VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN
|
|
- Hengki Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN Ramalan Harga Minyak Nabati di Pasar Dunia Pergerakan harga riil minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari di pasar dunia minyak nabati periode tahun - dan ramalan tahun - disajikan pada Gambar 13. Neraca perdagangan minyak nabati di pasar dunia tahun - dan ramalan tahun - disajikan Gambar 14 (ket: neraca perdagangan dunia merupakan selisih antara volume ekspor dunia dan volume impor dunia). Hasil peramalan selengkapnya disajikan pada Lampiran 13. Rekapitulasi rerata harga riil minyak nabati dan minyak bumi periode tahun 1980-, tahun dan tahun - serta ramalan tahun - disajikan pada Tabel M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed Minyak Nabati: USD/metric ton cif Rotterdam Minyak Bumi: USd/barrel fob UK Brent 1050 M. Bj. Matahari Gambar 13. Pergerakan Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun - dan Ramalan Tahun -
2 juta metric ton M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed M. Bj. Matahari Gambar 14. Neraca Perdagangan Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun dan Ramalan Tahun - Tabel 31. Rerata Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Bumi di Pasar Dunia Tahun 1980-, Tahun dan Tahun - serta Ramalan Tahun - Harga Dunia*) Rerata Ramalan Harga Riil Th. - Rerata Harga Riil Th. - Rerata Harga Riil Th Rerata Harga Riil Th Minyak Kelapa Sawit Minyak Kedelai Minyak Rapeseed Minyak Biji Bunga Matahari Minyak Bumi *) Satuan harga minyak nabati dalam USD/metric ton cif Rotterdam dan satuan harga minyak bumi dalam USD/barrel fob UK Brent Proyeksi harga riil keempat minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk periode tahun - cenderung memiliki pola pergerakan harga yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar
3 152 dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa sawit dengan tren peningkatan harga terkecil. Perkembangan harga dunia keempat minyak nabati di atas dipengaruhi oleh hasil peramalan harga dunia minyak bumi dan faktor eksternal lainnya (ket: metode peramalan variabel eksogen menggunakan metode STEPAR tren 2 dengan program SAS 9.1.) yang kemudian mempengaruhi konsumsi setiap minyak nabati di setiap negara dan akhirnya mempengaruhi keseimbangan ekspor dan impor dunia masing-masing minyak nabati. Berdasarkan Gambar 14, untuk periode tahun -, neraca perdagangan keempat minyak nabati diproyeksikan berada pada posisi surplus. Rerata surplus perdagangan tahun - untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04 juta ton/tahun atau 5.07% dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit sebesar juta ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun atau 9.60% dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta ton/tahun, untuk minyak rapeseed sebesar ribu ton/tahun atau 5.22% dari rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun. Pembentukan harga dunia setiap minyak nabati selanjutnya dipengaruhi oleh respon harga dunia minyak nabati terhadap perubahan ekspor dan impor dunia. Berdasarkan persamaan harga dunia minyak nabati seperti disajikan pada bab 5, diketahui bahwa setiap minyak nabati memiliki respon berbeda terhadap perubahan ekspor dan impor dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
4 153 dalam pembentukan harga dunia untuk masing-masing minyak nabati relatif lebih responsif terhadap perubahan impor dunia daripada perubahan ekspor dunia, (2) respon harga dunia terhadap perubahan ekspor dunia paling besar dimiliki oleh harga dunia minyak kelapa sawit, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, dan (3) respon harga dunia terhadap perubahan impor dunia paling besar dimiliki oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed. Pergerakan neraca perdagangan dan harga riil di pasar dunia minyak nabati untuk masingmasing minyak disajikan pada Gambar 15 hingga Gambar juta metric ton USD/metric ton Neraca Perdagangan Dunia M. Sawit Harga Dunia Riil M. Sawit Gambar 15. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kelapa Sawit Tahun dan Ramalan Tahun -
5 juta metric ton USD/metric ton Neraca Perdagangan Dunia M. Kedelai 0 Harga Dunia Riil M. Kedelai Gambar 16. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kedelai Tahun dan Ramalan Tahun juta metric ton USD/metric ton Neraca Perdagangan Dunia M. Rapeseed 0 Harga Dunia Riil M. Rapeseed Gambar 17. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Rapeseed Tahun dan Ramalan Tahun -
6 juta metric ton USD/metric ton Neraca Perdagangan Dunia M. Matahari 0 Harga Dunia Riil M. Matahari Gambar 18. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Biji Bunga Matahari Tahun dan Ramalan Tahun Ramalan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia Ramalan keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia dalam penelitian ini meliputi: (1) luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia menurut pelaku usaha, (2) produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan menurut pelaku usaha, dan (3) volume produksi, ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha periode tahun - dan ramalan tahun - seperti disajikan pada Gambar 19 hingga Gambar 21. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan masing-masing pelaku usaha di tahun - diproyeksikan memiliki tren meningkat, khususnya PBS dan PR. Tren peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha secara berturut-turut
7 156 yaitu: untuk PBN 1.53%/tahun dan 2.15%/tahun, untuk PBS 2.79%/tahun dan 2.76%/tahun, dan untuk PR sebesar 2.34%/tahun dan 2.28%/tahun ribu ha Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBN (LASIN) Luas Areal Kelapa Sawit TM PBN (LASMIN) Gambar 19. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN Tahun - dan Ramalan Tahun ribu ha Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBS (LASIS) Luas Areal Kelapa Sawit TM PBS (LASMIS) Gambar 20. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBS Tahun - dan Ramalan Tahun -
8 ribu ha Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PR (LASIR) Luas Areal Kelapa Sawit TM PR (LASMIR) Gambar 21. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PR Tahun - dan Ramalan Tahun - Perkembangan produtivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan periode tahun - dan ramalan tahun - menurut pelaku usaha dan di tingkat nasional seperti disajikan pada Gambar 22. Ramalan rerata pencapaian produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun - untuk masing-masing pelaku usaha dan di tingkat nasional secara berturut-turut adalah 4.12 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBN, 3.95 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBS, 3.13 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PR, dan 3.64 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk tingkat nasional. Selain respon harga dan pengaruh tambahan areal baru tanaman kelapa sawit menghasilkan, tren produktivitas akan terkait dengan (1) komposisi umur tanaman kelapa sawit menghasilkan dan penerapan kultur teknis oleh masing-masing pelaku usaha, dan (2) pengaruh unmanageable factors seperti iklim. Secara teknis tanaman kelapa sawit menghasilkan dibagi kedalam 4 (empat) kelompok fase, yaitu fase tanaman muda (umur 4-5 tahun), remaja (umur 6-8 tahun), dewasa
9 158 (umur 9-15tahun) dan fase tanaman tua (umur 16 tahun). Setiap kelompok fase tanaman memiliki potensi produksi tandan buah segar (TBS) dan potensi rendemen minyak kelapa sawit. Fase tanaman muda memiliki potensi produksi TBS terendah, kemudian meningkat dengan pesat pada saat fase tanaman remaja, mengalami puncak pada fase dewasa dan kemudian menurun secar gradual saat memasuki fase tanaman tua. Sedangkan pola potensi rendemen minyak menurut kelompok fase tanaman adalah semakin meningkat dengan semakin tuanya fase tanaman. ton minyak sawit/ha TM kelapa sawit/tahun NASIONAL YIESIN YIESIS YIESIR Gambar 22. Perkembangan Produktivitas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN, PBS, PR dan Tingkat Nasional Tahun dan Ramalan Tahun - Perkembangan produksi, ekspor dan konsumi domestik minyak kelapa sawit Indonesia periode tahun - dan ramalan tahun - seperti disajikan pada Gambar 23. Proyeksi produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun - memiliki tren meningkat sebesar 2.39%/tahun. Sedangkan proyeksi laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor
10 159 minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09%/tahun dan 2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun -. Di tahun - rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia sekitar 12.75%/tahun dengan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 5.23%/tahun dan 18.42%/tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa pasar domestik akan berperan penting dalam menunjang pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan harga maupun jaminan pemasaran hasil produksi ribu ton/tahun Produksi Ekspor Konsumsi Domestik Gambar 23. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Konsumsi MInyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun - dan Proyeksi Tahun - Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk mengembangkan industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat. Perkembangan
11 160 permintaan terutama diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni Eropa dan Pakistan Dampak Perubahan Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan Sub bab 6.3 membahas dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan oleh negara-negara eksportir dan importir dalam model terhadap perdagangan dunia minyak nabati dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Ringkasan hasil simulasi peramalan tahun sesuai dengan skenario dalam Tabel 3 pada sub bab 4.5 seperti disajikan Tabel 32. Tabel 32. Ringkasan Hasil Simulasi Peramalan Tahun - Variabel Endogen Nilai Dasar Predited Skenario 1 Harga Dunia Minyak Bumi Naik 1% Predicted % Skenario 2 Produksi Minyak Kelapa Sawit Malaysia Naik 10% Predicted % Skenario 3 Produksi Minyak Rapeseed USA dan Kanada Naik 10% Predicted % Skenario 4 Produksi Minyak Kedelai Argentina, Brasil dan USA Naik 10% Predicted % HSW HKW HRW HMW HDSI HESI YIESIN YIESIS YIESIR PRODSI SDSI CSI XSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
12 161 Tabel 32. Lanjutan Variabel Endogen Nilai Dasar Predi-ted Skenario 5 Produksi Minyak Bj. Bng. Matahari Argentina Naik 10% Skenario 6 Produksi Minyak Nabati Eksportir Non Indonesia Naik 10% Predicted Predicted % % Skenario 7 Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia= Nol Predicted % Skenario 8 Depresiasi IDR/USD sebesar 8% Predicted % HSW HKW HRW HMW HDSI HESI YIESIN YIESIS YIESIR PRODSI SDSI CSI XSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW Besaran perubahan hasil simulasi dipengaruhi oleh share ekspor dan impor dalam perdagangan dunia minyak nabati oleh negara eksportir dan importir yang digunakan dalam permodelan. - Negara eksportir minyak kelapa sawit diwakili oleh Indonesia dan Malaysia dengan share terhadap total ekspor dunia tahun masing-masing sebesar 43.28% dan 45.70%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Pakistan dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 16.58%, 15.68%, 17.06% dan 5.21%. - Negara eksportir minyak kedelai diwakili oleh Argentina, Brasil dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun masing-masing sebesar 50.22%, 22.95% dan 11.46%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 24.11%, 10.43%, 7.79% dan 3.94%. - Negara eksportir minyak rapeseed diwakili oleh Kanada dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun masing-masing sebesar 59.53% dan 7.47%. Negara importir diwakili oleh Amerika Serikat, EU-15 dan China dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 44.61%, 17.68% dan 11.36%. - Negara eksportir minyak biji bunga matahari diwakili oleh Argentina dengan share terhadap total ekspor dunia tahun sebesar 31.08%. Negara importir diwakili oleh EU-15, Mesir, dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun masing-masing sebesar 29.54%, 6.05% dan 3.12%.
13 162 Kenaikan harga dunia minyak bumi (Skenario 1) secara umum mendorong peningkatan konsumsi minyak nabati di negara eksportir maupun importir yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia minyak nabati. Namun, kenaikan harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi yang mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, kenaikan harga dunia minyak kelapa sawit akibat adanya kenaikan harga dunia minyak bumi menjadikan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia naik dan direspon dengan kenaikan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan oleh ketiga pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Peningkatan produktivitas dan harga ekspor minyak kelapa sawit mendorong kenaikan volume ekspor. Peningkatan produktivitas mendorong peningkatan penawaran domestik, namun pengaruhnya relatif lebih kecil daripada dampak kenaikan harga ekspor yang menjadikan harga domestik naik yang diikuti oleh penurunan volume konsumsi domestik minyak kelapa sawit Indonesia.
14 163 Hasil Skenario 2 yaitu peningkatan produksi minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak kelapa sawit dan kenaikan ekspor dunia minyak kelapa sawit menyebabkan penurunan harga dunia minyak kelapa sawit. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit mendorong kenaikan impor dunia minyak kelapa sawit, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Hasil Skenario 3 yaitu peningkatan produksi minyak rapeseed Amerika Serikat dan Kanada masing-masing sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak rapeseed dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak rapeseed. Penurunan harga dunia minyak rapaseed mendorong kenaikan impor dunia minyak rapaseed, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti oleh minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga
15 164 domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Peningkatan produksi minyak kedelai Amerika Serikat, Argentina dan Brasil masing-masing sebesar 10% (Skenario 4), mendorong naiknya ekspor dunia minyak kedelai dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak kedelai. Penurunan harga dunia minyak kedelai mendorong kenaikan impor dunia minyak kedelai, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti oleh minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Seperti halnya pada Skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Peningkatan produksi minyak biji bunga matahari Argentina (Skenario 5) sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak biji bunga matahari dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia minyak biji bunga matahari mendorong kenaikan impor dunia minyak biji bunga matahari, namun menurunkan impor
16 165 dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kelapa sawit, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak rapeseed. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Hasil Skenario 6 yaitu kenaikan produksi seluruh minyak nabati di negara eksportir dalam model di luar Indonesia sebesar 2%, secara umum mendorong peningkatan ekspor dan impor dunia minyak nabati, kecuali untuk impor dunia minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari yang menurun. Efek subsitusi antar keempat minyak menurunkan konsumsi minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari di negara-negara importir yang diikuti oleh volume penurunan impor dunia. Dampak selanjutnya dari kenaikan produksi seluruh minyak nabati di negara eksportir di luar Indonesia adalah terjadi penurunan harga dunia untuk keempat minyak nabati. Penurunan harga terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti oleh minyak kelapa sawit, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Seperti halnya pada skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman
17 166 kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Di sisi lain, terjadi peningkatan penawaran domestik dan konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Ekspor minyak sawit dunia yang meningkat pada saat ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menurun adalah akibat kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang lebih besar. Penghapusan pajak ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (Skenario 7) mendorong kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, namun menurunkan penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Dampak peningkatan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia minyak kelapa sawit adalah penurunan harga dunia minyak kelapa sawit dan diikuti oleh penurunan harga dunia tiga minyak nabati lainnya. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penghapusan pajak ekspor terhadap kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah lebih kecil dibandingkan pengaruh penurunan harga dunia minyak kelapa sawit terhadap harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Hal serupa terjadi pada harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia, yaitu dampak penurunan jumlah penawaran domestik (ket: yang mendorong kenaikan harga domestik) relatif lebih kecil dibandingkan dampak penurunan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Penurunan harga domestik mendorong peningkatan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia. Akibat penurunan harga ekspor dan harga domestik, diikuti oleh penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga
18 167 pelaku usaha yang selanjutnya diikuti oleh penurunan produksi minyak kelapa sawit Indonesia. Hasil Skenario 8 yaitu depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 8% menyebabkan penurunan harga ekspor minyak minyak kelapa sawit Indonesia tetapi di sisi lain terjadi kenaikan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Kenaikan harga domestik diikuti oleh penurunan konsumsi, dan sebagai akibatnya mendorong ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mendorong kenaikan ekspor dunia yang akhirnya menyebabkan penurunan harga dunia minyak kelapa sawit. Di pasar dunia minyak nabati, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, sedangkan harga dunia minyak biji bunga matahari adalah konstan. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit PBN dan PBS yang berorientasi pada pasar ekspor. Sedangkan produktivitas PR meningkat seiiring peningkatan harga domestik dan secara total produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat. Meskipun produksi meningkat, namun peningkatan produksi relatif lebih kecil daripada peningkatan ekspor dan menjadikan penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia turun.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing terhadap satu jenis minyak nabati ditransmisikan melalui konsumsi (ket: efek subsitusi) yang selanjutnya
Lebih terperinciV. KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI
V. KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI Dalam bab ini disajikan dan dibahas hasil estimasi persamaan struktural dalam model kerterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak
Lebih terperinciII. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA
II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN DAN SARAN
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak
Lebih terperinciPERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG
67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN
PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc Komisaris Utama PT. Pupuk Indonesia Holding Ketua Dewan Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,
60 BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciV. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA
83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN
203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang
Lebih terperinciISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS
ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MEI 2017
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MEI No. 30/07/14/Th. XVIII, 3 Juli EKSPOR DAN IMPOR RIAU BULAN MEI NAIK, MASING-MASING SEBESAR 4,57 PERSEN DAN 20,98 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On
Lebih terperinciOleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc
Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc Komisaris Utama PT. Pupuk Indonesia Holding Ketua Dewan Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute-PASPI P e n d a h u l u a n Sejak 1980 CPO mengalami
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Kelapa Sawit Kelapa sawit memainkan peranan penting bagi pembangunan sub sektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan petani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari minyak sawit (Crude Palm Oil) yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Salah satu produk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU APRIL 2017
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU APRIL No. 27/06/14/Th. XVIII, 2 Juni EKSPOR RIAU BULAN APRIL TURUN SEBESAR 18,58 PERSEN, IMPOR TURUN SEBESAR 0,31 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On Board
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan
Lebih terperinciPROSPEK TANAMAN PANGAN
PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciVIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO
VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO Pada bab sebelumnya, telah dilakukan analisis dampak kebijakan Gernas dan penerapan bea ekspor kakao terhadap kinerja industri
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada
Lebih terperinciPELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara
PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Makalah Disusun Oleh : Imam Anggara 11.12.5617 11.S1SI.04 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012-03-16 KATA PENGANTAR Makalah ini mengangkat judul tentang Peluang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JULI 2017
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JULI No. 41/09/14/Th. XVIII, 4 September EKSPOR DAN IMPOR RIAU BULAN JULI NAIK MASING-MASING SEBESAR 14,79 PERSEN DAN 40,97 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga
Lebih terperinciISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA
ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii
Lebih terperinciOUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT
OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA
V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA Pada bab V ini dikemukakan secara ringkas gambaran umum ekonomi kelapa sawit dan karet Indonesia meliputi beberapa variabel utama yaitu perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015
OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU DESEMBER 2016
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU DESEMBER No. 06/02/14/Th. XVIII, 1 Februari 2017 EKSPOR RIAU BULAN DESEMBER NAIK SEBESAR 9,21 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR TURUN SEBESAR 25,04 PERSEN, SELAMA TAHUN EKSPOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,
Lebih terperincimeningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara sedang berkembang yang menganut perekonomian terbuka, Indonesia berperan serta dalam perdaganagan internasional. Indonesia kian giat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JANUARI 2017
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JANUARI No. 12/03/14/Th. XVIII, 1 Maret EKSPOR DAN IMPOR RIAU BULAN JANUARI NAIK MASING-MASING SEBESAR 4,03 PERSEN DAN 5,69 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2017
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI No. 15/04/14/Th. XVIII, 3 April EKSPOR RIAU BULAN FEBRUARI TURUN SEBESAR 11,37 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR NAIK SEBESAR 10,90 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan
Lebih terperinciOUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016
OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016
Lebih terperincioleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.
HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU SEPTEMBER 2016
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU SEPTEMBER No. 051/11/14/Th. XVII, 1 November EKSPOR RIAU BULAN SEPTEMBER NAIK SEBESAR 1,61 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR TURUN SEBESAR 39,73 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU AGUSTUS 2016
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU AGUSTUS No.048/10/14/Th. XVII, 3 Oktober EKSPOR RIAU BULAN AGUSTUS NAIK SEBESAR 5,96 PERSEN, SEMENTARA IMPOR RIAU NAIK SEBESAR 103,81 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Perkembangan Ekspor Dan Impor Provinsi Riau No. 49/11/14/Th. XX, 1 November BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI RIAU Perkembangan Ekspor dan Impor Provinsi Riau Ekspor Riau Mencapai US$ 1.37 Miliar, meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI Oleh : Sri Nuryanti Delima H. Azahari Erna M. Lokollo Andi Faisal
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2017
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET No. 18/05/14/Th. XVIII, 2 Mei EKSPOR RIAU BULAN MARET NAIK SEBESAR 6,86 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR TURUN SEBESAR 12,36 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga akhir tahun 2000 yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciVII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM
VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015
No. 20/03/15/Th.IX, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 95,49 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 9,88 Juta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014
No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015
No. 32/05/15/Th.IX, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 101,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 7,81 Juta. Nilai ekspor Melalui
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015
No. 24/04/15/Th.IX, 15 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 10,95 Juta. Nilai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.Berdasarkan Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB sektor pertanian atas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2016
No. 20/05/14/Th. XVII, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET EKSPOR RIAU BULAN MARET NAIK 0,02 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On Board (FOB) pada bulan et mencapai US$ 1.018,39
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan dan industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor usaha yang mendapat pengaruh besar dari gejolak ekonomi global, mengingat sebagian besar (sekitar
Lebih terperinciV. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.
V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas
Lebih terperinciPELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU
No. 17/03/17/Th.VI, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Total Ekspor Provinsi Bengkulu Januari 2015 mencapai nilai sebesar US$ 10,05 Juta, yang tercatat 68,42 % diantaranya transaksi
Lebih terperinciIII. TINJAUAN PUSTAKA
36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU
No. 32/05/17/Th.VI, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 17,33 juta, yang tercatat 54,88 % diantaranya transaksi ekspor langsung
Lebih terperinciVI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN
VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN 6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam analisis ini adalah adanya kesesuaian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JUNI 2017
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JUNI No. 34/08/14/Th. XVIII, 1 Agustus EKSPOR RIAU BULAN JUNI TURUN SEBESAR 13,87 PERSEN, DAN IMPOR NAIK SEBESAR 2,24 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free
Lebih terperinciOUTLOOK KOMODITI KAKAO
ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari 3 dasawarsa dalam pasar minyak nabati dunia, terjadi pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara tahun 1980 sampai
Lebih terperinci