PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 65 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname... (Agus Nawang) PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN ABSTRAK Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan Pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan budidaya merupakan program pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan dengan tujuan untuk menyebarluaskan teknologi budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem tradisional plus. Kegiatan pemasyarakatan ini dilaksanakan di tambak masyarakat di Desa Lawallu Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Dua kelompok pembudidaya yang dilibatkan yaitu Kelompok Vaname Jaya dengan jumlah anggota 14 orang masing-masing satu petak tambak dengan luas total 5,63 ha. Kelompok kedua adalah Kawan Sejahtera yang terdiri atas 10 anggota masing-masing satu petak tambak dengan luas total 4,37 ha. Jumlah luas keseluruhan tambak yang digunakan yaitu 10 ha. Penebaran benur udang vaname PL-10 setiap petakan tambak kepadatan 8 ekor/m 2 ; bobot rata-rata 0,01 g/ekor. Tahapan kegiatan diawali dari persiapan tambak dilakukan sebagaimana ketentuan prosedur cara budidaya ikan yang baik (CBIB) yang meliputi pengeringan, pengelolaan, dan perbaikan tanah dasar, pengapuran, pemasukan air, dan pemberantasan hama. Pemeliharaan selama 65 hari dan dilakukan sampling pertumbuhan setiap 10 hari mulai umur 35 hari, pengamatan kualitas air setiap 10 hari serta analisis sampel untuk uji PCR dan bakteri. Pemberian pakan menggunakan pelet setelah umur 35 hari dengan dosis 5%-2% dari bobot biomassa udang per hari. Hasil yang diperoleh terhadap bobot akhir rata-rata yaitu 18,30 g/ekor dan tingkat sintasan rata-rata 25% serta produksi secara total didapatkan 3.377,4 kg atau sama dengan 337,7 kg//ha. KATA KUNCI: iptekmast, produksi, tradisional plus, vaname PENDAHULUAN Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang berada pada pesisir Barat Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak antara koordinat 40 o 5 ' 49 " -40 o 47 ' 35 " lintang Selatan dan 119 o 35 ' 00 " -119 o 49 ' 16 " bujur Timur dengan luas wilayah 1.174,72 km 2 dengan garis pantai sepanjang 78 km. Jumlah penduduknya berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2009 sebesar jiwa dengan kepadatan rata-rata 138,74 jiwa/km 2. Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Barru tahun 2009 sebesar Rp ,-. Kabupaten Barru memiliki potensi areal budidaya tambak sekitar ha. Dari potensi tersebut telah dimanfaatkan pertambakan seluas 2.617,05 ha yang terdiri atas tambak udang intensif 81,5 ha; semi-intensif 290,48 ha; tradisional 1.639,1 ha; dan tambak polikultur bandeng-udang 695,88 ha dengan jumlah pembudidaya tambak orang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru, 2005). Potensi lahan yang belum dimanfaatkan adalah 25,23% sementara yang masih dikelola secara tradisional mencapai 89,22% di mana tingkat produktivitas areal tambak masih sangat rendah. Sehingga dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani tambak diperlukan introduksi budidaya udang vaname. Dalam rangka meningkatkan efektivitas misi penyebarluasan hasil riset, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) melaksanakan program IPTEKMAS (Pemasyarakatan Ilmu pengetahuan dan Teknologi), yaitu sebuah bentuk upaya pemacuan adopsi dan penyebarluasan hasil riset karya para peneliti Balitbang KP kepada masyarakat. Program tersebut mencakup kegiatan-kegiatan inventarisasi paket-paket teknologi Balitbang KP yang perlu diadopsi diberbagai kasus/lokasi, penerapan, pengkajian dan pengumpulan umpan balik menyempurnakan teknologi, serta upaya-upaya peningkatan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan dengan

2 Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur menggunakan teknologi yang tersedia, dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat dan peneliti Balitbang KP. Melalui program IPTEKMAS, diharapkan teknologi hasil riset Balitbang KP menjadi guna, sehingga dampaknya terhadap peningkatan pendapatan pelaku utama (pembudidaya, nelayan tangkap dan pengolah) dapat dimaksimalkan. IPTEKMAS dilaksanakan sejak tahun 2007 hingga sekarang. Mengingat keterpaduan program dan pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak terkait yang bersifat lintas institusi dan lembaga, maka perlu adanya kesamaan visi, misi, dan semangat kebersamaan dalam mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Setelah melalui serangkaian penelitian dan kajian, maka pemerintah melalui SK Menteri KP No. 41/2001 secara resmi melepas udang vaname sebagai varietas unggul pada tanggal 12 juli 2001 (Anonim, 2003; Poernomo, 2002). Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan kenaikan terhadap produksi udang sebesar 74,75% di tahun , yaitu dari ton menjadi ton. Dalam pencapaian tersebut, peningkatan produksi udang akan diarahkan pada komoditas udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Udang vaname sendiri ditargetkan pada tahun 2014 mencapai ton. Udang vaname merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan seperti lebih tahan terhadap penyakit dan pertumbuhan cepat, bahkan udang vaname yang positif (deteksi PCR) terinfeksi WSSV namun tidak menunjukkan gejala klinis, masih dapat tumbuh normal dengan sintasan 88% dan produksi sebesar 11,5 ton/ha (Sugama, 2002). Namun demikian pembudidaya udang dengan kemampuan modal sangat terbatas masih beranggapan bahwa udang vaname hanya dapat dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut ternyata tidaklah sepenuhnya benar, karena hasil kajian menunjukkan bahwa udang vaname juga dapat diproduksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar karena pertumbuhan relatif lebih cepat. Belakangan ini teknologi yang berkembang pada pola intensif dan semi-intensif, pada hal luas areal pertambakan di Indonesia mencapai ha, di mana 80% di antaranya digarap oleh petambak yang bermodal terbatas. Dengan demikian kegiatan sosialisasi sangat diperlukan dalam rangka untuk penyebarluasan beberapa hasil kajian teknologi budidaya udang vaname secara tradisional plus melalui kegiatan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEKMAS). Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan IPTEKMAS bertujuan untuk menyosialisasikan aplikasi teknologi budidaya udang vaname sistem tradisional plus yang mengacu pada cara budidaya ikan yang baik (CBIB) kepada masyarakat kelompok pembudidaya. Teknologi tersebut dapat menjadi acuan untuk diadopsi dan diserap bagi masyarakat petambak di sekitar kawasan lokasi kegiatan IPTEKMAS sehingga peningkatan produktivitas hasil tambak dapat tercapai. Kegiatan ini diharapankan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani tambak. PERMASALAHAN SEBELUM IPTEKMAS Permaslahan yang ada sebelum kegiatan IPTEKMAS yang menjajdi keluhan dari pihak pembudidaya sendiri, yaitu lemahnya pengetahuan masyarkat pembudidaya tentang bagaimana cara budidaya ikan/udang yang baik. Pembudidaya selama ini hanya perpatokan dari pengalaman-pengalaman saja tanpa memliki acuan bagaimana melakukan budidaya udang yang baik sesuai CBIB. Sehingga terkadang ada hal-hal dianggap pada tahapan kegiatan hanya merepotkan saja dan buang-buang biaya seperti misalnya pada tahapan persiapan tambak yaitu pengeringan, pengapuran, pemberantasan hama, serta pemupukan. Pada hal kegiatan tesebut memiliki peran dalam hal memperbaiki tekstur tanah tambak, meningkatkan kesuburan dasar tambak dan mempercepat penumbuhan pakan alami untuk mendukung pertumbuhan udang karena pada awal pemeliharaan sebelum diberikan pakan tambahan. Permasalahan lain yang dialami oleh masyarakat pembudidaya adalah susahnya untuk mendapatkan benur vaname yang berkualitas. Karena benur yang berkualitas bagus kebanyakan diproduksi dari Pulau Jawa, sementara akses pembudidaya untuk mendapatkan benur tersebut sangat sulit. Tidak adanya pengetahuan bagaimana cara pemantauan pertumbuhan untuk menentukan

3 67 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname... (Agus Nawang) jumlah pakan yang mestinya diberikan dalam satu hari, sehingga pembudidaya pada saat melakukan pemberian pakan hanya berdasarkan perasaan saja sehingga akhirnya kadang terjadinya kekurangan atau kelebihan pakan. Lemahnya kelembagaan kelompok antara pembudidaya lebih cendrung jalan sendiri-sendiri. Pemberdayaan tenaga penyuluh perikanan yang merupakan satu bagian komponen dari Dinas Perikanan dan Kelautan sangat kurang padahal peranan tenaga penyuluh perikanan tersebut, sangatlah dibutuhkan sebagai tenaga pendamping, baik untuk kegiatan pendampingan di lapangan ataupun kegiatan dalam hal untuk mendapatkan kemudahan memperoleh saprokan sesuai yang diharpkan. UNSUR/INSTITUSI YANG TERLIBAT Kegiatan IPTEKMAS melibatkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros dan pemerintah daerah yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru, tenaga Penyuluh Perikanan serta pembudidaya sendiri. Kegiatan pendampingan dan bimbingan melibatkan peneliti dan teknisi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan perikanan Budidaya dan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya air Payau Maros serta Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru. Sementara kegiatan lapangan dari persiapan, pemeliharaan, pemantauan sampai panen selain peneliti dan para peserta iptekmas/pemilik tambak juga dilibatkan tim penyuluh perikanan Kecamatan Soppeng Riaja yang secara aktif mendampingi dan membimbing para pembudidaya selama kegiatan pemeliharaan. POTENSI SUMBERDAYA Lokasi IPTEKMAS Kegiatan IPTEKMAS dilakukan di kawasan pertambakan di Desa Lawallu Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Gambar 1). Potensi Lahan Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah potensial di bidang Kelautan dan Perikanan. Potensi areal budidaya tambak sekitar ha. Dari potensi tersebut telah dimanfaatkan untuk pertambakan udang yang sudah dikembangkan seluas 2.617,05 ha dengan produktivitas 0,34 ton/ha (Tabel 1). Gambar 1. Lokasi kegiatan Iptekmas budidaya udang vaname sistem tradisional plus

4 Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Tabel 1. Jenis komoditas, potensi lahan, dan produksi perikanan Komoditas Sebagian besar sistem budidaya yang dilakukan di Kabupaten Barru adalah sistem tradisional, dengan kepadatan rata-rata ekor/ha. Pemeliharaan dilakukan hanya mengharapkan pakan alami sebagai pakan udang dan tanpa menerapkan SOP cara-cara budidaya ikan yang baik yaitu pada kegiatan persiapan tidak melakukan pengolahan tanah dasar, pengapuran. Kemudian saat masa pemeliharaan tidak adanya kegiatan analisis kualitas air dan pemantauan kesehatan air dan sampling udang baik pertumbuhan maupun kesehatan udang, sehingga terkadang sudah ada indikasi adanya serangan penyakit belum ada tindakan untuk penanganan atau panen. KERAGAAN BUDIDAYA Komuditas Budidaya Komuditas budidaya yang digunakan pada kegiatan IPTEKMAS ini adalah komuditas yang menjadi salah satu produk unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu udang vaname. Komoditas udang vaname merupakan komoditas andalan yang mempunyai nilai pasaran yang cukup tinggi yang sangat cocok dibudidayakan di kawasan pertambakan di Kabupaten Barru. Produksi Komoditas Unggulan Sebelum ada kegiatan IPTEKMAS kegiatan budidaya udang vaname sudah diterapkan oleh pembudidaya di Kabupaten Barru sebagai komoditas utama dalam kegiatan pemeliharaan dengan tingkat teknologi intensif dan semi-intensif tapi hanya sebagian kecil saja dan mayoritas masih pola sederhana dengan komoditas utama ikan bandeng serta udang vaname tapi tingkat kepadatan yang rendah yaitu ekor/ha. Produktivitas yang dihasilkan berkisar antara kg/ha. Pelaksanaan IPTEKMAS budidaya udang vaname sistem tradisional plus meskipun tidak terlalu besar produksi yang dihasilkan atau belum sesuai dengan target maksimal yang diharapkan, tapi masih didapatkan peningkatan produktivitas yaitu rata-rata 337,74 kg/ha atau peningkatan sebesar 12%. SUMBERDAYA MANUSIA BUDIDAYA Jumlah Kelompok Pembudidaya, Jumlah Anggota Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru jumlah keseluruhan kelompok pembudidaya yang ada di Kabupaten Barru dari 5 kecamatan adalah 25 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 733 orang (Tabel 2). Kelompok dan Anggota yang Ikut dalam IPTEKMAS Peserta IPTEKMAS terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok Vaname Jaya yang terdiri atas 14 anggota dan kelompok Kawan Sejahtera. Luas Lahan IPTEKMAS Luas potensi lahan (ha) Lahan yang sudah dikembangkan (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Udang ,30 0,34 Bandeng ,03 Ikan kerapu ,20 0,16 Ikan merah ,10 0,09 Rumput laut ,00 84,00 12,00 Kegiatan IPTEKMAS budidaya udang vaname sistem tradisional plus di Barru dilakukan di tambak masyarakat dengan jumlah petakan sebanyak 24 petak dengan total luasan lahan sebanyak 10 ha. Yang terdiri atas 5,63 ha lokasi Kelompok Vaname Jaya dan 4, 37 ha lokasi Kelompok Kawan Sejahtera. Masing-masing kelompok luasan lahan bervariasi antara 0,15 ha sampai luasan 1 ha. Hal ini karena

5 69 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname... (Agus Nawang) kondisi luasan tambak yang ada di wilayah Kabupaten Barru sangat bervariasi dari ukuran kecil sampai ukuran sangat luas, bahkan ada beberapa petak tambak yang luasnya dibawah m 2 tapi yang tetap dikelolah oleh masyarakat dan ada juga sampai mencapai luasan 20 ha. Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat peserta IPTEKMAS sebagaian besar adalah petani tambak, namun tidak terlepas dari beberapa kegiatan lain yang dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan yaitu, sebagai nelayan, petani sawah inipun tergantung musim, serta berternak. Sebagian juga yang punya kegiatan sebagai pengahasilan alternatif yaitu jadi buruh bangunan dan tukang ojek. KELEMBAGAAN DAN INFRASTRUKTUR Kelembagaan Finansial Tabel 2. Nama kelompok pembudidaya tambak di Kabupaten Barru Nama kelompok Desa/Kelurahan Kecamatan Mattirodeceng Pancana Tanete Rilau 24 Sipakainge Corawali Tanete Rilau 22 Tanete Indah Tanete Tanete Rilau 26 Lipudeceng Lipukasi Tanete Rilau 46 Sederhana Garessi Tanete Rilau 57 Telijaya Garessi Tanete Rilau 22 Sama Turue Coppo Barru 57 Sipurio Coppo Barru 32 Maruala Sumpang Binangae Barru 21 Sipurennu Mangempang Barru 23 Rezki Siawung Barru 53 Sepakat Madello Balusu 38 Cidapi Takkalasi Balusu 25 Mappideceng Takkalasi Balusu 31 Ar-Rahim Lampoko Balusu 25 Padaelo Ajjakang Soppeng Riaja 34 Sipakatau Lawallu Soppeng Riaja 28 Sipurenu Siddo Soppeng Riaja 19 Mega Windu Batu Pute Soppeng Riaja 41 Teratai Lawallu Soppeng Riaja 25 Vaname Jaya Lawallu Soppeng Riaja 14 Kawan Sejahtera Lawallu Soppeng Riaja 10 Mattirowali Cilellang Mallusetasi 20 Aliran Rezki Bojo Mallusetasi 18 Macinnong Bojo Mallusetasi 22 Jumlah Alamat Jumlah anggota Pelaksanaan kegiatan IPTEKMAS belum melibatkan kelembagaan lain seperti perbankan dan koperasi, tetapi semestinya untuk keberlanjutan kegiatan pembudidaya secara berkelompok dan 733

6 Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur terorganisasi sangat diperlukan kelembagaan tersebut untuk kemudahan dan kelancaran dalam proses kegiatan budidaya terutama dalam hal penyediaan modal dan saprokan. Sumber Saprokan Ketersediaan sarana produksi perikanan seperti benur, pakan, pupuk, dan bahan-bahan lain yang menjadi kebutuhan tidak menjadi persoalan. Karena daerah lokasi pelaksanaan IPTEKMAS berada pada kawasan yang mudah dijangkau dan dekat sumber penjualan bahan-bahan yang menjadi kebutuhan. Cuma yang menjadi persoalan adalah benur, memang di daerah Kabupaten Barru sangat mudah untuk mendapatkan benur karena banyak hatcheri dan backyard yang memproduksi benur udang vaname tetapi untuk mendapatkan yang berkualitas baik relatif susah. Karena benur yang dibeli tidak dilengkapi dengan dokumen yang memastikan benur tersebut spesifik patogen free (SPF). Sehingga masyarakat terpaksa membelinya dari pada tidak ada sama sekali. Kalo dari segi kualitas benur, masyarakat pembudidaya lebih cenderung memilih benur dari Jawa Timur. Karena selain kualitas lebih bagus, terbukti berdasarkan pengalaman bahwa hasilnyapun lebih bagus baik dari tingkat sintasan juga dari segi pertumbuhan lebih cepat. Dukungan Infrastruktur Infrastruktur di lokasi kegiatan iptekmas sangat mendukung karena petakan-petakan tambak dapat langsung dijangkau oleh kendaraan roda empat, serta konstruksi jalan cukup bagus karena sudah diaspal dan tidak jadi kendala untuk kendara-kendaraan yang bertonase besar untuk bisa lewat kalo ada bahan saprokan seperti pakan, pupuk, kapur, dan lain-lain yang akan diangkut ke lokasi dan jaraknyapun tidak terlalu jauh dengan jalan poros/jalan Trans Sulawesi yaitu, hanya berkisar 2-3 km. TEKNOLOGI INOVASI YANG DITERAPKAN Aplikasi IPTEKMAS merupakan hasil kajian dari beberapa kegiatan penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau mengenai sistem budidaya secara tradisional plus, yang mengacu pada CBIB. Teknologi ini sudah lebih meningkat dibanding dengan penerapan pemeliharaan secara sederhana dan tradisional, di mana pada proses masa pemeliharaannya sampai panen hanya mengandalkan pakan alami sebagai sumber makanan untuk udang atau ikan, serta tanpa mengacu pada sistem budidaya yang berdasarkan CBIB karena masih adanya penggunaan bahan kimia, pestisida yang digunakan untuk pemberantasan hama, serta tidak dilakukannya cara yang tepat dan mantap proses persiapan dan pengolahan tanah sebelum penebaran. Sistem budidaya udang secara tradisional plus yang mengacu pada CBIB diterapkan sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan budidaya mulai dari persiapan yang meliputi pengeringan, pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama, pemasukan air dan penebaran, serta kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemberian pakan, pemantauan pertumbuhan, serta kualitas air dan kesehatan udang. Adapun tahapan kegiatan teknologi budidaya udang vaname sistem tradisional plus yang dilakukan selama pelaksanaan pemeliharaan sebagai berikut: Persiapan Pengeringan, pengolahan tanah dasar, dan pemberantasan hama Pengeringan dilakukan dengan cara membuang air tambak melalui pintu pembuangan sampai dasar petakan betul-betul kering. Adapun yang kondisi air tambak tidak bisa kering dengan melalui pintu pembuangan dibantu dengan pompa untuk pengeringannya. Selanjutnya tambak dikeringkan sampai kondisi dasar tambak retak-retak dan dilakukan pengolahan tanah dasar dengan tujuan kandungan H 2 S bisa teroksidasi. Pengeringan secara sempurna juga dapat membunuh bakteri patogen yang ada di pelataran tambak. Pengeringan secara sempurna juga dapat memberantas hama, membunuh bakteri patogen yang ada di pelataran tambak. Lama pengeringan sekaligus pengelolaan tanah dasar sekitar 14 hari. Pemberantasan hama awal menggunakan saponin dengan dosis 30 kg/ha tapi pemberantasan hama ini hanya dilakukan pada petakan yang kondisinya tidak bisa kering secara total atau masih ada sisasisa genangan air yang tidak bisa dibuang meskipun sudah dibantu dengan menggunakan pompa.

7 71 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname... (Agus Nawang) Sementara petakan yang pengeringannya secara total dan sempurna tidak dilakukan pemberantasan hama, karena dengan pengeringan total sudah membantu memberantas adanya ikan-ikan liar, ataupun bibit telur ikan yang nantinya bisa menetas. Tapi tetap pada pertengahan pemeliharaan dilakukan pemberantasan dengan menggunakan saponin dengan dosis 50 kg/ha. Pengapuran dan pemupukan Untuk menunjang perbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian kapur bakar (CaO3) dengan dosis kg/ha dan kapur dolomit 500 kg/ha. Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan pupuk urea 200 kg/ha dan TSP 100 kg/ha. Pemupukan ini diharapkan dapat meningkatkan kesuburan dasar tambak sebagai penunjang untuk merangsang dan mempercepat penumbuhan pakan alami, karena pada sistem pemeliharaan yang diterapkan adalah secara tradisional plus di mana masa pemeliharaan udang setelah dilakukan penebaran tidak secara langsung diberikan pakan tambahan. Menurut Amin & Pantjara (2002), untuk menumbuhkan plankton di tambak dilakukan pemupukan dengan pupuk urea (150 kg/ha), TSP (75 kg/ha). Tapi setelah berumur 30 hari, sehingga pada masa awal pemeliharaan betul-betul pertumbuhan pakan alami yang sangat diharapkan untuk mendukung pertumbuhan udang. Pemasukan air Pemasukan air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung termasuk pemasangan saringan pada pintu air. Pemasukan air sebagian petakan hanya dengan membuka pintu air ke petakan tapi sebagian petakan dibantu dengan menggunakan pompa. Karena kondisi dasar petakan memang tinggi sehingga kalau hanya mengharapkan tingginya air pasang maka ketinggian air di dalam tambak sangat rendah yaitu hanya berkisar 5 10 cm. Hal ini tidak menjadi persoalan karena petakan tersebut luasannya tidak terlalu besar yaitu berkisar antara m 2 sampai dengan m 2, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengisi tambak sampai ketinggian yang diharapkan yaitu cm dengan pompa tidak terlalu lama. Penebaran Penebaran benur udang vaname dilakukan setelah pemasukan air dan pertumbuhan makanan alami di tambak yang ditandai dengan tumbuhnya plankton dan klekap yang tumbuh di dasar tambak. Benur vaname yang digunakan adalah benur PL-10 dari Hatcheri PT Global Gen Situbondo yang sudah bersertifikat dan dilengkapai dengan dokumentasi hasil pemeriksaan laboratorium yang memastikan bahwa benur tersebut adalah benur bebas penyakit (SPF). Kriteria benur yang baik adalah mencapai ukuran PL-10 atau organ insangnya telah sempurna, ukuran seragam dan rata, badan benur dan usus terlihat jelas serta berenang melawan arus. Sebelum benur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas. Aklimatisasi artinya penyesuaian terhadap lingkungan yang berbeda. Aklimatisasi ini berguna untuk mencegah terjadinya stress pada suatu organisme bila dipindahkan dari suatu lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya. Keadaan benur yang diangkut dari jarak yang jauh dan menempuh waktu yang lama dapat menjadi lemas dan bahkan stres. Beberapa faktor kondisi air yang berpengaruh dan perlu diperhatikan dalam proses aklimatisasi ialah suhu, ph, dan salinitas. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benur di permukaan air tambak dan disiram secara perlahan-lahan selama 30 menit. Sedangkan aklimatisasi salinitas dilakukan dengan membuka kantong kemudian menambahkan air tambak sedikit demi sedikit selama menit sampai salinitas air dalam kantong sama atau mendekati salinitas air tambak. Selanjutnya kantong dimiringkan sampai benur keluar dengan sendirinya. Penebaran semestinya dilakukan di pagi hari namun karena benur yang dikirim dari Surabaya pagi hari dan baru tiba di lokasi pada siang hari yaitu pada pukul 14.30, sehingga penebaran yang dilakukan sangat berisiko karena benur saat tiba di lokasi dalam kondisi siang hari. Tetapi dengan harapan dilakukannya tahapan kegiatan aklimatisasi dengan baik oleh para peserta IPTEKMAS dapat mengurangi tingkat risiko stresnya benur yang ditebar. Padat penebaran yang aplikasikan berdasarkan beberapa hasil kajian bahwa tingkat kepadatan optimal untuk budidaya udang vaname sistem tradidional plus adalah 8 ekor/m 2 atau ekor/ha. Jumlah keseluruhan penebaran dari luas tambak peserta IPTEKMAS 10 ha adalah ekor benur.

8 Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Pemeliharaan Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan setelah penebaran dilakukan selama 65 hari masa pemeliharaan sampai panen. Untuk mencapai hasil yang maksimal beberapa hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan harus diperhatikan selama pemeliharaan yaitu meliputi: Pemberian pakan Program pakan pada dasarnya suatu metode/cara pemberian pakan udang dalam satu siklus budidaya. Program ini ikut menentukan tingkat keberhasilan suatu sistem budidaya udang secara menyeluruh terutama keterkaitannya dengan tingkat biaya produksi yang yang telah dikeluarkan, sehingga dalam penyusunannya perlu kecermatan dan ketepatan dalam dalam menentukan tingkat kebutuhan udang terhadap pakan. Pakan diberikan setelah udang berumur 25 hari, di mana pada saat tersebut ketersediaan pakan alami sudah menipis sehingga diperlukan tambahan pakan buatan. Menurut Suprapto (2005), Pertumbuhan udang vaname yang dibudidayakan di tambak dapat tumbuh dengan baik, maka pakan yang diberikan harus memenuhi kualitas dan cukup jumlahnya. Beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan secara garis besar meliputi: jenis pakan, ukuran pakan, jumlah pakan, dan frekuensi pemberian pakan. Ukuran pakan yang diberikan disesuaikan dengan ukuran bobot udang, di mana saat menjelang dilakukannya pemberian pakan rata-rata bobot udang sudah mencapai 3-5 g/ekor. Soemardjati & Suriawan (2006) mengatakan bahwa kegiatan paling penting dalam budidaya udang vaname adalah pemberian pakan. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan udang yang dibudidayakan serta harus disesuaikan dengan kebiasaan makan dan tingkah laku udang itu sendiri. Nutrisi pakan terdiri atas protein, lemak, dan karbohidrat. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 7.00 dan sore hari pukul dengan cara menebar ke sekeliling petakan lewat pematang tambak, ini khususnya dilakukan pada tambak yang ukuran luasnya tidak terlalu luas yaitu dibawa m 2. Sementara kalo yang ukuran petakan lebih dari m 2 sampai ukuran 1 ha, untuk memaksimalkan penyebaran pakan agar pemanfaatannya lebih optimal oleh udang dilakukan dengan menggunakan perahu. Dosis pakan diberikan 3%-5% dari bobot biomassa per hari Adapun acuan penentuan jumlah pakan yang diberikan selain berdasarkan estimasi hasil sampling yang dilakukan setiap 10 hari, juga dilakukan kontrol pada anco. Sampling pertumbuhan Kegiatan sampling pertama dilakukan pada saat udang mencapai umur 35 hari pemeliharaan di tambak. Sedangkan sampling berikutnya dilakukan 10 hari sekali dari sampling sebelumnya. Adapun maksud dilakukan sampling adalah untuk mengetahui tingkat laju pertumbuhan, dan sekaligus sebagai dasar dalam menetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh udang selama pemeliharaan. Sampling dilakukan dengan menggunakan jala tebar, kemudian udang ditimbang untuk mengetahui bobot rata-ratanya. Dengan penggunaan estimasi tingkat sintasan dapat ditentukan jumlah biomassa udang untuk menentukan jumlah pakan per harinya. Daftar hasil sampling yang dilakukan setiap 10 hari dari umur 35 hari sampai panen atau umur 65 hari seperti pada Tabel 3 dan 4. Pelaksanaan kegiatan sampling secara aktif dilakukan dan sangat antusias diikuti oleh para anggota tambak peserta IPTEKMAS dan selain didampingi oleh tim peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidya Air Payau juga didampingi oleh tim Penyuluh Perikanan Kecamatan Soppeng Riaja. Pengamatan kualitas air Beberapa parameter kualitas air yang dimonitoring setiap 10 hari di tambak dengan nilai kisaran ditunjukkan pada Tabel 5. Pengukuran parameter seperti suhu, oksigen terlarut, ph, dan salinitas dilakukan langsung di lokasi petakan dan untuk parameter amonia, BOT, alkalinitas, nitrit, nitrat, dan fosfat dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros. Berdasarkan data hasil pengukuran kisaran parameter kualitas air pada Tabel 6. menunjukkan tingginya variasi nilai parameter khususnya salinitas dan suhu serta oksigen terlarut, hal ini dikarenakan lokasi tambak dengan jumlah yang banyak yaitu sebanyak 24 petak lokasinya terdiri

9 73 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname... (Agus Nawang) Tabel 3. Data hasil sampling Kelompok Vaname Jaya Nama petambak Luas lahan (m 2 ) Penebaran Bobot rataan (g) (hari) Abidin ,20 12,16 16,05 20,00 Makmur ,41 11,69 15,14 19,61 Ali ,41 9,04 11,88 17,36 Basri ,71 13,33 17,00 22,99 Hamzah ,03 10,80 14,36 17,24 Jamaluddin ,81 8,14 10,34 18,87 Firman ,84 11,43 16,00 20,49 Abd. Rahim ,04 11,69 16,00 21,74 H. Badrusamad ,04 12,44 14,33 19,38 Iskandar ,14 11,22 14,29 14,49 Mustafa ,85 14,11 16,60 19,31 Amiruddin ,69 11,71 15,50 18,52 Sube ,24 12,12 15,16 19,01 Ramli ,74 9,18 15,31 19,61 Tabel 4. Data hasil sampling Kelompok Kawan Sejahtera Nama petambak Luas lahan (m 2 ) Penebaran Bobot rataan (g) (hari) A. Ihwan H.M ,36 9,21 11,62 16,39 Amiruddin ,38 5,28 7,33 13,33 Rustan ,41 10,23 14,55 20,00 Ridwan ,67 10,53 15,13 21,74 M. Tahir ,22 11,50 15,17 20,83 Masse ,60 9,61 11,94 16,08 Lawajo ,88 8,00 13,45 18,66 Wendy Santiadjinata ,25 5,32 7,43 10,0 Irfan ,96 10,00 14,08 16,5 Lahemma ,60 10,00 13,67 17,01 atas beberapa tempat dengan kondisi lahan yang berbeda. Sehingga pada kondisi tertentu menyebabkan terjadinya fluktuasi parameter yang besar, contohnya parameter salinitas pada awal pemeliharaan dari seluruh petak kisarannya tidak terlalu besar yaitu ppt. Menurut Li et al. (2007), salinitas berpengaruh terhadap konsumsi oksigen pada udang di mana konsumsi oksigen udang menjadi lebih besar secara signifikan pada salinitas 3 ppt dibandingkan pada salinitas 17 ppt dan 32 ppt. Tapi saat memasuki awal musim hujan sehingga beberapa petakan yang kondisinya berada di lereng bukit, di mana peluang untuk masuknya air tawar sangat besar. Sehingga secara bertahap penurunan kadar garam sampai akhir pemeliharaan mencapai 1 ppt. Tetapi petakan yang letaknya sangat dekat dengan laut meskipun saat musim hujan kandungan kadar garamnya paling rendah hanya mencapai 10 ppt, begitupun juga parameter suhu di mana pada kondisi tertentu beberapa petakan suhu bisa mencapai 40 C-50 C, hal ini disebabkan ketinggian air petakan tambak sangat rendah karena besarnya tingkat resapan tanah dasar tambak pada waktu-waktu tertentu yaitu saat tidak ada pasang tinggi untuk pemasukan air. Dengan demikian sinar matahari pada siang hari

10 Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Tabel 5. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan di tambak Parameter Kisaran Suhu ( C) 26,8-40 Oksigen terlarut (mg/l) 1,44-9,75 ph 6-8 Salinitas 1-50 Amoniak (NH 3 ) (mg/l) 0,0924-2,245 BOT (mg/l) 46,77-83,27 Alkalinitas 53,0-100,7 Nitrit (NO 2 ) < 0,0010-0,1268 Nitrat (NO 3 ) mg/l 0, ,1852 Fosfat (PO 4 ) mg/l 0,0021-0,4732 Sumber: Trismawanti & Nawang (2012) pengaruhnya terlalu besar terhadap peningkatan suhu air di tambak. Sementara untuk parameter lain seperti oksigen terlarut dan ph variasi fluktuasi setiap pengamatan tidak terlalu besar pada masing-masing petakan tambak misalkan parameter ph dari awal pemeliharaan kisaran parameter dari semua petak tambak antara 7-8 dan sampai akhir pemeliharaan berkisar antara 6-7. Pemantauan dan analisis kesehatan udang Untuk memantau perkembangan kesehatan udang dilakukan analisis sampel dengan PCR di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros. Jumlah petakan tambak yang sampel udangnya diambil adalah 12 petak dari 24 petak yaitu 6 petak dari Kelompok Vaname Jaya dan 6 petak dari Kelompok Kawan Sejahtera. Selain itu, dilakukan analisis bakteri terhadap air dan tanah dasar petaka tambak. Pengambilan sampel untuk analisis pertama dilakukan setelah udang berumur 44 hari, yang rencananya akan dilakukan sebanyak dua kali pengambilan yaitu pada akhir pemeliharaan. Berdasarkan hasil analisis PCR yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2011 bahwa dari 12 petak tambak sampel yang diambil, 11 petak positif terinfeksi WSSV. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir secara keseluruhan petakan tambak pada umur udang 44 hari udang vaname sudah terserang penyakit WSSV. Sehingga untuk selanjutnya diputuskan untuk dilakukan panen secara total. Panen dan Hasil Kegiatan panen dilakukan pada masa pemeliharaan 65 hari, panen dilakukan dengan menggunakan beberapa cara tergantung kondisi tambak. Ada yang menggunakan jaring kanton dan jala. Produksi yang dihasilkan rata-rata dari dua kelompok yang dilibatkan pada kegiatan iptekmas yaitu 337,74 kg/ha; hasil ini lebih rendah dari target yang diharapkan yaitu kg/ha. Hal ini karena rendahnya tingkat sintasan yang diperoleh yaitu rata-rata 25%. Menurut Utoyo et al. (1989), bahwa tinggi rendahnya produksi yang dihasilkan tergantung pada sintasan, kecepatan laju pertumbuhan, dan padat penebaran yang dipelihara. Berdasarkan analisis PCR di laboratorium BRPBAP Maros bahwa semua sampel udang yang diambil positif terinfeksi WSSV kecuali petakan atas nama Irfan. Pengambilan sampel udang dilakukan saat pemeliharaan masih berumur 44 hari, selain itu, yang menjadi faktor rendahnya tingkat sintasan adalah pada saat penebaran yaitu tidak optimalnya proses aklimatisasi yang dilakukan oleh para pembudidaya baik itu aklimatisasi suhu maupun aklimatisasi salinitas apalagi saat penebaran, benur tiba di lokasi pada siang hari pukul Selain itu, kandungan salinitas tambak peserta waktu penebaran berkisar antara ppt. Meskipun sebelumnya sudah dilakukan bimbingan secara teknis mengenai cara aklimatisasi namun yang menjadi kendala terbatasnya kemampuan untuk mengawasi secara langsung pada saat penebaran karena lokasi tambak yang cukup luas dan terletak

11 75 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname... (Agus Nawang) beberapa titik kawasan pertambakan. Adapun daftar hasil produksi dan tingkat sintasan (SR) dari dua kelompok dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data hasil produksi dan sintasan Kelompok Vaname Jaya dan Kelompok Kawan Sejahtera Nama petambak Luas lahan (m 2 ) Penebaran Umur (hari) Bobot (g/ekor) Produksi (g) Sintasan (%) Abidin , Makmur , Ali , Basri , Hamzah , Jamaluddin , Firman , Abd. Rahim , H. Badrusamad , Iskandar , Mustafa , Amiruddin , Sube , Ramli , A. Ihwan H.M , Amiruddin , Rustan , Ridwan , M. Tahir , Masse , Lawajo , Wendy Santiadjinata , Irfan , Lahemma , Jumlah PASCA PANEN DAN PEMASARAN Hasil panen udang vaname yang diproduksi merupakan produk segar yang langsung dijual sendiri atau dari pihak distributor yang datang langsung ke lokasi tambak pada saat panen. Kemudian selanjutnya di kirim ke Kota Makassar untuk diolah atau langsung dikirim ke Surabaya untuk selanjutnya diekspor. Sehingga terkadang memang ada beberapa dampak dengan sistem penjualan lewat distributor atau pengumpul yaitu tidak stabilnya harga karena dalam waktu singkat sering terjadi perubahan harga, bahkan kadang tidak menentu dalam satu hari terjadi perubahan harga. Produksi yang dihasilkan rata-rata dijual dengan harga Rp ,-. KESIMPULAN Kegiatan pemasyarakatan budidaya udang vaname sistem tradisional plus meskipun produksi yang dihasilkan tidak mencapai target, tapi hasilnya cukup memberikan peningkatan dari hasil produksi sebelumnya yaitu dari kg/ha menjadi 337,74 kg/ha.tingkat sintasan pada udang

12 Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur yang didapatkan sangat rendah karena terinfeksi serangan penyakit WSSV tapi justru memberikan laju pertumbuhan yang sangat cepat yaitu pada umur 65 hari rata-rata sudah berukuran 18 g/ekor. Teknologi ini dapat diserap oleh masyarakat dalam hal untuk mendukung peningkatan produksi perikanan dan pendapatan petambak. Dari hasil kegiatan IPTEKMAS ini diharapakan pengembangannya lebih ditingkatkan dalam skala kawasan agar dampak yang dihasilkan lebih luas. DAFTAR ACUAN Amin & Pantjara, B Penggunaan berbagai pupuk organik terhadap kelimpahan plankton pada bak terkontrol. Prosiding Seminar Nasional Inovasi teknologi tepat guna berorientasi agribisnis untuk pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pertanian wilayah. Badan Litbang Deptan, hlm Anonim Litopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT Central Protein Prima (Charoen Pokphand Group). Surabaya, 18 hlm. Dinas KP Barru Peluang investasi Sektor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Perikanan Kab. Barru. Li, E., Chen, L., Zeng, C., Chen, X., Yu, N., Lay, Q., & Qin, J.G Growth, body composition, respiration and ambient ammonia nitrogen tolerance of the yuwanae white shrimp, Litopenaues vannamei, at the different salinities. Aquaculture, 265: Poernomo, A Perkembangan udang putih vaname (Penaeus vannamei) di Jawa Timur. Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober hlm. Soemardjati, W. & Suriawan, A Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Situbondo, 30 hlm. Sugama, K Status budi daya udang introduksi serta prospek pengembangannya dalam tambak air tawar. Warta Penelitian Perikanan Indonesia, 8(3): Suprapto Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). CV Biotirta. Bandar Lampung, 25 hlm. Utojo, Cholik, F., Mansyur, A., & Mangawe, A.G Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan, daya kelulusan hidup dan produksi udang windu (Penaeus monodon) dalam keramba jaring apung di muara Sungai Binasangkara. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai, Maros, 5(1):

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA 853 Upaya peningkatan produksi pada budidaya... (Gunarto) UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA ABSTRAK Gunarto

Lebih terperinci

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA 41 Pentokolan udang windu siste hapa... (Erfan Andi Hendrajat) PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA ABSTRAK Erfan Andi Hendrajat dan Brata Pantjara Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH Media Akuakultur Volume 7 Nomor 1 Tahun 2012 PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto *), Evi Tahapari **), dan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK 729 Penambahan tepung tapioka pada budidaya udang... (Gunarto) PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK Gunarto dan Abdul Mansyur ABSTRAK Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Lebih terperinci

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1 1193 Pertumbuhan ikan nila merah GIFT F 1... (Burhanuddin) PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH GIFT F 1 DAN NILA MERAH GIFT F 2 DI TAMBAK ABSTRAK Burhanuddin dan Erfan A. Hendrajat Balai Riset Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA 419 Pendederan ikan beronang dengan ukuran tubuh benih... (Samuel Lante) ABSTRAK PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA Samuel Lante, Noor Bimo Adhiyudanto,

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK 915 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK ABSTRAK Burhanuddin

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL 755 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL ABSTRAK Markus Mangampa Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan

Lebih terperinci

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2 GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2 PROFIL KELOMPOK Nama Kelompok : Pokdakan 74,2 Alamat : Desa kandangsemangkon Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan Tgl. Pembentukan : 10 Juni 2006 Jumlah Anggota : 12 Orang Komoditas

Lebih terperinci

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan 145 Polikultur udang vaname dan rumput laut (Erfan A. Hendrajat) POLIKULTUR UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) ABSTRAK Erfan Andi Hendrajat, Brata Pantjara, dan

Lebih terperinci

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS Hidayat Suryanto Suwoyo, S.Pi, M.Si Disampaikan pada Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau Bagi Penyuluh Perikanan

Lebih terperinci

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU Nila merah air tawar, peluang budidayanya di tambak air payau (Abdul Mansyur) NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU Abdul Mansyur dan Markus Mangampa Balai Riset Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur ISBN: 978-602-71759-2-1 Pertumbuhan, Sintasan dan Produksi Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Komposisi Padat Tebar dan Waktu Penebaran yang Berbeda

Lebih terperinci

PARAMETER KUALITAS AIR

PARAMETER KUALITAS AIR KUALITAS AIR TAMBAK PARAMETER KUALITAS AIR Parameter Fisika: a. Suhu b. Kecerahan c. Warna air Parameter Kimia Salinitas Oksigen terlarut ph Ammonia Nitrit Nitrat Fosfat Bahan organik TSS Alkalinitas Parameter

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan tumpuan harapan yang diandalkan oleh pemerintah untuk ikut berperan dalam upaya pemulihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK

1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK 1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) KAJIAN ASPEK BIOLOGI DAN SOSIAL PADA BUDIDAYA UDANG VANAME SEMI-INTENSIF (STUDI KASUS BUDIDAYA UDANG VANAME DI DESA PUNAGA KECAMATAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang merupakan salah satu komoditas utama dalam industri perikanan budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta permintaan pasar tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 216 ABSTRAK DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK Burhanuddin, Erfan Andi Hendrajat, dan Hidayat Suryanto Suwoyo

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan Benur udang vannamei yang digunakan dalam penelitian berasal dari Balai Benih Air Payau (BBAP) Situbondo menggunakan transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan salah satu peluang untuk kegiatan budidaya tambak baik yang dilakukan secara tradisional maupun intensif.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU 539 Peningkatan produktivitas tambak melalui budidaya... (Brata Pantjara) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU ABSTRAK Brata Pantjara*), Agus Nawang*), dan Irshapiani Insan**)

Lebih terperinci

POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT.

POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT. 337 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT. Gosyen Global Aquaculture

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK 55 Pemanfaatan jerami, pupuk kandang dan rumput laut... (Burhanuddin) PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK ABSTRAK Burhanuddin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK 235 Budidaya multitropik udang windu, nila merah, dan rumput laut... (Suharyanto) BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) 705 Peningkatan produktivitas tambak melalui penggunaan probiotik... (Arifuddin Tompo) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) ABSTRAK

Lebih terperinci

Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan Barru, Maret 2017

Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan Barru, Maret 2017 Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU PENDAHULUAN (1) Potensi Lahan Perikanan Budidaya PENDAHULUAN (2) Nilai Produksi Perikanan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi 1 Udang Galah Genjot Produksi Udang Galah Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi gaya rumah susun. Setiap 1 m² dapat diberi 30 bibit berukuran 1 cm. Hebatnya kelulusan hidup meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk

I. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan adalah sektor yang prospektif di Indonesia. Laut yang luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk pengembangan sektor

Lebih terperinci

PENAMPIL AN NIL A GESIT

PENAMPIL AN NIL A GESIT 215 Penampilan nila gesit dan nila merah... (Markus Mangampa) PENAMPIL AN NIL A GESIT (Oreochromis sp) DAN NIL A MERAH (Oreochromis niloticus) YANG DIPOLIKULTUR DENGAN UDANG WINDU (P. monodon) PADA KONDISI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA 1233 Pertumbuhan calon induk ikan beronang Siganus guttatus... (Samuel Lante) PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA ABSTRAK Samuel

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA 869 Efisiensi penggunaan plankton untuk pembenihan... (Suko Ismi) EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Suko Ismi

Lebih terperinci

Gambar 3. Kolam yang diperguanak untuk Percontohan

Gambar 3. Kolam yang diperguanak untuk Percontohan PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBESARAN IKAN PATIN SESUAI DENGAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) DALAM KEGIATAN APLIKASI TEKNOLOGI PERCONTOHAN/PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PENYULUH PERIKANAN DI KABUPATEN KUANTAN

Lebih terperinci

TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK

TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK 1117 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 ABSTRAK TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK Burhanuddin Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka

Lebih terperinci

VALIDASI LUAS LAHAN DAN PROFIL TAMBAK DI KABUPATEN BERAU

VALIDASI LUAS LAHAN DAN PROFIL TAMBAK DI KABUPATEN BERAU 505 Validasi luas lahan dan profil tambak di Kabupaten Berau (Mudian Paena) VALIDASI LUAS LAHAN DAN PROFIL TAMBAK DI KABUPATEN BERAU ABSTRAK Mudian Paena, Hasnawi, dan Akhmad Mustafa Balai Riset Perikanan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah bak berlapis terpaulin dan berlapis plastik

Lebih terperinci

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau JURNAL TEKNIK POMITS (2013) 1-5 1 Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau Arif Setiyono, Wahyudi, Suntoyo Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK 765 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada... (Abdul Mansyur) ABSTRAK STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK Abdul

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA 185 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 214 SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA ABSTRAK Sahabuddin, Andi Sahrijanna, dan Machluddin

Lebih terperinci

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No. 2, November 09 BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS THE SEMIINTENSIVE

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci

PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR 965 Penentuan lokasi lahan dan profil... (Mudian Paena) PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR ABSTRAK Mudian Paena, Utojo, dan Erna Ratnawati Balai

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada

Lebih terperinci

STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN

STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN Media Akuakultur Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008 STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN Utojo *) dan Abdul Malik

Lebih terperinci

M.Faiz Fuady, Mustofa Niti Supardjo, Haeruddin 1

M.Faiz Fuady, Mustofa Niti Supardjo, Haeruddin 1 PENGARUH PENGELOLAAN KUALITAS AIR TERHADAP TINGKAT KELULUSHIDUPAN DAN LAJU PERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI PT. INDOKOR BANGUN DESA, YOGYAKARTA M.Faiz Fuady, Mustofa Niti Supardjo, Haeruddin

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN TAMBAK DI KABUPATEN PONTIANAK

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN TAMBAK DI KABUPATEN PONTIANAK 1165 Karakteristik kualitas perairan tambak di Kabupaten Pontianak (Makmur) KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN TAMBAK DI KABUPATEN PONTIANAK ABSTRAK Makmur, Andi Indra Jaya Asaad, Utoyo, Akhmad Mustafa, Erfan

Lebih terperinci

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon)

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) 1215 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) ABSTRAK Burhanuddin dan Erfan Andi Hendrajat Balai

Lebih terperinci

Potret Usaha Pertanian Hasil Sensus Pertanian 2013 Kabupaten Barru

Potret Usaha Pertanian Hasil Sensus Pertanian 2013 Kabupaten Barru BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BARRU Potret Usaha Pertanian Hasil Sensus Pertanian 2013 Kabupaten Barru Persentase Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kabupaten Barru Jasa Pertanian Jumlah Rumah Tangga Usaha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Budidaya Tambak Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

TAMBAK PLASTIK MULSA UNTUK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF

TAMBAK PLASTIK MULSA UNTUK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF 1107 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 TAMBAK PLASTIK MULSA UNTUK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF ABSTRAK Erfan Andi Hendarajat, Markus Mangampa, dan Burhanuddin

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh : Hamdani

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Latar Belakang Udang windu merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dalam sektor perikanan. Kegiatan produksi calon induk udang windu merupakan rangkaian proses domestifikasi dan pemuliaan

Lebih terperinci

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2 PENINGKATAN PRODUKSI BENIH IKAN KERAPU MELALUI PERBAIKAN MANAJEMEN KUALITAS AIR DI KELOMPOK PEMBENIHAN IKAN MINA SEJAHTERA BUNGATAN KABUPATEN SITUBONDO Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2 1,2 Jurusan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RESERVOIR TERHADAP PERFORMA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TRADISIONAL

PENGGUNAAN RESERVOIR TERHADAP PERFORMA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TRADISIONAL Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Saintek Perikanan Vol.13 No.1 : 52-57, Agustus 2017 PENGGUNAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

Polikultur rajungan, udang vanamei, ikan bandeng, dan rumput laut di tambak (Suharyanto) Suharyanto *) *)

Polikultur rajungan, udang vanamei, ikan bandeng, dan rumput laut di tambak (Suharyanto) Suharyanto *) *) POLIKULTUR RAJUNGAN (Portunus pelagicus), UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei ), IKAN BANDENG (Chanos chanos), DAN RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DI TAMBAK Suharyanto *) *) Balai Riset Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

Budidaya Udang Windu

Budidaya Udang Windu Budidaya Udang Windu Oleh: Mukhammad Abdul Fatah, S. Pd.* I. Pendahuluan Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI PADA BUDIDAYA UDANG WINDU, Penaeus monodon DENGAN DOSIS PUPUK BERBEDA prb-06 Machluddin Amin* dan Erfan H. Hendrajat Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG BASO ALIEM LOLOGAU, dkk PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bantaeng mempunyai delapan kecamatan yang terdiri dari 67 wilayah

Lebih terperinci

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) Usaha pembesaran bandeng banyak diminati oleh orang dan budidaya pun tergolong cukup mudah terutama di keramba jaring apung (KJA). Kemudahan budidaya bandeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya alam di Indonesia cukup melimpah dan luas termasuk dalam bidang kelautan dan perikanan, namun dalam pemanfaatan dan pengelolaan yang kurang optimal mengakibatkan

Lebih terperinci

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 109 113 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 109 PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara administrasi Desa Keburuhan mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara administrasi Desa Keburuhan mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Keburuhan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Desa Keburuhan memiliki luas daerah 130,8330 Ha. Secara

Lebih terperinci

KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA

KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA 23 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 ABSTRAK KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA Suwardi Tahe, Markus Mangampa, dan Makmur Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X PENINGKATAN PRODUKSI IKAN NILA MELALUI TEKNIK BUDIDAYA MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI 1 Hasrun 2, Muhammad Jamal 2, Rustam 2 1 Program Ipteks Bagi Masyarakat 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali Sutini NIM K.5404064 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Probiotik Penggunaan bakteri untuk kesejahteraan manusia seperti kesehatan dan pertanian sangat menarik perhatian lebih dari satu dekade terakhir. Probiotik sudah digunakan di

Lebih terperinci

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk

Lebih terperinci

MODUL: PENEBARAN NENER

MODUL: PENEBARAN NENER BDI P/1/1.2 BIDANG BUDIDAYA PERIKANAN PROGRAM KEAHLIAN IKAN AIR PAYAU PEMBESARAN IKAN BANDENG MODUL: PENEBARAN NENER DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN 187 Teknologi budidaya ikan bandeng... (Nur Ansari Rangka) TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK Nur Ansari Rangka dan Andi Indra Jaya Asaad Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi penduduk dunia pertengahan 2012 mencapai 7,058 milyar dan diprediksi akan meningkat menjadi 8,082 milyar pada tahun 2025 (Population Reference Bureau, 2012).

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 2 kali ulangan. Perlakuan yang akan diterapkan yaitu pemakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci