BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulisan karya tulis ini setidak-tidaknya akan menemukan jawaban atas sejumlah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulisan karya tulis ini setidak-tidaknya akan menemukan jawaban atas sejumlah"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana Penulis telah kemukakan dalam Bab I bahwa penelitian dan penulisan karya tulis ini setidak-tidaknya akan menemukan jawaban atas sejumlah pertanyaan 1 yang berhimpun dalam kata tanya bagaimana pada sub judul rumusan masalah yaitu; 1) Apa hakekat dari transaksi elektronik via EDC sebagaimana diatur dalam UU ITE dan prinsip konvergensi dari UU Telekomunikasi? 2) Kapan suatu transaksi elektronik via EDC dimulai atau dinyatakan berlaku. 3) Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi elektronik Via EDC yang menggunakan sarana telekomunikasi? 4) Apa sajakah yang bisa atau dapat menjadi objek dalam sebuah transaksi Via EDC? 5) Apakah hak-hak dan kewajiban dari para pihak yang terlibat dalam sebuah Via EDC? 6) Kapan suatu transakasi elektronik Via EDC dinyatakan telah berakhir dan 7) Bagaimana penyelesaian sengketa dalam suatu transaksi elektronik Via EDC?? plus bukan hanya itu saja, melainkan masih banyak pula aspek hukum yang dapat diteliti dari kegiatan transaksi elektronik. Oleh sebab itu dalam Bab ini, sesuai dengan judul Tinjauan Pustaka, maka Penulis akan menggambarkan (mendiskripsikan) jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, yang diambil dari kepustakan yang Penulis teliti (baca). Pustaka-pustaka mana telah Penulis pandang sebagai pustaka dalam 1 Lihat Bab I Sub Judul 1.1. hal

2 bidang hukum yang menyimpan jawaban-jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan sebagaimana dikemukakan di atas, meskipun hanya tersirat sekalipun. Pustaka-pustaka itu telah Penulis pandang sebagai pustaka dalam bidang hukum dan oleh sebab itu Penulis rujuk sebagai bahan tinjauan kepustakaan yang berkaitan dengan topik penelitian dan penulisan karya tulis ini, sebab memang harus diakui bahwa sangat sulit menemukan kepustakaan yang secara spesifik dan sistematik (kontraktual) membicarakan aspek hukum dari transaksi yang menggunakan EDC Hakekat Dari Suatu Transaksi Elektronik Electronic commerce (e-commerce) umum dipahami sebagai suatu cara perdagangan. Cara perdagangan atau transaksi tersebut relatif baru keberadaannya, dibandingkan dengan cara perdagangan lainnya. Sehingga bagi sebagian kalangan pengertian transaksi elektronik masih belum jelas. Ketidakjelasan dalam mengartikan suatu istilah berdampak pada kesukaran dalam mengerti seluruh permasalahan yang muncul. Hal itu seharusnya tidak demikian berlaku dalam bidang hukum. Sebab, menurut pendapat Penulis, bukankah hukum itu harus serba jelas, pasti dan mudah dimengerti? Dalam pada itu secara umum, e-commerce dapat didefinisikan sebagai bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan barang dan jasa (trade goods and service) dengan menggunakan media elektronik. 2 2 Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. Dan Elisatris Gultom., SH., MH., Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi., Bandung., PT. Refika Aditama., 2005., hlm

3 Menggunakan definisi e-commerce seperti itu, menurut pendapat Penulis, apabila EDC dapat disamakan dengan media elektronik, maka pada titik ini, dapat dikatakan bahwa pada hakekatnya EDC itu hanyalah sarana yang dapat dipergunakan oleh para pihak (the parties) dalam transaksi perdagangan (to contracts) atau perniagaan barang dan jasa sebagai suatu kontrak (a contract). Berkaitan dengan hakikat kontraktual EDC tersebut, maka berikut ini pengertian kontrak sebagai nama ilmu hukum: segenap kewajiban bagi setiap orang berjanji atau bersepakat dengan orang lain untuk memberikan, atau berbuat, atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain tersebut, atau berkenaan dengan segenap kewajiban yang dituntut oleh hukum kepada setiap orang untuk memberikan atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain apabila keadilan menghendaki meskipun tidak diperjanjikan sebelumnya. 3 Dalam operasionalnya, kontrak e-commerce ini dapat berbentuk transaksi yang dilakukan oleh para pihak dalam Business to Bussiness (B to B) atau pihak dalam Business to Consummers (B to C) atau pihak dalam transaksi yang dilakukan oleh konsumen ke pihak konsumen (customer to customer). 4 Meskipun dalam perspektif hukum yang terlihat adalah transaksi oleh para pihak dalam Business to Bussiness namun pada umumnya dipandang hanya sebatas sistem komunikasi bisnis on-line antar pelaku bisnis. 3 Jeferson Kameo, SH., LLM., Ph.D., Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum., Fakultas Hukum UKSW Salatiga., hal Abdul Halim Barkatullah & Teguh Prasetyo, SH, M.Si., Op.Cit., hal. 22. Menurut pendapat Penulis, dalam perpektif Kontrak sebagai Nama Ilmu Hukum, entah itu bentuk transaksi B to B, to C, C to C, konsep baku yang dipakai tetap pihak (the partis to contract). 16

4 Dilihat dari karakteristiknya, transaksi e-commerce para pihak dalam Business to Business mempunyai karakteristik sebagai berikut transaksi terjadi antara para pihak sebagai trending partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah terjalin hubungan hukum yang berlangsung cukup lama. Pertukaran informasi atau dalam bahasa hukum dapat dikatakan sebagai suatu consensus in idem hanya berlangsung di antara mereka dan karena sudah sangat mengenal. Dapat dikatakan karakteristik pertukaran informasi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan dan kepercayaan. Di samping itu, dalam e- commerce business to business, ada pertukaran data (consensus in idem) dilakukan secara berulang-ulang dan berskala serta format yang telah disepakati (standard contract). Jadi service yang digunakan antara kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standar yang sama. Ciri selanjutnya dari e-commerce ini adalah salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka lainnya untuk mengirim data. Akhirnya dalam ciri e-commerce ini adalah model yang umum digunakan adalah pear to pear, dimana processing intelegence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis. 5 Sedangkan hubungan hukum oleh para pihak dalam business to consumers merupakan transaksi melalui internet antara penjual barang dan konsumen (end user). Hubungan hukum para pihak dalam Business to Consummers (B to C) pada e-commerce jenis ini relatif banyak ditemui dibandingkan dengan Business to Business. Dalam transaksi e-commerce jenis B to C, hampir semua orang dapat 5 Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. dan Elisatris Gultom., SH., MH., Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi., Bandung., PT. Refika Aditama., 2005., hal

5 melakukan transaksi baik dengan nilai transaksi kecil maupun besar dan tidak dibutuhkan persyaratan yang rumit. Dalam transaksi B to C, sementara pihak memandang bahwa konsumen memiliki bargaining position yang lebih baik dibanding dengan perdagangan konvensional. Hal itu dikarenakan, konsumen memperoleh informasi yang beragam dan mendetail. Kondisi tersebut memberi banyak manfaat bagi para pihak dalam hubungan kontraktual, dalam hal ini adalah pihak konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi. Selain itu juga terbuka kesempatan bagi pihak konsumen untuk memilih jenis dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan finasial konsumen dalam waktu yang relatif efisien. 6 Karateristik dari transaksi e-commerce Business to Consumer adalah sebagai berikut : 1) Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara umum pula; 2) Service dapat dilakukan juga bersifat umum sehingga mekanismenya dapat digunakan oleh banyak orang. Contohnya, karena sistem web sudah umum di kalangan masyarakat, maka sistem yang digunakan adalah sistem web pula; 3) Service yang diberikan berdasarkan permintaan dimana konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus siap memberikan respon terhadap inisiatif konsumen; 4) Sering dilakukan pendekatan client-server, yang mana konsumen di pihak klien menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) 6 Ibid, hal

6 dan pihak penyedia barang atau jasa (business procedure) berada pada pihak server. 7 Konsumen ke konsumen merupakan jenis transaksi bisnis yang tidak hanya dilakukan secara konvensional tetapi juga secara elektronik. Jenis transaksi demikian dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu pada saat tertentu pula. Segmentasi transaksi elektronik antara pihak konsumen ke konsumen sifatnya lebih khusus karena transaksi dilakukan oleh konsumen ke konsumen yang memerlukan transaksi. Dalam kaitan dengan itu terlihat dari kepustakaan yang ada, internet telah dijadikan sebagai sarana tukar menukar informasi tentang produk baik mengenai harga, kualitas dan pelayanannya. Selain itu antar consumer juga dapat membentuk komunitas pengguna/penggemar produk tersebut. Ketidakpuasan customer dalam mengonsumsi suatu produk dapat segera tersebar luas melalui komunitaskomunitas tersebut. Seperti telah dikemukakan, itulah alasan mengapa internet telah menjadikan customer memiliki posisi tawar yang tinggi, dan dengan demikian menuntut pelayanan suatu perusahaan yang terlibat dalam transaksi elektronik untuk menjadi lebih baik. 8 Uraian di atas tidak secara eksplisit dan lugas menjawab pertanyaan nomor satu sebagaimana telah Penulis kemukakan dalam rincian di bagian introduksi pada Bab ini. Namun dapat Penulis kemukakan, bahwa begitulah kenyataan yang 7 Ibid., hal Abdul Halim Barkatullah & Teguh Prasetyo, SH, M.Si., Op.Cit., hal

7 saat ini ada, khususnya kenyataan kepustakaan hukum yang membicarakan tentang transaksi e-commerce. Ada ketidakjelasan dalam mengungkapkan makna yang hakiki dari suatu transaksi elektronik. Khusus mengenai hakikat dari EDC, bahkan terlihat dari uraian di atas bahwa tidak satu pun kepustakaan yang membicarakan mengenai hal itu. Namun, seperti telah Penulis kemukakan di atas, bahwa pada hakikatnyya transaksi elektronik dimana EDC menjadi alat yang membantu melancarkan transaksi yang bersangkutan sebagai suatu kontrak. Untuk lebih memerjelas hakikat kontraktual seperti itu, maka berikut ini tinjauan kepustakaan yang lebih rinci, yang akan dimulai dari pihak-pihak dalam setiap transaksi elektronik, termasuk pihak-pihak dalam transaksi yang menggunakan EDC sebagai sarana yang membantu transaksi Pihak-Pihak Dalam Transaksi Elektronik Transaksi e-commerce termasuk yang menggunakan EDC sebagai sarana, melibatkan beberapa pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, tergantung kompleksitas transaksi yang dilakukan. Perlu dikemukakan dalam kaitan dengan itu, bahwa tidak semua proses transaksi dilakukan secara online, hanya beberapa tahap saja yang dilakukan secara on-line. Apabila seluruh transaksi e-commerce dilakukan secara on-line 9, mulai dari proses terjadinya transaksi sampai dengan pembayaran, maka pihak-pihak yang terlibat terdiri dari: Pihak Penjual (merchant), yaitu perusahaan/produsen 9 Dalam konteks tinjauan kepustakaan dalam Bab ini, sudah barang tentu yang dimaksud juga EDC. 20

8 yang menawarkan produknya melalui internet. 10 Untuk menjadi merchant, maka seseorang harus mendaftarkan diri sebagai merchant account pada pihak bank, tentunya ini dimaksudkan agar Pihak merchant dapat menerima pembayaran dari pihak customer dalam bentuk credit card, maupun debit card. 11 Di samping Pihak Penjual, transaksi on-line dengan menggunakan EDC melibatkan pihak konsumen/card holder, yaitu orang-orang yang ingin memperoleh hak atas produk (barang atau jasa) melalui pembelian (pembayaran) atau transaksi/kontrak secara on-line. Pihak Konsumen yang akan berbelanja atau membayar menggunakan EDC yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi (internet), dapat berstatus perorangan atau perusahaan. Apabila Pihak konsumen merupakan perorangan, maka yang perlu diperhatikan dalam transaksi e-commerce adalah bagaimana metode pembayaran yang dipergunakan, apakah pembayaran dilakukan dengan menggunakan credit card (kartu kredit) atau dimungkinkan pembayaran dilakukan secara manual/cash. Hal ini penting untuk diketahui, mengingat tidak semua Pihak konsumen yang berbelanja/membayar melalui EDC on-line (internet) adalah pemegang kartu kredit/card holder. Pemegang kartu kredit (card holder) adalah seseorang yang namanya tercetak pada kartu kredit yang dikeluarkan oleh pihak penerbit berdasarkan perjanjian yang telah dibuat dengan pihak Bank Penerbit. Pihak selanjutnya dalam transaksi e-commerce adalah 10 Di Indonesia, Hukum positif yang mengatur tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak mengenal istilah Penjual, tetapi Pengirim. Istilah Penjual barangkali lebih tepat dipergunakan dalam transaksi konvensional saja. 11 Perlu dikemukakan bahwa pihak-pihak dalam transaksi on-line yang dimaksudkan disini adalah transaksi, misalnya pembayaran barang dengan menggunakan EDC. 21

9 Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit) dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit). 12 Perantara dan penagih adalah pihak yang meneruskan tagihan kepada penerbit berdasarkan data yang masuk kepadanya atau yang dikoleksi oleh mesin EDC yang diberikan oleh pihak penjual barang/jasa. Pihak perantara penagihan inilah yang melakukan transaksi elektronik dengan pihak penjual. Pihak perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit) adalah pihak bank dimana pembayaran kredit dilakukan oleh pihak pemilik kartu kredit/card holder. Selanjutnya pihak yang menerima pembayaran ini akan mengirimkan uang pembayaran tersebut ke pihak Bank penerbit kartu kredit (issuer). Pihak selanjutnya dalam transaksi e-commerce adalah Issuer. Yang dimaksud dengan issuer adalah perusahaan credit card yang menerbitkan kartu. Di Indonesia ada beberapa lembaga yang diijinkan untuk menerbitkan kartu kredit, yaitu : a) Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Tidak setiap bank dapat menerbitkan credit card, hanya bank yang memperoleh ijin dari Card International, dapat menerbitkan credit card, seperti Master dan Visa Card; b) Perusahaan non bank dalam hal ini PT. Dinner Jaya Indonesia Internasional yang membuat perjanjian dengan perusahaan yang ada di luar negeri; c) Perusahaan yang membuka cabang dari perusahaan induk yang ada di luar negeri, yaitu American Express. 12 Perlu Penulis kemukakan di sini bahwa setiap kali konsep penerbit digunakan dalam pembayaran, dalam hukum, asumsinya adalah bahwa penerbit itu adalah suatu Bank. 22

10 Pihak berikutnya dalam transaksi e-commerce adalah Certification Authorities; Pihak ketiga yang netral yang memegang hak untuk mengeluarkan sertifikat kepada pihak merchant, kepada issuer, dan dalam beberapa hal diberikan pula kepada pihak card holder. Certification Authorities dapat merupakan suatu lembaga pemerintah atau lembaga swasta. Di Italia, dengan alasan kebijakan publik, menempatkan pemerintahan Italia sebagai organ yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan pusat certification authorities. Sebaliknya di Jerman, jasa sertifikasi terbuka untuk dikelola oleh sektor swasta untuk menciptakan iklim kompetisi yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan jasa dalam bidang teknologi informasi (information technology) tersebut. 13 Apabila transaksi e-commerce tidak sepenuhnya dilakukan secara on-line, maka hanya sebagian proses transaksi saja yang on-line. Sementara pembayaran, tetap dilakukan secara manual/cash. Maka dalam hal ini pihak acquirer, issuer, dan certification authorities tidak terlibat. Di samping pihak-pihak tersebut, seperti telah dikemukakan di atas, pihak lain yang terlibat tidak secara langsung dalam transaksi electronic commerce yaitu pihak yang menyelesaikan transaksi berupa jasa pengiriman (ekspedisi), dan pengangkutan dan penyerahan barang Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. dan Elisatris Gultom., SH., MH., Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi., Bandung., PT. Refika Aditama., 2005., hal Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. Dan Elisatris Gultom., SH., MH., Op.Cit., hal

11 2.3. Saat Terjadinya Transaksi Elektronik Ada beberapa pendapat dalam kepustakaan yang Penulis teliti, yang menjelaskan saat terjadinya transaksi dalam perjanjian e-commerce. Diantaranya, ada yang menyatakan bahwa saat terjadinya kontrak termasuk kontrak elektronik adalah ketika pihak konsumen menyatakan pemesanan (order) barang dengan menulis Selanjutnya terjadinya kontrak adalah pada saat pelaku usaha mengirim e- mail yang isinya menyatakan bahwa barang yang dipesan pihak konsumen sudah diterima. 16 Pada bagian lain, ada juga pendapat bahwa terjadinya kontrak elektronik adalah sejak diketahuinya dari pihak pelaku usaha oleh konsumen yang isinya menyatakan mengenai sejumlah nominal dari total pemesanan konsumen, cara pembayaran, dan metode pengiriman barang. 17 Akhirnya, ada pula pendapat bahwa kontrak elektronik terjadi pada saat pernyataan pemesanan barang tersebut selayaknya diterima oleh pihak konsumen Ada yang menyebut hal tersebut dengan teori kehendak. 16 Ada yang menyebut hal tersebut dengan teori pengiriman. 17 Sementara pihak menyebut hal ini dengan teori pengetahuan. 18 Hal ini disebut sementara pihak dengan teori kepercayaan. 24

12 2.4. Objek dari Transaksi Elektronik Secara umum telah memberikan definisi e-commerce sebagai bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan barang dan jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. 19 Dari pengertian e-commerce tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi objek 20 dari transaksi elektronik adalah berupa hak atas barang, jasa dan informasi. Yang dimaksud dengan hak atas barang dalam transaksi elektronik adalah hak-hak atas produk-produk yang berupa perangkat keras dan perangkat lunak. 21 Menurut pendapat Penulis, hal seperti ini dituntun oleh kaedah hukum dalam bidang hukum kehendak. Mekanisme transaksi on-line dengan produk perangkat keras adalah dengan mengirim atau penyerahan barang sampai ke rumah konsumen, dan untuk perangkat lunak pembeli diizinkan untuk men-download-nya. Mekanisme untuk pembelian oleh pihak dalam suatu transaksi elektronik, subyek berupa hak atas jasa adalah pihak suplier akan melayani pihak konsumen sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian atau kontrak elektronik. 19 Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. dan Elisatris Gultom., SH., MH., Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi., Bandung., PT. Refika Aditama., 2005., hal Objek adalah terminologi hukum perdata Indonesia. Seharusnya subyek. Sedangkan subyek, seharusnya menjadi pihak. Pandangan ini dipioniri oleh Jeferson Kameo, S.H., LLM., Ph. D. 21 Assafa Endeshaw., Hukum E-Commerce dan Internet dengan Fokus di Asia Pasifik (judul asli : Internet and E-Commerce Law : With a Focus on Asia-Pasific., diterjemahkan oleh Siwi Purwandari dan Mursyid Wahyu Hananto)., Yogyakarta., Pustaka Pelajar., 2007., hal

13 Berikut Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat Dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 22 Dalam transaksi elektronik, informasi elektronik dan dokumen elektronik serta hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. 23 Hal tersebut merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. 24 Selanjutnya, informasi elektronik atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ITE. 25 Akan tetapi ketentuan mengenai informasi elektronik dan dokumen elektronik sebagaimana dimaksud di atas tidak berlaku untuk: a) surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan b) surat beserta 22 Pasal 1 Angka (1) UU ITE. 23 Pasal 5 Ayat (1) UU ITE. 24 Pasal 5 Ayat (2) UU ITE. 25 Pasal 5 Ayat (3) UU ITE. 26

14 dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta Kategori Metode Pembayaran Elektronik Sistem pembayaran elektronik pada saat ini dapat dikategorikan menjadi 3. Di bawah ini uraian/analisinya. Pertama kategori sistem debit. Dalam kategori ini, pihak konsumen diharuskan terlebih dahulu mempunyai rekening di suatu bank. Apabila pihak konsumen akan melakukan suatu pembayaran maka pembayaran itu akan diambil dari rekening pihak konsumen yang ada di Bank tersebut dengan cara debit. Contoh dari sistem ini adalah: Bank Internet Payment System (BIPS), FSTC Electronic Check (Echeck), Open Financial Exchange (OFX). 27 Kategori kedua adalah sistem kredit. Sistem ini mengalihkan kewajiban pembayaran kepada pihak ke-3 yang akan menagih kepada orang yang bersangkutan. Pedagang akan melakukan proses capture yaitu meminta pembayaran dari pihak ke-3 yang menjadi perantara. Sistem ini terdiri dari Credit Card Over HTTP/SSL dan SET. Metode yang menggunakan SSL banyak digunakan oleh internet merchant pada saat ini. Internet merchant akan menggunakan SSL dalam meng-encrypt proses capture dari nomor kartu kredit yang digunakan. 26 Pasal 5 Ayat (4) UU ITE. 27 Menurut pendapat Penulis, semua pembayaran atau transaksi dengan menggunakan EDC termasuk dalam kategori ini. 27

15 Kategori metode pembayaran elektronik yang ketiga adalah uang digital (e-money) tunai atau electronic cash /digital cash. Dalam uang digital, pembayaran baru seperti halnya uang digital hanya berhasil apabila keberadaannya diterima banyak orang. Dengan meraih penerimaan ini semua pihak yang terlibat memetik cukup banyak keuntungan melebihi dari biaya yang harus ditanggungnya. Kategori metode pembayaran dengan uang digital itu dipengaruhi oleh minat customer membawa alat pembelian ini senyaman mungkin. Pembayaran dapat dilakukan dari rumah dengan cara yang mudah dan efisien. Dealer (merchant) bisa saja memetik fee dari transaksi (namun sebaiknya tidak). Di lain pihak, keuntungan yang diraihnya adalah memperbaiki citra sebagai merchant yang inovatif dan mungkin meningkatkan penjualan. Arsitek sistem bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem pembayaran. Keuntungan mereka adalah royalti dan fee dari layanan. Prasyaratnya adalah penerimaan yang luas dari sistem mereka dan penggunaannya. Penyedia sistem (system provider) menjadi pihak penengah. Penjualan dealer diteruskan ke institusi keuangan. Penyedia sistem bertanggung jawab terhadap clereance transaksi. Ia menyediakan pula layanan (manajamen problem, pelatihan pengguna). Pendapatan berasal dari fee dan tarikan (charge) atas layanan yang ia sediakan. Institusi keuangan dapat mempromosikan sistem tertentu. Kepercayaan terhadap 28

16 sistem pembayaran elektronik merupakan kunci keberhasilan. Hambatannya barangkali adalah masalah know how. Dalam metode pembayaran dengan uang digital Trust Center mengontrol kunci signature digital. Trust Center bertanggung jawab terhadap integritas data yang ditransmisikan dan otentikasi. Trust Center juga memberikan pengamanan pada sistem pembayaran tertentu. Penerimaan mereka berasal dari royalti dan fee layanan-layanan lain. Pendorong lainnya adalah pembayaran mikro (micro payment) dengan satuan yang lebih kecil dalam rupiah. Dalam kategoti pembayaran elektronik dengan uang digital 28 ini ada beberapa prasyarat. Pertama, sistem yang terbuka membutuhkan fasilitas security 29 untuk menangani pembayaran elektronik. Security dapat diwujudkan dengan metode kriptografi yang berhubungan dengan nomor transaksi. Kedua, sejumlah besar costumer harus dapat melakukan transaksi pembayaran secara serentak. Sistem harus dapat melayani banyak pengguna dan mudah untuk dikembangkan. Scalability merupakan kriteria yang penting. Ketiga, pembayaran skala kecil (micro dan pico payment) semestinya dimungkinkan. Sistem akuntansi yang berkaitan denganya mesti efektif dan efisien. Oleh karenanya, biaya per transaksi harus rendah. 28 Apabila dicermati secara kritis (Ilmu Hukum), sebetulnya menurut Penulis tidak ada uang digital, namun transaksi yang digital atau seperti dikenal oleh UU ITE sebagai Transaksi Elektronik. Namun, begitulah yang dikatakan dalam kepustakaan. 29 Perlu dikemukakan di sini bahwa perkataan security dimaksudkan dengan pengamanan. 29

17 Keempat, sistem harus transparan. Costumer mesti tahu kalau telah terjadi pembayaran. Penggunaan sistem mesti sederhana dan gampang dimengerti. Kelima, rumah tangga semestinya bisa menerima uang digital ini (sebagai micro merchant misalnya). Sedangkan syarat keenam adalah uang digital terdiri atas susunan bit. Adalah mungkin untuk membuat duplikasi koin dan kemudian meletakkannanya ke dalam sirkulasi uang digital. Fenomena ini dikenal dengan pembelanjaan ganda atau menggandakan uang digital. Sistem pembayaran harus menyediakan mekanisme untuk mengetahui atau mencegah adanya pembelanjaan ganda. Ketujuh, uang digital harus dapat dikonversi kembali menjadi uang nyata, jika dibutuhkan. Kedelapan untuk menjamin tingkat kepercayaan, nilai tukar antara uang digital dan uang nyata harus stabil (demikian pula antar uang digital itu sendiri). Dan syarat yang terakhir adalah uang digital disimpan di hard disk lokal atau media lain. Pada kasus disk crash atau media yang rusak, harus tersedia suatu cara untuk memulihkan kembali. Sistem tersebut merupakan salah satu perkembangan yang paling akhir dalam internet payment. Sistem dimaksud dalam penggunaannya mirip dengan pemakaian uang tunai dalam kegiatan sehari-hari. Kemiripan ini adalah dalam hal konsumen akan membayar koin atau uang kertas kepada penjual dalam proses 30

18 pembayaran sehari-hari. Dalam sistem itu uang tunai akan digantikan oleh digital token atau suatu nilai digital (digital value) kepada penjual. Beberapa sistem memungkinkan penjual untuk langsung membelanjakan uang yang didapatnya untuk membayar suatu barang atau jasa. 30 Sistem yang lain mengharuskan uang tersebut disetorkan terlebih dahulu dalam suatu rekening baru setelah itu bank akan menerbitkan token yang baru yang dapat dipakai untuk berbelanja. Beberapa contoh dari model ini adalah Mondex, Proton, VisaCash, Ecash, Millicent CyberCoin, WorldPay Hak dan Kewajiban dalam Transaksi Elektronik Seperti apa yang telah dikemukakan Penulis pada bagian latar belakang, 31 mengenai hak-hak dan kewajiban dari para pihak dalam sebuah transaksi elektronik adalah sebagai berikut 32 : Pihak Penjual. 33 Hak dari pihak Penjual adalah menerima sejumlah uang sesuai harga yang telah disepakati sebelumnya dengan pihak Pembeli. Mengenai saat tercapainya kata sepakat, atau consensus in idem, UU ITE menganut prinsip bahwa: 30 Digital coin/token ini di Indonsia, belakangan mulai digunakan dalam pembayaran listrik (PLN) dengan system pra bayar. Skotlandia sudah menerapkan system demikian pada tahun Bab I, hal Edmon Makarim., Kompilasi Hukum Telematika., Jakarta., PT RajaGrafindo Persada., 2000., hal Perhatikan catatan kaki Penulis no. 10 dalam Bab ini. 31

19 Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, Transaksi Elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim Pengirim telah diterima dan disetujui Penerima. 34 Persetujuan atas penawaran Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik. 35 Transaksi Elektronik terjadi pada saat kesepakatan antara para pihak yang dapat berupa, antara lain pengecekan data, identitas, nomor identifikasi pribadi (personal identification number/pin) atau sandi lewat (password). 36 Selain itu, pihak Penjual juga berhak mendapat perlindungan dari pihak Pembeli yang tidak beritikad baik. UU ITE mengenal hai ini (iktikad baik) sebagai satu prinsip pelaksanaan suatu transaksi elektronik. Dalam Pasal 3 UU ITE diatur: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehatihatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi. Sedangkan kewajiban dari pihak Penjual adalah memberikan informasi yang sejelas-jelasnya, benar dan jujur kepada calon Pembeli dikarenakan dalam transaksi elektronik pihak Penjual dan Pembeli tidak harus bertemu secara langsung sehingga calon Pembeli tidak dapat mengecek secara langsung barang yang akan dibeli. Pihak berikutnya adalah pihak Pembeli. Hak dari pihak Pembeli adalah mengetahui informasi yang sejelas-jelasnya dari pihak Penjual dari barang yang akan dibeli. Kewajiban pihak Pembeli adalah menyerahkan sejumlah uang dari 34 Pasal 20 Ayat (1) UU ITE. 35 Pasal 20 Ayat (2) UU ITE. 36 Penjelasan Pasal 20 Ayat (1) UU ITE. 32

20 harga yang telah disepakati bersama dengan pihak Penjual, melalui sistem elektronik. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik. 37 Pihak Bank. Pihak bank berkewajiban untuk memfasilitasi penyerahan sejumlah uang dari harga yang telah disepakati pihak Penjual dengan pihak Pembeli untuk barang yang menjadi obyek transaksi. Pihak Bank mencatat seluruh transaksi elektronik antara para pihak di atas, sebab para pihak itu sesungguhnya adalah meupakan nasabah dari pihak Bank Penyedia jasa pengangkutan. Penyedia jasa pengangkutan berkewajiban mengirim dan mengantar barang yang menjadi obyek transaksi dari pihak Penjual sampai pada tangan pihak Pembeli dengan selamat. Jasa pengangkutan dimaksud, pembayarannya juga merupakan suatu kontrak elektronik atau transaksi elektronik yang melibatkan pengguna jasa pengangkutan, pengangkut dan pihak bank yang menjadi pihak penyelesai transaksi elektronik dimaksud. Provider. Provider berkewajiban untuk menyediakan jasa layanan internet kepada pihak Pembeli dan pihak Penjual dengan akses 24 jam penuh agar transaksi elektronik tersebut dapat berjalan. 37 Pasal 1 Angka (5) UU ITE. 33

21 2.6.Saat Berakhirnya Suatu Transaksi Elektronik Dalam transaksi jual-beli biasa (konvensional), perjanjian berakhir pada saat masing-masing pihak melakukan kewajibannya. Pihak Pembeli menyerahkan uang dan pihak Penjual menyerahkan barang. Berbeda dengan transaksi yang berlangsung secara on-line, tidak seperti transaksi biasa. Dalam transaksi on-line, tanggung jawab tersebut antara lain berada pada perusahaan penyedia barang (penjual), pihak pembeli, pihak perusahaan penyedia jasa pengiriman, dan pihak yang menyelenggarakan jasa pembayaran. Dalam transaksi on-line terdapat bagian-bagian tanggung jawab pekerjaan yaitu untuk penawaran, pembayaran, pengiriman. Pada proses penawaran dan proses persetujuan jenis barang yang dibeli, maka transaksi antara Penjual dan Pembeli berakhir dengan pihak menerima persetujuan jenis barang yang dipilih dan Pembeli menerima konfirmasi bahwa pesanan atau pilihan barang telah diketahui oleh Penjual. Dapat dikatakan bahwa transaksi elektronik antara Penjual dan pihak Pembeli dalam tahapan persetujuan barang telah selesai sebagian sambil menunggu barang yang telah dipesan tiba atau diantar ke alamat pihak Pembeli. Dalam transaksi yang melibatkan pihak bank, maka bank baru akan mengabulkan permohonan dari Pembeli setelah penjual menerima konfirmasi dari bank yang ditunjuk Penjual dalam transaksi on-line tersebut. Setelah Penjual menerima konfirmasi bahwa Pembeli telah membayar harga barang yang dipesan, selanjutnya Penjual akan melanjutkan atau mengirimkan konfirmasi kepada 34

22 perusahan jasa pengiriman untuk mengirimkan barang yang dipesan ke alamat Pembeli. Setelah semua proses tersebut dilakukan, di mana ada proses penawaran, pembayaran, dan penyerahan barang maka perjanjian tersebut dikatakan selesai seluruhnya atau perjanjian tersebut telah berakhir. Maka perjanjian tersebut sah setelah masing-masing pihak telah melakukan proses penawaran, pembayaran, dan penyerahan barang. Perlu Penulis kemukakan di sini, bahwa mekanisme transaksi sebagaimana diuraikan di atas tersebut sesungguhnya dapat dianalogikan dengan transaksi dengan menggunakan EDC. 2.7.Penyelesaian Sengketa dalam Transaksi Elektronik Menurut penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga internasional, telah banyak kasus yang merugikan konsumen sebagai akibat dari penggunaan media internet dalam transaksi perdagangan. Penelitian itu menyatakan bahwa satu dari setiap sepuluh kasus pengiriman barang dapat dipastikan terlambat atau tidak sampai kepada konsumen. Contohnya: dua orang pembeli (buyers) dari Hongkong dan Inggris menunggu sampai lima bulan untuk mendapatkan refund (pembayaran kembali) dari barang yang sudah dibeli. Ada juga yang menerima barang tidak sesuai pemesanan bahkan sampai barang tidak dikirim. Selain itu 35

23 banyak juga pihak Penjual (suppliers atau sellers) yang tidak mampu memberikan kuitansi atau bukti transaksi dan sebagainya. 38 Menurut pustaka yang dirujuk di atas, kondisi-kondisi di atas telah merugikan baik bagi produsen terlebih bagi konsumen yang relatif memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lebih rendah dibandingkan dengan produsen/pelaku usaha. Apabila permasalahan-permasalahan di atas tidak segera memperoleh penyelesaian yang memadai tidak menutup kemungkinan kepercayaan masyarakat terhadap sistem e-commerce akan memudar. Oleh karena itu salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut adalah dengan dipergunakannya mekanisme penyelesaian sengketa alternatif (alternative dispute resolution) dalam setiap sengketa yang muncul. 39 Kompleksitas transaksi perdagangan dengan mempergunakan internet disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain seperti telah Penulis singgung dalam beberapa kesempatan penguraian di atas yaitu, tidak dipertemukannya pihak Penjual dan Pembeli secara fisik. Tempat kediaman para pihak saling berjauhan, sistem hukum yang berbeda antara para pihak. 38 Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH.,MH. Dan Elisatris Gultom., SH., MH., Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi., Bandung., PT. Refika Aditama., 2005., hal Ibid. Menurut penulis,hukum positif Indonesia, mengambil jalan penyelesaian teknologi meskipun terbuka pula kemungkinan penyelesaian sengketa melalui litigasi jalur keperdataan maupun pidana. Mengenai hal ini dapat dilihat dalam penjelasan atas UU ITE, I Umum, Paragraf 8. 36

24 Kondisi ini tentunya berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan yang memerlukan penyelesaian secara tepat. Oleh karena itu, masalah penyelesaian sengketa yang efektif dan efisien dalam transaksi e-commerce merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai dalam upaya menciptakan iklim perdagangan yang kondusif. Secara umum, ada beberapa bentuk mekanisme yang dikenal dalam sistem penyelesaian sengketa, yaitu : melalui proses ajudikasi (adjudicative process), yang meliputi peradilan dan arbitrase serta proses konsensus (consensus process), seperti Negosiasi, Mediasi, kosiliasi. 40 Di samping mekanisme penyelesaian sengketa sebagaimana rinciannya telah Penulis paparkan di atas, UU ITE juga mengatur secara rinci tentang mekanisme penyelesaian sengketa melalui gugatan perbuatan melawan hukum dan wanprestasi melalui litigasi dan juga proses pidana. Mengenai penyelesaian sengketa melalui jalur peradilan perdata, dapat dilihat dalam Pasal 26 Ayat (2) UU ITE. Sedangkan proses pidana diatur mulai Pasal 42 UU ITE. 40 Ibid hal Lihat juga catatan kaki no

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan mengemukakan gambaran yang diperoleh dari hasil studi terhadap UU ITE dan UU Telekomunikasi. Diskripsi

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang BAB III TAGIHAN ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT MELALUI INTERNET BANKING YANG TIDAK SESUAI DENGAN TAGIHAN YANG SEBENARNYA A. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Electronic Bill Presentment And Payment

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul : Transaksi Elektronik Via EDC dalam Perspektif

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul : Transaksi Elektronik Via EDC dalam Perspektif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul : Transaksi Elektronik Via EDC dalam Perspektif Hukum Mayantara mengingat alasan yang akan dikemukakan dibawah ini ; Pertama, sudah tidak

Lebih terperinci

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Akhirnya Rancangan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) disetujui DPR menjadi Undang-Undang dua hari lalu. UU ini, dengan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. UMUM Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku

Lebih terperinci

Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com)

Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com) Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com) Sri Anggraini Kusuma Dewi STMIK Asia Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini, sejajar dengan berkembangnya berbagai macam media elektronik. Perkembangan media media elektronik

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE Dianne Eka Rusmawati Dosen Bagian Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung Email : dianne_eka_rusmawati@fh.unila.ac.id Abstrak Mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah internet (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Internet adalah seluruh jaringan

Lebih terperinci

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA MEMAHAMI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DAN PENERAPANNYA PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SEPERTI E-TICKETING DI INDONESIA Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM 5540180013 Dosen DR.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain adalah teknologi dunia maya atau biasa disebut internet (interconnection

BAB I PENDAHULUAN. lain adalah teknologi dunia maya atau biasa disebut internet (interconnection BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi antara lain adalah teknologi dunia maya atau biasa disebut internet (interconnection network). Internet

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga

BAB I PENDAHULUAN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahaan yang dihadapi ekonomi dunia dewasa ini semakin pelik. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga komoditas dunia

Lebih terperinci

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : Agung Trilaksono / 2110121017 Adi Nugroho H.Q / 2110121022 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TEKNIK INFORMATIKA 2015-2016 UU ITE di Republik Indonesia BAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan kretikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

E-PAYMENT. Sistem pembayaran (E-Paymen System) memerlukan suatu persyaratan yang mencakup :

E-PAYMENT. Sistem pembayaran (E-Paymen System) memerlukan suatu persyaratan yang mencakup : E-PAYMENT Pembahasan 1. Pengertian E-Payment 2. Model E-Payment 3. Sistem Pembayaran 4. Keamanan Untuk E-Payment Pengertian E-Payment E-Payment suatu sistem menyediakan alat-alat untuk pembayaran jasa

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa kemudahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KONSEPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DALAM TRANSAKSI DI INTERNET

KONSEPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DALAM TRANSAKSI DI INTERNET KONSEPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DALAM TRANSAKSI DI INTERNET Elisabeth Program Studi Komputerisasi Akuntansi STMIK Profesional Makassar lisastmikprof@yahoo.com Abstrak Tujuan dari

Lebih terperinci

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2 N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-COMMERCE PEDOMAN dalam E-COMMERCE

KARYA ILMIAH E-COMMERCE PEDOMAN dalam E-COMMERCE KARYA ILMIAH E-COMMERCE PEDOMAN dalam E-COMMERCE Nurrachman 10.12.4349 ECOMMERCE-03 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah karya syarat untuk menjadi ecommerce

Lebih terperinci

SISTEM PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI ONLINE

SISTEM PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI ONLINE BAB SISTEM PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI ONLINE TUJUAN: 1. Praktikan mengetahui berbagai sistem pembayaran transaksi online. 2. Praktikan dapat memahami penggunakan website untuk melakukan transaksi secara

Lebih terperinci

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. Ketentuan Umum :berisi hal yang berkait dengan ITE II. Yurisdiksi Pengaturan teknologi informasi yang diterapkan oleh suatu negara berlaku untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013 TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1313, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Cara. Pembuatan. Pembetulan. Faktur Pajak. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL-BELI BENDA BERGERAK MELALUI INTERNET (TINJAUAN DARI BUKU III KUH PERDATA DAN UU NO 11 TAHUN 2008)

KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL-BELI BENDA BERGERAK MELALUI INTERNET (TINJAUAN DARI BUKU III KUH PERDATA DAN UU NO 11 TAHUN 2008) KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL-BELI BENDA BERGERAK MELALUI INTERNET (TINJAUAN DARI BUKU III KUH PERDATA DAN UU NO 11 TAHUN 2008) Heru Kuswanto, SH., M.Hum. 1 ABSTRAK Berdasarkan syarat sahnya suatu perjanjian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan No.189, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Sistem. Transaksi. Elektronik. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5348) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Perpustakaan LAFAI

Perpustakaan LAFAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI

HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini indonesia sedang memasuki era pembangunan nasional, dimana dalam masa tersebut Indonesia harus melakukan suatu proses

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

E-COMMERCE. Karya Ilmiah

E-COMMERCE. Karya Ilmiah E-COMMERCE Karya Ilmiah Disusun Oleh : Nama : Agus Suryanto NIM : 09.12.4035 Kelas : S1-SI-4G PENGENALAN E-COMMERCE PENDAHULUAN Walaupun istilah Electronic Commerce baru beberapa tahun terakhir mendapat

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Disebarkan oleh djunaedird - 1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1 No. 3, Oktober 2009 PERDAGANGAN ELEKTRONIK. Pryo Handoko

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1 No. 3, Oktober 2009 PERDAGANGAN ELEKTRONIK. Pryo Handoko PERDAGANGAN ELEKTRONIK Pryo Handoko I. Pendahuluan Saat ini, salah satu aktivitas dunia maya yang paling berkembang dalam kaitan dengan penggunaan internet adalah electronic commerce. Sangat wajar, mengingat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 3 RANCANGAN ARSITEKTUR 24 BAB 3 RANCANGAN ARSITEKTUR E-payment merupakan salah satu metode pembayaran barang atau jasa yang dilakukan secara online. Dalam pengembagan suatu e-payment terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang teknologi, dimana dalam teknologi dapat dilihat dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak Dapat Dikuasainya Bill of Lading oleh Importir dalam Perdagangan Internasional", dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehadiran internet dalam kehidupan manusia ternyata telah mengubah sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya, mulai dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman telah menuntut berbagai jenis bidang usaha untuk memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi

Lebih terperinci

Pencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1

Pencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1 Pencegahan dan Penanganan Kejahatan Pada Layanan Perbankan Elektronik Ronald Waas 1 Yang saya banggakan, Ketua Umum dan Jajaran Pengurus Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, Para Pembicara dari Bank Indonesia,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Alat Pembayaran. Kartu. Penyelenggaraan. Perizinan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) PERATURAN

Lebih terperinci

Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey, mengatakan bahwa Teknologi Informasi semakin dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA Meningkatnya kegiatan perekonomian nasional merupakan salah satu faktor utama dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut BAB I PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian dunia yang dewasa ini sedang mengalami perubahan pesat yang cukup mendasar menuju kepada sistem ekonomi global yang lebih efektif dan efisien. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

Privacy and Security Concerns over Cloud Services in Indonesia

Privacy and Security Concerns over Cloud Services in Indonesia Privacy and Security Concerns over Cloud Services in Indonesia SSEK Legal Consultants Harry Kuswara harrykuswara@ssek.com November 16, 2017 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya masyarakat informasi yang diyakini merupakan salah satu agenda penting masyarakat dunia di milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemesanan barang dikomunikasikan melalui internet, hampir semua barang

BAB I PENDAHULUAN. pemesanan barang dikomunikasikan melalui internet, hampir semua barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet, jaringan komputer terbesar di dunia pada saat ini digunakan oleh berjuta-juta orang yang tersebar di segala penjuru dunia. Internet membantu mereka

Lebih terperinci

e-commerce e-payment Wisnu Hera

e-commerce e-payment Wisnu Hera e-commerce e-payment Wisnu Hera Pembayaran Elektronis Memfokuskan diri dimana pengembangan toko online selanjutnya diarahkan kepada upaya untuk mewujudkan dimungkinkannya pembayaran secara elektronik untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan alat pembayaran

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Non Tunai

Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UU no.11/2008 Inf Transaksi Elk Pertemuan ke-8

UU no.11/2008 Inf Transaksi Elk Pertemuan ke-8 UU no.11/2008 Inf Transaksi Elk Pertemuan ke-8 MK. Etika dan Profesi Dr. I Wayan S. Wicaksana iwayan@staff.gunadarma.ac.id 08. UU no.11/08 (MK. Etika Profesi) 5 Gedung DitJend. Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Drs. Rusmanto, M.M. rusmanto@gmail.com Narasumber DPR RI: Pembahasan RUU ITE 2008 Pemimpin Redaksi Majalah InfoLINUX 2001-2013 Dosen STT-NF & Pengajar NF Computer

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

Digital Cash. Septia Sukariningrum, Ira Puspitasari, Tita Mandasari

Digital Cash. Septia Sukariningrum, Ira Puspitasari, Tita Mandasari Digital Cash Septia Sukariningrum, Ira Puspitasari, Tita Mandasari Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail : if12015@students.if.itb.ac.id, if12059@students.if.itb.ac.id,

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

E-Journal Graduate Unpar Part B : Legal Science

E-Journal Graduate Unpar Part B : Legal Science PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA DAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI SECARA ONLINE DENGAN PEMBAYARAN MELALUI PAYPAL Indra Kirana D. PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE) ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE) ANDI RISMA Universitas Muslim Indonesia Email: permata.mitha@yahoo.com ABSTRACT Online transaction is a process of buying and selling

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ 2010. TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan arus perekonomian sekarang ini telah mengalami pergeseran yang cukup mendasar yang dipicu oleh pertumbuhan teknologi informasi. Seperti mengacu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY

SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY DEFINISI 1. Bank adalah PT Bank Nationalnobu Tbk. 2. Aplikasi NobuPay adalah aplikasi yang dapat diakses melalui smartphone atau sarana lainnya yang akan ditentukan Bank kemudian

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 105 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM ONLINE PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 105 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM ONLINE PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 105 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM ONLINE PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ONLINE DI BALI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ONLINE DI BALI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ONLINE DI BALI Made Mahayu Mas Dianastiti I Ketut Markeling Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Perkembangan teknologi informasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH BAB I PENDAHULUAN 2012, No.808 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH A. LATAR BELAKANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini sudah semakin berkembang lantaran aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan transaksional

Lebih terperinci

SILABUS. 1 PENGENALAN ELECTRONIC COMMERCE (E- COMMERCE) 2 MANFAAT, TANTANGAN E-COMMERCE & KLASIFIKASI MODEL BISNIS E COMMERCE

SILABUS. 1 PENGENALAN ELECTRONIC COMMERCE (E- COMMERCE) 2 MANFAAT, TANTANGAN E-COMMERCE & KLASIFIKASI MODEL BISNIS E COMMERCE SILABUS. 1 PENGENALAN ELECTRONIC COMMERCE (E- COMMERCE) 2 MANFAAT, TANTANGAN E-COMMERCE & KLASIFIKASI MODEL BISNIS E COMMERCE KONTRAK PERKULIAHAN Pertemuan 1-6 dilakukan dengan penyampaian materi kepada

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jurang kesenjangan digital (digital divide), yaitu keterisolasian dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. jurang kesenjangan digital (digital divide), yaitu keterisolasian dari perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apa yang sering dihasilkan oleh kemajuan teknologi, tentu mempunyai berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek penyalahgunaannya. Dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI E-COMMERCE

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI E-COMMERCE PERKEMBANGAN TEKNOLOGI E-COMMERCE Reza Kurniawan reza.kurniawan@raharja.info Abstrak Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan besar dalam dunia bisnis. Dengan adanya internet bisnis dapat di

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini akan diketengahkan gambaran dari suatu hasil penelitian Penulis. Gambaran hasil penelitian dimaksud bukanlah penelitian terhadap studi kepustakaan seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari kata dalam bahasa Belanda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari kata dalam bahasa Belanda II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian pada umumnya 1. Pengertian Perjanjian Istilah perjanjian berasal dari kata dalam bahasa Belanda overeenkomst (M.S.Salim, 2003: 160), yang berasal dari kata overeenkomen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap perkembangan segala aspek dalam kehidupan manusia pada

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap perkembangan segala aspek dalam kehidupan manusia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan yang selalu berkembang setiap harinya membawa dampak terhadap perkembangan segala aspek dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci