BAB II LANDASAN TEORI. 1. Matematika dan Pembelajaran Matematika. Secara khusus (μαθηματικὴ τέχνη atau mathēmatikḗ

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 1. Matematika dan Pembelajaran Matematika. Secara khusus (μαθηματικὴ τέχνη atau mathēmatikḗ"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Matematika dan Pembelajaran Matematika a. Matematika Kata matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno (μάθημα atau máthēma) yang berarti studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Secara khusus (μαθηματικὴ τέχνη atau mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007: 723) matematika diartikan sebagai: ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan antara bilangan, himpunan, objek, dan konsep baik secara visual, simbolik, lisan maupun dengan tulisan. Matematika tidak hanya sekedar penerapan keterampilan numerasi dasar semata, melainkan juga merupakan kendaraan utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif bagi manusia (Muijs dan Reynolds, 2008: 333). Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga 12

2 mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan yang timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika juga merupakan serangkaian metode untuk menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa. b. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang berbeda, namun memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan lainnya terutama dalam proses pendidikan. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada penekanan masalah di dalamnya. Belajar merupakan sebuah proses dimana siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan memasukkan apa yang diperoleh dari luar kedalam pikirannya sehingga mampu memberikan makna melalui pengalaman yang nyata (Rusman, 2012: 193). Sedangkan pembelajaran adalah upaya yang yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efisien serta dengan hasil yang optimal (Sugihartono, 2007: 81). Dalam proses pembelajaran melalui tiga pokok tahapan, yaitu: 13

3 1) Tahap perencanaan pembelajaran Perencanaan merupakan suatu proses yang terencana sebagai dasar untuk melakukan kegiatan dimasa mendatang. Perencanaan pembelajaran sangat penting dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen yang ada dalam pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media, sumber dan evaluasi. Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2003: 54). Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran selain sebagai alat kontrol juga berguna sebagai pegangan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Seorang guru haruslah memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru sebelum mengajar hendaknya menyusun perencanaan pembelajaran yang hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Tahap pelaksanaan pembelajaran Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru. Pada pelaksanaan pembelajaran guru hendaknya mengatur kondisi yang mempengaruhi pembelajaran, antara lain tentang isi, 14

4 menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. 3) Tahap pengevaluasian dan tindak lanjut Menurut Muhibbin Syah (2003: 141) menyatakan bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut: a) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penelitian. b) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan. c) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberikan bahan materi pokok yang akan dibahas pada pelajaran selanjutnya. c. Pembelajaran Matematika SMA Pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir agar siswa memiliki kemampuan matematis yang baik. Siswa harus mampu berperan aktif, langsung terlibat, dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri oleh karena itu yang harus dilakukan guru adalah menjadi fasilitator bagi siswa sehingga membuat kegiatan pembelajaran berhasil. 15

5 Menurut Soedjadi (1999: 173), tidak semua siswa yang menerima matematika akhirnya tetap menggunakan dan menerapkan yang telah dipelajarinya. Sehingga guru memiliki peran yang sangat penting agar siswa mampu mengembangkan sikap dan kemampuan intelektualnya dalam belajar matematika. Guru harus mampu mendesain secara kreatif pembelajaran matematika sedemikian sehingga, dalam belajar matematika siswa dapat berhasil. Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SMA/MA meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut: 1) Aljabar 2) Geometri 3) Trigonometri 4) Kalkulus 5) Statistika dan peluang Pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi peran utama dalam proses pembelajaran, tetapi siswa yang harus berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga permasalahan matematika yang disajikan secara abstrak mampu dikaitkan dengan konteks dunia nyata. Tujuannya agar siswa mampu memahami permasalahan dan mampu mengaplikasikan dalam permasalahan yang berbeda. Jadi pembelajaran matematika di SMA tidak hanya memberikan siswa materi dengan memberikan rumus-rumus tanpa mengetahui 16

6 asal-usulnya namun menekankan pada pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika agar mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal dan mengaplikasikan konsepkonsep yang telah didapatkan pada kehidupan sehari-hari. 2. Perangkat Pembelajaran Matematika dan Penyajiannya a. Pengertian Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, media, petunjuk, dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Nazarudin (2007: 113) perangkat pembelajaran adalah persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil yang diharapkan. Sedangkan Andy Rusdi (2008) menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Trianto (2009: 22) perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta buku ajar siswa. Jadi perangkat pembelajaran adalah sejumlah media yang dipersiapkan dan telah disusun sedemikan rupa yang digunakan oleh guru dan siswa untuk melakukan proses pembelajaran di kelas sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif guna mencapai 17

7 tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP dan LKS. b. Macam-macam Perangkat Pembelajaran 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a) Pengertian Menurut Supinah (2008: 26) RPP adalah suatu prosedur dan pengorganisasian pembelajaran yang digunakan untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi. RPP merupakan suatu panduan langkah-langkah yang akan digunakan oleh guru dalam kegiatan belajarmengajar yang disusun dalam bentuk skenario pembelajaran (Trianto, 2009: 214). Lingkup rencana pembelajaran paling sedikit mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau lebih. b) Prinsip Pengembangan RPP Menurut Mulyasa (2009: 222) cara pengembangan RPP dalam garis besaranya sebagai berikut: (1) Mengisi kolom identitas (2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan (3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan 18

8 (4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan (5) Mengidentifikasikan materi standar berdasarkan materi pokok (6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan (7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Berikut akan dijabarkan satu persatu. (a) Pendahuluan, dalam hal ini guru perlu menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis, mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang hendak dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi. (b) Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik yang berpartisipasi aktif, serta 19

9 memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (c) Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. (8) Menentukan sumber belajar yang digunakan (9) Menyusun kriteria penilaian, contoh soal, dan teknik penskoran 2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) a) Pengertian Menurut Azhar Arsyad (2011: 78), LKS merupakan lembar kegiatan bagi siswa dalam kegiatan intrakulikuler maupun kokulikuler untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tertentu. LKS sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar (Hendro dan Kaligis: 1993: 41). LKS merupakan lembaran yang digunakan siswa untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang 20

10 dipelajarinya seperti melakukan pengamatan, mengidentifikasikan bagian-bagian, melakukan pengukuran, dan mencatat data hasil pengamatan. Aktivitas yang dikerjakan dalam LKS harus sesuai dengan KD yang akan dicapai sehingga siswa dapat menemukan dan membangun konsepnya sendiri. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah sekumpulan lembaran yang disusun sedemikian rupa yang berisi informasi serta instruksi yang digunakan oleh siswa agar dapat mengerjakan suatu kegiatan pembelajaran secara mandiri dengan mengembangkan proses berpikir siswa. b) Manfaat LKS Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992: 40), antara lain: (1) Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana guru sentris menjadi siswa sentris. (2) Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau kelompok kerja. 21

11 (3) Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya. (4) Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai sasaran belajar. c) Syarat Lembar Kegiatan Siswa yang Baik Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang baik harus memenuhi syarat (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992: 41-46) sebagai berikut: (1) Syarat-syarat Didaktik LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya kegiatan belajar mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu: (a) Memperhatikan adanya perbedaan individual (b) Tekanan pada proses untuk menemukan konsepkonsep (c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa (d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa 22

12 (e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran (2) Syarat-syarat Konstruksi Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat, dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa. (a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa (b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas (c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa (d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka (e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa (f) Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS (g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek 23

13 (h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata (i) Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun yang cepat (j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi (k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya (3) Syarat-syarat Teknis Syarat ini menekankan pada penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar, dan penampilannya dalam LKS. Syarat teknis penyusunan LKS sebagai berikut: (a) Tulisan Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau Romawi Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa 24

14 Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi (b) Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS (c) Penampilan Penampilan LKS yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar menggunakan LKS. d) Langkah-langkah Penyusunan LKS Dalam penyusunan LKS diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (Dikmenum, 2008: 23-24): (1) Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan menentukan urutan LKS yang akan dibuat. Urutan LKS sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. (2) Menentukan judul-judul LKS 25

15 Penentuan judul LKS berdasarkan pada kompetensi dasar materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. (3) Penulisan LKS Penulisan LKS dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: (a) Merumuskan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai (b) Merancang media (c) Menentukan bentuk penilaian (d) Menyusun materi, dan (e) Struktur LKS secara umum sebagai berikut: - Judul - Petunjuk belajar (petunjuk siswa) - Kompetensi yang akan dicapai - Informasi pendukung - Tugas-tugas, langkah-langkah kerja, dan - Penilaian c. Kualitas Perangkat Pembelajaran Nieveen (1999: ) menyatakan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan haruslah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Berikut merupakan penjelasan dari aspek yang akan digunakan dalam pengembangan LKS pada penelitian ini. 26

16 1) Aspek Kevalidan Perangkat pembelajaran dikatakan valid menurut Nieveen (1999) dapat dilihat dari: a) Apakah kurikulum atau model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pada state-of-the art pengetahuan; b) Apakah berbagai komponen dari perangkat pembelajaran terkait secara konsisten antara yang satu dengan lainnya. Jika perangkat pembelajaran memenuhi semua pernyataan di atas, maka perangkat pembelajaran dapat dikatakan valid. Dalam penelitian ini, validator akan memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Apabila memenuhi semua pernyataan di atas maka hasil penilaian validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi. Kelayakan dinilai dari empat aspek kelayakan yang ditentukan oleh BSNP yang meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan. 2) Aspek Kepraktisan Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika guru dan siswa mempertimbangkan perangkat pembelajaran mudah digunakan. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika para responden menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat 27

17 digunakan dalam pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil angket respon siswa. 3) Aspek Keefektifan Perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa berhasil dalam proses pembelajaran dan terdapat kekonsistenan antara kurikulum, pengalaman belajar siswa, dan pencapaian proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditunjukkan dengan tes hasil belajar yang sesuai dengan KKM. 3. Materi Trigonometri Trigonometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu trigon yang berarti segitiga dan metro yang berarti ukuran, jadi trigonometri dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran dalam segitiga (Smith, 1953: 600). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002: 1211), Trigonometri diartikan sebagai bagian dari matematika yang mempelajari tentang ilmu ukur sudut dan batasa-batasan dalam segitiga. Jadi dapat disimpulkan bahwa Trigonometri adalah bagian dari ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan antara sisi dan sudut suatu segitiga serta fungsi dasar yang muncul dari relasi tersebut. Trigonometri diberikan di sekolah menengah karena trigonometri merupakan ilmu yang sangat penting dan erat kaitannya dalam kehidupan siswa. Aplikasi trigonometri dalam kehidupan mencakup segala bidang, diantaranya adalah kimia, fisika, astronomi, geografi, teori musik, 28

18 elektronik, ekonomi, teknik, medis, dan lain sebagainya. Selain itu diharapkan dengan materi trigonometri di tingkat SMA mampu memberikan bekal pengetahuan yang cukup bagi siswa ketika melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Standar kompetensi dan Kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai siswa pada materi trigonometri adalah sebagai berikut: Tabel 1. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Trigonometri Berdasarkan Standar Isi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menggunakan perbandingan, 1. Melakukan manipulasi fungsi, persamaan, dan identitas aljabar dalam trigonometri dalam pemecahan perhitungan teknis yang masalah. berkaitan perbandingan, dengan fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri. 2. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri 3. Menyelesaikan model 29

19 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri, dan penafsirannya a. Sudut dan pengukurannya Dalam materi ini sudut merupakan materi prasyarat yang harus dikuasi siswa sebelum mempelajari materi trigonometri. Pada umumnya, ada dua ukuran yang digunakan untuk menentukan besar sudut yaitu derajat dan radian. Hubungan satuan derajat dengan satuan radian, bahwa satu putaran penuh sama dengan 2π rad. b. Perbandingan trigonometri 1) Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku a) Pengertian sinus (sin), cosinus (cos), dan tangen (tan) sin θ = cos θ = tan θ = sisi depan sisi miring sisi samping sisi miring sisi depan sisi samping 30

20 cscθ = sec θ = cot θ = sisi miring sisi depan sisi miring sisi samping sisi samping sisi depan b) Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa Dengan menggunakan teorema phytagoras dan penggunaan sinus (sin), cosinus (cos), tangen (tan), cosecant (csc), secant (sec), dan cotangen (cot) siswa dapat menemukan nilai-nilai perbandingan trigonometri pada sudut-sudut istimewa. A B C Tabel 2 merupakan nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa. Tabel 2. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk Sudut- Sudut Istimewa α sin α cos α tan α Tidak terdefinisi 31

21 csc α Tidak terdefinisi sec α Tidak terdefinisi cot α Tidak terdefinisi Tidak terdefinisi 2) Rumus perbandingan trigonometri a) Perbandingan trigonometri di Kuadran I sin θ = cos 90 θ cos θ = sin 90 θ tan θ = cot 90 θ b) Perbandingan trigonometri di Kuadran II sin 180 θ = sin θ cos 180 θ = cos θ tan 180 θ = tan θ c) Perbandingan trigonometri di Kuadran III sin θ = sin θ cos θ = cos θ tan θ = tan θ d) Perbadingan trigonometri di Kuadran IV sin 360 θ = sin θ cos 360 θ = cos θ 32

22 tan 360 θ = tan θ c. Persamaan trigonometri sederhana sin x = sin α x 1 = α + k. 360 x 2 = 180 α + k. 360, k bilangan bulat cos x = cos α x = ±α + k. 360, k bilangan bulat tan x = tan α x = ±α + k. 180, k bilangan bulat d. Grafik fungsi trigonometri Pada materi ini siswa diharapkan mampu menggambar grafik fungsi sinus, cosinus, dan tangen. e. Koordinat polar Koordinat polar dapat dinyatakan P(r, θ), pada koordinat cartesius P adalah (r cos θ, r sin θ) f. Identitas trigonometri Identitas adalah persamaan yang dipenuhi oleh setiap konstanta. Untuk menerapkan identitas trigonometri, siswa harus mengingat rumus-rumus trigonometri yang sudah dipelajari. g. Aturan Sinus, Aturan Cosinus, dan Luas Segitiga 1) Aturan sinus α sin A = b sin B = 2) Aturan cosinus c sin C 33

23 a 2 = b 2 + c 2 2bc cos A b 2 = a 2 + c 2 2ac cos B c 2 = a 2 + b 2 2ab cos C h. Luas Segitiga 1) Luas segitiga dengan dua sisi dan satu sudut diketahui Luas ABC = 1 bc sin A 2 Luas ABC = 1 ab sin C 2 Luas ABC = 1 ac sin B 2 2) Luas segitiga dengan sebuah sisi dan dua buah sudut diketahui Luas ABC = a2. sin B. sin C 2 sin A Luas ABC = b2. sin A. sin C 2 sin B Luas ABC = c2. sin A. sin B 2 sin C 3) Luas segitiga dengan ketiga sisinya diketahui Luas ABC = s s a s b (s c) 4. Pendekatan Penemuan Terbimbing Salah satu model belajar yaitu model dari Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (2011: 79) yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran adalah belajar penemuan. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Dalam belajar penemuan, siswa belajar melalui partisipasi aktif untuk menemukan 34

24 konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman. Namun menurut Bruner belajar penemuan murni memerlukan waktu sehingga ia menyarankan agar penggunaan metode penemuan hanya diimplementasikan sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan pengarahan atau yang disebut penemuan terbimbing. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis D. (2011: 103) belajar dengan penemuan terbimbing akan membuat pengetahuan yang didapat bertahan lama, dan lebih mudah diingat dibandingkan dengan belajar dengan cara lain. Strategi dalam penemuan terbimbing disajikan dengan mengadakan mengadakan contoh-contoh pada siswa, kemudian guru memandu mereka saat siswa menemukan pola. Selama pembelajaran, guru masih perlu memberikan susunan, dan bimbingan untuk memastikan bahwa abstraksi yang sedang dipelajari sudah akurat dan lengkap. Menurut Setiawan (2008: 31) terdapat dua macam penemuan yaitu penemuan murni dan penemuan terbimbing. Pada penemuan murni ini dianggap kurang tepat untuk siswa sekolah atau menengah karena masalah ditemukan oleh siswa dan jalan penemuannya. Oleh karena itu dipilihlah penemuan terbimbing untuk diterapkan di siswa sekolah atau menengah yang lebih bermanfaat dalam pembelajaran matematika. Selain itu penemuan terbimbing dapat meningkatkan minat siswa untuk mempelajari matematika (Herman Hudojo, 2003: 113). 35

25 Didalam model penemuan terbimbing, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Berikut merupakan penjelasannya. a. Strategi Penemuan Induktif Menurut Cooney & Davis dalam Markaban (2006: 11) Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan atau fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi itu. Untuk mengambil kesimpulan dalam strategi penemuan induktif ini perlu berhati-hati karena fakta yang benar dan dapat dipercaya belum tentu membuktikan dalil untuk mendukung. b. Strategi Penemuan Deduktif Dalam strategi penemuan deduktif ini, siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran (Markaban, 2006: 13). c. Strategi Penemuan Induktif-Deduktif Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajaran dan pemahaman konsep diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, 36

26 membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. Dalam pembelajaran dengan cara penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengkondisikan kelas untuk kegiatan seperti memecahkan masalah, investigasi, pembuktian maupun kegiatan lainnya. Disini siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat bereksperimen menggunakan intuisi mereka untuk mencoba-coba (trial and error) dan kemudian menarik kesimpulan. Guru sebagai fasilitator dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilannya yang sudah dipelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru. Markaban (2006: 16) agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif maka langkah yang perlu dilakukan oleh guru matematika sebagai berikut: a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data yang cukup. b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. 37

27 c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukan. d. Bila dipandang perlu konjektur yang telah dibuat siswa diperiksa oleh guru. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaikanya diserahkan kepada siswa. f. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa hasil penemuan itu benar. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penemuan terbimbing dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Guru memberikan perumusan masalah dengan jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b. Dari data yang diberikan guru, siswa melakukan kegiatan, misalnya mencoba-coba, membuat diagram, mengumpulkan data, membuat tabel, menentukan pola menyusun dugaan, mencari data dari buku pegangan lain yang dapat mendukung proses penemuan dan proses penyusunan kesimpulan. Dalam hal ini, guru membimbing melalui pertanyaan-pertanyaan sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. 38

28 c. Siswa menyusun prakiraannya dari hasil analisis yang dilakukannya. Guru membimbing dengan memeriksa alur proses penemuan siswa untuk meyakinkan bahwa pemikiran siswa ini benar. d. Setelah diperoleh kepastian tentang kebenaran pemikiran siswa tersebut, siswa menyatakan secara lisan hasil prakiraannya yang kemudian oleh siswa disajikan atau dipresentasikan. e. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, sebaiknya guru menyediakan latihan soal untuk memeriksa apakah hasil penemuan siswa tersebut benar. Melihat pendekatan penemuan terbimbing tersebut menurut Marzano (1992) dalam Markaban (2006: 16) terdapat kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari pendekatan penemuan terbimbing adalah sebagi berikut: a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencaritemukan) c. Mendukung kemampuan problem solving siswa. d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 39

29 e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut: a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. 5. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing pada Materi Trigonometri kelas X SMA Semester II Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya yang dimaksud perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada materi Trigonometri adalah suatu perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP yang disesuaikan dengan komponen-komponen RPP dan LKS yang disesuaikan dengan syarat-syarat didaktik, konstruksi, dan teknis yang disusun berdasarkan langkah-langkah penemuan terbimbing. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan konsep dan prinsipprinsip melalui materi trigonometri yang diajarkan. Pada penelitian ini tidak semua topik trigonometri dapat menggunakan penemuan terbimbing. Hanya beberapa topik saja yang dapat menggunakan penemuan terbimbing, yaitu pengukuran sudut, perbandingan fungsi trigonometri, persamaan sederhana trigonometri, menggambar grafik fungsi trigonometri, dan koordinat polar. 40

30 B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini akan dikemukakan penelitian yang relevan dan sesuai dengan penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mira Rahmawati (2013) dengan penelitian yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing pada siswa SMP kelas VII menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu RPP memenuhi kriteria kelayakan sangat baik, dan LKS memenuhi kriteria kelayakan sangat baik. Aspek kepraktisan dari hasil observasi dan wawancara diperoleh bahwa implementasi 8 LKS menyatakan bahwa perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) layak berdasarkan aspek kepraktisan dengan revisi. Aspek keefektifan perangkat yang dihasilkan, dengan KKM 74 persentase ketuntasan di SMPN 4 Yogyakarta adalah 75% dan di SMPN 15 Yogyakarta adalah 67,65% sehingga perangkat pembelajaran yang dihasilkan efektif untuk kedua sekolah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Puspitasari (2012) dengan penelitian berjudul Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Metode Penemuan Terbimbing pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar untuk Kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan pada penelitian memenuhi kriteria sangat valid untuk RPP, dengan skor 78.5%, dan untuk LKS memperoleh skor 77.2%. 41

31 Berdasarkan pada kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan penemuan terbimbing mampu memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif dalam penggunaannya pada kegiatan pembelajaran. 42

32 C. Kerangka Pikir Penelitian Gambar. 1 Bagan Kerangka Berpikir Keberhasilan Pembelajaran Trigonometri Ditandai oleh Perubahan Pada Diri Siswa Ditemukan masalah 1. Siswa masih sebatas menghafal rumus yang diberikan guru tanpa memahami konsep 2. Perangkat pembelajaran yang digunakan memfasilitasi siswa untuk belajar berupa LKS kurang dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Akibatnya 1. Kegiatan pembelajaran kurang bermakna, karena siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui konsep trigonometri. 2. Siswa kurang aktif dan kurang antusias dalam pembelajaran Langkah yang diambil Mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan penemuan terbimbing pada materi trigonometri untuk siswa kelas X SMA semester II Dalam pembelajaran matematika di SMA, trigonometri bukanlah materi yang mudah untuk dipelajari. Banyak kendala yang dihadapi, seperti memecahkan permasalahan dalam trigonometri siswa masih sebatas menghafal rumus yang diberikan oleh guru tanpa memahami 43

33 konsep yang ada. Hal ini menyebabkan siswa hanya mampu menggunakan rumus matematika tanpa mengetahui asal-usul rumus tersebut dan ini menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang bermakna dan hasil prestasi belajar siswa rendah. Hal ini juga dikarenakan LKS yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran hanya berisi latihan-latihan soal sehingga menjadikan siswa kurang aktif dan kurang antusias. Selain itu kemampuan guru dalam memilih, mengembangkan dan memanfaatkan sumber belajar masih kurang. Pembelajaran trigonometri akan berhasil jika siswa mampu berperan aktif dalam membangun pemahamannya sendiri. Sehingga perlu adanya pengembangan perangkat pembelajatan yang mampu memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam menemukan konsep sendiri. Untuk itu agar siswa mampu berperan aktif dalam membangun pemahamannya sendiri, dibutuhkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing yang dinilai dapat memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya, yaitu dengan guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam menemukan konsep sendiri. Sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan sebagai refleksi dari permasalahan tersebut. Akan tetapi perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing ini belum dikembangkan, hal ini menjadi latar belakang penelitian ini. Sehingga hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan 44

34 terbimbing pada pokok bahasan trigonometri untuk siswa SMA kelas X yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif serta yang paling terpenting adalah siswa mampu memahami kegiatan belajarnya tanpa harus bergantung pada penjelasan dari guru sepenuhnya. D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana indikator materi trigonometri yang dikembangkan? 2. Bagaimana rancangan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS yang dikembangkan? 3. Bagaimana tingkat kevalidan, kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan? 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Menurut Dinas Pendidikan Nasional (Prastowo, 2012) Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas

Lebih terperinci

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**)

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) regina_tutikp@uny.ac.id Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS adalah media pembelajaran yang digunakan sebagai media belajar alternatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah alokasi waktu jam pelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami.

TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman memiliki kata dasar paham, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2008) paham berarti mengerti dengan benar, tahu benar, sehingga pemahaman

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN Das Salirawati, M.Si PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana pokok suatu bangsa dalam peningkatan kualitas masyarakatnya dan penyesuaian diri terhadap

Lebih terperinci

Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing

Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 3, No. 1, 2017, Hal. 15 26 Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Rena Revita Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika di SMA Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery Menurut Shadiq (2009) pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan ini adalah (1) pembelajaran matematika; (2) perangkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan ini adalah (1) pembelajaran matematika; (2) perangkat BAB II KAJIAN PUSTAKA Beberapa teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) pembelajaran matematika; (2) perangkat pembelajaran; (3) pendekatan guided discovery; (4)

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertama 1.2 RPP Kelas Eksperimen Kedua 1.3 LKS Kelas Eksperimen Pertama 1.

Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertama 1.2 RPP Kelas Eksperimen Kedua 1.3 LKS Kelas Eksperimen Pertama 1. Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertama 1.2 RPP Kelas Eksperimen Kedua 1.3 LKS Kelas Eksperimen Pertama 1.4 LKS Kelas Eksperimen Kedua 1.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI BERORIENTASI FILOSOFI KONSTRUKTIVISTIK

PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI BERORIENTASI FILOSOFI KONSTRUKTIVISTIK PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI BERORIENTASI FILOSOFI KONSTRUKTIVISTIK Oleh: Nasaruddin Dosen Prodi Matematika STAIN Palopo Abstrak: Tulisan ini membahas tentang berbagai konsep mengenai pembelajaran secara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI NIM 209311420840 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. trigonometri. Tahap-tahap yang digunakan dalam pengembangan ini adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. trigonometri. Tahap-tahap yang digunakan dalam pengembangan ini adalah A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari jenjang sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengalaman. Pendapat tersebut diperkuat oleh Muhibbin Syah (2002:92)

BAB II LANDASAN TEORI. pengalaman. Pendapat tersebut diperkuat oleh Muhibbin Syah (2002:92) BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritis 1. Pembelajaran Matematika di SMP Menurut Fontana (Erman Suherman,dkk., 2003:7) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan disiplin ilmu yang diaplikasikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan disiplin ilmu yang diaplikasikan di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang diaplikasikan di berbagai bidang ilmu dan teknologi. Daniel Muij dan David Reynolds (2008: 333) mengatakan bahwa matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai salah satu komponen penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika Menurut Erman Suherman (2003:8), pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

Lebih terperinci

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa.

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gagne (Sadiman,

Lebih terperinci

Siswa menyelesaikan soal-soal prasyarat pada modul.

Siswa menyelesaikan soal-soal prasyarat pada modul. DOKUMENTASI Guru mengucapkan salam kepada siswa. Guru memberikan apersepsi dan motivasi melalui pendahuluan yang terdapat pada awal Modul III dimana berisi hal-hal yang akan dipelajari pada Modul III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ilmu Kimia Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I : Pertemuan I

Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I : Pertemuan I 53 Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I : Pertemuan I Nama Sekolah : SMA... Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Genap Standar Kompetensi : 5. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

Buku Pendalaman Konsep. Trigonometri. Tingkat SMA Doddy Feryanto

Buku Pendalaman Konsep. Trigonometri. Tingkat SMA Doddy Feryanto Buku Pendalaman Konsep Trigonometri Tingkat SMA Doddy Feryanto Kata Pengantar Trigonometri merupakan salah satu jenis fungsi yang sangat banyak berguna di berbagai bidang. Di bidang matematika sendiri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari lima tahap yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari lima tahap yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran matematika materi Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia telah

Lebih terperinci

Matematika SMA (Program Studi IPA)

Matematika SMA (Program Studi IPA) Smart Solution UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 0/0 Disusun Sesuai Indikator Kisi-Kisi UN 0 Matematika SMA (Program Studi IPA) Disusun oleh : Hario Pamungkas 4.. Menyelesaikan persamaan trigonometri. Nilai

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN)

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN) MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN) A. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah memuat bahwa dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah memuat bahwa dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Materi Rumus-rumus Segitiga Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah memuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah mendapat jatah waktu yang banyak. Selain itu pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah mendapat jatah waktu yang banyak. Selain itu pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jam pelajaran matematika di sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching Model pembelajaran Reciprocal Teaching dikembangkan oleh Anna Marie Palincsar dan Ann Brown untuk mengajar siswa strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada penelitian ini dihasilkan perangkat pembelajaran ditinjau dari kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan, berikut penjabarannya berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester :XI / Materi pokok : Perbandingan Trigonometri Sudut Berelasi Alokasi Waktu : 4 JP ( @ 4 menit ) A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (SMA) kelas X dengan pendekatan guided discovery. Penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (SMA) kelas X dengan pendekatan guided discovery. Penelitian ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development). Produk yang dikembangkan adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) Dahar (1996: 29) menyatakan LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA A. Pengantar Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Matematika Matematika berasal dari perkataan latin mathematica yang berasal dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih (Erman Suherman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai (A) Kajian Teori, (B) Kajian Peneliti yang Relevan, dan (C) Kerangka Pikir. A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika 1.1 Hakikat Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Masalah Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah tidak dapat dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran kalkulus kelas XI semester genap dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika untuk Siswa SMP a. Pembelajaran Matematika Pembelajaran menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 adalah proses

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Nurhasnah, Rizal, dan Anggraini Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI Pengertian Sinus, Cosinus dan Tangen Hubungan Fungsi Trigonometri :

TRIGONOMETRI Pengertian Sinus, Cosinus dan Tangen Hubungan Fungsi Trigonometri : SMA - TRIGONOMETRI Pengertian Sinus, Cous dan Tangen Sin r y r y Cos r x x Tan x y Hubungan Fungsi Trigonometri :. + cos. tan 3. sec cos cos 4. cosec 5. cotan cos 6. tan + sec + cos + cos cos cos cos tan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami sesuatu apabila siswa tersebut mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap mengertinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran

Lebih terperinci

MATEMATIKA WAJIB MATERI DAN PENJELASAN TENTANG TRIGONOMETRI

MATEMATIKA WAJIB MATERI DAN PENJELASAN TENTANG TRIGONOMETRI MATEMATIKA WAJIB MATERI DAN PENJELASAN TENTANG TRIGONOMETRI DISUSUN OLEH : 1. Jaka kanu 2. Nada putri 3. fahzlin 4. Anastasia 5. Lutfiah 6. Febi ferdiansyah PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT DINAS PENDIDIKAN,

Lebih terperinci

MAKALAH MATEMATIKA TRIGONOMETRI

MAKALAH MATEMATIKA TRIGONOMETRI MAKALAH MATEMATIKA TRIGONOMETRI DISUSUN OLEH : Nama Kelompok : Nurul Fadhila Larasati Nur Faizah Mujahidah Azzam Safitri Ramadhani Sitti Masyita Sitti Rabithatul Jannah Kelas Guru Mata Pelajaran : XI IPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. logika (Erman Suherman dkk, 2003: 253). Menurut Herman Hudojo (1988: 3),

BAB II LANDASAN TEORI. logika (Erman Suherman dkk, 2003: 253). Menurut Herman Hudojo (1988: 3), BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Matematika merupakan disiplin ilmu tentang cara berfikir dan mengolah logika (Erman Suherman dkk, 2003: 253). Menurut Herman Hudojo (1988:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Ukuran Sudut. Perbandingan trigonometri. 1 putaran = 360 derajat (360 ) = 2π radian. Catatan:

Ukuran Sudut. Perbandingan trigonometri. 1 putaran = 360 derajat (360 ) = 2π radian. Catatan: Ukuran Sudut 1 putaran = 360 derajat (360 ) = 2π radian Perbandingan trigonometri Catatan: Sin = sinus Cos = cosinus Tan/Tg = tangens Sec = secans Cosec/Csc = cosecans Cot/Ctg = cotangens Dari gambar tersebut

Lebih terperinci

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai masalah dihadapi oleh guru matematika dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah tersebut salah satunya adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang harus dimiliki dan diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING YANG VALID PADA PERKULIAHAN KALKULUS PEUBAH BANYAK I

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING YANG VALID PADA PERKULIAHAN KALKULUS PEUBAH BANYAK I PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING YANG VALID PADA PERKULIAHAN KALKULUS PEUBAH BANYAK I Melisa Program Studi Pendidikan Matematika. STKIP PGRI SUMBAR, Padang, Indonesia Email: icamelisa87@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang penting bagi kemajuan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan seringnya matematika dijadikan indikator dalam menentukan maju tidaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.2 No.3 (2016) : 121-127 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN Ria Mayasari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LKS (Lembar Kerja Siswa) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak (printed). Menurut Pedoman Umum Pengembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) MATERI AJAR PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS X Yudi Susilo 1, Siti Khabibah

Lebih terperinci

Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang

Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT KELAS VII-B SMP NEGERI 2 KEPANJEN Dyah Ayu Pramoda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE SUMARSIH SMP Negeri 1 Masaran/Program Magister Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA Inti Standar guru Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

MATEMATIKA KELAS X SEMESTER II

MATEMATIKA KELAS X SEMESTER II MODUL MATEMATIKA KELAS X SEMESTER II Muhammad Zainal Abidin Personal Blog SMAN Bone-Bone Luwu Utara Sulsel http://meetabied.wordpress.com TRIGONOMETRI Standar Kompetensi : Menggunakan perbandingan fungsi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi),

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 41 51 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIb

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai peraturan dikeluarkan guna pendidikan yang lebih baik di negara ini. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem solving pada materi barisan dan deret tak hingga, (2)

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN TRIGONOMETRI SUDUT BERELASI KUADRAN I

SOAL DAN PEMBAHASAN TRIGONOMETRI SUDUT BERELASI KUADRAN I SOAL DAN PEMBAHASAN TRIGONOMETRI SUDUT BERELASI KUADRAN I Trigonometri umumnya terdiri dari beberapa bab yang dibahas secara bertahap sesuai dengan tingkatannya. untuk kelas X, biasanya pelajaran trigonometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas kelas yang diselenggarakan di Amerika pertama- tama

Lebih terperinci

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa Penerapan Metode Latihan Berstruktur Pada Pembelajaran Materi Persegi Panjang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Salumpaga Kabupaten Tolitoli Fachry Erick Mohammad, Baharuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro, pembelajaran masih berpusat pada guru. Jadi guru lebih aktif selama proses belajar mengajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA POKOK BAHASAN ATURAN PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA UNTUK SMA KELAS X DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA POKOK BAHASAN ATURAN PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA UNTUK SMA KELAS X DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA POKOK BAHASAN ATURAN PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA UNTUK SMA KELAS X DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING ARTIKEL ILMIAH OLEH FAHRUR ROZI HADIYANTO NIM 209311423325 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 75-80 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH Ike Suci Pariska 1, Sri Elniati 2, Syafriandi 3 1 FMIPA UNP.Email: ic3_pariska@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci