BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Obligasi Salah satu produk yang dikeluarkan pasar modal adalah obligasi. Obligasi dapat dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi (bond) merupakan surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan yang berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak yang membeli obligasi. Beberapa pengertian obligasi menurut para ahli, antara lain sebagai berikut. Menurut (Keown, 2011) obligasi merupakan suatu jenis utang atau surat kesanggapun pembayaran dalam jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam dan berjanji untuk membayar kepada pemegangnya dengan jumlah bunga yang tetap setiap tahunnya. Pendapat yang dikemukakan oleh (Syahyunan, 2015) obligasi merupakan surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi (bond issuer) tersebut memperoleh pinjaman dana dari pembeli obligasi (bond holder) dan memiliki kewajiban membayar kupon (bunga) secara berkala atas obligasi tersebut serta kewajiban melunasi hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

2 Syahyunan juga mengatakan obligasi merupakan bagian dari instrumen fixed income yang cukup menarik bagi calon investor yang ingin mendapatkan keuntungan tingkat suku bunga cukup kompetitif dibandingkan dengan deposito. Jenis suku bunga yang diberikan obligasi bisa berbentuk suku bunga tetap (fixed rate) dan suku bunga mengambang ( floating rate). Periode jatuh tempo biasanya sekitar 5 tahun. Pembayaran suku bunga kepada pemegang saham obligasi bisa dilakukan dengan periode triwulan atau semesteran. Menurut (Brigham, 2010) obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor dipasar modal ataupun bagi perusahaan dalam mendapatkan dana untuk pengembangan perusahaan. Rivai et al. juga mengatakan obligasi merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisikan kontrak antara pemberi pinjaman dan yang diberi pinjaman dimana surat obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. Menurut (Darmadji, 2006) merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang didalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa surat utang obligasi merupakan suatu instrumen keuangan dimana terdapat kontrak perjanjian didalamnya antara investor dengan perusahaan yang menerbitkan

3 obligasi dimana perusahaan penerbit (bond issuer) berjanji untuk membayar bunga dari dana yang telah dipinjamkan dengan jumlah yang tetap dan melunasi kewajiban pokoknya pada jangka waktu yang telah ditetapkan. Pihak yang membeli obligasi (bond holder) akan mendapatkan keuntungan melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Kemudian, jika emiten (bond issuer) mengalami kebangkrutan, maka pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tinggi atas kekayaan perusahaan dibandingkan pemegang saham (Darmadji, 2006) Jenis-Jenis Obligasi Menurut Brigham dan Houston jenis-jenis obligasi dibagi menjadi beberapa kategori antara lain: 1. Berdasarkan Penerbitnya, obligasi terbagi menjadi: a. Corporate Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang terbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun badan usaha swasta. b. Government Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat suatu negara. Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN) dan lainnya. c. Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility). 2. Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga, obligasi terbagi menjadi:

4 a. Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara berkala namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo. b. Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat dituangkan secara serkala sesuai dengan ketentuan penerbitnya. c. Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara berkala. d. Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut berdasarkan suatu acuan tertentu seperti average time deposit (rata-rata tertimbang) yaitu tingkat suku bunga deposit dari bank pemerintah atau bank swasta. e. Combination Rate Bonds yaitu obligasi yang besarnya merupakan kombinasi antara bunga tetap dan bunga mengambang. 3. Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi, obligasi terbagi menjadi: a. Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan kedalam bentuk saham perusahaan penerbitnya. b. Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam jumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

5 c. Collable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten (bond issuer) untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum masa umur obligasi tersebut berakhir. d. Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengaharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu (strike price) sepanjang umur obligasi tersebut. 4. Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya, obligasi terbagi menjadi: a. Secured Bonds merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau jaminan dalam bentuk lainnya dari pihak ketiga. b. Unsecured Bonds yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijaminkan dengan kekayaan penerbitnya secara umum. 5. Berdasarkan Nominalnya, obligasi terbagi menjadi: a. Conventional Bonds yaitu obligasi yang lazim diperjuangkan dalam satu nominal, contohnya Rp 1 Milyar per lot. b. Retail Bonds yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang lebih kecil. 6. Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil, obligasi terbagi kedalam 2 kategori: a. Conventional Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan sistem kupon bunga.

6 b. Syariah Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini terdapat dua macam obligasi syariah, yaitu: 1) Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan yang diterima oleh investor atas obligasi tersebut diperoleh dengan cara mengetahui pendapatan emiten. 2) Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi yang menggunakan akad sewa sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui atau diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan Peringkat Obligasi (Bond Rating) Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan membantu para investor dalam menganalisa keputusan untuk berinvestasi terhadap perusahaan yang menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam bentuk peringkat obligasi atau bisa disebut dengan penilaian terhadap obligasi suatu perusahaan. (Darmadji, 2006) mengatakan bahwa agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kupon maupun mengembalikan pokok obligasi, dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi, tingkat kemampuan dalam membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah peringkat obligasi (bond rating). Maka dari itu, jika seorang investor memiliki keinginan melakukan investasi kedalam bentuk obligasi, maka

7 investor tersebut harus memperhatikan peringkat obligasi sebagai salah satu bentuk informasi sebelum memutuskan berinvestasi dalam bentuk obligasi. Peringkat Obligasi (bond rating) merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan sehingga menunjukkan tingkat aman suatu investasi obligasi bagi investor. Tingkat aman dalam berinvestasi dapat ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Untuk itu, dalam menentukan skala peringkat obligasi tersebut, diperlukan variabel-variabel yang mempengaruhi obligasi, kemudian dihitung. Dari perhitungan tersebut ditemukan standar untuk mendapatkan peringkat tertentu (Brigham, 2010). Menurut Brigham dan Houston (2010) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating), yaitu: 1. Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio keuangan suatu perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat obligasinya. 2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi tersebut memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang diobligasikan,dan peringkatnya pun akan meningkat. 3. Ketentuan subornasi. Apabila obligasi disubornasikan ke hutang lain maka obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubornasikan. 4. Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat (biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk perusahaan), maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama oleh perusahaan yang kuat.

8 5. Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan menjadi nilai tambah dimata lembaga pemeringkat. 6. Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8. Regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Anti trust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan. 10. Operasi diluar negeri. 11. Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk. 12. Kewajiban atas produk. 13. Kewajiban pension. 14. Masalah ketenagakerjaan yang berpotensi muncul dimasa yang akan datang yang dapat memperlemah posisi perusahaan. 15. Kebijakan akuntansi. Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang diterima dengan membeli obligasi (Brigham, 2010). Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia 13/31/DPNP Tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat di Indonesia yaitu PT Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA

9 Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Penelitian ini mengacu pada lembaga pemeringkat PT PEFINDO dikarenakan PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1993 serta telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat pertama di Indonesia yang didirikan atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia serta merupakan suatu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Sejak tahun 1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan pemeringkat global yaitu Standard Poor s (S&P). PEFINDO juga merupakan lembaga pemeringkat satu-satunya di Indonesia yang memiliki default data dan default study yang dapat digunakan perusahaan termasuk Bank Indonesia. Peringkat IdAAA IdAA IdA IdBBB IdBB IdB Table 2.1 Defenisi Peringkat Obligasi (Bond Rating) PT PEFINDO Arti Sekuritas utang dengan peringkat idaaa merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kapasitas obligor superior relatif dibanding obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Sekuritas utang dengan peringkat idaa hanya memiliki perbedaan yang tipis dengan kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat tertinggi karena memiliki kapasitas obligor yang relatif sangat kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya. Sekuritas utang dengan peringkat ida menunjukkan kapasitas obligor yang kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun, sekuritas utang lebih rentan terhadap perubahan situasi dan ekonomi yang merugikan. Sekuritas utang dengan peringkat idbbb menunjukkan kapasitas obligor yang memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dengan obligor Indonesia lainnya. Namun, perubahan kondisi ekonomi dapat memperlemah kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Sekuritas utang dengan peringkat idbb menunjukkan kapasitas obligor yang agak lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Obligor dihadapkan pada situasi dan kondisi keuangan, perekonomian serta bisnis yang tidak menentu yang dapat mempengaruhi kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sekuritas utang dengan peringkat idb menunjukkan kapasitas obligor yang lemah dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi

10 IdB keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Sekuritas utang dengan peringkat idb menunjukkan kapasitas obligor yang lemah dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Lanjutan Tabel 2.1 IdCCC IdD Sumber: Sekuritas utang dengan peringkat idccc menunjukkan keadaan obligor yang rentan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dan hanya dapat bergantung pada keadaan bisnis dan kondisi keuangan yang membaik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tersebut. Sekuritas utang dengan peringkat idd menunjukkan keadaan bahwa sekuritas utang tersebut telah gagal bayar ataupun perusahaan penerbit yang sudah berhenti berusaha. Hasil peringkat dari idaa sampai idb dapat ditambahkan tanda plus(+) ataupun minus(-) yang dapat menunjukan relatif kekuatan obligor dalam suatu kategori peringkat. Pefindo menyatakan peringkat obligasi suatu perusahaan dengan investment grade (AAA,AA,A,dan BBB) berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut baik. Informasi tersebut akan direspon oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya keperusahaan karena investor menganggap perusahaan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dan pefindo menyatakan suatu obligasi tersebut non investment grade (BB,B,CCC dan D) berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut mengalami penurunan. Jika terjadi penurunan peringkat obligasi maka investor tidak akan tertarik menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau bahkan akan menjual saham yang dimiliki. Perubahan kemampuan perusahaan penerbit (bond issuer) dalam melunasi kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industry (industrial accident) ataupun adanya perubahan peraturan serta pengambil-alihan (takeover) atau restrukturisasi perusahaan. Risiko ini disebut dengan risiko peristiwa (event risk) dan

11 dapat menyebabkan menurunnya peringkat obligasi perusahaan penerbit (Syahyunan, 2015) Risiko Obligasi Sebagai salah satu produk pasar modal yang dijadikan sarana investasi, obligasi memiliki resiko yang patut untuk diperhatikan oleh para investor. Apabila terjadi kenaikan pada suku bunga, maka harga obligasi akan turun sehingga dapat menyebabkan pembeli obligasi akan mengalami kerugian, tetapi sebaliknya jika terjadi penurunan suku bunga, maka harga obligasi akan naik sehingga dapat menyebabkan penjual akan merugi. Menurut Syahyunan (2015) terdapat beberapa jenis resiko yang ada pada obligasi, yaitu: 1. Risiko Gagal Bayar Resiko gagal bayar (default risk) adalah ketidakmampuan perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut (issuer) membayar kembali utang pokok (principal) dan bunganya sebagaimana yang dijanjikan. Biasanya obligasi pemerintah merupakan obligasi tanpa risiko gagal bayar karena pembayarannya dijamin oleh pemerintah/negara. Sedangkan pada obligasi perusahaan risiko gagal bayar bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan yang tercermin pada laporan keuangannya, baik pada neraca maupun laporan laba ruginya. 2. Risiko Tingkat Bunga Risiko tingkat bunga (interest rate risk) merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya perubahan tingkat bunga (interest rate). Bila tingkat bunga pasar naik, maka

12 harga obligasi akan turun. Bila obligasi tersebut dijual dalam kondisi tingkat bunga tinggi, maka investor akan merugi. 3. Risiko Inflasi Risiko inflasi (inflation rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan karena adanya perubahan tingkat bunga (interest rate).faktor ini biasanya sulit untuk diprediksi. Inflasi memiliki hubungan langsung dengan harga obligasi, karena apabila inflasi di suatu negara tinggi, maka suku bunga akan naik yang menyebabkan harga obligasi jatuh, begitupun sebaliknya. 4. Risk of Call Risk of Call atau sering juga disebut sebagai risiko ditarik kembali merupakan risiko yang melekat pada pemegang obligasi (bond holder), yaitu risiko yang terjadi akibat ketidakpastian antara arus kas dengan reinvestment risk yang menyebabkan ditariknya obligasi sebelum tanggal jatuh temponya. Risiko ini juga dapat diartikan bahwa penerbit obligasi (bond issuer) memiliki kewenangan untuk membeli balik (repurchase) obligasinya pada harga tertentu dan waktu tertentu sebelum masa jatuh tempo. 5. Risiko Likuidasi Risiko likuidasi (liquidity risk) merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh pemegang saham dan obligasi dimana pemegang (investor) memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan dalam menjual sekuritas yang dimilikinya karena likuiditasnya yang rendah. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuidnya sebuah obligasi atau tidak mudahnya menjual sebuah obligasi di pasar sekunder.

13 6. Risiko Politik dan Peraturan Risiko politik dan peraturan (political and regulatory risk) merupakan risiko investasi atau perubahan peraturan ataupun suasana politik pada suatu negara. Perubahan peraturan yang dimaksud dapat berupa berubahnya tingkat pajak ataupun lingkungan hukum. 7. Risiko Usaha Risiko usaha (business risk) merupakan risiko yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, nilai atau harga pasarnya banyak ditentukan oleh kinerja perusahaan secara keseluruhan, yang biasa disebut dengan faktor fundamental. 8. Risiko Maturitas Risiko maturitas ini adalah risiko yang berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi. Secara umum, semakin lama jangka waktu sebuah obligasi, semakin besar pula tingkat ketidakpastian sehingga semakin besar risiko maturitasnya. 9. Risiko Pasar Risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko pasar merupakan risiko agregat yang terjadi di pasar dan akan membawa dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap para investor yang ada di pasar. 10. Reinvestment Risk Reinvestment risk yaitu risiko dimana hasil yang diterima di masa depan harus diinvestasikan kembali dalam suku bunga yang lebih rendah. Kupon yang diterima

14 investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada coupon rate. Obligasi yang tidak memiliki reinvestment risk adalah zero coupun bond. 11. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko nilai tukar mata uang (exchange rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh adanya perubahan nilai tukar mata uang suatu Negara. Adanya potensi investasi antar negara memungkinkan munculnya risiko akibat dari perubahan nilai tukar mata uang Profitabilitas Rasio profitability menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki (Gumanti, 2011). Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Apabila laba perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman (Adams, 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan.

15 Menurut (Ross, 2004) ratio profitability measure how efficiently the firm uses its assets and how efficiently the firm manages its operatin. Dalam hal ini, rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu: Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity dengan rumus: Net Income Sales Profit Margin = The ratio is measure of profit for dollar in sales. Net Income Total Assets Return On Assets = The ratio is measure of profit per dollar of assets. Return On Equity Net Income Total Equity = The ratio is measure of how the stockholders fared during the year Leverage Menurut Syahyunan (2015), Leverage Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas. Leverage Ratio yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio. Menurut Syahyunan (2015), Debt to Equity Ratio adalah perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban. Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan dihadapi perusahaan.

16 Jika nilai dari rasio ini tinggi artinya beban utang perusahaan juga tinggi, sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar kembali kewajibannya jika dikaitkan dengan aset atau modal perusahaan menjadi berat atau sulit. Semakin tinggi rasio leverage, semakin tinggi risiko yang di hadapi perusahaan (Gumanti, 2011). Menurut Ross (2004) long-term solvency ratios are intended to address the firms long-run ability to meet its obligations, or more generally its financial leverage. Rasio leverage yang umum dipakai antara lain adalah Debt Ratio, Debt Equity Ratio, dan Time Interest Earned dengan rumus: Debt Ratio Total Liabilities Total Asset = The ratio take into account all debt of all maturities to all creditors. Total Liabilities Total Equity Debt Equity Ratio = The ratio take into account all debt of equity all Time Interest Earned maturities to all creditors. EBIT = The ratio measures how well a company has its Interest interest obligations convered Likuiditas Menurut Gumanti (2011) likuiditas adalah rasio yang menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Analisis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk

17 menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajibankewajiban yang segera jatuh tempo (Tandelilin, 2010). Menurut Syahyunan (2015) Current Ratio adalah kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia. Dalam hal ini, rasio likuiditas dapat dihitung dengan Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dengan rumus : Current Ratio Aktiva Lancar = The ratio it indicates the extent to which current liabilities U tan g Lancar are covered by those assets expected to be converted. Quick Ratio Current Asset Inventory = The ratio measure of the firm s ability to pay off shortterm obligations without relying on Current Liabilities the sale of inventories. Cash Ratio Cash Current Liabilities = The ratio it indicates the extent to which current liabilities are covered by those assets expected to be converted to cash in the near future Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu

18 yang relatif lama, selain itu juga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi. Sebaliknya, semakin kecil ukuran suatu perusahaan maka akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya peringkat obligasi yang diperoleh karena semakin besarnya tingkat risiko yang dimiliki perusahaan. Rumus untuk menghitung Ukuran perusahaan: Pertumbuhan Brigham dan Houston (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam annual surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial. Pertumbuhan bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade dari rating berikutnya diberikan untuk perusahaan karena growth mengindikasikan prospek kinerja cash flow masa dating dan meningkatkan nilai ekonomi.

19 (Andry, 2005) menyatakan bahwa pertumbuhan (growth) perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Investor dalam memilih investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade Produktivitas Rasio produktivitas dapat mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan produktivitas yang tinggi dapat menghasilkn laba yang tinggi pula. Dengan demikian perusahaan dapat dengan lebih baik memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi produktivitas maka akan semakin baik peringkat yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. 2.2 Penelitian Terdahulu Nama dan No Tahun Penelitian 1 Abdullah Ash (2013) Judul Penelitian Determinants and Impacts of Internal Credit Tabel 2.2 Deskripsi Penelitian Terdahulu Variabel Variabel Dependen Peringkat Obligasi Variabel Metode Analisis Data Logit Regression Hasil penelitian 1. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa profitabilitas

20 2 Yuliana et al.(2011) 3 Adrian (2011) 4 Purwaningsih (2008) Rating Analisis Faktor faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEI. Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Pemilihan Rasio Keuangan Terbaik untuk Memprediksi Peringkat Obligasi: Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Independen 1. Profitabilitas 2. Leverage 3. Firm Size 4. Intensitas modal Variabel Dependen peringkat obligasi Variabel Independen 1. size, 2. leverage, 3. profitability, 4. activity, 5. market value ratio, 6. maturity, 7. secure, 8. reputasi auditor Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen 1. leverage, 2. profitabilitas, 3. likuiditas, 4. umur obligasi Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen 1. Leverage 2. Likuiditas 3. Profitabilitas 4. Solvabilitas 5. Produktivitas Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Logistik Analisis Faktor dan Regresi Backward dan firm size berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi 2. Sedangkan Leverage dan intensitas modal berpengaruh negative terhadap peringkat obligasi 1. Secara parsial variabel size profitability (ROA), jaminan (secure) dan reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. 2. Serta secara simultan variabel size, leverage, profitability, activity, market valueratio, maturity, secure, serta reputasi auditor berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. 1. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi 2. Sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi dengan regresi backward yaitu rasio LTLA (rasio leverage), CFOTL (rasio solvabilitas), dan SFA (rasio produktivitas), Sementara dengan analisis faktor yaitu rasio CACL (rasio likuiditas).

21 Lanjutan Tabel 2.2 No Nama dan Tahun Penelitian Judul Penelitian 5 Andry (2005) Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi 6 Adams et al. (2000) The Determinants of Credit Ratings in the United Kingdom Insurance Industry Variabel Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen 1. growth, 2. size, 3. sinking fund, 4. secure, 5. maturity Variabel Dependen: Peringkat obligasi Variabel Independen 1. Kecukupan modal, 2. profitabilitas, 3. likuiditas, 4. pertumbuhan perusahaan, 5. ukuran perusahaan, 6. bentuk organisasi, 7. reasuransi kegiatan bisnis Metode Analisis Data Analisis Regresi Logit Ordered Probit Model Hasil penelitian 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel growth, sinkingfund, maturity dengan umur kurang dari lima tahun dan auditor mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, 2. Sementara size dan secure tidak memiliki pengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel likuiditas, profitabilitas dan bentuk organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi oleh A.M. Best, 2. Sementara peringkat obligasi oleh S&P menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan dan kecukupan modal (leverage) berpengaruh negatif signifikan. 2.3 Kerangka Konseptual Profitability Terhadap Bond Rating Rasio profitability menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki

22 (Gumanti, 2011). Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman (dalam Adams et al., 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan Leverage Terhadap Bond Rating Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Rasio leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2015). Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan dihadapi perusahaan dan menjadikan semakin rendah peringkat perusahaan yang diperoleh (Adams et al.2000) Likuiditas Terhadap Bond Rating

23 Rasio likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas yang tinggi menandakan pelunasan kewajiban jangka pendek yang baik. Apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga semakin baik (Gumanti, 2011). Hal tersebut dikarenakan pengelolaan keuangan perusahaan yang baik, dengan terlunasinya kewajiban jangka pendek maka mengindikasikan bahwa kewajiban jangka panjang juga dapat terpenuhi. Menurut Adams, et al., (2000) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi Ukuran Perusahaan Terhadap Bond Rating Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun ekuitas. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi Pertumbuhan Terhadap Bond Rating

24 Andry (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan (growth) perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Investor dalam memilih investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade Poduktivitas Terhadap Bond Rating Rasio poduktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumbersumber dana perusahaan. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin tinggi tingkat produktivitas maka akan semakin baik pula peringkat yang diberikan pada perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut: Profitabilitas Leverage Likuiditas Firm Size Bond Rating

25 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah Profitability, Leverage, Liquidity, Firm size, Growth dan Produktivity secara serempak maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap Bond Rating pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

panjang dengan menjual saham (stock) maupun menerbitkan obligasi (bond).

panjang dengan menjual saham (stock) maupun menerbitkan obligasi (bond). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Perkembangan perekonomian saat ini menjadikan kebutuhan akan dana untuk modal dalam setiap dunia usaha terus mengalami peningkatan. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signaling Theory Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang akan dilakukan kali ini tidak terlepas dari penelitianpenelitian sebelumnya yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti. 2.1.1 Sudaryanti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Obligasi Korporasi (Corporate Bond) II.1.1.1 Definisi Obligasi Korporasi Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signaling Theory Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan tentang dorongan perusahaan untuk memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam yield to maturity adalah teori sinyal (Theory

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu jatuh tempo kurang dari 10 tahun, biasanya disebut wesel (note) (Horne dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu jatuh tempo kurang dari 10 tahun, biasanya disebut wesel (note) (Horne dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Obligasi Obligasi (bond) adalah instrumen utang jangka panjang dengan waktu jatuh tempo akhir umumnya 10 tahun atau lebih. Jika sekuritas tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan,

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan, 12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory Calon investor yang akan berinvestasi pada suatu perusahaan, membutuhkan informasi tentang kondisi. Manajemen perusahaan diharapkan dapat memberikan sinyal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi instrumen

II. LANDASAN TEORI. Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi instrumen 12 II. LANDASAN TEORI 2.1. Pasar Modal Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA OLEH DEBY NURUL AISYAH DAULAY 130502033 PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat terus mengembangkan usahanya. Perusahaan untuk mengembangkan usahanya memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Dalam teori keagenan, hubungan yang timbul dari adanya kontrak yang ditetapkan antara dua pihak, yaitu pihak principal sebagai pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan memerlukan pendanaan dalam mengembangkan usahanya sehingga perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor penunjangnya. Menurut Ginting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan suatu kontrak antara principal dengan agent. Menurut Estiyanti dan Yasa (2012) konflik keagenan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obligasi 1. Pengertian Obligasi Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan. Dalam pasar modal dikenal dua instrumen keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang biasa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatannya, dana tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu berasal dari intern perusahaan dan dari ekstern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (Capital Market) adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuitas (saham),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik

Lebih terperinci

BAB I. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan

BAB I. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi selain digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas istrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari satu tahun. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alternatif investasi dalam surat berharga saat ini banyak disukai para investor untuk mendapatkan sumber pendanaan bagi perusahaan. Pasar modal dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Teori dalam Pasar Modal 2.1.1 Signalling Theory Menurut Jogiyanto (2000), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten

BAB I PENDAHULUAN. bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis aset yang bisa dijadikan alternatif investasi selain saham dalam pasar modal adalah obligasi. Obligasi adalah surat tanda bukti bahwa investor pemegang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil dari penanaman modalnya di masa yang akan datang. Modal dari para investor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada dewasa ini tidak terbatas pada investasi dalam bentuk fisik seperti properti dan emas, tetapi investasi dalam surat berharga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan selain saham. Obligasi adalah suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki dana lebih dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas. Sekuritas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan penelitian yang mengambil topik mengenai pengaruh likuiditas, maturitas, dan peringkat pada yield obligasi 1. Penelitian Nanik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar yang dirancang untuk membiayai investasi jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau pemerintah (Syahyunan, 2013:10),

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Definisi Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang berbasis syariah salah satunya dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai sekuritas yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran yang penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Pasar modal merupakan tempat dari beberapa instrument

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal yang ditanamkan dalam suatu aset yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa datang dan biasanya berjangka panjang dalam memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia yang semakin maju menjadikan peran pasar modal semakin penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.bursa efek atau stock exchange

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.bursa efek atau stock exchange BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal Pasar Modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.bursa efek atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh peneliti terdahulu. Berikut perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh peneliti terdahulu. Berikut perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah diuji oleh peneliti terdahulu. Berikut perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini persaingan dalam dunia ekonomi semakin meningkat karena munculnya berbagai pelaku usaha dalam berbagai segmen industri dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teoritis. Menurut Brealey, et al., (2008:130) obligasi adalah sekuritas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teoritis. Menurut Brealey, et al., (2008:130) obligasi adalah sekuritas yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian Obligasi Menurut Brealey, et al., (2008:130) obligasi adalah sekuritas yang mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi perusahaan go public. Salah satu jenis perusahaan go public

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi perusahaan go public. Salah satu jenis perusahaan go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini investasi tidak hanya real assets atau bentuk fisik, investasi financial assets atau surat berharga mulai disukai oleh para pemilik modal, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati investor, karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap

BAB I PENDAHULUAN. diminati investor, karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obligasi (bond) adalah kontrak jangka panjang di mana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal dan waktu tertentu kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, 2008:214). Asimetri informasi terjadi dikarenakan salah satu pihak memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, 2008:214). Asimetri informasi terjadi dikarenakan salah satu pihak memiliki BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Sinyal Teori sinyal menunjukkan adanya hubungan asimetri antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap informasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) adalah pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal menurut Rivai (2007:927) adalah suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek siperdagangkan (yang dikenal dengan bursa efek). Pasar modal juga sama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

Lebih terperinci

2. TELAAH HIPOTESIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2. TELAAH HIPOTESIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2. TELAAH HIPOTESIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Sinyal Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya perekonomian Indonesia yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) sejak lima tahun terakhir tidak lepas dari peningkatan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal menjadi ikon ekonomi modern. Industri pasar modal sering menjadi simbol dan gambaran ekonomi masyarakat masa kini. Pasar modal menjadi pilar perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Dengan adanya pasar modal,

Lebih terperinci

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. 1/51 OBLIGASI PERUSAHAAN Obligasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah (Suad Husnan, 1994) dalam Adrian (2011). Menurut jawa pos

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah (Suad Husnan, 1994) dalam Adrian (2011). Menurut jawa pos BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk modal sendiri (saham) maupun hutang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara Januari 1977 sampai dengan Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan disegala bidang terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan disegala bidang terutama dalam bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara berkembang selalu berupaya dalam meningkatkan pembangunan disegala bidang terutama dalam bidang perekonomian. Sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari perkembangan pasar modal yang baik dan dinamis. Pasar modal merupakan fasilitator yang memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat masuk kedalam kategori perusahaan yang layak dijadian tempat investasi oleh investor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi Obligasi adalah hutang jangka panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4) mengemukakan bahwa Manajemen Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi sebagai sumber pendanaan untuk melakukan ekspansi dan mengembangkan perusahaan sesuai peluang bisnis yang ada.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obligasi adalah utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dunia telah terbuka, khususnya sejak awal milenium lalu, yang ditandai dengan menisbinya batas-batas wilayah antar negara di dunia dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini atau dimasa yang akan datang. Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal berperan besar dalam perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekuity (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. ekuity (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuity

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan

Lebih terperinci

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN NON FINANCIAL YANG TERDAFTAR DI BEI

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN NON FINANCIAL YANG TERDAFTAR DI BEI PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN NON FINANCIAL YANG TERDAFTAR DI BEI Lily Karlina 1* & Jaka Prasetya Abdi Negara 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Teori Tentang Obligasi Syariah (Sukuk) 2.1.1 Pengertian Obligasi Syariah (Sukuk) Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang dan masa yang akan datang. Perusahaan go public dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang dan masa yang akan datang. Perusahaan go public dalam melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal di dunia usaha yang semakin maju pada zaman sekarang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kegiatan produksi dan menghadapi persaingan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital market) merupakan

Lebih terperinci

CORPORATE BONDS. Pasar Uang dan Pasar Modal

CORPORATE BONDS. Pasar Uang dan Pasar Modal CORPORATE BONDS. Pasar Uang dan Pasar Modal Utang publik berdasarkan jatuh temponya, dibagi 3, yaitu : Short term, apabila jatuh tempo kurang dari 1 tahun dan pasar untuk memperjualbelikannya disebut money

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan rasio keuangan, rasio non keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan rasio keuangan, rasio non keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai peringkatsukuk banyak yang sudah berhasil. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan rasio keuangan, rasio non keuangan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan investasi pada aset keuangan semakin menarik minat masyarakat pada akhir-akhir ini. Hal ini terjadi karena dengan semakin meningkatnya kegiatan investasi dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Firani (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share pada Emiten Sektor Infrastruktur di Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan (Magreta dan Poppy, 2009). Peringkat obligasi juga menunjukkan seberapa aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh investor, salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh investor, salah satu alternatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci