BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengukuran dalam geodesi dapat diaplikasikan untuk pemantauan terhadap kemungkinan pergeseran pada suatu obyek. Pemantauan pergeseran dilakukan terusmenerus dalam interval waktu tertentu.dalam mengamati pergeserantersebut perlu ditentukan titik-titik pantau yang disebar pada lokasi yang mewakili obyek. Titik-titik tersebut diamati perubahan posisinya dalam sistem koordinat tertentu. Salah satu alat yang digunakan untuk mengamati pergeseran tersebut adalah Total Station. Stasiun berdiri alat ukur itu diposisikan pada suatu titik ikat pengamatan kemudian dilakukan pengukuran jarak dan sudut ke titik-ttik pantau.kerangka yang digunakan dalam pengamatan adalah kerangka dasar absolut yaitu titik ikat berada pada lokasi yang tidak mengalami pergeseran dan koordinat (X,Y) titik ikat tersebut dianggap fixed. Pada penelitian ini, yang dijadikan obyek pemantauan pergeseran adalah tailing dam atau wadah penampungan limbah sisa proses penambangan untuk memperoleh bijih (ore) emas. Satu ton ore emas hanya mengandung Au 9 gr/ton dan Ag 96 gr/ton (ANTAM, 2014), dan sisanya merupakan limbah. Karena pembuangan limbah ini terus berlangsung seiring proses produksi perusahaan, maka volume limbah yang dihasilkan juga akan berjumlah besar sehingga perlu pengelolaan limbah secara kontinyu dan akurat.tailing dam yang dijadikan obyek pada penelitian ini berkategori rockfill dam, atau dapat dikatakan bahwa tubuh dam tersebut menggunakan struktur yang terdiri dari lapisan batuan luar, lapisan transisi, lapisan penyaring dan inti dam. Gambaran tailing dam dapat dilihat di Lampiran A. Titik pantau berjumlah sembilan yang berposisi pada lapisan batuan luar sepanjang tubuh dam dari utara ke selatan. Titik kontrol berlokasi pada gedung pantau tailing dam dan pada ujung utara tailing dam. 1

2 2 Dalam mengantisipasi pergeseran pada tailing dam, maka dilakukan pemantauan secara berkala untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran yang terjadi. Dengan mengetahui nilai pergeseran tubuh tailing dam, perusahaan dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja akibat longsoran maupun pergeseran,dengan demikian kerugian materiil dan nyawa dapat diminimalisir. Manfaat dalam pemantauan pergeseran tersebut bagi warga sekitar adalah apabila terjadi kemungkinan overtopping dan keboocoran tubuh tailing dam, hal tersebut dapat dideteksi lebih dini. Pemantauantailing damoleh perusahaandilakukan menggunakan Total Station untuk menentukan koordinat tiap kala.selama ini hitungan pergeseran dilakukan dengan mengurangi nilai koordinat antar kala.pada interval Juni s/d Juli 2013 rerata perbedaan koordinat absis adalah 0,0162 m, dan Juli s/d Agustus 2013 adalah 0,0659 m. Seharusnya dalam analisis pergeseran diperlukan suatu strategi pengolahan agar diperoleh suatu nilai apabila terjadi perbedaan, nilai tersebut bukan dikarenakan kesalahan pengukuran. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pergeseran secara komprehensif. I.2. Identifikasi Masalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk telah melakukan pemantauan titik pantau dilakukan secara berkala tiap bulan.hasil pengukuran jarak dan sudut terhadap titik pantau diperoleh nilai koordinat (X,Y) tiap bulannya. Dalam menentukan pergeseran yang sudah dilakukan dengan menyelisihkan nilai koordinat (X,Y) titik pantau pada satu kala ke kala lainnya. Dari metode tersebut, nilai koordinat yang dihasilkanbukan merupakan nilai terbaik karena langsung menggunakan data ukuran yang masih mungkin mengandung kesalahan tak acak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan data agar dapat diperoleh nilai koordinat dengan ketelitian tinggi untuk analisis pergeseran.

3 3 I.3. PertanyaanPenelitian Mengacu pada latar belakang dan identifikasi masalah, maka pertanyaan penelitiannya adalah seberapa besar pergeserandan kecepatan pergeseran yang terjadi pada titik-titik pantau, lalu bagaimana pula dengan pola pergeserannya? I.4. Cakupan Penelitian Cakupan penelitian ini meliputi : 1. Lokasi yang dikaji pada tailing damutama PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk.yang berlokasi di Kecamatan Nanggung, Desa Cikaret, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2. Data pengamatan diperoleh dari pengukuran secara terestris 2D di lapangan menggunakan Total Station dalam kalapengamatan Juni, Juli dan Agustus Posisi (koordinat) titik ikat dianggap fixed atau tidak berubah. 4. Analisis yang dilakukan hanya berdasarkan pendekatan aspek geodesi tanpa melibatkan pendekatan aspek geoteknik atau aspek fisik lain. 5. Estimasi koordinat titik pemantauan pergeseran menggunakan hitung kuadrat terkecilminimum constraint dan analisis pergeseranmenggunakan uji kesebangunan jaring dan uji pergeseran titik pantau. I.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan arah dan besar pergeseran serta kecepatan pergeseran pada titik-titik pantau jaring pemantauan pergeseran tailing damutama.

4 4 I.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat diketahui besar, arah serta kecepatan pergeseran pada titik-titik pantau tailing dam utama. Setelah diketahui pergeserannya, perusahaandapat menentukan langkah prefentif terhadap kemungkinan longsoran (failure)dan pergeseran yang akan berdampak kerugian nyawa maupun materil. I.7. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan di PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk., terdapat beberapa tulisan di perpustakaan perusahaan perihal tailing dam, namun belum terdapat tulisan dengan topik deformasi titik pantau. Febriani A. (2009) melakukan penelitian terkait analisis gerakan massa tanah di saluran induk Kalibawang, dengan membandingkan pengukuran titik pantau periode tahun 2006 sampai periode selanjutnya tahun Analisis data menggunakan hitung kuadrat terkecil metode parameter minimum constraint. Analisis pergeseran menggunakan metode geometrik statik. Pergeseran yang terjadi untuk arah vertikal negatif terjadi penurunan sebesar 3,314 mm s/d 30,982 mm, sedangkan pergeseran arah vertikal positif atau kenaikan berkisar antara 1,784 mm s/d 128,261 mm. Diyono (1993) menentukan pergeseran tiga dimensi dengan pendekatan Calgary dengan studi kasus Bendungan Panglima Besar Soedirman. Hasil analisis pergeseran tiga dimensi menunjukkan pergeseran 0,022 cm pada pengukuran bulan April 1989 dan 5,838 cm untuk pengukuran bulan Januari Pengukuran tersebut menggunakan titik referensi sama dan tidak mengandung kesalahan kasar. Sesuai dengan uji lokal pergeseran, kondisi titik pengamatan tersebut masih stabil. Penelitian Bintoro C. (2006) di perusahaan tambang PT. Adaro Indonesia terhadap jaring kontrol GPS dengan empat kombinasi titik sekutu. Analisis data pengamatan menggunakan hitung kuadrat terkecil metode parameter. Parameter transformasi rotasi terhadap sumbu X ,83, sumbu Y ,57, dan terhadap sumbu Z ,62. Translasi terhadap sumbu X 2805,30 m, sumbu Y -5419,40 m, dan sumbu Z

5 5 276,77 m, dengan faktor skala 0, Hasil ini diupload ke controller GPS agar dalam survei GPS diperoleh sistem koordinat lokal. Penelitian Putra G.W. (2013) terhadap pergerakan lereng tambang PT. Adaro Indonesia pada 13 titik pantau. Perhitungan koordinat untuk epok yang berbeda menggunakan perataan kuadrat terkecil metode parameter.hasil hitung kuadrat terkecil menunjukkan antar epok mempunyai pergeseran horisontal pada komponen X (X 3, X 4, X 10 ) dan vertikal untuk semua komponen Z dalam fraksi sentimeter. Pergeseran horisontaal tersebut secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95% tidak berbeda signifikan. I.8.1. Tailing Dam I.8. Landasan Teori Tailing dam atau wadah penampungan limbah dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan jenis tanah yang digunakan sebagai meterial konstruksinya, yaitu earthfill dam dan rockfill dam. Untuk earthfill dam, tubuh dari dam itu sendiri yang digunakan sebagai struktur konstruksi dan penahan terhadap longsoran dengan memanfaatkan fasilitas drainase. Berbeda dengan earthfill dam, rockfill dam pada bagian tubuh sebagai penahan longsoran menggunakan struktur yang mengandung batuan luar, zona transisi dan zona inti. Zona transisi digunakan untuk mengantisipasi lapisan tanah yang dapat tergerus akibat erosi dari limbah yang ditampung (Narita, K., 2000). Pada penelitian ini, tailing dam sebagai obyek berkategori rockfill dam. Gambar (I.1) berikut menjelaskan penampang melintang tailing dam jenis rockfill dam. Gambar I.1. Rockfill tailing dam (Narita, K., 2000)

6 6 Keterangan Gambar (I.1). Outer shell : lapisan terluar dam Inner shell : lapisan transisi Core : inti dam Filter : lapisan penyaring Core trench : parit inti Curtain grouting : batas galian I.8.2. Survei Deformasi Definisi deformasi merupakan suatu perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif, dan lebih dipandang dari segi tektonik akibat adanya pergerakan lempeng. Titik bergerak absolut bila dievaluasi dari titik lain dan perubahan kedudukannya berdasar pada suatu sistem koordinat referensi yang digunakan (Widjajanti, N., 2001). Parameter-parameter deformasi yang merupakan fungsi dari pengamatan geodetik,salah satunya adalah pergeseran. Terdapat dua jenis kerangka dasar yang dapat diaplikasikan untuk pemantauan pergeseran (Chrzanowski, dkk., 1986) yaitu : 1. Kerangka dasar absolut Kerangka dasar absolut merupakan kerangka dimana titik-titik ikat yang digunakan sebagai titik referensi berada di luar obyek pengamatan pergeseran dan posisinya dianggap stabil. Contoh sketsa kerangka dasar absolut dapat dilihat pada Gambar (I.2) berikut. Gambar I.2. Sketsa kerangka dasar absolut(modifikasi Widjajanti,N., 2001)

7 7 2. Kerangka dasar relatif Kerangka dasar relatif adalah suatu kerangka yang titik-titik obyeknya berada di dalam area pengamatan pergeseran. Pada kerangka dasar relatif, posisi titiktitik obyek deformasi berada dalam area pengamatan yang tidak stabil, sehingga titik-titik obyek tersebut menglami perubahan. Contoh sketsa kerangka dasar relatif dapat dilihat pada Gambar (I.3) berikut. Gambar I.3. Sketsa kerangka dasar relatif(modifikasi Widjajanti, N., 2001) Tujuan analisis pergeseran dua kala adalah (Caspary, W.F., 1987) : 1. Memastikan kestabilan titik referensi dan mendeteksi pergerakan titik tunggal. 2. Memberikan gambaran mengenai vektor pergeseran untuk membentuk model pergeseran 3. Memberikan informasi mengenai pergeseran yang terjadi. Analisis deformasi merupakan kuantifikasi pergeseran dan parameter-parameter deformasi yang mempunyai karakteristik dalam ruang dan waktu (Chrzanowsky, dkk, 1986). Analisis deformasi harus dilaksanakan berulang pada kala yang berbeda. Pengukuran maupun pengolahannya dilakukan dari dua kala. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai perbedaan koordinat titik pantau sehingga parameterparameter deformasi dapat ditentukan (Widjajanti, N.,2001).

8 8 I.8.3. Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Metode yang umum digunakan dalam perhitungan estimasi parameter adalah hitung perataan kuadrat terkecil. Pada metode ini nilai parameter yang akan ditentukan harus memiliki hubungan linier dengan besaran pengukuran (Hadiman, 1991). Persamaan yang menghubungkan keduanya disebut persamaan pengamatan. Dalam hitung perataan, jumlah pengamatan melebihi jumlah parameter yang akan ditentukan nilainya (Ghilani, C. dan Wolf, P.R., 2008). Rumus untuk menghitung derajat kebebasan (f) seperti pada persamaan (I.1) : f = n u... (I.1) n : jumlah pengamatan u : jumlah parameter Dalam hitung perataan metode parameter, jumlah persamaan yang ditentukan sama dengan jumlah pengukuran. Model fungsional pada metode parameter (Mikhail dan Ackerman 1981) seperti pada persamaan (I.2) La = F(Xa)... (I.2) La : besaran estimasi terbaik pengamatan Dengan La = L + V, maka persamaan (I.2) menjadi persamaan (I.3) : L + V = F(Xa)... (I.3) Hubungan fungsional antara besaran pengukuran dan parameter dilakukan dengan membuat sejumlah n persamaan pengamatan, sehingga diperoleh persamaan (I.4) : + = (I.4) Selanjutnya, dapat diperoleh persamaan (I.5) dalam fungsi residu (v) seperti persamaan (I.5) berikut. = (I.5) Persamaan (I.5) dapat ditulis dalam bentuk matriks seperti persamaan (I.6) berikut(hadiman, 1991).

9 9 V = AX + F... (I.6) = ; = ; = ; = V A X F : vektor koreksi yang elemen matriksnya terdiri dari besaran-besaran koreksi pengamatan (v 1, v 2,..., v n ) dengan dimensi n x 1 : matriks koefisien parameter yang elemen matriksnya terdiri dari koefisienkoefisien parameter (a 1,1, a 1,2,..., a n,u ) dengan dimensi n x u : vektor parameter yang elemen matriksnya terdiri dari parameter-parameter yang akan ditentukan nilainya (x 1, y 2,..., y n ) dengan dimensi u x 1 : vektor sisa yang elemen matriksnya terdiri atas selisih dari tiap konstanta persamaan linier (a 1,1, a 1,2,..., a n,u ) dengan besaran pengamatan (,,..., ) yang bersesuaian dengan dimensi u x 1 Proses hitungan jika menggunakan matriks bobot (P) maka jumlah kuadrat residualnya (V T PV) dapat dicari dengan persamaan (I.7) : V T PV = (AX+F) T P (AX+F) = (X T A T +F T )P(A X +F) = X T A T PAX + X T A T PF + F T PAX + F T PF... (I.7) Oleh karena matriks V T PV berdimensi 1 x 1, maka X T A T PF = F T PAX. Oleh karena itu persamaan (I.7) menjadi persamaan (I.8) : V T PV = X T A T PAX + 2F T PAX + F T PF... (I.8) Supaya nilai V T PV minimum maka turunan pertama V T PV terhadap vektor parameter (X) harus sama dengan nol. = 0 2X T A T PA + 2F T PA = 0 X T A T PA + F T PA = 0... (I.9)

10 10 Oleh karena P merupakan matriks diagonal maka P T = P, sehingga persamaan (I.9) bila ditranspos menjadi persamaan (I.10) : A T PAX + A T PF = 0... (I.10) Selanjutnya, diperoleh persamaan (I.11) untuk mencari nilai parameter, yaitu : X= - (A T PA) -1 A T PF...(I.11) Persamaan (I.12) untuk mencari matriks varian kovarian parameter ( ), yaitu : = (A T PA) -1...(I.12) =...(I.13) : varian aposteori Akar unsur-unsur diagonal matriks parameter yang bersesuaian. merupakan simpangan baku dari tiap-tiap I.8.4. Hitung Perataan Minimum Constraint Rank suatu matriks didefinisikan sebagai dimensi tertinggi dari suatu matriks sehingga determinannya tidak nol. Suatu matriks bujur sangkar berorde n dikatakan mempunyai kekurangan rank bila matriks tersebut memiliki rank lebih kecil dari n. Kekurangan rank ini merupakan selisih dari dimensi matriks tersebut dengan rank matriks itu sendiri. Hitung perataan minimum constraint adalah hitung perataan dengan jumlah unsur yang diketahui (referensi) sebanyak kekurangan rank nya. Rank suatu matriks didefinisikan sebagai dimensi tertinggi dari suatu matriks sehingga determinannya tidak nol. Kekurangan rank ini merupakan selisih dari dimensi matriks tersebut dengan rank matriks itu sendiri. Dalam kaitannya dengan aplikasi di bidang Geodesi, kekurangan rank disebabkan karena belum terdefinisikannya sistem koordinat (Soeta at, 1996). Matriks yang mempunyai kekurangan rank merupakan matriks singular yang tidak bisa diinverskan.

11 11 Persamaan (I.11) dalam hitung perataan metode parameter digunakan untuk menghitung nilai parameter (X). Jika matriks A T PA dalam persamaan itu merupakan matriks singular, maka A T PA tidak dapat diinverskan. Hal ini menyebabkan persamaan (I.11) tidak akan mungkin diselesaikan, akibatnya nilai parameter (X) tidak bisa dihitung. Salah satu dari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan mendefinisikan unsur yang diketahui sebanyak kekurangan rank nya. Pada penelitian ini digunakan metode minimum constraint dengan titik ikat fixed yaitu P28 yang mengikat kesembilan titik pantau, selain itu digunakan pula titik ikat fixed BS1 yang diikatkan pada titik pantau PG1 dan PG9. I.8.5. Bobot pengamatan Ketelitian suatu pengamatan nilainya bervariasi tergantung yang dilakukan dari suatu proses pengamatan. Berdasarkan hal tersebut, dalam pengolahannya harus diperhitungkan nilai ketelitiannya dengan suatu besaran bobot pengamatan (Hadiman, 2006). Pemberian bobot pengukuran biasanya berdasarkan kaidah umum bahwa bobot suatu pengukuran berbanding terbalik dengan variannya : =...(I.14) k adalah nilai apriori sebagai pembanding varian pengamat. Bila suatu pengukuran mempunyai bobot sama dengan satu maka varian pengukuran sama dengan nilai varian apriori, maka : 1 =...(I.15) Dari persamaan (I.14) dan (I.15) diatas diperoleh persamaan (I.16) sebagai berikut. P =... (I.16) : varian apriori : varian hasil pengamatan

12 12 I Bobot pengukuran sudut horisontal. Varian sudut seperti pada persamaan (I.17) berikut (Mikhail dan Ackerman, 1981)....(I.17) : varian sudut ukuran : kesalahan pada pemusatan alat ukur dan target : kesalahan pemusatan target satu dan target dua : kesalahan pemusatan alat ukur D 1,D 2 : jarak ke target satu dan dua : sudut ukuran : : kesalahan pembacaan skala piringan horisontal : : 3 x d d : pembacaan terkecil piringan horisontal : kesalahan akibat pembidikan : : 60 /M M : perbesaran teropong : kesalahan akibat penempatan target : n : ketelitian target : jumlah pengamatan

13 13 I Bobot pengukuran jarak horisontal. Nilai varian bobot pengukuran jarak digunakan untuk menyusun matriks bobot (P). Nilai varian pengukuran jarak dihitung dengan persamaan (I.18) berikut (Mikhail dan Ackerman, 1981)....(I.18) : varian jarak pengukuran : ketelitian yang tidak tergantung jarak pengukuran : ketelitian relatif alat (ppm) D :jarak ukuran (km) I.8.6. Linierisasi Persamaan Pengamatan Pengamatan yang digunakan berupa data sudut horisontal dan jarak horisontal, yang selanjutnya dilinierisasi seperti penjelasan berikut. I Linierisasi pengamatan sudut. Persamaan pengamatan sudut dibentuk dari selisih dua azimut seperti pada Gambar (I.4) berikut. Y U j(x j,y j ) α ik d ij α ij b jik d ik k(x k,y k ) i(x i,y i ) Gambar I.4. Sketsa pengukuran sudut dan jarak horisontal X Keterangan Gambar (I.4) : i, j, k : titik yang membentuk segitiga dalam sistem koordinat kartesi 2D (X,Y)

14 14 : asimut dari titiki ke k : asimut dari titik i ke j : sudut horisontal yang terbentuk dari titik i, j dan k, : jarak horisontal dari titik i ke j dan dari titik i ke k Model matematis pengukuran sudut seperti persamaan (I.19) berikut (Basuki, S., 2006). + = -...(I.19) = -...(I.20) = F ( Linierisasi model matematis pengukuran sudut dengan deret Taylor adalah seperti persamaan (I.21) berikut. + = F(,,,,,...(I.21) = -...(I.22) = -... (I.23) = - (I.24) = (I.25) =... (I.26) = -... (I.27) F(,,,,, : harga pendekatan koordinat i, j, k

15 15 : nilai koreksi sudut I Linierisasi pengamatan jarak.model matematis pengamatan jarak seperti pada persamaan (I.28) berikut (Basuki, S., 2006). =...(I.28) Linierisasi persamaan (I.28) dengan deret Taylor sehingga diperoleh persamaan (I.29) berikut. D ik + = (I.29) =... (I.30) =... (I.31) =... (I.32) =...(I.33) : nilai pendekatan jarak : koreksi pengamatan : nilai pendekatan jarak hitungan I.8.7. Kriteria Berhentinya Iterasi Dalam hitung kuadrat terkecil apabila diperoleh persamaan pengamatan yang tidak linier, maka penyelesaiannya harus dilakukan menggunakan deret Taylor. Setelah persamaan tersebut dilinierkan, agar diperoleh nilai parameter terbaik maka dalam penyelesaiannya perlu digunakan diiterasi. Apabila melakukan hitung perataan dengan suatu iterasi perlu dipertimbangkan untuk menghentikan iterasi, dengan kriteria sebagai berikut. 1. Usaha untuk mencapai sedekat mungkin suatu jawaban terhadap penyelesaian teoritis untuk menghentikan iterasi

16 16 2. Tidak ekonomis bila iterasi dilanjutkan akan tetapi hanya merubah ketelitian yang sangat kecil. Ada beberapa kriteria penghentian iterasi, antara lain (Mikhail dan Ackerman, 1981). 1. Berdasarkan faktor akar varian aposteori < - < <,, : nilai toleransi yang ditentukan i : indeks iterasi (ke-i) 2. Berdasarkan pada nilai koreksi parameter (X i ) a. Nilai koreksi tiap parameter (X i ) harus mendekati nol. Dalam hal ini mempunyai nilai kecil yang digunakan untuk menguji. < b. Menguji maksimum nilai koreksi parameter < c. Menguji perubahan nilai koreksi parameter yang sesudahnya dengan parameter sebelumnya. < Dalam beberapa kasus digunakan bentuk berbeda seperti pada persamaan (I.34) berikut. <...(I.34) Pada kenyataannya sulit menentukan nilai dan yang didaptkan secara empiris. I.8.8. Perataan Terpisah Masing-masing Kala Perataan menggunakan beberapa kala untuk pergeseran dapat dituliskan sebagai model linierisasi seperti persamaan (I.35) dan (I.36) berikut. X m = (A m T P m A m ) -1 A m T P m F m X n = (A n T P n A n ) -1 A n T P n F n... (I.35)... (I.36)

17 17 = + X m... (I.37) = + X n...(i.38) sehingga : = (A T m P m A m ) -1...(I.39) = (A T n P n A n ) -1...(I.40) I.8.9. Uji Statistik Data Pengamatan Tiap Kala Dalam uji statistik, dilakukan evaluasi kesesuaian antara varian aposteori ( ) dengan nilai varian apriori ( ). Uji ini dilakukan terhadap data pengamatan hasil hitung perataan parameter setiap kala pengukuran dengan uji global dan data snooping. I Uji global. Uji global digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya kesalahan tidak acak yang berpengaruh pada data pengamatan setelah dilakukan hitung perataan. Uji global dilakukan dengan membandingkan nilai varian aposteori ( ) dengan nilai varian apriori ( ), menggunakan sebaran fungsi Fisher (Mikhail dan Ackermann, 1981). Hipotesis pada uji global seperti pada persamaan (I.41) dan (I.42) berikut. : =...(I.41) :...(I.42) Penerimaan bila memenuhi syarat persamaan (I.43) berikut : <...(I.43) : nilai statistik dari tabel Fisher dengan derajat signifikan ( ) dan derajat kebebasan (r) Penerimaan menyatakan bahwa hasil pengukuran tidak dipengaruhi oleh kesalahan tidak acak, sehingga memenuhi sebaran normal. Penolakan merupakan indikasi adanya kemungkinan pengukuran dipengaruhi kesalahan tak acak sehingga

18 18 terjadi perubahan nilai rata-rata dan pengukuran tersebut tidak mengikuti sebaran normal. Jika dari hasil uji data pengamatan ternyata dipengaruhi kesalahan tak acak, maka kesalahan tersebut dicari dengan data snooping. I Data snooping. Data snooping dilakukan jika uji global ditolak. Apabila dalam uji global hipotesis nol ditolak, hal tersebut berarti ada data pengamatan yang mungkin dipengaruhi oleh kesalahan kasar/blunder.dalam mendeteksi ada tidaknyakesalahan tidak acak, dilakukan uji statistik berdasarkan simpangan baku koreksi ukuran yang merupakan akar positif dari elemen ke-i,i matriks varian kovarian koreksi ukuran (Soeta at 1996). Datasnooping dilakukan untuk tiap data pengamatan. : data pengamatan tidak dipengaruhi kesalahan tidak acak...(i.44) : data pengamatan dipengaruhi kesalahan tidak acak...(i.45) Penerimaan bila memenuhi syarat persamaan (I.46) berikut :...(I.46) =...(I.47) : koreksi pengamatan ke-i : simpangan baku koreksi pengamatan ke-i I Perhitungan Vektor Pergeseran Horisontal dan Ketelitiannya Vektor pergeseran horisontal merupakan selisih nilai koordinat titik-titik pantau antar dua kala pengamatan. Jika X m dan X n adalah nilai koordinat titik-titik pantau pada kala ke-m dan ke-n, maka vektor pergeseran horisontal (d) seperti persamaan (I.48) berikut. d = X m X n...(i.48) Varian aposteori pergeseran horisontal ( ) diperoleh dari persamaan (I.49) :

19 19 =... (I.49), : derajat kebebasan pada kala ke-m dan kala ke-n, : varian aposteori pada kala ke-m dan kala ke-n Matriks kofaktor pergeseran horisontal ( ) dihitung dari persamaan (I.50): = (A T P d A) -1...(I.50) P d = ((A T PA) -1(m) + (A T PA) -1(n) ) -1 Matriks varian kovarian pergeseran horisontal ( dd ) diperoleh dari persamaan (I.51) : dd = xxm + xxn =...(I.51) I Uji Statistik Pergeseran I Uji kesebangunan jaring. Uji kesebangunan jaring berfungsi untuk memeriksa ada atau tidaknya perubahan bentuk yang terjadi pada suatu jaring yang digunakan untuk pengamatan pergeseran. Pengujian dilakukan terhadap jaring pemantauan pergeseran secara global. Tahap pengujiannya (Widjajanti, N., 2001) : 1). Membentuk model hitungan seperti persamaan (I.52) U d V d + d = 0...(I.52) U d : matriks koefisien koreksi pengamatan d : vektor pergeseran titik pantau V d : vektor koreksi pergeseran 2). Menghitung nilai korelat pergeseran Kseperti persamaan (I.53) : K = ( U d Q d U T d ) -1 d...(i.53) kombinasi matriks (A T PA) -1(m) dan ((A T PA) -1(n)...(I.54) 3). Menghitung nilai koreksi pergeseran titik obyek V d dan d, seperti persamaan (I.55) dan (I.56) :

20 20 V d = - Q d U T d K...(I.55) = Q -1 d V d (I.56) 4). Menghitung varian nilai pergeseran seperti persamaan (I.57) dan (I.58) : Varian apriori pergeseran : =...(I.57) Varian aposteori pergeseran : =...(I.58) 5). Menyusun hipotesis : Ho: bentuk jaringan tidak mengalami perubahan( 2 σˆ 0d = 2 σ od ) Ha: bentuk jaringan mengalami perubahan ( 2 σˆ od 2 σ od 6). Menetapkan taraf uji ( ). 7). Menentukan nilai batas dari tabel fungsi Fisher dengan argumen dan f(derajat kebebasan). 8). Menguji hipotesis nol ( ) seperti persamaan (I.59) : Hipotesis nol ditolak jika : >...(I.59) Penerimaan H 0 mengindikasikan bahwa jaring tidak mengalami perubahan bentuk. Begitu pula sebaliknya, penolakan menunjukkan adanya perubahan bentuk pada jaring pemantauan. Jika penolakan ini terjadi maka perlu dilakukan uji pergeseran titik pantau untuk mengidentifikasi titik-titik pantau yang telah mengalami perubahan bentuk. I Uji pergeseran titik pantau. Uji pergeseran titik pantau bertujuan untuk mengetahui titik-titik pantau yang mengalami pergeseran. Tahap ini dilakukan jika hasil uji kesebangunan jaringan ditolak. Pada intinya, dalam mendeteksi pergeseran pada tiap titik pantau, uji ini mirip seperti proses data snooping yaitu dilakukan terhadap masingmasing titik pantau. Tahap pengujiannya adalah sebagai berikut (Widjajanti, N., 2001). 1). Menyusun hipotesis : Ho : titik ke-i tidak mengalami pergeseran Ha : titik ke-i mengalami pergeseran 2). Menetapkan taraf uji ( ). )

21 21 3). Menentukan nilai batas dari tabel fungsi Fisher dengan argumen 4). Menghitung nilai W di untuk setiap titik pantau dengan persamaan (I.60). =...(I.60) N d = U d T ( U d Q d U d T ) -1 U d 5). Menguji hipotesis nol ( ).... (I.61) Hipotesis nol diterima jika :... (I.62) jika Bila diterima maka artinya titik ke-i tidak mengalami pergeseran, sebaliknya ditolak maka titik ke-i itu mengalami pergeseran. I Perhitungan Arah dan Besar Pergeseran Koordinat Hitung perataan terpisah pada dua kala menghasilkan vektor pergeseran ke arah sumbu X (dx) dan sumbu Y (dy) yang dijadikan dasar perhitungan arah dan besar pergeseran koordinat tiap interval pengamatan. Selanjutnya, persamaan (I.63) dan (I.64) untuk menentukan arah dan besar pergeseran adalah sebagai berikut. Arah = Besar =... (I.63)... (I.64) Perhitungan Kecepatan Pergeseran Horisontal Kecepatan pergeseran horisontal untuk masing-masing titik ditentukan dengan membagi pergeseran yang terjadi dengan selang waktu antara dua kala pengamatan yang berurutan.secara matematis dapat dituliskan sebagai persamaan (I.65). =...(I.65) : kecepatan pergeseran titik pantau ke-i, : koordinat titik ke-i pada kala ke-m dan kala ke-n : selisih waktu antar kala pengamatan

22 22 Varian kecepatan pergeseran horisontal pada titik yang bersesuaian dihitung melalui hukum perambatan varian kovarian sebagai persamaan (I.66). =. +. =. +. =... (I.66) : varian kecepatan pergeseran horisontal titik ke-i, : varian dari koordinat titik ke-i pada kala ke-m dan kala ke-n I.9. Hipotesis Tubuh tailing dam terbuat dari campuran tanah, pasir dan rockfill pada bagian dasarnya sehingga ada kemungkinan getaran yang dapat terjadi. Disamping itu pada bagian atas tubuh tailing dam dijadikan jalur akses alat-alat berat, hal itu memungkinkan getaran yang dapat terjadi pada tubuh tailing dam.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai salah satu situs warisan budaya dunia, Candi Borobudur senantiasa dilakukan pengawasan serta pemantauan baik secara strukural candi, arkeologi batuan candi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan peradaban masa lampau yang sangat megah. Peninggalan peradaban masa lampau tersebut masih dapat dinikmati hingga

Lebih terperinci

I.3. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga pertanyaan penelitian :

I.3. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga pertanyaan penelitian : BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam budaya. Hal ini nampak dari adanya berbagai macam suku, bahasa, rumah adat, dan tarian daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Candi Borobudur adalah bangunan yang memiliki nilai historis tinggi. Bangunan ini menjadi warisan budaya bangsa Indonesia maupun warisan dunia. Candi yang didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendungan adalah suatu bangunan penampung air yang dibentuk dari berbagai batuan dan tanah. Air yang dibendung akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT. Adaro Indonesia merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang menerapkan sistem tambang terbuka dengan metode strip mine. Penambangan secara terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Salah satu dari bendungan di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Candi Borobudur adalah salah satu karya besar nenek moyang bangsa Indonesia. Candi Borobudur merupakan candi terbesar di dunia dan sudah ditetapkan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendungan adalah suatu bangunan penampung air yang dibentuk dari berbagai batuan, tanah dan juga beton. Bendungan dibangun untuk menahan laju air, sehingga menjadi

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT Oleh Joni Setyawan, S.T. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur ABSTRAK Candi Borobudur sebagai sebuah peninggalan bersejarah bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengecekan Kualitas Data Observasi Dengan TEQC Kualitas dari data observasi dapat ditunjukkan dengan melihat besar kecilnya nilai moving average dari multipath untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu tahapan dalam pengadaan jaring kontrol GPS adalah desain jaring. Desain jaring digunakan untuk mendapatkan jaring yang optimal. Terdapat empat tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Candi Borobudur sebagai sebuah peninggalan bersejarah bagi bangsa Indonesia sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Salah satu bentuk antisipasi pencegahan

Lebih terperinci

Prinsip Kuadrat Terkecil

Prinsip Kuadrat Terkecil Prinsip Kuadrat Terkecil Dari suatu pengukuran yang tidak saling bergantung (independent): d1, d2, d3, d4,..., dn. Dari pengukuran tersebut dapat dicari nilai rata-rata (d) yang merupakan nilai yang paling

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, namun perubahan nilai variabel itu dapat disebabkan oleh berubahnya variabel lain yang berhubungan

Lebih terperinci

L A P O R A N K A J I A N

L A P O R A N K A J I A N L A P O R A N K A J I A N PENGEMBANGAN METODE PENGUKURAN DEFORMASI VERTIKAL DAN HORISONTAL CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT Disusun oleh : Brahmantara, S.T Joni Setiyawan, S.T Yenny Supandi, S.Si Ajar Priyanto

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

HITUNGAN PERATAAN POSISI 3D TITIK PREMARK SECARA SIMULTAN PADA SURVEI FOTO UDARA FORMAT KECIL

HITUNGAN PERATAAN POSISI 3D TITIK PREMARK SECARA SIMULTAN PADA SURVEI FOTO UDARA FORMAT KECIL HITUNGAN PERATAAN POSISI 3D TITIK PREMARK SECARA SIMULTAN PADA SURVEI FOTO UDARA FORMAT KECIL Harintaka 1, Subaryono, Ilham Pandu Wijaya 3 1, Jurusan Teknik Geodesi, FT-UGM. Jl. Grafika No. Yogyakarta

Lebih terperinci

Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment)

Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment) Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment) Metoda Kuadrat Terkecil adalah salah satu metoda yang paling populer dalam menyelesaikan masalah hitung perataan. Aplikasi pertama perataan kuadrat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada BAB III ini akan dibahas mengenai pengukuran kombinasi metode GPS dan Total Station beserta data yang dihasilkan dari pengukuran GPS dan pengukuran Total Station pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini terdiri dari dua sub bab yaitu latar belakang serta tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab tersebut. I.1. Latar Belakang Dinamika

Lebih terperinci

Tanah Homogen Isotropis

Tanah Homogen Isotropis Tanah Homogen Isotropis adalah tanah homogen yang mempunyai nilai k sama besar pada semua arah (kx = kz = ks). ks kx x z kz s Tanah Homogen Anisotropis adalah tanah homogen yang memiliki nilai k tidak

Lebih terperinci

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN 2338-350X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN JARING TRIANGULATERASI UNTUK PENENTUAN KOORDINAT TITIK PANTAU BENDUNGAN MENGGUNAKAN MATLAB R2009A

PEMBUATAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN JARING TRIANGULATERASI UNTUK PENENTUAN KOORDINAT TITIK PANTAU BENDUNGAN MENGGUNAKAN MATLAB R2009A PEMBUATAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN JARING TRIANGULATERASI UNTUK PENENTUAN KOORDINAT PANTAU BENDUNGAN MENGGUNAKAN MATLAB R009A Rian Stadyanto, Bebas Purnawan, Dessy Apriyanti 3 ABSTRAK Bendungan Sermo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Persamaan regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam bentuk matriks. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan matematis dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW BAB IV ANALISIS Dalam bab ke-4 ini dibahas mengenai analisis dari hasil pengolahan data dan kaitannya dengan tujuan dan manfaat dari penulisan tugas akhir ini. Analisis dilakukan terhadap data pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda TINJAUAN PUSTAKA Model Regresi Linier Ganda Hubungan antara y dan X dalam model regresi linier umum adalah y = X ß + e () dengan y merupakan vektor pengamatan pada peubah respon (peubah tak bebas) berukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

MATRIKS Nuryanto, ST., MT. MateMatika ekonomi MATRIKS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat : 1. Pengertian matriks 2. Operasi matriks 3. Jenis matriks 4. Determinan 5. Matriks invers 6.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 9 Bab 2 LANDASAN TEORI 21 Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel Pengujian

Lebih terperinci

Transformasi Datum dan Koordinat

Transformasi Datum dan Koordinat Transformasi Datum dan Koordinat Sistem Transformasi Koordinat RG091521 Lecture 6 Semester 1, 2013 Jurusan Pendahuluan Hubungan antara satu sistem koordinat dengan sistem lainnya diformulasikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No.2 Vol. 01 ISSN 2338-350x Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Data Koordinat Definitif Titik Dasar Teknik Orde 3 BPN Titik Dasar Teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam

Lebih terperinci

Pengolahan Ukuran Gayaberat Relatif dengan Metode Perataan Kuadrat Terkecil dengan Solusi Bertahap

Pengolahan Ukuran Gayaberat Relatif dengan Metode Perataan Kuadrat Terkecil dengan Solusi Bertahap PROSIDING SKF 5 Pengolahan Ukuran Gayaberat Relatif dengan Metode Perataan Kuadrat Terkecil dengan Solusi Bertahap L. M. Sabri,a), Leni S. Heliani,b), T. A. Sunantyo,c) dan Nurrohmat Widaanti,d) Program

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut:

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan salah satu analisis statistik yang sering digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1991

Matematika EBTANAS Tahun 1991 Matematika EBTANAS Tahun 99 EBT-SMA-9-0 Persamaan sumbu simetri dari parabola y = 8 x x x = 4 x = x = x = x = EBT-SMA-9-0 Salah satu akar persamaan kuadrat mx 3x + = 0 dua kali akar yang lain, maka nilai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Vektor Pergeseran Titik Pengamatan Gunungapi Papandayan

BAB IV ANALISIS 4.1 Vektor Pergeseran Titik Pengamatan Gunungapi Papandayan BAB IV ANALISIS Koordinat yang dihasilkan dari pengolahan data GPS menggunakan software Bernese dapat digunakan untuk menganalisis deformasi yang terjadi pada Gunungapi Papandayan. Berikut adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (statistik) dinamakan galat baku statistik, yang dinotasikan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. (statistik) dinamakan galat baku statistik, yang dinotasikan dengan TINJAUAN PUSTAKA Penduga Titik dan Selang Kepercayaan Penduga bagi parameter populasi ada dua jenis, yaitu penduga titik dan penduga selang atau disebut sebagai selang kepercayaan. Penduga titik dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan beberapa tinjauan pustaka sebagai landasan teori pendukung penulisan penelitian ini. 2.1 Analisis Regresi Suatu pasangan peubah acak seperti (tinggi, berat)

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Matematika Diskrit 2 Kode / SKS : IT02 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi. Pendahuluan 2. Vektor.. Pengantar mata kuliah aljabar linier.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

Bab 2 LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN Determinan Matriks Determinan Matriks Sub Pokok Bahasan Permutasi dan Determinan Matriks Determinan dengan OBE Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Beberapa Aplikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

3.3 Pengumpulan Data Primer

3.3 Pengumpulan Data Primer 10 pada bagian kantong, dengan panjang 200 m dan lebar 70 m. Satu trip penangkapan hanya berlangsung selama satu hari dengan penangkapan efektif sekitar 10 hingga 12 jam. Sedangkan untuk alat tangkap pancing

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn Setelah mengekstrak efek pergerakan Sunda block, dengan cara mereduksi velocity rate dengan velocity rate Sunda block-nya, maka dihasilkan vektor pergeseran titik-titik GPS kontinyu SuGAr seperti pada

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Verifikasi TDT Orde 2 BPN dengan Stasiun CORS BPN-RI Kabupaten Grobogan Rizna Trinayana, Bambang Darmo Yuwono, L. M. Sabri *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Statistika Multivariat Analisis statistika multivariat adalah teknik-teknik analisis statistik yang memperlakukan sekelompok variabel terikat yang saling berkorelasi sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Repeated Measurement Dalam repeated measurement setiap perlakuan menunjukkan pengukuran terhadap satu sampel (unit eksperimen ) atau beberapa sampel yang memiliki karakter sama

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel. 1. Persamaan Linier 5. PERSAMAAN LINIER Persamaan linier adalah suatu persamaan yang variabel-variabelnya berpangkat satu. Disamping persamaan linier ada juga persamaan non linier. Contoh : a) 2x + 3y

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepulauan Sangihe merupakan pulau yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yaitu Philippine sea plate, Carolin plate dan Pacific plate. Pertemuan tiga lempeng

Lebih terperinci

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN.. Tegangan Mekanika bahan merupakan salah satu ilmu yang mempelajari/membahas tentang tahanan dalam dari sebuah benda, yang berupa gaya-gaya yang ada di dalam suatu benda yang

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya 1. Pendahuluan Penggunaan besaran vektor dalam kehidupan sehari-hari sangat penting mengingat aplikasi besaran vektor yang luas. Mulai dari prinsip gaya, hingga bidang teknik dalam memahami konsep medan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEMELAJARAN - MATEMATIKA

DESKRIPSI PEMELAJARAN - MATEMATIKA DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT : MATEMATIKA TUJUAN : Melatih berfikir dan bernalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktifitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide/gagasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

MATRIKS INVERS MOORE-PENROSE DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER

MATRIKS INVERS MOORE-PENROSE DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS INVERS MOORE-PENROSE DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER SKRIPSI Disusun Oleh : IDA MISSHOBAH MUNIR RAHAYU J2A 004 019 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. Modul ajar ini dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan kuliah jarak

Lebih terperinci

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU Sistem persamaan linear orde/ tingkat satu memiliki bentuk standard : = = = = = = = = = + + + + + + + + + + Diasumsikan koefisien = dan fungsi adalah menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).

Lebih terperinci

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN ESTIMASI Arna Fariza PENDAHULUAN MATERI LALU Karena adanya berbagai alasan seperti banyaknya individu dalam populasi amatan, maka penelitian keseluruhan terhadap populasi tersebut tidaklah ekonomis, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel 43 III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan TINJAUAN PUSTAKA Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan hasil tinjauan pustaka tentang definisi, konsep, dan teori-teori yang terkait dengan penelitian ini. Adapun pustaka yang dipakai adalah konsep perambatan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT

PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT PROSID ING 0 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR TEORI FUNGSI Fungsi yaitu hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Unsur-unsur pembentukan fungsi yaitu variabel (terikat dan bebas), koefisien dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi linear, metode kuadrat terkecil, restriksi linear, multikolinearitas, regresi ridge, uang primer, dan koefisien

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEMELAJARAN

DESKRIPSI PEMELAJARAN DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT : Matematika TUJUAN : Melatih berfikir dan bernalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktifitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide/gagasan

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) Turangan Virginia, A.E.Turangan, S.Monintja Email:virginiaturangan@gmail.com ABSTRAK Pada daerah Manado By Pass

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KISI-KISI PENLISAN JIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJRAN (SMK) MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS : XII KELOMPOK : TEKLOGI, PERTANIAN DAN KESEHATAN KRIKLM : KTSP & JML : PILIHAN GANDA = 40, RAIAN = 5 BTIR

Lebih terperinci

Regresi linier berganda Pada regresi linier sederhana variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y) Regresi linier berganda : atau lebih variabel beba

Regresi linier berganda Pada regresi linier sederhana variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y) Regresi linier berganda : atau lebih variabel beba Kuswanto-0 Regresi linier berganda Pada regresi linier sederhana variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y) Regresi linier berganda : atau lebih variabel bebas (X, X,,Xn) variabel tak bebas (Y) Apabila

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Aljabar Linear Kode / SKS : TIF-5xxx / 3 SKS Dosen : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi Sistem persamaan Linier dan Matriks, Determinan, Vektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di 5 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di bahas adalah sebagai berikut: A.

Lebih terperinci