BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang merupakan fakor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Transisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang merupakan fakor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Transisi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dewasa ini telah mengalami perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit degeneratif yang merupakan fakor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Transisi epidemiologi ini disebabkan perubahan sosial ekonomi, lingkungan, dan gaya hidup yang tidak sehat. WHO memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer (Rahajeng, 2009). Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Sesuai dengan hasil Riskesdas tahun 2013, hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8%, dan sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Disamping itu pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia (Riskesdas, 2013). Hipertensi yang tidak terkendali akan menyerang organ target sehingga dapat 1

2 55 menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 6 kali lebih besar terkena Congestive Heart Failure (CHF) (Rahajeng, 2009). Provinsi DIY termasuk dalam 5 provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak (35,8%) dan berada diatas prevalensi nasional (29,8%). Selain itu, hipertensi merupakan penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan tuberkulosis dengan proporsi kematian 6,8% (Riskesdas, 2007). Di Indonesia, prevalensi penyakit sistem sirkulasi darah, termasuk penyakit jantung terus meningkat dan menjadi peringkat pertama penyebab kematian pada tahun Prevalensi penyakit jantung di Indonesia yaitu sebesar 9,2% yang meningkat seiring dengan peningkatan umur dan mempunyai angka yang lebih tinggi pada perempuan, status ekonomi yang rendah, perilaku merokok, pasien dengan diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas (Delima dkk., 2009). Gagal jantung adalah sindrom klinis kompleks yang progresif yang disebabkan oleh adanya gangguan sehingga mengganggu kemampuan ventrikel untuk menerima dan mengeluarkan darah, sehingga jantung tidak bisa memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Parker dkk., 2008). Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung meningkat seiring bertambahnya umur. Prevalensi terbesar adalah pada umur 75 tahun yaitu 1,1%, dan pada umur tahun sebesar 0,5%, sedangkan pada laki-laki dan perempuan sama yaitu sebesar 0,3% (Riskesdas, 2013).

3 56 Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang optimal di rumah sakit, diantaranya adalah peran farmasi rumah sakit. Hipertensi merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia, sedangkan penyakit jantung di tahun 2000 merupakan penyebab kematian pertama (Riskesdas, 2007, dan Delima dkk., 2009). Pengobatan pada pasien hipertensi dengan komplikasi CHF hendaknya dilakukan secara tepat dan cepat, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil terapi optimal dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dipisahkan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Obat yang tersedia saat ini sangat beragam, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit, sehingga obat yang nantinya akan digunakan dapat memberikan manfaat klinik yang optimal. Dalam pemilihan obat untuk pasien, praktisi medis ada kalanya mengalami kesulitan karena tidak semua sediaan mempunyai manfaat dan resiko yang setara. Keanekaragaman obat yang dipilih memungkinkan terjadinya pemilihan yang tidak sesuai dengan drug of choice dalam pedoman pengobatan yang ada. Dokter dalam meresepkan obat hendaknya mempertimbangkan keamanan, efikasi, dan cost effectiveness untuk pasien.

4 57 Formularium rumah sakit pada hakekatnya merupakan daftar produk obat yang telah disepakati untuk digunakan di rumah sakit yang bersangkutan, beserta informasi yang relevan mengenai indikasi, cara penggunaan, dan informasi lain mengenai tiap produk (Pionas, 2015). Penggunaan obat di rumah sakit diatur dalam formularium rumah sakit untuk tiap penyakit. Namun kadang terjadi ketidaksesuaian peresepan obat dengan formularium rumah sakit untuk penyakit tertentu. Oleh karena itu, peneliti perlu mengkaji seberapa besar kesesuaian peresepan yang dilakukan dokter untuk pasien hipertensi komplikasi CHF terhadap formularium rumah sakit dan standar pelayanan mutu rumah sakit. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kesesuaian penggunaan obat-obat antihipertensi dengan formularium rumah sakit dan standar pelayanan medik untuk terapi hipertensi dengan komplikasi CHF? 2. Berapa persentase pasien hipertensi komplikasi CHF yang tekanan darahnya mencapai target selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kesesuaian penggunaan obat-obat antihipertensi dengan formularium Rumah Sakit, dan standar pelayanan medis untuk terapi hipertensi dengan komplikasi CHF.

5 58 2. Mengetahui persentase pasien hipertensi komplikasi CHF yang tekanan darahnya mencapai target selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai salah satu sumber informasi terhadap kesesuaian pengobatan pasien hipertensi komplikasi CHF di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengobatan hipertensi dengan komplikasi CHF untuk perkembangan profesionalisme dan penelitian di masa yang akan datang. E. Tinjauan Pustaka 1. Hipertensi a. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi adalah suatu penyakit kardiovaskuler yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah seseorang, yaitu tekanan darah sistolik 140 mmhg dan/atau tekanan darah diastolik 90 mmhg pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (PERKI, 2015 a ). Klasifikasi tekanan darah menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

6 59 Pressure (JNC 7) mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmhg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmhg. Perhipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi di di masa yang akan datang. Ada dua kelas hipertensi yang dapat dilihat pada tabel I, dan semua pasien pada kategori ini harus diterapi obat. Tabel I. Klasifikasi tekanan darah dewasa umur 18 tahun menurut JNC 7 Klsaifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik (mmhg) Tekanan darah diastolik (mmhg) Normal < 120 Dan < 80 Prehipertensi Atau Hipertensi kelas Atau Hipertensi kelas Atau 100 (Chobanian dkk., 2004) b. Etiologi hipertensi Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah dan etiologinya. Berikut adalah klasifikasi hipertensi berdasar etiologi : 1) Hipertensi primer (esensial) Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer). Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peran penting pada patogenesis hipertensi primer. Stress, kegemukan,

7 60 merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi (DEPKES RI, 2006 a ). 2) Hipertensi sekunder Kurang dari 10% penderita, hipertensi merupakan penyakit sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder (DEPKES RI, 2006 a ). Beberapa penyebab hipertensi sekunder menurut DEPKES dapat di lihat pada tabel II. Tabel II. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi Penyakit Obat Penyakit gagal ginjal kronis Hiperaldosteronisme primer Penyakit renovaskular Sindrom Cushing Pheochromocytoma Koarktasi aorta Penyakit tiroid atau paratiroid Kortikosteroid, ACTH Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar estrogen tinggi) NSAID, cox-2 inhibitor Fenilpropanolamin dan analog Cyclosporine Tacrolimus Eritropoetin Sibutramin Antidepresan (terutama venlafaxine)

8 61 c. Gejala klinis Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit. Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataannya justru sebagian besar penderita hipertens tidak merasakan adanya gejala penyakit. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013). d. Patofisiologi Tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor seperti faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi dua variable hemodinamik yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Curah jantung merupakan faktor yang menentukan nilai tekanan darah sistolik. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi akibat kenaikan curah jantung dan/atau kenaikan resistesi perifer total (Saseen dan Maclaughlin, 2008). Banyak faktor yang menentukan tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi. Faktor tersebut adalah : 1) Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik, mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress psikososial 2) Produksi hormon berlebihan yang menahan natrium dan vasokontriktor 3) Asupan natrium berlebih 4) Tidakcukupnya asupan kalium dan kalsium

9 62 5) Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosterone 6) Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin nitrit oksida (NO), dan peptide natiriuretik 7) Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal 8) Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal 9) Diabetes Mellitus 10) Resistensi insulin 11) Obesitas 12) Meningkatnya aktivitas vascular growth factors 13) Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular 14) Berubahnya transfer ion dalam sel (DEPKES RI, 2006 c ) e. Pengobatan Pengobatan hipertensi dapat dikategorikan menjadi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Target tekanan darah untuk pasien secara umum menurut JNC 7 adalah 140/90 mmhg; untuk pasien dengan Diabetes Mellitus dan gagal ginjal adalah 130/80 mmhg. Beberapa prinsip pengobatan hipetensi yaitu

10 63 menghilangkan penyebab hipertensi, menurunkan tekanan darah dengan atau tanpa obat antihipertensi, dan pengobatan dilakukan jangka panjang (DEPKES RI, 2006 b ). Sedangkan tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas dengan pengontrolan tekanan darah hingga tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup (DEPKES RI, 2006 a ). Pasien hipertensi dengan penyakit penyerta memiliki resiko atau kondisi penyakit kardiovaskuler yang lebih besar dan harus ditangani secara cepat. Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta lainnya juga harus dilakukan sampai mencapai target terapi masing-masing kondisi (Chobanian dkk., 2004). Tabel III. Target nilai tekanan darah berdasarkan AHA 2007 No Pasien Target penurunan tekanan darah 1 kondisi hipertensi umum <140/90 mmhg 2 STEMI, nonstemi, resiko tinggi CAD, stable angina <130/80 mmhg 3 Pasien dengan disfungsi ventrikel kiri (gagal jantung) <120/80 mmhg (AHA, 2007) Adapun terapi yang dapat diakukan pada pasien hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Terapi nonfarmakologi Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa obat. Terapi ini bisa diterapkan untuk pasien prehipertensi agar tidak terjadi perburukan kondisi dengan cara mengubah gaya hidup seperti yang dijelaskan pada JNC 7 dengan tabel sebagai berikut.

11 64 Tabel IV. Modifikas gaya hidup untuk mengontrol hipertensi menurut JNC 7 MODIFIKASI Penurunan berat badan REKOMENDASI Mengatur berat badan normal (body mass index 18,5-24,9 kg/m 2 ) PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK 5-20 mmhg / 10kg penurunan berat badan Diet makan menurut DASH Pengurangan konsumsi natrium Aktivitas fisik Membatasi konsumsi alkohol Mengkonsumsi buah, sayuran, makanan rendah lemak dengan cara mengurangi lemak jemuh dan lemak total Mengurangi konsumsi natrium, tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4g natrium atau 6g natrium klorida) Regular aktivitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu Mengkonsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali/hari (30 ml etanol, misal 720 ml beer; 300 ml wine) untuk laki-laki dan 1 kali/hari untuk perempuan 8-14 mmhg 2-8 mmhg 4-9 mmhg 2-4 mmhg DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension (Chobanian dkk., 2004) 2) Terapi farmakologi Obat-obat dalam farmakoterapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : first line drug dan second line drug. Untuk golongan first line drug adalah diuretik, β-blocker, ACEI, ARB, CCB. Golongan second line drug adalah α-1 receptor blocker, central α-2 agonist, reserpin, dan vasodilator. a) Diuretik Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesi simpanan natrium tubuh. Diuretik efektif untuk menurunkan tekana darah sampai mmhg pada sebagian besar pasien, diuretik sebagai obat tunggal sering kali memberikan efek yang memadahi untuk hipertensi esensial ringan dan sedang.

12 65 Pada hipertensi yang lebih berat, diuretik digunakan dalam kombinasi dengan vasodilator dan simpatoplegik (Katzung, 2001). Empat subkelas diuretik yang digunakan untuk mengobati hipertensi yaitu diuretik kuat (loop), tiazid, diuretik hemat kalium, dan antagonis aldosteron (DEPKES RI, 2006 c ). Diuretik kuat secara selektif menghambat reabsorbsi NaCl dengan cara menghambat symport Na + -K + -2Cl - bagian membran luminal lengkung henle. Diuretic ini mampu mengekskresikan natrium sebanyak 15-25% dan menjadi salah satu agen diuretic yang paling efektifbekerja di lengkung henle. Contoh obat dari subkelas ini adalah furosemide, bumetanid, dan azosemida (Katzung, 2001). Tiazid digunakan untuk pasien dengan hipertensi ringan atau sedang serta dengan fungsi jantung dan ginjal normal. Thiazide merupakan lini pertama pada pasien hipertensi. Thiazide menghambat transport Na dan Cl di tubulus distal ginjal. Contoh obat golongan ini adalah hidroklortiazid (HCT), bendroflumethiazide, dan indapamid (Sukandar, 2008). Diuretik hemat kalium bekerja pada duktus kolektivus, merupakan antihipertensi yang lemah jika digunakan tunggal. Efek hipotensi terjadi bila dikombinasi thiazide atau jerat henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan diuretik lainnya. Contoh obat yang termasuk dalam diuretika ini adalah amiloride hidroklorida dan triamterene (Sukandar, 2008). Antagonis aldosteron termasuk jenis diuretik hemat kalium, tetapi lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset yang lebih lama (hingga 6 minggu

13 66 dengan spironolakton). Contoh antagonis aldosteron adalah eplerenon dan spironolakton (Sukandar, 2008). b) ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) ACEI memblok sistem renin-angiotensin dengan cara mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor potensial dan stimulus sekresi aldosteron). ACEI juga mencegah degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis senyawa vasodilator termasuk prostaglandin dan prostasiklin (Sukandar, 2008). Obat ini dikontraindikasikan untuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga karena dapat menyebabkan masalah neonatus yang serius, termasuk kematian dan gagal ginjal kronis (Saseen dan Maclaughlin, 2008). Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan ACEI adalah batuk kering. Efek samping lain adalah angioedema. Walaupun jarang terjadi namun memiliki bahaya yang potensial terhadap fungsi saluran nafas Contoh ACEI adalah captopril, lisinopril, elanapril (Sukandar, 2008). c) β-blocker Mekanisme hipotensi β-blocker tidak diketahui, tetapi dapat melibatkan menurunnya curah jantung dan inhibisi pelepasan renin dari ginjal. β-blocker memiliki manfaat klinis pada pasien yang memiliki riwayat infark miokard dan gagal jantung dan efektif untuk menangani angina pektoris (Weber, 2014). Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada reseptor β1 dari pada reseptor β2, sehingga tidak merangsang bronkospasme dan vasokonstriksi serta lebih aman dari nonselektif β-blocker pada penderita asma.

14 67 Contoh β-blocker lainnya adalah propranolol, metoprolol dan atenolol (Sukandar, 2008). Efek samping utama yang ditemukan adalah penurunan fungsi seksual, kelelahan dan menurunkan toleransi kerja (Weber, 2014). d) ARB (Angiotensin Receptor Blocker) Aksi ARB mirip dengan ACEI, bedanya ARB bekerja dengan cara menghambat reseptor angiotensin II khususnya AT-1, yaitu reseptor yang memperantarai efek angiotensin II (vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik, dan konstriksi arteriol eferen glomerulus). ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin,sehingga tidak memberi efek samping batuk. ARB memiliki efek samping yang lebih rendah dari antihipertensi lain. ARB tidak boleh digunakan untuk ibu hamil trimester kedua atau trimester ketiga karena menghambat perkembangan fetus. Untuk penderita dengan gagal jantung sistolik, terapi ARB juga telah ditujukkan untuk mengurangi resiko kardiovaskuler saat ditambahkan pada regimen diuretik, ACEI dan β-bloker atau terapi alternatif ACEI penderita intoleran. Contoh ARB adalah losartan dan valsartan (Sukandar, 2008). e) CCB (Calcium Channel Blocker) CCB dapat menurunkan resistensi perifer (karena penurunan kontraksi otot polos dan vasodilatasi) dan tekanan darah. Mekanisme aksi CCB pada hipertensi adalah menghambat masuknya kalsium ke sel otot polos arteri dan otot jantung. Penurunan kalsium intraseluler jantung menyebabkan penurunan kontraksi sel otot jantung, sehingga curah jantung menurun (Katzung, 2001).

15 68 Terdapat dua jenis CCB yaitu dihidropiridin, seperti amlodipin dan nifedipin yang memiliki efek dilatasi arteri; dan nondihidropiridin, seperti diltiazem dan verapamil yang memiliki efek rendah untuk dilatasi arteri namun dapat mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas (Weber, 2014). Nifedipine dan dihidropiridin lainnya selektif sebagai vasodilator dan memiliki efek depresi jantung lebih rendah dari pada verapamil dan diltiazem (Katzung, 2001). Efek samping utama dari CCB adalah edema perifer yang terjadi pada pemberian dosis tinggi, efek samping ini dapat dikurangi dengan mengkombinasikan CCB dengan ACEI atau ARB (Weber, 2014). CCB memiliki efek menurunkan tekanan darah yang besar jika dikombinasi dengan ACEI atau ARB. CCB nondihidropiridin tidak direkomendasikan untuk pasien gagal janting, tetapi lebih dipilih pada pasien dengan detak jantung yang cepat dan untuk mengontrol detak jantung pada atrial fibrilasi yang tidak dapat mentoleransi penyekat beta (Weber, 2014). f) α1 receptor blocker Prazosin, terazosin, dan doxazosin merupakan penghambat reseptor α1 yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor α2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardi. Retensi air dan natrium dapat terjadi sehingga sering dikombinasi dengan diuretik untuk mempertahankan efikasi hipotensif dan meminimalkan potensi edema (Sukandar, 2008).

16 69 g) Central α-2 agonist Agonis α2 pusat menurunkan tekanan darah dengan cara menstimulasi reseptor α2 adrenergik di otak, yang mengurangi aliran simpatetik dari pusat vasomotor dan meningkatkan tonus vagal. Stimulasi reseptor α2 presinaptik secara perifer menyebabkan penurunan tonus simpatetik. Oleh karena itu dapat terjadi penurunan denyut jantung, resistensi perifer total, aktivitas renin plasma, dan reflek baroreseptor. Penghentian menadak obat ini dapat mengakibatkan hipertensi balik (peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba ke nilai sebelum penanganan) atau overshoot hypertension (peningkatan tekanan darah ke nilai yang lebih tinggi dari sebelum penanganan). Contoh obat agonis α2 sentral adalah metildopa dan klonidin (Sukandar, 2008). h) Vasodilator arteri langsung Hidralazin dan minoxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitas reflek baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh karena itu, efek hipotensif dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik (Sukandar, 2008). i) Reserpin Reserpin mengosongkan norepinefrin dari saraf akhir simpatik dan memblok transpor norepinefrin ke dalam granul penyimpanan. Pada saat saraf terstimulasi, sejumlah norepinefrin (kurang dari jumlah biasanya) dilepaskan ke dalam sinaps.

17 70 Pengurangan tonus simpatetik menurunkan resistensi perifer dan tekanan darah. Reserpin dapat mengakibatkan retensi air dan natrium dengan signifikan sehingga perlu diberikan bersama diuretik tiazid. Kekuatan reserpin terhadap inhibisi simpatetik dapat meningkatkan aktivitas parasimpatik, sehingga menyebabkan hidung tersumbat, meningkatnya sekresi asam lambung, diare, dan bradikardi (Sukandar, 2008). Tabel V merupakan golongan obat yang direkomendasikan oleh JNC 7 untuk penanganan hipertensi dengan indikasi penyakit khusus. Tabel V. Terapi hipertensi dengan indikasi khusus yang direkomendasikan oleh JNC 7 Obat Indikasi Khusus Aldosteron Diuretik BB ACEI ARB CCB antagonis Gagal Jantung * * * * * Infark postmiokard * * * Risiko penyakit jantung koroner tinggi * * * * Diabetes * * * * * Penyakit ginjal Kronik * * Stroke * * (Chobanian dkk., 2004) 2. Congestive Heart Failure a. Definisi Gagal Jantung Gagal jantung merupakan gejala klinik yang kompleks yang disebabkan karena adanya gangguan baik fungsional maupun struktural jantung yang dapat mengurangi kemampuan ventrikel untuk menerima dan memompa darah (Yancy dkk., 2013). Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh karena perburukan otot jantung atau

18 71 terdapat kerusakan pada jantung yang menghalangi darah untuk keluar menuju sirkulasi. Ketika jantung tidak dapat memompa darah dengan normal menuju sirkulasi, ginjal hanya sedikit menerima dan memfiltrasi darah untuk diekskresikan dalam bentuk urin. Kelebihan cairan di sirkulasi akan tertahan di paru-paru, liver, sekitar mata, dan kaki. Hal ini disebut dengan kongesti, sehingga penyakit ini disebut sebagai gagal jantug kongesti (Congestive Heart Failure) (AHA, 2011). b. Etiologi Gagal jantung adalah hasil dari berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi kemampuan jantung untuk kontraksi dan/atau relaksasi. Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya sebagai iskemi dan noniskemi dengan 70% dari gagal jantung berhubungan dengan iskemi. Penyebab terbesar gagal jantung adalah coronary arterial disease, hipertensi, dan kardiomiopati. Penyakit arteri coroner menyebabkan infark miokard akut dan penurunan fungsi ventrikel. Etiologi noniskemi meliputi hipertensi, virus, penyakit tiroid, penggunaan alkohol berlebih, penyalahgunaan obat, pregnancy-related heart disease, penyakit bawaan keluarga, dan gangguan valvula seperti regurgitasi mitral atau trikuspidalis, atau stenosis (Chisholm-burns, 2008). Abnormalitas pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraksi ventrikel (disfungsi sistolik) dapat mengakibatkan penurunan cardiac output sehingga menimbulkan gejala gagal jantung. Kebanyakan gagal jantung berkaitan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri (penurunan ejeksi fraksi) dengan atau

19 72 tanpa disfungsi diastolik pada 2/3 pasien. Disfungsi diastolik terisolasi terjadi pada 1/3 pasien gagal jantung, terdiagnosis ketika pasien menunjukkan gangguan pengisian ventrikel dengan atau tanpa disertai gejala gagal jantung tetapi fungsi sistoliknya normal. Hipertensi kronis adalah penyebab utama disfungsi diastolik. Disfungsi ventrikel juga terlibat, baik ventrikel kiri maupun kanan atau keduanya. Hal ini berimplikasi gejala sebagai manifestasi right-sided failure kongesti sistemik, sedangkan left-sided failure menyebabkan gejala pada paru-paru (Chisholm-burns dkk., 2008). c. Klasifikasi gagal jantung Tabel VI. Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut NYHA Kelas Definisi I (asimtomatik) Kelainan jantung, tanpa batasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik tidak menyebabkan kelemahan, palpitasi, sesak, atau nyeri dada. II (ringan) III (sedang) Kelainan jantug, ada keterbatasan ringan pada aktivitas fisik. Menghilang pada saat istirahat. Aktivitas fisik yang berat menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak, atau nyeri dada. Keterbatasan pada saat aktivitas fisik. Menghilang pada saat istirahat. Aktivitas yang lebih ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak, atau nyeri dada. IV (berat) Penyakit jantung menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas fisik. Gejala penyakit jantung atau sindroma angina mungkin ditemukan pada keadaan istirahat. NYHA: New York Heart Association (PERKI, 2015 b ) d. Gejala dan tanda Tanda dan gejala utama dari semua tipe CHF meliputi takikardi, penurunan toleransi latihan (pembebanan) dan pemendekan nafas, edem perifer dan paru, dan kardiomegali. Penurunan toleransi latihan dengan kelelahan otot yang terjadi secara cepat adalah konsekuensi lansung utama dari penurunan curah jantung.

20 73 Manifestasi lain yang terjadi karena usaha tubuh untuk melakukan kompensasi terhadap kekurangan intrinsik jantung (Katzung, 2001). e. Patofisiologi Cogestive Heart Failure adalah suatu sindroma dengan penyebab ganda yang diduga melibatkan ventrikel kanan, ventrikel kiri, atau keduanya (Katzung, 2001). CHF merupakan suatu kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi kebutuhan tubuh. CHF dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan otot jantung berkontraksi atau meningkatnya beban kerja jantung. CHF diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan cairan interstinal jantung. Karena itu, pembuluh vena dan kapiler melebar diisi darah (Mycek dkk., 2001) Mekanisme kompensasi pada gagal jantung ketika jantung mulai melemah: 1) Meningkatkan aktivitas simpatik Baroreseptor merasakan penurunan tekanan darah, dan memacu aktivitas reseptor β-adrenergik dalam jantung. Hal ini menimbulkan kecepatan jantung dan peningkatan kontraksi dari otot-otot jantung yang lebih besar. Selain itu vasokonstriksi memacu venous return dan meningkatkan preload jantung. Respon kompensasi ini meningkatkan kerja jantung dan karena itu, dapat menyebabkan penurunan selanjutnya dalam fungsi jantung.

21 74 2) Retensi cairan Penurunan curah jantung akan memperlambat aliran darah ke ginjal, menyebabkan lepasnya renin, dengan hasil peningkatan sintesis angiotensin II dan aldosteron. Hal ini meningkatkan resistensi perifer dan retensi natrium dan air. Volume darah meningkat dan semakin banyak darah kembali ke jantung. Jika jantung tidak dapat memompa volume ekstra ini, tekanan vena meningkat, dan edema perifer dan paru-paru terjadi. Respon kompensasi ini meningkatkan kerja jantung sehingga menyebabkan penurunan fungsi jantung. 3) Hipertrofi miokard Jantung membesar dan ruangannya melebar. Pertama peregangan otot jantung menyebabkan kontraksi jantung lebih kuat, tetapi perpanjangan serat tersebut menyebabkan kontraksi semakin lemah. Jenis kegagalan ini disebut gagal sistoik dan diakibatkan oleh ventrikel yang tidak dapat memompa secara efektif. Jarang, pasien yang gagal jantung kongestif dapat mempunyai disfungsi diastolik (suatu istilah yang diberikan jika kemampuan ventrikel relaksasi dan menerima darah terganggu karena perubahan struktural, seperti hipertrofi). Penebalan dinding ventrikel dan selanjutnya penurunan volume ventrikel menurunkan kemampuan otot jantung untuk relaksasi. Dalam hal ini, ventrikel tidak terisi cukup, dan curah jantung yang tidak cukup disebut sebagai gagal jantung diastolik (Mycek dkk., 2001).

22 75 4) Remodeling Remodeling terjadi sebagai proses adaptasi kompensasi terhadap perubahan tekanan dinding dan diatur terutama oleh aktivasi neurohormonal, yaitu angiotensin II dan aldosteron. Proses tersebut mengakibatkan perubahan miokard dan komposisi matriks ekstraseluler dan fungsional. Pada gagal jantung, perubahan ukuran jantung, bentuk, dan komposisi dapat merugikan fungsi jantung. Selain ukuran miosit dan perubahan matriks ekstraseluler, perubahan geometri jantung dari elips menjadi bulat juga menjadikan jantung kurang efisien. Setelah terjadi remodeling, jantung masih dapat mempertahankan cardiac output selama bertahun-tahun. Namun, fungsi jantung akan terus memburuk hingga menjadi gagal jantung (Chisholm-burns, 2008). Jika memperbaiki curah jantung, maka gagal jantung dikatakan terkompensasi. Namun, kompensasi ini meningkatkan kerja jantung dan selanjutnya menyebabkan penurunan kemampuan jantung. Jika mekanisme adaptif gagal mempertahankan curah jantung, gagal jantung disebut dekompensasi (Mycek dkk., 2001). 3. Hipertensi dengan komplikasi CHF Pria dan wanita penderita hipertensi memiliki resiko jauh lebih besar untuk menderita gagal jantung dibandingkan pria dan wanita dengan tekanan darah normal. Peningkatan tekanan darah diastolik dan terutama sistolik adalah faktor

23 76 resiko utama untuk terjadinya gagal jantung. Kejadian gagal jantung lebih besar terjadi pada pasien dengan tekanan darah yang lebih tinggi, usia yang lebih tua, dan durasi menderita hipertensi yang lebih lama. Pengobatan jangka panjang hipertensi sistolik dan diastolik dapat mengurangi resiko gagal jantung sebesar sekitar 50% (Yancy dkk., 2013). Hipertensi merupakan penyebab dan/atau kontributor utama pada gagal jantung (PERKI, 2015 a ). Hipertensi menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan remodeling. Hipertensi harus ditangani pada semua kondisi gagal jantung. Kontrol tekanan darah yang baik dapat mengurangi progresivitas hipertrofi ventrikel kiri dan remodeling dan meningkatkan kondisi klinis. ACEI, ARB, dan β-blocker adalah pilihan lini pertama untuk terapi hipertensi pada gagal jantung (Lee dan Vasan, 2006). 4. Formularium Rumah Sakit Formularium rumah sakit adalah himpunan obat yang disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit pada batas waktu tertentu. Obat yang terdaftar dalam formularium merupakan obat pilihan utama dan obat alternatifnya. Formularium yang digunakan dalam penelitian adalah formularium rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta edisi pertama tahun Formularium ini berisi bermacam-macam nama sediaan obat yang digunakan, dosis, indikasi, kontraindikasi, interaksi obat, keamanan, efek samping, dan cara pemberian obat.

24 77 5. Standar Pelayanan Medis (SPM) Standar pelayanan medis rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta digunakan sebagai acuan dalam memberikan layanan medis pada pasien, termasuk di dalamnya pedoman pemilihan terapi obat maupun nonobat. Penelitian ini menggunakan SPM tahun 2012 untuk hipertensi dan penyakit penyertanya, yang berisi golongan obat yang digunakan untuk terapi hipertensi, termasuk didalamnya terapi untuk hipertensi dengan komplikasi CHF. Tabel VII merupakan daftar golongan obat yang digunakan untuk terapi hipertensi dengan indikasi penyakit khusus yang tercantum dalam SPM Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tabel VII. Pemilihan obat hipertensi dengan indikasi khusus berdasarkan SPM rumah sakit tahun 2012 Obat-obat yang direkomendasikan Kondisi resiko tinggi dengan compelling Antagonis Diuretik β Blocker ACEI ARB CCB indication Aldosteron Gagal jantung Pasca infark miokard Resiko tinggi penyakit coroner Diabetes Mellitus Penyakit ginjal kronis Pencegahan stroke berulang

25 78 F. Keterangan Empiris Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui ketepatan pola pengobatan dan pencapaian tekanan darah setelah rawat inap pada pasien hipertensi dengan komplikasi Congestive Heart Failure di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2014 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi hipertensi Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Kebanyakan pasien hipertensi etiologi patofisiologinya tidak diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan fungsi otak yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah suatu kelainan atau suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah sistolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tersering tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan penyakit yang berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup dan sering diderita manusia di belahan dunia yang dapat menyebabkan komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah dengan membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Transisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut data statistik WHO (World Health Organization) penyakit kardiovaskular mengalami pertumbuhan, diprediksi pada tahun 2020 penyakit kronis akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis paling sering terjadi di negara industri dan berkembang. Klasifikasi menurut JNC VII (the Seventh US

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmhg pada pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stoke akut di bangsal rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Congestive Heart Failure 1. Definisi Gejala klinis kompleks yang sering, ditandai dengan kelainan struktural atau disfungsi jantung yang merusak kemampuan ventrikel kiri (LV)

Lebih terperinci

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia saat ini adalah penyakit gagal jantung (Goodman and Gilman, 2011). Menurut data WHO 2013 pada tahun 2008,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Hipertensi a. Definisi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di antara penyakit-penyakit neurologi yang terjadi pada orang dewasa, stroke menduduki rangking pertama baik pada frekuensinya maupun pada pentingnya (emergensi) penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan meningkatnya tekanan darah arteri, dimana terjadi peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan meningkatnya tekanan darah arteri, dimana terjadi peningkatan tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah arteri, dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DUA KOMBINASI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DUA KOMBINASI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DUA KOMBINASI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : MAHARDIKA SA ADAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Menurut JNC-VII, hampir satu milyar orang

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya tekanan darah. Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika memiliki tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus di seluruh dunia meningkat dengan cepat. International Diabetes Federation (2012) menyatakan lebih dari 371 juta jiwa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih dan tekanan darah diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih ( The

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tekanan darah (TD) = Curah Jantung (CJ) x Tahanan Perifer Total (TPT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tekanan darah (TD) = Curah Jantung (CJ) x Tahanan Perifer Total (TPT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah dinyatakan dalam satuan millimeter air raksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki peran penting dalam pengobatan dasar bagi pasien hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki peran penting dalam pengobatan dasar bagi pasien hipertensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dan merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 Yetti O. K, Sri Handayani INTISARI Hipertensi merupakan masalah utama dalam kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan dalam suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien

Lebih terperinci

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab seorang farmasis diantaranya adalah memberikan layanan kefarmasian kepada pasien. Dalam memberikan terapi obat kepada pasien, hendaknya seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Di negara-negara dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

Lebih terperinci

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad KEDOKTERAN KELUARGA SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN HIPERTENSI LAPORAN KASUS FEBRUARI 2008 OLEH : ANITA AMIR C111 03 172 RIZKI AMALIAH RIFAI C111 03 210 PEMBIMBING

Lebih terperinci

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang, secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Alfi Yasmina Obat Jantung Antiangina Antiaritmia Antihipertensi Hipolipidemik Obat Gagal Jantung (Glikosida jantung) Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Hipertensi

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Hipertensi BAB II STUDI PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2... Hipertensi 2... Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 40 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih

Lebih terperinci

KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Oleh : RICHO KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi natrium

Lebih terperinci

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian, yang dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung dan penyakit jantung koroner.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi farmakovigilan mencakup kegiatan mendeteksi dan monitoring efek yang tidak diharapkan dan merugikan pasien. Seiring berkembangnya obat-obatan baru di pasaran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol OBAT KARDIOVASKULER Kardio Jantung Vaskuler Pembuluh darah Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung Jenis Obat 1. Obat gagal jantung 2. Obat anti aritmia 3. Obat anti hipertensi 4. Obat anti angina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Hipertensi adalah kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara menetap, yaitu diatas 140 mmhg untuk tekanan sitolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus (Brashers, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Farmakoekonomi Farmakoekonomi telah ditetapkan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi obat untuk sistem kesehatan dan sosial. Penelitian farmakoekonomi adalah

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg (JNC7, 2003). Peningkatan tekanan darah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 Anita Mursiany 1), Nur Ermawati 2), Nila Oktaviani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

1.1 Pendahuluan 1.2 Farmakokinetik

1.1 Pendahuluan 1.2 Farmakokinetik 1.1 Pendahuluan ACE inhibitor atau Angiotensin Converting Enzym Inhibitor adalah obat yang menghambat enzim yang mengubah angiotensin, yang nantinya akan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi menjangkiti kira-kira 50 juta penduduk United State dan kirakira

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi menjangkiti kira-kira 50 juta penduduk United State dan kirakira 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi menjangkiti kira-kira 50 juta penduduk United State dan kirakira 1 milyar penduduk belahan dunia lain. Data terakhir dari Framingham Heart Study

Lebih terperinci