UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2 24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ELIS APRIYANTI, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2 24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ELIS APRIYANTI, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

3

4 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Elis Apriyanti, S. Farm. NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 13 Januari 2014

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Drs. Bosar Pardede, M. Si., Apt., selaku pembimbing dan Kasubdit Penyuluhan Produk dan Bahan berbahaya yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama menjalankan dan menyusun laporan PKPA. 2. Dr. Berna Elya, M. Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA. 3. Ir. Roy A. Sparringa, M. App. Sc., Ph. D, selaku Kepala Badan POM RI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Badan POM RI. 4. Drs. Mustofa, Apt., M. Kes., selaku Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. 5. Dr. Mahdi Jufri, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 6. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M. S., Apt., selaku Pj.S. Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 8. Seluruh kepala subdit, kepala seksi, dan staf di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbaya atas kerja sama dan bantuan selama penulis melaksanakan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA.

6 9. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. 10. Keluarga penulis, mama, kakak, dan adik atas dukungan, motivasi, dan perhatian yang diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA. 11. Teman-teman PKPA di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, dan Universitas 17 Agustus 1945 Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2014

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Elis Apriyanti, S. Farm. NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2 24 SEPTEMBER 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 13 Januari 2014 Yang menyatakan (Elis Apriyanti, S. Farm.)

8 ABSTRAK Nama : Elis Apriyanti, S. Farm. NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Periode 2 24 September 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia bertujuan untuk memahami tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, memahami kegiatan di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya dan memahami peran apoteker di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Di samping itu, terdapat tugas khusus yang berjudul Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Tujuan dari tugas khusus adalah untuk mengetahui dan mengkaji implementasi Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan yang dilaksanakan mulai dari April sampai dengan September Kata kunci : Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, bahan berbahaya, pasar aman dari bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan Tugas umum : xi + 43 halaman; 9 lampiran Tugas khusus : iv + 18 halaman; 2 gambar; 4 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 15 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 ( )

9 ABSTRACT Name : Elis Apriyanti, S. Farm. NPM : Program Study : Apothecary profession Title : Pharmacist Internship Program at Directorate of Products and Hazardous Materials, National Institution of Drug and Food Control Republic of Indonesia Period September 2nd September 24th 2013 Pharmacists Professional Practice at Directorate of Products and Hazardous Materials, National Institution of Drug and Food Control Republic of Indonesia aims to understand the duties and functions of National Institution of Drug and Food Control Republic of Indonesia, to understand the activities of Directorate of Products and Hazardous Materials, and to understand the roles of pharmacist of Directorate of Products and Hazardous Materials. Beside that, there is specific assignment titled Safety Market from Hazardous Material Abused in Food. While the purpose of the specific assignment to knowing and assessing the implementation of Pasar Safety Market from Hazardous Material Abused in Food Program that held on April until September Keywords : Directorate of Products and Hazardous Materials, National Institution of Drug and Food Control Republic of Indonesia, hazardous materials, Safety Market from Hazardous Material Abused in Food Program General Assignment : xi + 43 pages; 9 appendices Specific Assignment : iv + 18 pages, 2 pictures, 2 appendices Bibliography of General Assignment: 15 ( ) Bibliography of Specific Assignment: 7 ( )

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR LAMPIRAN... xi 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM BADAN POM RI Kedudukan Visi dan Misi Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Budaya Organisasi Prinsip Dasar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) Kerangka Konsep Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) Kebijakan dan Strategi Target Kinerja Struktur Organisasi TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA Tugas Pokok Fungsi Struktur Organisasi Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya PEMBAHASAN Indikator Kinerja Utama (IKU) Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN... 44

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan POM RI...44 Lampiran 2. Struktur Organisasi Kedeputian III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Lampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Lampiran 4. Peraturan-peraturan Internasional tentang Bioplastik Lampiran 5. Alur Permohonan dan Penerbitan SKE Kemasan Pangan Lampiran 6. Alur Konsultasi dalam Rangka Permohonan Penerbitan SKE Kemasan Pangan Lampiran 7. Naskah Talkshow di Radio Lampiran 8. Naskah Spot Iklan di Radio Lampiran 9. Leaflet tentang Bahan Berbahaya... 54

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi industri di dunia, termasuk Indonesia semakin pesat, baik di bidang industri farmasi, pangan, kosmetika maupun alat kesehatan. Hal tersebut menyebabkan produksi dan distribusi produk tersebut semakin meningkat dan menyeluruh ke berbagai lapisan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Penetrasi produk tersebut ke berbagai lapisan masyarakat didukung oleh kemajuan teknologi transportasi, informasi, dan semakin menipisnya entry barrier pada era globalisasi dalam sistem perdagangan internasional. Kemajuan di bidang transportasi sangat memungkinkan produk-produk tersebut terdistribusi secara luas dalam waktu singkat dan kemajuan teknologi informasi dapat pula menyebarkan informasi secara luas dan cepat. Informasi yang diterima masyarakat melalui iklan di berbagai media sering kali tidak rasional. Kondisi tersebut secara umum belum diimbangi oleh pengetahuan masyarakat dalam memilih dan menggunakan produk-produk tersebut secara aman dan tepat (Badan POM RI, 2013a). Untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat dan makanan yang merugikan kesehatan, maka diperlukan suatu institusi pemerintahan yang memiliki sistem pengawasan obat dan makanan yang kuat, kredibilitas, dan profesionalisme yang tinggi serta memiliki kewenangan dalam penegakan hukum. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 166 Tahun Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2001 yang kemudian diubah menjadi Peraturan Presiden RI No. 3 tahun 2013, Badan POM RI ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab kepada Presiden RI dan dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan RI. Kemajuan teknologi industri terutama di bidang pangan berkembang pesat. Para produsen semakin gencar memproduksi pangan yang menarik, baik dari segi rasa maupun penampilan. Untuk menghasilkan tampilan yang menarik, tidak menutup kemungkinan bagi produsen, terutama Pangan Industri Rumah Tangga

13 Pangan (PIRT) yang menggunakan bahan berbahaya yang disalahgunakan sebagai bahan tambahan pangan (Direktorat Standardisasi Produk Pangan, 2012). Oleh karena itu, untuk melindungi masyarakat dari peredaran bahan yang berbahaya yang disalahgunakan pada pangan, maka Badan POM RI membentuk suatu direktorat yang menangani masalah tersebut. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI No /SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, maka Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pengawasan produk dan bahan berbahaya. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya merupakan bagian dari Kedeputian III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang kompeten di bidang pengawasan obat dan makanan. Salah satu tenaga kerja yang diharapkan dapat menjalankan tugas tersebut adalah tenaga kefarmasian apoteker. Oleh karena itu, agar para mahasiswa calon apoteker dapat mengetahui tugas, fungsi serta ruang lingkup kegiatan pengawasan obat dan makanan, maka diselenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan POM RI. Pelaksanaan PKPA berlangsung pada 2-24 September Dengan diselenggarakannya PKPA di Badan POM RI, diharapkan apoteker pada masa mendatang lebih siap dan mampu dalam mendukung dan melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan. 1.2 Tujuan Tujuan pelaksanaan PKPA di Badan POM RI, antara lain: a. Peserta PKPA dapat memahami dan mampu menjelaskan tugas pokok dan fungsi Badan POM RI. b. Peserta PKPA dapat memahami dan mampu menjelaskan kegiatan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. c. Peserta PKPA dapat memahami peran apoteker pada Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.

14 BAB 2 TINJAUAN UMUM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2.1 Kedudukan Badan POM RI adalah lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang dalam pengawasan obat dan makanan yang beredar di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Badan POM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab kepada Presiden RI dan dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan RI. 2.2 Visi dan Misi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun , visi dan misi Badan POM adalah sebagai berikut: Visi Dalam menghadapi dinamika lingkungan dengan segala bentuk perubahannya, maka segenap jajaran Badan POM bercita-cita untuk mewujudkan suatu keadaan ideal bagi masyarakat Indonesia, yaitu Menjadi institusi pengawas obat dan makanan yang inovatif, kredibel dan diakui secara internasional untuk melindungi masyarakat Misi Misi Badan POM adalah sebagai berikut: a. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional. b. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten. c. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini. d. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. e. Membangun organisasi pembelajar (learning organization).

15 2.3 Tugas, Fungsi dan Kewenangan Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan POM mempunyai tugas, fungsi, dan wewenang sebagai berikut: Tugas Badan POM Tugas Badan POM adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku Fungsi Badan POM Dalam melaksanakan tugasnya, Badan POM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan. b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM. d. Pemantauan, pemberian bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan. e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga Kewenangan Badan POM Dalam melaksanakan fungsinya, Badan POM memiliki kewenangan sebagai berikut: a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan makanan. b. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk mendukung pembangunan secara makro. c. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan. d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan.

16 e. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi. f. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat. 2.4 Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini, dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun , budaya organisasi Badan POM dikembangkan dengan nilai-nilai dasar sebagai berikut: a. Profesional Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektifitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. b. Kredibel Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. c. Cepat tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah. d. Kerja sama tim Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. e. Inovatif Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. 2.5 Prinsip Dasar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun , prinsip dasar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) adalah sebagai berikut:

17 a. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan professional. b. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah. c. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses. d. Berskala nasional/lintas provinsi, dengan jaringan kerja internasional. e. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum. f. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi dengan jaringan global. g. Memiliki jaringan sistem informasi jaringan keamanan dan mutu produk. 2.6 Kerangka Konsep Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan yang berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar di tengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin risiko yang bisa terjadi maka dilakukan SisPOM tiga lapis. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun , sispom tiga lapis terdiri dari: a. Sub-sistem Pengawasan Produsen Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara produksi yang baik atau Good Manufacturing Practices (GMP) agar setiap bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara hukum, produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standar yang ditetapkan maka produsen dikenakan sanksi, baik administratif maupun pro-justicia. b. Sub-sistem Pengawasan Konsumen Sistem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk.

18 Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, disatu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, sedang pada sisi lain akan mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya. c. Sub-sistem Pengawasan Pemerintah/Badan POM Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standarisasi, penilaian (keamanan, khasiat dan mutu) produk sebelum diizinkan beredar di Indonesia, inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium terhadap produk yang beredar, peringatan kepada publik serta penegakan hukum. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi. 2.7 Kebijakan dan Strategi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun , sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi Badan POM adalah sebagai berikut: Sasaran Strategis Sasaran strategis selama lima tahun ( ) adalah sebagai berikut : a. Meningkatnya efektivitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat sistem yang tergolong terbaik di ASEAN. b. Terwujudnya laboratorium pengawasan obat dan makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di ASEAN. c. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan. d. Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan administrasi di lingkungan Badan POM sesuai dengan sistem manajemen mutu.

19 e. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Badan POM Arah Kebijakan dan Strategi Arah kebijakan dan strategi terdiri dari dua pokok, yaitu Arah Kebijakan dan Strategi Nasional dan Arah Kebijakan dan Strategi Badan POM Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Program Aksi Bidang Kesehatan yang menjadi acuan pembangunan bidang Pengawasan Obat dan Makanan adalah sebagai berikut: a. Menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat baik dari segi kualitas pelayanan, akses pelayanan, akuntabilitas anggaran, dan penataan administrasi yang transparan dan bersih. b. Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat seperti yang telah dilakukan selama tiga tahun terakhir. c. Mempermudah pembangunan klinik atau rumah sakit yang berkualitas internasional baik melalui profesionalisasi pengelolaan rumah sakit pemerintah maupun mendorong tumbuhnya rumah sakit swasta. d. Meningkatkan kualitas ibu dan anak di bawah lima tahun dengan memperkuat program yang sudah berjalan seperti Posyandu yang memungkinkan imunisasi dan vaksinasi masal seperti DPT dapat dilakukan secara efektif. e. Penurunan tingkat kematian ibu yang melahirkan, pencegahan penyakit menular seperti HIV/ AIDS, malaria, dan TBC. f. Mengurangi tingkat prevelansi gizi buruk balita menjadi di bawah 15% pada tahun 2014 dari keadaan terakhir sekitar 18%. g. Revitalisasi program keluarga berencana yang telah dimulai kembali dalam periode akan dilanjutkan dan diperkuat. h. Upaya pencapaian dalam bidang kesehatan tidak tercapai jika kesejahteraan dan sistem insentif bagi tenaga medis dan paramedis khususnya yang bertugas di daerah terpencil tidak memadai. i. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, utamanya yang diarahkan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor dalam proses produksi obat.

20 j. Meningkatkan kualitas pelayanan dan praktek kedokteran yang sesuai dengan etika dan menjaga kepentingan dan perlindungan masyarakat awam dari malpraktik dokter dan rumah sakit yang tidak bertanggung jawab. k. Mengembangkan sistem peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya wabah dan cara menghindarinya untuk mencegah kepanikan dan jatuhnya banyak korban. l. Evakuasi, perawatan, dan pengobatan masyarakat didaerah korban bencana alam. Sesuai dengan prioritas Program Aksi Kesehatan disusun fokus-fokus prioritas bidang kesehatan sebagai berikut: a. Fokus pertama : Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita dan Keluarga Berencana Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana, melalui upaya yang menjamin produk obat dan makanan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu yang digunakan dalam upaya peningkatan cakupan peserta KB aktif, pemberian makanan pemulihan bagi ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan pencapaian cakupan imunisasi yang tinggi, merata dan berkualitas pada bayi, anak sekolah dan Wanita Usia Subur (WUS). b. Fokus kedua : Perbaikan Status Gizi Masyarakat Perbaikan status gizi masyarakat, melalui pengujian laboratorium terhadap sampel-sampel produk yang digunakan untuk upaya asupan zat gizi makro untuk memenuhi angka kecukupan gizi, surveilans pangan dan gizi, pemberian makanan pendamping ASI, fortifikasi, pemberian makanan pemulihan balita gizi kurang dan penanggulangan gizi darurat. c. Fokus ketiga : Pengendalian Penyakit Menular serta Penyakit Tidak Menular, diikuti Penyehatan Lingkungan Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan, melalui upaya pengawasan yang diarahkan untuk menurunkan proporsi obat dan makanan bermasalah di pasar, sebagai salah satu faktor risiko timbulnya penyakit.

21 d. Fokus keempat : Peningkatan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, Mutu dan Penggunaan Obat serta Pengawasan Obat dan Makanan Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu dan penggunaan obat, serta pengawasan obat dan makanan yang dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengawasan produksi produk terapetik dan Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga (PKRT), pengawasan produk dan bahan berbahaya, pengawasan obat dan makanan di 31 Balai Besar/Balai POM, pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian keamanan, manfaat dan mutu obat dan makanan serta pembinaan laboratorium POM, standardisasi produk terapetik dan PKRT, penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang obat dan makanan, inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, inspeksi dan sertifikasi makanan, standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, standardisasi makanan, surveilan dan penyuluhan keamanan makanan, pengawasan distribusi produk terapetik dan PKRT, pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif, penilaian produk terapetik dan produk biologi, penilaian obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, penilaian makanan, riset keamanan, khasiat, mutu obat dan makanan, Pengembangan Obat Asli Indonesia Arah Kebijakan dan Strategi Badan POM Arah Kebijakan dan Strategi Badan POM disusun dengan mengacu pada prioritas bidang sosial budaya yang salah satunya mencakup bidang kesehatan. Arah kebijakan Badan POM adalah sebagai berikut: a. Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Nasional Sistem Pengawasan Obat dan Makanan diperkuat dengan mekanisme operasional dan infrastruktur yang andal dengan kapabilitas berkelas dunia (world class) dan menggunakan teknologi informasi yang modern. b. Mewujudkan Laboratorium Badan POM yang Modern dan Andal Kapabilitas laboratorium Badan POM ditingkatkan sehingga menjadi terunggul di ASEAN dengan jaringan kerja (networking) nasional dan internasional. Cakupan dan parameter pengujian laboratorium, serta kompetensi personil laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan ditingkatkan dengan

22 menerapkan Good Laboratory Practices secara konsistem serta mengembangkan sistem rujukan laboratorium nasional. c. Meningkatkan Daya Saing Mutu Produk Obat dan Makanan di Pasar Lokal dan Global Mekanisme pasar bebas menuntut Sistem Pengawasan Obat dan Makanan yang dapat menapis produk obat dan makanan yang masuk ke Indonesia. Pada saat yang sama Sistem Pengawasan Obat dan Makanan dikembangkan untuk mendukung upaya pencapaian daya saing obat dan makanan produksi dalam negeri di pasar lokal dan global. Upaya ini dilakukan melalui penyusunan standar obat dan makanan yang mempertimbangkan kemampuan industri dalam negeri dan peningkatan pemberdayaan pelaku usaha termasuk UMKM pangan, kosmetik dan obat tradisional, untuk memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku. Pemberdayaan dilakukan antara lain melalui kerjasama dengan lintas sektor terkait. d. Meningkatkan Kompetensi, Profesionalitas, dan Kapabilitas Modal Insani Modal insani merupakan asset intangible yang sangat penting dalam suatu organisasi karena merupakan mesin penggerak organisasi sehingga perlu dirancang sistem manajemen modal insani (Human Capital Management). Untuk menghasilkan modal insani Badan POM yang andal, adaptif, dan kredibel, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan terstruktur dan berkelanjutan (continous training and education) baik di dalam maupun di luar negeri. Bersamaan dengan itu diciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan atraktif untuk melakukan inovasi dalam pelaksanaan tugas dan mendorong serta memberikan kesempatan yang luas kepada setiap modal insani untuk meningkatkan kapabilitas diri melalui pembelajaran yang berkelanjutan. e. Meningkatkan Kapasitas Manajemen dan Mengembangkan Institusi Kapasitas manajemen Badan POM dikembangkan untuk menjamin penerapan good governance dan clean government sesuai sistem mutu yang dilaksanakan secara konsisten dan terus dikembangkan/dipelihara dalam rangka penerapan Reformasi Birokrasi. Right sizing organization dilakukan untuk menjamin efektivitas Sistem Pengawasan Obat dan Makanan baik di Pusat maupun di daerah.

23 f. Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dalam Pengawasan Obat dan Makanan Pengawasan Obat dan Makanan lebih diperkuat dengan memantapkan jejaring kerja sama lintas sektor terkait baik di dalam negeri maupun melalui kerjasama bilateral, regional, dan multilateral. g. Memberdayakan Masyarakat dalam Pengawasan Obat dan Makanan Melalui komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat luas agar mampu mencegah dan melindungi diri sendiri dari penggunaan obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. Bersamaan dengan itu diciptakan ruang publik yang kondusif untuk memfasilitasi komunikasi interaktif antara Badan POM dengan masyarakat luas Strategi Arah kebijakan Badan POM dilakukan melalui tujuh strategi, yaitu: Strategi Pertama Peningkatan intensitas pengawsan pre market obat dan makanan untuk menjamin khasiat/manfaat dan mutu produk, diselenggarakan melalui fokus prioritas: a. Penapisan penilaian produk obat dan makanan sebelum beredar sebagai antisipasi globalisasi, termasuk ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). b. Peningkatan pelayanan publik terkait pendaftaran produk obat dan makanan melalui online registration. c. Pengawasan pengembangan vaksin baru produksi dalam negeri, untuk mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s). d. Peningkatan technical regulatory advice untuk pengembangan jamu, herbal standar dan fitofarmaka. e. Pengawasan pengembangan teknologi pangan untuk perlindungan konsumen dan ketersediaan pangan. f. Peningkatan pemenuhan GMP industri Obat dan Makanan dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing Strategi Kedua Penguatan sistem, sarana, dan prasarana laboratorium obat dan makanan diselenggarakan melalui fokus prioritas:

24 a. Pemantapan penerapan Quatity Management Sistem dan persyaratan Good Laboratory Prictices (GLP) terkini. b. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium di pusat dan daerah, sesuai dengan kemajuan IPTEK. c. Pemenuhan peralatan laboratorium sesuai standar GLP terkini. d. Peningkatan kompetensi SDM Laboratorium Strategi Ketiga Peningkatan pengawasan post market obat dan makanan diselenggarakan melalui fokus prioritas: a. Pemantapan sampling dan pengujian obat dan makanan berdasarkan risk based approaches. b. Intensifikasi pemberantasan produk ilegal, termasuk produk palsu. c. Perluasan cakupan pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), melalui operasionalisasi Mobil Laboratorium. d. Pengawasan sarana post market sesuai dengan GMP dan GDP. e. Perkuatan pengawasan post market kosmetik melalui audit kepatuhan dan evaluasi keamanan kosmetika Strategi Keempat Pemantapan regulasi dan standar di bidang pengawasan obat dan makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas: a. Penyelarasan regulasi terkait dengan perubahan lingkungan strategis di bidang pengawasan obat dan makanan. b. Peningkatan penerapan standar obat dan makanan yang terharmonisasi Strategi Kelima Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak pidana obat dan makanan diselenggarakan melalui fokus prioritas: a. Peningkatan kualitas dan kuantitas PPNS. b. Peningkatan pelaksanaan penyidikan obat dan makanan. c. Peningkatan koordinasi dengan sektor terkait untuk sustainable law enforcement tindak pidana obat dan makanan.

25 Strategi Keenam Perkuatan institusi diselenggarakan melalui fokus prioritas: a. Implementasi Reformasi Birokrasi Badan POM termasuk peningkatan pelayanan publik. b. Perkuatan sistem pengelolaan data serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) termasuk strategi media komunikasi. c. Perkuatan human capital management Badan POM. d. Restrukturisasi Organisasi untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis. e. Peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated Bottom Up Planning dan Quality Sistem Evaluation. f. Perkuatan legislasi di bidang pengawasan obat dan makanan Strategi Ketujuh Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka Pembagian Peran Badan POM dengan Lintas Sektor terkait yang diselenggarakan melalui fokus prioritas: a. Pemantapan koordinasi pengawasan obat dan makanan. b. Pemantapan Sistem Kerjasama Operasional Pengawasan Obat dan Makanan. c. Peningkatan operasi terpadu pengawasan obat tradisional, kosmetik dan makanan d. Perkuatan jejaring komunikasi e. Pemantapan koordinasi pengembangan jamu brand Indonesia, pengeintegrasian dengan pelayanan kesehatan f. Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi. 2.8 Target Kinerja Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun , target kerja dari Badan POM, yaitu:

26 a. Terkendalinya penyaluran produk terapeutik dan NAPZA b. Terkendalinya mutu, keamanan dan khasiat atau kemanfaatan produk obat dan makanan termasuk klaim pada label dan iklan di peredaran. c. Tercegahnya risiko penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai akibat pengelolaan yang tidak memenuhi syarat. d. Penurunan kasus pencemaran pangan. e. Peningkatan kapasitas organisasi yang didukung dengan kompetensi dan keterampilan personil yang memadai. f. Terwujudnya komunikasi yang efektif dan saling menghargai antar sesama dan pihak terkait. 2.9 Struktur Organisasi Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan POM terdiri dari Kepala, Sekretariat Utama, Deputi Bidang Pengawasan Teknis, Pusat-pusat, dan Unit Pelaksana Teknis Badan POM. Struktur Organisasi Badan POM dapat dilihat pada Lampiran Kepala Badan POM Kepala Badan POM mempunyai tugas sebagai berikut: a. Memimpin BPOM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas BPOM c. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BPOM yang menjadi tanggung jawabnya d. membina dan melaksanakan keria sama dengan instansi dan organisasi lain Sekretariat Utama Sekretariat utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan BPOM. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi :

27 a. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi perencanaan, penganggaran, penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan pelatihan, serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan BPOM. b. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi penyusunan peraturan perundang - undangan, kerja sama luar negeri, hubungan antar lembaga, kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas BPOM. c. Pembinaaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga. d. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan BPOM. e. Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas deputi di lingkungan BPOM. f. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang tugasnya Deputi I (Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif). Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. b. Penyusunan rencana pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian obat dan produk biologi. d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

28 bimbingan teknis di bidang standardisasi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan produksi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat adiktif. h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produk terapetik dan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BPOM, sesuai bidang tugasnya Deputi II (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen). Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. b. Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

29 c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetik. d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengaturan dan standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang obat asli Indonesia. g. Pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BPOM, sesuai bidang tugasnya Deputi III (Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya) Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. b. Penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

30 c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian keamanan pangan. d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang standardisasi keamanan pangan. e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi produk pangan. f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan. g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya. h. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. i. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. j. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. k. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BPOM sesuai bidang tugas Unit Pelaksana Teknis BPOM di Daerah Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM terdiri atas 19 (sembilan belas) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dan 12 (dua belas) Balai Pengawas Obat dan Makanan. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Unit Pelaksana Teknis menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

31 b. Pelaksanaan pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan, dan bahan berbahaya. c. Pelaksanaan pengujian laboratorium dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi. d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi. e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum. f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi. g. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi konsumen. h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan. i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan. j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BPOM, sesuai dengan bidang tugasnya Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) Mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta melaksanakan pembinaan mutu Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas, PPOMN menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan. b. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, alat tradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya. c. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN. d. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan. e. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa pengujian. f. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan. g. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

32 2.9.8 Pusat Penyidikan Obat dan Makanan (PPOM) Pusat Penyidikan Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan serta produk sejenis lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Penyidikan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan. b. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan. c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) Pusat Riset Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan pangan dan produk terapetik. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Riset mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan. b. Pelaksanaan riset obat dan makanan. c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi keamanan pangan, informasi keracunan dan teknologi informasi. Dalam melaksanakan tugas Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi obat dan makanan. b. Pelaksanaan pelayanan informasi obat. c. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan. d. Pelaksanaan pelayanan keamanan pangan. e. Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi. f. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat dan makanan.

33 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA 3.1 Tugas Pokok Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas dalam penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya 3.2 Fungsi Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang standardisasi produk dan bahan berbahaya. b. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengamanan produk dan bahan berbahaya. c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang penyuluhan bahan berbahaya. d. Penyusunan rencana dan program pengawasan produk dan bahan berbahaya. e. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya. f. Evaluasi dan penyusunan laporan pengawasan produk dan bahan berbahaya.

34 g. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. 3.3 Struktur Organisasi Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya yang merupakan bagian dari Kedeputian III dan terdiri dari tiga subdirektorat yang masing-masing dari subdirektorat tersebut terbagi menjadi beberapa seksi Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya membawahi dua seksi, yaitu : a. Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan Non Kimia b. Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya membawahi tiga seksi, yaitu : a. Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya b. Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya c. Seksi Tata Operasional Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya membawahi dua seksi, yaitu: a. Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat b. Seksi Diseminasi Informasi Struktur organisasi Kedeputian III dan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

35 pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi serta pelaksanaan standardisasi produk dan bahan berbahaya serta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan rencana dan program pengaturan dan standardisasi produk dan bahan berbahaya b. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengaturan dan standardisasi produk dan bahan berbahaya kimia dan non kimia c. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan penilaian risiko produk dan bahan berbahaya d. Evaluasi dan penyusunan laporan standardisasi produk dan bahan berbahaya Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya membawahi dua seksi, yaitu: Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan Non Kimia Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan Non Kimia mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi produk dan bahan berbahaya kimia dan non kimia. Uraian tugas Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan Non Kimia, yaitu: a. Penyiapan rancangan telaahan dan konsep perumusan kebijakan teknis dalam rangka standardisasi produk dan bahan berbahaya b. Penyusunan kerangka acuan kegiatan yang berkaitan dengan standardisasi produk bahan berbahaya c. Inventarisasi dan kompilasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan produk dan bahan berbahaya d. Penyusunan database kemasan pangan dengan berkoordinasi dengan Balai POM e. Penyiapan software aplikasi database kemasan pangan yang beredar di Indonesia

36 f. Penyiapan materi penyusunan kriteria dan pedoman standardisasi produk dan bahan berbahaya g. Penyiapan materi penyusunan standar produk bahan berbahaya h. Penyusunan rencana kegiatan tahunan dan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis berkaitan dengan penyusunan standar produk bahan berbahaya i. Penyusunan evaluasi, laporan, dan rencana tindak lanjut standardisasi produk bahan berbahaya Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan Berbahaya Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan penilaian risiko produk dan bahan berbahaya. Uraian tugas Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan Berbahaya, yaitu: a. Penyiapan format telaahan dan konsep perumusan kebijakan teknis terkait penilaian risiko produk dan bahan berbahaya b. Penyusunan rencana kegiatan tahunan dan kerangka acuan berkaitan dengan penilaian risiko c. Penyiapan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis penilaian risiko produk dan bahan berbahaya d. Studi literatur tentang sifat fisik, kimia, dan bahaya dari produk dan bahan berbahaya e. Penyiapan daftar produk dan bahan berbahaya yang mempunyai risiko tinggi bagi kesehatan dan lingkungan f. Perencanaan dan pelaksanaan kajian risiko terhadap kemasan pangan prioritas g. Penyiapan materi pelatihan dan penyelenggaraan penilaian risiko produk dan bahan berbahaya h. Penyiapan pertemuan koordinasi lintas sektor yang berkaitan dengan penilaian risiko

37 i. Penyusunan evaluasi, laporan, dan rencana tindak lanjut penilaian risiko produk dan bahan berbahaya 3.5 Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan pengamanan produk dan bahan berbahaya serta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan rencana dan program pengamanan produk dan bahan berbahaya b. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan kegiatan listing dan pengawasan penandaan produk dan bahan berbahaya c. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan surveilan produk dan bahan berbahaya d. Evaluasi dan penyusunan laporan pengamanan produk dan bahan berbahaya e. Pelaksanaan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya membawahi tiga seksi, yaitu: Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan kegiatan listing dan pengawasan penandaan produk dan bahan berbahaya. Uraian tugas Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya, yaitu:

38 a. Penyusunan rancangan telaahan dan konsep perumusan kebijakan teknis terkait pengawasan penerbitan Surat Keterangan Ekspor (SKE) Kemasan Pangan dalam rangka tindak lanjut hasil pengawasan produk dan bahan berbahaya b. Penyusunan kerangka pokok kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan SKE Kemasan Pangan dan koordinasi lintas sektor c. Penyiapan penyusunan atau revisi pedoman teknis penerbitan SKE Kemasan Pangan d. Pelaksanaan pelayanan penerbitan SKE Kemasan Pangan e. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan teknis terkait penerbitan SKE Kemasan Pangan kepada pelaku usaha f. Pemberian konsultasi kepada pemohon terkait permohonan SKE Kemasan Pangan g. Penyiapan kegiatan koordinasi lintas sektor dalam rangka tindak lanjut hasil pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan dan kemasan pangan h. Pelaksanaan rekapitulasi laporan realisasi impor dan distribusi bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan i. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penerbitan SKE Kemasan Pangan j. Evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan koordinasi lintas sektor k. Evaluasi hasil rekapitulasi laporan realisasi impor dan distribusi bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan surveilan produk dan bahan berbahaya. Uraian tugas Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya, yaitu: a. Penyiapan rancangan telaahan dan konsep perumusan kebijaksanaan teknis dalam rangka untuk kegiatan pengawasan produk dan bahan berbahaya

39 b. Penyusunan kerangka acuan kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan produk dan bahan berbahaya c. Penyiapan petunjuk teknis sampling produk dan bahan berbahaya d. Penyiapan pedoman pengawasan produk dan bahan berbahaya e. Pelaksanaan bimbingan teknis pengawasan produk dan bahan berbahaya untuk petugas Balai Besar/Balai POM f. Evaluasi hasil pengawasan Balai Besar/Balai POM, hasil pengujian produk pangan yang mengandung bahan berbahaya g. Penyiapan konsep tindak lanjut atas hasil evaluasi h. Penyiapan konsep surat ke lintas sektor terkait untuk menindaklanjuti temuan hasil pengawasan i. Supervisi pengawasan produk dan bahan berbahaya ke Balai Besar/Balai POM Seksi Tata Operasional Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan urusan tata opersional di lingkungan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, meliputi pengarsipan surat masuk dan keluar serta pengelolaan urusan kepegawaian dan absensi. 3.6 Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya serta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan rencana dan program penyuluhan bahan berbahaya b. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan penyuluhan bahan berbahaya terhadap institusi dan masyarakat

40 c. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan kegiatan diseminasi informasi bahan berbahaya d. Evaluasi dan penyusunan laporan penyuluhan bahan berbahaya Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya membawahi dua seksi, yaitu: Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya terhadap institusi dan masyarakat. Uraian tugas Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat, yaitu: a. Menyusun usulan perencanaan dan program kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan b. Menyusun agenda rencana pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan (petunjuk teknis, jadwal kegiatan) c. Menyusun materi dan media informasi untuk penyuluhan bahan berbajaya dan kemasan pangan d. Mengelola pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan (talkshow, workshop, penyuluhan langsung kepada institusi dan masyarakat) e. Memonitor, mengevalusasi, dan mealaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya dan kemasan pangan f. Membuat telaahan dan masukan sebagai bahan informasi terkait bahan berbahaya dan kemasan pangan ke unit kerja lainnya g. Membuat dan menelaah instruksi kerja Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat sesuai kebutuhan.

41 3.6.2 Seksi Diseminasi Informasi Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Seksi Diseminasi Informasi mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan kegiatan diseminasi informasi bahan berbahaya. Uraian tugas Seksi Diseminasi Informasi, yaitu: a. Menyusun usulan perencanaan dan program tahunan kegiatan, yaitu enyusunan media informasi (booklet, leaflet, poster, sticker, artikel, dan CD informasi) tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan; penyusunan modul penyuluhan dan pelatihan tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan; dan edukasi dan penyebaran informasi (pameran, penyuluhan, talkshow) b. Menyusun pedoman pelaksanaan atau petunjuk teknis diseminasi informasi c. Mengelola penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis kegiatan diseminasi informasi d. Melakukan analisis data dan informasi untuk menetapkan prioritas kegiatan diseminasi informasi e. Melakukan monitoring, evaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan diseminasi informasi f. Mengelola pelaksanaan rapat pembahasan terkait penyusunan media informasi dan penyusunan modul bahan berbahaya dan kemasan pangan g. Membuat masukan atau layanan informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan kepada unit lain

42 BAB 4 PEMBAHASAN Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya merupakan salah satu direktorat yang berada dalam Kedeputian III. Direktorat ini bertugas melakukan pengawasan terhadap produk dan bahan berbahaya yang beredar di Indonesia. Beberapa produk yang diawasi oleh direktorat ini adalah produk kemasan pangan yang digunakan untuk mengemas pangan, baik pangan olahan yang terdaftar maupun pangan siap santap sedangkan bahan berbahaya yang diawasi, yaitu bahan yang dilarang digunakan pada pangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pengawasan peredaran bahan berbahaya di masyarakat perlu dilakukan karena bahan berbahaya ini sering disalahgunakan pada pangan. Selain itu, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya juga melakukan pengawasan terhadap bahan kimia yang termasuk kategori Bahan Tambahan Pangan (BTP) tetapi tidak memenuhi persyaratan kodeks makanan Indonesia sebagai BTP. Bahan-bahan ini disebut Non-Food Grade BTP atau BTP teknis. 4.1 Indikator Kinerja Utama (IKU) Program dan kegiatan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya pada tahun 2013 terdiri dari 4 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2013): IKU 1 Indikator yang pertama adalah persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan dilarang untuk pangan (bahan berbahaya) yang sesuai ketentuan (numerator: Jumlah distributor resmi terdaftar bahan berbahaya. Saat ini distributor resmi yang terdaftar berjumlah 25 distributor). Kegiatan yang akan dilakukan meliputi : a. Workshop dan pelatihan petugas dalam rangka pengamanan bahan berbahaya. b. Penyusunan media informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan. c. Talkshow pengamanan bahan berbahaya di radio d. Sosialisasi dalam rangka pengawasan produk dan bahan berbahaya

43 e. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka pengamanan bahan berbahaya. f. Supervisi pengawasan produk dan bahan berbahaya. g. Evaluasi dalam rangka pengawasan bahan berbahaya yang dilarang pada pangan IKU 2 Indikator yang kedua adalah presentase kemasan pangan dari pangan yang terdaftar yang tidak memenuhi syarat (target sampling 200 sampel). Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: a. Review dan revisi peraturan tentang produk dan bahan berbahaya. b. Penyusunan pedoman kemasan pangan c. Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) zat kontak pangan beresiko tinggi d. Sosialisasi penerbitan Surat Keterangan Ekspor (SKE) Kemasan Pangan e. Diseminasi informasi melalui pameran f. Kajian resiko zat kontak pangan beresiko tinggi g. Pengembangan Quality Management System (QMS) h. Koordinasi jejaring lintas sektor IKU 3 Indikator yang ketiga adalah jumlah provinsi yang dilakukan advokasi lintas sektor terkait dengan bahan berbahaya yang disalahgunakan pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: a. Advokasi pencegahan penyalahgunaan bahan berbahaya pada PJAS b. Iklan layanan masyarakat berupa film dokumenter tentang kemasan pangan IKU 4 Indikator yang keempat adalah jumlah pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya. Kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Pencanangan pasar aman dari bahan berbahaya yang di salahgunakan pada pangan b. Forum advokasi komitmen pemda dan lintas sektor c. Pengadaan peralatan pendukung untuk pasar pilot d. Kampanye pasar aman bahan berbahaya

44 e. Penyuluhan kepada pedagang pasar f. Penyusunan modul pelatihan pasar aman dari bahan berbahaya g. Bimbingan teknis/pelatihan petugas pasar h. Monitoring kegiatan pasar aman dari bahan berbahaya yang disalahgunakan pada pangan. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya memiliki tiga subdirektorat, yaitu Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya, Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya dan Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya. 4.2 Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi serta pelaksanaan standardisasi produk dan bahan berbahaya. Dalam pelaksanaan tugasnya, Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya dibantu oleh dua seksi, yaitu Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan Non Kimia dan Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan Berbahaya. Masing-masing seksi ini bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang berada dalam ruang lingkup kerjanya. Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi (Ka.Sie) dan dibantu oleh beberapa staf (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, 2012). Kegiatan yang dilakukan pada subdirektorat ini meliputi penyusunan dan atau revisi peraturan perundang-undangan yang terkait tentang produk dan bahan berbahaya termasuk di dalamnya adalah penyusunan pedoman, database, dan RSNI terkait pangan dan kemasan pangan serta kegiatan pengkajian risiko produk dan bahan berbahaya. Selain itu, subdirektorat ini melakukan inventarisasi jenis pangan yang terdaftar di Badan POM dan kemasannya, sebagai salah satu input dalam penyusunan pedoman pemilihan kemasan pangan. Pedoman tersebut digunakan untuk mengevaluasi kemasan pangan yang aman. Pedoman tersebut berisi daftar tipe pangan dan kemasan pangan yang sesuai serta kriteria batas

45 migrasi untuk tiap jenis kemasan. Peraturan yang mengatur kemasan pangan adalah Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK tentang Bahan Kemasan Pangan. Pada saat kegiatan PKPA dilaksanakan, kegiatan yang dilakukan oleh subdirektorat ini adalah mengkaji mengenai bahan tambahan pangan. Oleh karena itu, peserta PKPA diberi tugas mencari peraturan-peraturan pendukung terkait bahan berbahaya non-pangan yang dikhawatirkan digunakan untuk pangan. Bahan berbahaya yang dicari peraturannya, seperti boraks, formalin atau formaldehid yang sering disalahgunakan dalam pangan. Peraturan terbaru terkait bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 44/M- DAG/PER/2/2009 tentang Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya. Selain itu, tugas yang dilakukan oleh peserta PKPA adalah membantu mencari referensi dan regulasi internasional tentang kemasan pangan. Ketentuan internasional tentang kemasan pangan bioplastik yang terbuat dari bahan alami dibutuhkan sebagai acuan dalam melakukan kajian keamanan kemasan pangan, sehubungan dengan maraknya permintaan dari kalangan industri untuk menggunakan bahan kemasan pangan yang ramah lingkungan. Peraturanperaturan mengenai kemasan bioplastik dapat dilihat pada Lampiran Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan pengamanan produk dan bahan berbahaya. Subdirektorat Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya terdiri dari dua seksi, yaitu Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya dan Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya. Kegiatan yang dilakukan Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya secara garis besar, yaitu mengenai SKE Kemasan Pangan dan koordinasi lintas sektor. Kegiatan yang terkait SKE Kemasan Pangan, yaitu

46 penyusunan kerangka pokok, penyusunan atau revisi pedoman teknis penerbitan, pelaksanaan sosialisasi kebijakan teknis mengenai SKE Kemasan Pangan, pelaksanaan penerbitan SKE Kemasan Pangan dan pemberian konsultasi terkait penerbitan SKE Kemasan Pangan kepada pelaku usaha. SKE Keamanan Pangan adalah surat yang menyatakan bahwa produk kemasan pangan yang akan diekspor sudah dievaluasi keamanannya sehingga terjamin aman dan memenuhi persyaratan keamanan pangan. Pengajuan SKE Kemasan Pangan ini bersifat voluntary. Surat ini hanya diberikan kepada perusahaan yang akan mengekspor kemasan pangan ke negara pengimpor yang mempersyaratkan surat keterangan keamanan dari institusi yang berwenang di Indonesia, yaitu Badan POM RI. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM, prosedur dan persyaratan untuk mengajukan SKE Kemasan Pangan adalah sebagai berikut: Pemohon mengajukan permohonan SKE Kemasan Pangan Persyaratan yang harus dilengkapi adalah data administrasi dan data teknis Data administrasi Data administrasi yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut: a. Surat Permohonan Surat ini memuat nama dan alamat eksportir, nama produk, nomor Harmonized System (HS), jenis kemasan, jumlah yang diekspor, no lot/batch/kode produk, nama dan alamat produsen, nomor dan tanggal invoice, nomor dan tanggal Bill of Lading (BL) atau Air way Bill (AWB) dan alamat negara tujuan b. Surat Pernyataan Surat ini menyatakan bahwa produk yang diekspor memenuhi persyaratan keamanan kemasan pangan sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia atau negara pengimpor c. Bukti Pembayaran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku d. Dokumen penunjang, yaitu invoice, Sertifikat ISO 22000

47 Data teknis Data teknis merupakan deskripsi produk yang memuat spesifikasi mengenai: a. Produk kemasan pangan b. Jenis kemasan pangan, yang terdiri dari: c. Bahan kontak pangan: kaca, resin, penukar ion, logam dan paduan logam, kertas dan karton, plastik, selulosa teregenerasi, silikon, kain, lilin, kayu dan lain sebagainya d. Zat kontak pangan: pewarna, pemlastis, pengisi, perekat, curing agent, antioksidan, pensanitasi, dan lain sebagainya e. Certificate of Analysis (CoA) yang mencantumkan data uji migrasi, data fisik dari laboratorium terakreditasi f. Contoh produk kemasan pangan sekurang-kurangnya satu buah tiap item Evaluator melakukan evaluasi administrasi dan kesesuaian berkas permohonan SKE Kemasan Pangan, termasuk pembayaran PNBP. Terdapat dua kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu: a. Jika dokumen belum lengkap, maka berkas permohonan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi b. Jika dokumen lengkap dan sesuai, maka evaluator membuat draft SKE Kemasan Pangan Pejabat melakukan evaluasi teknis permohonan draft SKE Kemasan Pangan sesuai dengan persyaratan. Terdapat tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu: a. Jika dokumen belum lengkap, maka berkas permohonan dikembalikan kepada pemohon untuk data tambahan b. Jika dokumen lengkap dan sesuai, maka dokumen disetujui dan diterbitkan SKE Kemasan Pangan c. Jika dokumen tidak lengkap dan tidak sesuai, maka permohonan ditolak Penerbitan SKE Kemasan Pangan dilakukan paling lambat 3 hari kerja terhitung sejak berkas disetujui untuk diterima. Alur permohonan dan penerbitan SKE Kemasan Pangan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan alur konsultasi dapat dilihat pada Lampiran 6.

48 Kegiatan yang dilakukan terkait koordinasi lintas sektor, meliputi penyiapan kegiatan koordinasi lintas sektor dalam rangka tindak lanjut hasil pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan dan kemasan pangan dan evaluasi mengenai kegiatan tersebut. Kegiatan pengawasan terhadap bahan berbahaya penting dilakukan karena bahan berbahaya tersebar luas di pasaran dan banyak di antara bahan-bahan tersebut yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi. Pengawasan terhadap bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan tidak dapat dilakukan hanya oleh Badan POM, tetapi juga diperlukan partisipasi dari berbagai instansi terkait. Oleh karena itu, Badan POM RI secara rutin mengadakan pertemuan yang menbahas isu-isu terkait permasalahan dan tindak lanjut mengenai bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan dan kemasan pangan. Sebagai hasil kesepakatan bersama dan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait, telah diterbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Badan POM RI No. No. 43/2013 dan No.2/2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Peratutan bersama tersebut dimaksudkan sebagai payung hukum untuk mengoptimalisasi pengawasan bahan berbahaya yang beredar, terutama bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan di daerah dengan memberdayakan peran pemda provinsi dan kabupaten/kota. Dengan demikian, diharapkan Balai Besar/Balai POM sebagai ujung tombak pengawasan obat dan makanan di daerah dapat lebih berperan aktif dalam mengawal pengendalian peredaran bahan berbahaya sehingga dapat mencegah masuknya bahan berbahaya ke dalam rantai pangan. Kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya, meliputi penyiapan petunjuk teknis sampling dan pedoman pengawasan produk dan bahan berbahaya, pelaksanaan bimbingan teknis pengawasan produk dan bahan berbahaya untuk petugas Balai Besar/Balai POM, dan evaluasi kegiatan pengawasan, serta melakukan supervisi pengawasan produk dan bahan berbahaya ke Balai Besar/Balai POM. Peserta PKPA diberi tugas merekapitulasi surat dari PPOMN yang berisi tanggapan PPOMN terhadap hasil uji kemasan yang tidak memenuhi syarat berdasarkan pengujian yang dilakukan Balai Besar/Balai POM. Kegiatan

49 pengawasan terhadap kemasan pangan yang beredar di seluruh Indonesia merupakan salah satu tugas Balai Besar/Balai POM. Kegiatan tersebut berupa sampling dan pengujian terhadap sampel kemasan yang diperoleh. Jika hasil yang diperoleh oleh Balai Besar/Balai POM tidak memenuhi syarat atau meragukan, maka Balai Besar/Balai POM akan mengirimkan surat yang berupa permintaan kepada PPOMN untuk memverifikasi hasil tersebut. Kemudian PPOMN akan memberikan tanggapan atas hasil verifikasi terhadap uji sampel tersebut dan mengirimkan tanggapannya ke Balai Besar/Balai POM terkait dengan tembusan ke Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Selanjutnya, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, khususnya Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya akan merekapitulasi, mengevaluasi, dan menindaklanjuti semua laporan uji kemasan yang tidak memenuhi syarat, termasuk hasil tanggapan dari PPOMN. Tindak lanjut tersebut berupa pengkoordinasian dengan lintas sektor terkait. Kegiatan selanjutnya adalah membantu penyiapan sampel kemasan pangan untuk dikirim ke laboratorium yang ditunjuk. Pengujian kemasan pangan produk yang telah beredar di pasaran merupakan kegiatan pengawasan kemasan pangan secara post-market. Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya juga membantu Balai Besar/Balai POM dalam hal penyiapan dan pengiriman sampel ke laboratorium yang telah ditunjuk. Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi pencapaian target pengujian sampel yang belum terpenuhi oleh Balai Besar/Balai POM. Sampel yang dikelola oleh Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya adalah sampel yang tidak dapat diuji oleh Balai Besar/Balai POM. Pertama-tama, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mengirimkan surat permohonan kepada produsen pangan untuk mengirimkan kemasan pangan untuk diuji. Setelah, kemasan tersebut tiba di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, sampel tersebut didata dan diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya, misalnya kemasan polikarbonat, Polyethylen terephtalate (PET), Polypropylene (PP) dan berdasarkan tujuan penggunaan, misalnya kemasan fleksibel (kemasan untuk minyak goreng isi ulang, mie instan, dan lain sebagainya) dan kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Setelah itu, masing-masing sampel diberikan

50 kode. Urutan kode sampel berturut-turut adalah produsen, kota produsen, tanggal penerimaan sampel, inisial merk produk, urutan sampel, dan tahun penerimaan/pengujian sampel. Selanjutnya sampel-sampel kemasan tersebut dikirim ke laboratorium yang ditunjuk untuk memeriksa sampel tersebut. Hasil uji dari sampel kemasan tersebut dikirim ke Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya dan kemudian hasil uji tersebut akan dikompilasi dengan laporan hasil uji kemasan pangan dari Balai Besar/Balai POM. Hasil kompilasi kemasan yang tidak memenuhi syarat akan ditindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait, misalnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan lain sebagainya. 4.4 Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan bahan berbahaya. Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya merencanakan dan melakukan penyuluhan mengenai bahan berbahaya dan kemasan pangan, mengadakan talkshow dan/atau workshop mengenai bahan berbahaya dan kemasan pangan, pembuatan dan penyebaran media informasi tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan dalam bentuk booklet, leaflet, poster, artikel, dan stiker, serta melakukan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut. Selain itu, kegiatan yang dilakukan pada subdirektorat ini adalah menyusun modul penyuluhan dan pelatihan tentang bahan berbahaya dan kemasan pangan. Kegiatan yang sedang berlangsung pada tahun 2013 adalah program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mencegah dan mengurangi peredaran bahan berbahaya yang sering disalahgunakan pada pangan yang banyak beredar di pasar tradisional. Beberapa contoh bahan berbahaya yang beredar di pasar tradisional adalah boraks (bleng) dan pewarna tekstil rhodamin B dan kuning metanil. Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kepedulian masyarakat tentang penyalahgunaan

51 bahan berbahaya sehingga masyarakat dapat melindungi diri dari risiko bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Kegiatan peserta PKPA pada Subdirektorat Penyuluhan Bahan Berbahaya, yaitu membantu pembuatan leaflet tentang bahaya penggunaan bahan berbahaya dalam pangan, membantu pembuatan naskah talkshow di radio, dan merevisi naskah spot iklan tentang program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Naskah talkshow dan spot iklan tentang program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Sedangkan leaflet tentang bahayan penggunaan bahan berbahaya pada pangan dapat dilihat pada Lampiran 9.

52 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas pokok, yaitu penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya. b. Kegiatan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, meliputi standardisasi, pengamanan, dan penyuluhan produk dan bahan berbahaya. Pada tahun 2013 Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya sedang melaksanakan program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi peredaran bahan berbahaya yang sering disalahgunakan pada pangan yang banyak beredar di pasar tradisional. c. Peran apoteker pada Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya. 5.2 Saran a. Perlu adanya peningkatan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan jumlah SDM untuk meningkatkan pengawasan terhadap produk dan bahan berbahaya. b. Untuk mengurangi jumlah pangan yang mengandung bahan berbahaya dan intervensi bahan berbahaya dalam rantai pangan, maka perlu diupayakan pelaksanaan program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang efektif dan efisien.

53 DAFTAR ACUAN Badan POM RI Keputusan Kepala Badan POM RI No /SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta: Badan POM RI. Badan POM RI. (2007). Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK tentang Bahan Kemasan Pangan. Jakarta: Badan POM RI. Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK /2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan. Jakarta: Badan POM RI. Badan POM RI. (2013a). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 29 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun Jakarta: Badan POM RI. Badan POM RI. (2013b). Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Kepala Badan POM RI No.43/2013 dan No.2/2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Jakarta: Badan POM RI. Badan POM RI. (2013c). Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM. Jakarta: Badan POM RI. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. (2012). Laporan Tahunan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Tahun Jakarta: Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. (2013, September). Selayang Pandang Tentang Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Materi disampaikan pada Kuliah Umum Badan POM RI. Jakarta. Direktorat Standardisasi Produk Produk Pangan. (2012). Pedoman Informasi dan Pembacaan Standar Bahan Tambahan Pangan untuk Industri Pangan Siap Saji dan Industri Rumah Tangga Pangan. Jakarta: Direktorat Standardisasi Produk Produk Pangan, Badan POM RI. Kementerian Kesehatan RI. (1996). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.472/MENKES/PER/V/1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

54 Kementerian Kesehatan RI. (2009). Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 44/M-DAG/PER/2/2009 tentang Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Presiden RI. (2000). Keputusan Presiden RI No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jakarta. Presiden RI. (2001). Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jakarta. Presiden RI. (2013). Peraturan Presiden RI No. 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Jakarta

55 LAMPIRAN

56 Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan POM RI KEPALA BADAN POM INSPEKTORAT SEKRETARIAT UTAMA 1. Biro Perencanaan dan Keuangan 2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat 4. Biro Umum Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan DEPUTI I Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif 1. Direkterot Penilaian Obat dan Produk Biologi 2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT 3. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT 4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT 5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. DEPUTI II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen 1. Direkterot Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik. 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen 3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen 4. Direktorat Obat Asli Indonesia DEPUTI III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya 1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 2. Direktorat Standardisasi Produk Pangan 3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Produk Pangan 4. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan 5. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Unit Pelaksanaan Teknis BPOM

57 Lampiran 2. Struktur Organisasi Kedeputian III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Direktorat Standardisasi Produk Pangan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Direktorat Pengawasa n Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Penilaian Makanan dan Bahan Tambahan Pangan Subdit Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan Subdit Inspeksi Produksi dan Peredaran Produk Pangan Subdit Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan Subdit Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Penilaian Pangan Khusus Subdit Standardisasi Pangan Khusus Subdit Inspeksi Produk Berlabel Halal Subdit Promosi Keamanan Pangan Subdit Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Penilaian Pangan Olahan Tertentu Subdit Standardisasi Pangan Olahan Subdit Sertifikasi Pangan Subdit Penyuluhan Makanan Siap Saji dan Industri Rumah Tangga Subdit Penyuluhan Bahan Berbahaya

58 Lampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Pengamanan Produk dan Bahan Berbahaya Subdit Penyuluhan Produk dan Bahan Berbahaya Seksi Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Kimia dan Nonkimia Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Bahan Berbahaya Seksi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat Seksi Penilaian Risiko Produk dan Bahan Berbahaya Seksi Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya Seksi Diseminasi Informasi Kelompok Jabatan Fungsional Seksi Tata Operasional Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional

59 Lampiran 4. Peraturan-peraturan Internasional tentang Bioplastik NO NEGARA PERATURAN URAIAN 1 AMERIKA ASTM D SPESIFIKASI INI MENCAKUP PLASTIK DAN PRODUK YANG TERBUAT DARI PLASTIK YANG DIRANCANG UNTUK DIBUAT KOMPOS DALAM KONDISI AEROBIK DALAM FASILITAS PENGOMPOSAN AEROBIK KOTA DAN INDUSTRI 2. SPESIFIKASI INI DIMAKSUDKAN UNTUK MENETAPKAN PERSYARATAN UNTUK PELABELAN BAHAN DAN PRODUK, TERMASUK KEMASAN YANG TERBUAT DARI PLASTIK SEBAGAI KOMPOS DALAM FASILITAS PENGOMPOSAN AEROBIK KOTA DAN INDUSTRI 3. SIFAT DALAM SPESIFIKASI INI DIBUTUHKAN UNTUK MENENTUKAN APAKAH ITEM AKHIR TERMASUK KE YANG MENGGUNAKAN PLASTIK DAN POLIMER SEBAGAI LAPISAN ATAU PENGIKAT AKAN KOMPOS MEMUASKAN, DALAM AEROBIK FASILITAS PENGOMPOSAN KOTA ATAU INDUSTRI SKALA BESAR. 4. PADA BIOPLASTIK, 60% BIODEGRADASI DIBUTUHKAN DALAM 180 HARI. 2 BENUA EROPA: AUSTRIA, BERGIA, REPUBLIK CEKO, DENMARK, FINLANDIA, PERANCIS, JERMAN, YUNANI, ISLANDIA, IRLANDIA, ITALIA,, BELANDA, NORWEGIA, PORTUGAL, SPANYOL, SWEDIA, SWISS DAN INGGRIS. EN : STANDAR INI MENETAPKAN PERSYARATAN EROPA DAN PROSEDUR UNTUK MENENTUKAN DIKOMPOSKAN DAN ANAEROBIK EN : KEMASAN DAN BAHAN KEMASAN DENGAN MENJAMIN 4 KARAKTERISTIK: 1. BIODEGRADASI 2. DESINTEGRASI SELAMA PENGOBATA BIOLOGIS 3.EFEK PADA PROSES PENGOLAHAN BIOLOGIS 4. BERPENGARUH PADA KUALITAS YANG DIHASILKAN KOMPOS. KEMASAN DAN LINKUNGAN SERTA TERMINOLOGI

60 Lanjutan Lampiran 4 NO NEGARA PERATURAN URAIAN 3 BERLAKU INTERNASIONAL 4 BERLAKU INTERNASIONAL EN : 2000 ISO : 1999 ISO : 1999 ISO : 1999 KEMASAN DAN LINKUNGAN, PERSYARATAN UNTUK PENGGUNAAN STANDAR EROPA DI BIDANG KEMASAN DAN LIMBAH KEMASAN. PENENTUAN BIODEGRADABILITAS AEROBIK UTAMA DAN BAHAN PLASTIK DALAM AIR PENENTUAN BIODEGRADABILITAS AEROBIK UTAMA DAN BAHAN PLASTIK DALAM MEDIA BERAIR. PENENTUAN BIODEGRADABILITAS AEROBIK AKHIR DAN DISINTEGRASI BAHAN PLASTIK DIBAWAH KONDISI PENGOMPOSAN.

61 Lampiran 5. Alur Permohonan dan Penerbitan SKE Kemasan Pangan Permohonan Penerimaan Permohonan Melengkapi Tidak Memenuhi Evaluasi Memenuhi Tidak Memenuhi Tindak Lanjut Memenuhi Tidak Memenuhi Rekomendasi DITOLAK Memenuhi SKE Penerbitan SKE

62 Lampiran 6. Alur Konsultasi dalam Rangka Permohonan Penerbitan SKE Kemasan Pangan Permintaan pelayanan konsultasi: - Tatap muka - Telepon - Penerimaan konsultasi dengan menanyakan maksud dan tujuan konsultasi Penolakan Tidak Identifikasi jenis permintaan konsultasi; disesuaikan dengan jenis pelayanan yang ada Ya Pemohon menerima informasi Pemberian konsultasi: - Tatap muka - Telepon -

63 Lampiran 7. Naskah Talkshow di radio TALKSHOW DALAM RANGKA RENCANA AKSI PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA Pasar merupakan tempat jual beli berbagai macam barang dan pangan. Pasar juga menjadi ajang interaksi masyarakat dan berpotensi dalam peredaran pangan yang mengandung bahan berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, antara lain formalin, boraks, kuning metanil dan rhodamin B. Masih beredarnya bahan berbahaya dipasaran menjadi bukti kalau pengendalian peredaran bahan berbahaya belum optimal. Itu dapat meningkatkan praktek penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan. Untuk itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan suatu program Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Program tersebut menekankan pada bagaimana memberdayakan komunitas pasar untuk dapat melakukan pengawasan bahan berbahaya termasuk pangan yang berpotensi mengandung bahan berbahaya secara mandiri dan berkesinambungan. Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan dilaksanakan selama 3 tahun kedepan sampai 2015 dengan 108 Pasar yang dijadikan contoh dalam 31 provinsi. Diharapkan program ini dapat berjalan sesuai rencana agar masyarakat terlidungi dari paparan bahan berbahaya. Kalau seluruh pasar di Indonesia dapat bebas dari peredaran bahan berbahaya, maka kurang lebih 80% dari seluruh penduduk Indonesia yang bergantung pada pasar dapat dilindungi dari risiko terpapar bahan berbahaya. 1. Mengapa perlu diadakannya Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya? Masih banyaknya pangan yang mengandung bahan berbahaya yang dijual di pasar dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan. 2. Tujuan dari diadakannya Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya? Agar seluruh pasar di Indonesia bebas dari peredaran bahan berbahaya. 3. Bagaimana cara mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya? Merangkul seluruh pedagang di pasar agar mereka tidak menjual barang atau pangan yang mengandung bahan berbahaya dan ikut mengawasi peredaran bahan berbahaya. 4. Apa sasaran dari Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya? Komunitas pasar bisa ngawasin peredaran bahan berbahaya secara mandiri. 5. Bagaimana cara untuk mencapai sasaran tersebut? Untuk mencapai sasaran itu kita membutuhkan strategi, seperti meningkatkan pengawasan pasar, kesadaran (awareness) komunitas pasar, kemampuan SDM pasar, dan menunjuk pasar contoh yang siap untuk ditiru pasar lain, serta mengoptimalkan manajemen aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.

64 Lanjutan Lampiran 7 6. Apa program dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut? Program dan kegiatan yang dilakukan : Meningkatkan komitmen komunitas pasar dan lintas sektor terkait dengan melakukan advokasi dengan pemda setempat. Meningkatkan pengetahuan komunitas pasar dengan melakukan penyuluhan dan kampanye ke pedagang dan masyarakat. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola pasar untuk melakukan pengawasan melalui Training of Trainer (TOT) kepada petugas Pasar. Menetapkan pasar contoh yang siap ditiru oleh pasar lain dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah serta pengusaha untuk kegiatan sosial kemasyarakatan agar turut meniru pasar contoh. memantau dan mengevaluasi pasar secara terus-menerus oleh petugas yang dibentuk di pusat dan daerah. 7. Kampanye yang seperti apa yang dilakukan kepada masyaratkat? Memutar film layanan masyarakat, spot iklan di radio komunitas pasar dan nyebarin informasi seperti leaflet, poster, booklet, dll. 8. Siapakah yang berperan dalam mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya? Bukan hanya Badan Pengawas Obat dan Makanan yang berperan disini tapi seluruh aspek masyarakat seperti pedagang pasar, pengelola pasar, konsumen, dan pemerintah setempat harus ikut serta dalam mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. 9. Bagaimana penetapan pasar contoh dalam Rencana Aksi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya? Harus ditemukan adanya peredaran bahan berbahaya, pangan yang dijual mengandung bahan berbahaya, mendapat dukungan dari pemimpin pasar dan yang diutamain itu pasar-pasar yang ditunjuk menjadi pilot pasar sehat kementerian kesehatan. 10. Dampak yang diharapkan dari Pasar Aman dari Bahan Berbahaya? Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pasar sebagai sumber penyedia pangan yang bebas dari bahan berbahaya. 11. Kesimpulan dan saran 1. Untuk menciptakan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya diperlukan kerjasama seluruh aspek masyarakat dalam mengawasi dan memberantas peredaran bahan berbahaya. 2. Pedagang pasar sebaiknya tidak menjual bahan berbahaya ataupun pangan yang mengandung bahan berbahaya. 3. Masyarakat sebagai konsumen harus cermat dalam membeli pangan agar tidak membeli pangan yang mengandung bahan berbahaya. 4. Perbanyak informasi dan pengetahuan melalui televisi, radio, koran, leaflet, booklet, poster, dll

65 Lampiran 8. Naskah Spot Iklan di Radio Spot Iklan Dul : Nyak mau kemane? Nyak : Mau ke pasar ni Dul. Dul : Mau beli apa an nyak? Nyak : Mau beli kebutuhan Rumeh Tangge Dul : Hati-hati nyak, kalo milih-milih barang jangan lihat harge nyang mureh dan warnenye mencolok aje ye nyak. Soalnye itu tu mengandung bahan berbahaye nyak. Nyak : emangnye contoh makanan yang mengandung bahan berbahaye tuh nyang gimane dul? Dul : misalnye kerupuk yang berwarne merah tuh nyak bisa jadi itu mengandung pewarna tekstil, mie baseh mengandung formalin dan kalo di makan tuh berbahaye untuk tubuh nyak. Nyak : iye dul. Dul : hati-hati yeh nyak, apa lagi pasar di seberang jalan sane yah nyak, kayaknya kagak aman tuh. Nyak : jadi gimana donk dul, nyak mau belanje nih? Dul : gampang nyak, Nyak : iye, gampang gimane dul? Dul : nyak nyari pasar aje yang udeh masuk ke dalam Aksi Pasar Aman Dari Bahan Berbahaya Nyak : Pasar apaan tuh dul? Dul : Pasar Aman Dari Bahan Berbahaye maksudnye, Pasar yang udeh di akui bersih, pedagangnye nggak make Bahan Berbahaye. Nyak : oh, gitu yeh dul? Dul : iye nyak, Itu tu programnye Badan Pengawas Obat dan Makanan nyang lagi digencarin sebagai pendukung dari program pasar sehat kementerian kesehatan biar seluruh pedagang di pasar di negeri kite ini kagak menjual lagi bahan berbahaye yang sering disalehgunakan di pangan atawe pangan yang diduge mengandung bahan berbahaye. Nb : ( Dul, nyak ) sukses kan Aksi Pasar Aman Dari Bahan Berbahaya hidup sehat bebas dari Bahan Berbahaya yeeehh.. PESAN INI DISAMPAIKAN OLEH DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

66 Lampiran 9. Leaflet tentang Bahan Berbahaya

67 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2 24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN ELIS APRIYANTI, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG II. KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG 2.1 Sejarah dan Perkembangan BPOM RI Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertugas untuk mengawasi obat dan makanan sehingga dapat melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENILAIAN OBAT TRADISIONAL, SUPLEMEN MAKANAN DAN KOSMETIK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENILAIAN KEAMANAN PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO.23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2 26 SEPTEMBER

Lebih terperinci

LAKIP TAHUN BADAN POM i

LAKIP TAHUN BADAN POM i alam rangka menciptakan good governance dan clean government di lingkungan Badan POM, LAKIP Badan POM tahun 2011 ini disusun. Sebagai bentuk penjabaran prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyampaian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PERIODE 4 JULI 2011 29 JULI 2011 DEPUTI II BIDANG PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN NARKOTIKA PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 4 JULI 29 JULI 2011

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 2 24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PRODUK TERAPETIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA

Lebih terperinci

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat Sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah, tantangan, beban dan tanggung jawab pengawasan obat dan makanan dirasakan semakin berat. Untuk itu, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560 Tanggal 04 Februari 26 Februari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK TERAPETIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 4 29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/ LEMBAGA : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM 1.1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO.23 JAKARTA PUSAT PERIODE 4 29

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 DENGAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA DEPUTI II DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN PERIODE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DEPUTI I BIDANG PENGAWASAN PRODUK TERAPETIK DAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF JALAN PERCETAKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANN JL. PERCETAKAN NEGARA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK TERAPETIK (PT) DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DITJEN BINFAR DAN ALKES KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JL. H.R. RASUNA SAID

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENILAIAN OBAT DAN PRODUK BIOLOGI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 4-26 FEBRUARI

Lebih terperinci

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan CODE PROCESS NAME SUB PROCESS SUB PROCESS CODE CFM CFM CODE POM-01 Pengelolaan Perundang-undangan dan Standar Pembentukan undang-undang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program Lampiran 1 RKT RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian mutu, keamanan, dan khasiat permohonan pendaftaran

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KEBIJAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan.

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan. Lampiran 2 PKK PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian permohonan pendaftaran produk permohonan Dana (Rp)

Lebih terperinci

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi PETA BISNIS PROSES Pemerintah Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan Pembentukan Undang-undang Perundangundangan dan POM-02 Evaluasi Produk dan Administrasi

Lebih terperinci

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor No.180, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KELEMBAGAAN. Badan Pengawas Obat dan Makanan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengawasan Obat dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau 1 BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN A. TINJAUAN PANGAN OLAHAN 1. Pengertian Pangan Olahan Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NETI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 24 APRIL

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat BBPOM Kota Bandar Lampung Pada awalnya Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NOMOR 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-26 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Bimbingan Teknis Ujian Dinas Tingkat I dan Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat Tahun 2017 Jakarta, 18 Juli 2017 DASAR HUKUM, TUGAS,

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya KATA PENGANTAR Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.21.1732 TAHUN 2008 TENTANG GRAND STRATEGY BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

PERAN APOTEKER DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN OBAT DALAM ERA GLOBALISASI. Kepala Badan Pengawas Obat & Makanan

PERAN APOTEKER DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN OBAT DALAM ERA GLOBALISASI. Kepala Badan Pengawas Obat & Makanan PERAN APOTEKER DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN OBAT DALAM ERA GLOBALISASI Kepala Badan Pengawas Obat & Makanan Disampaikan Pada Seminar Nasional The 2nd Indonesian Pharmacist

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-24 SEPTEMBER

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L 2 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (2) 3 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (3) 4 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (4) DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya BPOM Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang pada masa penjajahan Belanda dikenal dengan apoteker yang berperan dalam pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Drs. Mustofa, Apt, M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Drs. Mustofa, Apt, M.Kes NIP KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap kementerian dan lembaga diwajibkan untuk menyusun rencana strategis termasuk

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKAN NOMOR: HK. 00. 05. 24.01634 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Menimbang : 1. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sesuai dengan struktur organisasi, tugas tiap bidang sebagai berikut :

Sesuai dengan struktur organisasi, tugas tiap bidang sebagai berikut : Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar POM Bandar Lampung melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23, JAKARTA PERIODE 4-26 FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)Pekanbaru. Pembentukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru diawali oleh terbentuknya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN A. Keberadaan BPOM di Indonesia 1. Terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makananan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETRIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT RISET OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO.23 JAKARTA PUSAT PERIODE 4 JULI 28 JULI 2011 LAPORAN

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006 KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006 Oleh : Drs. Richard Panjaitan, Apt., SKM DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP KETERSEDIAAN, KETERJANGKAUAN DAN PEMERATAAN OBAT ESENSIAL GENERIK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja. No.1714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI

BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN INSTANSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 166 tahun 2000, Badan POM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) yang bertanggung

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Balai Besar POM Pekanbaru. 1. Pengertian dan Latar Belakang Balai Besar Obat dan Makanan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Balai Besar POM Pekanbaru. 1. Pengertian dan Latar Belakang Balai Besar Obat dan Makanan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Balai Besar POM Pekanbaru 1. Pengertian dan Latar Belakang Balai Besar Obat dan Makanan Balai Besar POM Pekanbaru berlokasi di Jl. Diponegoro No.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN No 1 Kepala Dinas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci