AKTUALISASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKTUALISASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN PANCASILA AKTUALISASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MKCU MARCOM 11 MK90003 Abstract resulting from rational thought. It also became a hallmark of science and technology. both are interrelated and supportive. Kompetensi Mahasiswa memiliki pendalaman yang memadai untuk melihat sebagai dasar pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Mahasiswa bisa menyaringnya dengan baik agar bisa menempatkan teknologi sebagaimana mestinya.

2 Materi Pengayaan BAB IX AKTUALISASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB 9.1. Pengantar Cukup banyak pembahasan dalam bab ini. Meskipun hanya dua sila, tapi masing-masing sila punya muatan yang sangat mendalam, pelik, dan harus kita pikirkan secara jernih. Sila ke dua berbicara tentang kemanusiaan yang adil dan beradab. Praktis, di sini kita harus berbicara tentang kemanusiaan, keadilan, dan juga keadaban. Sementara sila ke tiga berbicara tentang persatuan Indonesia. Meskipun ada dua kata persatuan Indonesia, namun banyak dimensi yang perlu dikaji di sini. Pertama, jelas menuntut kejelasan arti. Yang kedua, menunjuk pada keindonesiaan yang mau tidak mau bicara geopolitik dan juga nasionalismenya. Nah, karena begitu luasnya pembahasan ini, saya akan membatasinya dalam dua tema: kemanusiaan dan kebhinekaan Kemanusiaan dan HAM Humanisme Kata kemanusiaan menerjemahkan dari bahasa Inggris humanity. Kata ini justru berakar dari sebuah gerakan yang menyadarkan manusia pada hakekat kemanusiaannya, tanpa diskriminasi. Jika kita lihat dalam sejarah, kemerdekaan Indonesia juga didasari oleh kesadaran akan kemanusiaan ini. Di dalamnya ada martabat (human dignity) yang harus dibela. Drijarkara SJ, ketika mengkaji, juga mengatakan bahwa kemanusiaan adalah titik pusat dari. Kemanusiaan muncul dari sebuah gerakan dan paham humanisme. Kata humanisme memiliki berbagai makna. Dalam Oxford Advance Learner Dictionary, definisi humanisme adalah (a) sistem keyakinan yang memusatkan pada kebutuhan umum manusia dan mencari cara rasional untuk pemecahan masalah manusia; (b) studi tentang umat manusia dan urusan manusia. Secara etimologis humanisme berasal dari kata Latin klasik humus yang berarti tanah atau bumi. Dari kata tersebut muncul kata homo yang berarti manusia (mahluk bumi) dan humanus yang menunjukkan sifat membumi dan manusiawi. Dari dua acuan tersebut, secara umum humanisme berarti sebuah sistem pemikiran di mana nilai-nilai kemanusiaan, kepentingan, dan martabat dianggap sangat penting. Pemahaman dengan cara ini mungkin hampir semua orang memenuhi syarat sebagai seorang humanis. Humanisme memiliki batas yang elastis antara beberapa pendapat. Pada pandangan dunia (world view), humanisme berarti sesuatu yang agak lebih terfokus. Humanisme berarti isme atau aliran tentang manusia. Dalam arti luas humanisme adalah konsep manusia sebagai pusat eksistensi. Kita akan melihat secara ringkas konsep humanisme dari Edward Said, Corliss Lamont, dan Martin Heidegger. Corliss Lamont dalam Phylosophy of Humanism, menekankan bahwa humanisme bukan hal yang baru. Humanisme menjadi paham yang signifikan dalam filsafat Yunani. Prinsip utamanya adalah perhatian umat manusia harus pada umat manusia (mankind s concern should be mankind). Menurut Lamont, secara filosofis menyiratkan pandangan dunia (world-view) bahwa alam adalah segala-galanya, tanpa adanya supernatural dan manusia menjadi bagian integral dari alam yang tidak terpisahkan dari pembedahan yang tajam atau diskontinuitas. Sifat dasar manusia tak pernah dipandang sebagai sesuatu yang dipisahkan (diisolasi), karena senantiasa mewujudkan dirinya dalam masyarakat. Kemewujudannya ini bisa dalam kejahatan, atau dalam kebaikan yang rasional. 2

3 Humanisme adalah konsep ontologis tentang eksistensi manusia sesuai dengan esensinya sebagai manusia. Manusia secara ontologis hidup menuju ruang dan waktu untuk menemukan dirinya dalam dunia ini. Secara filosofis, humanisme semenjak tampilnya dalam sejarah peradaban untuk menjunjung tinggi kemanusiaan. Namun dalam kenyataan sampai hari ini selalu saja menemui tantangan, terutama pada. bentuk-bentuk sistem sosial dan politik yang mau mengobjekkan, menjadikan manusia bukan lagi sebagai subjek dalam hidup bersama. Dengan menjamurnya alasanalasan ideologis yang atas nama keyakinan atau mazhab pikiran maju, ujung-ujungnya menaruh manusia hanya sebagai alat, instrumen, bahkan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan si pemegang ideologi itu sendiri. Tantangan berikutnya muncul manakala pikiran atau paham humanisme oleh lawannya dianggap terlalu sekuler dalam arti nir-nilai religius, melulu nilai manusiawi sehingga mau dipaksa diganti dengan paham humanisme religius yang didasarkan dan diacukan pada alasan mengapa manusia berharga. Terdapat tiga nilai pokok dalam humanisme. Pertama, menjunjung anugerah Tuhan pada akal budinya (rasionalitas). Kedua, kebebasan kehendak (libertas). Ketiga, keindividuan atau pribadinya sebagai subjek yang otonom atau mandiri. Dari gagasan ini, humanisme dalam bentuk apapun seharusnya tidak menolak konsep agama. Hal ini dipandang dari konsep humanisme merupakan konsep ontologis eksistensi manusia yang otentik dengan tujuan kemanusiaan. Humanisme sekuler pun, tidak menolak agama, hanya memisahkan persoalan agama dan persoalan dunia secara proporsional. Heidegger sangat cermat dalam membahas humanisme dalam Letter on Humanism, dengan penjelasan bahwa setiap bentuk humanisme selalu menempatkan manusia pada pusat kehidupan. Kebersamaan sejati dengan orang lain, hanya akan terjadi kalau ada perbedaan yang bermakna (meaningful diversity) yang mengatasi relativisme kultur atau etnosentris. Perbedaan penuh makna adalah model untuk berelasi secara kultural dengan apa yang disebut Heidegger sebagai disclosedness, titik temu sesama dengan masing-masing mengakui keadaan apa adanya, dengan keunikan perbedaannya. Inilah yang disebut university in diversity. Ini merupakan kebersamaan universal yang dipadukan menjadi satu kesamaan, yaitu kenyataan bahwa setiap manusia adalah manusia. Dalam konteks Indonesia inilah konsep bhineka tunggal ika. Heidegger mengungkapkan pentingnya humanisme filosofis, untuk kembali ke esensi manusia dan dengan demikian melestarikan humanitas dari homo humanus. Dalam mengartikulasikan humanitas dari manusia, Heidegger mengatakan bahwa esensi tertentu dari humanitas, yaitu kebenaran Being sebagai eksistence, layak untuk manusia. Humanitas (kemanusiaan) terdiri atas esensi dari manusia, atau Being dari manusia, tetapi makhluk yang lebih dari mahluk yang kita sebut sebagai manusia (human being). Heideger mengartikan humanisme sebagai Sorge (kepedulian) bahwa manusia menjadi manusia dan bukan ketidak-manusiawian (the human being be human and not inhumane). Inhuman berarti di luar esensi manusia. Semua humanisme atau ideologi humanistik tergantung pada esensi yang diakui secara universal bahwa manusia sebagai animal rationale, atau hewan yang rasional. Namun demikian, Heidegger mengakui bahwa pemikirannya tentang humanisme dalam 'pengertian ekstrem' dengan menyatakan. keterbukaan bagi Being, dimana manusia (human being) berada dalam eksistensinya. Manusia bukanlah mahluk dunia (earthly being) berhadapan dengan transenden, juga bukan subyek berhadapan dunia (bahkan inter-subyektif subjek), tetapi sudah menjadi mahluk yang berada dalam dunia (being-in-the world), sebagai manusia yang berada tengah dunia HAM Dalam perbincangan tentang hak asasi manusia, kebanyakan orang berdiri di dua kubu yang saling bertentangan. Kubu pertama adalah kubu idealis-rasional, kebanyakan didominasi oleh para filosof, yang mencoba mengurai persoalan hak asasi manusia dari asal usul ide dan gagasannya. Karena itu, 3

4 pertanyaan yang menyibukkan mereka adalah: apakah hak asasi manusia itu memang ada, kalau ada apa hakikatnya, apa isinya, dan apa yang menjadi landasan keberadaannya itu. Selain itu, didukung oleh kelompok anti-modern, anti-liberalisme, dan terutama mengental pada kaum postmodernis, persoalan universalitas hak asasi manusia sangat menyita perhatian mereka. Sebaliknya, kubu kedua, yang kita namakan kaum empiris-pragmatis, tidak begitu peduli dengan pertanyaan-pertanyaan omong-kosong tersebut. Bagi kubu ini, yang terpenting adalah gerakan. Tidak perlu banyak disibukkan dengan pelbagai teori yang abstrak dan membingungkan, yang terpenting adalah gerakan dan advokasi terus menerus dengan memanfaatkan instrumen-instrumen yang sudah ada. Instrumen hak asasi manusia internasional, kemudian, menjadi semacam kitab suci. Mereka tidak peduli apakah di balik instrumen-instrumen tersebut tersembunyi kepentingankepentingan hegemonik dan dominatif dari kelompok dan ideologi tertentu yang pada gilirannya mempersendat implementasinya di lapangan. Bagi mereka, ketersendatan itu adalah semata-mata persoalan tidak adanya good will dari pihak pemegang kewajiban hak asasi manusia baik itu negara, masyarakat itu sendiri, dan loci kekuasaan global lainnya seperti institusi ekonomi global. Untuk memahami hal tersebut, marilah kita membuat penelusuran genealogis: genealogi kesadaran. Maksudnya, kita menelusuri genealogi (atau semacam asal usul) hak asasi manusia dalam ranah kesadaran praksis, dengan berpegang pada tonggak-tonggak sejarah penting gerakannya, namun dengan memasuki ranah kesadaran reflektif sebelum dan sesudah tonggak sejarah itu terpancang, yang berarti memasuki wilayah permenungan para pemikir. Ada beberapa fase yang kita perhatikan di sini. (1) Fase I: Pra-Perang Dunia I dan II Fase pertama ini merentang dari tonggak sejarah penentangan monarki absolut di Inggris hingga Prancis dan perjuangan kemerdekaan di Amerika. Lazimnya, kebanyakan orang mengamini bahwa paham hak asasi untuk pertama kali lahir di Inggris pada abad ke-17, tepatnya pada tahun 1679 dengan lahirnya Habeas Corpus, suatu dokumen bersejarah yang menjadi cikal bakal prinsip rule of law untuk menggantikan kesewenangan rule by man yang terutama pada masa itu terpersonalisasi pada sang raja sebagai penguasa monarki absolut. Inti dokumen ini adalah bahwa orang yang ditahan harus dihadapkan dalam waktu paling lambat tiga hari kepada seorang hakim untuk diproses dan diadili. Jadi, ini merupakan tonggak pertama yang sekarang dikenal sebagai kebebasan dari penangkapan sewenang-wenang dan hak untuk mendapatkan peradilan yang jujur (fair trial). Jauh sebelum itu, pada tahun 1215, didorong oleh kepentingan bangsawan dan feodalis yang merasa keberadaannya terancam oleh kekuasaan raja yang sewenang-wenang, dikeluarkanlah sebuah piagam yang kita kenal dengan nama Magna Charta Libertatum. Sebuah piagam yang melarang penahanan, penghukuman, dan perampasan benda sewenang-wenang. Kurang lebih empat ratus tahun setelah itu, tepatnya pada tahun 1640, terjadi Revolusi Inggris yang dipimpin Oliver Cromwell, dan kemudian memegang tampuk pemerintahan menggantikan raja, dan mendirikan pertama kalinya pemerintahan republik di Inggris yang kemudian dalam sejarah selanjutnya menjadi satu-satunya, karena setelah itu (1660) hingga sekarang Inggris kembali menjadi monarki. Revolusi ini berangkat dari kesewenangan raja yang mengebiri hak atas partisipasi politik dan kebebasan beragama serta kebebasan untuk mengawasi pemerintahan. Peristiwa tahun 1215 dan 1640 di atas kemudian mempengaruhi renungan politik filosof terkenal Inggris yaitu John Locke ( ). Renungannya, selain realitas politik yang meresahkan, memberi pengaruh signifikan pada kelahiran Bill of Rights tahun 1689, bahkan hingga masa 4

5 sesudahnya termasuk hingga sekarang. Inti pandangan Locke adalah bahwa semua orang diciptakan sama dan memiliki hak-hak alamiah (natural rights) yang tidak dapat dilepaskan (inalienable). John Locke menekankan empat hak utama yaitu: hak atas hidup, kebebasan (kemerdekaan), hak atas properti (hak milik), dan hak untuk mengusahakan kebahagiaan. Pengaruh pemikiran hukum kodrat Aquinas yang diartikulasikan Locke dipahami dalam pengalaman pahit rakyat Prancis yang mengalami penindasan di bawah raja yang memerintah dengan semboyan negara adalah saya. Revolusi Prancis yang dimulai tahun 1788 kemudian berbuah pada lahirnya pernyataan tentang hak-hak manusia dan warga negara (Déclaration des droits de l homme et du citoyen Declaration of the Rights of Man and of the Citizen). Deklarasi ini membedakan hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia yang sekarang lazim kita sebut sebagai paham hak asasi manusia dan hak-hak yang diperoleh manusia sebagai warga masyarakat dan negara yang sekarang lazim kita mengerti sebagai hak hukum dan civil liberties. Memang kemudian, dalam kenyataannya, deklarasi hasil revolusi tersebut jauh panggang dari api karena teror yang dikomandani Maximilien de Robespierre ( ). Cita-cita penghormatan hak asasi manusia dengan bertolak dari paham kebebasan total malah berakhir pada raibnya kebebasan itu dari ranah kehidupan manusia. Dalam fase pertama ini, kesadaran akan hak terutama berangkat dari pengalaman ketertindasan penguasa. Hal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena pengalaman bersama akan ketertindasan itu turut serta memberi warna pada klaim universalitas hak asasi manusia, dan bukan sekadar berangkat dari paham kodrati. Universalitas yang tumbuh dari negativitas pengalaman bersama ini bergayung sambut dengan renungan antropologi filosofis, sosial dan politik para pemikir, semisal John Locke dengan mengetengahkan tesis antropologis bahwa semua manusia diciptakan sama dengan hak yang sama pula dan tak dapat dicerabut. (2) Fase II: Fase Pasca-Perang Dunia I dan II Fase ini merupakan fase penegakan rule of law dan demokratisasi. Semua cita-cita dan perjuangan luhur abad XIX seolah raib tak berbekas pada abad XX, yang oleh Frederico Mayor7 dinamakan sebagai abad terkelam dalam sejarah kehidupan manusia. Abad ini ditandai perang dunia dua kali, perang saudara, otoritarianisme, diktatorisme, kekacauan sosial, perang dingin, ketidakadilan yang merajalela, kemiskinan dan pembodohan yang akut, dan bahkan diindikasikan sebagai abad kegamangan. Kembali universalitas negativitas berupa pengalaman penderitaan menyatukan manusia yang terwakili dalam diri beberapa gelintir pemimpin dengan dukungan hampir seluruh umat manusia yang jijik dan ngeri pada kekelaman dan penderitaan akibat nafsu manusia sendiri. Kekejaman Nazi Jerman merupakan klimaks dari kengerian dan kejijikan manusia terhadap penderitaan. Didahului oleh terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919 setelah berakhirnya Perang Dunia I, kemudian dipertegas lagi dengan terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa yang secara resmi berdiri pada 24 Oktober 1945, lahirlah sebuah deklarasi yang kita kenal sebagai Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). DUHAM inilah yang lalu menjadi tonggak baru perjuangan dan gerakan hak asasi manusia hingga masa kontemporer. Bersama dengan turunannya dalam bentuk dua kovenan utama yaitu Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR) dan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR), DUHAM telah menjadi semacam kitab suci bagi para pejuang dan subjek pemegang hak asasi manusia di seluruh dunia, yang dikenal dengan sebutan International Bills of Human Rights. 5

6 (3) Fase III: Era Globalisasi dan Neo-liberalisme Fase III yang merupakan fase kontemporer ditandai globalisasi dan neoliberalisme. Ciri khas fase ini adalah bahwa pemahaman lama hak asasi manusia mulai dipandang tidak memadai sekaligus digugat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa lokus kekuasaan politik sebagai pengampu kewajiban pemenuhan hak asasi manusia tidak lagi berada pada satu aktor yaitu negara (state actor) melainkan sudah tersebar ke mana-mana terutama aktor-aktor ekonomi global. Hampir tidak ada kebijakan negara yang berimplikasi pada hak asasi manusia yang imun dan netral dari pengaruh kekuasaan ekonomi global itu. Maka, menagih kewajiban semata kepada Negara untuk memenuhi, menghargai dan melindungi di satu sisi dan menggugat Negara atas kejahatan dan pelanggaran yang dilakukannya baik dengan cara aktif (by commission) maupun secara pasif (by omission) tampak tidak realistis dan rasional. Logika politik kontemporer dengan mudah bisa memandang hal ini. Namun, yang susah adalah bagaimana logika filsafat politik kontemporer itu menjadi efektif sampai pada mempengaruhi kebijakan. Lagi-lagi PBB mengambil peran penting. Beberapa tahun belakangan ini, PBB menginisiasi tindakan penyusunan dan lahirnya beberapa instrumen, baik berupa deklarasi maupun konvensi, yang menegaskan per-lunya institusi-institusi ekonomi global bertanggung jawab atas masalah hak asasi manusia. Yang terakhir adalah disusunnya UN Draft Norms on Business and Human Rights. Pada fase inilah lahir generasi baru dalam diskursus hak asasi manusia, yang sering disebut sebagai hak asasi manusia generasi ketiga, yaitu hak asasi manusia atas pembangunan, lingkungan yang sehat, termasuk di dalamnya hak-hak minoritas dan kelompok-kelompok rentan. Paradigma yang dikembangkan oleh para pejuang hak asasi manusia pada fase ini adalah paradigma ekonomi politik dengan fokus pada etika tanggung jawab terutama yang berkaitan dengan masa depan sebagaimana disampaikan oleh Hans Jonas Konsep Umum dan Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia Sekarang kita memasuki pembahasan tentang konsep umum dan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang direnungkan oleh para filosof guna memahami hak asasi manusia dan pada gilirannya akan mempengaruhi cara para pengambil kebijakan untuk peka terhadap hak asasi manusia atau bahkan memunculkan substansi hak asasi manusia yang baru Konsep Umum Konsep umum hak asasi manusia dapat dijelaskan dengan mengangkat beberapa karakternya, tanpa harus disibukkan dengan daftar hak yang termaktub di dalamnya. Dengan cara itu, orang mungkin saja bisa berbeda pendapat tentang apa saja yang layak dan harus menjadi hak asasi dan apa yang tidak, namun mereka bisa sependapat mengenai karakternya. Paling tidak ada delapan karakter yang bisa kita angkat di sini, terutama dalam pengertian kontemporernya. Pertama, hak asasi manusia bukan sekadar norma moral biasa yang diterapkan dalam hubungan interpersonal semata melainkan norma-norma politik yang berkaitan dengan bagaimana orang diperlakukan oleh negara dan institusi-institusinya. Memang ada juga jenis hak asasi yang secara utama diarahkan pada hubungan interpersonal yaitu hak atas anti-diskriminasi rasial dan seksual. Namun, pemerintah dan negara juga termasuk di dalamnya yang dilarang untuk mempraktikkan diskriminasi, dan bahkan bertanggung jawab jika terjadi diskriminasi interpersonal. Kedua, hak asasi manusia eksis sebagai hak moral dan/atau legal. Hak asasi manusia eksis sebagai norma bersama dalam kesadaran moral aktual manusia yaitu sebagai norma moral absah yang didukung oleh penalaran yang kuat selain juga sebagai hak legal baik di tingkat nasional maupun di 6

7 tingkat internasional yang diakui dalam hukum internasional. Hak asasi manusia paling tidak eksis dalam empat cara, yaitu: (1) melalui pemberlakuan hukum dan keputusan judisial baik di tingkat nasional maupun internasional; (2) sebagai norma prapositif berdasarkan paham hukum kodrat dan pemberian sang Pencipta, jadi tidak atau belum diakuinya suatu hak dalam hukum tidak menghilangkan eksistensi hak itu sebagai hak asasi manusia; (3) sebagai norma yang diterima oleh hampir semua umat manusia, terlepas dari percaya atau tidak pada sang Pencipta, yaitu norma moral berdasarkan pandangan dan kesadaran umum tentang moralitas aktual manusia, semisal kesadaran moral umum manusia bahwa membunuh itu tidak baik; dan (4) sebagai norma moral yang diabsahkan dalam ranah politik dan hukum, jalan yang kebanyakan ditempuh dalam gerakan dan diskursus hak asasi manusia kontemporer. Ketiga, hak asasi manusia sangat beragam dan banyak. Hak asasi manusia yang digambarkan John Locke hak atas hidup, kebebasan, dan hak milik hanyalah sebagian dari hak asasi yang kita kenal sekarang. Hak asasi manusia kontemporer tidak abstrak sebagaimana paham klasik, juga mengarah pada problem-problem spesifik dan konkret, misalnya penjaminan pengadilan yang jujur, pengentasan perbudakan, pelarangan genosida, penjaminan hak-hak perempuan, anak-anak, dll. Keempat, hak asasi manusia merupakan patokan minimal (minimal standards). Mereka lebih memberi perhatian pada menghindari kekejaman dan kengerian daripada mencapai yang terbaik. Fokusnya adalah pemberian perlindungan secara minimal pada kebaikan hidup manusia. Karena itu, konsep dan kandungan hak asasi manusia bersifat dinamis dan toleran terhadap perbedaan kultural dan ideologi, namun tetap menjadi patokan minimal. Kelima, hak asasi manusia merupakan norma internasional yang mencakupi semua negara dan seluruh umat manusia dewasa ini. Mereka adalah norma-norma yang sangat direkomendasikan kepada seluruh umat manusia, karena lahir dari hasil refleksi mendalam atas universalitas penderitaan umat manusia pada abad sebelumnya yang diimbuhi dengan kerinduan untuk mencegah kembali terulangnya tragedi yang sama. Keenam, hak asasi manusia merupakan norma berprioritas tinggi (high-priority norms). Artinya, pengingkaran terhadap hak asasi manusia hanya akan berbuah pada ketidakadilan dan realitas tidak manusiawi. Kedudukannya yang berprioritas tinggi bermakna bahwa suatu masyarakat yang adil dan manusiawi hanya terjadi sejauh hak-hak asasi dijadikan patokan dan ukuran. Ketujuh, hak asasi manusia memiliki nilai justifikasi yang kuat yang berlaku di mana pun dan mendukung prioritasnya yang tinggi. Tanpa karakter ini, hak asasi manusia itu tidak dapat menyeberangi dan melampaui perbedaan kultural dan mengatasi klaim kedaulatan nasional. Justifikasi yang kuat ini sangat dibutuhkan, namun juga tidak berarti absolut dan tak dapat dikurangi dalam tuntutannya. Tuntutan yang kuat ini masih harus dihadapkan pada konteks aktual problemnya. Kedelapan, hak asasi manusia adalah hak, tetapi tidak harus dalam pengertiannya yang kaku. Sebagai hak, mereka memiliki beberapa unsur. Yang pertama sekali adalah bahwa mereka memiliki pemegang hak (rightholder) seorang atau suatu badan yang memilik hak tertentu. Umumnya, yang diakui sebagai pemegang hak dari hak asasi adalah semua orang yang hidup. Hak ini berfokus pada kebebasan, perlindungan, status atau keuntungan. Hak selalu berkaitan dengan sesuatu yang berfokus pada kepentingan pemegangnya (Brandt, 1983).Yang kedua adalah bahwa hak selalu mengarah pada pengampu tanggung jawab atau kewajiban untuk memenuhi, melindungi, atau menjamin hak tersebut. Yang terakhir adalah bahwa hak selalu bersifat mandatoris, dalam arti melimpahkan kewajiban kepada pengampu tanggung jawab, namun tidak murni merupakan tanggung jawab pengampu kewajiban semata, melainkan dipenuhi dengan mengandaikan adanya langkah proaktif dari pemegang hak sendiri, seperti hak atas makanan, pakaian, rumah, dan pendidikan. 7

8 Prinsip-prinsip Sekarang marilah kita lihat berkaitan dengan prinsip utama hak asasi manusia. Hak asasi manusia itu bersifat universal, tak terpisahkan, non-diskriminatif, mengandaikan adanya partisipasi, dan penjaminannya dilakukan dengan remedi (upaya hukum) yang efektif. 1. Universal Prinsip universalitas hak asasi manusia umumnya diderivasikan dari pandangan atau teori hukum kodrat Thomas Aquinas, yang diartikulasikan lebih tajam oleh John Locke. Intinya bahwa secara kodrati semua manusia itu sama, dan sudah membawa serta dalam dirinya hak sebagai manusia. Karena itu, sebagai manusia yang sama dengan hak yang sama, hak-hak itu bersifat universal. Argumen universalitas ini juga mendapatkan landasan rasionalnya dalam teori rasionalitas Immanuel Kant yang mengedepankan bahwa ide-ide transendental bersifat umum pada semua manusia. Pada gilirannya, universalitas rasio ini juga tertuang dalam teori etikanya. 2. Kesalingtergantungan dan Ketakterpisahan Pengelompokan hak-hak asasi manusia atas hak negatif, positif, aktif dan hak sosial tidak berarti bahwa hak-hak itu terpisah satu sama lain. Hak-hak itu saling mengandaikan dan karena itu saling tergantung. Memang dalam sejarah instrumentalisasinya kemudian pertama sekali dikelompokkan menjadi dua besar yang tertuang dalam dua kovenan. Juga kemudian muncul pelbagai konvensi yang memberikan perhatian khusus pada problem khusus berkaitan dengan ras, etnis, dan kelompokkelompok rentan. 3. Non-diskriminasi Prinsip ketiga dalam hak asasi manusia adalah bahwa ia berlaku sama pada semua orang, tanpa pandang ras, etnis, keyakinan, ideologi, bangsa, status, seks dan golongan. Memang terdapat konvensi yang mengatur hak-hak khusus semisal konvensi pelarangan genosida, konvensi antidiskriminasi rasial, konvensi hak-hak anak, konvensi anti-diskriminasi terhadap perempuan, lalu konvensi ILO 169 (dan usulan draf deklarasi) tentang hak-hak masyarakat adat. Namun, keberadaan konvensi-konvensi khusus itu justru menekankan signifikansi prinsip non-diskriminasi itu. 4. Partisipasi Kendatipun ada pemilahan antara pemegang hak dan pengampu kewajiban untuk menjamin hak asasi itu, dalam pelaksanaannya hak itu tidak akan terjamin tanpa partisipasi aktif dari pemegang hak itu sendiri. Hal ini terutama nyata dalam hak-hak demokratis. 5. Remedi yang Efektif Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian tentang konsep di depan, penegakan hak asasi manusia terjamin, meski bukan satu-satunya jalan, melalui remedi atau upaya hukum yang efektif. Tanpa law enforcement, daftar hak asasi manusia itu hanyalah tinggal daftar. Karena itu, hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam pelbagai instrumen internasional perlu diadopsi di dalam sistem hukum nasional setiap negara, dan diperjuangkan terus untuk diterapkan hingga pemenuhannya paling tidak pada taraf minimal. 8

9 9.4. Penutup Mengapa manusia bermartabat? Karena dia adalah manusia. Oleh karena itulah, kemanusiaannya harus mendapatkan perlakuan yang istimewa dengan apa yang disebut sebagai HAM. Memang, sekarang banyak yang menuntut pengakuan akan adanya hak asasi binatang, tapi tetap saja, manusia dalam pandangan yang ekosentris mendapatkan tempat istimewa. digali dengan menekankan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Cinta kepada sesama manusia, mendasari relasinya baik dengan alam maupun dengan Tuhan. Karena kita sadar, kita butuh dihargai, maka kita harus menghargai. Kita butuh dijamin kebebasan untuk beragama, maka kita harus menghargai juga. Akhirnya, adalah perwujudan dari etika hak asasi manusia di Indonesia. 9

10 Daftar Pustaka 1. P. J. Suwarno, budaya bangsa Indonesia, Kanisius, Yogyakarta, R. Soeprapto, Menjawab Globalisasi, Yayasan Taman Pustaka, Tangerang, Ketut Rindjin, Pendidikan Untuk Perguruan Tinggi, Gramedia, Jakarta,

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian dan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) KONSEP DASAR HAM Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya pemajuan, Penghormatan,

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 09 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak Asasi Manusia : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Hak Asasi Manusia Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian HAM Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 09Fakultas Matsani EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi & Rule of Law, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai

Lebih terperinci

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN KEWARGANEGARAAN HAM Hak Asasi Manusia Disusun oleh : Lanny Ariani (125100601111013) Khanza Jasmine (125100601111015) Budi Satriyo (125100601111017) Avia Intan Rafiqa (125100601111019) FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Dapat memahami materi tetang HAM. Dapat memahami materi HAK dan Kewajiban Warga Negara. Dapat memahai dan menjelaskan pelaksanaan HAM di Indonesia

Dapat memahami materi tetang HAM. Dapat memahami materi HAK dan Kewajiban Warga Negara. Dapat memahai dan menjelaskan pelaksanaan HAM di Indonesia Dapat memahami materi tetang HAM Dapat memahami materi HAK dan Kewajiban Warga Negara Dapat memahai dan menjelaskan pelaksanaan HAM di Indonesia Hak azasi manusia merupakan suatu konsep etika politik modern

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd HAK AZASI MANUSIA Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd Hak Asasi Manusia (HAM) Universal Declaration of Human Right UU RI No. 39 Tahun 1999 Landasan Hukum HAM di Indonesia Universal Declaration of Human

Lebih terperinci

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Fakultas 09Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui pengertian hak asasi manusia (HAM) 2. Memahami tujuan (HAM) 3. Memahami

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),

Lebih terperinci

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Etika Sosial Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Bagian I PANDANGAN TENTANG INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1. INDIVIDUALISME Nilai tertinggi manusia adalah perkembangan dan kebahagiaan individu.

Lebih terperinci

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua Hak Azazi Manusia 2012 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki

Lebih terperinci

Negara Hukum. Manusia

Negara Hukum. Manusia Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara hukum / Rule of Law / Rechtsstaat yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa Negara demokrasi adalah negara hukum, namun negara hukum belum

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA.

HAK ASASI MANUSIA. HAK ASASI MANUSIA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan YME Menurut Tilaar, hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak

Lebih terperinci

Dikdik Baehaqi Arif

Dikdik Baehaqi Arif Dikdik Baehaqi Arif dik2baehaqi@yahoo.com PENGERTIAN HAM HAM adalah hak- hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia Idak dapat hidup sebagai manusia (Jan Materson) PENGERTIAN

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA SEJARAH HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-2 FH Unsri URGENSI SEJARAH HAM Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Mata Pelajaran : PPKn Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, tanggal : Senin, 9 Juni 2008 Waktu : 60 Menit PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Hak Asasi Manusia Modul ke: Pada Modul ini kita akan membahas tentang pengertian, tujuan, perkembangan pemikiran, permasalahan penegakan dan lembaga penegak hak asasi manusia neg Fakultas DESAIN SENI KREATIF

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia Modul ke: 08 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Hak Asasi Manusia 2. Tujuan

Lebih terperinci

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

perkebunan kelapa sawit di Indonesia Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia, dari Kewargaan ke Humanisme Universal

Hak Asasi Manusia, dari Kewargaan ke Humanisme Universal Jurnal Ultima Humaniora, Maret 2013, hal 59-75 ISSN 2302-5719 Volume 1, Nomor 1 Hak Asasi Manusia, dari Kewargaan ke Humanisme Universal EDISIUS RIYADI TERRE Salah satu Pendiri dan Redaktur Pelaksana Jurnal

Lebih terperinci

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Pengantar Memahami Hak Ekosob M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Manusia dan Perjuangan Pemajuan Hak Asasinya Semua manusia memperjuangkan hak hidup layak. Agama menginspirasi perjuangan manusia itu. Berbagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan

Lebih terperinci

PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT

PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Di susun oleh NAMA : Aji Guruh Prasetyo NIM : 11.11.4619 PROGRAM JURUSAN : TI : Teknik Informatika

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK ASASI MANUSIA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id HAK ASASI MANUSIA Pokok Bahasan: 1.Pengertian Hak Asasi Manusia. 2. Tujuan Hak Asasi

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-6 INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI HAM Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Universal Declaration of Human Rights, 1948; Convention on

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1 Konsep Hak dan Kewajiban asasi Manusia Apa itu HAK? Apa itu Kewajiban? HAK adalah suatu yang kita terima, dapat berupa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA Oleh : DENY KURNIAWAN NIM 11.11.5172 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI, DR, M.MA. KELOMPOK E PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen PANCASILA Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis HAK ASASI MANUSIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pengakuan Atas Martabat dan Hak-Hak Yang Sama Sebagai Manusia Sebagai bagian dari masyarakat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL TEORI ETIKA PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) KEWARGANEGARAAN (PKN) HAM & IMPLIKASINYA

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) KEWARGANEGARAAN (PKN) HAM & IMPLIKASINYA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) KEWARGANEGARAAN (PKN) HAM & IMPLIKASINYA A. PENGERTIAN HAM Menurut UU No 39/1999 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan

Lebih terperinci

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, 2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Aji Wibowo - Tinjauan Yuridis Terhadap Indeks Kemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh: AJI WIBOWO Dosen di Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH BAGI POLITIK HUKUM. Negara perlu disatu sisi karena Negara merupakan institusi pelembagaan kepentingan umum dan di lain

Lebih terperinci

Demokrasi Berbasis HAM

Demokrasi Berbasis HAM Demokrasi Berbasis HAM Antonio Pradjasto Jika menelusuri sejarah demokrasi, maka antara hak asasi dan demokrasi memiliki korelasi yang erat sejak diperkenalkannya konsep civil liberties pada abad XIX.

Lebih terperinci

SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA

SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA Mata Kuliah Pendidikan Pancasila 2012/2013 Sejarah Hindu/Budha ±14 abad, Islam 7 abad, Kristen 4 abad di wilayah Nusantara kalimat dengan kewajiban menjalankan syariat Islam

Lebih terperinci

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA Pengertian Hak Azazi Manusia Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal Dasar-dasar HAM tertuang dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran ix Tinjauan Mata Kuliah F ilsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara filsafat, yakni mengkaji hukum hingga sampai inti (hakikat) dari hukum. Ilmu hukum dalam arti luas terdiri atas dogmatik hukum,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Multikulturalisme Istilah multikulturalisme berasal dari asal kata kultur. Adapun definisi dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

Lebih terperinci

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Oleh Asep Mulyana Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus DUHAM. Pada 1946, majelis umum Perserikatan

Lebih terperinci

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PANCASILA DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM 1. Penegakan Hukum Penegakan hukum mengandung makna formil sebagai prosedur

Lebih terperinci

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu : 1. Teori Demokrasi Klasik Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Indonesia merupakan negara yang ikut dalam Deklarasi HAM, berimplikasi terhadap revisi Hukum melalui amandemen UUD 1945 dengan ditambahkannya Bab XA tentang HAM yang

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

Kata Kunci: Negara hukum, Hak Asasi Manusia, Konstitusi.

Kata Kunci: Negara hukum, Hak Asasi Manusia, Konstitusi. Materi Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah ========================================================== Oleh : Jumiati ABSTRACT This article tries to elaborate the matters

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi

Lebih terperinci

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun 1945 Dr.Hj. Hesti HAK ASASI MANUSIA NASIONAL INTERNASIONAL LOKAL / DAERAH INTERNASIONAL dalam konteks pergaulan antar bangsa (Internasional) Penghargaan dan

Lebih terperinci

Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA

Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA Saudara mahasiswa yang saya hormati. Salam sejahtera dan selamat bertemu lagi dalam kegiatan tutorial online yang kedua mata kuliah Pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Novia Kencana, S.IP, MPA novia.kencana@gmail.com Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 24, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Pengertian Hukum yaitu : Seperangkat asas dan akidah yang mengatur kehidupan manusia dalam

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia

Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia Disusun oleh Idik Saeful Bahri 13340088 PEMBAHASAN DEFINISI HAM DI DUNIA SEJARAH HAM INDONESIA PERKAMBANGAN HAM INDONESIA KASUS HAM BERAT INDONESIA UPAYA PENEGAKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4919 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170) PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan definisi dan pengertian rule of law 2.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2 Substansi Hak dan Kewajiban asasi Manusia dalam Pancasila PANCASILA UNDANG UNDANG DASAR 1945 PASAL 28A -28J UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kodrat manusia telah ditetapkan sejak lahir berhak untuk hidup dan diatur dalam hukum sehingga setiap manusia dijamin dalam menjalani hidup sebagai

Lebih terperinci

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA

Lebih terperinci

PANCASILA. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara

PANCASILA. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan terpaan kapitalisme global dalam sistem dunia, hukum liberal juga semakin mendominasi kehidupan hukum dalam percaturan global. Negara-negara developmentalis,

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 9

BAHAN TAYANG MODUL 9 Modul ke: Fakultas TEKNIK MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM DAN HAM ) SEMESTER GASAL TAHUN

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen Modul ke: 06Fakultas Gunawan Ekonomi PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen Latar belakang Teori dan Konsep Globalisasi telah mengancam bahkan menguasai

Lebih terperinci

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA Saya menyetujui, dengan segala hormat, bagian pengantar keputusan terkait prosedur dan fakta dan juga bagian penutup tentang dengan penerapan Pasal 50 (pas. 50) dari Konvensi terhadap kasus ini. Saya juga

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PKN BAB 1 Pengampu: Sofani Erlina, S.Pd., Gr 1. HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai

LATIHAN SOAL PKN BAB 1 Pengampu: Sofani Erlina, S.Pd., Gr 1. HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai LATIHAN SOAL PKN BAB 1 Pengampu: Sofani Erlina, S.Pd., Gr 1. HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan dan merupakan anugerah yang harus dijunjung

Lebih terperinci