Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM"

Transkripsi

1 Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM 4.1 Latar Belakang Pada P2KP II, dana BLM (Bantuan Langsung ke Masyarakat) ditempatkan sebagai dana stimulan atau pelengkap dari prakarsa dan keswadayaan masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan di wilayahnya. Oleh karena itu, diharapkan agar dana BLM dapat dikelola secara bijak bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin setempat, sesuai kebutuhan nyata masyarakat yang diidentifikasi, disepakati serta diputuskan oleh masyarakat sendiri yang dituangkan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis). Mengingat posisi strategis dana BLM tersebut, diharapkan agar pengelolaannya oleh masyarakat benar-benar berorientasi kemanfaatan sebesarbesarnya bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin tersebut. Hal ini berarti bahwa dalam pelaksanaan P2KP, dana BLM dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan apa pun selama berkaitan langsung dengan upaya perbaikan masyarakat miskin atau bersifat "open menu" selama tidak melanggar ketentuan "Daftar kegiatan Terlarang/Negatif List P2KP", sebagaimana telah diuraikan dalam Buku Pedoman Umum P2KP. Dengan demikian, P2KP II tidak mendorong masyarakat untuk memilih dan mengutamakan kegiatan tertentu atau sebaliknya membatasi kegiatan tertentu. Pilihan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat sendiri, melalui proses yang melibatkan masyarakat banyak, transparan, rasional, akuntabel, dan berorientasi pada sasaran utama yang dituju P2KP, yakni perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin. Salah satu pilihan masyarakat yang mungkin muncul adalah kehendak untuk memanfaatkan dana BLM sebagai pinjaman bergulir untuk kepentingan produktif. Berkaitan dengan pelaksanaan pinjaman bergulir dalam P2KP harus diposisikan sebagai suatu proses pembelajaran masyarakat, terutama masyarakat miskin. Hal ini berarti bahwa pada satu sisi masyarakat diajak untuk mengenal dan belajar tentang prinsip-prinsip pengelolaan dana pinjaman bergulir, sehingga pinjaman tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan produktif (langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan peminjam). Akan tetapi, pada sisi lain penerapan prinsip-prinsip pengelolaan pinjaman bergulir tidak boleh menutup peluang atau kesempatan bagi masyarakat miskin untuk memanfaatkan akses BLM dengan berbagai persyaratan dan kriteria yang tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat miskin. Mengingat pentingnya proses pembelajaran pengelolaan dana pinjaman bergulir dalam pelaksanaan P2KP, maka perlu dikembangkan suatu strategi pengelolaan pinjaman bergulir agar tepat sasaran, efektif, dan efesien serta berkelanjutan. Strategi ini sangat penting terutama untuk mengantisipasi kondisi Apabila masyarakat, melalui PJM dan Rencana tahunan Pronangkis, menghendaki serta memutuskan bahwa sebagian dana BLM akan dimanfaatkan untuk pembelajaran masyarakat dalam pengelolaan pinjaman bergulir untuk kepentingan produktif melalui penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta pengembangan usaha-usaha kecil yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat miskin. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 151

2 4.2. Kegiatan Pinjaman Bergulir sebagai Salah Satu Pilihan Masyarakat P2KP menitikberatkan pada upaya penguatan BKM sebagai organisasi masyarakat yang mampu berperan sebagai penggerak utama upaya penanggulangan kemiskinan di lingkup kelurahan berdasar pada kebutuhan nyata masyarakat. Untuk menjalankan peran dan fungsinya, BKM bersama masyarakat setempat akan menyusun PJM dan rencana tahunan Pronangkis (Program Penanggulangan Kemiskinan) yang didasarkan pada hasil pemetaan kemiskinan secara swadaya. Dalam Pronangkis yang bersifat "open menu" tersebut, diuraikan berbagai rencana strategis maupun rencana tindak yang akan dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam menanggulangi kemiskinan di lingkup kelurahannya. Salah satu kemungkinan kegiatan strategis yang akan diputuskan masyarakat adalah bahwa sebagian alokasi dana BLM akan dimanfaatkan untuk pelayanan pinjaman bergulir bagi pembelajaran masyarakat dalam penciptaan peluang usaha, kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat miskin, serta kegiatankegiatan produktif lainnya. Dengan demikian, program pinjaman bergulir merupakan salah satu opsi/pilihan dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan yang diputuskan masyarakat secara transparan, akuntabel dan demokratis. APABILA pilihan pinjaman bergulir tersebut telah menjadi keputusan masyarakat, maka berhasil tidaknya program pinjaman bergulir akan sangat tergantung pada kemampuan UPK-BKM dalam mengelola pinjaman bergulir disatu pihak, serta kemampuan pengguna pinjaman, yang dalam hal ini KSM dan anggota, dalam merencanakan serta memanfaatkan pinjaman di lain pihak. Hal ini berarti, UPK-BKM sebagai pengelola sedapat mungkin dapat mengikuti sistem pengelolaan pinjaman bergulir yang standar sebagaimana diuraikan dalam pedoman teknis ini, disamping pedoman khusus pengelolaan pinjaman bergulir oleh UPK-BKM yang akan disusun secara tersendiri Tujuan, Strategi dan Prinsip a) Tujuan Sebagai salah satu pilihan kegiatan dalam rangka penanggulangan kemiskinan, tujuan program pinjaman bergulir dalam P2KP dapat dirumuskan: 1. Mendorong proses pembelajaran masyarakat miskin dalam menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, maupun kegiatan yang bersifat produktif lainnya; 2. Meningkatkan jangkauan pelayanan terhadap masyarakat miskin yang tidak memliki penghasilan dan/atau relatif berpendapatan sangat rendah yang merupakan kelompok sasaran utama P2KP; 3. Membuka akses bagi usaha kecil dan para pengusaha kecil yang selama ini tidak mendapatkan akses dan belum terjangkau oleh pelayanan lembaga keuangan formal yang sudah ada, sebagai upaya untuk menciptakan peluang kesempatan kerja bagi masyarakat miskin setempat; 4. Memberikan kontribusi terhadap tujuan umum P2KP yakni membantu upaya penanggulangan kemiskinan, melalui kegiatan pinjaman bergulir. 5. Mengurangi kesenjangan antara sisi penawaran (supply side) yang terbatas dengan sisi permintaan (demand side) yang masih belum dapat dilayani secara keseluruhan, khususnya oleh lembaga keuangan formal; b) Strategi Guna mencapai tujuan tersebut di atas, akan dikembangkan strategi berikut: 1. Menguji kelayakan BKM/UPK, KSM maupun anggota dengan menggunakan instrumen kriteria kelayakan yang sudah dipersiapkan sebelum memulai program pinjaman bergulir di suatu kelurahan sasaran. 2. Memberikan pelatihan pendahuluan bagi BKM sebelum pinjaman bergulir dimulai. 3. Memberikan pelatihan dasar pengelolaan pinjaman bergulir bagi semua calon manajer dan staf pengelola UPK sebelum kegiatan pinjaman bergulir dimulai serta pelatihan lanjutan bagi manajer UPK/ staf yang menunjukkan kinerja pengelolaan pinjaman bergulir yang baik untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai program kredit mikro. 4. Memberikan pendampingan dan konsultasi dalam rangka memperkuat kemampuan pengelolaan pinjaman bergulir kepada BKM/UPK oleh KMP, KMW maupun konsultan dari luar yang 152 Pedoman Teknis

3 mempunyai kemampuan memadai. 5. Mengembangkan sistem monitoring dan pengawasan pengelolaan pinjaman bergulir sebagai upaya melakukan perbaikan terus menerus. 6. Mendorong terjadinya pelatihan di tingkat kelompok pemanfaat pinjaman baik pelatihan dasar sebelum kelompok menerima pinjaman maupun pelatihan yang bersifat teknis pembelajaran dan pengembangan usaha. 7. Memfasilitasi akses BKM/UPK terhadap sumberdaya luar yang ada, baik menyangkut dukungan keuangan maupun bantuan teknis khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan pinjaman bergulir. c) Prinsip-prinsip c.1. Pengaturan dan Pengelolaan Beberapa pengaturan serta pengelolaan pinjaman bergulir yang perlu mendapat perhatian dari BKM/UPK adalah: Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir adalah milik masyarakat kelurahan sasaran dan bukan milik perorangan; Tujuan dipilihnya kegiatan pinjaman bergulir adalah dalam rangka membantu program penanggulangan kemiskinan dan oleh karenanya harus menjangkau warga masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran utama P2KP; Pengelolaan pinjaman bergulir berorientasi kepada proses pembelajaran untuk penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat miskin, serta kegiatankegiatan produktif lainnya; Pengelolaan pinjaman bergulir dipisahkan antara BKM sebagai representasi dari warga masyarakat yang adalah pemilik modal dan mempunyai wewenang dalam tataran pengawasan dan penentu kebijakan dasar/umum serta UPK sebagai pengelola kegiatan pinjaman bergulir yang dalam batas-batas tertentu diberikan kewenangan operasional namun tetap bertanggungjawab langsung kepada BKM; Prosedur serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur pemberian pinjaman bergulir yang standar dan ditangani oleh pengelola pinjaman bergulir; Manajer pinjaman bergulir harus orang yang mempunyai kemampuan dan telah memperoleh sertifikat dari pelatihan dasar yang diadakan oleh P2KP; Pengelola pinjaman bergulir mempunyai sistempembukuan yang standar serta sistempelaporan keuangan yang memadai; Pengelola pinjaman bergulir mendapat pengawasan baik oleh BKM maupun fasilitator dan konsultan pelaksana (KMW) atau pihak yang ditunjuk proyek. c.2. Pelayanan dan Pengelolaan pinjaman. Dalam hal memberikan pelayanan pinjaman serta pengelolaan pinjaman, BKM/UPK harus memperhatikan hal-hal berikut: Pelayanan pinjaman hanya untuk calon peminjam yang sesuai kriteria kelompok sasaran P2KP yakni masyarakat miskin yang akan memulai suatu usaha yang layak dan menguntungkan serta belum pernah mendapat pelayanan pinjaman dari lembaga keuangan lainnya atau warga masyarakat non miskin yang benar-benar menjamin akan mampu menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat miskin di wilayahnya; Calon kelompok peminjam harus diberi pelatihan serta pendampingan sehingga mereka menyadari arti dan fungsi pinjaman, memahami prosedur dan mekanisme pengajuan pinjaman, mengerti tentang kriteria kelayakan, serta memahami fungsinya dalam menyusun perencanaan usaha serta mampu menganalisa rencana usaha tersebut; Kelompok peminjam setuju untuk menerapkan sistemtanggung renteng secara tertulis yang ditandatangani oleh semua anggota; Pelayanan pinjaman diberikan secara bertahap, berdasar pada catatan prestasi, dimulai dari jumlah yang kecil pada awalnya, meningkat pada tahap berikutnya sesuai kinerjanya; Peminjam dengan catatan prestasi yang bagus dapat mendapatkan pelayanan pinjaman secara terus menerus; Jumlah pinjaman harus sesuai kebutuhan akan modal dan sesuai dengan tingkat kemampuan pengembalian (mempertimbangkasn aspek cash flow); Tidak ada pinjaman untuk tujuan lain, kecuali untuk kegiatan yang bersifat produktif dalam rangka menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan bagi masyarakat Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 153

4 miskin di kelurahan setempat, serta perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin; Bunga pinjaman sedapat mungkin "berorientasi" pada tingkat suku bunga pasar dalam arti: dapat menutup biaya operasional, biaya resiko kredit macet, memelihara nilai modal awal, serta tingkat keuntungan tertentu (tentang cara bagaimana menghitung suku bunga yang berorientasi pasar lihat pada panduan khusus pengelolaan pinjaman bergulir). Dikembangkan suatu sistem dana tanggung renteng yang merupakan bagian dari komponen suku bunga. BKM/UPK tidak diperkenankan mengelola tabungan dari KSM dan/atau anggotanya, kecuali pada pasca proyek di mana BKM/UPK telah siap untuk menjadi LKM (Lembaga Keuangan Mikro) yang memadai. Namun upaya mobilisasi tabungan KSM/anggota harus tetap dimotivasi dan di tingkatkan oleh BKM/UPK sejak awal dan diarahkan untuk disetorkan ke bank terdekat sesuai pilihan KSM/anggota Kelompok Sasaran Kelompok sasaran P2KP adalah masyarakat miskin di wilayah kelurahan sasaran yang kriterianya ditentukan sendiri oleh masyarakat setempat. Hal tersebut membuat ruang yang cukup fleksibel bagi masyarakat sendiri untuk berpartisipasi dalam menentukan siapa yang mereka maksudkan sebagai masyarakat miskin tersebut. Selanjutnya sejalan dengan kebijakan diatas, kelompok sasaran untuk program pinjaman bergulir adalah rumah tangga atau keluarga miskin yang: Akan memulai usaha baru; Sudah mempunyai usaha kecil yang layak dikembangkan dan memberikan kontribusi secara langsung bagi penciptaan peluang usaha serta kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat miskin di wilayahnya; Kebutuhan modal pinjaman untuk tahap pertama tidak lebih dari Rp. 500,000,-, sedangkan selanjutnya maksimal sebesar Rp ,-. Pinjaman di atas nilai maksimum tidak dapat dilayani oleh UPK-BKM, melainkan didorong untuk memperoleh akses ke sumber/lembaga keuangan formal di sekitarnya; Memiliki motivasi dan tanggungjawab tinggi untuk mengembalikan pinjamannya. Tidak mempunyai akses atau belum terjangkau pelayanan lembaga keuangan. Langkah-langkah untuk mencapai kelompok sasaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi rumah tangga miskin oleh masyarakat melalui pemetaan kemiskinan; 2. Identifikasi rumah tangga miskin yang sesuai dengan kelompok sasaran; 3. Identifikasi calon anggota KSM (sesuai dengan kelompok sasaran P2KP) dalam rangka pembentukan KSM baru. Tahapan ini paralel dengan sosialisasi program pinjaman bergulir tentang gambaran pelaksanaan program pinjaman bergulir: sasarannya, pendekatannya, kriteria kelayakan kelompok, fungsi kelompok, proses pemilihan anggota dll. Informasi diberikan baik kepada calon anggota KSM baru maupun anggota KSM yang sudah ada (existing); 4. Menyeleksi KSM-KSM (baru dan existing) dengan menggunakan instrumen kriteria kelayakan KSM (lihat instrumen kriteria kelayakan KSM); 5. Menghindari memberikan pelayanan pinjaman kepada KSM yang tidak memenuhi kriteria kelayakan. Hanya KSM yang memenuhi kriteria kelayakan yang dilayani. KSM yang belum memenuhi kriteria diberikan pendampingan oleh fasilitator, kader dan BKM/UPK agar dapat memenuhi kriteria; 6. Mengembangkan kebijakan pemberian pinjaman (pinjaman bergulir) yang berpihak kepada kelompok sasaran utama P2KP, masyarakat miskin, seperti: Ketat dengan kriteria kelayakan kelompok sasaran utama P2KP (warga miskin); Maksimum pinjaman untuk pertama kali tidak lebih dari Rp ,- per anggota dan dapat meningkat tahap demi tahap sesuai dengan catatan prestasi-nya dan maksimum pinjaman untuk tahap-tahap berikutnya tidak lebih dari Rp 2 juta; Maksimum jangka waktu pinjaman 12 bulan, tetapi bisa kurang dari itu tergantung jenis usaha maupun putaran usahanya; Paling tidak angsuran pokok dan bunga dibayar setiap bulan, tetapi bisa lebih sering tergantung jenis usaha maupun putaran usahanya; dan 154 Pedoman Teknis

5 Tingkat bunga berorientasi bunga pasar, artinya wajar tanpa subsidi sehingga dapat menutup biaya operasi, resiko kredit, memelihara nilai modal awal dan tingkat keuntungan tertentu Kriteria Kelayakan. Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai, harus dilakukan pengujian kelayakan, baik untuk BKM/UPK, maupun untuk KSM/anggota dengan menggunakan instrumen kriteria kelayakan yang sudah disiapkan. Hanya apabila para pelaku tersebut telah memenuhi kriteria kelayakan sebagaimana diharapkan, kegiatan pinjaman bergulir dapat dimulai. KMW bertanggung jawab tentang terpenuhinya kriteria kelayakan BKM/ UPK. Sedangkan kriteria kelayakan kelompok maupun anggota menjadi tanggung jawab fasilitator dan kader masyarakat. Kriteria kelayakan tersebut adalah sebagai berikut: a) Kriteria kelayakan BKM/UPK Sebelum program pinjaman bergulir dimulai, BKM/ UPK harus memenuhi kriteria kelayakan sebagai berikut: Identifikasi awal mengenai kebutuhan pinjaman bergulir telah dilakukan dan tercermin dalam Pronangkis; Keputusan untuk melakukan program pinjaman bergulir diambil secara demokratis dan transparan yang didukung oleh warga masyarakat; Pengurus BKM telah mengikuti pelatihan pendahuluan mengenai konsepi pengelolaan pinjaman bergulir yang diselenggarakan oleh proyek; Pengurus BKM telah merekrut manajer UPK sebagai calon pengelola pinjaman bergulir dengan pengalaman yang memadai; Manajer dan staf UPK telah mengikuti pelatihan dasar pengelolaan pinjaman bergulir yang diadakan oleh proyek dan mendapat sertifikat; Pemisahan fungsi antara BKM dan UPK telah dipahami oleh kedua belah pihak: BKM merupakan representasi warga masyarakat adalah sebagai pemilik modal dan bertugas mengawasi serta membuat kebijakan umum sesuai visi, misi dan prinsip P2KP. Sedangkan UPK sebagai pengelola pinjaman bergulir mempunyai tugas merumuskan kebijakan operasional sesuai prinsip-prinsip pengelolaan pinjaman bergulir yang sehat dan bertanggung jawab ke BKM; b) Kriteria kelayakan KSM/Pengguna kredit KSM/anggota sebagai pemanfaat pinjaman harus memenuhi kriteria kelayakan. Hanya KSM dan anggota yang memenuhi kriteria kelayakan yang dapat dilayani oleh BKM/UPK. Dengan kata lain, KSM/anggota yang tidak atau belum memenuhi kriteria kelayakan tidak dapat dilayani dan harus ada pendampingan terlebih dahulu sampai KSM tersebut memenuhi kriteria kelayakan. 1. Kriteria kelayakan KSM KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat miskin; KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggotaanggotanya secara sukarela, demokratis, partisipatif, akuntabel, transparan dan kesetaraan; Paling tidak 2/3 anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin sesuai kriteria yang ditetapkan sendiri oleh BKM/Masyarakat. Pengurus KSM dipilih secara demokratis dan berfungsi secara aktif Semua anggota menyetujui aturan-aturan KSM yang disepakati bersama. Ada jadwal pertemuan teratur guna menyusun rencana kegiatan serta memonitor pelaksanaannya Mempunyai ikatan pemersatu yang kuat antar anggota. Mempunyai administrasi/pencatatan keuangan sederhana yang memadai sesuai kebutuhan Semua anggota KSM menyetujui sistem tanggung renteng dan dituangkan secara tertulis. 2. Kriteria kelayakan anggota KSM Termasuk dalam katagori keluarga miskin sesuai dengan kriteria yang dikembangkan dan disepakati sendiri oleh masyarakat; Memenuhi kriteria kategori kelompok sasaran program pinjaman bergulir P2KP; Dapat dipercaya dan dapat bekerjasama dengan anggota yang lain. Sanggup menabung secara teratur sesuai kemampuannya, dimana tabungan akan diteruskan ke bank terdekat, atas nama KSM Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 155

6 maupun pribadi. Hadir dan berpartisipasi dalam pertemuan anggotaanggota KSM guna mencermati rencana ekonomi rumah tangga, peluang usaha mikro dan kebutuhan akan kredit guna mengembangkan usahanya. Memiliki motivasi untuk berusaha dan bekerja atau dapat pula memiliki usaha dan bermaksud mendorong penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja maupun peningkatan pendapatan bagi masyarakat miskin di sekitarnya; Memerlukan tambahan modal untuk pengembangan usaha/ekonomi rumah tangganya yang besarnya untuk tahap I tidak lebih dari Rp ,- dan maksimal tidak lebih dari Rp 2 juta untuk tahap-tahap berikutnya; dan Dalam 3 tahun terakhir belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang ada Pendampingan Pendampingan atau konsultasi merupakan elemen penting dalam upaya memperkuat kemampuan pengelolaan pinjaman bergulir. Strategi pendampingan ini perlu diberikan baik kepada BKM, UPK, maupun kepada kelompok pemanfaat pinjaman. a) Untuk BKM/UPK Pendampingan untuk BKM maupun UPK dilakukan oleh berbagai pihak: 1. KMW khususnya tim pinjaman bergulir dibantu oleh Fasilitator dalam hal: Menjaga proses agar sesuai dengan tujuan, strategi dan prinsip pengelolaan pinjaman bergulir; Mendorong proses pembelajaran bagi masyarakat miskin dalam hal penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan mereka serta kegiatan produktif lainnya; Mendorong proses pembelajaran bagi pengelola pinjaman bergulir agar dana BLM dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin; Memberikan konsultasi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh BKM/UPK dalam proses pelaksanaan pinjaman bergulir. Melakukan polling resources terhadap sumber daya yang ada baik individu maupun lembaga yang mempunyai kemampuan serta kepedulian terhadap pengembangan keuangan mikro dan pinjaman bergulir. Memfasilitasi terbukanya akses bagi BKM/UPK terhadap sumber pelayanan dari luar tersebut di atas. Melakukan monitoring terus menerus terhadap kinerja BKM/UPK dalam pengelolaan pinjaman bergulir. 2. External konsultan yang ditetapkan oleh KMW yang membantu dalam hal: (bisa individu atau lembaga setempat yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pemeriksaan tingkat kesehatan lembaga keuangan mikro) Melakukan pemeriksaan serta analisis terhadap tingkat kesehatan UPK dengan memakai instrumen yang sudah ditetapkan setiap 3 bulan sekali. Memberikan rekomendasi terhadap tindak lanjut hasil analisis tingkat kesehatan UPK kepada KMW. Pada 6 bulan menjelang masa proyek berakhir, external konsultan memberikan analisis dan rekomendasi menyeluruh terhadap kondisi UPK dalam satu wilayah kerja KMW. Rekomendasi tersebut merupakan "second opinion" bagi KMW untuk menentukan UPK yang potensial, berkinerja baik, bisa lestari dan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi LKM sesuai ketentuan yang berlaku, serta UPK yang kinerjanya kurang baik, sulit berkembang secara berkelanjutan dan oleh karenanya perlu di tentukan langkah serta tindakan yang tepat sebelum proyek berakhir. b) Untuk KSM. Konsultasi serta pendampingan kelompok penerima pinjaman dilakukan oleh: 1. Kader masyarakat, Fasilitator, UPK dengan dukungan KMW, untuk: Menjaga agar KSM yang dilayani selalu memenuhi kriteria kelayakan. Menghadiri pertemuan anggota yang diselenggarakan oleh kelompok maupun pertemuan antar kelompok yang ada. Membantu menyusun proposal, pengembangan usaha maupun Ekonomi Rumah Tangga anggota. Mengembangkan berbagai sikap positip dalam berkelompok (komunikasi, kerjasama, disiplin, tanggung renteng dll). Membantu serta memfasilitasi KSM/anggota dalam hal memerlukan bantuan teknik usaha. Mendorong agar fungsi kelompok dalam 156 Pedoman Teknis

7 memperlancar pengelolaan pinjaman bergulir berjalan. 2. Lembaga external (LSM, Perguruan Tinggi, Pengusaha, Perbankan, Dinas dll) yang digalang oleh KMW atau BKM/UPK yang mempunyai kepedulian terhadap pengembangan kelompok swadaya, usaha mikro dan pinjaman bergulir): Memberikan pelatihan maupun bantuan teknis kepada KSM/anggota sesuai kebutuhannya. Memberikan pelayanan pemasaran bagi produk yang dihasilkan oleh kelompok/ anggota. Memberikan pelayanan finansial yang terintegrasi dengan pelayanan UPK. Memberikan kesempatan magang bagi kelompok/anggota di perusahaan, dan lain-lain Proses Pelaksanaan Proses pelaksanaan program pinjaman bergulir dibagi dalam tiga phase yakni: (a) Phase persiapan, (b) Phase pelaksanaan itu sendiri dan (c) Phase terminasi. Di bawah diuraikan kegiatan strategis yang perlu dilakukan pada setiap phase. a) Phase Persiapan. Phase persiapan pada dasarnya menyiapkan para pelaku terkait agar memahami konsep pelaksanaan program pinjaman bergulir dalam P2KP. Tahap persiapan ini tidak berdiri sendiri melainkan paralel dan terintegrasi dengan langkah-langkah persiapan yang dilakukan oleh proyek. Berbagai hal strategis yang perlu mendapat perhatian diuraikan pada tabel 4.1.Proses Kegiatan Phase Persiapan. b) Phase pelaksanaan Phase pelaksanaan pinjaman bergulir dapat dimulai setelah berbagai langkah strategis dalam phase persiapan dilakukan. Berbagai kegiatan strategis yang perlu dilakukan diuraikan pada tabel 4.2. Proses Kegiatan Phase Pelaksanaan Tabel 4.1 Proses Kegiatan Phase Persiapan NO KEGIATAN PELAKU HASIL YANG DIHARAPKAN 1 Penyampaian konsep pelaksanaan pinjaman bergulir dalam berbagai lokakarya/orientasi, baik di tingkat nasional, propinsi, kab/kota, maupun kecamatan/kelurahan. KMP dan KMW Kesamaan persepsi/ pemahaman dari para pelaku dalam konsep program pinjaman bergulir 2 Tim pinjaman bergulir baik di tingkat KMP maupun KMW telah ada dan siap menjalankan tugasnya. PIMPRO Tersedia tenaga ahli yang kompeten untuk pinjaman bergulir. 3 Identifikasi kebutuhan pinjaman bergulir yang tercermin dalam CDP/ Pronangkis BKM Diketahui ada / tidak adanya kebutuhan pinjaman bergulir di satu kelurahan 4 Pengujian kelayakan untuk BKM/UPK, kelompok, anggota KMW, Kader, Fasilitator, UPK BKM/UPK, KSM-KSM, anggota memenuhi kriteria kelayakan. 5 Pelatihan orientasi program pinjaman bergulir untuk pengurus BKM KMW BKM siap melaksanakan program pinjaman bergulir 6 Pelatihan dasar pengelolaan pinjaman bergulir bagi calon manajer UPK dan staf KMW UPK siap melaksanakan program pinjaman bergulir 7 Pelatihan dasar kelompok swadaya bagi kelompok calon penerima kredit. BKM, Fasilitator, Kader. KSM siap berfungsi sebagai instrumen pelaksanaan program pinjaman bergulir. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 157

8 Tabel 4.2 Proses Kegiatan Phase Pelaksanaan NO KEGIATAN PELAKU HASIL YANG DIHARAPKAN 8 Bimbingan anggota-anggota KSM dalam mengindentifikasi dan mengembangkan rencana usaha/ekonomi Rumah Tangga, kebutuhan modal pinjaman, kemampuan kembali membayar, kesanggupan melaksanakan prinsip tanggung renteng dll UPK, Fasilitator, Kader Setiap KSM mempunyai rencana usaha yang berbasis pada rencana usaha anggota. 9 Bimbingan penyusunan proposal berdasar rencana di atas UPK, Fasilitator, Kader Setiap kelompok dapat menyusun proposal yang realistis. 10 Memotivasi dan memobilisasi tabungan anggota sesuai kemampuan dan menempatkannya di bank terdekat Kelompok Anggota KSM termotivasi memupuk tabungan berdasar kemampuannya. 11 Analisa kelayakan proposal KSM oleh UPK yang berbasis pada karakter, kelayakan usaha, dan kemampuan membayar, sebelum diteruskan ke BKM untuk dikaji prioritasnya sesuai pronangkis UPK Proposal yang akan diserahkan kepada BKM untuk diprioritaskan telah disaring UPK sesuai prinsip pinjaman bergulir. 12 Penyaluran pinjaman ke KSM (bagi yang lolos) dengan surat perjanjian kredit UPK, KSM Ada pengadministrasian kredit. 13 Melakukan monitoring dan supervisi pemanfaatan pinjaman UPK, Fasilitator, Kader, KSM Pemanfaatan pinjaman oleh anggotaanggota KSM dapat terpantau. 14 Melakukan akuntansi sesuai sistemakuntansi pinjaman bergulir UPK Laporan keuangan secara rutin. 15 Supervisi pasif berdasar laporan keuangan UPK KMW, Eksternal konsultan Perkembangan keuangan UPK terpantau. 16 Kunjungan konsultasi sebulan sekali ke UPK Tim pinjaman bergulir KMW/KMP Membantu memecahkan masalah yang ada. 17 Pemeriksaan langsung setiap 3 bulan sekali untuk menentukan tingkat kesehatan UPK External konsultan Laporan analisis tingkat kesehatan UPK dan rekomendasi tindak lanjut untuk KMW. 18 Melakukan monitoring pelaksanaan pinjaman bergulir di wilayahnya berdasar SIM yang ada. SIM KMW Terjadi update data pinjaman bergulir setiap bulan. 19 Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan pinjaman bergulir di wilayahnya setiap bulan dan triwulan untuk KMP Tim pinjaman bergulir KMW Laporan setiap region tersedia. 20 Menganalisis laporan KMW dan memberikan umpan balik serta dukungan KMP Laporan menjadi alat manajemen. 21 Melakukan monitoring program pinjaman bergulir secara nasional berdasar SIM yang ada KMP Data secara nasional selalu update. 22 Melakukan pertemuan 3 bulan sekali dengan KMW dan external konsultan untuk membahas issu-issu strategis KMP Proses perbaikan lebih terkonsep. 23 Menyusun laporan bulanan maupun triwulan mengenai pelaksanaan pinjaman bergulir secara nasional untuk PMU/Proyek KMP Laporan secara nasional tersedia. 24 Membuat kebijakan yang dianggap perlu guna mendukung pelaksanaan pinjaman bergulir PMU/Proyek Ada kebijakan yang mendukung (bila perlu). 158 Pedoman Teknis

9 c) Phase terminasi Phase terminasi bukan berarti baru dilakukan menjelang proyek berakhir, melainkan sudah merupakan satu strategi yang inheren dalam setiap langkah mulai dari phase persiapan, pelaksanaan dan menjelang akhir sebuah proyek. Namun memang ada langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan pada menjelang akhir proyek agar dapat lebih menunjang kelestarian kegiatan meskipun proyek telah berakhir: Tabel 4.3 Proses Kegiatan Phase Terminasi NO KEGIATAN PELAKU HASIL YANG DIHARAPKAN 25 Mengembangkan jaringan kerjasama dengan sumberdaya luar baik LSM, perguruan tinggi, individu, pengusaha, perbankan, dinas dll yang mempunyai kemampuan dan kepedulian dalam pengembangan usaha mikro, keuangan mikro dan pinjaman bergulir KMW Ada "polling resources" 26 Membantu akses BKM/UPK, KSM/anggota terhadap berbagai sumber daya luar di atas sesuai kebutuhan. KMW Terjadi kerjasama antara BKM/UPK, KSM/anggota dengan sumberdaya yang ada. 27 Memperkuat asosiasi/forum antar BKM atau UPK atau KSM KMW, BKM, UPK, Kelompok Terdapat berbagai asosiasi/forum sesuai kebutuhan. 28 Melakukan evaluasi akhir tingkat kesehatan UPK. KMW dan External konsultan Diketahui UPK yang potensial untuk berkembang lebih lanjut dan yang tidak. 29 Menyiapkan rekomendasi bentuk bantuan teknis lebih lanjut bagi UPK yang potensial. KMW, External konsultan, KMP. Ada konsep bantuan teknis lebih lanjut bagi UPK potensial. 30 Menyiapkan rekomendasi bentuk tindakan yang harus dilakukan oleh proyek terhadap UPK yang tidak potensial untuk berkembang KMW, External konsultan, KMP Ada rekomendasi untuk UPK yang tidak potensial. 31 Mendorong secara bertahap UPK potensial dapat membayar sendiri biaya konsultasi dan supervisi paska proyek. KMW, BKM/UPK Ada kemandirian financial. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 159

10 4.8. Monitoring dan Indikator Keberhasilan Monitoring proyek secara umum bertujuan untuk mengukur kinerja proyek berdasar pada tujuan proyek yang telah dirumuskan, input, aktivitas serta output. Sedangkan monitoring program pinjaman bergulir bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanan pinjaman bergulir dari UPK kepada nasabah sehingga tujuan program pinjaman bergulir tercapai. Monitoring serta evaluasi pinjaman bergulir didasarkan pada kerangka logis (logical framework) yang telah dirumuskan dan terdiri dari 29 indikator keberhasilan yang akan digunakan untuk menguji apakah tujuan serta 5 output dari strategi pendukung telah tercapai. Adapun monitoring kinerja UPK akan didasarkan pada sistempembukuan yang standar, pengelolaan kredit dan nasabah, serta sistempemeriksaan UPK. Informasi yang akan didapat dari pelaporan tersebut antara lain: informasi pengenai transaksi pinjaman, kualitas kredit, serta tingkat kesehatan UPK. Khusus untuk pemeriksaan tingkat kesehatan UPK, KMW dapat bekerjasama dengan konsultan/lembaga external yang mempunyai kompetensi di bidang itu. a) Monitoring dan evaluasi kinerja pinjaman bergulir secara umum. Monitoring kinerja pinjaman bergulir secara umum didasarkan pada kerangka logis yang terdiri dari satu tujuan umum, satu tujuan pinjaman bergulir, 5 (lima) output/hasil pinjaman bergulir dan 29 indikator kinerja sebagaimana tertera dalam Tabel 4.4.Kerangka Logis Strategi Pengembangan Pinjaman Bergulir b) Indikator Tingkat kesehatan UPK Indikator tingkat kesehatan UPK akan dilihat dari 6 variabel yaitu: Rasio resiko saldo kredit Rasio kecukupan cadangan resiko kredit Rasio laba dibanding rata-rata aktiva produktif perbulan Rasio biaya dibanding pendapatan operasional Rasio saldo kredit dibanding dengan total aktiva Rasio aktiva bersih dianding dengan modal awal. Secara lebih rinci, uraian mengenai indikator tingkat kesehatan UPK beserta sisteminformasi keuangan pinjaman bergulir dan sisteminformasi pengelolaan kredit akan diuraikan secara tersendiri dalam panduan khusus Pengelolaan Pinjaman bergulir mengenai "Sistem Akuntansi UPK" Skema Pinjaman Bergulir a) Bunga Pinjaman Pada prinsipnya bunga pinjaman dalam rangka program pinjaman bergulir P2KP adalah menganut tingkat suku bunga yang berorientasi pada pasar. Itu berarti pinjaman bergulir akan bermain dengan bunga wajar dan tidak disubsidi. Hal ini dimaksudkan agar baik pengelola maupun peminjam tidak mempunyai anggapan bahwa kredit ini merupakan pinjaman cumacuma yang tidak perlu dikembalikan. Dengan berorientasi pasar, dimaksudkan suku bunga yang diberlakukan dapat menutup biaya pengelolaan pinjaman bergulir yang berupa antara lain: biaya dana (bila ada), biaya operasional, biaya inflasi, biaya cadangan kredit bermasalah, serta tingkat keuntungan yang diharapkan guna terus memupuk modal sendiri. Dengan demikian, di kemudian hari, penentuan tingkat bunga dari satu UPK dengan lainnya kemungkinan bisa saja berbeda tergantung berbagai komponen yang disebutkan di atas, serta kompetisi dengan lembaga keuangan mikro setempat. Untuk keperluan tersebut kepada setiap UPK harus diberikan teknik atau cara perhitungan bunga pinjaman sehingga mereka dapat melakukannya sendiri dan kemuadian mengkomunikasikannya kepada kelompok nasabah sehingga terjadi saling pengertian dan pemahaman bersama mengenai tingkat suku bunga. Untuk memudahkan UPK yang baru akan mulai beroperasi dan kemungkinan belum mempunyai kemampuan untuk menentukan tingkat suku bunga, di bawah ini dikemukakan suatu contoh cara perhitungan suku bunga yang berorientasi kepada pasar. Namun sekali lagi kepada mereka tetap harus diberikan penjelasan khusus mengenai hal tersebut, baik lewat pelatihan maupun pendampingan langsung di lapangan. Contoh perhitungan bunga yang berorientasi pasar (hanya contoh dimana pelaksaannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah di mana UPK beroperasi) Biaya dana (cost of fund) 0% Biaya operasional 8% Biaya inflasi 8% Resiko kredit macet (risk of bad debt) 5% Tingkat keuntungan yang diharapkan 3% Jaminan 5% Dana Depresiasi 5% + 33% 160 Pedoman Teknis

11 Tabel 4.4 Kerangka Logis Strategi Pengembangan Pinjaman Bergulir HIRARKI TUJUAN INDIKATOR KINERJA SUMBER INFORMASI ASUMSI PENTING Tujuan umum: Keadaan ekonomi dari masyarakat golongan miskin telah meningkat. 1. Meningkatnya omzet usaha, pendapatan, dan modal sendiri bagi warga miskin kelompok sasaran proyek. 2. Meningkatnya aset, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, bagi warga miskin kelompok sasaran proyek. Studi dampak Studi dampak Tujuan pinjaman bergulir: UPK telah meningkatkan jangkauan pelayanannya kepada kelompok masyarakat miskin dengan pola pelayanan kredit yang hati-hati serta pola pengelolaan pinjaman bergulir yang memadai. 3. Paling tidak 2/3 dari peminjam tahap pertama tidak terjangkau pelayanan lembaga keuangan yang ada dalam 3 tahun terakhir. 4. Paling tidak 2/3 peminjam tahap pertama berasal dari rumah tangga miskin yang mempunyai pendapatan setara dengan nilai/ harga 1000 kg beras dihitung dengan harga lokal perkapita pertahun. 5. Tingkat keuntungan dari penggunaan dana pinjaman lebih tinggi daripada angsuran pinjaman dan bunganya 6. Rata-rata tingkat pengembalian pinjaman setelah jatuh tempo lebih dari 90% 7. Lebih dari 80% dari jumlah UPK memiliki tunggakan pokok kredit lebih dari 1 kali angsuran kurang dari 10% terhadap posisi kreditnya. Proposal pinjaman Proposal pinjaman Studi lapangan Laporan dan Penggunaan pinjaman sesuai dengan rencana usaha untuk meningkatkan / mengembangkan usahanya. Peminjam dgn catatan prestasi baik mendapat pelayanan secara terus menerus Kondisi ekonomi makro dan kebijakan mendukung Output/hasil 1 : Dukungan pendampingan bagi UPK untuk pengelolaan pinjaman bergulir telah disiapkan. 8. Tim ahli pinjaman bergulir baik di tingkat nasional (KMP) maupun di tingkat regional (KMW) telah ada dan aktif. 9. Rancangan pelatihan, konsultasi dan sisteminformasi pinjaman bergulir telah disiapkan. 10. Semua pelaku proyek telah menerima informasi yang benar dan lengkap mengenai strategi pinjaman bergulir dan mendapatkan pelatihan/ pembekalan sesuai fungsi masing-masing. 11. Rencana pelaksanaan dan anggaran pengembangan pinjaman bergulir telah tersedia. 12. External konsultan baik individu maupun lembaga sebagai penyedia jasa layanan konsultasi dan pemeriksaan tingkat kesehatan UPK telah tersedia Laporan dan Output/hasil 2 : BKM/UPK memenuhi kriteria kelayakan dan telah disiapkan untuk mengelola dana BLM sebagai modal awal kegiatan pinjaman bergulir. 13. BKM dan masyarakat telah mendapatkan informasi yang lengkap dan benar tentang strategi pelaksanaan pinjaman bergulir. 14. BKM/UPK telah memenuhi kriteria kelayakan sebelum memulai aktivitas pinjaman bergulir 15. BKM setuju memenuhi/ mentaati aturan proyek dan dapat menerima konsultan/pengawas dari luar. Dokumen uji kriteria kelayakan BKM. Surat tertulis dari BKM BKM baru memulai aktivitas program pinjaman bergulir setelah dinilai memenuhi kriteria kelayakan. Output/hasil 3 : Kelompok calon penerima pinjaman dan anggotanya telah memenuhi kriteria kelayakan dan telah disiapkan untuk memanfaatkan pinjaman secara benar. 16. Kelompok/anggota telah memperoleh penjelasan yang lengkap tentang pengembangan pinjaman bergulir. 17. Kelompok penerima kredit dan anggotanya telah memenuhi kriteria kelayakan sebelum menerima pinjaman. 18. Kelompok telah mengikuti pelatihan dasar sebelum menerima pinjaman. Dokumen kriteria kelayakan KSM/anggota. & pelatihan. Kegiatan kelompok berkesinambungan sesuai tahapan dan fungsinya. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 161

12 Lanjutan Tabel 4.4 Kerangka Logis Strategi Pengembangan Pinjaman Bergulir HIRARKI TUJUAN INDIKATOR KINERJA SUMBER INFORMASI ASUMSI PENTING Output/hasil 4: Kemampuan UPK dalam mengelola program pinjaman bergulir telah dikembangkan 19. Skema pinjaman sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan kelompok sasaran. 20. Besarnya persetujuan jumlah pinjaman serta syarat-syaratnya mencerminkan atau sesuai dengan kebutuhan kredit, jenis pemanfaatan serta kemampuan membayar kembali kredit 21. Peminjam dengan catatan prestasi bagus akan mendapat pelayanan terus menerus. 22. Staf UPK mempunyai relasi yang baik, akrab dan mendalam dengan peminjam serta mengetahui pemanfaatan pinjaman. 23. Kualitas portpolio pinjaman meningkat dan dapat dipertahankan. 24. Pendapatan dari bunga meningkat dari waktu ke waktu sehingga dapat menutupi biaya pengelolaan yang ada. Laporan & Laporan & Laporan & Laporan & Laporan & Laporan & UPK memenuhi ketetapan proyek serta menuruti rekomendasi lembaga konsultan / pengawas. Output/hasil 5: Sistem informasi dan pengawasan UPK berfungsi dengan baik 25. UPK telah diberikan konsultasi dan pendampingan tentang bagaimana meningkatkan kinerjanya lewat kunjungan rutin oleh KMW maupun external konsultan 26. UPK menyampaikan laporan keuangan bulanan secara rutin kepada KMW maupun kepada lembaga konsultan/pengawas dari luar yang ditunjuk. 27. UPK telah diklasifikasikan sesuai tingkat kesehatan berdasar laporan keuangan bulanan (pasif) maupun kunjungan pengawasan langsung setiap triwulan (aktif) 28. Konsultan luar telah menyerahkan laporan hasil pemeriksaan /pengawasan kinerja UPK secara tepat waktu kepada KMW. 29. Hasil konsultasi dan pengawasan UPK telah di analisis oleh Tim pinjaman bergulir KMW/ KMP serta dilaporkan kepada semua stakeholder yang berkepentingan dalam bentuk laporan bulanan maupun tribulan sebagai dasar perbaikan. 162 Pedoman Teknis

13 Dalam kasus sebagaimana digambarkan di atas, suku bunga yang ditetapkan oleh UPK adalah 1,5%/ tetap perbulan atau equivalent dengan 2,77%/ menurun perbulan atau 33% efektif pertahun. Komponen dana tanggung renteng akan dikembalikan ke kelompok sebagai insentif apabila kelompok tersebut membayar tepat waktu. Dengan demikian, dari contoh tersebut sebetulnya bunga yang dinikmati oleh UPK hanya 28% efektif pertahun. b) Provisi dan administrasi Misalnya provisi dan administrasi sebesar 1% dari total pinjaman yang disetujui dan dibayar dimuka sekaligus. c) Jangka waktu pinjaman Karena sifat pemanfaatan pinjaman dalam P2KP adalah untuk modal kerja jangka pendek, maka ditetapkan jangka waktu pinjaman maksimal adalah 12 bulan dan apabila memungkinkan untuk lebih pendek akan lebih baik tergantung jenis usaha serta putaran usahanya. Jenis usaha perdagangan, warung, kaki lima, home industri dan lain-lain yang putaran usahanya setiap hari atau minggu, dapat mengambil jangka waktu lebih pendek 1-3 bulan. Sebaliknya jenis usaha seperti: penggemukan ternak, ayam petelor, mebel, usaha sayuran dan lain-lain yang putarannya memerlukan waktu 2-3 bulan, jangka waktunya harus lebih panjang dengan maksimum 12 bulan. d) Cara angsuran Cara mengangsur ditentukan oleh selain jenis dan putaran usaha, juga oleh sistem bunga yang digunakan, tetap atau menurun. Jenis usaha dengan putaran cepat seperti harian atau mingguan sebagaimana disebutkan di atas, sebaiknya mengangsur dengan cara harian, mingguan, atau paling tidak bulanan. Sebaliknya jenis usaha dengan putaran lebih lambat seperti 2 atau 3 bulanan, angsuran pokok pinjaman bisa tigabulanan atau empatbulanan tetapi bunga harus dibayar setiap bulan. Menyangkut sistem bunga yang dipakai, apabila yang dipakai bunga tetap, maka cara angsuran harus rutin setiap minggu/bulan dan terdiri dari pokok + bunga yang besarnya tetap/sama dan biasanya sudah tercantum dalam tabel. Sebaliknya, bilamana yang dipakai adalah bunga menurun, cara angsuran Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 163

14 dimungkinkan untuk angsuran pokok dibayar setiap lebih dari 1 bulan (dua bulanan, triwulan atau lebih) tetapi bunga harus tetap dibayar setiap bulan. e) Masa tenggang Karena sifat pinjamannya yang jangka pendek, sebaiknya untuk sementara tidak perlu diberikan masa tenggang terlebih dahulu. Namun kalaupun dengan berbagai alasan yang masuk akal dari sisi nasabah mereka memerlukan masa tenggang, dapat diberikan berkisar 1-2 bulan. Selama masa tenggang angsuran pokok belum perlu dibayar namun bunga harus tetap dibayar. f) Jaminan Dalam pinjaman bergulir, jaminan fisik tidak diutamakan. untuk itu, untuk menggantikannya perlu dikembangkan jaminan alternatif berupa: Kriteria kelayakan kelompok dalam arti kelompok yang memenuhi kriteria kelayakan paling tidak cukup solid dan anggotanya telah bersepakat mengenai resiko pinjaman yang akan terjadi. Dana tanggung renteng Tabungan yang dimotivasikan oleh UPK dan dimobilisasi sendiri oleh kelompok dan ditempatkan di bank terdekat sesuai pilihan kelompok. Tabungan ini juga dapat dieksekusi oleh UPK apabila terdapat tunggakan angsuran dari kelompok dengan melalui prosedur perbankan yang biasa. Mekanisme pengamanan pinjaman yang dikembangkan oleh kelompok secara internal kalau ada anggota yang wanprestasi, kelompok atau ketua mempunyai wewenang untuk menetapkan sanksi termasuk menjual barang milik pribadi yang bersangkutan, bila diperlukan. 164 Pedoman Teknis

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

PINJAMAN BERGULIR PE T U N J U K T E K N I S BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN

PINJAMAN BERGULIR PE T U N J U K T E K N I S BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN PE T U N J U K T E K N I S PINJAMAN BERGULIR KANTOR PUSAT JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru Jakarta Selatan, Indonesia - 12110 KANTOR PROYEK Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan Jakarta Pusat Indonesia

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK PELAKSANAAN PPMK Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan program lanjutan dalam PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong proses transformasi

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C18 BKM /UP - UP. Pinjaman Bergulir. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C18 BKM /UP - UP. Pinjaman Bergulir. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS BKM /UP - UP C18 Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pinjaman Bergulir 1 Kegiatan 1: Curah Pendapat

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran pada hasil Perencanaan Jangka Menengah (PJM) menghasilkan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI TERMINASI PROYEK (Exit Strategy)

BAB VI STRATEGI TERMINASI PROYEK (Exit Strategy) BAB VI STRATEGI TERMINASI PROYEK (Exit Strategy) 6.1. Dasar Pemikiran Pendampingan yang diberikan KMW ataupun fasilitator kepada masyarakat serta stakeholders lokal hanya akan berlangsung selama 24 bulan.

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia 112 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM 113 114 115 116 117 118 119 Lampiran 2. Contoh Kuitansi Penerimaan Angsuran 120 Lampiran 3. Laporan Perhitungan Tingkat Pengembalian dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) TEGAK DESA TEGAK, KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI BALI BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT BKM TEGAK DESA TEGAK KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI

Lebih terperinci

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian tentang capaian kinerja pengelolaan pinjaman bergulir pada UPK BKM Tridaya Karangwaru dari aspek penerima pinjaman (LAR),

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Desember 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007

REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 Gambaran Umum Secara umum proses kegiatan di lokasi baru mengalami keterlambatan rata-rata 1,5 bulan dari master schedule, sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas Tujuan Kegiatan Sosial Prinsip-prinsip Kegiatan Sosial Kelompok Sasaran Sumber Pendanaan Pengelolaan Kegiatan Sosial Kegiatan-kegiatan Sosial Kegiatan Murni Santunan Kejarlah Ilmu Sedari Kecil Bersama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini peneliti menggunakan acuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anwar Ramli (2011) dengan judul penelitian Analisis Pengembalian

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

ORIENTASI PEMBERDAYAAN LKM BAPEMAS JATIM 2015 OLEH : Dr. OYONG LISA CMA

ORIENTASI PEMBERDAYAAN LKM BAPEMAS JATIM 2015 OLEH : Dr. OYONG LISA CMA ORIENTASI PEMBERDAYAAN LKM BAPEMAS JATIM 2015 OLEH : Dr. OYONG LISA CMA APBD PROPINSI PEMBERDAYAAN USAHA PEMBERDAYAAN MANUSIA PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN APBD KABUPATEN PEMBERDAYAAN USAHA : Bertujuan pengembangan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Oktober 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB)

PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB) PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB) A. LATAR BELAKANG Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir (PDB)/Keuangan Mikro menjadi penting dikelola dengan baik dan terukur mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN Menjawab Pertanyaan Kajian (Analisa Kajian Data Sekunder) PT. PRISMAITA CIPTA KREASI Metode

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR 1 BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. BAB III GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Profil Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA. Triwulan 2 - Tahun 2012

PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA. Triwulan 2 - Tahun 2012 PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA Triwulan 2 - Tahun 2012 ASPEK DAN BIDANG EVALUASI KINERJA TINGKAT PROVINSI ASPEK FASILITASI ASPEK CAPAIAN INDIKATOR HASIL terdiri dari bidang2 : 1. SIM 2. PPM

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II Bab 1. Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Setiap perusahaan tentunya menginginkan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa I. PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi makro

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PNPM MANDIRI PERKOTAAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN Sleman, 7 JANUARI 2014 2 PHASE PELAKSANAAN PNPM TAHAP KEMANDIRIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah salah satu masalah kemanusiaan yang sedang dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut karena kemiskinan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BENGKAYANG, bahwa

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui. Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan

BAB II LANDASAN TEORI. Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui. Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian UPK A. Dasar Pemikiran Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan Kecamatan (PPK),UPK

Lebih terperinci

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 107/2000, PINJAMAN DAERAH *37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Februari 2011 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SEKURITISASI ASET : SURAT UTANG KOPERASI. Kemenkop dan UKM

SEKURITISASI ASET : SURAT UTANG KOPERASI. Kemenkop dan UKM SEKURITISASI ASET : SURAT UTANG KOPERASI Kemenkop dan UKM I. Latar Belakang Salah satu hambatan utama bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia termasuk juga koperasi untuk dapat bertumbuh

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci