BAB II LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN NIAS
|
|
- Devi Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN NIAS Pada bab II akan dijelaskan secara singkat gambaran mengenai suku yang menjadi bahan penelitian penulis. Penjelasan meliputi sejarah suku Nias, kontak eksternal, masyarakat Nias di Medan, bahasa, dan sistem kekerabatan. Lebih jauh akan dijelaskan sistem kepercayaan masyarakat setempat untuk mengetahui agama leluhur dan masuknya agama-agama yang lain mengingat tulisan ini membahas Zinunö yang digunakan oleh jemaat BNKP. Aspek-aspek lain yang penting dibahas adalah kesenian lokal yang menjadi kebudayaan masyarakat setempat. Berikut adalah uraian tersebut secara umum. 2.1 Sejarah Suku Nias Suku Nias adalah kelompok dominan masyarakat yang mendiami Pulau Nias, termasuk wilayah-wilayah Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, dan Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha". Ono artinya anak atau keturunan dan niha artinya manusia dan Pulau Nias disebut sebagai "Tanö Niha". Tanö adalah tanah dan niha adalah manusia (Zebua, 2008:1). Latar belakang sejarah orang Nias dapat dilihat dari dua perspektif: Non ilmiah (kepercayaan lokal yang bersifat lisan) dan ilmiah (data-data sejarah/teoritis). Dari perspektif non ilmiah, masyarakat Nias memiliki mitologi tersendiri mengenai 17
2 asal- usul mereka. Hal ini dapat diketahui dari cerita legenda, dan syair yang disebut hoho. Hoho yang yang berkembang di Nias menyebutkan bahwa penguasa alam semesta adalah Lowalangi, atau sering disebut Langi Sagoro. Langi memiliki 2 orang istri yang pertama adalah Sirici yang kemudian melahirkan Bela, sedangkan istri kedua bernama Sinaria yang kemudian melahirkan Nadaoya. Suatu hari Langi Sagoro memerintahkan putrinya Bela untuk turun kebumi menggunakan liana laraga yaitu sejenis tumbuhan yang biasa merambat dipohon. Onombela dikenal memiliki kulit yang sangat putih dan cantik parasnya. Karena kecantikan yang dimilikinya membuat onombela khawatir akan keselamatannya dan memilih untuk bersembunyi di hutan dan digoa. Onombela memiliki kekuasaan atas hutan dan segala jenis binatang yang ada. Onombela inilah yang kemudian menjadi leluhur ono niha. (Hammerle 2008: ). Namun demikian, legenda ini adalah sejarah lokal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Disisi lain, ada berbagai spekulasi teoritis mengenai asal- usul orang Nias Dari perspektif ilmiah, banyak studi yang telah dilakukan untuk mengetahui asalusul Suku Nias, antara lain studi- studi yang dilakukan Sony Wibisono 7, Herawati Sudoyo 8, Prof. Harry Truman Simanjuntak 9, dan Mannis van Oven 10. Beberapa diantaranya berpendapat bahwa Pulau Nias sudah dihuni manusia sejak tahun silam; mereka bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa 7 Penelitian Arkeologi Nasional 8 Deputi Direktur Lembaga Eijkman 9 Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta 10 Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam 18
3 paleolitik 11.Prof. Simajuntak lebih jauh menegaskan akan adanya indikasi bahwa Pulau Nias sudah dihuni sejak tahun lampau. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh 12 Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam 13 (F. Zebua 2008:4). Penelitian genetika terbaru menemukan bahwa masyarakat Nias, Sumatera Utara, berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenek moyang orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina tahun lalu. Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam beserta dengan tim meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias dan memaparkan bahwa dari semua populasi yang telah diteliti, kromosom- Y dan mitokondria- DNA orang Nias sangat mirip dengan masyarakat Taiwan dan Filipina 14. (Oven 2000: ). Zebua didalam bukunya, Kota Gunungsitoli: Sejarah Lahirnya dan Perkembangannya, mengungkapkan bahwa asal usul leluhur pertama Ono niha turun dari negeri asalnya Tetehöli Ana'a ( kira-kira dari Indocina-Vietnam sekarang) antara BC. Mereka berjumlah 5 orang yang disebut Silima Börödanömö ( Lima Induk Puak) datang berurutan dalam selang waktu yang relatif singkat. Ketika para leluhur pertama itu tiba di Tanö Niha, tidak seorang pun manusia yang 11 Paleolitik (palaeolithic) adalah sebuah terminologi didalam antropologi yang menegaskan sesuatu yang berhubungan dng penamaan tingkat tradisi kebudayaan atas dasar teknik pembuatan alat batu dari masa berburu dan mengumpulkan makanan (Kamus Antropologi, 2006:127) 12 Nama salah satu kota di Vietnam 13 Harian Kompas Selasa, 16 April Oven van Mannis Unexpected Island Effects at an Extreme:reduced Y- Chromosome and mitochondrial DNA diservisity in Nias dalam jurnal Moleculer Biology and Evolution Vol.10(8) hal
4 mendahului mereka sehingga mereka dan keturunan mereka menjadi etnis pertama dan penduduk asli di TanöNiha dan kepulauan sekitarnya. Keturunan dari masingmasing leluhur Silima Börödanömömemakai identitas. Mula-mula mereka memakai istilah ono (anak) atau iraono (jamak dari anak), misalnya ono Delau,ono Dohulu, iraono Lase, iraono Huna dan sebagainya. Tetapi kemudian pada zaman pemerintahan Belanda (sewaktu dikeluarkan zirat Pas yaitu sejenis Kartu Penduduk) mulai dipergunakan istilah mado (dari madou artinya cicit-piut, bani). Istilah mado bukan hanya diambil dari nama leluhur pertama itu tetapi juga dari nama leluhur berikutnya yang lebih terkenal jaya menurut mereka (menurut gelar karena pesta adat"owasa 15 "). Sebutan Nias yang dikenal sekarang ini sebenarnya bukanlah merupakan bahasa asli ono niha (orang Nias). Dalam bahasa Nias, orang Nias menyebut diri mereka sebagai ono niha (anakmanusia) dan tempat mereka berada sebagai Tanö niha (tanah manusia). Istilah Niaskemungkinan merupakan istilah yang ditimbulkan semasa penguasa bangsa barat, yangkarena faktor bahasa menyebutkan istilah niha dengan nihas (Nias). Perubahan nama inijuga terjadi dalam menyebutkan nama-nama berbagai tempat di Nias, seperti KotaGunungsitoli yang dalam bahasa dahulu kala disebut luaha. Nama Gunungsitoli kemungkinan berasal dari kata onozitoli yang merupakan nama suatu daerah di dekat Gunungsitoli sekarang ini. 15 Owasa merupakan sebuah istilah yang menggambarkan pesta adat besar-besaran yang dilakukan selama berhari- hari bahkan berminggu-minggu dengan menggunakan musik yang tak putus-putusnya dan mengorbankan beratus-ratus babi. Owasa dilakukan untuk merayakan sebuah kebahagiaan atau menobatkan seorang balugu(petinggi adat). 20
5 Terlepas dari spekulasi-spekulasi yang sudah disampaikan baik secara ilmiah maupun secara lisan, orang Nias sudah tinggal di pulau Nias sejak zaman dahulu. Mereka berkembang tidak saja dalam hal agama dan kepercayaan tetapi juga dalam hal pendidikan, ekonomi, teknologi, maupun politik. Sementara terkait asal- usul leluhur orang Nias masih belum diketahui secara jelas dan pasti. Kendatipun demikian dari manapun Ono Niha berasal, mereka telah membangun sistem kehidupannya baik organisasi sosial, sistem kepercayaan, kearifan lokal, maupun bidang kesenian Kontak Dengan Ekternal Kontak Dengan Orang Aceh Pada tahun 1058 H atau 1639 AD, dari Preumbeue- Melaboh (Aceh Barat), seorang Aceh bernama Lebai Pulit alias Tengku Polem membawa perahu seorang diri terdampar di kuala sungai Laraga dekat Kampung Luahalaraga (Pusat Kerajaan Laraga). Karena dia dianggap "emali dawa Ace" (orang Aceh penculik dan perampok), penduduk menangkapnya dan dianiaya kemudian dihadapkan kepada Raja Laraga, Tuhenori Balugu Samono Tuhabadano Zebua. Setelah melalui proses, ia ditawan dan dikurung selama beberapa waktu.kemudian baginda Harimao Harefa dengan puteranya dari Onozitoli datang dan Luahalaraga menanyakan perihal Tengku Polem. Setelah di mengerti maka mereka meminta kepada Raja Laraga untuk menebusnya. Raja Laraga mengizinkannya, sehingga ia dibawa ke Onozitoli dan menjadi pekerja dalam keluarga Harimao Harefa. 21
6 Beberapa tahun kemudian, karena telah bekerja baik dan jujur, maka Tengku Polem dikawinkan dengan Kabowo, anak perempuan Harimao Harefa (dengan sistim Ono Yomo = menantu yang diangkat anak sementara). Dan perkawinan itu, mereka mendapat anak laki-laki: Simaoga (Simeugung) dan perempuan Siti (Siti Zohora). Setelah baginda Harimao Harefa meninggal dunia, Tengku Polem bersama dengan ipar-mertuanya Ko owa Kehemanu Harefa (dengan saudara Fagowa dan Kehomo) pindah dari Onozitoli. Mula-mula mereka bermukim di Osalafakhe-Turewodo, lalu di Tetehosi Miga, terus di Dahana uwe (desa Lasara sekarang). Untuk sementara Tengku Polem sekeluarga tinggal bersama ipar-mertuanya Ko owa Kahemanu. Kemudian kepadanya diberikan tempat pemukimannya di Siwulu (desa Mudik sekarang). Setelah bermukim di Siwulu, Tengku Polem menyuruh anaknya Simeugang belajar Agama Islam di Meulaboh sampai belasan tahun di sana Kontak Dengan Orang Minangkabau Pada tahun 1109 H (1669 AD), sebuah perahu layar dari Minangkabau menuju Aceh Barat diserang angin taufan, sehingga terdampar di Teluk Tolubalugu (Teluk Belukar sekarang, 15 km dari Gunungsitoli). Setelah mendapat informasi dari penduduk setempat, perahu tersebut kembali berlayar melalui pelabuhan Luahanou di Gunungsitoli. Pemimpinnya ialah Datuk Ahmad Caniago bersama dengan Ahmad Linto (Rinto), dan Datuk Kumango serta beberapa teman lain. Mereka berasal dari Kampung Dalam, Negeri Pariaman, Padang Panjang, Luhak Tanah Datar, 16 Zebua. F, Kota Gunungsitoli Sejarah Lahirnya dan Perkembangannya, Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, 2008, hal
7 Minangkabau. Mereka berlabuh di Luahanou. Tidak berapa lama kemudian mereka dapat menemukan Tengku Polem di Siwulu. Mereka itu disebut "Dawa Ndare" dan "Dawa Kumango" Kontak Dengan Etnis Melayu Lainnya A. Etnis Melayu Selain Etnis Aceh dan Minangkabau yang berdomisili di Mudik dan tim tersebut di alas, masih ada etnis laindari Sumatera, yang datang dan tinggal menetap di Nias, terutama sekitar Gunungsitoli. Mereka semua disebut "Dawa Melayu" (Etnis Asing Beragama Islam). B. Akibat Kehadiran Orang Melayu / Dawa Melayu Kehadiran mereka di Nias umumnya dan di Gunungsitoli khususnya membawa kekacauan, bencana dan penderitaan penduduk, kehancuran Banua dan Ori. Tentang "Dawa Melayu" ini perlu disimak kembali tulisan Schroder: "Dua bangsa mengeksploitasi keadaan ini untuk diri sendiri dan menghasut sebanyak mungkin permusuhan di antara mereka. Mereka itu adalah orang Aceh dan Melayu yang bermukim di sini. Dari semua daerah di Sumatera, terdapat orang Melayu yang berhimpun di sini, di antaranya pencari harta dan pelarian karena kejahatan". Menurut penyelidikan Zebua, mereka berasal dari Mukomuko, Priaman, 17 Ibid, hal.81 23
8 Priangan (dekat Padang Panjang), Surabaya, Tarusan, Teloksemawe. Sedangkan kebanyakan etnis asing yang lain itu diketahui berasal dari Aceh, Bugis, Melayu atau Arab. Dengan nada serupa, majalah Tijdschr N.I.,berkata: "Pelabuhan-pelabuhan ini (utara) menjadi tempat pelarian untuk orang-orang demikian dan daerah-daerah lain yang mencoba mengingkari pemerintahan gubernemen". Sumber lain mengatakan: "mereka bersikap angkuh terhadap orang-orang Nias, mengikatnya dalam dagang dan mencari keuntungan dengan segala cara yang memungkinkan dengan mengorbankan orang Nias. Beberapa orang berhasil mengangkat dirinya sebagai Kepala Kampung atau Kepala Negeri-negeri kecil dan berlindung di belakang sejenis pertahanan Gubernemen Belanda... Rupa-rupanya mereka terlalu lemah atau tak acuh untuk melindungi penduduk dengan kekerasan atas keberanian orang-orang asing itu" Kontak Dengan Orang Belanda A. Kedatangan Orang Belanda Bangsa atau Orang Belanda dipanggil oleh Ono Niha sebagai Dawa (Naha) Balanda" sedang Orang Inggris disebut "Dawa / Niha Hagori. Orang Belanda yang datang di Nias berstatus dua, yaitu: mula-mula ( ) selaku pedagang, dengan nama organisasinya "Vereniging de Oost Indische Compagnie" alias VOC (= Perserikatan Dagang Hindia Timur). Dari istilah Compagnie (Kompeni), timbul istilah rakyat "komboni" (gomboni) Balanda; kemudian dengan status Pemerintah 18 Op.cit, hal
9 dengan status Pemerintah Penjajah, yang disebut Gouvernement Nederland Oost Indie (= Pemerintah Hindia Timur Belanda). Karena rakyat telah biasa menyebut Belanda Pedagang adalah Komboni, maka Pemerintah Penjajah pun disebut saja Komboni, walaupun sebenarnya manurut bahasa Melayu, Gubernemen adalah Pemerintah (dari Gouverment), yang kemudian dibahasaniaskan oleh rakyat dengan kata "famareta". Orang Belanda yang pertama kali datang di Tanö Niha ialah Davidson, Kepala Cabang VOC di Baros, untuk meneliti keadaan di Tanö Niha. Belai mencari kemungkinan diadakannya hubungan dagang, dengan mengunjungi pelabuhanpelabuhan sekeliling Tanö Niha pada tahun Di samping tujuan utama ini, ia juga melaporkan bahwa ia telah melihat adanya pergaulan orang Nias dengan orang Melayu dan Agama Islam telah berpengaruh terhadap kehidupan kebudayaan dan kepercayaan Nias Kontak dengan Orang Inggris Pada tahun 1756, orang Inggeris yang disebut "Dawa Hagori" merebut Tanö Niha bagian Utara dari VOC Belanda, termasuk Gunungsitoli. Sebagai tanda daerah yang telah dikuasai mereka memancangkan tiang bendera yang terbuat dari besi. Tiang itu disebut "mandrera, masih terdapat di pinggir sungai Nou sebelah utara (sebentang desa Dahana, kira-kira 4 km dari Kota Gunungsitoli). Bukti ini menandakan bahwa Kota Gunungsitoli pernah diduduki Inggris. Sungguhpun demikian, kenyataannya menunjukkan bahwa aktivitas Inggeris di daerah ini tidak ada. Beberapa penulis tentang Nias hanya mencatat tahun masa penguasaan lnggeris 25
10 tersebut. Jadi baik-buruknya, manis-pahitnya kekuasaan Inggeris di daerah ini atau di kota Gunungsitoli hingga tahun 1825, tak ada dalam catatan sejarah Kontak dengan Orang Jepang Pada masa perang Dunia II di Asia, Jepang menaklukkan Negara-negara jajahan Hindia Belanda secara serempak. Jepang menyerang Belanda di Indonesia pada Tanggal 8 maret Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati-Jawa Barat. Sejak Itu, Jepang yang berkuasa di Indonesia, termasuk di daerah Nias. Dalam bulan Maret 1942, tentara dan pemerintah (Dai Nippon) jepang tiba di Gunungsitoli, tanpa perlawanan Belanda dan Rakyat. Bahkan Orang Belanda, baik sipil maupun militer telah lebih dahulu dibekuk dan ditawan oleh barisan pejuang Putera Nias, sebagai pejuang kemerdekaan, sehingga kedatangan Jepang disambut dengan hangat dan akrab, dengan lebih dahulu di utus pemandu ke Sibolga. Bangsa Jepang dinamai Ono Niha Nifo atau Zafa Kontak dengan Misionaris R.M.G. Jerman Ono Niha menyebut orang Jerman dengan sebutan Dawa/NIha Geremani. Orang Jerman datang di Tano Niha atas permintaan pemerintah Belanda di Nias dan Sumatera Barat kepada pemerintah di Batavia dan di Nederland, untuk mengajar dan mengembangkan agama Kristan di Tano Niha. Padahal latar belakang politisnya adalah untuk melemahkan dan mematikan jiwa patriotis-herois Ono Niha yang menentang Belanda.Sebenarnya, sebelum misionaris Jerman datang, misionaris Perancis sudah datang ke Nias tepatnya pada bulan Maret 1832 (di daerah Malaya- 26
11 Malaysia), yaitu Pastor Vallon (Maret 1832). Beliau tinggal dinoord Nias berada di Gunungsitoli dan District Zuid Nias berada di Teluk Dalam 19. Namun kemudian pada tanggal 27 september 1865, misionaris Jerman utusan RMG (Rheinische Missionaris Gesellschaft) Barmen-Jerman bernama Ernst Ludwig Dennginger tiba dan menetap di Gunungsitoli. (Ia datang dari Padang setelah 6 tahun di situ dan dapat berbahasa Nias yang dipelajarinya dari Ono Niha yang tinggal di Padang). Lalu beliau terus menyebarkan agama Kristen Protestan di Gunungsitoli dan kampung sekitarnya. Kemudian pendeta-pendeta Jerman penggantinya menyebarkan agama Protestan ke seluruh Tanö Niha, dengan berpusat di Gunungsitoli. Di samping agama, para Misionaris itu mengembangkan sekolah (Sikola Ndraono = sekolah dasar yang dimulaidi Gunungsitoli pada Tahun 1866 oleh E. Dennginger baru kemudian menyebar ke seluruh Tanö Niha). Sekolah tersebut disebut sekolah Zending 20 (berkelas III, VI, V); selain itu ada sekolah guru Seminari dan sekolah Pendeta di Ombolata-Gunungsitoli, dan beberapa sekolah Injil (Sikola Zinenge). Mereka juga mengembangkan kesehatan dengan mendirikan beberapa poliklinik, Rumah Sakit penolong dan Rumah Sakit Besar di Gunungsitoli (1934). Di bidang Ekonomi mereka mendirikan Toko Henneman di Gunungsitoli (1908), dan pabrik Kopra (1913) Kerjasama Jerman dengan Belanda 19 Op.cit, hal Sebutan lain untuk missionaris 27
12 Dalam usaha mengembangkan agama dan bidang-bidang lain tersebut di atas, pendeta misionaris Jerman menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda dan saling menjadi ujung tombak dan perisai untuk menghadapi Ono Niha sesuai dengan kondisi dan situasi. Pendeta Misionaris melemahkan dan mematikan perlawanan rakyat melalui pengajaran agama, mendamaikan dan mengampuni para pemimpin peperangan (seperti balugu Balohalu Waruwu pemimpin perlawanan dari daerah Ma u, beliau diampuni oleh Pendeta DR. W. H. sunderman di Lolowa u tahun 1901). Pejabat pemerintah Belanda, menggerakkan pembangunan gereja, sekolah, rumah sakit, rumah guru, dsb, dengan menghukum rakyat pembangkang atau yang malas bergereja atau yang malas bersekolah. Pendeta Jerman yang dianggap fasih dalam bahasa Nias juga sering dipanggil oleh pemerintah Belanda dalam perkara-perkara rakyat. Dengan menjadi juru bahasa, banyak terbuka kedok dari juru bahasa orang melayu yang sengaja berkhianat dalam menerjemahkan ucapan setiap pihak dalam persidangan pengadilan, demi mencari keuntungan material dan politik mereka Masyarakat Nias di Medan Tafonao menegaskan bahwa migrasi besar orang Nias diperkirakan sudah terjadi sejak abad ke-17 yaitu pada waktu terjadinya interaksi perdagangan dengan Arab dan bangsa Cina serta Hindia, pada saat berlangsungnya jalur perdagangan 21 Op.cit,hal
13 menuju Barus 22. Tanö Niha menjadi lumbung tempat penyimpanan bahan-bahan untuk kebutuhan selama berlangsungnya perdagangan di Baros. Nias merupakan daerah terdekat menuju Baros yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai daerah sehingga orang Nias mempunyai peran penting dalam kelangsungan perdagangan waktu itu seperti menyediakan tenaga kerja yang kuat dan mudah dihimpun, karena karakter orang Nias ialah menghormati dan patuh pada pemimpinnya. ( Tafonao, 2012:26) Masyarakat suku Nias yang tinggal di Kota Medan (dahulunya Sumatera Timur) diperkirakan dimulai sejak dibukanya onderneming 23 perkebunan tembakau danperkebunan karet yang dikenal dengan HVA. Banyak orang Nias bekerja diperkebunan yang pada waktu itu karet menjadi primadona bagi orang Belanda(Tafonao, 2012:30). Inilah awal dan sejarahnya masyarakat suku Nias tinggal dan menetap di Kota Medan. Factor lain yang menyebabkan terjadinya imigrasi adalah untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dan layak serta mencari ilmu yang setinggi- tingginya, khususnya bagi para muda- mudi yang baru selesai menamatkan sekolahnya.beberapa daerah yang ditempati orang Nias di Medan adalah Helvetia, Mandala, Kampung Susuk, Simalingkar, Padang Bulan, Sunggal, dan hampir disetiap daerah kita dapat menjumpai masyarakat Nias. Beberapa organisasi yang dibentuk di Medan adalah; STM Sehati, STM Faomakhöda, STM Kasih Karunia, STM Saradödö. Ada juga organisasi lain yang bersifat kepemudaan, gerejawi, pendidikan dan 22 Tafonao, Agus Analisis Musik Vokal Pada Pertunjukan Maena DalamPesta Adat Falöwa (Perkawinan) MasyarakatNias Di Kota Medan Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Budaya,. 23 Yaitu perkebunan yang diusahakan secara besar-besaran dengan alat canggih; perkebunan budi daya 29
14 pembangunan juga berdiri di Kota Medan, seperti Gerakan Mahasiswa Nias (GMN), Generasi Muda Nias (Gema Nias), Forum Mahasiswa Nias Peduli Nias (FORMANISPE), Komisi pemuda BNKP Hilisawatö 2.2 Bahasa Masyarakat Nias mempunyai bahasa ibu yang disebut Li Niha. Dahulu Sebelum ndrawa (orang yang bukan berasal dari suku Nias) datang ke Nias, semua orang di Niasmenggunakan Li Niha. Setelah terjadinya hubungan dengan orang asing, kemudian sebagian masyarakat Nias (khususnya di Gunungsitoli) mulai mengerti dan menggunakan bahasa Melayu (sekarang bahasa Indonesia) dan Belanda (khususnya pada masa penjajahan). Namun demikian, sampai sekarang masih ada masyarakat Nias yang masih belum mengerti bahasa Indonesia, khususnya pada masyarakat di pedalaman pulau Nias. Hal ini dibenarkan oleh pendapat Man Harefa selaku tokoh masyarakat, mengatakan bahwa masih banyak masyarakat Nias yang belum mengetahui bahasa Indonesia, terutama didaerah terpencil seperti pedalaman di daerah Nias Selatan (Gomo), maupun di tempat lainnya(harefa, dalam Harefa 2012:42). Satu keunikan dari bahasa Nias, yaitu huruf konsonan pada akhir kata tidak ada. Jadi apabila masyarakat Nias zaman dahulu jika berbicara dengan memakai bahasa Indonesia akan terlihat unik, contohnya kata makan, minum, lem, dan rumpu, ono Niha pasti akan berkata maka, minu, le, da rupu. Hal ini disebabkan karena struktur bahasa Nias yang tidak mempunyai huruf konsonan pada akhir kata. Li niha mempunyai semua huruf yang ada dalam bahasa Indonesia, ditambah 30
15 dengan huruf ö 24. Jadi bahasa Nias mempunyai 27 huruf. Masing- masing huruf dibentuk menjadi sebuah kata dan setiap kata berakhir dengan huruf vokal. Kita mengetahui struktur bahasa Indonesia adalah S-P-O-K, maka struktur bahasa Nias berbeda. Menurut bapak Yas Harefa (2012) struktur bahasa Nias dimulai dari predikat subjek- objek- keterangan. Contoh perbedaan bahasa Nias dan Indonesia yaitu : Bahasa Nias mempunyai logat dan intonasi yang berbeda-beda sesuai dengan daerah yang terbagi 3, yaitu utara, tengah dan selatan. Selain itu masyarakat Nias Utara dan tengah mempunyai perbedaan kosa kata dengan Nias Selatan. Masyarakat Nias dapat mengetahui orang tersebut apakah berasal dari Nias bagian utara, tengah atau selatan dari cara mereka berbicara dan intonasinya. Berikut contoh transkripsi bahasa Nias bagian utara, tengah dan Selatan (Harefa, dalam Harefa 2012:43). Nias Utara : hezo möi ö : kemana kamu pergi Nias Tengah : hezo möi ö : kemana kamu pergi Nias Selatan : Haega hö möi : kemana kamu pergi Pada masa penyebaran ajaran Kristen di Nias, para missionaris juga berusaha untuk melakukan pendekatan melalui li niha. Selama proses ini berlangsung, para 24 Menurut Bpk Bu ulölö. Huruf ö yang ada dalam sistem bahasa Nias merupakan pengaruh dari para missionaris Jerman; missionaris Jerman yang menciptakan sistem tulisan di Nias (wawancara 30 april 2015 pukul 12.00) 31
16 missionaris banyak mengganti bahasa Nias dengan makna dan pemahaman yang baru untuk mempermudah ono niha memahami konsep ajaran Kristen. Beberapa diantaranya adalah: 1. Lowalangi sebagai Allah Ono niha memiliki keyakinan bahwa Lowalangi adalah adu/dewa atau Tuhan yang tertinggi, Pencipta alam semesta dan berurusan dengan hidup dan mati. Ono niha sangat menghormati Lowalangi, sehingga dalam berbagai ritual mereka menggunakan jasa seorang ere 25 sebagai mediator kepada Lowalangi. Para missionaris menggunakan kata lowalangi sebagai nama Allah (Ellohim). Sehingga ketika ono niha memanggil nama lowalangi, mereka tidak lagi berfokus kepada adu tetapi kepada Ellohim (Tuhan). 2. Yesu Keriso sebagai Yesus Kristus Penerjemahan ini disesuaikan dengan ejaan lokal karena li niha tidak menggunakan huruf konsonan pada setiap kata, sehingga Yesus diganti mengganti Yesu, dan Kristus diganti dengan Keriso. Oleh karena itu Yesu Keriso merupakan sebuah bahasa yang baru yang sama sekali tidak mengandung unsur agama primal sebelumnya. 3. Eheha Ni amoni ö sebagai nama Roh Kudus. Pada zaman dahulu orang Nias percaya bahwa eheha dapat didapatkan oleh seorang anak muda tertua dalam keluarga sebelum ayahnya nyaris meninggal dengan 25 Sebutan untuk para pemimpin agama kuno yang menjadi pengantara antara ono niha dengan sesembahannya. Sering juga, oleh karena kepintaran seseorang dalam hal tertentu, maka dia disebut Ere, umpamanya Ere huhuo yaitu seseorang yang sangat pintar dalam berbicara terutama menyangkut adat-istiadat. 32
17 mendekatkan mulut si anak dengan mulut si ayah sebelum menghembuskan nafas terakhirnya untuk mendapatkan eheha, jika seorang anak tidak kuat untuk menerima eheha tersebut maka si anak dapat pingsan. Bagi ono niha eheha merupakan sebuah roh yang diturunkan mengandung kharisma, hikmat, kebijaksanaan, kekuatan dan keterampilan terutama dalam hal kepemimpinan. Eheha ini kemudian digunakan oleh missionaris untuk menggambarkan roh kudus yang memberi hikmat, ketentraman, dan kebijaksanaan. Ono niha tidak mengalami kesulitan untuk memahami hal ini dan langsung memberi respon yang positif terlebih para bangsawan. Bahasa Nias juga mempunyai kata-kata yang artinya sama dengan suku lain (bahasa serapan). Contoh bahasa tersebut seperti asu, manga (mangan dalam bahasa Batak Toba), dan sebagainya. Bahasa serapan tersebut bisa ada dalam Li Niha diakibatkan karena kontak budaya, mungkin dahulu ada sesuatu benda yang namanya tidak terdapat dalam kosa kata bahasa Nias sehingga Ono Niha memakai bahasa tersebut. Bahasa Nias juga digunakan dalam ibadah gereja kesukuan seperti Amin ( Angowuloa Masehi Indonesia) dan BNKP Sistem Kekerabatan Ono niha yang berasal dari satu satu garis keturunan disebut sisambua mado. Mereka diikat oleh pertalian darah mengikuti garis keturunan ayah (patrilineal). Setiap nenek moyang dan keluarga keturunannya memiliki atia nadu yaitu generasi yang kesembilan perkawinan diantara keturunannya dilarang untuk melakukan perkawinan, tetapi untuk generasi selanjutnya perkawinan diantara 33
18 keturunannya tidak menjadi masalah lagi. Hanya saja persyaratan harus dipenuhi yakni dengan memisahkanatianaduketurunan tersebut dari kumpulanatia nadu nenek moyang dan membayar pemisahan itu dengan memotong babi sebesar 4 alisi. Babi tersebut diberikan oleh pihak laki-laki. Jadi dengan terjadinya perkawinan ini berarti kawin dalam lingkungan marga atau mado yang sama. Itulah sebabnya di daerah Nias kita jumpai suami/istri yang marganya sama. Sistemkekerabatan yang ada di pulau Nias adalah sebagai berikut: 1. Ibu : Ina 2. Bapak : Ama 3. Nenek : Gawe 4. Kakek : Dua 5. Paman : Zibaya 6. Istri dari paman : Ina sakhi 7. Saudara/i tertua dari bapak/ibu : Ama sa a/ ina sa a 8. Saudara/i tengah dari bapak/ibu : Ama talu/ ina talu 9. Saudara/i dari bapak/ibu : Ama sakhi/ ina sakhi 10. Anak dari saudari dari ibu : Gasiwa 11. Anak dari saudara ayah : Ga a Sistem kekerabatan juga berlaku bagi kedua belah pihak keluarga yang hendak melakukan pernikahan. Pihak dari laki- laki disebut tome, sedangkan pihak dari perempuan disebut sowato. Keluarga dari pihak istri merupakan suatu kelompok kekerabatan yang disebut uwu. Uwu memiliki kedudukannya dan penghormatan yang 34
19 tertinggi dalam pesta adat.. Selain itu keluarga yang memberi istri bagi anak lakilaki sangambatö merupakan satu kekerabatan yang disebut sitenga bö ö. Kelompok ini diundang apabila sangambatö mengawinkan anaknya, mengaadakan pesta kematian atau pesta adat lainnya. 2.5 Sistem Kepercayaan Agama Leluhur Zaman dulu sebelum agama masuk ke Nias, masyarakat Nias menganut kepercayaan yang disebut sanömba adu. Yang secara harafiah dapat diterjemahkan sanömba berarti menyembah, adu berarti patung ukiran yang terbuat dari kayu atau batu. Jadi, sanömba adu berarti kepercayaan kepada patung-patung buatan manusia baik berupa kayu maupun batu-batu besar (owe). Adu ditempatkan di osali börönadu yaitu bangunan sebagai tempat ibadah religi sanömba adu. (Hammerle, 1995:56). Masyarakat Nias sejak menghuni Tanö Niha memiliki kepercayaan bahwa arwah-arwah para leluhur orang Nias memiliki kekuatan yang dapat melindung serta menolong mereka, sehingga mereka menyediakan tempat atau medium untuk para leluhur itu dengan membuat patung-patung dari batu. Masyarakat Nias juga percaya akan tempat-tempat tertentu adalah tempat yang keramat, dimana terdapat roh-roh yang bisa berbuat sesuatu terhadap kehidupan mereka. Sebagai ungkapan rasa hormat mereka terhadap hal tersebut, mereka melakukan sembahyang pada waktuwaktu tertentu dengan memberikan persembahan-persembahan atau sesajian. Demikianlah kepercayaan masyarakat Nias sebelum agama Kristen masuk di tanah Nias mulai abad ke 19 (Tafönao, 2012:23). 35
20 Dalam acara pemujaan dewa-dewa tersebut, mereka menggunakan berbagai sarana. Misalnya dukun atau pemimpin agama kuno (ere) sebagai perantara dalam menyampaikan permohonan selalu memukul fondrahi (tambur) pada saat menyampaikan permohonan dalam bentuk syair-syair kuno (hoho) atau manteramantera. Selain itu, para ere juga mempersiapkan sesajen, misalnya: sirih dan makanan lainnya untuk dipersembahkan kepada para dewa agar apa yang dimohon dapat dikabulkan. Sesajen dalam bentuk makanan (babi, ayam, telur) disertai kepingan emas juga diberikan supaya upacara pemberhalaan itu sempurna dan permohonan dikabulkan. Persembahaan dalam bentuk korban makanan dapat dibagibagi kepada orang yang hadir, akan tetapi setelah upacara penyembahan selesai, emas sering kali menjadi porsi ere pada akhirnya. Banyak benda-benda mati yang dipercayai seolah-olah hidup dan memiliki kekuatan supernatural (sakti) sehingga dijadikan jimat sebagai sumber dan penambah kekuatan/kekebalan. Dari bebatuan, misalnya: Sikhöri Lafau, KaraZi ugu-ugu, Kara Mboli, Öri Zökha, dan sebagainya. Sesama manusia juga di Ilah kan (Telaumbanua, 2012:33). Hal ini tergambar dari ungkapan seperti: sibaya ba sadono Lowalani(Lowalangi) ba guli danö. Artinya paman (saudara laki-laki sekandung dari ibu) dan orang tua merupakan jelmaan Tuhan yang hadir di bumi. Maka tidak heran kalau dalam tradisi kuno sebelum agama baru masuk di Nias, patung leluhur (AduZatua) selalu dibuat untuk kemudian diberhalakan. Sejak masyarakat Nias menghuni pulau Nias mereka memiliki pandangan bahwa masih ada dewa lain atau kekuatan lain di luar tubuh manusia yang berbentuk gaib. Mereka percaya bahwa roh atau arwah-arwah leluhur mereka yang sudah 36
21 meninggal dunia, memiliki kekuatan yang dapat melindungi serta menolong mereka. Sehingga mereka membuat tempat atau benda-benda seperti patung-patung yang terbuat dari batul. Mereka juga percaya akan tempat-tempat tertentu adalah tempat keramat,yang mana terdapat roh yang bisa berbuat sesuatu terhadap mereka. Untuk menghormati roh-roh tersebut mereka melakukan ritual berdoa atau sembahyang pada waktu-waktu tertentu dengan memberikan persembahan persembahan atau sesajian dan melakukan ritual dengan cara mengelilingi pohon-pohon besar atau batu besar. Beberapa adu yang sangat terkenal adalah Adu Saembu, adu Giwaho, Adu Nono Gilewe, Adu ba Nomo, Adu Mbumbu Nomo, Adu Gehomo Mbumbu, Adu ba Mbakholo, Adu Handro Bato, Adu Ba Lawa- lawa, Adu Zobou, Adu Siraha Na Mokhokho ndraono, Adu Mbawaulu Horo, Adu Fondrako, Adu Ni omasi o Gere, Adu Sarambia, Adu Mbawi Nadu(Hammerle, 1995:60). Hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan sejarah baik dari gowe (patung yang tebuat dari batu), ataupun dari rumah adat Nias yang didalamnya banyak banyak terdapat ukiran- ukiran dan hiasan rumah yang bernuansa mistis Agama Negara Agama Kristen masuk ke Nias dibawa oleh Denninger pada tahun1865, tepatnya di Kota Gunungsitoli dimana sebelumnya ia telah belajar banyak tentang Nias juga termasuk bahasa Nias dengan masyarakat Nias perantau di Padang sehingga ketika dia sampai di Nias, ia tidak asing lagi dan semua telah mengetahui tentang Nias termasuk bahasanya. Dari merekalah Denninger mempelajari kebiasaankebiasan, adat istiadat, dan kebudayaan Nias hingga Denninger tertarik untuk datang 37
22 ke Nias, mengajarkan agama Kristen ternyata berhasil dan kemudian dilanjutkan oleh Thomas yang datang tahun Masa penting dalam pengembangan agama Kristen adalah antara tahun , antara tahun ini disebut sebagai masa pertobatan massal(fangesadödö sebua). Pada masa inilah mulai terjadi perubahan sikap, patungpatung mulai dibakar dan dihancurkan, poligami, sangsi-sangsi hukum adat dengan hukuman badan, penyembahan patung, penyembahan penyakit melalui fo ere (dukun) dan sejenisnya sudah makin berkurang. Hingga kini sebagian besar orang Nias memeluk agama Kristen 26. Selain agama Kristen, orang Nias juga memeluk agama Islam. Agama Islam dibawa oleh orang Aceh, Arab, dan Melayu yang datang untuk berdagang ke Tanö Niha. Kawasan yang mereka kuasai adalah pelabuhan dan pesisir pantai. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila sebagian besar penganut agama Islam adalah masyarakat- pesisir yang tinggal di daerah pelabuhan dan pinggir pantai. Masyarakat muslim Nias, umumnya berintegrasi dengan pemukiman-pemukiman enkapulsari umat Islam, namun demikian mereka tetap memelihara hubungan budaya dengan masyarakat Nias pada umumnya. Masyarakat muslim Nias ini juga giat melakukan kegiatan ibadah Islam seperti Shalat, zakat, puasa, wirid yasin, memperingati isra mi raj Nabi Muhammad 27. Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, Agama Buddha juga menjadi salah satu agama di Nias yang dianut khususnya oleh kaum gehai(chinese). Bahkan 26 Op.cit, hal Op.cit, hal.24 38
23 tidak sedikit juga orang Nias yang menganut agama ini karena perkawinan yang terjadi diatara kedua etnis ini. 2.6 Kesenian Aktifitas kesenian dan kebudayaan mengandung peranan penting sebagai cerminan kehidupan masyarakat Nias. Kesenian hadir sebagai jati diri masyarakat yang tercipta dan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Beberapa kesenian Nias yang masih dapat dikenali meliputi; seni musik, seni tari, seni lukis, seni kerajinan tangan dan seni pahat. Salah satu kesenian yang paling terkenal dan unik di Nias adalah Hombo Batu/fahombo (lompat batu). Hombo Batu merupakan sebuah aktitas tantangan melompati sebuah batu yang tersusun dengan ketinggian sekitar 2,5 m yang diperuntukkan kepada pemuda yang beranjak dewasa sebagai simbol bahwa kedewasaan sudah ada dalam dirinya. Tradisi fahombo diwariskan turun-termurun di setiap keluarga dari ayah kepada anak lelakinya. Akan tetapi, tidak semua pemuda Nias sanggup melakukannya meskipun sudah berlatih sedari kecil. Masyarakat Nias percaya bahwa selain latihan, ada unsur magis dari roh leluhur dimana seseorang dapat berhasil melompati batu dengan sempurna. Lompat batu di Pulau Nias awalnya merupakan tradisi yang lahir dari kebiasaan berperang antardesa suku-suku di Pulau Nias. Masyarakat Nias memiliki karakter keras dan kuat diwarisi dari budaya pejuang perang. Dahulu suku-suku di pulau ini sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, perbatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-masing desa kemudian membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu setinggi 2,5 meter. Oleh karena 39
24 itu, tradisi lompat batu pun lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelumberperang.saat itu, desa-desa di Pulau Nias yang dipimpin para bangsawan dari strata balugu akan menentukan pantas tidaknya seorang pria Nias menjadi prajurit untuk berperang. Selain memiliki fisik yang kuat, menguasai bela diri dan ilmu-ilmu hitam, mereka juga harus dapat melompati sebuah batu bersusun setinggi 2,5 meter tanpa menyentuh permukaannya sedikitpun sebagai tes akhir.kini tradisi lompat batu bukan lagi untuk persiapan perang antarsuku atau antardesa tetapi sebagai ritual dan simbol budaya Nias. Pemuda Nias yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik 28. Tarian tradisional Nias masih banyak yang dapat dipertahankan meskipun beberapa diantaranya sudah merupakan kombinasi dari tari kreasi, meskipun demikian tarian tradisional Nias masih tetap eksis sampai sekarang, beberapa diantaranya adalah: 1. Faluaya 29 (tari perang), terdapat diseluruh daerah Nias. Di bagian utara namanya Baluse. Tarian tersebut ditarikan minimal 12 orang pria, dan bila lebih maka akan lebih baik. Pada umumnya lebih 100 orang, gerakannya sangat kuat. Maluaya ini di Pulau-pulau Batu berbeda dengan daerah Nias lainnya, di Pulau-pulau Batu para wanita juga turut menari. Para wanita menari dengan langkah kecil yang lemah gemulai. Tarian Maluaya ditarikan pada upacara pernikahan untuk masyarakatkelas atas, penguburan, dan pesta untuk menyambut pendatang baru Lih. Gambar Lih. Gambar
25 2. Foere adalah tarian yang menampilkan lebih dari 12 penari wanita, diiringi dengan seorang penyanyi. Tarian ini merupakan bentuk dari penyembahan untuk berakhirnya kematian dan bencana. 3. Fanarimoyo (tarian elang) adalah sebuah tarian yang ditarikan di Nias Selatan dan Utara oleh 20 penari wanita. Kadang-kadang di dalam lingkaran ditarikan oleh penari pria. Di bagian utara tarian ini dinamakan Moyo. Tarian ini dimulai dengan gerakan seperti elang terbang dan ditampilkan untuk acara hiburan. Tarian ini menggambarkan seorang gadis yang harus menikahi pria yang tidak dicintainya. Dia berdoa supaya menjadi seekor elang yang dapat terbang. 4. Maena adalah sebuah tarian khas dari Nias Utara yang ditarikan oleh wanita dan pria, biasanya ditarikan pada upacara pernikahan. 5. Fogaile adalah sebuah tarian khas Nias Selatan yang ditarikan oleh wanita untuk mengekspresikan rasa hormat dan untuk menyambut tamu khusus dan memberikan mereka sirih tradisional. Di bagian Utara dinamakan Mogaele dan dapat ditarikan oleh wanita dan pria. 6. Tari Tuwu adalah tarian yang menampilkan seorang penari wanita/pria diatas sebuah meja batu, dengan tujuan untuk menghormati para pemimpin. 7. Fadabu adalah sebuah upacara untuk mempertunjukkan kekebalan seseorang. Sebuah pertunjukkan yang menikam dirinya sendiri dengan benda tajam. Di dalam bahasa Indonesia namanya dabus dan banyak dijumpai di Indonesia seperti di Nanggroe Aceh Darussalam, Jakarta, Banten, kawasan-kawasan budaya Melayu, dan lain-lainnya. 41
26 8. Fatabo adalah sebuah peristiwa unik di Pulau-pulau Batu. Fatabo walaupun berunsur tari, namun bukan sebuah tarian, hanya sebuah carauntuk menangkap ikan diair yang dangkal. Dua baris orang yangmasing-masing di bawah pimpinan, berjalan meninggalkan air tersebutdan membawa sebuah kotak. Pemimpin tersebut meminta agar dibuatsuara keras dan memukul air tersebut dengan tongkat, kemudian merekaberjalan di atas tanah, menyembunyikan kotak tersebut, dan menyimpanikan tersebut di antara mereka dan pantai. Di pantai lain barisan pria bergerak melemparkan jaringan untuk menangkap ikan. Keseluruhanperistiwa ini adalah sebuah nilai seni yang mempunyai irama musik dankeributan. Fatabo sangat populer di Pulau Sigata, Desa Wawa, dantanah Masa. Sekarang sangat jarang dijumpai di Nias. 9. Tari Ya ahowu merupakan sebuah tari kreasi baru yang biasanya di pertunjukan pada acara penyambutan tamu adat, pesta-pesta adat seperti pernikahan, penyambutan tamu pemerintahan atau daerah. Tarian ini merupakan tari kreasi baru dan sudah disahkan menjadi salah satu tarian kesenian Nias. Dan tarian ini selalu di pertunjukan setiap kali ada penyambutan tamu di pulau Nias. Adapun alat-alat musik Nias yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah: (a) Göndra alat musik membranofon yang dipukul dengan alat pemukul dari rotan. Alat pemukul ini disebut famo göndra. Alat musik ini selalu digunakan dalam pesta pernikahan dan juga dipakai sebagai alat musik mengiringi tarian atau lagu. (b) Aramba (gong), alat musik jenis gong berpencu, hampir sama dengan gong yang ada di Jawa. (c) faritia merupakan idiophone yang hampir sama dengan dengangong 42
27 hanya saja ukurannya lebih kecil. Untuk alat musik tradisional yang lain akan dijelaskan lebih detail pada bab V. Nias memiliki rumah adat yang sangat menarik 31. Rumah tradisional yang tertua dan terluas yang dinamakan Omo Sebua, yang merupakan rumah asli dan suku yang suka perang terdapat di desa Bawomatulou atau Sunhill. Omo sebua adalah jenis rumah adat atau rumah tradisional dari Pulau Nias. Omo sebua adalah rumah yang khusus dibangun untuk kepala adat desa dengan tiang-tiang besar dari kayu besi dan atap yang tinggi. Omo sebua didesain secara khusus untuk melindungi penghuninya dari serangan pada saat terjadinya perang suku pada zaman dahulu. Akses masuk ke rumah hanyalah tangga kecil yang dilengkapi pintu jebakan. Bentuk atap rumah yang sangat curam dapat mencapai tinggi 16 meter. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, omo sebua pun diketahui tahan terhadap goncangan gempa bumi. Rumah ini tingginya mencapai 22 m dan beberapa tiangnya lebih tebal dari 1 m. Rumah ini masih dimiliki dan ditempati oleh keluarga kerajaan. Arsitektur dari bangunan ini sangat unik dan mempunyai ukuran dinding yang menarik untuk menghormati upacara pesta yang terkenal dan hiasan perabotnya, seperti meja dan kursi beratnya masing-masing mencapai 18 ton dan juga seni lukis dan pahat yang menghiasi rumah ini. 2.7 Kebudayaan Masa Pada Masa Sekarang Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan Nias juga sudah berubah dan tidak sama lagi seperti ratus tahun silam. Budaya ono niha yang dulu sangat 31 Lih. Gambar
28 dijunjung tinggi, sekarang semakin tidak berpengaruh bahkan banyak generasi muda yang tidak begitu mengetahui adat istiadat nenek moyangnya.pewarisan kebudayaan yang seharusnya dilakukan secara turun temurun tidak lagi menjadi sebuah keharusan. Sekarang, Nias sudah menyerap dan mengalami percampuran kebudayaan yang membawa perubahan dalam masyarakat. Berbagai perubahan yang terjadi melingkupi aspek pendidikan, teknologi, sosial, ekonomi, dan politik. Hal ini juga membawa perubahan pikiran dalam masyarakat terlebih- lebih di bidang pendidikan. Ada banyak generasi muda Nias yang menimba ilmu di luar Nias. Masyarakat Nias juga sudah banyak tersebar di luar pulau Nias terutama di Sumatera Utara bahkan membangun komunitas- komunitas dan berbaur dengan masyarakat lokal sehingga mereka bukan lagi orang baru di Medan. Zinuno BNKP juga merupakan refleksi bahwa orang Nias tidak lagi terkungkung di Nias saja, karna didalamnya sudah banyak lagu- lagu yang mungkin saja alirannya berbeda dari himne- himne tradisional dan bergaya pop yang menjadi representasi orang Nias sekarang. 44
Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )
Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur
Lebih terperinciWinda Setya M. / Najwa Ilham K. /
Winda Setya M. / 14148128 Najwa Ilham K. /14148157 Masyarakat Nias dianggap berasal dari sekelompok keturunan suku birma dan assam, tapi berbeda dengan asal usul orang batak. Ada banyak teori tentang asal
Lebih terperinciWAWASAN BUDAYA NIAS. Disusun Oleh : 1. Levi Alvita / Deina Safira / INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
WAWASAN BUDAYA NIAS Disusun Oleh : 1. Levi Alvita /14148126 2. Deina Safira /14148131 INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA Letak Geografis Pulau Nias Pulau Nias yang terletak di sebelah barat pulau Sumatra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam kehidupan berbangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis
Lebih terperinciMENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN
CROSS AND ADU MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN Sudah siap membahas Kondisi Ono Niha sebelum Kekristenan? KATANYA: BERASAL DARI TETEHOLI ANA A YANG DITURUNKAN DI GOMO SIHAYA-HAYA, DAN KEMUDIAN MENYEBAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tumpah darahnya kepulauan Nias yang di sebut Tano Niha. Wilayah tano niha
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Nias menamakan dirinya Ono Niha atau anak manusia dan tanah tumpah darahnya kepulauan Nias yang di sebut Tano Niha. Wilayah tano niha merupakan tempat yang terpencil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciSetelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi?
Setelah Ono Niha menjadi Kristen, lalu apa yang terjadi? 1. Tercipta: Tiga jalan (Sara lala hada, sara lala fareta, sara lala Agama) 2. Terjadi dualisme kepercayaan dalam diri Ono Niha yang Kristen. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki
Lebih terperinciMempunyai Pendirian Dalam Masyarakat
Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa dulu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan masa sekarang. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin berkembang. Demikian
Lebih terperinciPARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :
PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,
Lebih terperinciSIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT
SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di
Lebih terperinciTujuan 1. Mengenali keempat masyarakat dalam Kisah 1:8.
Masyarakat Kristen Seorang lurah adalah kepala desanya. Seorang walikota adalah pemimpin sebuah kota. Seorang polisi memelihara hukum dan tata tertib di suatu lingkungan tertentu. Lurah dan walikota itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciBukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011
Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) Pasal 21 kitab Hakim-Hakim dalam susunan Tabernakel adalah Tabut Perjanjian yang terdiri dari Tutup Pendamaian dan Peti Perjanjian. Kalau kita merenungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15
Lebih terperinciArsitektur Dayak Kenyah
Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinci1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna
1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka Ono Niha (Ono = anak/keturunan; Niha
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri
BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di tanah batak (Sumatera
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya yang dimilikinya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya yang dimilikinya, setiap daerah mempunyai ciri tersendiri dalam hasil budaya yang dimiliki. Keberagaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku
Lebih terperinciD. Dinamika Kependudukan Indonesia
D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari
Lebih terperinciKetika Orang Nias Memikul Beban Tradisi
Ketika Orang Nias Memikul Beban Tradisi J. A. Sonjaya, M. Hum. Doesn Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM & Peneliti Pusat Studi Asia Pasifik UGM Orang Nias atau Ono Niha mengenal ungkapan bo o mbanua,
Lebih terperinciDATA INFORMAN. : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias
DATA INFORMAN Lampiran 1. Nama : Ibu Dra. Adiria Zendratő, S.pd Umur Alamat Pekerjaan : 42 Tahun : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias : Seorang Guru ( Pegawai Negeri Sipil), pelatih dan sebagi
Lebih terperinciKEBUDAYAAN SUKU BANJAR
KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.
42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi dan yang menjadi
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kematian
BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya
Lebih terperinciNo Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Beragam kebudayaan Indonesia di berbagai daerah seperti bahasa dan budaya yang berbeda dan keunikan yang dipengaruhi lingkungan sosial maupun ekoniminya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan uraian simpulan dari skripsi yang berjudul Perkembangan Islam Di Korea Selatan (1950-2006). Simpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperincimenghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi
Lebih terperinciKalender Doa Februari 2017
Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian
Lebih terperinciCover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.
Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Keragaman ini terdiri dari kebudayaan-kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,
BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja
13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan
Lebih terperinci