BAB II LANDASAN TEORI. materi, mind mapping dan hubungan diantara mind mapping dengan pemahaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. materi, mind mapping dan hubungan diantara mind mapping dengan pemahaman"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan teori yang menjelaskan tentang pemahaman materi, mind mapping dan hubungan diantara mind mapping dengan pemahaman materi. A. PEMAHAMAN MATERI 1. Definisi Pemahaman Materi Pemahaman merupakan kemampuan membuat makna sendiri dari materi pelajaran seperti bahan bacaan dan penjelasan guru/dosen (Anderson & Krathwohl, 2001). Menurut dekleer dan Broen serta Gentner dan Gentner (Mayer, 1989), memahami materi berarti membangun suatu model mental dari sistem yang dideskripsikan di dalam teks/materi. Bloom (1956) menyebutkan pemahaman adalah mengerti akan makna, menguraikan konsep dengan kata sendiri. Paham akan suatu materi berarti individu mampu menghasilkan kesimpulan, menafsirkan, menguraikan dengan kata sendiri (parafrase), menerjemahkan, menjelaskan serta meringkas informasi (Bloom dalam Otero, dkk, 2002). Perbaikan (revisi) taksonomi Bloom yang dilakukan oleh Anderson pada tahun 1994 menyebabakan perubahan pemakaian kata pemahaman yakni kata comprehension menjadi kata understanding. Proses memahami (understanding) dinyatakan sebagai kemampuan individu untuk 13

2 14 mengartikan dan memaknai bahan pendidikan, seperti bahan bacaan dan penjelasan guru/dosen. Proses ini mencakup mengartikan dan memaknai sendiri, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman materi merupakan kemampuan individu untuk mengerti akan makna dan konsep dalam suatu materi serta mampu membuat kesimpulan dengan katakata sendiri (memparafrasekan materi). 2. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Materi Reed (2004) menyebutkan ada dua komponen penting yang mempengaruhi pemahaman materi, yaitu individu dan materi. a. Individu (prior knowledge of the reader) Pengetahuan yang dimiliki individu sebelumnya dan tujuan individu mempengaruhi bagaimana ia menentukan apa yang relevan, membuat dugaan, dan mengambil fakta yang tidak secara langsung ada dalam materi. Perspektif yang dimiliki individu juga sangat mempengaruhi jenis informasi yang akan diingat kembali oleh individu. Bransford dan Johnson menyatakan bahwa jika individu memahami sebuah materi dan kemudian berusaha untuk memikirkan ide dari materi tersebut dengan perspektif yang baru, individu tersebut akan dapat mengingat kembali ide yang tidak dapat mereka ingat kembali dengan perspektif yang lama. Snow (2002) menambahkan kapasitas, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman individu juga mempengaruhi pemahamannya akan materi.

3 15 Kapasitas kognitif (seperti atensi, memori, kemampuan analisa kritis, visualiasasi), motivasi (ketertarikan akan materi dan self-efficacy), dan beragam pengetahuan individu (pengetahuan akan topik materi, pengetahuan linguistik dan pengetahuan akan strategi untuk memahami) juga merupakan karakteristik dalam diri individu yang turut mempengaruhi proses pemahaman materi. b. Organisasi dari teks/materi Fitur teks atau wacana memiliki dampak yang besar terhadap pemahaman. Pemahaman tidak terjadi hanya dengan penggalian makna secara sederhana dari materi teks. Teks atau wacana bisa sulit atau mudah, tergantung pada faktor-faktor yang melekat dalam teks, pada hubungan antara teks dan pengetahuan dan kemampuan individu, dan pada kegiatan saat memahami materi teks. Kosakata dalam materi teks dan struktur linguistik di dalamnya, serta gaya wacana juga berinteraksi dengan pengetahuan individu. Ketika banyak faktor dari materi teks tidak cocok dengan pengetahuan dan pengalaman individu, maka materi teks akan menjadi sulit untuk dipahami. Materi teks dapat dimengerti dengan model proposisi. Proposisi merupakan ide-ide penting atau bermakna dari suatu materi teks yang disusun ke dalam suatu bentuk jaringan (network) yang sama dengan jaringan semantik (semantic network). Jaringan semantik ini terdiri dari konsep-konsep yang tergabung dengan konsep lainnya oleh jaringan (link) yang secara khusus menghubungkan keseluruhan konsep tersebut.

4 16 Jaringan semantik ditunjukkan melalui diagram yang berisi konsep-konsep yang disebut lingkaran (nodes) dan garis yang menghubungkan kedua konsep disebut jaring (link). Jaringan semantik digunakan sebagai salah satu cara untuk mengorganisasikan informasi ke dalam bentuk hierarki. Hubungan hierarki dalam suatu jaringan semantik terdiri dari dua jenis, yaitu bagian (part) dan tipe. Part digambarkan dengan konsep kecil yang menjadi bagian dari konsep utama, sedangkan tipe digambarkan dengan konsep-konsep kecil dari part. Oleh sebab itu hierarki digambarkan dari konsep umum ke dalam suatu konsep khusus. Snow (2002) menambahkan komponen lain yang berpengaruh dalam pemahaman, yaitu aktivitas individu. Aktivitas dalam pemahaman mengacu pada dimensi dari proses membaca. Sebelum membaca dan mendapatkan pemahaman akan materi teks, individu memiliki tujuan yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Tujuan ini dipengaruhi oleh variabel motivasi yang meliputi minat dan pengetahuan individu sebelumnya (prior knowledge). Pengetahuan individu dan proses aplikasi digambarkan sebagai konsekuensi langsung dari aktivitas memahami materi teks. 3. Indikator Pemahaman Materi Bloom (1956) menyebutkan ada tiga jenis perilaku yang menunjukkan pemahaman. Yang pertama adalah translation yang berarti bahwa seseorang mampu menempatkan komunikasi ke dalam bahasa lain, atau ke dalam bentuk komunikasi lain. Perilaku yang kedua adalah interpretation yang

5 17 melibatkan komunikasi sebagai suatu konfigurasi ide yang memerlukan pemahaman kembali menjadi ide baru dalam pikiran individu. Dalam interpretasi ini melibatkan pemikiran tentang ide-ide penting, hubungan antar ide dan relevansinya dengan komunikasi tersirat maupun komunikasi aslinya. Perilaku yang ketiga dalam pemahaman adalah extrapolation. Dalam ekstrapolasi meliputi pembuatan estimasi atau perkiraan yang didasarkan pada pemahaman tentang tren, tendensi, atau kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi. Revisi yang dilakukan Anderson & Krathwohl (2001) menyebutkan bahwa individu dikatakan memahami materi ketika individu tersebut mampu membuat makna dari pesan instruksional termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan grafis, serta materi yang disajikan saat kuliah, buku, atau melalui komputer. Individu memahami materi ketika ia mampu membentuk hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki. Hal ini mengacu pada mendapatkan pengetahuan yang diintegrasikan dengan skema dan kerangka kognisi individu. Proses kognisi yang terjadi dalam proses pemahaman ini meliputi menginterpretasi (interpretating), mencontohkan (exemplifying), mengklasifikasi (classifying), meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). 1) Interpretasi (yang disebut juga dengan mengklarifikasi, memparafrase, merepresentasi atau mentranslasi) terjadi ketika individu mampu mengubah satu informasi ke dalam bentuk representasi lainnya.

6 18 2) Membuat contoh (yang disebut juga dengan mengilustrasikan) terjadi ketika individu mampu menemukan contoh yang spesifik atau konsep umum dari materi. Cara menilai kemampuan ini dengan menanyakan pada individu untuk menemukan contoh baru (dengan makna baru yang tidak terdapat dalam buku atau tidak digunakan di kelas). 3) Klasifikasi atau disebut juga dengan pengkategorisasian atau penggolongan terjadi ketika individu mampu menentukan sesuatu termasuk ke dalam kategori tertentu. 4) Meringkas atau membuat abstrak dan mengeneralisasi termasuk dalam proses kognisi yang keempat yang terjadi ketika individu mampu menghasilkan pernyataan singkat yang menggambarkan informasi secara umum. 5) Menyimpulkan, meliputi mampu menggambarkan kesimpulan yang logis dari informasi yang disampaikan. 6) Membandingkan (membuat kontras, memetakan atau mencocokkan) terjadi ketika individu mampu mendeteksi kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, ide, masalah atau situasi. Dalam penelitian sosial misalnya individu mampu memahami kejadian bersejarah yang dibandingkan dengan situasi familiar. 7) Proses kognisi yang terakhir untuk mengetahui apakah seseorang memahami materi yaitu individu mampu menjelaskan atau membuat penjelasan, yang terjadi ketika individu secara mental mampu membuat

7 19 konstruk dan menggunakan model sebab akibat dari suatu sistem atau rangkaian informasi yang ada. 4. Model Situasi dalam Pemahaman Memahami materi membutuhkan perkembangan representasi mental yang koheren. Representasi mental ini biasa disebut model situasi atau situation model (Van Dijk & Kintsch, 1983), atau mental model (Johnson- Laird, 1983) yang merupakan hasil interaksi antara pengetahuan awal individu dan informasi/organisasi materi (dalam Tapeiro, 2007). Model situasi didefinisikan sebagai representasi kognitif dari peristiwa, perilaku, individu, dan situasi umum yang muncul dalam suatu teks/materi. Definisi ini tidak hanya menyiratkan sifat individu atau faktor linguistik yang dimiliki individu, tetapi juga memahami hubungan antara fakta yang dideskripsikan dalam suatu teks/materi. Model situasi dibentuk dengan mengkombinasikan prior knowledge individu dengan informasi dalam materi untuk menghasilkan pemahaman yang lebih elaboratif terhadap materi. 5. Strategi untuk Meningkatkan Pemahaman Adler (2003) mengungkapkan ada beberapa langkah yang dapat digunakan individu untuk membantu proses pemahaman terhadap materi. Langkah-langkah ini disebut juga sebagai strategi pemahaman yang dibuat secara sadar oleh individu dan direncanakan agar dapat membantu pemahaman.

8 20 Berikut beberapa strategi untuk meningkatkan pemahaman materi: 1. Memonitor pemahaman Individu harus mampu memantau materi yang telah mereka pahami dan tidak. Individu bisa menggunakan strategi fix-up untuk memantau pemahaman mereka. Fix-up merupakan strategi untuk menyelesaikan masalah terhadap pemahaman, dengan cara: a. Membuat hubungan antara materi teks dengan kehidupan dan pengetahuan individu serta materi teks lain yang telah dipelajari b. Membuat prediksi c. Berhenti memikirkan apa yang telah dibaca d. Menuliskan kembali apa yang telah dibaca e. Membuat pertanyaan dan menjawab sendiri pertanyaan tersebut f. Membaca ulang materi 2. Metakognisi Metakognisi didefinisikan sebagai proses memikirkan apa yang sedang dipikirkan. Strategi metakognisi digunakan untuk memikirkan dan mengontrol materi yang ingin dipahami. Guna mengontrol pemahaman, individu harus mengetahui tujuan dari membaca dan membahas ulang materi, menyesuaikan kecepatan membaca dan melakukan fix up. Cara yang dapat digunakan dalam metakognisi antara lain: a. Mengidentifikasi bagian materi yang sulit b. Mengidentifikasi apa kesulitannya c. Mengganti kalimat atau bagian yang sulit dengan kata-kata sendiri

9 21 d. Melihat kembali pada materi sebelumnya e. Mencari informasi-informasi dalam materi yang bisa memecahkan hal yang sulit 3. Menggunakan graphic organizers dan semantic organizers Graphic organizers menggambarkan konsep dan hubungan diantara konsep-konsep dalam teks, menggunakan diagram atau perangkat bergambar lainnya. Graphic organizers ini dikenal dengan nama lain seperti perta, jaring, grafik, chart, frames, atau pengelompokan (cluster). Sedangkan semantic organizers (yang disebut juga sebagai jaringan semantik) adalah graphic organizers yang terlihat seperti jaring laba-laba. Dalam jaringan semantik, garis menghubungkan konsep utama ke ide dan konsep lainnya. Graphic organizers dapat membantu individu untuk fokus terhadap struktur materi, membantu menganalisa hubungan diantara konsep materi dan membantu individu untuk mengorganisasikan ringkasan atau catatan materi dengan baik. Bentuk dari graphic organizers antara lain story map, concept map dan mind map. 4. Membuat dan menjawab pertanyaan Pembuatan pertanyaan dan menjawabnya dapat membantu individu untuk memahami hubungan antara pertanyaan dan jawaban. Individu harus mampu menjawab pertanyaan yang langsung terdapat dalam materi maupun tersirat dalam materi.

10 22 5. Mengeluarkan pertanyaan Dengan mengeluarkan pertanyaan, individu belajar menemukan ide pokok yang menjadi informasi penting dalam materi. 6. Mengenali struktur cerita Struktur cerita merujuk pada cara isi dan peristiwa cerita diatur dalam plot. Individu yang mampu mengenali struktur cerita akan memiliki pemahaman dan ingatan yang kuat akan cerita. 7. Membuat ringkasan Ringkasan merupakan sintesis dari ide-ide penting dalam materi teks. Pembuatan ringkasan mengharuskan individu untuk menentukan apa yang penting dalam materi dan untuk menyingkatnya individu harus menggunakan kata-kata mereka sendiri. B. MIND MAPPING 1. Definisi Mind Mapping Mind map adalah sebuah grafik, metode penyimpanan, pengaturan informasi berbentuk networked (jaringan) yang menggunakan kata kunci dan gambar, dan akan menyimpan ingatan secara spesifik serta mendorong pemikiran dan ide baru. Setiap kata kunci dalam sebuah mind map merupakan fakta, ide dan informasi yang juga dapat membuka dan melepaskan potensi yang sebenarnya dari pikiran seseorang. Mind mapping juga merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiranpikiran individu (Buzan, 2007).

11 23 Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dengan menempatkan informasi dalam ruang yang mudah digunakan saat perlu dan mengambil informasi ke luar otak. Mind map dapat dianalogikan dengan peta kota. Pusat mind map mirip dengan pusat kota, yang mewakili ide terpenting. Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran. Jalan-jalan sekunder mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Sementara itu, gambargambar atau bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area atau ide menarik tertentu. Mind mapping dapat dibuat dengan menggunakan tulisan tangan dengan mengkombinasikan warna, gambar juga cabang-cabang melengkung sesuai yang diinginkan, sehingga membuat mind map menjadi tidak bosan untuk dilihat secara visual. Mind mapping dirancang berdasarkan bagaimana otak memproses informasi. Otak mengambil informasi dari berbagai tanda, baik itu gambar, bunyi, aroma, pikiran, maupun perasaan. Saat mengingat informasi, otak biasanya melakukannya dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, perasaan dan lain-lain. Mind map menirukan cara kerja otak tersebut. Mind map merekam seluruh informasi melalui simbol, gambar, garis, kata, dan warna. Catatan yang dihasilkan menggambarkan pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di tengah dan subtopik dengan rinciannya diletakkan pada cabang-cabangnya. Oleh karena itu, catatan dalam bentuk mind map memungkinkan otak memahami ulang gagasan dalam wacana secara utuh dan menyeluruh. Lebih lanjut mengenai studi tentang otak, otak

12 24 kita seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar-gambar, simbolsimbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Karena mind mapping melibatkan kedua belah otak, maka penggunanya dapat mengingat informasi lebih mudah. Inilah pendekatan keseluruhan otak yang dapat membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan pendekatan citra visual dan perangkat grafis lainnya, mind map akan memberikan kesan yang lebih mendalam. 2. Fungsi Mind Mapping Buzan (2007) menyatakan bahwa mind mapping dapat membantu individu dalam banyak hal. Fungsi mind mapping antara lain merencanakan, berkomunikasi, menjadikan individu lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran, mengingat dengan lebih baik, serta belajar menjadi lebih cepat dan efisien. Selanjutnya menurut Michael Michalko dalam buku Cracking Creativity (dalam Buzan, 2007), mind mapping berguna dalam hal: a. Mengaktifkan seluruh otak b. Membereskan pikiran dari kekusutan mental c. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan d. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah e. Memberi gambaran yang jelas secara keseluruhan dan terperinci

13 25 f. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, serta membantu kita membandingkannya g. Membantu kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang 3. Perbedaan Mind Mapping sebagai Pencatatan Non-linear dan Pencatatan Linear Pencatatan biasa (linear) merupakan tehnik mencatat yang paling sering digunakan dibandingkan dengan pencatatan nonlinear. Pencatatan linear ini adalah tehnik mencatat dengan menuliskan kembali informasi baris demi baris sama seperti yang disampaikan oleh dosen atau yang tertulis di buku. Sementara itu pencatatan non linear tidak hanya menuliskan informasi baris demi baris akan tetapi membuat informasi ke dalam grafik dan menggunakan kata-kata kunci, gambar, angka, simbol dan warna. Mind mapping sebagai sebuah metode mencatat dapat dikategorikan ke dalam bentuk pencatatan non linear. Pencatatan linear memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan pencatatan non linear. Berikut kelemahan dari metode pencatatan linear tersebut, antara lain: a. Hanya menggunakan kata-kata yang disusun dengan urutan logis, tanpa warna, tanpa gambar, dan tidak memanfaatkan kreativitas b. Terlalu banyak pemakaian kata-kata sehingga sulit dihafal dan membutuhkan waktu yang panjang untuk menemukan kata kunci

14 26 c. Membosankan karena hanya berbentu kata-kata yang panjang Berbeda dengan pencatatan linear yang kurang sistematis, maka berikut beberapa kelebihan mind mapping dibandingkan dengan pencatatan biasa (linear) antara lain: 1) Ide utama menjadi lebih jelas 2) Setiap ide penting menjadi jelas teridentifikasi 3) Ide penting dalam mind map mudah dikenali 4) Hubungan diantara setiap konsep kunci mudah diidentifikasi yang dapat mendorong hubungan ide dan konsep dalam mind map serta meningkatkan ingatan 5) Ringkasan informasi menjadi lebih efektif dan cepat 6) Struktur mind map memungkinkan untuk menambah konsep lain dengan mudah 7) Pembuatan mind map membuat penggunanya kreatif karena setiap mind map memiliki kreasi unik yang akan meningkatkan ingatan Oleh karena itu, mind mapping juga dapat ditambah dan diperkaya dengan penggunaan warna, gambar, kode dan dimensi yang menarik, indah dan tergantung pada masing-masing individu. Dengan menggunakan warna, gambar dan kode membuat pengguna mind map menjadi lebih kreatif, serta meningkatkan memori dan terutama dalam mengingat kembali informasi penting.

15 27 4. Metode Pencatatan Mind Map sebagai sebuah Perangkat Memori dan Strategi Kognitif Multi Dimensional Teknik mnemonic menggunakan imaginasi dan asosiasi untuk menghasilkan image baru dan mudah diingat. Mnemonic merupakan strategi mental yang didesain untuk meningkatkan ingatan (Hunter dalam Matlin, 2009). Penggunaan teknik mnemonic menekankan imaginasi yang merepresentasikan objek yang tidak tampak secara fisik atau yang sebenarnya tidak terjadi. Dalam mnemonic digunakan visual imagery yang merupakan suatu strategi yang dapat meningkatkan ingatan (Matlin, 2009). Dalam mempelajari materi, individu cenderung lebih mudah mengingat ketika diberikan bentuk pencitraan visual (Reed, 2004). Pencitraan visual (visual imagery) menciptakan suatu kode memori yang efektif seperti gambar dimana individu biasanya lebih mudah mengingat gambar daripada mengingat kata atau kalimat. Seperti halnya imaginasi dan asosiasi dalam teknik mnemonic, metode pencatatan mind map mengkombinasikan seluruh kemampuan kortikal otak untuk menciptakan perangkat memori multi dimensional yang hebat. Multi dimensional berarti tidak hanya menggunakan satu atau dua dimensi saja, tetapi mind mapping memungkinkan penggunanya untuk menciptakan internal, radian, dan tiga dimensi yang menggunakan asosiasi, warna dan waktu. Mind mapping tidak hanya menggunakan satu bentuk dari teknik mnemonic seperti imagery atau visual, akan tetapi juga menggunakan teknik mnemonic lainnya yaitu teknik hierarchy untuk mengorganisasikan

16 28 materi. Hierarki ini merupakan sebuah sistem dimana aitem-aitem diatur dalam sebuah kelas, yang dimulai dari hal paling umum menjadi hal yang spesifik (Matlin, 2009). C. PENGARUH MIND MAPPING TERHADAP PEMAHAMAN MATERI MAHASISWA Pemahaman terhadap materi merupakan proses simultan dalam menggali dan membangun makna melalui interaksi dan keterlibatan dengan bahasa tulisan (Snow, 2002). Memahami materi di perkuliahan sangat penting dalam menunjang keberhasilan mahasiswa sehingga mahasiswa harus memiliki strategi yang baik dalam mencapai pemahaman yang dibutuhkan. Interaksi antara individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi pemahaman, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan (Burrel & Morgan dalam D Antoni, 2009). Oleh sebab itu, memahami suatu materi tidak terlepas dari kegiatan individu saat memahami materi teks (Reed, 2004)., Berbagai kegiatan serta metode digunakan individu untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi perkuliahan, dan salah satunya adalah dengan membuat catatan (Krathwol, 2002). Sebagai salah satu bentuk strategi kognitif, membuat catatan atau ringkasan dari pelajaran maupun teks akan membantu pembelajaran (Kiewra dalam Santrock, 2004). Catatan berupa ringkasan materi yang ditulis mahasiswa dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman dan ingatan mereka akan materi yang dipelajari. Robinson dkk (2006) menambahkan pula bahwa mahasiswa yang membuat catatan

17 29 memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak membuat catatan, karena saat mencatat mahasiswa akan memberikan perhatian mereka untuk mengumpulkan informasi dan menghabiskan tambahan waktu untuk memaknai pesan dalam suatu materi. Pembuatan catatan memungkinkan individu untuk mengembangkan pemahaman yang lebih terhadap topik perkuliahan sebab individu akan menangkap poin kunci topik perkuliahan ke dalam kata-kata sendiri (Hannah, 2011). Ringkasan atau catatan ini juga menjadi alat yang baik untuk menjawab pertanyaan serta mengingat kembali informasi setelah beberapa waktu mempelajari suatu materi. Pembuatan catatan dapat membantu mahasiswa untuk membandingkan informasi penting dari materi dengan pengalaman atau pengetahuan personal mereka (Klingner dkk dalam O Connor & Vadasy, 2011). Oyzon & Olmos (2009) menambahkan pembuatan catatan merupakan kemampuan yang fundamental dan dapat mempengaruhi skor tes di sekolah, sehingga siswa harus mencari metode pencatatan yang tepat agar lebih efektif dan efisien. Catatan yang efektif adalah catatan yang dapat menghemat waktu, dapat membantu menyimpan informasi dan mengingatnya kembali jika diperlukan. Catatan efektif juga akan membantu individu dalam proses pembelajaran. Hannah (2011) menambahkan bahwa catatan yang baik melibatkan proses menganalisis dan mengorganisasikan informasi untuk membangun pemahaman yang lebih baik dari subjek, sehingga dapat membantu proses belajar dan mengingat kembali informasi di masa mendatang. Sehubungan

18 30 dengan pentingnya membuat catatan yang efektif, maka pembuatan catatan berbentuk grafik maupun peta seperti mind mapping dapat menjadi metode pencatatan yang baik dan efektif, khususnya berguna dalam meringkas sejumlah informasi (Wickramasinghe dkk, 2012). Mind mapping sebagai salah satu bentuk pencatatan berbentuk grafik merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi kinerja otak (Buzan, 2007). Penelitian untuk menguji penggunaan mind mapping terhadap proses pembelajaran ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Zulaiha (2010). Penelitian ini dilakukan dalam bentuk tindakan kelas dengan dua siklus pembelajaran. Penelitian ini melibatkan siswa kelas XI IPA I MAN Yogyakarta untuk tahun ajaran 2009/2010. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji penggunaan metode mind mapping terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar biologi siswa pada materi sistem peredaran darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mind map dapat meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan nilai prestasi belajar biologi siswa. Manfaat lainnya dari penggunaan mind mapping adalah mind map dengan cepat, jelas, dan akurat menunjukkan hubungan antara ide-ide atau informasi. Mind mapping membantu untuk berpikir dari umum ke khusus. Penggunaan kata-kata kunci membuat individu dapat menyingkat subjek besar menjadi daerah kecil di mind map, sehingga individu dapat meninjau lebih cepat dengan melihat kata-

19 31 kata kunci pada mind map dibandingkan dengan membaca catatan yang ditulis kata demi kata (Toft dan Mancina, 2011). Efektifnya penggunaan mind mapping dalam proses pembelajaran juga terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Imaduddin (2012). Penelitian ini melibatkan 34 orang siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta dan bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode mind mapping untuk meningkatkan prestasi belajar fisika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode mind mapping berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Farrand dkk (2002) menambahkan pula bahwa mind mapping dapat memfasilitasi tercapainya pemahaman konseptual dari sejumlah informasi yang ada serta dapat mengintegrasikan konsep-konsep tersebut secara bersama-sama. D. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh mind mapping terhadap pemahaman materi ajar Psikologi Umum I pada mahasiswa Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam perkuliahan terjadi aktivitas belajar-mengajar serta penyebaran informasi antara dosen dengan mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Efektivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. University Press (2014), ingatan adalah kemampuan pikiran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. University Press (2014), ingatan adalah kemampuan pikiran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Mengingat 1. Defenisi Ingatan Menurut Matlin (2005), ingatan adalah proses untuk mempertahankan informasi dalam kurun waktu tertentu. Menurut Oxford University Press

Lebih terperinci

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd Mind Mapping Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 1. Hakikat Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak yang menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Defenisi Operasional Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya defenisi operasional mengenai istilah-istilah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terabaikan demikian pula sebaliknya. Merosotnya kualitas pendidikan. para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya

I. PENDAHULUAN. terabaikan demikian pula sebaliknya. Merosotnya kualitas pendidikan. para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Kedua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Mind Mapping Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ulih dalam Slameto (2003:65)

Lebih terperinci

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING Suhel Madyono Universitas Negeri Malang Alamat: Tunjung, Udanawu, Blitar, HP: 085733311038 e-mail: suhel.madyono.fip@um.ac.id Abstrak: Metode pembelajaran di SD

Lebih terperinci

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA Rasional Pengajaran membaca dalam bahasa, termasuk dalam bahasa Sunda, kini telah berkembang. Namun khususnya dalam pengajaran membaca, hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan landasan utama dalam menciptakan generasi bangsa yang cerdas, bermoral, mampu mengikuti perkembangan teknologi dunia, dan memiliki kecakapan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia lahir dengan segala potensi yang dimiliki, termasuk potensi pikiran. Namun, pada praktik pembelajaran, penggunaannya masih jauh dari optimal. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narasi sebenarnya merupakan karangan yang mudah ditulis oleh siswa karena karangan ini dikembangkan melalui kegemaran siswa dalam mendengarkan cerita atau bercerita.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diwariskan. Tanpa belajar individu akan kesulitan dalam. juga tidak boleh membiarkan proses belajar terjadi begitu saja.

BAB I PENDAHULUAN. yang diwariskan. Tanpa belajar individu akan kesulitan dalam. juga tidak boleh membiarkan proses belajar terjadi begitu saja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu tidak akan terlepas dari proses belajar dimulai dari awal kehidupannya. Belajar (learning) merupakan proses yang sedeharna yang dialami oleh individu namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) H. Abdul Rojak 1 1. Guru SMP Negeri 3 Kota Cirebon Abstrak Model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab 1 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oman Farhurohman 35 Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oleh: Oman Farhurohman 1 Abstrak Upaya dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran, seyogyanya ketika proses pembelajaran

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran Geografi di sekolah meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan Geografi (geographical knowledge), keterampilan Geografi (geographical skills) dan sikap

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 Skripsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses

I. PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Pendidikan di sekolah terselenggara dengan melibatkan guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun pekerjaan. Manusia senantiasa menggunakan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SMP. Seorang guru SMP yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui dan memahami

Lebih terperinci

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar berbahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Seseorang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal dalam proses berkomunikasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor salah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan nasional menghadapi berbagai permasalahan, yang salah satunya adalah masalah peningkatan kualitas. Kualitas pendidikan ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini yang dikenal dengan era globalisasi dan teknologi informasi, adalah merupakan fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi perubahan yang sangat

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Hadijah, H.K Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

3/30/2010 Rustaman file 1

3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 2 MATERI PERKULIAHAN Pertemuan 3 Prosedur dan Alat Penilaian: Ranah 17 09-2009 kognitif (C1-C6) relevansi dengan tujuan pembelajaran Pertemuan 4 Perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Memasuki era globalisasi, bahasa Inggris telah banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini berisi tentang beberapa pendapat para ahli mengenai pembelajaran IPA, metode pembelajaran mind mapping, hasil belajar, penerapan mind mapping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Lingkungan sebagai salah satu sains merupakan sebuah proses dan produk. Proses yang dimaksud disini adalah proses melalui kerja ilmiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya zaman pembelajaran di dunia pendidikanpun semakin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja (Bahaudin, 1999:53). Mind map adalah teknik

Lebih terperinci

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengajaran membaca pemahaman merupakan salah satu aspek pokok dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam kegiatan membaca siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pengembangan diri suatu individu tak lepas dari peran pendidikan. Pengembangan yang dilakukan tidak terbelenggu pada ranah kognitif saja, namun juga

Lebih terperinci

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE PETA ALUR PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Dewi Ekowati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eidelweis Dewi Jannati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eidelweis Dewi Jannati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling kompleks membutuhkan ingatan. Salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling kompleks membutuhkan ingatan. Salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas keseharian manusia dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks membutuhkan ingatan. Salah satu aktivitas manusia yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan penting dari kegiatan pembelajaran adalah memberdayakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan

Lebih terperinci

Pertemuan 12. Materi 1: Peta Konsep

Pertemuan 12. Materi 1: Peta Konsep Pertemuan 12 Materi 1: Peta Konsep Peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi. Strategi organisasi bertujuan membantu pembelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan organisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang inovatif dan variatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Level-level Inquiry National Science Education Standard menyatakan bahwa inquiry pada siswa didefinisikan sebagai...the

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS Fadlan Abdul Jabar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: fadlan_gebyog@yahoo.com

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan mendidik yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar peserta didik yang memiliki suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang artinya merencanakan suatu proses pembelajaran yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga terciptalah masyarakat membaca (reading society). Masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga terciptalah masyarakat membaca (reading society). Masyarakat yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya membaca merupakan prasyarat dan sekaligus merupakan ciri kemajuan suatu masyarakat atau bangsa. Masyarakat atau bangsa yang maju menempatkan kebiasaan membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Fisika memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains dan teknologi yang dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang berpotensi dan berkompetensi. Melalui pendidikan individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumit, sulit dipahami dan membosankan, tiga kata yang menjadi gambaran betapa pelajaran fisika kurang disukai oleh siswa pada umumnya. Pemahaman konsep, penafsiran grafik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai

Lebih terperinci

10/27/2010. Mind Mapping

10/27/2010. Mind Mapping Mind Mapping Cara Kerja Memori 1 PERHATIAN PENGULANGAN MINDMAPPING alat yang membantu otak berpikir secara teratur 2 Mind Map Membantu : Menjadi lebih kreatif Menghemat waktu Berkonsentrasi Mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun bagi sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika bagi sebagian kecil siswa merupakan mata pelajaran yang paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun bagi sebagian besar siswa yang lain, matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran Sejarah di SMA/MA adalah mata pelajaran yang mengkaji tentang perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat baik di Indonesia maupun di luar Indonesia dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Kesuksesan individu sangat ditentukan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI ISSN 5-73X PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI BINJAI Benni Aziz Jurusan Pendidikan Fisika Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak sistem domain name (.com,.org,.gov,.edu, dan lain-lain) diperkenalkan pada tahun 1984, dan pesatnya pertumbuhan transaksi secara online sejak setelah tahun 2000,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Beberapa permasalahan yang ada pada dunia pendidikan menjadikan alasan yang mendasari penelitian ini. Pendahuluan ini akan membahas latar belakang masalah yang mendasari dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, menurut Pradja. AL (2008, hlm. 24) menyatakan bahwa: (Praja, 2008) Pendidikan merupakan usaha agar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dikaitkan dengan praktek pembelajaran. Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah aktifitas pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dikaitkan dengan praktek pembelajaran. Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah aktifitas pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia selalu mengalami penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan suatu produk atau hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG ELASTISITAS DI KELAS XI SMA Diana Puspitasari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER dianapuspitasari0911@gmail.com Sri Handono Budi Prastowo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang standart lulusan dalam Dimensi Pengetahuan menyebutkan bahwa siswa harus memiliki pengetahuan faktual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah demokratisasi penyelenggaraan pendidikan yang memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. adalah demokratisasi penyelenggaraan pendidikan yang memperkuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perubahan dan pengembangan teori-teori pembelajaran sangat cepat dan sangat produktif, sehingga pembaharuan pendidikan sudah mengalami percepatan siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Penilaian Proses dan Hasil Belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Oleh: Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd. FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001) Taksonomi Bloom C1 (Pengetahuan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini umumnya bertujuan untuk membuat pencandraan atau gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA

BAB II KAMAN PUSTAKA BAB II KAMAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Peta Pikir dan Peta Konsep dengan Kemampuan Generik Peta Pikir atau Mind Mapping merupakan teknik pencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Mas ud Zein dan Darto, pemahaman ( comprehension ) adalah kemampuan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Mas ud Zein dan Darto, pemahaman ( comprehension ) adalah kemampuan 11 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pemahaman Konsep Matematis Salah satu kemampuan yang dievaluasi dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan pemahaman konsep matematika. Menurut Mas ud Zein dan Darto, pemahaman

Lebih terperinci