BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hengki Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Radang Definisi Radang atau inflamasi adalah respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera jaringan, radang juga menginisiasi pembunuhan patogen, proses perbaikan jaringan dan membantu mengembalikan homeostasis pada tempat yang terinfeksi atau cedera. Jika respon antiinflamasi gagal beregulasi, dapat mengakibatkan cedera kronis dan membantu perkembangan penyakit yang terkait (Calder et al., 2009). Inflamasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu akut dan kronik. Inflamasi akut mempunyai onset dan durasi yang lebih cepat. Inflamasi akut terjadi dengan durasi waktu beberapa menit sampai beberapa hari, ditandai dengan adanya cairan eksudat protein plasma maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan. Inflamasi kronik memiliki durasi yang lebih lama yaitu dalam hitungan hari hingga tahun. Menurut Kumar et al (2007) dalam Utami et al (2011) tipe inflamasi kronik ditentukan oleh peningkatan jumlah limfosit dan makrofag yang berhubungan dengan proliferasi vaskular dan fibrosis. Patofisiologi Terjadinya inflamasi adalah reaksi lokal dari jaringan atau sel terhadap suatu rangsangan. Jika ada cedera, terjadi rangsangan untuk 6
2 7 melepaskan zat kimia tertentu yang menstimulasi terjadinya perubahan jaringan sebagai manifestasi dari radang, diantaranya yaitu histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin (Lumbanraja, 2009). Cyclooxygenase (COX) merupakan enzim yang terdapat pada jalur biosintetik dari prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin.menurut Kujubu et al (1991) dalam Multazar et al (2012) Enzim ini ditemukan tahun 1988 oleh Dr. Daniel Simmons, peneliti dari Harvard University. Cyclooxygenase terbagi dua yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 sebagai housekeeping gen pada hampir seluruh jaringan normal, sedangkan enzim COX-2 bertanggung jawab terhadap mekanisme inflamasi dan rasa nyeri (Multazar et al., 2012). COX-2 membentuk PGE2 dan PGI2 yang dapat menyebabkan terjadinya beberapa proses biologis yaitu peningkatan permeabilitas kapiler, agen piretik dan hiperalgesia (Stables &Gilroy, 2010). Beberapa tanda inflamasi (Muliati, 2014) : a. Rubor atau kemerahan Menurut Price & Wilson (1995) dalam Lumbanraja (2009) Kemerahan atau rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada saat mengalami peradangan. Ketika reaksi peradangan mulai timbul maka arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, oleh karena itu darah mengalir lebih banyak ke dalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh oleh
3 8 darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia merupakan permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat mediator seperti histamin. b. Kalor atau peningkatan suhu tubuh Panas merupakan reaksi pada permukaan tubuh yakni kulit yang terjadi bersamaan dengan kemerahan akibat peradangan. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, hal ini terjadi karena darah dengan suhu 37 o C lebih banyak disalurkan ke permukaan daerah yang terkena radang lebih banyak dibandingkan ke daerah normal. c. Dolor atau nyeri Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan dihasilkan dengan berbagai mekanisme. Perubahan ph lokal atau konsentrasi ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf untuk mengeluarkan zat kimia tertentu misalnya mediator histamin atau mediator lainnya yang menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada jaringan sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan rasa sakit (Lumbanraja, 2009). d. Tumor atau pembengkakan Gejala dari peradangan akut adalah tumor atau pembengkakan. Hal ini terjadi akibat meningkatnya permeabilitas
4 9 dinding kapiler serta adanya penyaluran cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang cedera. Pada peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama albumin yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak protein yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk ke dalam jaringan sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak. e. Functio Laesa Functio laesa adalah reaksi peradangan yang ditandai dengan nyeri disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat sehingga menghasilkan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal dan menjadikan jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi normal (Dyaningsih, 2007). B. Siklooksigenase-2 (COX-2) Siklooksigenase atau prostaglandin H sintetase merupakan enzim utama dalam sintesis prostaglandin (PGE). Menurut Francon et al (2008) dalam Prasetya et al (2013) siklooksigenase-2 merupakan enzim yang diekspresikan sebagai respon terhadap agen proinflamasi seperti sitokin dan endotoksin. Enzim COX-2 berperan dalam pembentukan prostaglandin yang diikuti proses patofisiologis seperti edema dan hiperalgesia. Pembentukan COX-2 diawali dengan PGH sintase
5 10 mendonorkan dua molekul oksigen kepada asam arakhidonat untuk sintesis prostaglandin H2 (PGH2). Perubahan ini akan membentuk prostaglandin terutama prostaglandin E2 (PGE2). Prostaglandin E2 memiliki peran dalam proses inflamasi yaitu seperti vasodilatasi pembuluh darah, edema dan nyeri (Prasetya, 2015). C. Obat Antiinflamasi Menurut kamus Oxford antiinflamasi adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mengurangi peradangan, utamanya obat. Mekanisme obat antiinflamasi terbagi menjadi dua yaitu: 1. Antiinflamasi Steroid Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan menghambat fosfolipase, suatu enzim yang berperan menghambat asam arakhidonat dari membran lipid. Katzung (2006) dalam Walidah (2014) Beberapa contoh obat golongan ini yaitu hidrokortison, prednison, betametason, deksametason. 2. Antiinflamasi Non Steroid (AINS) Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menghambat enzim COX sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. AINS terbagi menjadi beberapa turunan diantaranya: a. Turunan Asam propionat : ibuprofen dan ketoprofen b. Turunan Indol : indometacin c. Turunan Asam pirolealkanoat : tolmetin d. Turunan Asam fenilasetat : diklofenak
6 11 e. Turunan Pirazolon : fenilbutazon f. Klasfenamat : asam meklofenamat g. Oksikam : piroksikam h. Prodrug Asam naftilasetat : nabumeton (Katzung, 1998) Natrium diklofenak digunakan sebagai senyawa pembanding dengan nama kimia asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]- monosodium. Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat yang secara kuat dapat menghambat siklooksigenase dengan efek antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk peradangan kronis seperti artritis rematoid, osteoartritis serta untuk pengobatan nyeri otot rangka yang akut (Katzung, 2004). Menurut Goodman & Gilmans (1991) dalam Ekawati (2011) efek antiinflamasi natrium diklofenak sangat kuat dan memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat lain seperti indometasin, piroksikam, sehingga obat ini sering digunakan untuk nyeri, migrain dan gout. Natrium diklofenak mempunyai waktu paruh 1-3 jam. D. Daun Salam (Syzygium polyanthum wight) Daun salam secara ilmiah bernama Syzygium polyanthum wight dan memiliki nama ilmiah lain yaitu Eugenia polyantha wight dan Eugenia lucidula Miq. Tanaman salam termasuk di dalam suku myrtaceae (Sudirman, 2014). Tanaman salam berupa pohon yang memiliki tinggi sekitar 20 meter dan dapat dibudidayakan dengan sangat baik pada daerah berketinggian meter dari permukaan laut. Pemeliharaan tanaman
7 12 dapat dilakukan dengan lahan yang memiliki jumlah air di dalam tanah yang cukup serta dapat tumbuh di daerah terbuka dengan unsur hara yang seimbang (Winarto, 2004). Farmakope Herbal Indonesia menyebutkan bahwa Syzygium Polyanthum Wight dari suku Myrtacea mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,40% dihitung sebagai kuersetin dengan senyawa identitas adalah kuersitrin. Kuersetin merupakan bentuk non glikosida (aglikon) dari kuersitrin. Kuersetin maupun kuersitrin berpotensi berperan mencegah kematian sel beta melalui jalur mitokondria dan mencegah translokasi dari NFkB (Xiaoqian et al, 2012). Umumnya aktifitas anti inflamasi dari flavonoid adalah ikatan rangkap tidak jenuh, gugus hidroksil, gugus karbonil (gambar 2). Gambar Gambar 1. Struktur 2. Kuersitrin Gambar 2. Struktur kuersetin (ikatan tidak jenuh pada cincin C, nomor dan posisi dari gugus hidroksil pada cincin B, gugus karbonil pada C-4 merupakan syarat aktifitas anti inflamasi dari flavonoid
8 13 E. Karagenan Karagenan adalah polimer linear yang disusun oleh sekitar turunan galaktosa yang strukturnya tergantung pada sumber dan kondisi ekstraksi. Karagenan dikelompokkan menjadi tiga yaitu karagenan kappa, karagenan theta, dan karagenan lamda. Karagenan diberi nama dari persentase kandungan ester sulfatnya, karagenan kappa mengandung 25-30%, karagenan theta mengandung 28-35% dan karagenan lamda 32-39% (Ekawati, 2011). Karagenan akan menginduksi cedera pada sel kemudian sel yang cedera melepaskan mediator yang mengakibatkan terjadinya proses inflamasi. Penggunaan karagenan memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas serta karagenan memberikan respon yang lebih peka terhadap antiinflamasi. Setelah pelepasan mediator inflamasi, terjadi edema yang akan bertahan selama 6 jam dan akan berkurang secara berangsur selama 24 jam setelah injeksi karagenan dilakukan. Setelah diinjeksikan karagenan, terjadi respon yang terbagi dalam dua fase, yaitu fase awal berhubungan dengan pelepasan histamin dan serotonin sedangkan fase kedua berhubungan dengan prostaglandin serta Slow Reacting Subtances yang mencapai puncak pada 3 jam setelah perlakuan. Pemberian karagenan sublantar dapat meningkatkan kadar COX-2 (Hidayati et al, 2008). Ada beberapa jenis iritan yang digunakan untuk pengujian efek antiinflamasi, diantaranya adalah karagenan. Karagenan dapat merangsang
9 14 fosfolipida membran sel mast yang terdapat pada jaringan ikat di telapak kaki tikus untuk mensekresikan asam arakidonat dengan bantuan enzim fosfolipase A2 sehingga menghasilkan berbagai mediator inflamasi (Walidah, 2014). Karagenan yang digunakan pada penelitian ini adalah karagenan kappa karena jenis ini mudah untuk diperoleh. Karagenan juga dipilih karena dapat mempengaruhi obat antiinflamasi secara spesifik dan memiliki respon yang lebih sensitif terhadap obat obat tersebut dibandingkan dengan iritan lain (Winter et al, 1962). F. Penambatan Molekul (Molecular Docking) Penambatan molekul adalah proses komputasi pencarian ligan yang cocok secara geometris beserta energinya ke situs pengikatan protein. Tujuan penambatan molekul adalah untuk mendapatkan konformasi yang optimal untuk protein dan ligan sehingga energi bebas dari sistem secara keseluruhan dapat diminimalkan. Penambatan molekul membantu dalam mempelajari ligan atau interaksi reseptor dan protein dengan mengidentifikasi situs aktif yang cocok pada protein, menemukan posisi terbaik dari ligan-reseptor secara geometri dan mengkalkulasi energi interaksi dari ligan yang berbeda untuk mendapatkan ligan yang lebih efektif (Mukesh & Rakesh, 2011). Docking sering digunakan untuk memprediksi ikatan ligan terhadap target proteinnya untuk memperkirakan afinitas dan aktivitas molekulnya sehingga docking berperan penting dalam desain obat yang rasional (Mukesh & Rakesh, 2011).
10 15 Beberapa aplikasi yang umum digunakan untuk melakukan penapisan virtual dengan metode molecular docking, yaitu Protein-Ligand Ant System(PLANTS), GOLD, Molegro Virtual Docking (MVD), Molecular Operating Environment (MOE) dan Autodock (Korb et al., 2006). Autodock Vina merupakan salah satu perangkat lunak yang tersedia untuk penambatan molekul, penemuan obat dan virtual screening. Software ini dapat dioperasikan dengan bantuan Autodock Tools (Sandeep et al, 2011). Autodock merupakan program penambatan molekuler yang efektif dalam memprediksi konformasi dan energi dari ikatan target dan ligan. Program utama Autodock terbagi dua yaitu Autodock dan Autodock grid. Autodock berfungsi melakukan penambatan molekuler protein target dan ligan dengan set grid yang telah ditetapkan. Menurut Morris et al ( 2009) dalam Apriani (2015) untuk mencari informasi Autodock membutuhkan ruang atau area pencarian dalam sistem koordinat yang memprediksiposisi terikatnya ligan. G. Maserasi Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut serta beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan. Maserasi bertujuan untuk menarik zat berkhasiat pada simplisia. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Depkes RI, 2000).
11 16 Maserasi adalah ekstraksi yang palingsederhana. Dasar dari maserasi yaitu melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak pada saat penghalusan. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengadukan berulang, hal ini ditujukan agar terjadi keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan difusi bahan aktif. Voigh (1994) dalam Istiqomah (2013) semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan penyari, maka akan semakin banyak hasil yang didapatkan. H. Senyawa Penanda Menurut Swatantra et al (2010) penanda atau marker dikategorikan menjadi dua yaitu: 1. Penanda DNA Penanda DNA digunakan untuk mendapatkan informasi polimorfisme seperti komposisi gen yang berbeda pada setiap spesies. DNA dapat diperoleh dari ekstraksi jaringan kering atau basah dari tumbuhan. 2. Penanda Kimia Penanda kimia adalah komponen biokimia yaitu senyawa hasil metabolit primer, metabolit sekunder dan makromolekul lain termasuk asam nukleat.
12 17 Senyawa hasil metabolit primer contohnya karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat dan enzim. Senyawa metabolit sekunder contohnya terpenoid, alkaloid dan flavonoid (Widodo, 2007). a. Alkaloid Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang kecil. Alkaloid mampu meningkatkan daya tahan tubuh, alkaloid akan mengaktifkan dan memperbaiki struktur maupun fungsi dari sel tubuh (Haryani, 2012). b. Terpenoid Terpenoid merupakan senyawa golongan hidrokarbon yang banyak ditemukan di tanaman obat. Terpenoid adalah metabolit sekunder pada tumbuhan yang memiliki efek farmakologis seperti antivirus, antibakteri, antimalaria, antiradang, serta penghambat sintesis kolesterol dan antikanker (Nassar et al., 2011). c. Flavonoid Flavonoid adalah golongan polifenolik yang bersumber dari buah, sayur, dan bahan alam lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat herbal. Dari berbagai penelitian diketahui flavonoid memiliki efek antioksidan, antiradang,
13 18 antimutagenik dan antikanker (Tapas et al, 2008). Flavonoid dalam tubuh dapat menghambat enzim lipooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin. ekstrak etanol daun tempuyung yang mengandung steroid dan flavonoid diketahui mampu menghambat pembentukan radang (Lumbanraja, 2009). Kandungan flavonoid dalam bunga rosela dapat dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi topikal atau obat kumur yang sekaligus berperan sebagai antibiotik untuk penderita periotodontis (Pratiwi, 2012).
14 19 I. Kerangka Konsep Penelitian Inflamasi Siklooksigenase 2 (6COX) In Silico Ligan Pembanding (Natrium Diklofenak) Ligan Kuersitrin Ligan Asli Protein 6COX In Vivo Perbandingan Hasil Uji In Silico dan In Vivo
15 20 J. Hipotesis Daun salam dengan senyawa penanda kuersitrin yang termasuk ke dalamgolongan flavonoid berpotensi sebagai antiinflamasi, sehingga dapat diprediksi akan terdapat kesesuaian antara uji in silico dan in vivo.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Udema (Inflamasi) Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan. Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Validasi Metode Docking dengan Autodock Vina. dahulu dilakukan validasi dengan cara menambatkan ulang ligan asli (S58)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Validasi Metode Docking dengan Autodock Vina Sebelum dilakukan proses seleksi ligan pada penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan validasi dengan cara menambatkan ulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sensitivitas terhadap nyeri. Ekspresi COX-2 meningkat melalui mekanisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radang atau inflamasi adalah respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan pada jaringan yang berfungsi untuk mengurangi, menghancurkan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radang (Inflamasi) adalah suatu mekanisme proteksi dari dalam tubuh terhadap gangguan luar atau infeksi (Wibowo & Gofir, 2001). Pada keadaan inflamasi jaringan
Lebih terperinciBanyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,
BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Terjadinya Inflamasi Inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera jaringan ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan homeostasis tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflamasi terjadi di dalam tubuh dimediasi oleh berbagai macam mekanisme molekular. Salah satunya yang sangat popular adalah karena produksi nitrit oksida (NO) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflamasi merupakan bentuk respon pertahanan terhadap terjadinya cedera karena kerusakan jaringan. Inflamasi tidak hanya dialami oleh orang tua, tetapi dapat terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prevalensi penyakit terkait inflamasi di Indonesia, seperti rematik (radang sendi) tergolong cukup tinggi, yakni sekitar 32,2% (Nainggolan, 2009). Inflamasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,
laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi pulpa dapat disebabkan oleh iritasi mekanis. 1 Preparasi kavitas yang dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri erat kaitannya dengan inflamasi atau radang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan modalitas sensorik yang memperingatkan tentang suatu tanda trauma atau pun cedera yang terjadi dalam tubuh. Nyeri juga merupakan sensasi enteroceptive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling sering dijumpai dalam praktik dokter sehari-hari. Nyeri juga dapat diderita semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sejak lama digunakan sebagai obat tradisional. Selain pohonnya sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sukun merupakan tanaman menahun yang banyak tumbuh di Indonesia dan sejak lama digunakan sebagai obat tradisional. Selain pohonnya sebagai perindang, buahnya yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciDalam penelitian ini, akan diuji aktivitas antiinflamasi senyawa turunan benzoiltiourea sebagai berikut:
BAB 1 PEDAULUA intesis merupakan uji nyata dengan menggunakan dan mengendalikan reaksi organik. intesis dapat pula dimanfaatkan untuk membuat zat yang belum diketahui sebelumnya tetapi diramalkan akan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) TERHADAP EFEK ANTIINFLAMASI Na DIKLOFENAK PADA TIKUS PUTIH JANTAN SKRIPSI Disusun oleh : EKA PUJI LESTARI K 100 060
Lebih terperinciPiroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,
BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola penyakit di dunia menyebabkan semakin perlunya pengembangan obat baru, di mana obat baru tersebut bertujuan untuk mengurangi rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri didefinisikan oleh International Association for Study of Pain (IASP) sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan alam (back to nature) untuk pengobatan menjadi pilihan saat ini, masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam dalam pengobatan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 132 jenis, Jawa 29 jenis, Kalimantan 138 jenis, Sulawesi 86 jenis,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Rotan merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Dari 530 jenis rotan di dunia, sebanyak 316 jenis terdapat di hutan Indonesia. Di wilayah hutan Sumatera terdapat
Lebih terperinci(Houglum et al, 2005). Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan
BAB 1 PENDAHULUAN intesis merupakan uji nyata dengan menggunakan dan mengendalikan reaksi organik. intesis dapat dimanfaatkan untuk membuat zat yang belum diketahui sebelumnya tetapi diramalkan akan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian senyawa uji terhadap respon infalamasi. metode induced paw edema. Senyawa ini telah diuji aktivitas
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Pemberian senyawa uji terhadap respon infalamasi Penentuan nilai AEW1 sebagai antiinflamasi menggunakan metode induced paw edema. Senyawa ini telah diuji aktivitas
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
16 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Ekstrak buah mahkota dewa digunakan karena latar belakang penggunaan tradisionalnya dalam mengobati penyakit rematik. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika adalah suatu peradangan pada kulit yang didasari oleh reaksi alergi/reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur dibawahnya dari trauma mastikasi, dan mencegah masuknya mikroorganisme (Field dan Longman, 2003).
Lebih terperinciNONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,
Lebih terperinciEFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI
EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI Oleh: KENDRI SRI YULIATI K 100 060 193 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat. Bangsa Indonesia telah lama melakukan berbagai penyembuhan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Ipomoea batatas (L.) Lamk (Ubi Jalar Ungu) Ubi jalar termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik di daerah sub tropis. Ubi jalar mempunyai nama botani Ipomoea batatas
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
Lebih terperincibanyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini
BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan modifikasi molekul obat di dunia kefarmasian telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh obat atau senyawa baru yang lebih
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman dan Preparasi Ekstrak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Identifikasi Tanaman dan Preparasi Ekstrak Identifikasi tanaman secara determinasi tidak dilakukan, tetapi menggunakan identifikasi secara
Lebih terperincimengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan
BAB 1 PEDAHULUA Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Kemajuan di setiap aspek kehidupan menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PEDAULUA 1.1 Latar Belakang Masalah yeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, subjektif dan manifestasi dari kerusakan jaringan atau gejala akan terjadinya kerusakan jaringan (Dipiro et
Lebih terperinciUji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) Lamk) terhadap Tikus Wistar Jantan
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) Lamk) terhadap Tikus Wistar Jantan 1 Yudha Riansyah, 2 Lanny
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri sesudah terkena cedera. Jaringan yang mengalami inflamasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inflamasi Inflamasi berasal dari kata inflammare yang berarti membakar, merupakan respon protektif yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam upaya mengembalikan ke keadaan sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, pekerjaan semakin sibuk dan berat. Kadang beberapa aktivitas dari pekerjaan memberikan resiko seperti rematik dan nyeri. Nyeri adalah mekanisme
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada periode perkembangan obat telah banyak diberikan perhatian untuk mencari kemungkinan adanya hubungan antara struktur kimia, sifat-sifat kimia fisika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. laboratoris secara in silico dari senyawa penanda daun salam (Syzygium
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimental laboratoris secara in silico dari senyawa penanda daun salam (Syzygium polyanthum wight) terhadap
Lebih terperinciANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid
ANALGETIKA Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid Mengurangi nyeri dan menimbulkan
Lebih terperinciANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes
ANALGETIKA dr. Agung Biworo, M.Kes Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid Mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan yang cepat dan abnormal pada sel, tidak terkontrol, dan tidak terlihat batasan yang jelas dengan jaringan yang sehat serta mempunyai sifat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Rataan nilai temperatur tubuh ( 0 C) dari setiap perlakuan dan kontrol selama induksi dengan Metil-N-Nitrosourea dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 4.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke
Lebih terperinciturunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.
BAB 1 PENDAHULUAN Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh yang timbul apabila jaringan mengalami kerusakan. Rasa nyeri sering disertai oleh respon emosional dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda
Lebih terperincimenghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Hal ini, menuntut manusia untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera pulpa dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Tanda inflamasi secara makroskopis diantaranya tumor (pembengkakan), rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi alergi adalah reaksi imunologis (reaksi peradangan) yang diakibatkan oleh alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri menjadi masalah umum yang sering dikeluhkan masyarakat. Secara global, diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa menderita nyeri dan 1 dari 10 orang dewasa didiagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasa nyeri merupakan masalah yang umum terjadi di masyarakat dan salah satu penyebab paling sering pasien datang berobat ke dokter karena rasa nyeri mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pengobatanpun mengalami perkembangan pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah dan macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan suatu reaksi inflamasi karena adanya proses yang terhambat, atau proses penyembuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering terjadi. Nyeri timbul jika terdapat rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik yang melampaui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit mata penyebab kebutaan di dunia adalah disebabkan oleh katarak. Pada tahun 1995 dikatakan bahwa lebih dari 80% penduduk dengan katarak meninggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J
UJI EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA BUAH SEMU JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) TERHADAP EDEMA PADA TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain yang memiliki sifat mirip dengan streptomisin, salah satu antibiotik yang ditemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radang atau inflamasi merupakan suatu respon dari tubuh akibat adanya rangsangan seperti infeksi atau luka pada jaringan yang menyebabkan respon tubuh dan inisiasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu aspek yang penting dalam bidang medis, dan menjadi penyebab tersering yang mendorong seseorang untuk mencari pengobatan (Hartwig&Wilson,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kembang sepatu 1. Deskripsi dan sistematika tanaman: Tanaman kembang sepatu biasanya digunakan sebagai tanaman hias atau tanaman pagar karena tanaman kembang sepatu memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah suatu respon dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau infeksi yang dilakukan oleh pembuluh darah dan jaringan ikat. Tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kekayaan Indonesia akan keanekaragaman hayati. memampukan pengobatan herbal tradisional berkembang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan keanekaragaman hayati memampukan pengobatan herbal tradisional berkembang. Masyarakat umum mulai memanfaatkan kembali bahan-bahan alami seiring
Lebih terperinciMenurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.
BAB 1 PEDAHULUA Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Perkembangan ini terjadi di segala bidang, termasuk bidang farmasi. Hal ini tampak dengan munculnya berbagai produk obat yang digunakan
Lebih terperincimemodifikasi struktur senyawa obat dengan penambahan gugus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan gugus tersebut dalam meningkatkan
BAB 1 PEDAULUA aat ini perkembangan obat sangat dibutuhkan oleh masyarakat. bat yang tersedia saat ini, terutama obat-obat analgesik sangat umum dan banyak digunakan. ebagian besar penyakit yang timbul
Lebih terperincipengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor
BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman akan alamnya. Keanekaragaman alam tersebut meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Negara berkembang termasuk indonesia banyak
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, prevalensi penyakit periodontal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka pada kulit sering terjadi dan dapat dialami oleh setiap individu. Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan secara spesifik yang
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Botani Gambar 1.1 Tanaman seledri (Najib, 2009) Seledri (Apium graveolens L.) merupakan tanaman herba yang dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedaruratan endodonsia merupakan tantangan baik bagi penegak diagnosis maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Tumbuhan Dandang Gendis 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Sistematika tumbuhan daun dandang gendis adalah sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) 1. Sistematika tanaman (Krisnawati, 2010) Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili
Lebih terperinciBAB I. Tinjauan Pustaka
BAB I Tinjauan Pustaka 1.1 Tinjauan Umum Tentang Tanaman Gambar 1.1 Buah dan Daun asam jawa 1.1.1 Klasifikasi : Menurut hasil determinasi dari Sekolah Tinggi Hayati ITB (Lampiran 1) bahwa tanaman yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe.) TERHADAP EFEK ANTIINFLAMASI ASAM MEFENAMAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN SKRIPSI Disusun oleh : NOORLAILA K 100 060 162
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,
Lebih terperinciGambar 1.1. Struktur molekul asam salisilat dan turunannya (Gringauz, 1997 ). O C OH CH 3
BAB 1 PENDAHULUAN Radang dan demam merupakan salah satu kendala yang menganggu aktivitas manusia. Radang atau inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap berbagai stimulus yang merugikan berupa stimulus kimia,
Lebih terperinciMigrasi Lekosit dan Inflamasi
Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nyeri yang mengganggu, dan hilangnya fungsi dari jaringan. Inflamasi ini adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflamasi merupakan gangguan yang sering terjadi pada manusia serta binatang, yang ditandai dengan timbulnya kemerahan, panas, pembengkakan, rasa nyeri yang mengganggu,
Lebih terperinci