Analisis Kontrastif Idiom Yang Menggunakan Kata Zunge und Mund Dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Kontrastif Idiom Yang Menggunakan Kata Zunge und Mund Dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia ABSTRAK"

Transkripsi

1 Analisis Kontrastif Idiom Yang Menggunakan Kata Zunge und Mund Dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia ABSTRAK Salah satu hambatan pembelajar dalam mempelajari bahasa Jerman adalah memahami ungkapan-ungkapan idiomatik, hal itu muncul karena adanya perbedaan bahasa dan budaya. Ungkapan idiomatik merupakan unsur bahasa yang memiliki aturan tersendiri yang ditekankan dari segi makna atau segi semantiknya. Makna itu sendiri telah baku dan telah disepakati oleh pemakai bahasa tersebut. Idiom terkadang menjadi suatu kendala bagi pembelajar bahasa asing karena tidak semua idiom bahasa asing memiliki makna yang sama dengan bahasa ibu. Untuk memahami idiom bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia adalah dengan mencari padanannya, bukan langsung menerjemahkannya. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menganalisis persamaan dan perbedaan idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari padanan idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia dengan menelaah makna semantiknya. Dalam penelitian ini digunakan metode tertium comparations. Tertium comparations adalah sebuah metode untuk mencari suatu padanan atas dasar hubungan konsep semantik. Metode ini terutama digunakan pada idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung maupun kemiripan konsep semantik dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa antara bahasa Jerman dan bahasa Indonesia terdapat persamaan dan perbedaan dalam idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund. Idiom-idiom tersebut terbagi ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama adalah idiom bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dengan idiom dalam bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini berjumlah 4 idiom untuk kata Zunge dan 5 idiom untuk kata Mund. Kelompok kedua adalah idiom yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang termasuk ke dalam kelompok ini sebanyak 15 idiom untuk kata Zunge dan 10 idiom untuk kata Mund. Kelompok ketiga adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki kemiripan idiom dan kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini sebanyak 2 untuk kata Zunge dan 3 untuk kata Mund. Kelompok keempat adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini sebanyak 11 untuk kata Zunge dan 16 untuk kata Mund. Berkaitan dengan hasil penelitian ini, pembelajar disarankan untuk lebih banyak membaca buku-buku ungkapan dari kedua bahasa tersebut dan menggunakan ungkapan tersebut dalam percakapan sehari-hari, agar ungkapan tersebut tidak lagi menjadi hal yang asing ataupun sulit bagi pemeblajar bahasa Jerman. Kata Kunci: Idiom, Kata Zunge und Mund. Kategori, Fungsi, Semantik

2 Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya hubungan antarnegara saat ini, manusia dituntut untuk dapat ikut bersaing dan berpartisipasi dalam dunia internasional. Salah satu modal utama yang harus dimiliki adalah penguasaan bahasa asing. Pengajaran bahasa asing baik di sekolah maupun perguruan tinggi adalah salah satu upaya untuk menunjang kebutuhan masyarakat masa kini. Salah satu bahasa asing yang dipelajari adalah bahasa Jerman. Dalam mempelajari bahasa Jerman, pembelajar masih mempunyai persoalan dan hambatan. Salah satu hambatan tersebut adalah memahami ungkapan-ungkapan idiomatik, hal itu muncul karena adanya perbedaan bahasa dan budaya. Bahasa berhubungan erat dengan budaya karena bahasa adalah identitas sebuah bangsa. Pembelajar menemukan kesulitan di dalam pembelajaran ungkapan dalam bahasa Jerman dikarenakan mereka terbiasa menerjemahkan langsung bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia. Padahal, hal tersebut dapat mengubah makna yang sebenarnya atau bisa dikatakan makna semantiknya. Kurangnya pengetahuan mengenai contoh-contoh idiom dalam bahasa Jerman, dan kurangnya pengetahuan mengenai arti semantik contoh-contoh idiom tersebut menjadi salah satu faktor pembelajar langsung menerjemahkan idiom-idiom dalam bahasa Jerman, sehingga ketika idiom disisipkan dalam sebuah kalimat, idiom tersebut menjadi berbeda maknanya. Seseorang dapat mengungkapkan perihal atau keadaan dengan idiom dalam bahasa ibunya dengan baik, namun tidak dalam bahasa asing. Ketika seseorang menerjemahkan langsung ke dalam bahasa asing, maka maknanya berubah karena perbedaan budaya dan bahasa sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman. Untuk memberi gambaran jelas bagaimanakah idiom yang menggunakan organ tubuh lidah dan mulut tersebut, di bawah ini dicantumkan berbagai contoh berikut:

3 Akibat berlidah dua, Pak Raden tidak dipercaya lagi oleh warga sebagai ketua desa untuk periode selanjutnya. Idiom berlidah dua dalam kalimat di atas memiliki arti perkataan seseorang yang perkataannya tidak tetap, di satu tempat mengatakan seperti ini, di tempat lain mengatakan hal yang berbeda. Idiom berlidah dua tidak dapat diterjemahkan menjadi zwei Zungen, karena kata tersebut tidak terdapat dalam idiom bahasa Jerman. Salah satu cara untuk menghindari kesulitan itu adalah dengan cara melakukan analisis perbandingan. Permasalahan mengenai idiom yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata Zunge und Mund seperti di atas adalah permasalahan utama yang diangkat sebagai topik dalam penelitian ini. Landasan Teori Idiom adalah hubungan tetap kata-kata yang maknanya tidak dapat diambil dari makna tiap-tiap unsur kata-kata tersebut, sama halnya seperti yang dikemukakan Brockhaus (1985: 379) Idiom ist feste Wortererbindung, deren Bedeutung sich nicht aus der Bedeutung ihrer einzelnen Bestandteile ergibt. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis memilih idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund karena memiliki beberapa alasan : Secara kontrastif, idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, memaparkan mengenai dua anggota tubuh yang berbeda dan berbeda pula kegunaannya. Kontrastif sendiri diartikan sebagai perbedaan antara dua hal. Analisis kontrastif dilakukan untuk menguraikan perbedaan atau pertentangan dua hal yang memiliki tujuan untuk memperoleh pengertian berbagai makna scara tepat. Pada penelitian ini ditekankan pada makna semantiknya. Secara kuantitatif, jumlah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund lebih banyak dibandingkan dengan jumlah idiom bagian tubuh lainnya. Sehingga, bisa dikaji banding karena terdapat banyak contoh idiom yang tersedia.

4 Chaer (2002: 74) membagi idiom ke dalam dua bentuk berdasarkan makna yang timbul dari unsur-unsur pembentuknya yaitu, idiom penuh dan idiom sebagian. 1. Idiom penuh Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Setiap unsur kata sudah kehilangan makna leksikalnya dan hanya memiliki makna dari keseluruhan bentuk tersebut. Contoh idiom penuh dalam bahasa Indonesia : a. Berlidah ular = tak jujur, suka menipu Makna leksikal dari lidah ialah salah satu anggota tubuh yang digunakan untuk mengecap, menjilat dan berkata-kata, sedangkan ular merupakan binatang melata. b. Asin mulutnya = Selalu terbukti kebenaran perkataannya. Makna leksikal dari asin ialah berasa garam, sedangkan mulut ialah salah satu anggota tubuh yang digunakan untuk memasukan makanan dan berbicara. Kata-kata di atas telah hilang makna leksikalnya. Kata berlidah dan ular, asin dan mulutnya frase-frase tersebut memiliki makna baru jika unsur-unsur katanya digabungkan. 2. Idiom sebagian Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh idiom sebagian dalam bahasa Indonesia: a. Memeliharakan lidah = Menjaga kata-kata yang akan diucapkan. Makna leksikal dari memelihara adalah menjaga dan merawat baik-baik, sedangkan lidah ialah salah satu anggota tubuh yang digunakan untuk mengecap, menjilat dan berkata-kata. b. Pembasuh mulut = Buah- buahan. Makna leksikal dari pembasuh adalah alat untuk membasuh, sedangkan mulut ialah salah satu anggota tubuh yang digunakan untuk memasukan makanan dan

5 berbicara. Dilihat dari kategorinya, Soedjito ( dalam Hayati, 2010: 10) idiom bahasa Indonesia dibagi ke dalam tujuh jenis, yaitu: 1. Idiom dengan bagian tubuh Idiom dengan bagian tubuh adalah bentuk-bentuk idiom yang salah satu unsur atau kata pembentuknya memakai kata-kata yang menunjukkan bagian-bagian tubuh manusia, seperti kata hati pada idiom hati kecil, kata darah pada idiom menghisap darah, kata tangan pada idiom panjang tangan, dan kata kepala pada idiom kepala batu. 2. Idiom dengan kata indera Idiom dengan kata indera menunjukan jenis idiom yang salah satu kata pembentuknya merupakan kata-kata yang dapat dirasakan oleh pancaindera, seperti kata dingin pada idiom bertangan dingin, dan panas pada idiom uang panas. 3. Idiom dengan nama warna Idiom dengan nama warna adalah jenis idiom yang salah satu unsurnya menggunakan kata yang menunjukkan warna, seperti kata merah, pada idiom merah telinga, dan kata putih pada idiom hitam di atas putih. 4. Idiom dengan nama benda-benda alam Idiom dengan nama benda-benda alam, yaitu jenis idiom yang salah satu unsurnya memakai nama benda-benda alam, seperti kata bumi pada idiom bumi langit, dan dibumihanguskan. 5. Idiom dengan nama binatang Idiom dengan nama binatang menunjukkan jenis-jenis idiom yang salah satu unsurnya memakai nama binatang, seperti kata kambing pada idiom kambing hitam dan kelas kambing. 6. Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan, yaitu jenis idiom yang salah satu unsurnya menggunakan kata yang menunjukkan bagian tumbuhan, seperti kata

6 daun pada idiom daun muka,dan kata bunga pada idiom bunga rampai. 7. Idiom dengan kata bilangan Idiom dengan kata bilangan berarti jenis idiom yang salah satu unsurnya menggunakan kata bilangan, seperti idiom berbadan dua, dan idiom mendua hati. Sayangnya referensi pembagian idiom dalam bahasa Jerman sangat minim, sehingga tidak diperoleh referensi yang cukup memadai, namun dalam kamus idiom karya Friedrich yaitu Moderne Deutsche Idiomatik, telah diklasifikasikan idiom idiom dalam berbagai jenis. Jenis-jenis idiom yang telah diklasifikasikan tersebut adalah: 1. Antike 16. Personen und Vӧlkernamen 2. Buchstaben 17. Pflanzen 3. Erde, Elemente, Natur 18.Rechtsprechung und Gerichtswesen 4. Familie 19. Reise und Verkehr 5. Farben 20. Religion 6. Fischerei und Jagd 21. Ritter, Soldaten, Krieg 7. Gesundheit, Krankenheit, Tod 22. Schiffahrt 8. Handwerk 23. Schule und Wissenschaft 9. Haus und Wohnungseinrichtung 24. Spiel und Sport 10. Kleidung 25. Tiere 11. Der menscliche Kӧrper 26. Wetter 12. Kunst, Musik, Theater 27. Wirtschaft und Handel 13. Landwirtschaft 28. Zahlen und Mathematik 14. Nahrung und Gerichte 29. Zeit 15. Orts- und Ländernamen 30. Allgemeine Ausdrücke

7 Analisis Kontrastif Moeliono (dalam Trifani, 2011: 14) memaparkan pengertian analisis kontrastif secara lebih lengkap yaitu, analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan dua hal. Dalam penelitia ini perbedaan atau pertentangan yang akan dianalisis adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Adapun cara untuk melakukan perbandingan kedua bahasa tersebut yang dikemukakan oleh Hufesein dan Neuner (2007: 28), yaitu: Um zwei Sprachen miteinander vergleichen zu können, muss man sie auf ihre Ähnlichkeit (Äquivalenz) hin überprüfen, und zwar geht es nicht um die oberflächliche Ähnlichkeit, sondern um die semantische Gleichheit. Menurut pendapat tersebut, cara untuk melakukan perbandingan dua bahasa harus terlebih dahulu menguji kemiripan bahasa tersebut, tidak hanya kemiripan sepintas saja melainkan juga kemiripan semantik (makna). Analisis Kontrastif muncul karena adanya kesulitan pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua (B2). Analisis Kontrastif hanya menganalisis dua bahasa dengan cara membandingkan bahasa kedua dengan bahasa pertama. Hasil perbandingan unsur kebahasaan yang berbeda tersebut membantu pengajar bahasa untuk memperkirakan kealahan yang mungkin dilakukan pembelajar sehingga dapat membantu dalam pembelajaran bahasa kedua (B2). Selain memiliki objek, analisi kontrastif juga memiliki tujuan. Pateda (1989: 20) mengemukakan tujuan analisis kontrastif, diantaranya adalah: Menganalisis perbedaan antara B1 (bahasa ibu) dengan B2 (bahasa asing yang sedang dipelajari) agar pengajaran bahasa berhasil baik. Menganalisis perbedaan antara B1 dengan B2 agar kesalahan berbahasa siswa dapat diramalkan dan pengaruh B1 itu dapat diperbaiki. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui keterampilan berbahasa siswa.

8 Membantu siswa untuk menyadari kesalahannya dalan berbahasa sehingga siswa dapat menguasai bahasa yang sedang dipelajarinya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Langkah-Langkah Analisis Kontrastif Terdapat empat langkah prosedur kerja dalam analisis kontrastif, yakni membandingkan kesulitan belajar B1 dan B2, kesalahan berbahasa, menyusun bahan, dan memilih cara penyajian. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut diharapkan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing lebih efektif dan kesulitan yang dihadapi dapat teratasi. Keempat langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Langkah pertama, guru membandingkan struktur bahasa pertama dan kedua yang akan dipelajari oleh siswa. Melalui perbandingan itu dapat diidentifikasikan perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Langkah Kedua, adalah memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa. Perkiraan diperoleh dari hasil perbandingan struktur kedua bahasa tersebut. Perbedaan struktur bahasa pertama dan kedua beserta kesulitan belajar yang ditimbulkannya diyakini sebagai sumber dan penyebab kesalahan berbahasa yang sering dibuat oleh siswa dalam mempelajari bahasa. Langkah ketiga, perbedaan struktur beserta kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan pemilihan, pengurutan, dan penekanan bahan pengajaran bahasa kedua. Langkah keempat, berkaitan dengan pemilihan cara-cara penyajian bahan pengajaran. Siswa yang mempelajari bahasa kedua sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam menggunakan bahasa ibunya. Kebiasaan tersebut harus diatasi agar tidak mengintervensi dalam penggunaan bahasa kedua. Semantik Semantik merupakan cabang linguistik yang mempelajari arti atau makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan

9 makna yang satu dengan yang lain. Chaer (2002: 59), membagi makna kata dalam enam jenis, yaitu: a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya kata tikus makna leksikalnya adalah binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, reduplikasi dan kompisisi. Proses afiksasi awalan terpada kata angkat dalam kalimat batu seberat itu terangkat juga oleh adik memiliki makna dapat dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas memiliki makna gramatikal tidak sengaja. b. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial Perbedaan makna referensial dan nonreferensial dilihat dari ada atau tidaknya referen dari kata-kata itu. Jika kata-kata itu memiliki referen, yakni sesuatu diluar bahasa yang menjadi acuan kata tersebut, maka kata tersebut memiliki makna referensial. Jika kata tersebut tidak memiliki referen, maka kata itu disebut kata yang bermakna nonreferensial. Kata meja dan kursi termasuk kata yang memiliki makna referensial karena memiliki referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga.sebaliknya kata karena dan tetapi tidak memiliki referen. Jadi kata karena dan tetapi termasuk kata yang memiliki makna nonreferensial. c. Makna Denotatif dan Makna Konotatif Perbedaan makna Denotatif dan Konotatif didasarkan pada ada atau tidaknya nilai rasa pada sebuah kata. Sebuah kata disebut memiliki makna konotatif apabila kata tersebut memiliki nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa, maka dikatakan tidak memliki konotasi atau disebut juga konotasi netral.

10 Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial karena makna denotatif ini sering didefinisikan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. d. Makna Kata dan Makna Istilah Makna kata akan menjadi jelas jika digunakan dalam suatu kalimat. Jika lepas dari konteks kalimat makna kata tersebut akan menjadi umum. Misalnya kata air. Apa yang dimaksud dengan air itu? Apakah air yang berada di sumur, di gelas atau di bak mandi? Kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi karena kata air itu lepas dari konteks kalimatnya. Berbeda dengan makna kata, makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Tanpa konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti. Misalnya kata tahanan. Sebagai kata, makna kata tahanan masih bersifat umum, tetapi sebagai istilah, misalnya dalam bidang hukum makna tahanan itu sudah pasti, yaitu orang yang ditahan karena suatu perkara. e. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Perbedaan Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dapat dilihat dari ada atau tidaknya hubungan makna sebuah kata dengan makna kata lain. Makna Konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsep dan referennya. Sedangkan makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan makna suci ; kata merah berasosiasi dengan makna berani. Karena makna asosiasi berhubungan dengan nilai rasa bahasa, maka makna asosiatif termasuk juga ke dalam makna konotatif. f. Makna idiomatikal dan Makna Perbiahasa Idiom adalah satuan-satuan bahasa yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Sedangkan makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa

11 yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Analisis Semantik Analisis semantik adalah proses setelah melewati proses scanning dan parsing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan pada struktur akhir yang telah diperoleh dan diperiksa kesesuaiannya dengan komponen program yang ada. Fungsi dari analisis semantik adalah untuk menentukan makna dari serangkaian instruksi yang terdapat dalam program sumber. Analisis semantik berperan dalam memeriksa kesalahan-kesalahan yang bersifat semantik. Hasil Penelitian dan Pembahasan Idiom bahasa Jerman yang akan dianalisis diambil dari Moderne Deutsche Idiomatik karya Wolf Friedrich yang diterbikan oleh Hueber dan Buku Redewendungen, Wӧrterbuch der Deutschen Idiomatik Duden karya Günther Drosdowski. Dalam buku Moderne Deutsche Idiomatik terdapat 54 buah idiom yang menggunakan kata Zunge dan terdapat 48 buah idiom yang menggunakan kata Mund. Idiom bahasa Indonesia diambil dari buku Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Dalam buku Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia terdapat 46 idiom menggunakan kata lidah dan 42 idiom menggunakan kata mulut. Idiom-idiom bahasa Jerman yang telah terkumpul dikelompokkan ke dalam empat kategori menurut tingkat kesebandingannya kemudian disisipkan dalam sebuah kalimat. Idiom-idiom bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dalam idiom Bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam tabel I. Idiom-idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia terdapat pada tabel II. Idiom bahasa Jerman yang terdapat pada tabel II ini kemudian akan dicari padanan dalam bahasa Indonesia dengan

12 menggunakan metode Tertium Comparations. Idiom-idiom bahasa Jerman yang mirip dan mempunyai kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam tabel III. Idiom-idiom bahasa Jerman yang menggunakan kata lidah dan mulut yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan semantik dengan idiom bahasa Indonesia tergolong ke dalam tabel IV. Idiom-idiom bahasa Jerman tersebut kemudian akan disisipkan dalam sebuah kalimat agar jelas dalam penggunaannya. Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dalam bahasa Indonesia Zunge No. Idiom Bahasa Jerman Idiom Bahasa Indonesia Makna Semantik 1 Zunge hüten Du redest gern und viel. Ich rate dir! Hüte die Zunge! 2 schwere Zunge haben Er meint es durchaus ehrlich, er hat nur eine schwere Zunge. 3 mit zwei Zungen Sie verrät bestimmt nichts. Sie spricht mit zwei Zungen. Pandai-pandailah memeliharakan lidah jika kita berbicara dengan orang. Sangat berat lidahku menyampaikan hal itu kepada orang tuaku. Ibu tidak tahu kabar mana yang benar, karena si penyampai pesan berlidah dua. Menjaga kata-kata yang akan diucapkan. Sukar berbicara Perkataannya tidak tetap( di sini mengatakan begini, di tempat lain mengatakan lain pula). 4 Beredte Zunge haben Walaupun masih kecil, sangat Fasih, lancar

13 Sie ist 5 Jahre alt aber schon hat beredte Zunge. petah lidah anak itu. berbicara Mund No. Idiom Bahasa Jerman Idiom Bahasa Indonesia 1. Ein ungewaschener Mund Pak Rudi seorang -Sehr schade, sie ist hübsch aber guru, namun ia hat ein ungewaschener Mund. bermulut kotor, pantas saja tidak ada murid yang 2. Den Mund aufreiβen - Ich kann nicht Paula vertrauen, sie hat den mund aufreiβen. 3. Reinen Mund halten -Sie ist zuverlässig, sie wird über alls reinen Mund halten. 4. Von Mund zu Mund gehen - Die saftgisten Witze warden wohl kaum je gedruckt, sondern gehen von Mund zu Mund. 5. Den Mund aufmachen -Er weiβ eine ganze Menge, aber er macht im Unterricht fast nie den Mund auf. mematuhinya. Aku muak mendengar perkataan Om Rio karena ia besar mulut. Ibu bilang padaku bahwa aku harus dapat menjadi seorang yang menahan mulut. Berita hilangnya anak itu cepat menyebar dari mulut ke mulut. Dia tidak dapat buka mulut lagi setelah diberi nasihat oleh ibunya. Makna Semantik Kata yang keluar dari mulutnya tak sedap didengar. Sombong, pembual. Menjaga rahasia Buah mulut, pembicaraan yang cepat menyebar. Berbicara, mengatak sesuatu.

14 Tabel di atas menunjukkan adanya suatu persamaan antara idiom bahasa Jerman dengan idiom bahasa Indonesia. Tidak hanya dari idiomnya saja, tetapi juga dari makna semntiknya. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa meskipun bahasa Indoneisa dan bahasa Jerman bukan bahasa serumpun, namun tidak menutup kemungkinan adanya kesamaan dari segi bahasa apabila diterjemahkan secara langsung. Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dalam bahasa Indonesia No. Idiom Bahasa Jerman 1 Eine lose Zunge besitzen Zunge Idiom Bahasa Indonesia Panjang lidah Makna Semantik Suka menyampaikan rahasia orang kepada orang lain Suka menipu 2 Sich nicht an der Zunge ziehen lassen Berlidah ular 3 falsche Zunge haben Memutar lidah Berdusta, berbohong 4 freche Zunge haben Kata-katanya pedas Apa yang dikatakannya sangat menyakiti hati Mund No. Idiom Bahasa Jerman 1 j-m nach dem Munde reden 2 Der Mund steht ihr nicht still 3 In aller Leute Munde sein 4 ihr Mundwerk steht nicht still Idiom Bahasa Indonesia Mulutnya yang manis Si bacar mulut Buah mulut Banyak mulut Makna Semantik Bujukannya, perkataany yang orang ingin dengar, manis perkataan Orang yang banyak cakap Pembicaraan, pergunjingan Banyak cakap

15 Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara idiom bahasa Jerman dengan idiom bahasa Indonesia memiliki kesamaan makna semantik meskipun idiomnya berbeda. Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki kemiripan dan kesamaan makna semantik dalam bahasa Indonesia Zunge No. Idiom Bahasa Idiom Bahasa Indonesia Makna Semantik Jerman 1 auf der Zunge haben Ujung lidahku Hampir terucapkan 2 j-m die Zunge lähmen Terkalang lidah Tidak dapat berkata apa-apa Mund No. Idiom Bahasa Jerman 1 Ein freches Mundwerk haben 2 Den Mund zu voll nehmen 3 ein grobes Mundwerk haben Idiom Bahasa Indonesia Mulutnya tajam Besar mulut Bermulut bisa Makna Semantik Perkataan yang kasar Sombong, pembual Suka mengatakan kata-kata yang menyakitkan, katakatanya pedas Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat beberapa idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund yang memiliki kemiripan dan kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia. Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan makna semantik dalam idiom bahasa Indonesia

16 Zunge No. Idiom Bahasa Jerman Makna Semantik 1 die Zunge (ab-) brechen (bei e-m Wort) ein Wort ist unaussprechbar schwierig ( so daβ man sich fast die Zunge verletzt) 2 die Zunge verbrennen den Mund verbrennen 3. j-m die Zunge lähmen es j-m unmӧglich machen zu sprechen Mund No. Idiom Bahasa Jerman Makna Semantik 1 J-m den Mund stopfen j-m das Maul stopfen 2 J-m den Mund verbieten j-m verbieten zu sprechen 3 Ich kann mir den Mund wischen ich gehe leer aus, bekomme nichts Hasil dari 55 buah idiom yang menggunakan kata Zunge, 49 buah idiom yang menggunakan kata Mund dan terdapat 47 idiom menggunakan kata lidah juga 42 idiom menggunakan kata mulut, ternyata tidak semua idiom dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang telah dijelaskan sebelumnya. Hanya sebagian kecil saja yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori- kategori tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, idiom dibagi menjadi empat kelompok idiom yang membedakan tingkat perbandingannya. Kelompok pertama adalah idiom bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dengan idiom dalam bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini berjumlah 4 idiom untuk kata Zunge dan 5 idiom untuk kata Mund, di antaranya

17 yaitu untuk Zunge ialah Zunge hüten (memeliharakan lidah), schwere Zunge haben(berat lidahku), mit zwei Zungen reden (berlidah dua), beredte Zunge haben(petah lidah). Untuk idiom Mund, di antaranya yaitu ein ungewaschener Mund (bermulut kotor), Den Mund aufreiβen (besar mulut), Reinen Mund halten (menahan mulut),von Mund zu Mund gehen(mulut ke mulut),den Mund aufmachen (buka mulut). Kelompok kedua adalah idiom yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang termasuk ke dalam kelompok ini sebanyak 15 idiom untuk kata Zunge dan 10 idiom untuk kata Mund, beberapa di antaranya yaitu die Zunge lӧsen (lancang), bӧse Zunge behaupten (suka mengeluarkan kata-kata keji), in aller Leute Munde sein (buah bibir), über den Mund fahren (kata-katanya pedas). Kelompok ketiga adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki kemiripan idiom dan kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini sebanyak 2 untuk kata Zunge dan 3 untuk kata Mund, di antaranya yaitu die Zunge lähmen (tidak dapat brkata ap-apa), auf der Zunge haben (hampir terucapkan), ein freches Mundwerk haben (mengatakan kata-kata yang menyakitkan), den Mund zu voll nehmen (sombong, pembual), ein grobes Mundwerk haben (perkataan kasar). Kelompok keempat adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini terdapat 11 untuk kata Zunge dan 16 untuk kata Mund. Beberapa diantaranya yaitu feine Zunge haben, die Zunge herausstrecken, boshafte Zunge haben, den Mund stopfen, den Mund verbieten, den Mund fusselig reden. Tidak terdapatnya padanan dan kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia dikarenakan oleh adanya perbedaan budaya, kebiasaan, tradisi, dan lain sebagainya. Keempat kelompok ini dibagi ke dalam tabel beserta makna semantiknya. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa antara idiom bahasa Jerman dan bahasa

18 Indonesia yang menggunakan kata Zunge und Mund terdapat beberapa persamaan, yaitu kata Zunge und Mund yang digunakan dalam idiom bahasa Jerman digunakan pula dalam idiom bahasa Indonesia. Selain terdapat persamaan, terdapat pula perbedaan, yaitu dalam bahasa Jerman yang tidak terdapat padanannya dan tidak terdapat kesamaan makna semantiknya dalam bahasa Indonesia. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan budaya, kebiasaan, tradisi, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap negara memiliki ciri khas masing-masing melalui bahasa. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, berikut ini penulis mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: pembelajar disarankan membaca buku-buku ungkapan bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Selain itu, untuk memudahkan pembelajar dan pengajar dalam mempelajari ungkapan-ungkapan idiomatis, diharapkan pihak pengelola perpustakaan, khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung menambah koleksi buku yang berhubungan dengan idiom bahasa Jerman maupun bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya hubungan antarnegara saat ini, manusia dituntut untuk dapat ikut bersaing dan berpartisipasi dalam dunia internasional. Salah satu

Lebih terperinci

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA Ragam Makna/Jenis Makna Berdasarkan jenis semantiknya Makna leksikal Makna gramatikal Berdasarkan ada tidaknya referen suatu kata Makna referensial Makna nonreferensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara verbal maupun non verbal. Dalam era globalisasi ini bahasa memiliki peranan dan kedudukan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar tidak hanya diharuskan menguasai empat keterampilan berbahasa saja, seperti menyimak, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari. pengaruh bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari. pengaruh bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari pengaruh bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu sama lain secara praktis tentang pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegunaan bahasa adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. satu kegunaan bahasa adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh bahasa tidak akan lepas dalam kegiatan manusia setiap harinya. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa adanya bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini, di mana iklan menjadi salah satu media alat komunikasi. Hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS CONTOH-CONTOH KESALAHAN YANG UMUM DILAKUKAN OLEH MAHASISWA DALAM MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN, YANG BERASAL DARI ASPEK BUDAYA 1. Ich und meine Freunde gehen in die

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) HÖREN I JR212 PEPEN PERMANA, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Kosakata : Alphabet dan Café d / Struktur: Aussagesatz,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) dalam bukunya yang berjudul Kosa Kata Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna kata ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari latihan keterampilan berbahasa. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman terdapat empat

Lebih terperinci

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. SEMANTIK Pengantar Linguistik Umum 3 November 2014 APAKAH SEMANTIK ITU? 1 2 Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden & Richards (1923), makna tanda bahasa dapat dilihat dari

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap Pelajaran 19 Penipuan Terungkap Walaupun bundaran gandum dibuat oleh para petani, tetap mempercayai eksistensi UFO. Informasi yang beredar di penduduk desa tentang penipuan bundaran gandum menyeret dan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran : BAHAN AJAR / RPP Bidang Studi : Bahasa Jerman Pokok Tema : Erste Kontake Sub Tema :Erste Kontakte mit Deutschen ( ich, du, sie/er/es (sing), Sie, sie (pl)) Kelas / Semester: X / gasal Standar Kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) SPRECHEN I JR215 PUTRASULUNG BAGINDA, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Start auf deutsch Tujuan pembelajaran umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bahasa Jerman merupakan bahasa asing selain bahasa Inggris yang banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Alokasi Waktu Standar Kompetensi Nilai kebangsaan : SMAN 2 Purworejo : Bahasa Jerman : XI IPS/IPS : Familie in Deutschland

Lebih terperinci

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Pada umumnya, masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa Jerman terdapat beberapa aspek penting yang harus dikuasai. Aspek-aspek tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

No. RPP/JER/24 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/24 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari : Sem : 2 (dua) : 100 lisan setingkat A1. lisan sesuai dengan tingkat dasar (A1. 1) Jerman (1) fragen und sagen, was man möchte... (2) fragen und beantworten nach dem Preis... (3) kommentieren, wie der

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan Pelajaran 26 Perpisahan Satu kabar sedih: harus meninggalkan rekan-rekan kerjanya karena ia akan pindah ke Turki. Walaupun teman kerja membuat satu pesta, namun suasana tetap muram. Ketika tiba di kantor,

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar Pelajaran 12 Surat Pendengar Kalau Anda tidak mengerti sesuatu, bertanya kembali adalah pemecahan terbaik. Profesor menjawab pertanyaan pendengar tentang cerita sebelumnya: ini kesempatan yang baik sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang yang menggunakan media berupa teks dengan tujuan memeroleh keterangan atau informasi tertentu. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan mempelajari suatu bahasa asing, karena penguasaan tata bahasa tersebut akan mendasari pembelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koran Singgalang merupakan salah satu media cetak lokal yang terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita utama, berita khusus, berita

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak dan bertanya kepada laki-laki yang dianggap sebagai Raja Ludwig di istana Schloss Neuschwanstein. Tetapi secara kebetulan menemukan sesuatu yang menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa digunakan sebagai alat komunikasi. Selain itu, bahasa juga digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen.

BAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen. BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis makna kontekstual dan tanda pada 5 puisi Ingeborg Bachmann, yaitu Werbung, Trauerjahre, auf der obersten, Nacht der Liebe, dan ein neues Leben, dapat disimpulkan

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Dari mana sebenarnya nama berasal?, dan menyelidiki arti dan langsung mendapat beberapa jawaban. Seorang teman kerja Spanyol, yang mendengar kehadiran burung

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu dan pecahkan teka-teki ikan hiu dan kembali berhasil mengungkap satu kebohongan. Alasan skenario ini masih belum jelas. Bantuan yang tidak disangka-sangka mereka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kebudayaan Widhagdo (1988 : 21) menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupan. Semuanya

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari, karena dengan bahasa seseorang dapat menyerap berbagai informasi dan pengetahuan dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN 1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Schreibfertigkeit II Kode : GER 215 3. Jumlah SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS 4. Semester : Sem : 2 / genap Waktu

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa selalu kita gunakan dalam kehidupan sehar-hari sebagai alat atau perantara dalam menyampaikan apa yang kita rasakan kepada orang lain, sehingga Bahasa

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN Nama Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X / 2 Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas / Semester : XI / 1 Materi Pokok : membaca Bestimmte-unbestimmte Artikel im Nominativ und Akkusativ Alokasi waktu : 2 jam pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JERMAN PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2 REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1 Oleh: Sulis Triyono 2 Abstrak Tulisan ini merupakan pengantar untuk memahami tingkah laku berbahasa masyarakat tutur. Berdasarkan kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama manusia menggunakan bahasa yang berbeda, maka selama itu pula

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama manusia menggunakan bahasa yang berbeda, maka selama itu pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama manusia menggunakan bahasa yang berbeda, maka selama itu pula kegiatan penerjemahan dianggap sebagai hal yang sangat penting dan perlu dilakukan. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa Jerman yang dilatihkan dalam pembelajaran bahasa Jerman di tingkat SMA maupun perguruan tinggi adalah mendengarkan (Hören), berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

IDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1. Oleh : HAFDARANI 2

IDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1. Oleh : HAFDARANI 2 IDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1 Oleh : HAFDARANI 2 PENDAHULUAN Sebagai guru bahasa Jerman kita sering mendengar atau membaca bahwa pengajaran

Lebih terperinci

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ. Pelajaran 21 Ikan Hiu di Hamburg Cuaca hari ini sangat panas. Untung ada suatu kesempatan bagi dan untuk jalan ke kota Hamburg, di dekat laut. Mereka mendapat perintah untuk menyelidik munculnya ikan hiu

Lebih terperinci

Oleh : Irene Yesy, S.Pd

Oleh : Irene Yesy, S.Pd PEMBAHASAN SOAL UN BAHSA JERMAN TAHUN AJARAN 2016/2017 1. Jawab : E. Hallo Pembahasan : sapaan dalam bahasa Jerman memulai suatu percakapan. Biss dann, Bis spatter, biasanya digunakan untuk salam perpisahan.

Lebih terperinci

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari 1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Hörverstehen III Kode : GER 204 3. SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS Sem : 1 Waktu : 2 X 50 Menit 4. Standar

Lebih terperinci

INTERKULTURELLER ANSATZ DES FREMDSPACHLICHEN DEUTSCHUNTERRICHTS

INTERKULTURELLER ANSATZ DES FREMDSPACHLICHEN DEUTSCHUNTERRICHTS 47 INTERKULTURELLER ANSATZ DES FREMDSPACHLICHEN DEUTSCHUNTERRICHTS A. Pendahuluan Istilah interkultural menjadi sangat penting karena belajar bahasa tidak lepas dari pengaruh budaya khususnya dalam belajar

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru Kantor Redaksi D menunggu. dan, calon teman kerja, bersantai mengisi waktu. Tetapi tidak muncul. Komunikasi lewat telpon juga gagal. Karena udara jelek, tiba sangat

Lebih terperinci

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd.

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1 Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi manusia bisa saling berinteraksi. Salah satu alat komunikasi manusia

Lebih terperinci

Kata kunci: karangan, Präposition nach dan zu, penggunaan

Kata kunci: karangan, Präposition nach dan zu, penggunaan PENGGUNAAN PRӒPOSITION NACH DAN ZU PADA KARANGAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN ANGKATAN 2009 UNIVERSITAS NEGERI MALANG Vidya Adinarti, Rosyidah, Desti Nur Aini. vady_art7@yahoo.com ABSTRAK: Penelitian

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 02 Radio D menelpon

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 02 Radio D menelpon Pelajaran 02 Radio D menelpon tidak bisa beristirahat. Setelah diganggu nyamuk-nyauk, sekarang tetangganya yang berisik. Telpon tak terduga dari Berlin menyebabkan dia lari tergopoh-gopoh menuju Radio

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Taufan Reza Achmadi Drs.Tiksno Widiytmoko, M.A. Edy Hidayat, S. Pd., M. Hum. Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali Sesampainya di Radio D, para redaktur langsung mendapat tugas: Almahum Raja Ludwig dari Bavaria, dikabarkan masih hidup. Penyelidikan langsung dari tempat harus mampu

Lebih terperinci

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd.

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd. SILABUS SCHREIBEN I JR 214 Pepen Permana, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku acuan yang relevan maupun dengan pemahamanpemahaman teoritis dan pemaparan

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA N 3 Kediri Program : Pilihan/ Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XI Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2007-2008 : 19 minggu x 2 JP Standar Dasar Materi Pembelajaran Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk

Lebih terperinci

SILABUS SPRECHEN I JR 215. Putrasulung Baginda, S.Pd.

SILABUS SPRECHEN I JR 215. Putrasulung Baginda, S.Pd. SILABUS SPRECHEN I JR 215 Putrasulung Baginda, S.Pd. Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2011 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan berbagai informasi kepada

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal?

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal? Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal? Di istana Schloss Neuschwanstein dan bertemu dengan orang misterius yang memakai mantel Raja Ludwig. Mereka melakukan penyelidikan, apa hubungannya dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL Novita Putri Pratiwi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman oleh Sulis Triyono Abstrak Tulisan ini merupakan pengantar untuk memahami pengertian dasar penggunaan modalitas können dapat dalam kalimat bahasa Jerman. Satuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMAN 1 Banguntapan : Bahasa Jerman : XI /Gasal : 2x45 menit Standar Kompetensi : 1. Berbicara Mengungkapkan

Lebih terperinci

Penggunaan Emoticon dalam Forum

Penggunaan Emoticon dalam Forum Penggunaan Emoticon dalam Forum www.mädchen.de Faninda Meilisa Putri Abstrak Karya Ilmiah ini berjudul Penggunaan Emoticon dalam Forum www.mädchen.de. Forum ini merupakan forum remaja putri Jerman. Masalah

Lebih terperinci

SILABUS HÖREN I JR 212. Pepen Permana, S.Pd.

SILABUS HÖREN I JR 212. Pepen Permana, S.Pd. SILABUS HÖREN I JR 212 Pepen Permana, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 20 Angket Pendengar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 20 Angket Pendengar Pelajaran 20 Angket Pendengar dan menanyakan pendapatan pendengar. Topik siaran: "Apakah kebohongan berdosa?" Di sini pendengar bisa mengungkapkan bundaran gandum palsu dan menilai tindakan petani. "Apakah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA Nurlaela SMA Negeri 1 Palangka Raya E-mail: layla_otclub@yahoo.com ABSTRAK Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 26 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I, dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti oleh peneliti- peneliti sebelumnya antara lain tentang analisis makna kata Ruh oleh Uswatun Hasanah (990704023),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di dalam Grammatik tata bahasa bahasa Jerman terdapat aturan-aturan yang berbeda dengan bahasa lainnya, misalnya konjugasi verba yang disesuaikan degan subjek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 25 Sambutan terhadap Kapal Laut

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 25 Sambutan terhadap Kapal Laut Pelajaran 25 Sambutan terhadap Kapal Laut Redaktur berusaha mengungkapkan arti kata "getürkt". Mereka mengunjungi pelabuhan yang spesial. Di sana setiap kapal disambut dengan cara tersendiri. Di pelabuhan

Lebih terperinci