STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DAN WISATA BAHARI SECARA TERPADU BERBASIS DI PPI JAYANTI KABUPATEN CIANJUR KIKI MOHAMAD AHDIAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DAN WISATA BAHARI SECARA TERPADU BERBASIS DI PPI JAYANTI KABUPATEN CIANJUR KIKI MOHAMAD AHDIAT"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DAN WISATA BAHARI SECARA TERPADU BERBASIS DI PPI JAYANTI KABUPATEN CIANJUR KIKI MOHAMAD AHDIAT MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DAN WISATA BAHARI SECARA TERPADU BERBASIS DI PPI JAYANTI KABUPATEN CIANJUR KIKI MOHAMAD AHDIAT Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari Secara Terpadu Berbasis Di PPI Jayanti Kabupaten Cianjur adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 23 Maret 2010 Kiki Mohamad Ahdiat

4 ABSTRAK KIKI MOHAMAD AHDIAT, C Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari Secara Terpadu Berbasis di PPI Jayanti Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE. Aktivitas perikanan tangkap dan wisata bahari di Pantai Jayanti berada pada tempat yang sama dan masing-masing dapat dikembangkan. Kedua aktivitas tersebut patut untuk diteliti dengan tujuan mengetahui potensi aktivitas, mendapatkan strategi pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di pantai tersebut serta mendapatkan peran yang bisa dilakukan oleh PPI Jayanti dalam pengembangan terpadu tersebut. Metode penelitian yang digunakan metode survei dengan aspek diteliti meliputi beberapa aspek bio-teknik, sosio-ekonomi dan kebijakan terkait perikanan tangkap dan wisata bahari. Aktivitas perikanan tangkap seperti penangkapan ikan di pinggir pantai dan hasil tangkapan yang didaratkan menjadi daya tarik bagi wisatawan di PPI Jayanti, selain aktivitas menikmati keindahan pantai, menikmati hidangan ikan bakar segar dan menikmati kebun petani yang berlokasi di sekitar pantai. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti pada tahun 2007 sejumlah kg sedangkan jumlah wisatawan pada tahun yang sama berjumlah orang dengan kendaraan yang digunakan sebanyak unit. Kontribusi subsektor perikanan tangkap pada tahun 2007 adalah Rp ,5 sedangkan kontribusi subsektor wisata bahari pada tahun yang sama sebesar Rp ,- Strategi prioritas untuk kedua kegiatan tersebut saat ini adalah menyelesaikan pembangunan infrastruktur jalan, pembangunan gedung TPI baru yang lebih dekat terhadap dermaga, penyelenggaraan pelelangan ikan dan penerapan kebijakan pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di pantai tersebut dengan memanfaatkan potensi aktivitas perikanan tangkap sebagai bagian dari daya tarik wisata. PPI Jayanti dapat berperan sebagai pengelola kegiatan perikanan tangkap dan koordinator bagi pengembangan terpadu tersebut. Kata kunci: pengembangan terpadu, PPI Jayanti, perikanan tangkap, wisata bahari

5 STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DAN WISATA BAHARI SECARA TERPADU BERBASIS DI PPI JAYANTI KABUPATEN CIANJUR KIKI MOHAMAD AHDIAT C Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama NRP Mayor : Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari Secara Terpadu Berbasis di PPI Jayanti Kabupaten Cianjur : Kiki Mohamad Ahdiat : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Menyetujui: Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA. NIP: Mengetahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP: Tanggal lulus: 8 Maret 2010

7 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari 2009 ini adalah kemitraan perikanan tangkap dan wisata bahari, dengan judul Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari Secara Terpadu Berbasis di PPI Jayanti Kabupaten Cianjur. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA. selaku dosen pembimbing; 2. Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc. dan Retno Muninggar, S.Pi., M.E. selaku dosen penguji tamu; 3. Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si. selaku komisi pendidikan; 4. Kepala seksi budidaya dan kelautan beserta staff di Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata beserta staff, pihak Bappeda beserta staff, yang telah membantu dalam menyediakan data dan informasi selama penulisan skripsi; 5. Ibu dan ayah beserta ketiga adik tersayang; 6. Seluruh sahabat dan teman yang secara langsung dan tidak langsung terlibat selama penulisan skripsi atas do a dan motivasi; dan 7. Pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Maret 2010 Kiki Mohamad Ahdiat

8 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Garut pada tanggal 24 April 1985 dari pasangan Ahmad Hidayat dan Epo Salamah, putra pertama dari empat bersaudara. Setelah lulus dari SMU Negeri 1 Pangalengan pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), IPB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Ekologi Perairan pada tahun ajaran 2005/2006, mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007 serta terlibat aktif dalam organisasi intra kampus seperti Forum Keluarga Muslim FPIK (FKM-C) dan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN). Penulis pernah mendapatkan beasiswa BAMUIS dari Bank BNI (tahun 2006) dan beasiswa dari Bank BRI (tahun 2007). Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari Secara Terpadu Berbasis di PPI Jayanti Kabupaten Cianjur.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Perikanan Tangkap dan Peranannya Perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur Peranan perikanan tangkap Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Peranannya Definisi dan kriteria PPI Fasilitas PPI Fungsi dan peranan PPI Wisata Bahari dan Peranannya Pengertian wisata bahari Potensi wisata bahari di Kabupaten Cianjur Pengembangan Terpadu Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari Analisis Pengembangan Terpadu Analisis pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari Strategi pengembangan: Analisis SWOT METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Waktu dan Lokasi Penelitian Batasan Kajian Penelitian Metode Penelitian Analisis Data Gambaran kondisi aktivitas perikanan tangkap dan wisata bahari Strategi pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari Peran yang dapat dilakukan oleh PPI Jayanti dalam pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari.. 37 vii

10 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Geografi dan Topografi Penduduk, Pendidikan, dan Sosial Budaya Penduduk Pendidikan Sosial Budaya Sarana dan Prasarana Umum Transportasi dan komunikasi Listrik dan air KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR Sumberdaya Ikan Produk Domestik Regional Bruto Perikanan, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Aktivitas Perikanan Tangkap Unit penangkapan: Armada penangkapan ikan dan alat tangkap Nelayan, prasarana dan kelembagaan perikanan tangkap Daerah Penangkapan Ikan dan Musim Penangkapan AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI Unit Penangkapan dan Nelayan Armada dan alat tangkap Nelayan Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan didaratkan di PPI Jayanti Jenis hasil tangkapan Volume dan nilai produksi Fasilitas di PPI Jayanti Fasilitas pokok Fasilitas fungsional Fasilitas penunjang Aktivitas PPI Jayanti Penanganan hasil tangkapan Pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan Pendistribusian dan pemasaran hasil tangkapan KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI Kondisi Alam dan Fasilitas Pendukung Wisata Bahari Kondisi dan Aktivitas Wisatawan di Pantai Jayanti Kontribusi Pendapatan Wisata di Pantai Jayanti viii

11 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas di dalam PPI Jayanti Aktivitas pelelangan/pemasaran dan pembelian ikan di tempat pelelangan ikan sebagai tontonan Menikmati ikan segar Pelatihan pengolahan hasil tangkapan dan pembekalan keterampilan bagi para stakeholder perikanan tangkap di PPI Jayanti Aktivitas di Luar PPI Jayanti Pertunjukan penangkapan ikan di perairan dekat pantai Tour penangkapan Pesta laut STRATEGI PENGEMBANGAN TERPADU PERIKANAN TANGKAP DAN WISATA BAHARI SERTA PERAN PPI JAYANTI Analisis SWOT Pengembangan Terpadu Perikanan Tangkap Berbasis di PPI Jayanti dan Wisata Bahari di Pantai Jayanti Faktor-faktor internal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Faktor-faktor eksternal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Faktor-faktor internal subsektor wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Faktor-faktor eksternal wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Strategi Pengembangan Terpadu Perikanan Tangkap Berbasis di PPI Jayanti dan Wisata Bahari di Pantai Jayanti Peran PPI Jayanti dalam Pengembangan Terpadu Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Matriks SWOT Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor internal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor eksternal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor internal subsektor wisata bahari Pantai Jayanti untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor eksternal subsektor wisata bahari Pantai Jayanti untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Kecamatan-kecamatan di wilayah pantai Kabupaten Cianjur dan luas wilayahnya tahun Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia di Kecamatan Cidaun tahun Jumlah penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kecamatan Cidaun tahun Sarana perekonomian menurut jenisnya di Kecamatan Cidaun tahun Tabel 10 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan status pendidikan wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Cidaun, tahun Tabel 11 Jenis prasarana pendidikan di Kecamatan Cidaun tahun Tabel 12 Status pemanfaatan SDI di WPP Samudera Hindia Tabel 13 Produk Domestik Regional Bruto Wilayah Pembangunan Selatan Kabupaten Cianjur tahun 2007* (dalam jutaan rupiah) Tabel 14 Ukuran dan jumlah armada perahu motor tempel jenis katir di Kabupaten Cianjur menurut lokasi pantai dan PPI Tahun x

13 Tabel 15 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Cianjur menurut lokasi pantai dan PPI tahun Tabel 16 Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan lapangan usaha 55 Tabel 17 Nelayan tetap dan nelayan sambilan di Kabupaten Cianjur menurut lokasi pantai tahun Tabel 18 Volume produksi, nilai produksi dan persentase nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti pada tahun Tabel 19 Jumlah orang dan kendaraan berkunjung ke Pantai Jayanti serta kontribusi pemasukan bagi pemerintah Kabupaten Cianjur tahun Tabel 20 Resume faktor-faktor internal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Tabel 21 Resume faktor-faktor eksternal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Tabel 22 Resume faktor-faktor internal wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Tabel 23 Resume faktor-faktor eksternal wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Tabel 24 Matriks IFAS perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Tabel 25 Matriks EFAS perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Tabel 26 Matriks IFAS subsektor wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Tabel 27 Matriks EFAS subsektor wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Tabel 28 Matriks SWOT pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari di PPI Jayanti xi

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Pola interaksi antar unsur kelembagaan pada pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di suatu PP/PPI dan wisata bahari Gambar 2 Skema analisis pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di suatu PP/PPI dan wisata bahari Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal: Fase dan strategi pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dengan wisata bahari di Pantai Jayanti.. 36 Gambar 4 Matriks Internal-Eksternal: Fase dan strategi pengembangan terpadu subsektor wisata bahari Pantai Jayanti dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti. 36 Gambar 5 Volume hasil tangkapan bulanan yang didaratkan di PPI Jayanti tahun Gambar 6 Perahu penangkap ikan berjenis katir di PPI Jayanti tahun Gambar 7 Pancing ulur (hand line) yang digunakan nelayan di PPI Jayanti 61 Gambar 8 Jaring rampus (gillnet) yang digunakan nelayan di PPI Jayanti tahun Gambar 9 Jaring ampar (gillnet) yang digunakan nelayan di PPI Jayanti tahun Gambar 10 Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti tahun Gambar 11 Dermaga di PPI Jayanti tahun Gambar 12 Kolam pelabuhan di PPI Jayanti tahun Gambar 13 Alat bantu navigasi di PPI Jayanti Tahun Gambar 14 Gedung tempat pelelangan ikan di PPI Jayanti tahun Gambar 15 Tempat pengolahan dan pensortiran hasil tangkapan di PPI Jayanti tahun Gambar 16 Gedung pemasaran ikan di PPI Jayanti tahun xii

15 Gambar 17 Pabrik es di PPI Jayanti tahun Gambar 18 Bangunan bengkel di PPI Jayanti tahun Gambar 19 Ruangan penyimpanan mesin tempel di PPI Jayanti tahun Gambar 20 Gedung kantor kepelabuhanan di PPI Jayanti tahun Gambar 21 Beberapa jenis perlengkapan penangkapan ikan dijual di kios di PPI Jayanti tahun Gambar 22 Bangunan musholla di PPI Jayanti Tahun Gambar 23 Bangunan mess di PPI Jayanti tahun Gambar 24 Kantin di PPI Jayanti tahun Gambar 25 Bangunan toilet di PPI Jayanti tahun Gambar 26 Alat penyimpanan ikan di atas perahu katir di PPI Jayanti tahun Gambar 27 Seorang juru pikul membawa hasil tangkapan dari perahu menuju gedung pengolahan di PPI Jayanti tahun Gambar 28 Jenis hasil tangkapan yang dipasarkan di gedung pemasaran ikan PPI Jayanti tahun Gambar 29 Keramba untuk mengangkut lobster di PPI Jayanti tahun Gambar 30 Skema alur pemasaran hasil tangakan di PPI Jayanti tahun Gambar 31 Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari PPI Jayanti tahun Gambar 32 Gerbang menuju kawasan wisata Pantai Jayanti tahun Gambar 33 Beberapa obyek wisata yang terdapat di sekitar Pantai Jayanti 96 Gambar 34 Aktivitas wisatawan di Pantai Jayanti tahun Gambar 35 Salah satu keindahan Pantai Jayanti tahun Gambar 36 Salah satu bangunan penginapan bagi wisatawan di Pantai Jayanti tahun Gambar 37 Persentase jumlah responden pengguna dan bukan pengguna fasilitas penginapan di Pantai Jayanti tahun xiii

16 Gambar 38 Cinderamata yang ditawarkan di Pantai Jayanti tahun Gambar 39 Grafik jumlah kunjungan wisatawan Pantai Jayanti Tahun Gambar 40 Diagram pie sebaran jumlah wisatawan Pantai Jayanti berdasarkan daerah asal pada bulan Januari tahun Gambar 41 Diagram pie motivasi wisatawan yang mengunjungi Pantai Jayanti pada bulan Januari tahun Gambar 42 Frekwensi kunjungan wisatawan ke Pantai Jayanti pada bulan Januari tahun Gambar 43 Waktu berwisata responden wisatawan di Pantai Jayanti tahun Gambar 44 Harapan wisatawan terhadap pengembangan Pantai Jayanti pada bulan Januari tahun Gambar 45 Aspirasi wisatawan terkait pengembangan Pantai Jayanti pada bulan Januari tahun Gambar 46 Kendaraan yang digunakan wisatawan Pantai Jayanti tahun Gambar 47 Nelayan yang kembali setelah mengoperasikan pancing ulur (hand line) di PPI Jayanti tahun xiv

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jenis dan volume hasil tangkapan bulanan (kg) yang didaratkan di PPI Jayanti tahun Lampiran 2 Strategi prioritas untuk pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari di PPI Jayanti Lampiran 3 Peta lokasi penelitian Lampiran 4 Site plan PPI Jayanti xv

18 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan sebuah kawasan di Jawa Barat yang memiliki beragam potensi sumberdaya alam. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah potensi perikanan tangkap dan wisata bahari. Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur berada di wilayah bagian selatan; mencakup tiga kecamatan yaitu Agrabinta, Sindangbarang dan Cidaun. Pusat kegiatan perikanan tangkap di kabupaten ini berada di Kecamatan Cidaun, tepatnya di Pantai Jayanti karena di pantai tersebut konsentrasi nelayan lebih banyak dibanding dua pantai lainnya sehingga di pantai ini didirikan pelabuhan setingkat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Sampai saat ini, PPI Jayanti merupakan satu-satunya pusat kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur. Kegiatan perikanan tangkap tersebut di atas menjadi salah satu unsur penunjang pembangunan di Kabupaten Cianjur. Hal ini dibuktikan oleh adanya aktivitas perikanan tangkap yang dilakukan masyarakat dan program pengembangan perikanan tangkap oleh pemerintah. Aktivitas perikanan tangkap yang dilakukan masyarakat di Pantai Jayanti diantaranya adalah kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap tradisional seperti pancing ulur, jaring rampus dan jaring ampar, sedangkan program pengembangan perikanan tangkap yang dijalankan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur diantaranya adalah penanaman rumpon sebagai lokasi penangkapan ikan. Pada tahun 2007, kegiatan perikanan di atas menghasilkan produksi hasil tangkapan Kabupaten Cianjur sebesar kg dengan nilai Rp ,-. Nilai produksi tersebut diperoleh dari beberapa jenis ikan yang sering tertangkap seperti layur (Trichiurus sp.), banjar (Rastrelliger sp.), tenggiri (Scomberomerus sp.) dan tongkol (Auxis sp.). Produksi ikan layur pada tahun 2007 mencapai ,5 kg, diikuti oleh banjar, tenggiri dan tongkol, masing-masing sebesar kg, 2.076,5 kg dan 1.700,5 kg. (Anonymous, 2008b). Selain sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap, Pantai Jayanti juga merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Cianjur. Pantai Jayanti 1

19 merupakan obyek wisata dengan keindahan pantai yang masih alami dan belum mendapatkan pengelolaan secara optimal (Ramadhan, 2005). Beberapa unit kegiatan yang melaksanakan aktivitasnya di tempat yang sama seperti di perikanan tangkap dan wisata bahari, memungkinkan untuk mengelola dan memanfaatkan lahan secara bersama-sama. Salah satu contohnya adalah penggunaan lahan pelabuhan perikanan di Pantai Jayanti yang tidak hanya dikelola dan dimanfaatkan oleh kegiatan terkait subsektor perikanan tangkap tetapi juga oleh kegiatan terkait subsektor wisata bahari. Beberapa fasilitas wisata bahari yang dibangun pada lahan yang relatif pada lokasi sama dengan lahan pelabuhan perikanan di Pantai Jayanti adalah rumah makan dan beberapa bangunan penginapan. Pantai Jayanti kiranya memiliki potensi untuk dikembangkan baik dari unsur perikanan tangkap maupun unsur wisata baharinya. Hal ini diindikasikan salah satunya oleh adanya pengembangan usaha perikanan layur yang dilakukan pemerintah Kabupaten Cianjur (Sudita, 2009). Sementara itu dalam hal potensi wisata bahari, pada tahun 2007 keindahan Pantai Jayanti telah menyerap orang wisatawan, meningkat 25,2% dibanding tahun sebelumnya (Anonymous, 2009). Potensi perikanan tangkap dan wisata bahari di atas selayaknya dikembangkan secara terpadu, sehingga diharapkan terjadi pemanfaatan sumberdaya pantai dan kelautan serta perikanan tangkap yang optimal secara bersama-sama. Dampak positif pengembangan terpadu ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan pendapatan nelayan melalui penyediaan hasil tangkapan terhadap subsektor wisata bahari (wisatawan), penambahan keahlian dalam melayani wisatawan bagi nelayan dan atau keluarganya, bahkan dapat berdampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan. Berdasarkan hal-hal di atas, kiranya perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari di Pantai Jayanti Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. 2

20 1.2 Perumusan Masalah 1) Belum diketahuinya potensi aktivitas perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk dijadikan kegiatan terpadu dalam pengembangan wisata bahari di Pantai Jayanti. 2) Belum diketahuinya strategi pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari secara terpadu berbasis di PPI Jayanti. 3) Belum diketahuinya peran yang dapat dilakukan oleh PPI dalam pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari secara terpadu berbasis di PPI Jayanti. 1.3 Tujuan 1) Mengetahui potensi aktivitas perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk dijadikan kegiatan terpadu dalam pengembangan wisata bahari di Pantai Jayanti. 2) Mendapatkan strategi pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari secara terpadu berbasis di PPI Jayanti. 3) Mendapatkan peran yang dapat dilakukan oleh PPI dalam pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari secara terpadu berbasis di PPI Jayanti. 1.4 Manfaat Penelitian ini bermanfaat bagi: 1) Pihak PPI, terkait dengan pengembangan PPI terutama dalam hal peningkatan produksi hasil tangkapan sebagai dampak aktivitas wisata bahari di Pantai Jayanti. 2) Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, dalam hal membentuk sistem kerjasama dan kemitraan yang jelas antara subsektor perikanan tangkap dengan subsektor wisata bahari, serta manajemen pengelolaan sarana bersama antar kedua subsektor tersebut secara profesional. 3

21 2 TINJAUAN PUSTAKA Sampai sejauh ini, belum ada penelitian yang mengkaji pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari di Kabupaten Cianjur. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari adalah di Pantai Palabuhanratu oleh Putra (2009); di Pantai Baron, D.I Yogyakarta oleh Kurniati (2005); di Pantai Popoh, Jawa Timur oleh Herawati (2000); di Kab. Jembrana Bali oleh Budiadnya (1997) dan di Pangandaran oleh Hidayati (1997). Berikut ini disajikan gambaran perikanan tangkap dan wisata bahari di Kabupaten Cianjur, termasuk gambaran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jayanti Kabupaten Cianjur dan gambaran konsepsi dasar pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari. 2.1 Perikanan Tangkap dan Peranannya Perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur Pusat kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur berada di Pantai Jayanti. Di pantai ini, kegiatan perikanan tangkap masih bersifat tradisional. Hal ini terlihat dari unit penangkapan seperti perahu penangkap ikan dan alat tangkap yang digunakan masih sederhana dan jumlahnya masih terbatas (Farida, 2006). Perahu penangkap ikan, selain digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap seperti pancing ulur dan jaring rampus, juga sebagai alat transportasi dari Pantai Jayanti ke Pantai Rancabuaya yang berada di Kabupaten Garut. Perahu tersebut menggunakan motor tempel dengan badan perahu terbuat dari fiber (Sudita, 2009). Di samping alat tangkap pancing ulur dan jaring rampus, ada alat tangkap lain yang biasa digunakan nelayan Pantai Jayanti untuk menangkap ikan di laut yaitu jaring ampar. Ketiga jenis alat tangkap tersebut digunakan nelayan PPI Jayanti untuk menangkap ikan di sekitar perairan Jayanti, Sindangbarang dan Agrabinta (Sudita, 2009). Nelayan di PPI Jayanti berjumlah sekitar 600 orang dengan produksi kurang dari 100 ton/tahun (Ramadhan, 2005). Masih rendahnya produksi hasil tangkapan 4

22 nelayan PPI Jayanti bukan disebabkan tidak adanya sumberdaya ikan, namun lebih disebabkan terbatasnya daya jangkau nelayan ke daerah penangkapan ikan, sehingga ikan yang berada jauh dari Pantai Cianjur Selatan atau di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) belum tersentuh nelayan. Keterbatasan daya jangkau nelayan ke daerah penangkapan ikan di atas merupakan dampak dari beberapa hal, seperti ukuran perahu dan mesin yang kecil, alat tangkap yang sederhana dan tingkat teknologi penangkapan ikan yang masih sangat rendah. Ukuran perahu dan mesin yang kecil sangat mempengaruhi daya jangkau penangkapan yang dilakukan nelayan. Nelayan PPI Jayanti menggunakan perahu dengan ukuran sekitar 3 GT dan mesin 15 PK sehingga hanya mampu melakukan operasi penangkapan ikan di sekitar perairan pantai dan beberapa muara sungai; tidak jarang nelayan terkendala dengan besarnya ombak ketika akan berlayar jauh ke arah samudera (Sudita, 2009). Selain ukuran perahu dan mesin yang kecil, alat tangkap yang digunakan juga masih sederhana, yaitu alat tangkap pancing ulur, jaring ampar dan jaring rampus. Alat-alat tangkap ini hanya dapat dioperasikan untuk menangkap ikanikan yang relatif berukuran kecil. Untuk mengoperasikan alat tangkap tersebut, nelayan di daerah ini belum menggunakan bantuan mesin dan teknologi lainnya selain yang telah disebutkan di atas. Nelayan di PPI Jayanti, mengingat daerah penangkapan ikannya yang tidak jauh, belum memerlukan alat-alat canggih seperti global possitioning system (GPS) dan fish finder untuk dapat menentukan daerah mana yang banyak sumber ikannya (Sudita, 2009). Nelayan menggunakan naluri dan pengalaman saja sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi yang digunakan oleh nelayan masih sangat rendah. Terbatasnya daya jangkau nelayan terhadap daerah penangkapan ikan, mendapat perhatian positif dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Salah satu program yang dilakukan adalah pemasangan rumpon (Anonymous, 2008b). Pemasangan rumpon ini dilakukan untuk membantu para nelayan dalam membantu menentukan lokasi penangkapan ikan; dimana rumpon dipasang sebagai sarana pemikat ikan agar ikan berkumpul di sekitarnya. Dengan pemasangan rumpon ini diharapkan para nelayan tidak lagi mencari-cari daerah 5

23 penangkapan ikan terlebih dahulu kemudian baru menangkap ikan, namun para nelayan dapat langsung menuju dan menangkap ikan di sekitar rumpon tersebut. Dengan demikian, para nelayan dapat merasakan manfaat dari rumpon yaitu berupa adanya kepastian yang lebih baik untuk mendapatkan hasil tangkapan yang diperoleh dan upaya penghematan biaya operasional. Hal ini tentunya diharapkan akan berdampak positif bagi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jayanti berupa adanya peningkatan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan Peranan perikanan tangkap Perikanan tangkap di Cianjur memiliki peranan yang penting; diantaranya adalah sebagai salah satu penyedia sumber gizi ikani bagi masyarakat, sebagai penyedia ikan/hasil tangkapan bagi wisatawan dan sebagai penyedia lapangan kerja/sumber pencaharian bagi masyarakat sekitar. Sebagai penyedia sumber gizi, ikan mengandung berbagai zat yang diperlukan tubuh seperti lemak tak jenuh ganda Omega 3 (DHA dan EPA); protein (protein ikan laut lengkap); vitamin-vitamin: A, B 12, D dan E; mineralmineral: fosfor, kalsium, natrium, selenium, seng dan iodium (Soehardi, 2004). Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti pada tahun 2007 meliputi ikan banjar (Rastrelliger sp.) (3,8%), cabuk (pari; Trygon sp.) (0,3%), buas (cucut; Carcharhinus sp.) (0,0%), jangilus (Istiophorus sp.) (0,1%), kacang-kacang (Sphyraena sp.) (0,2%), kadukang (manyung; Arius sp.) (0,0%), kakap merah (Lutjanus sp.) (0,4%), layur (Trichiurus sp.) (89,3%), pisang-pisang (Casio sp.) (0,3%), remang (Congresox sp.) (0,5%), siput (0,4%), tenggiri (Scomberomerus sp.) (2,2%), tongkol (Auxis sp.) (1,8%), udang (Penaeus sp.) (0,0%) dan lain-lain (0,6%) (Anonymous, 2008b). Bagi wisatawan yang berkunjung ke PPI Jayanti, hasil tangkapan berupa ikan ini menjadi daya tarik tersendiri. Selain dapat dijadikan sebagai oleh-oleh, mereka juga dapat mengkonsumsi langsung ikan hasil tangkapan yang sudah dimasak terlebih dahulu. Cara memasak ikan yang paling banyak digemari adalah dibakar. Dengan melihat kondisi bahwa salah satu faktor daya tarik PPI Jayanti bagi wisatawan adalah hasil tangkapannya, maka subsektor perikanan tangkap 6

24 senantiasa berusaha menyediakan ikan untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dalam berbagai musim, sepanjang tahun. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya di atas, perikanan tangkap di PPI Jayanti juga berperan menjadi penyedia lapangan pekerjaan/sumber pencaharian bagi masyarakat sekitar. Walaupun hanya sebagian kecil nelayan di PPI Jayanti yang bekerja sebagai nelayan tetap, tetapi jika musim puncak ikan (bulan Agustus-Desember) tidak sedikit yang awalnya para petani, beralih profesi sementara menjadi nelayan. Nelayan seperti ini lebih dikenal sebagai nelayan sambilan. Jumlah nelayan tetap di PPI Jayanti adalah 220 orang dan 380 orang bekerja sebagai nelayan sambilan (Sudita, 2009). 2.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Peranannya Definisi dan kriteria PPI Menurut Lubis (2002), bahwa pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus di bidang perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sendiri merupakan tempat bertambat dan berlabuhnya perahu atau kapal perikanan, tempat pendaratan hasil tangkapan, dan merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi area perairan dan daratan, dalam rangka memberikan pelayanan umum dan jasa untuk memperlancar kegiatan perahu perikanan dan usaha perikanan (Lubis, 2000 vide Novemasari, 2005). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.10/Men/2004 tentang pelabuhan perikanan, karakteristik PPI diklasifikasikan sebagai berikut (Anonymous, 2004): a) Daerah operasional perahu ikan yang dilayani meliputi perairan pedalaman dan perairan kepulauan b) Fasilitas tambat/labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT c) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m 7

25 d) Kedalaman kolam minus 2 m e) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus f) Memiliki lahan sekurang-kurangnya 2 ha Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.16/MEN/2006 disebutkan bahwa kriteria suatu PPI adalah sebagai berikut (Anonymous, 2006): a) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan b) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 GT c) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam minus 2 m d) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus Ada perbedaan kriteria PPI berdasarkan kedua peraturan di atas yaitu mengenai pencantuman lahan PPI, pada Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.10/Men/2004 tercantum bahwa luas lahan suatu PPI sekurang-kurangnya adalah 2 ha, sedangkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.16/MEN/2006 tidak lagi dicantumkan kriteria luas lahan suatu PPI Fasilitas PPI Jenis dan kapasitas fasilitas yang ada di suatu pelabuhan perikanan (termasuk PPI) berkembang sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan. Fasilitas-fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang (Lubis, 2002). Secara umum, yang termasuk fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang di suatu PPI adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas Pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang harus dipenuhi oleh suatu PPI dimana fasilitas-fasilitas tersebut diperlukan untuk melindungi perahu/kapal ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya dari gangguan alam. Adapun fasilitas 8

26 pokok pada suatu PPI biasanya adalah dermaga, kolam pelabuhan dan alat bantu navigasi. 2) Fasilitas Fungsional Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok dan mendukung kelancaran operasional PPI dengan cara memberikan pelayanan-pelayanan yang diperlukan di suatu PPI. Fasilitas fungsional di PPI diantaranya tempat pelelangan ikan (TPI), fasilitas pengolahan hasil tangkapan, pabrik es, gedung pemasaran ikan, area perbaikan alat tangkap, bengkel dan instalasi air bersih. 3) Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan dan sebagai pelengkap kebutuhan operasional dimana para pelaku mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktivitasnya di pelabuhan. Di antara yang tergolong pada fasilitas penunjang adalah kantor PPI, kios perlengkapan penangkapan, musholla, mess, kantin dan toilet Fungsi dan peranan PPI Berdasarkan penjelasan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, disebutkan bahwa fungsi pelabuhan perikanan (termasuk PPI) adalah sebagai tempat tambat-labuh perahu perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data hasil tangkapan, tempat untuk memperlancar kegiatan operasional perahu perikanan dan tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan (Anonymous, 2004). Pangkalan Pendaratan Ikan berfungsi secara langsung sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan berupa (Herawati, 2000): a. Tempat kegiatan dan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Sebagai pusat kegiatan perikanan tentunya pelabuhan sangat berperan dalam pengembangan ekonomi masyarakat sekitarnya. Selain sebagai tempat terjadinya transaksi jual-beli ikan, pengolahan, perbaikan perahu dan alat tangkap, juga sebagai pusat kehidupan nelayan sehari-hari bahkan industri perikanan. 9

27 b. Sebagai pusat pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan biasanya didaratkan di pelabuhan. Selain untuk dipasarkan secara langsung, ada juga hasil tangkapan yang kemudian diolah menjadi bahan industri atau hanya sekedar didaratkan kemudian didistribusikan ke luar daerah atau ke luar negeri. c. Pusat jaringan informasi antara nelayan dan masyarakat sekitar pelabuhan Pelabuhan merupakan pusat informasi dan data perikanan. Berbagai kalangan yang mencari sumber informasi baik secara langsung maupun tidak langsung terkait perikanan biasanya disediakan oleh pelabuhan perikanan. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) vide Lubis (2002) bahwa pelabuhan perikanan berperan sebagai pusat pengembangan ekonomi perikanan baik berskala lokal, nasional, maupun internasional ditinjau dari aspek: 1) Produksi: pelabuhan perikanan merupakan tempat para nelayan melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya di dermaga. 2) Pengolahan: pelabuhan perikanan berfungsi menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengelola hasil tangkapannya. 3) Pemasaran: pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpul dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan. Pengembangan ekonomi perikanan di pelabuhan juga harus ditunjang oleh industri perikanan baik industri hulu maupun hilir dan pengembangan sumberdaya manusia khususnya masyarakat nelayan yang ada di sekitar pelabuhan tersebut. 2.3 Wisata Bahari dan Peranannya Pengertian wisata bahari Wisata bahari adalah wisata dengan objek/tujuan berupa kawasan pantai dan laut misalnya, menyelam, berselancar, berlayar, memancing dan lain-lain (Samsuridjal, 1997 vide Hata, 2007). Wisata bahari merupakan bagian dari wisata alam, dimana wisata alam adalah kegiatan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam serta ekosistemnya baik dalam bentuk asli maupun perpaduan hasil buatan manusia. 10

28 Kegiatan wisata alam yang dilakukan manusia pada dasarnya dapat digolongkan pada dua hal yaitu (Anonymous, 1987 vide Iswoyo, 1994): 1) Wisata darat, meliputi lintas alam, mendaki gunung, menelusuri gua, berburu dan fotografi 2) Wisata tirta atau bahari, meliputi menyelam, berenang, berlayar, berselancar, memancing dan fotografi Selanjutnya dinyatakan pula bahwa menurut jenisnya, kegiatan wisata alam dapat digolongkan menjadi dua kegiatan yaitu: 1) Wisata alam yang sifatnya aktif karena pengunjung dituntut aktif melakukan kegiatannya di tempat rekreasi tersebut, seperti memancing dan mendaki gunung 2) Wisata alam yang sifatnya pasif karena pengunjung tidak perlu mengerahkan kemampuannya agar dapat memperoleh kesenangan di tempat rekreasi, seperti melihat pemandangan alam. Pengertian pariwisata sendiri menurut Cooper (1993) vide Iswoyo (1994) adalah pergerakan seseorang dari tempat tinggal ke suatu tempat rekreasi. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa wisata bahari sebagai bagian dari wisata alam, tidak hanya akan mengandalkan keaslian alam namun biasanya diikuti dengan perpaduan campur tangan manusia dalam pengelolaannya. Adanya campur tangan manusia diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dalam pembangunan dan pengembangan wisata bahari. Pembangunan wisata bahari pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata yang terdapat di seluruh pesisir dan lautan, yang terwujud dalam bentuk kekayaan alam yang indah. Untuk mewujudkannya diperlukan strategi yang tepat dan langkah-langkah yang kreatif, diantaranya dengan penganekaragaman sarana dan produk wisata bahari. Produk wisata ini dihasilkan bersama antara masyarakat setempat dengan pemerintah (Dahuri, 2002 vide Kurniati, 2005). Dengan adanya penganekaragaman sarana dan produk wisata bahari di atas diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan yang datang. Penganekaragaman sarana misalnya dengan pengadaan alat-alat selancar, dayung dan snorkeling. Selain dengan penyediaan sarana tersebut, juga bisa dilakukan penambahan 11

29 produk wisata bahari seperti menurut peneliti, adanya lomba memancing, pertunjukan penangkapan ikan di pinggir pantai dengan menggunakan jaring ampar dan tour penangkapan bersama nelayan dalam upaya menangkap ikan di tengah laut yang tidak begitu jauh dari garis pantai (maksimal sekitar 3 km dari garis pantai) Potensi wisata bahari di Kabupaten Cianjur Wisata bahari merupakan salah satu subsektor yang berpeluang dikembangkan lebih jauh di Kabupaten Cianjur, tepatnya di wilayah Kabupaten Cianjur bagian selatan. Beberapa potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari diantaranya adalah wilayah pantai termasuk didalamnya kegiatan perikanan tangkap dan pemandangan yang masih sangat alami. Wilayah Kabupaten Cianjur bagian selatan memiliki panjang pantai kirakira 75 km. Salah satu pantai yang dapat dikembangkan adalah Pantai Jayanti. Pantai Jayanti sudah dilengkapi bangunan TPI yang didepannya terdapat kios-kios pengecer ikan dan kios jajanan lain serta warung nasi yang dapat menyediakan ikan bakar sesuai pesanan. Kondisi pantainya sendiri terbangun atas pasir laut di sebelah kanan dan batu-batu karang di sebelah kiri (Ramadhan, 2005). Keindahan Pantai Jayanti memang belum mendapat sentuhan kreatif dari tangan-tangan manusia, hingga saat ini Pantai Jayanti masih bersifat alami. Jika dilihat dari segi komponen wisata pun belum banyak dimiliki oleh pantai ini. Menurut Suyitno (2001) vide Hata (2007), bahwa komponen wisata merupakan sektor-sektor yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri pariwisata dan terdiri atas sarana transportasi, sarana akomodasi, sarana makan-minum, daya tarik/objek wisata, sarana hiburan, toko cindera mata, tempat belanja, pramuwisata dan pengatur wisata. Sarana transportasi yang digunakan untuk kegiatan wisata bahari di Pantai Jayanti baru berupa perahu nelayan yang memang juga berpotensi disewakan untuk kepentingan wisata, sedangkan alat transportasi darat yang digunakan pengunjung yang datang biasanya merupakan kendaraan pribadi berupa mobil dan sepeda motor. Untuk kendaraan umum sendiri belum tersedia, kendaraan umum hanya sampai di daerah Kertajadi, yang berjarak sekitar 6 km dari Pantai Jayanti. 12

30 Selebihnya pengunjung harus menggunakan jasa sepeda motor ojek agar bisa sampai di pantai ini. Sarana akomodasi yang tersedia di Pantai Jayanti berupa pondokan dan vila. Pondokan dan vila tersebut berada di sekitar Pangkalan Pendarata Ikan (PPI) Jayanti. Sarana makan-minum yang ada yaitu café dan rumah makan. Café dan rumah makan menyediakan hidangan-hidangan berbahan baku ikan. Untuk daya tarik wisata, Pantai Jayanti merupakan pantai yang memiliki keindahan yang masih asri dan udara yang segar. Selain itu, pantai ini juga berdekatan dengan objek wisata lainnya yaitu Hutan Lindung Bojong Larang. Setiap pertengahan bulan Juli sampai Agustus biasanya diadakan kegiatan pesta laut yang berisi festival, berbagai perlombaan dan pasar rakyat. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang ke Pantai Jayanti pada bulan-bulan tersebut. Secara khusus, pengunjung belum dapat membawa cindera mata dari tempat wisata di pantai Jayanti karena belum adanya pihak yang mengelola hal tersebut. Buah tangan yang biasa dibawa oleh para pengunjung dari Pantai Jayanti adalah baru sebatas ikan basah. Sebagai kegiatan yang masih dalam tahap pengembangan, belum ada pusat perbelanjaan yang khusus tersedia di Pantai Jayanti. Pusat perbelanjaan baru tersedia di Kertajadi yang berjarak sekitar 6 km dari pantai tersebut. Selain pusat perbelanjaan, komponen lain yang belum tersedia adalah jasa pramuwisata dan pengatur wisata secara khusus kecuali bagi para pengunjung yang ingin berlayar, maka nelayanlah yang akan berprofesi sebagai pramuwisata sekaligus nakhoda perahu. Pemerintah Kabupaten Cianjur terus menata Pantai Jayanti melalui dua dinas terkait, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata misalnya, melakukan penataan agar Pantai Jayanti bisa menjadi objek wisata pantai yang semakin nyaman, antara lain menanam pohon-pohon pelindung sekaligus peneduh, membangun kios untuk para pedagang setempat, serta merelokasi warung-rumah (warung yang sekaligus dijadikan tempat tinggal) ke tempat yang 13

31 lebih pantas tapi masih dalam areal Jayanti. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan melakukan antara lain membangun dermaga sepanjang lebih-kurang 295 m². Pembangunan dermaga ini merupakan proyek awal dari rencana pengembangan Jayanti sebagai pelabuhan setingkat Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (Ar-Rasyid, 2006). Penataan-penataan di atas dilakukan guna meningkatkan pendapatan daerah Cianjur. Berdasarkan Anonymous (2009), diketahui bahwa tingkat pendapatan daerah Kabupaten Cianjur dari subsektor wisata bahari pada tahun 2007 mencapai Rp ,-. Pendapatan tersebut adalah lebih besar 5,2% jika dibandingkan dengan perolehan pada tahun 2006 yang hanya mencapai nilai sebesar Rp ,-. Dengan demikian, adanya penataan dan kreativitas pihak pengelola dalam memanfaatkan berbagai potensi yang ada di Pantai Jayanti, dapat meningkatkan pendapatan bagi Kabupaten Cianjur. 2.4 Pengembangan Terpadu Perikanan Tangkap dan Wisata Bahari Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan kata pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan, sedangkan terpadu berarti sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu). Dengan demikian, pengembangan terpadu diartikan sebagai proses pengembangan suatu kegiatan, dalam hal ini perikanan tangkap dan wisata bahari, secara bersama-sama dan saling melengkapi satu sama lain secara terprogram untuk mengharmoniskan dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada kedua subsektor tersebut. Pengembangan tersebut harus memiliki sifat berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal ini sangat beralasan, karena untuk mempertahankan kelanjutan pembangunan subsektor perikanan tangkap dalam jangka panjang perlu pengelolaan perikanan secara terpadu untuk menghindari terjadinya kerusakan ekosistem pesisir oleh aktivitas lain yang berujung kepada penurunan stock sumberdaya ikan dan aktivitas perikanan tangkap (Dahuri et al., 1996). Keberadaan wisata bahari akan dapat melestarikan sumberdaya perikanan karena pada hakekatnya pembangunan wisata bahari berupaya mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata di seluruh pesisir Kusumastanto, 2003 vide Milasari, 2004). Jika pengembangan perikanan tangkap dan wisata 14

32 bahari dilaksanakan secara terpadu diharapkan dapat saling menguntungkan semua pihak, baik dalam hal kelestarian sumberdaya pesisir maupun peningkatan pendapatan daerah. Pihak-pihak yang dimaksud adalah pengelola perikanan tangkap, pengelola wisata bahari, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat sekitar pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan (PP/PPI). 2.5 Analisis Pengembangan Terpadu Analisis pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari Menurut penulis, adanya dua kegiatan berlainan pada tempat yang sama akan memunculkan berbagai kepentingan yang beririsan terkait penggunaan fasilitas secara bersama-sama. Irisan-irisan tersebut dapat bersifat destruktif (saling melemahkan) atau konstruktif (saling menguatkan). Dua kegiatan dikatakan destruktif apabila kegiatan yang satu bersifat dominan dan cenderung menghilangkan potensi-potensi yang dimiliki kegiatan lainnya. Kedua kegiatan tersebut lebih bersifat saling berlawanan dalam pelaksanaannya, misalnya sebagaimana dikemukakan oleh Pane (2009) bahwa kegiatan perikanan tangkap yang kurang baik cenderung menghasilkan polusi khususnya polusi udara berupa bau amis ikan sebagai akibat dari buruknya sistem sanitasi dan kebersihan di lingkungan sekitar pelabuhan atau tempat pendaratan ikan. Jika di sekitar tempat pendaratan tersebut merupakan lokasi wisata bahari, maka ada kecenderungan wisatawan akan menjauh dari objek wisata di sekitar PP/PPI tersebut karena merasa tidak nyaman dengan kondisi sekitar pelabuhan; sebagai contoh di PPI Manggar kota Balikpapan. Sebaliknya, dikatakan konstruktif jika kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari dapat berjalan bersamaan dan saling mendukung satu sama lain, misalnya subsektor perikanan tangkap diuntungkan dengan adanya kegiatan wisata bahari dimana subsektor wisata bahari dapat merangsang efektifnya fungsi pemeliharaan pengelola PP/PPI terhadap kondisi dan penampilan lokasi PP/PPI agar senantiasa menarik bagi pengunjung. Manfaat juga dirasakan oleh subsektor wisata bahari, dimana sebagian kegiatan perikanan tangkap merupakan daya tarik bagi para wisatawan. Pola kerjasama seperti ini perlu didukung oleh berbagai pihak yang terlibat baik dalam perikanan tangkap maupun wisata bahari. 15

33 Adanya fasilitas PP/PPI yang dimanfaatkan bersama antara pengelola perikanan tangkap dan pengelola wisata bahari dapat menjadikan PP/PPI sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari secara bersamaan. Namun demikian, beberapa di antara pantai yang memiliki potensi perikanan tangkap dan wisata bahari secara bersama-sama, sebagian besar pengelolaan dan pengusahaannya masih dilakukan secara sektoral, sehingga untuk mewujudkan pengembangan secara bersama-sama, PP/PPI dapat berperan sebagai koordinator yang dapat mewadahi aktivitas kedua subsektor tersebut. Salah satu contohnya, PP/PPI dapat menjadi basis pengembangan terpadu antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan wisata bahari. Kepala Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Masyarakat Dinas Pariwisata PP/PPI Keterangan : Garis komando/perintah Garis koordinasi Gambar 1 Pola interaksi antar unsur kelembagaan pada pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di suatu PP/PPI dan wisata bahari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dapat menjadikan PP/PPI sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap dari mulai aktivitas penyediaan perbekalan melaut sampai pendaratan dan pemasaran hasil perikanan yang termasuk di dalamnya kegiatan pengolahan hasil tangkapan. Berkaitan dengan hal ini, PP/PPI mempunyai kepentingan terhadap DKP sebagai lembaga yang memiliki kewenangan dalam mengelola, mengembangkan dan menerapkan aturan-aturan perikanan di daerah, sehingga dengan adanyan DKP, pola dan pengembangan perikanan tangkap menjadi teratur dan terarah sesuai visi dan misi pemerintahan daerah. 16

34 Dinas Pariwisata (Dispar) memiliki kepentingan terhadap PP/PPI berupa penyediaan hasil tangkapan sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan yang datang ke pantai tempat PP/PPI tersebut berada. Banyak sedikitnya hasil tangkapan di PP/PPI, sangat berpengaruh terhadap naik turunnya jumlah pengunjung yang datang ke pantai tersebut, karena salah satu motivasi kedatangan wisatawan ke tempat ini adalah untuk menikmati hasil tangkapan. Sebaliknya, PP/PPI memiliki kepentingan terhadap Dispar berupa adanya jaminan pengelolaan, pengembangan dan pemeliharaan lingkungan pelabuhan karena lingkungan pelabuhan sebagai salah satu daya tarik wisata haruslah selalu bersih dan nyaman bagi para pengunjung. Di samping ketiga unsur tersebut adalah adanya peran serta masyarakat sekitar. Masyarakat berperan sebagai pelaku kegiatan perikanan tangkap, sekaligus juga dapat dilibatkan sebagai pelaku kegiatan wisata bahari. Dalam kegiatan perikanan tangkap, masyarakat dapat berperan sebagai nelayan, pedagang ikan, atau kuli angkut (juru pikul). Dalam kegiatan wisata bahari, mereka dapat dilibatkan sebagai pemilik/pengelola kios, pelaku pementasan kesenian dan pemandu wisata. Di sisi lain, masyarakat memiliki aturan yang harus diikuti dan ditaati oleh semua orang yang berkunjung ke wilayahnya. Aturan-aturan tersebut berfungsi sebagai pengendali kegiatan sosial yang terjadi di wilayah pantai sekaligus juga penyaring budaya luar yang tidak sejalan dengan budaya lokal. Seluruh kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari termasuk para pelaku dan sumberdaya alam didalamnya berada dalam koordinasi dan pengelolaan pemerintah daerah. Pemerintah daerah juga berwenang memodifikasi peraturan dan tata ruang yang ada di pantai tersebut sesuai visi misi pembangunan berkelanjutan didaerahnya. Dengan demikian, sangat dimungkinkan untuk dibuatkannya peraturan daerah tentang pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari di pantai tersebut. Kemungkinan pengembangan terpadu sub-subsektor perikanan tangkap dan wisata bahari di suatu PP/PPI dapat dianalisis melalui skema pada Gambar 2. 17

35 A Gambaran sub sektor perikanan tangkap di PP/PPI di suatu pantai B Gambaran sub sektor wisata bahari di suatu pantai C 1) Apakah ada kegiatan-kegiatan baik di perikanan tangkap maupun di wisata bahari yang dapat dipadukan? a. Kegiatan-kegiatan perikanan tangkap untuk wisata bahari b. Kegiatan-kegiatan wisata bahari untuk perikanan tangkap 2) Apakah ada waktu-waktu kegiatan baik di perikanan tangkap maupun di wisata bahari yang bisa dipadukan? 3) Apakah ada peran sumberdaya manusia pada perikanan tangkap dan wisata bahari yang dapat dipadukan? 4) Apakah ada program-program baik di perikanan tangkap maupun di wisata bahari yang bisa dipadukan? 5) Apakah ada, dan selanjutnya pihak mana yang paling mungkin untuk mengelola kegiatan terpadu tersebut? a. Dinas Kelautan dan Perikanan b. Dinas Pariwisata c. Pihak independen yang dibentuk untuk mengelola kegiatan terpadu tersebut D Bila ya/ada Bila tidak Memungkinkan untuk dikembangkan secara terpadu Tidak memungkinkan untuk dikembangkan secara terpadu Sumber: Pane (2008a) Gambar 2 Skema analisis pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di suatu PP/PPI dan wisata bahari Terkait dengan pengembangan terpadu, Lang (1986) vide Dahuri et al. (1996) menyarankan bahwa keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam, seperti pesisir dan lautan (atau dalam hal ini perikanan tangkap dan wisata bahari), agar dilakukan dalam tiga tataran, yaitu teknis, konsultatif dan koordinasi. Pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan hendaknya secara seimbang atau proporsional dimasukkan ke dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan. Pada tataran konsultatif, segenap aspirasi dan kebutuhan para pihak yang 18

36 terlibat (stakeholders) atau terkena dampak pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan hendaknya diperhatikan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Tataran koordinasi mensyaratkan diperlukannya kerjasama yang harmonis antar semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat umum. Dalam tataran analisis, kemungkinan pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari dapat dilakukan dengan cara membandingkan kedua subsektor di dalam hal kemungkinan keterpaduan dari kegiatan-kegiatan yang ada, waktu-waktu kegiatan, peran sumberdaya manusia yang terlibat, programprogram yang ada dan kemungkinan pelaku pengelolaan terpadu tersebut (Pane, 2008) Strategi pengembangan: Analisis SWOT Analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threat) digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam mengambil suatu keputusan strategis yang berkaitan dengan pengembangan suatu kebijakan (Rangkuti, 2000). Selanjutnya Rangkuti menyatakan bahwa yang dimaksud dengan strengths (kekuatan) adalah potensi sumberdaya yang dapat melindungi dari persaingan dan dapat menciptakan kemajuan dalam suatu kegiatan usaha, weaknesses (kelemahan) adalah unsur dari potensi yang tidak dapat bersaing sehingga tidak dapat melakukan suatu kemajuan, opportunities (peluang) adalah unsur lingkungan yang memungkinkan suatu usaha atau kegiatan mendapatkan keberhasilan yang tinggi, sedangkan threats (ancaman) adalah unsur lingkungan yang dapat menghalangi suatu kegiatan jika tidak dilakukan tindakan pengelolaan yang tegas. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) sebagai faktor internal, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) yang merupakan faktor eksternal. 19

37 1) Lingkungan internal dan eksternal perikanan tangkap Rakhmania (2008) merumuskan faktor-faktor internal dan eksternal perikanan tangkap di PPI Labuan Provinsi Banten. Hal-hal yang dianalisis berupa faktor-faktor internal dan eksternal PPI Labuan yang berhubungan dengan prospek pendaratan hasil tangkapan di PPI tersebut. Faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan di PPI Labuan yang berhubungan dengan prospek pendaratan hasil tangkapan di PPI tersebut meliputi jenis, volume dan mutu hasil tangkapan didaratkan, waktu dan lama proses pendaratan, ketersediaan prasarana-sarana pendaratan hasil tangkapan (aspek pendaratan hasil tangkapan); jenis dan jumlah hasil tangkapan yang tersedia, harga ikan, proses pemasaran dan distribusi, jumlah pelaku pemasaran serta prasarana-sarana pemasaran yang tersedia (aspek pemasaran); kemampuan fasilitas kepelabuhanan terkait pendaratan hasil tangkapan dan kemampuan pelayanan pengelola PPI dalam proses pendaratan sampai dengan pendistribusian (aspek kemampuan kepelabuhanan). Faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman di PPI Labuan yang berhubungan dengan prospek pendaratan hasil tangkapan di PPI tersebut meliputi ada/tidaknya PPI/PP dan atau tempat konsentrasi nelayan (TKN) disekitarnya, potensi pasar yaitu permintaan ikan basah daerah-daerah konsumen lokal, antar kota/daerah dan ekspor (jenis-jenis ikan komersial tertentu), ketersediaan prasarana dan sarana transportasi ke daerah-daerah konsumen, ada/tidaknya kebijakan/rencana Pemda/pemerintah pusat dalam mengembangkan perikanan tangkap/ppi Labuan dan kestrategisan lokasi PPI yaitu keberadaan posisi PPI Labuan terhadap daerah-daerah penangkapan ikan, ketersediaan sumberdaya ikan (SDI), jarak terhadap daerah-daerah konsumen/daerah-daerah distribusi atau daerah-daerah potensial distribusi dan keberadaan lokasi pariwisata. Putra (2009) merumuskan faktor internal dan eksternal yang berkenaan dengan pengembangan sinergitas perikanan tangkap dan wisata bahari di Palabuhanratu. Faktor-faktor internal berupa kekuatan dalam pengembangan sinergitas perikanan tangkap dan wisata bahari di Palabuhanratu menurutnya adalah keindahan objek wisata, adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) 20

38 Palabuhanratu sebagai salah satu daya tarik wisata, ketersediaan sarana penunjang pariwisata, ketersediaan unit penangkapan ikan, adanya objek wisata budaya Upacara Adat Hari Nelayan, besarnya nilai ekonomi wisata. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan adalah kedatangan wisatawan yang bersifat musiman, kondisi muara Sungai Cimandiri yang mengalami pendangkalan, penurunan produktivitas perikanan tangkap, unit penangkapan yang belum dilengkapi dengan perlengkapan keamanan di laut dan tingkat pendidikan wisatawan yang menengah ke bawah. Selanjutnya dinyatakan bahwa yang termasuk faktor-faktor eksternal dalam pengembangan sinergitas perikanan tangkap dan wisata bahari di Palabuhanratu berupa peluang adalah adanya rencana pembangunan PPS Palabuhanratu, rencana pembangunan floating restaurant di daerah Cimandiri dan rencana pengembangan dan pengelolaan pasar ikan Palabuhanratu menjadi objek wisata. Sementara itu, yang termasuk faktor ancaman dalam pengembangan sinergitas tersebut adalah maraknya pengembangan wisata sungai di Kabupaten Sukabumi dan persaingan antar daerah yang semakin meninggi. 2) Lingkungan internal dan eksternal wisata bahari Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (1993) vide Nuva (2004), yang termasuk dalam faktor internal dan eksternal pariwisata adalah: a) Lingkungan internal yaitu faktor yang berasal dari obyek dan kawasan wisata bahari, antara lain: Daya tarik Daya tarik merupakan faktor yang dapat membuat orang berkeinginan untuk melihat dan berkunjung ke tempat yang mempunyai daya tarik tersebut. Unsur-unsurnya adalah keindahan alam, banyaknya sumberdaya alam yang menonjol, keutuhan sumberdaya alam, pilihan kegiatan rekreasi, ruang gerak pengunjung, dan kebersihan udara. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan Merupakan aktivitas pemanfaatan obyek wisata sehingga pengunjung mendapatkan kepuasan dalam kunjungan, juga untuk pelestarian obyek 21

39 wisata itu sendiri. Unsur-unsurnya adalah status pengelolaan, jumlah pegawai, pendapatan pegawai, dana anggaran, sumber pendanaan, serta sarana perawatan dan pelayanan. Tersedianya air bersih Ketersediaan air bersih merupakan suatu keharusan dalam pengembangan obyek wisata, baik untuk pengembangan obyek wisata maupun untuk pelayanan wisata. Unsur-unsurnya adalah dapat atau tidaknya air dialirkan ke obyek wisata atau mudah dikirim ke tempat lain, jarak sumber air terhadap lokasi obyek wisata dan debit sumber air. b) Lingkungan eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar obyek wisata, diantaranya: Potensi pasar Potensi pasar merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya pemanfaatan suatu obyek wisata, menyangkut peluang dan kunjungan yang berhubungan dengan jumlah penduduk sebagai konsumen. Unsur-unsur yang menjadi potensi pasar adalah kepadatan penduduk di lokasi dan jarak obyek wisata tersebut ke pusat kota. Kondisi lingkungan berupa keadaan alam dan masyarakat setempat Unsur-unsurnya berupa dampak sumberdaya biologis dan fisik, status kepemilikan tanah, kepadatan penduduk, sikap masyarakat, pendidikan dan mata pencaharian penduduk. Kondisi iklim Kondisi iklim dapat mempengaruhi jumlah kunjungan dengan melihat beberapa unsur, yaitu pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan, suhu udara pada musim kemarau dan rata-rata penyinaran matahari pada musim hujan. 3) Analisis SWOT Analisis SWOT terhadap pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di suatu PP/PPI dan wisata bahari mencakup lingkup kekuatan (segala aspek internal subsektor perikanan tangkap berbasis di PP/PPI tersebut dan subsektor wisata bahari yang memungkinkan untuk dikembangkan secara 22

40 terpadu), kelemahan (semua aspek internal subsektor perikanan tangkap berbasis di PP/PPI tersebut dan subsektor wisata bahari yang tidak memungkinkan untuk dipadukan satu sama lain karena aspek-aspek kelemahan ini merupakan nilai negatif/penghambat dalam pengembangan), peluang (faktor-faktor pendukung dari lingkungan luar subsektor perikanan tangkap berbasis di PP/PPI tersebut dan subsektor wisata bahari) dan ancaman (faktor-faktor eksternal yang diperkirakan akan menghambat pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PP/PPI tersebut dan wisata bahari). Untuk melihat hubungan dari faktor-faktor yang berpengaruh dalam SWOT digunakan matriks yang memudahkan dalam mengidentifikasi kemungkinan pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari di suatu PP/PPI sebagai berikut: Tabel 1 Matriks SWOT Faktor internal Faktor eksternal OPPORTUNITIES (O) THREATS (T) Sumber: Rangkuti (2000) STRENGTHS (S) STRATEGI SO Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman WEAKNESSES (W) STRATEGI WO Membuat strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Membuat strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Matriks SWOT menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi, pertama strategi SO (agresive strategy) yang menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada, kedua strategi ST (diversification strategy) yang menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang dihadapi, ketiga strategi WO (turn around strategy) yaitu berusaha untuk mendapatkan peluang dan keuntungan dengan cara mengatasi kelemahankelemahan yang dimiliki dan keempat strategi WT (defensive strategy) yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang mungkin terjadi. 23

41 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan penelitian yang digunakan adalah data primer dan sekunder tentang perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di Pantai Jayanti. Alat penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang ditujukan untuk pihak pengelola PPI, pengelola wisata bahari, pengguna jasa dan fasilitas PPI serta pengguna jasa dan fasilitas wisata bahari. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2009 di Pantai Jayanti Desa Cidamar Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. 3.3 Batasan Kajian Penelitian Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada pada suatu pelabuhan terkait dengan perikanan tangkap dan wisata bahari serta terbatasnya sumberdaya peneliti, maka objek yang diteliti dibatasi pada beberapa aspek bio-teknik, sosioekonomi dan kebijakan pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari. Pengertian pengembangan terpadu yang dimaksud adalah pengembangan yang dilakukan secara bersama-sama antara subsektor perikanan tangkap dengan subsektor wisata bahari yang meliputi fasilitas PPI Jayanti, nelayan, unit penangkapan dan potensi wisata bahari yang ada di Pantai Jayanti. Aspek-aspek diteliti: a. Aspek bio-teknik 1) Subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti, meliputi unit penangkapan berupa alat tangkap dan perahu/kapal penangkap ikan (jenis, bahan, ukuran, jenis hasil tangkapan, merek dan ukuran mesin yang digunakan perahu), nelayan (waktu trip harian, jumlah ABK, cara penanganan HT di atas perahu), daerah penangkapan ikan/dpi (namanama DPI, jarak DPI ke PPI Jayanti), musim ikan (jenis musim, ciri-ciri 24

42 musim, periode musim, musim puncak ikan, musim paceklik ikan) dan hasil tangkapan (jenis, jumlah, penanganan). 2) Subsektor wisata bahari, yaitu potensi wisata (sarana, prasarana, obyek wisata) dan kebutuhan wisatawan terhadap wisata bahari (transportasi, akomodasi, sarana makan-minum, daya tarik wisata, sarana hiburan, toko cinderamata dan tempat belanja). b. Aspek sosio-ekonomi 1) Subsektor perikanan tangkap, adalah pendapatan pemilik kapal dan pendapatan nelayan. 2) Subsektor wisata bahari, berupa jumlah wisatawan, pendapatan pelaku wisata dan jumlah kios/warung. c. Aspek kebijakan perikanan tangkap dan wisata bahari, meliputi rencana pengembangan ke depan dan kebijakan yang berkaitan dengan kemungkinan pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari secara terpadu di Pantai Jayanti yang dikeluarkan instansi yang bersangkutan. 3.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survei dengan aspek yang diteliti meliputi beberapa aspek bio-teknik, sosio-ekonomi dan kebijakan pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari Pantai Jayanti, sebagaimana telah dikemukakan di subbab 3.3 di atas. Ketiga aspek diteliti guna memperoleh data dan informasi mengenai gambaran potensi aktivitas perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk dijadikan kegiatan terpadu dalam pengembangan wisata bahari di Pantai Jayanti, mendapatkan kemungkinan pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari tersebut dan strategi pengembangannya, serta mendapatkan peran yang dapat dilakukan PPI Jayanti dalam pengembangan terpadu tersebut. Data dan informasi ketiga aspek di atas diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan di dinas-dinas terkait. 25

43 a. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di Pantai Jayanti meliputi pengamatan aktivitas penangkapan ikan di sekitar pantai (alat tangkap, proses/cara penangkapan, proses penanganan), pendaratan hasil tangkapan (termasuk pencucian dan penyeleksian hasil tangkapan), pengangkutan dari dermaga ke gedung pengolahan, kapal yang mendaratkan, alat yang digunakan, sumberdaya manusia yang terlibat), penanganan HT (saat didaratkan, saat pemindahan atau pengangkutan dari perahu ke gedung pengolahan, di gedung pengolahan ketika akan didistribusikan ke tempat konsumen), pemasaran HT (jenis ikan, harga per kg, daerah pendistribusian), fasilitas kepelabuhanan yang ada (jenis, jumlah, kondisi, pemanfaatan) dan pengamatan terhadap potensi wisata bahari (daya tarik, kondisi, fasilitas dan pemanfaatan fasilitas). b. Wawancara Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner yang ditujukan terhadap responden yang berasal dari pihak yang terkait dengan aktivitas perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari Pantai Jayanti yaitu pihak pengguna jasa dan fasilitas kepelabuhanan (nelayan, pedagang ikan dan pedagang pembeli ikan), pengelola TPI, pengelola PPI, Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan, pengguna fasilitas dan jasa wisata bahari (wisatawan, pemilik kios/warung makan, pemilik penginapan), pengelola kawasan wisata bahari, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Metode pengambilan jumlah responden dilakukan secara purposive baik pada subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti maupun subsektor wisata bahari di Pantai Jayanti yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian. Responden yang diambil adalah 9 orang nelayan pemilik (3 orang untuk tiap jenis alat tangkap, yaitu jaring rampus, pancing ulur dan jaring ampar), 1 orang petugas PPI, 1 orang dari pihak pengelola TPI, 3 orang pedagang/penjual ikan, 3 orang pembeli ikan, 1 orang dari pihak Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan, 15 orang wisatawan, 3 orang pemilik kios/warung makan, 2 orang 26

44 pengelola kawasan wisata bahari, 1 orang petugas Disbudpar dan 1 orang dari pihak Bappeda. c. Pengumpulan data sekunder Data sekunder diperoleh dari PPI Jayanti, Pemerintahan Kecamatan Cidaun, Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan, Disbudpar dan Bappeda Kabupaten Cianjur. Data yang dikumpulkan Data yang dikumpulkan berupa data utama dan data tambahan. Data utama terbagi menjadi dua, yaitu data utama primer dan data utama sekunder, demikian pula data tambahan terbagi atas data tambahan primer dan data tambahan sekunder. Data utama primer meliputi: 1) Aktivitas penangkapan ikan di sekitar pantai 2) Aktivitas pendaratan hasil tangkapan 3) Jenis hasil tangkapan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI Jayanti 4) Daerah pendistribusian hasil tangkapan 5) Keadaan dan potensi wisata bahari di PPI Jayanti 6) Daerah penangkapan ikan 7) Keberadaan, kapasitas, kondisi dan pemanfaatan fasilitas kepelabuhanan 8) Keberadaan, kondisi dan pemanfaatan fasilitas wisata bahari 9) Pendapat terkait pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari 10) Perlakuan untuk menjaga mutu hasil tangkapan 11) Jenis konsumen yang membeli hasil tangkapan (penduduk, wisatawan, pedagang pembeli, dll.) 12) Pengaruh kegiatan wisata bahari terhadap pendapatan pelaku kegiatan perikanan tangkap 13) Kebijakan yang akan dilakukan oleh dinas terkait mengenai rencana pengembangan 14) Alasan ketertarikan wisatawan mengunjungi Pantai Jayanti, waktu yang biasa digunakan untuk berdarmawisata 15) Jenis penginapan yang disenangi wisatawan 27

45 16) Permasalahan yang sedang dihadapi pada subsektor perikanan tangkap dan subsektor wisata bahari Data utama sekunder meliputi: 1) Jumlah dan jenis unit penangkapan 2) Volume hasil tangkapan (HT) per bulan selama tahun ) Musim penangkapan 4) Pendapatan subsektor perikanan tangkap dan subsektor wisata bahari 5) Data panjang jalan dan jenis jalan (PPI ke ibukota kecamatan, PPI ke ibukota kabupaten, PPI ke ibukota provinsi, PPI ke ibukota negara) 6) Rute perjalanan menuju Pantai Jayanti 7) Jumlah wisatawan 8) Jumlah nelayan 9) Retribusi masuk kawasan wisata bahari Pantai Jayanti 10) Visi misi Kabupaten Cianjur 11) Laporan Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cianjur 12) Laporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur Data tambahan primer meliputi: 1) Bahan dan alat yang digunakan untuk menjaga mutu hasil tangkapan 2) Kebutuhan operasional melaut 3) Pendapatan pengelola wisata bahari 4) Gambar/foto mengenai lokasi PPI Jayanti, fasilitas dan aktivitas perikanan tangkap, fasilitas dan aktivitas wisata bahari Data tambahan sekunder terdiri atas: 1) Keadaan umum Pantai Jayanti dan Kabupaten Cianjur (letak geografis, penduduk, keadaan sosial budaya, keberadaan sarana dan prasarana umum) 2) Peta lokasi Pantai Jayanti 3) Gambar layout PPI Jayanti 28

46 3.5 Analisis Data Gambaran kondisi aktivitas perikanan tangkap dan wisata bahari Analisis data yang dilakukan berupa analisis deskriptif mengenai gambaran potensi aktivitas perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di Pantai Jayanti dengan tabulasi dan analisis grafik. Selain dengan tabulasi dan analisis grafik juga dilakukan penghitungan rata-rata terhadap beberapa data yang diperoleh Strategi pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari 1) Identifikasi pengembangan terpadu Untuk mengidentifikasi kemungkinan pengembangan terpadu antara subsektor perikanan tangkap dan subsektor wisata bahari dilakukan analisis data secara kualitatif. Analisis secara kualitatif ini mengacu kepada Gambar 2 (subsubbab 2.5.1). 2) Strategi pengembangan Setelah dilakukan identifikasi terhadap kemungkinan pengembangan terpadu dan pengembangan terpadu tersebut memungkinkan untuk dilakukan, selanjutnya dilakukan perumusan strategi pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari dengan analisis SWOT. Bahan-bahan yang digunakan dalam analisis SWOT ini adalah data hasil pengamatan, wawancara dan data sekunder yang telah diklasifikasikan sebagai data utama dan data tambahan. Data utama dan data tambahan, masing-masing terbagi atas data primer dan data sekunder. Data tersebut dikelompokkan menjadi unsur kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) sebagai faktor internal, peluang (opportunities) dan ancaman (threats) sebagai faktor eksternal. a. Kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) Kekuatan dan kelemahan yang diidentifikasi dan dianalisis meliputi faktorfaktor internal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti yang memberikan nilai positif atau negatif bagi pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari. Faktor-faktor tersebut meliputi keberadaan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan dan PPI 29

47 Jayanti (pengelola PPI Jayanti), sumbangan PDRB subsektor perikanan tangkap, potensi produksi hasil tangkapan (HT) di PPI Jayanti (volume produksi dan nilai produksi, jenis HT, mutu HT); keberadaan unit penangkapan (jenis armada penangkapan, jenis alat tangkap, potensi untuk dijadikan daya tarik wisata); keberadaan nelayan (jumlah, partisipasi aktivitas keluarga nelayan untuk wisata bahari); kebijakan Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan untuk bersinerji dengan subsektor wisata bahari (ada/tidaknya kebijakan, pelaku pengelolaan); keberadaan fasilitas PPI Jayanti (jenis fasilitas, pemanfaatan, potensi untuk dijadikan daya tarik wisata); keberadaan TPI (jarak dermaga dengan TPI, pemanfaatan TPI); aktivitas pelelangan ikan (ada/tidaknya aktivitas tersebut, potensi untuk dijadikan pertunjukan wisata ); pengolahan hasil tangkapan (ada/tidaknya aktivitas tersebut, bentuk hasil tangkapan yang dipasarkan). Keseluruhan data dan informasi tersebut terangkum dalam Tabel 2. Faktor-faktor internal subsektor wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dalam pengembangan wisata bahari di Pantai Jayanti diantaranya adalah daya tarik wisata, komponen wisata (keberadaan dan pemanfaatan), keberadaan pengelola kegiatan wisata bahari, pendapatan dari subsektor wisata bahari. Keseluruhan data dan informasi tersebut terangkum dalam Tabel 4. b. Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) Faktor-faktor eksternal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti meliputi potensi pasar (wisatawan yang berkunjung ke PPI Jayanti, pemasaran lokal, pemasaran luar kota); dukungan kebijakan pemerintah daerah; prasarana jalan (jarak PPI Jayanti ke daerah pemasaran lokal, daerah pemasaran luar kota, pusat kota, ibukota provinsi, ibukota negara dan kondisi jalan); kekurangpuasan nelayan terhadap beberapa kebijakan pengelola PPI. Keseluruhan data dan informasi tersebut terangkum dalam Tabel 3. Faktor-faktor eksternal subsektor wisata bahari untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dalam pengembangan wisata bahari di Pantai Jayanti diantaranya potensi pasar, keadaan alam dan masyarakat 30

48 setempat, kondisi iklim dan adanya lokasi wisata bahari lain di sekitar Pantai Jayanti. Keseluruhan data dan informasi tersebut terangkum dalam Tabel 5. Tabel 2 Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor internal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Kode Faktor-faktor internal Skor Nilai Bobot Min Maks Min Maks Kekuatan (Strengths) Keberadaan Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan dan PPI Jayanti: S 1 1) Pengelola PPI Jayanti ) Sumbangan PDRB subsektor perikanan tangkap Potensi produksi hasil tangkapan (HT) di PPI Jayanti: S 2 1) Volume produksi dan nilai produksi ) Jenis HT ) Mutu HT Keberadaan unit penangkapan (armada penangkapan dan alat tangkap): S 3 1) Jumlah armada penangkapan ) Jenis alat tangkap ) Potensi untuk dijadikan daya tarik wisata Keberadaan nelayan: S 4 1) Jumlah nelayan ) Partisipasi aktivitas keluarga nelayan untuk wisata bahari Keberadaan fasilitas PPI Jayanti S 5 1) Jenis fasilitas ) Pemanfaatan fasilitas ) Potensi fasilitas untuk dijadikan daya tarik wisata Kelemahan (weaknesses) Belum adanya kebijakan Dinas Peternakan W 1 Kelautan dan Perikanan untuk bersinerji dengan subsektor wisata bahari 12 1) Pengelolaan masih secara sektoral Keberadaan tempat pelelangan ikan (TPI) W 2 1) Jarak yang jauh antara TPI dan dermaga ) TPI yang belum digunakan sebagaimana mestinya Belum terselenggaranya aktivitas pelelangan W 3 ikan 10 1) Potensi untuk dijadikan pertunjukan wisata Belum adanya aktivitas pengolahan ikan W 4 1) Hasil tangkapan yang dijual dalam bentuk ikan basah Jumlah

49 Tabel 3 Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor eksternal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Kode Faktor-faktor eksternal Skor Nilai Bobot Min Maks Min Maks Peluang (Opportunities) Potensi pasar 1) Wisatawan yang berkunjung ke PPI Jayanti O 1 2) Pemasaran lokal (dalam wilayah Kabupaten Cianjur) ) Pemasaran luar kota (luar wilayah Kabupaten Cianjur) Potensi pengolahan ikan dengan mutu segar O 2 1) Jenis pengolahan ) Potensi untuk dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan O 3 Kebijakan pemerintah daerah (Pemda) 1) Visi-misi Pemda yang mendukung 1 2 pengembangan potensi lokal ) Program pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari Ancaman (Threats) Prasarana jalan 1) Jarak PPI Jayanti ke daerah pemasaran W1 2) Jarak PPI Jayanti dari pusat kota ) Jarak PPI Jayanti dari ibukota provinsi ) Jarak PPI Jayanti dari ibukota negara ) Kondisi jalan Kekurangpuasan nelayan terhadap beberapa kebijakan pengelola PPI Jayanti W2 1) Beberapa nelayan merasa aspirasinya 10 tidak diperhatikan dalam pembangunan PPI Jumlah

50 Tabel 4 Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor internal subsektor wisata bahari Pantai Jayanti untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Kode Faktor-faktor internal Skor Nilai Bobot Min Maks Min Maks Kekuatan (Strength) Daya tarik wisata S 1 1) Keindahan alam ) Situs dan beberapa benda peninggalan sejarah Komponen wisata S 2 1) Keberadaan komponen wisata ) Pemanfaatan komponen wisata Kelemahan (weaknesses) Pengelola kegiatan wisata bahari W 1 1) keberadaan pengelola wisata bahari ) Keberadaan kantor pengelola Pendapatan dari subsektor wisata bahari 1) Pendapatan masih terbatas pada 1 2 W 2 retribusi karcis masuk ) Pendapatan tergantung pada musim kunjungan wisatawan Jumlah Tabel 5 Penghitungan jumlah nilai minimum-maksimum faktor-faktor eksternal subsektor wisata bahari Pantai Jayanti untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti Kode Faktor-faktor eksternal Skor Nilai Bobot Min Maks Min Maks Peluang (Opportunities) Potensi daya tarik wisata O1 1) Aktivitas perikanan tangkap ) Fasilitas PPI Jayanti ) Hasil tangkapan Keadaan alam dan masyarakat setempat 1) Kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari berada pada tempat yang sama O2 35 2) Sikap masyarakat terbuka dengan kunjungan wisatawan namun selektif terhadap segala budaya yang masuk Ancaman (Threats) Kondisi iklim 1) Terjadi penurunan jumlah wisatawan 1 2 W1 saat musim penghujan ) Kelangkaan hasil tangkapan di PPI saat musim peralihan Adanya lokasi wisata bahari lain di sekitar Pantai Jayanti W2 1) Keberadaan Pantai Rancabuaya sebagai pesaing penyelenggara kegiatan wisata bahari 2) Beberapa wisatawan memilih P. Rancabuaya sebagai lokasi wisata Jumlah

51 c. Matriks IFAS dan EFAS Data dan informasi yang diperoleh pada butir 2)a dan 2)b (subsubbab 3.5.2) digunakan untuk menyusun matriks analisis IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary). Kedua matriks tersebut digunakan dalam menentukan kemungkinan pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di Pantai Jayanti (Tabel 2-5). Perhitungan nilai (skor x bobot) faktor internal pada Tabel 2 menghasilkan jumlah nilai maksimum 462, sehingga ditetapkan kriteria penilaian faktor internal sebagai berikut: Baik, bila jumlah nilai diperoleh 80% dari jumlah nilai maksimum ( 369,6); faktor kekuatan yang dimiliki sangat dominan Sedang, bila 80 > jumlah nilai diperoleh 60% dari jumlah nilai maksimum (227,2-365); kondisi internal subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti berada dalam keadaan seimbang antara kekuatan dan kelemahan Buruk, bila jumlah nilai diperoleh < 60% dari jumlah nilai maksimum (<227,2); faktor kelemahan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti sangat dominan Jumlah nilai maksimum faktor eksternal perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti untuk bersinerji dengan wisata bahari di Pantai Jayanti adalah 630 (Tabel 3). Berdasarkan jumlah nilai maksimum tersebut disusun kriteria penilaian faktor eksternal sebagai berikut: Baik, bila jumlah nilai diperoleh 80% dari jumlah nilai maksimum ( 504); subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dapat merespon dengan baik peluang yang ada Sedang, bila 80 > jumlah nilai diperoleh 60% dari jumlah nilai maksimum ( ,7); subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti belum dapat merespon dengan baik peluang yang ada Buruk, bila jumlah nilai diperoleh < 60% dari jumlah nilai maksimum (<378); subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti tidak dapat merespon peluang yang ada 34

52 Pada Tabel 4 didapatkan jumlah nilai maksimum faktor internal subsektor wisata bahari Pantai Jayanti untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti adalah 480. Kriteria penilaian untuk faktor internal disusun sebagai berikut: Baik, bila jumlah nilai diperoleh 80% dari jumlah nilai maksimum ( 384); faktor kekuatan yang dimiliki subsektor wisata bahari sangat dominan Sedang, bila 80 > jumlah nilai diperoleh 60% dari jumlah nilai maksimum ( ,2); kondisi internal subsektor wisata bahari berada dalam keadaan seimbang antara kekuatan dan kelemahan Buruk, bila jumlah nilai diperoleh < 60% dari jumlah nilai maksimum (<288); faktor kelemahan subsektor wisata bahari sangat dominan Penilaian faktor eksternal subsektor wisata bahari Pantai Jayanti untuk bersinerji dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai maksimumnya adalah 470. Dengan demikian, diperoleh kriteria sebagai berikut: Baik, bila jumlah nilai diperoleh 80% dari jumlah nilai maksimum ( 376); subsektor wisata bahari dapat merespon dengan baik peluang yang ada Sedang, bila 80 > jumlah nilai diperoleh 60% dari jumlah nilai maksimum ( ,3); subsektor wisata bahari belum dapat mersepon dengan baik peluang yang ada Buruk, bila jumlah nilai diperoleh < 60% dari jumlah nilai maksimum (<282); subsektor wisata bahari tidak dapat merespon peluang yang ada d. Matriks Internal-Eksternal: Fase dan Strategi Pengembangan Faktor-faktor yang digunakan dalam matriks internal-eksternal meliputi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang diwakili oleh jumlah nilai masing-masing faktor tersebut pada matriks IFAS dan EFAS di Tabel 2-5. Matriks internal-eksternal (Gambar 3 dan 4) memberikan gambaran tentang posisi faktor-faktor internal dan eksternal yang dipetakan dalam sembilan sel strategi (sel I sampai dengan sel IX). Kesembilan sel strategi dikelompokkan menjadi tiga alternatif strategi utama, yaitu: 35

53 1) Growth strategy yang merupakan strategi pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di Pantai Jayanti (sel I, II, V) atau upaya diversifikasi (sel VII, VIII). 2) Stability strategy adalah strategi yang diterapkan dengan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. 3) Retrenchment strategy (sel III, VI, IX) adalah strategi memperkecil atau mengurangi pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari. Jumlah Nilai Faktor Strategi Internal Kuat Rata-rata Lemah Jumlah Nilai Faktor Strategi Eksternal Tinggi Menengah Rendah , I Pertumbuhan IV Stabilitas VII Pertumbuhan 369, ,2 II Pertumbuhan V Pertumbuhan Stabilitas VIII Pertumbuhan III Pertumbuhan VI Penciutan IX Likuidasi Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal: Fase dan strategi pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dengan wisata bahari di Pantai Jayanti Jumlah Nilai Faktor Strategi Internal Kuat Rata-rata Lemah Jumlah Nilai Faktor Strategi Eksternal Tinggi Menengah Rendah ,3 I Pertumbuhan IV Stabilitas VII Pertumbuhan ,2 288 II Pertumbuhan V Pertumbuhan Stabilitas VIII Pertumbuhan III Pertumbuhan VI Penciutan IX Likuidasi 282 Gambar 4 Matriks Internal-Eksternal: Fase dan strategi pengembangan terpadu subsektor wisata bahari Pantai Jayanti dengan subsektor perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti 36

54 Keterangan: I : strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal (misalnya dengan promosi tanpa menggunakan jasa agen atau mencari dukungan dana dari investor) II : strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal dengan mengatasi pesaing III : strategi turn around, misalnya dengan melakukan pengurangan jumlah pekerja dengan tujuan untuk mengurangi biaya operasional IV : strategi stabilitas V : strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap pengembangan) VI : strategi divestasi misalnya dengan menjual sebagian aset wisata bahari kepada pihak swasta VII : strategi diversifikasi konsentrik dengan menambahkan produk baru yang masih berkaitan dengan kegiatan perikanan tangkap dan atau wisata bahari, misalnya dengan melakukan pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari VIII : strategi diversifikasi konglomerat dengan menambahkan produk baru yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan perikanan tangkap dan atau wisata bahari, misalnya dengan mendirikan kantor pos di area tersebut IX : strategi likuidasi atau bangkrut, menjual seluruh aset kepada pihak swasta Peran yang dapat dilakukan oleh PPI Jayanti dalam pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari Analisis data yang dilakukan: a) Secara kualitatif deskriptif menetapkan alternatif-alternatif kegiatankegiatan perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti yang memungkinkan untuk dijadikan kegiatan-kegiatan terpadu bersama subsektor wisata bahari di Pantai Jayanti beserta argumennya, b) Membandingkan dan mencocokkan kegiatan dan fungsi PPI Jayanti dengan kegiatan-kegiatan terpadu untuk menghasilkan peran apa yang bisa dilakukan pengelola PPI Jayanti dalam pengembangan terpadu perikanan tangkap berbasis di PPI Jayanti dan wisata bahari di Pantai Jayanti. 37

55 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Geografi dan Topografi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat, terletak pada posisi BT BT dan LS LS, dengan pusat pemerintahan berada di Kota Cianjur, memiliki luas sekitar 350,148 ha dan terbagi menjadi 30 kecamatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (Farida, 2006): Sebelah utara : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, Sebelah selatan : Samudera Hindia, Sebelah timur : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, dan Sebelah barat : Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan kondisi sumberdaya alam (topografi dan penggunaan lahan), Kabupaten Cianjur terbagi atas 3 wilayah pembangunan dengan masing-masing karakteristik sebagai berikut (Anonymous, 2007). 1) Wilayah Pembangunan Utara (WPU) Wilayah ini merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede dengan permukaan tanah didominasi berbukit hingga bergunung. Lahan ini adalah untuk perkebunan, tanaman hortikultura dan lahan sawah. 2) Wilayah Pembangunan Tengah (WPT) Wilayah ini merupakan daerah dengan topografi berbukit hingga bergunung dengan struktur tanah yang labil sehingga sangat peka terhadap erosi. Lahan ini digunakan untuk perkebunan, tanaman hortikultura dan lahan sawah. 3) Wilayah Pembangunan Selatan (WPS) Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan topografi pada umumnya bergelombang hingga berbukit yang dikelilingi oleh pegunungan yang melebar hingga ke daerah Pantai Samudera Hindia. Tanah di WPS memiliki struktur yang labil dan peka terhadap erosi. Penggunaan lahannya didominasi lahan kering, terdapat juga perkebunan dan lahan sawah tapi dengan luasan yang kecil. 38

56 Wilayah Pembangunan Selatan (WPS), khususnya di bagian selatan merupakan wilayah pantai yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Di wilayah bagian selatan ini berlangsung kegiatan perikanan tangkap yang sifatnya cenderung masih gurem (kegiatan perikanan yang hanya diusahakan untuk konsumsi sendiri, tidak untuk dijual) kecuali di Pantai Jayanti. Beberapa kecamatan di WPS yang memiliki pantai adalah Kecamatan Agrabinta (Pantai Cikakap), Kecamatan Sindangbarang (Pantai Apra), dan Kecamatan Cidaun (Pantai Jayanti). Luas wilayah masing-masing kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kecamatan-kecamatan di wilayah pantai Kabupaten Cianjur dan luas wilayahnya tahun 2007 Kecamatan Luas wilayah (ha) 1. Agrabinta 16, Sindang Barang 16, Cidaun 32,073 Jumlah 350,148 Sumber: Anonymous (2008c) Sebagian besar dari wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur merupakan daerah pegunungan kecuali di sebagian Pantai Selatan berupa dataran rendah. Salah satu gunung yang terkenal adalah Gunung Gede dengan ketinggian sekitar m di atas permukaan laut, sekaligus merupakan daerah paling tinggi di Cianjur, sedangkan daerah paling rendah berada di wilayah bagian selatan yang merupakan pantai, dengan ketinggian sekitar 7 m di atas permukaan laut. Kondisi geografi dan topografi Pantai Jayanti Menurut Anonymous (2008a) diketahui bahwa Pantai Jayanti merupakan pantai di wilayah selatan Kabupaten Cianjur yang secara administratif termasuk dalam lingkup pemerintahan Kecamatan Cidaun. Pantai ini terletak pada posisi 7 29 LS dan BT. Kecamatan Cidaun memiliki ketinggian wilayah sekitar m di atas permukaan laut. Kecamatan ini terbagi menjadi 13 desa, salah satunya adalah Desa Cidamar yang merupakan wilayah dimana Pantai Jayanti berada. Desa ini di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Desa Karangwangi, di sebelah barat dengan Sungai Cidamar dan di sebelah selatan 39

57 berbatasan dengan Samudera Hindia. Kecamatan Cidaun sendiri berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kabupaten Bandung, Sebelah timur : Kabupaten Garut, Sebelah selatan : Samudera Hindia, dan Sebelah barat : Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Naringgul. Selanjutnya dikatakan bahwa luas wilayah Kecamatan Cidaun adalah ha dan sebagian besar telah dimanfaatkan. Daerah ini memiliki curah hujan rata-rata mm/tahun dengan kisaran suhu antara 28 C-34 C. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September-Februari, sedangkan musim kemarau terjadi biasanya pada bulan Maret-Agustus. Secara geografis, posisi Pantai Jayanti sangat strategis karena berada pada perlintasan antara dua pantai terkenal, yaitu Pantai Pangandaran (pantai di utara Jawa) dan Pantai Palabuhanratu (pantai di selatan Jawa). Tentunya posisi strategis ini merupakan peluang untuk pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari yang sejauh ini belum dilakukan. PPI Jayanti yang menjadi pusat kegiatan perikanan tangkap juga diharapkan dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi ikani terutama ikan laut bagi wisatawan yang berkunjung dan masyarakat sekitar pantai tersebut. Untuk kondisi topografi Kecamatan Cidaun, sekitar 35% diantaranya merupakan permukaan tanah datar sampai bergelombang, 17% merupakan permukaan tanah bergelombang sampai berbukit dan 48% merupakan permukaan tanah berbukit sampai bergunung. Pengkategorian kondisi topografi tersebut menempatkan Pantai Jayanti pada kategori daerah dengan permukaan datar sampai bergelombang. Ada beberapa aliran sungai yang bermuara ke pantai tersebut yaitu Sungai Cidamar, Cisela, Ciujung, Cipandak, Cisadea, Ciselang dan Cigebang (Anonymous, 2008a). Di bagian timur mengarah ke selatan Pantai Jayanti terbentang Hutan Lindung Bojong Larang yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Cianjur, sedangkan di bagian utara merupakan hamparan ladang palawija, lahan pesawahan dan tempat penggembalaan hewan ternak milik warga sekitar. Lahan 40

58 pesawahan dan palawija ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, hanya terhalang pantai bersubstrat pasir. Substrat selain pasir yang menyusun Pantai Jayanti adalah substrat pasir berbatu, karang, dan pasir berlumpur. Pengurutan jenis substrat ini dilihat dari arah darat menuju lepas pantai. Dengan kondisi substrat demikian, tidak mengherankan kalau komoditas hasil tangkapan utama di PPI Jayanti adalah ikan layur karena ikan layur umumnya hidup di perairan pantai yang dalam dengan dasar berlumpur (Anonymous, 1979 vide Yuspilan, 2007). Walaupun belum diketahui seberapa besar potensi ikan layur yang ada di perairan Pantai Jayanti, namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara, banyaknya ikan layur yang didaratkan di PPI Jayanti mengindikasikan bahwa potensi dan produksi ikan layur masih dapat dieksploitasi, khususnya di perairan sekitar Pantai Jayanti. 4.2 Penduduk, Pendidikan, dan Sosial Budaya Penduduk Penduduk Kecamatan Cidaun pada tahun 2007 mencapai orang atau sekitar 3,1% dari total penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2007 yang mencapai orang. Total orang penduduk Kecamatan Cidaun terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Jika dilakukan perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan maka diperoleh angka rasio jenis kelamin sebesar 0,99 yang berarti terdapat sekitar 99 orang lakilaki di antara 100 orang perempuan di Kecamatan Cidaun. Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Kelompok usia (u; tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 1. 0 < u < , u < ,2 3. u ,6 Jumlah ,0 Sumber: Anonymous (2008a) Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2007 berada pada kelompok usia tahun, yaitu orang atau sekitar 63,2%. Usia di bawah 16 tahun menempati kelompok dengan jumlah terbanyak kedua pada tahun yang sama, 41

59 yaitu orang atau sekitar 30,2%, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada pada kelompok usia di atas 59 tahun yaitu orang atau sekitar 6,6%. Hal ini berarti bahwa kelompok usia terbanyak pada tahun 2007 merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja. Sebagai kecamatan yang sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian, penduduk Kecamatan Cidaun kebanyakan bekerja sebagai petani. Jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani adalah orang atau sekitar 79,1% dari keseluruhan penduduk yang mempunyai pekerjaan pada tahun Mata pencaharian lain yang ditekuni penduduk Kecamatan Cidaun adalah sebagai buruh perkebunan dan pedagang yang masing-masing berjumlah 837 orang (5,4%) dan 732 orang (4,6%). Secara rinci jumlah penduduk Kecamatan Cidaun menurut jenis mata pencaharian tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Petani ,1 2. Nelayan 315 2,0 3. Pengusaha Sedang/Besar 74 0,5 4. Pengrajin/Industri kecil 39 0,3 5. Buruh Industri Buruh Bangunan 378 2,3 7. Buruh Pertambangan Buruh Perkebunan 837 5,4 9. Pedagang 732 4,6 10. Pengangkutan 442 2,8 11. PNS 311 2,0 12. TNI 27 0,2 13. Pensiunan (TNI/PNS) 102 0,7 14. Peternak 8 0,1 Jumlah ,0 Sumber: Anonymous (2008a) Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan tercatat sebanyak 315 orang dari orang atau sekitar 2%. Pada tahun-tahun mendatang, dengan adanya rencana pengembangan perikanan tangkap dan wisata bahari secara bersama-sama, diharapkan terjadi peningkatan jumlah penduduk lokal yang bekerja di kedua subsektor tersebut. Untuk sarana perekonomian, terdapat 85 unit sarana usaha di Kecamatan Cidaun, 58 unit diantaranya adalah berupa toko/kios/warung, satu unit pasar ikan 42

60 yang terletak di PPI Jayanti dan tujuh unit pasar umum. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sarana perekonomian menurut jenisnya di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Jenis Sarana Perekonomian Jumlah (Unit) 1. Koperasi Unit Desa 1 2. Koperasi Simpan Pinjam 3 3. Pasar Umum 7 4. Pasar Ikan 1 5. Toko/Kios/Warung Bank 2 7. Lumbung Desa 13 Jumlah 85 Sumber: Anonymous (2008a) Pendidikan Berdasarkan Anonymous (2008c), ada sekitar anak yang tergolong usia pendidikan wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Cidaun. Sekitar orang atau 63,1% penduduk diantaranya adalah anak yang berusia antara 7-12 tahun dan sedang menempuh pendidikan SD/sederajat, sedangkan sekitar orang atau 31,3% merupakan penduduk yang melanjutkan pendidikan setelah tamat SD. Sisanya, sejumlah 721 anak atau 0,1% tidak sekolah atau pun melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Penjelasan lebih lengkap mengenai penduduk Kecamatan Cidaun berdasarkan jenis kelamin dan status pendidikan wajib belajar 12 tahun dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan status pendidikan wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Cidaun, tahun 2007 Usia (tahun) 7-12 (SD/sederajat) (SMP/sederajat) Sekolah Tidak sekolah Sekolah Tidak sekolah L P L P L P L P Jumlah (orang) Total Sumber: Anonymous (2008c) Jenis prasarana pendidikan formal yang ada di Kecamatan Cidaun diantaranya adalah 4 unit TK, 85 unit SD, 6 unit SLTP dan 3 unit SMU/SMK, sedangkan untuk perguruan tinggi, saat ini masih menggunakan bangunan SMK. 43

61 Di samping sarana pendidikan formal, ada juga prasarana pedidikan non formal yaitu 6 unit pesantren dan madrasah (Anonymous, 2008a). Salah satu SMK yang ada di Kecamatan Cidaun adalah SMK Negeri 1 Cidaun yang merupakan SMK di bidang perikanan. Dengan adanya sekolah ini diharapkan dapat menghasilkan sumberdaya manusia siap guna yang dapat mengaplikasikan ilmu perikanan yang telah diperoleh untuk mengembangkan kegiatan perikanan khususnya di Kecamatan Cidaun. Tabel 11 Jenis prasarana pendidikan di Kecamatan Cidaun tahun 2007 Jenis sarana pendidikan Jumlah sarana pendidikan(unit) TK 4 SD/MI/sederajat 85 SMP/MTs/sederajat 6 SMU/SMK/MA/sederajat 3 Perguruan Tinggi 2 Pesantren 6 Jumlah 106 Sumber: Anonymous (2008a) Berbeda dengan SMK di bidang perikanan yang sudah tersedia, SMK di bidang pariwisata belum tersedia di Kecamatan Cidaun. Hal ini disebabkan belum berkembangnya kegiatan pariwisata khususnya wisata bahari, sehingga pemerintah daerah belum menganggap perlu membangun sekolah tersebut. Seiring perkembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari, diharapkan sekolah kejuruan pariwisatapun menjadi prioritas di Kecamatan Cidaun dengan tujuan menghasilkan sumberdaya manusia yang dapat membangun dan mengelola pariwisata yang ada di wilayahnya sendiri. Walaupun subsektor perikanan tangkap dan wisata bahari di Pantai Jayanti saat ini belum berkembang optimal, namun perkembangannya ke depan akan banyak membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan profesional. Sudah selayaknya masyarakat di Kecamatan Cidaun terlibat dalam pembangunan di daerahnya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan sumberdaya manusianya melalui pendidikan dengan mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan potensi daerah mereka sendiri, salah satunya mempelajari bidang perikanan tangkap dan wisata bahari. 44

62 4.2.3 Sosial budaya Sebagai bagian dari Kabupaten Cianjur, Kecamatan Cidaun tidak lepas dari budaya Ngaos, Mamaos dan Maenpo yang menjadi ciri khas Kabupaten Cianjur. Ngaos adalah tradisi mengaji, sebagai salah satu pencerminan kegiatan keagamaan, dimana 100% masyarakat di Kecamatan Cidaun adalah muslim dengan jumlah rumah ibadah (masjid) sebanyak 192 unit dan 17 unit majelis ta lim. Ngaos ini ada yang sifatnya rutin mingguan, ada juga yang sifatnya dilaksanakan hanya ketika memperingati hari-hari besar keagamaan, seperti Maulidan (memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw.), Rajaban (memperingati Isra dan Mi rajnya Nabi Muhammad saw.) dan kegiatan-kegiatan insidental seperti dalam perayaan pernikahan dan khitanan. Mamaos adalah pencerminan kehidupan budaya daerah berupa kebudayaan menyanyikan lagulagu berbahasa sunda yang berisi nasihat khas Cianjuran. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan ketika menerima tamu kehormatan, atau saat ada perayaan pernikahan. Sementara Maenpo adalah istilah lain dari Pencak Silat asli Cianjur. Khusus di daerah Pantai Jayanti, salah satu budaya yang berkembang adalah adanya pesta laut yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun. Kegiatan pesta laut ini merupakan gambaran rasa syukur masyarakat Pantai Jayanti atas anugerah panen ikan yang diterima (subsubbab 8.2.3). Pesta laut ini biasanya tidak hanya dilakukan oleh warga nelayan di PPI Jayanti, namun juga menarik minat wisatawan yang ingin menyaksikan perayaan kegiatan tersebut. 4.3 Sarana dan Prasarana Umum Kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari tidak akan berjalan dengan optimal jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana umum yang memadai. Di antara sarana dan prasarana umum yang ada di Kecamatan Cidaun yang mendukung kelancaran aktivitas perikanan tangkap dan wisata bahari di Pantai Jayanti adalah sarana transportasi, komunikasi, penerangan (listrik) dan air. Berikut dijelaskan mengenai sarana-sarana tersebut. 45

63 4.3.1 Transportasi dan komunikasi 1) Transportasi Transportasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang pembangunan dan pengembangan suatu wilayah. Jalan sebagai prasarana transportasi berfungsi sebagai penghubung antara satu wilayah dengan wilayah lain. Di Kecamatan Cidaun, ada dua jenis transportasi yang biasa digunakan oleh masyarakat ketika hendak menuju ke suatu daerah/wilayah yang diinginkan, yaitu transportasi darat dan laut. Transportasi darat biasa digunakan masyarakat Kecamatan Cidaun, baik berjalan kaki, menggunakan kendaraan umum atau pun kendaraan pribadi. Kendaraan umum yang tersedia adalah sepeda motor (ojek) dan mobil elf (sejenis minibus), sedangkan kendaraan pribadi yang banyak digunakan adalah sepeda motor dan mobil. Selain transportasi darat, ada juga sebagian kecil masyarakat yang menggunakan transportasi laut. Biasanya sarana transportasi laut yang digunakan adalah perahu katir yang dimiliki nelayan untuk operasi penangkapan ikan. Perahu-perahu ini mendarat di Pantai Jayanti. Masyarakat yang ingin menggunakan jasa perahu biasanya menyewa kepada nelayan. Daerah tujuan perahu yang membawa penumpang ini adalah Pantai Rancabuaya dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Garut. Panjang jalan dari Ibukota Kabupaten Cianjur hingga Pantai Jayanti mencapai sekitar 143 km, sedangkan jarak Pantai Jayanti ke Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) adalah sekitar 208 km dan jarak Pantai Jayanti ke Ibukota RI (Jakarta) adalah sekitar 263 km. Untuk dapat menjangkau Pantai Jayanti, bisa ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum berupa elf. Khusus untuk kendaraan umum, berangkat dari terminal Pasir Hayam (Kota Cianjur) tidak langsung dapat sampai di Pantai Jayanti, melainkan berhenti di Ibukota Kecamatan Cidaun (Kertajadi). Setibanya di Kertajadi, perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan berupa sepeda motor ojek sewa. Jarak dari Kertajadi ke Pantai Jayanti adalah sekitar 6 km. Ada beberapa rute yang dapat ditempuh oleh kendaraan pribadi untuk mencapai Pantai Jayanti, diantaranya: 46

64 a. Pengunjung dari Jakarta dan Sukabumi, setelah dari Kota Cianjur dapat melanjutkan perjalanan ke Sindangbarang, kemudian ke Cidaun, barulah sampai di Pantai Jayanti. b. Pengunjung yang melewati Bandung, menuju Pantai Jayanti dapat dilakukan dengan mengikuti salah satu rute di bawah ini: Bandung-Ciwidey-Cikadu-Sindangbarang-Cidaun-Pantai Jayanti Bandung-Ciwidey-Naringgul-Cidaun-Pantai Jayanti Jika mengacu kepada rute yang dapat ditempuh untuk mencapai Pantai Jayanti, maka rute yang memiliki jalan cukup baik adalah dari Kota Cianjur Sidangbarang Cidaun Pantai Jayanti (rute a), sedangkan rute dari Bandung Ciwidey dan seterusnya (rute b) profil jalan yang ada adalah selain melewati hutan, jalannya sempit, dan banyak yang rusak. Jalur Pantai Jayanti merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan antara Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Garut. Jalur ini juga menghubungkan Pantai Pangandaran (pantai utara) dan Pantai Palabuhanratu (pantai selatan). Saat ini, jalur Pantai Jayanti-Cidaun sedang dibangun. Pembangunan ini lebih dikonsentrasikan pada pembangunan dan perbaikan jembatan. Jembatan yang masih dalam tahap pembangunan diantaranya adalah jembatan Cidamar yang merupakan jembatan penghubung antara Kertajadi (Ibukota Kecamatan Cidaun) dengan Pantai Jayanti. Jembatan ini juga merupakan salah satu jembatan yang akan menghubungkan antara Pantai Palabuhanratu dengan Pantai Pangandaran. Panjang jalan raya di Kecamatan Cidaun mencapai sekitar 29 km, seluruhnya sudah berupa jalan aspal walaupun kondisinya di beberapa lokasi dalam keadaan rusak dan berlubang. Berdasarkan kondisi jalan aspal yang ada, sekitar 41,4% diantaranya dalam keadaan baik, 20,7% sedang, dan sisanya, sekitar 37,9% dalam keadaan rusak (Anonymous, 2008a). Kondisi jalan ini turut mempengaruhi perkembangan pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah. Kurang lancarnya transportasi ke Wilayah Pembangunan Selatan (WPS) Cianjur termasuk didalamnya Pantai Jayanti, menjadikan daerah ini masih jauh tertinggal dibanding wilayah pembangunan utara dan tengah. 47

65 Kondisi jalan yang kurang memadai di atas menjadi pertimbangan bagi wisatawan yang berminat untuk mengunjungi Pantai Jayanti. Biasanya, wisatawan memilih tempat wisata yang perjalanannya lebih bagus. Selain itu, kondisi jalan yang rusak juga dapat mempengaruhi mutu hasil tangkapan yang didistribusikan atau dipasarkan ke luar Pantai Jayanti. Dengan jalan yang rusak, jarak yang ditempuh akan membutuhkan waktu lebih lama, sehingga mutu hasil tangkapan akan lebih cepat turun dibanding bila kondisi jalan yang baik dengan rute dan panjang jalan yang sama. 2) Komunikasi Untuk komunikasi, masyarakat Pantai Jayanti dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya menggunakan Bahasa Sunda. Alat komunikasi yang banyak digunakan saat ini oleh masyarakat tersebut adalah telepon genggam (HP). Telepon genggam kiranya sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian masyarakat Pantai Jayanti, khususnya bagi para pengusaha perikanan (bakul) yang akan mengirim produk perikanan seperti ikan layur atau sekedar menerima pertanyaan dari calon pemesan produk perikanan terkait ketersediaan hasil tangkapan yang dihasilkan dari pelabuhan Pantai Jayanti. Komunikasi dalam subsektor wisata bahari memegang peranan penting, salah satu diantaranya adalah sebagai penghubung antara pihak pengelola wisata bahari dengan wisatawan. Wisatawan misalnya dapat memesan tempat penginapan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan mereka ke Pantai Jayanti untuk mengantisipasi tidak dapatnya penginapan yang baik saat sampai di Pantai Jayanti mengingat masih terbatasnya jumlah penginapan yang ada. Dalam hal ini, komunikasi yang dilakukan biasanya menggunakan telepon atau HP. Komunikasi yang lancer tentu membuat wisatawan dapat merasa nyaman karena pihak pengelola penginapan juga dapat mempersiapkan segala sesuatu untuk tamunya lebih awal. Di Kecamatan Cidaun belum ada kantor pos ataupun kantor pos pembantu. Kiriman paket atau surat dari keluarga atau teman melalui kantor pos, biasanya dikirimkan terlebih dahulu ke kantor kecamatan. Paket atau surat tersebut selanjutnya akan dibawa oleh petugas kecamatan ke kantor desa tempat penerima 48

66 paket berdomisili, atau dititipkan kepada petugas desa yang sedang ada keperluan ke kantor kecamatan, dari kantor desa, baru paket tersebut disampaikan kepada penerima. Komunikasi menjadi penting dalam pengembangan berbagai aktivitas pembangunan, termasuk dalam pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari. Salah satu peran strategis yang diperoleh dari komunikasi adalah menjadikannya sebagai media promosi dan publikasi berbagai potensi daerah; termasuk potensi perikanan tangkap dan wisata bahari. Dengan dilakukannya promosi dan publikasi maka tidak menutup kemungkinan akan mengundang investor turut menanamkan modalnya untuk pengembangan Pantai Jayanti Listrik dan air 1) Listrik Warga di Kecamatan Cidaun menggunakan listrik yang disediakan oleh negara (PLN) dan pembangkit listrik non PLN sebagai sarana penerangan. Pembangkit Listrik Negara dapat dinikmati oleh hampir seluruh warga di Kecamatan Cidaun, kecuali warga yang lebih memilih menggunakan pembangkit listrik non PLN. Pembangkit listrik non PLN yang ada adalah pembangkit listrik tenaga air (kincir air), saat ini jumlahnya ada 800 unit yang kapasitas tiap unitnya tidak lebih dari 250 watt (Anonymous, 2008a). Penduduk yang menggunakan kincir air ini biasanya adalah penduduk yang berada di pelosok Kecamatan Cidaun bagian timur, yang rumahnya berdekatan dengan sungai beraliran deras, khususnya Sungai Cilaki, yang menjadi perbatasan geografis antara Cianjur dan Kabupaten Garut. Tentunya kebutuhan listrik ini akan terus meningkat seiring perkembangan Pantai Jayanti, baik terkait pembangunan sarana-prasarana sosial dan umum, kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari, maupun perkembangan penduduk yang menggunakan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 2) Air Di Pantai Jayanti belum tersedia sarana Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk keperluan minum, mandi, mencuci, dan kebutuhan rumah tangga lainnya adalah dari air sumur dan 49

67 air sungai. Jumlah keluarga yang ada di sekitar Pantai Jayanti (Desa Cidamar) adalah keluarga. Sejumlah 105 keluarga memiliki sumur gali dengan ember sebagai alat penarik air, 75 keluarga memiliki pompa air, dan sebanyak 215 keluarga memilih air sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sisanya, yaitu 845 keluarga memilih ikut menggunakan sumur tetangganya (Anonymous, 2008a). Nelayan, biasanya menggunakan air galon dalam memenuhi kebutuhan minum selama perjalanan melaut. Untuk 2-3 orang ABK, dibutuhkan 1 galon air dalam satu hari melaut (one day fishing), sedangkan untuk mencuci hasil tangkapan, nelayan biasanya masih menggunakan air laut. Dalam pengembangan kegiatan perikanan tangkap dan wisata bahari, air berperan dalam banyak hal. Untuk kegiatan perikanan tangkap misalnya, mulai dari perbekalan melaut, penanganan hasil tangkapan, dan penjagaan mutu hasil tangkapan melalui penyediaan balok-balok es. Untuk kegiatan wisata bahari, air digunakan dalam memenuhi kebutuhan wisatawan di kamar mandi, kebersihan dan pemeliharaan sarana-prasarana wisata bahari. 50

68 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi tersebut meliputi SDI pelagis besar, SDI pelagis kecil, SDI demersal, sumberdaya udang peneid dan crustacea lainnya, sumberdaya ikan karang konsumsi dan sumberdaya cumi-cumi. Sementara itu, yang termasuk SDI non konsumsi adalah sumberdaya ikan hias dan sumberdaya benih alam komersial. Di Indonesia, seluruh sumberdaya ikan yang ada dikelola dan dibagi ke dalam 9 wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Kesembilan WPP tersebut yaitu Selat Malaka (WPP 1), Laut Cina Selatan (WPP 2), Laut Jawa (WPP 3), Selat Makassar dan Laut Flores (WPP 4), Laut Banda (WPP 5), Laut Arafura (WPP 6), Laut Maluku dan Teluk Tomini (WPP 7), Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik (WPP 8) serta Samudera Hindia (WPP 9) (Mallawa, 2006). Perairan Kabupaten Cianjur terletak di Selatan Jawa. Perairan ini termasuk dalam WPP Samudera Hindia (WPP 9). Jenis-jenis ikan yang terdapat di perairan Kabupaten Cianjur terdiri atas beberapa kelompok yaitu, pelagis besar seperti ikan cucut, tongkol dan tenggiri; SDI demersal seperti ikan kakap merah, layur; serta sumberdaya ikan karang konsumsi seperti ikan pisang-pisang. Menurut Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (2005) vide Mallawa (2006), kondisi pemanfaatan beberapa SDI di WPP Samudera Hindia masih pada tingkatan under exploited sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 12. Tabel 12 Status pemanfaatan SDI di WPP Samudera Hindia Jenis SDI Potensi (10 3 ton/tahun) Jumlah Tangkapan diperbolehkan (10 3 ton/tahun) Produksi (10 3 ton/tahun) Pemanfaatan (%) 1. Pelagis besar 366,2 293,0 188,3 51,4 2. Pelagis kecil 526,6 421,3 26,6 5,1 3. Ikan demersal 135,1 108,1 134,8 99,8 4. Udang peneid 10,7 8,6 10,2 95,3 5. Ikan karang 12,9 10,3 19,4 150,4 6. Cumi-cumi 3,8 3,0 6,3 165,8 Sumber: Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (2005) vide Mallawa (2006), (data diolah kembali) 51

69 Tingkat pemanfaatan SDI pelagis besar dan pelagis kecil di WPP Samudera Hindia masing-masing sekitar 51,4% dan 5,1%. Nilai pemanfaatan ini masih di bawah jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) yang besarnya 80% dari seluruh potensi yang dimiliki SDI pelagis besar dan pelagis kecil tersebut. Sementara itu, untuk jenis SDI demersal, udang peneid, ikan karang dan cumicumi tingkat pemanfaatannya masing-masing sudah melebihi JTB. Dengan demikian, perairan laut Kabupaten Cianjur masih potensial untuk dikembangkan untuk jenis SDI pelagis besar dan pelagis kecil. 5.2 Produk Domestik Regional Bruto Perikanan, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Sektor-sektor perikanan dan wisata bahari belumlah menjadi penyumbang penting bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Cianjur. Sejauh ini sektor pertanian, jasa, dan perdagangan yang menjadi penyumbang PDRB terbesar (Tabel 13). Tabel 13 Produk Domestik Regional Bruto Wilayah Pembangunan Selatan Kabupaten Cianjur tahun 2007* (dalam jutaan rupiah) Sektor PDRB Nilai (Rp.) Persentase (%) 1. Pertanian ,3 79,2 a) Tanaman bahan makanan 1,054, ,6 b) Tanaman perkebunan ,0 7,7 c) Peternakan ,8 10,7 d) Kehutanan 6.300,8 0,4 e) Perikanan ,8 0,8 2. Pertambangan dan Penggalian 2.175,8 0,1 3. Industri pengolahan ,5 3,1 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 1.448,6 0,1 5. Bangunan Konstruksi ,7 3,5 6. Perdagangan ,9 5,6 7. Angkutan dan Komunikasi ,2 1,6 8. Lembaga Keuangan dan Persewaan ,1 1,0 9. Jasa-jasa ,5 5,9 a) Pemerintahan umum ,8 4,0 b) Swasta ,7 1,9 Jumlah ,6 100,0 Sumber: Anonymous (2008d) *) Angka sementara Sektor perikanan baru mampu menyumbang sekitar 0,8% dari keseluruhan nilai PDRB atau Rp ,8 juta. Sementara itu, sektor pertanian sebagai sektor 52

70 yang paling banyak menyumbangkan pendapatan yaitu Rp ,3 juta atau sekitar 79,2% dari keseluruhan nilai PDRB Kabupaten Cianjur yang mencapai angka Rp ,6 juta. Sumbangan sektor perikanan tersebut di atas selain berasal dari sektor perikanan tangkap, juga berasal dari perikanan budidaya di perairan air tawar dan perairan umum. Pada tahun 2007, perikanan budidaya masih jauh lebih besar sumbangan PDRB-nya dibandingkan perikanan tangkap. Sumbangan subsektor perikanan tangkap pada tahun tersebut hanya mencapai Rp. 389,8 juta, sedangkan dari subsektor perikanan budidaya mencapai Rp ,9 juta. Pengembangan sektor-sektor perikanan tangkap dan wisata bahari secara terpadu di Kabupaten Cianjur diharapkan akan dapat meningkatkan kontribusi PDRB sektor-sektor ini. 5.3 Aktivitas Perikanan Tangkap Unit penangkapan: Armada penangkapan ikan dan alat tangkap Armada penangkapan ikan di Kabupaten Cianjur baru hanya berupa perahu motor tempel dari jenis katir. Pada tahun 2007 tercatat ada 252 unit perahu katir yang dioperasikan nelayan di Kabupaten Cianjur (Tabel 14), 230 unit atau sekitar 91,3% diantaranya digunakan oleh nelayan di Pantai Jayanti, sisanya oleh nelayan Pantai Apra dan Cikakap. Ukuran dan jenis perahu katir yang dioperasikan di ketiga pantai sama, yaitu memiliki panjang 9,2 m, lebar 1,2 m, dan tinggi 0,75 m. Tabel 14 Ukuran dan jumlah armada perahu motor tempel jenis katir di Kabupaten Cianjur menurut lokasi pantai dan PPI Tahun 2007 Nama lokasi pantai dan PPI Ukuran (m³) Jumlah (unit) 1. Pantai Jayanti dan PPI Jayanti 9,2 x 1,2 x 0, Pantai Apra 9,2 x 1,2 x 0, Pantai Cikakap 9,2 x 1,2 x 0,75 14 Sumber: Anonymous (2008b) Jumlah (unit) 252 Perahu katir di Kabupaten Cianjur digunakan untuk mengoperasikan beberapa alat tangkap seperti pancing ulur dan jaring rampus, sedangkan jaring ampar dioperasikan dengan menggunakan ban mobil bagian dalam (Tabel 15). Alat tangkap pancing ulur dan jaring rampus digunakan di tiga pantai yang ada (Pantai Jayanti, Pantai Apra dan Pantai Cikakap), sedangkan alat tangkap jaring 53

71 ampar hanya ada di Pantai Jayanti dan dioperasikan di perairan yang jaraknya sekitar m dari pantai tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan jaring ampar, mereka menggunakan alat tangkap tersebut karena Pantai Jayanti memiliki gelombang laut yang relatif lebih tenang dibanding dua pantai lainnya yang memiliki gelombang laut lebih besar. Selain itu, masih menurut nelayan jaring rampus, Pantai Jayanti lebih prospektif dalam hal ketersediaan sumberdaya ikan yang biasa mereka tangkap, seperti udang karang (lobster), kakap merah dan kerapu. Tabel 15 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Cianjur menurut lokasi pantai dan PPI tahun 2007 Nama lokasi pantai dan PPI Jenis alat tangkap Sub jumlah (unit) 1. Pantai Jayanti dan PPI Jayanti 2. Pantai Apra 3. Pantai Cikakap Sub jumlah Sumber: Anonymous (2008b) Pancing ulur 130 Jaring rampus 45 Jaring ampar 15 Pancing ulur 2 Jaring rampus 6 Pancing ulur 8 Jaring rampus 6 Pancing ulur 140 Jaring rampus 57 Jaring ampar 15 Jumlah (unit) Alat tangkap pancing ulur banyak digunakan nelayan di Kabupaten Cianjur, yaitu mencapai sekitar 66,3% dari keseluruhan alat tangkap yang dioperasikan. Jenis ikan yang banyak tertangkap oleh pancing ulur adalah ikan layur. Jenis ikan selain layur, seperti banjar, tongkol dan udang biasanya tertangkap dengan alat tangkap jaring rampus, sedangkan dengan jaring ampar nelayan biasanya menangkap beberapa jenis ikan seperti kerapu, lobster dan kakap merah. Jenis alat tangkap jaring rampus mencapai 26,9%, sementara sisanya, yaitu jaring ampar hanya ada di Pantai Jayanti, jumlahnya 15 unit atau sekitar 7,1% dari keseluruhan alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Cianjur Nelayan, prasarana dan kelembagaan perikanan tangkap Terdapat hanya sekitar 0,2% (1.364 orang) dari keseluruhan penduduk Kabupaten Cianjur yang berprofesi di bidang perikanan pada tahun 2007, sekitar 50% (666 orang) diantaranya merupakan nelayan perikanan tangkap di laut 54

72 (Anonymous, 2008b). Jumlah tersebut sangat sedikit jika dibandingkan dengan masyarakat yang berprofesi dalam bidang pertanian yang mencapai 60,8% dan bidang perdagangan yang mencapai 15,4% dari keseluruhan penduduk yang memiliki pekerjaan pada tahun Tabel 16 Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan lapangan usaha Jenis Lapangan Usaha Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Pertanian ,8 2. Perikanan ,2 3. Pertambangan ,1 4. Industri ,1 5. Listrik, Gas, dan Air ,2 6. Konstruksi ,8 7. Perdagangan ,4 8. Angkutan dan Komunikasi ,4 9. Keuangan ,6 10. Jasa ,5 Jumlah ,0 Sumber: Anonymous (2008c) (data diolah kembali) Rendahnya jumlah nelayan di Kabupaten Cianjur salah satunya disebabkan subsektor perikanan tangkap belum menjadi subsektor andalan sehingga penghasilan yang diperoleh dari hasil melaut belum mampu menarik minat lebih banyak penduduk untuk bekerja sebagai nelayan. Namun demikian, pada saat musim puncak ikan, tidak sedikit masyarakat yang pada awalnya berprofesi sebagai petani atau bekerja pada bidang lainnya, beralih sementara untuk menjadi nelayan sambilan. Ada sebanyak 424 orang nelayan tetap dan 242 orang yang berprofesi sebagai nelayan sambilan di Kabupaten Cianjur pada tahun 2007 (Tabel 17). Tabel 17 Nelayan tetap dan nelayan sambilan di Kabupaten Cianjur menurut lokasi pantai tahun 2007 Nama lokasi pantai dan PPI Jenis nelayan Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Pantai Jayanti dan Tetap ,1 PPI Jayanti Sambilan ,0 2. Pantai Apra Tetap 16 2,4 Sambilan 8 1,2 3. Pantai Cikakap Tetap 28 4,2 Sambilan 14 2,1 Subjumlah Tetap ,7 Sambilan ,3 Jumlah (orang) ,0 Sumber: Anonymous (2008b) 55

73 Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa jumlah nelayan di Pantai Jayanti lebih banyak dibanding Pantai Apra dan Pantai Cikakap. Ada 380 orang atau sekitar 57,1% nelayan tetap dan 220 orang atau sekitar 33,0% nelayan sambilan di Pantai Jayanti. Saat ini, Pantai Jayanti menjadi pusat basis kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur. Kegiatan perikanan tangkap di pantai tersebut mulai dikembangkan sejak tahun 1967 dan pada tahun 1992 pemerintah daerah Kabupaten Cianjur mulai mendirikan tempat pelelangan ikan (TPI) kemudian bangunan-bangunan lainnya (subbab 6.3) hingga saat ini. Dengan demikian, sejak tahun 1992, kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur telah dikelola oleh Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan melalui Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jayanti sebagai pusat basis kegiatan perikanan tangkap di kabupaten tersebut. Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur berada dalam wewenang Kepala seksi Budidaya dan Kelautan, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala seksi Budidaya dan Kelautan dibantu oleh beberapa orang staff PPI yang bertugas di pelabuhan. 5.4 Daerah Penangkapan Ikan dan Musim Penangkapan Secara umum, perahu-perahu yang berasal dari Pantai Jayanti, Pantai Apra dan Pantai Cikakap berangkat melakukan operasi ke daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang sama. Ada sekitar 11 lokasi daerah penangkapan ikan (DPI) di Perairan Cianjur, yaitu Muara Cisela, M. Ciogong, M. Cipandak, M. Cidamar, M. Ciwidig, M. Ciujung, M. Ciselang, M. Cisadea, perairan Ranca Buaya, perairan Karang Potong dan perairan Pantai Sereg. Jarak terjauh DPI tersebut adalah Muara Ciogong dengan jarak perjalanan sekitar 2 jam menggunakan perahu katir dari Pantai Jayanti. Tidak sepanjang tahun perahu-perahu tersebut melakukan operasi penangkapan ikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, diketahui bahwa ada beberapa waktu yang biasa digunakan nelayan untuk memperbaiki alat tangkap, memperbaiki perahu, atau berpindah mata pencaharian bagi para nelayan sambilan. Biasanya aktivitas penangkapan ikan yang mereka lakukan bergantung kepada musim penangkapan. 56

74 Musim merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu operasi penangkapan di laut. Nelayan Kabupaten Cianjur mengenal tiga musim penangkapan, yaitu musim angin barat, musim peralihan atau pancaroba dan musim angin timur. Berikut penjelasan mengenai masingmasing musim yang terjadi (Anonymous, 2004 vide Farida, 2006): 1) Musim angin barat Musim angin barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari. Pada musim ini, sebagian besar nelayan lebih memilih untuk tidak melakukan operasi penangkapan karena pertimbangan cuaca yang cenderung membahayakan jika memaksakan diri untuk pergi melaut. Musim angin barat ditandai dengan angin kencang, gelombang besar, terkadang terjadi hujan badai dan arus yang kencang serta berubah-ubah. Walau demikian, masih ada sebagian nelayan yang pergi melaut pada musim barat. Beberapa hasil tangkapan yang diperoleh biasanya adalah jenis ikan banjar, layur, remang, tenggiri, tongkol dan kakap merah. 2) Musim angin timur Musim angin timur adalah waktu yang biasa digunakan oleh nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Musim angin timur terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dan biasanya dicirikan dengan angin yang kecil sampai sedang, jarang sekali terjadi angin besar, arus lambat dan suhu air yang dingin. Nelayan yang melakukan penangkapan ikan pada musim angin timur biasanya mendapatkan hasil tangkapan berupa jenis ikan layur, tongkol, tenggiri, banjar, kakap merah, jangilus, pari, cucut, kadukang, kacang-kacang dan pisang-pisang. 3) Musim peralihan Musim peralihan terjadi pada bulan Oktober, November, Maret dan April. Musim peralihan ditandai dengan keadaan arus air yang berubah-ubah. Namun demikian, justru hasil tangkapan seperti ikan layur (Trichiurus sp.) banyak tertangkap pada bulan-bulan tersebut. Berdasarkan ketiga periode musim penangkapan yang ada, diketahui bahwa jenis ikan layur merupakan jenis ikan yang tertangkap sepanjang tahun 2007 di Perairan Kabupaten Cianjur. Jenis ikan ini diproduksi baik pada musim angin 57

75 barat, musim angin timur maupun saat musim peralihan. Jenis hasil tangkapan lain yang cukup banyak tertangkap berdasarkan musim adalah ikan tenggiri, tongkol dan banjar. Masing-masing hasil tangkapan ini tertangkap pada musim angin barat dan musim angin timur. Sumber: Anonymous (2008b) Gambar 5 Volume hasil tangkapan bulanan yang didaratkan di PPI Jayanti tahun 2007 Peningkatan produksi hasil tangkapan pada tahun 2007 dimulai pada awal musim angin timur (bulan Mei) sampai awal musim angin barat (bulan Desember), dimana pada bulan Oktober (musim peralihan) merupakan bulan pendaratan hasil tangkapan paling banyak (Gambar 5). Sementara itu, musim paceklik ikan pada tahun 2007 terjadi pada bulan Maret (saat musim peralihan dari musim angin barat ke musim angin timur). 58

76 6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI Perikanan tangkap di PPI Jayanti meliputi unit penangkapan ikan (armada dan alat tangkap), nelayan, jenis dan volume hasil tangkapan serta berbagai aktivitas yang terjadi di dalam PPI tersebut. Aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan di PPI Jayanti antara lain penanganan, pendaratan, pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan. Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas tersebut, PPI Jayanti telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas, baik fasilitas pokok, fungsional maupun fasilitas penunjang. 6.1 Unit Penangkapan dan Nelayan Unit penangkapan ikan mencakup jenis alat tangkap dan armada penangkapan. Alat tangkap di PPI Jayanti yang dioperasikan sampai saat ini ada tiga jenis, yaitu pancing ulur, jaring rampus dan jaring ampar. Untuk mengoperasikan alat tangkap pancing ulur dan jaring rampus, nelayan PPI Jayanti menggunakan armada penangkapan yang disebut dengan perahu katir, sedangkan untuk alat tangkap jaring ampar, nelayan menggunakan ban mobil bagian dalam sebagai pengganti perahu Armada dan alat tangkap Jumlah armada penangkapan ikan yang berpangkalan di PPI Jayanti pada tahun 2007 adalah 230 unit perahu katir (Tabel 14). Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan PPI Jayanti, perahu katir ini mampu mengangkut hasil tangkapan hingga 500 kg. Perahu katir merupakan jenis perahu motor tempel yang berukuran sekitar 3 GT dengan mesin 15 PK. Perahu katir terbuat dari bahan fiber yang di samping kiri-kanannya memiliki sayap yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan perahu saat diterjang gelombang. Motor tempel yang digunakan pada perahu katir di PPI Jayanti biasanya bermerek Yamaha atau Honda yang menggunakan bahan bakar bensin. 59

77 Perahu katir umumnya dimanfaatkan untuk operasi penangkapan ikan, namun terkadang ada warga sekitar Kecamatan Cidaun yang menyewa untuk alat transportasi dari Pantai Jayanti ke Pantai Rancabuaya di Kabupaten Garut yang berjarak sekitar 30 km. Gambar 6 Perahu penangkap ikan berjenis katir di PPI Jayanti tahun 2009 Pada operasi penangkapan ikan, ada beberapa alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan di PPI Jayanti, yaitu pancing ulur, jaring rampus dan jaring ampar. Terdapat 130 unit pancing ulur, 45 unit jaring rampus, dan 15 unit jaring ampar yang dimiliki nelayan di PPI Jayanti (Tabel 15). Berikut penjelasan masing-masing alat tangkap yang ada di PPI Jayanti. 1) Pancing ulur Pancing ulur (termasuk dalam kategori hand line) atau nelayan PPI Jayanti lebih mengenalnya dengan istilah ronel, digunakan untuk menangkap ikan layur dan ikan cucut. Berdasarkan desainnya, pancing ulur di PPI Jayanti dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu mata pancing, tali pancing dan penggulung. Ukuran mata pancing yang dipakai beragam, biasanya pemilihan ukuran mata pancing disesuaikan dengan ikan yang menjadi target penangkapan. Untuk menangkap ikan layur, nelayan PPI Jayanti biasanya menggunakan mata pancing nomor 9, 10 atau nomor 13 sedangkan untuk menangkap ikan besar seperti ikan cucut, biasanya digunakan mata pancing nomor 2, 3 atau nomor 4. 60

78 Gambar 7 Pancing ulur (hand line) yang digunakan nelayan di PPI Jayanti tahun 2009 Tali pancing biasanya terbuat dari nylon. Bahan ini kuat, tahan lama dan tidak akan mengalami pembusukan walaupun direndam dalam air untuk waktu yang lama. Ukuran tali juga bermacam-macam, disesuaikan dengan ukuran mata pancing dan tujuan penangkapan. Ukuran tali yang kecil biasanya digunakan untuk menangkap jenis ikan berkuran kecil sampai sedang dan mempunyai kekuatan bergerak yang tidak terlalu besar, misalnya ikan layur, sedangkan ukuran tali yang besar biasanya digunakan untuk menangkap ikan cucut. Untuk penggulung yang biasa digunakan terbuat dari kayu atau plastik dengan ukuran bervariasi, tergantung diameter dan panjang tali. 2) Jaring rampus Penampilan jaring rampus mirip dengan jaring insang (gillnet) yaitu berupa jaring yang terbuat dari bahan polyethylene (PE), berwarna hijau, dengan ukuran tiap piece yang digunakan oleh nelayan di PPI Jayanti adalah 37mx1,8m. Sekitar piece dibawa nelayan setiap kali melakukan operasi penangkapan ikan. Dalam satu unit jaring rampus biasanya dilengkapi pelampung, pemberat dan pelampung tanda. Jaring rampus oleh nelayan PPI Jayanti biasanya digunakan untuk menangkap jenis ikan seperti ikan kakap merah, tongkol, pisangpisang, kerapu dan ikan kurisi. 61

79 Gambar 8 Jaring rampus (gillnet) yang digunakan nelayan di PPI Jayanti tahun ) Jaring ampar Jaring ampar merupakan alat tangkap yang cukup unik di PPI Jayanti karena alat tangkap ini menggunakan ban dalam mobil sebagai perahu, dan jaring ampar hanya dioperasikan oleh satu orang nelayan saja. Gambar 9 Jaring ampar (gillnet) yang digunakan nelayan di PPI Jayanti tahun

80 Jaring ampar sama seperti jaring insang satu lapis (gillnet), terbuat dari benang polyamida (PA) berwarna putih, dilengkap dengan pemberat sederhana berupa batu dan pelampung dari potongan sandal dan styrofoam bekas. Jaring ampar berukuran panjang 25 depa dan tinggi 1,4 meter. Jaring tersebut dioperasikan tidak jauh dari pantai, sehingga para pengunjung dapat dengan seksama melihat pertunjukkan penangkapan dengan menggunakan jaring ini. Hasil tangkapan yang diperoleh dengan jaring ampar diantaranya adalah lobster, ikan kakap merah dan ikan kerapu Nelayan Berdasarkan Anonymous (2008b) diketahui bahwa jumlah nelayan di PPI Jayanti selama tahun 2007 adalah 600 orang (Tabel 17). Jumlah ini terbagi dua, yaitu 220 orang merupakan nelayan sambilan, sedangkan sisanya yaitu 380 orang merupakan nelayan tetap yang sehari-harinya sepanjang tahun bekerja tetap sebagai nelayan. Nelayan di PPI Jayanti masing-masing melakukan aktivitas penangkapan pada waktu yang berlainan, baik nelayan jaring rampus, jaring ampar, maupun nelayan pancing ulur. Nelayan jaring rampus biasanya mulai berangkat melaut pada pukul WIB dan kembali pada pukul WIB, nelayan jaring ampar mulai melakukan operasi penangkapan pada pukul WIB sampai dengan pukul WIB, sedangkan nelayan pancing ulur biasanya mulai berangkat melaut justru pada sore hari, sekitar pukul WIB dan kembali ke darat keesokan harinya sekitar pukul WIB. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan jaring rampus dan pancing ulur, diketahui bahwa jika sedang musim puncak, ikan yang ditangkap bisa mencapai 500 kg, saat musim biasa nelayan hanya mampu membawa pulang ikan sekitar kg dan saat musim paceklik mereka biasanya hanya dapat menangkap kg ikan saja. Sementara itu, nelayan jaring ampar walaupun jumlah hasil tangkapan lebih kecil daripada nelayan jaring rampus dan pancing ulur namun biasanya lebih stabil dalam memperoleh hasil tangkapan, mereka dapat membawa hasil tangkapan antara 0,5-2 kg dalam satu kali trip penangkapan berupa ikan dengan harga per kilogram yang tinggi yaitu lobster, kerapu dan atau 63

81 kakap merah; masing-masing dengan harga per kg sekitar Rp ,-, Rp ,- dan Rp ,-. Dalam satu kali trip operasi penangkapan, nelayan jaring rampus dan pancing ulur biasanya membawa lebih dari satu jenis alat tangkap. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi tidak dapatnya hasil tangkapan utama, sehingga masih dapat menangkap jenis ikan lain dengan alat tangkap yang sesuai. 6.2 Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan didaratkan di PPI Jayanti Jenis hasil tangkapan Beberapa jenis ikan yang biasa didaratkan nelayan di PPI Jayanti adalah ikan banjar, cucut, pari, jangilus, kacang-kacang, manyung, kakap merah, layur, pisang-pisang, remang, siput, tenggiri, tongkol, udang dan lain-lain. Lebih jelas mengenai jenis dan volume hasil tangkapan yang didaratkan nelayan di PPI Jayanti dapat dilihat pada Gambar 10. Sumber:Anonymous (2008b) Gambar 10 Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti tahun 2007 Sepanjang tahun 2007 ikan layur didaratkan di PPI Jayanti. Produksi ikan layur tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Jenis ikan lain yang diproduksi cukup banyak adalah ikan tenggiri. Ikan tenggiri diproduksi paling banyak pada bulan September. Ikan tersebut diproduksi sepanjang tahun, kecuali bulan Maret, Mei, 64

82 dan November. Selain ikan layur dan tenggiri, ikan tertangkap dalam jumlah yang lebih sedikit dan hanya pada bulan-bulan tertentu saja seperti ikan tongkol yang hanya diproduksi pada bulan Mei, Juli, Agustus, September, November dan Desember (Lampiran 1). Bulan Oktober merupakan bulan produksi tertinggi selama tahun 2007, sedangkan bulan paling beragam jenis hasil tangkapannya adalah bulan September. Jenis ikan yang diproduksi pada bulan September 2007 yaitu ikan pari, jangilus, kacang-kacang, manyung, kakap merah, layur, pisang-pisang, siput, tenggiri dan tongkol Volume dan nilai produksi Pada tahun 2007, volume pendaratan hasil tangkapan yang tercatat di PPI Jayanti sebanyak kg dengan nilai produksi sebesar Rp ,- (Anonymous, 2008b). Di masa yang akan datang, jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti diharapkan dapat lebih ditingkatkan seiring dengan rencana pemerintah daerah Kabupaten Cianjur yang akan terus mendukung pengembangan berbagai potensi lokal di masing-masing wilayah pembangunan daerah ini (subbab 4.1). Di antara potensi yang ada di wilayah pembangunan selatan Kabupaten Cianjur tentunya adalah aktivitas perikanan tangkap dan wisata bahari. Berdasarkan volume hasil tangkapan (P) yang didaratkan di PPI Jayanti (Gambar 10), ikan layur merupakan hasil tangkapan yang paling banyak atau paling dominan dibanding jenis ikan lain, yaitu kg atau sekitar 89,3% dari keseluruhan produksi perikanan tangkap pada tahun Nilai penjualan (NP) ikan layur pada tahun 2007 adalah juga tinggi, yaitu mencapai Rp ,- atau sekitar 86,2%. Rasio harga (NP/P) ikan layur pada tahun 2007 adalah Rp ,4 dengan harga jual tertinggi Rp ,- dan harga terendah adalah Rp. 4000,-. Harga tertinggi diterapkan biasanya pada musim paceklik ikan sedangkan harga rendah diberlakukan ketika musim ikan melimpah. Harga ini diterapkan berdasarkan harga jual nelayan kepada bakul/pembeli pengecer yang datang ke PPI Jayanti. 65

83 Jenis ikan lain yang juga didaratkan dalam jumlah cukup besar (di atas 1000 kg) adalah ikan banjar, tenggiri dan tongkol yang masing-masing didaratkan sebesar kg, 2.076,5 kg dan 1.700,5 kg. Kontribusi nilai produksi yang disumbangkan jenis-jenis tersebut tidaklah sebesar jenis ikan layur. Ketiga jenis ikan tersebut masing-masing memiliki nilai produksi sebesar Rp ,- atau sekitar 3,2%, Rp ,- atau sekitar 4,2%, dan Rp ,- atau sekitar 2,7% (Tabel 18). Produksi jenis ikan lainnya seperti kakap merah dan pisang-pisang masing-masing kurang dari kg. Tabel 18 Volume produksi, nilai produksi dan persentase nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti pada tahun 2007 Jenis HT Volume produksi (P) (kg) Nilai produksi (NP) (Rp) Persentase NP (%) 1. Banjar (Rastrelliger sp.) ,2 2. Cucut (Carcharhinus sp.) 31, ,1 3. Pari (Trygon sp.) ,4 4. Jangilus (Istiophorus sp.) ,1 5. Kacang-kacang (Sphyraena sp.) ,2 6. Kadukang (Arius sp.) ,1 7. Kakap merah (Lutjanus sp.) 420, ,9 8. Layur (Trichiurus sp.) ,2 9. Pisang-pisang (Casio sp.) ,4 10. Remang (Congresox sp.) ,3 11. Siput 400, ,5 12. Tenggiri (Scomberomerus sp.) 2.076, ,2 13. Tongkol (Auxis sp.) 1.700, ,7 14. Udang (Penaeus sp.) ,3 15. Lain-lain 530, ,5 Jumlah ,0 Sumber: Anonymous (2008b) (data diolah kembali) Beberapa jenis ikan yang ditampilkan pada Tabel 18 merupakan jenis ikan ekonomis penting, sehingga memiliki harga yang lebih baik dibandingkan dengan beberapa jenis ikan lainnya. Jenis-jenis ikan ekonomis penting yang ada di PPI Jayanti adalah ikan jangilus, kadukang (manyung), kakap merah, tenggiri, tongkol dan udang, masing-masing dengan rasio nilai produksi per produksi sebagai indikator harga per kg adalah Rp ,2, Rp ,8, Rp ,4, Rp ,5, Rp ,- dan Rp ,-. 66

84 Salah satu potensi hasil tangkapan yang diketahui sebagai komoditas utama di PPI Jayanti adalah ikan layur. Dengan diketahuinya ikan layur sebagai komoditas utama, diharapkan ada langkah kreatif dari pemerintah setempat yang bekerjasama dengan masyarakat nelayan untuk bersama-sama menciptakan produk atau mengolah sumberdaya ikan layur ini, tidak hanya dipasarkan dalam bentuk ikan basah namun juga dalam bentuk olahan. Tujuan pengolahan ini adalah agar produk tersebut dapat memberikan nilai tambah baik bagi produksi hasil tangkapan maupun bagi pengelola yang terlibat dalam pengembangan usaha pengolahan. Nilai tambah bagi produksi hasil tangkapan di atas, tentunya setelah diolah, akan lebih bersaing di pasaran dengan harga yang relatif lebih tinggi, sedangkan nilai tambah bagi pengelola yang terlibat dalam pengembangan usaha pengolahan adalah adanya tambahan penghasilan. Dalam skala makro, dengan adanya pengolahan ikan layur dan juga jenis-jenis ikan dominan lainnya (banjar, tenggiri dan tongkol) dapat memperluas lapangan pekerjaan baik bagi yang terlibat dalam kegiatan perikanan tangkap maupun wisata bahari di PPI Jayanti. 6.3 Fasilitas di PPI Jayanti Suatu PPI akan berfungsi dengan baik apabila didukung oleh ketersediaan berbagai fasilitas kepelabuhanan yang dibutuhkan. Di antara fasilitas yang biasa ada di pelabuhan adalah fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Berikut dijelaskan masing-masing fasilitas yang dimiliki PPI Jayanti Fasilitas pokok Fasilitas pokok penting adanya karena berfungsi untuk melindungi PPI dari gangguan dalam dan memberikan keamanan saat perahu melakukan tambat labuh dan bongkar muat hasil tangkapan. Fasilitas pokok yang ada di PPI Jayanti adalah dermaga, kolam pelabuhan dan alat bantu navigasi. a. Dermaga Bentuk dermaga PPI Jayanti sejajar dengan garis pantai. Perahu-perahu yang melakukan tambat labuh di dermaga tersebut memposisikan perahunya secara memanjang, dimana sisi perahu menempel pada dermaga. 67

85 Pangkalan Pendaratan Ikan Jayanti memiliki satu unit dermaga yang ukurannya 195mx2m (pxl) atau luas sekitar 295 m². Dermaga ini baru selesai dibangun pada tahun 2007 dan sampai saat ini belum dimanfaatkan dengan optimal, padahal pihak PPI telah memposisikan demaga ini menjadi dua bagian berdasarkan aktivitas yang dilakukan, yaitu: 1) Aktivitas tambat untuk tujuan mendaratkan hasil tangkapan, diposisikan di dermaga bagian barat (dermaga pendaratan) yang lokasinya lebih dekat dengan bangunan TPI (Gambar 11a). 2) Aktivitas persiapan melaut dan mengisi bahan perbekalan, dilakukan di dermaga bagian timur (dermaga muat) yang letaknya lebih dekat dengan pintu ke luar alur pelayaran menuju laut lepas (Gambar 11b). (a) Dermaga pendaratan (b) Dermaga muat Gambar 11 Dermaga di PPI Jayanti tahun 2009 b. Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan yang ada di PPI Jayanti sekitar 420 m² dan dapat menampung sekitar 80 unit perahu. Jumlah perahu di PPI Jayanti adalah 230 unit (Tabel 14, subsubbab dan subsubbab 6.1.1) sehingga tidak semua perahu dapat ditampung di dalam kolam pelabuhan. Sebagian perahu yang tidak tertampung harus ditambatkan di bagian luar kolam pelabuhan. Berdasarkan pengamatan langsung dan hasil wawancara, nelayan lebih senang menambatkan perahu mereka di luar kolam pelabuhan dengan alasan lebih mempermudah ketika hendak berangkat melaut, selain alasan bahwa kapasitas kolam pelabuhan yang tidak memungkinkan untuk seluruh perahu dapat masuk ke dalam kolam 68

86 pelabuhan. Gambar 12a memperlihatkan perahu-perahu yang berlabuh di luar kolam pelabuhan, sedangkan perahu-perahu yang berlabuh di dalam kolam pelabuhan terlihat pada Gambar 12b. (a) Perahu berlabuh di luar kolam pelabuhan (b) Perahu berlabuh di dalam kolam pelabuhan Gambar 12 Kolam pelabuhan di PPI Jayanti tahun 2009 Perahu-perahu yang datang dan berangkat di PPI Jayanti diatur berdasarkan alur pelayaran. Perahu-perahu yang datang dengan tujuan berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapan diarahkan menuju sisi barat kolam pelabuhan (Gambar 11a), sedangkan perahu-perahu yang mempersiapkan perbekalan dan perlengkapan untuk berangkat melaut, mereka berada di sisi timur kolam pelabuhan (Gambar 11b). c. Alat bantu navigasi (a) Lampu navigasi (b) Mercusuar Gambar 13 Alat bantu navigasi di PPI Jayanti tahun

87 Mercusuar dan dua unit lampu navigasi merupakan alat bantu navigasi yang ada di PPI Jayanti. Alat ini sangat membantu nakhoda dan awak perahu dalam mengetahui posisi pintu masuk pelabuhan dan dermaga pada saat malam hari. Pada Gambar 13a terlihat lampu navigasi yang dipasang di ujung dermaga, sedangkan pada Gambar 13b terlihat mercusuar yang diletakkan pada posisi daratan paling tinggi di PPI Jayanti. Mercusuar diposisikan paling tinggi dibanding fasilitas lainnya dimaksudkan agar mercusuar tersebut dapat terlihat pada jarak yang jauh ketika nelayan hendak mendarat di PPI Jayanti Fasilitas fungsional Beberapa fasilitas fungsional yang telah dibangun di PPI Jayanti adalah tempat pelelangan ikan, fasilitas pengolahan hasil tangkapan, gedung pemasaran ikan, pabrik es, area perbaikan alat tangkap, bengkel, ruang penyimpanan mesin tempel dan instalasi air bersih. Fasilitas-fasilitas tersebut dibahas secara rinci pada bagian di bawah ini. a. Tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Jayanti memiliki gedung TPI permanen dua lantai, berukuran 329 m² yang dilengkapi dengan dua ruang pimpinan, ruang pelelangan dan ruang administrasi pelelangan. Gedung TPI ini letaknya bersampingan dengan kamar pengolahan hasil tangkapan. (a) Kondisi lantai TPI yang tidak digunakan (b) Gedung TPI dengan saluran drainase Gambar 14 Gedung tempat pelelangan ikan di PPI Jayanti tahun

88 Gedung TPI ini dikelilingi saluran drainase dengan panjang sekitar 200 m, lebar 40 cm dan ketinggian 50 cm. Drainase ini berfungsi sebagai saluran air yang berada di wilayah daratan pelabuhan menuju saluran akhir (laut). Kondisi saluran drainase dalam keadaan baik dan dapat mengalirkan air dengan optimal. Namun karena lantai TPI belum difungsikan sehingga air yang dialirkan sejauh ini hanya sebatas air hujan ketika musim penghujan tiba atau air bekas cucian dari lantai kamar pengolahan ketika lantai tersebut dibersihkan. Sebenarnya, fungsi utama TPI adalah sebagai tempat melelang hasil tangkapan, atau tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli ikan melalui proses lelang. Namun demikian, sampai saat ini TPI di PPI Jayanti belum difungsikan sebagaimana mestinya secara optimal, gedung TPI hanya digunakan sebagai tempat parkir motor para petugas PPI dan tempat menyimpan jaring yang rusak, sehingga lantai TPI terkesan semrawut dan tidak teratur. b. Fasilitas pengolahan hasil tangkapan Tempat pengolahan hasil tangkapan di PPI Jayanti memiliki luas 400 m². Tempat pengolahan ini merupakan satu ruangan yang berdampingan dengan tiga ruangan lainnya dalam satu atap yang sama, yaitu satu ruang penyimpanan dan penyortiran hasil tangkapan dan dua ruangan lagi digunakan sebagai gudang penyimpanan perlengkapan. Gambar 15 Tempat pengolahan dan pensortiran hasil tangkapan di PPI Jayanti tahun

89 Di ruangan pertama, yaitu tempat pengolahan hasil tangkapan, biasanya digunakan untuk aktivitas memotong ikan-ikan berukuran besar seperti cucut dan pari. Ikan-ikan tersebut dipotong-potong untuk selanjutnya dijual di pasar ikan. Ruang kedua adalah ruang penyortiran dan penyimpanan hasil tangkapan. Di ruangan ini dilakukan penseleksian hasil tangkapan berdasarkan kriteria jenis, bobot atau ukuran berat ikan untuk selanjutnya disimpan sementara atau langsung didistribusikan ke daerah konsumen. Sementara itu, ruang ketiga dan keempat merupakan ruangan gudang tempat penyimpanan peralatan yang belum terpakai atau sudah rusak seperti keranjang ikan, jaring, dan barang lainnya. c. Gedung pemasaran ikan Ikan yang didaratkan di PPI Jayanti tidak dilelang di TPI melainkan langsung dijual kepada para bakul yang menyediakan modal kepada nelayan. Sebagian hasil tangkapan dijual secara eceran di gedung pemasaran yang merupakan sebuah bangunan terdiri atas lima ruang atau petakan yang masingmasing ruang berukuran 120 m². Gedung pemasaran ikan ini berdekatan dengan pos jaga sisi barat. Sejauh ini, dari lima petak yang ada, baru tiga petak yang digunakan oleh para penjual ikan. Berdasarkan hasil wawancara, para pedagang pengecer ikan ini berasal dari daerah sekitar PPI Jayanti dan merupakan warga asli Kecamatan Cidaun. Gambar 16 Gedung pemasaran ikan di PPI Jayanti tahun

90 d. Pabrik es Es merupakan salah satu bahan utama yang harus dibawa nelayan selama operasi penangkapan, karena es digunakan untuk mempertahankan mutu kesegaran hasil tangkapan, sehingga ikan yang ditangkap diharapkan mutunya dapat terjaga hingga dilakukan penanganan mutu berikutnya di dermaga. Selain itu, es juga diperlukan untuk penanganan pada saat ikan didaratkan sampai ke tangan konsumen. Bangunan pabrik es di PPI Jayanti berukuran 90 m², terletak paling timur di antara deretan gedung-gedung sarana kepelabuhanan di PPI Jayanti. Kapasitas pabrik es ini mampu memproduksi maksimal sebanyak 2,5 ton per hari. Saat musim puncak ikan, biasanya PPI Jayanti juga membeli es dari luar PPI Jayanti, yaitu dari Kota Cianjur atau dari Bandung. Es balok yang diproduksi di PPI Jayanti berukuran 25 kg sedangkan yang berasal dari luar PPI Jayanti berukuran lebih besar yaitu 50 kg. Gambar 17 Pabrik es di PPI Jayanti tahun 2009 Selain untuk memenuhi kebutuhan perikanan, ada juga pihak lain yang biasanyan membeli es ke PPI Jayanti. Pihak yang dimaksud adalah pengunjung (yang sengaja ingin membawa pulang oleh-oleh berupa ikan segar) dan kantin (yang biasa membeli es untuk kebutuhan di tempat mereka). 73

91 e. Area perbaikan alat penangkap ikan Tempat perbaikan jaring yang juga dijadikan sebagai tempat menjemur jaring di PPI Jayanti berukuran 66 m². Sejauh ini, tempat perbaikan jaring tersebut baru selesai dibangun sehingga belum dimanfaatkan. Nelayan lebih memilih memperbaiki jaring mereka di lokasi sekitar dermaga perbekalan yang memang cukup leluasa untuk melakukan kegiatan perbaikan jaring sekaligus mempersiapkan perbekalan saat akan melakukan operasi penangkapan. f. Bengkel Bengkel di PPI Jayanti merupakan sarana untuk memperbaiki dan memelihara perahu penangkap ikan, termasuk didalamnya adalah kegiatan pengecatan dinding luar perahu dan pembersihan teritip dari dinding luar tersebut. Bengkel baru selesai dibangun pada tahun 2008, sehingga belum dimanfaatkan dengan optimal. Bangunan bengkel ini berukuran 32 m² dan mampu menampung dua unit perahu sekaligus. Gambar 18 Bangunan bengkel di PPI Jayanti tahun 2009 g. Ruangan penyimpanan mesin tempel Ruangan penyimpanan mesin tempel (outboard engine) terletak berdekatan dengan dermaga sebelah timur. Ruangan penyimpanan mesin ini di PPI Jayanti berukuran 24 m² dan mampu menyimpan 30 unit mesin tempel dalam sekali penyimpanan. 74

92 (a) Ruang penyimpanan mesin tampak luar (b) Ruang penyimpanan mesin tampak dalam Gambar 19 Ruangan penyimpanan mesin tempel di PPI Jayanti tahun 2009 h. Instalasi air bersih Instalasi air bersih berperan dalam menyediakan air bersih untuk keperluan aktivitas di lingkungan PPI Jayanti. Terdapat satu unit instalasi air bersih di PPI Jayanti yang mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan air bersih di PPI setiap harinya dengan kapasitas produksi air bersih sebesar 15 liter/detik. Air bersih tersebut digunakan untuk perbekalan melaut, mencuci ikan, kebersihan dan perawatan fasilitas PPI sampai keperluan perorangan pelaku aktivitas perikanan dan wisata bahari di PPI Jayanti (kamar mandi dan WC umum) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang disediakan PPI Jayanti untuk tujuan memberi kenyamanan kepada para pelaku aktivitas di pelabuhan. Di antara fasilitas yang tergolong kepada fasilitas penunjang di PPI Jayanti adalah kantor PPI, kios perlengkapan penangkapan, musholla, mess, kantin dan toilet. a. Kantor PPI PPI Jayanti memiliki luas keseluruhan sekitar 2,2 ha dan sekitar 1,2 ha telah dimanfaatkan. Pusat kegiatan administrasi PPI Jayanti berada di sebuah gedung PPI yang memiliki luas sekitar 96 m². Kantor ini dimanfaatkan dengan cukup baik. Kantor PPI Jayanti terdiri atas empat ruangan, dilengkapi dengan beberapa peralatan seperti seperangkat komputer, meja kantor, brankas dan pendingin ruangan. Kantor PPI Jayanti mulai buka pada pukul WIB dan tutup pada pukul WIB. 75

93 Gambar 20 Gedung kantor kepelabuhanan di PPI Jayanti tahun 2009 b. Kios perlengkapan penangkapan ikan Kios perlengkapan penangkapan ikan di PPI Jayanti berjumlah satu unit. Kios ini terletak berhadapan dengan kantor PPI. Beberapa jenis perlengkapan penangkapan yang dijual seperti berbagai ukuran tali tambang, mata pancing, coban, pelampung, pemberat dan benang pancing (Gambar 21). Gambar 21 Beberapa jenis perlengkapan penangkapan ikan dijual di kios di PPI Jayanti tahun 2009 Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pemilik kios, di tempat tersebut selain menjual perlengkapan penangkapan juga menyediakan cinderamata yang dibeli dari produsen di Pantai Pangandaran. Cinderamata yang dipajang 76

94 diantaranya jam dinding yang dihiasi cangkang kerang dan pasir serta beberapa jenis cinderamata lainnya (Gambar 38). Menurut pemilik kios, nelayan yang membeli perlengkapan penangkapan biasanya meningkat saat menjelang musim banyak ikan. Hal ini diduga terjadi karena sebagian nelayan baru memperbaiki unit penangkapan menjelang musim banyak ikan tiba (sekitar bulan Maret sampai Juli). c. Musholla Musholla di PPI Jayanti dalam kondisi yang kurang layak pakai. Selain sebagian dari bangunan sudah mulai rusak (Gambar 22a), tampak halamannya tidak dirawat dengan baik sehingga terkesan bahwa bangunan ini tidak dimanfaatkan (Gambar 22b). Musholla ini berukuran 96 m². (a) Bangunan musholla tampak depan (b) Bangunan musholla tampak samping Gambar 22 Bangunan musholla di PPI Jayanti tahun 2009 d. Mess Fungsi utama mess adalah sebagai tempat para pelaku aktivitas di PPI Jayanti yaitu nelayan, pedagang ikan, pengolah, dan petugas PPI ketika mengadakan berbagai kegiatan dan pertemuan seperti musyawarah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan secara bersama-sama. Mess PPI Jayanti berukuran 220 m². Bangunan tersebut letaknya berdekatan dengan kantor PPI dan pos jaga bagian timur. Sejauh ini bangunan mess belum dimanfaatkan dengan baik. 77

95 Gambar 23 Bangunan mess di PPI Jayanti tahun 2009 e. Kantin Kantin di PPI Jayanti merupakan satu unit bangunan yang terdiri atas lima petak kios yang berjejer diapit oleh pabrik es dan gudang mesin. Kantin ini berukuran 72 m² dan posisinya menghadap ke barat, di depannya terhampar tempat parkir baik bagi para pengunjung untuk tujuan kegiatan perikanan maupun yang berkepentingan dengan wisata. Gambar 24 Kantin di PPI Jayanti tahun 2009 Kantin ini dapat memenuhi keperluan para pelaku di PPI Jayanti dengan baik, walaupun sebenarnya beberapa di antara konsumen yang datang ke kantin mengeluhkan harga-harga yang relatif lebih mahal untuk barang-barang yang 78

96 sama jika dibeli di luar lingkungan PPI. Relatif mahalnya barang-barang di kantin dalam lingkungan pelabuhan menyebabkan sebagian orang yang datang ke PPI Jayanti membawa bekal sendiri ketika mengunjungi PPI tersebut. f. Toilet Toilet merupakan sarana penunjang kenyamanan para pelaku di PPI Jayanti saat melakukan aktivitasnya. Toilet di PPI Jayanti berukuran 54 m². Ada dua bangunan toilet. Satu unit berada dekat dengan bangunan gudang mesin, dan satu lagi berada dekat pos jaga barat. Sejauh ini hanya toilet yang terletak dekat gudang mesin yang berfungsi optimal. Tarif menggunakan toilet di PPI Jayanti adalah Rp ,-. Sementara itu, toilet yang berada di dekat dengan pos jaga bagian barat kondisinya kumuh dan kotor sehingga sejauh ini tidak dimanfaatkan. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena dapat mengganggu kebersihan dan keindahan pelabuhan yang pada akhirnya dapat mengganggu kenyamanan para pengunjung. Gambar 25 Bangunan toilet di PPI Jayanti tahun 2009 Secara umum, di antara fasilitas PPI Jayanti yang masih dalam keadaan baru dan belum baik pemanfaatannya adalah mess dan bengkel, sedangkan bangunan yang sama-sama baru namun sudah dimanfaatkan dengan cukup baik adalah kantor PPI. Beberapa bangunan lainnya merupakan bangunan yang sudah 79

97 dibangun cukup lama dan baik pemanfaatannya adalah alat bantu navigasi, tempat pengolahan hasil tangkapan, gedung pemasaran, pabrik es, ruangan mesin, kantin dan instalasi air bersih. Beberapa bangunan yang penting dan sangat dibutuhkan keberadaannya namun bangunan-bangunan tersebut tidak atau kurang dimanfaatkan dengan baik juga tidak dirawat dengan baik. Bangunan yang tidak dimanfaatkan dan dirawat dengan baik ini adalah dermaga, kolam pelabuhan, gedung TPI, area perbaikan alat penangkap ikan, toilet dan musholla. 6.4 Aktivitas PPI Jayanti Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh stakeholders di PPI Jayanti setelah kegiatan penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan, diantaranya adalah penanganan hasil tangkapan, pendaratan hasil tangkapan, pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan. Berikut dijelaskan mengenai aktivitas-aktivitas tersebut Penanganan hasil tangkapan Hasil tangkapan berupa ikan merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga perlu penanganan yang baik, karena penanganan hasil tangkapan yang baik sangat dibutuhkan guna mempertahankan mutunya sebaik mungkin sehingga memperoleh nilai jual yang maksimal (Junianto, 2003). Penanganan hasil tangkapan di PPI Jayanti dapat dibagi ke dalam dua proses penanganan, yaitu penanganan di dermaga yaitu saat akan dilakukan pemindahan atau pengangkutan hasil tangkapan dari perahu ke gedung pengolahan dan penanganan di gedung pengolahan ketika akan didistribusikan ke tempat konsumen. Sebelum dilakukan penanganan di dermaga, sebenarnya nelayan juga telah melakukan penanganan hasil tangkapan di atas perahu. Pada saat berangkat melaut, nelayan selain membawa berbagai alat penangkapan dan perbekalan, juga membawa satu balok es yang telah berbentuk pecahan yang nantinya akan digunakan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan selama di atas perahu. Es dapat membantu mempertahankan mutu dan kesegaran hasil tangkapan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Moeljanto (1992) vide Fitriyah (2008) yang menyatakan bahwa penanganan hasil tangkapan dapat dilakukan dengan cara 80

98 pemberian es, dimana es yang digunakan adalah es yang sebelumnya telah dihancurkan agar tidak melukai hasil tangkapan. Es ini berfungsi untuk menghambat proses pembusukan yang dilakukan bakteri sehingga mutu hasil tangkapan pun dapat terjaga dalam keadaan segar. Ketika di perahu, ikan yang sudah tertangkap dimasukkan ke dalam kotak styrofoam. Setelah di dalam styrofoam, ikan kemudian ditaburi pecahan es dan diletakkan di atas dek perahu. Banyaknya pecahan es yang ditaburkan dalam satu kotak styrofoam adalah sekitar 1:1 dengan banyaknya ikan dalam kotak tersebut. Gambar 26 Alat penyimpanan ikan di atas perahu katir di PPI Jayanti tahun ) Penanganan di dermaga dan saat pengangkutan dari perahu menuju gedung pengolahan Sesampainya di dermaga, hasil tangkapan dibongkar dari dalam perahu kemudian disortir oleh nelayan berdasarkan jenis dan ukuran relatif sambil dibersihkan dari berbagai kotoran yang menempel seperti darah dan lendir dengan menggunakan air laut. Setelah penyortiran, hasil tangkapan tidak dibawa terlebih dahulu ke lantai tempat pelelangan ikan (TPI) untuk dilelang, melainkan langsung diangkut oleh juru pikul menuju gedung pengolahan, karena di PPI Jayanti hasil tangkapan yang didaratkan tidak melalui proses pelelangan. Juru pikul adalah pekerja bukan nelayan yang bertugas membawa hasil tangkapan dari dermaga menuju tempat pengolahan ikan. Para juru pikul ini 81

99 diberi upah oleh nelayan berdasarkan banyaknya jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Hal ini berbeda dengan kondisi di PPI Labuan-Banten, menurut Rakhmania (2008) di PPI Labuan yang bertugas mengangkut hasil tangkapan dari perahu menuju tempat pelelangan adalah anak buah kapal (ABK) sendiri. Pengangkutan ikan-ikan besar seperti pari dan cucut, setelah diikat dengan tali, ikan-ikan dipikul dengan menggunakan bilah bambu. Ikan-ikan berukuran sedang seperti layur, dan kakap merah, setelah diikat di bagian insang dan kepala, ikan diangkut dengan cara ditenteng menuju lantai TPI (Gambar 27). Sementara itu, jenis ikan yang berukuran lebih kecil seperti banjar, tongkol dan tenggiri biasanya diangkut dengan menggunakan keranjang (basket) yang berbentuk persegi panjang terbuat dari bahan plastik. Gambar 27 Seorang juru pikul membawa hasil tangkapan dari perahu menuju gedung pengolahan di PPI Jayanti tahun 2009 Cara pengangkutan seperti ini belum dapat dikatakan sebagai cara yang terbaik dalam penanganan hasil tangkapan dari dermaga menuju tempat pelelangan/pengolahan hasil tangkapan di PPI Jayanti. Selain alat yang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa bilah bambu, tali dan keranjang plastik, jarak antara dermaga dengan tempat pengolahan hasil tangkapan juga cukup jauh, yaitu sekitar 50 meter. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil tangkapan, dimana mutu hasil tangkapan dapat menurun karena terkena sinar matahari secara 82

100 langsung dalam waktu yang relatif lama atau hasil tangkapan menjadi rusak karena goresan-goresan bilah bambu dan tali yang diikatkan pada bagian tubuh ikan. Berkaitan dengan cara penanganan hasil tangkapan yang baik saat pengangkutan menuju tempat pelelangan, Rusmali (2002) menjelaskan sebagai berikut: a. Hasil tangkapan secepat mungkin diangkut ke tempat penimbangan dengan menggunakan alat angkut lori atau kereta dorong atau dipikul; b. Selama pengangkutan agar terhindar dari sinar matahari langsung, maka sebaiknya hasil tangkapan diangkut melalui tempat yang teduh; c. Lori atau kereta dorong hanya digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dalam wadah. 2) Penanganan di gedung pengolahan sampai akan didistribusikan ke tempat konsumen Ketika hasil tangkapan sampai di gedung pengolahan, para bakul sudah menunggu hasil tangkapan yang dibawa juru pikul di ruang pengolahan ikan tersebut. Ikan kemudian ditimbang dan dilakukan pencatatan oleh staff dari PPI. Setelah dicatat, ikan disortir lagi berdasarkan jenis, ukuran relatif dan mutu relatif. Penentuan mutu dilakukan secara subjektif oleh anak buah kapal dan nelayan yang diawasi oleh para bakul. Ikan yang mutunya sangat baik dimasukkan ke dalam styrofoam berukuran sekitar 1mx0,5mx0,7m dan diberi pecahan es. Menurut Kepala Seksi Budidaya dan Kelautan, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, bahwa perbandingan pecahan es dengan berat ikan dalam styrofoam adalah 1:1. Ikan dalam styrofoam tersebut kemudian dimuat ke dalam mobil bak terbuka atau mobil box yang sudah dipersiapkan untuk selanjutnya dibawa ke daerah pemasaran di luar Kabupaten Cianjur. Sementara itu, ikan yang mutunya sudah menurun dan ikan yang berukuran besar seperti cucut dan pari biasanya dijual oleh para bakul kepada pedagang di gedung pemasaran atau pedagang lokal. Penjualan ikan di gedung pemasaran dilakukan dengan menghamparkannya di atas keramik yang tingginya sekitar 1,5 meter dari atas lantai gedung lelang. 83

101 Ikan-ikan tersebut dijajakan secara terbuka dan dikelompokkan berdasarkan jenis ikan (Gambar 28). Penanganan yang dilakukan di tempat ini biasanya adalah dengan pemberian air tawar atau air es, dengan cara disiramkan pada tubuh ikan. Hal yang sama dilakukan oleh pedagang ikan di TPI PPN Palabuhanratu. Menurut Pane (2008b), penjual ikan di TPI PPN Palabuhanratu biasanya menggunakan percikan air secara berulang-ulang untuk menjaga kesegaran ikan. Sementara itu, ikan yang dipasarkan ke daerah di sekitar Pantai Jayanti biasanya tidak diberi perlakuan penanganan. Para pedagang pembeli langsung mengangkutnya dengan kendaraan yang mereka bawa seperti sepeda motor untuk selanjutnya dijual kepada para konsumen. Gambar 28 Jenis hasil tangkapan yang dipasarkan di gedung pemasaran ikan PPI Jayanti tahun 2009 Dalam menentukan mutu hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan, Pane (2001) vide Rakhmania (2008) mengklasifikasikan dalam tiga kategori berikut: 1) Kategori 1, I, atau A: baik, ikan masih segar sekali, daging padat, mata amat jernih, insang masih segar; 2) Kategori 2, II, atau B: sedang, ikan cukup segar, mata tidak begitu jernih, insang tidak begitu segar; 3) Kategori 3, III, atau C: kurang, daging ikan mulai lembek, mata mulai keruh atau memerah, insang mulai keruh. 84

102 Selanjutnya dikatakan bahwa ikan yang layak konsumsi dalam bentuk basah adalah ikan kategori 1/I/A dan kategori 2/II/B. Ikan dengan kategori 3/III/C merupakan ikan yang tidak layak konsumsi secara basah karena sudah mulai membusuk. Berdasarkan klasifikasi di atas dan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa jenis hasil tangkapan yang didaratkan di dermaga PPI Jayanti relatif termasuk dalam kategori 1/I/A, sedangkan hasil tangkapan yang dipasarkan di gedung pemasaran PPI Jayanti walaupun ada yang termasuk kategori 1/I/A tetapi juga ada yang berada dalam kategori 2/II/B. Menurunnya mutu hasil tangkapan diduga karena pengaruh penanganan yang dilakukan mulai dari pendaratan dari atas dek hingga penanganan di gedung pemasaran. Walau terjadi penurunan mutu, hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Jayanti secara umum merupakan hasil tangkapan yang masih segar sampai cukup segar dan dapat dikonsumsi secara basah Pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan Proses pendaratan hasil tangkapan di PPI Jayanti terdiri atas beberapa tahapan, yaitu sejak perahu masuk ke dermaga, mengeluarkan hasil tangkapan dari perahu, sampai hasil tangkapan akan didistribusikan ke daerah pemasaran. Berdasarkan hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak nelayan, pengelola TPI dan petugas PPI, diketahui bahwa keseluruhan proses pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan sejak perahu merapat di PPI Jayanti adalah sebagai berikut. 1) Perahu merapat ke dermaga pendaratan Setelah melakukan operasi penangkapan di laut, para nelayan kembali ke PPI Jayanti untuk mendaratkan hasil tangkapan yang diperoleh. Nelayan di dermaga pendaratan tidak perlu melapor atau mendapatkan izin tambat labuh dan bongkar hasil tangkapannya. 2) Pendaratan hasil tangkapan Secara umum, pendaratan hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan terdiri atas pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek perahu (termasuk pencucian dan penyeleksian hasil tangkapan), penurunan hasil tangkapan dari dek 85

103 ke dermaga dan pengangkutan dari dermaga ke TPI (Pane, 2009). Namun, untuk kondisi di PPI Jayanti, pendaratan hasil tangkapan yang terjadi adalah dimulai sejak pembongkaran hasil tangkapan dari kotak styrofoam ke dek perahu (termasuk pencucian dan penyeleksian hasil tangkapan). Selanjutnya ikan dari perahu langsung diangkut ke gedung pengolahan. a. Pembongkaran hasil tangkapan Proses pembongkaran hasil tangkapan dilakukan segera setelah perahu merapat ke dermaga. Pembongkaran hasil tangkapan para nelayan jaring rampus biasanya dilakukan oleh anak buah kapal sekitar pukul WIB sampai WIB. Nelayan pancing ulur biasanya mendaratkan hasil tangkapan pada pagi hari yaitu sekitar pukul WIB sampai WIB. Sementara itu, para nelayan jaring ampar, karena lokasi penangkapan tidak jauh dari pantai, mereka biasanya bisa mendaratkan hasil tangkapannya dalam sehari sebanyak 2 3 kali pendaratan sejak mulai operasi penangkapan pada pukul WIB sampai WIB. Proses pembongkaran hasil tangkapan dari atas perahu yang mendarat di PPI Jayanti dilakukan tanpa menggunakan alat bantu. Nelayan membongkar hasil tangkapan mereka yang dibantu oleh satu atau dua orang juru pikul. Nelayan dan juru pikul mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam box styrofoam berukuran sekitar 1,0mx0,5mx0,7m di atas perahu dengan menggunakan tangan. Setelah itu, ikan dicuci dengan menggunakan air laut kolam pelabuhan. Setelah dianggap bersih dari lendir dan darah, barulah ikan-ikan ini siap diangkut dari perahu menuju gedung pengolahan ikan. b. Pengangkutan hasil tangkapan ke gedung pengolahan ikan Setelah dilakukan pencucian, ikan dari perahu langsung diangkut ke gedung pengolahan oleh juru pikul tanpa diletakkan terlebih dahulu di dermaga. Hal ini berlaku baik untuk jenis ikan yang besar seperti cucut dan pari, ikan berukuran sedang seperti layur dan kakap merah, maupun jenis ikan-ikan kecil seperti banjar dan tongkol. Pada ikan-ikan besar dan ikan sedang seperti cucut dan layur biasanya diangkut dengan menggunakan bilah bambu yang nantinya dipikul oleh dua orang juru pikul, sedangkan untuk ikan-ikan berukuran lebih kecil seperti kakap merah 86

104 biasanya ditenteng dengan menggunakan tali oleh seorang juru pikul (Gambar 27). Sebelum pengangkutan dilakukan, mulut ikan terlebih dahulu diikat dengan menggunakan tali. Cara pengikatan yang dilakukan adalah tali dimasukkan ke dalam mulut ikan dan dikeluarkan melalui celah insangnya, kemudian kedua ujung tali dipertemukan dan diikat. Bilah bambu yang sudah disediakan dimasukkan ke dalam ikatan tersebut, setelah itu ikan siap diangkut menuju gedung pengolahan ikan. Pada jenis ikan lainnya seperti ikan tongkol dan banjar, setelah dicuci biasanya dimasukkan dalam keranjang plastik (basket) di atas perahu. Setelah ikan berada di dalam basket kemudian diangkut dengan cara dipikul oleh juru pikul menuju gedung pengolahan ikan. Berbeda perlakuan dengan ikan di atas, khusus untuk lobster, cara pengangkutan dari perahu biasanya menggunakan kotak bambu (keramba) kedap air yang diberi air laut (Gambar 29). Tujuan pemberian air ini adalah agar selama perjalanan menuju gedung pengolahan, lobster dalam keadaan hidup. Gambar 29 Keramba untuk mengangkut lobster di PPI Jayanti tahun 2009 Seperti telah dibahas pada subsubbab bahwa jarak antara dermaga tempat pembongkaran hasil tangkapan dengan gedung pengolahan ikan yang posisinya bersampingan dengan tempat pelelangan ikan (TPI) Jayanti kurang lebih 50 m. Jarak yang cukup jauh ini sering kali diprotes oleh sebagian nelayan. Berdasarkan wawancara, para nelayan menginginkan agar TPI dipindahkan atau 87

105 dibangun gedung TPI baru dari tempat yang sekarang ke tempat yang lebih dekat dengan dermaga yang memang sejauh ini lokasi tersebut masih merupakan lahan kosong. Dekatannya lokasi TPI dengan dermaga pendaratan ikan dapat menjadikan kegiatan pendaratan dan pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga menuju gedung TPI lebih efektif. Selain itu, jarak dermaga dengan gedung TPI yang dekat akan memudahkan wisatawan yang ingin menyaksikan aktivitas pengangkutan dan pendaratan hasil tangkapan. Bagi nelayan, dekatnya jarak dermaga dengan gedung TPI dapat menghemat biaya operasional berupa upah untuk para juru pikul. Beberapa di antara nelayan terkadang keberatan dengan jasa juru pikul tersebut karena ada juru pikul yang berbuat curang. Selama mengangkut ikan, beberapa juru pikul terkadang menitipkan atau menyembunyikan hasil tangkapan untuk selanjutnya dijual atau dibawa pulang. Hal tersebut tentunya merugikan nelayan. Sejauh ini, pihak PPI belum melakukan antisipasi dalam menanggapi keluhan para nelayan, baik adanya kecurangan beberapa juru pikul maupun berkaitan dengan jauhnya dermaga terhadap TPI. Pihak PPI beranggapan bahwa letak sarana-sarana di PPI Jayanti sudah tepat. Jarak antara dermaga dengan gedung TPI yang mencapai 50 meter adalah terlalu jauh. Semakin dekat jarak dermaga dengan gedung TPI maka proses pengangkutan, penanganan dan penimbangan hasil tangkapan dapat dilakukan lebih cepat. Selain itu, mutu ikan pun dapat lebih terjaga. Jarak ideal antara dermaga dengan gedung TPI menurut Pane (2009) sebaiknya adalah antara 6 m sampai 10 m. Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh pihak PPI Jayanti adalah membangun gedung TPI baru yang letaknya lebih dekat dengan dermaga. Jarak dermaga yang jauh dari gedung TPI juga terjadi di PPI Dadap- Indramayu. Di PPI ini jarak antara dermaga dengan gedung TPI adalah sekitar 250 meter. Jauhnya jarak tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil tangkapan dan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk mengangkut ikan (Fitriyah, 2008). 88

106 3) Pemasaran hasil tangkapan Hasil tangkapan yang didaratkan nelayan di PPI Jayanti tidak melalui mekanisme pelelangan melainkan langsung dipasarkan. Ada dua cara pemasaran yang terjadi di PPI Jayanti, yaitu: a. Pemasaran melalui gedung pengolahan: Di gedung pengolahan, nelayan menjual hasil tangkapan kepada para bakul langganan setelah hasil tangkapan dicatat oleh petugas PPI. Para bakul ini yang memberikan modal perbekalan dan perlengkapan melaut kepada nelayan sehingga hasil tangkapan yang mereka dapatkan dijual kepada para bakul tersebut. Harga ikan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Hasil penjualan ikan 100% merupakan hak nelayan setelah dikurangi biaya yang dipinjamkan selama melaut oleh bakul. Cara penjualan hasil tangkapan seperti ini dilakukan oleh nelayan jaring rampus dan pancing ulur. b. Pemasaran langsung tidak melalui gedung pengolahan Sesampainya di darat, nelayan menjual hasil tangkapannya kepada pihak selain bakul atau dikonsumsi pribadi tanpa melalui proses pencatatan di gedung pengolahan. Pihak pembeli biasanya adalah wisatawan yang berkunjung atau pengumpul yang berada di luar lingkungan pelabuhan. Hal ini biasanya terjadi pada nelayan jaring ampar, dimana hasil tangkapan sedikit (jumlah akumulatif 3 kg), operasional penangkapan yang mereka lakukan pun menggunakan modal pribadi dan relatif kecil sehingga tidak bergantung kepada para bakul. Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan yang jumlah kumulatifnya lebih dari 3 kg, dibawa menuju gedung pengolahan ikan, kemudian ditimbang dan dicatat oleh petugas juru catat TPI. Pencatatan dilakukan terhadap jenis dan bobot ikan. Setelah dilakukan pencatatan, petugas TPI memungut tarif retribusi sebesar 5% dari harga/nilai transaksi penjualan hasil tangkapan. Retribusi 5% tersebut diambil dari penjual/nelayan sebanyak 3% dan 2% sisanya ditarik dari pembeli/bakul. Sementara itu, hasil tangkapan yang jumlah kumulatifnya lebih kecil atau sama dengan 3 kg tidak melalui proses pencatatan. 89

107 Berdasarkan keterangan Kepala Sub Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur (2008) diketahui bahwa penarikan retribusi dialokasikan untuk: Penerimaan pemerintah daerah Kabupaten Cianjur 1,40% Penerimaan pemerintah Provinsi Jawa Barat 0,60% Biaya operasional TPI (pembinaan, pengawasan, dan pemeliharaan) 1,60% Biaya administrasi lelang 0,25% Dana sosial dan dan asuransi kecelakaan di laut 0,25% Dana tabungan nelayan 0,50% Dana paceklik 0,25% Dana keamanan 0,15% Mekanisme transaksi jual beli hasil tangkapan di PPI Jayanti melibatkan pihak nelayan dan bakul atau pembeli pengecer. Hasil tangkapan dari bakul atau pembeli pengecer kemudian dijual kepada konsumen dalam bentuk ikan basah. Terdapat pedagang yang menjual hasil tangkapan di dalam area Pelabuhan Jayanti. Pedagang yang menjual ikan di PPI Jayanti sejauh ini terbatas hanya tiga kios saja. Para pedagang ini membeli ikan dari para bakul yang biasa memasok ikan kepada mereka. Jenis ikan yang dijual pun tergantung hasil tangkapan yang diperoleh nelayan. Setiap hari sepanjang tahun mereka menjajakan hasil tangkapan ini dalam kios masing-masing. Menurut para pedagang di PPI Jayanti, musim ramai pengunjung (wisatawan) merupakan musim paling banyak bagi mereka mendapatkan keuntungan karena dapat menjual ikan lebih banyak dan dengan harga yang relatif lebih tinggi. Para wisatawan biasanya membeli ikan baik dari nelayan langsung maupun dari pedagang pengecer yang ada di PPI Jayanti Pendistribusian dan pemasaran hasil tangkapan Hasil tangkapan dari PPI Jayanti didistribusikan ke daerah pemasaran lokal (dalam Kabupaten Cianjur) dan luar daerah Kabupaten Cianjur. Daerah pemasaran lokal meliputi Kecamatan Cidaun dan Sindangbarang bahkan sampai ke Cibinong, sedangkan daerah pemasaran di luar Kabupaten Cianjur diantaranya 90

108 adalah Jakarta (Muara Baru), Bandung dan Palabuhanratu. Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Jayanti dapat dilihat pada Gambar 30. Pengangkutan dan pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Jayanti ke daerah tujuan pemasaran (daerah distribusi) biasanya menggunakan sepeda motor, mobil bak terbuka atau mobil box. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang pembeli, sepeda motor biasanya digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan untuk wilayah lokal, yaitu Kecamatan Cidaun, Sindangbarang dan Cibinong. Hal ini sejalan dengan (Farida, 2006) yang juga menyatakan bahwa para pembeli yang berasal dari wilayah sekitar Kecamatan Cidaun biasanya menggunakan kendaraan sepeda motor (baik jasa sewa ojek maupun milik pribadi) untuk mengangkut hasil tangkapan yang mereka beli di PPI Jayanti. Nelayan Langsung Pengumpul Gedung pengolahan Bakul Luar daerah Lokal Pengecer Sumber: hasil wawancara dengan nelayan dan petugas PPI Konsumen Gambar 30 Skema alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Jayanti tahun 2009 Keterangan: = proses pemasaran ; = pelaku pemasaran; = lokasi pendistribusian Ada kelemahan ketika mengangkut hasil tangkapan dengan menggunakan sepeda motor. Hasil tangkapan diikat dengan menggunakan tali, dan dibawa dengan cara ditenteng atau digantung di jok bagian belakang, tanpa menggunakan wadah dan es sebagai bahan penjaga mutu hasil tangkapan sehingga ikan hasil 91

109 tangkapan dengan mudah tersinari cahaya matahari secara langsung, dan tentunya hal ini akan cepat menurunkan kualitas hasil tangkapan. Selain sepeda motor, kendaraan yang juga biasa digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari PPI Jayanti adalah mobil dengan bak terbuka atau mobil box. Biasanya pembeli yang menggunakan mobil, selain membeli ikan dalam jumlah besar, jarak perjalanannya pun relatif jauh, yaitu mereka yang berasal dari luar wilayah Kabupaten Cianjur. Hasil tangkapan yang diangkut untuk tujuan luar daerah biasanya adalah hasil tangkapan yang mutunya lebih baik dibanding hasil tangkapan yang didistribusikan di wilayah lokal (subsubbab 6.4.1). Hasil tangkapan sebelum dimasukkan ke dalam mobil terlebih dahulu dimasukkan ke dalam box styrofoam dan diberi curahan es dengan perbandingan bobot ikan:bobot ec curah adalah 1:1 (Sudita, 2009) (subsubbab 6.4.1). Setelah itu, baru hasil tangkapan tersebut diangkut menuju daerah distribusi seperti Jakarta, Bandung dan Palabuhanratu. Gambar 31 Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari PPI Jayanti tahun 2009 Perbandingan berat hasil tangkapan dengan es curah yang dimasukkan dalam styrofoam di PPI Jayanti sejalan dengan pernyataan Karyono dan Wachid (1983) vide Setiawan (2006) yang menyatakan bahwa perlu penambahan es curah pada saat pengangkutan hasil tangkapan. Es yang digunakan sebagai bahan 92

110 penanganan dan penjaga mutu hasil tangkapan dapat menggunakan perbandingan jumlah es : jumlah ikan adalah 1:1. Sejauh ini, pihak PPI Jayanti baru menjual ikan dalam bentuk ikan basah, belum ada upaya untuk melakukan pengolahan lebih jauh seperti pembuatan terasi, ikan asin atau pun dijadikan produk industri lainnya karena hasil tangkapan yang didaratkan pun biasanya habis terdistribusi. Hal ini berbeda dengan di PPI Dadap sebagaimana yang disebutkan oleh Fitriyah (2008), bahwa di PPI Dadap telah dilakukan beberapa jenis pengolahan hasil tangkapan seperti pengasinan, pemindangan, perebusan dan pemanggangan. Diversifikasi produk perikanan berupa pengolahan hasil tangkapan perlu dikembangkan seiring pengembangan yang dilakukan di Pantai Jayanti, dimana jumlah wisatawan yang diharapkan akan senantiasa meningkat dari waktu ke waktu menjadi pasar yang potensial untuk produk olahan perikanan. Para pengunjung akan menjadikan produk olahan perikanan sebagai oleh-oleh khas dari Pantai Jayanti. Ikan basah sering dibeli para wisatawan untuk dibawa pulang ke rumah sebagai oleh-oleh khas yang mereka bawa dari Pantai Jayanti. Demikian pula diharapkan bila ada produk olahan perikanan di Pantai Jayanti akan dapat dijadikan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan tersebut. 93

111 7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI 7.1 Kondisi Alam dan Fasilitas Pendukung Wisata Bahari Selain memiliki potensi perikanan laut, Pantai Jayanti memiliki kelebihan dalam hal potensi wisata bahari yaitu keindahan alamnya. Keindahan alam yang ada merupakan bukti betapa potensi wisata bahari yang ada di Pantai Jayanti tidak dapat diabaikan. Sejauh ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur belum menata dan mengelola potensi wisata ini dengan optimal. Di satu sisi Pantai Jayanti menampakkan keindahan alamnya yang sangat alami, namun di sisi lain menurut responden wisatawan dan hasil pengamatan memperlihatkan ketidaktertataan berbagai fasilitas dan sarana yang menghiasi Pantai Jayanti menjadikan pantai ini terkesan semrawut dan tidak rapi. Gambar 32 Gerbang menuju kawasan wisata Pantai Jayanti tahun 2009 Terlepas dari masalah penataan yang belum optimal di atas, karena keindahannya, Pantai Jayanti menjadi rujukan tempat wisata alternatif yang diminati, khususnya oleh wisatawan lokal dari berbagai tempat seperti Kabupaten Cianjur bagian selatan, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut bagian selatan. Walaupun ada beberapa pantai lainnya yang dimiliki Kabupaten Cianjur, namun 94

112 Pantai Jayanti memiliki keunikan tersendiri, dimana kegiatan perikanan tangkap dan ikan-ikan hasil tangkapan menjadi salah satu daya tarik wisata. Pantai ini patut dikembangkan karena memiliki pasar yang jelas, yaitu wisatawan yang datang walau tidak setiap hari namun setiap akhir pekan, akhir bulan, akhir tahun, saat pesta laut, dan musim-musim liburan, para wisatawan lokal berkunjung meramaikan Pantai Jayanti. Pantai lain yang memiliki potensi aktivitas perikanan tangkap dan wisata bahari adalah Pantai Baron di Gunung Kidul. Kurniati (2005) menyatakan bahwa di Pantai Baron, kegiatan pariwisata merupakan daya dukung bagi pengembangan kegiatan perikanan tangkap. Potensi pariwisata salah satu diantaranya berupa panorama pantai merupakan daya tarik yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung ke Pantai tersebut. Namun ada perbedaan antara Pantai Jayanti dengan Pantai Baron, diantaranya adalah mengenai prasarana jalan. Jalan menuju Pantai Baron adalah jalan yang telah diperkeras dengan aspal, sedangkan jalan menuju Pantai Jayanti yang mencapai 143 km dari pusat kota Cianjur, masih banyak mengalami kerusakan. Investor tidak jarang yang datang ke Pantai Jayanti namun kembali mengurungkan niat untuk berinvestasi ketika melihat dan merasakan kondisi jalan menuju Pantai Jayanti yang seperti demikian. Kondisi jalan yang kurang mendukung tentunya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Harus ada upaya yang nyata dilakukan pemerintah daerah dalam memberikan solusi. Hal ini sudah mulai dilakukan, yaitu dengan adanya pembangunan dan perbaikan jembatan sebanyak enam unit yang terbentang antara Kecamatan Cidaun (Kabupaten Cianjur) sampai Kecamatan Caringin (Kabupaten Garut) yang merupakan jalur utama yang melewati objek wisata Pantai Jayanti. Dikatakan jalur utama karena jembatan-jembatan yang sedang dibangun dan diperbaiki ini secara umum menghubungkan dua kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut, sehingga jika sudah selesai pembangunannya dapat menjadi alternatif bagi para pengguna kendaraan yang hendak melintas dari Kabupaten Cianjur ke Kabupaten Garut, atau sebaliknya. Selain melakukan perbaikan infrastruktur, perlu juga diperhatikan daya tarik wisata dan penataan kawasan Pantai Jayanti. Daya tarik yang dibuat salah satunya dapat diangkat dari budaya dan sesuatu lainnya yang tidak bertentangan dengan 95

113 kearifan lokal di Pantai Jayanti. Pantai Jayanti memiliki sejarah yang unik, terdapat beberapa situs kebudayaan seperti Batu Kukumbung (batu yang di atasnya terdapat bekas telapak kaki raja Pajajaran) beserta seperangkat kursi dan meja yang dilengkapi cawan dan kendi untuk minum yang juga terbuat dari batu bekas digunakan raja Kerajaan Pajajaran tersebut, gua Sedong Parat (gua yang panjangnya sekitar 10 meter, dari ujung ke ujung masih dapat terjangkau dengan jarak pandang mata normal yang cukup jelas), dan di samping timur Pantai Jayanti terbentang Hutan Lindung Bojong Larang. Keseluruhan potensi wisata ini dapat digali dan diangkat untuk dijadikan cagar budaya dan daya tarik wisata. (a) Gua sedong parat (b) kolam mata air di hutan Bojong Larang Gambar 33 Beberapa obyek wisata yang terdapat di sekitar Pantai Jayanti tahun 2009 Selain itu, potensi perikanan tangkap dengan segala fasilitas dan aktivitasnya juga merupakan aset yang dapat dijadikan daya tarik bagi para wisatawan. Dengan demikian, diharapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) tidak hanya memperhatikan tempat-tempat wisata yang memang sejauh ini banyak berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan asli daerah seperti Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, dan Taman Nasional Gunung Gede, namun Pantai Jayanti pun layak untuk dikembangkan lebih jauh secara terpadu, sehingga ada keterikatan hubungan saling menguntungkan antara subsektor perikanan tangkap dan subsektor wisata bahari. 96

114 Contoh keterikatan hubungan saling menguntungkan antara subsektor perikanan tangkap dan subsektor wisata bahari telah terjadi di Pantai Baron. Di pantai tersebut, baik kegiatan perikanan tangkap maupun kegiatan wisata bahari tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masyarakat di Pantai Baron sangat bergantung pada kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan wisata bahari, dimana kedua kegiatan tersebut merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar (Kurniati, 2005). 7.2 Kondisi dan Aktivitas Wisatawan di Pantai Jayanti Pada tahun 2007, tercatat sejumlah orang wisatawan telah mengunjungi Pantai Jayanti dengan berbagai tujuan (Anonymous, 2009). Di antara wisatawan ada yang bertujuan menikmati keindahan pantai sambil membawa serta keluarga (Gambar 34a), membeli hasil tangkapan, dan atau kegiatan pendidikan yang biasanya dilakukan oleh para guru dari suatu sekolah yang membawa serta para muridnya (Gambar 34b). Beberapa aktivitas yang dilakukan para wisatawan di pantai Jayanti adalah berenang dan berfoto di atas batu karang atau di pinggir pantai. Selain itu, ada juga wisatawan yang menikmati kebun petani yang berlokasi di sekitar pantai dan terkadang ada juga yang senang menyaksikan nelayan jaring ampar yang sedang melakukan operasi penangkapan ikan. (a) (b) Gambar 34 Aktivitas wisatawan di Pantai Jayanti tahun 2009 Pantai Jayanti memiliki panorama yang indah dan saat paling menyenangkan untuk menikmati pemandangan pantai bagi sebagian besar 97

115 wisatawan adalah saat matahari terbit dan atau saat matahari tenggelam. Perahu yang berjejer di dermaga, hamparan karang, ombak yang berkejaran dan kondisi pantai dengan udara yang segar menambah daya tarik Pantai Jayanti bagi para wisatawan (Gambar 35). Gambar 35 Salah satu keindahan Pantai Jayanti tahun 2009 Untuk dapat menyaksikan matahari terbit dan atau matahari tenggelam ini, biasanya sebagian wisatawan menginap dengan menyewa kamar penginapan yang tersedia di sekitar PPI Jayanti. Terdapat beberapa unit penginapan yang berada di lingkungan sekitar Pantai Jayanti (Gambar 36). Penginapan-penginapan tersebut dikelola oleh pihak swasta. Masing-masing dari pengelola menawarkan kisaran harga sewa kamar per malam sekitar Rp ,- sampai Rp ,-. Wisatawan dapat memilih jenis penginapan berdasarkan lokasinya. Ada yang secara langsung berdekatan dengan pantai sehingga dengan jelas dapat melihat pemandangan Pantai Jayanti atau memilih penginapan yang dikelilingi oleh kebun sayuran dan palawija sehingga mereka dapat menikmati pemandangan kebun petani. Kedua lokasi penginapan ini berdekatan dengan PPI Jayanti. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden wisatawan, diketahui bahwa tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Jayanti kemudian menginap di tempat penginapan yang tersedia. Salah satu alasan wisatawan tidak menginap karena kebanyakan di antara mereka berasal dari wilayah yang terjangkau untuk pulang pergi dimana letak tempat tinggal mereka berdekatan 98

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap dan Peranannya Perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap dan Peranannya Perikanan tangkap di Kabupaten Cianjur 2 TINJAUAN PUSTAKA Sampai sejauh ini, belum ada penelitian yang mengkaji pengembangan terpadu perikanan tangkap dan wisata bahari di Kabupaten Cianjur. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI 6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI Perikanan tangkap di PPI Jayanti meliputi unit penangkapan ikan (armada dan alat tangkap), nelayan, jenis dan volume hasil tangkapan serta berbagai

Lebih terperinci

7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI

7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI 7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI 7.1 Kondisi Alam dan Fasilitas Pendukung Wisata Bahari Selain memiliki potensi perikanan laut, Pantai Jayanti memiliki kelebihan dalam hal potensi wisata

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir BAB 4 ANALISIS Dalam bab ini akan membahas analisis komoditas ikan mulai dari hulu ke hilir berdasarkan klasifikasi inventarisasi yang sudah di tentukan pada bab selanjutnya dengan menggunakan skema pendekatan

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Geografi dan Topografi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat, terletak pada posisi 106 42 BT-107 25 BT dan 06 21 LS-07 32 LS, dengan pusat pemerintahan berada di Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini orang menganggap Kebumen sebagai wilayah perlintasan bagi para pengguna kendaraan yang akan menuju kota-kota tujuan utama di Pulau Jawa. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Kabupaten Kebumen Bidang Pariwisata dan Budaya

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

7. STRATEGI PENINGKATAN FUNGSI PPI MUARA BATU

7. STRATEGI PENINGKATAN FUNGSI PPI MUARA BATU 7. STRATEGI PENINGKATAN FUNGSI PPI MUARA BATU Strategi peningkatan fungsi pelabuhan perikanan dilakukan dengan menentukan prioritas alternatif tindakan yang sesuai untuk PPI Muara Batu. Berdasarkan Analytic

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Ciamis 4.1.1 Geografi, Morfologi dan Klimatologi Kabupaten Ciamis terletak di selatan Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki beribu-ribu pulau di mana dua per tiga wilayahnya terdiri dari lautan. Kondisi ini menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci