PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) SKRIPSI LIZA DESPIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) SKRIPSI LIZA DESPIANI"

Transkripsi

1 PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) SKRIPSI LIZA DESPIANI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN LIZA DESPIANI. D Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing utama : Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K,MS. Pembimbing anggota : Ir. Lidy Herawati, MS. Salah satu bahan makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Senyawa penting yang berperan aktif dalam metabolisme sel dan merangsang produksi air susu dalam Coleus amboinicus Lour yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol 1.2%. Menurut Harjadi (1989) bahwa cahaya merupakan faktor yang amat penting bagi pertumbuhan tanaman, salah satu subfaktornya yaitu intensitas cahaya. Cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di bawahnya, antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau kehutanan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, L). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan delapan ulangan, adapun perlakuan terdiri dari P0= Intensitas cahaya 100%; P1= Intensitas cahaya 75%; P2= Intensitas cahaya 50%; P3= Intensitas cahaya 25%. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika hasil berbeda nyata maka diuji lanjut dengan uji kontras ortogonal. Perlakuan yang diamati yaitu panjang tanaman, jumlah daun, dan biomassa tanaman. Perlakuan intensitas cahaya yang diberikan berpengaruh sangat nyata pada setiap peubah yang diamati (P<0,01), dan perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan dengan intensitas cahaya75%, hal ini dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman bangun-bangun. Kata kunci : tanaman bangun-bangun, intensitas cahaya, panjang tanaman, jumlah daun, dan pembentukan biomassa tanaman.

3 ABSTRACT The Effect of Light Intensity on Growth and Productivity of Plant Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L.) L. Despiani, P. D. M. H. Karti, and L. Herawati Coleus amboinicus, L has the advantage of containing compounds thymol 94.3%, forskholin 1.5%, and 1.2% carvacrol are asin metabolically active cells and stimulate milk production, it is very good for dairy ruminants.the influential factors such as shading, because there are some plants that are not robust to the shade. The existence of the shade treatment, will certainly affect the plant growth under neath. Some growth parameter saffected include plant height, and the establishment of plant biomassa. The purpose of study was determined affect from light intensity to growth and production of Coleus amboinicus, L. The experiment was carried out using completely random design with four treatments and eight replications. The treatments were P0 (100% light) as control, P1 (75% light), P2 (50% light), and P3 (25% light). Variable measured were plant length, leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots. Data were analyzed using by analisis of variance and contras orthogonal was further used to test the significan differences. Treatment of light intensity increase affected the increasing plant height (P<0.01) and affected the decrasing leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots (P<0.01). In conclucion, light intensity up to 75% light can increase productivity % dry weight of leaves, 4.137% dry weight of stems, and dry weight of roots % Coleus amboinicus, L. Keywords: Coleus amboinicus, L, dry weight of leaves, stems, and roots, leaf number, plant length.

4 PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) LIZA DESPIANI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 Judul : Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, Lour) Nama : Liza Despiani NIM : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K, MS.) (Ir. Lidy Herawati, MS.) NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP Tanggal ujian: 7 September 2012 Tanggal lulus:

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 28 Desember 1989 dari pasangan Bapak Zarkasih (Alm) dan Ibu Lina Widiyani. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-kanak Insan Kamil, Bogor. Pada tahun 1995 hingga tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Insan Kamil, Bogor. Pendidikan lanjut tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 hingga tahun 2004 di SMPN 14 Bogor. Pada tahun 2004 hingga 2007, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Kornita, Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, adapun nomor induk mahasiswa (NIM) yang dimiliki penulis yaitu D Selama di IPB, penulis aktif berorganisasi dan pengembangan softskill. Penulis pernah menjadi Staf Divisi Biro Kewirausahaan, BEM FAPET periode , kemudian pada tahun 2011 penulis menjadi Staf Divisi Dana Usaha dalam acara MPF FAPET Pada tahun penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), kemudian pada tahun , penulis juga berkesempatan menerima beasiswa Karya Salemba Empat (KSE). Bogor, 18 September 2012 Liza Despiani D

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahamat dan hidayahnya yang tak pernah putus, shalawat dan salam selalu tercurahkan pada nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour). Tanaman bangun-bangun memiliki banyak manfaat, antara lain dapat meningkatkan produksi susu, hal itu telah terbukti dengan penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kandungan dari tanaman bangun-bangun. Tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, maka menjadi satu hal yang menarik untuk dilakukan penelitian tentang kondisi ideal yang dibutuhkan tanaman bangun-bangun agar didapatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang baik, karena seperti yang telah umum diketahui bahwa intensitas cahaya merupakan salah satu faktor penting bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Skripsi ini memuat tentang pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangunbangun dengan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda dengan pemeliharaan selama tiga bulan, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bogor Penulis

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRAK... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i PENDAHULUAN... 1 Latar belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L)... 3 Tanaman Bangun-Bangun... 3 Manfaat Tanaman Bangun-Bangun... 3 Kandungan Tanaman Bangun-Bangun... 4 Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan... 5 Respon Tumbuhan Terhadap Intensitas Cahaya... 6 Pupuk... 7 MATERI DAN METODE... 9 Lokasi dan Waktu... 9 Materi... 9 Metode... 9 Pemilihan Stek... 9 Tahap Adaptasi Pembuatan Bangunan Untuk Naungan Penerapan Perlakuan Pemeliharaan dan Pengamatan Tahap Pemanenan Perlakuan Rancangan Percobaan Peubahan yang Diamati Panjang Tanaman Jumlah Daun Lebar Daun Pada ii iii iv v vi vii ix x xi

9 Biomassa Daun Biomassa Batang Biomassa Akar HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan Tanaman Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Rataan Pertambahan Jumlah Daun Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 Nomor. DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/Segar Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari sampai Mei Rataan Pertambahan Panjang Tanaman dan Jumlah Per Minggu Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar... 20

11 DAFTAR GAMBAR Nomor. Halaman 1. Tanaman Bangun-Bangun Stek Tanaman Bangun-Bangun Tahap Adaptasi Tanaman Bangunan Naungan Tahap Perlakuan Tahap Pengamatan Peristiwa Etiolasi Pada Tanaman Bangun-Bangun... 17

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor. Halaman 1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Minggu Ke Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Sidik Ragam Bobot Kering Batang Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour)... 31

13

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Hijauan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, salah satu bahan makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan bahwa dalam Coleus amboinicus Lour terkandung senyawa penting yang berperan aktif untuk metabolisme sel dan merangsang pruduksi air susu yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol 1.2%, selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumetor et al. (2008) bahwa pemberian suplementasi daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E pada kambing etawa terbukti dapat meningkatkan KCBK, KCBO, produksi VFA, konsumsi bahan kering dan TDN, serta dapat meningkatkan produksi susu sebesar %. Tanaman bangun-bangun merupakan tanaman yang biasa tumbuh dibawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, seperti yang umum diketahui bahwa cahaya merupakan salah satu faktor terpenting bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis, salah satu subfaktor dari cahaya adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya merupakan banyaknya cahaya yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga cahaya yang diterima dapat digunakan secara optimal untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis yang terjadi pada suatu tanaman akan berdampak pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman tersebut, melalui fotosintesis tanaman akan mensintesis karbohidrat yang akan disimpan pada jaringan tanaman. Menurut Parson dan Chapman (2000) menyatakan bahwa cahaya merupakan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya. Beberapa penelitian telah memperlihatkan keunggulan yang dimiliki oleh tanaman daun bangun-bangun yang tentunya dapat bermanfaat untuk ternak ruminansia perah, selain itu faktor intensitas cahaya yang penting menjadikan salah satu hal menarik untuk dilakukan penelitian pada tingkat budidayanya, karena penelitian pada tingkat budidaya tanaman ini belum banyak dilakukan. Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di bawahnya. Beberapa parameter pertumbuhan yang terpengaruhi 2

15 antara lain tinggi tanaman, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau kehutanan. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita. A, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya yang dibuat berbeda-beda untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun, serta produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang terdiri dari bobot kering daun, bobot kering batang, dan bobot kering akar. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, L). 4

16 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L) Tanaman Bangun-Bangun Menurut Damanik et al. (2001), tanaman bangun-bangun umumnya dikenal dengan nama daun jinten, namun tanaman ini dapat dijumpai di daerah-daerah Indonesia dengan nama-nama yang berbeda seprti daun ajeran (Sunda), daun kambing (Madura), dan daun iwak (Bali), serta daun bangun-bangun (Batak Toba). Setiap tanaman tentu memiliki ciri yang dapat membedakan tanaman tersebut dengan tanaman lainnya, adapun cara yang dapat dilakukan yakni dengan melihat perbedaan ciri fisik tanaman. Menurut Siagian dan Rahayu (2000), tanaman bangun-bangun memiliki ciri fisik sebagai berikut (1) batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, (2) daun berbentuk bulat seperti bulat telur, tepi daun beringgit, melebar, panjang 3-4 cm dengan ujung meruncing, (3) tangkai sari bersatu dibagian bawah membentuk tabung dan mengelilingi putik, serta (4) berakar tunggang. Manfaat Tanaman Bangun-Bangun Gambar 1. Tanaman Bangun-Bangun Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Secara umum, terdapat tiga komponen utama yang terkandung dalam daun bangun-bangun yaitu (1) senyawa yang bersifat lactagogue, (2) zat gizi, dan (3) senyawa yang bersifat farmakoseutika (Lawrence et al., 2005). Depkes (2005) menyatakan bahwa selain dapat meningkatkan sekresi air susu, daun bangun-bangun 2

17 memiliki manfaat lain antara lain untuk menurunkan demam, mengatasi batuk, sembelit, perut kembung, sariawan, dan alergi. Kandungan Tanaman Bangun-Bangun Tanaman bangun-bangun jika dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus androgymus), maka komposisi zat gizi dalam 100 gram daun bangun-bangun mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total, adapun data komposisi daun bangun-bangun dan katuk selengkapnya tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk Zat Gizi Daun Bangun- Bangun Daun Katuk Energi (kal) 27,0 59 Protein (g) 1,3 6,4 Lemak (g) 0,6 1,0 Hidrat arang (g) 4,0 9,9 Serat (g) 1,0 1,5 Abu (g) 1,6 1,7 Kalsium (g) Fosfor (g) Besi (mg) 13,6 3,5 Karoten total (mkg) Vitamin A - - Vitamin B 1 0,16 - Vitamin C 5,1 164 Air 92,5 81 Sumber: Mahmud et al. (1990) Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC- MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan senyawa yang terkandung Coleus amboinicus Lour dengan kegunaannya yang berperan aktif dalam metabolism sel dan merangsang pruduksi air susu, yakni tymol, carvacrol, dan forskholin, adapun presentase kandungan senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tymol merupakan senyawa antibiotik yang dapat digunakan tanpa 4

18

19 memberikan efek negarif pada daging dan susu (Acamovic dan Brooker, 2005), kemudian menurut Ilsey et al. (2003) penggunaan carvacrol dalam suatu campuran ekstrak tanaman sebagai suplemen dalam ransum babi laktasi menghasilkan litter size, bobot lahir, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan kecernaan protein lebih tinggi dibanding babi laktasi yang diberi ransum tanpa suplementasi, dan senyawa forskholin bersifat membakar lemak menjadi energi (Sahelian, 2006). Tabel 2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Senyawa Aktif Jumlah (%) Thymol 94,3 Forskholin 1,5 Carvacrol 1,2 Sumber : Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University,India (2006) Keterangan : 97% dari kandungan asam lemak Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan Cahaya (energi total) sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya. Tanaman yang memperoleh periode penyinaran yang pendek dan intensitas cahaya yang rendah, akan menyebabkan suplai hasil materi kasar dari fotosintesis, berkurang (Parson dan Chapman, 2000). Fotosintesis merupakan mekanisme yang memungkinkan tumbuhan menggunakan energi cahaya untuk mengubah molekul sederhana menjadi bahan organik (Q A International, 2009). Hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan. Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Akumulasi bahan kering pada daun, batang, dan akar selama pertumbuhan vegetatif merupakan hasil utama yang dipanen dari hijauan. Apabila semua faktor terpenuhi, akumulasi produksi bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari (Dovrat, 1993). Naungan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman di bawahnya. Pembuatan 5

20 naungan dapat dilakukan dengan menggunakan paranet yang telah dibuat dengan intensitas cahaya yang berbeda atau dibuat pola penanaman menggunakan sistem integrasi dengan tanaman kehutanan, seperti karet, kelapa sawit, dan sengon. Respon Tumbuhan terhadap Intensitas Cahaya Terdapat beberapa perubahan yang dialami tumbuhan dengan adanya perlakuan intensitas cahaya yang berbeda. Adaptasi tanaman terhadap kondisi cekaman intensitas cahaya rendah dapat dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan fisiologi tumbuhan tersebut (Sukarjo, 2004). Salah satu perubahan morfologi tanaman yaitu terjadinya peristiwa etiolasi, yakni pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, hal itu dikarenakan berkurangnya degradasi auksin (Salisbury dan Ross, 1995). Adanya perlakuan dengan naungan dapat menguntungkan dan juga merugikan tanaman, pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita, 2005), selain itu perlakuan dengan naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang diuji (Anggarani, 2005). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Sapandie et al., 2003). Menurut Erlangga (2008) menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan jumlah daun lebih banyak yang kondisi tidak ternaungi. Intensitas cahaya rendah pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil kedelai, jagung, padi gogo, ubi jalar, dan talas (Djukri dan Bambang, 2003). Sependapat dengan Kurniawati et al. (2005) yang menyatakan bahwa pengaruh tingkat naungan, menurunkan bobot kering dengan meningkatnya taraf naungan. 6

21 Pupuk Pupuk adalah salah satu penyedia unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan, adapun unsur yang terkandung di dalamnya dapat terdiri dari unsur mikro maupun unsur makro. Pupuk yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang dan pupuk sintesis. Pupuk kandang dapat diperoleh dari kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran kambing, namun dilihat dari kandungannya pupuk dari kotoran ayam lebih baik yakni kandungan nitrogennya lebih tinggi dari kotoran hewan lainnya, terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/ Segar Sumber pupuk Kadar air Bahan organik N P 2 O 5 K 2 O CaO Rasio C/N % Sapi ,3 0,2 0,15 0, Kerbau 81 12,7 0,25 0,18 0,17 0, Kambing ,7 0,4 0,25 0, Ayam ,5 1,3 0, Babi ,5 0,4 0,4 0, Kuda ,5 0,25 0,3 0,2 24 Sumber: Lingga (1991) Pupuk sintetis yaitu SP 36, dan KCl. Unsur yang terkandung dalam pupuk SP 36 yaitu unsur posfor. Unsur posfor digunakan tanaman untuk melakukan pembelahan sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman, serta memiliki peranan penting di dalam proses transfer energi. Beberapa ciri tanaman akibat kekurangan fosfor sebagai berikut: 1. Petumbuhan tanaman menjadi kerdil. 2. Warna di ujung dan tepi daun akan terlihat hijau pucat, ungu, atau merah tua 3. Proses pembuahan terhambat dan produksi tanaman rendah. Pupuk KCl menyumbangkan unsur kalium dan klorin. Fungsi dari kalium antara lain untuk meningkatkan tanaman terhadap serangan stres kekeringan, dan cuaca dingi, serta membantu sintesis karbohidrat dan protein. 7

22 Ciri tanaman yang kekurangan kalium sebagai berikut: 1. Pertumbuhan daun menjadi kecil. 2. Warna daun menguning bahkan dapat menjadi coklat. 3. Daun menjadi terlihat rebah. 8

23 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penanaman tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L) dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dengan waktu pengamatan selama sebelas minggu yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai Mei Materi Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan 96 stek batang tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) berumur empat minggu, tanah latosol, dan pupuk yang digunakan antara lain litter ayam, pupuk SP-36, serta KCl, sedangkan peralatan yang digunakan yaitu polybag, bangunan naungan, sekop, timbangan lapang dan timbangan digital, penggaris, meteran, serta gunting. Polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 35 cm dengan media kapasitas 10 kg yang berjumlah 32 buah, kemudian bangunan naungan untuk perlakuan dibuat dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m dan dipasang paranet dengan intensitas yang berbeda-beda. Adapun ukuran intensitas cahaya pada paranet yang digunakan yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% (kontrol). Metode Pemilihan Stek Stek batang yang digunakan yaitu berukuran tinggi 15 cm dengan ciri stek telah memiliki mata tunas, tumbuh daun, dan berbatang, kemudian ditanam pada plastik yang berisi tanah yang telah disiram, stek yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Stek Tanaman Bangun-Bangun Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) 9

24 Tahap Adaptasi Stek yang telah ditanam selama dua minggu dipindahkan ke polybag yang telah diisi tanah seberat 8 kg, litter ayam 1 kg, pupuk SP-36 2 g, dan KCl 2 g. Jumlah stek yang digunakan 96 batang dengan penempatan tiga batang stek dalam setiap polybag yang kemudian disiram dan diadaptasikan selama dua minggu di tempat yang teduh, dapat dilihat pada Gambar 3. Pembuatan Bangunan Untuk Naungan Gambar 3. Tahap Adaptasi Tanaman Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Lahan yang dipakai sebagai tempat naungan, dibersihkan terlebih dahulu dari semak-semak. Bangunan yang dibuat untuk naungan yaitu sebanyak tiga petak dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m yang terbuat dari bambu. Setelah bangunan selesai dibuat, kemudian dipasang paranet dengan intensitas cahaya yang berbeda- beda sesuai dengan perlakuan. Jenis paranet yang digunakan yaitu paranen dengan naungan 55% dan naungan 75%. Perlakuan dengan intensitas cahaya 25% menggunakan paranet dengan naungan 75%, sedangkan untuk perlakuan dengan intensitas cahaya sebesar 50% dan 75% menggunakan paranet dengan naungan 55%, oleh karena itu untuk mendapatkan intensitas cahaya sebesar 75% dan 50% maka diperlukan perhitungan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh intensitas cahaya yang diinginkan yaitu sebagai berikut: Jumlah benang dihilangkan yang = Persen naungan yang akan dihilangkan Persen naungan paranet yang digunakan seluruh jumlah lembar * benang pada paranet yang digunakan 10

25 Nomor benang diambil yang = Jumlah benang yang dihilangkan Seluruh jumlah lembar benang pada paranet yang digunakan Setelah mendapatkan intensitas yang diharapkan maka tahap selanjutnya yaitu pemasangan paranet pada masing-masing bangunan. Penempatan bangunan dilakukan dengan menyesuaikan arah matahari yakni dari timur ke barat, kemudian jarak antar bangunan naungan dengan bangunan naungan yang lain yaitu berjarak 0.5m, adapun penampakan bangunan naungan dapat terlihat pada Gambar 4. Intensitas cahaya 75 % Intensitas cahaya 50 % Intensitas cahaya 25 % Penerapan Perlakuan Gambar 4. Bangunan Naungan Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Tanaman yang telah diadaptasikan selama dua minggu, kemudian dipilih secara acak dan dipindahkan pada bangunan naungan berdasarkan perlakuan, masing-masing perlakuan terlihat pada Gambar 5. 11

26 P0 P1 P2 P3 Pemeliharaan dan Pengamatan Gambar 5. Tahap Perlakuan Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Air yang digunakan untuk menyiram diberikan secara dua kali sehari, penyiraman bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang tanaman tersebut. Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama sebelas minggu. Pada awal penanaman dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan perhitungan jumlah daun sebagai data awal (m 0 ), kemudian pengamatan terus dilakukan setiap satu minggu sekali sampai waktu panen yakni pada minggu ke sebelas, tahap pengamatan terlihat pada Gambar 6. 12

27 Tahap Pemanenan Pengukuran tinggi Perhitungan daun Gambar 6. Tahap Pengamatan Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Pada tahap pemanenan diawali dengan menimbang daun, batang, dan akar sebagai data segar, kemudian dikeringkan udara selama dua hari dan ditimbang kembali, setelah itu daun, batang, dan akar dimasukkan ke dalam oven 60 C selama 48 jam, lalu dikeluarkan dan ditimbang untuk memperoleh bobot kering tanaman tersebut. Perlakuan Perlakuan ini menggunakan empat perlakuan dan delapan ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah : P0 = Intensitas cahaya 100% P1 = Intensitas cahaya 75% P2 = Intensitas cahaya 50% P3 = Intensitas cahaya 25% Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan delapan ulangan. Model matematik dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut: Keterangan : Y ij = µ + τ i + ε ij Y ij = nilai hasil pengamatan satuan percobaan pada perlakuan ke i dan µ = ulangan ke j nilai rataan umum τ i = efek perlakuan ke i (i=1, 2, 3, 4) 13

28 ε ijk = galat percobaan Peubahan yang Diamati Panjang Tanaman Panjang tanaman yang diukur yaitu mulai dari permukaan tanah hingga ujung batang tanaman terpanjang dengan pengukuran setiap satu minggu sekali pada semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan sentimeter. Jumlah Daun Daun yang dihitung yaitu daun yang telah mekar sempurna dan dihitung setiap satu minggu sekali pada semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan helai. Lebar daun Pengukuran lebar daun dilakukan pada minggu ke-10, data lebar daun tanaman diambil dari daun yang paling lebar pada setiap ulangan di masing-masing perlakuan. Biomassa Daun Biomassa daun yaitu berat daun yang ditimbang setelah panen sebagai berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60 C, lalu ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag. Biomassa Batang Biomassa batang yaitu berat batang yang ditimbang setelah panen sebagai berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60 C, lalu ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag. Biomassa Akar Biomassa akar yaitu berat akar yang ditimbang setelah panen sebagai berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60 C, lalu ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag. 14

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengamati pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun pada kondisi intensitas cahaya yang berbeda-beda. Tanaman bangun-bangun yang digunakan, diperoleh dari hasil panen rekan satu penelitian. Beberapa tahapan pendahuluan sebelum tanaman digunakan, antara lain pemilihan stek, tahap adaptasi, dan barulah dilakukan penerapan perlakuan dengan pemeliharaan serta pengamatan selama sebelas minggu. Penanaman dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi Dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Kondisi lahan yang digunakan untuk penanaman yakni lahan terbuka dengan bangunan naungan menggunakan paranet yang dibuat berdasarkan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda, kemudian tanaman bangun-bangun ditanam dengan menggunakan polybag, dan ditempatkan pada masing-masing perlakuan. Selama masa pemeliharaan, salah satu kendala yang dihadapi dengan menanam pada lahan terbuka yakni adanya perubahan iklim, data perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan iklim menjadikan tanaman mudah terserang hama, adapun hama yang menyerang tanaman bangun- bangun antara lain ulat, belalang, selain itu juga ditemukan jamur pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 25% dan 50%. Salah satu usaha untuk mengurangi hama tanaman tersebut yaitu dilakukan penyemprotan dengan obat anti hama. Selama masa pemeliharaan tanaman disiram dua kali sehari, hal ini bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang dari tanaman tersebut, kecuali bila seharian turun hujan maka tanaman akan disiram pada hari berikutnya. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali dengan mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun pada masing-masing perlakuan, sedangkan untuk mengambilan data bobot kering daun, batang, dan akar pada masing-masing perlakuan yang dilakukan pada minggu ke

30 Tabel 4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari sampai Mei 2012 Bulan Temperatur Rata-Rata ( C) Kelembaban (%) Lama Penyinaran Matahari (jam) Hari Hujan Februari 25,6 87 5,3 25 Maret 26,2 80 5,0 21 April 26,0 86 5,5 25 Mei 26,1 85 7,1 21 Rata-rata 26,0 84,5 5,7 23 (hari) Keterangan: Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2012) Pemanenan yang dilakukan selama dua hari, hal itu dikarenakan waktu pemanenan yang tidak memungkinkan untuk memanen semua tanaman, namun tahapan pemanenan dilakukan dengan mengambil tanaman pada ulangan yang sama disetiap masing-masing perlakuan. Daun, batang, dan akar di timbang terlebih dahulu untuk diperoleh data segar tanaman, kemudian dikeringkan udara selama 2 hari, dan dimasukan ke dalam oven 60 C selama 48 jam untuk memperoleh bobot keringnya. Pertumbuhan Tanaman Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Peubah pertama yang diamati setiap minggunya yaitu pengukuran panjang tanaman. Panjang tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan, ternyata adanya pengaruh intensitas cahaya menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada batang tanaman bangun-bangun, adapun pertambahan rataannya dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam, terlihat bahwa P0 dan P1 sangat berbeda nyata dengan P2 dan P3 (P<0,01). Tanaman yang mendapatkan intensitas cahaya lebih rendah mengahasilkan panjang tanaman yang lebih tinggi, hal ini juga terjadi pada penelitian Archita (2005) bahwa adanya pengaruh naungan dapat menguntungkan dan juga merugikan terhadap tanaman. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah tinggi tanaman. 16

31 Tabel 5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Dan Jumlah Daun Per Minggu Perlakuan Rataan Panjang (cm) Rataan Jumlah Daun (helai) P0 P1 P2 4,3 B ± 0,5 4,8 B ± 0,6 6,2 A ± 0,7 21 A ± 6,2 23 A ± 5,8 14 B ± 7,6 P3 5,3 A ± 1,1 6 C ± 3,1 Rataan 5,2 ± 0,7 16 ± 6,0 keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01). Pertambahan panjang tanaman yang terjadi pada P2 dan P3 diduga karena adanya peristiwa etiolasi yakni perpanjangan batang dikarenakan berkurangnya degradasi auksin dengan tujuan agar tanaman dapat menangkap cahaya dalam jumlah yang dibutuhkan (Salisbury dan Ross, 1995), namun adanya peristiwa etiolasi pada tanaman bangun-bangun berdampak negatif, sehingga menjadikan morfologi tanaman menjadi terlihat buruk karena batang menjadi tidak kokoh, dan mudah patah, tanaman yang mengalami peristiwa etiolasi terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Peristiwa Etiolasi Pada Tanaman Bangun-Bangun Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Menurut Sukarjo (2004) bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan tergantung dari kemapuan untuk merespon kondisi kekurangan cahaya yaitu dengan cara merubah sifat morfologi atau fisiologi tanaman. Salah satu perubahan sifat morfologinya yaitu terjadinya peristiwa etiolasi yakni, hal ini menunjukan bahwa makin sedikit cahaya yang didapatkan maka pemanjangan tanaman akan lebih tinggi 17

32 dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan intensitas penuh (Sitompul dan Bambang, 1995). Rataan Pertambahan Jumlah Daun Salah satu indikator yang dapat diamati dari hasil fotosintesis yaitu pertambahan jumlah daun. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil sidik ragam pada masing-masing perlakuan menunjukan sangat berbeda nyata (P<0,01). Pada perlakuan P0 dan P1, memperlihatkan pertambahan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3, hal ini dapat dijelaskan oleh pendapat dari Anggarani (2005) bahwa perlakuan dengan naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang diuji. Penurunan jumlah daun dan jumlah cabang dikarenakan sebagai konsekuensi pertumbuhan dari panjang tanaman, hal ini terjadi seiring dengan peningkatan naungan yang diberikan. Erlangga (2008) juga menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan jumlah daun lebih banyak pada kondisi yang tidak ternaungi, sehingga jika dibuat korelasi antara tinggi tanaman dengan jumlah daun yang dihasilkan, maka akan menjadi korelasi yang bernilai negarif, hal ini terlihat pada perlakuan dengan intensitas cahaya yang rendah, memiliki panjang tanaman yang cenderung meningkat sedangkan jumlah daun yang dihasilkan semakin menurun. Pertambahan dan penurunan jumlah daun yang terjadi merupakan salah satu pengaruh dari intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman sehingga hal ini berdampak pada proses fotosintesis tanaman tersebut. Menurut Parson dan Chapman (2000) bahwa cahaya merupakan faktor yang mempengaruh suatu tanaman karena cahaya sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui proses fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun disetiap anakannya. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati berikutnya yaitu lebar daun. Lebar daun pada masing-masing perlakuan diukur pada minggu ke-10, hasil dapat terlihat pada Tabel 6. 18

33 Tabel 6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 Perlakuan Rata-Rata Lebar Daun (cm) P0 8,1 ± 0,7 P1 8,8 ± 1,3 P2 8,5 ± 3,5 P3 9,6 ± 1,6 Rataan 8,8 ± 1,8 keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%, P3= intensitas cahaya 25%. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan sidik ragam ternyata semua perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, baik itu pada intensitas cahaya penuh maupun pada intensitas cahaya yang rendah, namun jika dilakukan penilaian secara subjektif maka P3 yang memiliki lebar daun terbesar diantara perlakuan lain. Menurut Archita (2005), pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah lebar daun. Di lapang perbedaan yang terlihat yakni lebih kepada morfologi ketebalan daunnya, daun dengan perlakuan intensitas cahaya yang rendah terlihat lebih tipis dibandingkan dengan daun yang menerima intensitas cahaya yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan lapisan palisade yang menjadi lebih pendek. Kondisi demikian sangat menguntungkan tanaman karena klorofil yang terkandung akan lebih terorientasi pada bidang permukaan daun sehingga penangkapan cahaya lebih efisien (Sopandie et al., 2006). Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar Peubah yang menjadi pengamatan terakhir yaitu produktivitas tanaman bangun-bangun dengan mengukur biomassa tanaman yang terdiri dari daun, batang, dan akar dalam keadaan bobot kering dengan satuan gram/polybag. Hasi pengamatan dari bobot kering daun, batang, dan akar dapat dilihat pada Tabel 7. 19

34 Tabel 7. Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar Perlakuan P0 P1 P2 P3 Daun 70,06 A ± 17,46 81,12 A ± 31,59 43,27 B ± 26,60 10,22 C ± 8,06 Berat (gram)/polybag Batang 55,66 A ± 7,99 57,96 A ± 9,40 39,52 B ± 21,73 9,76 B ± 6,16 Akar 6,20 A ± 1,54 8,22 A ± 2,36 3,90 B ± 2,59 0,93 B ± 0,86 Rataan 51,17 ± 20,93 40,72 ± 11,32 4,81 ± 1,84 keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan sidik ragam menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sangat berbeda nyata (P<0,01), P0 dan P1 memiliki bobot kering yang lebih tinggi dari pada P2 dan P3, hal ini menggambarkan adanya pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas dari tanaman bangun-bangun, sehingga makin rendahnya intensitas yang diperoleh tanaman, maka makin rendah pula nilai bobot keringnya. Penurunan bobot kering daun dari P0 ke P3 berkorelasi positif dengan penurunan jumlah daun yang terbentuk, hal ini diduga apabila semua faktor terpenuhi yakni salah satunya adalah cahaya maka akumulasi produksi bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari. Menurut Dovrat (1993) berpendapat bahwa hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan. Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Penurunan bobot kering juga terjadi dengan ditandai penurunan karbohidrat yang terbentuk pada saat pembungaan tanaman padi yang diberi perlakuan intensitas cahaya rendah, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa (Djukri dan Bambang, 2003). Tempat penyimpanan hasil fotosintesis salah satunya adalah di akar. Penurunan bobot kering pada akar diduga karena adanya pengaruh dari intensitas cahaya yang rendah, sehingga cahaya yang diterima oleh tanaman pun sedikit. Jumlah cahaya yang sedikit menyebabkan peningkatan kelembaban pada naungan dan 20

35 mempengaruhi fotosintesis yang mengakibatkan penurunan pada hasil fotosintesis dan akar pun menjadi mudah membusuk. Dugaan ini diperkuat dengan adanya pendapat dari Sopandie et al. (2003) yang menyatakan bahwa kondisi kekurangan cahaya menyebabkan menurunan pada laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat, kemudian penurunan bobot kering akan terjadi sebanding dengan meningkatnya taraf naungan yang diberikan (Kurniawati et al., 2005) Pada Tabel 7 terlihat hasil antara P0 dan P1 tidak berbeda nyata, namun jika dibuat persentase kenaikan bobot kering P1 terhadap P0 maka akan terlihat terjadi peningkatan bobot kering. Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot kering tajuk menurun, karena dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman. Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan respirasi tanaman menjadi meningkat, sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit (Libria et al., 2004). Peningkatan bobot kering dari P0 ke P1 menggambarkan bahwa tanaman bangun-bangun memiliki zona optimal dalam penerimaan cahaya yakni cukup dengan intensitas cahaya 75%, maka kurang atau lebih cahaya yang diterima akan menyebabkan penurunan pada produktivitasnya. 21

36 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang baik yaitu P1 (intensitas cahaya 75%) yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L). Saran Pengembangan tanaman bangun-bangun dengan sistem integrasi cukup dengan intensitas cahaya sebesar 75%, kemudian diperlukan analisis proksimat untuk melihat kandungan pada masing-masing perlakuan. 22

37 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur atas khadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L). Penulis bermaksud ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Panca Dewi MHKS., MS selaku dosen pembimbing utama skripsi, dan Ir. Lidy Herawati, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing anggota skripsi atas motivasi, nasehat serta saran yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Emeritus Dr. Dra. Peni S.H., M.Sc atas dukungan moril maupun materil yang telah diberikan dan Ir. Asep Tata Permana, M.Sc selaku dosen pembahas seminar atas sarannya, selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc.Agr dan Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si selaku dosen penguji sidang, serta Ir. Lilis Khotijah, M.Si selaku dosen panitia sidang. Penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang tulus kepada Ayah Zarkasih (Alm) dan Ibu Lina Widiyani atas doa, nasehat, dan semangat yang diberikan, serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi. Terimakasih kepada Novicha (INTP 43) dan Karya Salemba Empat serta Paguyuban KSE IPB yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mustofa, para sahabat Keluarga 8 (Mutia sari, Pratita, Apdila, Dea, Ide, Ponam, dan Habibah) yang selalu memberikan semangat dan para pegawai lapang Laboratorium Agrostologi,, serta Natalia yang merupakan teman satu bimbingan penelitian, serta kepada temen-teman INTP 45 yang merupakan teman seperjuangan selama masa perkuliahan. Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis

38 DAFTAR PUSTAKA Acamovic T. & J.D. Brooker Biochemistry of plant secondary metabolites and their effect on animlas. Cambridge Journals (64): Anggarani, D. S Analisis aspek agronomi dan fisiologi kedelai (Gylcine max (l) merr.) pada kondisi cekaman intensitas cahaya rendah. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Archita, A Pengaruh intensitas cahaya rendah terhadap keragamana sifat agronomis tanaman temu-temuan (Curcuma spp). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Balai Besar Wilayah II, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Bambang, S. P. & Djukri Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). J. Ilmu Pertanian, Vol. 10 (2): Damanik, R., Daulay, Z., Saragih, S. R. Premier, N., Wattanapenpaiboon., & Wahlguist, M. L Consumption of bangun-bangun leaves (Coleus amboinicus Lour) to increase breast milk production among batakness women in north sumatra island, Indonesia. APJCN: 10(4): 567. Depkes. Departemen Kesehatan Botani, sinonim nama umum dan nama dagang daun bangun-bangun. Jkarta: Depkes. [terhubung berkala]. [1 Juli 2012]. Dovrat, A Devloment in Crop Science 24: Irrigated Forage Production. Faculty of Agricultur, The Hebrew University of Jerusalem Revohot. Elsevier, Amsterdam. Erlangga, N Analisi keragaman aksesi tanaman kunyit (Curcuma domestica val) pada kondisi naungan dan tanpa naungan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ilsley, S.E., H.M. Miller, H.M.R. greathead & C. Kamel Plant extracts as supplements for lactating sows: effects on piglet performance, sow food intake and diet digestibility. Bul. 77: Kurniawati, A, L.K Darusman & R. Y. Rachmawaty Pertumbuhan, produksi, dan kandungan hijauan teriterpenoid dua jenis pegagan (centella asiatica l. (urban)) sebagai bahan obat pada berbagai tingkat naungan. Bul. Agro 33 (3): Laboratorium Departement of Chemistry Analysis Coleus amboinicus Lour component with Gc and GCMS technique. India: Gorakhpur University. [terhubung berkala]. [ 4 April 2012] Lawrence, M., Naiyara, & Damanik, MRM Modified nutraceutical composition. Australia: Freehills patent and trademark Attorneys Melbourne. [terhubung berkala]. [25 Juni 2012].

39 Libria, W, Tohari, & Endang S Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot. J. Ilmu Pertanian. 11 (2): Mahmud, M., K., Slamet, D. S., Apriyantono & R. R., Hermana Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Depkes RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jakarta. Parsons, A.J. & D.F. Chapman The Principles of Pasture Growth and Utilization. In: A. Hopkins (Editor). Grass its Production and Utilization. Ed 3 rd. Blackwell Science Institure of Grassland and Environment Research, North Wyke, Okehampton Devon. Pinus, Lingga Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak. pusat penelitian pertanaian dan pedesaan swadaya (P4S) ANTANAN. Bogor (tidak dipublikasikan). Q A International Plants: Understanding The Diversity of The Plant World. PT Bhuana Ilmu Populer. Rumetor, S.D., J. Jachja, R. Widjajakusuma, I.G. Permana, & I. K. Sutama Suplementasi daun bangun-bangun (coleus amboinicus lour) dan zinc-vitamin E untuk memperbaiki metabolisme dan produksi susu kambing peranakan etawa. JITV. 13(3): 195. Sahelian, R Forskholin mechanism of action. bulletin plant natural product 20: [26 Februari 2012]. Salisbury, FB & C.W Ross Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung. Siagian, M.H. & M. Rahayu Plecantrus ambonicus lour spreng di daerah Batak Toba, Sumut. Makalah. Disajikan pada Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia. Surabaya. Sitompul, S.M. & Bambang Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sopandie, D., Chozin, MA, Sc., Santrosumarjo, S., Juhaeti, T., & Sahardi Toleran Padi Gogo Terhadap Naungan. Hayati. 10(2): Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, & Nurul, Khumaida Fisiologi, genetik dan monokuler adaptasi kedelai terhadap intensitas cahya rendah: pengembengan varietas unggul kedelai sebagai tanaman sela. Laporan penelitian. Lembaga Penelitian Dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Sukarjo, E. I Toleransi beberapa Curcuma spp terhadap intensitas naungan. J. Ilmu Pertanian, 6 (2):

40 LAMPIRAN 2 6

41 1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 16,864 5,621 5,115** 2,947 4,568 3,4 vs 2,1 1 12,234 12,234 11,132** 4,196 7,636 3 vs 4 1 3,015 3,015 2,743 4,196 7,636 ns 2 vs 1 1 1,615 1,615 1,469 4,196 7,636 ns Error 28 17,206 0,614 0,559 1,882 2,464 Total 31 34,070 1,099 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01)

42

43 2. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Bangun- Bangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan , ,813 6,140** 2,947 4,568 2,1 vs 3, , ,267 14,519** 4,196 7,636 2 vs ,615 17,615 0,226 4,196 7,636 3 vs , ,558 3,674** 4,196 7,636 Error ,164 35,042 0,449 1,882 2,464 Total ,603 77,987 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) ns 27

44 3. Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Minggu Ke-10 SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 9,536 3,179 0,745 2,947 4,568 Error ,419 4,265 Total ,955 4,160 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) ns 28

45 4. Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan , ,406 82,133** 2,947 4,568 1,2 vs 3, , ,695 43,128** 4,196 7,636 1 vs , ,516 1,106 4,196 7,636 3 vs , ,210 9,873** 4,196 7,636 Error , ,541 1,000 1,882 2,464 Total , ,205 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) 29

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.)

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.) PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.) SAEPAN JISMI D14104087 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO EVALUASI SUPLEMENTASI EKSTRAK LERAK (Sapindus rarak) TERHADAP POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO SKRIPSI ARISMA KURNIAWATI DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A24050822 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS Indigofera zollingeriana YANG DI TANAM PADA LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA

PRODUKTIVITAS Indigofera zollingeriana YANG DI TANAM PADA LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA SKRIPSI PRODUKTIVITAS Indigofera zollingeriana YANG DI TANAM PADA LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA Oleh : Mohamad Poniran 11181102094 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

SKRIPSI BUHARI MUSLIM KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN PERSILANGAN LEPAS SAPIH SKRIPSI BUHARI MUSLIM PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI

UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI OLEH MIRZAH FIKRIATI A24053678 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL LANJUTAN GALUR-GALUR KEDELAI (Glycine max (L ) Merr) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI DESA SEBAPO KABUPATEN MUARO JAMBI

UJI DAYA HASIL LANJUTAN GALUR-GALUR KEDELAI (Glycine max (L ) Merr) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI DESA SEBAPO KABUPATEN MUARO JAMBI UJI DAYA HASIL LANJUTAN GALUR-GALUR KEDELAI (Glycine max (L ) Merr) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI DESA SEBAPO KABUPATEN MUARO JAMBI Oleh : Rina Yunita A24053094 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian Kamaludin Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi kompos kotoran sapi yang terbaik dalam

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN SKRIPSI PRAMADITA SURYANAGARA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT SKRIPSI OLEH: VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) Oleh : IrvanSwandi 10882003293 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETEPENG DAN ABU SABUT KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETEPENG DAN ABU SABUT KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETEPENG DAN ABU SABUT KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) Rahmawasiah Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 50 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):50-54, 2013 Vol. 1, No. 1: 50 54, Januari 2013 PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT. Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H

SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT. Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H0709011 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh : SITI SARAH PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA ILMU TANAH

OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA ILMU TANAH DAMPAK PEMBERIAN PUPUK UREA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP C ORGANIK, TOTAL DAN SERAPAN N, SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG PADA INCEPTISOL ASAL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA 120301010

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A34304039 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

KADAR SERAT KASAR DAN KECERNAAN SECARA In Vitro JERAMI KEDELAI YANG DITANAM DENGAN PERLAKUAN PENYIRAMAN AIR LAUT DAN INOKULASI BAKTERI Rhizobium

KADAR SERAT KASAR DAN KECERNAAN SECARA In Vitro JERAMI KEDELAI YANG DITANAM DENGAN PERLAKUAN PENYIRAMAN AIR LAUT DAN INOKULASI BAKTERI Rhizobium KADAR SERAT KASAR DAN KECERNAAN SECARA In Vitro JERAMI KEDELAI YANG DITANAM DENGAN PERLAKUAN PENYIRAMAN AIR LAUT DAN INOKULASI BAKTERI Rhizobium SKRIPSI Oleh FATCHAN INAMI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR 107040003 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/100301085 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON SURYA DANI DAULAY 061202039 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

KHARISMA ANINDYA PUTRI H

KHARISMA ANINDYA PUTRI H TAMPILAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN DAN KADAR UREA DARAH PADA KAMBING PERAH DARA PERANAKAN ETTAWA AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN SUPLEMENTASI UREA YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh KHARISMA ANINDYA PUTRI H

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE SKRIPSI DIMAR WIGATI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG KUNYIT PADA HERBAL MINERAL BLOK (HMB) TERHADAP PROFIL LEMAK DARAH DAN PERFORMA KAMBING KACANG SKRIPSI ISNAN HARTANTO

PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG KUNYIT PADA HERBAL MINERAL BLOK (HMB) TERHADAP PROFIL LEMAK DARAH DAN PERFORMA KAMBING KACANG SKRIPSI ISNAN HARTANTO PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG KUNYIT PADA HERBAL MINERAL BLOK (HMB) TERHADAP PROFIL LEMAK DARAH DAN PERFORMA KAMBING KACANG SKRIPSI ISNAN HARTANTO DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

RETENSI NITROGEN PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA BETINA LEPAS SAPIH YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

RETENSI NITROGEN PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA BETINA LEPAS SAPIH YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI. RETENSI NITROGEN PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA BETINA LEPAS SAPIH YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh MUHAMMAD ARIF BUDIYANTO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk urea dan KCl berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011) MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD SKRIPSI RISNA HAIRANI SITOMPUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI PETERNAKAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Buana Sains Vol 6 No 2: 165-170, 2006 165 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Fauzia Hulopi PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN 060301023 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci