BAB II KAJIAN TEORI. d. Dongeng berumus (formula tales) mite (dongeng dewa-dewa dan makluk halus), sage (dongeng sejarah)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. d. Dongeng berumus (formula tales) mite (dongeng dewa-dewa dan makluk halus), sage (dongeng sejarah)"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Sinopsis Cerita 1. Pengertian Dongeng Dongeng merupakan cerita pendek yang disampaikan secara lisan, dimana dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benarbenar terjadi (James Danandjaja, 2007: 83). Secara umum dongeng adalah cerita yang dituturkan atau dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan (Kamisa, 1997: 144). Jadi dapat disimpulkan bahwa dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar tejadi/ fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut. Menurut Anti Aarne dan Stith Thompson (1992: 86), dongeng dapat dibedakan menjadi empat menurut jenisnya yaitu: a. Dongeng binatang (animal tales) b. Dongeng biasa (ordinary tales) c. Lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes) d. Dongeng berumus (formula tales) Sedangkan berdasarkan isinya, dongeng dapat dibedakan menjadi lima yaitu fabel (dongeng binatang), legenda (dongeng keajaiban alam), mite (dongeng dewa-dewa dan makluk halus), sage (dongeng sejarah) dan parabel (dongeng yang mengandung nilai kehidupan). Berdasarkan kajian diatas, cerita dongeng Rapunzel termasuk kedalam dongeng legenda dan dongeng parable. Dimana dalam cerita 10

2 11 Rapunzel terdapat dongeng keajaiban alam dan juga mengandung nilai moral kehidupan, yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran hidup manusia pada kehidupan nyata. 2. Fairy Tales of Fantasy Pergelaran Proyek Akhir dengan tema Fairy Tales of Fantasy merupakan karya besar mahasiswa Tata Rias dan Kecantikan untuk menampilkan kreativitas dalam merancang, merias, menata rambut, dan busana. Pertunjukkan karya seni dengan perpaduan dan kolaborasi yang dikemas dalam tampilan modern, mampu menciptakan keharmonisan sehingga memberikan tampilan yang berbeda dari sebelumnya. Pada pergelaran ini terdapat dialog, alunan musik, tari dan nyanyian belum pernah dipentaskan sebelumnya. Pagelaran Fairy Tales of Fantasy mengambil cerita dari dongeng barat yang menggabungkan 7 (tujuh) macam dongeng seperti Putri Tidur, Alladin, Beuty and The Beast, Putri Salju, Cinderella, Rapunzel dan Swan Lake. Pertunjukkan ini, akan menghadirkan dunia khayal dalam dunia nyata melalui penuangan ide-ide, dengan mengedepankan rias wajah, penataan rambut, kostum, sehiinga dapat dijadikan sebagai apresiasi seni modern. 3. Dongeng Rapunzel Kisah Rapunzel bercerita tentang seorang putri berambut pirang keemasan yang diculik dan terkurung sendiri didalam menara tinggi pada sebuah hutan. Dalam cerita tersebut Rapunzel merupakan putri kerajaan, yang telah diculik oleh nenek tua bernama Gothel sejak ia masih bayi.

3 12 Keinginan Gothel memiliki Rapunzel adalah karena rambut Rapunzel memiliki kekuatan ajaib yang dapat mengubah penampilan yang tua menjadi muda kembali. Selama belasan tahun Rapunzel hidup bersama Gothel pada menara yang tinggi menjulang. Oleh karena itu, Rapunzel tidak dapat menikmati dunia luar. Semakin bertambahnya usia, Rapunzel ingin menggapai cita-citanya yaitu melihat pesta lampion yang diadakan tiap kali ia berulang tahun. Rapunzel meminta izin pada Gothel agar ia dapat keluar dari menara untuk melihat lampion-lampion itu. Namun Gothel tidak mengizinkan, karena Gothel bermaksud menyembunyikan Rapunzel dari kerajaan. Satu hari sebelum pesta lampion itu berlangsung, seorang pemuda bernama Flynn Rider telah mencuri mahkota di istana kerajaan. Flynn di kejar-kejar oleh pengawal istana dan seekor kuda bernama maximus. Tanpa disengaja Flynn melihat sebuah menara yang menjulang tinggi, kemudian ia mendaki menara itu dan berniat untuk bersembunyi didalamnya. Di menara itulah pertemuan pertama antara Rapunzel dengan Flynn Rider. Di tempat itu Rapunzel meminta Flynn untuk mengantarkan rapunzel ke pesta lampion di sekitar kerajaan, tetapi Flynn menolak karena saat itu ia sedang menjadi buronan oleh pengawal kerajaan. Namun demi barang curianya yaitu mahkota, akhirnya Flynn menyetujui permintaan tersebut. Mereka sepakat untuk pergi ke istana bersama-sama sebelum gothel kembali ke menara tersebut. Selama perjalanan, Rapunzel sangat bahagia dan menikmati indahnya dunia yang tidak pernah ia jamah

4 13 sebelumnya, dan saat itu pula rasa suka mulai tumbuh diantara keduanya dan Flynn mengaku pada Rapunzel bahwa nama aslinya adalah Eugene Fitzherbert. Gothel melihat kuda kerajaan disekitar hutan, ia panik dan memanggil nama Rapunzel dari bawah menara, Rapunzel tak kunjung menjawab, lalu ia naik ke menara untuk memastikan apakah Rapunzel masih ada didalam menara. Sesampainya di atas menara ternyata Rapunzel sudah tidak ada disana. Gothel mencari Rapunzel kemanamana, sampai ia melihat Rapunzel sedang bersama seorang pemuda. Gothel membujuk Rapunzel agar mau kembali ke menara. Namun Rapunzel menolak dan berjanji akan kembali setelah melihat pesta lampion tersebut. Gothel geram dan semakin takut kalau Rapunzel mengetahui bahwa ia adalah seorang putri yang hilang. Akhirnya, gothel menjebak Flynn agar tertangkap oleh pengawal kerajaan dan dipenjara. Setelah melihat pesta lampion Rapunzel dibawa oleh Gothel kembali ke istana. Pada saat Rapunzel melihat atap diruang tidurnya. Ia sadar bahwa ternyata bahwa dirinya adalah seorang putri yang hilang. Rapunzel meminta penjelasan pada Gothel, kenapa dirinya berada didalam menara. Lalu Gothel menunjukkan wajah aslinya yang jahat dan menceritakan semuanya kepada Rapunzel. Mengetahui kebenaran tersebut, Rapunzel ingin kembali ke Istana. Namun Gothel menahannya dan ingin mengurung Rapunzel seumur hidup. Niat Gothel tidak terlaksana sebab Eugene datang bersama Maximus untuk menyelamatkan

5 14 Rapunzel. Eugene berjuang supaya Rapunzel terbebas dari gothel. Eugene memutuskan untuk memotong rambut Rapunzel yang ajaib itu. Kemudian dengan sekejab kekuatan pada rambut itu hilang dalam sekejab dan Gothel juga lenyap. Setelah keluar dari menara Rapunzel dan Eugene memutuskan untuk segera kembali ke kerajaan. Mendengar kabar bahwa putri telah ditemukan, Raja dan Ratu menggelar pesta besar. Eugene melamar Rapunzel, pada akhirnya Rapunzel dan Eugene menikah dan hidup bahagia (Barbara Bazaldua, 2011: 2-24). 4. Karakter Tokoh Pangeran Eugene Fitzherbert Berdasarkan kajian teori diatas, tokoh Eugene Fitzherbert memiliki karakter pemberani, cerdik, licik, agresif dan suka bertingkah semaunya sendiri. Eugene adalah pria miskin yang hidup dengan sederhana. Namun sosok Eugene juga seorang yang baik dan bertanggung jawab atas janji dan perbuatan yang telah dilakukan. Hal ini terbukti saat Eugene menepati janjinya terhadap Rapunzel untuk menemani dan menjadi penunjuk jalan ke pesta lampion yang diadakan di sekitar Istana kerajaan. Gambar 1. Eugene Fitzherbert (Sumber: )

6 15 B. Konsep Tokoh Pangeran Eugene Fitzherbert Tokoh Eugene Fitherbert dalam pergelaran Fairy Tales of Fantasy ditampilkan sebagai pangeran yang merupakan salah satu tokoh pada cerita Rapunzel. Tokoh pangeran Eugene Fitzherbert diciptakan dengan sumber ide pada tokoh asli dalam cerita kemudian dikembangkan sesuai ide perias. Warna-warna make up pada mata melambangkan karakter sedih, tulus, agresif, perayu, tegas pada tokoh tersebut dan terdapat face painting pada dahi sebelah kanan serta body painting pada bagian dada pemain yang berbentuk elang hitam, yang dapat menggambarkan sifat pantang menyerah dan tak terkalahkan. Bentuk kostum yang terinspirasi dari kaum incroyables dengan warna ungu dapat menggambarkan sifat angung dan berwibawa bagi seorang pangeran. C. Sumber Ide 1. Pengertian Sumber Ide Sumber ide adalah memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam untuk dijadikan inspirasi pada suatu karya (Chodiyah, dkk.1982: 171). Sumber ide merupakan pokok pikiran yang ada untuk mengembangkan sebuah desain. Sedangkan menurut Sri Widarwati (2000: 58), sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang untuk menciptakan disain yang baru. Sumber ide merupakan langkah awal untuk menciptakan suatu karya. Dalam prosesnya sumber ide juga dapat diperoleh secara sengaja atau tidak disengaja dari alam dan lingkungan dengan menghayati dan merenungi keadaan sekitar.

7 16 Dalam mengambil suatu ide, tidak perlu menuangkan keseluruhan dari ide yang diperoleh, melainkan dapat mengambil bagian-bagian menarik yang dianggap dapat dijadikan sebagai sumber ide untuk dijadikan rancangan atau disain. Adapun fungsi dan manfaat dari sumber ide menurut Sri Widarwati (2000: 59), antara lain: a. Sumber ide dapat merangsang pemikiran seseorang dalam mengembangkan suatu desain. b. Sumber ide dapat mempermudah dalam pembuatan suatu karya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan suatu disain, seorang perancang dapat mengambil ide dari melihat berbagai objek untuk dijadikan sumber ide. Objek tersebut dapat berupa benda, hewan, tumbuhan, dan peristiwa-peristiwa penting baik nasional maupun internasional. 2. Pengembangan Sumber Ide Menurut Triyanto, dkk. (2011: 22), bahwa kemampuan seorang perancang dalam mengolah suatu objek menjadi gubahan-gubahan atau bentuk baru, tetapi tidak meninggalkan bentuk asli. Pengembangan dan perubahan bentuk dapat dilakukan dengan berbagai teknik pengenbangan. Adapun teknik yang dimaksud, yaitu: a. Stilisasi Stilisasi merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan menggayakan objek atau benda yang digambar. Teknik paling mudah dalam membuat stilisasi dengan menambah

8 17 bentuk satu demi satu dari bentuk satu ke bentuk yang lebih rumit. Semakin banyak penambahan maka bentuknya akan semakin rumit. Misalnya penggambaran motif batik. b. Distorsi Distorsi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar. Misalnya karakter wajah Gatot Kaca. c. Transformasi Transformasi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter dengan memindahkan (trans) wujud atau figur dari objek lain ke objek yang digambar. Misalnya penggambaran tubuh manusia dengan kepala binatang. d. Disformasi Disformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan interpretasi karakter, dengan mengubah bentuk objek. Cara yang dilakukan dalam mengubah objek tersebut dengan menggambarkan sebagian saja yang lebih dianggap mewakili. Langkah yang paling mudah membuat disformasi dengan cara mengurangi satu demi satu bentuk asli menjadi bentuk yang lebih sederhana. Kajian dari teori diatas adalah sesuai dalam pergelaran Fairy Tales of Fantasy pada Eugene Fitzherbert yang bersumber pada tokoh asli

9 18 dikembangkan dengan sumber ide distorsi pada merias wajah dan penataan rambut, serta tranformasi pada face painting, body painting serta pengembangan kostum untuk pencapaian karakter tokoh. D. Disain 1. Pengertian disain Disain merupakan bentuk rumusan dari suatu proses pemikiran, pertimbangan dan perhitungan dari desaigner yang dituangkan dalam wujud gambar. Gambar tersebut merupakan pengalihan gagasan atau pola pikir konkret dari perancang kepada orang lain (Ernawaati, dkk. 2008: 196). Desain adalah rancangan berupa gambar atau sketsa sebagai dasar penciptaan. Membuat desain pada dasarnya adalah menuangkan gagasan dalam bentuk gambar atau sketsan (Eko Santosa, dkk. 2008:286). Sedangkan menurut Widjiningsih (1982: 1), disain ialah suatu rancangan gambar yang nantinya dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang berupa susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur. Sehingga dapat dikaji bahwa disain bukan hanya sekedar gambar bagi seorang perancang, karena desain juga merupakan pedoman atau perencanaan untuk mewujudkan suatu karya baik dalam make up, penataan rambut, busana dan assesoris agar karya yang diciptakan terlihat lebih indah dan berguna.

10 19 2. Unsur disain Unsur disain harus disusun dan dikomposisikan secara baik agar tercipta suatu disain yang indah. Unsur-unsur disain menurut Ernawati, dkk, antara lain: a. Garis Menurut Widjiningsih (1982:2) garis adalah unsur yang dapat mewujudkan emosi dan menggambarkan sifat sesuatu. Garis adalah hasil goresan oleh suatu benda diatas permukaan benda alam maupun benda buatan. Garis dapat pula merupakan gabungan dua titik yang bersebrangan. Alat yang digunakan untuk menggores tidak selalu berbentuk runcing kecil namun juga dapat tumpul besar, serta gepeng lebar seperti kuas, dengan demikian semua hasil goresannya dapat dikatakan sebagai garis. Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto (2009: ), jenis-jenis garis dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: 1) Garis Lurus Garis lurus merupakan dasar untuk membuat garis patah dan bentuk-bentuk bersudut. Garis lurus mendorong rasa kaku, ketegasan dan ketelitian. Kesan garis lurus menimbulkan watak keras, tegar, teguh hati dan tidak mengenal kompromi. 2) Garis Lengkung Garis lengkung merupakan garis terpanjang yang menghubungkan dua titik atau lebih. Kesan yang ditimbulkan garis

11 20 lengkung adalah berwatak luwes, harmonis, kalem, lebih feminin, sopan, pemalas, budiman dan tidak bertujuan. 3) Garis Majemuk Garis lengkung terdiri dari garis zig zag dan lengkung S yang dapat memberi kesan semangat, gairah, seram, bahaya, kaku, luwes lemah gemulai, dinamis. 4) Garis Gabungan Merupakan garis gabungan bebas antara zig zag dan lengkung yang member kesan kepribadian yang masih labil. Dari uraian diatas maka dapat dikaji bahwa, penerapan garis dapat diaplikasikan dalam tata rias wajah, sesuai penekanan karakter tokoh. Pengaplikasian tersebut terdapat pada alis menggunakan unsur garis lurus yang agar terkesan tegas dan teliti. Selain itu garis lengkung pada hiasan busana memberikan kesan sopan, harmonis dan budiman pada tokoh tersebut. b. Arah Arah merupakan penolong pada suatu garis agar bentuknya dapat terlihat harmonis dan menyenangkan.. Arah garis dapat dilihat dan dirasakan keberadaanya, sehingga sering dimanfaatkan dalam merancang benda dengan tujuan tertentu. Dalam merancang riasan wajah juga diperlukan adanya unsur arah garis sehingga dapat mengubah bentuk wajah sesuai karakter yang diinginkan. Arah garis dan karakternya dapat dibedakan menjadi:

12 21 1) Mendatar (horizontal) berkesan tenang, mantap, tentram, pasif, damai, dan kaku. 2) Tegak Lurus (vertikal) memberi kesan agung, stabil, kokoh, jujur, tegas, kuat, dan berwibawa. 3) Miring ke kiri dan kekanan (diagonal) memberi kesan lincah, gembira, gesit, gerakan perpindahan, lebar dan dinamis. Sesuai dengan uraian teori tersebut, penerapan arah dapat diaplikasikan dalam tat arias wajah yang terdapat pada rias hidung tokoh yang menggunakan arah garis vertikal yang tegas, kuat, jujur dan berwibawa dan sekaligus sebagai koreksi bentuk hidung. Garis horizontal atau mendatar juga diterapkan pada rias pipi yang dapat member kesan tenang dan kaku pada tokoh. c. Bidang dan Bentuk 1) Bidang Bidang merupakan suatu bentuk yang memiliki dimensi panjang dan lebar serta memiliki tempat atau area. Ukuran bidang hanya ada dua yaitu bidang sempit dan bidang luas. Ukuran suatu bidang dapat menyesuaikan dengan tempat dimana bidang tersebut berada. Hal ini dapat diartikan bahwa ukuran bidang dapat dikatakan sempit bila diletakkan pada area yang lebih luas dan dapat dikatakan luas bila diletakkan pada area yang sempit. Jenisjenis bidang ada dua yaitu:

13 22 a) Bidang Geometri Bidang geometri adalah bidang yang teratur dan dibuat secara matematika. Bidang ini meliputi segitiga, lingkaran, segiempat dan sebagainya. b) Bidang Non Geometri Bidang non geometri adalah bidang yang dibentuk secara bebas. Bidang ini meliputi bidang bersudut bebas, bidang maya dan bidang gabungan. 2) Bentuk Menurut Ernawati, dkk. (2008: 203), bentuk adalah hasil hubungan dari beberapa garis yang digabungkan dan mempunyai area atau bidang dua dimensi. Bentuk mempunyai ciri khas untuk membedakan masing-masing benda tersebut. Setiap manusia mempunyai bentuk wajah dan bentuk badan yang berbeda-beda, hal ini berfungsi untuk mengenali antara manusia yang satu dengan yang lain. Menurut Yayat Nusantara (2004: 3) bentuk dibedakan menjadi tiga jenis antara lain: a) Bentuk figuratif Bentuk figuratif adalah bentuk yang meniru wujud yang berasal dari alam seperti manusia, hewan, tumbuhan dan benda. b) Bentuk abstraktif Bentuk abstraktif adalah bentuk figuratif yang digayakan atau diubah bentuknya/ stilasi.

14 23 c) Bentuk abstrak Bentuk abstrak adalah bentuk yang menyimpang dari wujud benda-benda atau makluk yang ada dialam. Diantaranya yaitu bentuk geometris seperti balok, kubus. Berdasarkan kajian diatas bahwa teori bidang dan bentuk dapat diterankan pada bentuk alis, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk mata yang termasuk termasuk dalam bentuk figuratif yang meniru karakter tokoh asli. d. Ukuran Ukuran berpengaruh pada suatu disain sehingga untuk memperoleh disain yang memperlihatkan suatu keseimbangan maka harus mengatur ukuran unsur yang digunakan dengan baik. Ukuran yang kontras pada suatu disain dapat menimbulkan perhatian dan menghidupkan suatu disain, tetapi ukuran yang kontras dan tidak sesuai juga dapat menimbulkan ketidakserasian pada suatu disain (Widjiningsih, 1982: 4). Berdasarkan kajian diatas bahwa ukuran digunakan pada penerapan face painting dan body painting yang diterapkan sesuai dengan bentuk tubuh dan wajah pemain agar penerapanya tampak harmonis. Ukuran juga diterapkan pada kostum yang memperhatikan bentuk tubuh pemain agar tidak member kesan terlalu besar atau terlalu kecil bila dilihat dari jarak penonton dan pemain diatas panggung.

15 24 e. Warna Warna merupakan getaran/gelombang yang diterima indra penglihatan yang dapat didefinisikan secara fisik sebagai sifat yang dipancarkan dan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan (Sadijiman Ebdi Sanyoto, 2009:13). Warna juga dapat diartikan sebagai kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan dari benda-benda yang dikenainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 1269). Pemilihan warna yang tepat dapat membuat suatu objek kelihatan lebih indah dan menarik. Warna mempunyai peranan penting pada kehidupan manusia. Menurut Sulasmi Darmaprawira, (2002: 38), warna dapat membangkitkan kekuatan perasaan seseorang untuk bangkit atau pasif. Klasifikasi warna menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto, (2009: 28-32), antara lain: 1) Warna Primer Merupakan warna dasar pokok karena warna tersebut tidak dapat dibentuk dari warna lain. Warna primer tersebut adalah biru, kuning dan merah. 2) Warna Sekunder Merupakan warna jadi dari hasil percampuran dua warna primer. Warna sekunder tersebut meliputi jingga/orange, ungu dan hijau.

16 25 3) Warna Tersier Merupakan warna hasil percampuran dari dua warna sekunder. Warna tersebut adalah coklat kuning/ yellow ochre, coklat merah/ red brown dan coklat biru/ navy blue. 4) Warna Kuarter Merupakan warna keempat yang dihasilkan dari percampuran dua warna tersier. Warna tersebut adalah coklat jingga/ brown, coklat hijau/ moss green, coklat ungu/ deep purple. Gambar 2. Lingkar Warna (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Berdasarkan sifatnya warna dapat dibedakan menjadi 2 (dua), seperti yang dijelaskan Sadjiman Ebdi Sanyoto, (2009: 37), yaitu: 1) Warna panas: merah, jingga dan kuning. Semua warna tersebut mengandung unsur warna panas yang memberi kesan semangat, kuat aktif, kuat, riang, penuh gairah dan berani. 2) Warna dingin: biru, ungu dan hijau. Semua warna tersebut mengandung unsur warna dingin yang memberi kesan sejuk, tenang, kalem, hening dan damai. Warna dapat dijadikan sebagai warna simbol yang berasosiasi terhadap kepribadian seseorang. Gambaran beberapa warna

17 26 mempunyai perlambangan secara umum, seperti yang dijelaskan Sulasmi Darmaprawira, (2002: 45-48), sebagai berikut: 1) Merah : mempunyai karakter kuat, enerjik, berani, semangat, gairah marah, berani, bahaya, positif, agresif, merangsang dan panas. 2) Ungu: melambangkan kebesaran, keangkuhan, kebangsawanan, kewibawaan,duka cita dan keningratan. 3) Biru: melambangkan pasif, tenang, damai, keteguhan iman, dingin, melankoli, mendalam dan sejuk. 4) Hijau: berasosiasi watak segar, muda, hidup dan tumbuh. 5) Kuning: mempunyai karakter ceria, lincah, ramah, riang, cerah dan hangat. 6) Putih: mempunyai karakter positif, suci, merangsang, murni, tulus, ringan dan sederhana. 7) Abu-abu: melambangkan ketenangan, sopan, mengalah, ragu-ragu dan sederhana. 8) Coklat: berkarakter sopan, arif, bijaksana, hemat dan hormat. 9) Hitam: melambangkan tegas, mendalam, kesedihan, kesuraman, jahat, gelap, elegance dan kekuatan. Berdasarkan kajian diatas, bahwa teori tentang warna diaplikasikan pada rias panggung karakter yaitu warna ungu, biru, hitam, putih dan magenta yang diaplikasikan pada kelopak mata. Untuk koreksi bagian-bagian wajah pemain juga digunakan warna

18 27 coklat tua dan warna yang cerah yang bertujuan untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan pada wajah. Warna kostum pada tokoh tersebut menggunakan warna ungu, hitam, coklat dan emas. Dari keseluruhan warna yang digunakan menandakan kebangsawanan, tenang, jujur, tulus, sederhana, sopan, agresif, sedih dan tegas yang menggambarkan karakter tokoh tersebut. f. Tekstur Tekstur merupakan keadaan permukaan suatu benda atau kesan yang timbul dari apa terlihat dari permukaan benda (Ernawati, dkk. 2008: 204). Setiap benda mempunyai ciri permukaan yang berbeda-beda, tekstur dapat diketahui dengan cara melihat atau meraba. Permukaan suatu objek bersifat kasar, halus, bermotif, mengkilat, licin, buram, keras dan lunak. Artinya tekstur dapat dikatakan sebagai nilai atau ciri khas suatu permukaan atau raut (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009: 137). Berdasarkan hubungannya dengan panca indera, tekstur dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Tekstur nyata merupakan tekstur yang jika diraba maupun dilihat secara fisik dapat merasakan kasar dan halusnya. 2) Tekstur semu merupakan tekstur yang tidak memiliki kesan yang sama antara penglihatan dan perabaan karena adanya kesan perspektif dan gelap terang. Penerapan tekstur dari kajian teori tersebut termasuk dalam unsur tekstur nyata yang terdapat pada kostum yang apabila dilihat dan

19 28 diraba terdapat hiasan busana sehingga tekstur pada kostum tersebut terlihat nyata. g. Nilai gelap terang (Value) Suatu objek atau benda akan terlihat bagian yang terang dan bagian yang gelap bila terkena cahaya. Hal tersebut timbul adanya nilai gelap terang pada permukaan benda. Value merupakan nilai gelap terang yang digunakan untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009: 62). Nilai gelap terang dapat terlihat karena terdapat cahaya alam maupun cahaya buatan. Nilai gelap terang dapat digunakan secara harmonis tergantung pada penempatan objek dan hubungan yang baik antara bentuk yang satu dengan yang lain. Berdasarkan kajian teori tersebut nilai gelap terang diterapkan pada riasan wajah tokoh dengan menyeimbangkan warna ungu, biru, hitam, putih dan magenta yang terdapat pada kelopak mata dan warna riasan pada pipi serta bibir. Sehingga penerapan nilai gelap terang dapat memberikan efek yang berbeda pada wajah. Karena dapat menonjolkan bagian-bagian tertentu dengan mempertimbangkan efek cahaya yang akan digunakan dan dapat menghilangkan kesan datar pada wajah. 3. Prinsip disain Prinsip disain merupakan suatu hukum kombinasi untuk menghasilkan efek tertentu (Widjiningsih, 1982:6). Prinsip disain

20 29 merupakan peranan yang sangat penting pada suatu desain. Dengan penerapan prinsip disain ini suatu karya seni dapat terlihat semakin indah dan sempurna. Prinsip disain menurut Ernawati, dkk, (2008: ) antara lain: a. Harmoni Harmoni adalah prinsip desain yang menimbulkan kesan selaras dan sesuai antara bagian yang satu dengan yang lain. b. Proporsi Proporsi merupakan perbandingan paduan antara bagian yang satu dengan yang lain. Fungsi dari proporsi adalah agar dapat membandingkan ukuran objek yang satu dengan objek yang dibandingkan dapat terlihat proporsional. Dari uraian diatas dapat dikaji bahwa prinsip proposi digunakan pada pengaplikasan body painting dan face painting dengan melihat bentuk wajah dan tubuh pemain maka dapat penerapannya dapat di sesuaikan dengan bidang yang ada sehingga terlihat seimbang. c. Keseimbangan (Balance) Balance atau keseimbangan adalah susunan yang indah dan menyenangkan sehingga menimbulkan hubungan yang baik antara bagian desain dan menghasilkan karya yang menarik. Sedangkan menurut Ernawati, dkk (2008: 212), keseimbangan adalah hubungan yang menyenangkan antar bagian-bagian dalam suatu disain sehingga menghasilkan susunan yang menarik. Keseimbangan

21 30 dipergunakan untuk memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan. Keseimbangan berfungsi agar enak dilihat, tenang, dan tidak berat sebelah. Jenis keseimbangan antara lain: 1) Kesembangan terpusat/ sentral yaitu apabila objek pada bagian kiri dan kanan, atas dan bawah dari garis tengan suatu disain memiliki jarak yang sama. 2) Keseimbangan diagonal yaitu apabila obyek berada pada bagian kiri atau kanan dari garis tengah suatu disain sehingga terdapat ruang yang kosong pada bagian yang lain. 3) Keseimbangan simetris atau formal yaitu apabila objek dan daya tarik pada bagia kiri dan kanan sama. Kesembangan ini memberikan rasa tenang, rapi dan abadi. 4) Kesembangan asimetris yaitu apabila objek pada bagian kiri dan kanan tidak serupa namun memilki jumlah perhatian/ daya tarik yang sama. Objek ini diletakkan pada jarak yang berbeda dari pusat perhatian sehingga memiliki kesan lebih halus dan lembut. Pada kajian tersebut, prinsip desain keseimbangan diterapkan pada riasan, body painting/ face painting, penataan rambut serta kostum. Hal tersebut dapat dilihat dari riasan mata, pipi dan bibir, penataan rambut serta bentuk kostum yang simetris memberi kesan tenang dan adil. d. Keselarasan/ Irama Keselarasan atau irama dapat dirasakan melalui indra penglihat yang menimbulkan kesan gerak gemulai yang

22 31 berkesinambungan antara bagian yang dengan yang lain pada suatu karya. Prinsip pengulangan yang berirama jika dikombinasikan dengan jarak yang baik maka pengaruhnya akan menyenangkan dan menenangkan. e. Aksen/ Center Of Interest Aksen dapat dikatakan pula sebagai pusat perhatian yang akan membawa mata tertuju pada suatu bagian yang penting pada sebuah desain. Center of interest merupakan unsur yang memberikan kesan menonjol atau berbeda dengan bagian yang lain di sekitarnya karena ditempatkan pada bagian yang dominan. Kajian prinsip desain aksen / pusat perhatian pada tokoh dapat diterapkan pada pengaplikasian face painting yang terletak pada dahi sebelah kanan dan body painting yang diaplikasikan pada dada pemain. f. Kesatuan/Unity Unity atau kesatuan merupakan sesuatu yang memberikan keterpaduan tiap unsurnya. Unsur-unsur yang ada dalam disain merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan sehingga tidak ada lagi bagian yang berdiri sendiri. Kesatuan akan terwujud jika satu atau beberapa unsur yang disusun saling berhubungan. Unsur diperlukan untuk meunjang bagian yang lain yaitu kecocokan, keselarasan, komposisi dan kekontrasan. Berdasarkan kajian tersebut bahwa teori prinsip disain kesatuan/unity pada tokoh diterapkan pada riasan, kostum, face

23 32 painting dan body painting. Hal tersebut dapat dilihat dari penerapan riasan mata dan kostum yang warnanya terdapat kesamaan yaitu ungu. Serta penerapan face painting dan body painting yang menggunakan lambang Negara Jerman yaitu Elang hitam. E. Tata Rias Wajah 1. Pengertian tata rias wajah Tata rias wajah adalah seni menggunakan bahan-bahan rias untuk merubah bentuk wajah alamiah menjadi wajah yang artistic (Wien Pudji Priyanto, 2004: 71). Tata rias menurut Yayat Nusantara, (2007: 61), ialah seni merawat dan mempercantik tubuh termasuk pakaian dalam dan asesoris yang dikenakan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007: 1148), tata rias merupakan pengaturan susunan hiasan terhadap objek yang akan dipertunjukkan. Tata rias wajah merupakan bentuk seni tersendiri dengan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna dan menonjolkan kelebihan pada bagian wajah untuk memperoleh hasil yang sederhana dan alamiah, ataupun berdasarkan merias wajah sesuai kebutuhan (Nelly Hakim, dkk. 1998:1). Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tata rias merupakan sarana untuk memperindah diri dengan cara menutupi kekurangan atau cacat yang ada pada diri agar terlihat indah dan sempurna dan dapat membuat orang lebih percaya diri. Fungsi tata rias secara umum merupakan sarana untuk mempercantik dan membentuk diri sehingga dapat membangkitkan rasa ketertarikan pada

24 33 penonton atau orang yang melihat. Sedangkan menurut Eko Santosa, dkk. (2008: 273), fungsi tata rias dalam teater adalah sebagai berikut: a. Meyempurnakan penampilan wajah. b. Menggambarkan karakter tokoh. c. Member efek gerak pada ekspresi pemain. d. Menambah aspek dramatik. e. Menegaskan dan menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh. Berbasarkan uraian teori tersebut, maka dapat dikaji bahwa penerapan tata rias wajah pada tokoh diperlukan untuk memunculkan karakter pangeran dengan menutupi bagian wajah yang dianggap kurang sempurna dan menonjolkan bagian yang baik sehingga dapat menimbulkan ketertarikan bagi orang yang menontonnya. 2. Jenis-jenis tata rias wajah Jenis tata rias wajah menurut Asi Tritanti, (2007: 1), tata rias dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tata rias wajah dasar atau seharihari dan rias wajah khusus. Rias wajah khusus dibagi menjadi beberapa jenis antara lain: a. Rias wajah panggung (Stage make up) Rias wajah panggung menurut Nelly Hakim, dkk (1998: 139), rias wajah malam dengan tekanan efek-efek tertentu, supaya perhatian secara khusus tertuju pada wajah. Rias wajah malam demikian bertujuan untuk dilihat dari jarak jauh dibawah sinar lampu yang terang (spot light), harus didukung oleh keserasian optimal.

25 34 Hendaknya rias wajah yang dikenakan tebal dan mengkilat, dengan garis-garis wajah yang nyata, menimbulkan kontras yang menarik perhatian, kelihatan mengkilat karena keringat. Rias wajah panggung merupakan rias wajah untuk pertunjukkan diatas panggung yang disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dilaksanakan. Tata rias ini terdiri dari: make up untuk penari, make up untuk peragawati pada pagelaran busana (fashion show), penyanyi pada pagelaran musik (musical show) dan make up untuk teater. Faktor yang harus diperhatikan pada saat make up panggung adalah tata lampu (lighting) dan jarak antara penonton dengan panggung. Prinsip-prinsip dalam rias wajah panggung antara lain: 1) Pengaplikasian make up harus tebal agar kekurangan atau cacat wajah dapat tertutupi dan wajah terlihat lebih halus. 2) Korektif make up harus disesuaikan dengan bentuk wajah, agar kontur riasan dan lekuk wajah terlihat lebih menonjol dan wajah tidak nampak datar. 3) Garis-garis make up harus terlihat tajam dan membaur agar riasan wajah dapat terlihat dari jarak jauh. 4) Warna riasan harus mencolok dan tidak menggunakan warnawarna yang matte. Baik untuk riasan mata, pipi, maupun bibir. 5) Menggunakan bulu mata palsu agar mata terlihat lebih tajam, besar indah dan terkesan mewah.

26 35 Tujuan make up panggung yaitu untuk meniadakan efek-efek audience dari para pemain dilihat dari sudut atau aspek definisi wajah (aksentuasi wajah) dan untuk mengimbangi intensitas lampu-lampu panggung yang menghanyutkan atau menenggelamkan pewarnaan wajah natural dan mendatarkan feature-feature para pemain. Penekanan make up panggung harus hati-hati agar terlihat sempurna seperti yang dinyatakan oleh Vincent J.R Kehoe (1992: 280), bahwa make up panggung harus diaplikasikan sedemikian rupa sehingga tidak kelihatan buatan jika dilihat dari tempat duduk deretan pertama penonton dan tidak terlihat karakteristik yang diperankan jika dipandang dari kursi akhir di dalam auditorium. Menurut Herni Kusantati, dkk. (2008: ), tata rias panggung dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Prosthentic make up Prosthentic merupakan tata rias untuk meniru karakter. Prosthentic atau character make up yaitu tata rias wajah yang menghendaki perubahan seperti perubahan, perusakan, dan penambahan pada hidung, jenggot, alis, telinga, bentuk mata, dan kumis sesuai dengan karakter yang diinginkan. Misal pemain teater, pemain sandiwara, penari dan wayang orang. 2) Straight make up Straight make up atau tata rias korektif dilakukan dengan tujuan menonjolkan bagian-bagian wajah yang sempurna dan

27 36 menyamarkan bagian-bagian wajah yang kurang sempurna. Tujuan utama untuk mempercantik pelaku panggung untuk menunjang penampilan di atas panggung. Menurut Vincent J.R Kehoe (1992: 288), straight make up untuk pria di panggung harus tampak natural sebagaimana untuk make up screen, hindari lipcolor dan corak cheekcolor yang cerah. Dari kajian teori diatas maka dapat diterapkan pada rias wajah tokoh, yaitu menggunakan rias wajah panggung prosthentic untuk meniru karakter tokoh asli. Dengan memperhatikan jarak antara panggung dengan penonton, penggunaan tata cahaya, dan warna kostum yang digunakan agar dapat rias panggung harus diaplikasikan tidak terlalu tebal dan atau samar namun dengan baik dan tepat pada tokoh tersebut. b. Rias wajah film Menurut Asi Tritanti, (2010: 33), rias wajah untuk film adalah make up yang dibuat untuk mewujudkan karakter pemain dalam proses pembuatan film, baik film layar lebar maupun sinetron. Kosmetika untuk make up film sebagian besar bersifat waterproof, hal ini berhubungan dengan lampu yang berada disekitar lokasi yang dapat menimbulkan efek panas pada kulit sehingga mencegah agar make up yang digunakan tidak mudah luntur. c. Rias wajah foto (Photo make up) Rias foto adalah rias wajah dengan penekanan-penekanan khusus menggunakan warna-warna kosmetik yang disesuaikan

28 37 dengan kebutuhan foto dan jenis kamera yang digunakan untuk memotret agar menghilangkan kesan datar dan riasan wajah dapat terlihat membaur sehingga menghasilkan gambaran wajah yang sempurna. Menurut Asi Tritanti, (2010: 22-24), terdapat dua jenis make up foto, antara lain: 1) Rias foto hitam putih Bertujuan untuk menciptakan rias wajah yang natural dengan menekankan prinsip-prinsip koreksi wajah, menutupi bagian wajah yang kurang baik dan menonjolkan bagian wajah yang sudah baik koreksi pada daerah hidung dan memberi shading pada sisi hidung agar terlihat mancung dan memberi kesan tirus pada pipi yang chuby atau gemuk. 2) Rias wajah foto berwarna Bertujuan menampilkan rias wajah yang tidak datar dan tidak kabur (blur) pada hasil foto sehingga bagian-bagian wajah terlihat jelas dengan warna-warna yang tepat. d. Rias wajah karakter Tata rias karakter adalah riasan yang diberikan kepada seseorang, disesuaikan dengan tokoh yang diperankan diatas panggung, layar putih dan sebagainya (Djen Moch Soerjopranoto, dkk. 1984: 123). Tata rias karakter dapat membantu pemain mengungkapkan karakter tokoh yang di perankan. Rias karakter dibuat pada bagian tubuh yang memungkinkan dapat dilihat oleh

29 38 penonton, seperti leher, tangan, badan dan kaki. (Eko Santosa, 2008:302). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tata rias karakter merupakan riasan untuk menampilkan watak atau karakter tertentu bagi seseorang aktor dan aktris pada saat di panggung atau bermain film. Hal yang harus diperhatikan pada penerapan rias karakter antara lain sebagai beikut: 1) Menggunakan warna-warna yang mencolok dan cenderung kontras. 2) Pengaplikasian kosmetik lebih tebal dengan hasil riasan yang tajam namun tetap membaur dan halus. 3) Merubah wajah sesuai peran, namun tetap memperhatikan kenyamanan bagi pemain. Rias wajah karakter maksudkan untuk membantu aktor menggambarkan suatu peran dengan membuat wajahnya menyerupai tokoh yang diperankan. Rias ini bertujuan untuk merubah penampilan wajah seseorang menjadi karakter lain sesuai kebutuhan. Terdapat beberapa jenis rias karakter, antara lain rias karakter wajah orang tua, karakter badut, karakter wayang, tragedi atau efek luka, halloween, antagonis dan protagonis, serta binatang. Prinsip rias karakter ada empat antara lain: 1) Make up yang diperankan jangan sampai menganggu pemain dalam memerankan karakter yang dimainkan.

30 39 2) Harus memperhitungkan efek-efek yang ditimbulkan oleh lampu panggung. 3) Make up karakter harus dapat membantu pemain dalam memperagakan auatu peran. 4) Harus dapat merubah wajah sesuai dengan peran yang dimainkan sehingga dapat memberikan gambaran yang nyata pada pononton. Berdasarkan kajian tersebut, maka teori rias wajah karakter dapat diterapkan pada rias wajah tokoh yang terinspirasi dari tokoh asli sehingga dapat membantu pemain menggungkapkan karakter tokoh asli tersebut dan penonton dapat mengenali tokoh yang diperankan pada saat diatas panggung. e. Rias wajah fantasi Tata rias fantasi menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak riil keberadaannya dan lahir berdasarkan daya khayal semata (Eko Santosa, dkk. 2008: 274). Sedangkan menurut Djen Moch. Soerjopranoto, dkk, (1984:137), make up fantasi adalah perwujudan khayalan seorang ahli kecantikan yang ingin melukiskan anganangannya berupa tokoh sejarah pribadi, bunga, hewan atau benda. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa rias wajah fantasi adalah riasan wajah yang merubah penampilan seseorang menjadi imajinasi sesuai keinginan perias Pada riasan ini perias mencurahkan ide-ide untuk membuat rancangan dengan tema yang ditentukan. Pengaplikasian make up pada riasan ini tergantung pada

31 40 kreativitas seorang perias, tidak terlalu berlebihan dan tidak terbatasi oleh tema, namun tetap terlihat cantik dan menarik. Rias fantasi terkesan riasan yang berlebihan, hal ini karena terdapat penambahan kosmetika penunjang seperti bulu mata dengan berbagai bentuk, payet-payet, batu payet, serta gliter yang warna-warni. f. Rias wajah korektif Rias wajah korektif merupakan riasan yang dapat mengubah bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dengan sedemikian rupa, sehingga penampilannya menjadi lebih baik (Nelly Hakim, dkk. 1998: 128). Tata rias korektif menurut Eko Santosa, dkk (2008: 275) merupakan suatu bentuk tata rias yang bersifat menyempurnakan dengan menyembuyikan kekurangan pada wajah dan menonjolkan hal-hal yang menarik pada wajah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tata rias wajah korektif merupakan salah satu cara untuk menutupi bagian wajah yang kurang sempurna dan memperlihatkan kelebihan pada wajah sehingga pemilik wajah maupun orang yang melihat dapat menikmati tampilan keindahan serta kesempurnaan pada wajah tersebut. Untuk mencapai suatu riasan yang sempurna maka perlu adanya penambahan (tints) dengan warna yang lebih terang dan pengurangan (shading) dengan memakai warna yang lebih gelap. Penambahan (tints) diterapkan pada bagian wajah yang perlu ditonjolkan seperti pada tengah hidung dan dagu. Sedangkan pengurangan (shading)

32 41 diterapkan pada bagian wajah yang kurang menonjol atau terlalu lebar seperti pada pipi, sisi hidung, dahi dan rahang. Berikut adalah koreksi bentuk wajah dan alat-alat wajah: 1) Bentuk dan koreksi wajah a) Bentuk wajah panjang Bertujuan untuk membuat wajat terlihat lebih lebar. Shading diterapkan pada dagu dan dahi dengan menggunakan alas bedak warna coklat tua. Tinting diaplikasikan menggunakan alas bedak warna terang pada bagian tulang pipi dan pengaplikasian blush on dengan arah mendatar agar mengurangi kesan panjang pada wajah (Nelly Hakim, dkk. 1998: 129). b) Bentuk wajah bulat Gambar 3. Korektif Wajah Panjang (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Bertujuan untuk membuat bentuk wajah menjadi ramping dan lebih kurus. Dengan penerapan shading pada rahang dan pipi secara tegas agar memberikan efek tirus. Tinting diaplikasikan pada dagu yang pendek agar terlihat

33 42 lebih panjang. Blush on diaplikasikan pada tulang pipi secara samar-samar dam membaur (Nelly Hakim, dkk. 1998: 129). c) Bentuk wajah persegi Gambar 4. Korektif Wajah Bulat (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Bertujuan membuat bentuk wajah menjadi lebih tirus terutama pada bagian rahang dan dahi. Shading pada bagian pipi, rahang dan dahi harus seimbang dengan alas bedak warna coklat tua. Penerapan tinting pada tulang pipi dan kedua dagu. Blush on di aplikasikan dengan arah vertical dan meruncing kedepan (Nelly Hakim, dkk. 1998: 130). Gambar 5. Korektif Wajah Persegi (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012)

34 43 d) Bentuk wajah belah ketupat Ciri dari wajah belah ketupat yaitu dahi yang sempit, bagian pipi yang lebar dan runcing pada bagian dagu. Shading diaplikasikan pada bagian pipi dan dagu. Tinting diterapkan pada sisi kening dan rahang agar terlihat menonjol. Blush on diaplikasikan sejajar dengan hidung, meruncing karah cuping hidung (Nelly Hakim, dkk. 1998: 130). Gambar 6. Korektif Wajah Belah Ketupat (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) e) Bentuk wajah segitiga Bagian dahi menyempit sedangkan bagian pipi dan dagu melebar. Shading diterapkan pada pipi dan rahang. Kemudian tinting diterapkan dahi. Pengalikasian dengan arah menyamping (Nelly Hakim, dkk. 1998: 131).

35 44 f) Bentuk wajah segitiga terbalik Gambar 7. Korektif Wajah Segitiga (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri wajah segitiga terbalik yaitu bagian dahi dan pipi lebar, namun bagian dagu meruncing. Shading diterapkan pada dahi, pipi dan dagu. Tinting diterapkan pada bagian rahang yang sempit agar memberikan kesan lebar. Pemulas pipi di oleskan dengan arah mendatar (Nelly Hakim, dkk. 1998: 131). 2) Bentuk dan koreksi bibir Gambar 8. Korektif Wajah Segitiga Terbalik (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Bibir merupakan salah satu bagian wajah yang menjadi pusat perhatian. Karena itu, pemilihan warna lipstick dan koreksi

36 45 bentuk bibir sangat penting pada saat merias. Beberapa bentuk bibir menurut Gusnaldi (2008: 109) antara lain: a) Bibir ideal Bentuk bibir yang bagian atas dan bawah proporsional, sehingga tidak membutuhkan koreksi bentuk bibir. b) Bibir penuh Gambar 9. Bibir Ideal (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri bibir penuh garis bibir atas dan garis bibir bawah terlihat tebal dan penuh. Koreksi dengan bingkai bibir dengan lip liner didalam garis natural bibir, menggunakan lipstick berjenis matte dan tidak menggunakan lipstick jenis glossy karena membuat bibir terlihat bengkak. c) Bibir terlalu lebar Gambar 10. Koreksi Bibir Penuh (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri bibir terlalu lebar adalah garis tarikan bibir terlalu melebar kesisi kanan dan kiri. Koreksi dengan menutupi

37 46 bibir dengan alas bedak, bingkai bibir hingga membentuk lebih kecil, gunakan lipstick jenis matte dan tidak glossy. d) Bibir mungil Gambar 11. Koreksi Bibir Lebar (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri bibir mungil yaitu garis bibir kecil dan tidak melebar kearah samping. Koreksi dengan membuat garis bingkai diluar garis bibir kemudian gunakan warna lipstick yang mencolok. e) Bibir tipis Gambar 12. Koreksi Bibir Mungil (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri bibir tipis yaitu garis bibir atas dan bawah terlihat tipis tetapi panjangnya seimbang. Koreksi dengan bingkai diluar garis bibir. Menggunakan lipstick dengan warna yang terang atau pastel dengan jenis glossy agar bibir terlihat penuh. Gambar 13. Koreksi Bibir Tipis (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012)

38 47 f) Bibir menurun Ciri bibir menurun yaitu kedua ujung bibir atas terlihat lebih rendah dari batas bibir atas dan bibir bawah. Koreksi dengan membuat lengkungan naik pada ujung bibir bawah disambungkan pada bibir atas. g) Bibir atas tebal dan bawah tipis Gambar 14. Koreksi Bibir Menurun (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri bibir ini adalah bibir bagian atas lebih tebal dari pada bagian bawah sehingga memberi kesan kurang ceria. Koreksi dengan membingkai bibir atas didalam garis alami bibir, kemudian bingkai bibir bawah diluar garis alami bibir, menggunakan lip gloss pada bibir bawah. Gambar 15. Koreksi Bibir Atas Tebal dan Bawah Tipis (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) h) Bibir atas berbentuk M Ciri bibir berbentuk M adalah garis lengkungan bibir atas terluhat sangat cekung. Koreksi dengan membuat garis

39 48 bibir menjadi terlihat ideal. Menggunakan lip gloss pada bibir bagian bawah agar bibir terlihat seimbang. i) Bibir atas tipis dan bawah tebal. Gambar 16. Koreksi Bibir M (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri bibir ini adalah bentuk bibir atas lebih tipis dari bibir bawah. Koreksi dengan membingkai bibir atas diluar garis alami bibir dan bibir bawah didalam garis alami bibir. Menggunakan lipstick satu tingkat lebih muda pada bibir bagian atas dan mengapilasikan lipgloss pada bibir atas. 3) Bentuk dan koreksi alis Gambar 17. Koreksi Bibir Atas Tipis dan Bawah Tebal (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Alis merupakan bagian wajah yang cukup sulit dalam pembuatannya. Karena letak alis yang sejajar maka bentuk alis harus sama antara kanan dan kiri. Seperti yang dinyatakan oleh Gusnaldi, (2008: 62), bahwa alis mata merupakan bagian terpenting bagi ekspresi wajah yang diinginkan. Alis mata yang berantakan dan tidak teratur membuat penampilan tidak terlihat prima. Oleh karena itu, kesalahan dalam pembuatan alis dapat

40 49 membuat riasan menjadi tidak seimbang dan terlihat tidak sempurna. cara mengoreksi bentuk alis menurut Nelly Hakim, (1998: 132), yaitu: a) Alis menurun Merupakan alis yang pada ujung rambut ali turun kebawah, bentuk alis ini membuat wajah kelihatan sedih atau tua. Untuk mengoreksi bentuk alis menurun adalah dengan menghilangkan bulu rambut alis yang menurun kemudian bentuk menggunakan pensil alis. b) Alis lurus atau mendatar Gambar 18. Koreksi Alis Menurun (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Bentuk alis ini dapat dikoreksi dengan menghilangkan bulu rambut pada bagian bawah alis. Lalu dibentuk melengkung dengan pensil alis. c) Alis melengkung Gambar 19. Koreksi Alis Lurus atau Mendatar (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Koreksi pada alis melengkung adalah dengan mencabuti bulu rambut bagian ujung dan pangkal alis lalu bentuk alis dengan sempurna.

41 50 Gambar 20. Koreksi Alis Melengkung (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) d) Alis terlalu tebal Alis yang terlalu tebal dikoreksi dengan menghilangkan bulu rambut yang terdapat pada bagian luar alis yang tidak diinginkan, sehingga membentuk alis yang ideal. e) Jarak alis berdekatan Gambar 21. Koreksi Alis Tebal (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Cara mengoreksi alis dengan menghilangkan sedikit bulu rambut yang ada pada pangkal alis, agar jarak alis tersebu tampak renggang. f) Jarak alis terlalu jauh. Gambar 22. Koreksi Alis Berdekatan (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Jarak alis yang terlalu jauh dikoreksi dengan cara memperpanjang sedikit pangkal alis menggunakan pensil alis.

42 51 4) Bentuk dan koreksi hidung Gambar 23. Koreksi Alis Berjauhan (Foto: Desi Purwaningsih, 2012) Hidung merupakan bagian wajah yang perlu diperhatikan pada saat merias wajah. Agar tercipta suatu riasan yang sempurna maka harus memperhatikan detail bentuk hidung dari masingmasing orang yang akan di make up. Mengoreksi bentuk hidung dengan menerapkan shading dan highlight untuk mendapatkan bentuk hidung yang mancung. Koreksi bentuk hidung menurut Gusnaldi, (2008: 139) antara lain: a. Batang hidung pendek Ciri hidung pendek yaitu hidung pendek dan garis hidung rendah. Aplikasi shading pada kiri dan kanan batang hidung, beri highlight disepanjang garis tengah tulang hidung. Saat menggambar alis persempit antara jarak alis dengan hidung. Gambar 24. Koreksi Hidung Pendek (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012)

43 52 b. Batang hidung panjang Ciri hidung panjang yaitu batang hidung sempit dan garis hidung tinggi. Aplikasi shading hanya pada tepi luar batang hidung bukan di sepanjang batang hidung. Highlight disepanjang garis tengah tulang hidung dan pangkal alis. Saat menggambar alis, jauhkan jarak antara alis dan tulang hidung. c. Batang hidung lebar Gambar 25. Koreksi Hidung Panjang (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Ciri hidung lebar adalah batang hdung lebar dan bulat serta bentuk cuping hidung yang besar, garis hidung rendah hamir rata dengan wajah. Mengalikasikan shading di sepanjang kiri dan kanan batang hidung dan juga pada cuping hidung. Beri highlight pada bagian pangkal dan garis tengah tulang hidung.

44 53 Gambar 26. Koreksi Hidung Lebar (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) d. Batang hidung sempit dan mencuat keatas Ciri hidung sempit yaitu batang hidung sempit dan tajam, garis hidung tinggi. Aplikasi shading di sepanjang tepi luar hidung dan sudut dalam mata. Serta highlight pada garis tengah tulang hidung. 5) Bentuk dan koreksi dagu Gambar 27. Koreksi Hidung Sempit dan Mencuat Keatas (Sketsa: Desi Purwaningsih, 2012) Dagu merupakan anggota wajah yang berada pada bagian bawah wajah. Bentuk dagu sangat mempengaruhi bentuk wajah seseorang. Oleh karena itu, koreksi dagu perlu dilakukan agar membentuk wajah yang sempurna.

45 54 Berdasarkan kajian teori tesebut, maka penerapan rias korektif pada tokoh perlu dilakukan. Hal ini, dilakukan agar dapat menutupi kekurangan yang ada pada wajah pemain dan menonjolkan kelebihan sehingga dengan rias korektif, riasan tokoh yang akan diperankan akan terluhat lebih sempurna. 3. Kosmetika untuk merias wajah Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk dioleskan, digosokkan, dituangkan atau disemprotkan pada bagian badan sehingga dapat membersihkan, mengubah, melindungi serta menambah daya tarik diri terhadap orang lain (Herni Kusantati, dkk; 2008: 105). Kosmetika merupakan bahan penunjang yang paling utama untuk menciptakan suatu riasan. Adapun kosmetika yang digunakan untuk merias menurut Gusnaldi, (2008: 43-84), antara lain: a. Pelembab digunakan untuk melembabkan wajah sebelum mengenakan foundation dan dapat berfungsi untuk melindungi wajah agar tidak kering. b. Alas bedak merupakan dasar dari suatu riasan. Pengaplikasian alas bedak yang tidak rata mengakibatkan riasan wajah tidak terlihat halus dan tampak tidak natural. c. Bedak tabur dan bedak padat digunakan setelah alas bedak fungsinya untuk memperhalus dan menyempurnakan dasaran make up. d. Perona mata atau eye shadow diaplikasikan pada kelopak mata yang berfungsi untuk memberi warna pada mata dan untuk koreksi mata

46 55 sehingga membuat mata lebih hidup, indah dan terlihat lebih sempurna. e. Perona pipi atau blush on berfungsi memberikan kesan segar pada wajah. Bila diaplikasikan dengan tepat, maka penerapan perona pipi akan membentuk pipi yang indah dan sekaligus dapat mengoreksi bentuk wajah. f. Pewarna bibir berfungsi untuk memberikan warna pada bibir dan dapat memberikan efek tertentu bila diaplikasikan dengan koreksi yang tepat sehingga bibir terkesan cantik dan wajah terlihat segar. g. Pensil alis berfungsi untuk membentuk dan mengoreksi alis agar terlihat lebih luwes. h. Eye liner digunakan untuk membingkai dan mempertajam garis mata agar mata terlihat lebih tegas, indah dan menarik. i. Mascara berfungsi untuk menyatukan bulu mata palsu dengan bulu mata asli agar terlihat lebih natural, serta memberi kesan segar dan lentik pada bulu mata. 4. Peralatan dan bahan untuk merias wajah Peralatan make up dasar yang tepat dan berkualitas, dapat memberikan hasil yang bagus pada suatu riasan. Seperti yang dikemukakan Gusnaldi, (2008: 28), kesempurnaan hasil riasan terletak pada alat bantunya. Fungsi alat dan bahan make up secara umum adalah alat penunjang yang digunakan seorang perias dalam pengaplikasian

47 56 kosmetika. Adapun fungsi masing-masing alat dan bahan menurut Gusnaldi (2008: 29-31), yaitu: a. Kuas Besar berfungsi untuk mengaplikasikan bedak agar lebih merata. b. Kuas Sedang digunakan untuk mengaplikasikan shading agar lebih merata. c. Kuas sedang berujung miring untuk mengaplikasikan dan membaurkan perona pipi agar lebih merata. d. Kuas berujung segitiga berfungsi untuk membersihkan wajah dari sisa-sisa kosmetik yang menempel. e. Kuas berujung miring digunakan untuk mengaplikasikan shading pada hidung. f. Kuas kecil berujung rata untuk membaurkan perona mata agar lebih lembut. g. Kuas kecil berujung rata dan keras berfungsi untuk mengaplikasikan perona mata pada alis dan suntuk sudu mata. h. Kuas berbentuk sikat digunakan untuk merapikan bulu alis. i. Kuas berbentuk sisir dan bulu untuk merapikan sisa-sisa mascara dan menyamarkan warna alis. j. Kuas kecil tipis berujung bulat digunakan untuk mengaplikasikan lipstick agar lebih rapi. k. Kuas aplikator untuk mengaplikasikan perona mata.

48 57 l. Spons make up berfungsi untuk mengaplikasikan kosmetik berbentuk cair (liquid) atau krim. m. Penjepit bulu mata digunakan untuk melentikkan bulu mata. n. Cotton bud digunakan untuk merapikan riasan dan menghapus kosmetik yang tidak diinginkan pada wajah. o. Pisau cukur alis berfungsi untuk mencukur bulu-bulu alis mata yang terlalu lebat. p. Gunting kecil berfungsi untuk merapikan ujung kuas dan menggunting bulu mata palsu yang terlalu panjang. 5. Proses kerja merias wajah Proses kerja merias merupakan tahapan atau langkah-langkah yang digunakan seorang perias untuk mandapatkan dan menghasilkan sesuatu. Pada saat merias koreksi wajah dan bagian-bagian wajah perlu diterapkan, agar tercipta suatu riasan yang sempurna. Adapun proses kerja merias menurut Asi Tritanti, (2007: 31), antara lain: a. Membersihkan kelopak mata dan bibir dengan pembersih khusus mata dan bibir menggunakan kapas. b. Membersihkan dan menyegarkan wajah dengan kosmetika seusai jenis kulit. c. Mengaplikasikan pelembab. d. Mengaplikasikan foundation sesuai dengan warna kulit atau sesuai dengan kebutuhan event. e. Mengaplikasikan bedak tabur kemudian dilanjutkan dengan bedak padat.

49 58 f. Membentuk alis. g. Mengaplikasikan eye shadow dan eye liner pada mata. h. Mengaplikasikan blush on atau pemerah pipi. i. Mengaplikasikan pelembab bibir yang dilanjutkan dengan lipstick. F. Penataan Rambut 1. Pengertian penataan rambut Penataan rambut dalam arti luas meliputi semua tahap dan semua segi yang dapat diberikan kepada seseorang dalam rangka memperindah penampilan dirinya melalui pengaturan rambutnya. Tindakan ini meliputi penyampoan, pemangkasan, pengeritingan, pewarnaan, pelurusan, pratata dan penataan itu sendiri. Penataan dalam arti sempit adalah tindakan memperindah bentuk rambut sebagai tahap akhir proses penataan rambut dalam arti luas. Tindakan ini meliputi penyisiran, blowdrying, penyanggulan, dan penempatan berbagai hiasan rambut (Kusumadewi, dkk. 2001: 163). Penataan rambut sangat penting karena dapat menunjang suatu penampilan, karena dengan penampilan rambut yang telah melalui proses penataan, akan menambah rasa percaya diri bagi seseorang. 2. Jenis-jenis penataan rambut Jenis penataan rambut menurut Kusumadewi,dkk. (2003: ), antara lain:

50 59 a. Penataan Pagi dan Siang Hari (Day Style) Penataan pagi dan siang hari merupakan tata rambut yang dibuat untuk digunakan sewaktu pagi atau siang hari. Bentuk penataan lebih sederhana, mudah diatur dan menarik. b. Penataan Cocktail (Cocktail Style) Penataan rambut cocktail merupakan penataan rambut yang dibuat lebih semarak dari pada penataan pagi dan siang hari tetapi juga lebih sederhana dari penataan malam hari, biasanya digunakan dalam kesempatan resmi. Penggunaan warna-warni dan hiasan rambut lebih bervariasi. c. Penataan Sore dan Malam Hari (Evening Style) Merupakan penataan yang dibuat untuk digunakan pada sore dan malam hari, penataan ini pada umumnya lebih bersifat resmi. Hiasan rambut bebas dan bentuknya lebih rumit. d. Penataan Gala (Gala Style) Merupakan penataan rambut yang cocok digunakan untuk menghadiri pesta. Bentuk penataan rambut lebih beraneka ragam dengan hiasan rambut lebih rumit, bebas dan bervariasi. Penataan rambut ini biasanya identik dengan trend rambut terbaru yang ada pada masyarakat. e. Penataan Fantasi (Fantasy Style) Merupakan penataan yang lebih menampilkan keahlian atau kreasi seorang penata rambut dengan tujuan mempercantik

51 60 perwujudan, namun tidak membuat tampak anggun mempesona, tapi cenderung berlebihan. Penataan ini biasanya digunakan pada pesta gala dan fashion show. Macam-macam penataan fantasi menurut Kusumadewi, dkk (2002: ), yaitu: 1) Penataan Bebas (Free Style) Merupakan penataan yang paling umum dilakukan, khususnya dalam area lomba dan tidak dibatasi oleh ketentuan apapun. Bentuk penataan rambut beraneka ragam dengan bentuk yang lebih rumit dan tidak menjadikan lebih cantik karena mewujudkan fantasi seorang penata rambut. 2) Penataan Alegoris (Allegorical Style) Merupakan tata rambut yang dibuat untuk melakukan sindiran terhadap seorang tokoh masyarakat atau terhadap keadaan sosial tertentu untuk menuangkan dalam sebuah kreasi. Bentuk penataan rambut lebih beragam dengan tingkat kesulitan yang tinggi karena seorang piñata rambut harus peka terhadap kepincangan sosial. 3) Penataan Historis (Historical Style) Merupakan tata rambut yang dilakukan untuk memperingati seorang tokoh atau peristiwa bersejarah. Bentuk penataan rambut beraneka ragam dengan bercirikan identitas tokoh atau peristiwa yang akan diperingati.

52 61 3. Kosmetika dan peralatan untuk penataan rambut. a. Kosmetika yang digunakan: hairspray, styling gel, styling foam, setting lotion. Dari berbagai kosmetika tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk membantu proses penataan dan mempertahankan bentuk rambut yang telah ditata. b. Peralatan yang digunakan: sisir garpu, sisir berekor, sisir sasak dan lain-lain. Berdasarka kajian teori diatas maka penataan rambut yang digunakan pada tokoh adalah jenis penataan day style, karena penataan rambutnya sederhana, mudah diatur dan menarik sehingga cocok dengan kepribadian tokoh tersebut. Sedangkan untuk alat yang digunakan adalah sisir dengan kosmetika penataan hairspray untuk mempertahankan bentuk rambut dan hair color spray untuk memberi warna pada rambut sehingga dapat lebih memunculkan karakter tokoh. G. Body Painting/ Face Painting 1. Pengertian body painting/ face painting Body painting atau face painting sering dikatakan sebagai seni lukis tubuh yang menggunakan media unik sekaligus sangat seksi karena menggunakan manusia sebagai media unttuk melukisnya (Puspita Marta. 2009:75). Manusia merupakan kanvas yang dipakai oleh perias untuk menuangkan ide-ide gambaran sehingga dapat ditampilkan sebagai karya seni yang indah dan menarik.

53 62 2. Jenis-jenis body painting/ face painting Terdapat dua jenis body painting atau face painting menurut Puspita Marta, (2009: 75), yaitu: a. Body painting/ face painting permanen yang biasa dikenal dengan tattoos. Jenis ini, tidak mudah hilang atau luntur bila sudah diterapkan pada tubuh manusia dan tidak hilang jika terkena air atau bahan kosmetik lain. Salah satu cara untuk menghilangkan body painting/ face painting jenis ini adalah dengan sinar laser. b. Body painting/ face painting tidak permanen/ temporary yang biasa digunakan untuk kepentingan pentas kesenian. Jenis ini mudah hilang karena penerapannya hanya menggunakan kosmetik pewarna rambut atau kosmetik body painting sehingga mudah hilang dalam waktu kurang lebih dua minggu atau bila dibersihkan dengan kosmetik pembersih atau tissue basah. Berdasarkan kajian teori tesebut, penerapan body painting atau face painting pada pemain tokoh Eugene Fitzherbert menggunakan jenis yang tidak permanen (temporary tattos), jenis ini dipilih karena sifatnya yang mudah hilang bila digunakan dengna kosmetik pembersih. Sehingga tidak mengganggu kenyamanan dari pemain. H. Kostum 1. Pengertian kostum Kostum merupakan segala perlengkapan yang dikenakan pada tubuh, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung untuk

54 63 keperluan suatu pentas atau pertunjukkan. Kostum bertujuan untuk mewujudkan personifikasi peran. Sebuah kostum biasanya disesuaikan dengan karakter seorang penari atau pemain sehingga dapat memperkuat acting, membangkitkan daya ilusi serta menghidupkan lakon (Wien Pudji Priyanto, 2004: 78). Sedangkan menurut Eko Santosa, dkk, (2008: 310), bahwa kostum adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk menggambarkan tokoh. Kostum merupakan perlengkap penampilan dalam sebuah pementasan yang sangat berpengaruh sebagai penunjang penampilan sehingga harus memberikan kenyamanan bagi pemain tetapi tetap memperhatikan keserasian dan keindahan. Kostum dapat pula mengacu pada gaya gaya pakaian tertentu yang dikenakan untuk menampilkan pengguna sebagai suatu karakter pada suatu acara sosial seperti pesta topeng, pesta kostum, atau pada suatu pertunjukan teatrikal. Penataan kostum yang tepat akan membantu penonton untuk mengungkapkan ciri sebuah peran dan ketertarikan dengan isi cerita (Irwan H Prasetya, 2010: 28). Dalam sebuah pementasan, kostum memberikan arti yang sama dengan kehidupan sehari-hari, tetapi ada perbedaan yang khusus antara kostum kehidupan sehari-hari dalam sebuah pertunjukkan. Karena kostum panggung atau pertunjukkan harus dapat memberikan informasi kepada penonton, selain mencerminkan jenis kelamin, status sosial, usia, suku bangsa, zaman dan kedudukan juga harus menunjukkan karakter yang akan menjadi sorotan pemain.

55 64 2. Jenis-jenis kostum Menurut Wien Pudji Priyanto, (2004: 79), kostum berdasarkan jenisnya dibedakan sebagai berikut: a. Kostum Historis Kostum historis merupakan kostum yang sesuai dengan periode sejarah. b. Kostum Tradisional Kostum tradisional merupakan penggambaran karakter spesifik yang menjadi ciri atau symbol. c. Kostum Nasional Kostum Nasional merupakan kostum dari suatu Negara atau daerah dengan ciri khas tertentu. d. Kostum Modern Kostum Modern adalah kostum yang sesuai pada masa atau saat itu. 3. Bagian-bagian Kostum Bagian kostum merupakan pecahan dari anggota busana sehingga apabila disatukan dengan ketentuan dan keserasian akan tercipta suatu busana yang indah bila dikenakan. Bagian-bagian busana menurut Chodijah, dkk. (1982: 34), yaitu: a. Dasar garis leher Merupakan bagian busana yang sebagian besar dikenakan pada orang yang mempunyai leher pendek, hal ini bertujuan agar leher terlihat lebih jenjang. Macam-macam garis leher yaitu bulat, segi empat, U, sabrine, heart, sweet heart, V, slot, décolleté, shoulder, cowl, strapless, camisole, drawstring dan halter.

56 65 b. Dasar kerah Merupakan bagian busana yang terpisah dan berfungsi untuk menyelesaikan garis leher. Dasar kerah juga dapat dijadikan sebagai koreksi untuk bentuk leher seseorang dan juga desain hiasan pada busana. Model kerah antara lain: clerical, shanghai, turtle, schiler, peter pan (rebah), eton, board, setali, jas, mastros, cape, pita/ dasi, bertha dan surplise. c. Dasar lengan Merupakan bagian busana yang digunakan untuk menutupi anggota tubuh yang tidak ingin diperlihatkan agar terkesan lebih sopan. Misalnya tangan dan ketiak. d. Dasar rok dan celana Merupakan bagian busana yang dapat disebut juga sebagai bawahan. Disain rok dan celana semakin bervariasi dan beragam bentuk. Meskipun demikian pemakaian rok dan celana harus disesuikan dengan bentuk tubuh orang yang mengenakan. e. Dasar blus/ kemeja dan jaket Merupakan pakaian yang dipakai datas rok atau celana, dan sering disebut juga sebagai busana atasan. Kostum yang digunakan pada tokoh Eugene Fitzherbert yaitu menggunakan jas panjang dengan kerah shanghai, celana panjang, dan ikat pinggang. Jas panjang warna ungu terinspirasi dari kostum yang dikenakan

57 66 Mozart dengan pengaplikasian bordiran warna emas sebagai hiasan busana dan celana warna hitam yang digunakan terinspirasi dati kaum incroyable. I. Pergelaran 1. Pengertian Pergelaran Pergelaran merupakan sebuah kegiatan yang menunjukkan berbagai karya seni berupa seni musik, teater, merias dan sebagainya, untuk dutampilkan kepada orang lain (Matius Ali, 2006: 124). Hal ini merupakan ajang untuk menunjukkan kemampuan dalam berkarya yang dibentuk dalam suatu konsep agar orang dapat lebih memahami tentang karya yang disuguhkan. Pergelaran merupakan kegiatan konsumsi seni secara tidak langsung antara pemain dengan penonton untuk mencapai kepuasan masing-masing baik penonton maupun pemain. Menurut Hartaris Andijaning Tyas (2007:89) bahwa pergelaran adalah mempergelarkan atau menyajikan karya seni dihadapan masyarakat yang menyaksikannya pada tempat tertentu. Selain itu, pergelaran dapat dimanfaatkan sebagai media apresiasi, pengembangan bakat, komunikasi, dan ekspresi diri dalam pembuatan karya seni. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pergelaran merupakan wujud akhir dari sebuah karya seni yang disuguhkan kepada masyarakat atau penikmat seni. Adapun langkah- langkah persiapan dalam penyelenggaraan pergelaran diantaranya:

58 67 a. Pengorganisasian pergelaran. Membentuk kepengurusan panitia yang berfungsi sebagai komunikasi untuk mengatur dan mengarahkan semua potensi demi mencapai tujuan atau sasaran pergelaran. b. Menentukan tema. Menentukan tema dapat diartikan juga sebagai sarana untuk menentukan sasaran atau tujuan dari sebuah pergelaran. c. Pelaksanaan latihan. Dalam pelaksanaan latihan sangat diutamakan rasa tanggung jawab, sungguh-sungguh, serius, dan tepat waktu. Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan dan kesuksesan penyelenggaraan pergelaran. d. Gladi kotor Bertujuan untuk mengukur kesiapan dalam pergelaran sebelum pementasan dilaksanakan. e. Menyiapkan sarana pergelaran. Agar penyelenggaran pergelaran dapat terlaksanakan dengan baik maka keperluan dan sarana yang perlu disiapkan terlebih dahulu. f. Gladi resik. Merupakan latihan terakhir yang biasanya dilakukan ditempat pergelaran akan berlangsung, dan seolah-olah sedang

59 68 melaksanakan pergelaran. Hal ini bertujuan agar pemain dapat menguasai pentas. g. Melaksanakan pergelaran. Pagelaran dlaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan, sebelum pergelaran berlangsung. Biasanya ada sambutan-sambutan atau selingan acara yang sudah disiapkan. h. Evaluasi hasil pergelaran. Evaluasi hasil pergelaran ini dilaksanakan setelah berlangsungnya sebuah pergelaran yang berfungsi untuk membahas kekurangan atau kesalahan pada saat pergelaran berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar menjadi pembelajaran bagi pergelaran berikutnya. 2. Tema Pergelaran Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan yang dipergunakan sebagai dasar cerita atau karangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 1029). Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sebuah karya yang menjiwai suatu cerita sehingga menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema yang dipilih harus komunikatif, menarik dan mudah diingat. Tema yang diambil dalam pagelaran Proyek Akhir mahasiswa Tata Rias dan Kecantikan angkatan 2009 adalah Fairy Tales of Fantasy, kata fantasi dapat berarti lamunan atau khayalan. Pada konsep fantasi pergelaran ini berorientasi untuk menciptakan dunia khayalan atau mimpi yang diwujudkan dalam bentuk make up, penataan rambut, face painting

60 69 dan body painting serta kostum. Tema inti dari pagelaran ini yaitu sebuah cerita dongeng yang dikemas secara modern dan menarik dengan menonjolkan kreativitas merias, penataan rambut, face painting dan body painting serta kostum yang diterapkan pada pemain sesuai dengan karakter tokoh yang akan dimainkan sehingga dapat menarik perhatian penonton yang menyaksikan. Pergelaran yang bertema fantasy ini bertujuan untuk mewujudkan kekompakan dalam bentuk kerjasama, interaksi dan kompromi dari pihak-pihak yang terkait baik individu atau lembaga. Semua elemen yang terlibat langsung dan tidak langsung harus bertanggung jawab serta menerima akibat atau manfaat dari pagelaran ini. Berdasarkan kajian teori diatas maka tema pagelaran merupakan pokok pikiran yang dipilih berdasarkan kesepakatan bersama. Nilai-nilai yang mendasari terciptanya tema pada pagelaran ini adalah kesamaan tujuan, persepsi serta kemauan untuk mencapai prestasi. Selain itu, saling memberi semangat dan dukungan dapat dijadikan kunci agar tercapai sebuah pagelaran yang sukses, 3. Alur Cerita Pergelaran Pagelaran Fairy Tales of Fantasy merupakan bentuk apresiasi seni merias wajah yang dikemas dalam bentuk drama serta terdapat tari, nyanyian dan alunan musik didalamnya. Pertunjukan ini, telah mengusung cerita dongeng yang disertai dengan dialog (percakapan), baik dialog berupa kalimat atau gerakan wajah dan anggota badan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri.

61 70 Alur cerita untuk pagelaran Fairy Tales of Fantasy dibagi menjadi 7 segmen cerita yang terdiri dari: Aladin, Swan lake, Rapunzel, Sleeping Beauty, Beauty and the Beast, Cinderella, dan Snow White. Ketujuh cerita tersebut akan tampil bergantian sesuai dengan judul masing-masing dongeng, yang sebelumnya telah digarap sehingga menjadi sebuah pertunjukkan yang layak untuk dipertontonkan. 4. Panggung Panggung atau stage adalah yang agak tinggi tempat sandiwara (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 882). Panggung disebut juga sebagai tata dekorasi yang merupakan tempat kejadian lakon dan duwujudkan dalam pementasan (Eko Santosa, dkk. 2008: 387). Sedangkan menurut Pramana Padmodarmaya, (1988: 34), bahwa panggung adalah suatu ketinggian yang dibuat dari benda-benda ala kadarnya. Panggung berkaitan dengan pergelaran, karena panggung harus dapat menunjang dan melayani sebuah pertunjukan. Karena prinsip awal dari penggunaan panggung adalah agar para penonton dapat menikmati dan melihat suguhan yang dipertontonan diatas panggung. Hubungan antara pemain/lakon dengan panggung sangat erat, karena panggung atau pentas tersebut dapat membantu komunikasi antara kedua belah pihak. Panggung terdiri dari bermacam-macam jenis yaitu arena, prosenium (proscenium) dan campuran. Seperti yang dinyatakan Pramana Padmodarmaya, (1988: ) antara lain:

62 71 a. Panggung arena Panggung arena merupakan tempat untuk pentas yang memiliki kesederhanaan sifat pelayanannya. Ada dua ciri khas pentas arena yaitu kesederhanaan dan keakraban. Pentas arena umumnya menempatkan diri pada titik pusat dengan kata lain ciri dari panggung arena ini adalah penontonnya yang melingkar atau duduk mengelilingi panggung. Kelebihan dari bentuk panggung arena adalah semua gerak laku pemain dapat terlihat dari semua sisi penonton dan lebih mendekatkan jarak antara penonton dengan pemain. Kekuranganya adalah tidak leluasa dalam penempatan properti yang digunakan karena jika penempatanya tidak sempurna maka cacat pada perabot atau properti yang digunakan akan memperngaruhi nilai artistik pementasan tersebut. Macam bentuk panggung arena seperti arena tapal kuda, arena L, arena melingkar, dan setengah melingkar. Gambar 28. Panggung Arena (Sumber: Eko Santosa, dkk. 2012)

63 72 b. Panggung prosenium (proscenium) Panggung prosenium merupakan sebuah bentuk panggung yang memiliki batas dinding prosenium antara panggung dengan oditoriumnya. Pada dinding tersebut terdapat pelengkung prosenium dan lubang prosenium. Panggung proscenium bias juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton yang menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (Eko Santosa, dkk. 2008: 389). Panggung prosenium pada mulanya dibuat untuk membatasi daerah pertunjukkan dengan daerah penonton agar penonton lebih terpusat pada pertunjukkan. Banyak keuntungan yang diperoleh dari panggung prosenium yaitu: 1) Pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. 2) Penonton dapat menikmati pertunjukan dengan pandangan satu arah sehingga lebih persepektif karena memanfaatkan kedalaman panggung. 3) Efek artistik yang muncul dalam pertunjukkan akan lebih indah karena aktor lebih leluasa dalam berakting. 4) Tata cahaya dapat dihadirkan tanpa terlihat oleh penonton dimana posisi lampu itu berada. Sedangkan kekurangan dari panggung prosenium adalah penonton tidak dapat menyaksikan pemain dari jarak dekat.

64 73 Gambar 29. Panggung Proscenium (Sumber: Eko Santosa, dkk. 2012) c. Panggung bentuk campuran (Thrust) Panggung campuran merupakan tempat pertunjukkan yang memiliki bentuk percampuran antara arena dan proscenium dengan menggabungkan dan menghilangkan beberapa sifatnya. Yang digabungkan adalah sifat kesederhanaan pentas arena dan sifat adanya jarak yang jauh pada pentas prosenium, sedangkan yang ditiadakan yaitu sifat keakraban pentas arena dan sifat ketertutupan pentas prosenium. Penempatan panggungnya hampir sama dengan proscenium namun dua per tiga bagian depannya menjorok kearah penonton. Pentas semacam ini di maksudkan untuk melayani pertunjukkan sebaik mungkin dalam hubungannya dengan penonton. Gambar 30. Panggung Campuran (Sumber: Eko Santosa, dkk. 2012)

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF 86 BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah diperlukan atas prinsip dasar bahwa bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dapat diubah sedemikian rupa, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT Yenni Sri Handayani *) ABSTRAKSI Salah satu warisan budaya luhur bangsa Inodnesia yaitu upacara adat perkawinan, yang tersebar hampir di setiap daerah. Salah

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP

LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP MEMBENTUK ALIS MATA Alis adalah bagian penting dari tata rias wajah. Bentuk alis yang tepat akan membuat mata lebih indah dan segar. Fungsi Eyebrow Liner : 1.Mempertegas alis dan

Lebih terperinci

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah dimaksudkan untuk menyempurnakan bentuk wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk wajah ideal atau bentuk wajah oval (bulat telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN. tegas dan warna yang mewakili sifat. 1. Penerapan Unsur dan prinsip desain pada make up. unsur desain sebagai berikut:

BAB III KONSEP RANCANGAN. tegas dan warna yang mewakili sifat. 1. Penerapan Unsur dan prinsip desain pada make up. unsur desain sebagai berikut: 110 BAB III KONSEP RANCANGAN A. Rancangan Tata Rias Wajah Rias wajah yang ditampilkan harus dapat mendukung dan memunculkan sifat dari kurcaci Bashful. Kurcaci Bashful yang pemalu namun pemberani terlihat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. karakter Tokoh Jafar dalam dongeng Aladin pada pergelaran Fairy Tales Of. Fantasy dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. karakter Tokoh Jafar dalam dongeng Aladin pada pergelaran Fairy Tales Of. Fantasy dapat disimpulkan sebagai berikut: 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan tentang Proyek Akhir yang berjudul Rias karakter Tokoh Jafar dalam dongeng Aladin pada pergelaran Fairy Tales Of Fantasy dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tema Fairy Tales of Fantasy, maka dapat disimpulkan:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tema Fairy Tales of Fantasy, maka dapat disimpulkan: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pelaksanaan pagelaran Proyek Akhir dengan tema Fairy Tales of Fantasy, maka dapat disimpulkan: 1. Hasil dari penciptaan disain rias karakter

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fairy Tales Of Fantasi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fairy Tales Of Fantasi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 83 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil dari pembahasan tentang proyek akhir yang berjudul Tata Rias Fantasi Tokoh Maleficient Cerita Sleeping Beauty Dalam Pergelaran Tata Rias Fairy Tales Of

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fantasi Tokoh Odette dalam cerita Swan Lake pada pagelaran Fairy Tales Of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fantasi Tokoh Odette dalam cerita Swan Lake pada pagelaran Fairy Tales Of 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil dari pembahasan tentang proyek akhir yang berjudul Tata Rias Fantasi Tokoh Odette dalam cerita Swan Lake pada pagelaran Fairy Tales Of Fantasy, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. properti, tata rias, facepainting, body painting, penataan rambut Ratu Jahat. dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. properti, tata rias, facepainting, body painting, penataan rambut Ratu Jahat. dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam kostum dan aksesoris, properti, tata rias, facepainting, body painting, penataan rambut Ratu Jahat dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif A. PENDAHULUAN Menikah merupakan momen khusus sebagai bentuk perayaan kasih sepasang manusia. Untuk itu berbagai persiapan direncanakan dengan seksama, tidak terkecuali rias pengantin. Setiap pengantin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan teknologi dan budaya yang semakin maju membuat terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buku cerita dongeng sebelum tidur akibat sibuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. buku cerita dongeng sebelum tidur akibat sibuk bekerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju membuat banyak orang beranggapan bahwa dongeng atau cerita rakyat sudah tidak diminati lagi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias TV/Film. Mahasiswa dapat :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias TV/Film. Mahasiswa dapat : Hal 1 dari 6 1.Kompentensi: Mahasiswa dapat : a. Mendiagnosa warna kulit wajah dan koreksi bentuk wajah b. Melakukan pengaplikasian warna kosmetik sesuai warna kulit c. Mengaplikasian riasan film sesuai

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Badut. Mahasiswa dapat :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Badut. Mahasiswa dapat : Hal 1 dari 6 1.Kompentensi: Mahasiswa dapat : a. Mendesign wajah badut b. Melakukan aplikasi make up badut 2.Sub Kompetensi a. Membuat design wajah badut: riang, pemalu, sedih b. Mengaplikasikan make up

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83).

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang ini dongeng seakan hanya tinggal kenangan indah yang membekas dibenak kita pada masa kecil dahulu. Berbagai kesibukan yang menyita banyak waktu

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Tata Rias Fairy Tales Of Fantasy, maka dapat disimpulkan:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Tata Rias Fairy Tales Of Fantasy, maka dapat disimpulkan: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan Proyek Akhir pada pergelaran Tata Rias Fairy Tales Of Fantasy, maka dapat disimpulkan: 1. Rancangan kostum, tata rias panggung

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

TIPS KOREKSI WAJAH KOTAK

TIPS KOREKSI WAJAH KOTAK TIPS KOREKSI WAJAH TIPS KOREKSI WAJAH KOTAK SEBELUM SESUDAH WAJAH KOTAK CIRI : Dahi Lebar Garis Rahang Kuat Dagu tidak terlalu lancip Langkah 1. Koreksi Wajah dengan Correcting Cream Medium, pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna

Lebih terperinci

Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti

Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti Seni tata rias yang bertujuan membentuk kesan wajah model menjadi wujud khayalan yang di angan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang melihatnya (Martha Tilaar, 1997).

Lebih terperinci

TATA RIAS FANTASI TOKOH PUTRI RAPUNZEL DALAM CERITA RAPUNZEL PADA PERGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR

TATA RIAS FANTASI TOKOH PUTRI RAPUNZEL DALAM CERITA RAPUNZEL PADA PERGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR TATA RIAS FANTASI TOKOH PUTRI RAPUNZEL DALAM CERITA RAPUNZEL PADA PERGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL 4.1 Tema Karya Tema dari karya tugas akhir ini adalah Geometrical Forest, sesuai dengan image board yang digunakan sebagai sumber inspirasi selain ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

No Aspek Penilaian Keterangan 1. Topik / tema sistem pakar yang akan dibangun

No Aspek Penilaian Keterangan 1. Topik / tema sistem pakar yang akan dibangun Nama Kelompok : Hachi Anggota : 1. Suci Ambarwati(1441177004032) 2. Ade Nurhayati(14411770043033) 3. Hanny Huzama S(1441177004042) 4. Rizal Zulfikar R(1441177004277) 5. Yulia Nafulani E P(1441177004317)

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita dan kosmetik adalah sahabat sejati, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik bagaikan sayur

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Panggung. Mahasiswa dapat :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Panggung. Mahasiswa dapat : Hal 1 dari 6 1.Kompentensi: Rias Wajah Panggung Mahasiswa dapat : a. Mendiagnosa wajah b. Melakukan aplikasi make up dasar c. Melakukan aplikasi make up sesuai tema panggung 2.Sub Kompetensi a. Membedakan

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

Tip's Makeup dg La Tulipe

Tip's Makeup dg La Tulipe Tip's Makeup dg La Tulipe Tip's Makeup Wajah dengan La Tulipe Tips makeup wajah berikut ini sangat sederhana namun mampu memberikan kecantikan alami yang mempesona bagi setiap wanita yang ingin selalu

Lebih terperinci

Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut

Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut dan natural, dipadukan dengan gaun pengantin berwarna

Lebih terperinci

TIPE RAUT MUKA. A. Tipe Raut Muka

TIPE RAUT MUKA. A. Tipe Raut Muka A. Tipe Raut Muka TIPE RAUT MUKA Tipe bentuk wajah ditentukan oleh kedudukan dan menonjolnya tulang-tulang muka. Cara menentukan bentuk wajah : 1. Siapkan pita ukuran, ukur panjang wajah mulai batas tumbuhnya

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya

Lebih terperinci

MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd

MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd LKP MARINA BANTEN 2015 Kata Pengantar Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMK Negeri 1 Beringin merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMK Negeri 1 Beringin merupakan salah satu lembaga pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMK Negeri 1 Beringin merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dalam bidang kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini terdiri dari berbagai jurusan

Lebih terperinci

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd DIMENSI WARNA DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd Warna panas: adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning Warna dingin, adalah kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menambang emas, perak dan lain-lain. (http://id.wikipedia.org)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menambang emas, perak dan lain-lain. (http://id.wikipedia.org) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurcaci Kurcaci adalah makhluk berukuran kecil menyerupai manusia, pendek/kerdil dan tampak lebih tua dari ukuran tubuhnya, ada yang berjanggut berwarna putih, hidung besar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rias wajah bukan merupakan suatu hal baru, karena sejak ribuan tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum wanita, dimana setiap bangsa

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (GROOMING KECANTIKAN) 1.Kompentensi: Make up sehari-hari.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (GROOMING KECANTIKAN) 1.Kompentensi: Make up sehari-hari. Hal 1 dari 5 1.Kompentensi: Make up sehari-hari Mahasiswa dapat : a. Mendiagnosa jenis-jenis kulit wajah b. Melakukan pembersihan wajah c. Melakukan aplikasi make up dasar d. Melakukan aplikasi make up

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan tiga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan tiga 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kostum Kostum untuk Rampak Penari Putri mengambil tema dari penari kerajaan yang diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

TATA RIAS PANGGUNG TOKOH JASMINE DALAM DONGENG ALADIN DI PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR

TATA RIAS PANGGUNG TOKOH JASMINE DALAM DONGENG ALADIN DI PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR TATA RIAS PANGGUNG TOKOH JASMINE DALAM DONGENG ALADIN DI PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. gagak dalam dongeng Swan Lake pada pergelaran Fairy Tales of Fantasy

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. gagak dalam dongeng Swan Lake pada pergelaran Fairy Tales of Fantasy 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dalam merias fantasi tokoh gagak dalam dongeng Swan Lake pada pergelaran Fairy Tales of Fantasy dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

HASIL RIASAN DENGAN KOREKSI MATA SIPIT PADA BENTUK WAJAH BULAT, PERSEGI DAN LONJONG UNTUK KESEMPATAN PESTA

HASIL RIASAN DENGAN KOREKSI MATA SIPIT PADA BENTUK WAJAH BULAT, PERSEGI DAN LONJONG UNTUK KESEMPATAN PESTA HASIL RIASAN DENGAN KOREKSI MATA SIPIT PADA BENTUK WAJAH BULAT, PERSEGI DAN LONJONG UNTUK KESEMPATAN PESTA Icha Hardianto Pramesthi Mahasiswa S- 1 Pendidikan Tata Rias, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi kosmetik saat ini semakin nyata, terlihat dari semakin banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi tinjauan

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

TATA RIAS KARAKTER TOKOH ANASTASIA DALAM DONGENG CINDERELA PADA PERGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY

TATA RIAS KARAKTER TOKOH ANASTASIA DALAM DONGENG CINDERELA PADA PERGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY TATA RIAS KARAKTER TOKOH ANASTASIA DALAM DONGENG CINDERELA PADA PERGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Perolehan Gelar

Lebih terperinci

AIR BRUSH, KOLABORASI TEKNOLOGI DAN SENI PADA SENI LUKIS TUBUH. Asi Tritanti Staff Pengajar Jurusan PTBB FT UNT. Abstrak

AIR BRUSH, KOLABORASI TEKNOLOGI DAN SENI PADA SENI LUKIS TUBUH. Asi Tritanti Staff Pengajar Jurusan PTBB FT UNT. Abstrak AIR BRUSH, KOLABORASI TEKNOLOGI DAN SENI PADA SENI LUKIS TUBUH Asi Tritanti Staff Pengajar Jurusan PTBB FT UNT Abstrak Seni lukis menggunakan teknik air brush sudah menjadi hal yang tidak asing lagi dikalangan

Lebih terperinci

1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Putri. Mahasiswa dapat :

1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Putri. Mahasiswa dapat : 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Putri Mahasiswa dapat : a. Melakukan diagnosa wajah b. Melakukan aplikasi make up dasar c. Melakukan aplikasi make up decorative d. Melakukan pembuatan sanggul f.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

RIAS FANTASI TOKOH RAJA DALAM CERITA RAPUNZEL PADA PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR

RIAS FANTASI TOKOH RAJA DALAM CERITA RAPUNZEL PADA PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR RIAS FANTASI TOKOH RAJA DALAM CERITA RAPUNZEL PADA PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA 42 BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1 Gambar 4.1 Judul : Momen 1 Edisi : 3/5 Tahun : 2016 Karya pertama ini merupakan salah satu momen bahagia dalam keluarga dimana ada sepasang suami istri yang tidak sabar

Lebih terperinci

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN 3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang prinsip-prinsip dan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam desain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. cerita tradisional, sedangkan cerita tradisional adalah cerita yang

BAB II KAJIAN TEORI. cerita tradisional, sedangkan cerita tradisional adalah cerita yang 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Sinopsis cerita Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh dizaman dahulu. Dongeng juga termasuk cerita tradisional, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis A. Garis / Line Garis atau line adalah suatu goresan, batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan sebagainya. Dari pengertian diatas, garis dapat digolongkan

Lebih terperinci

TATA RIAS PANGGUNG TOKOH JASMINE DALAM DONGENG ALADIN DI PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR

TATA RIAS PANGGUNG TOKOH JASMINE DALAM DONGENG ALADIN DI PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR TATA RIAS PANGGUNG TOKOH JASMINE DALAM DONGENG ALADIN DI PERGELARAN TATA RIAS FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Foto. Mahasiswa dapat :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Foto. Mahasiswa dapat : Hal 1 dari 6 1.Kompentensi: Rias Wajah Foto Mahasiswa dapat : a. Mendiagnosa wajah b. Melakukan aplikasi make up dasar c. Melakukan aplikasi make up kamuflase menutupi cacat d. Melakukan aplikasi make

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan. Hal 1 dari 6 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan Mahasiswa dapat : Melakukan diagnosa wajah a. Melakukan aplikasi make up dasar b. Melakukan aplikasi make up decorative c. Melakukan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Geriatri. Mahasiswa dapat :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Geriatri. Mahasiswa dapat : Hal 1 dari 5 1.Kompentensi: Rias Wajah Geriatri Mahasiswa dapat : a. Mendiagnosa wajah b. Melakukan aplikasi make up dasar c. Melakukan aplikasi make up korektif d. Melakukan aplikasi make up cantik/beauty

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Alur singkat cerita Beauty and The beast. yang mengisahkan tentang disihirnya Pangeran Beast yang sombong dan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Alur singkat cerita Beauty and The beast. yang mengisahkan tentang disihirnya Pangeran Beast yang sombong dan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Cerita Beauty and The Beast 1. Alur singkat cerita Beauty and The beast Beauty and The Beast merupakan cerita dongeng dari Negeri Perancis yang mengisahkan tentang disihirnya Pangeran

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Disusun oleh: PUSPA IMANINGRUM

Disusun oleh: PUSPA IMANINGRUM RIAS FANTASI TOKOH KURCACI GRUMPY DALAM CERITA SNOW WHITE PADA PERGELARAN TUGAS AKHIR FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Cikatri Mahasiswa dapat :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Cikatri Mahasiswa dapat : Hal 1 dari 6 1.Kompentensi: Rias Wajah Cikatri Mahasiswa dapat : a. Mendiagnosa wajah b. Melakukan aplikasi make up dasar c. Melakukan aplikasi make up kamuflase menutupi cacat d. Melakukan aplikasi make

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Periklanan Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga, dan distribusinya tercermin dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dongeng akan dipertunjukan dalam bentuk drama, dengan. Fairy Tales of Fantasy. Fairy Tales of Fantasy mengambil dari tujuh

BAB II KAJIAN TEORI. Dongeng akan dipertunjukan dalam bentuk drama, dengan. Fairy Tales of Fantasy. Fairy Tales of Fantasy mengambil dari tujuh BAB II KAJIAN TEORI A. Sinopsis Cerita Dongeng merupakan cerita tidak nyata atau pemikiran fiktif' menjadi suatu alur perjalanan hidup, dalam dongeng terkandung pesan moral yang mengajarkan makna hidup

Lebih terperinci

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik Garapan Goresan Ilusi Kiriman Ngurah Krisna Murti, Mahasiswa PS Seni Tari. ISI Denpasar Analisa Penyajian

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni Pengertian Seni Rupa Secara sederhana, seni rupa adalah ungkapan ide atau perasaan yang estetis dan bermakna dari pembuatnya yang diwujudkan melalui media rupa yang bisa ditangka dan dirasakan dengan rabaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibedakan menjadi empat menurut jenisnya yaitu : b. Dongeng biasa (ordinary folktales)

BAB II KAJIAN TEORI. dibedakan menjadi empat menurut jenisnya yaitu : b. Dongeng biasa (ordinary folktales) 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Alur Cerita 1. Pengertian Dongeng Secara umum dongeng adalah cerita yang dituturkan atau dituliskan yang sifatnya hiburan dan biasanya merupakan cerita yang tidak benarbenar terjadi

Lebih terperinci

TATA RIAS FANTASI TOKOH ODETTE DALAM CERITA SWAN LAKE PADA PAGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR

TATA RIAS FANTASI TOKOH ODETTE DALAM CERITA SWAN LAKE PADA PAGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR TATA RIAS FANTASI TOKOH ODETTE DALAM CERITA SWAN LAKE PADA PAGELARAN FAIRY TALES OF FANTASY PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV PRODUKSI MEDIA

BAB IV PRODUKSI MEDIA BAB IV PRODUKSI MEDIA 4.1. Gambaran Media Produksi Berdasarkan dari pengamatan penulis, selama ini industri tersebut belum menggunakan media komunikasi yang memadai yang dilakukan oleh pemilik industri

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL Berikut ini akan dijelaskan mengenai strategi perancangan dan konsep visual sebagai landasan dalam membuat film animasi ini. III.1 Strategi Perancangan III.1.1

Lebih terperinci

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias BAB VII TATA RIAS STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian Tata Rias Menyebutkan Tujuan dan fungsi tata rias Menyebutkan bahan dan Perlengkapan

Lebih terperinci

Gambar 3 Tata Rias Wajah Penari Pria dan Wanita

Gambar 3 Tata Rias Wajah Penari Pria dan Wanita Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik Garapan Goresan Ilusi Kiriman Ngurah Krisna Murti, Mahasiswa PS Seni Tari. ISI Denpasar Analisa Penyajian Penyajian suatu garapan tari diperlukan cara yang

Lebih terperinci