DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA CARRIER SENSE MULTIPLE ACCESS WITH COLLISION AVOIDANCE (CSMA/CA) DALAM WLAN Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh SYAFRIL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 ABSTRAK Dewasa ini penggunaan Wireless Local Area Network (WLAN) lebih mengarah kepada protokol IEEE yang bekerja pada lapis fisik dan Medium Access Control (MAC) dari OSI. Protokol utama pada layer MAC adalah Carier Sense Multiple Access with Collision Avoidance (CSMA/CA) yang prinsip kerjanya didasarkan pada metode Distributed Coordination Function (DCF). Protokol CSMA/CA ini menggunakan pertukaran paket RTS/CTS untuk mendeteksi terjadinya tubrukan paket sehingga pada saat pengiriman paket data tidak terjadi tubrukan lagi. Hal ini menyebabkan metode ini dapat mengurangi periode tubrukan yang dapat meningkatkan kinerja jaringan. Hasil analisa menunjukkan bahwa kinerja protokol ini akan sangat baik ketika jumlah paket yang ditransmisikan semakin bertambah. Analisis juga menunjukkan bahwa kinerja protokol juga menjadi lebih baik ketika jumlah station dan waktu transmisi paket lebih besar. 2

3 KATA PENGANTAR Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Analisis kinerja Carier Sense Multiple Access with Collision Avoidance (CSMA/CA) dalam WLAN. Adapun Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarta keserjanaan di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Burhanuddin dan Ibunda Mariah yang telah banyak memberikan dukungan moril, do a dan materil serta limpahan kasih sayang yang tiada terkira dan tiada mungkin terbalaskan. 2. Kakakku Juwita Sari dan Adikku Eva, Indra, Debi dan Icha yang sangat penulis sayangi. 3. Bapak Ir. Arman Sani, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas segala bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU. 5. Bapak Ir. Raja Harahap, MT selaku Dosen Wali penulis, atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan. 3

4 6. Temanku Hasyim, Beri, Abu, Rahmat Ketua, regar, Adhi, Hendra, Afli, Indra Ase, Ipeng, Ba du, bugi dan teman-teman satu angkatan 2002 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 7. Teman-teman kosku Ari, Azis, Reva, taufik, Bang nasrul dan Muhammad Memed yang telah menjadi teman keseharianku sampai saat ini. 8. Seluruh staff pengajar dan Citivitas Akademika Departemen Teknik elektro Fakultas Teknik USU dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Berbagai usaha telah penulis lakukan demi terselesaikannya tugas akhir ini dengan baik, namun penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun susunannya. Saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan tugas akhir ini dapat bermamfaat. Medan, Agustus 2007 Penulis, SYAFRIL NIM :

5 DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR...viii DAFTAR TABEL...x BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Metodelogi Penulisan Sistematika Penulisan...4 BAB II. WIRELESS LAN Umum Arsitektur WLAN Network Interface Card Wireless Access Point (AP) Independent Basic Service Set (IBBS) Basic Service Set (BSS)...9 5

6 2.2.5 Extended Service Set (ESS) Distribution System Standar WLAN Standar Awal a b g Layer Pada Jaringan WLAN Layer Fisik Medium Access Control (MAC) layer Struktur Frame WLAN Control Field Duration Field Address Field Sequent Field Data Field Cyclic Redundancy Check (CRC) Jenis-Jenis Frame Data Frame Control Fframe RTS (Request to Send) CTS (Clear to Send) ACK (Acknowlegment)

7 2.6.3 Manajemen Frame Inter Frames Space (IFS)...30 BAB III. CSMA/CA (CARRIER SENSE MULTIPLE ACCESS WITH COLLISION AVOIDANCE)) 3.1 Umum Metode Akses Dasar PCF (Point Coordination Function) DCF (Distribution Coordination Function) Prinsip Kerja CSMA/CA Proses Mendengar (sense) Medium Physical Carier Sense Virtual Carier Sense Mekanisme pengiriman paket data pada CSMA/CA Skema Penanganan Dua Arah Skema Penanganan Empat Arah Kinerja CSMA/CA Model Sistem Yang Dianalisis Throughput dan Delay Paket Rata-Rata...42 BAB IV. ANALISIS KINERJA CSMA/CA 4.1 Umum Parameter-Parameter Yang Digunakan Dalam Analisis

8 4.3 Sistem Analisis Dengan Matlab Analisis Kinerja CSMA/CA Analisis Kinerja CSMA/CA dengan Jumlah Station Yang Berbeda Analisis Kinerja CSMA/CA dengan Waktu Transmisi Paket Yang Berbeda...59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran...63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 8

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Access Point (AP)... 8 Gambar 2.2 Jaringan Ad-Hoc... 9 Gambar 2.3 Jaringan WLAN dan Arsitekturnya Gambar 2.4 Lapis Fisik dan Data Link Gambar 2.5 Sublayer Data Link Gambar 2.6 Struktur Frame Data Gambar 2.7 Frame Control Field Gambar 2.8 Format Frame RTS Gambar 2.9 Format Frame CTS Gambar 2.10 Format Frame ACK Gambar 3.1 Metode DCF Gambar 3.2 Skema Dasar CSMA/CA Gambar 3.3 Metode CSMA/CA dengan RTS/CTS Gambar 3.4 Flow Chart Prinsip Kerja CSMA/CA Gambar 3.5 Model Sistem Analisis Gambar 3.6 Periode Transmisi dan Idle CSMA/CA Gambar 3.7 Karakteristik Slot CSMA/CA dalam Markov Chain Gambar 3.8 Deret-Deret Node dalam Markov Chain Gambar 4.1 Grafik Analisis Throughput CSMA/CA Untuk Jumlah Station Yang Berbeda

10 Gambar 4.2 Grafik Analisa Delay Paket Rata-Rata CSMA/CA Untuk Jumlah Station Yang berbeda Gambar 4.3 Grafik Analisa Throughput CSMA/CA Untuk Panjang Paket Yang Berbeda Gambar 4.4 Grafik Analisa Delay Paket Rata-Rata CSMA/CA Untuk Panjang Paket Yang Berbeda

11 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Standar-Standar WLAN Tabel 2.2 Jenis-Jenis Frame Berdasarkan Bit Type dan Subtype Tabel 2.3 Karakteristik Address Berdasarkan Bit To Ds dan From Ds Tabel 4.1 Parameter-Parameter Analisis Tabel 4.2 Analisis Kinerja CSMA/CA Untuk Jumlah Station (M) = Tabel 4.3 Analisis Kinerja CSMA/CA Untuk Jumlah Station (M) = Tabel 4.4 Analisis Kinerja CSMA/CA Untuk Jumlah Station (M) = Tabel 4.5 Analisis Kinerja CSMA/CA Untuk Panjang Paket (Tp) = Tabel 4.6 Analisis kinerja CSMA/CA Untuk Panjang Paket (Tp) = Tabel 4.7 Analisis Kinerja CSMA/CA Untuk Panjang Paket (Tp) =

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wireless Local Area Network (WLAN) adalah suatu LAN yang dibentuk pada tahun 1990 oleh IEEE dimana proses pentransmisian datanya menggunakan frekuenssi radio (RF) dan sinar inframerah (IR), berbeda dengan wired LAN yang menggunakan kabel tradisional. Standar IEEE telah menspesifikasikan layer MAC dan layer fisik dari model OSI untuk dipergunakan secara luas pada WLAN. Kebanyakan WLAN menggunakan suatu topologi yang disebut Independent Basic Service Set (IBSS) atau sering juga disebut dengan jaringan Ad Hoc. Jaringan ini tersusun atas beberapa node (station atau terminal) yang terhubung satu sama lain dengan menggunakan media wireless. Dalam WLAN node pengirim tidak dapat mendeteksi terjadinya tubrukan paket data seperti pada LAN biasa, sehingga dalam WLAN tidak dapat digunakan metode CSMA/CD yang dipergunakan pada LAN. Untuk itu IEEE menciptakan suatu protokol khusus yang disebut dengan Carier Sense Multiple Access with Collision Avoidance (CSMA/CA). CSMA/CA merupakan protokol yang didasarkan pada mekanisme Distributed Coordination Function (DCF) yang bekerja pada layer MAC. Dalam protocol CSMA/CA terdapat 2(dua) metode yang digunakan pada saat pengiriman paket melalui kanal medium, yaitu skema dasar dan skema dengan menggunakan frame RTS/CTS. Skema RTS/CTS akan sangat berguna ketika jumlah 12

13 beban data yang ditransmisikan (load) semakin besar. Selain itu kinerja protokol CSMA/CA juga lebih baik ketika jumlah station dan waktu transmisi paket pada jaringan juga bertambah. Untuk membuktikan hal tersebut maka dalam tugas akhir ini penulis ingin melakukan analisa terhadap kinerja dari protokol CSMA/CA dalam WLAN terhadap pertambahan jumlah beban (load) yang akan ditransmisikan dalam jaringan. Proses analisa juga akan mencari tahu bagaimana pengaruh jumlah station dan waktu transmisi paket terhadap kinerja sistem. Proses analisa akan dibantu dengan penggunaan perangkat lunak Matlab untuk membangkitkan data kinerja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain : 1. Bagaimana konsep dasar dari Wireless LAN standar ? 2. Apa yang dimaksud dengan CSMA/CA dan bagaimana cara kerjanya? 3. Bagaimana proses pengukuran dan hasil analisis terhadap kinerja CSMA/CA. 4. Apa saja parameter kinerja yang diukur dalam proses analisis. 5. Apa saja ukuran atau penilaian validasi hasil analisis. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk melakukan analisis terhadap kinerja dari protokol CSMA\CA dalam jaringan Wireless LAN melalui simulasi dengan menggunakan Matlab Simulator. 13

14 1.4 Batasan Masalah Agar masalah yang dibahas pada Tugas Akhir ini tidak terlalu meluas dan tidak menyimpang dari topik yang ada, maka penulis perlu membatasi masalah sebagai berikut : 1. Hanya membahas tentang jaringan WLAN standar Tidak membahas perangkat-perangkat elektronika yang digunakan dalam WLAN standar Hanya membahas tentang analisis kinerja dari protokol CSMA/CA dengan menggunakan simulasi perangkat lunak. 4. Perangkat lunak yang digunakan untuk analisis adalah Matlab. 5. Tidak membahas tentang komunikasi data secara terperinci. 6. Tidak membahas tentang konsep seluler secara terperinci. 7. WLAN yang digunakan adalah WLAN Indoor. 1.5 Metodelogi Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur, berupa penelahaan terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal referensi yang berkaitan dengan permasalahan. 2. Simulasi, berupa melakukan analisis terhadap kinerja dari protokol CSMA/CA dalam WLAN dengan bantuan sebuah perangkat lunak. 14

15 1.6 Sistematika Penulisan Materi pembahasan dalam tugas akhir ini diurutkan dalam lima bab yang diuraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : WIRELESS LAN Bab ini membahas mengenai konsep dasar jaringan Wireless LAN standar berupa Arsitektur jaringan, serta karakteristik layer MAC dan frame pada jaringan. BAB III : CSMA/CA (CARRIER SENSE MULTIPLE ACCESS WITH COLLISION AVOIDANCE ) Bab ini membahas tentang mekanisme dasar dari CSMA/CA, prinsip kerja serta kinerja dari CSMA/CA. BAB IV : ANALISIS KINERJA CSMA/CA Bab ini membahas tentang analisis kinerja dari CSMA/CA yang meliputi analisa throughput dan delay paket rata-rata. 15

16 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari tugas akhir ini dan saran dari penulis. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 16

17 BAB II WIRELESS LAN Umum Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari pelayanan yang fleksibel, serta mudah dan memuaskan serta mengejar efesiensi di segala aspek. Perkembangan karakteristik masyarakat seperti itu membuat LAN menawarkan suatu alternatif untuk komputer portabel yaitu WLAN (Wireless LAN). WLAN adalah suatu LAN yang melakukan pentransmisian data menggunakan frekuensi Radio (RF) dan sinar inframerah (IR), berbeda dengan Wired LAN yang menggunakan kabel tradisional atau kabel kawat biasa. Dengan adanya berbagai merek perangkat keras dan lunak, maka diperlukan suatu standar dimana perangkat-perangkat yang berbeda merek dapat difungsikan pada perangkat merek lain. WLAN mempunyai dua organisasi standar utama yang menghasilkan dua kumpulan standar untuk WLAN, yaitu : 1. Institute Of Electrical and Electronic Engineers (IEEE), yang menghasilkan standar European Telecomunication Standard Institude (ETSI), yang menghasilkan standar High Performance LAN (HIPERLAN). IEEE merupakan sebuah organisasi independen yang mengatur beberapa standar dalam jaringan lokal dengan menggunakan media kabel dan jaringan kabel. 17

18 Komite Standarisasi IEEE 802 membentuk standar jaringan WLAN pada tahun 1990, dimana standarisasi ini telah dikembangkan menjadi standar global peralatan radio dan jaringan yang beroperasi pada frekuensi 24 GHz. Standar WLAN diawali dengan standar yang diperkenalkan pada tahun 1997 oleh IEEE. IEEE merupakan standar untuk produk-produk WLAN yang telah dikenal pengguna jaringan pada umumnya. Standar dasar ini dapat dipergunakan untuk melakukan transmisi data hingga 2 Mbps. 2.2 Arsitektur WLAN Arsitektur adalah salah satu faktor pendukung suksesnya sebuah jaringan WLAN. Dengan menggunakan arsitektur yang tepat, maka akan diperoleh stabilitas dan kinerja yang terbaik dari jaringan tersebut. WLAN standar dibentuk dengan suatu sistem arsitektur seluler dimana fondasi utamanya adalah suatu sel. Arsitektur jaringan WLAN terdiri dari beberapa komponen yang dibutuhkan dalam menjalankan sebuah aplikasi yaitu Network Interface Card (NIC), Wireless Access Point (AP), Independent Basic Service Set (IBSS), Basic Service Set (BSS), Extended Service Set (ESS) dan Distribution System (DS) NIC (Network Interface Card) NIC merupakan kartu jaringan wireless yang berfungsi sebagai interface antara sistem operasi jaringan clien dengan format interface udara ke AP [1]. Kartu jaringan ini mempunyai bentuk fisik yang disesuaikan dengan bagian interkoneksi pada komputer, baik berupa dekstop personal komputer, laptop, atau bahkan 18

19 Personal Digital Assistant (PDA). Sebagai interface kartu ini dapat berkomunikasi dengan peralatan komputer lain Wireless AP (Access Point) Pada WLAN, device transceiver disebut dengan Access Point (AP) dan terhubung dengan jaringan (LAN) melalui kabel, biasanya berupa kabel UTP. Fungsi dari AP adalah mengirim dan menerima data, sebagai buffer data antara WLAN dengan wired LAN, serta berfungsi mengkonversi sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel atau disalurkan ke perangkat WLAN lain dengan dikonversi ulang menjadi sinyal frekuensi radio[2]. Gambar 2.1 menunjukkan salah satu contoh AP. Gambar 2.1 Access Point (AP) Independent Basic Service Set (IBSS) Jaringan paling sederhana dari WLAN adalah jaringan Ad Hoc dimana komunikasi terjadi diantara dua perangkat atau lebih pada cakupan area tertentu tanpa harus memerlukan sebuah AP atau server. Jaringan ini akan terbentuk apabila antara terminal (Notebook, Desktop atau PDA) yang telah dilengkapi 19

20 Wireless LAN Card saling terhubung tanpa melalui AP. Jaringan ini merujuk pada topologi Independent Basic Service Set (IBSS) dimana salah satu node atau station akan ditunjuk sebagai proksi untuk melakukan koordinasi antar mode dalam sebuah grup [1]. Komunikasi Ad Hoc menggunakan media gelombang radio satu dengan yang lain, dan peralatan ini akan mengenal peralatan RF lain dalam cakupan sinyal yang saling berdekatan, sehingga komunikasi dapat dilakukan. Gambar 2.2 menunjukkan Jaringan Ad Hoc sederhana pada jaringan WLAN. Gambar 2.2 Jaringan Ad Hoc Contoh dari jaringan Ad Hoc adalah jaringan sebuah kantor yang tidak terlalu besar yang hanya terdiri dari satu lantai dan memiliki konfigurasi peer to peer. Peer to peer WLAN hanya mensyaratkan NIC card di dalam setiap device yang terhubung ke jaringan dan komunikasi antar klien dapat dilakukan. 20

21 2.2.4 BSS (Basic Service Set) Komponen utama dari arsitektur WLAN adalah jaringan BSS (Basic Service Set). Suatu jaringan BSS dapat dapat terdiri dari satu atau lebih station wireless dan paling sedikit ada satu AP yang bertindak sebagai Base Station seperti yang diperlihatkan pada Gambar ESS (Extended Service Set) Pada jaringan ESS, beberapa AP dapat digunakan untuk melayani wilayah area yang lebih luas. Jaringan ESS terdiri dari dua atau lebih jaringan BSS yang terhubung pada satu jaringan kabel. Metode ini akan membentuk sel-sel seperti pada jaringan seluler sehingga user dapat melakukan roaming ke sel lain dengan cukup mudah tanpa kehilangan sinyal DS (Distribution System) Jaringan Extended Service Set memperkenankan kemungkinan melakukan forwarding dari sebuah sel radio ke sel lain melalui jaringan kabel. Kombinasi dari jaringan kabel dengan AP akan membentuk jaringan Distribution System (DS). Dalam jaringan ini masing-masing AP dihubungkan dengan sebuah device seperti hub, switch, atau router. Device-device tersebut dapat terhubung dengan beberapa jenis jaringan luar lain seperti Ethernet atau jaringan lainnya. Gambar 2.3 menunjukkan suatu jaringan WLAN lengkap dengan arsitekturnya. 21

22 Gambar 2.3 Jaringan WLAN dan Arsitekturnya. 2.3 Standar WLAN Seiring dengan perkembangan yang semakin pesat, beberapa pabrikan RF wireless mempunyai metode berbeda dalam mengembangkan frekuensi, skema enkoding, jenis antena, dan protokol jaringan wireless. Banyaknya variasi jenis tentu saja tidak menguntungkan bagi para pengguna. Untuk itu pada jaringan wireless ditetapkan standarisasi peralatan wireless yang disebut standarisasi IEEE Standar ini tidak mengacu pada teknologi atau implementasi tertentu, akan tetapi hanya standarisasi sederhana pada jaringan layer fisik dan layer MAC pada data link yang menggunakan frekuensi bebas dengan data rate 1 dan 2 Mbps. Dengan berkembangnya waktu, implementasi dari standar ini semakin populer dan meluas. Penambahan ekstensi dibelakang dipergunakan untuk mengenali beberapa perbaikan dan tambahan fitur dari standar yang telah ditentukan oleh Tabel 2.1 menunjukkan detail perkembangan standar [1]. Dari sekian banyak 22

23 standar, ada 4 jenis standar yang sering digunakan dan paling dikenal yaitu standar awal , a, b dan g Standar awal Standar ini merupakan standar awal untuk WLAN yang diperkenalkan pada tahun 1997 oleh IEEE. Standar ini beroperasi pada layer fisik yang menggunakan teknologi penyebaran spektrum Frekuensi Hopping Spread Spectrum (FHSS) dan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dengan pita 2,4 GHz dan data rate hingga 2 Mbps. Karena versi ini hanya mempunyai data rate maksimum 2 Mbps, versi ini tidak banyak dipergunakan pada WLAN indoor. Tabel 2.1 Standar-Standar WLAN Standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data 1 Mbps hingga 2 Mbps a Standar High Speed WLAN untuk 5 GHz band yang mendukung hingga 54 Mbps b Standar WLAN untuk 2,4 GHz band yang mendukung hingga 11 Mbps atau disebut Wi-Fi e Perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua interface radio IEEE WLAN f Mendefinisikan komunikasi inter-access point untuk memfasilitasi beberapa vendor yang mendistribusikan WLAN g Menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band, yang dimaksudkan untuk menyediakan kecepatan hingga 54 Mbps h Mendefinisikan pengaturan spektrum 5 GHz band yang digunakan di Eropa dan Asia Pasifik i Menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat dimana terdapat kelemahan keamanan pada protokol autentikasi dan enkripsi j Penambahan pengalamatan pada channel 4,9 GHz hingga 5 GHz untuk standar a di jepang. 23

24 a Pada tahun 1999, IEEE mengeluarkan standar a yang beroperasi pada pita 5 GHz. Standar ini menggunakan skema modulasi yang disebut Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan kecepatan transmisi data mencapai 54 Mbps. Keuntungan utama dari standar ini adalah kapasitasnya yang cukup tinggi yang menjadikan standar ini sebagai pilihan yang tepat untuk mendukung aplikasi yang membutuhkan performa tinggi, seperti streaming video. Kekurangan dari standar ini adalah terbatasnya cakupan area pancarnya karena menggunakan pita frekuensi 5 GHz. Pita ini hanya dapat mencakup area tidak lebih dari 50m pada berbagai fasilitas. Akibatnya standar ini memerlukan AP yang lebih banyak b Pada tahun yang sama ketika IEEE mengeluarkan standar a, IEEE juga mengeluarkan standar b, tepatnya pada bulan juli Standar ini beroperasi pada frekuensi radio dengan Bandwith 2,4 GHz hingga 2,497 GHz. Standar ini menggunakan metode modulasi DSSS dengan kecepatan transmisi datanya mencapai 11 Mbps. Keuntungan utama dari standar b adalah range yang relatif panjang hingga 100m pada fasilitas di dalam gedung. Range ini sangat efektif dipergunakan untuk mengembangkan LAN secara wireless dibandingkan dengan standar sebelumnya. Kerugian dari standar ini adalah terbatasnya penggunaan kanal pada pita frekuensi 2,4 GHz. Standar ini hanya menggunakan 3 buah kanal bila dibandingkan 24

25 dengan standar yang menggunakan 11 kanal untuk melakukan konfigurasi AP. Pembatasan ini membuat dukungan standar b terhadap performa aplikasi menengah seperti atau web surfing menjadi lebih baik. Kerugian lain dari standar ini adalah terdapatnya kemungkinan interferensi RF dengan peralatan radio yang lain yang dapat mengurangi performa dari standar g Standar g dikeluarkan oleh IEEE pada bulan juni Standar ini beroperasi pada frekuensi yang sama seperti pada standar b yaitu pada pita 2,4 GHz hingga 2,497 GHz. Tetapi standar ini menggunakan teknik modulasi OFDM yang digunakan pada standar a. Kombinasi dari fitur ini menghasilkan infrastruktur yang lebih cepat, lebih murah, serta koneksi yang lebih luas. Keunggulan dari standar ini adalah memiliki kompatibilitas dengan standar b, dimana kita hanya perlu meng-upgrade AP pada jaringan b ke standar g. Tetapi peralatan pada standar b tidak memahami transmisi pada peralatan g karena perbedaan teknik modulasi pada kedua standar. Sehingga saat peralatan jaringan g digunakan pada lingkungan standar g terdapat berbagai keterbatasan. Kerugian lainnya dari standar ini adalah adanya interferensi RF karena standar ini menggunakan frekuensi 2,4 GHz yang sarat dengan interferensi. 25

26 2.4 Layer Pada Jaringan WLAN WLAN IEEE standar dibangun berdasarkan model referensi OSI (Open Standard Interconection) dan digunakan pada lapis fisik dan lapis data link dari OSI. Layer fisik dalam dalam setiap definisi jaringan selalu berhubungan dengan karakteristik modulasi dan pensinyalan transmisi data. Layer data link melakukan manajemen pengalamatan secara fisik dalam MAC Addressnya, dan mengatur akses pada peralatan jaringan dalam media fisik. WLAN standar bekerja pada sublapis MAC yang berada pada lapis data link. Gambar 2.4 menunjukkan layer fisik dan layer data link pada jaringan WLAN Gambar 2.4 Lapis Fisik dan Data Link Layer Fisik Layer fisik merupakan layer paling bawah dari konsep model referensi pertukaran data jaringan. Tanggubjawab utama dari layer ini hanya berkisar pada fungsi pengaturan interface, seperti bagaimana teknik transmisi dan bagaimana bentuk-bentuk interkoneksi secara fisik. Layer fisik dalam setiap definisi jaringan 26

27 selalu berhubungan dengan karakteristik modulasi dan pensinyalan data serta proses transmisi dari bit-bit dasar melalui kanal komunikasi. Ada 3 jenis teknik modulasi yang digunakan pada jaringan WLAN standar , yaitu Infrared, Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS), dan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS). Infrared menggunakan sistem transmisi penghamburan sinyal dengan frekuensi 1 Mbps dan 2 Mbps yang hanya dapat mentransmisikan data pada jarak yang pendek. Sedangkan teknologi Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) akan mengirimkan transmisi melalui frekuensi pembawa yang berbeda dengan waktu yang berbeda pula. Pembawa sinyal FHSS menggunakan pola Pseudorandom Hopping yang dapat menghindari terjadinya interferensi sinyal dengan tidak menggunakan waktu yang terlalu lama [1]. Teknologi Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) menggunakan frekuensi pembawa yang tetap pada frekuensi tertentu. Sinyal data ditransmisikan menggunakan pita Narrowband serta menggunakan gelombang mikro. Pada teknik ini sinyal akan tersebar dengan Bandwitdh lebih luas. Layer Fisik dalam jaringan wireless LAN terdiri dari 3 bagian sublayer seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.4 di atas, yaitu PLCP (Physical Layer Convergence Protocol) Sublayer, PMD (Physical Medium Dependent) Sublayer, dan Manajement Layer Entity. Ketiga sublayer tersebut merupakan interface untuk berkomunikasi dengan Layer diatasnya, yaitu MAC Layer. PLPC merupakan layer yang berfungsi untuk melakukan hubungan komunikasi dengan MAC Layer dengan menggunakan layanan primitive dari layer fisik melalui Service Access Point (SAP)[4]. SAP merupakan lokasi konsepsual 27

28 dimana salah satu layer OSI dapat meminta layanan ke layer OSI yang lain. PMD adalah Sublayer yang berfungsi untuk menjaga proses pentransmisian dan penerimaan unit data dari layer fisik diantara 2 station melalui medium wireless. Sedangkan MLE merupakan layer yang menyediakan layanan manajemen pada setiap layer baik itu pada layer MAC maupun pada layer fisik. Pada layer MAC entity ini disebut dengan MAC Layer Management Entity (MLME), sedangkan pada layer fisik entity ini disebut dengan Physical Layer Management Entity (PLME) MAC (Medium Access Control) Layer IEEE membagi lapis data link menjadi 2 sublapis, yaitu Logical Link Control (LLC) dan Medium Access Control (MAC) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5. Sublayer LLC berfungsi sebagai bagian yang mengatur komunikasi diantara peralatan-peralatan pada jaringan. Selain itu layer LLC juga berfungsi sebagai interface layer diatasnya, yaitu MAC layer. Gambar 2.5 Sublayer Data Link 28

29 MAC merupakan layer yang mengatur dan menjaga komunikasi diantara station-station pada jaringan Layer ini juga berfungsi sebagai pengatur akses protokol ke media fisik jaringan dan mengkoordinasi akses dalam menggunakan kanal radio untuk mempermudah komunikasi melalui media wireless.[5] Spesifikasi MAC oleh IEEE berisi alamat MAC yang dapat digunakan pada beberapa model peralatan. Alamat MAC akan memberikan identitas unik yang dapat digunakan pada beberapa peralatan yang telah tersedia. Selain dari beberapa fungsi layer MAC yang disebutkan di atas, Layer MAC juga memiliki beberapa fungsi umum, yaitu [1] : 1. Scanning Merupakan proses mencari sinyal terbaik di AP dengan membroadcast sebuah frame dan semua AP yang mendengar akan meresponnya dengan mengirim suatu frame respon. Dengan begitu NIC radio selalu menerima respon dengan segera dari AP tanpa menunggu transmisi pancarnya. 2. Autentikasi Autentikasi merupakan proses pencocokan antara NIC radio dengan AP. 3. Assosiasi Assosiasi merupakan proses penggabungan AP point sebelum mengirimkan frame data. Penggabungan atau asosiasi ini memerlukan sinkronisasi NIC radio dengan AP tentang beberapa informasi yang penting seperti data rate. 4. RTS/CTS RTS dan CTS merupakan frame yang mengizinkan AP untuk mengatur penggunaan media pada station. RTS/CTS digunakan untuk mengurangi 29

30 permasalahan hidden note, dimana dua atau lebih NIC radio tidak dapat mendengar satu sama lain walaupun berada dalam satu cakupan AP yang sama. 5. Power Save Mode Power Save Mode digunakan untuk memberikan pilihan pada user untuk mengaktifkan atau me-nonaktifkan NIC radio untuk mempertahankan tenaga dari baterai saat tidak diperlukan dalam pengiriman data. 6. Fragmentasi Merupakan suatu fungsi jaringan yang memungkinkan station-station pada jaringan dapat membagi paket-paket datanya ke dalam frame-frame yang kecil agar tidak melebihi ambang batas yang ditentukan. Hal ini digunakan untuk menghindari proses retransmit frame-frame dengan ukuran yang besar yang dapat menimbulkan interferensi RF. 7. Wired Equivalent Privacy (WEP) WEP merupakan skema enkripsi yang melindungi aliran data WLAN antara klien dan AP yang telah ditentukan oleh standar Struktur Frame WLAN Frame adalah paket yang dienkoding untuk keperluan transmisi data pada layer data link [1]. Setiap frame mempunyai ukuran dan format yang berbeda. Standar WLAN mendefinisikan beberapa tipe frame yang digunakan pada setiap komunikasi antar station (baik menggunakan NIC maupun AP) maupun yang digunakan sebagai pengatur dan pengendali link wireless. Setiap frame mempunyai 30

31 header dengan beberapa field yang digunakan diantara MAC sublayer. Format frame keseluruhan pada jaringan wireless LAN dapat ditunjukkan pada Gambar 2.6. Octet : MAC Header Gambar 2.6 Struktur Frame Data Control Field Bagian pertama dari struktur frame data dari WLAN adalah Control Field (field pengendali). Field ini mempunyai 11 subfield seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.7. Gambar 2.7 Frame Control Field Protocol version terdiri dari 2 bit yang mengijinkan dua jenis protokol dasar pada jaringan beroperasi pada waktu yang bersamaan dalam sel yang sama. Type adalah subfield yang menetukan jenis frame yang dipakai yang terdiri dari 2 bit. Subtype menentukan subframe yang dipakai, misalnya RTS atau CTS. Tabel

32 menunjukkan jenis-jenis frame berasarkan bit-bit type dan subtype.to Ds dan from Ds adalah field yang mengidentifikasikan frame yang akan masuk atau keluar pada Distribution System di dalam sel. Bit MF menyatakan bahwa di dalam frame terdapat fragmen yang berlebih. Bit retry digunakan untuk meminta proses transmisi ulang dari frame yang dikirim terlalu awal. Power management digunakan oleh base station untuk menetukan apakah receiver dalam keadaan aktif atau tidak. Bit mode menunjukkan bahwa pengirim memiliki frame tambahan untuk receiver. Bit W menyatakan bahwa frame body telah dienkripsi menggunakan WEP. Dan terakhir, bit 0 memberitahukan kepada receiver bahwa urutan bit-bit dalam frame sudah diproses secara benar.[3] Duration Field Duration field berfungsi untuk menentukan dan mengatur waktu suatu station dalam melakukan proses pentransmisian data frame pada suatu kanal [6]. Field ini juga digunakan untuk mengatur mekanisme NAV ( Network Allocation Vector ) pada metode akses jaringan Address Field Address Field adalah field yang terdiri dari alamat MAC dengan ukuran 6 byte. Address field terdiri dari 4 bagian, dimana 3 address field pertama digunakan untuk proses internetworking, khususnya untuk membawa datagram layer network dari suatu station ke interface router melalui AP. Address field ke-4 digunakan di dalam jaringan Ad Hoc tetapi tidak dalam infrastruktur jaringan.[6] 32

33 Tabel 2.2 Jenis-Jenis Frame Berdasarkan Bit Type dan Subtype Type Value b3 b2 Type Description Subtype Value b7 b6 b5 b4 Subtype Description 00 Manajement 0000 Association Request 00 Manajement 0001 Association Response 00 Manajement 0010 Association Request 00 Manajement 0011 Reassociation Response 00 Manajement 0100 Probe request 00 Manajement 0101 Probe Response 00 Manajement Reserved 00 Manajement 1000 Beacon 00 Manajement 1001 ATIM 00 Manajement 1010 Disassociation 00 Manajement 1011 Authentication 00 Manajement 1100 Deauthentication 00 Manajement Reserved 01 Control Reserved 01 Control 1010 PS-Poll 01 Control 1011 RTS 01 Control 1100 CTS 01 Control 1101 ACK 01 Control 1110 CF End 01 Control 1111 CF End + CF-ACK 10 Data 0000 Data 10 Data 0001 Data + CF-Ack 10 Data 0010 Data + CF-poll 10 Data 0011 Data + CF-Ack + CF-poll 10 Data 0100 Null-Function (no data) 10 Data 0101 CF-Ack (no data) 10 Data 0110 CF-Poll (no data) 10 Data 0111 CF-Ack + CF-poll (no data) 10 Data Reserved 10 Data Reserved Address field-1 berisikan alamat MAC dari station yang berfungsi sebagai penerima frame. Jika suatu wireless station mobile mengirim suatu frame, address field-1 akan memuat alamat MAC dari AP yang dituju. Begitu pula saat suatu AP 33

34 mengirim frame, address field-1 akan memuat alamat MAC dari wireless station yang dituju. Address field-2 berisikan alamat MAC dari station yang melakukan pengiriman suatu frame. Jika suatu wireless station mengirimkan suatu frame, maka alamat MAC dari station tersebut akan diikutsertakan dalam field address ini. Hal yang sama juga terjadi ketika suatu AP melakukan pengiriman frame, alamat MAC dari AP tersebut juga akan dimuat dalam address field-2. Address field-3 adalah field yang memuat alamat MAC dari router. Router merupakan interface yang menghubungkan suatu BSS ke jaringan lain di luar BSS. Sedangkan address field-4 adalah field yang memuat alamat MAC dari sumber (transceiver) atau alamat dari tujuan frame dalam jaringan Ad Hoc dimana frame ditransmisikan dari satu AP ke AP yang lain. Tabel 2.3 menunjukkan karakteristik dari Address Field berdasarkan setting bit To Ds dan bit From Ds. Tabel 2.3 Karakteristik Address Berdasarkan Bit To Ds dan From Ds. To DS From DS Address 1 Address 2 Address 3 Address DA SA BSSID N/A 0 1 DA BSSID SA N/A 1 0 BSSID SA DA N/A 1 1 RA TA DA SA 34

35 2.5.4 Sequent Field Sequent field adalah field yang memberikan penomoran pada fragmenfragment. Dari jumlah 16 bit, 12 bit diantaranya digunakan untuk frame dan 4 bit lainnya digunakan untuk fragmen [5]. Penggunaan nomor-nomor dari Sequent Field mengizinkan penerima untuk membedakan frame yang baru ditransfer dengan frame yang sudah ditransfer sebelumnya Data Field Data field adalah field yang berisi Payload dari frame. Payload adalah inti dari suatu frame. Payload biasanya berisi suatu IP datagram atau paket ARP. Field ini biasanya memiliki panjang hingga 2312 byte, meskipun kadang-kadang lebih sedikit dari 1500 byte CRC (Cyclic Redundancy Check) CRC adalah field yang digunakan untuk mendeteksi kesalahan yang terdapat di dalam frame yang diterima oleh receiver. 2.6 Jenis-Jenis Frame WLAN standar mendefinisikan 3 jenis frame yang digunakan pada setiap komunikasi diantara station, yaitu Data Frame, Control Frame, dan Manajement Frame. 35

36 2.6.1 Data Frame Tujuan utama dibangunnya suatu jaringan wireless LAN adalah untuk mengirim dan menerima suatu data. WLAN mendefinisikan suatu jenis data frame yang membawa paket-paket dari layer bagian atas, seperti web page, data kendali printer, dan lain-lain yang tersimpan di tubuh frame. Seperti yang telah dibahas pada subbab sebelumnya bahwa tubuh suatu frame dapat memuat suatu data dengan ukuran 2312 byte.dengan ukuran seperti itu berarti suatu data frame dapat membawa data dalam jumlah yang banyak dari satu station ke station yang lain. Beberapa vendor WLAN menggunakan suatu data frame dengan tubuh frame yang kosong yang disebut dengan Null Data Frame. Frame body yang kosong tersebut digunakan sebagi kontrol bagi pengiriman informasi khusus, misalnya untuk memberitahukan keadaan suatu station kepada AP. Null data frame juga dapat digunakan untuk melakukan aktif scanning dengan tujuan melakukan roaming terhadap AP dalam suatu kanal Control Frame Control frame adalah frame yang digunakan untuk mengendalikan akses ke medium yang membantu proses pentransmisian data frame diantara station. Ada 3 jenis control frame yang terdapat pada jaringan WLAN , yaitu frame RTS (Request to Send ), CTS (Clear to Send), dan ACK (Acknowlegment). 36

37 RTS (Request to Send) Frame RTS adalah frame yang digunakan oleh suatu station ketika hendak melakukan pengiriman frame data. Frame ini berisikan permintaan untuk melakukan pengiriman data. Format frame RTS dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 2.8. RA (Receiver Address) berisikan alamat dari station wireless yang ditujukan untuk data berikutnya yaitu manajemen frame. TA (Transmitter Address) berisi alamat station wireless yang melakukan pentransmisian frame RTS. Duration memuat waktu (dalam mikrodetik) yang digunakan untuk mentransmit data berikutnya atau manajemen frame ditambah satu frame CTS, ACK, dan 3 interval waktu SIFS [7]. Octets : MAC Header Gambar 2.8 Format Frame RTS CTS (Clear to Send) Frame CTS merupakan frame yang dikirim oleh station untuk merespon frame RTS dari suatu AP. Frame ini menyediakan persetujuan station untuk dapat mengirimkan frame data. Frame ini berisi nilai waktu yang mengakibatkan semua station menghentikan transmisi frame dengan periode yang telah ditentukan untuk meminta sebuah station mengirimkan frame[1]. Hal ini akan meminimalisir tabrakan diantara hidden station, sehingga akan menghasilkan throughput yang tinggi jika diterapkan dengan benar. Format frame CTS ditunjukkan pada Gambar 2.9. RA 37

38 memuat salinan dari field TA frame RTS. Duration field memuat nilai dari duration frame RTS dikurangi waktu yang digunakan untuk mentransmit frame CTS dan interval waktu SIFS. Octets : MAC Header Gambar 2.9 Format frame CTS ACK (Acknowlegment) Frame ACK digunakan untuk mendeteksi keberadaan kesalahan pada frame data yang diterima oleh station. Station penerima akan mengirimkan frame ini jika tidak ada kesalahan yang terdeteksi. Jika station penerima tidak mengirimkan frame ini pada periode tertentu, itu berarti pada frame data terdapat kesalahan dan station akan kembali mengirimkan transmisi disertai framenya. Format frame ACK diperlihatkan pada Gambar RA dari frame ACK memuat salinan dari field address-2 dari frame sebelumnya. Jika banyak bit fragmen yang di set ke 0 pada field control frame sebelumnya, nilai dari duration field akan diset ke 0. Dalam hal lainnya nilai dari duration field berisikan nilai 1. Octets : MAC Header Gambar 2.10 Format Frame ACK 38

39 2.6.3 Manajemen Frame Manajemen frame pada WLAN standar menjadikan station dapat mengatur dan menjalankan komunikasi. Beberapa manajemen frame yang umum adalah [1] : 1. Frame Autentikasi Frame ini digunakan pada saat proses autentikasi yang merupakan proses dimana AP menerima atau menolak sebuah identitas pada NIC radio. 2. Frame Deautentikasi Frame ini digunakan oleh station untuk dikirim ke station lain jika station tersebut mengakhiri komunikasi yang secure. 3. Frame Association Request Frame ini adalah frame yang digunakan pada saat terjadinya proses association (penggabungan) antara NIC radio dengan AP. NIC radio akan memulai proses association dengan mengirimkan frame permintaan association ke AP. 4. Frame Association Response Frame ini akan dikirim oleh AP ke NIC radio yang berisi persetujuan atau penolakan terhadap NIC radio yang meminta association. 5. Frame Reassociation Request Frame ini adalah frame yang digunakan oleh NIC radio saat ingin melakukan association dengan AP yang baru ketika NIC berpindah tempat dari satu AP ke AP yang lain (reassociation). 39

40 6. Frame Reassociation Response Frame ini dikirim oleh access point yang berisi pemberitahuan persetujuan atau penolakan terhadap NIC radio yang meminta proses reassociation. 7. Frame Diassociation Frame ini digunakan pada saat sebuah station ingin menghentikan proses association. Seteleh menerima frame ini, AP akan melepaskan alokasi memori dan menghapus NIC radio di tabel association. 8. Frame Beacon Frame ini merupakan frame yang akan dikirim oleh AP untuk memberitahukan keberadaannya serta informasi relay kepada setiap NIC radio wireless station. Melalui frame ini NIC kemudian akan menentukan AP yang terbaik untuk melakukan association. 9. Frame Probe Request Frame ini digunakan oleh station untuk mengetahui atau memperoleh informasi dari station yang lain. Dengan frame ini NIC radio akan melakukan pemeriksaan dan menentukan AP mana yang ada pada jarak range penerimaannya. 10. Frame Probe Response Station akan merespon dengan menggunakan frame ini dengan menyertakan kapabilitas informasi dan dukungan data rate setelah menerima frame probe request. 40

41 2.7 Inter Frames Spaces ( IFS ) Inter Frames Space merupakan interval waktu diantara frame-frame yang digunakan untuk menyatakan beberapa kondisi atau keadaan ketika sebuah node ingin mengirimkan paket datanya. Dalam WLAN terdapat 4 jenis Inter Frames Space, yaitu : [7] 1. SIFS (Short Inter Frames Space) SIFS merupakan interval waktu yang digunakan untuk memberikan delay pada saat pengiriman dan penerimaan frame RTS, CTS, DATA dan ACK. SIFS merupakan interval waktu paling kecil diantara Inter Frames Space. 2. PIFS (Point Coordination Inter Frames Space) PIFS digunakan oleh AP atau titik koordinator untuk memperkuat akses ke medium sebelum ada node lain yang melakukannya. PIFS memiliki interval waktu yang lebih lama dari SIFS. 3. DIFS (Distributed Inter Frames Space) DIFS digunakan oleh suatu station ketika akan memulai transmisi baru. IFS ini bernilai satu DIFS ditambah satu time slot. 4. EIFS (Extended Inter Frames Space) EIFS merupakan IFS yang mempunyai interval waktu yang lebih panjang. IFS ini digunakan oleh station ketika menerima suatu paket yang tidak diinginkan atau dimengerti. 41

42 BAB III CSMA/CA (CARRIER SENSE MULTIPLE ACCESS WITH COLLISION AVOIDANCE)) 3.1 Umum Dalam jaringan WLAN, ketika suatu wireless station telah melakukan asosiasi dengan AP, maka saat itu akan terjadi proses pentransmisian frame data dari dan ke AP. Tetapi kadangkala kebanyakan wireless station dalam jaringan ingin mengirim frame data secara bersamaan dalam waktu yang sama dan dengan melewati kanal yang sama pula. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya tubrukan data antar station sehingga proses transmisi menjadi gagal. Untuk itu diperlukan suatu protokol akses medium untuk mengkoordinasi proses transmisi data antar station tersebut. Pada WLAN ada 2 jenis metode akses dasar yang digunakan, yaitu PCF (Point Coordination Function) dan DCF (Distributed Coorination Function). Pada metode PCF proses transmisi frame data akan dikoordinasi oleh MAC pada AP. Sedangkan pada DCF keputusan kapan transmisi akan dilakukan ada pada keseluruhan wireless station. Metode DCF merupakan dasar dari protokol akses random CSMA/CA yang merupakan metode akses yang digunakan oleh WLAN CSMA/CA merupakan metode akses yang dirancang untuk meminimalisir terjadinya tubrukan (collision) antar paket data. Protokol ini menggunakan algoritma tertentu untuk mendeteksi dan menghinari tabrakan, seperti pada Ethernet yang menggunakan CSMA/CD. Dalam metode ini suatu station yang ingin mengirim 42

43 suatu frame data terlebih dahulu mendeteksi keadaan medium dengan menggunakan mekanisme Carrier Sense. Untuk Meminimalisir terjadinya tubrukan saat frame data ditransmisikan, protokol CSMA/CA menggunakan skema Collision Avoidance (CA) dengan menggunakan transmisi frame RTS, CTS, dan ACK. Penggunaan Frameframe tersebut juga dapat menghindari terjadinya Hidden Node yang dapat menurunkan kinerja komunikasi hingga 40% pada seluruh jaringan. 3.2 Metode Akses Dasar Sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada 2 metode akses dasar yang digunakan pada jaringan WLAN untuk mengendalikan proses transmisi data melalui medium, yaitu metode PCF dan DCF. Kedua metode tersebut akan dijelaskan secara lebih mendalam pada subbab berikut PCF (Point Coordination Function) PCF merupakan metode akses dimana suatu single AP yang berupa MAC akan melakukan koordinasi transmisi secara keseluruhan. PCF menggunakan suatu skema yang disebut Polling Scheme [8]. Dalam skema ini suatu AP yang bertindak sebagai koordinator akan mengendalikan dan mengatur station mana yang akan terlebih dahulu melakukan pengiriman data selama peride waktu yang ditentukan. AP akan memilih salah satu dari station-station wireless dan mengijinkannya untuk melakukan proses transmisi data selama waktu yang ditentukan. Pada saat itu tidak ada station lain yang dapat mengirimkan data secara bersamaan. Station lain akan 43

44 menunggu giliran hingga ditunjuk oleh AP untuk dapat melakukan proses transmisi data DCF (Distributed Coordination Function) Metode DCF merupakan metode akses dimana keputusan kapan transmisi tersebut akan dilakukan ada pada keseluruhan station wireless. Setiap station akan mendengar (Sense) terlebih dahulu sebelum melakukan transmisi. Jika Station tersebut mendengar bahwa frekuensi terlalu sibuk, maka sation tersebut akan melakukan proses tunggu dengan waktu random dan mencoba mengirim transmisi kembali jika jalur sudah bersih. Dalam metode ini proses transmisi data menggunakan frame RTS, CTS, dan ACK. Sebelum melakukan pengiriman frame suatu station terlebih dahulu akan mendengar keadaan medium selama interval waktu DIFS (Distribution Inter Frame Space). Jika medium dalam keadaan sibuk, station-station tersebut akan menunda proses transmisi mereka. Station-station tersebut kemudian akan menunggu beberapa saat untuk kembali mendeteksi medium. Pada saat itu ada kemungkinan stationstation tersebut akan melakukan deteksi mdium secara bersamaan yang mengakibatkan terjadinya tubrukan. Untuk mengatasinya metode DCF menggunakan suatu mekanisme random Back-off. Mekanisme ini akan memberikan waktu random yang berbeda kepada setiap station untuk mendeteksi medium. Mekanisme ini akan mengurangi jumlah tubrukan khusunya ketika user bertambah[5]. Metode akses DCF merupakan dasar dari metode akses kontrol CSMA/CA yang merupakan metode 44

45 akses utama jaringan WLAN Cara kerja metode DCF seperti di atas dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Metode DCF 3.3 Prinsip Kerja CSMA/CA CSMA/CA merupakan metode akses utama yang digunakan pada jaringan WLAN Protokol ini menggunakan algoritma tertentu untuk mendeteksi dan menghindari tubrukan seperti pada Ethernet yang menggunakan CSMA/CD. CSMA/CA merupakan protokol yang memimplementasikan proses mendengar sebelum berbicara untuk melakukan regulasi akses secara terdistribusi melalui media jaringan [1]. Dengan CSMA/CA, semua NIC wireless mempunyai kemampuan untuk mendengar/merasakan (sense) transmisi dari peralatan lain. Dalam CSMA/CA ketika suatu station ingin mengirim paket maka station tersebut harus terlebih dahulu mendengar medium apakah berada dalam keadaaan sibuk atau tidak. Untuk lebih jelasnya prinsip kerja dari protokol CSMA/CA akan diuraikan menjadi 2 bagian seperti berikut. 45

46 3.3.1 Proses Mendengarkan (sense) Medium Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam protokol CSMA/CA sebuah station yang ingin mengirimkan paket datanya harus terlebih dahulu mendengar medium apakah berada dalam keadaan sibuk atau tidak. Proses ini penting karena jika medium sibuk station tidak bisa mengirimkan paketnya karena akan menyebabkan terjadinya tubrukan data dengan station lain. Station hanya akan mengirimkan paket datanya apabila medium sedang berada dalam keadaan Idle (kosong). WLAN mendefinisikan proses mendengar medium ini ke dalam 2 cara, yaitu Physical Carier Sense dan Virtual Carier Sense Physical Carier Sense Physical Carier Sense merupakan metode yang digunakan oleh setiap lapis fisik saat mendeteksi medium. Layer fisik akan beroperasi bersama-sama dengan layer MAC saat mentransmisikan data menggunakan medium. Metode ini menggunakan algoritma Clear Channel Assesment (CCA) untuk mengetahui apakah kanal medium sedang digunakan atau tidak [1]. Metode ini akan mengukur kekuatan energi frekuensi radio di antena dan menentukan kekuatan dari sinyal yang diterima. Jika kekuatan sinyalnya di bawah ambang batas yang ditentukan maka medium dianggap bersih, sehingga layer MAC akan memberikan status bersih untuk melakukan transmisi data. 46

47 Virtual Carier Sense Untuk mengurangi kemungkinan dua station saling bertabrakan karena tidak dapat mendengar satu sama lain, maka pada saat mendengar medium WLAN mendefinisikan suatu mekanisme Virtual Carier Sense. Dalam metode ini setelah mendengar bahwa medium dalam keadaaan kosong selama interval waktu DIFS, station akan mengirimkan satu frame unik yang memuat suatu indikator Network Allocation Vector (NAV). NAV berisikan waktu yang digunakan oleh station untuk mendengar medium, termasuk waktu dalam mengirim frame ACK [7]. Proses deteksi medium ini menggunakan pertukaran frame RTS dan CTS. Pada saat NAV dikirim maka station lain tidak dapat melakukan pengiriman data. Station lain baru akan mencoba kembali memonitor medium setelah NAV selama durasi DIFS Mekanisme Pengiriman Paket Data pada CSMA/CA CSMA/CA bekerja dengan menggunakan suatu skema yang disebut Listen Before Talk atau mendengar sebelum berbicara untuk mentransmisikan suatu paket. Suatu node (station) harus terlebih dahulu mendengar medium untuk mengetahui jika ada node lain yang sedang mengirimkan paketnya. Selain itu prose itu juga berguna untuk memastikan bahwa medium sedang berada dalam kondisi Idle selama durasi DIFS. Jika medium sibuk, node akan menunggu hingga medium menjadi idle kembali selama periode DIFS dan node akan memilih suatu random backoff counter yang menentukan waktu bagi node tersebut untuk menunggu hingga diijinkan untuk mengirimkan paket datanya. Ketika medium sudah bersih node pengirim akan mengurangi nilai backoff counter. Jika medium masih sibuk nilai 47

48 backoff counter akan berkurang kembali setelah medium bersih selama periode DIFS. Proses ini akan terus berulang hingga nilai backoff counter menjadi nol dan note telah diijinkan untuk mengirim paket. Periode Idle setelah DIFS disebut sebagai Contention Window (CW). Nilai minimum dari CW ini dapat dilambangkan dengan w. Nilai CW akan bertambah hingga mencapai harga maksimum Wmax yang menunjukkan ukuran tertinggi dari CW. Nilai CW tersebut akan kembali ke nilai semula yaitu w ketika transmisi telah berhasil. Protokol CSMA/CA menggunakan dua jenis skema dalam pentransmiusian paket, yaitu skema pananganan dua arah (two-way handshaking scheme) atau skema dasar CSMA dan skema penanganan empat arah (four-way handshaking scheme) yang memamfaaykan frame RTS dan CTS Skema Penanganan Dua Arah Dalam skema ini sebuah node pertama sekali akan mendengar medium. Jika medium berada pada kondisi idle selama periode DIFS, node akan mengirim paketnya. Sebaliknya jika medium dalam kondisi sibuk, node akan membentuk suatu nilai backoff. Ketika paket telah diterima dengan benar, node penerima akan mengirim suatu pesan ACK ke node pengirim setelah periode SIFS. Pesan ACK tersebut penting dalam jaringan Ad Hoc, karena node pengirim tidak dapat memastikan jika paket yang dikirim telah diterima oleh node penerima dengan hanya mendengar transmisinya. Oleh karena itu pesan ACK akan memberitahukan kepada 48

49 node pengirim bahwa paket telah diterima oleh node penerima dengan benar. Skema ini dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Skema Dasar CSMA/CA Skema Penanganan Empat Arah Dalam skema ini sebelum paket ditransmisikan, node akan mengirim sebuah paket pendek RTS yang berisi informasi mengenai panjang paket yang akan dikirim. Proses pengiriman RTS ini sama dengan pengiriman paket pada skema pertama. Jika node penerima mendengar RTS, node tersebut akan meresponnya dengan balik mengirim suatu paket pendek CTS ke node pengirim. Setelah pertukaran ini, node pengirim akan mentransmisikan paket datanya. Setelah paket data diterima dengan benar, node penerima akan mentransmisikan paket ACK ke pengirim. Skema ini dapat diperlihatkan pada Gambar 3.3 dan flow Chartnya pada Gambar

50 Gambar 3.3. Metode CSMA/CA dengan RTS/CTS 3.4 Kinerja CSMA/CA Untuk menentukan kualitas dari ptotokol CSMA/CA maka perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerjanya pada jaringan. Dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah ukuran throughput dan delay dari transmisi sistem. Untuk menganalisis kinerja sistem maka terlebih dahulu diperlukan pemodelan dari sistem jaringan yang akan dianalisis Model Sistem Yang Dianalisis Model sistem dari jaringan yang akan dianalisis dapat dilihat pada Gambar 3.5. Jaringan WLAN dianggap merupakan jaringan Ad Hoc dimana dalam jaringan ini setiap station dapat saling berkomunikasi tanpa membutuhkan AP dan tanpa terjadinya Hidden Node. Jaringan terdiri dari M station dimana waktu transmisi paket tiap station akan dinyatakan ke dalam slot-slot (time slot) dengan ukuran tiap slot dinyatakan dengan. 50

51 Siapkan Frame Yang Akan Ditransmisikan Deteksi Kanal Selama DIFS YA Backoff Selesai? Tidak Tidak Kosong? YA Kirim RTS Update Nilai Backoff Counter Kosong? YA YA Tidak Tubrukan? Atur Waktu Random Backoff Deteksi Kanal Tidak Terima RTS Kirim DATA Tidak DATA Benar? YA Terima ACK Transmisi Sukses Gambar 3.4 Flow Chart Prinsip Kerja CSMA/CA 51

52 Setiap paket akan mulai ditransmisikan pada awal slot dengan panjang paket untuk setiap station dianggap sama dan waktu transmisinya dinyatakan dengan Tp. Pada akhir dari slot, setiap station akan berada diantara kondisi idle atau backoff. Pada kondisi Idle masing-masing station akan membangkitkan satu paket baru dalam satu slot dengan probabilitas g. Jika paket yang ditransmisikan berhasil, maka station akan tetap berada pada kondisi Idle. Suatu station dikatakan berada pada kondisi Backoff jika paket yang ditransmisikan diblok oleh medium karena kanal sedang berada dalam kondisi sibuk. Pada kondisi ini station akan mengatur suatu nilai random backoff yang memberikan waktu dalam slot bagi station tersebut untuk menunggu hingga kanal menjadi idle dan transmisi dapat dilakukan. Pada kondisi ini tidak ada paket baru yang dibangkitkan dan station akan tetap berada pada kondisi tersebut hingga transmisi pada medium sudah berhasil dan kanal menjadi bersih. STATION DIFS DIFS DIFS A PAKET PAKET B PAKET Awal deteksi M PAKET Time Slot Random Backoff Gambar 3.5. Model SistemYang Dianalisis. 52

53 3.4.2 Throughput dan Delay Paket Rata-Rata Dalam sistem besar beban jaringan yang menyatakan total paket yang ditransmisi akan dinyatakan dengan G dan laju tiba suatu paket dalam satu slot dilambangkan dengan g. Dimana : Mg = αg, (1) Throughput pada protokol CSMA/CA dapat diartikan sebagai waktu rata-rata yang digunakan untuk transmisi dalam satu cycle berbanding dengan panjang cycle keseluruhan. Sedangkan delay paket rata-rata merupakan jumlah rata-rata station pada kondisi backoff berbanding dengan besar throughput yang dimiliki. Cycle merupakan suatu periode transmisi atau periode sibuk yang terdiri dari periode tubrukan (C) dan periode sukses transmisi (T) dan dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6. Peride Transmisi dan Idle CSMA/CA Periode suksesnya transmisi T merupakan jumlah dari waktu transmisi paket, waktu transmisi ACK, waktu transmisi RTS dan CTS, periode DIFS, 2 periode SIFS ditambah 4 delay propagasi. Sehingga persamaannya dapat dinyatakan dengan : T = (( Tp / α ) + 4α + β + 2γ + f + θ + τ ) / α, (2) 53

54 Karena tubrukan di ukur pada waktu transmisi RTS, maka setelah mengirim RTS pengirim akan menunggu selama periode SIFS ditambah dengan satu delay propagasi dan pengirim tidak dapat menerima CTS. Sehingga Periode Collision C dapat dinyatakan dengan : C = ( 2α + β + θ + γ ) / α, (3) Dimana : Tp = Waktu Transmisi Paket α = Delay Propagasi β = Delay DIFS γ = Delay SIFS θ = Waktu Transmisi RTS τ = Waktu Transmisi CTS f = Waktu Transmisi ACK Karena kinerja jaringan bergantung pada kondisi station pada time slot maka perlu untuk mengidentifikasi keadaan pada saat transmisi paket melalui slot. Untuk memudahkannya maka akan digunakan suatu metode Markov Chain. Dalam Markov Chain slot-slot CSMA/CA akan diperlihatkan seperti pada Gambar 3.7. Dalam metode ini proses transmisi paket melalui tiap slot akan dinyatakan dengan suatu matriks transisi diantara dua titik embedded slot. Matriks transisi tersebut merupakan produk dari beberapa matriks transisi antar slot pada Gambar

55 Gambar 3.7. Karakteristik Slot CSMA/CA dalam Markov Chain Panjang dari suatu cycle bergantung dari jumlah node yang berada pada slot t1+i dan transisi pada slot itu akan dinyatakan dengan matriks R. Transisi slot-slot lainnya pada kondisi sibuk akan dinyatakan dengan matriks Q. Matriks transisi R merupakan jumlah dari matriks transmisi sukses dan matriks transmisi yang gagal. Transmisi akan sukses apabila hanya ada satu node yang akan mentransmit pada slot t1+i dan akan dinyatakan dengan matriks S. Sedangkan transmisi akan gagal apabila ada lebih dari satu node yang akan mentransmit pada slot t1+i dan dinyatakan dengan matriks F. Dimana besar kedua matriks tersebut akan dinyatakan dengan persamaan : 0, untuk k<i S ik = M i i (1 g) [ iv(1 v) i M 1 (1 v) (1 g) 1 i M i 1 ( M i) g(1 g) [1 v] i M i 1 (1 v) (1 g) ], untuk k = i i, untuk k = i + 1 0, untuk k > I + 1 (4) 55

BAB II WIRELESS LAN (IEEE ) Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan

BAB II WIRELESS LAN (IEEE ) Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan BAB II WIRELESS LAN (IEEE 802.11) 2.1 Umum Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi,

Lebih terperinci

Wireless LAN Arsitektur Basic Service Set Extended Service Set Tipe-tipe station Sublapisan MAC...

Wireless LAN Arsitektur Basic Service Set Extended Service Set Tipe-tipe station Sublapisan MAC... Wireless LAN... 2 1. Arsitektur... 2 1. 1. Basic Service Set... 2 1. 2. Extended Service Set... 3 1. 3. Tipe-tipe station... 4 2. Sublapisan MAC... 4 2. 1. Distributed Coordination Function (DCF)... 4

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE 802.11, standar fisik IEEE 802.11, parameter kinerja jaringan dan simulator Pamvotis 1.1. 2.2 Pengertian Buffering

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE )

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE ) TUGAS AKHIR ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE 802.11) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC

Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC Gambar 7. Bagian Tabel 1. Sub bagian di dalam FC Keterangan Versi Saat ini = 0 Type Type informasi: manajemen (00), control (01), data (10) Subtype Sub-subtipe dari masing-masing tipe (lihat Tabel 2) To

Lebih terperinci

Terdapat 2 macam link : link fisik dan link logik (contoh: virtual path yang terdiri atas virtual channel)

Terdapat 2 macam link : link fisik dan link logik (contoh: virtual path yang terdiri atas virtual channel) DATA LINK LAYER (1) Link Link Jalur yang menghubungkan antar 2 elemen jaringan (node-node atau terminal-node) Kumpulan link (+ node-node) = jaringan Fungsi link sangat vital, maka OSI menetapkan protokol

Lebih terperinci

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE 802.11B Alicia Sinsuw Dosen PSTI Teknik Elektro Unsrat I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi jaringan data saat ini semakin pesat. Adanya teknologi

Lebih terperinci

Chapter 4 WLAN Access. Rendra Tjipta Towidjojo.

Chapter 4 WLAN Access. Rendra Tjipta Towidjojo. Chapter 4 WLAN Access Rendra Tjipta Towidjojo (rendra@greyhat.co.id) WLAN Access CSMA/CD (802.3) CSMA/CA (802.11) CSMA/CD (802.3) Carrier Sense Multiple Access/Collision Detection merupakan metode akses

Lebih terperinci

Dukungan yang diberikan

Dukungan yang diberikan PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DATA NIRKABEL Pertengahan abad 20, teknologi nirkabel berkembang pesat, diimplementasikan dalam bentuk teknologi radio, televisi, telepon mobil, dll. Komunikasi lewat sistem satelit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Informasi Informasi bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh. Begitu pula dalam suatu organisasi, sehingga informasi memegang peranan yang sangat penting dalam organisai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MAC LAYER PADA WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) WICLIF F. WAU

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MAC LAYER PADA WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) WICLIF F. WAU TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MAC LAYER PADA WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE 802.11 secara umum, standar fisik IEEE 802.11, teknologi multiple access IEEE 802.11, pembangkitan trafik, parameter kinerja jaringan,

Lebih terperinci

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) 2.1 Umum Dewasa ini kebutuhan untuk mengakses layanan telekomunikasi melalui media nirkabel (wireless) menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga teknologi

Lebih terperinci

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area network (WAN), atau antara node di dalam sebuah segmen

Lebih terperinci

Instalasi dan Troubleshooting Jaringan Wireless

Instalasi dan Troubleshooting Jaringan Wireless Instalasi dan Troubleshooting Jaringan Wireless Materi 9 - Teknologi Jaringan Wireless Bahasan Multipath Hidden Node Near/Far System throughput Co-location throughput Types of interference Range considerations

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Jaringan Komputer Kecepatan perkembangan teknologi menjadikan proses transformasi informasi sebagai kebutuhan utama manusia yang akan semakin mudah didapatkan dengan cakupan

Lebih terperinci

STANDARISASI FREKUENSI

STANDARISASI FREKUENSI STANDARISASI FREKUENSI WLAN-WIFI Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Alasan Mengapa Perlu Standarisasi Teknologi yang dibuat secara masal. Pembuat hardware yang berbeda

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER. Data Link Layer. Zaid Romegar Mair, S.T., M.Cs

JARINGAN KOMPUTER. Data Link Layer. Zaid Romegar Mair, S.T., M.Cs JARINGAN KOMPUTER Data Link Layer Pertemuan 11-12 Zaid Romegar Mair, S.T., M.Cs PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Jl. Kolonel Wahid Udin Lk. I Kel. Kayuara, Sekayu 30711 web:www.polsky.ac.id mail: polsky@polsky.ac.id

Lebih terperinci

IEEE g Sarah Setya Andini, TE Teguh Budi Rahardjo TE Eko Nugraha TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

IEEE g Sarah Setya Andini, TE Teguh Budi Rahardjo TE Eko Nugraha TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta IEEE 802.11g Sarah Setya Andini, 31431 TE Teguh Budi Rahardjo 31455-TE Eko Nugraha 31976-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 5.1 PREVIEW Wi-Fi (atau Wi- fi, WiFi, Wifi, wifi) merupakan kependekan

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER Topologi jaringan adalah : hal yang menjelaskan hubungan geometris antara unsur-unsur dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, dan station. Jenis Topologi jaringan

Lebih terperinci

Model Kendali Aliran. Aliran data masuk. Aliran data keluar

Model Kendali Aliran. Aliran data masuk. Aliran data keluar Flow Control Model Kendali Aliran Aliran data masuk Buffer Server Aliran data keluar Koneksi fisik TX RX RX TX GND GND RTS CTS Pertukaran sinyal RTS Jika dijawab CTS maka TX jika tidak tunggu CTS RTS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wireless Local Area Network (WLAN) Sejarah WLAN diawali pada tahun 1970, IBM mengeluarkan hasil rancangan WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji

Lebih terperinci

SEKILAS WIRELESS LAN

SEKILAS WIRELESS LAN WIRELESS NETWORK SEKILAS WIRELESS LAN Sejarah kemunculan WLAN dimulai pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN yang pertama diberi kode 802.11. Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaringan wireless kebutuhan akan Quality of service sangatlah penting, demi mencapai kepuasan dari user dalam menggunakannya. Faktor-faktor dari Quality of service

Lebih terperinci

METODE AKSES. Pertemuan IV. 1. Ethernet CSMA/CD

METODE AKSES. Pertemuan IV. 1. Ethernet CSMA/CD METODE AKSES Pertemuan IV Ethernet adalah sebuah teknologi komunikasi data yang membolehkan sejumlah device atau komputer yang terangkai untuk berkomunikasi langsung satu sama lainnya. LAN yang kita kenal,

Lebih terperinci

IEEE b 1.1 INTRODUCTION

IEEE b 1.1 INTRODUCTION IEEE 802.11b Erick Kristanto Gunawan, 32131-TE Muhammad Fitrah Sugita, 30376-TE Muhmmad Wicaksono Abdurohim, 31163-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1.1 INTRODUCTION 1.1.1 802.11 802.11 adalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER WIRELESS DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER WIRELESS DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER WIRELESS DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri

Lebih terperinci

TEKNOLOGI JARINGAN TANPA KABEL (WIRELESS)

TEKNOLOGI JARINGAN TANPA KABEL (WIRELESS) TEKNOLOGI JARINGAN TANPA KABEL (WIRELESS) M.Rudyanto Arief STMIK AMIKOM Yogyakarta e-mail : rudyanto@amikom.ac.id ABSTRACT As the number of wireless networks increased, so too did the need for a wireless

Lebih terperinci

Pertemuan V. Local Area Network

Pertemuan V. Local Area Network Pertemuan V Local Area Network Sasaran Pertemuan 5 - Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai port sebagai suatu konektor yang menghubungkan komputer dengan piranti lainnya dan karakteristik penting

Lebih terperinci

DASAR JARINGAN DAN TELEKOMUNIKASI RESUME MATERI ETHERNET. disusun oleh:

DASAR JARINGAN DAN TELEKOMUNIKASI RESUME MATERI ETHERNET. disusun oleh: DASAR JARINGAN DAN TELEKOMUNIKASI RESUME MATERI ETHERNET disusun oleh: disusun oleh: Aditya Shofwan Zulma 1202144025 KELAS SI-38-01 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Protokol pada Wireshark

Protokol pada Wireshark Protokol 802.11 pada Wireshark Arsyad Dwiyankuntoko 11ipa3.arsyad@gmail.com http://arsyaddwiyankuntoko.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Sudah Mengumpulkan Jurnal? http://goo.gl/hhsqum JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Group Jarkom SI Amikom https://www.facebook.com/groups/jarkom.amikom/ Pertemuan 10 Wireless Networking Spektrum!

Lebih terperinci

Data Link Layer -switching- Rijal Fadilah, S.Si

Data Link Layer -switching- Rijal Fadilah, S.Si Data Link Layer -switching- Rijal Fadilah, S.Si Review layer 1 (physical layer) Keterbatasan layer 1 Layer 1 hanya berhubungan media, sinyal dan bit stream yang travel melalui media Layer 1 tidak dapat

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR... ii HALAMAN TANDA LULUS... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... vix DAFTAR

Lebih terperinci

PENGERTIAN JARINGAN ETHERNET Disusun Oleh : RENGGA INGRIDIANTO NIM I PUTU TIRTA TAMARA PUTRA NIM

PENGERTIAN JARINGAN ETHERNET Disusun Oleh : RENGGA INGRIDIANTO NIM I PUTU TIRTA TAMARA PUTRA NIM PENGERTIAN JARINGAN ETHERNET Disusun Oleh : RENGGA INGRIDIANTO NIM 15101812 I PUTU TIRTA TAMARA PUTRA NIM 15101277 NI PUTU EKA PURNAMANINGSIH NIM 15101001 AHMAD WAHYUDI NIM 15101526 SARAFIB=NA AMELINDA

Lebih terperinci

William Stallings Data and Computer Communications 7 th Edition. Chapter 17 Wireless LANs

William Stallings Data and Computer Communications 7 th Edition. Chapter 17 Wireless LANs William Stallings Data and Computer Communications 7 th Edition Chapter 17 Wireless LANs Unlicensed Narrowband RF 1995, Radiolan memperkenalkan narrowband LAN tanpa kawat yang menggunakan spektrum ALIRAN

Lebih terperinci

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Layer 1 hanya berhubungan dengan media, sinyal,dan aliran bit yang melalui media. Layer 1 tidak dapat berkomunikasi dengan layer di

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) Berdasarkan standar IEEE, Local Area Network didefenisikan sebagai

BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) Berdasarkan standar IEEE, Local Area Network didefenisikan sebagai BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) 2.1 Teori Umum Berdasarkan standar IEEE, Local Area Network didefenisikan sebagai jaringan komunikasi yang menghubungkan beberapa device, seperti Personal Computer,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi BAB II DASAR TEORI Sebelum melakukan perancangan sistem pada penelitian, bab II menjelaskan teori-teori yang digunakan sehubungan dengan perancangan alat dalam penelitian skripsi. 2.1 Sistem Komunikasi

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi saat ini sangat pesat, khususnya teknologi wireless (nirkabel). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi

Lebih terperinci

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites :

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites : KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST Websites : www.dennycharter.wordpress.com E-mail : dennycharter@gmail.com Future Wireless Personal Communication Sistem layanan komunikasi dari siapa, kapan saja, dimana

Lebih terperinci

2.2.1 ARSITEKTUR WIRELESS LAN INTERFERENSI JANGKAUAN DESAIN WIRELESS LAN KEAMANAN WIRELESS LAN...

2.2.1 ARSITEKTUR WIRELESS LAN INTERFERENSI JANGKAUAN DESAIN WIRELESS LAN KEAMANAN WIRELESS LAN... DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... ii LEMBAR PENGESAHAN SIDANG PENGUJI... iii LEMBAR PERTANGGUNG JAWABAN MATERI... iv ABSTRAK... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER Chandra Hermawan, M.Kom

JARINGAN KOMPUTER Chandra Hermawan, M.Kom JARINGAN KOMPUTER Chandra Hermawan, M.Kom Materi Sesi IV MEDIA TRANSMISI Media Transmisi Guided Transmission (Wired): Terdapat saluran fisik yang menghubungkan perangkat satu dengan perangkat lainnya.

Lebih terperinci

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network WIRELESS NETWORK Pertemuan VI Ada tiga range frekuensi umum dalam transmisi wireless, yaitu : a. Frekuensi microwave dengan range 2 40 Ghz, cocok untuk transmisi point-to-point. Microwave juga digunakan

Lebih terperinci

Standard IEEE 802. Pertemuan II

Standard IEEE 802. Pertemuan II Standard IEEE 802 Pertemuan II Latar Belakang Jaringan Wireless Local Area Network yang distnadarisasi oleh IEEE (International of Electrical and Elctronic Engeeners) dengan penomoran 802 Sejarah penamaan

Lebih terperinci

TAKARIR. Kapasitas transmisi dari sambungan elektronik. Percakapan melalui jaringan intenet.

TAKARIR. Kapasitas transmisi dari sambungan elektronik. Percakapan melalui jaringan intenet. TAKARIR Access Point Bandwith Browsing Coverage area Chatting Free space loss Hardware Hotspot Interface Infrared Local area network Network Operation Center Open source Personal Computer Radio Frekuensi

Lebih terperinci

BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE DAN IEEE E

BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE DAN IEEE E 19 BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE 802.16 DAN IEEE 802.11E MAC IEEE 802.16 protokol didisain untuk aplikasi PMP yang mempunyai karakteristik connection-oriented dan setiap sambungan diidentifikasi oleh

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Jaringan Wireless Network Dan Wi-Fi Sinta Puspita Dewi

Cara Kerja Sistem Jaringan Wireless Network Dan Wi-Fi Sinta Puspita Dewi Cara Kerja Sistem Jaringan Wireless Network Dan Wi-Fi Sinta Puspita Dewi Pusdewsinta.dewi@gmail.com Abstrak Wireless atau wireless network merupakan sekumpulan komputer yang saling terhubung antara satu

Lebih terperinci

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISTILAH... xi INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

WIRELESS LAN. Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom

WIRELESS LAN. Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom WIRELESS LAN Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom Materi : IV.1 Perkembangan WLAN IV.2 Arsitektur 802.11 IV.3 Perangkat Wireless 802.11 IV.4 Konfigurasi dan Komponen Pendahuluan WLAN

Lebih terperinci

Pengertian Acces Point Adalah perangkat yang memungkinkan perangkat nirkabel untuk terhubung ke jaringan kabel menggunakan Wi-Fi, atau standar terkait

Pengertian Acces Point Adalah perangkat yang memungkinkan perangkat nirkabel untuk terhubung ke jaringan kabel menggunakan Wi-Fi, atau standar terkait Access Point Pengertian Acces Point Adalah perangkat yang memungkinkan perangkat nirkabel untuk terhubung ke jaringan kabel menggunakan Wi-Fi, atau standar terkait. AP biasanya terhubung ke router (melalui

Lebih terperinci

Bab III Prinsip Komunikasi Data

Bab III Prinsip Komunikasi Data Bab III Prinsip Komunikasi Data Teknologi Jaringan yang menghubungkan beberapa Komputer baik dalam area kecil maupun besar mempunyai aturan aturan baku atau Prinsip prinsip baku dalam komunikasi data.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN)

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) Wireless LAN - AP O L E H Nama : Wahyudi Rahmat NIM : 0506021286 Fak/Jur : F S T/Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa Cendana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan landasan teori dari beberapa konsep yang digunakan pada penelitian ini seperti Teknologi Jaringan, Network Simulator 2, Bluetooth dan Zigbee. 2.1 Teknologi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN LEBAR PITA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK ACCESS POINT (WLAN-AP) DENGAN METODE ADAPTIVE BANDWIDTH

TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN LEBAR PITA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK ACCESS POINT (WLAN-AP) DENGAN METODE ADAPTIVE BANDWIDTH TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN LEBAR PITA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK ACCESS POINT (WLAN-AP) DENGAN METODE ADAPTIVE BANDWIDTH O L E H TIFFANY TOBING 030402013 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Standar NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP NYOMAN SURYADIPTA.ST.CCNP COMPUTER SCIENCE FACULTY - NAROTAMA UNIVERSITY

Standar NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP NYOMAN SURYADIPTA.ST.CCNP COMPUTER SCIENCE FACULTY - NAROTAMA UNIVERSITY Standar 802.11 NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP 1 Topik Pendahuluan Spektrum Frekuensi Standard 2 Pendahuluan Definisi Latar Belakang Karakteristik Working Group Aliansi Wifi 3 Pendahuluan Definisi 802.11 merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION PADA JARINGAN LAN TOKEN RING. Oleh LINKGOM FRENGKI NIM :

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION PADA JARINGAN LAN TOKEN RING. Oleh LINKGOM FRENGKI NIM : TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION PADA JARINGAN LAN TOKEN RING Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-1: Internetworking Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Internetworking Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu 1 Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain. Setiap Ethernet card mempunyai alamat

Lebih terperinci

LAN, VLAN, WLAN & WAN

LAN, VLAN, WLAN & WAN LAN, VLAN, WLAN & WAN Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Local Area Network (1/2) Merupakan jaringan komputer yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan Wi-Fi memudahkan dalam mengakses jaringan dari pada menggunakan kabel. Ketika menggunakan WiFi, pengguna dapat berpindahpindah tempat. Meskipun

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL AD HOC MODE WLAN

JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL AD HOC MODE WLAN JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL AD HOC MODE WLAN Nama Kelas : Fauzan Hilmanda : TK-2C No Absen : 6 PROGRAM STUDI T.TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2013 AdHoc Mode WLAN I. Langkah Kerja 1. Masuk ke

Lebih terperinci

DATA LINK LAYER. Gambar 1. Data Link Menyiapkan Data Jaringan untuk Physical Layer

DATA LINK LAYER. Gambar 1. Data Link Menyiapkan Data Jaringan untuk Physical Layer DATA LINK LAYER Lapisan data-link (data link layer) adalah lapisan kedua dari bawah dalam model OSI, yang dapat melakukan konversi frame-frame jaringan yang berisi data yang dikirimkan menjadi bit-bit

Lebih terperinci

Pemrograman Nirkabel (pertemuan 7) Dosen Pengampu Abdul Kadir

Pemrograman Nirkabel (pertemuan 7) Dosen Pengampu Abdul Kadir Pemrograman Nirkabel (pertemuan 7) Dosen Pengampu Abdul Kadir Arsitektur Jaringan Menempatkan Sebuah Wireless LAN Saat anda meng install,mengkonfigurasi, dan akhirnya memulai suatu peralatan wireless LAN

Lebih terperinci

TUGAS KEAMANAN JARINGAN OSI LAYER DIDIET RISTHA ARDIANSYAH NRP

TUGAS KEAMANAN JARINGAN OSI LAYER DIDIET RISTHA ARDIANSYAH NRP TUGAS KEAMANAN JARINGAN OSI LAYER DIDIET RISTHA ARDIANSYAH NRP. 2103137045 PROGRAM STUDI D3 PJJ TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 2016

Lebih terperinci

Bluetooth. Pertemuan III

Bluetooth. Pertemuan III Bluetooth Pertemuan III Latar Belakang Pada bulan Mei 1998, 5 perusahaan promotor yaitu Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) dan memulai untuk membuat spesifikasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN JARINGAN LOKAL PT. SVW BERBASISKAN TEKNOLOGI WIRELESS LAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN JARINGAN LOKAL PT. SVW BERBASISKAN TEKNOLOGI WIRELESS LAN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006 PENGEMBANGAN JARINGAN LOKAL PT. SVW BERBASISKAN TEKNOLOGI WIRELESS LAN Abstrak William Susanto

Lebih terperinci

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel - ilkomadri.com PENDAHULUAN Jaringan wireless/nirkabel adalah teknologi jaringan yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik melalui udara sebagai media untuk

Lebih terperinci

Sekilas Tentang WIFI. Berdasarkan kemampuan roaming wireless data dibagi menjadi:

Sekilas Tentang WIFI. Berdasarkan kemampuan roaming wireless data dibagi menjadi: Sekilas Tentang WIFI Wireless LAN merupakan salah satu aplikasi pengembangan wireless untuk komunikasi data. Sesuai dengan namanya wireless yang artinya tanpa kabel, WLAN ( Wireless Local Area Network

Lebih terperinci

Penelusuran Data Melalui Jaringan Internet

Penelusuran Data Melalui Jaringan Internet Penelusuran Data Melalui Jaringan Internet Tulisan ini berdasarkan CCNA Exploration 4.0 : Network Fundamentals Berikut ini akan digambarkan sebuah transfer data sederhana antara dua host melewati sebuah

Lebih terperinci

Medium Access Sublayer

Medium Access Sublayer Medium Access Sublayer Prolog Ketika kedua computer meletakkan sinyal di atas media transmisi secara bersamaan Terjadinya Collison Data yang Ditransmisikan akan hilang / rusak Solusinya adalah menyediakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 ANALISA DAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI NIRKABEL BERBASIS WIFI

Lebih terperinci

Ethernet. 4b-2. E t h e r n e t

Ethernet. 4b-2. E t h e r n e t Ethernet Ethernet Tahun 1985, IEEE membuat seri standard untuk Local Area Network (LAN) yang dikenal dengan IEEE 802 standards Salah satu dari IEEE 802 standards adalah IEEE 802.3, standard ini dikenal

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INFRASTRUKTUR LAYANAN VOICE OVER INTERNET PROTOKOL PADA PT. AJ CENTRAL ASIA RAYA. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

TUGAS AKHIR ANALISA INFRASTRUKTUR LAYANAN VOICE OVER INTERNET PROTOKOL PADA PT. AJ CENTRAL ASIA RAYA. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat TUGAS AKHIR ANALISA INFRASTRUKTUR LAYANAN VOICE OVER INTERNET PROTOKOL PADA PT. AJ CENTRAL ASIA RAYA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

MACAM-MACAM TOPOLOGI JARINGAN

MACAM-MACAM TOPOLOGI JARINGAN MACAM-MACAM TOPOLOGI JARINGAN Arsitektur topologi merupakan bentuk koneksi fisik untuk menghubungkan setiap node pada sebuah jaringan. Pada sistem LAN terdapat tiga topologi utama yang paling sering digunakan:

Lebih terperinci

Analisa Performansi WLAN Menggunakan Opnet

Analisa Performansi WLAN Menggunakan Opnet 5 Analisa Performansi WLAN Menggunakan Opnet Rusmi Ambarwati Abstract WLAN performance is highly dependent on environmental conditions such as number of clients, room conditions, and the availability of

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS HANDOFF JARINGAN UMTS DENGAN MODEL PENYISIPAN WLAN PADA PERBATASAN DUA BASE STATION UMTS

TUGAS AKHIR ANALISIS HANDOFF JARINGAN UMTS DENGAN MODEL PENYISIPAN WLAN PADA PERBATASAN DUA BASE STATION UMTS TUGAS AKHIR ANALISIS HANDOFF JARINGAN UMTS DENGAN MODEL PENYISIPAN WLAN PADA PERBATASAN DUA BASE STATION UMTS Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST.

Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST. Model OSI DAN TCP/IP PROTOKOL Konsep Dasar Komunikasi Data Konsep Protokol Jaringan OSI Model Enkapsulasi dan Dekapsulasi TCP/IP Model Protocol Suite TCP/IP Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST. Email

Lebih terperinci

WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM

WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM Mega Agustina Margareta megaagustinam@gmail.com Abstrak Sebuah Distribusi Wireless System (WDS) adalah sistem yang memungkinkan interkoneksi nirkabel jalur akses dalam jaringan

Lebih terperinci

MEKANISME KOMUNIKASI DATA GATEWAY MULTI-TERMINAL JARINGAN WIRELESS ADHOC UNTUK PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN NAVIGASI KAPAL NELAYAN

MEKANISME KOMUNIKASI DATA GATEWAY MULTI-TERMINAL JARINGAN WIRELESS ADHOC UNTUK PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN NAVIGASI KAPAL NELAYAN MEKANISME KOMUNIKASI DATA GATEWAY MULTI-TERMINAL JARINGAN WIRELESS ADHOC UNTUK PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN NAVIGASI KAPAL NELAYAN Ahmad Fuad 1,2, Achmad Affandi 1 1 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Komputer 2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer Dalam suatu tulisan yang dikutip dari sebuah buku menyatakan bahwa Jaringan- Kombinasi perangkat keras, perangkat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN KOS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN KOS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN KOS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Lebih terperinci

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan 1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan mengatasi problem yang terjadi dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

Yama Fresdian Dwi Saputro Pendahuluan. Lisensi Dokumen:

Yama Fresdian Dwi Saputro  Pendahuluan. Lisensi Dokumen: OSI LAYER Yama Fresdian Dwi Saputro fds.yama@gmail.com http://from-engineer.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

Perangkat Lunak Telekomunikasi PROTOCOL ALOHA

Perangkat Lunak Telekomunikasi PROTOCOL ALOHA PROTOCOL ALOHA I. ALOHA (Pure ALOHA) Pada tahun 1970-an, Norman Abramson dan rekan sejawatnya di Universitas Hawai membuat sebuah metode untuk menyelesaikan masalah alokasi saluran yang baru dan bak sekali.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

Komunikasi dan Jaringan

Komunikasi dan Jaringan Komunikasi dan Jaringan Kartika Firdausy - UAD Komunikasi Proses transfer data / instruksi / informasi antara dua atau lebih komputer atau perangkat lain Komunikasi komputer (computer communications) 1

Lebih terperinci

Lapisan OSI Dan Mcam-Macam Layer

Lapisan OSI Dan Mcam-Macam Layer Lapisan OSI Dan Mcam-Macam Layer Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for open networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERANCANGAN HOTSPOT (WIFI) DI AREA GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS XYZ

TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERANCANGAN HOTSPOT (WIFI) DI AREA GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS XYZ TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERANCANGAN HOTSPOT (WIFI) DI AREA GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS XYZ Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Jaringan Komputer 3.1.1 Pengertian Jaringan Komputer Jaringan komputer merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komputer dan perangkat lainnya. Jaringan komputer dirancang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ICT BRIDGE : MENGHUBUNGKAN ANTAR SISTEM JARINGAN SEJENIS

TUGAS AKHIR ICT BRIDGE : MENGHUBUNGKAN ANTAR SISTEM JARINGAN SEJENIS TUGAS AKHIR ICT BRIDGE : MENGHUBUNGKAN ANTAR SISTEM JARINGAN SEJENIS 20/Rheza Ariyanto/Tugas Akhir ICT. Bridge: Menghubungkan Antar Sistem Jaringan Sejenis/TKJ 1B POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MULTIPLE ACCESS. Budhi Irawan, S.Si, M.T

MULTIPLE ACCESS. Budhi Irawan, S.Si, M.T MULTIPLE ACCESS Budhi Irawan, S.Si, M.T Protokol Multiple Access Protokol Multiple Access digunakan untuk mengontrol giliran penggunaan LINK oleh user sehingga tidak ada user yang tersisih atau tidak mendapat

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network 5 BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu teknologi alternatif yang relatif murah dibandingkan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010 Pertemuan 3 Adalah : Suatu hubungan antara unsur-unsur penyusun jaringan komputer yaitu node, link dan station Atau Yang memperlihatkan hubungan jaringan atau sambungan antar komputer. Node : Titik suatu

Lebih terperinci

Gambar 1 : Simple Data Transfer

Gambar 1 : Simple Data Transfer Berikut ini adalah aliran data pada Internetwork. Gambar 1 : Simple Data Transfer Gambar diatas menunjukan transfer data secara sederhana dan gambar-gambar dibawah akan menjelaskan bagaimana data di proses

Lebih terperinci