TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010)."

Transkripsi

1 3 TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Lumpur Kerbau lumpur yang termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis, Genus Bubalus, Subfamili Bovinae, Famili Bovidae, Subordo Ruminantia, Ordo Artiodactyla, Subkelas Theria, Kelas Mamalia, Filum Chordat, dan Kingdom Animalia (Roth 2004), merupakan hasil domestikasi dari kerbau Bubalus arnee (Borghese & Mazzi 2005). Kerbau yang telah didomestikasi digolongkan atas swamp buffaloes (kerbau lumpur) dan river buffaloes (kerbau sungai). Perbedaan diantara keduanya terletak pada jumlah kromosom. Kerbau lumpur memiliki jumlah kromosom 48 dan kerbau sungai memiliki jumlah kromosom 50 (Guimaraes et al. 1995). Sebanyak 95% ternak kerbau di Indonesia merupakan kerbau lumpur dan sisanya 5% merupakan kerbau sungai. Secara umum kerbau memiliki karakteristik morfologi seperti bentuk tanduk melingkar ke belakang, warna kulit abu gelap, ubun-ubun dominan di bagian kepala, warna kaki putih, memiliki garis kalung ganda, dan kerbau betina mempunyai kecenderungan ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan kerbau jantan (Robbani et al. 2010). Kerbau memiliki tinggi tubuh 122 cm, panjang tubuh 144 cm, dan lingkar dada 178 cm (Triwulanningsih et al. 2004). Bobot tubuh kerbau liar jantan bisa mencapai 1200 kg, kerbau betina 800 kg (Roth 2004). Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010). Kerbau lumpur dan kerbau sungai memiliki habitat yang berbeda walaupun masih dalam satu spesies (Bubalus bubalis). Berdasarkan habitat, kerbau sungai lebih senang berkubang di sungai, sedangkan kerbau lumpur lebih suka berkubang dalam lumpur, rawa-rawa, dan air yang menggenang (Bhattacharya 1993).

2 4 Kerbau memiliki sedikit kelenjar keringat sehingga rentan terhadap stres akibat suhu yang terlalu tinggi. Joseph (1996) menyatakan bahwa kegiatan berkubang di dalam sungai atau rawa dapat menjaga termoregulasi dan osmolalitas. Selain itu, kegiatan berkubang pada kerbau dapat mengurangi kecepatan penguapan tubuh dan melindungi dari gigitan serangga (Roth 2004). Table 1 Data biologis kerbau (Smith & Soesanto 1988) Lama hidup tahun Berat dewasa kg Berat lahir kg Suhu (rektal) o C Pernafasan kali/ menit Denyut Jantung kali/menit Volume Darah ml/kg Eritrosit /mm 3 Leukosit /mm 3 Netrofil % Limfosit % Monosit 3-12 % Eosinofil 1 10% PCV 29 44% Hb g/ dl Stres Stres merupakan kondisi umum yang disebabkan oleh satu atau lebih stresor yang berasal dari dalam atau luar tubuh (Borell 2001). Stresor merupakan agen atau stimulus yang mempengaruhi terjadinya stres. Kondisi ini akan membaik atau menjadi sangat buruk tergantung kemampuan tubuh dalam mengembalikan homeostasis. Gejala yang sering muncul pada saat stres berupa kegelisahan, peningkatan denyut jantung, depresi dengan pernafasan yang cepat serta adanya gerakan pada telinga (Philips 2002). Stres dapat disebabkan oleh banyak faktor. Fowler (1999) mengelompokkan beberapa faktor stressor diantaranya: 1) stressor somatic meliputi suara keras, cahaya, warna yang mencolok, transportasi, panas, dingin, tekanan, efek kimia dan obat; 2) stresor psikologik meliputi perkelahian, teror dan restraint; 3) stresor tingkah laku meliputi populasi kandang yang padat, teritori, dan hirarki. Selain itu, stres dapat disebabkan oleh malnutrisi, toksin, parasit, agen infeksius, pembedahan, dan imobilisasi fisik atau kimia. Diantara semua penyebab stres, stres trasnsportasi merupakan yang sangat umum terjadi pada hewan konsumsi seperti sapi, kambing, babi dan domba. Transportasi yang ekonomis dan umum digunakan adalah melalui jalur darat, tapi cara ini menyebabkan tingginya tingkat stres pada hewan. Stres transportasi dapat dipicu oleh beberapa stresor diantaranya cara penanganan, pencampuran dengan hewan lain, perubahan lingkungan, proses pengangkatan dan penurunan hewan dari truk yang kurang baik, rangsangan (cahaya, suara, getaran), kekurangan nutrisi dan hipertermia (Philips 2002). Keadaan stres diawali dengan adanya rangsangan tubuh terhadap adanya suatu ancaman yang berasal dari dalam maupun luar tubuh. Rangsangan ini

3 kemudian akan diterima oleh reseptor dan akan disalurkan ke beberapa sistem tubuh seperti sistem saraf pusat, endokrin, dan imun (Borell 200) (Gambar 2). 5 Gambar 2 Skema Pengaruh stres terhadap sistem syaraf, endokrin dan sistem imun (Butcher & Lord 2004). Respon stres melibatkan sistem saraf pusat, sistem endokrin dan sistem imun. Sistem endokrin yang mengatur adalah hipotalamus dan hipofise. Respon sistem saraf dalam menghadapi stres yaitu dengan rangsangan dari sistem limbik ke medulla adrenal untuk mensekresikan katekolamin sebagai respon akut. Katekolamin berperan sebagai respon aktif tubuh untuk mempersiapkan diri dalam mengatasi stres, dengan cara meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan darah (Borell 2001). Adanya stres akan merangsang hipotalamus untuk mengaktifkan sekresi corticotrophin releasing hormone (CRH). Pelepasan CRH ini akan merangsang hipofise anterior untuk mensekresikan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Pelepasan ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid berupa kortisol dan kortikosteron. Saat tubuh mengalami stres akut, akan terjadi peningkatan glukokortikoid 20 kali normal setelah 5-20 menit datangnya rangsangan (West et al. 2007). Efek dari kortisol berupa kalorinergik, peningkatan pembentukan energi, peningkatan respon simpatis, penurunan akumulasi sel darah putih dan reaksi peradangan, dan peningkatan sekresi asam lambung. Tubuh dalam menghadapi kondisi stres, secara fisiologis akan merespon melalui dua cara yaitu :1) Local Adaptation Syndrome (LAS) dengan cara memusatkan terhadap area trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat (Greenberg 2002); 2) dengan General Adaptation Syndrome (GAS) yang merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Sistem yang terlibat adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Respon GAS terdiri dari beberapa fase yaitu: 1) Fase peringatan,

4 6 seperti pengaktifan epineprin yang mengakibatkan peningkatan volume darah yang pada akhirnya menyiapkan invidu untuk bereaksi. Selain itu, dilepaskan juga glukokortikoid yang dapat meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Jika terjadi kegagalan pada respon ini, maka akan berlanjut ke fase selanjutnya yaitu fase kehabisan tenaga; 2) Fase exhaustion (kehabisan tenaga), dimana tubuh tidak memiliki cadangan energi. Kegagalan dalam mempertahankan cadangan energi ini akan berdampak pada kematian suatu individu (Greenberg 2002). Darah Darah merupakan media cair dengan suspensi sel yang diproduksi oleh jaringan hematopoietika yang disirkulasikan ke seluruh tubuh dari jantung melalui sistem arteri dan vena. Volume darah mamalia berkisar antara 7-8% dari berat badan (Dellman & Brown 1992). Darah terdiri atas 55% plasma (berupa air dan sisanya berupa fraksi-fraksi albumin, globulin, dan fibrinogen) dan 45% fase padat (berupa eritrosit, leukosit, dan trombosit) (Ganong 2002). Darah, di dalam sirkulasi, berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien, membawa produk-produk yang tidak berguna, menghantarkan hormon, serta transpor O 2 dan CO 2 (Guyton & Hall 2006). Selain itu darah juga berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh, dan membantu dalam proses pembekuan darah. Menurut Colville & Bassert (2008), fungsi darah adalah sebagai sistem transportasi, sistem regulasi, dan sistem pertahanan. Sel Darah Putih (leukosit) Leukosit atau sel darah putih berasal dari kata Yunani yaitu leukos (putih) dan kytos (sel), merupakan unit yang aktif dari suatu sistem pertahanan tubuh, yang sebagian dibentuk di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe (Guyton & Hall 2006). Leukosit merupakan komponen darah yang berperan dalam memproduksi sistem imun tubuh dan akan ditranspor secara khusus ke jaringan yang mengalami peradangan. Leukosit dapat meninggalkan pembuluh darah dan memasuki jaringan tubuh melalui kapiler dengan proses yang dinamakan diapedesis. Dellman & Brown (1992) membagi leukosit ke dalam dua kelompok yakni granulosit dan agranulosit. Leukosit jenis granulosit merupakan populasi leukosit dengan jumlah terbanyak dari jumlah leukosit total (Swenson 1997). Leukosit granulosit memiliki granul yang khas dan jelas dalam sitoplasma. Granul merupakan komponen enzim membran lipid yang berfungsi melakukan proses endositosis. Inti sel granulosit yang masih muda berbentuk sepatu kuda, yang nantinya akan berubah menjadi multilobuler dengan meningkatnya umur sel (Ganong 2002). Leukosit jenis granulosit dapat dibedakan berdasarkan afinitasnya terhadap zat warna. Eosinofil mempunyai sitoplasma berwarna merah cerah, basofil mempunyai granul biru gelap, dan netrofil dengan afinitas granul rendah terhadap zat warna sehingga granulnya relatif cerah dan bening (Swenson 1997). Leukosit agranulosit merupakan jenis leukosit yang tidak memiliki granul yang khas dalam sitoplasma. Ada dua jenis leukosit dari kelompok ini yaitu limfosit dan monosit. Jenis leukosit ini tidak memiliki butir sitoplasma spesifik, namun demikian mengandung granul azurofil yang tidak spesifik, yang berfungsi

5 sebagai lisosom. Leukosit jenis ini ditandai dengan adanya inti yang lonjong, bulat dengan lekuk khas (Dellman & Brown 1992). Pembentukan Leukosit Pembentukan leukosit granulosit dan leukosit jenis monosit terjadi dalam sumsum tulang pada saat dewasa. Pembentukan leukosit dimulai saat diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem (Guyton & Hall 2006). Proses pembentukan sel darah putih dapat dilihat pada Gambar 3 dengan dua jalur yang berbeda yaitu dengan jalur mielositik yang dimulai dengan mieloblas dan jalur limfositik yang dimulai dengan limfoblas. Mieloblas akan berkembang menjadi promielosit, lalu mielosit, dimana mielosit ini masingmasing akan berdiferensiasi menjadi mielosit neutrofil, mielosit eosinosil, dan mielosit basofil. Mielosit kemudian berkembang lagi menjadi metamielosit, sel muda dan kemudian sel dewasa.tahap perkembangan monosit adalah monoblas, promonosit, monosit, dan selanjutnya akan menjadi makrofag di dalam jaringan (Ganong 2002). Limfosit berasal dari sel stem dalam folikel limfatik pada nodus limfe, limpa, timus, kemudian berkembang menjadi limfoblas, prolimfosit, hingga tahap limfosit. Sel-sel yang telah terbentuk diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh. Secara umum fungsi leukosit adalah menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius (Guyton & Hall 2006). 7 Gambar 3 Pembentukan leukosit di sumsum tulang dan organ limfoid (Department of Health and Human Services 2006). Peningkatan jumlah leukosit total dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor fisiologis dan faktor patologis. Faktor fisiologis pada umumnya disebabkan oleh pertambahan umur, status kesehatan, dan kondisi stres (Gyton & Hall 2006). Peningkatan jumlah leukosit total secara fisiologis dapat disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah neutrofil dan atau limfosit didalam sirkulasi, peningkatan sekresi epinefrin dan kortikosteroid yang terjadi pada kondisi stres (Jain 1993). Peningkatan jumlah leukosit akibat faktor patologis disebabkan oleh infeksi agen penyakit, perubahan suhu dan kelembaban lingkungan. Selain itu peningkatan jumlah leukosit total juga dapat terjadi pada sirosis hepatis, anemia

6 8 hemolitik, penyakit parasit, stres karena pembedahan, gangguan emosi dan dapat pula disebabkan karena penggunaan obat-obatan seperti aspirin, epinefrin, dan tetrasiklin (Sutedjo 2006). Penurunan jumlah leukosit total dalam sirkulasi darah dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu terutama virus, Sistemik Lupus Eritematosus (SLE), penyakit hemopoietik dan penggunaan obat tertentu seperti asitaminofen, diuretika, dan antibiotika seperti penisilin, kloramfenikol (Sutedjo 2006). Menurunnya jumlah leukosit total dapat terjadi pada penggunaan obat-obatan tertentu, infeksi virus, dan adanya penurunan produksi sel limfoid (Stockham & Scott 2008). Neutrofil Neutrofil disebut juga sebagai polimorfonuklear, karena memiliki inti dengan berbagai jenis bentuk dan segmen. Neutrofil berupa sel bundar dengan diameter 12 µm, memiliki sitoplasma yang bergranul halus dan di tengahnya terletak nukleus bersegmen yang terdiri dari 2-5 lobus (Tizard 2000). Neutrofil dewasa yang berada dalam peredaran darah perifer memiliki bentuk inti yang terdiri dari dua sampai lima segmen, sedangkan neutrofil muda (neutrofil band) akan memiliki bentuk inti seperti ladam kuda (Colville & Bassert 2008). Gambar 4 Neutrofil kerbau lumpur betina (Amanda 2012) Netrofil diproduksi di dalam sumsum tulang. Pelepasan neutrofil dipengarui oleh neutrophyl releasing factor (NRF). Neutrofil akan segera mati setelah melakukan fagositosis terhadap benda asing dan akan dicerna oleh enzim lisosom. Kemudian neutrofil akan mengalami autolisis yang akan melepaskan asam hidrolasi dan asam lisosom yang masuk ke dalam jaringan limfe. Jaringan limfe akan merespon dengan mensekresikan histamin dan faktor leukopoetik yang akan merangsang sumsum tulang untuk melepaskan neutrofil muda untuk melawan infeksi (Dellman & Brown 1992). Neutrofil dikenal sebagai garis pertahanan pertama (first line of defence) (Junqueira & Caneiro 2005). Granul neutrofil mengandung enzim yang dapat menghancurkan bakteri maupun virus yang sedang difagosit. Granul ini sering disebut dengan lisosom (Colville & Bassert 2008). Selain itu neutrofil juga berperan dalam memulai dan membatasi besaran dan durasi dari proses peradangan akut (Guyton & Hall 2006). Peningkatan neutrofil dalam sirkulasi darah dapat terjadi karena proses biologis tubuh, induksi kortikosteroid, peradangan dan neoplasia (Raskin 2000). Induksi kortikosteroid baik secara endogenous maupun eksogenous akan diikuti dengan peningkatan mobilisasi neutrofil, perpanjangan hidup neutrofil, dan

7 penghancuran limfosit sehingga terjadi peningkatan rasio neutrofil/limfosit (Kim et al. 2005). Penurunan jumlah neutrofil dalam sirkulasi dapat terjadi karena faktor kongenital, penyakit infeksius, keracunan, mieloptisis dan irradiasi (Raskin 2000). Penurunan jumlah neutrofil juga dapat terjadi pada kasus leukemia, agranulositosis, anemia aplastik dan anemia defisiensi besi (Sutedjo 2006). Basofil Basofil adalah sel mieloid dengan jumlah paling sedikit di dalam sirkulasi darah. Persentase basofil berkisar antara % dari seluruh jumlah leukosit total dalam sirkulasi darah. Diameter antara µm dengan inti terdiri dari 2 gelambir dengan bentuk tidak teratur. Basofil memiliki granul basofilik gelap (biru), tetapi juga sangat bervariasi pada tiap spesies (McCurnin & Bassert 2006). Basofil di dalam sirkulasi darah memiliki fungsi yang sama dalam beberapa reaksi alergi, karena tipe antibodi yang menyebabkan reaksi alergi yaitu Imunoglobulin E (IgE) yang cenderung melekat pada sel mast dan basofil (Guyton & Hall 2006). Perbedaan antara sel mast dengan basofil yaitu : 1) sel mast ditemukan pada jaringan dan tidak bermigrasi ke peredaran darah, sedangkan basofil tidak ditemukan di dalam jaringan, dan 2) ukuran sel mast lebih besar dibandingkan dengan basofil, memiliki granul sitoplasma yang lebih banyak dan granul tidak larut air (Colville & Bassert 2008). Basofil dan sel mast sangat berperan pada beberapa tipe reaksi alergi. Hal ini disebabkan karena tipe antibodi yang menyebabkan reaksi alergi, yaitu IgE (Imunoglobulin E), mempunyai kecenderungan khusus untuk melekat pada sel mast dan basofil (Guyton & Hall 2006). ImunoglobulinE memiliki bagian Fc yang unik yang memungkinkannya untuk berikatan dengan sel jaringan tertentu terutama sel mast dan basofil. Bersama-sama dengan antigen, IgE menyebabkan keluarnya zat vasoaktif dari sel mast dan basofil (Tizard 2000). Basofil memiliki beberapa fungsi penting sebagai mediator aktifitas perbarahan dan alergi, ikut berperan dalam metabolisme trigliserida, dan memiliki reseptor imunoglobulin E (IgE) serta imunoglobulin G (IgG) yang menyebabkan degranulasi (Dharmawan 2002). Basofil mempunyai fungsi utama dalam membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan sekresinya yang bersifat vasoaktif. Eosinofil Eosinofil mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan neutrofil. Persentase eosinofil dalam sirkulasi darah sekitar 2% dari seluruh jumlah leukosit total. Eosinofil berdiameter antara 10-15μm, dengan inti bergelambir dua, sitoplasma dikelilingi granul asidofil yang cukup besar berukuran antara µm dan jangka hidup 3-5 hari (Jungueira & Caneiro 2005). Keberadaan eosinofil di mukosa saluran gastrointestinal, saluran pernafasan dan saluran kemih berfungsi dalam mempertahankan serangan terhadap berbagai parasit (Ganong 2002). 9

8 10 Gambar 5 Eosinofil kerbau lumpur betina (Amanda 2012) Eosinofil dibentuk di dalam sumsum tulang, bersifat sangat motil. Secara umum fungsi eosinofil dalam sistem pertahanan tubuh tidak sebanyak neutrofil. Eosinofil akan diproduksi dalam jumlah besar jika terjadi infeksi oleh parasit. Eosinofil memiliki kemampuan melawan parasit cacing, dan bersamaan dengan basofil atau sel mast sebagai mediator peradangan dan berpotensi merusak jaringan inang (Weiss & Wardrop 2010). Eosinofil adalah sel multifungsi yang memegang peranan fisiologis, dan berfungsi melakukan fagositosis selektif terhadap kompleks antigen dan antibodi. Eosinofil tidak lama berada di peredaran darah dan akan bermigrasi dan tinggal di jaringan seperti kulit, paru-paru dan usus halus (Colville & Bassert 2008). Eosinofil bekerja dengan melekatkan diri pada parasit melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang dapat membunuh parasit yang berukuran jauh lebih besar. Eosinofil melakukan proses tersebut melalui beberapa cara, yaitu: 1) dengan enzim hidrolitik dari granul yang dimodifikasi lisosom; 2) melepaskan bentuk oksigen yang sangat reaktif dan sangat mematikan untuk parasit; 3) melepaskan polipeptida yang sangat larvasidal (Guyton & Hall 2006). Limfosit Limfosit merupakan leukosit agranulosit yang terdapat dalam jumlah dominan pada ruminansia dan babi, dibandingkan pada karnivora. Berdasarkan ukuran sel, dapat dibedakan adanya limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit kecil berdiameter antara 6-9 µm, inti besar dan kuat mengambil zat warna, dikelilingi sedikit sitoplasma yang berwarna biru pucat. Limfosit besar berdiameter µm, memiliki lebih banyak sitoplasma dibandingkan dengan limfosit kecil (Junqueira & Caneiro 2005). Limfosit memiliki fungsi utama dalam memproduksi antibodi sebagai respon terhadap benda asing yang difagosit makrofag (Tizard 2000). Sebagian besar sel limfosit berada pada jaringan limfoid dan akan bersirkulasi kembali secara konstan ke pembuluh darah (Colville & Bassert 2008). Beberapa limfosit dibentuk di sumsum tulang, tapi sebagian besar dibentuk di dalam kelenjar limfe, timus dan limpa (Ganong 2002). Berdasarkan fungsi, limfosit dapat digolongkan menjadi dua yaitu limfosit B dan limfosit T. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjasi sel plasma yang berperan dalam respon imunitas humoral untuk memproduksi antibodi, sedangkan sel limfosit T akan berperan dalam respon imunitas seluler (Junqueira & Caneiro 2005).

9 11 Gambar 6 Limfosit kerbau lumpur betina (Amanda 2012) Peningkatan jumlah limfosit dapat terjadi pada leukemia limfositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan hipofungsi adrenokortikal (Sutedjo 2006). Raskin (2000), memaparkan bahwa jumlah limfosit akan mengalami peningkatan pada saat adanya induksi epinefrin, dan neoplasia. Penurunan jumlah limfosit dapat terjadi karena induksi kortikosteroid, penyakit infeksius, kerusakan pada sistem limfatik, kongenital dan mastositosis (Raskin 2000). Penurunan jumlah limfosit juga dapat terjadi pada penderita kanker, leukemia mieloid, hiperfungsi adrenokortikal, anemia aplastik, agranulositosis, gagal ginjal, dan sindrom nefrotik (Sutedjo 2006). Monosit Monosit merupakan leukosit yang memiliki ukuran paling besar dengan diameter µm. Persentase di dalam sirkulasi darah berkisar antara 3-12% dari seluruh jumlah leukosit total. Sitoplasma pada monosit lebih banyak dibandingkan dengan limfosit, dengan warna biru abu-abu pucat. Inti monosit berbentuk lonjong, seperti ginjal atau mirip tapal kuda dengan lekuk yang cukup dalam dan sangat jelas. Kromatin inti berwarna lebih pucat dibandingkan dengan limfosit, dengan inti satu sampai tiga nukleolus, akan tetapi pada ulas yang diwarnai tidak tampak. Selain itu pada monosit sering tampak adanya granul azurofil halus seperti debu (Dellman & Brown 1992). Gambar 7 Monosit kerbau lumpur betina (Amanda 2012) Monosit dibentuk di sumsum tulang, dan setelah dewasa akan bermigrasi dari aliran darah ke jaringan perifer dengan proses diapedesis. Monosit yang ada di jaringan dinamakan makrofag. Makrofag merupakan sel yang sangat aktif pada jaringan saat diperlukan. Monosit dan makrofag memiliki kemampuan fagositik yang lebih besar dari limfosit. Jangka hidup makrofag lebih panjang dari neutrofil, sehingga ia sering berperan dalam infeksi kronis (Colville & Bassert 2008).

10 12 Fungsi monosit diantaranya; 1) membersihkan sel debris yang dihasilkan dari proses peradangan atau infeksi; 2) memproses beberapa antigen yang menempel pada membran sel limfosit menjadi lebih antigenik sehingga dapat mudah dicerna oleh monosit dan makrofag; 3) menghancurkan zat asing yang masuk kedalam tubuh (Colville & Bassert 2008). Rasio Neutrofil/Limfosit (Rasio N/L) Leukosit akan dimobilisasi secara intensif selama periode stres (cekaman) akut melalui aktivitas katekolamin dan glukokortikoid dari kelenjar adrenal. Rasio N/L dapat membantu untuk mengevaluasi apakah hewan berada dalam kondisi tercekam, dan apakah cekaman tersebut bersifat akut atau kronis (Maheshwari et al. 2008). Menurut Kannan et al. (2000), indeks stres dapat ditentukan dengan melihat rasio neutrofil/limfosit (N/L). Hewan yang mengalami stres transportasi akan memiliki rasio N/L yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan normal. Maheshwari et al. (2008) melaporkan bahwa rasio N/L merupakan indikator yang cukup baik untuk mengevaluasi respon cekaman suatu individu. Nilai rasio N/L pada domba periangan yang melebihi 1.5 mengindikasikan bahwa hewan mengalami stres (Kannan et al. 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau Menurut Bhattacharya (1993), semua kerbau domestik diduga berevolusi dari arni (Bubalus arnee) yaitu kerbau liar dari India yang masih dijumpai di hutan-hutan di daerah

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Felis domestica

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Felis domestica 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Kucing termasuk keluarga Felidae, termasuk di dalamnya spesies kucing besar seperti singa, harimau dan macan. Kucing tersebar secara luas di seluruh Eropa, Asia Selatan

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN Achmad Farajallah Sistem Sirkulasi: mode umum Sistem transportasi internal akibat ukuran & strukturnya menempatkan sel-sel tubuh berada jauh dari lingkungan luar sistem yang

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi. Hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tikus Putih Tikus putih termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Chordata, Klas Mamalia, Ordo Rodentina, Famili Muridae, Subfamily Muroidae, Genus Rattus, Species Rattus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian umum darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi

Lebih terperinci

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordate Kelas : Aves Ordo : Galliformes

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Domba garut memiliki sifat profilik atau memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah anak perkelahiran ialah 1.97 ekor. Domba garut merupakan domba yang berasal dari persilangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang sebagian besar waktunya dihabiskan di air. Kemampuan termoregulasi itik menjadi rendah karena tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu memahami istilah plasma, serum, hematokrit 2. Mahasiswa mampu memahami komposisi plasma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah adalah bagian cair yang terdiri dari air,

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerbau Lumpur Kerbau domestik di Asia memiliki nama ilmiah Bubalus bubalis. Menurut Roth (2004) susunan taksonomi kerbau domestik adalah kerajaan animalia, filum chordata, kelas

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam didapatkan secara genetis dengan cara memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing memiliki keunggulan

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA A. PENDAHULUAN Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan zat sisa metabolisme. Berbagai proses metobolisme menghasilkan sampah(sisa) yang

Lebih terperinci

Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi

Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi A. Pengertian Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY Oleh : Suhardi, S.Pt.,MP Pembibitan Ternak Unggas AYAM KURANG TOLERAN TERHADAP PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN, SEHINGGA LEBIH SULIT MELAKUKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN SUHU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi

Lebih terperinci

DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA

DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT (N/L) PADA KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) BETINA AYU SYLVITA AMANDA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI OLEH: TUTI NURAINI, SKp, M.Biomed. DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR PENDAHULUAN Asal kata bahasa latin: immunis: bebas dari beban kerja/ pajak, logos: ilmu Tahap perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Leucocytozoon merupakan parasit darah dan jaringan yang telah ditemukan pada unggas sejak 200 tahun yang lalu oleh Danilewsky pada tahun 1884. Pertama kalinya,

Lebih terperinci

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Diferensiasi Leukosit Tubuh manusia maupun hewan sepanjang waktu terpapar oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit dalam berbagai tingkatan

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembentukan Sel Darah (hemopoiesis) Terdiri dari 3 fase hemopoesis : 1. Fase mesoblastik Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih serupa

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka (kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas (Gibney et al., 2009). Menurut World Health

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Untuk mengerti bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian, kita terlebih dahulu harus mengetahui apakah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR

Lebih terperinci

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan

Lebih terperinci

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. Bab 10 Sumber: Biology: www. Realm nanopicoftheday.org of Life, 2006 Limfosit T termasuk ke dalam sistem pertahanan tubuh spesifik. Pertahanan Tubuh Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan struktur dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci