STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)"

Transkripsi

1 STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) SKRIPSI Oleh: ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013

2 STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) SKRIPSI Oleh: ENCUS DYAH AYOE MOERNIWATI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 i

3 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Encus Dyah Ayoe Moerniwati NIM : K Jurusan/ Program Studi : PBS/ Pendidikan Seni Rupa Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, 9 Januari 2013 Yang membuat pernyataan Encus Dyah Ayoe Moerniwati ii

4 STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) Disusun Oleh: Encus Dyah Ayoe Moerniwati K Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 iii

5 PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, 9 Januari 2013 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd NIP NIP iv

6 PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skiripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Tim Penguji Skripsi Nama Terang Hari : Tanggal : Tanda Tangan Ketua Sekretaris Anggota I Anggota II :Drs. Margana, M. Sn. NIP :Nanang Yulianto, S. Pd, M. Ds NIP :Dr. Slamet Supriyadi, M. Pd NIP :Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd NIP Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP v

7 ABSTRAK Encus Dyah Ayoe Moerniwati. STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo di Dukuh Butuh, Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (3) Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo, (4) Ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo, (5) Sistem pemasaran batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, (6) Dampak positif dan negatif yang dirasakan oleh masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang.sumber data yang digunakan memanfaatkan informan, tempat dan penelitian, hasil karya, arsip dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data menggunakan teknik tringulasi data dan review informan. Teknik analisis data yangdigunakan terdiri dari 3 komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Prosedur penelitian yaitu tahap persiapan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penyusunan laporan hasil akhir. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1) Motivasi bapak Marjiyanto yang ingin memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya adalah yang melatar belakangi berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo. Pemilihan nama Ismoyo sebagai nama perusahaan, di ambil dari salah satu tokoh wayang, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo diawali dengan pembuatan desain, nyorek, ngengrengi, ngisen-isen,nyolet, ngeblok, pewarnaan dan nglorod dan pemilik terlibat langsung dalam proses tersebut supaya tetap dapat mengontrol kualitas batik tulis, (3) Produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo berupa pakaian untuk pria dan wanita dewasa siap pakai maupun dalam bentuk lembaran kain batik tulis, dari bahan kain primissima, dobi dan sutera ATBM, (4) Batik tulis di Perusahaan Batik ismoyo tidak memiliki ciri khas, (5) Perusahaan Batik Ismoyo memfokuskan pemasaranya melalui showroom yang dimiliki oleh perusahaan di pasar Tamrin Jakarta Pusat, (6) Perusahaan Batik Ismoyo membawa dampak positif bagi warga sekitar perusahaan. Yakni, banyak warga sekitar yang menjadikan pekerjaan membatik sebagai pekerjaan sampingan dan perusahaan memberikan kesempatan siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu Gemolong untuk belajar membatik. Kata Kunci : Batik Tulis, Plupuh, Sragen vi

8 ABSTRACT Encus Dyah Ayoe Moerniwati. The Study of Batik Tulis( The Case in Batik Ismoyo Company at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen). Thesis.Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. January The aims of this research are to know: (1) the establishment background of Batik Ismoyo Campany at Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (3) the kinds of product of batik tulis produced by Batik Ismoyo company, (4) the special characteristics of batik tulis in Batik Ismoyo company, (5) the marketing system of batik tulis in Batik Ismoyo Company, (6) the positive and negative impacts that felt by people around Batik Ismoyo Company. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The research strategy used is stake-single case study. The sources of data are informant, place and research, result of work, archives, and documents. The sampling technique is purposive sampling. The trustworthiness techniques used are triangulation and review informant. There are three main components to analyze the data; they are data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The researcher uses four stages of the research procedures; they are preparation, field work, analysis data, and final result of the report. Based on this research, the researcher can conclude: (1) Marjiyanto motivation to improved the economic condition of his family is the background of establishment Batik Ismoyo Company. The name of Ismoyo chosen as the name of the company taken from one of the puppet characters, (2) the making process of batik tulis in Batik Ismoyo Company begins with the design, nyorek, ngengrengi, ngisen, Isen, nyolet, ngeblok, coloring and nglorod and owners directly involved in the process in order to remain control the quality of batik, (3) Products in Company Batik Ismoyo such as clothing for men and women ready to wear as well as in the form of batik cloth sheet, from fabric Primissima, dobi and silk ATBM, (4) batik tulis produced by Batik Ismoyo Company doesnt have special characteristics (5) Batik Ismoyo Company focus on marketing through an owned showroom in Central Jakarta around the company. Many people around who make membatik as a side job and the company provides opportunities to islamic elementary school to learn about membatik. Keyword: Batik Tulis, Plupuh, Sragen vii

9 MOTTO Tidak ada gunanya kita menyesali apa yang sudah terjadi, yang harus kita lakukan adalah Move on dan memperbaikinya (Penulis) Saya percaya bahwa semua yang kita kerjakan dan semua yang terjadi pada diri kita, akan berdampak pada kehidupan kita suatu saat nanti (Penulis) Kesalahan terbesar yang dapat kamu lakukan dalam hidup adalah terus menerus merasa takut untuk membuat kesalahan (Elbert Hubbard) viii

10 Allah Bapak dan Ibu Terimakasih untuk segala kasih sayang, motivasi serta pengorbanan yang pselama ini engkau berikan. Terimakasih untuk setiap doa yang engkau panjatkan hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar Sarjana. Sampai kapanpun Bapak dan Ibu adalah orang tua terhebat bagiku. I always love u, dad and Encus Widiyatmoko Terimakasih untuk segala bentuk kasih sayang yang kakak berikan untuk adik.terimakasih untuk motivasi dan kesabaran kakak untuk adik, hingga akhinya adik bisa mendapatkan gelar Sarjana.kakak adalah seorang kakak yang terhebat dalam hidup adik. Love u, Mochamad Fajrin Terimakasih untuk segala bentuk perhatian, motivasi serta kesabaran yang selama ini kamu berikan. Kehadiranmu dalam hidupku membawa banyak perubahan dan karena dukunganmu akhirnya aku dapat menggapai gelar Sarjanaku. Semoga ini menjadi langkah awal untuk masa depan kita, aku dan kamu satu.l. Dwi Irma Andriyani, Amelia Ardiyani & Wahyu Endrayanti Terimakasih sahabat, terimak untukku. Kalian adalah teman terbaikku selama masa perkuliahan hingga akhirnya aku mendapatkan gelar sarjanaku. Ini bukan akhir dari persahabatan kita, kita akan bertemu dan berkumpul kembali disaat kita sudah meraih impian kita masing-masing. Tupay, Kura-kura dan Kelinci teman terunikku. ix

11 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, kelancaran dan kemuliaan. Atas kehendaknya penulis dapat STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. 3. Ketua Program Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Almarhum Drs. Sudarsono, M. Hum, selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan selama masa perkuliahan. 7. Bapak Marjiyanto beserta keluarga, yang telah memberi kesempatan dan tempat pengambilan data penelitian. 8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. x

12 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Surakarta, Januari 2013 Penulis, xi

13 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGAJUAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN ABSTRAK... vi HALAMAN ABSTRACT... vii HALAMAN MOTTO... viii HALAMAN PERSEMBAHAN... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Batik 1. Sejarah Batik di Indonesia Pengertian Batik Batik Tulis Bahan Membatik Alat Membatik Langkah-langkah Membatik xii

14 7. Motif Batik B. Kerangka Berfikir BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bentuk dan Strategi Penelitian C. Sumber data D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Sampling F. Validitas Data G. Teknik Analisis Data H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Latar Belakang Perusahaan Batik Ismoyo Proses Pembuatan Batik Tulis Di Peerusahaan Batik Ismoyo Produk Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Ciri Khas Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Sistem Pemasaran Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Dampak Perusahaan Batik Ismoyo Pada Lingkungan Sekitar BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Bagan Proses Batik Isen-isen Motif Ornamen Meru Ornamen Meru Ornamen Pohon Hayat Ornamen Pohon Hayat Ornamen Tumbuhan Ornamen Tumbuhan Ornamen Garuda Ornamen Garuda Ornamen Burung Ornamen Burung Ornamen Bangunan Ornamen Bangunan Ornamen Lidah Api Ornamen Lidah Api Ornamen Naga Ornamen Naga Ornamen Binatang Ornamen Binatang Ornamen Kupu-kupu Ornamen Kupu-kupu Ornamen Pengisi Ornamen Pengisi Motif Batik Kawung Motif Batik Truntum xiv

16 Motif Batik Parang Rusak Barong Motif Batik Sido Mukti Motif Batik Ciptoning Motif Batik Tambal Motif Batik Grompol Motif Batik Tulis Pekalongan Motif Batik Gedog Motif Batik Kraton Kertas Kalkir Kertas Karbon Kain Primissima Kain Dobi Kain Sutera ATBM Malam atau Lilin Batik Remazol Water Glass Cair Alat dan Bahan untuk Membuat Pola Meja untuk Nyorek Pensil 2B Penggaris Klip Dinamo Mesin Jahit Bekas Canting Klowong Canting Cecek Canting Tembokan Canting Ceret Cucuk Dua Kompor dan Wajan Gasakan Gawangan xv

17 Bak Celup Timbangan Pider Bak Air Drum, Tungku dan Bambu Contoh Desain Proses Nyorek Proses Ngegrengi Proses Ngisen-iseni Contoh Coletan Contoh Kain Batik yang di Blok Proses Seleksi Kain Batik Proses Penimbangan Bahan Pewarna Proses Nyelup Proses Pemberian Water Glass Cair Proses Pencucian Proses Nglorod Proses Pencucian Setelah Kain Dilorod Proses Penjemuran Kain Batik Contoh Batik Tulis Berbahan Sutera ATBM xvi

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Surat Keterangan Wawancara Lampiran II Hasil Wawancara Lampiran III Surat Ijin Penelitian Lampiran IV Dokumentasi xvii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan suku bangsa, dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda setiap suku bangsa memiliki ciri kebudayaan khas. Salah satu ciri yang penting dari suatu kebudayaan daerah adalah unsur tradisi yang sifatnya berakar dan turun temurun pada masyarakat suatu suku bangsa, misalnya unsur religi, etika, adat istiadat dan sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan suatu suku bangsa yang perlu ditingkatkan ditaraf nasional, oleh karena itu pelestarian dan pengembangan kebudayaan suatu daerah sangat penting dan diperlukan, karena dengan cara ini kebudayaan suatu daerah dapat terus bertahan dan tidak akan digusur oleh kebudayaan modern, serta dapat meningkatkan kebudayaan daerah ketaraf nasional. Sebagai salah satu kebudayaan nasional, kebudayaan Jawa memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan kebudayaan nasional. Manusia adalah pelaku budaya yang sekaligus melakukan proses budaya dan hidup dalam kebudayaan yang dihasilkan. Dalam kehidupannya manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang terdiri atas pangan, papan dan sandang. Sandang dapat diartikan sebagai pakaian atau busana yang terbuat dari kain. Kain sendiri merupakan produk budaya yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Kebudayaan adalah salah satu proses belajar manusia yang merangkum bentuk-bentuk penghayatan apa yang ada dalam dirinya dan apa yang ada diluar dirinya. Hubungan penghayatan tersebut menandai sebuah proses keteraturan semesta. Dalam proses kreasi seni rupa, dimana seni rupa adalah karya manusia (perupa), sekaligus ia berada didalamnya, dan dapat menikmati atau dinikmati keberadaanya. Kebudayaan yang dihasilkan dalam suatu daerah bermacam-macam, dari kebudayaan Jawa sendiri salah satunya adalah batik. Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai seni yang tinggi, dengan corak, serta tata warna yang khas milik suatu daerah yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Batik sebagai aset 1

20 2 budaya merupakan ikon produk Indonesia yang memiliki nilai historis dan memiliki citra ekslusif yang menggambarkan status pemakainya. Batik, sebagai sebuah karya budaya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena menjadi sumber hidup bagi para pengrajinnya, membuka lapangan usaha, menambah devisa negara, dan mendukung kepariwisataan yang sangat potensial. Keberadaan batik semakin dikenal dunia dan memuncak setelah diakuinya batik merupakan karya bangsa Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangibel and Heritage of Humanity)oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan batik, semestinya kita perlu mengajak masyarakat sosial untuk merespon batik agar dapat berkembang dengan baik. Artinya, unsur pemerintah serta para pengusaha yang banyak berkecimpung dalam bidang batik harus berperan aktif dalam proses pengembangan ini. Sumintarsih (dalam Jantran, batik juga tidak hanya terbatas sebagai sebuah entitas lokal tetapi juga merambah ke dalam ruang kehidupan para pendatang yang ikut menjadikan semakin kaya dengan corak dan ciri khas dari setiap daerah masingdinilai memiliki keunikan tersendiri daripada batik dari negara lain dan memiliki banyak simbol didalamnya, serta memiliki filosofi tersendiri. Keunikan batik juga terletak pada penggunaan malam atau campuran sarang lebah dan lemak hewan dalam pembuatannya. Sedangkan pada umumnya dalam proses pembuatan batik bahan yang digunakan sebagai perintang warna adalah berbagai jenis bubur dari gandum, beras ketan dan parafin, dan sebagai alat melukis dipakai berbagai bentuk alat, antara lain kuas (Djumena, 1990: 1). Awalnya batik dikerjakan terbatas hanya didalam kraton oleh puteri kraton dan seniman kraton. Batik saat itu juga hanya dikonsumsi oleh raja, keluarga raja, dan para pengikut raja. Para pengikut raja banyak yang dari luar kraton, oleh karena itu batikpun dibawa keluar oleh para pengikut raja dan mereka mengerjakan batik dirumah masing-masing. Karena kebiasaan para pengikut raja membuat batik dirumahnya masing-masing, kemudian rakyat yang berdekatan

21 3 dengan rumah para pengikut raja juga ikut meniru membuat batik dan semakin meluas keberbagai wilayah. Batik sekarang tidak hanya digunakan oleh raja, keluarga raja, dan para pengikut raja, namun masyarakat luas sekarang juga memakai pakaian batik. Awalnya batik juga hanya digunakan dalam acara-acara resmi saja, tetapi sekarang batik dipakai dalam setiap acara bahkan digunakan untuk pakaian sehari-hari. Namun tentu saja pemakaian batik dalam lingkungan kraton masih berlaku aturan-aturan tertentu. Tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, kota mana saja yang menjadi pusat batik, karena kota ini sudah terkenal sejak dulu kala, diantaranya adalah Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tasikmalaya, Kalimantan Timur, Madura dan Bali. Tetapi perlu diketahui, selain dikota tersebut ternyata kabupaten Sragen juga memiliki potensi industri kerajinan batik yang sudah lama berkembang. Menurut Affanti (2009: 76) Sragen juga memiliki potensi batik yang baik, terutama untuk batik tulisnya, hal tersebut dapat dibuktikan dengan kepercayaan yang diberikan pada pembatik di Batik Kliwonan yang berada di Kabupaten Sragen oleh juragan batik saudagaran (saudagar pribumi, etnis Arab, maupun saudagar etnis Cina) untuk melakukan rekayasa penggabungan antar pola batik kraton atau klasik dan juga motif batik kraton atau klasik dengan motifmotif agraris berjalan lancar, sebab pada dasarnya pembatik di Sragen memiliki ketrampilan dalam hal tersebut. Daerah industri batik yang terdapat di kabupaten Sragen sendiri berada di Kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh. Desa-desa yang merupakan sentra pengrajin batik di wilayah Kecamatan Masaran adalah Desa Kliwonan dan Desa Pilang, sedangkan yang berada di wilayah Kecamatan Plupuh antara lain di Desa Gedongan, Desa Jabung dan Desa Pungsari (Supriyadi, 2011: 1). Di Desa Butuh terdapat pengrajin batik yang rata-rata terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Supriyadi (2011: 1) berpendapat bahwa kaum perempuan merupakan pemain utama dalam industri rumah tangga tersebut (industri batik), khususnya dalam melakukan pembatikan sampai dengan proses finishing produk. Selain itu di Desa Butuh juga terdapat beberapa perusahaan yang bergelut dibidang batik, salah satu perusahaan tersebut adalah Perusahaan Batik Ismoyo.

22 4 Disini Perusahaan Batik Ismoyo sangat berperan penting dalam melestarikan salah satu kebudayaan Jawa, yaitu batik khususnya batik tulis. Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban untuk mengabdi pada masyarakat, penulis ingin mengangkat batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo agar dikenal, disukai, dan dinikmati oleh masyarakat luas. Hal tersebut yang kemudian melatar belakangi penulis untuk mengkaji batik pada Perusahaan Batik Ismoyo di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo? 2. Bagaimanakah proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo? 3. Jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo? 4. Apakah yang menjadi ciri khas dalam batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo? 5. Bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo? 6. Apa dampak positif dan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat yang berada di sekitar Perusahaan Batik Ismoyo?. C. Tujuan Penelitian Secara garis besar tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah keikutsertaan aktif dalam menggali dan mengembangkan batik yang merupakan bagian dari kekayaan kebudayaan nasional bangsa Indonesia, sedangkan tujuan yang bersifat khusus adalah: 1. Mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Perusahaan Batik Ismoyo. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo

23 5 3. Mengetahui jenis-jenis produk batik tulis apa saja yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo 4. Mengetahui ciri khas batik tulis pada Perusahaan Batik Ismoyo 5. Mengetahui bagaimana sistem pemasaran di Perusahaan Batik Ismoyo 6. Mengetahui dampak positif dan dampat negatif yang dirasakan oleh masyarakat disekitar Perusahaan Batik Ismoyo. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan-perusahaan batik di Sragen dan sekitarnya b. Sebagai sumber referensi dan dokumentasi yang dapat digunakan dalam penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat memberi gambaran alternatif dalam proses membatik oleh masyarakat luas dan pengrajin batik lainnya b. Dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi instansi-instansi atau lembagalembaga yang terkait dalam usaha pengembangan dan melestarikan batik c. Diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi perusahaan yang terkait dalam mengembangkan kerajinan batik tulis sebagai bagian dari hasil kebudayaan daerah yang mendukung kebudayaan nasional.

24 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Batik 1. Sejarah Batik Di Indonesia Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukanya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti Tang ( ) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara ( ) (Prasetyo, 2010: 2). Sedangkan di Afrika teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yomba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, oleh karena itu batik di Indonesia sangat erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta (Dedi, 2009: 6). Jadi, kesenian batik sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja berikutnya. Kemudian pada abad ke-18 atau abad ke-19 batik mulai meluas ke wilayah Indonesia. Pada saat itu batik yang dihasilkan hanya batik tulis, kemudian sekitar tahun 1920 mulai dikenal batik cap. Adapun kaitannya dengan penyebaran agama Islam, banyak daerah-daerah pusat kerajinan batik di Jawa yang merupakan daerah-daerah santri dan kemudian menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokohtokoh pedagang muslim melawan perekonomian Belanda. Kerajinan batik sudah lama dikenal di Indonesia dan sekarang sudah berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Prof. Dr. R. M Sutjipto Wiryosuparto (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134) berpendapat bahwa: commit 6 to user

25 7 mengenal aturan untuk menyusun syair, mengenal membuat kain batik, mengenal industri logam, penanaman padi di sawah dengan jalan Namun pendapat tersebut mendapatkan bantahan dari G. P Rouffer (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134), bantahan tersebut adalah: ibawa pertama kali oleh orang Kalingga dan Karomandel, keduanya adalah bangsa India. Pada permulaannya mereka sebagai pedagang, kemudian berimigran kolonisator Dengan adanya bantahan tersebut jelas bahwa batik datang dari luar Indonesia, yakni dari Kalingga dan Karomandel di India. Kenyataan menunjukkan bahwa ragam hias batik terdapat di Indonesia dengan ragam hias batik di India tidak memiliki kesamaan, hal ini membuktikan bahwa batik yang berkembang di Indonesia tidak datang dari India, dengan demikian pendapat batik Indonesia berasal dari India menjadi diragukan (Susanti dalam Soemarjadi dkk, 2001: 134). 2. Pengertian Batik Menurut Djumena (1990: IX) seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, diantaranya adalah latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat, tata kehidupan, lingkungan alam, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain. Dalam tesan atau membuat titik. Jadi batik mempunyai arti menulis atau melukis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Soemarjadi dkk, 2001: 135) batik diartikan sebagai corak atau gambar (pada kain) yang pembuatannya secara khusus dengan menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.

26 8 Pendapat lain mengenai batik datang dari Sadly (dalam Indriani, 2006: 8) batik dalam arti sederhana adalah suatu gambar yang berpola, motif dan coraknya dibuat secara khusus dengan menggunakan teknik tutup celup. itinjau dari prosedurnya teknik pembuatan kain batik tidak lain adalah teknik celup rintang. Maksudnya adalah motif dibuat dari bahan yang dapat merintangi warna masuk kedalam serat kain pada waktu dicelup ke dalam bahan warna. Setelah bahan perintang warna tersebut dibuang maka akan terlihat motif yang dirancang. Pada kenyataanya adakalanya menyimpang secara unik dari motif yang dirancang. Inilah yang menjadikan batik menjadi suatu bentuk kerajinan yang khas, yang tidak dapat pada kerajinan l (Soemarjadi dkk, 2001: 135). Prasetyo (2010: 1) juga mengemukakan pendapat, bahwa: mengacu pada dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain, dalam literature internasional teknik ini dikenal sebagai wax-resist dying. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki Batik merupakan tekstil tradisional di Indonesia yang menggunakan motif, teknik dan warna khusus untuk menghiasi kain. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya Jawa (Dedi, 2009: 1). Batik diproduksi di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Setiap daerah memiliki keunikan dan ciri khas batik, baik dalam ragam hias maupun tata warna. Pada dasarnya, batik termasuk salah satu jenis seni lukis. Bentuk-bentuk yang dilukiskan diatas kain tersebut disebut dengan ragam hias. Ragam hias yang terdapat pada batik pada umumnya berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain letak geografis, adat istiadat, dan kondisi alam. Pulau Jawa merupakan pusat batik di Indonesia. Daerah-daerah seperti Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta, Garut, Indramayu, Banyumas dan Madura merupakan sentra penghasil batik yang terkenal di Indonesia.

27 9 Sesuai dengan perkembangan jaman batik juga mulai berkembang jenisnya, yang awalnya hanya berupa batik tulis sekarang sudah terdapat banyak batik, antara lain adalah batik ikat celup, batik cap, batik printing dan batik sablon 3. Batik Tulis Soemarjadi dkk (2001: 136) berpendapat bahwa : tulis adalah batik yang dibuat dengan cara menerakan malam pada motif yang telah dirancang dengan menggunakan canting tulis. Cara ini dilakukan untuk semua pemberian motif. Malam berfungsi sebagai bahan perintang warna. Motif bisa dirancang secara bebas, karena dengan menggunakan canting tulis hal ini sangat mudah dikerjakan.pemberian warna juga dimungkinkan dengan bebas, baik melalui celupan maupun melalui coletan. Disamping itu juga dimungkinkan untuk memberikan Sedangkan menurut Harmoko (dalam Indriani, 2006: 12) batik tulis adalah batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu dalam meletakkan cairan malam pada kain. Pendapat lain datang dari Prasetyo (2010: 7) batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan menggunakan canting, yaitu alat yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran atau pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Dalam pembuatan batik, khususnya batik tulis dibutuhkan keahlian khusus, telaten dan sabar. Hal tersebut bertujuan agar batik yang dihasilkan memiliki bentuk motif atau desain yang luwes dan jelas. Batik tulis adalah kain yang dihiasi dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan, pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan batik jenis lainya (Dedi, 2009: 5). Batik tulis merupakan batik yang spesial dan mahal dibanding batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini diperlukan keahlian, serta pengalaman, ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan batik tulis. Menurut Soekamto (1984: 14-15) batik tulis ada dua macam, yaitu batik tulis halus dan batik tulis kasar.

28 10 Batik tulis yang kasar dapat dilihat dari bahan yang tidak begitu halus, sedangkan untuk batik tulis ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: a. Morinya terpilih dari yang paling halus b. Cara menulisnya c. Babaran atau pewarnaannya berhasil baik. Pada dasarnya batik tulis adalah suatu teknik pembuatan gambar pada permukaan kain dengan cara menutup bagian-bagian tertentu dengan menggunakan bahan malam atau lilin dan alat canting. 4. Bahan Membatik Bahan yang digunakan dalam membuat batik tulis terdiri dari kain, lilin batik atau malam dan pewarna batik (Kurniadi, 1996: 12-16). Berikut penjelasan dari bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat batik: a. Kain Kain batik seperti halnya seperti kain-kain yang lainya dibuat dengan dasar prinsip yang sederhana dari bahan benang yang digabung secara memanjang dan melintang. Pada awalnya kain batik hanya terbuat dari jenis serat alam, utamanya kapas (tumbuhan) dan sutera (hewan) (Kurniadi, 1996: 12). Kurniadi (1996: 13-14) menyebutkan ada empat jenis mori atau kain yang digunakan sebagai bahan untuk batik tulis, yaitu: 1) Mori Sangat Halus Kualitas mori halus ditentukan oleh kepadatan anyaman tenunan serta kehalusan kualitas dari benang. Kandungan kanji dalam kain jenis ini sangat sedikit maka kain ini tidak kaku. Mori halus juga sering disebut mori Primisima dan mori ini kebanyakan merupakan buatan Belanda dan Jepang, di Indonesia kain ini diproduksi oleh Cambrie milik GKBI Madari. Mori Primisima ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece). Adapun satu piece berukuran panjang 17, 5 yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm).

29 11 2) Mori Halus Mori yang didatangkan dari Belanda maupun Jepang, di Indonesia kain ini diproduksi di Batang (Primatexo). Mori Prima ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan. Ukuran setiap piece-nya adalah panjang 17,5 yard (± 15, 5 m) dan lebar 42 inchi (± 106 cm). 3) Mori Medium atau Sedang Di pasaran kain mori i. Kain ini memiliki anyaman yang kurang padat serta memiliki kualitas benang yang berbeda dengan kain Primisima maupun kain Prima. Mori biru yang diproduksi oleh Jepang ukuranya lebar 42 inchi dan panjangnya 48 yard, untuk produk Belanda ukuran lebarnya 40 inchi dan ukuran panjangnya 16 yard, 30 yard, 40 yard, 45 yard, dan yang paling panjang adalah 48 yard. 4) Mori Kasar Mo mori iliki kualitas yang paling rendah dibandingkan dengan kain mori jenis lainya, hal ini dikarenakan kain mori ini belum diputihkan. Mori Blaco diperdagangkan dalam bentuk piece, yang ukuran setiap piece-nya panjang 48 yard, dan lebarnya inchi. Soemarjadi dkk (2001: ) mengungkapkan bahwa : terbatas, asalkan bahan tersebut dapat diserapi bahan warna secara baik dan dapat pula ditempeli oleh bahan perintang. Pemakaian kain putih dimaksudkan agar hasil celupan mempunyai warna yang cemerlang dan bersih di samping dapat dicelupkan pada semua warna. Tentu saja dalam hal ini kain warna selain putih pun dapat dipakai, selama warna dasar yang ada sudah dirancang sebagai salah satu warnanya. Kelemahannya adalah bahwa kita tidak akan

30 12 Kualitas kain mori yang digunakan dalam membuat batik sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Selain itu juga akan mempengaruhi harga dari batik tersebut. b. Lilin Batik atau Malam Menurut Widodo (1983: 10) lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tidak terkena warna yang diberikan pada kain. Menurut Kurniadi (1996: 14-16) lilin batik atau malam batik merupakan campuran dari berbagai bahan, yaitu : 1) Malam Tawon kain, tahan lama, tidak mudah mengelupas, mudah lepas apabila dalam titik leleh(59ºc). Lilin tawon atau liin konte biasanya untuk campuran pembuatan lilin kualitas baik (lilin klowong). 2) Gondorukem Gondorukem disebut juga gondo, songka, harpus atau harar. Gondorukem terdiri dari beberapa jenis, yaitu gondorukem Amerika, gondorukem Hongkong, gondorukem Aceh dan gondorukem Pekalongan. Pemberian gondorukem pada lilin adalah agar lilin batik menjadi lebih keras dan tidak mudah membeku, karena sifat gondorukem setelah mencair (pada titik leleh 70º-80ºC) lebih mudah menembus pori-pori kain, sehingga sangat baik untuk perintang warna. 3) Damar atau Damar Mata Kucing Damar atau damar mata kucing adalah getah pohon damar yang diguakan sebagai campuran lilin batik agar lilin batik membentuk garis-garis lilin yang baik melekat pada kain dan sukar meleleh.

31 13 4) Parafin Parafin sering disebut lilin pecah. Parafin berwarna putih dan agak kuning muda. Pemakaian parafin pada lilin batik agar lilin batik mempunyai daya tahan tembus basah dan mudah dilorod. 5) Micro Wax Micro wax atau lilin micro adalah jenis parafin yang lebih halus, berwarna kuning muda, lemas (flexible) sehingga lilin batik menjadi lemas atau ulet dan mudah lepas. Biasanya digunakan untuk campuran lilin yang berkualitas baik, yaitu lilin klowong maupun lilin tembok. 6) Kendal Kendal adalah lemak binatang. Biasanya diambil dari binatang lembu atau kerbau. Kendal dipakai untuk campuran lilin batik dalam jumlah kecil, tujuanya adalah agar lilin batik menjadi lemas dan mudah lepas ketika dilorod. Lilin atau malam yang digunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk membatik mempunyai kadar cepat menyerap pada kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan (Aziz, 2010: 48). Djumena (1990: 2) berpendapat bahwa malam adalah campuran dari antara lain parafin, lilin lebah, gondorukem, damar mata kucing dan lemak hewan dengan perbandingan yang berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lainya. Perbadingan bahan-bahan pembuatan malam tersebut merupakan salah satu hal yang dapat menentukan mutu batiknya, jadi setiap pengrajin batik memiliki perbandingan yang berbeda-beda. Menurut Sumintarsih (dalam Jantran, 2009: 692) malam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu malam alam yang terbuat dari sarang lebah dan malam buatan, malam buatan pabrik. Menurut fungsinya, malam dapat dibedakan menjadi:

32 14 1) Malam tembokan Malam tembokan warnanya agak coklat dan agak kental. Malam ini biasanya digunakan untuk menutup blok warna putih, maka malam yang digunakan adalah malam putih dan malam kuning serta keplak. 2) Malam carik Malam carik warnanya agak kekuningan dan mempunyai sifat yang lentur serta tidak mudah retak. Malam ini memiliki kualitas yang bagus, oleh sebab itu malam ini sering digunakan dalam pembuatan batik tulis halus. 3) Malam gambar Malam gambar warnanya kuning pucat dan memiliki sifat mudah retak, oleh sebab itu malam ini dipakai untuk menimbulkan efek pecah-pecah atau retakan pada batik. 4) Malam biron Malam ini warnanya coklat dan digunakan untuk menutup warna biru. c. Pewarna Batik banyak yang menggunakan bahan-bahan pewarna alami, khususnya dari tumbuh-tumbuhan ya (Kurniadi, 1996: 16) Pewarna batik alami biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diproses secara tradisional. Zat warna tersebut biasanya diambil atau terbuat dari akar, batang, kulit kayu, daun dan bunga. Namun sekarang pewarna yang digunakan dalam pewarnaan batik tidak hanya menggunakan pewarna alami saja, tetapi juga menggunakan pewarna buatan atau sintetis. Pewarna sintetis tersebut antara lain adalah Naptol, Remazol dan Indigosol.

33 15 Pengrajin batik untuk sekarang banyak yang beralih menggunakan bahan pewarna sintetis, karena menggunakan pewarna sintetis dapat dipakai secara langsung dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengolahnya, selain itu dari segi harga, harga bahan pewarna alam lebih mahal dibandingkan dengan harga pewarna sintetis. 5. Alat Membatik Perlengkapan yang digunakan dalam membuat batik tulis adalah peralatan yang sifatnya tradisional dan khas, walaupun sekarang mengalami penyempurnaan baik bentuk dan kualitas bahan namun manfaat atau fungsinya tetap sama. Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan batik tulis diantaranya adalah: a. Canting Canting merupakan salah satu produk budaya yang perannya sangat penting dalam proses membatik, khususnya untuk batik tulis. Karena batik tulis memang membutuhkan canting dalam proses pembuatanya. Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai penggangannya yang mempunyai sifat lentur dan ringan (Aziz, 2010: 47). Menurut Sumintarsih (dalam Jantran, 2009: 692), canting adalah alat untuk mewadahi malam panas yang dibuat dari bahan tembaga agar dapat menahan panas lebih lama sehingga malam dalam canting tahan lama mencairnya. Canting merupakan alat untuk melukis pada waktu membatik kain (Soekamto, 1994: 23), Riyanto (1995: 7) berpendapat canting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat menentukan kriteria suatu hasil kerja apakah bisa batik atau bukan batik. Awalnya canting terbuat dari bahan tempurung kelapa, namun seiring perkembangan zaman bahan pembuatan canting juga semakin berkembang. Saat ini canting yang terbuat dari bahan tempurung kelapa sudah jarang ditemukan, para pengrajin sekarang lebih memilih

34 16 menggunakan canting yang terbuat dari bahan tembaga. Bahkan sekarang ini sudah ada canting yang lebih modern, yaitu canting yang menggunakan listrik. Canting terdiri dari beberapa bagian yaitu (Soekamto, 1994: 24-25) : a) Badan canting Badan canting disebut Fungsi dari badan canting ini adalah untuk menyimpan atau menaruh malam cair guna membatik kain. b) Paruh canting Paruh canting berbentuk melengkung, ketika membatik malam yang cair akan keluar dari lubang paruh canting. Besar kecil dan jumlah cucuk atau carat dapat diuraikan sebagai berikut (Kurniadi, 1996: 18) : 1) Berdasarkan besar kecil cucuk, yaitu : a) Cucuk besar b) Cucuk sedang c) Cucuk kecil 2) Berdasarkan jumlah atau banyaknya cucuk, yaitu : a) Cucuk canting cecekan Cucuk canting cecekan adalah tunggal. Fungsinya untuk membuat garis-garis, cecek atau titik. b) Cucuk canting loran Canting ini bercucuk dua dengan posisi berjajar diatas dan dibawah. Fungsinya untuk membuat garis-garis sejajar atau garis rangkap. c) Cucuk canting telon Canting ini memiliki cucuk tiga buah yang berjajar dari atas ke bawah dan berfungsi untuk membuat garis dengan cepat, cecekan

35 17 sebagai pengisi bidang yang kosong. Disamping cucuk telon adapula canting yang memiliki cucuk lebih dari tiga. 3) Berdasarkan kegunaannya, yaitu : a) Canting reng-rengan Canting ini memiliki fungsi untuk membuat batikan pertama kali sebelum dikerjakan lebih lanjut. Reng-rengan merupakan kerangka pola sehingga saat pengerjaannya disebut ngrengreng. b) Canting isen Canting ini memiliki fungsi untuk mengisi atau membatik bidang kosong, setelah pelaksanaan ngrengreng. Canting ini biasanya bercucuk kecil. c) Ekor canting Ekor canting terletak di bagian belakang badan canting. Ekor tangkainya. d) Tangkai canting Tangkai canting terbuat dari bahan kayu yang sangat lunak dan sering. b. Gawangan Gawangan biasanya terbuat dari bambu atau kayu jati, bentuknya dua batang bambu bulat melintang dengan empat kaki dan gunanya adalah untuk meletakkan (sampiran) mori atau kain yang akan dibatik (Widodo, 1983: 7). Fungsi dari gawangan menurut Aziz (2010: 43) adalah untuk menggantungkanatau menyangkutkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan canting. Kurniadi (1996: 19) mengemukakan: gawangan ini haruslah kuat dan ringan, karena disamping dipindah-

36 pindah gawangan juga untuk menyangga kain yang disampirkan atau dibentangkan di atasnya yang relatif 18 c. Kompor alat pemanas lilin batik atau malam, karena membatik biasanya menggunakan peralatan yang sifatnya tradisional. Penggunaan Anglo ini dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk menjaga nyala api agar api tetap stabil. Pengrajin batik sekarang lebih suka menggunakan kompor, alasanya penggunaan kompor lebih mudah dikendalikan dari pada penggunaan anglo (Kurniadi, 1996: 19). Kompor yang digunakan untuk membatik ini ukuranya kecil, tidak seperti yang biasa digunakan untuk memasak. d. Wajan Wajan adalah alat yang digunakan untuk mencairkan malam atau lilin batik, wajan bisa dibuat dari logam atau tanah liat (Riyanto, 1993: 8). Wajan yang digunakan oleh pengrajin batik pada masa lalu adalah wajan yang terbuat dari tanah liat, hal tersebut dikarenakan tangkai pada wajannya tidak panas, hanya saja proses pemanasanya agak lambat. Wajan yang digunakan disini adalah wajan kecil atau wajan yang khusus untuk membatik. e. Bak Celup Bak celup diperuntukkan untuk memberi warna pada kain dengan jenis warna tertentu, sehingga besar kecil bak celup serta jumlah bak celup disesuaikan dengan kebutuhan. Yang perlu diperhatikan didalam penyediaan bak celup adalah bak celup tersebut kuat atau tidak bocor dan, dapat menampung kain yang dicelup.

37 19 f. Ketel atau Panci Ketel atau panci ini biasanya terbuat dari logam yang berfungsi untuk menghilangkan lilin batik atau malam dengan cara kain direbus dengan air dan diberi abu soda secukupknya (Kurniadi, 1996: 20). Ketel atau panci yang digunakan harus memiliki ketebalan yang cukup dan besar sesuai dengan jumlah kain yang akan dilorod. 6. Langkah-langkah Membatik Dalam pembuatan batik tulis harus melalui beberapa tahapan, tahapantahapan tersebut adalah sebagai berikut (Kurniadi,1996: 24) : a. Tahap persiapan Dalam tahap persiapan ini juga terbagi dari beberapa tahap. Tahapan-tahpan tersebut adalah: 1) Memotong mori dibatik maka kain ini harus dipotong sesuai dengan dengan ukuran yang diperlukan. Setelah kain dipotong ujung-ujung kain tersebut dijahit (diplipit) supaya benang-benang yang paling tepi bekas potongan tidak lepas ( Sewan Susanto, 1980: 6) 2) Mencuci ngirah tujuan agar kandungan kanji yang terdapat pada mori hilang. Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam semalaman dalam air (Sewan Susanto, 1980: 6). Untuk mendapatkan kualitas kain yang lebih bagus lagi kain harus 3) Menganji mori Menganji mori memiliki tujuan agar lilin batik tidak terlalu meresap pada pori-pori kain, sehingga pada saat proses nglorod lilin batik

38 mudah dihilangkan. Pemberian kanji pada kain adalah setelah proses ngloyor dan pemberian kanjinya tipis-tipis. 20 4) Ngempleng Ngempleng adalah cara tradisional dan khas dalam tahap persiapan sebelum membuat batik, yaitu mori yang telah dikanji (setelah kering) untuk memudahkan daya serap warna pada kain. b. Tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain Kurniadi Agar bagian-bagian tertentu tidak terkena warna, maka diperlukan perintang terhadap warna, yaitu dengan cara pemberian lilin batik. Pemberian lilin batik dapat dilakukan bertahap, yaitu tahap awal ngrengreng sampai tahap akhir sebelum dilorod Dalam tahap pelekatan atau pemberian lilin pada kain juga terdapat beberapa langkah, yaitu: 1) Membatik kerangka Membatik kerangka adalah proses awal pemberian lilin pada kain sesuai dengan motif yang sudah ditentukan. Biasanya dalam tahap ini menggunakan canting yang bercucuk sedang. 2) Ngisen-ngiseni Ngisen-ngiseni adalah memberi isen (isi) pada tempat tertentu. Selain memberikan isen-isen dalam proses ini juga berlangsung proses tertentu agar nantinya kain yang di blok dengan lilin tersebut tetap berwarna putih. 3) Nerusi Nerusi adalah proses pelekatan lilin dengan mengikuti batikan yang telah dikerjakan namun dari sebalik kain (hingga lilin atau malam pada kain dapat dibuat bolak-balik).

39 21 4) Nemboki Nemboki adalah menutupi bagian tertentu dengan menggunakan lilin atau malam (biasanya pada bagian yang luas) agar tidak terkena warna. Dalam proses ini biasanya menggunakan canting cucuk besar atau bisa menggunakan kuas. 5) Penyempurnaan akhir pemberian lilin Dalam proses ini tujuanya adalah untuk menyempurnakan cantingan pada kain yang mungkin dirasa kurang sempurna. c. Tahap pewarnaan batik Menurut Sewan Susanto (1980: 8-9) ada beberapa macam cara pewarnaan pada pembuatan kain batik, antara lain adalah: 1) Medel Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain selesai dicanting. Untuk kain sogan kerokan maka medel adalah warna pertama yang diberikan pada kain. Medel ini dilakukan dengan cara dicelup. 2) Celupan warna dasar Tujuan pemberian warna dasar adalah agar warna dasar berikutnya tidak berubah atau tidak tetumpangan warna lainya. 3) Menggadung Menggadung adalah menyiram kain batik dengan larutan zat warna. Caranya adalah kain dibentangkan pada papan atau meja kemudian disiram dengan zat warna, dengan cara ini akan menghemat zat warna tetapi hasilnya kurang merata. 4) Coletan atau dulitan Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan adalah memberi warna pada kain batik dengan zat warna yang dikanvaskan atau dilukiskan

40 dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin, sehingga warna tidak meluas kedaerah yang lainya. 22 5) Menyoga Menyoga adalah memberi warna pada kain batik. Menyoga kain batik ini biasanya dilakukan pada akhir. d. Tahap penghilangan lilin dan finishing Penghilangan lilin atau malam batik dilakukan untuk mendapatkan corak atau gambar pada kain agar terbuka atau tidak tertutup malam, dengan cara sebagai berikut (Kurniadi, 1996: 28-29) : 1) Menghilangkan sebagian lilin atau malam batik yaitu menggaruk lilin pada kain dengan menggunakan pisau atau palet. 2) Menghilangkan keseluruhan lilin atau malam batik Cara untuk menghilangkan malam keseluruhan adalah dengan proses perebusan air dalam keadaan mendidih dan ditambahkan ± 10 gram bubuk soda untuk 1 liter air.

41 23 berikut ini adalah struktur proses dalam pembuatan batik, yaitu: Kain Diloyor Dikemplong Batik Tulis Dipola Dibatik Bolak balik Batik Cap Dicap Bolak balik Sama Batik Tulis Ditembok Bolak balik Klasik Colet Kelengan Laseman Warna Biru Dicolet Warna Dasar Warna Dasar Dilorod Di Drik/ T.K Dilorod Dilorod Dibironi Bolak balik Warna Dasar Finishing Warna Muda Warna Soga Dilorod Finishing Wonogiren Dilorod Finishing (Remekan) Ditutup M. Gambar Warna Soga Dipukuli Warna Soga Dilorod Finishing Gambar 2.1. Bagan Proses Batik (Sumber. Riyanto, 1995: 24)

42 24 7. Motif Batik Sebagaimana kita ketahui bahwa proses pembuatan batik tidak hanya berangkat dari ruang kosong belaka. Kalau kita beranggapan bahwa batik hanyalah sebuah seni melukis di atas kain, tanpa memiliki makna apapun, maka pemikiran tersebut salah dan perlu diluruskan kembali. Pada dasarnya, dari setiap coretan di atas kain mori, batik memiliki filosofi tersendiri, tergantung siapa dan apa tujuan dari sang pembatik. Dalam proses pembuatan batik tulis, batik tersebut melambangkan kesabaran pengrajinya karena hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Untuk kesempurnaan motif pada batik menyiratkan ketenangan dari pengrajinya. Motif batik pada masyarakat Jawa merupakan salah satu kelengkapan hidup yang mempunyai kandungan simbolik yang terkait denga hal-hal spiritual guna memberi semangat dan harapan kebahagiaan di masa mendatang (Kurniadi, 1996: 65). Motif- motif batik pada umunya mempunyai dua macam keindahan, yaitu keindahan visual dan keindahan filosofis. Keindahan visual adalah rasa indah yang diperoleh karena perpaduan yang harmoni dari susunan bentuk dan warna melalui penglihatan atau panca indera, sedangkan keindahan filosofi adalah rasa indah yang diperoleh karena susunan arti dari sebuah lambang ornamenornamen yang membuat gambaran sesuai dengan paham yang dimengerti (Sewan Susanto dalam Indriani, 2006: 15). Menurut Kurniadi (1996: 66) motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan, motif disebut pula corak batik atau pola batik. Menurut unsur-unsurnya motif batik dibagi menjadi dua bagian yang utama, yaitu: a. Ornamen motif batik Ornamen motif batik terdiri dari motif utama dan motif tambahan. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut, dan pada umumnya ornamen utama memiliki arti. Ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang.

43 b. Isen motif Isen motif berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis ayng berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Berikut bentuk-bentuk isen: No. Nama Isen Bentuk Isen Keterangan Arti 1. Cecek cecek Titik titik 2 Cecek pitu Titik tujuh 3 Sisik melik Sisik bertitik 4 Cecek sawut Garis garis dan titik 5 Cecek sawut daun Garis garis menjari dan titik titik 6 Herangan Gambaran pecahan yang berserakan 7 Sisik Gambaran sisik 8 Gringring Pranatapan 9 Sawut Bunga berjalur 10 Galuran Seperti galar

44 11 Rambutan atau rawan Seperti rambut atau air rawa 12 Sirapan Gambaran atap dari sirap 13 Cacah gori Seperti gori dicacah Gambar 2.2. Isen-isen motif (Sumber. Kurniadi, 1996: 76) Tetapi sering kali kita menemukan sebuah motif yang sulit dibedakan antara ornamen utama dan mana ornamen tambahan, sehingga hanya mempunyai susunan yang indah saja dan tidak mempunyai jiwa yang mendalam (Sewan Susanto dalam Kurniadi, 1996: 66). yaitu: Kurniadi (1996: 68-69) menyebutkan terdapat dua golongan motif batik, 1) Kelompok motif dengan ornamen geomentris Ornamen motif geometris antara lain adalah sebagai berikut: a) Motif Banji Motif banji dibuat berdasarkan ornamen swastika yang dihubungkan satu dan lainnya dengan menggunakan garis-garis. Motif banji termasuk motif klasik yang jarang ditemukan pada kain batik sekarang, pada dasarnya motif banji berupa ornamen Swastika yang disusun dan digabungkan satu dengan yang lainya hingga menjadi suatu kesatuan yang rapi. Nama motif banji ada berbagai macam di antaranya adalah Bani Guling, Banji Bengkok, Banji Kacip dan Banji Kerton(

45 27 b) Motif Ganggeng Ganggeng sendiri memiliki arti yaitu ganggang laut (alga), dalam batik ini mengandung falsafah yang mana tumbuhan ganggang yang lemah lembut di dalam air berperan untuk melindungi hewan-hewan kecil laut dari predator dan penunjang kehidupan sebagai bahan pangan manusia (ikan) ( ). Motif ganggeng hampir mirip dengan motif ceplokan karena sepintas kelihatan sama, yang membedakan adalah adanya isen pada motif ganggeng berupa isen garis-garis yang panjangnya tidak sama (Kurniadi, 1996: 68). c) Motif Anyaman Motif Anyaman juga disebut motif nitik. Motif nitik adalah motifmotif yang tersusun oleh garis-garis putus, titik-titik dan variasinya menyerupai motif pada anyaman sehingga sering juga disebut motif anyaman ( ). d) Motif Lereng Mengacu pada baris diagonal pola di antara motif parang. Selain itu, banyak pola-pola yang hanya baris dari garis-garis diagonal sempit yang dipenuhi dengan seluruh array dari pola-pola yang kecil( ). 2) Kelompok motif dengan ornamen non geometris Motif tradisional di Indonesia paling banyak menampilkan ornamen tumbuhan-tumbuhan, meru, burung atau lorloran, serta binatang yang tersusun geometris. Golongan ini disebut semen (Sewan Susanto dalam Kurniadi, 1996: 68). Ornamen-ornamen pokok dalam motif batik adalah sebagai berikut (Sewan Susanto, 1980: ) :

46 28 a. Meru Meru merupakan gambaran dari gunung yang dilihat dari samping, dalam perwujudanya motif meru ini merupakan suatu lambang dalam paham Jawa Kuno yaitu sebagai bumi dan tanah. Gambar Ornamen Meru Meru menjadi dasar dari suatu gambaran yang menggelombang Gambar 2.4. Ornamen Meru Susunan tiga meru dihias dan digabung dengan semacam daun

47 29 b. PohonHayat Dalam kepercayaan masyarakat Jawa Kuno pohon hayat merupakan suatu lambang dari kehidupan, begitu pula dalam kepercayaan Hindu, terbukti dengan adanya hiasan pohon hayat di candi prambanan. Gambar 2.5. Ornamen Pohon hayat Pohon hayat digambarkan dengan bentuk yang unik dan sobrah banyak. Gambar 2.6. Ornamen Pohon hayat Bentuk pohon hayat yang sederhana digabung dengan meru.

48 30 c. Tumbuhan Ornamen tumbuhan digambarkan dengan cara penyederhanaan bentuk tanpa meninggalkan ciri khas aslinya, biasanya dapat digambarkan secara utuh maupun diambil bagian-bagian tertentu saja, misalnya daun, bunga atau kuncupnya saja. Gambar 2.7. Ornamen Tumbuhan Ornamen tumbuhan digambarkan dalam bentuk lunglungan. Gambar 2.8. Ornamen Tumbuhan Motif batik capit urang. Ornamen tumbuhan yang diubah berbentuk seperti kaki udang atau capit.

49 31 d. Garuda Garuda merupakan makhluk berupa burung khayalan yang melambangkan suatu sifat perkasa atau titisan Dewa Wisnu. Gambar 2.9. Ornamen Garuda Garuda digambarkan dengan dua sayap, sayap berbentuk sayap tertutup Gambar Ornamen Garuda Suatu gambaran bahwa sayap garuda merupakan bagian dari semacam burung, kadang-kadang kepala burung berupa kepala naga atau kepala raksasa

50 32 e. Burung Ornamen burung sering dipakai dalam ornamen pokok maupun ornamen pengisi. Gambar Ornamen Burung Bentuk ornamen burung sederhana, tipe burung merak. Gambar Ornamen Burung Ornamen bentuk burung yang unik, tipe burung phoenix.

51 33 f. Bangunan Ornamen bangunan biasanya menggambarkan bentuk rumah yang mempunyai bentuk seperti pembagian dalam susunan candi, yaitu kaki, tubuh dan atap, selain itu ornamen bangunan juga menggambarkan bangunan yang keramat. Gambar Ornamen Bangunan Ornamen bangunan bertingkat dua dan beruntaian dibagian bawah Gambar Ornamen Bangunan Ornamen bangunan bertingkat dua tetapi hiasan sampingnya menonjol kebawah

52 g. Lidah Api Menurut paham Jawa kuno ornamen lidah api melambangkan kekuatan sakti, sebagai salah satu unsur bumi (bumi, banyu, geni, angin) 34 Gambar Ornamen Lidah api Ornamen lidah api bagian dari bentuk cemukiran atau modang. Gambar Ornamen Lidah api Ornamen lidah api biasanya terdapat pada motif batik semen rama

53 35 h. Naga Naga adalah khayalan ular besar. Naga didalam perwujudanya melambangkan dunia bawah, air, bumi dan yoni. Gambar Ornamen Naga Bentuk naga kepala raksasa dan berjambul. Gambar Ornamen Naga Ornamen naga dengan kepala raksasa bermahkota, bersayap dan punya dua kaki.

54 i. Binatang Binatang yang digambarkan dalam ornamen ini biasanya Lembu, Kijang, Gajah, Singa atau Harimau. Binatang tersebut digambarkan dalam bentuk-bentuk yang aneh atau khayal. 36 Gambar Ornamen Binatang Bentuk binatang muka menggambarkan lembu dan kepala berjambul. Gambar Ornamen Binatang Bentuk binatang kepala bertanduk cabang, seperti kijang.

55 37 j. Kupu-kupu Ornamen kupu-kupu bentuknya seperti kupu-kupu yang biasanya digambarkan penampang dari sebelah atas punggung pada keadaan terbang. Kupu-kupu disini juga digambarkan dalam bentuk khayal atau aneh. Gambar Ornamen Kupu-kupu Bentuk ornamen menyerupai kupu bersayap lar (sayap garuda) dan berekor seperti daun. Gambar Ornamen Kupu-kupu Ornamen bentuk binatang dengan sayap berkatup ke depan dan ke belakang.

56 38 k. Pengisi Ornamen pengisi atau pendukung berfungsi sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Bentuk ornamen ini lebih kecil dan sederhana. Gambar Ornamen Pengisi Ornamen pengisi bentuk burung Gambar Ornamen Pengisi Ornamen pengisi bentuk rangkaian kuncup

57 39 Pada sisi yang lain, corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan oleh kalangan orang tertentu pula. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, kain ini biasanya hanya boleh dikenakan oleh para penguasa dan kesatria (Aziz, 2010: 33). Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Sebab, kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan yang ada dalam batik tersebut. Selain proses pembuatan batik yang penuh dengan makna filosofis, corak batik juga merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuat batik tersebut. Misalnya, corak yang terdapat pada batik Madura melambangkan ciri khas dan watak masyarakat Madura, begitu pula dengan daerah-daerah yang lainya. Berikut beberapa motif batik beserta filosofinya ( : 1. Motif Batik Kawung Gambar Motif Batik Kawung Biasanya kain batik motif kawung dipakai oleh raja dan keluarga dekatnya sebagai lambang keadilan dan keperkasaan. Makna dari empat bulatan dengan sebuah titik pusat melambangkan raja yang didampingi oleh para pembantunya.

58 40 2. Motif Batik Truntum Gambar Motif Batik Truntum Kain dengan motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin dalam upacara pernikahan. Truntum berarti menuntun. Diharapkan si pemakai atau orang tua mempelai mampu memberikan petunjuk dan contoh kepada putra putrinya untuk memasuki kehidupan baru berumah tangga yang penuh dengan dinamika kehidupan. 3. Motif batik Parang Gambar Motif Batik Parang Rusak Barong Motif batik parang rusak barong menggambarkan senjata dan kekuatan. Dipercaya bagi ksatria yang menggunakan batik ini bias berlipat kekuatanya.

59 41 4. Motif Batik Sido Mukti Gambar Motif Batik Sido Mukti Motif batik Sido Mukti biasanya digunakan dalam upacara pernikahan. Motif ini memiliki filosofi suatu harapan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan. 5. Motif Batik Ciptoning Gambar Motif Batik Ciptoning Motif batik Ciptoning biasanya digunakan sebagai kain panjang. Filosofi yang terkandung dalam motif ini adalah diharapkan pemakainnya menjadi orang yang bijak dan mampu memberi petunjuk ke jalan yang benar.

60 42 6. Motif Batik Tambal Gambar Motif Batik Tambal Motif batik Tambal biasanya digunakan sebagai kain panjang. Makna yang terkandung dalam motif ini adalah ada keprcayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka orang tersebut akan cepat sembuh, karena Tambal artinya menambah semangat baru. 7. Motif Batik Nggrompol Gambar Motif Batik Grompol Sumber.( Motif Grompol adalah desain khas Yogya. Biasanya kain motif batik ini dipergunakan untuk upacara pernikahan. Grompol, yang berarti berkumpul bersama melambangkan datang bersama-sama, atau

61 kebersamaan, seperti keberuntungan, kebahagiaan, anak, dan kehidupan pernikahan yang harmonis Motif Batik Pekalongan Gambar Motif Batik Tulis Pekalongan Sumber. ( Batik Tulis Pekalongan ini dibuat untuk memenuhi selera dari kaum muda, warna-warna berani dengan corak yang ekspresif menjadi Batik Tulis ini cocok dipakai untuk bergaya santai maupun acara-acara formal. 9. Motif BatikGedog Gambar Motif Batik Gedog Sumber.(

62 44 Motif batik Gedog adalah salah satu motif batik Daerah Tuban. Warna batik Gedog agak kegelap gelapan. Motif batik ini didominasi motif burung dan bunga. Motif batik Gedog yaitu panjiori, kenongo uleran, ganggeng, panji krentil, panji serong, dan panji komang. Tiga motif terakhir dahulu hanya dipakai oleh pangeran dan batik motif panji krentil berwarna nila diyakini dapat menyembuhkan penyakit. 10. Motif Batik Kraton Gambar Motif Batik Kraton Sumber.( ) Batik Kraton merupakan awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup.batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatikpembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa motif lainnya

63 45 B. KERANGKA BERPIKIR Identifikasi Batik Secara Luas Batik Tulis Latar Belakang Masalah Sejarah, alat, bahan, proses dan motif Perusahaan Batik Ismoyo Pendesain Pengrajin Proses Hasil Karya (Produk) Pemasaran Konsumen

64 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penelitian sebaiknya ditentukan ruang lingkup penelitianya, seperti yang dikemukakan oleh P. V. Young, Mely G (dalam Burhan Bungin, 1991: 44-45) penelitian, yaitu (1) Maksud dan perhatian si peneliti, (2) Bahan yang ada mengenai masalah atau fenomena bersangkutan, (3) Rumitnya anggapananggapan dasar atau asumsi-asumsi yang sudah dirumuskan, (4) Penelitian lapangan yang sudah dilakukan selain diperlukan batas ruang lingkup, kegiatan penelitian perlu juga adanya penegasan setting penelitian. Merujuk pendapat di atas dan dengan pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Batik Ismoyo milik Bapak Marjiyanto yang beralamatkan di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen dan dilaksanakan selama kurun waktu 3 bulan, yakni bulan Juni 2012 sampai bulan Agustus B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-kata atau lisan maupun gambar dari orang (informan) maupun peristiwa yang sedang diamati (Moleong, 1988:7). Menurut pendapat Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (dalam Moleong, 1988: 7). -bagian yang sedang diteliti akan lebih jelas jika diamati dalam proses (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 1988:7). commit to 46 user

65 47 Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal terpancang (embedded research) sesuai dengan pendapat Sutopo (2002:112) Penelitian terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan penelitian harus memilih dan membentuk variabel yang menjadi fokus utamanya namun tetap terbuka dengan sifat interaktif dan menentukan variabel Dalam penelitian ini memiliki obyek tunggal yaitu Perusahaan Batik Ismoyo, maka strategi penelitian menggunakan strategi tunggal terpancang, disebut dengan tunggal terpancang karena penelitian ini akan dilaksanakan pada satu lokasi saja dan sebelum dilaksanakan penelitian sudah direncanakan, apa yang diteliti dibatasi pada rumusan masalah yang menjadi obyek kajian. C. Sumber Data sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh, semenarik apapun suatu permasalahan atau topik penelitian jika sumber datanya tidak tersedia, maka penelitian tersebut tidak aka nada artinya karena tidak akan bisa diteliti dan Lofland (dalam Moleong, 1988: 112) dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainadalah: 1. Informan manusia (narasumber) sangat penting perananya Karena informan sabagai individu yang memiliki informasi. Peneliti wajib mamahami beragam peran dan ketertlibatanya dalam kemungkinan akses informasi yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan penelitian yang akan dilaksanakan. Kesalahan dalam pemilihan informan dapat berakibat fatal yang dapat mempersulit proses

66 48 dilaksanakan ini adalah Bapak Marjiyanto selaku pemilik Perusahaan Batik Ismoyo, beberapa karyawan diperusaahan tersebut dan beberapa masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan. 2. Tempat dan Peristiwa Tempat yang merupakan sasaran dari penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang sangat penting bagi peneliti, disini peneliti bisa menggali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkunganya. Tempat yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah pada Perusahaan Batik Ismoyodi Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan secara langsung. Peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh karyawan di Perusahaan Batik Ismoyo. 3. Dokumentasi Sumber data dari dokumentasi juga merupakan sumber data yang penting dalam sebuah peristiwa. Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa karya (produk batik tulis) yang diproduksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo. 4. Kepustakaan Kepustakaan sebagai sumber data tambahan yaitu berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian untuk menunjang kelengkapan data. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian data sangat diperlukan, untuk mendapatkan data diperlukan cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

67 49 1. Observasi menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan merupakan alat yang valid untuk mengetes suatu kebenaran atas informasi yang didapat dari peneliti. Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 1988:135) berpendapat bahwa pengamatan dalam penelitian kualitatif sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena (1) Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya, (3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh oleh data, (4) Sering terjadi adanya keraguan pada penelitian, dan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan, (5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, dan (6) Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. Maka untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian perlu diadakan pengamatan secara langsung oleh peneliti terhadap objek yang ada di lokasi penelitian, yaitu padaperusahaan Batik Ismoyo milik Bapak Marjiyantodi Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan minimal dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas jawaban itu (Moleong, 1988:135). Teknik dalam wawancara pada umumya ada dua, seperti yang dikemukakan oleh Sutopo (2002:58-59), pada umumnya ada dua jenis teknik wawancara yaitu teknik

68 50 wawancara terstruktur adalah wawancara yang pertanyaannya dikendalikan secara ketat dan berada ditangan pewawancaranya serta jawabanya berada pada yang diwawancarai denganmengikuti pola piker pewawancaranya (penelitinya) dan teknik wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam (in- depth interviewing) adalah wawancara yang pertanyaanya serta jawabanya diserahkan atau berada pada orang yang diwawancarai. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang terstruktur dan wawancara yang tidak terstruktur, karena dengan kedua teknik wawancara tersebut diharapkan dapat mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah. Objek dalam wawancara ini adalah Bapak Marjiyanto selaku pemilik Perusahaan Batik Ismoyo, beberapa karyawan perusahaan dan beberapa warga yang tinggal disekitar perusahaan tersebut. 3. Dokumentasi Menurut pendapat Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 1988: 161), dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Pengertian lain dari dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktifitas atau peristiwa tertentu). Bila dokumen merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut arsip. Namun keduanya dapat dinyatakan sebagai rekaman atau sesuatu yang berkaitan dengan suatau peristiwa tertentu, dan dapat secara baik dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian (Sutopo, 2008:54). Menurut Yin (dalam Sutopo, 2002: 69) mancatat dokumen sebagai Content Analysis, dan yang dimaksudkan bahwa penelitian bukan sekedar

69 51 mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah hasil karya atau produk-produk batik tulis yang dihasilkan oleh Perusahaan Batik Ismoyo. E. Teknik Sampling Sampling atau cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Menurut pendapat Sutopo (2002:55) teknik cuplikan merupakan suatau bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Dan Moleong (1988:165) berpendapat: Sampling dalam penelitian ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informan dari berbagai macam sumber dan bangunanya (constructions). Dengan demikian tujuanya bukanlah memusatkan diri pada apa adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan kedalam generalisasi. Tujuanya adalah untuk menerima kekhususanya yang ada kedalam ramuan konteks yang unik. Maksud dari kedua sampling adalah menggali informan yang akan manjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul Sesuai dengan uraian diatas, maka teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling memiliki kecenderungan peneliti memilih informan yang di anggap mengetahui informasi dan permasalahanya yang mantap (Sutopo, 2002:56). Bahkan didalam pelaksanaanya pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton dalam Sutopo 2002:56). Adapun sampling dalam penelitian ini adalah Bapak Marjiyanto selaku pemilik perusahaan, karyawan perusahaan, beberapa warga yang tinggal disekitar perusahaan dan beberapa pelanggan dari Perusahaan Batik Ismoyo. F. Validitas Data Pengujian data yang terkumpul apakah memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data.

70 52 Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak. Menurut Nasution, validitas adalah membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan dan apakah ada atau terjadi (dalam Utomo, 2006:23). Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Triangulasi Data Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong, 1988: 178). Menurut Bungin (2005:191-92) teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Proses triangulasi dilakukan terus menerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. Triangulasi bertujuan untuk mengecek kebenaran data yang diteliti dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan perbandingan data dan sumber data lewat pengamatan objek dengan hasil wawancara pemilik perusahaan, karyawan perusahaan dan beberapa warga yang tinggal disekitar Perusahaan Batik Ismoyo, serta dilakukan perbandingan antara pengamatan dengan dokumen yang berkait membandingkan data yang diperoleh dari sumber data. 2. Reviu Informan Reviu informasi adalah pemeriksaan keabsahan data degan cara menggunakan kembali data yang telah terkumpul untuk diteliti oleh informan, jika terjadi kesalahan, maka akan dibenarkan sesuai dengan keadaan yang sesunguhnya.

71 53 Sutopo (2002: 83) Reviu informan merupakan usaha pengembangan validitas penelitian yang sering digunakan oleh peneliti kualitas. Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah disusunya perlu dikomunikasikan dengan informasinya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan) Reviu informan dalam penelitian ini adalah memiliki tujuan untuk mengecek kebenaran peneliti dalam mencatat atau mengolah hasil wawancara dengan informan. Proses reviu informan dalam penelitian ini yaitu, setelah data diperoleh dan melalui tahap pengolahan data kemudian hasilnya diserahkan kembali kepada informan (Bapak Marjiyanto, karyawan perusahaan dan warga yang tinggal disekitar perusahaan) untuk dicek kembali kebenaranya. G. Teknik Analisis Data Patton berpendapat analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan uaraian dasar (dalam Moleong 1988: 103). Bogdan dan Taylor berpendapat analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis (dalam Moleong, 1988: 103). Sedangkan pendapat lain, analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1988: 103) Menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002: 91), ada tiga komponen penting dalam analisis data, komponen tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam ini juga menggunakan analisis data yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:

72 54 1. Reduksi Data Menurut Sutopo (2002:91) reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari field note. Proses ini berlangsung secara terus sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Pendapat lain oleh Sutopo (2002:92) mengenai reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuat hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyeleksi dan memfokuskan permasalahan-permasalahan yang ada dalam Perusahaan Batik Ismoyo, kemudian melakukan pengolahan data yang diperoleh agar mendapatkan data yang benar-benar dibutuhkan serta dirasa penting untuk dapat menjawab permasalahan yang ada. 2. Sajian data Sebuah pendapat mengemukakan bahwa: Sebagai komponen analisis kedua, sajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami berbagai hal yang mungkin terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut (Sutopo, 2002:92). Dengan melihat display atau penyajian data akan dapat dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Penyusunan data yang baik harus sistematis, sehingga akan banyak menolong dan mempermudah penelitian yang akan dilaksanakan dengan melihat suatu penyajian data yang tersusun secara sistematika akan mudah

73 55 mengerti tentang simpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Sajian data dalam penelitian ini adalah mengolah data-data yang diperoleh dari hasil penenelitian yang masih berupa catatan-catatan pendek menjadi narasi atau kalimat-kalimat yang mudah dimengerti. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Penarikan kesimpulan atau Verifikasi dilakukan dari permulaan pengumpulan data, seorang penganlisis kualitatif mulai mencari arti bendabenda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi (Milles dan Huberman, 1992:19). Verifikasi data juga diartikan sebagai penarikan simpulan sementara atau dasar data yang telah di dapat demi memperoleh kebenaran data, Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan kasus tunggal, maka aka menggunakan analisis data model analisis mengalir atau Flow Model of Analysis. Masa pengumpulan data REDUKSI DATA Antisipasi Selama Pasca PENYAJIAN DATA Selama Pasca = ANALISIS PENARIKAN KESIMPULAN/ VERIFIKASI Selama Pasca berikut: Bagan 2: Bagan Flow Model of Analysis (Miles dan Huberman terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992: 18) Bagan Flow Model of Analysisi tersebut disusun dengan alasan sebagai a. Karena permasalahan yang diteliti merupakan kasus tunggal

74 56 b. Tempat diadakan penelitian ini hanya satu tempat atau Homogen, yaitu di Perusahaan Batik Ismoyo milik bapak Marjiyanto c. Komponen-komponen awal sifatnya sejajar dari proses reduksi data, penarikan kesimpulan dari awal sampai akhir penelitian sejajar atau paralel berkaitan satu sama lain pada saat sebelum, selama maupun sesudah atau pasca penelitian, untuk membangun wawasan umum (analisis) seperti yang telah digambarkan pada bagan di atas. H. Prosedur Penelitian Tahap yang dilakukan dalam penelitian ini ada beberapa yang merupakan rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir selesainya penelitian ini, adapun tahaptahap ini meliputi: 1. Tahap Pra Lapangan Persiapan a. Menyusun rancangan, b. Memilih tempat dan waktu penelitian, c. Mengurus perijinan, d. Menjajaki situasi lapangan, e. Menyusun instrument dan rambu-rambu pertanyaan, f. Memilih informan, g. Menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Pengumpulan Data a. Memasuki lapangan penelitian, b. Mengumpulkan data dari lokasi penelitian melalui wawancara, observasi dan dokumen, c. Berperan serta sambil mengumpulkan data, kemudian dibahas dan dimantapkan. 3. Tahap Analisis Data a. Membuat konsep dasar dari analisis data, b. Membuat dan mengembangkan sajian data, c. Menganalisis berdasarkan pengamatan dan pengayaan, d. Merumuskan simpulan akhir.

75 57 4. Tahap Penulisan Laporan a. Menyusun laporan awal Tahap ini merupakan tahap awal penulisan laporan dimana data-data yang sudah dikumpulkan kemudian disusun sesuai dengan permasalahan untuk dinilai apakah sudah baik untuk dianalisis. b. Menyusun perbaikan laporan Dalam hal ini data-data yang sudah di susun dan dilaporkan atau dikonsultasikan, diperbaiki (revisi) sesuai dengan keadaan sebenarnya, ini dapat berupa cara penulisan data, penambahan data dan penggantian data yang sudah diperoleh. c. Menyusun laporan akhir Penyusunan ini merupakan hasil akhir dari penelitian dalam mengumpulkan data-data dari awal sampai akhir yang kemudian dikemas dalam laporan skripsi yang sesuai dengan bentuk dan format penyusunan yang berlaku.

76 58 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kabupaten Sragen adalah salah satu kabupaten yang berada di lingkup Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sragen merupakan gerbang utama Provinsi Jawa Tengah dari sebelah Timur yang langsung berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Ngawi), untuk sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Kabupaten Sragen memiliki banyak potensi dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dari sektor industri. Industri-industri yang terdapat di Kabupaten Sragen antara lain industri mebel yang berada di Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, Kecamatan Miri, Kecamatan Sambungmacan dan Kecamatan Sumberlawang. Industri lainya yang cukup berkembang di Kabupaten Sragen adalah industri batik yang berpusat di dua kecamatan, yaitu kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh.Produksi batik Sragen tidak hanya di pasarkan di sekitar Kabupaten Sragen saja, tetapi sudah dipasarkan secara nasional maupun internasional. Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas batik Sragen tidak kalah dengan batik-batik yang dihasilkan oleh kota-kota besar lainya, seperti batik Solo dan batik Yogyakarta. Sentra industri batik yang berada di Kecamatan Masaran dan kecamatan Plupuh letaknya saling berdekatan serta saling berseberangan di sisi utara dan sisi selatan sungai Bengawan Solo, oleh karena itu kawasan industri batik ini juga artinya tepi sungai. Selain itu kawasan industri batik ini juga sering dikenal dengan industri batik Kliwonan, Kliwonan diambil dari salah satu nama daerah produsen batik yang terletak di Kecamatan Masaran. Selain Desa Kliwonan yang menjadi daerah penghasil batik, di Kecamatan Plupuh juga terdapat beberapa desa penghasil batik salah satunya adalah di Desa Gedongan. Desa Gedongan terletak di seberang Barat Sungai Bengawan solo. Di 58

77 59 Desa Gedongan terdapat kurang lebih tiga perusahaan batik, salah satunya adalah Perusahaan Batik Ismoyo milik Bapak Marjiyanto. Perusahaan Batik Ismoyo ini berlokasi di Dukuh Butuh, Rt. 07 Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, tepatnya di sebelah Barat makam Ki Ageng Butuh atau sering dikenal dengan makam Butuh. B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Latar Belakang Perusahaan Batik Ismoyo Perusahaan Batik Ismoyo adalah salah satu perusahaan yang berperan penting dalam melestarikan warisan budaya Indonesia, khusunya batik tulis yang telah menjadi ciri khas kain tradisional Jawa. Perusahaan Batik Ismoyo dirintis oleh Bapak Marjiyanto bersama istrinya sejak tahun Awalnya bapak Marjiyanto adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan batik ternama di Solo, dan istrinya juga merupakan salah satu karyawan di salah satu perusahaan batik yang terdapat di Sragen. Selama bekerja di perusahaan batik di Solo, bapak Marjiyanto juga sambil belajar tentang batik, atau dalam bahasa Jawa di sebut nyatrik. Bapak Marjiyanto termotivasi untuk memperbaiki keadaan ekonomi di keluarganya, yaitu dengan jalan mendirikan usaha batik tulis secara mandiri. Bersama dengan istrinya, bapak Marjiyanto ketika di rumah membuat batik tulis walaupun produksinya juga sangat terbatas, atau bisa di bilang dalam jumlah yang sangat kecil. Hal tersebut di lakukan oleh bapak Marjiyanto sebagai langkah awal untuk mendirikan perusahaan batik yang lebih besar. Kegiatan membuat batik dilakukan oleh bapak Marjiyanto sejak tahun 1997 walaupun tidak dalam jumlah yang besar, tetapi berkat keuletan dan ketelatenan bapak Marjiyanto beserta istrinya maka pada tahun 2005,bapak Marjiyanto mulai mengembangkan usaha batiknya dan memutuskan untuk mendirikan perusahaan batik sendiri dengan nama Ismoyo. Nama Ismoyo diambil dari salah satu tokoh wayang yang terkenal, tetapi tidak banyak yang tahu tentang siapa sebenarnya tokoh wayang tersebut. Alasan

78 bapak Marjiyanto menggunakan nama Ismoyo adalah sebagai berikut, sesuai dengan hasil wawancara dengan beliau : 60 kulo niku seneng kaleh tokoh wayang Ismoyo, nggeh jane mboten katah seng ngertos sinten Ismoyo niku, Ismoyo niku Semar. Kulo seneng kaliyan Ismoyo amargi Ismoyo tiyange jujur padahal uripe nggeh rekoso. Amargo kejujurane niku Semar trus dia di angkat dadi ratu lan ganti jeneng dadi Ismoyo (saya itu suka dengan tokoh wayang Ismoyo, walaupun sebenarnya tidak banyak orang yang tahu tentang siapa itu Ismoyo, Ismoyo itu adalah Semar. Saya suka dengan Ismoyo karena Ismoyo itu orangnya jujur padahal hidupnya juga susah. Karena sifat kejujuran itu Semar lalu di hasil wawancara degan bapak Marjiyanto, 19 Juli 2012). Jadi harapan dari bapak Marjiyanto terhadap perusahaanya tidak jauh dari alasan beliau menggunakan nama dari salah satu tokoh wayang tersebut. Harapan bapak Marjiyanto tidak lain adalah dengan kejujuran yang beliau tanamkan di perusahaannya, maka perusahaannya juga akan menuai kesuksesan dan dapat berkembang dengan baik. Untuk saat ini, Perusahaan Batik Ismoyo sedang dalam proses meng- hak ciptakan nama Ismoyo sebagai nama perusahaannya. Proses penghak ciptakan nama perusahaan ini tidak dalam waktu yang sebentar, tetapi butuh waktu yang cukup lama. Selain itu juga terkendala dengan dana yang di butuhkan untuk mempercepat proses tersebut. Namun Perusahaan Batik Ismoyo sudah mendapatkan ijin sebagai perusahaan yang memproduksi batik dari Pemerintahan Kabupaten Sragen. 2. Proses Pembuatan Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo pada umumnya sama dengan proses pembuatan batik tulis di tempat pengrajin lainya. Sebelum proses pembuatan batik tulis dimulai, yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses membatik. Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo :

79 61 a. Bahan Bahan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah sebagai berikut: 1) Kertas Kertas digunakan untuk pembuatan pola batik tulis. Kertas yang digunakan adalah kertas kalkir, pemilihan kertas kalkir dikarenakan kertas kalkir memiliki sifat transparan, akan memudahkan dalam proses ngemal atau nyorek. 2) Kertas carbon Gambar Kertas Kalkir (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Kertas carbon adalah kertas dengan lapisan tinta kering yang diikat dengan lilin di salah satu sisi. Fungsi kertas carbon adalah untuk mempermudah dalam proses penggadaan atau membuat salinan gambar maupun tulisan. Kertas carbon yang di gunakan dalam proses nyorek memiliki ukuran yang sama dengan pola. Gambar Kertas Karbon (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)

80 62 3) Kain Kain adalah salah satu bahan yang sangat penting dalam proses pembuatan batik, terutama dalam pembuatan batik tulis. Kain yang digunakan untuk membuat produk batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo sama halnya dengan batik-batik yang ada di pasaran saat ini. Kain yang digunakan di Perusahaan Batik Tulis Ismoyo yaitu: a) Katun Primisima Penggunaan kain katun jenis primisima dalam pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo karena kain tersebut memiliki kualitas yang baik dan perawatannya cukup mudah. Selain itu kain ini jika di cuci maka kainya tidak akan mengalami penyusutan. Untuk pembelian bahan kain ini, Perusahaan Batik Ismoyo memiliki pelanggan di daerah kota Solo, jadi jika stok kain habis maka pelanggan kain tersebut akan mengantarkan pesanan kain ke rumah bapak Marjiyanto. Gambar Kain Primisima (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)

81 63 b) Kain Dobi Kain dobi sama halnya dengan kain katun primisima, hanya saja kain dobi memiliki ciri khas sendiri yaitu kain ini memiliki tekstur yang kasar. Jadi walaupun pemilihan kain dobi yang di gunakan jenis dobi yang paling haluspun, maka tekstur kasar tersebut akan tetap terasa. Stok kain dobi sama dengan stok kain primisima yang memiliki pelanggan di daerah kota Solo. Gamba Kain Dobi (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) c) Kain Sutera Kain sutera yang di gunakan untuk membuat batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah kain sutera ATBM atau kain sutera yang di buat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Pemilihan kain sutera ATBM ini dikeranakan kain sutera jenis ini memiliki terkstur kotakkotak. Pembelian stok kain sutera ATBM ini melalui jasa paket atau jasa pengiriman barang yang langsung di beli dari pelanggan yang berada di daerah Jepara.

82 64 Gambar Kain Sutera ATBM (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 4) Malam atau Lilin Batik Malam atau lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tertentu pada kain yang tidak ingin terkena larutan bahan pewarna saat proses pewarnaan. Lilin yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Tulis adalah malam tembokan atau malam yang berwarna coklat tua. Gambar Malam atau Lilin Batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)

83 65 5) Pewarna Batik Pewarna batik adalah bahan yang digunakan untuk memberi warna pada batik, yang awalnya kain batik bewarna dasar putih menjadi warna sesuai yang diinginkan. Bahan pewarna yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo dalam proses pembuatan batik tulis di perusahaanya adalah pewarna remasol. Remasol merupakan bahan pewarna buatan atau sintetis. Alasan penggunaan bahan pewarna remazol adalah lebih menghemat biaya produksi, selain itu juga mempermudah saat proses pewarnaan kain batik. Walaupun awalnya di Perusahaan Batik Ismoyo ini juga pernah mencoba menggunakan pewarna batik naptol atapun sol, namun setelah berulang kali ganti bahan pewarna bapak Marjiyanto merasa lebih efesien jika menggunakan bahan pewarna remazol. Bahkan jika menggunakan bahan pewarna naptol biaya yang di keluarkan dua kali lipat dari penggunaan bahan pewarna remazol. 6) Water glass Gambar Remazol (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Water glass adalah larutan kimia yang digunakan dalam proses pewarnaan batik yang memiliki fungsi sebagai pengunci atau penguat warna agar tidak luntur. Wujudnya seperti air tetapi agak kental dan warnanya bening, jika

84 66 orang yang belum terbiasa terkena water glass maka tanganya akan terasa gatal-gatal. Water glass yang di gunakan adalah water glass yang cair dan kental. Untuk water glasss yang cair digunakan untuk penguncian warna agar tidak luntur, sedangkan untuk water glass yang kental di gunakan untuk proses pelorodan yang gunanya untuk mempermudah penghilangan lilin batik dari kain. Water glass kental adalah pengganti dari soda abu. 7) Pigmen Gambar Water glass Cair (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Pigmen digunakan untuk proses pencoletan warna. Pertimbangan penggunaan pigmen sendiri adalah lebih efesien, karena jika mencolet menggunakan pewarna remazol akan lebih sulit karena harus mencolet water glass cair juga. 8) Kostik Kostik adalah sejenis bahan kimia yang di gunakan untuk mempermudah zat pewarna larut, kostik yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo adalah jenis kostik soda.

85 67 b. Alat Alat atau perlengkapan yang digunakan dalam proses membatik di Perusahaan Batik Ismoyo sama halnya dengan peralatan yang digunakan untuk membatik di tempat-tempat lainya. Berikut alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis: 1) Alat-alat untuk proses pembuatan pola a) Meja pola Meja pola adalah meja yang digunakan untuk membuat pola. Meja pola ini memiliki bentuk dan konstruksi yang sama seperti meja biasanya, persegi ataupun persegi panjang. Hanya saja yang membedakan meja pola dengan meja pada umumnya adalah permukaanya, permukaan meja pola terbuat dari kaca yang tebal hal ini dimaksudkan agar saat digunakan untuk membuat desain atau pola kaca ini tidak pecah. Pada bagian bawah kaca di letakkan lampu, peletakkan lampu pada bagian bawah kaca memiliki tujuan agar saat membuat pola lebih terang dan jelas. b) Pensil Pensil yang digunakan dalam pembuatan pola adalah pensil yang biasanya tertera kode B pada batang pensil tersebut. Pemilihan pensil ini, karena pensil yang berkode B memiliki sifat yang lunak dan hitam, sehingga ketika digunakan untuk membuat pola di kain akan terlihat jelas dan tidak mudah terhapus jika terkena oleh tangan. c) Penghapus Penghapus di sini digunakan jika terjadi kesalahan ketika dalam proses pembuatan pola batik di atas kain. Penghapus yang digunakan adalah penghapus yang bersih dan terbuat dari karet, hal ini dimaksudkan jika penghapus tersebut digunakan maka tidak akan membuat kain menjadi kotor.

86 68 d) Penggaris Penggaris di sini digunakan untuk mempermudah saat membuat pola garis lurus. Garisan yang di gunakan adalah garisan yang terbuat dari mika atau berbahan plastik yang memiliki panjang 60 cm. Gambar Alat dan Bahan untuk Membuat Pola (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 2) Alat-alat untuk proses mola atau nyorek a) Meja Meja yang di gunakan untuk proses mola atau nyorek sama seperti meja pada umumnya, ukuranya kurang lebih 160 cm x 180 cm, meja ini terbuat dari kayu dan konstruksinya harus kuat agar saat di gunakan dalam proses nyorek meja tidak goyang

87 69 b) Pensil Gambar Meja untuk Nyorek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Pensil yang digunakan untuk proses nyorek adalah pensil yang memiliki kode B. Penggunaan pensil ini dikarenakan sifat dari pensil yang lunak, sehingga mudah ketika di goreskan di atas kain. c) Lampu Gambar Pensil 2B (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Lampu disini berfungsi sebagai alat penerangan saat dalam proses nyorek. Penggunaan lampu sangat penting, karena dengan bantuan lampu maka proses nyorek lebih mudah dan gambar pola yang terletak pada bagian paling bawah menjadi terlihat dengan jelas. d) Penggaris Penggaris yang di gunakan dalam proses ini bukanlah penggaris yang sesungguhnya atau penggaris yang terbuat dari mika, tetapi penggaris yang di gunakan adalah batangan alumunium. Panjangnya kurang lebih

88 120 cm. Alasan penggunaan penggaris ini karena penggaris ini dapat di gunakan dalam jangka waktu panjang. 70 e) Klip Gambar Penggaris (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Klip yang di gunakan adalah klip yang biasanya di gunakan untuk menjepit kertas. Fungsinya sendiri dalam proses ini adalah untuk menjepit tumpukan kain yang akan di corek agar nantinya tidak gesergeser. Yang di butuhkan adalah dua klip, untuk menjepit sisi kanan atas dan sisi kiri atas. Gambar Klip (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) f) Pemberat Pemberat difungsikan untuk menindih kain yang akan di corek, pemberat di sini dapat menggunakan apa saja yang terpenting tidak mengganggu saat dalam proses nyorek dan tidak mengotori kain. Dalam

89 proses ini, tukang menggunakan dinamo bekas mesin jahit sebagai penindihnya. 71 Gambar Dinamo Mesin Jahit Bekas (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 3) Alat-alat untuk proses pembatikan a) Canting Canting dalam proses pembuatan batik tulis adalah alat yang sangat penting, karena batik tulis adalah batik yang dibuat dengan menggunakan canting dalam proses penorehan malam batik ke kain dan batik tulis memiliki ciri khas dengan motif yang terlihat lues. Canting yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo dalam proses pembatikan adalah sebagai berikut: (1) Canting Klowong Canting klowong adalah canting yang dipakai untuk proses awal dalam pembatikan atau proses pembatikan secara global motif batik pada kain. Canting klowong memiliki diameter cucuk antara 1 mm sampai 1 ½ mm. Gambar Canting Klowong (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)

90 72 (2) Canting Cecek Canting cecek adalah canting yang digunakan dalam proses isenisen. Isen-isen disini yaitu membuat garis-garis atau titik-titik pada motif batik. Canting cecek adalah canting yang memililiki paruh yang paling kecil diantara canting-canting lainya. Cucuk canting cecek ini hanya berdiamerter ¼ mm sampai ½ mm. Gambar Canting Cecek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) (3) Canting Tembokan Canting tembokan adalah canting yang biasanya di gunakan untuk proses nemboki atau ngeblok. Canting ini memiliki ukuran cucuk yang besar, kurang lebih 2 mm. Gambar Canting Tembokan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) (4) Canting Ceret Canting ceret adalah canting yang digunakan untuk membuat garis ganda yang sejajar dalam sekali goresan. Canting ceret memiliki dua cucuk yang berjajar dan memiliki diameter cucuk yang sama kurang lebih 1 mm.

91 73 Gambar Canting CeretCucuk Dua (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) cukup menggunakan tiga jenis canting yang berbeda, antara lain canting klowong, juga menggunakan jenis canting yang lain, namun yang sering di gunakan adalah empat canting yang sudah di jelaskan di atas. b) Kompor Kompor disini memilliki fungsi sebagai perapian dalam proses memanaskan lilin atau malam batik yang telah di tempatkan di atas wajan. Kompor yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo sama seperti kompor yang biasanya digunakan untuk memasak, hanya saja kompor yang digunakan untuk membatik ukuranya lebih kecil dan hanya memiliki 6 sumbu kompor. Dalam penggunaan kompor dalam proses membatik perlu diperhatikan nyala apinya. Api yang digunakan harus stabil, tidak boleh terlalu besar ataupun terlalu kecil. Kestabilan nyala api perlu dijaga agar cairan malam batik yang sudah mencair memiliki kekentalan yang stabil. c) Wajan Pada umumnya wajan adalah alat yang digunakan untuk memasak. Dalam proses pembatikan, wajan memiliki fungsi untuk memasak atau mencairkan malam batik. Wajan disini bentuknya sama dengan wajan yang biasa digunakan untuk memasak, hanya saja ukuranya lebih kecil.

92 Diameter wajan yang digunakan dalam proses pembatikan kurang lebih 20 cm dan memiliki ketebalan 3 mm. 74 d) Gasakan Gambar Kompor dan Wajan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Gasakan adalah alat yang digunakan untuk menghapus tetesan malam batik.gasakan terbuat dari bambu yang diraut menyerupai pensil kemudian ujungnya di lilit dengan kain kaos dan kaleng bekas susu yang memiliki fungsi untuk memanaskan air yang sudah dicampur dengan detergen. Selain itu, gasakan dilengkapi dengan sikat gigi dan gayung.sikat gigi digunakan untuk membersihkan bekas bagian yang di gasak, sedangkan gayung diisi dengan air dan digunakan untuk mencuci sikat gigi tadi. Gasakan yang digunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo terdapat dua ukuran yaitu kurang lebih memiliki panjang 15 cm diameter 5mm dan panjang 10 cm diameter 3 mm. Penempatan gasakan adalah di tengahtengah wajan yang berisi malam batik, hal ini bertujuan agar air yang

93 ada dalam kaleng tetap panas dan hal tersebut mempermudah dalam proses penghapusan. 75 Gambar Gasakan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) e) Dingklik Dingklik memiliki fungsi untuk tempat duduk. Dingklik bentuknya seperti kursi, hanya saja lebih pendek kurang lebih tingginya hanya 30 cm dan bentuknya kotak atau persegi panjang. Dingklik biasanya terbuat dari kayu. Kayu yang digunakna harus kayu yang kuat, karena dingklik digunakan untuk duduk dalam waktu yang tidak sebentar. f) Gawangan Gawangan memiliki fungsi untuk meletakkan atau menyampirkan kain yang akan dibatik. Konstruksi gawangan hanya terdiri dari dua kaki dan kayu yang melintang di atas kedua kaki.ukuranya memiliki lebar kurang lebih 120 cm dan tinggi kurang lebih 78 cm. Gawangan biasanya terbuat dari bambu, tapi gawangan yang digunakan di Perusahaan Batik Ismoyo adalah gawangan yang terbuat

94 dari kayu. Pemilihan gawangan yang terbuat dari kayu agar gawangan lebih kuat dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang. 76 Gambar Gawangan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 4) Alat-alat untuk proses pewarnaan a) Ember Kegunaan ember dalam proses pembuatan batik tulis adalah sebagai alat penampung zat pewarna untuk proses pencoletan dan pencelupan kain yang sudah dibatik ke dalam larutan pewarna. Ember yang digunakan tidak hanya satu, tetapi menyesuaikan jumlah warna yang akan di pakai. Ember di sini ukuranya sedang, kurang lebih memiliki diameter 50 cm. Selain ember digunakan untuk proses pencelupan dan pencoletan, ember juga digunakan untuk mencampur water glasss denga kostik. b) Bak celup Bak celup di sini memiliki fungsi yang sama dengan kegunaan ember, yaitu untuk tempat penampungan zat pewarna yang digunakan dalam proses pencelupan warna. Bak celup yang di gunakan oleh Perusahaan Batik Ismoyo terbuat dari batu bata dan semen, menyerupai bangunan

95 77 yang sifatnya permanen. Ukuranya memiiki panjang kurang lebih 130 cm, lebar 60 cm dan tinggi atau kedalaman 10 cm. Bak celup yang digunakan dalam proses pewarnaan tidak hanya satu, tetapi ada dua bak celup. c) Timbangan Gambar Bak Celup (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Timbangan memiliki fungsi untuk menimbang zat warna yang akan digunakan untuk pencelupan. Timbangan yang digunakan adalah timbangan yang hanya dapat menimbang maksimal 1900 ons. Gambar Timbangan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)

96 78 d) Pider Pider adalah alat yang digunakan untuk proses pemberian water glass atau pengunci warna setelah proses pencelupan warna. Pider ini penggunaanya manual, bisa bergerak dengan cara diputar dengan tangan. Pemakaian alat pider ini harus dua orang untuk mempermudah prosesnya. Penggunaan pider dipilih karena dirasa mempersingkat proses pemberian water glass, selain itu dengan menggunakan alat pider pemberian water glass juga lebih rata. Gambar Pider (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) e) Plastik Plastik di sini berfungsi sebagai alas saat proses pemberian water glass, selain itu juga digunakan untuk membungkus kain yang sudah diberi water glass. Membungkus kain yang sudah di beri water glass dengan plastik memiliki tujuan agar penguncian warna semakin baik hasilnya, Plastik yang digunakan adalah plastik bening yang miliki lebar kurang lebih 120 cm. f) Bak Air Penggunaaan bak air dalam proses pewarnaan adalah untuk mencuci kain batik yang sudah di beri water glass. Bak air yang digunakan di buat permanen menggunakan batu bata campuran semen dan pasir,

97 79 sedangkan untuk ukuranya memiliki panjang kurang lebih 120 cm lebar kurang lebih 80 cm dan kedalaman kurang lebih 20 cm. pemilihan menggunakan bak air yang permanen dan buatan sendiri adalah dapat menampung lebih banyak kain yang akan di cuci dan bak air ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. g) Angkong Gambar Bak Air (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Angkong adalah sejenis alat untuk mengakut barang. Bentuknya seperti gerobak, namun lebih kecil, terbuat dari fiber dan hanya memiliki satu roda saja, namun di bagian belakang terdapat dua penyangga seperti kaki.

98 80 5) Alat-alat untuk proses pelorodan dan finishing a) Drum Drum disini memiliki fungsi untuk merebus air yang akan digunakan untuk proses nglorod. Drum yang digunakan memiliki diameter kurang lebih 60 cm dan tinggi kurang lebih 120 meter. b) Tungku Tungku di fungsikan sebagai alat pemanas air. Di perusahaan ini tungku yang di gunakan adalah tungku buatan yag terbuat dari campuran semen dan pasir. Pemilihan tungku buatan sendiri karena tungku ini lebih kokh dan dapat di gunakan dalam jangka waktu yang panjang. c) Bambu Penggunaan bambu dalam proses pelorodan adalah untuk mengaduk kain batik yang akan di lorod dalam drum yang berisi air mendidih. Bambu yang digunakan memiliki panjang kurang lebih 120 cm dan berdiameter kurang lebih 8 cm. Gambar Drum, Tungku dan Bambu (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)

99 81 d) Bak Air Bak di sini memiliki fungsi untuk mencuci kain batik yang sudah dilorod. Bak yang digunakan terdiri dari 2 bak yang memiliki ukuran panjang kurang lebih 120 cm lebar kurang lebih 80 cm dan kedalaman kurang lebih 20 cm. Bak yang digunakan memiliki sifat permanen yang dibuat dengan menggunakan batu bata dan semen. e) Gayung Penggunaan gayung dalam proses pelorodan adalah untuk menyaring sisa malam dalam proses pelorodan. Gayung yang digunakan terlebih dahulu dilubangi, hal tersebut agar dapat untuk memisahkan antara malam batik dan air. Setelah tersedia seluruh bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo, langkah selanjutnya adalah memulai proses pembuatan batik tulis. Proses atau tahapan-tahapan pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo adalah sebagai berikut: a. Tahap persiapan 1) Pembuatan desain batik Pembuatan desain batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo biasanya dilakukan oleh Bapak dan Ibu Majiyanto sendiri, tetapi untuk beberapa tahun terakhir ini, pembuatan desain batik diserahan kepada orang yang dipercaya oleh Perusahaan Batik Ismoyo, tetapi terkadang Bapak Marjiyanto turun tangan langsung dalam pembuatan desain batik tersebut. Desain tidak sepenuhnya ide dari sang pendesain batik tulis, tetapi di Perusahaan Batik Ismoyo ini, konsumen dapat memesan batik tulis sesuai dengan desain yang diinginkan. Desain yang di buat oleh Perusahaan Batik Ismoyo juga beraneka ragam, mulai dari flora, fauna maupun perpaduan dari keduanya. Batik tulis di perusahaan ini juga membuat desain batik peraduan antara motif-motif batik kraton dan motif batik kreasi.

100 82 Desain-desain batik tulis yang sudah di produksi tidak langsung di buang begitu saja, tetapi desain-desain tersebut di simpan yang nantinya akan berguna untuk menjadi inspirasi dalam menciptakan desain yang baru. Selain itu desain-desain yang sudah ada juga dapat saling di kombinasikan satu sama lain sehingga akan menghasilkan desain batik tulis yang unik dan beranekaragam. 2) Pemotongan kain Gambar Contoh Desain (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Pemotongan kain dilakukan sendiri oleh bapak Marjiyanto yang di yang di bantu oleh karyawanya. Alat yang di gunakan dalam proses pemotongan ini adalah gunting, pensil dan penggaris. Untuk ukuranya sendiri disesuaikan dengan kebutuhan kain tersebut untuk membuat kain batik untuk apa, misalnya untuk kemeja laki-laki berlengan pendek maka panjang kain yang di butuhkan adalah 200 cm, kemeja untuk laki-laki berlengan panjang panjang kain yang dibutuhkan adalah 250 cm, dan untuk jarik panjang kain yang di butuhkan adalah 260 cm. 3) Mola dannyorek Mola dan nyorek adalah proses pemindahan gambar dari kertas ke kain yang akan di batik. Dalam proses ini alat yang digunakan adalah meja,

101 83 pensil, dan penggaris. Dalam proses ini, Perusahaan Batik Ismoyo mempercayakan pekerjaan ini kepada dua orang tukang yang di kerjakan di rumah tukang tersebut. Cara nyorek adalah pola di letakkan diatas meja paling bawah, kemudian lapisan atasnya di beri kertas carbon, selanjutnya di lapisi lagi dengan kain yang akan di corek. Lapisan kertas carbon dan kain di ulangi sampai kainya 4 lapis. Setelah lapisan antara pola, kertas carbon dan kain sudah siap, tahap selanjutnya adalah menjepit bagian atas kanan dan kiri lapisan tersebut dengan klip serta memberi pemberat pada bagian tengah atas lapisan tersebut. Jika semuanya sudah siap, maka proses nyorek dapat dilakukan, yaitu dengan cara ngeblat pola yang sudah disediakan ke atas kain. Penggunaan kertas carbon di sini adalah untuk mempercepat proses nyorek selain itu dapat lebih efesien dari segi waktu dan tenaga. Jika tidak menggunakan kertas carbon maka harus satu-persatu dan itu akan menghabiskan waktu dan tenaga. kulo nek sekali nyorek niku nggeh rangkep sekawan, misal mboten ngoten nggeh mengke seng mbatik nenggone sue. Sedinten niku misal ngoyo nggeh paling mboten nem belas kain saged dados, tapi misal alon-alon nggeh paling wolong lembar (saya kalau sekali nyorek itu berlapis empat, jika tidak begitu nanti kasian yang membatik menunggu lama. Sehari kalau dipaksakan paling tidak enam belas lembar kain bisa jadi, tetapi jika pelanpelan tukang nyorek Ibu Sukini, 20 Juli 2012). Sebelum kain dicorek, kain terlebih dahulu di potong sesuai dengan kebutuhan. Jika kain akan digunakan untuk kemeja laki-laki maka kain harus di patron terlebih dahulu. Patron adalah membagi kain menjadi tujuh bagian, setiap bagian nanti akan di gunakan untuk pola baju. Bagianbagian untuk patron tersebut adalah: a) Satu bagian untuk pola kerah b) Satu bagian untuk pola saku

102 84 c) Satu bagian untuk pola punggung d) Dua bagian untuk pola dada e) Dua bagian untuk pola lengan Dalam proses ini tidak perlu menggunakan penghapus, jika terjadi kesalahan dalam jumlah kecil maka hanya perlu di beri tanda silang (X) saja maka pengrajin batik akan mengerti jika yang di beri tanda silang tersebut adalah salah, dan jika kesalahanya dalam jumlah besar yang harus dilakukan adalah mencuci kain tersebut dengan detergen. Membuat pola adalah menggambar ornamen-ornamen batik. Ornamen-ornamen batik di sini menjadi landasan pertama dalam menentukan motif batik yang akan di buat. Pola yang di buat di gambar di atas kertas kalkir dan menggambarnya menggunakan pensil. Pembuatan pola adalah dalam ukuran sebenarnya, karena pola ini nanti yang akan di pindahkan atau diblat ke atas kain yang akan di batik. Pekerjaan pembuatan pola ini juga diserahkan kepada tukang yang memang sudah lama bekerja dengan Perusahaan Batik Ismoyo. Gambar Proses Nyorek (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012)

103 85 b. Tahap pembatikan 1) Pembatikan kerongko Yang di maksud membatik kerongko adalah membatik kerangka secara global pada motif batik. Dalam proses pembatikan ini lilin batik yang digunakan adalah lilin batik jenis klowongan, karena lilin batik jenis ini memiliki sifat yang tidak mudah patah. Sedangkan canting yang digunakan adalah canting klowongan. Dalam bahasa Jawa proses ini disebut ngengrengi. Gambar Proses Ngengrengi (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 2) Ngisen-iseni Setelah proses pembatikan motif secara global selesai atau ngengrengi, proses selanjutnya adalah ngisen-iseni. Ngisen-iseni adalah proses pemberian isen-isen pada motif. Isen-isen di sini bisa berupa cecek, sawut, ataupun berupa garis, baik garis tunggal ataupun ganda. Pemberian isen-isen tergantung motif apa yang sedang dikerjakan. Dalam proses ini canting yang digunakan adalah canting cecek atau canting ceret yang memiliki cucuk leboh dari satu.

104 86 Proses ngisen-iseni ini sebenarnya tidak harus dilakukan setelah proses ngengrengi, tetapi dapat dilakukan setelah proses nyolet. Hal tersebut tergantung dari warna dan motif batik tulis yang akan di gunakan. Gambar Proses Ngisen-iseni (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 3) Penyeleksian kain batik Yang di maksud seleksi kain adalah menyeleksi kain batik yang sudah melalui proses pembatikan kerongko dan ngisen-iseni, dalam proses seleksi kain batik ini memiliki tujuan untuk melihat kesempurnaan cantingan malam. Jika cantingan malam ada yang belum sempurna atau cacat, maka kain tersebut harus kembali di canting terlebih dahulu baru kemudian dapat di proses selanjutnya. Kesempurnaan cantingan dalam membatik sangat mempengaruhi kualitas batik tulis yang di hasilkan. 4) Nyolet Proses nyolet di sini yang dimaksud adalah penorehan pewarna kain pada bagian-bagian tertentu di kain. Pencoletan warna disini menggunakan pewarna kain remazol (pewarna sintetis). Alat yang digunakan adalah baskom kecil untuk tempat larutan warna dan spon yang digunakan untuk mencolet.

105 87 Nyolet di sini tidak semua permukaan kain di beri larutan pewarna, tetapi tergantung bagian mana yang ingin di beri warna. Dalam proses ini, diperlukan ketelitian dan kesabaran dalam melakukan pekerjaan ini, karena biasanya bagian-bagian yang di colet adalah bagian-bagian yang kecil dari motif. Dalam proses ini, Perusahaan Batik Ismoyo menyerahkanya kepada tukang yang memang sudah menjadi langganan dari perusahaan ini. 5) Ngeblok atau nembok Gambar Contoh coletan (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Ngeblok atau nembok adalah menutup bagian tertentu dengan lilin batik pada kain yang akan di buat batik tulis dengan tujuan sebagai perintang warna atau menolak warna yang tidak dikehendaki. Proses ini juga memerlukan ketelitian dan kesabaran, karena jika terjadi kesalahan dalam proses ini, maka harus menghapus lilin tersebut yang sudah terlanjur di torehkan ke kain batik. Biasanya proses ini dilakukan setelah proses nyolet, jadi bagian yang di blok adalah bekas yang di colet. Dalam proses ini canting yang digunakan adalah canting yang memiliki cucuk paling besar atau sering di sebut canting tembokan.

106 88 Gambar Contoh Kain Batik yang Diblok (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) c. Tahap pewarnaan batik 1) Penyeleksian kain Seleksi kain di sini sama halnya dengan penyeleksian kain yang pertama, hanya saja penyeleksian kain pada tahapan kedua ini yang harus diperhatikan adalah kesempurnaan cantingan dan pencoletan warna, jika pencoletan warna belum sempurna atau ada yang cacat, maka kain tersebut harus dicolet ulang terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke dalam proses selanjutnya. Penyeleksian kain ini juga memiliki tujuan untuk menjaga kualitas batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo. Penyeleksian kain batik yang akan di lorod ini di lakukan langsung oleh bapak Marjiyanto.

107 89 Gambar Proses seleksi kain batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 2) Penyiapan pewarna remazol yang akan digunakan Dalam proses pewarnaan kain batik, tentu saja bahan yang paling pokok adalah bahan pewarna. Di Perusahaan Batik Ismoyo bahan pewarna yang di gunakan adalah remazol. Ukuranya sendiri jika warna yang akan digunakan adalah warna hitam, maka 1 ons remazol di tambah dengan campuran air 1 liter, jika warna yang di gunakan selain warna hitam maka ukuranya setiap 40 gram pewarna dengan campuran 1 liter air. Ukuran penggunaan bahan pewarna tersebut di gunakan untuk lima potong kain. Dalam proses ini alat yang digunakan adalah ember dan timbangan, untuk bahan tambahannya selain pewarna tentu saja air. Untuk pencampuran warna ini di lakukan langsung oleh bapak Marjiyanto dan di bantu oleh seorang karyawan.

108 90 Gambar Proses penimbangan bahan pewarna (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 3) Pencelupan kain batik ke larutan warna Setelah zat pewarna yang akan digunakan telah disiapkan, maka proses selanjutnya adalah pencelupan kain batik yang sudah melalui beberapa tahapan sebelumnya dicelup ke dalam larutan pewarna. Alat yang digunakan dalam proses pencelupan ini bisa menggunakan bak air ataupun ember, hal tersebut tergantung jumlah kain batik yang akan dicelup. Jika kain batik yang akan dicelup dalam jumlah banyak, maka yang digunakan untuk proses mencelup adalah bak air. Pencelupan kain batik disini dilakukan satu-persatu atau lembarperlembar dan dibolak-balik supaya warnanya merata keseluruh bagian kain. Setelah kain batik dicelup, maka kain batik tersebut ditiriskan sampai pewarna kain tidak menetes lagi. Dalam proses pencelupan di Perusahaan Batik Ismoyo ini dilakukan oleh tiga karyawan laki-laki dan bapak Marjiyanto sendiri. Pencelupan ini tidak dilakukan setiap hari, pencelupan ini biasanya dilakukan dua atau tiga hari sekalim semua itu tergantung dari jumlah kain batik yang sudah siap untuk dicelup. Alasan bapak Marjiyanto turun

109 91 terkadang niku kulo (terkadang saya juga tidak puas jika bukan saya sendiri yang membuat racikkan warnanya). (hasil wawancara dengan bapak Majiyanto, 27 Juli 2012). Gambar Proses Nyelup (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 4) Pemberian kain batik dengan campuran water glass dan kostik Setelah proses pencelupan selesai dan kain batik sudah ditiriskan, proses selanjutnya adalah pemberian kain batik tersebut dengan water glass yang di campur dengan kostik. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah water glass, kostik, air panas untuk campuran kostik dan air biasa. Sedangkan untuk alatnya sendiri adalah ember yang digunakan untuk mencampur water glass, pider yang akan digunakan untuk proses pemberian kain batik dengan water glass dan plastik yang akan digunakan untuk membungkus kain batik yang sudah diberi water glass. Pemberian water glass ini dilakukan satu-persatu supaya water glass dapat merata ke seluruh bagian kain. Alasan penggunaan pider dalam proses ini adalah untuk mempermudah pekerjaan dan penghematan waktu,

110 92 selain itu dengan menggunakan pider water glass juga akan dapat merata keseluruh bagian kain. Setelah kain batik diberi larutan water glass dan kostik, proses selanjutnya adalah pembungkusan kain batik tersebut dengan menggunakan plastik yang sudah disiapkan. Proses pembungkusan ini dilakukan sekitar 15 sampai 20 menit, tujuanya sendiri adalah supaya warna dan water glass semakin meresap ke kain. Gambar Proses Pemberian Water glass Cair (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 5) Pencucian Setelah kain yang sudah diberi water glass selesai didiamkan, proses selanjutnya adalah mencuci kain tersebut dengan air bersih. Alat yang dibutuhkan dalam proses ini adalah bak air. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk menghilangkan water glass yang terdapat pada kain sebelum akhirnya kain tersebut di lorod. Pencucian ini dilakukan berulang-ulang sampai water glass benar-benar hilang dari kain.

111 93 Gambar Proses Pencucian (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Dalam proses pewarnaan di Perusahaan Batik Ismoyo ini dikerjakan oleh tiga orang karyawan laki-laki yaitu bapak Giyono, bapak Wandi dan bapak Sarwanto serta bapak Marjiyanto sendiri. d. Tahap pelorodan dan finishing 1) Penyiapan alat dan bahan Sebelum proses pelorodan di lakukan, hal yang harus di lakukan pertama kali tentu saja menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam proses ini. Alat yang di gunakan adalah drum atau tong yang akan di gunakan untuk proses perebusan kain batik, bambu digunakan untuk mengaduk-aduk kain batik yang sedang di rebus, gayung di gunakan untuk menyaring malam atau lilin batik, tungku di gunakan sebagai alat pemanas air yang berada di dalam tong, bak air di gunakan untuk mencuci

112 94 kain yang sudah selesai di lorod, gawangan yang akan di gunakan untuk menyampirkan atau meniriskan kain batik yang sudah di cuci dan angkong yang akan digunakan untuk membawa kain-kain batik yang siap untuk di jemur ke tempat penjemuran. Bahan yang di gunakan dalam proses ini hanyalah air biasa yang nantinya akan di rebus sampai benar-benar mendidih dan water glass kental. Untuk ukuran penggunaan water glass kental sendiri dalam sekali proses nglorod kurang lebih ½ sampai 1 liter, jika nanti dalam proses nglorod sudah agak sulit maka water glass kental dapat di tambahkan lagi, jadi penggunaan water glass kental di sini sesuai denga kebutuhan. 2) Pelorodan Setelah alat dan bahan di siapkan, maka yang perlu di lakukan sebelum proses pelorodan adalah memanaskan air terlebih dahulu. Air yang digunakan adalah air biasa, banyaknya penggunaan air ini adalah kurang lebih satu drum penuh. Pemanasanya sendiri menggunakan tungku yang berbahan bakar dari kayu bakar, hal tersebut di pilih karena lebih menghemat biaya produksi. Setelah air dalam drum mendidih, maka water glass kental di masukkan ke dalam air yang sudah mendidih tersebut proses selanjutnya adalah memasukan satu-persatu kain batik yang akan di lorod, kemudian satu persatu kain di aduk atau di angkat kemudian di masukan lagi kedalam drum menggunakan bambu. Tujuan dari pengadukan ini adalah untuk mempercepat proses pelepasan lilin yang menempel di kain batik. Dalam proses pelorodan ini kain yang di masukan dalam sekali pengadukan antara 3 sampai 5, hal ini di karenakan memaksilmalkan proses pelorodan.

113 95 Gambar Proses Nglorod (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 3) Pencucian kain Setelah lilin batik atau malam yang terdapat pada kain benar-benar hilang, proses selanjutnya adalah pencucian kain tersebut ke dalam bak air. Bak air di sini yang dibutuhkan adalah dua bak air, hal tersebut dikarenakan agar pencucian kain benar-benar bersih. Pencucian kain ini menggunakan air biasa yang di tempatkan di dalam bak air. Pencucian dilakukan dengan mengucek kain agar lilin batik yang masih menempel pada kain dapat benar-benar hilang. Jika masih ada sisa lilin batik yang masih menempel pada kain dan tidak memungkinkan di hilangkan denga pencucian, maka kain tersebut harus dilorod ulang,

114 karena jika masih ada sisa lilin batik pada kain maka hal tersebut akan mengurangi kualitas batik tulis yang akan dihasilkan. 96 4) Penjemuran Gambar Proses pencucian setelah kain dilorod (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) Setelah proses pelorodan dan pencucian kain selesai, proses selanjutnya adalh penjemuran kain batik tersebut langsung di bawah matahari. Alat yang di gunakan dalam proses ini adalah angkong yang berfungsi sebagai pengangkut kain-kain batik yang akan di jemur ke tempat penjemuran. Tempat penjemuran di Perusahaan Batik Ismoyo berada di tempat yang berbeda, jaraknya kurang lebih 35 meter dari tempat produksi. Tempat penjemuran ini berada di ruangan terbuka dan terbuat dari bilahbilah bambu. Penjemuran ini dilakukan sampai menunggu kain benarbenar kering, jika matahari sedang terik waktu yang di butuhkan untuk menunggu kain batik tersebut kurang lebih 2 sampai 3 jam saja.

115 97 Gambar Proses penjemuran kain batik (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 5) Finishing Untuk finishing, bapak Marjiyanto mempercayakannya kepada konveksi-konveksi yang memang sudah menjadi langganan dari perusahaan ini. Konveksi-konveksi tersebut antara lain berada di sekitar Perusahaan Batik Ismoyo dan terdapat di Kecamatan Gemolong, Sragen. 3. Produk Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Produk batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo untuk saat ini hanyalah untuk dewasa, baik laki-laki ataupun wanita. Dulu pernah membuat baju untuk anak-anak, tetapi peminatnya sangat sedikit sekali sehingga bapak Marjiyanto memutuskan untuk tidak memproduksi batik tulis untuk anakanak, kalaupun memproduksi itu hanya jika ada kain batik tulis sisa yang bisa di manfaatkan. Tidak semua kain batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo di jadikan produk siap pakai, tetapi juga di jual dalam bentuk kain batik tulis. Harganya sendiri Rp , sampai Rp , untuk kain batik tulis yang berbahan sutera ATBM, Rp , sampai Rp , untuk kain

116 98 batik tulis yang berbahan dobi dan primisima. Yang mempengaruhi mahal atau tidaknya harga batik tersebut adalah segi motifnya, semakin sulit dan penuh motif batik tulis tersebut, maka harga batik tulis tersebut akan semakin mahal. Gambar Contoh batik tulis berbahan sutera ATBM (Dokumentasi oleh Encus Dyah A. M : 2012) 4. Ciri Khas Batik Tulis Di Perusahaan Batik Ismoyo Batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo terdiri dari berbagai macam motif dan warna. Setelah membandingkan dengan batik tulisbatik tulis yang terdapat di daerah Kabupaten Sragen, ternyata batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo tidak memiliki ciri khas tersendiri, jadi yang dapat membedakan batik tulis ini batik tulis yang di produksi oleh Perusahaan Batik Ismoyo atau bukan adalah dengan melihat merek yang biasanya tertera pada produk batik tulis tersebut. batik tulis teng mriki niku mboten enten ciri khase, nggeh pokoke sami kaliyan batik tulis-batik tulis seng enten teng daerah Sragen. Wong nek ajeng ndamel batik tulis seng benten supoyo enten ciri khase nek misal sae nggeh mesti pengrajin batik tulis liyane mesti nggeh melu-melu ndamel ngeteniku. Saged ngerti niku batik tulis Ismoyo nopo mboten nggeh saking

Keyword: Batik Tulis, Plupuh, Sragen

Keyword: Batik Tulis, Plupuh, Sragen STUDI BATIK TULIS (Kasus di Perusahaan Batik Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) Encus Dyah Ayoe Moerniwati Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

BATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN

BATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN BATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan

Lebih terperinci

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia 23 PENGARUH KOMPOSISI RESIN ALAMI TERHADAP SUHU PELORODAN LILIN UNTUK BATIK WARNA ALAM Effect of Natural Resin Composition on Temperature of Wax Removing for Batik Natural Dye Vivin Atika *, Agus Haerudin

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa

Lebih terperinci

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 18 atau awal abad 19. Batik diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia milik dunia

Lebih terperinci

KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K

KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2013 Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K3208002 PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbanyak di dunia yang memiliki suku bangsa beragam tersebar di seluruh kepulauan di nusantara. Keragaman budaya telah menjadi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOMIK TOYS DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS X IPA 2 SMA NEGERI 1 POLOKARTO TAHUN AJARAN 2014/2015

PEMBELAJARAN KOMIK TOYS DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS X IPA 2 SMA NEGERI 1 POLOKARTO TAHUN AJARAN 2014/2015 PEMBELAJARAN KOMIK TOYS DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS X IPA 2 SMA NEGERI 1 POLOKARTO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh : EDWAN EKA SAPUTRA K3210021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR ORNAMEN PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI WANGON KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR ORNAMEN PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI WANGON KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR ORNAMEN PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI WANGON KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015. SKRIPSI Oleh : MAHMUDI NIM X3211012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL 1960-1997 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi, isu perdagangan global dan kesadaran akan pentingnya peran konsumen telah mengakibatkan banyak perubahan pada kondisi persaingan dalam

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA

PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA Uke Prajogo STIE Malangkucecwara Uke1prajogo@gmail.com Abstrak Diberlakukannya ACFTA pada Tahun 2010 dan MEA pada Tahun 2015 menyebabkan

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii UCAPAN TERIMA KASIH iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1 B. Fokus Penelitian... 5 C. Tujuan Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan nenek moyang yang mempunyai makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Terbukti dengan penetapan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, bahwa

Lebih terperinci

KAJIAN MOTIF BATIK KAPAL SANGGAT PADA BATIK JAMBI

KAJIAN MOTIF BATIK KAPAL SANGGAT PADA BATIK JAMBI KAJIAN MOTIF BATIK KAPAL SANGGAT PADA BATIK JAMBI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK TULIS DI KABUPATEN SUKOHARJO PADA ERA SEKARANG

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK TULIS DI KABUPATEN SUKOHARJO PADA ERA SEKARANG KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK TULIS DI KABUPATEN SUKOHARJO PADA ERA SEKARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/Desain Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN UD. Oca Batik Madura adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan batik tulis yang sedang berkembang dan professional. UD. Oca Batik Madura merupakan salah satu perusahaan yang ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu hasil kebudayaan lokal Indonesia yang telah menjadi sebuah ikon bahkan kebanggaan negara, yang pada tanggal 2 Oktober 2009 telah ditetapkan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN

PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN Abdul Malik 1, Retno 2, Ayu 3 Jurusan Teknik Kimia-Tekstil, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Pengembangan ragam hias batik Banten memiliki keterkaitan dengan lingkungan non fisik. Dimana ragam hias batik banten memiliki ciri khas dan nilainilai budaya

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 Oleh : Nursitinah NIM. X3211017 Skripsi Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY ABSTRAK Batik adalah seni kerajinan yang perlu dilestarikan kebaradaannya karena merupakan salah satu budaya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL PRESTASI BELAJAR TEKNIK BATIK IKAT

PENINGKATAN HASIL PRESTASI BELAJAR TEKNIK BATIK IKAT PENINGKATAN HASIL PRESTASI BELAJAR TEKNIK BATIK IKAT CELUP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS VIII B SMP N 1 KALIMANAH SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57 Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. ARTIKEL PELATIHAN PEMBUATAN BATIK COLET BAGI SISWA SMK DIPONEGORO DEPOK (PROGRAM LANJUTAN) Oleh: Sugiyem, Sri Widarwati, Emy Budiastuti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Abstract The purpose

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG SENI LUKIS KACA DI DWI HASTA GLASS DUKUH PULE DESA NGRICIK KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN TENTANG SENI LUKIS KACA DI DWI HASTA GLASS DUKUH PULE DESA NGRICIK KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN TENTANG SENI LUKIS KACA DI DWI HASTA GLASS DUKUH PULE DESA NGRICIK KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Oleh: YONATAN RIANANTAKA K3209048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang memerlukan keterampilan khusus yang dapat menumbuhkan keaktifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan karya seni yang bernilai tinggi warisan dari nenek moyang Indonesia dan menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang telah diakui Dunia yang

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DALAM MENYELESAIKAN SOAL PELUANG DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR (Penelitian Dilakukan di SMA Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KERAJINAN BATIK KARYA PENGRAJIN TUNJUNG BIRU MILIK SURYANTO DI DESA GUMELEM KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

STUDI TENTANG KERAJINAN BATIK KARYA PENGRAJIN TUNJUNG BIRU MILIK SURYANTO DI DESA GUMELEM KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA STUDI TENTANG KERAJINAN BATIK KARYA PENGRAJIN TUNJUNG BIRU MILIK SURYANTO DI DESA GUMELEM KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI Oleh: TRI ANA PRIHARNENI X 3211030 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT PEMAHAMAN PERATURAN SEPAKBOLA PADA PEMAIN KU 14 TAHUN SSB SE-SURAKARTA TAHUN 2016

SURVEI TINGKAT PEMAHAMAN PERATURAN SEPAKBOLA PADA PEMAIN KU 14 TAHUN SSB SE-SURAKARTA TAHUN 2016 SURVEI TINGKAT PEMAHAMAN PERATURAN SEPAKBOLA PADA PEMAIN KU 14 TAHUN SSB SE-SURAKARTA TAHUN 2016 SKRIPSI Oleh : DODY HANGGA WIJAYA K5612023 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

PENERAPAN QUANTUM LEARNING

PENERAPAN QUANTUM LEARNING PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN WATES KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI Oleh: INDRI

Lebih terperinci

STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2007 2011 Skripsi Oleh : AAN WAHYU PARWANTO K 4608083 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSES PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGOLAH KAIN (PERSIAPAN ALAT DAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar SarjanaSeni Rupa Program Studi Kriya Seni/Tekstil Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN

KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh

Lebih terperinci

Form Daftar Har. No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor. Wajan. 12 Wajan khusus batik Wajan batik biasa Canting

Form Daftar Har. No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor. Wajan. 12 Wajan khusus batik Wajan batik biasa Canting Form Daftar Har No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor 1 Kompor Astoetik otomatis (New) + wajan 325,000 Kompor Astoetik standar 2 290,000 (alumunium) + wajan Kompor Astoetik standar 3 310,000 (tanah liat) +

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

TEKNIK BATIK ETCHING SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL PADA T-SHIRT REMAJA PRIA TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

TEKNIK BATIK ETCHING SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL PADA T-SHIRT REMAJA PRIA TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan TEKNIK BATIK ETCHING SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL PADA T-SHIRT REMAJA PRIA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan. 1.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan. 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) adalah Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN BATIK DENGAN SUMBER IDE BAHARI DAN LINGKUNGAN RAJA AMPAT

PERANCANGAN BATIK DENGAN SUMBER IDE BAHARI DAN LINGKUNGAN RAJA AMPAT PERANCANGAN BATIK DENGAN SUMBER IDE BAHARI DAN LINGKUNGAN RAJA AMPAT PERANCANGAN KARYA TUGAS AKHIR Untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: Nike Wijayanti C0910029

Lebih terperinci

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM : BISNIS BATIK ONLINE Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA KELAS : AKHMAD DAHLAN : 11-S1TI-01 NIM : 11.11.4658 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan batik yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGGAMBAR BENTUK PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS VIIA DI SMP ABDI NEGARA 2 PADAMARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Mohamad Irwan NIM. X3211013

Lebih terperinci

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO Rasjoyo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik untuk Kelas VI SD dan MI 3 Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Pekalongan Tahun 2006 PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA KELAS III SDN MOJOREJO 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM COREL DRAW DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR KOMPUTER DI KELAS X TEKSTIL A SMK NEGERI 9 SURAKARTA

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM COREL DRAW DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR KOMPUTER DI KELAS X TEKSTIL A SMK NEGERI 9 SURAKARTA PERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM COREL DRAW DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR KOMPUTER DI KELAS X TEKSTIL A SMK NEGERI 9 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: ANIS DWI SAYEKTI K3211007 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh: NURIDA YUSRIANI K8111057 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Objek Perancangan 1) Batik Batik adalah rangkaian proses dari membuat pola hias diatas kain sampai selesai pewarnaan dengan menggunakan lilin. a. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG BATIK KLASIK DAN KONTEMPORER PONOROGO DI PERUSAHAAN BATIK LESOENG

KAJIAN TENTANG BATIK KLASIK DAN KONTEMPORER PONOROGO DI PERUSAHAAN BATIK LESOENG KAJIAN TENTANG BATIK KLASIK DAN KONTEMPORER PONOROGO DI PERUSAHAAN BATIK LESOENG SKRIPSI Oleh: BELLA ARDIKARA RAMADHAN K3209005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa

Lebih terperinci

KAJIAN BATIK KHAS WONOGIREN SEBAGAI SERAGAM PEGAWAI DI KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN BATIK KHAS WONOGIREN SEBAGAI SERAGAM PEGAWAI DI KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN BATIK KHAS WONOGIREN SEBAGAI SERAGAM PEGAWAI DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Kriya Tekstil Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTIF BATIK DENGAN SUMBER IDE KOLEKSI SITUS PURBAKALA SANGIRAN

PERANCANGAN MOTIF BATIK DENGAN SUMBER IDE KOLEKSI SITUS PURBAKALA SANGIRAN PERANCANGAN MOTIF BATIK DENGAN SUMBER IDE KOLEKSI SITUS PURBAKALA SANGIRAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar SarjanaSeni Rupa Jurusan Kriya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY i PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SDN 01 KLODRAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: ISNANI AF IDATUNNISA

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS

PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Desain Program Studi Kriya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017 PEMBUATAN BATIK JUMPUT DI DESA GLURANPLOSO KECAMATAN BENJENG KOTA GRESIK Nur Indah Rosyidah 1, Nurdiana Fatmawati 2, Novi Eka Styorini 3, Retno Wulan N.S 4, Siti Aisyah 5 1,2,3 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA YANG DEWASA DALAM BERPIKIR DAN BERPERILAKU

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA YANG DEWASA DALAM BERPIKIR DAN BERPERILAKU PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA YANG DEWASA DALAM BERPIKIR DAN BERPERILAKU (Studi Kasus Di Lingkungan Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta) Oleh : SKRIPSI Oleh : Ageng

Lebih terperinci

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Progam Studi Kriya Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: HESTI OKTAVIA NIM. K6410031

Lebih terperinci