BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Pelanggaran Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Pesbukers di Stasiun Televisi ANTV oleh Dwi Kurniasih. Skripsi tersebut ditulis pada tahun Bertolak dari skripsi sebelumya, penelitian ini mempunyai persamaan dan tentunya mempunyai perbedaan. Ada persaman sedikit dengan penelitian sebelumnya yakni mengangkat tema pelanggaran prinsip kesopanan. Meskipun mempunyai tema yang sama akan tetapi penelitian ini menarik untuk diteliti lebih lanjut agar pembaca lebih memahami tema tersebut dengan pembahasan yang lebih rinci mengenai pelanggaran berbahasa. Perbedaanya yakni pada penelitian ini tidak hanya mengangkat tema pelanggaran prinsip kesopanan saja melainkan juga mengankat tema pelanggaran prinsip kerja sama. Selain perbedaan tersebut ada hal lain yang membedakan dengan penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut. Pada penelitian ini, tujuan penelitiannya adalah mendeskripsikan pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan pada percakapan pembawa acara musik Inbox di stasiun televisi SCTV. Sedangkan pada penelitian sebelumnya bertujuan untuk mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesopanan dalam tuturan dialog acara Pesbukers di stasiun televisi ANTV. Data pada penelitian sebelumnya adalah tuturan dialog acara Pesbukers di stasiun televisi ANTV, sedangkan data pada penelitian ini adalah percakapan pembawa acara musik Inbox. Sumber data pada penelitian ini adalah pembawa acara musik Inbox di stasiun televisi SCTV. Sedangkan sumber data pada penelitian sebelumnya adalah tayangan Pesbukers di stasiun televisi ANTV. 10

2 11 2. Penelitian lainnya yang relevan berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV oleh Listyani Prawesti. Ada beberapa perbedaan antara skripsi sebelumnya dengan skripsi penulis. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada penelitian sebelumnya, tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan prinsip kesopanan berbahasa dalam acara Talk Show Campur-Campur di stasiun televisi ANTV. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan pada percakapan pembawa acara musik Inbox di stasiun televisi SCTV. Data pada penelitian sebelumnya adalah tuturan pengisi acara Talk Show Campur-Campur, sedangkan data pada penelitian ini adalah percakapan pembawa acara musik Inbox. Sumber data pada penelitian ini adalah pembawa acara musik Inbox di stasiun televisi SCTV. Adapun sumber data pada penelitian sebelumnya adalah pengisi acara Talk Show Campur-Campur di stasiun televisi ANTV. B. Pengertian Pragmatik Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; pragmatik juga diartikan aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 2008 : 198). Tarigan (2009: 30), menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan dalam struktur suatu bahasa. Selanjutnya, menurut Yule (2006: 3) mendefinisikan pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Cummings (2007: 1-2)

3 12 menyatakan ada dua ciri pragmatik. Pertama, pragmatik banyak dibicarakan oleh sejumlah disiplin akademik. Sebagian dari disiplin-disiplin ini misal filsafat telah memberikan banyak dasar konseptual pragmatik. Disiplin-disiplin ilmu lain, khusus disiplin-disiplin ilmu kognitif yang baru memiliki beberapa wawasan penting untuk diberikan pada kajian pragmatik dan sangat penting bagi perkembangan konseptual masa depan bidang ini. Kedua, kapasitas pragmatik dapat mempengaruhi perkembangan konseptual disiplindisiplin ilmu yang lain. Cruse (dalam Cummings, 2007: 2) menyatakan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, namun yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut. Menurut Rohmadi (2004: 2), pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat oleh konteks. Levinson (dalam Rahardi, 2008: 48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Sementara itu, Mey (dalam Rahardi, 2008: 49) mendefinisikan pragmatik: pragmatic is the study of the condition of human language uses as these are determined by the context of society (pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu sendiri). Konteks yang dimaksud mencakup dua hal, yakni yang bersifat sosial (konteks yang timbul sebagai akibat dari munculnya interaksi antar anggota masyarakat) dan yang

4 13 bersifat sosiete (konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada di masyarakat). Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pragmatik dapat diartikan sebagai kajian bahasa yang berkaitan dengan konteks. Pragmatik juga sebagai ilmu yang memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lain. Pragmatik terpola dan berkaitan dengan ilmu lain sehingga menghasilkan beberapa kajian. Seluruh bidang kajian ini tentu berpokok pada penggunaan bahasa dalam konteks. C. Peristiwa Tutur Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 47). Hal senada dijelaskan Rohmadi (2004: 27) bahwa peritiwa tutur adalah suatu rangkaian tindak tutur dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Sementara itu, George Yule (2006: 99) menyatakan bahwa peristiwa tutur ialah suatu kegiatan di mana para peserta berinteraksi dengan bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai suatu hasil. Berdasarkn ketiga pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa tutur merupakan suatu rangkaian tindak tutur dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat, situasi tertentu dengan menggunakan bahasa yang konvensional (disepakati oleh penuturnya) untuk mencapai hasil.

5 14 Terjadinya peristiwa tutur dalam komunikasi diikuti oleh unsur yang tidak terlepas dari konteksnya. Syarat terjadinya peristiwa tutur menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004: 28) harus memenuhi syarat terjadinya peristiwa tutur yaitu SPEAKING. Selain itu pendapat yang sama di sampaikan oleh Hymes (dalan Chaer, 2004: 48) bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang bila huruf pertamanya dirangakai menjadi akronim SPEAKING. 1. Setting and Scene Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004 : 28) setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicara. Hal senada yang disampaikan oleh Heymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004 :48) setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mrngacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Dari penjelasan tersebut maka waktu, tempat dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di gedung pertunjukan musik pada waktu menonton pertunjukan musik dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang ujian ketika banyak orang sedang berkonsentrasi dengan ujianya dan dalam keadaan sunyi. Di lapangan pertunjukan musik kita biasa berbicara keras-keras, tapi di runag ujian harus sepelan mungkin. 2. Participants Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004 : 28) participants adalah pihakpihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan

6 15 pesapa, atau pengirim dan penerima. Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004 : 48) partisipants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara bisa pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dua orang yang bercakapcakap dapat berganti pesan sebagai pembicara atau pendengar. Akan tetapi dalam khotbah di masjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar pesan. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda, apabila berbicara dengan seorang dosen tentunya akan jauh berbeda apabila berbicara dengan teman sebayanya. 3. Ends Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004: 28) ends merupakan maksud dan tujuan tuturan. Pendapat yang sama disampaikan oleh Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 49) ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa tutur yang terjadi di kontes menyanyi bermaksud dan bertujuan untuk memperoleh pemenang. Namun para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Pembawa acara mempunyai tujuan untuk mengatur jalannya acara, komentator hanya mengomtari pertunjukan peserta, juri menilai dan menentukan siapa yang mendapat nialai yang paling bagus. Dalam peristiwa tutur di ruang kelas Bahasa Indonesia, ibu guru berusaha menjelaskan materi pelajaran agar dapat dipahami siswanya, barangkali di antara para murid datang hanya untuk menggugurkan kewajibannya agar tidak mendapat poin.

7 16 4. Act Sequence Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004 : 28) act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran yang digunakan oleh penutur. Penjelasan yang sama disampaikan oleh Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 49) act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam pembelajaran, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan. Bentuk ujaran atau kata-kata yang digunakan ketika pembelajaran berlangsung, kata-kata yang digunakan adalah kata yang baku dan lebih ilmiah. Berbeda dengan situasi bahasa dalam pembelajaran, kata-kata yang digunakan pada percakapan biasa tentunya menggunakan bahasa yang tidak baku atau tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku. Biasanya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dipahami oleh penutur dan lawan tutur yang ada pada kelompok tertentu, yang penting komunikasi itu dapat berjalan. 5. Key Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004 : 28) key mengacu pada cara dan semangat seorang penutur dalam menyampaikan pesan. Apakah dengan sombong, rendah hati, angkuh atau dengan cara lain. Heymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 49) key mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal itu dapat ditunjukan dengan gerak tubuh dan isyarat.

8 17 Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika seorang penutur sedang marah, tentu itu sangat mempengaruhi dengan bahasa yang akan digunakan oleh penutur. Orang yang sedang emosi atau marah pasti bahasa yang akan digunakan bernada keras. Berbeda dengan orang yang sedang bahagia, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang disampaikan dengan nada yang halus bukanlah bahasa kasar yang bisa menyinggung lawan tuturnya. 6. Instrumentalities Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004 : 28) instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, isyarat dan lain-lain. Heymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 49) instrumentalities mengacu pada jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telefon. Instrumentalities juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan pada bahasa lisan itu akan berbeda pada bahasa tertulis. Bahasa lisan akan memperhatikan aspek tuturan atau percakapan, sedangkan pada bahasa tulus akan memperhatikan cara penulisan yang benar atau stuktur penulisan yang benar. Komunikasi pada telepon akan berbeda lagi bahasa yang digunakan. Bahasa telepon biasanya akan lebih mengacu pada inti pembicaraan atau tidak bertele-tele. 7. Norms of Interaction Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004 : 28) norms of interaction mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Heymes (dalam Chaer dan

9 18 Agustina, 2004: 49) norms of interaction mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa ketika akan berinterupsi, bertanya, dan sebagainya mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Komunikasi pada situasi presentasi dalam suatu kegiatan pembelajaran, seorang peserta akan menyangkal pernyataan yang disampaikan oleh pembicara atau penuturnya maka ada aturan bagi peserta ketika akan menyangkal atau menanggapi apa yang disampaikan oleh pembicara. Peserta harus mempunyai etika ketika akan menanggapi dan interupsi sehingga tidak menyinggung pembicara. Apabila peserta tidak memperhatikan hal tersebut maka bisa dikatakan tidak mempunyai etika atau norma. 8. Genre Menurut Dell Hymes (dalam Rohmadi, 2004 : 28) genre mengacu pada bentuk penyampaian suatu pesan. Apakah dalam bentuk puisi, prosa, doa dan lain-lain. Heymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 49) genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk penyampaian narasi berarti dengan bercerita. Bentuk penyampaian puisi yakni penyampaiannya dengan menggunakan puisi. Kemudian penyampaian dengan bentuk pepatah berarti dalam penyampaiannya dengan menggunakan pepatah. Setiap individu pasti mempunyai karakter yang berbeda-beda ketika sedang bercakap-cakap atau

10 19 berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Hal yang dikuasai oleh penutur tersebutlah yang akan menjadi ciri khas orang tersebut. D. Stuktur Percakapan Struktur percakapan menurut (Yule, 2006: 122) adalah apa saja yang sudah kita asumsikan sebagai suatu yang sudah dikenal baik melalui diskusi sebelumnya. Struktur pembicaraanya, pola dasar dari Saya bicara - Anda bicara Saya bicara Anda bicara, berasal dari jenis interaksi mendasar yang pertama kali kita peroleh dan yang paling sering kita gunakan. Allan (dalam Rahardi, 2008 : 52) menyatakan bahwa bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial, seperti lazimnya kegiatan-kegiatan sosial lain kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila peserta pertuturan itu semuanya terlibat aktif di dalam proses bertutur tersebut. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa percakapan merupakan bagian dari peristiwa tutur. Dimana peristiwa tutur dan percakapan atau pertuturan merupakan suatu kegiatan bertutur yang melibatkan dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu. Hal ini juga sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 237) bahwa percakapan adalah pembicaraan, perbincangan, perundingan, perihal bercakap-cakap, dan satuan interaksi bahasa antara dua pembicara atau lebih. E. Prinsip Percakapan Menurut Allan (dalam Rahardi, 2008: 52) kegiatan bertutur apabila terdapat satu atau lebih pihak yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan bertutur, dapat dipastikan pertuturan itu tidak dapat berjalan lancar. Dijelaskan bahwa agar proses komunikasi

11 20 penutur dan mitra tutur dapat berjalan baik dan lancar, mereka haruslah dapat saling berkerja sama. Selanjutnya ia berpendapat bahwa bekerja sama yang baik di dalam proses bertutur itu, salah satunya dapat dilakukan dengan berperilaku sopan kepada pihak lain. Agar pesan (message) dapat sampai dengan baik pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut ini. 1. Prinsip Kerja Sama Agar suatu percakapan atau komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka antara penutur dan lawan tutur harus saling bekerja sama. Hal tersebut dibahas dalam prinsip kerja sama Grice. Menurut Grice (dalam Rahardi, 2008: 53-57) dijelaskan bahwa agar proses komunikasi penutur dan mitra tutur berjalan dengan baik dan lancar, mereka harus dapat saling bekerja sama. Hal senada yang disampaikan oleh Grice (dalam Rohmadi, 2004: 18) bahwa dalam berkomunikasi tersebut setiap peserta tutur harus mempertimbangkan beberapa prinsip, di antaranya yaitu prinsip kerja sama. Prinsip kerja sama merupakan prinsip bahwa setiap peserta tutur harus dapat bekerja sama agar tujuan komunikasi dapat tercapai. Prinsip kerja sama Grice itu seluruhnya meliputi empat maksim yaitu: maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. a. Maksim Kuantitas Grice (dalam Rahardi, 2008: 53) menjelaskan bahwa maksim kuantitas yaitu aturan pertuturan yang mengharapkan seorang peserta tutur dapat memberikan informasi yang cukup, relatif, memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi tersebut tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh mitra tutur. Tuturan

12 21 yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Grice (dalam Rohmadi, 2004: 18) maksim kuantitas yaitu aturan pertuturan yang menuntut setiap penutur memberikan kontribusi secukupnya sesuai dengan yang diminta. Percakapan (5) dan (6) berikut menjelaskan pernyataan ini. (5) A : Apakah Anda membawa mantel? B : Ya, bawa. Pada percakapan (5) terdapat kerja sama yang baik. Pada percakapan tersebut, B benar-benar memberikan jawaban yang secara kuantitas memadai dan mencukupi. Dapat dikatakan demikian, karena tanpa harus ditambah dengan informasi lain, jawaban B sudah dapat dipahami oleh mitra tuturnya. (6) A : Apakah Anda membawa mantel? B : Tidak. Kemarin dipinjam tetangga. Tadi saya terburu-buru. Pada percakapan (6) melanggar maksim kuantitas karena jawaban B di atas sifatnya berlebih-lebihan. jawaban B yang berupa informasi kemarin dipinjam tetangga, tadi saya terburu-buru, belum sempat mengambil belum diperlukan oleh A. b. Maksim Kualitas Grice (dalam Rahardi, 2008: 55) menerangkan maksim kualitas yaitu aturan pertuturan yang mengharapkan seorang peserta tutur dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya dalam bertutur. Grice (dalam Rohmadi, 2004: 18) maksim kualitas adalah aturan pertuturan yang menuntut setiap peserta tutur untuk berbicara benar. Percakapan (7) dan (8) ini akan memperjelas pernyataan ini. (7) A : Anda mau berlibur kemana?

13 22 B : Saya mau liburan ke Banyuwangi. Pada percakapan (7), B sudah dianggap menyatakan atau memberikan jawaban yang sebenarnya. Jadi, jawaban B sudah benar. (8) A : Kamu mau berlibur kemana? B : Saya mau liburan ke Mbanyuwangi. Pada percakapan (8), jawaban B dianggap melanggar maksim kualitas dengan tujuan untuk mendapatkan efek lucu. Kelucuan itu terdapat pada kata Mbanyuwangi. c. Maksim Relevansi Grice (dalam Rahardi, 2008: 56) berpendapat bahwa maksim relevansi yaitu suatu pertuturan yang mengharapkan agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar maksim relevansi. Grice (dalam Rohmadi, 2004: 18) menyatakan bahwa maksim relevansi adalah aturan pertuturan yang menuntut adanya relevansi dalam tuturan antara pembicara dengan masalah yang sedang dibicarakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan tuturan (9) dan (10). (9) A : Di mana kunci motor bapak? B : Di ruang tamu. Pada percakapan (9), informasi yang diberikan oleh B ada relevansinya dengan petanyaan A. Jawaban B Di ruang tamu ada relevansinya dengan pertanyaan A Di mana kunci motor bapak?. (10) A : Di mana kunci motor bapak? B : Saya harus pergi kerja.

14 23 Pada percakapan (10), terdapat pelanggaran maksim relevansi. Jawaban B tidak dapat dianggap suatu jawaban yang menunjukkan kerja sama karena tidak membantu usaha A untuk mendapatkan kunci motor bapak. Tetapi, pernyataan B itu tetap bisa dikatakan relevan dengan pertanyaan A bila jawaban tersebut diinterpretasikan sebagai suatu keterangan mengapa B tidak dapat menjawab pertanyaan A. Dalam fungsi yang demkian, kontribusi jawaban B pada tujuan percakapan negatif, yaitu jawaban seperti itu memungkinkan B untuk mengakhiri percakapan karena ia harus pergi kerja. d. Maksim Pelaksanaan Grice (dalam Rahardi, 2008: 57) mengutarakan bahwa maksim pelaksanaan yaitu aturan pertuturan yang mengharuskan peserta tutur bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Grice (dalam Rohmadi, 2004: 18) menjelaskan bahwa maksim pelasanaan adalah aturan pertuturan yang mengharuskan peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan yang runtut, tidak ambigus, tidak taksa, dan tidak berlebihan. Berkenaan dengan itu, tuturan (11) pada contoh berikut dapat digunakan sebagai ilustrasi. (11) A : Pak besok lusa saya jadi ke Yogyakarta. B : Iya, sudah bapak siapkan di almari. Dari percakapan (11) tampak bahwa yang dituturkan A yang berbunyi Pak besok lusa saya jadi ke Yogyakarta relatif kabur maksudnya. Maksud yang sebenarnya dari tuturan A, bukan hanya sekedar memberi tahu kalau besok lusa jadi pergi ke Yogyakarta, tetapi lebih dari itu yakni bahwa ia sebenarnya ingin meminta uang saku untuk pergi ke Yogyakarta.

15 24 2. Prinsip Kesopanan Selain prinsip kerja sama agar komunikasi atau percakapan dapat berjalan dengan baik dan lancar, peserta tutur dan lawan tutur juga harus memperhatikan prinsip kesopanan. Leech (dalam Rahardi, 2008: 59-65) menyatakan bahwa prinsip kesopanan merupakan prinsip bahwa setiap peserta tutur harus memperhatikan sopan santun (tutur kata yang baik) dalam komunikasi. Pendapat yang sama disampaikan oleh Leech (dalam Rohmadi, 2004: 19) bahwa selain selain maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama masih diperlukan prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan sampai saat ini dianggap paling lengkap, paling mapan, dan relatif paling komprehensif. Rumusan tersebut terbagi menjadi enam maksim, yakni, maksim kebijaksanaan, (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim penghargaan (approbation maxim), maksim kesederhanaan (modesty maxim), maksim pemufakatan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim) Menurut Leech (dalam Rahardi, 2008: 60) menjelaskan bahwa maksim kebijaksanaan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Leech (dalam Rohmadi, 2004: 19) maksim kebijaksanaan adalah aturan dalam pertuturan dengan cara meminimalkan kerugian terhadap lawan tutur dan memaksimalkan keuntungan bagi lawan bicara. Berikut contoh tuturan (12) dan tuturan (13) untuk memperjelas pernyataan tersebut.

16 25 (12) A : Bolehkan saya pinjam leptopmu sebentar untuk memindah data? B : Boleh saja, yang penting permenit Rp Pada percakapan (12B) melanggar maksim kebijaksanaan karena syarat yang diajukan oleh B tidak wajar karena secara terus terang berusaha memaksimalkan kerugian lawan bicaranya. Untuk memperjelas pelaksanaan maksim kebijaksanaan ini dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh percakapan (13) berikut ini. (13) A : "Silakan kamu makan saja bakso itu!, Saya belum lapar kok. B : Bakso beli di Pak Darjo ya? Sangat enak keliatanya. Percakapan (13) di atas pemaksimalan keuntungan bagi pihak mitra tutur tampak sekali pada tuturan A yakni: Silakan kamu makan saja bakso itu! saya belum lapar kok. Tuturan itu disampaikan kepada temannya yaitu si B sekalipun sebenarnya si A merasa lapar. Tuturan itu dimaksudkan agar si B merasa bebas dan senang hati menikmati makanan tersebut, tanpa ada perasaan tidak enak sedikitpun. b. Maksim Kedermawanan / Kemurahan (Generosity Maxim) Leech (dalam Rahardi, 2008: 61) memaparkan bawha maksim kedermawanan adalah aturan agar para peserta tutur diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Leech (dalam Rohmadi, 2004: 19) maksim kedermawanan adalah pertuturan dengan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri. Untuk memperjelas pernyataan di atas perhatikan contoh tuturan (14) dan (15) berikut ini.

17 26 (14) A : "Kak, jadi memberi aku oleh-oleh? B : Tentu saja, kamu mau oleh-oleh apa?jaket, boneka, jilbab? A : Semuanya mau kak. B : Jangan semuanya, salah satu saja. Pada percakapan (14) tersebut melanggar maksim kedermawanan karena kontribusi tuturan A memaksimalkan keuntungan dirinya. Berikut contoh percakapan (15) akan memperjelas pernyataan ini. (15) A : Mari saya bawakan buku Ibu, kebetulan saya mau ke ruang dosen. B : Tidak usah, terima kasih. Saya bisa sendiri. Dari percakapan A dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara membebankan dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan memberi bantuan membawakan buku pada B. c. Maksim Penghargaan / Pujian (Approbation Maxim) Leech (dalam Rahardi, 2008: 62) mengatakan bahwa maksim penghargaan yaitu bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada orang lain. Dengan maksim ini diharapkan agar para peserta tutur tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Leech (dalam Rohmadi, 2004: 19) maksim pujian adalah aturan pertuturan yang meminimalkan ketidakhormatan terhadap orang lain dan memaksimalkan pujian kepada orang lain. Percakapan (16) dan (17) pada contoh berikut akan memperjelas pernyataan tersebut. (16) A : Bu, saya mendapat nilai paling bagus pada ujian kemarin. B : Oya, pintar sekali. Tuturan A ditanggapi sangat baik oleh B bahkan disertai oleh pujian atau penghargaan oleh B. Dapat dikatakan bahwa di dalam tuturan itu B berperilaku santun terhadap

18 27 A. Hal itu berbeda dengan cuplikan percakapan pada tuturan (17) pada contoh berikut. (17) A : Mobil baru yang kubeli beberapa minggu yang lalu sudah siap dibawa berlibur. B : Oya, terus kapan grobak mu dibawa berlibur? d. Maksim Kesederhanaan / Kerendahan Hati (Modesty Maxim) Leech (dalam Rahardi, 2008: 64) menyatakan bahwa maksim kesederhanaan yaitu peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Dalam masyarakat bahasa dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang. Leech (dalam Rohmadi, 2004: 19) maksim kerendahan hati adalah aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan ketidakhormatan terhadap diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat terhadap diri sendiri. Untuk memperjelas pernyataan tersebut perhatikan contoh tuturan (18) dan (19) berikut. (18) A : Untuk lomba cerdas cermat besok, kamu saja yang mewakili. B : Baik bu, tapi saya tidak percaya diri. (19) A : Hebat berkat presentasi kamu kita menang tender. B : Terima kasih Pak, tapi ini berkat kerja sama kita semua. Jawaban B pada tuturan 18 dan 19 mengandung maksim kerendahan hati atau maksim kesederhanaan karena kalimat jawaban tersebut memaksimalkan kerendahan hati terhadap dirinya sendiri dan sudah meminimalkan kesombongan terhadap dirinya sendiri.

19 28 e. Maksim Permufakatan (Agreement Maxim) Leech (dalam Rahardi, 2008: 64) berpendapat mengenai maksim kecocokan atau maksim pemufakatan yaitu aturan pertuturan agar peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan didalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Leech (dalam Rohmadi, 2004: 19) maksim kecocokan adalah aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan kesetujuan terhadap orang lain. Percakapan (20) berikut untuk memperjelas pernyataan tersebut. (20) A : Besok joging yuk? B : Oke, ketemu di gor ya. Dari percakapan tersebut, kontribusi jawaban terasa sopan karena sudah memaksimalkan kesetujuan terhadap orang lain dan meminimalkan ketidak setujuan orang lain. Dari percakapan tersebut B tergolong orang yang sopan karena tidak melawan atau menyanggah pernyataan A. f. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim) Leech (dalam Rahardi, 2008: 65) menjelaskan bahwa maksim kesimpatian yaitu diharapkan peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Leech (dalam Rohmadi, 2004: 19) maksim kesimpatian adalah aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan rasa simpati kepada orang lain, dan meminimalkan rasa antipati kepada orang lain. Untuk memperjelas pernyataan tersebut, perhatikan contoh tuturan (21) dan (22) berikut.

20 29 (21) A : Selamat atas prestasi luar biasa anak Anda, dan saya dengar hari ini salah satu anak Anda ada yang masuk penjara. Tuturan (21) tersebut melanggar maksim kesimpatian karena dalam suasana duka semacam itu selayaknya A mengucapkan rasa prihatin sebagai tanda simpati bukannya ucapan selamat. Contoh tuturan (22) untuk memperjelas pernyataan tersebut. (22) A : Tetanggaku jatuh dari pohon kelapa kemarin sore. B : Innalilahi, terus sekarang keadaanya bagaimana? Saya ikut prihatin. Kontribusi antara penutur dan mitra tutur pada tuturan (22) sesuai dengan maksim kesimpatian, karena sudah memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak yang lain dengan memberikan ucapan turut perihatin atas peristiwa jatuhnya tetangga mitra tutur. F. Pengertian Pembawa Acara Dewi (2014: 131) menjelaskan bahwa pembawa acara atau pranatacara (bahasa Inggris: master of ceremony disingkat MC) diartikan seseorang yang mempunyai tugas dan pekerjaan untuk memimpin acara dengan cara memandu serta mengarahkan seluruh komponen acara agar dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan perencanaan. Pembawa acara biasanya membaca naskah yang telah disiapkan sebelumnya, tapi sering juga mereka harus memberikan komentar atau informasi tanpa naskah. G. Acara Musik Inbox Acara musik Inbox merupakan sebuah acara televisi yang ditayangkan oleh SCTV setiap hari pada pukul WIB. Acara ini pertama kali dimulai pada tanggal 3 Desember 2007 hingga sekarang. Acara yang dikemas secara apik dan

21 30 menghibur tayang setiap hari ini dipandu oleh Andika Pratama, Feri Maryadi, Gading Martin, Rina Nose, Audi Marisa, Uus, Saiful Jamil, Prili Latu Konsina dan Melani Rikardo. Inbox menampilkan bintang tamu yakni para musisi dan penyanyi dari segala jenis musik. Selain menampilkan berbagai jenis musik, acara ini juga menampilkan bebagai segment yang berbeda dengan acara musik yang lain seperti adanya segment dance competation, dubox compatation, dubox compatation kids, improf comedi serta segment open singing sehingga acara ini bisa dinikmati oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Selain itu, acara musik Inbox pada hari Sabtu dan Minggu menampilkan episode spesial yakni episode Inbox gotong royong yang dilakukan di beberapa kampung untuk membersihkan lingkungan sekitar serta memberikan bantuan berupa uang untuk keperluan warga. Seringkali acara tersebut membuat penonton tertawa karena kelucuan pembawa acara atau hostnya. Pada percakapan pembawa acara musik Inbox, pada umumnya tidak akan terlepas dari prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan berbahasa. Prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam acara tersebut ada yang dipatuhi dan ada pula yang dilanggar, biasanya pelanggaran tersebut sengaja dibuat untuk menghibur penonton. Pelanggaran merupakan perbuatan melanggar suatu hal yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dalam hal ini melanggar merupakan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan humor merupakan sesuatu yang lucu. Sehingga untuk menciptakan suasana humor pelanggaran tersebut sengaja dilakukan agar suasana percakapan pembawa acara musik Inbox mencair atau tidak kaku serta menciptakan suasana yang lebih segar agar acara tersebut makin digemari oleh penonton. ( televisi/inbox-sctv)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang relevan. Salah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang kepentingannya dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, alih kode, campur kode dan bilingualisme. 2.1.1 Tuturan Tuturan atau

Lebih terperinci

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

ETNOGRAFI KOMUNIKASI ETNOGRAFI KOMUNIKASI Etnografi kom merupakan pengembangan dr antropologi linguistik yg dipahami dlm konteks kom. Dikenalkan Dell Hymes th 1962, sbg kritik kpd ilmu linguistik yg tll memfokuskan pada fisik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dwi kurniasari (2013). Anita Nurjanah yang meneliti tentang Prinsip Kesopanan

BAB II LANDASAN TEORI. Dwi kurniasari (2013). Anita Nurjanah yang meneliti tentang Prinsip Kesopanan 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan pragmatik sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Khususnya prinsip kesopanan berbahasa. Peneliti bahasa yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas 8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Humor sudah mulai berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Humor dapat terjadi diberbagai kegiatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam suatu acara, dan

Lebih terperinci

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN Dewi Anggia Huzniawati Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI gigie_kaka@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan pedagang. Pasar juga tempat untuk bertransaksi, sedangkan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik tata krama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1493). Kesopanan juga merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) Oleh : Agung Nugroho A.310.010.128 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. peneliti. Khususnya prinsip kesantunan berbahasa. Peneliti bahasa yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. peneliti. Khususnya prinsip kesantunan berbahasa. Peneliti bahasa yang telah BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan pragmatik sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Khususnya prinsip kesantunan berbahasa. Peneliti bahasa yang telah

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Percakapan atau dialog dalam sebuah tuturan diperlukan suatu kerja sama yang baik antara penutur dengan mitra tutur. Selain kerja sama, faktor kesopanan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu bertutur dengan individu yang lain untuk saling berkomunikasi dan mengekspresikan perasaannya.tuturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari

BAB II LANDASAN TEORI. tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Levinson (dalam Rahardi, 2009: 20) menjelaskan pragmatik sebagai studi bahasa yang memelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud telah tergramatisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Menurut

BAB II KAJIAN TEORI. pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Menurut 11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindak Tutur Bahasa merupakan alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan,

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu 9 II. LANDASAN TEORI 2.1 Implikatur Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Secara etimologis, to imply berarti membungkus atau menyembunyikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang sangat penting bagi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sistem komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Hal ini tidak terlepas dari keharusan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK. PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Herdiana 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun 1994. Ilmu pragmatik merupakan salah satu pokok bahasan yang harus diberikan dalam pengajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan BAB II KAJIAN TEORI H. Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik. Jika seseorang membahas mengenai kesantunan berbahasa, berarti pula membicarakan pragmatik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa percakapan (perkataan) yang digunakan untuk berkomunikasi, bekerja sama, mengidentifikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan komponen yang tidak akan terlepas dari kehidupan manusia. Bahasa adalah sebuah tuturan yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, surat kabar telah menjadi kebutuhan bagi manusia. Melalui surat kabar kita bisa memperoleh berbagai informasi yang sedang aktual atau sedang hangat

Lebih terperinci

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas 7 II. LANDASAN TEORI 2.1. Tindak Tutur Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam tindak

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Intan Br Tarigan (intansepty68@gmail.com) Dr. Abdurahman AS, M.Hum.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti melakukan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu

II. KAJIAN TEORI. bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu 11 II. KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Wacana Ada beberapa pengertian tentang wacana. Wacana adalah rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu (Alwi,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR

BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR 175 BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR A. Pengantar Pada sub bab ini peneliti memanfaatkan hasil analisis terhadap kesantunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat atau media komunikasi bagi manusia. Bahasa sendiri memiliki hubungan yang erat dengan sistem sosial dan sistem komunikasi. Sistem

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci