disetorkan masing-masing peserta arisan setiap minggunya berjumlah Rp Jadi jumlah uang yang terkumpul dan akan diterima oleh setiap peserta arisan yang namanya keluar dalam pengocokan berjumlah Rp Pengocokan arisan dilakukan setiap minggunya dirumah ketua arisan yaitu Ibu Yayuk. Pelaksanaan arisan dilakukan setiap malam setelah magrib atau sekitar pukul WIB berdasarkan kesepakatan antar peserta arisan. 2 Selain arisan dalam bentuk uang diatas, masih banyak lagi jenis arisan yang dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen seperti arisan sapi, lemari, dan barang-barang lainnya. Akan tetapi dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian pada arisan yang dilakukan dalam masyarakat desa Jatikalen yakni dalam bentuk arisan dengan objek uang. Arisan 2 Yayuk, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ).

7 tersebut yang akan menjadi dasar penentuan praktik jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Data tentang jumlah peserta arisan yang mengikuti arisan tersebut akan dilampirkan dibelakang. b. Praktik Jual Beli Arisan di Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk Pada awalnya kegiatan arisan dilakukan oleh masyarakat bertujuan untuk mempererat hubungan antar warga masyarakat serta sebagai tabungan untuk mengontrol penggunaan uang yang dikeluarkan agar nantinya dapat dijadikan sebagai simpanan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya kebutuhan perekonomian, arisan berubah menjadi suatu sarana yang berbeda yang dapat digunakan sebagai alat pertukaran untuk memperoleh uang karna adanya suatu kebutuhan yang mendesak. Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka apabila belum memperoleh arisan sedangkan mereka dalam suatu keadaan yang mendesak yaitu dengan cara menjual arisan tersebut. Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling untuk meninggalkan akad ini untuk mendapatkan makanan, minuman, atau kebutuhan lainnya yang terkadang ia tidak

8 mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi akan membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain, sehingga kemungkinan besar akan terbentuk akad jual beli. 3 Peserta arisan tersebut akan menjual nama arisannya kepada pembeli arisan yang umumnya mereka juga merupakan peserta arisan di kelompok arisan itu. Penjual menjual nama arisannya senilai jumlah harga tertentu yang telah ditetapkan oleh pembeli arisan. Biasanya Pembeli akan membeli arisan dari penjual (peserta arisan) dengan harga / nilai tukar setengan dari jumlah nominal yang semestinya pembeli (peserta arisan) dapatkan. Penjual (peserta arisan) menjual arisannyat berapapun harga yang akan diberikan meskipun hal tersebut di bawah nominal yang seharusnya mereka dapatkan karena ada suatu kebutuhan yang mendesak tersebut dan transaksi jual beli arisan ini banyak sekali dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen. Dalam fiqh sunnah jual beli memiliki arti secara bahasa adalah tukar-menukar secara mutlak. 4 Jual beli menurut bahasa berasal dari kata al-ba i dalam bahasa Arab al-ba i (jual) dan kata syira (beli). 5 Dengan demikian, kata al-ba i berarti mengambil dan memberikan sesuatu (barter). Sedangkan yang dimaksud dengan arisan yaitu suatu kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang 3 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008 ), h Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, terj. Kamaluddin Marzuki, (Cet. II; Bandung: Pustaka Percetakan Offset, 1988), h Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 67.

9 memperolehnya, undian tersebut dilakukan secara berkala sampai ada dalam setiap pertemuan sampai semua anggota memperolehnya. 6 Jadi yang dimaksud dengan jual beli arisan yaitu suatu transaksi kegiatan jual beli yang objeknya adalah arisan. Kebutuhan setiap manusia berbeda-beda satu sama lainnya. Kebutuhan mereka pun dapat berubah ubah setiap waktunya. Oleh karena itu tidak semua peserta arisan dapat melakukan prosedur arisan dengan lancar misalnya karena adanya suatu kebutuhan yang medesak. Pihak penjual (peserta arisan) akan menawarkan kepada peserta arisan lainnya yang mau membeli nama arisannya tersebut. Biasanya pembeli arisan akan membeli arisan tersebut dengan harga setengah atau dibawah jumlah nominal yang semestinya didapatkan oleh penjual (peserta arisan ). Misalkan jumlah nominal yang semestinya di terima oleh penjual ( peserta arisan ) apabila mendapat arisan tersebut sejumlah Rp maka akan dibeli oleh pembeli arisan dengan harga Rp atau nominal lain sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Akan tetapi setelah terjadi akad jual beli, pembeli arisan tidak memiliki tanggungan untuk melakukan pembayaran setoran setiap minggunya. Tanggungan pembayaran setoran arisan setiap minggunya tetap dilakukan oleh penjual (peserta arisan) sebab ia masih menjadi peserta dalam arisan tersebut. Sedangkan pembeli hanya menunggu sampai nama 6 diakses pada tanggal

10 arisan tersebut keluar dan pada akhirnya apabila nama arisan itu keluar maka akan menjadi milik sepenuhnya oleh pihak pembeli arisan. Sebagaimana yang di paparkan oleh ibu Titin RT 03 RW 06, salah satu pembeli arisan yang menerangkan bahwa beliau telah membeli arisan dari ibu Rizkita. Menurut ibu Titin, beliau membeli arisan tersebut dari ibu Rizkita seharga Rp dari jumlah yang semestinya diterima yakni Rp dan selanjutnya iuran arisan tetap dibayar oleh ibu Rizkita. Pemberian harga di bawah nilai yang seharusnya diterima oleh penjual dilakukan untuk memperkecil resiko apabila penjual nantinya tidak bisa membayarakan iuran arisan. Selain itu Hal tersebut dilakukan atas permintaan Ibu Rizkita yang meminta untuk diberikan sejumlah uang dan sebagai gantinya akan memberikan arisannya sebagai ganti pembayarannya. 7 Hal yang sama juga dilakukan oleh ibu Sutiah RT 03 RW 06. Beliau menerangkan bahwa beliau telah membeli sejumlah arisan dari beberapa orang antara lain Ibu Rawani, Rawati, Warni. Arisan tersebut di belinya dengan harga Rp Menurut Ibu Sutiah hal itu dilakukannya karena para penjual arisan mendesak untuk membeli arisan yang dimilikinya karena mereka membutuhkan uang cepat dan sebagai gantinya mereka memberikan arisan yang mereka miliki sebagai pembayaran atas uang yang diterimanya dan selanjutnya penjual arisan tersebut akan tetap membayarkan iuran arisan setiap minggunya kepada 7 Titin, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ).

11 ketua arisan. Akan tetapi menurut ibu Sutiah, beliau tetap akan memberikan bonus nantinya apabila nama arisan yang dibelinya keluar dalam pengocokan sebagai tambahan atas jumlah nominal yang diterima oleh penjual arisan tersebut. 8 Untuk mempermudah pemahaman mengenai praktik transaksi jual beli arisan tersebut, penulis akan membuat tata urutan transaksi jual beli arisan sebagai berikut : 1. Ibu X (peserta arisan) sedang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti untuk makan maupun untuk kebutuhan yang lainnya seperti biaya berobat, modal usaha, biaya sekolah ataupun karena adanya suatu musibah yang tiba-tiba terjadi secara mendadak. Hal tersebut tentunya tidak diketahui oleh manusia kapan terjadinya dan datangnya sehingga tidak diketahui sebelumnya 2. Oleh karena ibu X (peserta arisan) membutuhkan uang secara cepat karna adanya suatu kebutuhan yang mendesak tersebut, akhirnya ibu X ( peserta arisan ) menjual nama arisan yang dimiliki kepada ibu Y senilai Rp ibu Y akan membeli nama arisan tersebut setengan dari harga nominal yang semestinya didapatkan bahkan lebih rendah dari itu. Jadi dari jumlah Rp ibu X hanya akan menerima uang Rp atau bahkan dibawah jumlah nominal tersebut. Padahal Ibu X belum waktunya untuk mendapatkan arisan, 8 Sutiah, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ).

12 jadi dalam perjanjian jual beli ini apabila suatu hari ibu X memperoleh arisan maka arisan tersebut menjadi milik sepenuhnya ibu Y karena ibu Y telah membeli arisan tersebut dari ibu X seharga Rp Walaupun yang akan menerima uang arisan tersebut adalah ibu Y karena Ibu Y telah membeli arisan tersebut dari ibu X, akan tetapi pembayaran setoran arisan tiap minggunya tetap menjadi tanggungan ibu X. hal tersebut karena sesuai dengan perjajian jual beli yang dilakukan, ibu Y hanya membeli atau memberi uang sejumlah nominal yang telah ditentukan tersebut dan apabila ibu X mendapat arisan maka akan mejadi milik ibu Y sepenuhnya. Itulah proses transaksi jual beli arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk apabila mereka dalam keadaan mendesak. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Rawani RT 01 RW 06 warga desa Jatikalen. Ibu Rawani melakukan jual beli arisan sebab pada saat itu Ibu Rawani sedang sangat membutuhkan uang untuk berobat. Ibu Rawani ikut dalam kelompok arisan tersebut dan memiliki 2 nama, akan tetapi yang dijual hanya 1 nama saja. Ibu Rawani menjual arisannya tersebut kepada Ibu Sutiah RT 04 RW 06 dengan harga Rp dari jumlah uang Rp yang seharusnya didapatkannya. Pada dasarnya Ibu Rawani merasa keberatan dan rugi dari jumlah yang didapatkan dari penjualan arisan tersebut, akan tetapi karena suatu keadaan yang

13 mendesak dan tidak ada jalan lainnya sehingga Ibu Rawani terpaksa menjual arisannya tersebut. 9 Hal yang sama juga dilakukan oleh Ibu Irawati RT 01 RW 06 desa Jatikalen. Ibu Irawati juga menjual arisan yang dimilikinya. Hal tersebut dilakukan oleh Ibu Irawati karena Ibu Irawati membutuhkan uang untuk modal usaha warung yang sedang dijalaninya. Selain itu hal ini juga dilakukan untuk menutupi hutangnya yang lain. Akhirnya Ibu Irawati menjual arisannya kepada Ibu Sutiah RT 04 RW 06 seharga Rp dari jumlah uang yang seharusnya didapatkan yakni Rp Dalam kelompok arisan tersebut Ibu Irawati memiliki dua nama dan kedua arisan yang dimilikinya tersebut dijual seluruhnya. Ibu Irawati sebenarnya merasa rugi sebab tidak mendapatkan ganti sebagaimana yang seharusnya ia dapatkan. Akan tetapi karna dalam keadaan mendesak dan diburu hutang dan nama arisannya belum juga keluar, maka Ibu Irawati terpaksa menjual nama arisan yang dimilikinya tersebut. Sehingga nanti apabila nama arisan Ibu Irawati keluar maka uang arisan tersebut berpindah tangan dan menjadi milik sepenuhnya oleh Ibu Sutiah selaku pembeli arisan Ibu Irawati. Walaupun Ibu Sutiah selaku pembeli arisan menjanjikan akan memberikan tambahan uang apabila nama arisan dari Ibu Irawati keluar, hal tersebut tetap merugikan 9 Rawani, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ).

14 Ibu Irawati sebab Ibu Irawati hanya mendapatkan ganti jauh dibawah jumlah nominal yang seharusnya didapatkannya. 10 Sama juga halnya yang dilakukan oleh Ibu Rizkita RT 04 RW 06 desa Jatikalen. Ibu Ristika juga menjual arisannya yakni kepada Ibu Titin RT 05 RW 06. Ibu Ristika terpaksa menjual arisannya karena membutuhkan uang cepat untuk menutup hutangnya yang lain. Ibu Rizkita menjual arisannya seharga Rp dari jumlah uang yang seharusnya di didapatkan yaitu Rp dan ibu rizkita menerima harga tersebut karena tidak ada jalan lain selain menjual arisanya. 11 Selain contoh pihak-pihak yang melakukan jual beli arisan diatas, hingga sekarang masih banyak lagi praktik jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. c. Pandangan Tokoh Agama Terhadap Transaksi Jual Beli Arisan di Desa Jatikalen Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam paparan data sebelumnya bahwa praktik transaksi jual beli arisan banyak sekali dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Hal tersebut banyak sekali dilakukan oleh masyarakat apabila mereka dalam keadaan mendesak untuk memenuhi kebutuhan mereka dan untuk mendapatkan uang secara cepat. 10 Irawati, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ). 11 Rizkita, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ).

15 Transaksi jual beli arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen pada dasarnya mengarah pada suatu transaksi riba dimana sama halnya dengan hutang piutang dengan kewajiban membayar lebih dari hutangnya. Adanya unsur riba dalam transaksi tersebut dikarenakan penjual (peserta arisan) mejualkan arisannya dengan hanya mendapatkan ganti setengah dari jumlah yang harusnya didapatkannya serta adanya kewajiban perlunasan yang dibebankan kepada penjual sedangkan hasil akhir yang didapatkan menjadi milik sepenuhnya dari pembeli arisan, sehingga ada unsur tambahan dalam transaksi tersebut. Karena adanya unsur menambah maka hal tersebut termasuk dalam transaksi riba. 12 Mengingat transaksi jual beli arisan banyak sekali dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen sedangkan dalam transaksi tersebut mengarah pada suatu bentuk transaksi riba dimana riba merupakan sesuatu yang dilarang dalam ketentuan hukum syara, maka masyarakat perlu adanya suatu pengetahuan tentang transaksi yang dibolehkan dan dilarang berdasarkan ketentuan hukum syara agar masyarakat tidak terjerumus dengan memakan suatu barang haram. Oleh karena itu keberadaan Tokoh Agama sangat penting dalam suatu mayarakat. Tokoh Agama merupakan seorang yang memiliki pengetahuan lebih atau keunggulan dalam bidang agama dalam suatu masyarakat itu sendiri. Keberadaan Tokoh Agama ini sendiri memiliki peran yang sangat 12 Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad, ( Jakarta : Ciputat Press, 2005 ), h. 214

16 penting dalam suatu masyarakat untuk memberikan penerangan hukum agar dapat merubah kebiasaan yang dilakukan masyarakat dengan secara perlahan namun pasti sehingga masyarakat dapat hidup dan bermuamalah secara benar dan sesuai dengan syariat islam. Ada berbagai pandangan yang berbeda yang diberikan oleh Tokoh Agama Islam di desa Jatikalen mengenai transaksi jual beli arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Ada yang membolehkan sebab masyarakat tersebut dalam keadaan terdesak dan ia membutuhkan uang dengan segera sedangkan aset yang dimilikinya hanya berupa arisan tersebut. Pandangan berbeda juga diungkapkan oleh Tokoh Agama Islam lainnya yang mengatakan bahwa hal tersebut dilarang sebab transaksi jual beli arisan merupakan suatu transaksi yang mengarah pada transaksi riba dimana riba merupakan suatu yang dilarang oleh ketentuan hukum syara. Akan tetapi dari beberapa pandangan Tokoh Agama Islam yang yang berada di desa Jatikalen tersebut mayoritas berpendapat tidak membolehkan / melarang adanya transaksi jual beli arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen tersebut. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada beberapa Tokoh Agama Islam di desa Jatikalen untuk mengetahui bagaimana Pandangan Tokoh Agama Islam tersebut tentang transaksi jual beli arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen

17 Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Beberapa Pandangan Tokoh Agama islam tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Menurut ustad Thohir jual beli arisan tersebut dibolehkan. Sebagaimana pernyataan beliau : Dalam transaksi jual beli arisan yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat, penjual ( pemilik arisan ) dalam keadaan terdesak dan membutuhkan uang dengan segera sehingga ia harus ditolong. Jual beli arisan ini dibolehkan sebab dapat membantu orang lain yang sedang kesulitan untuk mencari dana dengan cepat yang apabila pinjam di lembaga keuangan lain akan membutuhkan suatu proses yang lama dan berbelit-belit, sehingga jual beli arisan tersebut dibolehkan karena bertujuan untuk menolong pihak penjual ( pemilik arisan ) itu sendiri untuk memperoleh uang karena kebanyakan masyarakat yang melakukan jual beli arisan adalah masyarakat miskin. Kebolehan menjual arisan sebagai objek transaksi didasarkan ada ayat Al-Qur an bahwa kita harus menolong antar sesama muslim. Kita juga harus mencintai orang miskin dan fuqara, sehingga apabila kita melihat tetangga atau saudara kita yang sedang kesulitan maka kita harus membantunya. Masalah arisan yang menjadi objek jual beli hal tersebut tidak dipermasalahkan karena memang hanya arisan itu saja yang di miliki oleh penjual arisan untuk memenuhi kebutuhannya 13 Namun dalam hal ini Ustad Thohir kurang setuju mengenai jumlah pertukaran yang diberikan oleh pihak pembeli kepada pihak penjual arisan (peserta arisan). Sebagaimana pendapat beliau : Dalam transaksi jual beli arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen, pihak penjual ( peserta arisan ) hanya menerima ganti pertukaran setengah dari jumlah yang seharusnya ia dapatkan atau bahkan lebih rendah dari itu. Hal tersebut tentunya dapat merugikan pihak penjual ( peserta arisan ) itu sendiri karena ia tidak memperoleh pertukaran sebagaimana mestinya sehingga hal tersebut tidak dibenarkan. Dalam hal ini penjual ( peserta arisan ) 13 Thohir, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

18 sebagai pihak yang dalam keadaan mendesak dan perlu untuk mendapatkan pertolongan, apabila pembeli arisan hanya memberikan harga setengah dari jumlah nominal yang seharusnya didapatkannya, maka tentunya hal itu semakin menambah beban kesulitan dari pihak penjual ( peserta arisan ) itu sendiri. 14 Jadi berdasarkan pendapat Ustad Thohir jual beli arisan tersebut dibenarkan apabila pihak pembeli arisan memberikan ganti pertukaran uang arisan tersebut sesuai dengan hasil yang seharusnya didapatkan. Kalaupun pembeli arisan ingin mendapatkan keuntungan, jumlah harga yang diberikan tidak boleh terlalu rendah sehingga hal tersebut tidak terlalu merugikan pihak penjual (peserta arisan) tersebut. 2) Pendapat Ustadz Agustono mengenai transaksi jual beli arisan antara lain : Pada dasarnya arisan ini memiliki tujuan yang positif diantaranya yaitu untuk memperkokoh ukhwah antara sesama warga, selain itu juga digunakan sebagai sarana untuk bertukar ide-ide baru misalnya dalam bidang pertanian, hewan ternak, inovasi-inovasi usaha dal lain sebagainya. Apabila transaksi jual beli arisan yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat tersebut tidak merugikan salah satu pihak maka hal itu boleh dilakukan. 15 Adanya transaksi jual beli arisan ini beliau berpendapat bahwa jual beli tersebut termasuk dalam transaksi jual beli yang dilarang. Sebagaimana pendapat beliau : Secara umum dalam praktik transaksi jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat banyak menimbulkan kerugian bagi pihak penjual ( peserta arisan ) itu sendiri. Hal tersebut disebabkan karena penjual ( peserta arisan ) tidak memperoleh pertukaran uang 14 Thohir, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ). 15 Agustono, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

19 sebagaimana yang seharusnya ia dapatkan. Transaksi jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat mengarah pada transaksi riba karna pihak penjual ( peserta arisan ) tidak memperoleh pertukaran yang sepadan dan dalam transaksi ini hanya menguntungkan salah satu pihak saja yakni pembeli arisan itu sendiri sebab pada akhirnya nanti apabila nama arisan tersebut keluar maka uang hasil arisan menjadi milik sepenuhnya pihak pembeli arisan, sedangkan tanggungan pembayaran arisan setiap minggunya tetap dibebankan kepada pihak penjual ( peserta arisan ) tersebut. 16 3) Ustadz Ahmad Dahlan berpendapat bahwa jual beli arisan merupakan suatu transaksi yang dilarang. Hal tersebut disebabkan karena dalam transaksi jual beli arisan ini terdapat unsur mengurangi serta merugikan salah satu pihak di dalamnya. Pendapat beliau tentang transaksi jual beli arisan yaitu : Dilarangnya transaksi jual beli arisan ini disebabkan karena ketika adanya kegiatan transaksi, barang tersebut tidak ada sehingga dalam transaksi ini termasuk kegiatan transaksi yang dilakukan secara tidak tunai. Hal tersebut tidak diperbolehkan sebab setelah adanya transaksi jual beli arisan ini, pembeli tidak dapat secara langsung menikmati atau merasakan hasilnya. Antara penjual maupun pembeli sama-sama tidak diperbolehkan untuk melakukan transaksi ini. Dalam hal ini pihak penjual ( peserta arisan ) sama halnya dengan memaksakan sesuatu yang seharusnya memang belum saatnya untuk dilakukan. Ia memaksakan untuk segera mendapatkan uang dengan cara menjual arisan yang dimilikinya sedangkan nama dari arisan yang dimilikinya belum saatnya untuk keluar dalam pegocokan ( undian ) itu. Sedangkan dari pihak pembeli arisan itu sendiri, hal tersebut dilarang karena ia membeli dengan merugikan salah satu pihak dengan tidak memberikan ganti atas pembelian dari arisan sesuai dengan jumlah nominal yang seharusnya diterima oleh pihak penjual ( peserta arisan ). Larangan adanya transaksi jual beli arisan didasarkan pada Al- Qur an Surah Al-Baqarah ayat 175 yang menerangkan bahwa Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dalam transaksi jual beli arisan ini merupakan kegiatan jual beli yang mengarah pada transaksi riba karena ada unsur tambahan didalamanya. Tambahan tersebut karena penjual tidak memberikan ganti atas penjualan arisan kepada pihak pembeli ( peserta arisan ) 16 Agustono, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

20 sesuai dengan jumlah nominal yang seharusnya diperoleh atas arisan tersebut. 17 Jadi dalam kegiatan transaksi jual beli yang dilakukan antara penjual maupun pembeli syarat yang harus terpenuhi dari kegiatan jual beli tersebut yaitu bahwa transaksi yang dilakukan harus menguntungkan antara keduabelah pihak, sehingga tidak boleh ada pihak yang dirugikan dalam transaksi ini. Selain itu beliau juga berpendapat antara lain: Apabila arisan itu dijadikan jaminan untuk meminjam uang maka hal tersebut diperbolehkan sebab itu sama halnya dengan ta âwun ( tolong menolong ) dan hal itu memang disunahkan. Akan tetapi apabila transaksi yang dilakukan menggunakan akad jual beli, maka hal tersebut tidak diperbolehkan sebab sama halnya dengan memperjualbelikan uang. selain itu objek yang menjadi benda pertukaran tidak ada dan tidak dapat secara langsung dirasakan oleh pihak pembeli setelah terjadinya akad. Sebagai Tokoh Agama memang sudah kewajiban untuk mengingatkan atau meluruskan kebiasaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat akan tetapi melenceng dari syariat islam. Masyarakat di zaman sekarang memang telah banyak menjauhi atau meninggalkan syariat islam. Dalam bidang akidah msyarakat memang cenderung melaksanakan, seperti sholat berjama ah, tahlilan, pengajian, puasa, dan zakat. Akan tetapi pada ibadah yang dilakukan antara sesama manusia ( sunah ) misalnya dalam bidang muamalah hal tersebut kurang dijalankan dengan sepenuhnya karena rata-rata masyarakat menggunakana urf ( kebiasaan ) yang ada padanya seperti transaksi jual beli sende, jual beli hasil sawah dengan sistem tebasan, dan lain sebagainya. Padahal tidak semua urf ( kebiasaan ) dapat diterima sebagai suatu hukum dan dilaksanakan karena tidak sedikit yang melenceng dari ketentuan syariat islam. Oleh karena itu, kebiasaan yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat islam tersebut harus diluruskan. Hal itu dapat dilakukan di berbagai kesempatan seperti di masjid ba dha shalat berjamaah, kegiatan pengajian dan lain sebagainya Ahmad Dahlan, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ). 18 Ahmad Dahlan, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

21 4) Ustadz W. Wahyudin S.S.Ag berpendapat bahwa jual beli arisan ini dilarang atau tidak diperbolehkan. Jual beli yaitu suatu kegiatan menukar barang dengan barang lain dengan cara tertentu atau suatu akad tertentu. Dasar hukum diperbolehkannya jual beli yaitu pada Al- Qur an Surah Al-Baqarah Ayat 175 yang menerangkan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan jual beli tersebut harus memenuhi rukun dan syarat dalam transaksi jual beli. Penjual maupun pembeli harus memenuhi rukun jual beli yakni harus baligh, berakal dan atas kehendak sendiri. Sedangkan yang berkaitan dengan objek transaksi jual beli barang tersebut harus suci, bermanfaat, dan barang tersebut harus dapat diserahkan. Sebagaimana pendapat beliau : Dalam praktik transaksi jual beli arisan ini, jual beli yang dilakukan sama dengan menjual kesempatan yakni untuk mendapatkan hasil arisan tersebut lebih awal ataupun akhir. Serta objek ( barang ) dalam jual beli arisan ini tidak dapat diserahterimakan. Jual beli arisan ini lemah hukumnya sesuai degan hadits yang diriwayatkan oleh Thirmidzi yang menerangkan bahwa tidak sah menjual suatu barang kecuali yang dimiliki. Jadi dalam kegiatan jual beli yang dilakukan, objek yang menjadi barang serah terima harus benar-benar berupa barang bukanlah sebuah kesempatan. Dalam kegiatan jual beli, pasti hal tersebut berkaitan dengan pertukaran barang, akan tetapi dalam hal ini tidak ada barang yang dijual ( diserahterimakan ) karena hanya berupa kesempatan. 19 Pada dasarnya kegiatan arisan yang dilakukan oleh masyarakat memiliki nilai positif. Kegiatan arisan tersebut dapat mempererat tali silaturahim antar sesama warga, sarana bertukar ide- 19 W. Wahyudin S.S.Ag, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

22 ide kreatif yang ada, dan lain sebagainya. Kegiatan arisan yang dilakukan itu sendiri bersifat ta âwun (tolong menolong). Akan tetapi apabila pada akhirnya arisan yang semula bersifat ta âwun (tolong menolong) tersebut kemudian memperjualbelikannya dengan adanya suatu tambahan, maka hal tersebut sudah menyalahi aturan dasar dari arisan itu sendiri. Menurut beliau : Apabila transaksi jual beli arisan ini bukan mengguankan akad jual beli tetapi utang-piutang, hal tersebut juga sebenarnya lemah. Hal itu berkaitan dengan rukun meminjam itu sendiri antara lain ada peminjam dan yang meminjami, ada manfaat, ada barang, dan ada lafadz. Akan tetapi barang dalam arisan ini belum ada saat terjadinya akad. 20 Pada dasarnya hukum asal meminjami itu sunah karena bersifat ta âwun (tolong menolong), bahkan apabila orang tersebut dalam keadaan sangat membutuhkan dan kita dalam keadaan berkecukupan maka berdosa bagi kita apabila tidak meminjaminya. Transaksi jual beli arisan ini merupakan salah satu praktik transaksi yang mengarah pada unsur riba. Sedangkan riba itu sendiri adalah suatu akad yang terjadi dengan penukaran tertentu yang tidak diketahui sama atau tidaknya berdasarkan ketentuan hukum syara. Jadi riba itu sendiri merupakan tambahan atas suatu akad yang diperjanjian di awal terjadinya pertukaran. Macam-macam riba itu sendiri ada berbagai macam, antara lain riba fadli, riba qardhi, riba yad dan riba nasiah. Akan tetapi ada juga yang membagi riba menjadi tiga yaitu riba fadli, yad, dan nasiah, sedangkan riba qardhi masuk dalam riba nasiah 21. Adapun pada praktik transaksi jual beli arisan ini beliau berpendapat bahwa transaksi jual beli arisan masuk kedalam riba qardhi yang masuk dalam riba nasiah yaitu riba atas suatu hutang 20 W. Wahyudin S.S.Ag, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ). 21 W. Wahyudin S.S.Ag, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

23 dengan suatu syarat ada keuntungan bagi yang memberikan uang tambahan dibelakangnya. Dalam transaksi jual beli arisan tersebut dianggap sebagai transaksi hutang piutang yakni pembeli memberikan hutang kepada pihak penjual (peserta arisan) dan ia memberikan sejumlah uang dan akan dikembalikan setelah penjual menerima hasil dari arisan itu dengan undian ( pengocokan ). Sedangkan dalam hal ini pembeli tidak memberikan uang sejumlah yang seharusnya pembeli dapatkan, sehingga ada unsur tambahana dalam transaksi ini dan hal tersebut masuk dalam kategori riba dan itu tidak diperbolehkan berdasarkan ketentuan hukum syara. Transaksi jual beli arisan dapat dikatakan transaksi hutang piutang, sebab setelah terjadinya akan transaksi pihak penjual (peserta arisan) masih memiliki tanggungan untuk melanjutkan pebayaran iuran setiap minggunya. Sedangkan dalam ketentuan yang ada seharusnya setelah adanya transaksi jual beli, penjual dan pembeli sudah tidak memiliki relevansi lagi didalamnya karena telah terjadi serah terima atas kepemililan atau penguasaan barang tersebut. Namun dalam transaksi jual beli arisan ini berbeda yang dilakukan, sebab setelah terjadinya akad jual beli pihak penjual masih memiliki tanggungan pembayaran setiap minggunya tersebut. Sebagaimana pendapat beliau : Dalam transaksi ini jelas masuk kedalam riba qardhi maupun nasiah karena dalam praktiknya jelas hal tersebut merupakan transaksi hutang piutang yang dibungkus dengan kata-kata jual beli, padahal pada intinya hal tersebut merupakan transaksi hutang

24 piutang karena pada dasarnya juga dalam transaksi jual beli ini tidak terdapat barang yang dijual (diserah terimakan). Pada hakikatnya jual beli anatar uang dan uang juga tidak ada. 22 Dalam kasus transaksi jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri banyak sekali mudharat yang bisa muncul dengan adanya transaksi ini antara lain : 1. Ketika ada suatu perjanjian yang tidak saling mengutungkan karena tidak ada unsur ta âwun (tolong menolong) lagi didalamnya 2. Transaksi ini berpeluang untuk terjadi penipuan. Hal tersebut dapat terjadi ketika setelah adanya transaksi jual beli, pihak penjual melakukan itikad tidak baik dengan tidak membayarkan setoran atau iuran setiap minggunya dalam kegiatan arisan tersebut. Oleh karena itu dalam transaksi ini sangan nerpotensi untuk terjadi penipuan sehingga lemah sekali hukumnya 3. Kegiatan arisan yang semua di dasarkan pada unsur ta âwun (tolong menolong) dapat terjadi suatu permusuhan atau pertikaian di dalamnya karena adanya unsur bisnis tersebut dan hilangnya unsur tolong menolong lagi di dalamnya Beliau berpendapat bahwa arisan sebagai objek transaksi dapat dilakukan asalkan dalam suatu keadaan tertentu. Apabila objek yang digunakan tetap berupa arisan, arisan tersebut dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman. Jadi pihak yang menghutangi atas arisan tersebut tidak dapat menguasai atas hasil arisan sepenuhnya karena hal ini sama dengan riba. Arisan tersebut dapat digunakan sebagai jaminan atas suatu hutang yakni bahwa ia akan menjanjikan untuk melunasi hutang tersebut setalah ia memperoleh giliran untuk memperoleh arisan. Dalam hal ini, jumlah 22 W. Wahyudin S.S.Ag, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

25 uang yang dipinjamkan juga harus sama dengan jumlah yang nantinya akan dibayarkan. Namun apabila pihak yang menjaminkan ingin memberikan tambahan atas uang yang dipinjamkan, hal tersebut diperbolehkan karena memang tambahan itu tidak diperjanjiakn di awal terjadinya transaksi. Namun dalam transaksi jual beli arisan tambahan atas arisan itu sudah diperjanjika di awal sehingga hal tersebut tidak diperbolehkan Analisis Data a. Analisis Tentang Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Arisan di Desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk Kegiatan arisan yang dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen bermula pada keinginan mereka untuk membentuk suatu kegiatan yang dapat mendekatkan antar sesama warga desa. Selain dapat mendekakan antar sesama warga, hal tersebut juga dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara mengontrol pengeluaran uang yang mereka dapatkan dengan membayarkan arisan setiap minggunya sebab arisan dapat juga dikatakan sebagai kegiatan untuk menabung. Kegiatan arisan yang dilakukan oleh masyarakat memiliki berbagai macam bentuk arisan, misalnya arisan uang, arisan bahan pokok, arisan ternak, arisan perabot rumah tangga, dan masih banyak lagi kegiatan arisan lainnya yang kebanyakan dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan arisan ini merupakan kegiatan arisan yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen yang juga di ketuai oleh Ibu Yayuk. Kegiatan arisan ini rutin dilakukan setiap minggunya pada waktu 23 W. Wahyudin S.S.Ag, wawancara ( Nganjuk, 26 Desember 2014 ).

26 dan tempat yang telah ditentukan bersama antara sesama peserta arisan. Arisan yang diketuai oleh Ibu Yayuk ini adalah arisan dalam bentuk uang, Arisan ini dilakukan dengan cara melakukan pengocokan untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh uang yang terkumpul pada hari itu dan pengocokan (undian) tersebut dilakukan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. Peserta arisan yang mendapatkan undian arisan (hasil pengumpulan uang arisan) lebih awal, maka secara tidak langsung ia telah memperoleh pinjaman dari anggota peserta arisan lainnya yang belum mendapatkan undian arisan sehingga ia harus melakukan pembayaran dengan melakukan pembayaran angsuran setiap minggunya dalam arisan tersebut sampai semua anggota mendapatkannya. Akan tetapi pinjaman ini merupakan pinjaman yang tidak bisa ditagih dan ditentukan kapan waktu mendapatkannya sebab hasil arisan tersebut baru didapatkan setelah melalui undian pengocokan. Sedangkan bagi peserta arisan yang terakhir mendapatkan undian arisan, maka secara tidak langsung juga ia dapat dikatakan telah melakukan kegiatan menabung dari setiap pembayaran uang arisan yang ia lakukan setiap minggunya. Setiap peserta arisan pada umumnya pasti menginginkan untuk mendapatkan arisan di awal. Akan tetapi hal ini dikembalikan lagi pada rezeki dari masing-masing peserta arisan karena penentuan awal ataupun akhir dalam perolehan arisan tersebut dilakukan dengan cara undian yakni dengan cara pengocokan. Apabila peserta arisan bernasib baik

27 maka akan mendapatkan arisan di awal pengocokan, akan tetapi apabila peserta arisan tersebut bernasib kurang baik maka ia akan mendapatkan gilirannya paling belakang. Namun hal tersebut tidak menyurutkan antusias masing-masing peserta arisan itu sendiri untuk mengikuti kegiatan arisan. Karena selain untuk memperoleh hasil dari arisan, kegiatan arisan ini juga dijadikan sebagai sarana mendekatkan dan mempererat hubungan kekeluargaan antar sesama warga. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan arisan ini juga dijadikan sebagai lahan untuk berbisnis bagi sebagian masyarakat yaitu dengan cara melakukan transaksi jual beli arisan. Akan tetapi apa yang diharapkan dari adanya kegiatan arisan tersebut tidak mesti sesuai dengan apa yang direncanakan. Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan kegiatan arisan tersebut tidak dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sebagaimana telah dilakukan penelitian oleh penulis dengan melakukan wawancara terhadap para pihak yang bersangkutan tersebut. Penulis dalam hal ini juga melakukan wawancara dengan Ibu Yayuk selaku ketua kelompok arisan. Penulis menanyakan kepada Ibu Yayuk selaku ketua arisan tentang bagaimana peserta arisan tersebut menjual arisannya kepada pihak lain dengan harga lebih rendah dari jumlah yang seharusnya ia dapatkan. Akan tetapi berdasarkan keterangan yang diperoleh, Ibu Yayuk tidak mengetahui tentang bagaimana peserta arisan tersebut menjual arisannya, kepada siapa ia menjualnya dan berapa

28 ia mendapatkan hasil penjualan atas arisannya. Hal tersebut karena penjual (peserta arisan) masih ikut secara rutin setiap minggunya dalam arisan. Ketua arisan tidak mengetahui bahwa arisan yang dimiliki oleh peserta arisan tersebut telah dijual kepada pihak lain. Hal itu baru diketahui Ibu Yayuk namun tidak diketahui Ibu Yayuk dari peserta arisan yang bersangkutan, akan tetapi hal itu diketahuinya ketika berbincangbincang dengan peserta arisan lainnya tentang adanya transaksi jual beli arisan. Dari peserta arisan lain itulah akhirnya Ibu Yayuk mengetahui tentang siapa saja peserta arisan yang menjual arisannya, kepada siapa dan dengan harga berapa ia memperoleh uang dari penjualan arisannya. 24 Dengan memperoleh informasi dari Ibu Yayuk selaku ketua arisan dalam kelompok arisan itu, akhirnya penulis mengetahui tentang siapa saja pihak yang melakukan transaksi jual beli arisan. Hal tersebut dilakukan oleh penulis untuk mengetahui apa yang menjadi alasan para pihak tersebut yang menyebabkan mereka menjual arisan yang dimilikinya. Penulis melakukan wawancara dengan para pihak yang melakukan transaksi jual beli arisan. Salah satu Penjual arisan tersebut antara lain Ibu Rawani. Setelah melakukan wawancara terhadap pihak yang bersangkutan, pihak penjual arisan tersebut mengungkapkan bahwa ia menjual arisan yang dimilikinya karena ia dalam keadaan terdesak dan membutuhkan uang untuk berobat. Beliau menerangkan bahwa alasan 24 Yayuk, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ).

29 beliau hingga menjual arisan yang dimilikinya tersebut karena memang beliau membutuhkan uang tersebut untuk berobat sedangkan beliau tidak memiliki uang sama sekali dan hanya arisan itulah aset yang dimilikinya. Apabila ia meminjam kepada tetangga lainnya, hal tersebut tidak dapat ia lakukan sebab tetangganya juga mayoritas hidup kesulitan. Beliaupun juga tidak memiliki benda berharga lainnya yang dapat dijaminkan untuk melakukan pinjaman di bank. Oleh karena itu beliau mengungkapkan bahwa satu-satunya hal yang dapat beliau lakukan agar memperoleh uang untuk berobat adalah dengan cara menjual arisan yang dimilikinya tersebut. 25 Walaupun Ibu Rawani mengatakan bahwa ia tidak mendapatkan ganti pertukaran uang sebagaimana yang seharusnya ia dapatkan, akan tetapi hal itu menurut beliau cara terbaik yang dapat dilakukan sebab ia tidak perlu khawatir dengan tempo pembayaran hutang sebagaimana yang harus diakukan apabila melakukan pinjaman di lembaga keuangan karena ada arisan tersebut yang dapat digunakan untuk mengganti uang yang telah ia dapatkan yaitu ketika nantinya nama arisannya keluar. Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan, sebagian besar orang yang melakukan jual beli arisan tersebut adalah masyarakat yang dalam keadaan ekonomi kurang mampu dan terhimpit kebutuhan ekonomi dari berbagai macam sektor. Seperti untuk berobat, modal 25 Rawani, wawancara ( Nganjuk, 21 Desember 2014 ).

30 usaha, bahkan ada juga yang digunakan untuk menutup hutang yang dimilikinya karena telah jatuh tempo. Menurut Islam keberadaan suatu serikat (perkumpulan) kerjasama itu dibentuk untuk menyediakan pinjaman tanpa bunga bagi para anggotanya. 26 Begitu pula dengan adanya arisan diharapkan mampu menjadi sarana untuk mengumpulkan modal dan untuk memperoleh suatu maslahah dari adanya kegiatan tersebut. Hikmah adanya jual beli itu sendiri yaitu bahwa jual beli di syariatkan oleh Allah sebagai keleluasaan bagi hambanya karena setiap manusia mempunyai kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan lainnya. Kebutuhan tersebut tidak pernah terhenti dan senantiasa diperlukan selama manusia itu hidup. Tidak seorangpun dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, oleh karena itu ia dituntut untuk berhubungan antar sesamanya. Dalam hubungan tersebut semuanya memerlukan pertukaran, seseorang memberikan apa yang dimilikinya untuk memperoleh sesuatu sebagai pengganti sesuai kebutuhannya. 27 Manusia sebagai makhluk sosial tentunya membutuhkan bantuan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sama halnya dengan yang terjadi pada peserta arisan yang melakukan jual beli arisan tersebut. Ia juga membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. 26 Muhammad Muslehuddin, Sistem Bank Dalam Islam, ( Jakarta : Rieneka Cipta, 1990 ), h Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Terj. Nor Hasanuddin, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007 ), h. 121

31 Dalam transaksi jual beli arisan, harga yang diberikan sangat jauh dari jumlah nominal yang seharusnya diterima oleh penjual (peserta arisan). Hal tersebut sama sekali jauh dari unsur ta âwun (tolong menolong) dan bahkan merugikan salah satu pihak. Dalam transaksi jual beli arisan ini, transaksi jual beli tersebut lebih mengarah pada transaksi yang cenderung mengandung unsur bisnis didalamnya dan bukan lagi tolong menolong. Kata tukar menukar dalam jual beli berarti kegiatan mengalihkan hak dan kepemilikan berlangsung secara timbal balik atas dasar kehendak dan keinginan bersama. Sehingga jual beli merupakan tukar menukar barang atau manfaat (jasa) yang diperbolehkan dan bersifat permanen tanpa unsur riba maupun piutang (pinjaman). 28 Sedangkan dalam transaksi jual beli arisan yang dilakukan sangat bertentangan dengan ketentuan tersebut. Dalam hal ini pihak pembeli memperoleh keuntungan sebab ia hanya memberikan uang jauh lebih rendah dari jumlah nominal yang seharusnya pembeli (peserta arisan) dapatkan. Sedangkan pembeli akan memperoleh nilai nominal secara maksimal dalam transaksi jual beli arisan tersebut yakni ketika nama penjual (peserta arisan) keluar dalam undian (pengocokan). Pihak penjual juga mendapat keuntungan karena ia memperoleh uang dengan cepat tanpa adanya proses yang rumit walaupun ia hanya 28 Abu Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, terj. Khairul Amru, ( Cet. I. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007 ), h. 149

32 mendapatkan jumlah nominal yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya ia dapatkan dalam kegiatn arisan tersebut. Selain itu pembeli juga memperoleh keuntungan dalam hal pembayaran hutang tersebut yakni kepada pembeli arisan sebab pembeli tidak menetukan kapan tempo waktu pembayaran hutangnya, akan tetapi hal itu dilakukan dengan cara mengikuti alur arisan tersebut dengan cara undian (pengocokan) terlebih dahulu. Jadi dapat disimpulkan antara kedua belah pihak sama-sama memperoleh keuntungan akan tetapi dari sisi yang berbeda. Namun dengan adanya keuntungan yang didapatkan oleh masing-masing pihak, bukan berarti adanya transaksi jual beli arisan tersebut tidak merugikan pihak penjual (peserta arisan). Bagi pihak penjual (peserta arisan) itu sendiri malah mengalami kerugian yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang di dapatkannya dari adanya transaksi jual beli arisan tersebut. Kerugian yang dialami oleh pihak penjual tersebut dikarenakan penjual (peserta arisan) tidak mendapatkan hasil dari penjual arisan sesuai dengan jumlah nominal yang seharusnya didapatkan oleh penjual (peserta arisan). Sedangkan kerugian yang mungkin dialami oleh pembeli arisan tersebut yaitu apabila nama arisan yang dibelinya keluar dalam undian yang terakhir sehingga ia baru menikmati hasil pembelian arisannya di akhir. Selain itu kerugian yang dimungkinkan dialami oleh pembeli yakni apabila penjual (peserta

33 arisan) itu memiliki etikad kurang baik yaitu tidak membayarkan tanggungan pembayaran iuran setiap minggunya. Secara terminologi, yang dimaksud dengan jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan. 29 Hal yang diperlukan dalam kegiatan jual beli adalah saling rela (ridho) antara kedua belah pihak yang direalisasikan dalam bentuk mengambil dan menerima. 30 Dalam perjanjian jual beli arisan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, akan jual beli yang dilakukan merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak sehingga tidak ada unsur paksaan di dalamnya karena antara penjual dan pembeli sama-sama rela dalam melakukan transaksi jual beli ini. Dalam kegiatan jual beli arisan ini, antara pembeli yang satu dengan yang lain memiliki ketentuan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terletak pada bonus yang akan diberikan oleh pembeli arisan kepada penjual (peserta arisan) apabila nama arisannya nanti keluar. Akan tetapi tidak semua pembeli arisan akan memberikan bonus tersebut kepada penjual (peserta arisan) tersebut. Hal itu tergantung pada rasa belas kasihan masing-masing pihak. Seperti halnya yang dilakukan oleh ibu Sutiah (salah satu pembeli arisan), beliau menjanjikan akan memberikan uang tambahan nantinya apabila nama arisan yang ia beli keluar. Walaupun uang bonus yang diberikan nanti tersebut jumlahnya 29 Sohari Sahrani Dan Ru af Abdullah, Fikih Muamalah, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2011 ), h Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ( Jakarta : Cempaka Putih Tengah, 2009 ), h. 49

34 tidak seberapa, akan tetapi dengan adanya hal tersebut penjual (peserta arisan) cukup senang sebab ia masih menerima tambahan uang dari sejumlah uang yang ia dapatkan dalam penjualan arisan tersebut. Dalam transaksi jual beli arisan ini, ada juga pembeli yang sama sekali tidak memberikan tambahan (bonus) kepada penjual (pembeli arisan) itu walaupun hanya sedikit jumlahnya. Seperti halnya yang dilakukan oleh ibu Titin, setelah adanya transaksi jual beli arisan tersebut ia mengatakan bahwa sudah tidak mau ikut campur lagi dengan kegiatan arisan itu dan ia hanya menunggu saja sampai nama arisan tersebut keluar dan mendapatkan hasilnya. Berdasarkan praktik jual beli arisan yang banyak dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen, dalam transaksi jual beli arisan ini lebih mengarah pada transaksi utang piutang. Hal tersebut disebabkan objek yang diperjual belikan dalam transaksi ini tidak jelas dan juga tidak diketahui kapan penyerahannya. Salah satu syarat barang (objek) jual beli yaitu barang tersebut mampu diserah terimakan dan barang tersebut harus ada di tangan. 31 Dalam referensi lain juga dijelaskan bahwa syarat objek jual beli antara lain : suci, bermanfaat, milik penjual, bisa diserahkan dan diketahui keadaannya. 32 Sedangkan Dalam transaksi jual beli arisan yang dilakukan oleh masyarakat desa Jatikalen, objek yang menjadi jual beli tidak dapat langsung di serah terimakan sebab yang menjadi objek jual beli adalah 31 Abu Malik, Shahih Fikih Sunnah, h Moh.Rifa i, Moh.Zuhri, Terjemahan Khulashah Kifayatul Akhyar, ( Semarang : CV Toha Putra, 1997 ), h. 184

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK Pada awalnya arisan merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan sebagai sarana mempererat tali silaturahim antar warga masyarakat desa Jatikalen Kecamatan Jatikalen Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada sekarang ini. Selain itu sebagai mahluk sosial manusia yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang ada sekarang ini. Selain itu sebagai mahluk sosial manusia yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk interaksi yang sering dilakukan antar sesama manusia adalah jual beli. Transaksi jual beli sudah lama dilakukan oleh manusia bahkan sebelum

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR A. Profil Desa Jenggrik KABUPATEN NGAWI 1. Kondisi Geografis Desa Jenggrik Desa Jenggrik adalah salah satu desa dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Masalah Telah menjadi sunnatullah bahwa manusia harus bermasyarakat, tolong menolong, atau saling membantu antara satu dengan lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Sejarah Desa Sugihwaras tidak lepas dari sejarah tokoh

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara. 3. Pendidikan apa yang terahir Ibu/ saudara tempuh? 1. Apakah Ibu/ saudara sering mengikuti kegiatan arisan?

Pedoman Wawancara. 3. Pendidikan apa yang terahir Ibu/ saudara tempuh? 1. Apakah Ibu/ saudara sering mengikuti kegiatan arisan? LAMPIRAN Pedoman Wawancara A. Mengenai Identitas Informan 1. Siapa nama Ibu/ saudara? 2. Berapa umur Ibu/ saudara? 3. Pendidikan apa yang terahir Ibu/ saudara tempuh? 4. Apa profesi Ibu/ saudara? B. Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN A. Analisis tentang Pelaksanaan Utang Piutang Padi pada Lumbung Desa Tenggiring Utang piutang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Berdasarkan data monografi

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 1 BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh di Desa Sumberjaya Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil dari wawancara dan dokumentasi, beserta data kepustakaan

Lebih terperinci

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI MINDRINGAN DI DESA BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP Dalam kehidupan masyarakat, jual beli yang sering digunakan adalah jual beli yang sifatnya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH A. Letak Geografis Desa Kecamatan 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading Desa Batur terletak di Kecamatan Gading,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA A. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas lebih mendalam tentang jual beli, terlebih dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa Bumiharjo, Kec Batanghari, Kab Lampung-Timur Untuk mendapatkan informasi mengenai mekanisme

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang objek penelitian dengan maksud untuk menggambarkan objek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Keadaan Umum Desa Sukomalo 1. Tata letak Desa Sukomalo Desa Sukomalo merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KASUS PEMANFAATAN JAMINAN UTANG PIUTANG YANG DI MANFAATKAN PIUTANG DI DESA KENANTEN KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK KASUS PEMANFAATAN JAMINAN UTANG PIUTANG YANG DI MANFAATKAN PIUTANG DI DESA KENANTEN KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO BAB III PRAKTIK KASUS PEMANFAATAN JAMINAN UTANG PIUTANG YANG DI MANFAATKAN PIUTANG DI DESA KENANTEN KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO A. Gambaran Umum Desa Kenanten Desa Kenanten adalah salah satu desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk sosial, sehingga di dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain, sehingga masing-masing manusia saling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BABADAN LOR DAN PRAKTEK UTANG PIUTANG PADA KELOMPOK TANI DI DESA BABADAN LOR. A. Letak Geografis Desa dan Kecamatan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BABADAN LOR DAN PRAKTEK UTANG PIUTANG PADA KELOMPOK TANI DI DESA BABADAN LOR. A. Letak Geografis Desa dan Kecamatan BAB III GAMBARAN UMUM DESA BABADAN LOR DAN PRAKTEK UTANG PIUTANG PADA KELOMPOK TANI DI DESA BABADAN LOR A. Letak Geografis Desa dan Kecamatan 1. Letak Geografis Lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Balerejo.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan ekonomi merupakan persoalan paling penting bagi setiap individu, karena ekonomi merupakan sarana untuk mempertahankan dan mengembangkan peradaban manusia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Batu Bata yang Terjadi di Kampung Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan pemaparan terkait Pembayaran Hutang dengan

Lebih terperinci

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul. RINGKASAN Manusia sebagai hamba Allah yang statusnya makhluk sosial, dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk memenuhi haknya diperlukan adanya suatu tatanan hukum yang mampu mengatur dan mengayomi hubungan

Lebih terperinci

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK A. Gambaran Umum Desa Masaran Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Praktik Hutang Piutang Pupuk Dalam Kelompok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Praktek Arisan Tembak Pada umumnya arisan yang diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO Pada bab ini, penulis akan mengulas secara terperinci praktik transaksi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR A. Keadaan Umum Dusun Banyuurip Desa Sumberingin 1. Keadaan Geografis

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Beton 1. Letak geografis beserta struktur pemerintahan desa Desa Beton

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman Allah SWT dalam al-qur an Surat

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG A. Gambaran Umum Wilayah 1. Letak Geografis Desa Bitung jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Cikupa kabupaten

Lebih terperinci

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Analisis terhadap Praktik Penggarapan Tanah Sawah dengan Sistem Setoran di

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Kondisi Masyarakat Desa Sendangrejo 1. Keadaan Geografi dan Demografi Desa Sendangrejo

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL 1. Analisis Praktek Jual Beli Hasil Bumi Dengan Sistem Panjar Di Desa Jenarsari Gemuh Kendal

Lebih terperinci

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG JAMINAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI DESA PENYENGAT KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Akad Pemanfaatan Barang Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern ini banyak perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai perkembangan masyarakat muslim, di antara perubahan itu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI. seluas 1487,5 ha/m2. Dan jumlah penduduk Desa Indrapuri adalah 3955

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI. seluas 1487,5 ha/m2. Dan jumlah penduduk Desa Indrapuri adalah 3955 BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI A. Demografi Desa Indrapuri Batas wilayah Desa Indrapuri adalah sebelah utara Desa Gading Sari, sebelah selatan PT. Egasuti, sebelah timur PTPN

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH

BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH 39 BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH A. Latar Belakang Obyek 1. Jenis pemanfaatan tanah No. Jenis pemanfaatan Luas 1. 2. 3. 4. 5. Tanah perumahan Tanah

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi terhadap sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, diwajibkan antara satu sama lain

Lebih terperinci

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk BAB III Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) A. Pengertian Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) Koperasi adalah suatu kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI 22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG UANG DENGAN PELUNASAN BARANG DI DESA KEDUNGRINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG UANG DENGAN PELUNASAN BARANG DI DESA KEDUNGRINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG UANG DENGAN PELUNASAN BARANG DI DESA KEDUNGRINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN A. Profil Desa Kedungringin Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan 1. Letak geografis Desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pesanan Makanan Dengan Sistem

Lebih terperinci

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN BAB III PELAKSANAAN AKAD UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Tanjung merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan hasil penelitian ini. Maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila dalam melakukan transaksi dan

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG 35 BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG A. Monografi dan Demografi Desa Budugsidorejo Kecamatan Sumobito kabupaten Jombang 1. Keadaan Monografi Desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor Muamalah ialah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan duniawi, dengan memandang kelanjutan hidup seseorang, seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau

Lebih terperinci

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan 66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang Pembiayaan merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Menyadari

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA DALAM PRAKTIK TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH TAHUNAN DI DESA MADIGONDO

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA DALAM PRAKTIK TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH TAHUNAN DI DESA MADIGONDO BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA DALAM PRAKTIK TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH TAHUNAN DI DESA MADIGONDO A. Keadaan Umum Desa Madigondo Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan Pada bab ini akan diuraikan tentang obyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN AGGOTA KOPERASI VIA PINJAMAN BEBAS BUNGA DI KOPERASI PERSAUDARAAN SEJATI SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN AGGOTA KOPERASI VIA PINJAMAN BEBAS BUNGA DI KOPERASI PERSAUDARAAN SEJATI SEMARANG BAB IV ANALISIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN AGGOTA KOPERASI VIA PINJAMAN BEBAS BUNGA DI KOPERASI PERSAUDARAAN SEJATI SEMARANG A. Analisis upaya Koperasi Persaudaraan Sejati yang berbasis pinjaman bebas bunga

Lebih terperinci

BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO

BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO 46 BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO A. Keadaan Masyarakat Desa Gemekan Mojokerto 1. Letak Geografis Desa Gemekan Dilihat secara umum letak geografis Desa Gemekan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dewasa ini menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan baik itu

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP 1. Akad Awal dalam Transaksi Jual Beli Hasil Perkebunan tembakau a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90.

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern manusia dituntut untuk berpikir kritis, dinamis, dan sistematis mengikuti derasnya arus modernisasi, dinamika tersebut mempengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka 1 IBNU KHOLDUN (10220052) PENDAPAT TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG PIUTANG PANENAN KOPI (Studi Kasus Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Pada akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK JUAL BELI NELETHONG DI DESA TERGAMBANG KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN

BAB III PRAKTIK JUAL BELI NELETHONG DI DESA TERGAMBANG KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN BAB III PRAKTIK JUAL BELI NELETHONG DI DESA TERGAMBANG KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN A. Keadaan Umum Desa Tergambang Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Pada Bab ini akan diuraikan tentang latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakag Allah Swt. Telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakag Allah Swt. Telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Allah Swt. Telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA DI DESA MERGOSARI KAB. TUBAN

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA DI DESA MERGOSARI KAB. TUBAN BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA DI DESA MERGOSARI KAB. TUBAN A. Keadaan Geografis Dan Struktur Pemerintah Desa 1. Keadaan Geografis Pada bab ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji Desa Sungai Keranji merupakan desa yang berada Di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proposional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN BAB IV ANALISIS URF TERHADAP TRADISI HUTANG PUPUK UREA DIBAYAR DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN Islam datang untuk mengatur berbagai segi kehidupan manusia baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku sepanjang zaman. Rasulullah saw diberi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH YANG MENGGADAIKAN. A. Kondisi Geografis, Demografis Desa Kumesu

GAMBARAN UMUM PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH YANG MENGGADAIKAN. A. Kondisi Geografis, Demografis Desa Kumesu BAB III GAMBARAN UMUM PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH YANG MENGGADAIKAN A. Kondisi Geografis, Demografis Desa Kumesu Secara umum Desa Kumesu Kecamatan Reban Kabupaten Batang dengan luas wilayah 582 ha dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI KELUARGA SEJAHTERA (RASTRA) SECARA MERATA MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI KELUARGA SEJAHTERA (RASTRA) SECARA MERATA MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI KELUARGA SEJAHTERA (RASTRA) SECARA MERATA MENURUT HUKUM ISLAM Mekanisme pembagian Rastra di desa Gulbung dilakukan dengan sistem bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah nama bagi yang selain manusia yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang 59 BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Berdasarkan Landasan teori dan Penelitian yang peneliti peroleh di Kelurahan Ujung Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM KWINTALAN DALAM AKAD UTANG PIUTANG PADA MASYARAKAT PETANI DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO A. Produk Kepemilikan Logam Mulia (KLM) di PT. BRI Syari ah KCP Sidoarjo Memiliki logam mulia (LM)

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun 1. Keadaan Geografis dan Struktur Pemerintahan Desa Brumbun

Lebih terperinci

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia. BAB IV ANALISIS URF TERHADAP TRADISI HUTANG-PIUTANG JASA (IRUTAN) DI DUSUN WONOSARI DESA JOGODALU Islam datang untuk mengatur berbagai segi kehidupan manusia baik dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN A. Monografi dan Demografi Desa Kenteng Kec. Toroh Kab. Grobogan 1. Keadaan Monografi Desa Kenteng Desa Kenteng merupakan salah satu

Lebih terperinci