BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control)"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control) terhadap berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat sering kali diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparaturnya saja. Memang ada benarnya bahwa di era globalisasi sekarang ini kontrol sosial oleh pemerintah yang memiliki sanksi - sanksi tegas terhadap anggota suatu masyarakat yang melanggar norma - norma yang berlaku lebih banyak dipakai dalam mengontrol dan mengawasi berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat. Tetapi sesungguhnya kontrol sosial masyarakat itu tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Reucek dalam Soekanto (1987 : 1-2) mengatakan bahwa, arti sesungguhnya dari kontrol sosial jauh lebih luas, karena dalam pengertian tersebut tercangkup segala proses baik yang direncanakan maupun tidak, bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga - warga masyarakat agar mematuhi kaidah - kaidah dan nilai sosial yang berlaku, baik yang dilakukan oleh pribadi terhadap pribadi, kelompok terhadap kelompok, kelompok terhadap anggotanya. Sejalan dengan Reucek, Soekanto (1990 : 205) mengatakan, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya, atau oleh suatu kelompok terhadap individu. Itu semua merupakan suatu proses pengendalian sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat walaupun sering kali tidak disadari. Dengan demikian maka pengendalian sosial terutama

2 bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan - perubahan yang terjadi di masyarakat. Konsep kontrol sosial yang saat ini diberlakukan di beberapa wilayah Negara Indonesia oleh para pemegang otoritas yang turut berperan serta untuk mengawasi segala perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat, dinilai masih kurang efektif dalam mengatasi berbagai macam gejala perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh warga masyarakatnya. Banyaknya kasus tawuran, perampokan, pemerkosaan, penggunaan obat - obat terlarang oleh para remaja maupun orang dewasa menjadi salah satu bukti bahwa sistem kontrol sosial yang ada saat ini masih belum efektif dalam mengendalikan berbagai perilaku yang menyimpang dimasyarakat khususnya dikalangan remaja. Ditambah lagi sekarang ini perilaku - perilaku menyimpang, seperti; kasus tawuran, perampokan, pemerkosaan, penggunaan narkoba tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, anak - anak remaja yang seharusnya belajar untuk menuntut masa depannya yang cerah bahkan ikut merajalela melakukan tindakan perilaku menyimpang. Dalam jurnal Pewarta Dinamika, Eading in Character Education, Edisi 10/2012, dikatakan bahwa seorang pelajar yang bernama Alawy Yusianto Putra Meninggal pada tanggal 24 September 2012 karena kekerasan yang dilakukan oleh pelajar lainnya yang terlibat dalam aksi tawuran antara SMA 70 dan sekolah Alwi sendiri yaitu SMA 6 Jakarata Selatan. Dalam jurnal ini juga dikatakan bahwa tawuran dikalangan pelajar juga merupakan sebuah budaya baru di sejumlah kota di Indonesia.

3 Berger dalam Bagong (2010) mendefenisikan bahwa, pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota masyarakat yang membangkang. Sementara itu menurut Reucek dalam Soekanto (1987 : 83) menyatakan bahwa, pengendalian sosial adalah proses yang direncanakan maupun tidak. Melalui proses tersebut warga masyarakat dididik, diajak, atau dipaksa untuk menganut kebiasaan kelompok. Dilain pihak, Menurut Horton dan Hunt (1996 : 176), pengendalian sosial atau kontrol sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat itu. Salah satu faktor yang mempertimbangkan mengapa warga masyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu - rambu didalam berperilaku dalam kehidupan sehari - hari ada kaitannya dengan efektif tidaknya proses sosialisasi, proses sosialisasi secara normatif tidak hanya mendatangkan manfaat bagi masyarakat, dalam arti mewujudkan tertib sosial. Disisi lain, peroses sosialisasi juga mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara individual, sehingga dengan adanya sosialisasi maka masyarakat akan mengerti tentang bagaimana seharusnya hidup menjadi anggota masyarakat yang memiliki perilaku yang jauh dari penyimpangan norma - norma dan nilai masyarakat yang dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi setiap individu dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari - hari. Dengan adanya kontrol sosial yang dilakukan melalui proses sosialisasi tersebut seharusnya dapat mengingatkan kapada masyarakat tentang tindakan -

4 tindakan yang selama ini mereka lakukan secara tidak sadar merupakan tindakan yang termasuk dalam kategori yang menyimpang. Namun karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat, serta adanya kebudayaan lokal yang membenarkan tindakan terntentu, maka bisa saja seseorang secara tidak sadar telah melakukan tindakan penyimpangan, tetapi tidak merasa bahwa dirinya telah melakukan tindakan yang menyimpang atas perilakunya. Kontrol sosial yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi oleh berbagai pihak kepada masyarakat, selain dapat memberikan pedoman kepada individu tentang bagaimana seharusnya berperilaku dalam kehidupan masyarakat dan bagaimana seharusnya sikap yang harus diambil oleh masyarakat agar tidak terpengaruh oleh sekelompok orang tertentu, juga kontrol sosial yang dilakukan tersebut seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang sangat menguntungkan masyarakat khususnya individu. Bagong (2010) menyatakan bahwa karena kontrol sosial yang berupa sosialisasi bersifat menguntungkan atau rewarding, maka seharusnya seluruh masyarakat itu bersedia untuk menerima norma - norma dari sosialisasi itu sendiri dan kemudian menginternalisasikannya dalam dikehidupan bermasyarakat yang kongkrit dan aktual tanpa paksaan dari pihak manapun. Namun realitas sekarang ini, peneliti melihat bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa proses sosialisasi norma - norma sosial sering sekali dianggap masyarakat sebagai hal yang merugikan dan membuang - buang waktu saja. Adanya pandangan seperti ini mungkin disebabkan oleh adanya anggapan masyarakat bahwa proses sosialisasi justru secara tidak langsung menuntut mereka untuk mengikuti semua nilai - nilai yang disosialisasikan,

5 sedangkan para penguasa birokarasi yang membuat kontrol sosial itu sendiri juga kerap kali melanggar nilai - nilai dan norma yang disosialisasikan ke masyarakat itu sendiri. Efek dari itu maka tidak heran kalau perilaku - perilaku menyimpang dalam masyarakat baik itu yang dilakukan oleh individu secara tunggal maupun individu secara berkelompok terus bertambah jumlahnya. Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat menyimpang dari norma yang berlaku seperti yang dikemukakan, Soekanto (1990 : ) ; (1) karena kaidah - kaidah nilai - nilai sosial budaya yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya; (2) karena kaidah - kaidah nilai - nilai sosial tidak dirasakan manfaatnya olah masyarakat; (3) karena terjadi ketidakserasian antara aspirasi dengan saluran - saluran yang tujuannya untuk mencapai cita - cita tersebut; (4) berpudarnya pegangan masyarakat pada kaidah - kaidah nilai sosial, sehingga menimbulkan keadaan yang tidak stabil. Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang adalah; (1) tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai - nilai atau norma - norma yang ada; (2) tindakan yang antisosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasan masyarakat atau kepentingan umum (tindakan kriminal), yaitu tindakan yang nyata - nyata telah melanggar aturan - aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain (Soekanto, 1990 : 205). Tindakan yang seperti ini sering kita temui misalanya: pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan berbagai bentuk tindak kejahatan lainnya, itu

6 semua merupakan sebagian contoh dari perilaku menyimpang yang secara nyata bahwa semua itu telah mengancam ketentraman masyarakat. Di era globalisasi sekarang, perilaku menyimpang rentan terjadi di masyarakat perkotaan (urban community) dan masyarakat pinggiran kota (sub urban) daripada masyarakat pedesaan (rural commuity), hal ini dikarenakan di masyarakat yang tinggal di perkotaan (urban community) atau di daerah pingiran kota (sub urban) memiliki karakteristik lebih terbuka terhadap hal - hal baru termasuk hal yang bersifat idieologi. Keadaan ini berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan, masyarakat pedesaan biasanya lebih tertutup, tidak dengan mudah menerima hal - hal yang bersifat baru, sehingga masyarakat tersebut tidak dengan mudah masuk ke dalam sebuah wacana yang bersifat menyimpang. Bagong (2010) mengatakan bahwa, semakin besar suatu kelompok masyarakat maka semakin sukarlah orang saling menginditifikasi dan saling mengenali sesama warga kelompoknya. Dengan demikian anomie social menjadi hal yang tidak dapat dihindari (keadaan tanpa norma), sehingga semakin bebaslah individu - individu untuk berbuat semaunya, dan kontrol sosial pun akan lumpuh tanpa daya. Hal yang demikian itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat tradisional (primitif) yang kecil - kecil, dimana segala interaksi bersifat langsung dan face to face dengan demikian masyarakat tradisonal (primitif) cenderung jarang terjadi berbagai pelanggaran norma - norma sosial atau perilaku menyimpang. Dalam masyarakat tradisional (primitif) kontrol - kontrol sosial yang berlaku bersifat tradisional (informal), biasanya hanya berbentuk ejek - ejekan dan sindiran, namun karena semua anggota masyarakat

7 dari kelompok tradisional ini saling mengenal maka ejek - ejekan dan sindiran yang dilakukan sebagai kontrol sosial cukup efektif dalam mengendalikan perilaku - perilaku meyimpang yang dilakukan oleh kelompoknya. Terlepas dari itu tidak heran jika kontrol sosial yang diberlakukan di daerah - daerah yang berada di kawasan pinggiran kota terlihat melemah dalam mengatasi dan mengendalikan berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat. Hal ini dikarenakan daerah pinggiran kota (sub urban) juga memiliki karakteristik masyarakat yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Perubahan sosial, ekonomi, politik, teknologi telah merubah daerah pinggiran kota menjadi daerah tak kalah maju dengan perkotaan. Tidak jarang, terlihat banyak sekali daerah pinggiran kota telah berubah menjadi daerah kawasan elit perumahan. Perubahan yang semacam ini juga tidak hanya terlihat dalam karakteristik fisiknya saja, tetapi hal ini juga diikuti oleh perilaku masyarakat yang tinggal di daerah itu. Masyarakat yang materialis, individualistik juga menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri akibat adanya perubahan ini, sehingga individu yang tidak mempunyai kemampuan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sering sekali menghalalkan segala cara untuk memenuhinya. Hal - hal yang demikian akhirnya menjadi pemicu timbulnya masalah perilaku menyimpang di masyarakat, seperti misalnya masalah perilaku menyimpang yang dilakukan secara berkelompok yaitu Geng Motor. Geng Motor merupakan salah satu contoh dari kelompok sosial yang pada dasarnya kelompok tersebut diikat oleh persamaan tujuan, hobi atau dengan kata lain kelompok yang tergabung dari orang - orang yang memiliki kecintaan

8 terhadap motor, kemudian seiring dengan perkembangan waktu kelompok tersebut berubah menjadi puluhan atau bahkan ratusan orang. Untuk menunjukan identitas mereka kepada masyarakat kemudian kelompok - kelompok tersebut melakukan aktivitas - aktivitas yang meresahkan masyarakat sekitarnya, seperti: kebut - kebutan di jalan, tawuran sampai merampok pengguna jalan di sekitar mereka, dan lain - lain. Dalam Web Blog yang ditulis Sigit (2011) menyatakan bahwa, Geng Motor adalah sebuah kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif dengan paguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis. Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya keyakinan/anggapan/perasaan bersama (collective belief). Keyakinan bersama itu bisa berbentuk, katakanlah, siapa yang cenderung dipersepsi sebagai maling (dan oleh karenanya diyakini pantas untuk dipukuli); atau situasi apa yang mengindikasikan adanya kejahatan (yang lalu diyakini pula untuk ditindaklanjuti dengan tindakan untuk, katakanlah, melawan). Terkait dengan keberadaan Geng Motor, dalam skripsi Hutabarat (2011), menyatakan bahwa keberadaan Geng Motor itu sendiri sebenarnya sudah ada dari tahun 1978, yang dulu namanya melegenda adalah Geng Motor Moonraker. Kota tempat tumbuh dan berkembangnya geng - geng motor adalah kota Bandung. Namun seiring dengan berkembangnya zaman kini mereka mulai menjalar ke daerah - daerah seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon, Subang, Medan dan sejumlah kota besar lainya. Namun belakangan ini

9 geng motor tidak hanya banyak ditemukan dan melakukan aksi - aksi anarkis mereka di kota - kota besar saja, di sekitar daerah pinggiran kota seperti Desa Bandar Khalipah keberadaan Geng Motor juga telah ditemukan di sekitar daearah yang tak jauh dari Desa Bandar Khalipah bahkan istilah Geng Motor bukan lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian masyarakatnya. Berdasarkan observasi awal saya terkait keberadaan Geng Motor di Desa Bandar Khalipah bahwa, Geng Motor sudah ada sejak 3 tahun terahir ini, tapi Geng Motor itu sendiri bukan berasal dari Desa Bandar Khalipah. Mereka biasanya datang dari Kota Medan dan melakukan Konvoi dari jalan Desa Lau Dendang (10 km dari Desa Bandar Khalipah) sampai akhirnya berhenti di sekitar Pasar 12 (dulu kebun sawit sekarang tanah garapan). Aksi - aksi mereka bervariasi mulai dari tawuran dengan pemuda - pemuda setempat yang tidak mau gabung dengan geng mereka, menghancurkan ruko - ruko para pedagang Baju Monja (bekas) di pasar 12, tidak membayar uang saat mengisi bensin di SPBU dan lain sebagainya. Desa Bandar Khalipah merupakan suatu kawasan pinggiran kota (Sub Urban) dan Seiring dengan perkembangan dan kemajuannya Desa Bandar Khalipah tersebut juga telah mengalami berbagai perubahan sosial yang lebih maju baik secara sosial, ekonomi, politik dan lain - lain. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya tingkat heterogenitas dari kelompok masyarakatnya dan juga ditandai dengan lengkapnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat, seperti misalnya rumah sakit, swalayan, sekolah, sehingga seiring dengan

10 kemajuannya tersebut tingkat perilaku menyimpang yang mengarah pada kriminalitas juga ikut meningkat sesuai dengan perkembangan desa tersebut. Melihat keadaan seperti itu maka penulis tertarik menjadikan Desa Bandar Khalipah untuk sebagai lokasi penelitan skripsi yaitu tentang Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Geng Motor. Studi di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Penelitian tentang Geng Motor itu sendiri sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun dalam penelitian ini penulis tidak akan membahas dan meneliti secara mendalam tentang bagaimana keberadaan Geng Motor dalam melakukan aksi - aksi brutalnya atau faktor - faktor pemicu banyaknya Geng Motor sekarang ini, namun dalam penelitian ini peneliti lebih mendalami tentang bagaimana peran dari para penguasa birokrasi, keluarga, aparat keamanan, juga kontrol sosial masyarakat yang lainnya dalam melakukan pengawasan terhadap anak - anak remaja sehingga tidak terjerumus dan bergabung dalam sebuah kelompok sosial yang menyimpang dan meresahkan masyarakat seperti Geng Motor. Selain itu, peneliti juga akan meneliti tentang makna tindakan/perilaku Geng Motor berkenaan dengan banyaknya reaksi dari masyarakat yang telah memberikan caap (lebeling) yang negatif terhadap Geng Motor, dan juga bagaimana respon dari anggota Geng Motor terhadap kontrol sosial sosial.

11 1. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk kontrol sosial Pemerintah Desa Bandar Khalipah terhadap perilaku Geng Motor? 2. Bagaiamana kontrol sosial masyarakat terhadap Geng Motor di Desa Bandar Khalipah? 3. Bagaimana makna dan respon dari perilaku anggota Geng Motor terhadap kontrol sosial? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kontrol sosial Pemerintah Desa Bandar Khalipah terhadap perilaku Geng Motor. 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kontrol sosial masyarakat terhadap Geng Motor di Desa Bandar Khalipah. 3. Untuk mengetahui bagaimana makna dan respon dari perilaku Geng Motor terhadap kontrol sosial.

12 1. 4. Manfaat Penelitian Setiap penelitian mampu memberikan manfaat, baik itu untuk diri sendiri, orang lain maupun ilmu pengetahuan. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kajian referensi dalam dunia pendidikan khususnya dalam ilmu sosiologi yang mengkaji berbagai fenomena - fenomena masyarakat yang berkaitan dengan pengawasan sosial, perilaku menyimpang dan juga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada masyarakat dan pemerintah dalam mengambil berbagai kebijakan sosial yang efektif demi terciptanya ketertiban sosial di masyarakat. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah khususnya yang berhubungan dengan upaya dalam mengendalikan atau mengawasi banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja seperti Geng Motor. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada agen kontrol sosial dalam mengambil kebijakan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini nantinya juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak agen kontrol sosial dalam mengatasi banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja dan juga menjadi salah satu kajian refrensi bagi pihak - pihak yang mempunyai peran dalam mengambil kebijakan sosial untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mengganggu ketertiban masyarakat atau bahkan meresahakan masyarakat, seperti misalnya perilaku Geng Motor.

13 1.5. Defenisi Konsep Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kontrol Sosial Pemerintah Kontrol sosial adalah pengawasan dari kelompok terhadap kelompok atau individu lain untuk mengarahkan peran individu atau kelompok sebagai bagian dari masyarakat agar tercipta situasi kemasyarakatan yang sesuai dengan harapan sosial yaitu kehidupan sosial yang konformis (Kolip, 2010). Dari pengertian tersebut, maka kontrol sosial pemerintah dalam hal ini adalah peran atau upaya yang dilakukan oleh lembaga lembaga yang berada dibawah sistem pemerintahan, seperti Pemerintah Desa Bandar Khalipah, lembaga kepolisian, lembaga pendidikan yaitu dengan tujuan untuk mengendalikan atau mengkontrol banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti perilaku Geng Motor. 2. Kontrol Sosial Masyarakat (Society) Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh seluruh lapisan atau anggota masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Bandar Khalipah dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, baik itu kontrol yang dilakukan oleh kepala keluarga, tokoh yang dituakan, tokoh agama. 3. Pengendalian Sosial Secara Preventif Merupakan salah satu tahap yang utama yang dilakukan oleh lembaga agen sosiolisasi atau kontrol sosial sebagai upaya dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, baik

14 yang dilakukan dengan cara - cara, seperti : sosialisasi, himbauan, mengarahkan, mengawasi. 4. Pengendalian Sosial Secara Persuasif Merupakan salah cara yang dilakukan oleh lembaga agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor yaitu dengan cara - cara seperti : membujuk dan mengajak secara lebih inten, merayu, memberikan imbalan. 5. Pengendalian Sosial Secara Represive Adalah salah satu cara yang dilakukan oleh agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, yaitu dengan cara memberikan hukaman yang berupa sanksi sosial, sanksi administrasi, dan sanksi hukum. 6. Pengendalian Sosial Secara Coersive Merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang, yaitu dengan cara memberlakukan tindakan kekerasan fisik dan tindakan yang berupa ancaman, seperti memukul, menampar, mengeroyok. 7. Perilaku Menyimpang (Deviance) Yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai - nilai dan norma - norma yang berlaku di masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan terhadap kaidah dan nilai - nilai yang berlaku di masyarakat, seperti misalnya tawuran, penggunaan obat terlarang, mencuri, bergabung dengan kelompok yang menyimpang seperti Geng Motor.

15 8. Geng Motor Merupakan suatu kelompok sosial yang pada dasarnya kelompok tersebut diikat oleh persamaan tujuan, hobbi atau dengan kata lain kelompok yang tergabung dari orang - orang yang memiliki kecintaan terhadap motor, kemudian seiring dengan perkembangan waktu kelompok tersebut berubah menjadi puluhan atau bahkan ratusan orang. Untuk menunjukkan idendititas mereka kepada masyarakat kemudian kelompok - kelompok tersebut melakukan aktivitas - aktivitas yang meresahkan masyarakat sekitarnya, seperti: kebut-kebutan, merampok pengguna jalan raya, membuat keributan, dan lain - lain. Itu semua terjadi karena adanya perasaan/keyakinan yang sama terhadap suatu hal tertentu sehingga mereka cenderung untuk melakukan tindakan yang disepakati oleh kelompok, meskipun seringkali tindakan itu adalah tindakan yang menyimpang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ Sisi Menarik Fenomena Perilaku Menyimpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara yang berdasarkan hukum, atau sering disebut sebagai negara hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara hukum yang selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

PERILAKU MENYIMPANG.

PERILAKU MENYIMPANG. PERILAKU MENYIMPANG http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ FENOMENA PERILAKU MENYIMPANG Bisakah dikategorikan sebagai fenomena yang menarik untuk dibicarakan, mengapa? Apa sisi menarik dari perilaku menyimpang?

Lebih terperinci

Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial

Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pokok materi Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengertian Pengendalian sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengertian & jenis-jenisnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aparat pamong praja kota Sibolga menjalankan tugasnya sesuai dengan Pasal 4 PP Nomor 6 Tahun 2010, jadi peraturan tersebut bukan hanya menjadi sebuah teori, tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang- 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI tahun 1945), mengatur setiap tingkah laku warga negaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu berubah sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek

Lebih terperinci

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

Lebih terperinci

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas XIX Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai komunitas anak nakal yang ada Di

Lebih terperinci

Kontrol Sosial. Pengantar Sosiologi

Kontrol Sosial. Pengantar Sosiologi Kontrol Sosial Pengantar Sosiologi Kompetensi yang ingin dicapai dari materi kuliah ini: Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan definisi kontrol sosial; 2. Memahami macam/bentuk sarana kontrol sosial; 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB 6 PENGENDALIAN SOSIAL

BAB 6 PENGENDALIAN SOSIAL YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di tengah-tengah masyarakat selalu mengalami perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara tanpa memiliki aparat yang melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat, maka negara tersebut tidak akan mampu bertahan lama, karena pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai harapan bangsa, negara dan agama senantiasa menarik perhatian banyak pihak, baik oleh orang tua, pendidik, pemerintah maupun anggota masyarakat.

Lebih terperinci

KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL

KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL Dosen Pengampun : Antonius Ng Cambu S.Sos.,M.I.Kom Mata Kuliah : Pengantar Antropoligi Disusun Oleh Kelompok 4 Risal.A (201663301053) (kk) Risdayanti (201663201052) Rasdi Adnan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SOSIAL. b. Pengawasan individu dengan kelompok.

PENGENDALIAN SOSIAL. b. Pengawasan individu dengan kelompok. PENGENDALIAN SOSIAL 1. Pengertian Pengendalian Sosial Manusia dalam kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya timbul masalah, misalnya terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Publik Jakarta tersentak tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengendalian Sosial Pada Pelanggaran Lalu Lintas Sepeda Motor Oleh Pelajar SMA di Kota Tasikmalaya, maka diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari masalahmasalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin modern suatu masyarakat, semakin banyak bidang-bidang kehidupan yang di atur oleh hukum. Hal ini terutama disebabkan oleh karena suatu masyarakat modern

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modernisasi dan globalisasi seperti pada saat ini dimana IPTEK berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi secara radikal. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekanbaru adalah kota terbesar yang berada pada posisi ketiga jumlah penduduknya setelah Medan dan Palembang di Pulau Sumatra. Mengingat arus migrasi yang masuk ke Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena memprihatinkan yang terjadi pada bangsa ini adalah meningkatnya angka kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Komnas Perlindungan Anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, maka globalisasi yang paling sukses disepanjang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dikaji dengan beberapa teori yang berkaitan, pada tahap berikutnya penulis memaparkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang berkualitas. Maka untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaturan atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaturan atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian kejahatan 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Penanggulangan Kejahatan Upaya penanggulangan kejahatan dapat juga diartikan politik kriminal sebagai pengaturan atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di masa depan. Untuk itu,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu dipahami dan dihayati agar setiap membentuk hukum dan perundang-undangan selalu berlandaskan moral,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) prilaku atau tindakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) prilaku atau tindakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang adalah prilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara

Lebih terperinci

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan 52 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor di Bandung Jawa Barat yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia otomotif di Indonesia semakin bertambah maju dan berkembang sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil dengan merk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu lintas yang dilakukan di SMA Negeri I Cipatat maka penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu kota yang dikenal sebagai kota kembang, Bandung menyediakan sarana pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas dan perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa hak beragama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah menetapkan cita cita dan tujuan yang hendak dicapai, sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angka kecelakaan lalu lintas yang selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat setempat pelakunya mulai dari pelajar SMP bahkan pelajar SMA kegiatan mereka tidak lain hanya

Lebih terperinci

SOSIOLOGI X PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN

SOSIOLOGI X PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi

Lebih terperinci

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam teori domain menurut Benjamin S Blom dkk, diutarakan 3

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam teori domain menurut Benjamin S Blom dkk, diutarakan 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu ataupun masyarakat adalah sebagai kesatuan individuindividu yang mempunyai berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mudahnya mengakses berbagai informasi, pengetahuan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mudahnya mengakses berbagai informasi, pengetahuan penggunaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat cepatnya arus globalisasi, seiring dengan diikutinya peningkatan kemajuan tekhnologi yang tentunya memberikan nilai tambah dengan mudahnya mengakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penegakan hukum di masyarakat pada dewasa ini menjadi suatu hal yang dipertanyakan keberhasilannya, karena proses penegakkan hukum sering kali dijumpai hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Suatu proses masa yang semua anak manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya terhadap lalu lintas. Semakin banyakn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi dikatakan sebagai tonggak awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga membawa dampak perubahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi lalu lintas di jalan raya semakin padat, bahkan bisa dibilang menjadi sumber kekacauan dan tempat yang paling banyak meregang nyawa dengan sia-sia. Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kategori negara berkembang dan tentunya tidak terlepas dari permasalahan kejahatan. Tindak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan dihasilkan berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebagai berikut: 1.1.1 Hubungan antar kaum muda di Kecamatan Padang

Lebih terperinci