PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO)"

Transkripsi

1 PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO) ARTIKEL Guna Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Disusun Oleh FAZRI BAHRI Program Kekhususan Hukum Internasional FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015 Reg. No.1/HI/02/V-2015

2 PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK DALAM KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO) Fazri Bahri 1, Poniar Warsano 1, Dwi Astuti Palupi 1, Prodi IlmuHukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta. fazribahri11@gmail.com ABSTRACT The armed conflict in the Democratic Republic of Congo is a prolonged civil war taking place in the Congo since 1998 which destroyed and dragged the entire region and the surrounding countries. The violence has destroyed the infrastructure and economy of the country. based on this background, the formulation of the issues discussed are: 1) What are the causes of the involvement of children in armed conflict in the Democratic Republic of Congo, Recruitment of Children Involved in Armed Conflict Democratic Republic of Congo, 2) How is the protection of children involved in and affected by armed conflict International Humanitarian Law. This research uses normative research methods are literature research or research studies document that is aimed only at the written rules by examining the library materials or secondary data. This is a descriptive study that provides an overview of the issues examined. source data obtained supporting data or supporting data in the form of documents. Data analyzed from the review of literature that comes from books and other literature. the results showed that: 1) The recruitment of children is done in two ways, namely: forcibly and voluntarily, 2) protection of children involved and Affected summarized in international humanitarian law. Keywords: Child Protection and Affected Involved in the Democratic Republic of Congo, the International Non Armed Conflict, International Humanitarian Law. I. Latar Belakang Salah satu situasi yang yang dianggap rawan bagi anak-anak sehingga memerlukan perlindungan khusus adalah jika anak berada di dalam lingkungan sedang mengalami konflik bersenjata. 1 Seperti Afganistan, Republik Demokratik Kongo, Myanmar, Somalia, Uganda yang masih menggunakan anak sebagai kombatan, banyak yang berusia antara 10 sampai 18 tahun. Bahkan anak-anak dipaksa 1 Bathlimus dan kawan-kawan, Perlindungan Hukum Bagi Anak Yang Terlibat atau Terkena Dampak Dari Situasi Konflik Di Indonesia, laporan penelitian,2002,, hlm. 3. 1

3 untuk mengajak teman-teman yang lain untuk menjadi kombatan. 2 Konflik bersenjata di Republik Demokratik Kongo merupakan perang saudara berlangsung berkepanjangan di Kongo sejak 1998 yang menghancurkan serta menyeret seluruh wilayah tersebut dan negara-negara sekitarnya. Aksi kekerasan tersebut telah menghancurkan infrastruktur dan perekonomian negara tersebut.pada puncaknya konflik di bekas negara Zaire itu telah menyeret setidaknya tujuh militer asing dan, meskipun ada serangkaian kesepakatan perdamaian dan proses peralihan berjalan sejak tahun 2003, pergolakan etnik dan penjarahan terus mewabah bagian timur negeri tersebut. Calon lain meliputi tokoh keamanan di Negara bekas koloni Belgia itu, termasuk putra diktator lama Mobutu. Seso seko dan pahlawan kemerdekaan terbunuh Patrice Lumumba. Lumumba menang dalam pemilihan demokratis terakhir dinegeri tersebut pada menjelang kemerdekaan 1960, tapi kemudian ia digantikan oleh Mobutu yang membuat negara itu identik dengan korupsi dan salah dalam mengurus pemerintahan sehingga dia di turunkan jabatan tahun Selain konflik politik, juga terjadi pergolakan etnik antara lain konflik ituri yaitu konflik agrikulturalis lut dan peternak hewan di wilayah ituri sebelah timur laut Republik Demokratik Kongo. Pertempuran dimulai tahun 2 Lima Negara di Dunia yang Mendidik Anak kecil jadi Tentara, diakses pada tanggal 9 Maret 2014, pukul WIB dan masih berlanjut sampai sekarang yang kemudian menyulut terjadinya konflik Kivu. Kelompok bersenjata Nyatura, Angkatan bersenjata Kongo Forces Armées de la République Démocratique du Congo (FARDC) dengan pemberontak Kongo Gerakan 23 Maret (M23), sebagai telah merekrut anak. Anak-anak ini bukan saja korban rekrutmen kelompok bersenjata, tetapi juga korban dan saksi pelanggaran hak anak berat lainnya, seperti pemerkosaan, penculikan, membunuh dan penyiksaan. Situasi ini tidak dapat diterima dan telah berlangsung terlalu lama dengan impunitas. 3 Dalam pasukan bersenjata itu, anakanak digunakan sebagai kuli, juru masak, mata-mata, budak seks, penjaga dan kombatan. Anak-anak yang pernah terkait dengan kelompok M23 menggambarkan pengalaman mereka ditugaskan menguburkan mayat orang dewasa dan anak-anak yang tewas dalam bentrokan dengan tentara nasional DRC (FARDC) dan kelompok bersenjata lainnya. 4 Beberapa dari anak-anak dan konflik bersenjata adalah partisipasi mereka sebagai tentara aktif, serta dipaksa dan dibujuk untuk menjadi kombatan. Dimanipulasi oleh orang dewasa, anak-anak telah ditarik ke dalam kekerasan 3 Anak-anak di Kongo Diculik dan Dijadikan Pasukan Bersenjata, diakses pada tanggal 9 Maret 2014, pukul WIB. 4 Ibid 2

4 yang mereka terlalu muda untuk melawan dan dengan konsekuensi mereka tidak bisa membayangkan. 5 Selain perekrutan secara paksa, ada juga yang sukarela bergabung dengan pasukan militer, mereka semua bergabung dengan berbagai macam alasan untuk mengharapkan imbalan atas jasanya selama bergabung di pasukan militer, dan ada pula dengan unsur balas dendam dikarenakan kedua orang tuanya mati akibat peperangan. Dalam konflik bersenjata, penduduk dari suatu negara dibedakan menjadi dua, yaitu kombatan (combatant) dan penduduk sipil (civilians). Kombatan adalah golongan penduduk yang secara aktif turut serta dalam permusuhan (hostilities), sedangkan penduduk sipil adalah golongan penduduk yang tidak turut serta dalam permusuhan. Kombatan dan penduduk sipil, dalam hukum humaniter internasional, harus dibedakan agar tidak terjadi pelanggaran ketika terjadi konflik bersenjata. Penduduk sipil, yang tidak ikut andil dalam konflik, harus dilindungi dari serangan musuh atau kombatan dan tidak boleh dijadikan sasaran konflik. Sebaliknya, kombatan tidak boleh menyerang penduduk sipil dalam konflik. Pembedaan kombatan dan penduduk sipil tersebut disebut dengan prinsip pembedaan (distinction principle). 6 Penggunaan tentara anak-anak membagi tiga bentuk yang berbeda, yaitu: anak-anak dapat mengambil bagian langsung dalam permusuhan (tentara anakanak), atau mereka dapat digunakan dalam peran pendukung seperti kuli, mata-mata, utusan, atau mereka dapat digunakan untuk keuntungan politik baik sebagai tameng atau propaganda. Sepanjang sejarah dan dalam banyak kebudayaan, anak-anak telah banyak terlibat dalam kampanye militer bahkan ketika praktek-praktek seperti itu bertentangan dengan moral budaya. Dalam suatu konflik bersenjata, adanya anak-anak di tengah-tengah konflik bukanlah hal yang jarang atau asing. Anak-anak selalu ada di tengah konflik bersenjata. Perlindungan terhadap mereka sangatlah dibutuhkan, mengingat usia mereka yang masih muda dan mereka masih harus mendapatkan perawatan, perlindungan, dan kasih sayang yang lebih dari keluarga dan orang di sekitarnya. 5 State of the World Children, diakses pada tanggal 11Maret 2014, pukul WIB. 6 KGPH. Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,2005, hlm

5 Hal-hal diatas tersebut melanggar ketentuan-ketentuan internasional dan regional mengenai keterlibatan anak dalam konflik bersenjata. ketentuan regional yang dilanggar yaitu Piagam Afrika tentang Hak dan Kesejahteraan Anak (African Charter on the Right and Welfare of the Child) Pasal 4, Pasal 5, Pasal 14, Pasal 25, Pasal 27. Perlindungan Hukum Humaniter Internasional terhadap tentara anak dalam konflik bersenjata terdapat pada Protokol Tambahan I Pasal 77, dan Statuta Roma 1998 Pasal 8 berikutnya, perlindungan Hukum Humaniter Internasional terhadap tentara anak juga terdapat pada Konvensi tentang hak anak (Convetion on the Right of the Child) 1989 pada Pasal 38, dan perlindungan tentara anak tercantum pada Protokol Tambahan Konvensi Hak-hak Anak tentang keterlibatan anak dalam konflik bersenjata (Optional Protocol Convention on the Right of the Child on the Involvement of Children in Armed Conflict) terdapat pada Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 6, ketentuan regional yang dilanggar yaitu Piagam Afrika tentang Hak dan Kesejahteraan Anak (African Charter on the Right and Welfare of the Child) Pasal 4, Pasal 5, Pasal 14, Pasal 25, Pasal 27. Dengan mempertimbangkan prinsip yang terkandung di dalam pasal tersebut dan mengakui bahwa mereka yang berusia di bawah lima belas tahun yang terdapat pada Pasal 38 (2) Konvensi tentang Hak Anak, tidak boleh mengambil suatu bagian langsung dari permusuhan. Disamping itu juga dilarang melibatkan anak dalam konflik bersenjata demi mengingat perlunya pertimbangan ekonomi, sosial dan politik. 7 Mengingat masalah anak dalam situasi konflik atau sengketa bersenjata merupakan fenomena global dan banyaknya konflik yang terjadi adalah konflik internal, maka persoalan perlindungan anak dalam situasi konflik atau sengketa bersenjata harus menjadi perhatian Indonesia. Perhatian pemerintah terhadap persoalan anak dalam kaitannya dengan situasi konflik atau sengketa bersenjata dapat dilakukan melalui perkembangan norma-norma perlindungan terhadap anak dalam situasi konflik atau sengketa bersenjata. II. Metode Penelitian Beberapa hal yang menjadi bagian dari metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 7 Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata diakses tanggal 11 Maret 2014, pukul WIB. 4

6 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yaitu penelitian yang ditujukan hanya pada peraturan tertulis dengan cara meneiliti bahan pustaka atau data sekunder. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sekunder yang merupakan data penunjang atau data pendukung yang berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perlindungan anak yang terlibat dan terkena dampak konflik bersenjata non-internasional menurut hukum humaniter internasional (studi kasus Republik Demokratik Kongo). Selain itu penulis juga menggunakan data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri : a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, seperti peraturan perundangundangan, yurispudensi, traktat, diantaranya: 1) Piagam Afrika tentang Hak dan Kesejahteraan Anak (African Charter on the Right and Welfare of the Child). 2) Konvensi Jenewa III (The Geneva Convention relative to the Treatment of Prisoners of War). 3) Konvensi Jenewa IV (The Geneva Convention relative to the Protection of Civilian Persons in Time of War). 4) Konvensi tentang hak anak (Convetion on the Right of the Child) ) Protokol Tambahan Konvensi Hakhak Anak tentang keterlibatan anak dalam konflik bersenjata (Optional Protocol Convention on the Right of the Child on the Involvement of Children in Armed Conflict). b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang erat hubungannya dengan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana dan sebagainya. c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder, seperti: kamus hukum, kamus bahasa Indonesia. 5

7 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik studi kepustakaan (library research), yang dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan dan informasi-informasi sekunder yang diperlukan dan relevan dengan penelitian, yang bersumber dari buku-buku, surat kabar, Jurnal serta sumber-sumber lain seperti datadata yang terdokumentasi melalui situs-situs internet yang relevan. Analisis Data Dalam penulisan proposal ini, penulis menggunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tinjauan kepustakaan yang bersumber dari buku-buku dan literaturliteratur lain. Data ini diperoleh dari penulis akan dianalisi dengan menggunakan analisis yang dedukasi logis. Hasil ini akan dipaparkan untuk mendapatkan hasil yang bersifat deskriptis dan logis. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan. A. Penyebab Keterlibatan Anak Pada Konflik Bersenjata di Republik Demokratik Kongo Perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo dilakukan dengan dua cara yaitu secara paksa dan secara sukarela. 1. Perekrutan secara paksa yaitu, sebagai berikut: 8 a) Beberapa anak diculik dari rumah mereka dan dipaksa untuk menjadi tentara. Anak juga diculik pada saat mereka sedang di luar rumah, contohnya saat mereka sedang berada dipasar, ladang, bahkan saat mereka berada disekolah. b) Beberapa perkampungan diwilayah konflik ini juga diminta untuk menyediakan anak yang nantinya akan dibawa dan dilatih untuk menjadi tentara dalam konflik bersenjata, dan apabila permintaan tidak terpenuhi maka perkampungan tersebut akan diserang dan dihancurkan. 2. Perekrutan secara sukarela yaitu, sebagai berikut: a) Kemiskinan dan kelaparan yang diakibatkan oleh konflik bersenjata sangat parah, hal ini membuat para orang tua dengan sengaja melepaskan 8 War Child, 09 Agustus 2014, jam WIB. 6

8 anak-anaknya untuk bergabung menjadi tentara. Hal ini dilatarbelakangi anggapan bahwa menjadi tentara dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. b) Ditemukan fakta juga bahwa anak bergabung dalam konflik bersenjata karena alasan ideologi atau ingin membalas dendam atas kematian dari salah satu keluarga mereka. B. Perlindungan Anak yang Terlibat dan Terkena Dampak pada Konflik Bersenjata Menurut Hukum Humaniter Internasional Hal-hal diatas tersebut melanggar ketentuan-ketentuan internasional dan regional mengenai keterlibatan anak dalam konflik bersenjata. ketentuan regional yang dilanggar yaitu Piagam Afrika tentang Hak dan Kesejahteraan Anak (African Charter on the Right and Welfare of the Child) Pasal 4, Pasal 5, Pasal 14, Pasal 25, Pasal 27. Pasal 24 Konvensi Jenewa IV/1949 menetukan tentang standar khusus untuk keuntungan anak. Pihak-pihak dalam sengketa ditegaskan harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk menjamin bahwa anak-anak dibawah lima belas tahun, yaitu piatu, atau yang terpisah akibat keluarganya akibat perang, untuk tidak akan dibiarkan sendiri. Anak-anak tersebut juga akan mendapatkan perlindungan pemeliharaan, pelaksanaan ibadah, dan bantuan pelaksaan pendidikan. Pihak-pihak dalam sengketa harus membantu usaha penerimaan anak-anak tersebut di Negara netral selama berlangsungnya pertikaian, dan mengambil tindakan-tindakan yang perlu agar semua anak dibawah dua belas tahun diberi tanda pengenal, atau cara lainnya. Protokol Tambahan 1977 melangkah lebih jauh, dan tegas membenarkan adanya perlindungan khusus anak-anak. Dalam Pasal 77 dari Protokol Tambahan Konvensi Jenewa I berjudul "Perlindungan Anak". Perlindungan terhadap anak ditengah konflik bersenjata juga diatus dalam Konvensi tentang hak anak (Convetion on the Right of the Child) 1989 memberikan pengaturan tentang perlindungan anak dalam konflik bersenjata dalam Pasal 38. Protokol Tambahan Konvensi Hakhak Anak tentang Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata (Optional Protocol Convention on the Right of the Child on the Involvement of Children in Armed Conflict) terdapat pada Pasal 1 yang mengatur tentang 7

9 partisipasi langsung anak-anak dalam pertempuran., Pasal 2 substansi Pasal tersebut berbunyi Negara-negara peserta harus memastikan bahwa orang-orang yang tidak mencapai usia 18 tahun tidak direkrut secara wajib kedalam angkatan bersenjata mereka, Pasal 3 Pasal ini mengatur tentang rekrutmen sukarelawan, Pasal 4 Dalam pasal ini diatur tentang kelompok-kelompok bersenjata, dan Pasal 6 Didalam Pasal ini diatur tentang Negara-negara peserta harus mengambil semua tindakan untukk menjamin bahwa anak-anak yang direkrut dan digunakan dalam pertempuran bertentangan dengan protokol sekarang ini didemobilisasikan dan harus, kapan dipastikan, sesuai dengan orang-orang tersebut semua bantuan yang tepat untuk perbaikan psikologi dan fisik mereka dan penyatuan kembali sosial mereka. Statuta pembentukan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atau lebih dikenal dengan Statuta Roma memberikan pengaturan tentang perlindungan terhadap anak dalam sengketa bersenjata terdapat pada Pasal 8 ayat (2) memberikan rumusan tentang tindakan mempekerjakan atau melibatkan anak-anak dibawah umur 15 tahun kedalam angkatan bersenjata atau menggunakan mereka untuk ikut serta aktif dalam pertempuran sebagai kejahatan perang. Ucapan Terima Kasih Dengan segala kerendahan hati dan bentuk penghormatan penulis kepada semua pihak yang dengan ikhlas membantu dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, serta perhatian, penulis menyampaikan penghargaan sebagai rasa terima kasih kepada : (1) Bapak Poniar Warsano, SH ; (2) Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H., M.H. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II (3) Bapak Narzif, S.H.,M.H. sebagai Dosen Penguji I; (4) Ibu Deswita Rosra, SH., MH sebagai Dosen Penguji II; (5) Bapak Surya Prahara, S.H., M.H. sebagai Dosen Penguji III; dan (6) Ayahanda Zulhasnam, Ibunda Dahniarti, adekku Mefri Afnan, serta seluruh keluarga besar yang selalu senantiasa mendo akan, memberikan motivasi beserta dukungan kepada penulis dengan rasa cinta dan kasih sayangnya. Daftar Pustaka Peraturan Perundang-undangan Konvensi Jenewa IV (The Geneva Convention relative to the Protection of Civilian Persons in Time of War). Konvensi tentang hak anak (Convetion on the Right of the Child)

10 Piagam Afrika tentang Hak dan Kesejahteraan Anak (African Charter on the Right and Welfare of the Child). Protokol Tambahan Konvensi Hak-hak Anak tentang keterlibatan anak dalam konflik bersenjata (Optional Protocol Convention on the Right of the Child on the Involvement of Children in Armed Conflict). Rome Statute Of The Internasional Criminal Court Of Justice, 10 November, Sumber Lain Anak-anak di Kongo Diculik dan Dijadikan Pasukan Bersenjata, diakses pada tanggal 9 Maret 2014, pukul WIB. Bathlimus dkk, Perlindungan Hukum Bagi Anak Yang Terlibat atau Terkena Dampak Dari Situasi Konflik Di Indonesia, laporan penelitian, ICRC, Jakarta Lima Negara di Dunia yang Mendidik Anak kecil jadi Tentara, diakses pada tanggal 9 Maret 2014, pukul WIB. Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata diakses tanggal 11 Maret 2014, pukul WIB State of the World Children, m/unicef diakses pada tanggal 11Maret 2014, pukul WIB. War Child, 09 Agustus 2014, jam WIB. 9

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA 1 STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA I Gede Adhi Supradnyana I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di PERLINDUNGAN TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA DITINJAU DARI SEGI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS : REPUBLIK DEMOKRATIS KONGO) Bintang Kinayung Ingtyas, Joko Setiyono, Seokotjo Hardiwinoto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA LEGAL PROTECTION FOR CHILDREN IN THE MIDST OF ARMED CONFLICTS Enny Narwati, Lina Hastuti 1 ABSTRACT The purposes of the research are to understand

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh Pande Putu Swarsih Wulandari Ni Ketut Supasti Darmawan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri. Perang adalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri. Perang adalah BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perang merupakan suatu peristiwa yang memiliki umur yang sama tua nya dengan peradaban manusia di muka bumi ini. Dimana perang itu lahir dari hubungan-hubungan yang

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Humaniter Internasional yang dulu disebut Hukum Perang, atau hukum sengketa bersenjata, memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia. 1 Inti dari

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh: Alan Kusuma Dinakara Pembimbing: Dr. I Gede Dewa Palguna SH.,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL

Lebih terperinci

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005 HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN KEJAHATAN PERANG Dipresentasikan oleh : Fadillah Agus Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Children), merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang adalah suatu kondisi dimana terjadinya pertikaian antara para pihak yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG Oleh : Airlangga Wisnu Darma Putra Putu Tuni Cakabawa Landra Made Maharta Yasa Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang adalah suatu istilah yang tidak asing lagi bagi manusia yang ada di dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan sejarah umat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..? PERLINDUNGAN KOMBATAN Pasal 1 HR Kombatan..? Distinction principle Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Dipimpin seorang yang bertanggungjawab atas bawahannya Mempunyai lambang yang dapat

Lebih terperinci

2012, No Mengingat sebagaimana diwujudkan dalam Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children in

2012, No Mengingat sebagaimana diwujudkan dalam Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children in LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2012 PENGESAHAN. Protokol. Hak-Hak Anak. Konflik. Bersenjata. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5329) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh Ayu Krishna Putri Paramita I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Bagian Hukum Internasional Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang sebisa mungkin harus dihindari. lebih dikenal dengan istilah Hukum Humaniter Internasional.

BAB I PENDAHULUAN. perang sebisa mungkin harus dihindari. lebih dikenal dengan istilah Hukum Humaniter Internasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik bersenjata baik yang berupa perang atau konflik bersenjata lainnya adalah suatu keadaan yang sangat dibenci oleh bangsa-bangsa beradab diseluruh dunia

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA Oleh : I Gede Bagus Wicaksana Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Program Kekhususan Hukum

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kasus pelanggaran terhadap hilangnya hak-hak dasar individu merupakan sebuah fenomena yang masih banyak berlangsung di berbagai Negara di dunia. Bentuk pelanggaran

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Levina Yustitianingtyas Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya Email : firman.yusticia86@gmail.com ABSTRAK Hukum Humaniter Internasional

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH. A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH. A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak korban Perang. Konflik bersenjata di Suriah diawali dengan adanya pemberontakan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG

TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG Oleh: Ivan Donald Girsang Pembimbing : I Made Pasek Diantha, I Made Budi Arsika Program

Lebih terperinci

Oleh : Ardiya Megawati E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Ardiya Megawati E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pengaturan perlindungan terhadap ICRC (International Committee Of The Red Cross) dalam konflik bersenjata internasional (berdasarkan konvensi jenewa 1949 dan protokol tambahan I 1977) Oleh : Ardiya Megawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR

PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR Oleh Yelischa Felysia Sabrina Pane Ida Bagus Sutama Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang

BAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penerbangan MH-17 Malaysia Airlines merupakan penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang dari berbagai negara, pesawat

Lebih terperinci

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court PENGHANCURAN BENDA BUDAYA (ICONOCLAST) SEBAGAI KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN Oleh: Made Panji Wilimantara Pembimbing I: Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, S.H., M.S Pembimbing II: I Made Budi Arsika, S.H.,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA. Oleh : Dentria Cahya Sudarsa*

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA. Oleh : Dentria Cahya Sudarsa* PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA Oleh : Dentria Cahya Sudarsa* Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah

BAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah 59 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut ketentuan dalam Hukum Humaniter Internasional tentang prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) berhak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG SKRIPSI PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG AIRLANGGA WISNU DARMA PUTRA NIM. 1103005065 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PENGATURAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penerapan Prinsip Pembeda (Distinction Principle) dalam Konflik Bersenjata di Suriah Menurut Hukum Humaniter Internasional Implementation of Distinction Principle in

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM Oleh : Risa Sandhi Surya I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Anak-anak merupakan anugerah dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi perkembangnya dengan sempurna,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi...

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi... DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi... Halaman Pengesahan Panitia Penguji Skripsi... Kata Pengantar...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 : Bab I PENDAHULUAN 1.1. Istilah dan Pengertian Hukum Humaniter Istilah hukum humaniter atau lengkapnya disebut international humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah hukum perang

Lebih terperinci

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. KAJIAN YURIDIS TENTARA ANAK DALAM PERANG MENURUT HUKUM HUMANITER 1 Oleh: Naomi P. L.

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. KAJIAN YURIDIS TENTARA ANAK DALAM PERANG MENURUT HUKUM HUMANITER 1 Oleh: Naomi P. L. KAJIAN YURIDIS TENTARA ANAK DALAM PERANG MENURUT HUKUM HUMANITER 1 Oleh: Naomi P. L. Pomantow 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keberadaan pengaturan Hukum

Lebih terperinci

Oleh : Ginanjar Ismu Solikhin, Erna Dyah K. ABSTRACT. rights of children. This research is a prescriptive normative legal research.

Oleh : Ginanjar Ismu Solikhin, Erna Dyah K. ABSTRACT. rights of children. This research is a prescriptive normative legal research. BENTUK KEWAJIBAN NEGARA DALAM MELINDUNGI HAK ANAK BAGI ANAK YANG TERLIBAT DALAM KONFLIK BERSENJATA BERDASARKAN KONVENSI JENEWA 1949 DAN KONVENSI HAK ANAK 1989 (STUDI KASUS TENTARA ANAK DI MYANMAR) Oleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGKAP OLEH MILITER ASING DI NEGARA KONFLIK

PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGKAP OLEH MILITER ASING DI NEGARA KONFLIK PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGKAP OLEH MILITER ASING DI NEGARA KONFLIK Faisal Riza Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: faisalrizaadv@gmail.com Abstract The presence of children

Lebih terperinci

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Sakti Prasetiya Dharmapati I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

PENULISAN HUKUM (Skripsi)

PENULISAN HUKUM (Skripsi) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDUDUK SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTARA GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) DENGAN PEMERINTAH IRAK DAN SURIAH PENULISAN HUKUM (Skripsi) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 sebagai konstitusi negara, digariskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah Negara Hukum. Dengan demikian, segala

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan 40% hingga 50% selama lima tahun pertama tahun 70-an. Di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan 40% hingga 50% selama lima tahun pertama tahun 70-an. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Amerika Serikat menurut FBI, 56.000 perempuan menjadi korban perkosaan atau korban pencobaan perkosaan pada tahun 1975. Ini berarti bahwa setiap 9 menit seorang

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Your Page Name Internet Web Broser Pendidikan Kearganegaraan Kelompok 8 Search Your Page Name Internet Web Broser Standar Kompetensi 2. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan

Lebih terperinci

bersenjata. Selain direkrut sebagai kombatan, anak-anak seringkali juga menjadi target

bersenjata. Selain direkrut sebagai kombatan, anak-anak seringkali juga menjadi target Perlindungan Anak Palestina dari Kekerasan Oleh: Adzkar Ahsinin Pendahuluan Umm Fadi, seorang Ibu dari 3 orang anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang tinggal di Tal al-sultan menyatakan sulit untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.

BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah terbentuk dari situasi sulit di dunia seperti peperangan dan bencana alam. Awal mula terbentuknya Palang Merah yaitu pada abad ke-19, atas prakarsa seorang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INTERVENSI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK BERSENJATA NON INTERNASIONAL DI DARFUR

PELAKSANAAN INTERVENSI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK BERSENJATA NON INTERNASIONAL DI DARFUR PELAKSANAAN INTERVENSI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK BERSENJATA NON INTERNASIONAL DI DARFUR Oleh Elinia Reja Purba I Gede Pasek Eka Wisanajaya I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional

Lebih terperinci

JAJAK PENDAPAT TIMOR TIMUR DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT SIPIL PASCA KONVENSI JENEWA 1949

JAJAK PENDAPAT TIMOR TIMUR DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT SIPIL PASCA KONVENSI JENEWA 1949 JAJAK PENDAPAT TIMOR TIMUR DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT SIPIL PASCA KONVENSI JENEWA 1949 Lorraine Rangga Boro Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana NTT Jl. Adi Sucipto Penfui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini negara-negara enggan mendeklarasikan keterlibatannya secara terus terang dalam situasi konflik bersenjata sehingga sulit mendefinisikan negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara dalam hukum internasional disebut sebagai subyek hukum utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara dalam hukum internasional disebut sebagai subyek hukum utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara dalam hukum internasional disebut sebagai subyek hukum utama dalam hukum internasional 1. Walaupun tidak ada pengertian yang secara jelas dan secara rinci mengenai

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

BAB IV PERANAN DAN IMPLEMENTASI PERAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO

BAB IV PERANAN DAN IMPLEMENTASI PERAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO BAB IV PERANAN DAN IMPLEMENTASI PERAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO Pada bab ini penulis akan mencoba memaparkan mengenai apa peran dan bagaimana implementasi peranan International

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA 1 PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada tanggal 25 Mei 2000 Negara-negara Pihak

Lebih terperinci

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) Dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik bersenjata antara Israel dan Palestina sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap hukum perang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN DI CAMP PENGUNGSIAN SURIAH ARTIKEL ILMIAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN DI CAMP PENGUNGSIAN SURIAH ARTIKEL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN DI CAMP PENGUNGSIAN SURIAH ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh: MAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palestina merupakan daerah yang seolah tidak pernah aman, senantiasa bergejolak dan terjadi pertumpahan darah akibat dari perebutan kekuasaan. 1 Sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping,

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, merupakan suatu pasukan yang berada di bawah komando Dewan Keamanan PBB melalui Department

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan utama pembentukan Konvensi Jenewa 1949 adalah untuk memberikan perlindungan bagi korban perang terutama kepada penduduk sipil. Perlindungan ini berlaku dalam setiap

Lebih terperinci

BAB II HUKUM HUMANITER SEBAGAI BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL A. PENGERTIAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB II HUKUM HUMANITER SEBAGAI BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL A. PENGERTIAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL BAB II HUKUM HUMANITER SEBAGAI BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL A. PENGERTIAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Hukum Humaniter Internasional (HHI), atau International Humanitarian Law (IHL) atau sering disebut

Lebih terperinci

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK 1 DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Oleh : I G A A Apshari Pinatih Rai Setiabudi Program Kekhusussan : Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, dalam hal ini negara yang dimaksud yaitu negara yang berdaulat. 1 Sebagai subjek hukum internasional,

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017 PERAN KOMITE PALANG MERAH INTERNASIONAL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL BERDASARKAN KONVENSI JENEWA 1949 1 Oleh: Cut N.C. Albuchari 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Sumber Hk.

Sumber Hk. Sumber Hk 2 Protokol Tambahan 1977 ( PT 1977 ) : merupakan tambahan dan pelengkap atas 4 Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 ( KJ 1949 ) PT I/1977 berkaitan dengan perlindungan korban sengketa bersenjata internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rentang abad ke-20, masyarakat internasional telah menyaksikan berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern yang menjadi produk

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS KONVENSI JENEWA IV TAHUN 1949 TERHADAP NEGARA-NEGARA YANG BERPERANG MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRACT

TINJAUAN YURIDIS KONVENSI JENEWA IV TAHUN 1949 TERHADAP NEGARA-NEGARA YANG BERPERANG MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRACT TINJAUAN YURIDIS KONVENSI JENEWA IV TAHUN 1949 TERHADAP NEGARA-NEGARA YANG BERPERANG MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRACT Rafika Mayasari Siregar 1 Abdul Rahman 2 Arif 3 Wars arise because of the hostility

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) 63 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) 145 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL AD HOC IMT NUREMBERG IMT TOKYO ICTY ICTR SIERRA LEONE CAMBODIA TIMOR TIMUR / INDONESIA IMT - NUREMBERG NOVEMBER 1945 SEPTEMBER 1946 22 TERDAKWA

Lebih terperinci

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata 12 Februari 2002 Negara-negara yang turut serta dalam Protokol ini,terdorong oleh dukungan yang melimpah atas Konvensi

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci