GAYA BAHASA DALAM NOVEL EMAK KARYA DAOED JOESOEF DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAYA BAHASA DALAM NOVEL EMAK KARYA DAOED JOESOEF DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH"

Transkripsi

1 GAYA BAHASA DALAM NOVEL EMAK KARYA DAOED JOESOEF DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Via Ardhya Garini Lintang NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

2

3

4

5 ABSTRAK Via Ardhya Garini Lintang, , Gaya Bahasa dalam Novel Emak Karya Daoed Joesoef dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Jamal D. Rahman, M. Hum. Salah satu unsur intrinsik yang terdapat dalam novel adalah gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bahasa yang indah untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas. Dengan adanya penggunaan gaya bahasa, suatu novel dapat memiliki karakteristik yang unik dan lebih menarik untuk dibaca. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef yang diharapkan dapat menjadi referensi tambahan untuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi. Hasil dari penelitian ini berupa total pemunculan gaya bahasa yang berjumlah 119 gaya bahasa. Gaya bahasa simile sebanyak 30 kalimat; metafora 17 kalimat; sinekdoke 15 kalimat; personifikasi 14 kalimat; mesodilopsis 11 kalimat; hiperbola 10 kalimat; litotes 7 kalimat; sarkasme 4 kalimat; oksimoron 3 kalimat; asindeton 2 kalimat; perifrasis 2 kalimat; metonimia 1 kalimat; anafora 1 kalimat; elipsis 1 kalimat; dan polisindeton 1 kalimat. Gaya bahasa yang paling banyak muncul ialah gaya bahasa simile. Gaya bahasa simile bermaksud membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama. Perbandingan itu menggunakan kata hubung seperti, bagai, ibarat, bak, laksana, atau umpama. Gaya bahasa simile ini sangatlah menarik karena pembaca diharapkan mampu membayangkan persamaan yang ada dalam sudut pandang pengarang. Ucapan yang diberi perbandingan cenderung lebih mudah diingat dan tentu lebih terkesan menghibur. Kata Kunci: Gaya Bahasa, Novel Emak, Pembelajaran Sastra i

6 ABSTRACT Via Ardhya Garini Lintang, Figurative Language In The Novel Emak Created By Daoed Joesoef and Its Implications to Literary at the School. Department of Education Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching. Syarief Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Jamal D. Rahman, M. Hum. One of the intrinsic elements in novel is figurative language. Figurative language is a beautiful language to show up the ideas and mind through language in particularly. By using figurative language, a novel can have characteristics which are unique and more interesting to read. This thesis is aims to describe figurative language in teaching-learning activity at school. This research uses qualitative descriptive research method with contents analysis method. The result of this research is the occurance amount of figurative language with total 119 figurative languages. Simile figurative language is 30 sentences; methapor 17 sentences; sinecdoche 15 sentences; personification 14 sentences; mesodyplosis 11 sentences; hyperbola 10 sentences; litotes 7 sentences; sarcasm 4 sentences; oxymoron 3 sentences; asyndenton 2 sentences; periphrasis 2 sentences; metonymia 1 sentences; anaphora 1 sentences; ellipsis 1 sentences; and polysindeton 1 sentences. The most common figurative language which occurs in this novel is simile. Simile is aimed to compare two things totally different literaly become the same things intentionally. The comparation uses conjunction such as like and as. Simile is very interesting because the readers are supposed to be able to imagine the similarity in the writer s perspective. The utterance that are given the comparation tend to be easier to remember and entertain more. Key word: Figurative Language, Novel Emak, Literature Study ii

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan berkah, rahmat, dan hidayah-nya kepada penulis sehingga penulis diberikan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Gaya Bahasa dalam Novel Emak Karya Daoed Joesoef dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah. Selawat serta salam tak lupa tercurah kepada junjungan nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW. Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis mengalami berbagai kendala, kesulitan, dan halangan yang dihadapi. Namun, atas berkat rahmat Allah dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Jadi, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu, khususnya: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., selalu Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan yang terbaik bagi mahasiswanya. Sosok dosen yang memberikan semangat kepada mahasiswa dengan cara yang selalu menghibur dan selalu memberi kemudahan. 3. Toto Edidarmo, MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis. 4. Jamal D. Rahman, M. Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang sangat memberikan inspirasi sejak awal bimbingan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis sangat mengagumi beliau sejak beliau mengajar mata kuliah Kajian Puisi karena penulis menganggap beliau sudah menyampaikan ilmu yang sangat luas mengenai sastra Indonesia. Beliau memiliki sikap yang sangat rendah hati dan sabar sehingga bimbingan skripsi yang telah dijalani selama ini tidak terasa berat atas arahan dan motivasi dari beliau. Semoga Bapak senantiasa selalu dalam lindungan Allah Swt. iii

8 5. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan telah menginspirasi penulis untuk selalu belajar. 6. Ibunda tercinta, Yeyen Soraya, S. Sos., M. Si., yang selalu mengingatkan, menasihati, menyemangati, dan mendukung penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Ibunda yang telah menjadi inspirasi untuk mengambil penelitian dengan bertema kasih sayang ibu, karena penulis yakin bahwa dengan menggunakan novel bertema kasih sayang dari seorang ibu, penulis akan selalu teringat oleh sosok ibu sehingga rasa semangat dan perjuangan untuk menyelesaikan skripsi ini selalu dilandasi dengan rasa sayang yang besar untuk ibu. Tak lupa juga untuk ayah tercinta, Eddy Hermansyah, BE., yang selalu setia menemani, mendukung, memberi arahan selama penulis menjalani masa-masa perkuliahan. Terima kasih untuk keluarga penulis, tante Mega Rani, Kakak Irfan Permana Lintang, dan Fitria Aulia Imani. 7. Muhamad Izet Mutaqien, yang telah menemani, membantu, memberi arahan yang terbaik sejak penulis mulai menyusun metodologi penelitian, proposal skripsi, hingga tugas akhir penulis dalam bentuk skripsi ini. Begitu besar perhatian dan bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kemudahan dan semangat. Semoga perjalanan yang akan dihadapi ke depannya akan selalu diberkahi dan diberikan kemudahan. 9. Fatimah Ananda, teman saat masa OPAK yang kembali dipertemukan dalam satu jurusan, bahkan satu kelas. Tidak disangka saat penyusunan skripsi juga dipertemukan dengannya dalam satu dosen pembimbing yang sama. Terima kasih sudah selalu mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi dan mengajak bimbingan secara rutin walaupun kesibukan masing-masing seringkali menghambat bimbingan skripsi. Semoga hubungan persahabatan ini bisa selalu terjalin dengannya. 10. Sahabat-sahabat yang selalu ada sejak awal perkuliahan di kelas A angkatan Sahabat yang selalu menemani, selalu berbagi suka dan duka, sahabat yang selalu setia, Bunga Indah Puspita Sari, Elvira Rosiana, Maryani, Nurul Fauziah, Rizki Dwi Putri, Nur Hamidah, dan Dhyas Nissa Utami. iv

9 11. Sahabat, keluarga, teman selamanya, yang tak pernah pergi, tetapi selalu datang menghampiri untuk berbagi senyuman. Sahabat yang tidak pernah penulis lupakan, Vidi Septiyani, S. Pd. dan Anggita Prima Maurizka, S. IKom. 12. Keluarga besar bimbel Maestro Pamulang, MTSn 1 Kota Tangerang Selatan, SMPI Al-Falaah, SMPI Nurul Hidayah, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengajar dan bekerja meskipun masih berstatus mahasiswa. 13. Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya, penulis mengharapkan agar Allah Swt. senantiasa membalas kebaikan dari semua pihak di atas dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan wawasan bagi para pembaca. Pamulang, Februari 2017 Penulis v

10 DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Batasan Masalah... 5 D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 6 G. Penelitian yang Relevan... 7 H. Metode Penelitian... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Indikasi Fiksional dalam Teks B. Pengertian Novel C. Unsur Intrinsik Novel Tema Latar Tokoh dan Penokohan Sudut Pandang Alur Amanat vi

11 D. Hakikat Gaya Bahasa E. Fungsi dan Kedudukan Gaya Bahasa F. Jenis-jenis Gaya Bahasa G. Hakikat Pembelajaran Sastra BAB III PENGARANG DAN PEMIKIRANNYA A. Biografi Pengarang B. Riwayat Pendidikan Daoed Joesoef C. Deskripsi Karya-karya Daoed Joesoef D. Sinopsis Novel Emak Karya Daoed Joesoef BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Unsur-unsur Intrinsik Novel Emak B. Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Emak C. Implikasi Gaya Bahasa dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA. 108 LEMBAR UJI REFERENSI BIOGRAFI PENULIS vii

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi, penciptaan karya sastra bukanlah hanya mengungkapkan realitas saja. Karya sastra bukanlah semata tiruan dari alam (imitation of nature) atau tiruan dari kehidupan (imitation of life), akan tetapi karya sastra merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam dan kehidupan itu. 1 Dengan maksud untuk menafsirkan tentang alam dan kehidupan, karya sastra mengungkapkan tentang makna hidup, melukiskan penderitaan-penderitaan manusia, perjuangan, pengalaman, kasih sayang, harapan, dan segala hal yang dialami manusia. Pengarang ingin menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dengan menafsirkan makna hidup melalui karya sastra. Sastra hadir melalui jiwa seni manusia untuk menciptakan sebuah dunia yang bercerita mengenai masalah manusia, kemanusiaan, dan ruang lingkup kehidupan secara luas. Selain sebagai karya seni yang memiliki nilai rasa dan imajinasi, sastra juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan untuk menggugah intelektual dan emosional. 2 Karya sastra dijadikan sebagai penyalur gagasan yang hendak disampaikan pengarang mengenai perasaan, jiwa, atau pengalaman yang dialami pengarang. Keintelektualan pengarang terlihat dari cara bercerita yang digunakan dalam karya sastranya. Pengarang yang ingin menyampaikan gagasannya dengan penuh emosional juga terlihat dari gaya bahasa yang digunakannya. Novel berisi pengalaman hidup yang melengkapi kehidupan manusia. Sehingga novel dapat menjadi bacaan yang memberikan manfaat, amanat, dan pesan untuk kehidupan pembaca. Novel juga dapat dijadikan bahan pembelajaran 1 Mursal Esten, Kesusasteraan Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: CV Angkasa, 2013), h Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h

13 2 yang efektif. Jenis karya sastra berupa novel ini diharapkan dapat memberikan semangat pada siswa untuk memahami makna bacaan tersebut. Sebuah novel berisi cerita yang dapat dipahami, direnungkan, dan secara tidak langsung siswa dapat belajar dari cerita yang dikisahkan dalam novel tersebut. Novel yang memiliki gaya bahasa tentu dapat menjadi ciri khas yang menarik. Gaya bahasa dapat membuat pembaca merasakan efek yang lebih dramatis dari pernyataan yang disampaikan pengarang. Gaya bahasa juga dapat membuat cerita menjadi lebih hidup untuk menyampaikan pesan dari pengarang. Novel Emak karya Daoed Joesoef merupakan novel yang memiliki gaya bahasa. Dalam novel Emak ini, Daoed Joesoef menceritakan pengalaman hidupnya yang berhasil mencapai harapan dan cita-citanya. Keberhasilan tersebut didapatkan dari nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh emak sejak Daoed masih berusia dini. Daoed Joesoef memaparkan cara emak menasihati Daoed dengan penggunaan gaya bahasa sebagai ciri khas bertutur emak. Emak mengucapkan bahasa kiasan yang dibandingkan dengan makna yang hendak emak sampaikan. Bahasa itulah yang memengaruhi cara bertutur Daoed dalam novel ini yang lebih banyak menggunakan gaya bahasa dibandingkan dengan tokoh emak. Ibu merupakan sosok wanita yang akan selalu menjadi panutan dalam hidup setiap manusia. Bahkan, manusia tidak pernah melupakan segala bentuk pembelajaran yang telah diberikan seorang ibu. Ibu telah mengajarkan arti kehidupan yang sesungguhnya. Ibu mengajarkan untuk bangkit di saat diri merasa terpuruk. Ibu mengajarkan untuk pantang menyerah selama kehidupan masih bisa terus dijalani. Ibu pula yang mengajarkan bahwa dengan sikap optimis dan semangat yang besar tentu segala harapan yang diinginkan bisa tercapai. Namun, satu hal yang tidak pernah ibu ceritakan kepada anaknya mengenai pengorbanannya yaitu bahwa ibu tidak pernah ingin anaknya merasa tidak tenang dengan segala masalah yang dihadapinya. Untuk masa mendatang, mungkin kita semua memiliki keyakinan dan harapan yang sama bahwa akan selalu ada inspirasi-inspirasi dan kreasi-kreasi

14 3 baru bersemi di bumi Indonesia. Sebab setidaknya, sejumlah perempuan pembaharu bagi masyarakat telah belajar banyak dari ibu. 3 Ibu dapat menjadi sosok yang inspiratif dan berjasa dalam kehidupan seseorang. Atas segala jasa yang telah terukir dalam kenangan manusia, kisah tentang seorang ibu tertuang dalam sebuah cerita. Novel Emak menyuguhkan kisah yang inspiratif dan bermanfaat untuk dibaca oleh berbagai kalangan. Dalam novel ini, Daoed Joesoef menyampaikan cara bertutur emak dalam mengajarkan berbagai nilai-nilai kehidupan, misalnya dalam mengajarkan cara bersosialisasi, cara menjalin hubungan baik dengan kerabat, cara mensyukuri nikmat Tuhan, cara bersikap optimis dalam menghadapi setiap rintangan kehidupan, cara menjaga hati seorang anak untuk tetap tenang, dan pengetahuan secara umum telah disampaikan melalui gaya bahasanya yang menarik. Cara emak bertutur dan mengutarakan pendapat bagaikan seorang berilmu walaupun diucapkan dengan kata yang sederhana. Berdasarkan ajaran cara bertutur emak yang sering menggunakan gaya bahasa atau majas, Daoed Joesoef juga menggunakan gaya bahasa yang beragam dalam novel ini. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel ini dipengaruhi oleh gaya bertutur emak yang selalu mengutarakan pendapat dan mengajarkan ilmu pengetahuan dengan pandangan yang luas. Hal ini membuat Daoed Joesoef mengingat setiap ajaran yang diberikan emak karena gaya bahasa emak yang unik dan menarik. Melalui uraian di atas, penyusun sangat tertarik terhadap gaya bahasa yang terdapat dalam novel Emak karya Daoed Joesoef ini. Alasan penyusun mengambil novel ini untuk dijadikan objek penelitian ialah karena penyusun tertarik pada penggunaan gaya bahasa. Pengarang mengemas cerita mengenai keberhasilan seorang anak yang dicapai karena perjuangan seorang ibu dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan dengan ujaran-ujaran yang mengandung gaya bahasa. 3 Ari Sunarijati dkk, Perempuan yang Menuntun: Sebuah Perjalanan Inspirasi dan Kreasi, (Bandung: Ashoka Indonesia, 2000), h. 158.

15 4 Analisis terhadap novel ini dibatasi pada segi gaya bahasa yang digunakan Daoed Joesoef. Alasan penulis membatasi penelitian dalam segi gaya bahasa karena penulis ingin mengetahui ragam gaya bahasa yang digunakan pengarang. Hal lain yang menjadi alasan penulis menggunakan novel Emak dalam penelitian yaitu mengajak pembaca yang berperan sebagai pengajar untuk mengajarkan pada peserta didik agar bisa menambah bahan bacaan dengan menggunakan novel terbaru dalam pembelajaran sastra di kelas. Selain itu, dalam pembelajaran novel Emak, siswa tidak hanya mempelajari unsur intrinsik dan ekstrinsiknya sesuai yang diharuskan Kompetensi Dasar saja, melainkan juga novel ini diharapkan dapat membantu pembentukan karakter siswa karena bagaimana pun juga amanat Kurikulum 2013 mengenai novel adalah melalui novel, guru dapat menanamkan nilai-nilai karakter dalam setiap pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, berdasarkan penjabaran di atas, maka penyusun akan membuat penelitian yang berjudul Gaya Bahasa dalam Novel Emak karya Daoed Joesoef dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah. B. Identifikasi Masalah Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat digali dari novel Emak karya Daoed Joesoef, yaitu: 1. Belum ada penelitian yang menganalisis gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef. 2. Pengajaran tentang gaya bahasa belum diterapkan secara maksimal dalam pembelajaran sastra di sekolah. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang diidentifikasi, agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi permasalahan, yaitu dalam penggunaan gaya bahasa

16 5 pengarang dalam novel Emak karya Daoed Joesoef dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana penggunaan gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef? 2. Bagaimana implikasi penggunaan gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef terhadap pembelajaran sastra di sekolah? E. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini, maka tujuan yang akan dicapai, yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef. 2. Untuk mendeskripsikan implikasi penggunaan gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef dalam pembelajaran sastra di sekolah. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari hasil analisis ini ada dua macam, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Berikut pemaparan mengenai manfaat praktis dan manfaat teoretis penelitian. 1. Manfaat teoretis: Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah dapat menambah khasanah keilmuan dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra Indonesia, khususnya untuk pembelajaran gaya bahasa dan pembelajaran sastra. 2. Manfaat praktis: Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, di antaranya:

17 6 a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya, baik ilmiah maupun fiksi, baik dunia sastra dan pendidikan. b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat membantu guru memahami unsur-unsur karya sastra, khususnya gaya bahasa untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. c. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berkaitan dengan gaya bahasa. d. Bagi institusi, hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai gaya bahasa untuk dijadikan pedoman dan acuan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia serta diharapkan agar institusi dapat memilih dengan baik karya sastra sebagai bahan bacaan (khususnya novel) sebagai sarana pembinaan karakter. G. Penelitian Relevan Suatu kegiatan penelitian maupun hasil penelitian merupakan suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan dari unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun yang tidak berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas oleh penulis. Sebuah karya ilmiah jelas secara mutlak membutuhkan referensi sebagai acuan dalam pengerjaan penelitian. Sejauh ini, berdasarkan sepengetahuan penulis, belum ada penelitian yang membahas mengenai Gaya Bahasa dalam Novel Emak karya Daoed Joesoef dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun di universitas lain. Untuk memudahkan penulis dalam penelitian ini, penulis mencari bahan rujukan karya ilmiah lain yang berkaitan dengan gaya bahasa yang dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka. Adapun skripsi Siti Humairoh, mahasiswa

18 7 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berjudul Gaya Bahasa dalam Novel 5 CM Karya Donny Dhirgantoro dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah. Dalam skripsi ini, penulis memaparkan gaya bahasa yang terdapat dalam novel 5 CM. Gaya bahasa yang paling dominan yaitu personifikasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengarang novel 5 CM, Donny Dhirgantoro, ingin membuat cerita menjadi lebih hidup dengan memanfaatkan benda abstrak menjadi benda konkret. 4 Adapun skripsi lainnya membahas tentang gaya bahasa yaitu skripsi yang ditulis oleh Evi Selviawati, mahasiswa Program Studi Indonesia, Fakultas llmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia tahun 2012 yang berjudul Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Laluba Karya Nukila Amal yang Mengacu pada Karya Grafis M. C. Escher: Analisis Stilistika. Dalam skripsinya, Evi Selviawati membahas penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Laluba bab Para Penutup dan Para Pencerita yang mengacu pada karya grafis M. C. Escher. Gaya bahasa dalam hal ini dipandang sebagai medium utama dalam menarasikan karya grafis M. C. Escher ke dalam cerpen. Hasil penelitian ini memberikan penjelasan mengenai cara Nukila Amal menarasikan karya grafis M. C. Escher ke dalam cerpen-cerpennya dengan menggunakan gaya bahasa yang digunakannya. 5 Persamaan dari dua penelitian di atas dengan penelitian yang hendak dikaji adalah objek yang dianalisis yaitu gaya bahasa. Sedangkan perbedaan kedua penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian di atas menganalisa gaya bahasa yang digunakan untuk menarasikan cerita dan perbedaan pada subjek penelitiannya, sedangkan penelitian yang penulis akan kaji 4 Siti Humairoh. Gaya Bahasa dalam Novel 5 CM Karya Donny Dhirgantoro dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan. 5 Evi Selviawati. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Laluba Karya Nukila Amal yang Mengacu pada Karya Grafis M. C. Escher: Analisis Stilistika. Skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 2012, tidak dipublikasikan.

19 8 membahas tentang gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah. H. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 6 Lalu, peneliti menggunakan pendekatan objektif yang berarti memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik. 7 Dengan demikian, peneliti berfokus pada unsur-unsur intrinsik karya sastra. 2. Objek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang ingin dikaji (sesuatu yang dikenai pekerjaan) berupa benda, bahasa, karya sastra (tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, amanat). Objek dalam penelitian ini adalah gaya bahasa yang terdapat pada novel Emak karya Daoed Joesoef. 3. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa data lunak yang berwujud frasa, klausa, dan kalimat yang termuat dalam novel Emak karya Daoed Joesoef. Sumber data dalam penelitian ini hanya berupa sumber data primer yaitu sumber data yang diambil langsung dari lapangan (karya itu sendiri). Dalam penelitian ini 6 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h Nyoman Kutha Ratna, S.U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 73.

20 9 sumber data adalah novel Emak karya Daoed Joesoef cetakan ketiga tahun 2010 terbitan PT Kompas Media Nusantara. 4. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian dalam penelitian ini berupa teks naratif sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara menggunakan teknik catat karena data-datanya berupa teks. Adapun langkahlangkah dalam pengumpulan data sebagai berikut: a. Membaca novel berjudul Emak karya Daoed Joesoef secara berulangulang. b. Menentukan gaya bahasa dalam novel yang menjadi objek dalam penelitian. c. Mencatat frasa, klausa, dan kalimat yang sesuai dengan penggunaan gaya bahasa. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis mengalir yang meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Dalam langkah ini, data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, yaitu gaya bahasa yang terdapat dalam novel Emak karya Daoed Joesoef. b. Penyajian Data Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi mengenai gaya bahasa yang digunakan.

21 10 c. Penarikan kesimpulan Pada tahap ini dibuat kesimpulan mengenai hasil dari data yang diperoleh sejak awal penelitian. Penarikan kesimpulan memuat hasil data berupa gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel Emak karya Daoed Joesoef.

22 11 A. Indikasi Fiksional dalam Teks BAB II KAJIAN TEORI Sebuah karya dapat dikatakan karya sastra tentu karena pembaca memiliki pandangan dan landasan yang kuat bahwa karya tersebut memiliki ciri-ciri atau karakteristik dari sebuah karya sastra. Banyak upaya yang dilakukan orang untuk memberikan batasan sastra, tetapi batasan manapun yang diberikan ternyata diserang, ditentang, atau terbukti tak kesampaian karena hanya menekankan satu atau beberapa aspek, atau hanya berlaku pada sastra tertentu. 1 Menurut Ahmad Bahtiar dan Aswinarko: Karya sastra pada dasarnya adalah hasil renungan sastrawan untuk mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar ataupun yang dirasakan secara imajinatif dengan menggunakan medium bahasa. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa karya sastra, lebih khususnya novel, merupakan hasil imajinatif. Sastra tidak lepas dari kenyataan empirik pengarangnya. Karya sastra tidak hanya imajinatif-kreatif, tetapi sesungguhnya adalah juga suatu hasil untuk mengatur dan mendapatkan uraian baru tentang pengalaman yang hanya bisa dibayangkan dalam dunia nyata. Jadi, meskipun novel sangat pribadi, sedikit banyak ia adalah pantulan dari pengalaman pengarangnya dalam hidup bermasyarakat. 2 Berdasarkan pemahaman ini, karya sastra dapat dikatakan sebagai karya imajinatif yang memiliki ciri khas tertentu. Ciri khas yang dimiliki karya sastra dapat terlihat secara eksplisit jika pengarang menuliskan karyanya dengan menggunakan bahasa yang indah dan menuangkan ide cerita secara imajinatif. Ide cerita yang bersifat imajinatif tidak dapat dilepaskan dari konteks pengalaman hidup pengarang. Novel dapat menjadi pantulan dari pengalaman pengarang selama hidupnya. Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah kekayaan rohani yang dapat memperkaya rohani. Sastrawan dapat dikatakan sebagai ilmu jiwa dan filsafat yang mengungkapkan masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat, bukan dengan cara teknis akademis 1 A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1990), h Ahmad Bahtiar dan Aswinarko, Metode Penelitian Sastra, (Tangerang: PT Pustaka Mandiri, 2013), h

23 12 melainkan melalui tulisan sastra. Perbedaan sastrawan dengan orang lain terletak pada kepekaan sastrawan yang dapat menembus kebenaran hakiki manusia yang tidak dapat diketahui tertembus oleh orang lain. Selain sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, sastra juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. 3 Pengarang dapat menciptakan sebuah karya sastra yang dipengaruhi emosional dan intelektualitasnya dengan menggunakan gaya khas sastra. Hal ini dapat dikatakan sebagai pembeda antara karya sastra dengan karya non sastra. Jika karya non sastra disampaikan dengan bahasa ilmiah tanpa menggunakan imajinasi pengarang, maka karya sastra disampaikan dengan gaya bercerita pengarang yang imajinatif. Pembaca dapat melihat tulisan pada karya tersebut bersifat imajinatif atau tidak jika karya itu telah ditelaah dari segi bahasa dan unsur-unsur pembentuknya. Tentu sebuah karya sastra, termasuk novel, memiliki unsur instrinsik dalam pembentukannya. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, Perlu kita sadari bahwa perbedaan antara seni dan bukan seni, antara ungkapan linguistik karya sastra dan non sastra, sangatlah cair. Fungsi estetis dapat terlihat dalam berbagai jenis ujaran. Konsepsi kita terhadap sastra akan menjadi sempit kalau kita mengeluarkan semua jenis seni propaganda, puisi didaktis atau satiris dari kawasan sastra. Kita harus mengakui bentuk-bentuk transisi seperti esei, biografi, dan sastra retorik lainnya. 4 Kita dapat mengevaluasi sebuah karya dengan menggunakan pandangan luas mengenai unsur pembentuk dan isi dari karya tersebut. Karya yang tergolong dalam jenis karya non sastra dapat dikategorikan sebagai karya sastra jika unsur pembentukannya menggunakan gaya penulisan sastra. Selanjutnya, Wellek dan Warren menegaskan: Kalau kita memegang fiksionalitas, ciptaan, dan imajinasi sebagai ciri-ciri khas sastra, mungkin kita mengacu pada karya-karya Homer, Dante, Shakespeare, Balzac, Keats, dan bukan pada karya-karya Cicero, Montagne, Bossuet, atau Emerson yang lebih bersifat filosofis. Ada karya yang berada di antara kedua kutub ini, seperti karya Plato, Republic. Meskipun pada dasarnya Republic adalah karya filsafat, 3 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusasteraan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 18.

24 13 beberapa bagian (yang menguraikan mitos-mitos besar) ternyata rekaan. Konsepsi mengenai sastra berdasarkan faktor-faktor di atas bersifat deskriptif, tidak evaluatif. Karya yang besar dan berpengaruh tidak akan berkurang kehebatannya jika digolongkan menjadi karya retorik, filsafat, pamflet politik yang menawarkan analisis estetis, stilistika, dan komposisi seperti halnya karya sastra. 5 Jadi, jika suatu karya yang telah dikenal dengan karya non sastra dianalisa secara evaluatif dan ditemukan indikasi-indikasi fiksi, maka karya tersebut memiliki komposisi dominan sebagai sebuah karya sastra. Karya yang dianggap murni faktual dapat dikategorikan sebagai karya sastra karena karya tersebut ditulis dengan gaya penulisan fiksi. Ada satu catatan untuk menghindari kesalahan, istilah sastra sebagai karya imajinatif di sini tidak berarti bahwa setiap karya sastra harus memakai imaji (citra). Tetapi pencitraan tidaklah identik dengan rekaan. Jadi, bukan merupakan ciri khusus karya sastra. 6 Pandangan bahwa karya sastra tidak selalu bersifat rekaan bisa dijadikan landasan bahwa karya sastra tidak selalu didominasi dengan rekayasa dan imajinasi pengarang. Pengarang dapat menuangkan pengalaman dan ajaran-ajarannya dengan teknik penulisan khasnya tanpa terpaku pada penulisan sastra yang menggunakan cerita rekaan dan imajinatif. Salah satu jenis karya sastra yaitu novel. Menurut H.B Jassin, pengertian novel yaitu cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada manusia, sedangkan pengertian novel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, suatu karangan atau buku berisi cerita yang pelakunya mengalami peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam hidup. 7 Dilihat dari segi arti, novel dikatakan sebagai cerita yang mengisahkan kehidupan manusia. Novel dapat berisi cerita rekaan maupun cerita kehidupan pengarang. Namun, isi yang terdapat dalam novel perlu memuat konvensi penulisan novel secara umum seperti unsur intrinsik novel. Unsur intrinsik novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, amanat, dan sudut pandang. Unsur-unsur 5 Ibid., h Ibid., h Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 62.

25 14 tersebut diciptakan pengarang berdasarkan daya imajinasi atau bersifat faktual dengan menggunakan indikasi-indikasi fiksional. Unsur intrinsik yang dapat diindikasi yaitu penokohan. Watak tokoh dalam cerita dapat digambarkan secara langsung oleh pengarang maupun secara dialog percakapan. Aart van Zoest dalam buku Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik menjelaskan, Pada setiap teks paling sedikit dapat ditemukan satu tanda yang memastikan status semiotisnya: sebuah tanda ini fiksi atau sebuah tanda ini nonfiksi. Sama halnya dengan ucapan yang kita sampaikan: suatu hal yang serius atau bukan. 8 Setiap teks yang disajikan pengarang dapat diamati oleh pembaca berdasarkan tanda-tanda yang diberikan, apakah itu tanda yang bersifat fiksi atau tanda bersifat nonfiksi. Dalam novel Emak karya Daoed Joesoef ini, pengarang menuliskan rangkaian dialog tokoh emak yang cukup panjang. Rangkaian dialog ini tentu bersifat rekaan karena pengarang menyampaikan dialog secara rinci. Dapat diketahui bahwa sebagai seorang pengarang yang menceritakan kehidupannya secara faktual, tentu dialog yang disampaikan tokoh hanya bersifat rekaan karena pengarang tidak bisa mengingat ucapan dari tokoh itu secara keseluruhan. Mungkin hanya sebagian ucapan dari tokoh emak saja yang diingat pengarang di masa lalu yang dikembangkan dengan dialog yang diciptakan sendiri. Ucapan yang dikembangkan pengarang menjadi rangkaian dialog yang panjang itu dapat dikatakan memiliki indikasi fiksional. B. Pengertian Novel Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah novel dalam bahasa Inggris. Sebelumnya istilah novel berasal dari bahasa Itali yaitu novella (yang dalam bahasa Jerman novelle.) Novella diartikan sebagai sebuah barang baru yang kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Ada juga yang mengemukakan bahwa kata novel berasal dari kata Latin, noveltus Aart van Zoest, Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik, (Jakarta: Intermasa, 1991), h.

26 15 yang diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi dan drama. 9 Menurut Aminudin, Prosa rekaan adalah kisahan atau ceria yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan peranan latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya (dan kenyataan) sehingga menjalin suatu cerita. 10 H. B Jassin berpengertian bahwa novel adalah cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada manusia, sedangkan pengertian novel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, suatu karangan atau buku berisi cerita yang pelakunya mengalami peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam hidup. 11 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa novel merupakan jenis prosa yang berisi alur cerita yang pelakunya mengalami perubahan nasib. C. Unsur Intrinsik Novel Novel memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsurunsur yang dapat didiskusikan. Salah satunya adalah unsur intrinsik novel. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur ini secara faktual dijumpai pembaca pada saat membaca karya sastra. Kepaduan antara unsur intrinsik inilah yang membuat suatu novel dapat terwujud. Unsur intrinsik novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, amanat, dan sudut pandang. 1. Tema 9 Antilan Purba. Sastra Indonesia Kontemporer. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h Dikutip dari Wahyudi Siswanto, op. cit., h Dikutip dari Antilan Purba, op. cit., h. 63.

27 16 Pembahasan mengenai makna yang terdapat di dalam sebuah karya sastra (novel) merupakan pembahasan mengenai tema. Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. 12 Tema berarti kandungan umum dari isi yang ada di dalam karya sastra tersebut atau juga disebut dengan ide dari cerita yang dimaksud. Istilah tema menurut Scharbach berasal dari bahasa latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. 13 Sastra adalah refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan bisa bermacam-macam. Tema bisa berupa permasalahan moral etika, sosial, agama, atau budaya yang erat berhubungan dengan kehidupan. 2. Latar Setting diterjemahkan sebagai latar cerita. Aminuddin memberi batasan setting sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Abrams mengemukakan latar cerita adalah tempat umum (general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat (social circumstances) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat. 14 Biasanya latar muncul pada semua bagian atau penggalan cerita dan kebanyakan pembaca tidak terlalu menghiraukan latar ini, karena lebih terpusat pada jalannya cerita. Namun, bila pembaca membaca untuk kedua kalinya, barulah latar ini ikut menjadi bahan simakkan, dan mulai dipertanyakan mengapa latar ini menjadi perhatian pengarang Tokoh dan Penokohan 12 Fanannie, Telaah Sastra, (Surakarta: Anggota IKAPI Jateng, 2001), h Aminuddin, Pengantar Apresiasi Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h Siswanto, loc. cit., h Atar Semi, Anatomi Sastra, (Bandung: Angkasa Raya, 2011), h. 32.

28 17 Menurut Aminuddin, tokoh adalah pelaku yang mengembangkan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. 16 Cara pengarang menggambarkan tokoh-tokoh itu mungkin dari pengalamannya sendiri, berdasarkan observasi di lingkungan masyarakatnya, mungkin pula dengan membaca karya-karya besar. Banyak karya sastra yang merupakan hipogram dari karya-karya yang mendahuluinya. Tetapi banyak juga yang merupakan rekaan pengalaman pribadi pengarangnya. Juga banyak yang merupakan reaksi terhadap keadaan masyarakat sekitarnya. 17 a. Jika dilihat dari peran tokoh-tokoh dalam pengembangan plot, dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Di pihak lain, pemunculan tokohtokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. 18 b. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. Tokoh sederhana dalam bentuknya asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh bulat berbeda halnya dengan tokoh sederhana, yaitu tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Dibandingkan dengan tokoh 16 Siswanto, op. cit., h Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1994), h Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h

29 18 sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan. 19 c. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah novel, tokoh dibedakan ke dalam tokoh statis, dan tokoh berkembang (developing character). Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam maupun yang lain. Hal itu memengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Dalam penokohan yang bersifat statis dikenal adanya tokoh hitam (dikonotasikan sebagai tokoh jahat) dan putih (dikonotasikan sebagai tokoh baik). Artinya, tokoh-tokoh tersebut sejak awal kemunculannya hingga akhir cerita terus-menerus bersifat hitam atau putih. Tokoh hitam adalah tokoh yang benar-benar hitam, tak pernah diungkapkan unsur-unsur kebaikan dalam dirinya walau sebenarnya pasti ada. Sebaliknya, tokoh putih selalu baik dan tak pernah berbuat sesuatu yang tergolong tak baik walau pernah sekali-dua berbuat hal demikian Sudut Pandang Sudut pandang memiliki tipe tersendiri sesuai dengan tujuannya, tipetipe sudut pandang tersebut, yaitu: a. Orang pertama-utama, yaitu sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. b. Orang pertama-sampingan, adalah cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan) c. Orang ketiga-terbatas, yaitu dengan cara pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja. 19 Ibid., h Ibid., h

30 19 d. Orang ketiga-tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga, dengan begitu pengarang juga dapat membuat beberapa karakter, seperti melihat, mendengar, atau berpikir. 21 Pemilihan tipe penyudut pandangan menjadi penting. Hal itu bukan karena hanya berhubungan dengan gaya bahasa saja tetapi juga berkaitan gramatika dan retorika yang sesuai. Persepsi sudut pandang cerita yang jelas akan menentukan pemahaman pembaca dalam menghayati dan menilai cerita tersebut. Selain ditentukan dengan pemilihan, penyudut pandangan juga disesuaikan dengan kesukaan dan kebiasaan pengarang yang bersangkutan, karena dengan begitu pengarang akan lebih baik dan lancar dalam menyalurkan gagasannya ke dalam sebuah cerita. 5. Alur Alur ialah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin untuk menggerakkan jalan cerita melalui rumitan menuju ke arah klimaks dan penyelesaian. Aminuddin (dalam Siswanto) membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam cerita yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Konflik adalah pertentangan antara dua kepentingan di dalam cerita. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dengan masyarakat atau lingkungannya, antara tokoh dan alam, serta antara tokoh dan Tuhan. Komplikasi adalah bagian alur cerita yang mengembangkan pertikaian. Klimaks adalah alur cerita yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca. Peleraian adalah alur sesudah tercapai klimaks dan terjadi 21 Nurgiyantoro, op. cit., h. 23.

31 20 perkembangan cerita ke arah penyelesaian. Sedangkan, penyelesaian adalah tahap akhir suatu cerita. 22 Dalam suatu cerita, alur yang disusun dengan tahapan-tahapan cerita yang menarik akan menghasilkan karya yang dinilai layak untuk dibaca oleh kalangan luas. Pembaca cenderung tertarik pada karya sastra yang memiliki tahapan atau alur cerita yang memancing rasa penasaran pembaca. Bahkan, alur cerita yang dibangun secara menarik dan apik oleh pengarang dapat menjadikan karya sastra tersebut terkenal dan menjadi bacaan wajib bagi kalangan luas yang bertujuan agar dapat menambah wawasan dan menghibur pembaca. Bagi sastrawan, plot berfungsi sebagai suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya. Sedangkan, bagi pembaca, pemahaman plot berarti juga pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara runtut dan jelas. 23 Jadi, dapat disimpulkan bahwa alur adalah cara pengarang merangkai peristiwa yang terdiri dari berbagai tahap, seperti perkenalan, pertikaian, perumitan, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pembaca akan sangat menikmati rangkaian peristiwa dalam karya sastra jika alur yang digunakan pengarang sangat menarik dan menggugah emosi pembaca. 6. Amanat Menurut Siswanto, amanat adalah dasar karya sastra yang berisi gagasan dan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. 24 Karya sastra memiliki pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembacanya. Pengarang ingin menyalurkan gagasan dan ide-idenya melalui amanat yang hendak diterima oleh pembaca. 22 Siswanto, op. cit., h Ibid., h Siswanto, op. cit., h. 162.

32 21 D. Hakikat Gaya Bahasa Pemilihan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan katakata itu. Menurut Zaenal Arifin dan Amran Tasai, dalam pemilihan kata terdapat makna denotatif dan konotatif. Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata bermakna konotatif. 25 Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa kiasan adalah gaya yang dilihat dari segi makna tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang membentuknya. Orang harus mencari makna di luar rangkaian kata atau kalimatnya. Gaya bahasa kiasan ini pertama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Batas antara perbandingan yang merupakan bahasa langsung dan bahasa kiasan tergantung dari kelas katanya, tergantung dari perbedaan antara kelas katakata yang diperbandingkan itu. Bila kelasnya sangat berbeda, maka dimasukkan dalam bahasa kiasan. Ucapan seperti pemuda adalah bunga bangsa termasuk dalam bahasa kiasan karena kelas pemuda dan kelas bunga sangat berlainan. 26 Dale dalam Tarigan berpendapat bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta 25 E. Zaenal Aifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006), cet. 8, h Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Nusa Indah dan Yayasan Kanisius, 1981), cet. 1, h

33 22 membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. 27 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan gaya bahasa merupakan cara pengarang dalam menyampaikan ide dan gagasannya dengan menggunakan ciri bahasa yang khas dan indah. E. Fungsi dan Kedudukan Gaya Bahasa Dalam pengajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbahasa menuntut serta membutuhkan kosakata yang cukup. Kekayaan kosakata seseorang turut menentukan kualitas keterampilan berbahasa orang tersebut. 28 Untuk mengembangkan kosakata, ada berbagai cara untuk memperkaya kosakata tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan teknik pengembangan kosakata. Gaya bahasa merupakan sarana penting dalam menunjang keterampilan menulis, membaca, berbicara, menyimak, dan menunjang pemakian atau penghayatan karya sastra. 29 Tujuan utama gaya bahasa adalah menghasilkan keindahan. 30 Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa dalam ruang lingkup linguistik maupun dalam ruang lingkup kreativitas sastra. F. Jenis-jenis Gaya Bahasa Gorys Keraf telah memperbincangkan jenis-jenis gaya bahasa dengan sangat terperinci dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa. Ada sekitar 60 buah gaya bahasa yang akan termasuk ke dalam empat kelompok, yaitu (1) gaya bahasa perbandingan meliputi perumpamaan atau simile, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitetis, pleonasme dan tautologi, perifrasis, antisipasi atau prolepsis, serta koreksio atau epanortosis, (2) gaya bahasa pertentangan 27 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009), h Ibid., h Ibid., h Nyoman Kutha Ratna, Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 193.

34 23 meliputi hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralepsis, zeugma dan silepsis, satiera, innuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, anti klimaks, apostrof, anastrof atau inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme, serta sarkasme, (3) gaya bahasa pertautan, meliputi metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis, pararelism, elipsis, gradasi, asidenton, serta polisindenton, dan (4) gaya bahasa perulangan, meliputi aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, serta anadiplosis. 31 Berdasarkan paparan di atas, penulis mengacu pada pendapat Tarigan bahwa ragam gaya bahasa meliputi 4 kelompok, yaitu (1) gaya bahasa perbandingan. (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) Gaya bahasa perbandingan perulangan. 1. Gaya Bahasa Perbandingan Gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang bermaksud membandingkan dua hal yang dianggap mirip atau memiliki kesamaan sifat (bentuk). Gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis gaya bahasa ini di antaranya: a. Perumpamaan atau Simile Yang dimaksud dengan perumpamaan di sini adalah padan kata simile dalam bahasa Inggris. Kata simile berasal dari bahasa Latin yang bermakna seperti. Perumpaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Itulah sebabnya, maka sering pula kata perumpamaan disamakan saja dengan persamaan. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti dan sejenisnya. Contoh: Seperti air dengan minyak b. Metafora 31 Henry Guntur Tarigan, Op.cit., h. 6.

35 24 Metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan. Contoh: Ali mata keranjang. c. Personifikasi Personifikasi ialah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. 32 Misalnya: Hujan memandikan taman d. Depersonifikasi Gaya bahasa depersonifikasi atau pembendaan, adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi atau penginsanan. 33 Kalau personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda-benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insane. Biasanya gaya bahasa depersonifikasi ini terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara eksplisit memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelas gagasan atau harapan. Contoh: Kalau dikau menjadi samudra, maka daku menjadi bahtera. e. Alegori Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek-obyek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan. Fabel dan parabel merupakan alegori-alegori singkat. Fabel adalah sejenis alegori, yang di dalamnya terdapat binatang-binatang berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Parabel (atau cerita yang berkaitan dengan Kitab Suci) juga 32 Ibid., h Ibid., h. 21.

36 25 merupakan alegori singkat yang mengandung pengajaran mengenai moral kebenaran. 34 f. Antitetis Ducrot dan Todorov dalam Tarigan berpendapat bahwa adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri semantik yang bertentangan. 35 Contoh: Dia bahagia atau kesedihan yang kualami pagi ini. g. Pleonasme Pleonasme adalah gaya bahasa yang berupa pemakaian kata yang mubazir atau berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu. Contoh: Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri. h. Perifrasis Perifrasis adalah gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme; kedua-duanya mempergunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Pada perifrasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja. Contoh: Elmira telah menyelesaikan kuliahnya dengan baik pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta (= lulus; berhasil) i. Antisipasi Antisipasi adalah gaya bahasa yang berwujud penggunaan terlebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnya terjadi. Contoh: Kami sangat bergembira, minggu ini kami akan memperolah hadiah dari Ibu Walikota Tangerang Selatan. j. Koreksio 34 Ibid., h Ibid., h. 26.

37 26 Koreksio adalah gaya yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah. Contoh: Agus memperistrikan orang Makassar, eh bukan, orang Manado. 2. Gaya Bahasa Pertentangan Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang digunakan. a. Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan yang melebihlebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan: jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya. 36 Contoh: Tabungannya beratus-ratus juta, perhiasannya berkilokilo, bahkan rumahnya berhektar-hektar. b. Litotes Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri. Contoh: Hasil usahanya tidaklah mengecewakan. 37 c. Ironi Ironi ialah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok. 38 Contoh: Kamu cepat bangun, baru pukul Sembilan pagi sekarang ini. d. Oksimoron Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang 36 Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 61.

38 27 sama. 39 Contoh: Bahasa memang dapat dipakai sebagai alat pemesatu tetapi dapat juga sebagai alat pemecah belah. e. Paronomasia Paronomasia ialah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain, kata-kata yang sama bunyi tetapi artinya beda. 40 Contoh: Kami menerima ban tuan ini sebagai bantuan yang sangat berharga sebab dengan ini kami dapat meneruskan perjalanan yang masih jauh. f. Paralipsis Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang dipergunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri. 41 Contoh: Pak Guru sering memuji anak itu, yang (maafkan saya) saya maksud justru memarahinya. g. Zeugma dan Silepsis Zeugma dan silepsis adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada hakekatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang pertama. 42 Contoh: Nenek saya peramah dan pemarah. h. Satire Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis. 43 Contoh: Sekilas cara berpakaiannya 39 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 70.

39 28 seperti orang jahat, tetapi kita jangan hanya melihat dari penampilan luarnya saja. i. Inuendo Inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau ditinjau sambil lalu saja. 44 j. Antifrasis Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. 45 Contoh: Berikan salam, mahasiswa teladan akan memasuki ruangan! (maksudnya mahasiswa yang paling jarang hadir). k. Paradoks Paradoks adalah suatu pernyataan yang bagaimanapun diartikan selalu berakhir dengan pertentangan. 46 Contoh: Teman akrab ada kalanya musuh sejati. l. Klimaks Klimaks adalah sejenis gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan; kebalikannya adalah antiklimaks. 47 Contoh: Seorang guru haruslah mengetahui, memahami, seta menguasai bahan yang diajarkannya. m. Antiklimaks Antiklimaks adalah kebalikan gaya bahasa klimaks. Antiklimaks merupakan suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari 44 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 78.

40 29 yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. 48 Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada para mahasiswa, siswa-siswi SMA, SMP, SD, dan murid Taman Kanak-kanak. n. Apostrof Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir. 49 Contoh: Wahai roh-roh nenek moyang yang berada di negeri atas, tengah, dan bawah, lindungilah warga desaku ini. o. Anastrof atau Inversi Anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Dengan perkataan perubahan urutan SP (Subyek-Predikat) menjadi PS (Predikat- Subyek). 50 Contoh: Berlayarlah dia ke pulau sebrang tanpa pamit kepadaku. p. Apofasis atau Preterisio Gaya bahasa yang dipergunakan oleh penulis, pengarang, atau pembicara untuk menegaskan sesuatu tetapi tampaknya menyangkalnya disebut apofasis atau preterisio. 51 Contoh: Saya tidak rela mengungkapkan dalam pertemua ini bahwa Bapak telah menikah lagi dengan wanita itu. q. Histeron Proteron Keraf dalam Tarigan mengemukakan bahwa histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. 52 Contoh: Pidato yang berapi-api keluar dari mulut orang yang berbicara terbata-bata itu. 48 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 87.

41 30 r. Hipalase Hipalase adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan. 53 Contoh: Nenek tidur di atas sebuah kasur yang nyenyak. (yang tidur nyenyak adalah nenek, bukan kasurnya). s. Sinisme Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindirian yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhdap keikhlasan dan ketulusan hati. 54 Contoh: Memang Bapak tokohnya yang sanggup menghancurkan rumah ini dalam sekejap mata. t. Sarkasme Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. 55 Contoh: Tingkah lakumu memalukan keluarga kami. 3. Gaya Bahasa Pertautan Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang maknanya saling bertautan dengan kata-kata yang digunakan. a. Metonimia Dale dalam Tarigan menjelaskan bahwa metonimia adalah sejenis gaya bahasa yag mempergunakan nama sesuatu atau barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya. Dalam metonimia, sesuatu barang disebutkan tetapi yang dimaksud barang lain. 56 Contoh: Ibu menyuruh adik membelikan pepsodent. b. Sinekdoke 53 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 122.

42 31 Moeliono dalam Tarigan menjelaskan bahwa sinekdoke ialah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan. Contoh: (1) pars pro toto: Sudah lama tidak kelihatan batang hidungnya. 57 (2) totem pro parte: SMAN 3 Tangerang Selatan menang melawan SMAN 1 Tangerang Selatan. c. Alusi Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu. 58 Contoh: Apakah peristiwa Munir akan terjadi lagi? (kilatan yang mengacu ke tragedi pembunuhan Munir) d. Eufemisme Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. 59 Contoh: tunanetra pengganti buta. e. Eponim Eponim adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menunjukkan sifat itu. 60 Contoh: Dewi Sri menyatakan kesuburan. f. Epitet Epitet adalah semacam gaya bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau sesuatu hal. 61 Contoh: Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini. (lonceng pagi=ayam jantan) g. Antonomasia Antonomasia adalah semacam gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus dari sinekdoke yag berupa pemakaian sebuah epitet untuk 57 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 131.

43 32 menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. 62 Contoh: Rektor mewisuda tiga ratus lima puluh sarjana dari berbagai jurusan. h. Erotesis Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yag berupa pertanyaan yang dipergunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban. 63 Contoh: Apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya kepada guru? i. Paralelisme Paralelisme adalah sejenis gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. 64 Contoh: Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara hukum. j. Elipsis Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau penghilangan kata atau kata-kata yan memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa. 65 Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu. (penghilangan predikat: pergi atau berangkat) k. Gradasi Ducrot an Todorov dalam Tarigan berpendapat bahwa gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan (paling sedikit tiga) kata atau istilah yang secara sintaksis bersamaan yang mempuyai satu atau beberapa ciri-ciri semantik secara umum dan yang di antaranya paling sedikit satu ciri diulang-ulang dengan perubahanperubahan yang bersifat kuantitatif. 66 Contoh: Aku mempersembahkan cintaku padamu, cinta yang bersih dan suci; suci murni tanpa noda; noda yang selalu kujauhi dalam hidup ini; hidup yang berpedomankan perintah Tuhan; Tuhan pencipta alam semesta yang kupuja selama hidupku. 62 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 140.

44 33 l. Asindenton Asindenton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. 67 Contoh: Dosen kami fasih berbahasa Belanda, Inggris, Jerman, Sunda, Toba, Karo, Indonesia. m. Polisindeton Polisindeton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindeton. Dalam polisindeton beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. 68 Contoh: Ayah saya menanam mangga dan kelapa dan pisang dan jambu di pekarangan rumah. 4. Gaya Bahasa Perulangan Gaya bahasa perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frase ataupun bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. 69 a. Aliterasi Keraf dalam Tarigan menjelaskan bahwa aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan. 70 Contoh: Dalam malam kelam aku terdiam. b. Asonansi Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. 71 Contoh: Muka muda mudah muram. c. Antanaklasis Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. 72 Contoh: Ibu selalu membawa buah tangan untuk buah hatinya. 67 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 182.

45 34 d. Kiasmus Menurut Ducrot dan Todorov dalam Tarigan, kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat. 73 Contoh: Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya kaya. e. Epizeukis Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung yaitu kata yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. 74 Contoh: Engkaulah anakku, engkaulah anakku, memang engkaulah anakku yang menjadi harapan satu-satunya ibu. f. Tautotes Menurut Keraf dalam Tarigan, tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. 75 Contoh: Saya menasihati adik, adik menasihati saya, saya dan adik nasihat-menasihati, saya dan adik memiliki pandangan hidup yang searah sejalan. g. Anafora Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. 76 Contoh: Lupakah engkau bahwa mereka yang mengasuhmu? Lupakah engkau bahwa keluarga itu yang menyekolahkanmu hingga kamu dewasa? Lupakah engkau akan segala pengorbanan mereka? h. Epistrofa Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan. 77 Contoh: Kemarin adalah hari ini. 72 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 194.

46 35 Besok adalah hari ini. Hidup adalah hari ini. Segala sesuatu untuk hari ini. i. Simploke Menurut Keraf dalam Tarigan, simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulagan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut. 78 Contoh: Kau katakan aku berdusta. Aku katakan biarlah. j. Mesodilopsis Kau katakan aku pengkhianat. Aku katakan biarlah. Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan. 79 k. Epanalepsis Contoh: Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa. Para polisi harus meningkatkan kesejahteraan rakyat. Para pemimpin Negara harus meningkatkan keadilan sosial masyarakat Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama dari baris, klausa atau kalimat menjadi terakhir. 80 Contoh: Saya harus berusaha mencapai segala harapan dan cita-cita saya. l. Anadiplosis Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa repetisi di mana kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. 81 Contoh: Dalam hati ada rindu 78 Ibid., h Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 203.

47 36 Dalam rindu ada duka Dalam duka ada harapan Dalam harapan ada ketenangan G. Hakikat Pembelajaran Sastra Kedudukan pengajaran sastra di dalam kurikulum pendidikan merupakan hal yang penting untuk diajarkan dan diterapkan kepada anak didik. Apabila karya sastra dianggap sebagai suatu hal yang tidak berguna dan tidak bermanfaat dalam menafsirkan masalah-masalah di dunia nyata, maka pelajaran sastra dianggap tidak perlu diadakan. Namun, pengajaran sastra tentu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata sehingga pengajaran sastra perlu diberikan karena perannya dalam menyumbangkan permasalahan dunia nyata beserta pemecahannya. Perlu diketahui bahwa pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Berikut manfaat dalam pengajaran sastra: 1. Membantu keterampilan berbahasa Terdapat keterampilan dalam berbahasa, di antaranya menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang masing-masing memiliki kaitan yang erat. Dalam pengajaran sastra, siswa berlatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra yang dibacakan oleh guru atau teman di kelas. Siswa juga dapat berlatih berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa. Kemudian, siswa juga dapat mendiskusikannya dengan mencatat hasil diskusi tersebut sebagai latihan ketrampilan menulis. 2. Meningkatkan pengetahuan budaya

48 37 Sastra tidaklah menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk jadi, tetapi sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Kita dapat menggali pengetahuan dalam karya sastra. Banyak fakta yang diungkapkan melalui karya sastra, tetapi fakta tersebut perlu kita gali dari berbagai sumber untuk memahami situasi dan problematika khusus yang dihadirkan dalam suatu karya sastra. Apabila kita merangsang siswasiswa untuk memahami fakta-fakta dalam karya sastra, siswa akan menyadari bahwa karya sastra mengungkap fakta tentang kehidupan. Suatu bentuk pengetahuan yang harus diketahui masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Istilah budaya dapat menunjuk ciri-ciri khusus suatu masyarakat tertentu yang meliputi organisasi, lembaga, hukum, etos kerja, seni, drama, agama, dan sebagainya. Setiap sistem pendidikan perlu menanamkan wawasan tentang budaya bagi anak didik agar dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri, dan rasa ikut memiliki. 3. Mengembangkan cipta dan rasa Sebagai seorang pendidik, sangatlah penting memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan. Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indera, penalaran, afektif, sosial, dan bersifat religius. Karya sastra dapat memberikan peluang-peluang untuk mengembangkan kecakapankecakapan itu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengajaran sastra yang dilakukan dengan benar akan menyediakan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut sehingga pengajaran sastra mendekati arti dan tujuan pengajaran yang sesungguhnya. 4. Menunjang pembentukan watak Dalam pengajaran sastra, ada dua tuntutan yang berhubungan dengan pengembangan watak. Pertama, pengajaran sastra mampu membina perasaan yang lebih tajam. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya

49 38 sastra mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal yang bernilai atau tidak bernilai. Tuntutan kedua yaitu pengajaran sastra memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan kualitas kepribadian siswa, antara lain ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Dalam pengajaran sastra ini, siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengalamannya. Pengalaman itu merupakan persiapan yang baik bagi kehidupan siswa di masa mendatang. 82 Menurut Esti Ismawati, tujuan pengajaran sastra dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah agar siswa mengenal cipta sastra dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengannya. Siswa juga dapat memberi tanggapan, menanyakan tentang cipta sastra yang dibacanya, siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas pengajaran sastra, mengunjungi kegiatan sastra, menyatakan tertarik dengan kegiatan pengajaran sastra dan memilih kegiatan sastra di antara kegiatan lain yang disediakan. Sedangkan, tujuan pengajaran sastra jangka panjang adalah terbentuknya sikap positif terhadap sastra dengan ciri siswa mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap karya sastra dan dapat membuat indah dalam setiap fase kehidupannya B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), h. 83 Esti Ismawati, Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), h. 30.

50 BAB III PENGARANG DAN PEMIKIRANNYA A. Biografi Pengarang Dr. Daoed Joesoef lahir di Medan pada tanggal 08 Agustus Ia menempuh pendidikan program S-1 di Universitas Indonesia ( ) dan untuk dua program S-3 di Universitas Pluridisciplinaire de Paris I Pantheon- Sorbonne ( ). Ia menjadi anggota TKR-Divisi IV Sumatera Timur ( ) ketika ia sedang melanjutkan jenjang pendidikan SMA-nya di Yogyakarta dan bergabung dengan Tentera Pelajar Brigade 17 Batalyon 300. Ia masuk dalam jajaran TNI dan berdinas di Komando Militer Kota Besar Jakarta Raya ( ). Daoed Joesoef menjadi anggota Staf Pengajar FE-UI pada tahun dan telah membentuk jurusan Ekonomi Pemerintahan saat mengepalai Jurusan Ekonomi Umum di Fakultas Ekonomi. Ia juga aktif menjadi ketua tim Afiliasi FE-UI dengan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Universitas Sriwijaya, Universitas Lampung. Daoed Joesoef mewakili FE-UI menjadi anggota Tim Penghitung Pendapatan Nasional dan menjadi anggota Staf Penasihat Inspektorat Jenderal Pertahanan Rakyat. Daoed Joesoef diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kabinet Pembangunan III ( ). Lalu, ia bergabung dalam keanggotaan DPA-RI ( ). Ia menjabat Ketua Dewan Direktur Centre for Strategic and International Studies ( ). Selain itu, ia juga menjadi anggota pengurus organisasi Angkatan Seni Rupa Indonesia di Medan (1946) dan ketua cabang Yogyakarta dari organisasi Seniman Indonesia Muda ( ). 1 Sebagai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef masih sangat peduli pada dunia pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia. Ia menentang kebijakan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang memecah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kementerian 1 Daoed Joesoef, Emak, (Jakarta: Kompas, 2005), h

51 40 Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kementerian Riset dan Teknologi, tanpa kebudayaan. Ia menganggap bahwa kebijakan ini sungguh merisaukan karena kekeliruan kecil bisa berakibat besar yang tak terelakkan. Menurut Daoed Joesoef, pendidikan adalah satu keseluruhan walaupun dibuat berjenjang, secara formal sejak TK hingga S-3. Pendidikan (education) beda dengan persekolahan (schooling). Persekolahan mengurus (memikirkan) semua bahan pelajaran yang diperlukan oleh anak didik untuk mampu survive dalam menempuh kehidupan. Pendidikan bertanggung jawab atas perkembangan keseluruhan pribadi anak the development of the whole child. Maka, penting sekali bahwa pendidikan formal anak bangsa ditetapkan di bawah tanggung jawab satu orang menteri, siapa pun dia. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi tidak dikaitkan dengan kebudayaan. Proses pendidikan tinggi di mana pun di dunia berusaha menghasilkan budayawan (man of culture), bukan ilmuwan (man of science), walaupun tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Sebab, ilmu pengetahuan tanpa budaya bisa tergelincir ke teknologi (applied science) yang menghancurkan manusia itu sendiri. Sementara yang konsen pada moral dan moralitas adalah budaya. Kita, selaku satu bangsa, diniscayakan mengembangkan kebudayaan demi bisa mencapai peradaban. Hal itu mengacu pada sila kedua dari Pancasila yang berbunyi: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Unsur yang membentuk peradaban adalah kebijakan, pengetahuan, dan keindahan. Ini bukan berarti bahwa riset tidak perlu. Kita menghadapi masa depan dengan suatu senjata yang tidak dikenal oleh penguasa negeri puluhan tahun yang lalu. Senjata ini berupa pengetahuan ilmiah dan kapasitas menyempurnakannya tanpa batas melalui riset ilmiah pula. Sejauh yang mengenai Indonesia dewasa ini,

52 41 hal ini dapat dilaksanakan di lingkungan satu lembaga formal, yaitu Kemendikbud. 2 Daoed Joesoef sangat peduli terhadap kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, sehingga kebijakan yang mengubah nama Kemendikbud menjadi perhatian besar baginya. Ia berharap agar nama Kemendikbud tetap dipertahankan karena ilmu pengetahuan tanpa kebudayaan dikhawatirkan tergelincir ke arah teknologi yang bisa menghancurkan manusia itu sendiri. B. Riwayat Pendidikan Daoed Joesoef Dr. Daoed Joesoef adalah mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan III Periode Ia masuk ke sekolah dasar Melayu lima tahun di kota kelahirannya, Medan. Selanjutnya, Daoed mengikuti sekolah dasar peralihan yang dibuka oleh Kesultanan Deli. Sehingga, anak keempat dari lima bersaudara itu bisa masuk ke HIS sekolah dasar Belanda untuk pribumi. Ini memungkinkannya melanjutkan ke MULO. Di masa revolusi fisik, pemerintah Indonesia membuka Sekolah 40 Menengah Atas (SMA). Namun, ia lebih memilih masuk militer (akademi militer). Terpilih sebagai sepuluh terbaik di akademi militer itu, Daoed dikirim ke Jawa sehingga pendidikan SMA yang sedang dijalani tidak bisa diteruskan. Daoed melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah lulus kuliah pada tahun 1959, ia menjadi dosen di almamaternya. Dengan beasiswa dari Ford Foundation, Daoed berangkat ke Paris, Perancis, untuk mengambil gelar Doctorat de I Universite (doktor untuk ilmu hubungan internasional dan keuangan internasional) dan Doctorat d Etat (doktor untuk ilmu ekonomi) di Universite Pluri-disciplinaire de Paris I, Pantheon-Sorbonne (1972). 2 Daoed Joesoef, Pendidikan dan Kebudayaan, Diaksesd dari: pada tanggal 05 April 2017 pukul WIB.

53 42 Sewaktu di Perancis itulah, pria yang menguasai bahasa Belanda, Inggris, Jerman, dan Perancis ini kerap mengadakan diskusi tentang ekonomi dan politik Indonesia. Pulang dari Perancis tahun 1971, klub diskuisnya dilembagakan menjadi Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Daoed dipilih sebagai ketua dewan direksi. Di tahun 1978, Daoed menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 3 C. Deskripsi Karya-karya Daoed Joesoef 1. Novel Emak Novel Emak merupakan salah satu karya Daoed Joesoef yang berbeda dari buku karangan lainnya, Borobudur dan Dia dan Aku. Penulis yang mantan Letnan Muda, Dosen FE-UI, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anggota DPA-RI, dan Ketua Dewan Direktur CSIS berpendapat bahwa memoar bukanlah suatu ingatan sekadar kembalinya sebuah gambaran yang samar, tetapi berupa suatu proses konstruktif. Novel Emak dikatakan memiliki isi cerita yang berbeda karena Daoed Joesoef bercerita dengan gaya bahasa yang lebih menarik dan luwes jika dibandingkan kedua buku tersebut. Novel Emak ini sebagian besar berisi memoar kehidupan Daoed Joesoef sejak masa kecil hingga ia mencapai kesuksesan. Daoed Joesoef menceritakan memoar kehidupannya dengan menjabarkan secara rinci setiap peristiwa yang ia alami dan selalu terkait dengan sosok emak. Emak yang memberinya semangat untuk terus belajar dan mengingatkan agar tidak lupa mencatat hal-hal penting yang pernah didengar Daoed kecil. Saat kecil, emak jugalah yang mendorongnya untuk menulis dan banyak membaca, sehingga ia jadi terbiasa menulis di buku harian. Kebiasaan itu pula yang membantunya dalam menulis buku Emak. Selain menulis, ia juga pandai melukis. Seperti diceritakan dalam novel Emak, mulanya ia hanya diminta melukis wajah orang meninggal yang tidak punya foto. Sejak itulah dia 3 Anonim, diakses dari: siden=.com, tanggal 04 November 2016 pukul WIB.

54 43 sering mendapat pesanan melukis wajah orang meninggal. Karir melukisnya berlanjut menjadi pelukis sampul untuk novel. Tidak heran, beberapa gambar yang ada di dalam novel Emak adalah hasil karyanya. 2. Buku Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran Di dalam buku setebal 924 halaman itu, terdapat pergulatan antara diri Daoed Joesoef dengan tokoh-tokoh besar negeri ini, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sumitro Djojohadikusumo, Ali Moertopo, dan Soeharto mengenai gagasannya tentang pendidikan dan kebudayaan. Di matanya, pendidikan yang ideal, yang bersentuhan langsung dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia, tidak bisa untuk tidak bergandeng tangan dengan pemikiran mendalam soal kebudayaan. Menurut Daoed Joesoef, kebudayaan adalah jiwa pendidikan dan ruang tempat proses demi proses pendidikan itu terjadi. Pemahaman kebudayaan akan mengantar kita pada dua arus utama, pembangunan dan tuntutan peningkatan martabat manusia. Dalam kerangka itu, pendekatan terhadap praksis pendidikan harus bersifat sistemik dan bukan ensiklopedik. Artinya, ketimbang berusaha mengajarkan setiap hal yang sudah diketahui secara fragmentaris, sebaiknya pendidikan lebih diarahkan pada metodologi umum yang dapat membantu anak didik mengorganisasi pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pelajaran. Pada jenjang pra-universitas, terutama di tingkat pendidikan primer (sekolah dasar), sasaran pembelajaran bukanlah mencakup berbagai jenis materi yang dibahas atau semua yang mungkin bisa diketahui. Melainkan, betul-betul mempelajari hal-hal yang tidak bisa diabaikan. Sebab, tujuan umum pendidikan bukan hanya mengisi otak dengan data, tetapi bertindak sebagai katalis ke pengorganisasian struktur dan fungsi yang membantu anak didik mengintegrasikan informasi menjadi pengetahuan. Lalu, dari pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, kemudian dari ilmu pengetahuan menuju kearifan, untuk akhirnya berujung pada pemahaman budaya umum.

55 44 Daoed menegaskan kembali secara lebih kritis bahwa pembelajaran, betapapun tinggi dan sangat spesialistis tingkat pendidikannya, tidak dengan sendirinya membuat seseorang diakui terdidik (educated). Karena, pendidikan jauh lebih besar daripada sekadar keterpelajaran. Fenomena murid-murid yang selalu menimbang untung-ruginya mempelajari ilmu pengetahuan tertentu, sesungguhnya mereka hanya sekedar menjadi orang yang menimba ilmu pengetahuan dari aspek komersialnya saja. Hal ini tentu menjadi motivasi yang lambat laun sehingga menjadikan sekolah hanya sebagai training institute. Bila pendidikan berhasil ditegakkan secara baik dan benar, kebudayaan pun bisa dipahami sebagai suatu interogasi kritis terhadap diri sendiri. Lebih jauh, sebagai suatu cara membuka diri terhadap pematangan kemanusiaan dan pemekaran ide-ide global. 4 D. Penghargaan Daoed Joesoef Daoed Joesoef mendapatkan penghargaan dari pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama atas jasa Daoed terhadap Candi Borobudur. Penghargaan ini diberikan pada tanggal 28 Februari 2015 di kediaman Daoed, Jalan Bangka Dalam, Jakarta Selatan. Penghargaan ini diberikan setelah beberapa jamaah Buddha Indonesia, secara perorangan mengirim surat pada pusat keagamaan Buddha di berbagai negara tentang jasa Daoed dalam pemugaran Borobudur. 5 Penghargaan ini diberikan setelah beberapa jamaah Buddha Indonesia, secara perorangan mengirim surat pada pusat keagamaan Buddha di berbagai negara tentang jasa Daoed dalam pemugaran Borobudur. Dalai Lama merupakan tokoh yang paling awal memberikan jawaban terhadap usulan jamaah tersebut. 4 Anonim, Pemikiran Daoed Joesoef: Dari Pengetahuan menuju Pemahaman Budaya, Diakses dari: pada tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB. 5 Ratnaning Asih, Dalai Lama Beri Penghargaan untuk Daoed Joesoef, Diakses dari: pada tanggal 18 Desember 2016 pukul WIB.

56 45 "Karena saya ingin umat yang sekarang sudah bisa mengunjungi Borobudur dengan enak dan nyaman, juga tahu bagaimana perjuangan Pak Daoed," ujar Melly Kiong, salah satu umat Buddha yang berinisiatif mengirimkan surat tersebut. Melly bersama tiga orang lain menemani Khenpo dalam pemberian penghargaan tersebut. Pemberian penghargaan ini dilakukan dalam suasana informal dan sederhana, jauh dari keramaian layaknya upacara penghargaan. Daoed, mantan menteri era 1978 hingga 1983, menerima penghargaan ditemani keluarganya. Dia berterima kasih atas perhatian Dalai Lama yang memberikan penghargaan ini. "Sesungguhnya pemugaran Borobudur itu terjadi atas kerja banyak pihak, termasuk Gubernur Jenderal Hindia Thomas Stamford Raffles yang mencabuti pohon-pohon yang menutupi Borobudur," ujarnya. Meskipun sudah berusia lanjut, tetapi dia masih lancar menceritakan perjumpaan pertamanya dengan Borobudur yang terjadi tahun 40-an. Ketika itu kondisinya sangat jorok, banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan, bahkan di dalam candi. "Ketika saya naik ke puncaknya, saya merasa damai, di situ saya jatuh hati pada Borobudur," ujarnya. Ketika ia kuliah di Prancis di tahun 60-an, ia mulai banyak terlibat dalam diskusi dan seminar akademis yang diselenggarakan UNESCO. Salah satunya tentang dana hibah untuk situs-situs yang dianggap sebagai warisan budaya dunia. Daoed, kemudian mengajukan nama Borobudur. Proyek restorasi candi ini mulai digelar dengan bantuan UNESCO pada , saat yang hampir sama Daoed menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Daoed Joesoef juga memenangkan penghargaan Achmad Bakrie 2010 kategori pemikiran sosial. Beliau dinilai layak karena tidak pernah lelah menunjukkan bahwa semangat ilmiah adalah basis peradaban modern. Menurut juri, tulisan-tulisan Daoed mampu merambah berbagai disiplin. Tidak hanya itu, tulisan-tulisannya juga

57 46 dinilai mampu menerjemahkan rasionalisme dan pencerahan ke dalam konteks kebangsaan Indonesia. 6 E. Sinopsis Novel Emak Novel ini diawali dengan prolog ketika Daoed Joesoef mendapat anugerah tertinggi gelar doktor dari tempat ia berkuliah yaitu di Sorbonne. Ia mengenang sosok yang telah memberikan pembelajaran kehidupan yang banyak berperan dalam pencapaiannya selama ini. Jawabnya adalah Emak. Kesuksesan Daoed Joesoef menjadi pelukis, mencapai gelar doktor, dan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di zaman pemerintahan Soeharto karena peran emak yang begitu dominan, tanpa mengecilkan peran bapaknya yang bernama Joesoef. Meskipun kedua orang tuanya buta huruf latin, tetapi mereka bisa membaca huruf Arab dan mengaji sehingga ilmu agama menjadi landasan dalam memberikan nilai-nilai kehidupan yang positif bagi anak-anaknya. Meskipun Emak buta huruf dan tidak berpendidikan formal, tetapi kemampuan emak dalam pemahaman agama dan ilmu Alquran yang mendalam menjadi bekal kuat dalam mendidik anak-anaknya. Hal itu yang menyadari Daoed Joesoef bahwa kesuksesan yang telah ia raih merupakan campur tangan seorang wanita yang begitu besar pengorbanannya dalam kehidupannya, yaitu Emak. Kenangan masa kecil Daoed Joesoef selalu teringat ketika ia sudah beranjak dewasa. Ia merasa bahwa orang yang paling dekat dengannya ialah ibunya, sehingga ia menulis buku yang berjudul Emak ini di masa kesuksesan dirinya. Saat Daoed masih berumur lima tahun, ia menggambarkan kota Medan yang kini menjadi kota metropolitan, dahulunya merupakan sebuah daerah yang berupa hutan lebat. Daoed kecil sering diajak masuk dan keluar hutan oleh kedua orang tuanya. Dari perjalanan keluar masuk hutan pun banyak mengalir petuahpetuah dari Emak. Petuah untuk menjaga hutan dan petuah untuk berlaku seperti batang air yang tetap terus mengalir mencapai tujuannya. Emak menjelaskan 6 Mawardi, Bandung. Borobudur, Religiusitas, dan Pariwisata. Diakses dari: pada tanggal 18 Desember 2016 pukul WIB

58 47 bahwa semakin lama semakin menjauhi sumber aslinya, air tidak pernah memutuskan diri barang sedetik dari sumbernya itu. Air tetap setia pada sumbernya. Emak selain ahli filsafat juga ahli berkebun dan bercocok tanam. Emak menyarankan bila punya rumah, pastikan halaman depan dan belakang rumahnya luas untuk bisa ditanami berbagai pepohonan yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup. Emak juga memberi kesempatan anak-anaknya untuk belajar berkebun dengan masing-masing memiliki 1 kavling tanah. Pada BAB 8 Emak dan Pendidikan, bercerita tentang kisah emak dan bapak yang keduanya tidak bisa membaca dan menulis huruf latin. Keadaan waktu itu tidak memungkinkan mereka untuk sekolah. Meskipun demikian, Emak dan Bapak satu visi dan misi untuk mendidik anak mereka agar tidak turut seperti mereka, justru harus melampaui dari mereka. Daoed juga teringat saat Emak menceritakan tentang subang berlian. Saat itu, kondisi perekonomian keluarga Emak sedang mengalami penurunan yang drastis karena pengaruh krisis ekonomi. Hal ini juga dialami oleh para tetangga yang berdampak pada putusnya pendidikan anak-anak dan pemberhentian para pekerja secara mendadak. Namun, Emak berusaha untuk tetap menenangkan anak-anaknya dari berbagai informasi yang tidak menyenangkan dengan mengatakan bahwa Emak memiliki subang berlian. Saat itu anak-anaknya masih berusia dini dan dianggap belum pantas untuk merasa khawatir pada kondisi perekonomian saat itu. Daoed merasakan kehilangan yang sangat mendalam sangat mengetahui bahwa Emak telah berpulang ke rahmatullah. Bahkan, hal itu terjadi saat Daoed tidak berada di dekat Emak. Emak meninggal beberapa bulan ketika Daoed dan sekeluarga berada di Paris dan sedang bersiap-siap menempuh rangkaian ujian Doctorat d Etat di Sorbonne. Kabar kepergian Emak ke alam baka, memenuhi panggilan Allah Swt, sangat mengejutkan Daoed. Ia amat bersedih dan ingin meratap menghamburkan kesedihannya. Namun, Daoed tetap ingat perbuatan dan budi pekerti Emak yang telah merajut hidupnya. Daoed menyadari bahwa kepergian emak ini bukan merupakan akhir tetapi bagian dari hidup itu.

59 48 A. Analisis Unsur-unsur Intrinsik BAB IV PEMBAHASAN Karya sastra membutuhkan unsur-unsur yang bersifat faktual untuk dibaca oleh pembaca. Unsur-unsur tersebut secara langsung membangun sebuah cerita. Unsur-unsur inilah yang disebut dengan unsur intrinsik. Unsur-unsur intrinsik karya sastra terdiri atas tema, alur, penokohan, latar, amanat, sudut pandang. Berikut unsur-unsur intrinsik dari novel Emak. 1. Tema Novel Emak merupakan novel yang bertema kasih sayang seorang ibu dan perjuangan hidup. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut. Bagi kami sakit bukan merupakan hal yang ditakuti berkat keberadaan emak. Hal itu bahkan menjadi peristiwa yang menggembirakan karena anak yang sakit boleh tidur bersama emak, dikeloni. Walaupun dalam keadaan sehat kami masing-masing sudah cukup mendapatkan kasih sayangnya, selama terbaring di dekat emak sewaktu sakit itulah kami benar-benar menikmati kehangatan belaian jiwa emak. 1 Kutipan di atas menggambarkan tentang kasih sayang emak dalam merawat anak-anaknya, bahkan anak-anak tidak merasa takut saat menderita sakit karena emak akan merawat dengan sepenuh hati. Subang berlian itu emak sebut-sebut supaya hati kalian tenteram. Tak baik anak-anak sekecil kalian hidup dalam ketakutan, gelisah, cemas, dan khawatir. Sekarang kalian sudah besar-besar, sudah lama bersekolah, sudah pintar, sudah bisa berpikir sendiri. Tetapi seusia kalian dahulu itu, di saat masih ingusan, kalian memerlukan adanya kepastian dan ketenangan supaya kalian dapat belajar dengan baik, bisa menikmati masa kanak-kanak dengan tenteram. 2 Kutipan tersebut merupakan dialog dari tokoh emak yang mengatakan bahwa anak-anaknya tidak perlu merasa cemas saat krisis 1 Daoed Joesoef, Emak, (Jakarta: Kompas, 2005), h Ibid., h

60 49 ekonomi melanda keluarga mereka. Hal itu emak lakukan karena emak tidak ingin anak-anaknya berpikir terlalu berat dan bersedih hati karena perihal ekonomi. Kasih sayang emak terlihat jelas dalam kutipan tersebut karena emak begitu peduli dalam memikirkan perasaan anak-anaknya. Emak mengatakan bahwa emak memiliki subang berlian yang bisa dijual sewaktu-waktu keluarga mereka dalam keadaan terdesak ekonomi. Ucapan emak ini yang telah memberikan ketenangan kepada anak-anaknya. Saat anak-anaknya dewasa dan menanyakan subang berlian tersebut, emak baru menceritakan hal yang sebenarnya emak maksud. Alangkah bahagianya mempunyai emak. Dia yang membesarkan aku dengan cinta keibuan yang lembut. Dia yang selalu memberikan aku pedoman di dalam perjalanan hidup, dia yang di setiap langkah, tahap dan jenjang, membisikkan padaku harapan. Dia yang terusmenerus memberikan dukungan moral dalam usahaku mengolah budaya kreatif, baik yang terpaut pada ilmu pengetahuan maupun yang menyangkut dengan seni. Dia yang tidak pernah mengecewakan apalagi menyakiti hatiku. Satu-satunya duka yang disebabkannya adalah ketika dia harus pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya. 3 Cinta dari seorang ibu sangat besar kepada anaknya. Hal itu digambarkan melalui kutipan di atas bahwa tokoh emak telah memberikan inspirasi yang besar bagi anaknya, emak memberikan ketenangan kepada anaknya, dan kasih sayang emak selalu tercurah di setiap perjalanan hidup anaknya. Kasih sayang ini yang akan selalu teringat oleh seorang anak hingga anak itu beranjak dewasa. Seorang anak yang berhasil dan sukses tidak pernah lepas dari perjuangan seorang ibu yang telah mendidik dengan cara yang terbaik. 2. Alur/Plot Alur yang digunakan pengarang dalam novel Emak adalah alur majumundur. Hal ini dapat dilihat dari kejadian-kejadian yang diceritakan secara tidak runtut. Cerita dimulai dengan prolog yang terdapat pada 3 Ibid., h. 301.

61 50 kutipan berikut. Kini aku tercatat pula sebagai orang Indonesia pertama oleh Sorbonne dianugerahi gelar doktor tertinggi dari jenisnya, yaitu Doctorat d Etat atau doktor-negara, dan dengan cum laude lagi. Sedangkan mahasiswa Perancis sendiri tidak semuanya mampu berbuat begitu. Mendengar ulasan selamat seperti ini mataku berkaca-kaca. Aku tahu benar bahwa prestasi seperti ini adalah berkat perbuata banyak orang. Kubiarkan pikiranku menelusuri masa lalu, mengingat kembali semua kejadian yang telah mengantarkan aku ke ruang ujian doktor hari ini di Sorbonne, membayangkan lagi wajah orang-orang yang telah membantuku mencapai sukses yang membanggakan ini. Barisan orang-orang ini ternyata cukup panjang dan di ujung permulaannya tegak berdiri seorang perempuan bertubuh langsing semampai, dengan penampilan yang anggun dan wajah mencerminkan ketinggian budi. Perempuan tersebut adalah ibuku, yang menurut kebiasaan di daerah kelahiranku, biasa kusebut emak. 4 (Prolog) Pada kutipan tersebut, cerita di mulai saat tokoh Daoed sedang berada di Lembaga Pendidikan Tinggi Perancis. Daoed akan mendapatkan gelar doktor tertinggi saat itu. Lalu, tokoh Daoed berpikir sejenak tentang kejadian yang ia alami selama hidupnya. Ia merasa ada sosok Ibu yang senantiasa memberikan pengorbanan yang besar kepadanya sehingga ia dapat tumbuh menjadi anak yang berhasil mencapai cita-citanya. Kemudian cerita tersebut berlanjut pada bab I yang berjudul Emak, Bapak, dan Kami. Bab tersebut mengisahkan masa lalu Daoed ketika masih berusia dini. Daoed sangat senang berada di dekat emak, begitu pula Kakak-Kakak Daoed. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut. Kami, anak-anak emak, memandangnya sebagai jiwa rumah tangga. Kami tak berani membayangkan bagaimana jadinya hidup tanpa emak, walaupun dia sendiri sering mengatakan bahwa bapaklah yang membanting tulang menjadi pencari nafkah utama bagi seluruh keluarga. Bagi kami sakir bukan merupakan hal yang ditakuti berkat keberadaan emak. Hal itu bahkan menjadi peristiwa yang menggembirakan karena anak yang sakit boleh tidur bersama emak, dikeloni. 5 (BAB I) 4 Ibid., h Ibid., h. 3.

62 51 Selanjutnya, cerita terus mengalami kemunduran alur ketika pengarang mengisahkan kejadian yang dialami saat Daoed masih berusia balita. Hal itu dibuktikan pada kutipan berikut. Emak dan bapak mulai mengajakku turut serta ke hutan ketika aku berusia hampir lima tahun. Selama perjalanan pergi dan pulang mula-mula emak diminta oleh bapak berjalan di depan, aku di tengah dan dia di belakang. 6 (BAB III) Beberapa bulan lagi umurmu genap empat tahun, kata emak lebih lanjut. Bapak dan emak kira sudah saatnya kau mulai belajar membaca Quran. (BAB VII) Pada bab 8 yang berjudul Emak dan Pendidikan, dikisahkan Daoed telah berhasil meraih pendidikan S1 di universitas dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 di Perancis. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut. Tahun-tahun perjuangan yang serba sulit melalu pergi. Akhirnya Belanda dan dunia mengakui kemerdekaan Tanah Air. Aku tidak kembali pulang kampung, tetapi menetap di Jakarta untuk melanjutkan studi di Universitas Indonesia. 7 Istriku dan aku menjadi tenaga pengajar di lingkungan almamater kami. Tidak lama kemudian aku mendapat tawaran beasiswa dari The Ford Foundation untuk melanjutkan pelajaran di luar negeri. Setelah kutimbang masak-masak kupilih Sorbonne sebagai tempat menimba pengetahuan yang lebih tinggi walaupun pimpinan Fakultas Ekonomi tidak menyetujuinya. Ia lebih menyukai kalau aku pergi ke Amerika saja seperti staf pengajar lainnya. Aku menempuh jalan yang jarang diambil orang seperti kata emak. 8 (BAB VIII) Pada BAB selanjutnya, cerita mengalami alur yang mundur karena pengarang menceritakan kisah yang terjadi saat Daoed duduk di bangku kelas IV SD. Pada BAB IX yang berjudul Emak dan Bertumbuk, Daoed mengalami peristiwa perkelahian yang dia akui hal itu terjadi karena 6 Ibid., h Ibid., h Ibid., h. 93.

63 52 keterpaksaan situasi dan kondisi. Hal itu tergambarkan pada kutipan berikut. Abdul Manap anak seorang haji kaya. Kelihatan sekali hidupnya sangat dimanjakan. Uang sakunya setiap hari cukup besar untuk bisa mentraktir anak-anak yang menjadi pengekornya. Namun pembelajarannya di sekolah kacau. Sudah pernah tiga kali dia tidak naik kelas sebelum akhirnya bisa diterima di kelas IV yang sekarang. 9 (BAB VIII) Setelah BAB ini, alur yang diceritakan menjadi beruntut hingga BAB-BAB berikutnya. Pengarang bercerita kembali saat emak belajar bersepeda dan anak-anaknya juga ikut belajar mengendarai sepeda. Cerita yang disajikan juga berupa pengalaman yang dialami Daoed di masa kecilnya. Namun, pada BAB 19, cerita kembali mundur. Kisah yang disampaikan pada BAB yang berjudul Emak dan Seni Lukis ini bercerita ketika Daoed berusia 3 tahun dan diasuh oleh pembantu di rumahnya bernama Amisha. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut. Ketika berusia tiga tahun aku mulai sering ditinggalkan di rumah sendirian. Pagi-pagi Kakak-Kakakku pergi ke sekolah. Tak lama kemudian menyusul emak dan bapak. Mereka pergi ke kandang lembu. Dari situ emak biasanya terus ke ladang, kadang-kadang ditemani bapak. Kalau banyak urusan di kandang bapak tetap bekerja di situ sampai sore dengan dibantu oleh si Bager. 10 (BAB 19) Bagian akhir dalam buku ini menceritakan saat Daoed mendapatkan kabar bahwa emak meninggal dunia. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Hal ini terjadi tanpa kehadiranku di dekatnya. Emak meninggal beberapa bulan setelah aku sekeluarga berada di Paris. Ketika berita duka ini tiba, aku sedang bersiap-siap untuk mulai menempuh rangkaian ujian Doctorat de Etat di Sorbonne. Kalau aku bisa berhasil menempuh program akademis tertinggi ini, aku akan menjadi orang Indonesia pertama yang bergelar doktor melalui program yang bergengsi ini. Jadi hal ini betul-betul merupakan satu tantangan bagiku. Emak pasti bangga melihat aku berani menerima tantangan ini, aku yang tidak berasal dari sistem pendidikan yang 9 Ibid., h Ibid., h. 216.

64 53 berkultur Perancis, bisa diterima masuk program Doctorat de Etat. Maka berita kepergian emak ke alam baka, memenuhi panggilan Allah SWT yang selama ini disembahnya lima kali sehari dalam sembahyang lima waktu, sungguh mengejutkanku. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Hal ini membuat aku ingin meratap menghamburkan kesedihan hati. 11 (EPILOG) Berdasarkan tahapan alur yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa alur yang terdapat dalam novel ini adalah alur maju-mundur karena peristiwa yang digambarkan pengarang tidak runtut namun kesinambungan cerita tetap terjaga dengan baik sehingga cerita yang disajikan tetap menarik untuk dibaca. 3. Tokoh dan Penokohan Novel Emak memiliki 8 tokoh utama dalam cerita, yaitu tokoh Daoed, Emak, Bapak, Kak Nani, Kak Soemarni, dan Kak Mariani. a. Daoed Daoed memiliki watak yang menyerupai emak. Daoed sangat rajin dalam mencari ilmu pengetahuan baik mengenai ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Meskipun Daoed berasal dari keluarga yang tidak berpendidikan formal tetapi Daoed selalu diajarkan berbagai pengetahuan oleh orang tuanya. Karena emak tidak menghendaki aku berkeliaran di jalan dan bertandang ke tetangga, lebih-lebih di malam hari, seperti yang biasa dilakukan oleh anak-anak sebayaku di kampung, dia selalu memikirkan berbagai cara guna mengembangkan kegemaranku membaca. Lama-lama membaca menjadi kebutuhanku. 12 Ia juga memiliki watak yang penurut karena saat ia diminta untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah Belanda, ia tetap menuruti kehendak emak. Meskipun pada zaman itu, sekolah Belanda dianggap tidak baik untuk diikuti para pribumi karena dapat mempengaruhi 11 Ibid., h Ibid., h. 78.

65 54 kepribadian pribumi. Daoed juga memiliki sifat yang tidak mudah sombong dan rendah hati karena meskipun ia sudah mencapai pendidikan tertingginya hingga ke luar negeri, ia tetap mencintai keluarganya dan selalu berkunjung ke daerah asalnya, yaitu di Medan. Selain itu, Daoed memiliki kepribadian yang mandiri dan pekerja keras. Saat ia masih duduk di bangku SMA, ia mencari uang untuk dapat membayar biaya sekolahnya sendiri dengan cara melabur dinding yang sudah kusam dari berbagai toko di Jalan Malioboro dan menyapu di Toko Buku Nasution setiap pagi. Ketika aku ber-sma di Yogyakarta di zaman revolusi fisik, untuk mendapatkan uang, seusai sekolah aku melabur dinding yang sudah kusam dari berbagai toko di Jalan Malioboro. U ntuk memperoleh buku pelajaran secara gratis, setiap pagi kusapu lebih dahulu Toko Buku Nasution sebelum meneruskan perjalanan ke sekolah. 13 b. Emak Emak merupakan seorang yang ramah. Emak mempersilakan Pakcik Leman, saudara sepupu emak, untuk tinggal di rumahnya bersama dengan istrinya. Saat itu Pakcik Leman sering bepergian ke luar kota karena terlibat banyak pergerakan yang membuat istrinya sangat khawatir. Selain itu, emak juga memiliki sikap peduli yang besar. Emak tidak menyukai jika seseorang mengambil keputusan untuk menjadi pengemis sehingga emak tidak pernah memberikan uangnya untuk pengemis. Tetapi saat emak bertemu dengan pengemis yang sedang tidak memiliki pilihan untuk mencari uang karena suaminya sedang sakit, emak memutuskan untuk meminta pengemis itu mengantarkan emak ke rumahnya. Akhirnya emak mengantar suami dari pengemis itu ke rumah sakit dan memberi sedikit uang untuk pengemis dan anak-anaknya. Emak juga berwatak tekun dan rajin belajar. Meskipun keadaan 13 Ibid., h. 91.

66 55 sosial dan suasana tradisional tidak memungkinkan dia di masa mudanya bersekolah, namun emak mampu menulis huruf Arab dan lancar membaca Kitab Suci Al Quran. Hal ini juga dilihat dari cara emak terampil dalam memberikan nilai-nilai pendidikan kepada anaknya walaupun emak bukan tergolong masyarakat berpendidikan. Sama halnya dengan bapak, emak tidak dapat membaca dan menulis huruf latin. Keadaan sosial dan suasana tradisional tidak memungkinkan dia di masa mudanya bersekolah, mempelajari hal-hal yang kini sudah dianggap wajar atau biasa oleh gadis-gadis di masyarakat modern. Namun tidak dapat dikatakan bahwa emak dan bapak buta huruf. Mereka mampu menulis huruf Arab dan lancar membaca Kitab Suci Al Quran. 14 Emak sendiri sebenarnya tekun dan rajin belajar. Hal ini kusimpulkan dari berbagai kepandaian dan keterampilan yang dikuasainya, jauh melebihi perempuan kampung yang sebaya dengan dia. 15 Selain itu, emak memiliki watak yang lemah lembut kepada anak-anaknya. Saat Daoed berkelahi dengan teman sekolahnya saat kelas IV SD, emak tidak langsung memarahi Daoed. Emak terlihat iba karena anaknya menderita lebam di pipinya. Daoed juga merasa bahwa emak akan berpikir Daoed tidak mungkin berkelahi jika tanpa hal-hal yang mendorong Daoed untuk bertumbuk. Hal itulah yang membuat emak tidak marah melainkan bertanya dengan penuh kelembutan pada Daoed. Hal lain yang menunjukkan bahwa emak memiliki sikap lemah lembut yaitu saat emak menemani anakanaknya yang sedang sakit. Emak senantiasa merawat, menyuapi, dan mengeloni anak-anaknya sehingga anak-anak emak sangat merasakan kehangatan belaian jiwa emak. Emak juga sangatlah prinsipil dalam segala hal. Salah satunya ia memiliki keyakinan yang ditentang oleh banyak orang. Ketika emak meminta Daoed untuk pindah ke sekolah Belanda, banyak sekali 14 Ibid., h Ibid.

67 56 pendapat yang tidak setuju dan cenderung melarang agar Daoed tidak dimasukkan ke sekolah Belanda. Namun, emak menyakinkan dengan prinsipnya pada kutipan berikut. Kita harus tetap pada pendirian kita. Pertama, karena pendidikan anak kita adalah urusan kita sendiri, bukan tanggung jawab orang lain. Kedua, karena keputusan kita ini tidak merugikan kepentingan agama kita. Ketiga, saya kita si Leman yang dibuang kompeni ke Digoel itu benar ketika mengatakan bahwa Belanda sampai menaklukkan kita bukan karena jumlah manusianya yang banyak tetapi karena ilmunya yang tinggi. Maka kalau kita ingin menghancurkan kekuasaan mereka, kita harus kuasai ilmu mereka itu! 16 c. Bapak Bapak tidak banyak bicara dan tidak pernah berusaha mencari simpati banyak orang dengan rangkaian kata-kata yang mulukmuluk. Namun, dia bisa dipercaya, ucapannya dapat dipegang dan tdak pernah mungkir pada janjinya. Tambahan lagi, orang-orang sekampung percaya bahwa ia mempunyai ilmu persilatan. Bapak tidak pernah menceritakan kemampuannya tersebut kepada anakanaknya. Para tetanggalah yang membisikannya ke telingaku. memiliki sifat yang pendiam. 17 Dari kutipan tersebut dapat dilihat watak yang dimiliki bapak dari Daoed Joesoef. Bapak sangatlah pendiam. Namun, banyak orang yang percaya untuk meminta pertolongan dengan bapak. Bapak juga memiliki watak yang tegas dan prinsipil. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut. Namun, orang tidak pantas menanyakan apakah saya sudah sembahyang atau belum. Tidak ada keharusan bagi saya untuk menjawab pertanyaan ini karena ia menyinggung kebebasan pribadi, sembahyang ini semata-mata merupakan urusan saya. Jika saya sembahyang bukanlah dengan maksud menunjukkan bahwa saya adalah seorang muslim sejati tetapi demi menjalankan sungguh-sungguh kewajiban saya sebagai orang yang beriman. Jika saya pergi ke surau atau ke mesjid 16 Ibid., h Ibid., h. 6.

68 57 bukan supaya dilihat orang, bukan untuk menampang. 18 Bapak menyatakan pendapatnya dengan prinsipil ketika bapak sedang berdialog dengan mas Singgih mengenai syariat Islam yang dijalankan tanpa harus ada paksaan. Bapak menjawab dengan penuh ketegasan dan tanpa keraguan bahwa menurut pandangan bapak dalam menjalankan ibadah shalat, masing-masing individu memiliki kebebasan. Bapak berpendapat bahwa ibadah harus dijalankan semata-mata untuk menjalan rukun Islam kedua, bukan untuk diketahui oleh orang lain. Berikut merupakan kutipan lain yang menunjukkan watak ketegasan dari tokoh bapak. Kami semua terdiam mendengar kata-kata bapak yang begitu tegas dan diucapkan tanpa ragu-ragu. Dalam hatiku, aku sangat mengaguminya. Bapak, seorang yang bukan tokoh masyarakat, seorang penduduk biasa, yang dengan kekurangannya buta huruf Latin, tidak pernah bersekolahpunya pemahaman tersendiri tentang agama dan negara serta negara dan politik, yaitu masalah yang kudengar dibahas terus-menerus tak berkesudahan di gedung Jong Islamieten Bond atau Jong Sumatra. Sungguh aku mengaguminya sebagai suatu pribadi yang menyeluruh, yang anggun dalam keutuhannya. 19 d. Kak Nani Kak Nani ialah Kakak tertua. Kak Nani memiliki wajah dan penampilan yang mirip dengan emak. Seperti terlihat pada kutipan berikut. Aku berkakak tiga orang, yang tertua bernama Nani. Seingatku wajah dan penampilannya mirip sekali dengan emak, kata orang, bagai pinang dibelah dua. Kalau mereka berada berdekatan orang bisa saja menganggap mereka sebagai Kakak beradik. Kak Nani juga memiliki sifat penakut ketika ia akan melakukan 18 Ibid., h Ibid., h. 165.

69 58 persalinan di rumah sakit. Ia membayangkan baha nantinya di akan ditinggalkan sendirian di ruangan rumah sakit. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut. Sewaktu kakak tertua akan melahirkan anaknya yang pertama, dia kelihatan takut dan sangat gelisah. Kak Nani bertingkah laku demikian karena suaminya menghendaki dia melahirkan di rumah sakit. 20 Dalam novel Emak, watak tokoh Kak Nani tidak banyak digambarkan oleh Daoed Joesoef, hanya saja Daoed ingin menyampaikan bahwa Kak Nani memiliki wajah dan penampilan yang mirip dengan emak. e. Kak Marni Kak Soemarni atau yang biasa dipanggil Kak Marni ialah Kakak kedua dari Daoed. Kak Soemarni sangat akrab dengan Kakak ketiga Daoed yaitu Kak Ani. Kak Marni sering memberikan perhatian pada Daoed namun hal itu diartikan sebagai sikap yang menjengkelkan oleh Daoed. f. Kak Ani Mereka sangat memanjakan aku, bahkan cenderung menjadikan aku sebagai boneka hidup. Perlakuan ini adakalanya menjengkelkan. Karena mereka bisa menjahit dan menyulam, mereka seringkali membuatkan aku celana monyet baru dengan saku bersulam, yang kadang-kadang menjadi bahan gunjingan di kalangan teman-teman seumur sepermainan. 21 Kakak-kakakku seringkali memberikan songkok baru dari uang tabungan mereka sendiri, hasil penjualan bunga dan sayur yang mereka tanam di halaman. 22 Kak Ani ialah Kakak ketiga Daoed yang memiliki watak penuh perhatian. Mereka pernah pula menghadiahkan topi tarbus atau kopiah turki kepadaku, berwarna merah ati ayam dan berkuncir bagai 20 Ibid., h Ibid., h Ibid.

70 59 buntut kuda. 23 Selain sifatnya yang penuh perhatian, Kak Ani juga sangat periang. Dalam berbagai hal yang sedang populer, dapat ditirukan oleh Kak Ani. Mak, ini bukan ecek-ecek lagi, sambung Kak Ani. Sekarang ini kita sudah berada di Paris. lan Medan sudah disebut-sebut sebagai Parijs van Sumatra. Ayo mak, cobalah baret ini. g. Pak Cik Leman Paman Soelaiman, atau yang biasa dipanggil Pakcik Leman, ialah saudara sepupu emak. Pakcik Leman dan istrinya, Makcik Zoebaidah, tidak memiliki anak, sehingga anak-anak emak yang menjadi perhatiannya. Pada suatu hari Minggu mereka sudah bertandang pagi sekali, kedua Kakakku memperoleh boneka dan aku menerima sebuah truk mainan, di samping coklat dan bonbon aneka warna untuk semua. Kami bersorak-sorak kegirangan. Paman Soelaiman juga merupakan sosok yang cerdas, rajin membaca, dan pekerja keras. Hal itu digambarkan pada kutipan berikut. Sementara itu dia masih belajar terus, di antaranya bahasa China, dan banyak membaca. Lemari bukunya di rumah diisi dengan banyak buku-buk berbahasa Belanda dan Inggris. Keintelektualan dan ketekunannya bekerja ini rupanya sangat dihargai oleh orang-orang Belanda yang menjadi teman kerjanya sehari-hari. 24 Pakcik Leman juga merupakan sosok pengkritik terhadap halhal kepemimpinan yang dianggap salah. Seperti terlihat pada kutipan berikut. 23 Ibid. 24 Ibid., h. 20.

71 60 Beliau secara diam-diam berhasil menyampaikan kepada Pak Hoesni Thamrin data dan bukti-bukti kekejaman dari penerapan poenale sancties. Tapi kemudian ada musang berbulu ayam yang melaporkan perbuatan beliau kepada PID dan Parket. Pengaduan dari si pengkhianat perjuangan inilah yang menjadi dasar penangkapan dan pembuangan beliau ke Boven Digoel. Hal itu disampaikan oleh Mas Singgih saat emak dan keluarga sedang berbincang di rumah. Mas Singgih merupakan kerabat dekat pakcik Leman dan sangat mengetahui perjuangan dan keberanian pakcik Leman. h. Mas Singgih Mas Singgih ialah salah seorang tokoh pergerakan dari Jawa yang pernah diperkenalkan oleh pakcik Leman. Mas Singgih tinggal di kamar kos yang terletak di dalam rumah emak. Mas Singgih seringkali bepergian sehingga kamar kos tersebut dibiarkan kosong. Watak Mas Singgih digambarkan sebagai sosok yang sopan santun. Dia adalah seorang yang sangat sopan dan santun. Dia mengaku lebih muda daripada Pakcik Leman, tetapi kelihatan jauh lebih tua daripada umurnya sendiri. Tubuhnya agak bungkuk, tidak seperti paman, berkacamata tebal dan selalu berpenampilan rapi. Walaupun lemah lembut dalam berbicara, kalau pembicaraan sudah menyinggung soal penjajahan dan kemerdekaan, sama dengan paman, nada suaranya semakin meninggi dan sorot matanya kian berapi-api. 25 Mas Singgih juga memiliki watak yang mudah bergaul dan membagi pengetahuannya dengan ikhlas. Dia telah membuat hari-hari kita terisi dengan kegiatankegiatan yang terpuji, membacawa pencerahan dalam hidup kita, kata emak. Tak ada seorang pun yang menyuruhnya berbuat begitu. Nuraninya sendiri yang telah menggerakannya. Dia telah membagi banyak pengetahuan yang bernilai dengan kalian, antara lain, bagaimana mencari kebenaran dengan cara yang disebunya sebagai penalaran keilmuan Ibid., h Ibid., h. 186.

72 61 4. Latar suasana. Latar dalam novel ini terbagi atas latar tempat, waktu, dan latar a. Latar Tempat 1.) Ruangan ujian disertasi Aku tahu benar bahwa prestasi seperti ini adalah berkat perbuatan banyak orang. Kubiarkan pikiranku mengingat kembali semua kejadian yang telah mengantarkan aku ke ruang ujian doktor hari ini di Sorbonne, membayangkan lagi wajah orangorang yang telah membantuku mencapai sukses yang membanggakan ini. 27 Pada bagian awal cerita, Daoed menggambarkan suasana saat ia merasa haru dengan pencapaian dan kesuksesan yang telah ia dapatkan. Ia akan segera mendapatkan gelar doktor ilmu ekonomi sebagai orang Indonesia pertama di Lembaga Pendidikan Tinggi di Perancis. Ia mengingat setiap perjuangan yang telah diberikan oleh orang lain kepadanya sehingga dia telah berhasil mencapai citacitanya. Di ruang ujian disertasi itu ia teringat pada seorang perempuan yang pada awal hidupnya selalu mendorong dia untuk belajar. Ibu, atau yang menurut kebiasaan di daerah kelahiran Daoed yaitu di Medan, biasa disebut emak. 2.) Suatu kampung di kota Tebing Tinggi Aku pernah diajak melihat dia memimpin penggalian sumur di salah satu kampung di kota Tebing Tinggi. Dia bersedia membantu penggalian dengan syarat berupa keharusan si pemilik sumur untuk memberi bantuan air kepada orang-orang yang memerlukan akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Dia bahkan tidak meminta bayaran apa-apa untuk jasanya kepada orang-orang sekampung atau bila sumur yang digalinya itu dimaksudkan sebagai sumur bersama bagi seluruh kampung. 28 Bapak dari Daoed Joesoef merupakan orang yang dipercaya 27 Ibid., h Ibid., h. 8.

73 62 di kampungnya dalam memiliki kemampuan menemukan kandungan air di tanah. Bapak sering diminta bantuan untuk menetapkan penggalian sumur dan bahkan permintaan ini juga datang dari kampung di luar Medan. Namun, bapak tidak melakukan penggalian tetapi hanya menentukan tempat penggaliannya. 3.) Kampung Darat, kota Medan Tempat tinggal kami di kota Medan disebut Kampung Darat. Letaknya berbatasan dengan hutan. Garis pemisah antara kampung ini dengan hutan adalah sebuah jalan lurus, yang merupakan jalan terakhir di sebelah barat kota. Ujungnya yang satu dibatasi oleh jalan ke Langkat dan terus ke Aceh sedangkan di ujungnya yang lain melintang jalan ke dataran tinggi Karo dan terus ke Tapanuli. 29 Daoed Joesoef sangat rinci menggambarkan latar tempat tinggalnya. Kampung Darat pada masa itu digambarkan sebagai wilayah yang dikelilingi dengan hutanhutan yang ditumbuhi pohon jati yang teratur. Daoed Joesoed, emak, dan bapak seringkali memanfaatkan hasil alam yang diperlukan untuk kehidupan dari sayur-mayur, umbi-umbian, buah tertentu, akar penyembuh, tanaman bunga, hingga kayu bangunan dan kayu bakar. 4.) Hutan Emak dan bapak mulai mengajakku turut serta ke hutan ketika aku berusia hampir lima tahun. Selama perjalanan pergi dan pulang mula-mula emak diminta oleh bapak berjalan di depan, aku di tengah dan dia di belakang. Dengan begitu bapak di setiap saat dapat mengamati keadaan dengan teliti, karena dialah yang tertinggi di antara kami bertiga, tanpa kehilangan pandangannya pada emak dan aku Ibid., h Ibid., h. 31.

74 63 Pada kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Daoed Joesoef, emak, dan bapak sering mengunjungi hutan secara bersama-sama. Sejak Daoed masih berusia enam tahun, bapak mempercayai Daoed untuk berada di depan, emak di tengah, dan bapak di belakang. Hal ini mengajarkan Daoed tentang usaha untuk melindungi kaum yang lemah. Saat itu, Daoed merasa memiliki tanggung jawab. Di hutan itu, Daoed dikejutkan dengan desis lompatan bapak ke depan yang telah menghantanm ular yang menggelantung di pohon. Emak dan Daoed terselamatkan karena penyelamatan dari bapak. Dua hari setelahnya, kampung itu dibuat gempar oleh cerita dua pencari kayu bakar. Mereka menemukan bangkai ular sawah dan kondisi badan yang sudah remuk. Ular itu kemudian dikuliti oleh para warga dan kulitnya dijual ke pengrajin tas dan sepatu. Kisah yang terjadi di hutan tersebut memberikan pengalaman berharga bagi Daoed tentang arti keberanian dan ketangkasan melindungi diri. 5.) Halaman rumah Halaman rumah kami relatif luas. Sebagian dari sisi depannya serta samping kanan dan kiri rumah dibiarkan terbuka oleh emak, berupa tanah saja, tak berumput, tidak ditanami apa-apa. Selain dimaksudkan sebagai jalan ked an dari rumah, halaman berpermukaan tanah tok ini dipakai sebagai tempat kami bermain-main apa saja bila cuaca baik. Bahkan kalau sedang hujan kami mandi air guyuran hujan sambil berkejar-kejaran di pelataran ini. Ia digunakan pula sebagai lahan tempat menjemur apa saja, dari mulai kasur dan bantal hinggal hasil panenan ladang. Bila sedang terang bulan emak menggelar tikar di atasnya menikmati kesejukan dan keindahan malam. 31 Daoed Joesoef merupakan anak yang dibesarkan di lingkungan pertanian dan berasal dari keluarga petani. Halaman rumahnya ditatat menjadi kebun dan taman yang ditumbuhi pohon buah-buahan. Emak membagi satu kapling tanah untuk 31 Ibid., h. 44.

75 64 setiap anak. Kakak-Kakak Daoed lebih suka menanam bunga, sedangkan adiknya senang menanam sayuran. Daoed membantu menyirami tanaman, membantu menyiapkan pasak bagi batangbatang bunga, memangkas cabang dan ranting tumbuhan serta membuatkan kandang ayam untuk melengkapi keindahan pemandangan di taman. Dalam kegiatan bercocok tanam itu, emak mengajarkan perbuatan mencipta yang hasilnya dapat dinikmati di masa depan. Emak menjelaskan bahwa kegiatan mencipta adalah perbuatan Tuhan pada asanya, tetapi manusia juga dapat mencipta kalau tahu bagaimana caranya. 6.) Rumah Sakit Abang ipar tetap pada pendiriannya. Ketika ada berita bahwa Kak Nani sudah melahirkan, kami semua bergegas berangkat ke rumah sakit. Karena belum 12 jam, begitu bunyi peraturannya, tidak semua pengunjung boleh masuk, hanya suami dan orang tua, itu pun sangat dibatasi waktunya. Dan benar seperti yang dikhawatirkan emak, dia pun tidak boleh menunggui Kak Nani sepanjang hari, lebih-lebih di malam hari. 32 Saat itu Kakak tertua Daoed akan melahirkan anak pertamanya. Kak Nani sangat takut untuk melahirkan di rumah sakit karena pada saat itu orang-orang lebih percaya untuk dibantu dukun beranak. Kak Nani juga takut jika dia akan sendirian di ruangan rumah sakit dan sulit meminta bantuan saat malam hari. Emak juga sangat khawatir karena sebagai seorang ibu, emak tahu bahwa Kak Nani memang sangat penakut sejak ia masih kecil. Emak ingin selalu menemani Kak Nani agar dapat menghilangkan rasa takutnya. Namun, abang ipar Daoed mempercayakan proses kelahiran Kak Nani di rumah sakit. Di rumah sakit ini, emak juga menemui Dokter Pirngadi untuk mengucapkan terima kasih karena telah mengizinkan emak untuk menjaga Kak Nani sepanjang hari. 32 Ibid., h. 56.

76 65 Emak juga sering membersihkan ruangan pasien dan menghibur pasien yang dirawat dekat dengan Kak Nani. Perbuatan emak ini sangat dibanggakan oleh Dokter Pirngadi. 7.) Sungai Baboera Waktu lalu pulang lami tidak melalui jembatan Titi Berlian yang terbentang di atas Sungai Baboera. Sebelum melintasi jembatan ini emak menuntunku turun ke sungai. Di musim kemarau sungai ini dangkal dan airnya jernih sekali, ikan-ikan kecil sejenis teri jelas kelihatan berenang kian kemari. Emak memilih tepian yang baik, agak berbatu dan lalu memandikan aku. 33 Daoed Joesoef menggambarkan keindahan Sungai Baboera saat itu. Daoed masih berusia empat tahun. Sungai itu masih sangat jernih bahkan ikan-ikan yang terdapat di dalamnya jelas kelihatan berenang. Daoed menggambarkan betapa asrinya pemandangan sungai yang dia lihat saat masih kecil. Bahkan, emak bisa memandikan Daoed di sungai tersebut karena airnya sangat jernih. Saat memandikan Daoed, emak mengatakan bahwa Daoed sudah saatnya mulai belajar membaca Al Quran. 8.) Sekolah MULO Aku diterima di MULO pada saat Kerajaan Belanda baru saja diduduki Jerman dan Ratu Wilhelmina sudah mengungsi ke Inggris. Di sekolah ini aku juga mendapat perhatian yang tersendiri dari tekenleeraar Meneer Ter Haasse. Di sekolah lanjutan berbahasa Belanda ini ada sebuah ruangan khusus untuk pelajaran menggambar. Perpustakaan sekolah menyediakan pula buku-buku yang berisi reproduksi dari karya pelukis-pelukis besar Belanda seperti Rembrandt, Rubens, Jan Vermeer, Van Gogh, Breitner dan lain-lain. 34 Daoed Joesoef memiliki hobi melukis. Dia sangat mahir membuat karya lukisan yang sangat membuat kagum orang yang melihatnya. Setelah dia masuk di sekolah MULO itulah Daoed 33 Ibid., h Ibid., h. 231.

77 66 meningkatkan kemampuan melukisnya karena di ruang perpustakaan sekolah itu terdapat pelajaran menggambar. b. Latar Waktu 1)Tahun 1972 Latar waktu pada bagian awal novel ini terjadi sekitar tahun Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut. Ketua panitia ujian menjelaskan dengan khidmat bahwa disertasi telah kusaji dan pertahankan dengan baik sekali dan karenanya aku berhak menyandang gelar doktor. Kemudian dia bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku mengucapkan selamat. Hal yang sama dilakukan oleh kedua anggota lainnya dari panitia. Kemudian menyusul memberikan selamat semua yang hadir di dalam ruangan termasuk istriku. 35 Pada bagian prolog tersebut dijelaskan bahwa Daoed sedang berada di ruang ujian disertasi. Berdasarkan riwayat pendidikan pengarang, Daoed menyelesaikan studinya dan menyandang gelar doktor di Sorbonne pada tahun Bagian awal cerita menceritakan kisah yang paling berharga dalam hidup Daoed karena prestasi ini yang sangat ia banggakan. Ia tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang dianugerahi gelar doktor tertinggi dari jenisnya, yaitu Doctorat d Etat atau doktor-negara, dan dengan cum laude. Hal itu yang membuat Daoed mengingat tentang perbuatan dan pengorbanan banyak orang yang telah membantunya. Dalam pikiran Daoed terlintas kenangan tentang emak. 2.) Malam hari Biasanya makan malam ini diawali dengan ucapan bismillahirahmanirahim yang meluncur secara bersamaan dari mulut emak dan bapak Ibid., h Ibid., h. 4.

78 67 Daoed, Kakak-kakak Daoed, Emak, dan Bapak hampir tiap malam melakukan kegiatan makan bersama di ruang tengah, duduk bersila di atas lantai beralaskan tikar pandan, membentuk semacam lingkaran yang mengelilingi makanan. Kegiatan ini rutin dilakukan karena emak dan bapak ingin tetap menjaga keakraban dan keceriaan saat makan malam keluarga. Kegiatan itulah yang menjadi kenangan abadi dalam hidup Daoed. 3) Suatu malam Masih kuingat satu kejadian pada suatu malam hujan lebat yang berangin badai. Allah, alangkah kencangnya angin itu. Rumah sampai bergoyang, tiang-tiangnya berdarak-derik. Kadang-kadang atapnya menggelepar seperti akan tercabikcabik bertebaran. Di luar malam hitam pekat, dahan-dahan pohon menggemuruh berbenturan. Kami semua ketakutan dan menjadi gelisah. 37 Kejadian itu sangat diingat oleh Daoed saat masa kecilnya. Saat itu Daoed merasa sangat ketakutan namun emak mencoba menenangkan anak-anaknya dengan cara emak yang luar biasa. Emak menggelar tikar pandan halus di ruang tengah tempat bapak biasa sembahyang dan berdoa. Kemudia, bapak mengaji dan kami disuruh tidur di dekat bapak. Akhirnya anak-anak emak merasa aman kembali dan merasa tentram begitu mendengar alunan suara bapak membaca Al-Quran dan melihat emak duduk di sampingnya dengan wajah yang tenang dan amat anggun. Kejadian itu seketika terlupakan oleh anak-anak emak keesokan harinya meskipun kejadian yang dialami sangat menakutkan. 4)Setahun kemudian Setahun kemudian, ketika bapak menganggap aku cukup dewasa dan karenanya bisa diandalkan untuk melindungi 37 Ibid., h. 10.

79 68 emak, urut-urutan berjalan lalu diubah: aku yang di depan dengan memegang sebuah tongkat kayu, emak di tengah dengan bapak tetap di belakang dengan parang terhunus di tangan. 38 Saat usia lima tahun, emak dan bapak mulai mengajak Daoed turut serta ke hutan. Awalnya emak yang berada di depan, aku di tengah dan bapak di belakang. Hal itu dimaksudkan agar bapak bisa mengamati keadaan dengan teliti. Posisinya dimaksudkan untuk melindungi emak dan Daoed dari serangan binatang buas. Namun saat Daoed berusia enam tahun, bapak menginginkan agar Daoed bisa belajar mandiri dan berani menghadapi segala rintangan. Akhirnya, Daoed mulai berani mengawasi segala kumingkinan yang terjadi di depan mata saat Daoed berada di depan emak dan bapak. 5) Setiap sore Maka, setiap sore sahabis ashar emak pergi ke rumah sakit dengan membawa makanan kesukaan Kakak, menginap dan pulang ke rumah kembali di sekitar jam delapan keesokan paginya. Ruangan yang dikhususkan untuk perempuan yang baru bersalin tidak seluas ruanganruangan pasien lainnya. Alangkah segar rasanya di dalam ruangan ini. 39 Saat Kakak tertua Daoed melahirkan anaknya yang pertama di rumah sakit, emak sangat khawatir karena Kak Nani begitu takut untuk menginap di rumah sakit. Emak lebih percaya pada dukun beranak dibandingkan harus meninggalkan Kak Nani sendirian di rumah sakit. Namun, karena suami Kak Nani sangat ingin Kak Nani melahirkan di rumah sakit, proses persalinan itu akhirnya dilakukan di rumah sakit. Para tamu yang ingin menjenguk di rumah sakit itu hanya bisa menjenguk sesuai waktu yang telah ditentukan di rumah sakit. Hal itu membuat emak mencoba untuk 38 Ibid., h Ibid., h. 56.

80 69 izin kepada dokter Pirngadi agar emak dapat menemani Kak Nani setiap malam. Dokter Pirngadi itu penuh pengertian dan berprikemanusiaan tinggi sehingga emak diizinkan menginap di ruangan Kak Nani dirawat. c. Latar Sosial Latar sosial sangat erat kaitannya dengan latar tempat dan waktu. Dalam novel ini, pengarang menampilkan latar sosial mengenai keadaan sosial dan suasana tradisional yang tidak memungkinkan kedua orang tua Daoed bersekolah di masa mudanya dan mempelajari hal-hal yang kini sudah dianggap wajar oleh gadis-gadis masyarakat modern. Emak dan bapak Daoed mengalami buta huruf, namun mereka mampu menulis huruf Arab dan lancar membaca kitab suci Al Quran yang ditulis dengan huruf tersebut dan buku keagamaan berbahasa Melayu yang bertuliskan huruf Jawi. Emak juga sangat tekun dan rajin belajar. Hal itu terlihat dari kepandaian dan keterampilan yang dikuasai emak. Selain pandai memasak, emak juga mahir dalam berbagai kerajinan tangan seperti menyulan, merenda, dan membuat baju. Hal itu menunjukkan bahwa pengarang menampilkan latar sosial mengenai kehidupan masyarakat di masa itu yang cenderung tidak dapat memperoleh pendidikan karena berbagai hambatan. Hambatan yang dialami berhubungan dengan minimnya penghasilan ekonomi keluarga, kurangnya kepercayaan atas sekolah-sekolah yang didirikan Belanda, atau kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Pada masa itu, remaja perempuan cenderung tinggal di rumah untuk mempelajari keterampilan yang dikhususkan untuk perempuan. Namun, dalam segala keterbatasannya, emak tetap memiliki kesadaran yang tinggi bahwa anak-anak emak haruslah menempuh pendidikan yang tinggi untuk kesuksesan di masa depan. Kesadaran itulah yang membuat Daoed

81 70 tumbuh menjadi seorang yang tekun dalam menggali ilmu pengetahuan dan berhasil menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di masa itu. 5. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah orang pertama pelaku utama. Teknik pencerita akuan digunakan bila pencerita sebagai tokoh yang terlibat langsung dengan kejadian yang dikisahkan dalam cerita. Teknik pencerita ini disampaikan oleh seorang tokoh dengan menggunakan atau menyebut dirinya aku. Bila pencerita menggunakan aku sebagai tokoh utama, ia menceritakan segala yang terjadi mengenai dirinya. Berbagai pengalaman, pandangan, keyakinan dan lain-lain dibawakan oleh pencerita dengan mengikuti apa yang dialaminya 40. Dalam sudut pandang orang pertama pelaku utama, pengarang menggunakan kata ganti aku yang menceritakan kisah hidupnya dari ia masih berusia dini hingga ia dewasa. Pengarang terlibat dalam cerita dan dia sendiri sebagai tokoh utama. Daoed Joesoef menceritakan riwayat kehidupannya dalam novel Emak dengan sangat rinci dan deskriptif. Mulai dari pemunculan tokoh yang terlibat dalam cerita yang dideskripsikan dengan sangat rinci karena pengarang sangat mengenal tokoh tersebut dalam kehidupan nyatanya. Kemudian, pengarang juga menggambarkan latar waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerita dengan deskriptif karena keterlibatan pengarang sebagai tokoh utama secara langsung. Dengan sudut pandang ini, pengarang mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, yang berhubungan dengan diri sendiri, maupun fisik, yang hubungannya dengan sesuatu di luar dirinya. Tokoh aku menjadi fokus pusat kesadaran dan pusat cerita. Dalam hal ini, bisa dipastikan si aku menjadi tokoh protagonis dan pembaca memberikan empati kepadanya serta mengidentifikasikan dirinya sebagai si aku. Pembaca ikut merasakan 40 Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 107.

82 71 pengalaman si aku dan mengikuti pandangan moralnya. 41 Daoed Joesoef menceritakan secara langsung setiap peristiwa yang dialami dalam hidupnya. Daoed Joesoef mampu menceritakan secara detail watak tokoh, tahapan alur, latar terjadinya peristiwa, dan rangkaian dialog antar tokoh dalam cerita. Dengan demikian, pembaca dapat merasakan seolah-olah masuk ke dalam kehidupan aku. Peristiwa yang diceritakan dalam cerita bisa dan pernah dialami oleh pengarang. Pengarang menggiring pembaca untuk memahami setiap peristiwa yang diceritakan karena pengarang sebagai tokoh utama sertaan. Daoed Joesoef melukiskan watak tokoh emak dengan rinci karena Daoed Joesoef sebagai tokoh aku dalam cerita berhadapan langsung dengan emak sehingga watak emak sangat jelas tergambar. Pembaca dapat langsung mengetahui watak emak yang sangat menanamkan nilai kekeluargaan dan nilai akhlak yang berlandaskan pada ajaran agama Islam. Bapak yang digambarkan Daoed juga memiliki ciri yang sangat jelas yaitu gaya bicara bapak yang pendiam tetapi dapat dipegang ucapannya. Kakak-Kakak Daoed juga diceritakan dengan jelas sebagai sosok yang ceria dan penuh perhatian dengan Daoed. Pengarang juga memaparkan perasaan yang membuat cerita lebih menarik. Pengarang sebagai tokoh utama dalam cerita ingin menunjukkan setiap peristiwa yang dialami dan perasaan yang dirasakan dengan jelas. 6. Amanat Novel Emak karya Daoed Joesoef ini memiliki amanat yang berkaitan erat dengan nilai kekeluargaan yang tinggi. Emak dan bapak mencoba menanamkan nilai-nilai kekeluargaan dengan hal-hal kecil yang rutin dilakukan di rumah seperti makan malam bersama, duduk-duduk di serambi saat sore hari, mengaji bersama, berbincang-bincang mengenai hal-hal yang dialami sepanjang hari dan aktivitas positif lainnya. aktivitas itulah yang hingga saat ini dapat memberikan contoh pembelajaran yang 41 Ibid., h. 110.

83 72 baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Amanat lainnya dalam novel ini yaitu keberhasilan seorang anak yang tercapai karena cara mendidik orang tua yang menanamkan nilainilai agama, nilai moral, nilai pendidikan, bahkan nilai politik dalam kehidupan anak. Hal itu mencerminkan bahwa peran orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak yang dididik dengan nilai-nilai kebaikan tentu dapat berdampak pada hal positif yang akan didapatkan seorang anak, sedangkan anak yang tidak diberikan perhatian yang penuh dalam hal mendidik dapat berdampak pada hal negatif anak. B. Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Emak Karya Daoed Joesoef Dalam novel Emak karya Daoed Joesoef ini telah ditemukan banyak kalimat yang mengandung gaya bahasa. Total pemunculan gaya bahasa Total pemunculan gaya bahasa dalam novel Emak ada 119 gaya bahasa. Gaya bahasa simile 30 kalimat; metafora 17 kalimat; sinekdoke 15 kalimat; personifikasi 14 kalimat; mesodilopsis 11 kalimat; hiperbola 10 kalimat; litotes 7 kalimat; sarkasme 4 kalimat; oksimoron 3 kalimat; asindeton 2 kalimat; perifrasis 2 kalimat; metonimia 1 kalimat; anafora 1 kalimat; elipsis 1 kalimat; dan polisindeton 1 kalimat. Penggunaan gaya bahasa yang sering muncul dalam novel tentu dapat membuat cerita menjadi lebih menarik karena pengarang mencoba untuk lebih kreatif dalam bercerita. Dalam novel ini terdapat rangkaian cerita tentang perjalanan hidup pengarang. Jika pengarang tidak menggunakan gaya bahasa atau cenderung lebih banyak menggunakan kata denotasi, maka cerita menjadi tidak istimewa bahkan pembaca cenderung bosan. Pengarang begitu rinci memaparkan segala peristiwa dan dialog setiap tokoh dalam novel ini, sehingga dengan adanya gaya bahasa, pembaca menjadi lebih terhibur menikmati rangkaian kata yang digunakan pengarang.

84 73 1. Gaya Bahasa Metafora Salah satu gaya bahasa yang digunakan yaitu metafora. Terdapat 17 kali penggunaan gaya bahasa metafora dalam novel ini. No. Majas Metafora Halaman 1. Kami, anak-anak emak, memandangnya sebagai 1 jiwa rumah tangga. 2. Walaupun dia sendiri sering mengatakan bahwa 1 bapaklah yang membanting tulang menjadi pencari nafkah, terutama bagi seluruh keluarga. 3. Walaupun dalam keadaan sehat, kami masingmasing 1 sudah cukup mendapatkan kasih sayangnya, selama terbaring di dekat emak sewaktu sakit itulah yang kami benar-benar menikmati kehangatan belaian jiwa emak. 4. Bapak di masa remajanya sudah banyak 1 mengembara, karena sudah sebatang kara sejak kecil, ke beberapa penjuru tanah air dan ke Malaya. 5. Orangnya banyak omong, hilir mudik tak menentu Kalau datang, sendiri-sendiri atau berdua, ada saja 15 buah tangan yang dibawa untuk kesenangan kami. 7. Kerja besar ini adalah membangkitkan batang 18 terendam, mengunggah kesadaran rakyat untuk bergerak memperbaiki nasibnya melalui perjuangan melawan penindasan dan penjajahan, perjuangan kemerdekaan tanah air dan bangsa. 8. Mereka juga telah dijambak agar terus terperangkap 18 di neraka karena kontrak perkebunan. 9. Belanda menjalankan siasat memecah belah dan adu 20 domba dengan bantuan para penjilat dan pengkhianat yang tidak jarang berupa penguasa dan/ atau bangsawan pribumi setempat. 10. Lihat saja, katanya, Buah pikiran dan isi hati 24 Multatuli. 11. Sebab dengan mengetik, menurut Paman, 24 perekaman buah pikiran dapat dilakukan secepatnya dengan gerak pikiran dalam menelurkan buah tersebut. 12. Wah, wah, keras kepala juga kau ini Si ah. Sama saja dengan si Ucup, kelakar Uak Haji. 13. Kabarnya lagu jenis ini sedang naik daun di Amerika. 246

85 Aku diam saja walaupun betul-betul ingin tahu buah 210 pikiran emak. 15. Bila karya tadi kuanggap pantas bersanding dengan 228 ciptaan Ibu Alam yang tidak bisa dibuat oleh manusia itu, ia kunyatakan bermutu dan kutandai dengan nama D. Joes. 16. Dia sebenarnya masih ingin bersekolah, tetapi kedai 270 ayahnya gulung tikar. 17. Ya benar-benar mutiara dari rumah tangga kalian. 290 Penulis akan memaparkan kalimat bermajas metafora sebanyak 2 kalimat dari 17 kalimat yang ditemukan. Ya benar-benar mutiara dari rumah tangga kalian. 42 Kabarnya lagu jenis ini sedang naik daun di Amerika. 43 Majas metafora menggabungkan dua kata atau lebih yang awalnya memiliki makna masing-masing namun akan membentuk satu makna baru setelah digabungkan. Dari contoh kalimat di atas terdapat bentukan kata mutiara, rumah tangga, naik, dan daun. Penyatuan kata mutiara, dari, dan rumah tangga membentuk makna baru yang membuat pembaca mengimajikan makna tersebut. Jika diperhatikan, kata mutiara memiliki arti permata yang berbentuk bulat dan keras yang berasal dari kerang mutiara dan menjadi sesuatu yang berharga nilainya. Kata dari merupakan kata benda yang menyatakan tempat permulaan atau asal kedatangan. Sedangkan, kata rumah tangga yaitu berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah atau keluarga. Maka, setelah disatukan kata mutiara dari rumah tangga memiliki makna sesuatu yang berharga nilainya yang berasal dari kehidupan rumah tangga. Sesuatu yang berharga ini merujuk pada kehadiran istri dan anak-anak. Tokoh emak ingin menyadarkan kepada Daoed Joesoef bahwa 42 Ibid., h Ibid., h. 246.

86 75 kehadiran istri dan anak adalah suatu anugerah yang sangat berharga. Istri dan anak Daoed akan selalu menyemangati hari-harinya. Emak merasa sangat bangga kepada menantunya sehingga emak merasa ingin memberi nama intan kepada istri Daoed dan nama mutiara kepada anaknya. Dapat diketahui bahwa intan dan mutiara merupakan jenis perhiasan yang dikenal sangat indah dan bernilai tinggi. Emak membandingkan keindahan intan dan mutiara itu seperti kehadiran istri dan anak bagi Daoed. Hal itulah yang menyebabkan emak memberikan ungkapan mutiara dari rumah tangga karena emak ingin Daoed selalu mengenang perkataan emak tersebut. Dengan ungkapan yang khas dan unik itu akhirnya Daoed masih mengingat tuturan emak yang seolah berkumandang di telinganya tiap kali melihat anak dan istrinya seperti terlihat pada kutipan berikut. Ya benar-benar mutiara dari rumah tangga kalian, kuingat emak berkalikali bertutur begitu kepadaku dahulu. Seolah-olah tuturan emak ini kudengar lagi, berkumandang di telingaku. Aku tahu kali ini pun tuturan tersebut, sama dengan ucapan-ucapannya yang lain, mengandung penuh kebenaran. 44 Ungkapan metafora yang digunakan tokoh emak terbukti dapat selalu diingat oleh Daoed Joesoef. Penggunaan majas itu menimbulkan efek ucapan yang tidak dapat terlupakan bagi orang yang mendengarnya. Emak merupakan tokoh yang selalu pandai dalam berbicara dan memilah kata. Keindahan kata yang emak ucapkan itulah yang membuat novel Emak ini menjadi lebih menarik. Kemudian, bentukan kata naik daun juga bermajas metafora karena pengarang membandingkan dua hal yang dianggap sama tanpa menggunakan kata seperti, ibarat, bak, atau bagaikan. Kata naik memiliki arti bergerak ke atas atau ke tempat yang lebih tinggi, sedangkan kata daun bermakna bagian tanaman yang berwarna hijau. Ketika digabungkan menjadi satu, kata naik daun bermakna mencapai sebuah keberhasilan atau mendapatkan nasib yang baik. Istilah naik daun tentu sudah tidak asing lagi di masa sekarang karena sudah banyak sekali individu yang menggunakan istilah ini. Hal apapun yang dikategorikan sedang mencapai kesuksesan, memiliki banyak penggemar, dan hal yang sedang disenangi banyak orang dapat diistilahkan dengan kata naik 44 Ibid., h. 290.

87 76 daun. Hal yang lebih tepat disandingkan dengan kata naik daun ialah seekor ulat. Ulat yang naik daun dianggap telah berhasil mencapai keinginannya karena daun merupakan makanan ulat. Tentu ulat akan sangat berusaha mencapai daun yang lebih tinggi untuk mendapatkan makanan sebanyak mungkin. Namun, ungkapan lagu itu sedang naik daun mencerminkan keberhasilan yang dicapai oleh pengarang lagu dan lagu itu sendiri. Lagu yang dimaksud dalam kutipan tersebut adalah lagu Jaz yang sedang digemari di Amerika dan Indonesia. Daoed Joesoef menyukai lagu jenis Jaz ini, tetapi emak tidak. Emak lebih menyukai musik melayu dan keroncong dibanding musik Jaz. 2. Gaya Bahasa Personifikasi Gaya bahasa personifikasi dalam novel ini terdapat 14 kalimat. No. Majas Personifikasi Halaman 1. Biasanya makan malam ini diawali dengan 2 ucapan Bismillahirrohmanirrohim yang meluncur secara bersamaan dari mulut emak dan bapak 2. Rumah sampai bergoyang, tiang-tiangnya 8 berderak-derik 3. Ada tiga jalan di situ yang namanya dia minta 23 supaya kuperhatikan sungguh-sungguh karena, katanya, berasal dari jeritan nurani seorang intelektual Belanda dan merujuk pada penderitaan rakyat kita khususnya yang ada di Banten. 4. Wah, wah, ucapan emak ini sungguh 147 menyentuh perasaan. 5. Dik Leman menjelaskan kepada saya betapa 158 ide dictator proletar yang berkaitan erat dengan penegakan sistem pemerintahan komunis telah menginjak-injak hak-hak asasi manusia 6. Namun, kalau kita tetap mengingat ide tersebut, tidak pernah melepaskannya, kita akan dapat merasakan kepincangan dari kenyataan-kenyataan yang ada dan akan selalu berusaha memperbaikinya. 7. Terjadilah pemiskinan penafsiran yang menggelinding ke pemicikan, ke pembutaan.

88 77 8. Kalau malam bulan purnama dan kebetulan 187 jatuh pada malam Minggu, ada saja yang datang sendiri seperti sediakala, termasuk yang rumahnya jauh-jauh 9. Rasa menyesal jelas membayang di wajahnya Representasi baju pengemis itu, lekuk, lipatan 234 dan kecompang-campingannya belum sepenuhnya ikut mengatakan kesengsaraan si pemakai 11. Jadi musik, misalnya, mungkin dilihat sebagai 250 bentuk-bentuk berwarna yang terproyeksi ke udara, atau bentuk-bentuk yang dilihat bisa jadi ditanggapi sebagai bau-bauan 12. Dia merasakan berbagai bunyi alat musik 252 seperti menyentuh berbagai bagian dari tubuhnya; misalnya biola membelai mukanya, gitar selalu mengelus mata kakinya, terasa bagai sapuan yang lemah lembut. 13. Nada suaranya semakin merendah Rasa menyesal jelas membayang di wajahnya 230 Namun, hanya ada 2 contoh kalimat yang akan penulis jelaskan. Personifikasi merupakan gaya bahasa untuk menginsankan benda-benda mati yang melakukan kegiatan seperti manusia. Benda-benda itu seolah memiliki watak, perasaan, dan tingkah laku yang hanya dapat dilakukan manusia. Gaya bahasa personifikasi membuat pembaca berimajinasi dan menghilangkan kejenuhan dalam membaca novel yang terdiri dari 292 halaman itu. Berikut penjelasan mengenai contoh dari kalimat personifikasi.

89 78 Wah, wah, ucapan emak ini sungguh menyentuh perasaan. 45 Rumah sampai bergoyang, tiang-tiangnya berderak-derik. 46 Pada kalimat pertama, kata ucapan melakukan kegiatan menyentuh. Ucapan merupakan benda abstrak yang tidak dapat dilihat bahkan dirasakan. Ucapan hanya mampu didengar, tetapi tidak bisa dirasakan kehadirannya. Kalimat tersebut mengandung majas personifikasi karena pengarang ingin menjelaskan bahwa kalimat yang diucapkan emak sangat menggugah perasaan tokoh Mas Singgih. Konteks kalimat itu ialah ketika Mas Singgih sedang sakit. Emak memberikan masakan yang dirasa sangat enak oleh Mas Singgih. Mas Singgih segera bertanya mengenai resep dari masakan itu untuk diberikan pada ibunya yang berada di Jawa. Namun, jawaban emak tidak disangka-sangka oleh Mas Singgih. Emak menjawab bahwa masakan yang enak hanya dibuat dengan penuh rasa kasih sayang. Menurut emak, masakan ibu Mas Singgih juga sangat enak bukan hanya dari bahan-bahan atau takaran bumbunya saja, melainkan ibu Mas Singgih membuatnya dengan rasa kasih sayang untuk keluarganya. Dengan rasa kasih sayang itulah dapat dihasilkan masakan yang terasa lezat dan nikmat. Jawaban yang emak sampaikan itulah yang membuat Mas Singgih terasa disentuh atau disadarkan hatinya bahwa untuk menghasilkan masakan yang enak perlu didasari dengan rasa kasih sayang. Emak juga menyadarkan bahwa setiap ibu akan berusaha memberikan yang terbaik bagi anak dan keluarganya, tidak terkecuali dalam hal memasak. Penggunaan gaya bahasa personifikasi ini tidak hanya memberikan kesan yang menghibur pembaca melainkan juga membuat pembaca berimajinasi bahwa sebuah ucapan mampu menyadarkan hati setiap orang yang mendengarnya. Dengan maksud itulah kalimat yang emak ucapkan mengandung gaya bahasa personifikasi yang terkesan tidak membosankan. Pada kalimat kedua, kata rumah yang merupakan benda mati 45 Ibid., h Ibid., h. 10.

90 79 disandingkan dengan kata bergoyang. Pembaca diharapkan mampu berimajinasi mengenai rumah yang tidak hanya sekedar bergerak melainkan bergoyang. Penggunaan gaya bahasa itu dimaksudkan agar pembaca dapat terhanyut dalam sepenggal kisah yang terjadi dalam kehidupan pengarang. Konteks kalimat itu ialah saat Daoed Joesoef masih berusia dini, ia sangat merasakan kerukunan yang dijalin oleh Emak dan Bapak. Emak dan Bapak selalu memberikan rasa tenteram dalam rumah dan tidak pernah menyembunyikan rasa hormat satu sama lain. Pada suatu malam terjadi peristiwa hujan lebat yang berangin badai. Anak-anak emak sangat takut sangat mengetahui rumahnya tengah bergoyang karena hembusan angin yang kencang. Emak ingin melindungi anak-anaknya dari rasa takut. Akhirnya, emak meminta bapak untuk mengaji bersama anak-anaknya. Malam hari yang terasa begitu menyeramkan itu menjadi sangat menenangkan saat emak, bapak, dan anak-anaknya mengaji bersama. Pengarang ingin menunjukkan betapa besar peran orang tua dalam melindungi anak-anaknya dari rasa takut. Pengarang menggambarkan peristiwa pada malam hari itu itu dengan penggunaan gaya bahasa personifikasi. Benda mati yang melakukan kegiatan seperti manusia tentu terlihat sangat aneh dan cenderung menakutkan. Rumah yang bergoyang hingga tiang-tiang yang berderak-derik disampaikan pada pembaca agar pembaca larut dalam cerita bahwa peristiwa pada malam itu sangat menakutkan. Pengarang juga tidak hanya ingin menyampaikan bahwa peristiwa yang terjadi ialah hujan badai, tetapi peristiwa yang tentu lebih mengerikan jika dibayangkan. Penggunaan gaya bahasa personifikasi pada kalimat ini mampu membuat pembaca menjadi tidak bosan dan lebih merasakan peristiwa yang dialami dalam cerita.

91 80 3. Gaya Bahasa Hiperbola Gaya bahasa selanjutnya yang digunakan pengarang ialah gaya bahasa hiperbola. Total penemuannya yaitu sebanyak 10 kalimat. No. Majas Hiperbola Halaman 1. Begini kejadian yang sebenarnya, emak 9 mencubit sayang pipiku berkali-kali; tak terasa sakit, malah getaran kasih sayangnya menjalar ke seluruh tubuhku 2. Kadang-kadang atapnya menggelepar 9 seperti akan tercabik-cabik bertebaran 3. Di luar malam hitam pekat, dahan-dahan 9 pohon menggemuruh berbenturan 4. Seluruh tabungan uang yang jumlahnya 19 memang tak banyak, habis ludes di meja judi 5. Walaupun lemah lembut dalam berbicara, 119 kalau pembicaraan sudah menyinggung soal penjajahan dan kemerdekaan, sama dengan paman, nada suaranya semakin meninggi dan sorot matanya kian berapi-api 6. Kami semua tertawa terbahak-bahak 129 mendengar ungkapan itu, kecuali bapak 7. Ketika janji itu diucapkan Benua Eropa 134 sedang dilanda kekacauan perang besar yang berkecamuk di sana 8. Namun kulihat matanya bersinar-sinar di 155 saat bapak berbicara, menandakan apresiasi, kekaguman dan kasih sayangnya pada suaminya ini 9. Aku teringat emak ketika menyadari apa yang menjadi pendorong orang untuk terus menari di jalur keilmuan. Pendorong ini berupa suatu kekuatan unik dari penalaran ilmiah yang dipupuk dan dikobar-kobarkan oleh semangat ilmiah Hal ini membuat aku ingin meratap 289 menghamburkan kesedihan hati Berikut ini paparan dari dua contoh kalimat bermajas hiperbola. Walaupun lemah lembut dalam berbicara, kalau pembicaraan sudah menyinggung soal penjajahan dan kemerdekaan, sama dengan paman, nada

92 81 suaranya semakin meninggi dan sorot matanya kian berapi-api. 47 Namun kulihat matanya bersinar-sinar di saat bapak berbicara, menandakan apresiasi, kekaguman dan kasih sayangnya pada suaminya ini. 48 Kalimat pertama mengandung gaya bahasa hiperbola. Ucapan sorot matanya berapi-api bermakna bahwa ada rasa kemarahan dan kebencian dari hatinya yang tercermin melalui sorot mata. Gaya bahasa hiperbola terkesan sangat berlebihan dalam menggambarkan sesuatu, namun gaya bahasa ini membuat hal yang sederhana menjadi lebih berkembang. Tokoh Mas Singgih dikatakan sebagai salah seorang pejuang pergerakan yang berasal dari Jawa. Ia memiliki sifat yang lemah lembut dalam berbicara, namun ketika pembicaraannya mengarah ke perjuangan dan kemerdekaan, gaya bicara dan sorot matanya akan berubah. Pengarang ingin menyampaikan bahwa tokoh Mas Singgih memiliki hasrat yang tinggi dalam masalah perjuangan kemerdekaan. Oleh karena itu, pengarang menggambarkan bahwa sorot mata Mas Singgih kian berapi-api. Hal itu tentu tidak mungkin dilakukan dengan sengaja oleh manusia. Kata berapi-api ini memiliki arti kemarahan yang begitu mendalam sehingga dapat terlihat dari sorot mata. Meskipun majas hiperbola ini memiliki kesan berlebih-lebihan dalam mengungkapkan sesuatu, namun pembaca tentu dapat membedakan hal yang sesungguhnya dengan hal yang tidak mungkin terjadi. Pada kalimat kedua, kata mata disandingkan dengan kata bersinarsinar. Kata mata kembali digunakan pengarang. Berbeda dengan contoh kalimat pertama, pada kalimat kedua penggunaan kata mata digambarkan seperti sedang bersinar-sinar. Hal yang biasanya terlihat bersinar ialah sebuah lampu atau cahaya dari suatu benda. Tetapi dengan penggunaan majas hiperbola ini, mata juga mampu dikatakan seperti bersinar-sinar. Konteks kalimat ini ialah saat emak merasa kagum dengan gaya bicara bapak. Kekaguman itu terlihat dari sorot mata emak yang memandang bapak. Jika pengarang hanya menggunakan ungkapan emak yang kagum dengan bapak, tentu terkesan membosankan. 47 Ibid., h Ibid., h. 155.

93 82 Penggunaan kalimat matanya bersinar-sinar kembali membuat pembaca segar menikmati cerita dalam novel ini. 4. Gaya Bahasa Litotes Gaya bahasa selanjutnya yaitu gaya bahasa litotes yang berjumlah 7 kalimat. No. Majas Litotes Halaman 1. Jangan seperti saya hanya sekolah di 21 bawah pohon pisang. 2. Dia menumpang di rumah pamannya 200 yang serba kekurangan, dengan delapan orang anak yang masih kecil-kecil, lebih muda daripada usianya. 3. Hampir seluruh hasil penjualan kayu yang 200 jumlahnya tak seberapa, hanya lima atau tujuh sen sepikul, dia serahkan kepada pamannya. 4. Tetapi mereka adalah orang-orang miskin 202 yang terus-menerus menderita kekurangan. 5. Melihat sosok tubuh yang kurus kering 232 dan berkeriput itu hatiku terenyuh dan perasaan tergerak untuk menggambarnya. 6. Representasi baju pengemis itu, lekuk, lipatan dan kecompang-campingannya 234 belum sepenuhnya ikut mengatakan kesengsaraan si pemakai. 7. Sungguh, yang kulihat pada diri pengemis ini adalah tak lain daripada garis keriput di dahinya, di mukanya, di badannya, 234 tangannya, kakinya. Seluruhnya merupakan garis, garis-garis yang

94 83 menyatakan kesedihan dan kesengsaraan hidup. Namun, hanya ada dua kalimat bermajas litotes yang akan dipaparkan. Litotes merupakan kebalikan dari hiperbola, yaitu sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya misalnya untuk merendahkan diri. Di bawah ini ada paparan dari dua contoh kalimat yang mengandung gaya bahasa litotes. a. Jangan seperti saya hanya sekolah di bawah pohon pisang. 49 b. Dia menumpang di rumah pamannya yang serba kekurangan, dengan delapan orang anak yang masih kecil-kecil, lebih muda daripada usianya. 50 Contoh majas litotes pada kalimat pertama merujuk pada kata saya hanya sekolah di bawah pohon pisang. Kalimat itu mengandung gaya bahasa litotes karena arti yang sebenarnya bukanlah menempuh pendidikan dengan belajar di bawah pohon pisang, melainkan sebagai julukan bagi setiap usaha menempuh pendidikan di luar jalur formal. Tokoh Emak dalam novel ini tidak mengembang pendidikan formal karena situasi ekonomi yang tidak memadai sehingga emak hanya memperdalam ilmu agama dari tempat pendidikan Al Quran. Gaya bahasa ini digunakan untuk menciptakan imajinasi pembaca yang lebih dramatisir mengenai kehidupan Emak yang tidak bersekolah formal dengan ungkapan sekolah di bawah pohon pisang. Penggunaan gaya bahasa ini tentu memberikan ungkapan yang menarik dan membuat pembaca menjadi tidak bosan menikmati jalan cerita dalam novel ini. Pada kalimat kedua merujuk pada tokoh Akib, seorang yang ia temui di sungai putih. Akib ialah seorang pencari kayu. Saat mereka saling berkenalan, Akib menceritakan tentang dirinya yang terdengar sangat mengharukan. Akib sudah lama yatim piatu dan saat ini menumpang di rumah pamannya yang serba kekurangan. Kalimat rumah yang serba kekurangan itu digambarkan oleh 49 Ibid., h Ibid., h. 200.

95 84 pengarang untuk menggambarkan pernyataan merendahkan diri. Meskipun tidak tergambar dengan jelas mengenai kekurangan yang ada pada rumah tersebut, tetapi maksud yang ingin disampaikan pengarang jelas untuk menyatakan bahwa kehidupan Akib cukup menderita. Kalimat dengan gaya bahasa litotes ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui lebih jelas segala hal yang digambarkan dengan bermaksud merendahkan diri. Jika majas hiperbola menginginkan pembaca berimajinasi dengan hal yang berlebihan, maka majas litotes ini mengajak pembaca terhanyut dengan kisah yang merendahkan diri seorang tokoh. Pembaca diajak untuk membayangkan kekurangan yang dialami tokoh Akib. Dengan penggunaan gaya bahasa ini pula, cerita menjadi lebih hidup dan penuh dengan ungkapan yang menyentuh perasaan pembaca. 5. Gaya Bahasa Sinekdoke Gaya bahasa selanjutnya dalam novel ini yaitu gaya bahasa sinekdoke. Terdapat 15 kalimat bermajas sinekdoke. No. Majas Sinekdoke Halaman 1. Dia ada di pelupuk mata Kakak kita 107 semua Soemarni namanya 2. Semua mata tertuju kepada emak. Dia sih kelihatannya kalem saja, seperti tak terjadi apa-apa Undang-undang Dasar negara ini 181 menegaskan jaminan hak-hak manusia terhadap pemerintahan ada di tangan manusia yang pada dasarnya jahat. 4. Di atas dipan kami temukan sepucuk surat 181 yang dialamatkan kepada bapak dan emak. 5. Maka itu dia malu sekali dan tak berani 193 bertatap muka dengan mereka untuk berpamitan. 6. Maka agar bisa cepat merdeka, begitu pendapat seorang ulama terkemuka di 138

96 85 Medan, Jepang perlu dibantu menumpas musuh-musuhnya itu, yang sebenarnya merupakan musuh bersama dari seluruh penduduk Asia Timur. 7. Dasar negara ini menegaskan jaminan hakhak manusia terhadap pemerintahannya 171 sendiri karena menganggap kekuasaan pemerintahan ada di tangan manusia yang pada dasarnya jahat. 8. Dik Leman pernah mengatakan hal ini 240 kepada saya. Dia pengagum berat dari Bapak Pergerakan Nasional tersebut yang juga dibuang ke Tanah Merah oleh Belanda. 9. Begitu Jepang bertekuk lutut dan Indonesia 210 menyatakan kemerdekaannya di bulan Agustus 1945, para pelukis yang ada di Bunka Ka berprakarsa membentuk suatu organisasi seniman yang dinamakan Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI). 10. Apa yang kau maksudkan dengan kata 211 berhasil itu?, emak kembali bertanya tanpa memandang kepadaku, sementara jarijarinya mencabuti gulma. 11. Emak memang ramah pada siapapun, lemah 212 lembut, adakalanya sungguh feminine dalam bertutur dan berdandan, tetapi kalau sudah menyinggung apa yang dianggapnya sebagai prinsip, dia tidak akan beranjak barang setapak. 12. Tatapan matanya diarahkan jauh ke depan. 270

97 Direguknya dahulu air di gelas sedangkan semua mata tertuju padanya. 14. Dalam perjalanan hidup kalian kelak, satu waktu akan ada uluran tangan yang datang begitu saja tanpa diduga sebelumnya. 15. Mataku menatap keluar melalui jendela kamar studi Penulis akan memaparkan dua contoh kalimat dengan majas sinekdoke. a. Dia ada di pelupuk mata Kakak kita semua Soemarni namanya. 51 b. Semua mata tertuju kepada emak. Dia sih kelihatannya kalem saja, seperti tak terjadi apa-apa. 52 Kalimat pertama dan kedua pada contoh bermajas sinekdoke di atas menggunakan kata yang sama yaitu mata. Majas sinekdoke dapat berarti menyebut nama sebagian menjadi pengganti nama keseluruhan. Konteks kalimat pertama yaitu ketika Daoed Joesoef diganggu oleh Kak Ani bahwa teman perempuan di bangku SD-nya akan pindah sekolah. Kak Ani mengganggu Daoed dengan mengatakan bahwa Kak Ani akan kehilangan calon adik ipar. Lalu, Daoed membalasnya dengan memuji bahwa di rumah mereka ada pula perempuan yang sangat cantik dan menjadi idaman banyak pemuda bahkan bisa dilihat dari pelupuk mata, yaitu Kak Soemarni. Ungkapan ada di pelupuk mata termasuk dalam majas sinekdoke karena hanya sebagian anggota tubuh saja yang dikatakan mampu merasakan kecantikan Kak Soemarni. Sedangkan, kecantikan Kak Marni tidak hanya terlihat dari pelupuk mata saja, melainkan kita dapat mengingat dalam pikiran dan hati. Namun, pengarang hanya menggunakan kata pelupuk mata untuk menegaskan kecantikan Kak Marni. Kalimat tersebut menggunakan majas pars pro toto karena menggunakan kata sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Penggunaan gaya bahasa itu tentu membuat suasana dalam cerita menjadi lebih 51 Ibid., h Ibid., h. 107.

98 87 hidup karena kosa kata yang unik dan mampu menghibur pembaca. Pada contoh kalimat kedua terdapat ungkapan semua mata tertuju kepada emak. Konteks kalimat ini menceritakan tentang keluarga Emak yang merasa kaget saat mengetahui emak ingin belajar naik keretaangin (sepeda). Kata mata hanya menyatakan sebagian karena yang dimaksud pengarang adalah semua orang yang berada saat itu melihat emak. Hal itu dimaksudkan agar isi cerita lebih menarik dalam menandakan rasa tidak percaya. Namun, bukan hanya mata yang tertuju kepada emak, melainkan keseluruhan tubuh yang dinyatakan berhadapan dengan emak. Kalimat itu mengandung majas pars pro toto karena kata mata menyatakan sebagian dari anggota tubuh yang secara keseluruhan mengarah kepada tokoh Emak. 6. Gaya Bahasa Metonimia Dalam novel ini terdapat satu kalimat yang mengandung majas metonimia. Majas metonimia merupakan majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal sebagai penggantinya. No. Majas Metonimia Halaman 1. Kalau bicara kekuatan, menurut Haji Moeis, tinggal memilih antara Fonger atau Gazelle yang buatan Belanda atau Raleigh bikinan Inggris. 111 Dalam novel ini terdapat satu kalimat yang mengandung majas metonimia. Majas metonimia merupakan majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal sebagai penggantinya. Kalau bicara kekuatan, menurut Haji Moeis, tinggal memilih antara Fonger atau Gazelle yang buatan Belanda atau Raleigh bikinan Inggris. 53 Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut membuat pertalian yang sangat dekat sehingga sebuah kata dapat digunakan untuk menyatakan hal 53 Ibid., h. 111.

99 88 yang lain. Kata Fonger dan Gazelle merupakan sebuah merk sepeda yang berasal dari Belanda, sedangkan Raleigh merk sepeda yang berasal dari Inggris. Jika dalam suatu pembicaraan telah diketahui konteksnya, maka penggunaan majas metonimia ini dapat diketahui maknanya. Emak ingin membeli keretaangin atau sepeda baru yang kuat. Lalu, Emak mendapatkan saran dari Haji Moeis mengenai merk sepeda yang memiliki kekuatan yang sama. Pembaca dapat segera mengetahui maksud Fonger, Gazelle, dan Raleigh yang terdapat dalam kalimat tersebut karena konteks kalimat sebelumnya. Namun, gaya bahasa ini tentu tidak bisa digunakan dalam berbagai kondisi. Pengarang harus menceritakan konteksnya terlebih dahulu agar pembaca memahami cerita dari awal sehingga pengarang dan pembaca memiliki pandangan yang sama mengenai pertautan dari kalimat bermajas metonimia tersebut. 7. Gaya Bahasa Mesodiplosis Terdapat sebelas kalimat yang bermajas mesodilopsis pada novel ini. No. Majas Mesodilopsis Halaman 1. Yang ada adalah Rakyat Indonesia karena RAKYAT pada asasnya tidak terbagi-bagi. RAKYAT adalah BANGSA kita sebagai suatu keseluruhan Saya sedang menjelajahi perkebunanperkebunan 127 yang ada di Sumatra Timur ini, ya kebun tembakau, ya kebun kelapa sawit, ya kebun karet. 3. Bagi semua suku yang ada, bagi kita semua, 141 Indonesia adalah sesuatu yang ISTIMEWA, suatu keistimewaan yang sama-sama kita bangun, milik kita bersama yang sama-sama kita junjung tinggi, our common denominator. 4. Emak kira sampai saat ini pun kasih sayang ibu itu tetap menyertai Mas Singgih. Kalau kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu seumur 146

100 89 hidup. 5. Kalau menurut saya, selaku muslim yang berjumlah besar, agar kita bisa menjadi mukmin yang pantas diteladani, jadikanlah diri sendiri orang yang pada pokoknya tidak mencuri, tidak bedusta, tidak munafik, tidak memukul orang yang lemh dan sakit, tidak mempermalukan orang yang tidak punya apaapa, tidak menyia-nyiakan orang tua kita, tidak bertindak secara tidak adil, tidak berkhianat dan lebih-lebih, mencintai Tanah Air. 6. Maka alih-alih saling berebut menonjolnonjolkan simbol agama masing-masing, saling menyombongkan kelebihan agama masing-masing, saling memamerkan bentukbentuk keimanan masing-masing, para penganut agama lebih baik membuat agamanya seperti garam saja, menyatu dan lebur dalam makanan, dapat dirasakan kebaikan manfaatnya serta ketepatan pemerataannya, tanpa kelihatan sedikitpun kehadirannya. 7. Perlu dijelaskan pada mereka bahwa di samping keindahan yang berlainan dari setiap unsur yang berbeda dari keanekaragaman, harus disadari adanya keseluruhan keindahan, suatu keindahan tersendiri, sebutkanlah sebagai keindahankeanekaragaman. Keindahan tersendiri ini dimungkinkan oleh

101 90 kemerdekaan bangsa untuk kita bina demi ketentraman dan kesejahteraan hidup bersama 8. Ya, Daoed tanpa dikait-kaitkan dengan kesempurnaan itu kita memang harus mencari ditakdirkan untuk mencari. 9. Ilmu pengetahuan adalah suatu pencarian abadi, mencari suatu kesatuan di balik keanekaragaman yang kasatmata, mencari tatanan (order) di balik kekacauan (disorder) yang kasatmata, mencari keteraturan di balik ketidakteraturan yang kasatmata. 10. Yang aku tahu ketika itu adalah bahwa membuat garis-garis yang digoreskan dengan lidi ini ternyata memberikan kepadaku suatu kepuasan tersendiri, tidak sama dengan kepuasan dalam memanjat pohon atau kepuasan ketika menangkap kupu-kupu dan capung atau kepuasan di saat berhasil menangkap laying-layang lepas, tetapi toh suatu kepuasan. 11. Ia membeberkan kerakusan, pemerasan, dan kesewang-wenangan penguasa dan pedagang Belanda dengan dibantu oleh pembesarpembesar pribumi yang gila pangkat dan gila harta Berikut paparan dari dua contoh kalimat dengan majas mesodilopsis. Ilmu pengetahuan adalah suatu pencarian abadi, mencari suatu kesatuan di balik keanekaragaman yang kasatmata, mencari tatanan (order) di balik kekacauan (disorder) yang kasatmata, mencari keteraturan di balik ketidakteraturan yang kasatmata Ibid., h. 214.

102 91 Emak kira sampai saat ini pun kasih sayang ibu itu tetap menyertai Mas Singgih. Kalau kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu seumur hidup. 55 Mesodilopsis merupakan jenis gaya bahasa perulangan yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan. Penggunaan majas mesodiplosis bermakna sebagai penekanan terhadap hal yang ingin disampaikan dalam wujud perulangan kata. Pada kalimat pertama, kata yang diulang ialah kata mencari. Daoed selalu ingat dan tidak pernah melupakan Emak yang menyadarkan dirinya bahwa seseorang harus terdorong mencari suatu keilmuan. Kalimat itu memiliki makna bahwa ilmu dapat digunakan untuk mencari kesatuan dalam keanekaragaman, tatanan dalam kekacauan, dan keteraturan di balik ketidakteraturan. Apabila pengarang tidak menggunakan kata mencari di setiap barisnya, maka tujuan dari ucapan tersebut terasa kurang tersampaikan. Pengarang ingin menjelaskan bahwa kata-kata yang diucapkan emak sangat terkenang dalam pengembaraannya mencari pengetahuan. Bahkan, ucapan emak itu dikatakan sering ia dengarkan di mimbar perkuliahan dan dibaca di buku-buku ilmiah. Penggunaan majas ini memiliki maksud agar pembaca juga teringat pada ucapan dari tokoh Emak. Ucapan yang bermakna sangat baik untuk diingat sebagai sebuah motivasi mencari ilmu pengetahuan. Pada kalimat kedua, terdapat perulangan kata kasih. Konteks kalimat itu ketika emak ingi menyampaikan kepada Mas Singgih bahwa dalam hal memasak, seorang ibu pasti menyertai rasa kasih sayang saat memasaknya sehingga hasil masakanpun akan terasa nikmat. Emak mengulangi kata kasih dengan menyatakan bahwa kasih sayang ibu akan selalu menyertai perjalanan seorang anak karena kasih ibu seumur hidup, berbeda dengan seorang anak yang kasih sayangnya hanya sepanjang perjalanan. Emak ingin menyadarkan bahwa kasih sayang seorang ibu begitu besar jika dibandingkan kasih sayang seorang anak kepada ibunya. Makna perulangan kata ini tentu membuat pembaca lebih mengingat ucapan dari tokoh Emak yang sangat bermakna ini. 55 Ibid., h. 146.

103 92 8. Gaya Bahasa Sarkasme Gaya bahasa selanjutnya yaitu sarkasme yang ditemukan sebanyak empat kalimat. No. Majas Sarkasme Halaman 1. Sesudah perang besar ini usai dan Kerajaan Belanda ternyata bisa selamat, ia lupa akan janjinya. Kita sudah ditipu mentah-mentah Mak. 2. Sungguh tak tahu diri, melupakan begitu saja semangat toleransi nenek moyang. 3. Ah, inilah yang mengherankan saya Mas Singgih. Mereka terpelajar dalam apa? Kalau keterpelajaran mereka itu dalam pengetahuan kenegaraan, mereka kan seharusnya sadar bahwa di negeri kita ini terdapat berbagai macam agama di samping aneka ragam suku, asal-usul dan budaya. 4. Mula-mula kami ragu-ragu melakukannya karena pada dasarnya kami sudah membenci Jepang yang tindak-tanduknya serba kasar dan terus terang agak biadab Berikut pemaparan mengenai dua contoh kalimat bermajas sarkasme yang terdapat dalam novel. a. Sungguh tak tahu diri, melupakan begitu saja semangat toleransi nenek moyang. 56 b. Mula-mula kami ragu-ragu melakukannya karena pada dasarnya kami sudah membenci Jepang yang tindak-tanduknya serba kasar dan terus terang agak biadab Ibid., h Ibid., h. 237.

104 93 Gaya bahasa sarkasme bermaksud untuk menyindir. Tujuan gaya bahasa ini ialah untuk menyadarkan diri sendiri maupun orang lain. Kalimat pertama merujuk kepada ucapan dari tokoh Bapak yang tidak setuju pembentukan Negara Islam di Indonesia. Bapak berpendapat bahwa sebelum Islam masuk ke negeri ini, sudah ada agama Hindu dan Buddhan yang menjadi kepercayaan. Namun, kepercayaan itu tidak memerangi agama-agama lain yang datang seperti Islam dan Kristen. Saat agama Islam menjadi agama yang besar di negeri ini, sebaiknya penguasa tidak boleh melupakan semangat toleransi dari nenek moyang. Penguasa cenderung ingin menjadikan agama Islam menjadi agama resmi dalam negeri ini. Tokoh Bapak yang tidak sepemahaman mengeluarkan ucapan dengan bermajas sarkasme yang menyindir penguasa di masa itu tidak tahu diri. Kalimat kedua yang mengandung majas sarkasme bermaksud menyindir pemerintahan Jepang yang membuka kantor propaganda dnegan kedok kebudayaan dan membutuhkan pelukis. Tokoh Daoed awalnya tidak percaya untuk melamar kerja di tempat itu karena ia merasa sangat membenci Jepang. Daoed mengatakan bahwa pemerintahan Jepang di masa itu sangatlah kasar terhadap penduduk di Indonesia dan dikatakan agak biadab. Ucapan ini disampaikan oleh tokoh Daoed untuk mengutarakan sindiran dan rasa kesalnya terhadap pemerintahan saat itu. 9. Gaya Bahasa Elipsis No. Majas Elipsis Halaman 1. Seingatku Bang Akib sudah hampir enam 210 bulan di Malaya Gaya bahasa selanjutnya yaitu elipsis. Gaya bahasa ini berisi penanggalan atau penghilangan kata yang seharusnya memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa. a. Seingatku Bang Akib sudah hampir enam bulan di Malaya. 58 ` 58 Ibid., h. 210.

105 94 Contoh kalimat tersebut tidak terpenuhi bentuk kalimatnya. Pada kalimat tersebut terdapat penghilangan predikat tinggal. Kalimat akan menjadi utuh jika kalimat itu menjadi seingatku Bang Akib sudah hampir enam bulan tinggal di Malaya. Namun, pengarang menghilangkan predikat sebelum keterangan tempat di Malaya. 10. Gaya Bahasa Polisindeton No. Majas Polisindeton Halaman 1. Dan padahal tidak sedikit dari ilmu-ilmu yang mereka jauhi itu pada awalnya adalah hasil terjemahan, binaan dan pikiran kaum muslim. 172 Majas Asindeton Halaman 1. Ya, misi pendidikan sekuler ini adalah 178 membuat nalar, verstand, reason, itu menyebar, merata, merakyat, begitu rupa hingga tidak satu pun kekuasaan (authorized), keyakinan (geloof), betapapun populernya, bisa luput dari pengujian yang bebas, dari een vrije onderzoek oleh manusia 2. Kalaupun bakat ini memang ada, yang emak ketahui adalah bahwa di samping bakat tersebut, agar berhasil, masih ada kata 245 Dalam novel ini juga termasuk majas polisindeton dan asindeton. Majas asindeton merupakan gaya bahasa yang berupa acuan padat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Sedangkan, majas polisindeton adalah kebalikan dari majas asindeton, yaitu gaya bahasa yang menghubungkan beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dengan kata sambung. Kalaupun bakat ini memang ada, yang emak ketahui adalah bahwa di samping bakat tersebut, agar berhasil, masih ada kata-kata lainnya yang perlu disadari, bahkan dihayati, yaitu disiplin, rajin, kemauan, percaya diri, kritis, dan di atas semua itu, ketekunan Ibid., h. 245.

106 95 Dan padahal tidak sedikit dari ilmu-ilmu yang mereka jauhi itu pada awalnya adalah hasil terjemahan, binaan dan pikiran kaum muslim. 60 Kalimat di atas mengandung majas asindeton karena untuk menghubungkan kata disiplin, rajin, kemauan, percaya diri, kritis, dan ketekunan tidak disertai kata hubung. Kata-kata tersebut merupakan kata yang sederajat karena menduduki pola predikat yang berupa kata sifat. Sedangkan, pada kalimat kedua mengandung gaya bahasa polisindeton. Kalimat tersebut menggunakan kata hubung dan dalam menyatukan kata hasil terjemahan, binaan, dan pikiran. 11. Gaya Bahasa Oksimoron Novel ini juga memiliki tiga kalimat yang mengandung gaya bahasa oksimoron. No. Majas Oksimoron Halaman 1. Untuk bisa mengetahui bagaimana semua itu 212 bisa tumbuh subur seperti yang kita inginkan, emak kadang-kadang berusaha mengetahui bukan hanya hal-hal apa yang membuatnya tumbuh subur, tetapi juga halhal apa yang menghalanginya tumbuh subur. 2. Tetapi kemampuannya menggambarkan halhal yang abstrak begitu rupa hingga mengesankan seperti riil. 3. Di setiap pameran itu dia berusaha menerangkan kepadaku kekuatan dan kelemahan serta kelebihan dan kekurangan dari setiap lukisan yang ada, dipandang dari sudut sapuan kuas, campuran dan kombinasi warna Ibid., h. 172.

107 96 Gaya bahasa ini mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama. Dalam majas ini, terdapat dua kata yang memiliki makna yang berlawanan. a. Untuk bisa mengetahui bagaimana semua itu bisa tumbuh subur seperti yang kita inginkan, emak kadang-kadang berusaha mengetahui bukan hanya hal-hal apa yang membuatnya tumbuh subur, tetapi juga hal-hal apa yang menghalanginya tumbuh subur. 61 b. Di setiap pameran itu dia berusaha menerangkan kepadaku kekuatan dan kelemahan serta kelebihan dan kekurangan dari setiap lukisan yang ada, dipandang dari sudut sapuan kuas, campuran dan kombinasi warna. 62 Pada kalimat pertama, terdapat kata membuatnya dan kata menghalanginya. Kata tersebut memiliki makna yang berlawanan yang menyesuaikan dengan konteks kalimat. Emak belajar untuk mengetahui hal-hal yang dapat membuat tanaman di halaman rumahnya tumbuh subur dan yang dapat menghalanginya. Emak mengatakan demikian untuk menyadarkan Daoed bahwa dalam hidup kita harus terus mencari, karena dengan mencari kita akan menemukan. Adakalanya dalam mencari juga harus berpikir terbalik. Berdasarkan pemahaman itu, ucapan Emak tersebut mengandung majas oksimoron yang bertujuan agar pembaca memahami makna dan pesan yang disampaikan tokoh. Sedangkan, pada kalimat kedua terdapat kata kekuatan dan kelemahan, serta kata kelebihan dan kekurangan. Kata-kata tersebut memiliki makna yang berlawanan satu sama lain yang terdapat dalam satu kalimat. 12. Gaya Bahasa Perifrasis No. Majas Perifrasis Halaman 1. Satu-satunya duka yang disebabkannya 288 adalah ketika dia harus pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya. 2. Maka, berita kepergian emak ke alam baka, 289 memenuhi panggilan Allah SWT yang 61 Ibid., h Ibid., h. 235.

108 97 selama ini disembahnya lima kali sehari dalam sembahyang lima waktu, sungguh mengejutkan aku. Majas selanjutnya yaitu majas perifrasis. Majas perifrasis mirip dengan majas pleonasme, karena kedua majas tersebut menggunakan kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Berikut pemaparan mengenai dua contoh kalimat bermajas perifrasis. a. Satu-satunya duka yang disebabkannya adalah ketika dia harus pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya. 63 b. Maka, berita kepergian emak ke alam baka, memenuhi panggilan Allah SWT yang selama ini disembahnya lima kali sehari dalam sembahyang lima waktu, sungguh mengejutkan aku. 64 Kalimat pertama mengandung majas perifrasis karena menggunakan istilah pergi meninggalkan untuk selama-lamanya. Istilah tersebut pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja yaitu kata meninggal dunia. Namun, pengarang ingin menciptakan suasana yang menggambarkan kesedihan dengan penggunaan kata bermajas perifrasis ini. Pengarang tidak menggunakan kata meninggal karena kata tersebut sudah diketahui maknanya. Sedangkan, istilah pergi meninggalkan untuk selama-lamanya dirasa lebih kuat untuk menyatakan kesedihan tokoh Aku yang ditinggalkan oleh Emak. Pengarang menegaskan bahwa Emak yang sangat ia sayangi telah meninggalkan dia dalam waktu yang tidak hanya sementara, melainkan selama-lamanya. Pada kalimat kedua, pengarang juga tidak menegaskan kata meninggal dunia. Pengarang justru menggunakan istilah pergi ke alam baka memenuhi panggilan Allah SWT yang selama ini disembahnya lima kali sehari dalam sembahyang lima waktu. Istilah itu dianggap menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan, yaitu kata meninggal. Namun, penggunaan gaya bahasa ini menimbulkan suasana yang lebih terasa menyedihkan bagi pembaca karena pengarang menyadarkan ketiadaan tokoh Emak yang sudah 63 Ibid., h Ibid., h. 289.

109 98 meninggal dengan istilah pergi memenuhi panggilan Allah SWT. Secara tidak langsung, pengarang ingin menyatakan lebih dalam mengenai arti meninggal dunia yang tentu akan dialami oleh setiap makhluk hidup dengan gaya bahasa perifrasis. 13. Gaya Bahasa Anafora No. Majas Anafora Halaman 1. Alangkah bahagianya mempunyai emak. Dia yang membesarkan aku dengan cinta keibuan yang lembut. Dia yang selau memberikan aku pedoman di dalam perjalanan hidup. Dia yang di setiap langkah, tahap dan jenjang, membisikkan padaku harapan. Dia yang terus menerus memberikan dukungan moral dalam usahaku mengolah budaya kreatif, baik yang terpaut pada ilmu pengetahuan maupun yang menyangkut dengan seni. Dia yang tidak pernah mengecewakan apalagi menyakiti hatiku 288 Gaya bahasa selanjutnya yaitu anafora. Berikut pemaparan mengenai contoh kalimat yang mengandung majas anafora. Alangkah bahagianya mempunyai emak. Dia yang membesarkan aku dengan cinta keibuan yang lembut. Dia yang selau memberikan aku pedoman di dalam perjalanan hidup. Dia yang di setiap langkah, tahap dan jenjang, membisikkan padaku harapan. Dia yang terus menerus memberikan dukungan moral dalam usahaku mengolah budaya kreatif, baik yang terpaut pada ilmu pengetahuan maupun yang menyangkut dengan seni. Dia yang tidak pernah mengecewakan apalagi menyakiti hatiku. 65 Gaya bahasa anafora merupakan gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. Pada contoh kalimat di atas, terdapat perulangan kata dia di setiap kalimat. Kata dia yang digunakan pengarang merujuk kepada tokoh Emak. Pengarang mengulang kata dia dalam lima kalimat untuk mengulang hal-hal yang disampaikan merujuk kepada satu tokoh. Pengarang sangat mengagumi ibunya dan begitu besar rasa bangga terhadap ibunya sehingga dalam kalimat tersebut disampaikan berulang 65 Ibid., h. 288.

110 99 kali pujian untuk ibunya. Penggunaan gaya bahasa anafora ini menciptakan suasana yang lebih haru saat membayangkan setiap kelebihan-kelebihan dan perjuangan yang dimiliki oleh Emak. Pengarang ingin menegaskan kepada pembaca secara berulang kali bahwa tokoh Emak merupakan tokoh yang sangat berpengaruh besar dalam keberhasilan dirinya dan menjadi inspirasi sepanjang perjalanan di hidupnya. 14. Gaya Bahasa Simile No. Majas Simile Halaman 1. Bapak melompat, menurut Uak Haji, 4 sebagai kilat dari kereta dan langsung menggerakan kedua tangannya bagai menepis serangan 2. Ada yang badannya sampai membentur 4 batang pohon dan memantul ke tanah bagai bola 3. Berjalan terhuyung-huyung sambil meraba 4 laksana orang buta. 4. Emak termenung sejenak bagai hendak mengingat sesuatu. 5. Kalau hendak pergi dengan bapak menghadiri perhelatan perkawinan 6. Kalau bapak berbadan atletis bak ayunan langkahnya terkesan ringan 7. Melalui sikap masing-masing sehari-hari emak dan bapak kelihatannya sangat berusaha saling melengkapi 8. Aku berkakak tiga orang, tertua bernama 9 Nani. Seingatku wajah dan penampilannya mirip sekali dengan emak, kata orang, bagai pinang dibelah dua 9. Wahai kakak disayang, buat apa bermuram 105 durja, buat apa gundah gulana, sahutku, kita lah punya bidadari, nan bijak lagi bestari, wajahnya bagai bulan purnama, menjadi idaman banyak pemuda, lemah lembut tutur katanya 10. Jadi kalau Islam mau dibuat maslahat bagi

111 100 manusia, janganlah ia disendirikan bagai garam dalam botol Arab yang pantang disentuh, tetapi dibiarkan lebur menyatu dengan semua bahan yang membuat makanan sempurna lezat 11. Biarkan perempuan-perempuan sini menggunjing di belakang saya. Heran, kok mereka begitu benci pada kemajuan. Picik bagai katak di bawah tempurung. 12. Republik dan Demokrasi, sebuah pasangan politik, bagai lepat dengan daun, dapat dibedakan namun berupa satu kesatuan 13. Watak penjajah memang sudah begitu, nyeletuk bapak. Kita selalu mau bersikap satria dalam memeranginya, tetapi kita selalu ditipunya. Benar kata pepatah: seperti Belanda minta tanah 14. Di kesunyian malam seperti ini suara orongorong dan bunyi jangkrik terdengar nyaring bertingkah-tingkah, bagai rebana ngiringi kasidah, bak gayung bersambut kata berjawab 15. Ai ai sedih nian hatiku, Mak ditinggal calon adik ipar nan cantik jelita, yang berlesung pipi bila tersenyum, yang matanya membintang timur, di bawah alis seperti seraut jatuh, hidungnya bak dasun tunggal, yang bertahi lalat di dagu bagai lebah bernaung, yang berambut ikal laksana mayang mengurai aduuh, mak sedih sedih nian 16. Karena ilmu itu, menurut hemat saya, bagai bibit yang selalu terkait dengan lahan yang subur 17. Emak menghentikan ucapannya sambil menundukkan kepala bagai pucuk padi yang merunduk dek berisi. 18. Tapi emak rasa tanpa teman yang akrab, orang menjadi bagai buku yang tak seorang pun ingin menyentuhnya. 19. Kesanku dia sangat lapar bagai orang yang beberapa hari belum bertemu nasi. 20. Karena gambar pengemis ini kubuat untuk kedua kalinya, dengan model dan posisi yang sama, tanganku sudah seperti bergerak sendiri, bagai menari ke kanan, ke kiri, ke

112 101 atas dan ke bawah, menjelajahi seluruh permukaan karton, selama hampir dua jam 21. Mereka ini dibawa penguasa dari Jawa dan 238 setelah mereka tak berdaya lagi untuk diperas tenanganya di berbagai proyek kemiliteran, mereka dilepas begitu saja ke jalan mencari makanannya sendiri, mengaisngais tempat sampah bagai anjing. Tak ada seorang pun dari mereka yang tidak berkudis. 22. Akan saya dalami ilmu pengetahuan apa saja 243 yang sanggup dicernakan oleh otak saya. Sebagai langkah awal saya mulai dengan mempelajari ilmu ekonomi, the economics. Dari sini nanti akan menyebar bagai percikan minyak 23. Synaesthete bernama Carol Crane mengaku 254 meresapi suara musik bagai sentuhan di kulitnya. Dia merasakan berbagai bunyi alat musik seperti menyentuh berbagai bagian dari tubuhnya; misalnya biola membelai mukanya, gitar selalu mengelus mata kakinya, terasa bagai sapuan yang lemah lembut 24. Ucapan-ucapan emak mengenai hal-hal 213 ihwal pencarian ini bagai membayangi langkahku ketika tiba saatnya aku juga menjadi perantau. 25. Buah pikiran mereka tegak berjajar 213 bagaimilestone di jalur yang kelihatannya tak berujung ini. 26. Demikian pula kupu-kupu dengan sayapnya 214 yang berwarna-warni ini, bagai kain yang dicap keindahannya. 27. Buku yang kulitnya dihiasi oleh gambar 218 buatanku ini dipegangnya lama sekali, ditimang-timangnya bagai menimang seorang cucu. 28. Setelah beberapa saat duduk termangu bagai 289 orang kehilangan akal aku bangkit mengambil Surat Yaasiin dari saku baju yang kugantung di rak pakaian. 29. Mereka sangat memanjakan aku, bahkan 9 cenderung menjadikan aku sebagai boneka hidup 30. Di luar hujan semakin deras, angin kian 9

113 102 menderu, guruh dan petir sambar menyambar, alam bagai mengamuk. Dalam novel Emak karya Daoed Joesoef ini terdapat bermacam-macam gaya bahasa. Namun, gaya bahasa yang paling sering muncul ialah gaya bahasa simile. Gaya bahasa simile bermaksud membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama. Perbandingan itu menggunakan kata hubung seperti, bagai, ibarat, bak, laksana, atau umpama. Terdapat 30 kalimat yang mengandung gaya bahasa simile, namun hanya ada dua contoh kalimat yang akan dijelaskan. Berjalan terhuyung-huyung sambil meraba laksana orang buta. 66 Aku berkakak tiga orang, tertua bernama Nani. Seingatku wajah dan penampilannya mirip sekali dengan emak, kata orang, bagai pinang dibelah dua. 67 Kalimat pertama menggunakan gaya bahasa simile karena membandingkan antara kata berjalan terhuyung-huyung dengan kata orang buta. Kedua hal tersebut tidaklah sama namun pengarang bermaksud menganggap bahwa orang yang berjalan terhuyung-huyung itu seperti tidak mampu melihat arah jalan yang jelas. Orang yang dimaksud ialah orang-orang yang bersenjatakan parang terhunus yang menghadang kereta lembu Bapak. Bapak segera menggerakan tangannya untuk menepis serangan. Keterampilan Bapak dalam ilmu silat berhasil membuat lawannya tidak mampu berkutik. Bahkan, orang yang bisa bangkit tidak kuat lagi menopang badannya sehingga dikatakan seperti orang buta yang sedang berjalan. Kalimat kedua membandingkan antara tokoh Ani dengan Emak yang dikatakan mirip bagai pinang dibelah dua. Perumpamaan ini sering dikatakan untuk menyebut kemiripan seseorang. Ungkapan tersebut bertujuan agar pembaca membayangkan kemiripan yang dimiliki antara Kak Nani, kakak tertua Daoed Joesoef, dengan tokoh Emak. Penampilannya dikatakan sangat mirip sehingga saat mereka berada berdekatan, mereka sering dianggap kakak beradik. 66 Ibid. h Ibid., h. 11.

114 103 Dalam novel ini, penggunaan gaya bahasa simile lebih banyak dibandingkan dengan gaya bahasa lainnya, karena temuan gaya bahasa simile pada novel Emak ini banyak digunakan oleh tokoh Emak. Pengaruh ini membuat Daoed Joesoef seringkali membandingkan satu hal dengan hal lainnya dengan kata perbandingan bagaikan, seperti, ibarat, laksana, dan bak. Penggunaan gaya bahasa ini juga sangatlah menarik dan diharapkan agar pembaca mampu membayangkan persamaan yang ada dalam sudut pandang pengarang. Hal tersebut juga menimbulkan kalimat penuturan yang penuh dengan istilah atau peribahasa. Peribahasa itu tentu dapat memperkaya bahasa Indonesia. Tentu saja jika pengarang tidak menggunakan ungkapan perbandingan maka pesan yang disampaikan tidak akan terkesan indah. Ucapan yang diberi perbandingan cenderung lebih mudah diingat dan tentu lebih terkesan menghibur. Novel ini memiliki alur cerita dan dialog antar tokoh yang cukup panjang. Apabila tidak terdapat gaya bahasa yang mampu menyegarkan pembaca, tentu akan terasa bosan. Selain pengaruh dari cara bertutur emak, gaya bahasa simile ini juga digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat dikenang oleh pembaca. Novel ini berisi kisah hidup yang dialami pengarang, Daoed Joesoef, dari beliau masih berusia dini hingga berhasil mencapai kesuksesan. Berbagai cerita yang disampaikan memiliki makna dan pesan yang sangat baik dan sangat berhubungan dengan realitas sosial yang dialami pada masa ini. Oleh karena itu, penggunaan gaya bahasa simile yang dominan dalam novel ini memberikan penguatan kepada pembaca untuk mengingat setiap hal yang dibandingkan pengarang dengan hal lain. Pembaca dapat lebih mudah mengingat setiap ucapan yang diumpamakan dengan hal lain. Perbandingan dua hal tersebut merupakan gaya bahasa yang menarik dan mampu menghidupkan imaji pembaca sehingga membuat alur cerita menjadi lebih sempurna. C. Implikasi Gaya Bahasa dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah Pendidikan merupakan hal yang perlu diutamakan dalam segi kehidupan. Pendidikan mampu menciptakan generasi muda yang maju dan berhasil. Semua pihak telah menyadari bahwa manfaat pendidikan ialah untuk

115 104 pengembangan diri. Namun, fungsi utama dari pendidikan ialah untuk memanusiakan manusia. Proses pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia berilmu, memiliki kecakapan moral, dan berpengetahuan luas untuk menjadi makhluk individu maupun makhluk sosial. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut, terdapat kurikulum yang dimiliki oleh setiap sekolah. Kurikulum berisi mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa oleh guru yang sesuai dengan bidangnya. Pelajaran tersebut berfungsi agar siswa mampu memahami materi tertentu. Dalam kurikulum pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sastra menjadi satu kesatuan ilmu yang tidak dapat dipisahkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan karya sastra merupakan suatu usaha menghadirkan pelajaran nyata saat kegiatan pembelajaran di kelas. Novel sebagai salah satu karya sastra sangat diminati oleh siswa karena selain bersifat menghibur, novel juga berisi amanat yang positif. Kehadiran novel diharapkan mampu meningkatkan keterampilan membaca, menulis, dan memahami hikmah atas kehidupan yang diceritakan dalam novel. Novel yang berisi memoar atau autobiografi pengarangnya juga memiliki amanat yang terlihat lebih nyata karena cerita yang disajikan tidaklah bersifat fiktif secara keseluruhan, melainkan ada cerita sebab-akibat yang dialami langsung oleh pengarang. Pembelajaran mengenai novel ini juga tercantum dalam materi SMA kelas XI dengan standar kompetensi yang mengacu pada kemampuan membaca. Standar kompetensi yang dimaksud yaitu: 1. Membaca dan menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia, 2. Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel terjemahan. Pada standar kompetensi tersebut, siswa dibimbing untuk mengetahui dan menganalisis unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Setelah mengerti mengenai unsur-unsur tersebut, siswa akan melakukan analisis agar mampu menjawab tujuan pembelajaran sastra. Dalam pembelajaran tersebut, maka dapat dikatakan pengadaan novel sangat dibutuhkan sebagai bahan ajar. Salah satu novel dan fokus kajian yang diangkat peneliti saat ini yaitu

116 105 mengenai gaya bahasa dalam novel Emak karya Daoed Joesoef dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah. Setelah adanya penelitian ini, dapat diketahui bahwa pembelajaran gaya bahasa mampu dikemas dengan cara yang menarik. Siswa dapat belajar mengenai gaya bahasa sekaligus unsur-unsur yang terdapat dalam novel. Gaya bahasa melalui pembelajaran sastra, khususnya novel, merupakan proses penerimaan informasi secara afektif. Gaya bahasa merupakan salah satu materi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang akan dipelajari siswa di sekolah. Biasanya pengajaran mengenai gaya bahasa ini sebatas pengertian dan contoh kalimat saja. Namun, gaya bahasa juga mampu diterapkan dalam berbagai karya sastra. Gaya bahasa yang menarik dalam sebuah karya sastra tentu akan menimbulkan keindahan bahasa bagi pembaca. Pembaca lebih tertarik karena gaya bahasa yang beragam yang digunakan oleh pengarang dalam novelnya. Penggunaan gaya bahasa ini juga lebih mampu menyampaikan hal yang lebih berkesan dan mudah diingat. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan karya sastra dapat lebih menyenangkan. Siswa secara tidak langsung terlibat dalam cerita yang dihadirkan oleh pengarang. Siswa bisa mendapatkan pembelajaran gaya bahasa yang mudah diserap oleh siswa dengan menggunakan karya sastra. Banyaknya penggunaan gaya bahasa dalam novel ini menunjukkan bahwa novel Emak karya Daoed Joesoef ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi tambahan dalam materi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa maupun gaya bahasa sebagai salah satu unsur instrinsik pembangun novel.

117 107 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap novel Emak karya Daoed Joesoef, maka penulis mampu menyimpulkan hal sebagai berikut. 1. Total pemunculan gaya bahasa dalam novel Emak ada 119 gaya bahasa. Gaya bahasa simile 30 kalimat; metafora 17 kalimat; sinekdoke 15 kalimat; personifikasi 14 kalimat; mesodilopsis 11 kalimat; hiperbola 10 kalimat; litotes 7 kalimat; sarkasme 4 kalimat; oksimoron 3 kalimat; asindeton 2 kalimat; perifrasis 2 kalimat; metonimia 1 kalimat; anafora 1 kalimat; elipsis 1 kalimat; dan polisindeton 1 kalimat. Gaya bahasa yang paling banyak muncul ialah gaya bahasa simile. Gaya bahasa simile bermaksud membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama. Perbandingan itu menggunakan kata hubung seperti, bagai, ibarat, bak, laksana, atau umpama. Gaya bahasa simile ini sangatlah menarik karena pembaca diharapkan mampu membayangkan persamaan yang ada dalam sudut pandang pengarang. Ucapan yang diberi perbandingan cenderung lebih mudah diingat dan tentu lebih terkesan menghibur. 2. Gaya bahasa dalam novel ini menunjukkan bahwa novel Emak karya Daoed Joesoef ini dapat diimplikasikan pada pembelajaran yang tercantum dalam materi SMA kelas XII dengan standar kompetensi yang mengacu pada kemampuan membaca. Dalam pembelajaran ini, kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik ialah mampu menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam novel. Setelah adanya penelitian ini, maka novel Emak dapat digunakan sebagai salah satu referensi tambahan dalam materi pembelajaran gaya bahasa dalam sastra maupun gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa. 106

118 107 B. Saran Berdasarkan penelitian ini, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Novel Emak karya Daoed Joesoef merupakan novel memoar yang berisi sebuah autobiografi kehidupan pengarangnya. Novel yang bersumber dari kisah nyata tentu memiliki amanat yang riil sehingga pembaca dapat mengetahui sebab akibat yang terjadi dalam kehidupan dan keberhasilan seseorang. Novel ini juga memiliki banyak gaya bahasa sehingga dapat menjembatani gagasan pengarang kepada pembaca, khususnya siswa. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan novel ini sebagai referensi tambahan dalam pembelajaran karena memiliki amanat yang sangat baik dan cerita yang disuguhkan mengenai kasih sayang terhadap orang tua. 2. Pembelajaran mengenai gaya bahasa yang tercantum dalam materi bahasa maupun dalam sastra sebagai salah satu unsur instrinsik novel dapat lebih menarik perhatian siswa jika menggunakan karya sastra dalam pembelajaran.

119 DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. Pengantar Apresiasi Sastra. Jakarta: PT Grasindo Anonim. Profil Daoed Joesoef. &presiden_id=&presiden=.com. Diunduh pada tanggal 04 November 2016 pukul WIB. Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo Asih, Ratnaning. Dalai Lama Beri Penghargaan untuk Daoed Joesoef. Diakses dari: pada tanggal 18 Desember 2016 pukul WIB. Bahtiar, Ahmad dan Aswinarko. Metode Penelitian Sastra. Tangerang: PT Pustaka Mandiri Esten, Mursal. Kesusasteraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: CV Angkasa Fanannie. Telaah Sastra. Surakarta: Anggota IKAPI Jateng, Humairoh, Siti. Gaya Bahasa dalam Novel 5 CM Karya Donny Dhirgantoro dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Tidak dipublikasikan. Ismawati, Esti. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak Joesoef, Daoed. Emak. Jakarta: Kompas Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Nusa Indah dan Yayasan Kanisius Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

120 109 Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Purba, Antilan. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Ratna, Nyoman Kutha. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Selviawati, Evi. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Laluba Karya Nukila Amal yang Mengacu pada Karya Grafis M. C. Escher: Analisis Stilistika. Skripsi pada Universitas Indonesia. Depok: Tidak dipublikasikan. Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo Sunarijati, Ari. Perempuan Yang Menuntun: Sebuah Perjalanan Inspirasi dan Kreasi. Bandung: Ashoka Indonesia Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Waluyo, Herman J. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusasteraan. Terj. dari Theory of Literature oleh Melani Budianta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Widjaya, Ismoko dan Suryanta Bakti Susila. Daoed Joesoef Cerahkan Konteks Kebangsaan. Diakses dari: tanggal 18 Desember 2016 pukul 15:06 WIB. Zoest, Aart van. Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik. Terj. dari Waar gebeurd en toch gelogen oleh Manoekmi Sardjoe. Jakarta: Intermasa

121 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Aspek : SMA : Bahasa Indonesia : XII/I : Unsur-unsur Intrinsik dalam Penggalan Novel : Mendengarkan Standar Kompetensi : Memahami pembacaan novel Kompetensi Dasar Karakter Alokasi Waktu : Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel : Menyenangkan, kreatif, peka, dan teliti : 4 x 40 Menit A. Tujuan Pembelajaran ` Setelah melakukan pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu: 1. Menceritakan kembali penggalan novel yang dibacakan] 2. Menentukan unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel yang dibacakan dengan tepat dan teliti. 3. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel yang dibacakan dengan cermat. B. Indikator Pembelajaran 1. Siswa mampu menceritakan kembali penggalan novel yang dibacakan

122 2. Siswa mampu menentukan unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel yang dibacakan dengan tepat dan teliti. 3. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel yang dibacakan dengan cermat. C. Materi Pembelajaran 1. Contoh-contoh penggalan novel; terlampir. 2. Unsur-unsur intrinsik novel yaitu unsur yang membangun karya sastra dari dalam, diantaranya, tema, penokohan, alur, sudut pandang, gaya bahasa, latar atau seting, dan amanat. a. Tema cerita. Tema adalah pokok permasalahan yang ada dalam sebuah b. Penokohan Penokohan adalah pemberian watak atau karakter pada masing-masing pelaku dalam sebuah cerita. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. c. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.

123 d. Sudut pandang 1) Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri. 2) Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. 3) Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh. e. Gaya bahasa Gaya bahasa adalah alat utama pengarang untuk melukiskan, menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. f. Latar atau setting Latar atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita meliputi tempat, waktu, sosial budaya, dan keadaan lingkungan. g. Amanat Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam cerita.

124 D. Metode Pembelajaran: Bertukar Pasangan E. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Pra (awal) 25 menit a. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan novel yang disukai siswa. b. Guru menunjukkan contoh penggalan novel dan mengapresiasi dari beberapa unsur-unsur intrinsik yang ada. c. Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Kegiatan Inti (110 menit) a. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru dapat menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya masingmasing). b. Guru memberikan tugas untuk menunjukkan unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel yang dibacakan* sesuai dengan pengetahuan siswa selama 15 menit. c. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka selama 5 menit. e. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan, kemudian disampaikan kepada pasangan semula. f. Hasil kerja siswa dikumpulkan di meja guru.

125 g. Guru memberikan materi dan konfirmasi kepada siswa atas hasil kerja siswa mengenai unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel yang telah dibacakan selama 15 menit. h. Siswa kembali ke pasangan masing-masing. i. Guru memberikan tugas untuk menunjukkan unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel kedua yang dibacakan* sesuai dengan materi yang telah disampaikan selama 15 menit. j. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. k. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka selama 5 menit. l. Setelah selesai, guru menunjuk salah satu siswa untuk kembali menceritakan ulasan pada penggalan novel yang telah dibacakan selama 10 menit. m. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan, kemudian disampaikan kepada pasangan semula. n. Setelah selesai, siswa diminta untuk menukarkan hasil kerjanya kepada pasangan lain dan saling mengemukakan pendapat selama 10 menit. o. Setelah selesai, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil kerjanya kepada guru untuk diperiksa dan dinilai. * yang membacakan bisa oleh guru, melalui media audio, audio visual, atau siswa. 3. Kegiatan Pasca (akhir) 25 menit a. Siswa diminta menulis ulasan penggalan novel kedua yang telah dibacakan selama 10 menit.

126 b. Guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman langkah memahami dan menunjukkan unsur-unsur intrinsik pada penggalan novel yang dibacakan pada materi yang telah dilalui selama 10 menit. c. Siswa diminta merekam pembacaan penggalan novel yang disukai dan menunjukkan unsur-unsur intrinsiknya untuk dikumpulkan pekan selanjutnya. d. Penutup. F. Sumber Belajar 1. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas XII Semester I 2. Modul 3. Lembar Kerja Siswa 4. Beberapa Novel (penggalan/utuh) 5. Materi dari berbagai sumber (buku, artikel, jurnal, dll) G. Penilaian 1. Penilaian Proses Penilaian proses dilakukan saat pembelajaran dengan menekankan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, kemampuan bekerjasama, dan kualitas ide yang disampaikan. 2. Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar dilakukan dengan memerhatikan proses kreatif siswa dalam memahami pembacaan novel dan menunjukkan unsurunsur intrinsik.

127 3. Instrumen Penilaian Bentuklah pasangan kerja siswa untuk saling tukar informasi mengenai pemahaman pembacaan novel dan unsur-unsur intrinsik! Rubrik Penilaian Pembacaan Penggalan Novel Nama Siswa : Kelas/No. Absen : Tanggal Penilaian : Kompetensi Dasar : Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel No Aspek Penilaian Deskripsi Skor 1. Menyebutkan Unsur Intrinsik yg ada pada penggalan novel a. Sangat lengkap (90 100) b. Lengkap (80 89) c. Kurang lengkap (70 79) d. Tidak lengkap (0 69) - semua unsur dalam penggalan novel - kurang satu atau dua unsur - kurang dua unsur - kurang tiga unsur 2. Kejelasan bahasa yang digunakan a. Sangat jelas (90 100) b. Jelas (80 89) - kalimat jelas, runtut, dan pilihan diksi tepat - kalimat jelas, tidak runtut, dan pilihan

128 c. Kurang jelas (70 79) d. Tidak jelas (0 69) diksi tepat - kalimat tidak jelas, tidak runtut, dan pilihan diksi tepat 3. Keruntutan dalam penceritaan: a. Sangat baik (90 100) b. Baik (80 89) c. Cukup baik (70 79) d. Kurang baik (0 69) - kalimat tidak jelas, runtut, dan pilihan diksi tidak tepat - Runtut, kohesi, dan koherensi - Runtut, kohesi, dan tidak koherensi - Tidak runtut, kohesi, dan koherensi - Tidak runtut, tidak kohesi dan koherensi Total Skor Keterangan: Penilaian dilakukan dengan cara membagi jumlah skor dengan 3 aspek yang dinilai. Mengetahui, Pamulang,.. Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran, NIP. NIP.

129

130

131

132

133

134 BIOGRAFI PENULIS Via Ardhya Garini Lintang lahir di Jakarta pada tanggal 09 Agustus Wanita yang memiliki keturunan Sunda dan Palembang ini putri kedua dari dua bersaudara. Wanita yang hobi menari ini menempuh pendidikan awal di TK Islam Cahaya Agung (2000), pendidikan dasar di SDN Pondok Benda II ( ), pendidikan menengah di SMPN 17 Tangerang Selatan ( ) dan berhasil mencapai harapan untuk bersekolah di salah satu SMA negeri favorit di Tangerang Selatan, SMAN 03 Tangerang Selatan. Pilihan untuk melanjutkan pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga harapan dari ibunda. Jurusan yang diambil ialah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2012). Sejak kecil, wanita yang sangat menyukai warna merah muda ini selalu menirukan gaya guru yang sedang mengajar, baik di waktu luang atau saat pulang sekolah. Hingga akhirnya hati kecil wanita ini menyadari bahwa dirinya sangat senang menjalani aktivitas menjadi seorang guru. Wanita ini sudah mengajar di Bimbel Maestro Pamulang sejak tahun 2013 hingga sekaran, mengajar di SMP Islam Nurul Hidayah (2017). Selain itu, aktif mengajar ekskul tari tradisional di SMP Islam Al-Falaah sejak tahun Selama berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pernah mengikuti organisasi HMI Komtar, Pojok Seni Tarbiyah, Pengurus HMJ-PBSI, Pengurus DEMA-Fakultas, dan pernah mendapatkan juara 1 lomba adu bakat di Tarbiyah Mencari Bakat 2, juara 1 lomba debat sejurusan PBSI, serta aktif mengikuti pementasan drama atau pementasan tari di lingkungan kampus. Dalam hidupnya, wanita ini mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga: Harapan orang tua adalah harapan yang terbaik. Jika kita mampu mewujudkannya, kita akan mendapatkan beribu-ribu kebaikan dan kemudahan. Menyerah dan bergantung dengan hal yang tidak menghargai diri kita hanyalah penghambat untuk kita mencapai kebahagiaan. Berusahalah lalu berserah pada Allah SWT., karena kuasa-nya begitu besar dan luas untuk menggenggam harapan dan do a kita untuk diwujudkan di waktu yang tepat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data pada penelitian ini merupakan fenomena sosial. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Jurnal Publikasi Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak biasa dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ALIMUN AKBAR SIREGAR NIM 090388201020 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk mememenuhi sebagian persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SURYATI NIM 080320717208 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri bagi pembaca. Sastra dan manusia khususnya pembaca memiliki hubungan yang

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990:218).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO ( )

GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO ( ) 1 GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO (906212403156) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INDONESIA JULI 2012 GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Ika Yuliastuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda! 1. Diskusikan bersama kelompok Anda permajasan dan penyiasatan struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda! BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota masyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari dalam diri manusia yang berupa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian data dan

Lebih terperinci

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Jawa dan perpaduan antara Jawa dan Prancis. Perpaduan budaya tersebut berdampak memperkaya bahasa yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci