Upaya Guru Pendidikan Jasmani untuk Meningkatkan Minat Siswa Putri dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Upaya Guru Pendidikan Jasmani untuk Meningkatkan Minat Siswa Putri dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMU"

Transkripsi

1 Upaya Guru Pendidikan Jasmani untuk Meningkatkan Minat Siswa Putri dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMU Oleh Komarudin Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak. Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Dengan melakukan aktivitas jasmani, maka akan diperoleh peningkatan dalam hal kesegaran jasmaninya. Selanjutnya kesegaran jasmani yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik pula pada manusia, khususnya dalam hal meningkatkan kualitas belajarnya. Usia siswa SMU yang termasuk dalam masa remaja merupakan masa yang penting untuk dapat mengembangkan kesegaran jasmaninya, oleh karena itu seorang guru pendidikan jasmani harus dapat memberdayakan agar seluruh siswa khususnya siswa putri untuk aktif dalam aktivitas pendidikan jasmani di sekolah. Guru pendidikan jasmani sebagai ujung tombak penentu ketercapaian tujuan pendidikan jasmani di sekolah harus berupaya menumbuhkan minat siswa putri agar tetap dapat melakukan aktivitas jasmani, sehingga dengan demikian diharapkan proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Adapun upaya guru pendidikan jasmani untuk menigkatkan minat siswa putri dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMU adalah sebagai berikut: 1. membangkitkan adanya suatu kebutuhan pada siswa, 2. membangkitkan motivasi belajar, 3. memberitahukan tujuan atau sasaran belajar yang ingin dicapai, 4. menggunakan metode hasil belajar siswa, 5. modifikasi alat dan fasilitas. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya agar dapat secara dini melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan minat siswa putri dalam pembelajaran pendidikan jasmani sehingga tujuan-tujuan yang diharapkan dari pendidikan jasmani di SMU dapat terwujud. Kata kunci: Guru Pendidikan Jasmani, Minat dan Siswa SMU Pendahuluan Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk 34 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

2 pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Pendidikan sama sekali tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani, karena pendidikan jasmani pun memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada peserta didiknya untuk mengenal dirinya dan juga lingkungannya, sehingga siswa akan memiliki aspek-aspek positif baik jasmani maupun rohani. Dengan melakukan aktivitas jasmani, maka akan diperoleh peningkatan dalam hal kesegaran jasmaninya. Selanjutnya kesegaran jasmani yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik pula pada manusia dalam hal ini siswa SMU baik putra maupun putri untuk dapat meningkatkan belajarnya. John F. Kennedy (Sardjono, 1988: 11) mengemukakan bahwa kesegaran jasmani bukan hanya salah satu kunci terpenting untuk memiliki tubuh yang sehat, tetapi juga menjadi dasar aktivitas intelektual yang dinamis dan kreatif. Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa kesegaran jasmani mempunyai peran penting dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, rehabilitas dan sebagainya. Selain itu tingkat kesegaran jasmani seseorang secara ideal merupakan landasan untuk dapat menentukan kuantitas dan kualitas kerja yang ingin dicapai. Mengingat begitu besarnya peran pendidikan jasmani bagi siswa SMU yang secara fisik dan psikis sedang dalam tahap perkembangan, maka dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, diharapkan semua siswa baik putra maupun putri aktif dalam melakukan aktivitas pendidikan jasmani secara optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah selalu mengikuti aktivitas pendidikan jasmani dengan usaha mengoptimalkan diri dalam setiap penampilan baik terhadap kegiatan yang bersifat individu seperti pada cabang-cabang atletik dan nomornomor senam, maupun dalam kegiatan yang bersifat kelompok seperti pada cabang olahraga permainan yaitu: sepakbola, bola basket dan bola voly. Akan tetapi dalam kenyatannya selama ini, masih banyak siswa terutama siswa putri yang enggan, malas dan kurang berminat mengikuti aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah khususnya pada saat haid, cedera ringan atau menganggap pendidikan jasmani itu terlalu memberatkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Woerjati Soekarno (1977: 2) bahwa secara umum bukti menyatakan sedikitnya partisipasi siswa putri dalam aktivitas jasmani disebabkan sering kalinya siswa putri izin untuk tidak mengikuti aktivitas pendidikan jasmani di sekolah ketika datang bulan, cedera yang kecil dan atau anggapan pendidikan jasmani yang memberatkan kaum wanita. Dari kenyataan tersebut di atas jelas menunjukkan bahwa alasan bagi siswa putri untuk tidak mengikuti aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah memang bersifat sangat pribadi. Namun demikian bukan berarti guru pendidikan jasmani sebagai ujung tombak penentu ketercapaian tujuan pendidikan jasmani di sekolah harus diam, tetapi guru pendidikan jasmani harus berupaya menumbuhkan minat siswa putri agar tetap dapat melakukan aktivitas jasmani, sehingga dengan demikian diharapkan proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Pembahasan Upaya Guru Pendidikan Jasmani Hakikat Guru Pendidikan Jasmani Dalam proses belajar mengajar, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan terhadap ketercapaian hasil dari tujuan pengajaran yang sudah ditetapkan. Bagaimana hasil proses belajar mengajar tersebut dapat tercapai dengan baik, sebagian besar dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki guru di dalam melaksanakan tugas mengajar. Proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara guru dengan siswa di dalam lingkungan pendidikan (sekolah). Volume 1, No.1,

3 Komarudin Sebagaimana dikemukakan A. M. Sardiman (1987: 47) bahwa proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dengan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan tentunya dituntut guru pendidikan jasmani dan kesehatan yang mampu membentuk suasana yang harmonis dalam melaksanakan pendidikan, tanggap terhadap perubahan-perubahan akibat dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan daan teknologi serta kreatif menciptakan sesuatu yang ada relevansinya dengan usaha pendidikan, termasuk menentukan variasi pembelajaran, sehingga anak didiknya akan selalu menerima pelajaran dengan senang hati. Selanjutnya agar dalam menjalankan tugasnya dapat berjalan dengan baik, maka guru pendidikan jasmani harus memiliki syarat-syarat sebagaimana yang dikemukakan Sukintaka (1992: 73-74) yaitu: Guru pendidikan jasmani yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Guru pendidikan jasmani harus berjiwa pancasila 2. Guru pendidikan jasmani sebagai pendukung dan pengemban norma 3. Guru pendidikan jasmani mempunyai kemampuan-kemampuan antara lain; a. Memahami pengetahuan pendidikan jasmani dan kesehatan sekolah b. Memahami karakteristik siswa c. Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan d. Mampu memberikan bimbingan dan pengembangan anak dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani e. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai serta mengoreksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani di sekolah f. Memiliki pemahaman tentang kondisi jasmani g. Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan dan memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya menciptakan tujuan pendidikan jasmani h. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam dunia olahraga Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik suatu ksimpulan bahwa seseorang guru pendidikan jasmani merupakan ujung tombak dari keberhasilan proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah, oleh karena itu seorang guru pendidikan jasmani harus dapat memiliki beberapa persyaratan seperti tersebut di atas agar apabila dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah menemui hambatan dalam pencapaian tujuannya, seperti minimnya minat siswa putri dalam mengikuti pembelajaran, maka seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan dapat segera melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan minat siswa putri tersebut, sehingga tujuan-tujuan dalam pendidikan jasmani dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Hakikat Minat Minat adalah kecenderungan yang timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang aka dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya, minat sangat penting peranannya bagi pendidikan sebab merupakan sumber dari usaha dan minat timbul dari kebutuhan siswa yang merupakan faktor bagi siswa tersebut dalam melakukan usahanya itu (Effendi, 1985: 32). 36 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

4 Upaya Guru Pendidikan Jasmani Sesuai dengan pendapat di atas, Sumadi Suryabrata (1983: 7) menyatakan bahwa minat adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek serta banyak sedikitnya kekuatan yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukannya. Adapun W.S. Winkel (1983: 157) mengemukakan bahwa minat merupakan kecenderungan siswa untuk memperhatikan suatu objek yang menjadi sasaran karena adanya dorongan sehingga menjadi tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan siswa untuk memperhatikan suatu objek yang menjadi sasaran karena adanya dorongan sehingga menjadi tertarik dan merasa senang terhadap objek tersebut. Hal ini dapat dicontohkan, siswa yang tidak atau kurang berminat terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, akan menyebabkan siswa tersebut dalam melakukan atau mengikutinya tidak sepenuh hati. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukirin (1984: 71) yang mengemukakan bahwa siswa yang minatnya besar terhadap ilmu pengetahuan akan suka mempelajari ilmu itu, sebaliknya siswa yang tidak mempunyai minat terhadap sesuatu akan mengakibatkan ia tidak punya perhatian terhadapnya dan karena itu ia tidak akan berhasil dalam mempelajarinya. Pentingnya Minat Minat merupakan faktor penting dalam suatu proses pembelajaran, karena dengan adanya minat siswa akan mengikuti proses pembelajaran dengan bersemangat dan sungguh-sungguh, adapun pentingnya minat dalam suatu proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: a. Sebagai suatu motivasi belajar Elizabeth B. Hurlock (1990: 119) mengemukakan bahwa minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Dari pendapat ini jelas bahwa bila seorang siswa mempunyai minat belajar maka dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa tersebut akan berusaha lebih sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan yang ada dalam pembelajaran tersebut. b. Memberi kesenangan dalam belajar Apabila siswa berminat belajar, maka pengalaman belajar mereka akan menyenangkan dan bertahan lebih lama di dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock (1990: 116) yang mengemukakan bahwa bila siswa-siswa berminat pada suatu kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan c. Meningkatkan perhatian dan keaktifan siswa dalam belajar Minat yang ada pada diri siswa akan mengakibatkan bertambahnya perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran siswa tidak akan malas dan selalu memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Sebagaimana dikemukakan M. Uzer usman (1995: 27) bahwa minat belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa dalam suatu proses pembelajaran. d. Menambah kelancaran dalam kegiatan pembelajaran Dengan adanya minat dalam pembelajaran, maka akan terjadi komunikasi antara guru dengan siswa. Sehingga apabila terdapat hambatan-hambatan dalam pembelajaran akan dengan mudah terpecahkan. Hal ini sesuai dengan pendapat A. M. Sardiman (1987: 93) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila disertai dengan adanya minat. e. Untuk mendapatkan hasil yang baik Minat belajar yang besar dalam pembelajaran akan mengakibatkan bertambahnya intensitas kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar. Bertambahnya intensitas kegiatan ini akan menimbulkan hasil yang Volume 1, No.1,

5 Komarudin bertambah baik pula. Oleh karena itu diharapkan seorang guru dapat melakukan upaya-upaya agar minat siswa dalam pembelajaran bertambah sehingga dapat menghasilkan yang lebih baik. Timbulnya Minat Crow & Crow (Kasijar, 1984: 361) mengemukakan bahwa motivasi berhubungan erat dengan bangkitnya minat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa timbulnya minat berhubungan erat dengan motivasi siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus memberikan motivasi kepada siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa berminat dengan materi pelajaran yang diberikan. Senada dengan hal tersebut di atas, Benard (A.M. Sardiman, 1987: 27) mengemukakan bahwa minat belajar timbul tidak secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman dan kesiapan dalam waktu belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan minat belajar timbul tidak dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui aktivitas, pengalaman, kebiasaan dan dorongan dari seseorang. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan minat siswa dalam proses pembelajaran adalah: a. Guru Minat pada diri siswa akan timbul dengan sendirinya jika siswa mempunyai kesan yang baik terhadap seorang guru. Dengan adanya kesan tersebut siswa akan merasa tertarik dan menyukai gurunya dan pada akhirnya akan menyukai materi pelajaran yang di sampaikan guru tersebut. Dalam hal ini Sardjono (1979: 15-16) mengemukakan sebagai berikut. Ciri-ciri yag disukai murid adalah: (1) Suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dan tugas dengan jelas serta mendalami dan menggunakan contohcontoh sewaktu mengajar. (2) Riang gembira, mempunyai perasaan humor dan menerima lelucon atas dirinya. (3) Bersikap bersahabat pada siswa dan merasa sebagai anggota di dalam kelompok kelas, maksudnya guru merupakan kesatuan dengan anak-anak sekelas, sebagai ayah, kepala keluarga kelas yang membimbing dan melindungi anggotanya. (4) Adanya perhatian pada siswa dan memahami siswa, guru harus dapat memperhatikan semua siswa, baik yang pandai maupun yang lambat masing-masing memerlukan perhatian yang berbeda. (5) Berusaha agar pekerjaan menarik, membangkitkan keinginan belajar. Guru hendaknya mempunyai kreatifitas sehingga belajar itu tidak menjemukan tetapi menyenangkan. (6) Tegas, sanggup menguasai kelas dan membangkitkan rasa hormat pada siswa. Guru dalam mengambil keputusan tidak boleh ragu-ragu, karena keraguraguan adalah suatu pertanda bahwa guru tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. (7) Tidak pilih kasih dan tidak punya anak kesayangan. Guru harus bertindak adil terhadap anak didiknya. (8) Tidak suka mengomel dan mencela. Jika guru terlalu banyak bicara yang tidak perlu, maka hal ini akan mengurangi perhatian siswa. (9) Murid betul-betul mempelajari dari guru. Guru harus mendapatkan kepercayaan dari anak-anak, sehingga mereka akan mentaati perintah guru, siswa akan bertambah pandai dan terampil. (10) Mempunyai pribadi yang menyenangkan. Dengan sifat simpatik dari guru siswa merasa mendapatkan kepercayaan dan perlindungan dari guru. Selain dari hal-hal di atas, guru juga harus dapat menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang menyenangkan, sehingga dalam belajar siswa merasa senang dan bersemangat tanpa adanya ketegangan-ketegangan dalam pembelajaran. b. Teman sebaya Teman sebaya sangat mempengaruhi timbulnya minat siswa dalam pembelajaran hal ini disebabkan siswa ingin diteima dan diakui serta 38 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

6 Upaya Guru Pendidikan Jasmani mendapatkan perhatian dari teman sebaya. Sebagaimana dikemukakan Crow & Crow (Kasijar, 1984: 353) bahwa minat anak-anak muda terhadap kegiatan-kegiatan atau apa yang mereka lihat menjadi pembangkit keinginan-keinginan untuk menarik perhatian-perhatian anggota kelompok. b. Sarana dan prasarana Minat belajar siswa akan timbul jika sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah lengkap dan terawatt dengan baik sehingga bila digunakan tidak membahayakan keselamatan diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Bimo Walgito (1981: 31) yang menyatakan bahwa minat akan timbul apabila terdapat alat-alat pendukung dari objek minat yang bervariasi dan dalam kondisi baik. Karakteristik Siswa SMU Seseorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan yang baik harus memahami karakteristik siswa dalam mengajar, membimbing dan mendidik siswa. Siswa SMU adalah pelajar yang menempuh pendidikan agar memperoleh bekal sebagai tenaga tingkat menengah. Usia siswa SMU berkisar antara tahun atau sering pula disebut usia remaja. Usia remaja merupakan batas peralihan dari kehidupan anakanak menuju dewasa. Tubuhnya sudah kelihatan layaknya orang dewasa, tetapi apabila diperlakukan seperti orang dewasa maka ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Imam Soejoedi (1979: 13) mengemukakan bahwa sifat-sifat yang penting dalam usia remaja adalah sebagai berikut : 1. Berpikir hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri sendiri. 2. Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru 3. Berkeinginan untuk berdiri sendiri 4. Mudah dipengaruhi oleh pendapat orang lain Dari uraian di atas dinyatakan bahwa kehidupan remaja adalah sangat rawan, karena emosi yang tidak stabil bila mendapat pengaruh yang negatif akan lebih cepat direspon tanpa memperhitungkan untung ruginya. Apabila hal ini tidak diperhatikan dengan baik, maka siswa akan bertindak semaunya, tidak memperhitungkan norma-norma dan aturan-aturan yang ada. Untuk itu guru pendidikan jasmani perlu memahami sifat-sifat anak remaja ini dengan baik. Selain uraian Imam Soejoedi di atas, Singgih D. Gunarsa (1991: 35) menyatakan bahwa pengalaman para remaja mengenai alam dewasa masih belum banyak, oleh karena itu sering terlihat adanya : 1. Kegelisahan, mempunyai keinginan yang banyak tetapi tidak selalu dapat terpenuhi sehingga mereka hanya dikuasai oleh perasaan gelisah. 2. Pertentangan, sering terjadi perbedaan pendapat antara remaja dengan orang tua. 3. Keinginan, mempunyai keinginan yang bersifat menantang untuk mencoba segala bentuk yang belum diketahui. 4. Aktivitas kelompok dan teman sebaya Adapun mengenai karakteristik siswa putri SMU, secara lebih spesifik dikemukakan oleh B. Simandjuntak (1993: 87-88) yang menyatakan bahwa pada usia remaja ini secara fisiologis ditandai dengan telah datangnya masa menstruasi, sehingga tubuh mengalami gangguan akibat adanya perubahan fungsi hormon pada diri remaja putri, hal ini sedikit banyak membuat remaja putri malas melakukan aktivitas, khususnya aktivitas jasmani. Lebih lanjut lagi dikemukakan bahwa tingkat keberanian remaja putri dalam melakukan aktivitas fisik lebih rendah dibanding remaja putra, malah ada anggapan bahwa pendidikan jasmani membahayakan keselamatan remaja putri, sehingga sangat sedikit siswa putri yang aktif dalam aktivitas jasmani. Volume 1, No.1,

7 Komarudin Dengan mengetahui karakteristik siswa SMU dan juga perbedaanperbedaan mendasar antara siswa putra dan siswa putri, maka diharapkan seorang guru pendidikan jasmani dapat sedini mungkin mengantisipasi bagaimana berupaya dalam menghadapi siswa. Pengetahuan ini untuk mendasari dalam usahanya untuk mengarahkan, mendorong, membimbing dan meningkatkan minat serta memberi petunjuk kepada anak didik, khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani, agar tujuan-tujuan dari pendidikan jasmani di sekolah dapat terwujud. Upaya Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk Meningkatkan Minat Siswa Putri dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMU Minat merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dituntut untuk meningkatkan minat siswa, khususnya siswa putri terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dalam meningkatkan minat siswa putri SMU antara lain : 1. Membangkitkan Adanya Suatu Kebutuhan pada Siswa A. M. Sardiman (1987: 94) mengemukakan bahwa minat belajar siswa dapat ditimbulkan dengan membangkitkan adanya suatu kebutuhan. Dari pendapat ini dapat dijelaskan, apabila siswa merasa membutuhkan sesuatu maka mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Supaya siswa putri merasa membutuhkan pembelajaran pendidikan jasmani maka upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani adalah dengan jalan memberikan harapan yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Jika siswa putri mempunyai kebutuhan maka siswa putri akan termotivasi dan mempunyai keinginan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani tersebut. Masih menurut A. M. Sardiman (1987: 94) bahwa bentuk-bentuk kebutuhan itu antara lain : penghargaan, nilai yang memuaskan, pujian dan perhatian. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik siswa SMU yaitu masih membutuhkan aktivitas kelompok dan teman sebaya. Dengan melakukan aktivitas kelompok mereka mengharapkan adanya penghargaan, pujian, penghargaan serta sudah barang tentu nilai yang memuaskan sehingga dapat diakui kelompoknya. Salah satu contoh upaya guru pendidikan jasmani untuk membangkitkan suatu kebutuhan pada siswa adalah dengan memberikan penjelasan tentang pentingnya pendidikan jasmani bagi aktivitas sehari-hari manusia sehingga dapat terlaksana dengan baik, maka dengan demikian pendidikan jasmani merupakan suatu kebutuhan bagi semua manusia, tak terkecuali siswa putra maupun putri. 2. Membangkitkan Motivasi Belajar Menurut W. S. Winkel (1983: 92) bahwa motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat belajar. Dengan demikian dapat dijelaskan lebih lanjut, motivasi sangat dibutuhkan dalam pembelajaran karena tidak semua materi pembelajaran yang akan disampaikan guru menarik perhatian dan minat siswa. Bentuk-bentuk motivasi itu antara lain : pujian, hadiah, nilai yang memuaskan dan harapan setelah menyelesaikan pembelajaran, misalnya siswa yang pandai bermain bola voli dan berbakat akan dimasukkan dalam tim bola voli pelajar mewakili sekolahnya. Adapun untuk siswa putri yang sedang mengalami masa menstruasi dan akhirnya malas dalam beraktifitas khususnya aktivitas jasmani serta siswa putri yang mempunyai anggapan bahwa pendidikan jasmani dapat membahayakan keselamatannya, maka seorang guru pendidikan jasmani harus dapat memberikan pengertian serta dorongan agar siswa putri dapat aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, misalnya dengan memberikan pengertian bahwa masa menstruasi bukanlah halangan untuk melakukan 40 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

8 Upaya Guru Pendidikan Jasmani aktivitas jasmani asal dilakukan dengan benar sehingga tidak membahayakan keselamatan diri dan sudah barang tentu siswa putri selayaknya memakai pembalut apabila akan melakukan aktivitas jasmani. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Kartini Kartono (1979: 211) bahwa senyatanya menstruasi itu merupakan gejala biologis yang alami dan positif sifatnya sebagai pertanda biologis dari kematangan seksuil, sehingga peristiwa menstruasi itu sebenarnya diterima dengan sikap yang wajar oleh setiap gadis dan wanita. Dengan demikian diharapkan dengan diberikan beberapa pengertian pokok tentang menstruasi seperti tersebut di atas, dapat menghilangkan anggapan yang keliru dari siswa putri tentang menstruasi dan hal ini juga dapat mendorong keberanian siswa putri dalam melakukan berbagai aktivitas jasmani. 3. Memberitahu Tujuan atau Sasaran Belajar yang ingin Dicapai W. S. Winkel (1983: 93) menyatakan sebagai berikut : minat siswa akan lebih kuat bila tujuan belajar yang ingin dicapai diberitahukan kepada mereka. Dari pendapat ini dapat dijelaskan lebih lanjut dengan mengetahui tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pendidikan jasmani, siswa putri SMU akan mempunyai gambaran yang jelas mengenai materi pembelajaran pendidikan jasmani sehingga akan timbul keinginan, dorongan atau motivasi untuk mempelajari materi tersebut. Contohnya dalam pembelajaran keterampilan bola basket dimana materinya adalah melakukan lemparan (shooting), maka seorang guru pendidikan jasmani dapat menjelaskan bahwa tujuan dari pembelajaran keterampilan melakukan lemparan (shooting) adalah apabila lemparan itu dilakukan dengan baik dan sesuai dengan teknik yang benar maka bola akan masuk ke basket dan akan menghasilkan nilai dan dengan itulah kemenangan sebuah tim ditentukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakterisitk siswa SMU yaitu selalu ingin mencoba pengalaman-pengalaman baru. 4. Menggunakan Metode yang Bervariasi Penyampaian materi pelajaran oleh seorang guru pendidikan jasmani seharusnya dapat menimbulkan gairah dan semangat belajar siswa. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus mempunyai kreatifitas yang baik agar dapat menemukan metode yang bermacam-macam dalam proses pembelajarannya. Contohnya dalam memberikan materi pelajaran permainan, metode yang banyak digunakan sebaiknya adalah metode demonstrasi atau dril, karena dengan metode ini siswa dapat dengan mudah melihat secara langsung gerakan yang dicontohkan guru dan dengan mudah melihat secara langsung gerakan yang dicontohkan guru dan dengan mudah menirukannya secara berulang-ulang, sehingga gerakan tersebut dapat cepat dikuasai. Sebaliknya bila memberikan materi berupa peraturan-peraturan pertandingan cabang oleh raga, maka metode yang digunakan sebaiknya metode ceramah, karena metode ini lebih efektif dengan memberikan penjelasan-penjelasan tentang materi peraturan-peraturan cabang olahraga. Dengan mengunakan berbagai macam metode diharapkan dapat menarik perhatian dan minat belajar siswa serta dapat mencegah timbulnya kebosanan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Sebagaimana diungkapkan oleh Elida Prayitno (1989: 112) bahwa dengan menggunakan metode belajar yang bermacam-macam akan mendukung timbulnya kegairahan, ketekunan dan minat belajar sehingga memungkinkan siswa belajar dengan aktif. 5. Memberitahukan Hasil Belajar Siswa Hasil belajar yang diberitahukan kepada siswa akan mendorong keinginan siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan siswa mengetahui kemajuan belajar yang selama ini mereka lakukan. Dengan mengetahui kemajuan Volume 1, No.1,

9 Komarudin belajar, siswa akan merasa senang dan termotivasi untuk lebih giat lagi dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya bila siswa kurang mendapatkan peningkatan belajarnya, maka siswa akan berusaha lebih keras untuk meningkatkan belajarnya tersebut. Keadaan ini sesuai juga dengan karakteristik siswa SMU yang ingin selalu mendapatkan kepuasan diri. Hal ini senada juga dengan pendapat Elida Prayitno (1989: 25) yang mengemukakan bahwa lapoan kemajuan siswa bermanfaat untuk mendorong siswa lebih giat dalam belajar. 6. Modifikasi Alat dan Fasilitas Dalam proses pembelajaran, modifikasi alat dan fasilitas merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani. Modifikasi dapat dilakukan dengan pertimbangan agar siswa putri lebih berminat di dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini Husni Thamrin (1995: 78) mengemukakan bahwa sekalipun ketentuan peralatan olahraga yang harus disediakan sekolah sedemikian rupa, akan tetapi bentuknya tidak harus berupa peralatan yang sebenarnya (standar), apabila kondisi siswa tidak memungkinkan menggunakannya, maka diperlukan peralatan yang berbentuk modifikasi. Apabila modifikasi dapat dilaksanakan dengan tidak menyalahi prinsipprinsip gerakan, diharapkan siswa putri akan lebih giat dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan karena sesuai dengan kemampuannya. Sebagai contoh modifikasi alat dalam pembelajaran permainan bola voli bagi siswa putri di SMU yaitu dengan menggunakan bola yang tidak standar, sehingga tidak terlalu berat dan keras seperti bola standar. Bola modifikasi yang dimaksud banyak dijumpai di took-toko olahraga dengan kualitas di bawah bola standar. Adapun bentuk modifikasi fasilitasnya adalah dengan mengurangi tinggi net pada saat pembelajaran bola voli untuk permainan secara sederhana. Dengan net yang tidak terlalu tinggi diharapkan siswa putri akan berminat dalam bermain bola voli dan dapat menggunakan gerakan-gerakan sesuai dengan teknik yang benar. Jika guru pendidikan jasmani sudah mengupayakan untuk meningkatkan minat belajar siswa, maka guru pendidikan jasmani dan kesehatan harus melaksanakan tugas mengajar dengan sebaik-baiknya dan selalu membina siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penutup Kesimpulan Upaya guru pendidikan jasmani untuk menigkatkan minat siswa putri dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di SMU seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. membangkitkan adanya suatu kebutuhan pada siswa b. membangkitkan motivasi belajar c. memberitahukan tujuan atau sasaran belajar yang ingin dicapai d. menggunakan metode hasil belajar siswa e. modifikasi alat dan fasilitas Saran Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila seorang guru pendidikan jasmani dapat meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya agar dapat secara dini melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan minat siswa putri dalam pembelajaran pendidikan jasmani sehingga tujuan-tujuan yang diharapkan dari pendidikan jasmani di SMU dapat terwujud. 42 Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia

10 Upaya Guru Pendidikan Jasmani Daftar Pustaka A.M Sardiman. (1987). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Bimo Walgito. (1981). Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penka Fakultas Psikologi UGM. B. Simandjuntak. (1993). Psikologi Remaja. Bandung: Tarsito. Depdikbud. (1993). Kurikulum SMU. Jakarta: Depdikbud. Elida Prayitno. (1989). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud. E. Usman Effendi. (1985). Pengantar Psikologi. Bandung: Tarsito. Hurlock, Elizabeth. B. (1990). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Husni Thamrin. (1995). Peran Guru Pendidikan Jasmani Mengatasi Keterbatasan Alat dan Fasilitas Olahraga. Cakrawala Pendidikan (Nomor 5 Tahun 1996). Imam Soejoedi. (1979). Pengantar Buku Pegangan Guru SPG. Jakarta: PT. Karya Uni Press. Kartono Kartini. (1979). Psikologi Anak. Bandung: Alumni. Kasijar. (1984). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud. M. Uzer Usman. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Poerwodarminto. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sardjono. (1979). Didaktik dan Metodik Senam. Yogyakarta: FKIK IKIP Yogyakarta.. (1988). Peranan Pendidikan Jasmani dalam Usaha Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Warta IKIP Yogyakarta (Volume XXII-XXIII). Singgih. D. Gunarsa. (1991). Psikologi Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Soebroto. (1976). Pendidikan Jasmani SD. Jakarta: Depdikbud. Sukintaka. (1992). Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.. (1998). Reformasi dalam Pendidikan Jasmani. Makalah. IKIP Yogyakarta. Sukirin. (1984). Pokok-pokok Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Winkel, W.S. (1983). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Woeryati Soekarno. (1997). Senam Untuk Wanita. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Volume 1, No.1,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata dan disiapkan sebaik mungkin, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI Cut Venny Luciana lucianavenny@yahoo.co.id TK ANNISA MEDAN ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam mengidentifikasikan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan insan manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sarana untuk memperoleh kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Judul Sebelum menguraikan tesis ini lebih lanjut, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian judul dengan maksud menghindari kesalahpahaman pengertian. Tesis ini berjudul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Minat Minat merupakan masalah yang paling penting di dalam pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dapat diupayakan peranannya untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam kehidupannya. Dimana pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani memiliki peranan yang sangat penting dalam mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di sekolah dasar merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari pendidikan pada umumnya, yang bertujuan untuk membentuk atau membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat di puaskan satu persatu, karena memiliki standard masing masing.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat di puaskan satu persatu, karena memiliki standard masing masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai wadah pendidikan formal tidaklah memperhatikan satu mata pelajaran saja. Berbagai kepentingan dan keperluan setiap mata pelajaran tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sarana untuk memperoleh kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bola basket adalah salah satu olahraga permainan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Permainan bola basket Indonesia pada saat ini semakin banyak penggemarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara keseluruhan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara keseluruhan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara keseluruhan minat siswa kelas IV dan V SD Negeri 2 Kedungbenda Kemangkon Purbalingga masuk ke dalam kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. lnteraksi tersebut dapat berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik siswa dalam beraktifitas untuk mendidik lebih mengedepankan pada

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik siswa dalam beraktifitas untuk mendidik lebih mengedepankan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan usaha pendidik yang dilakukan oleh guru untuk meberikan pelajaran. Belajar memuat kondisi fisik siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendididikan memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dipertandingkan dalam cabang ini seperti berjalan, berlari, melompat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan olahraga sejak dini merupakan satu program kebijakan pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memperluas pengetahuan. Selain itu pendidikan merupakan proses bagi setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia merupakan pendidikan yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

Lebih terperinci

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan dari tujuan. nasional, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan dari tujuan. nasional, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan dari tujuan nasional, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olah raga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pendidikan adalah suatu proses interaksi yang bersifat manusiawi, upaya untuk menyiapkan peserta didik, upaya untuk meningkatkan kualitas hidup,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melaluiaktivitas jasmani yang dijadikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melaluiaktivitas jasmani yang dijadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melaluiaktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembanganindividu secara menyeluruh.melalui PendidikanJasmani,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan minat siswa putra

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan minat siswa putra BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan minat siswa putra kelas atas SD Negeri dan MI di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian integral dari pendidikan keseluruhan tentu saja memusatkan semua usahanya untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani

BAB I PENDAHULUAN. agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan dan perkembangan siswa sangat memerlukan tuntunan, bimbingan, binaan dan dorongan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani yang berpangkal dari gerak manusia, serta mengarah pada kepribadian yang bulat dan kreatif dari manusia adalah dasar dari segala pendidikan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai, dan sikapnya, serta

Lebih terperinci

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan salah satu mata pelajaran pendidkan jasmani yang wajib diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan mata pelajaran yang tak dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil dalam melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bolabasket selalu dipertandingkan baik antar mahasiswa, pelajar, atau club-club yang ada di Indonesia. Di kalangan pelajar permainan bolabasket cukup digemari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan UUD 1945. Pendidikan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Kebijakan pemerintah meningkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai

Lebih terperinci

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN 25 MODUL 2 : PENDAHULUAN MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Drs. Yoyo Bahagia, M. Pd Penyelenggaraan program pendidikan jasmani (Penjas) hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan manusia seumur hidup, dan pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan manusia seumur hidup, dan pendidikan jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar sebagai proses dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia seumur hidup, dan pendidikan jasmani merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Proses kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan peserta didik pada perubahan tingkah laku yang diinginkan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan mata pelajaran yang tak dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. tingkat anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari semua lapisan masyarakat di Indonesia. Olahraga ini dapat dimainkan mulai dari tingkat anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang sesuai dengan muatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang di inginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia melalui proses pembelajaran dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang demikian pesat dan canggih, sehingga segala sesuatu yang semula dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan " Belajar merupakan aktifitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan  Belajar merupakan aktifitas 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan " Belajar merupakan aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa untuk menghadapi masa depan. Maka proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RIYAN FATHUL CHOER, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RIYAN FATHUL CHOER, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan rutinitas kehidupannya tidak akan pernah lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuhkan, mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN Diana Dewi Wahyuningsih Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dianadewi_81@yahoo.com Kata Kunci: Pendidikan Seksualitas, Aspek Psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting, artinya tanpa pendidikan manusia akan sulit untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebagai wadah pendidikan formal mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pembinaan mental-spritual, intelektual dan khususnya pembinaan kualitas

Lebih terperinci

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari banyak kalangan. Namun dalam pelaksanaannya pembelajaran pendidikan jasmani berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam hidup manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan belajar di rumah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan belajar di rumah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LARI ESTAFET MELALUI METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 OTI. Anis

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LARI ESTAFET MELALUI METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 OTI. Anis 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN LARI ESTAFET MELALUI METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 OTI Anis Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Telp. 429743

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah smpai masalah tersebut dapat di pecahkan dengan baik. Untuk dapat. bermutu tinggi dan mampu berkompetensi secara global.

BAB I PENDAHULUAN. masalah smpai masalah tersebut dapat di pecahkan dengan baik. Untuk dapat. bermutu tinggi dan mampu berkompetensi secara global. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) belakang ini sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan. Dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sugihmas 2 Grabag Magelang mengikuti pembemlajaran permainan bola voli

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sugihmas 2 Grabag Magelang mengikuti pembemlajaran permainan bola voli BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis diperoleh persentase minat siswa SD Negeri Sugihmas 2 Grabag Magelang mengikuti pembemlajaran permainan bola voli menunjukkan bahwa secara

Lebih terperinci