BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan peningkatan resiko menderita diabetes melitus tipe 2 dan penyakit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan peningkatan resiko menderita diabetes melitus tipe 2 dan penyakit"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma metabolik Defenisi sindroma metabolik Sindroma metabolik merupakan gangguan metabolik yang berhubungan dengan peningkatan resiko menderita diabetes melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular (Novotny et al, 2014). Gejala klinis umumnya berupa sindroma resistensi insulin, toleransi glukosa terganggu atau diabetes melitus, dislipidemia, obesitas sentral, dan hipertensi. Defenisi sindroma metabolik menurut WHO tahun 1999 adalah diabetes atau gangguan gula darah puasa atau gangguan toleransi glukosa atau resistensi insulin, ditambah 2 dari keadaan obesitas, dislipidemia, hipertensi, dan miroalbuminuria. Defenisi ini dimodifikasi oleh European Group for the Study of Insulin Resistance (EGIR) dengan tidak mengikutsertakan diabetes sebagai kriteria sindroma metabolik. Sedangkan menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults Treatment Panel II (NCEP ATP III) tahun 2001, sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non lipid yang memenuhi 3 dari 5 kriteria berikut yaitu obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar High Density 8

2 Lipoprotein), hipertensi dan kelainan kadar gula darah plasma. Defenisi terbaru menurut The International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2005, sindroma metabolik adalah kumpulan faktor resiko yang terdiri atas diabetes dan prediabetes, obesitas abdominal, dislipidemia dan hipertensi (Cameron et al, 2004; Grundy et al, 2005) Kriteria diagnosa sindroma metabolik Berdasarkan kriteria WHO, harus terdapat gangguan metabolisme glukosa atau insulin, gangguan tolereansi glukosa, atau toleransi glukosa normal dengan resistensi insulin. Diagnosa sindroma metabolik merupakan diabetes tipe 2, toleransi glukosa terganggu, atau resistensi insulin, ditambah 2 dari 5 komponen berikut : (1) BMI > 30 kg/m 2 atau rasio pinggang-pinggul > 0,9 (pria) atau > 0,85 (wanita); (2) dislipidemia dengan peningkatan trigliserida ( 1,7 mmol/l atau 150 mg/dl) dan atau (3) penurunan HDL (pada pria < 0,9 mmol/l atau < 35 mg/dl, pada wanita < 1,0 mmol/l atau < 39 mg/dl ); (4) hipertensi, yang diterapi atau 160 mmhg yang tida k diterapi; (5) mikroalbuminuria (kecepatan ekresi urin rata-rata 20 µg/min atau rasio albumin/kreatinin 20 mg/g). Kriteria sindroma metabolik menurut NCEP memiliki paling sedikit 3 dari kriteria berikut ini : (1) kadar gula darah puasa mg/dl; (2) lingkar pinggang pada pria > 40 inchi (101 cm) atau pada wanita > 35 inchi (88 cm); (3) trigliserida 150mg/dL; (4) HDL < 40 mg/dl pada pria atau < 50mg/dL pada wanita; (5) tekanan darah > 130/85 mmhg. Kriteria menurut NCEP tidak 9

3 menyertakan resistensi insulin, dan mendasarkan pada pengukuran kadar gula darah puasa. Tabel 2.1. Kriteria diagnosa dan defenisi sindroma metabolik NCEP ATP III WHO AACE Kadar gula darah puasa mg/dl Lingkar pinggang > 40 inchi (pria), atau 35 inchi (wanita) Trigliserida 150 mg/dl HDL < 40 mg/dl (pria), atau < 50 mg/dl (wanita) Tekanan darah 130/85 mmhg Diabetes tipe 2, toleransi glukosa terganggu, atau resistensi insulin BMI > 30 kg/m 2 atau rasio pinggang-pinggul > 0,9 (pria) atau > 0,85 (wanita) Dislipidemia : trigliserida 150 mg/dl HDL < 35 mg/dl (pria), atau < 39 mg/dl (wanita) Hipertensi : dalam pengobatan atau tidak diterapi tekanan darah 160/90 mmhg Mikroalbuminuria 20 µg/menit Kadar gula darah puasa mg/dl atau 2 jam setelah 75 gr glucose challange > 140 mg/dl BMI > 25 kg/m 2 atau lingkar pinggang > 40 inchi (pria) atau > 30 inchi (wanita) Trigliserida 150 mg/dl HDL < 40 mg/dl (pria), atau < 50 mg/dl (wanita) Tekanan darah 130/85 mmhg (Sumber : American Heart Journal. 2005;149:35) Faktor resiko sindroma metabolik menurut American College of Endocrinology/ American Association of Clinical Endocrinology (ACE/AACE) berupa gejala klinis sebagai berikut : (1) toleransi glukosa terganggu dengan kadar gula darah puasa mg/dl atau 2 jam setelah 75 gr glucose challange > 140 mg/dl; (2) overweight atau obesitas berupa obesitas abdominal dengan BMI > 25 kg/m 2 atau lingkar pinggang > 40 inchi (pria) atau > 30 inchi (wanita); (3) 10

4 trigliserida yang tinggi 50 mg/dl, HDL yang rendah < 40 mg/dl (pria), atau < 50 (wanita), tekanan darah yang tinggi atau moderate 130/85 mmhg. 2.2 Dislipidemia Defenisi dislipidemia Dislipidemia pada sindroma metabolik dicirikan dengan peningkatan trigliserida, peningkatan VLDL dan penurunan HDL. Trias ini merupakan fenotif lipoprotein atherogenik. Pada Copenhagen Male Study, penelitian prospektif kardiovaskular pada 5249 pria dengan kombinasi trigliserida yang tinggi dan HDL yang rendah, dan dibandingkan dengan konsentrasi LDL sebagai faktor resiko penyakit jantung iskemik. Diperoleh hasil 11,4% dengan trigliserida tinggi dan LDL rendah; 8,2% dengan LDL tinggi; 17,5% dengan trigliserida tinggi, HDL rendah, dan LDL tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dislipidemia pada sindroma metabolik adalah merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner (Miranda et al, 2005) Patofisiologi dislipidemia Adiposit melepaskan asam lemak bebas ke sirkulasi darah yang akan membawa ke hati dan otot. Di hati, asam lebak bebas dalam jumlah terbatas dioksidasi, dan sebagian besar direesterifikasi membentuk trigliserida. Oleh karenanya, asam lemak bebas dan trigliserida dibawa ke hati secara menetap. Jika proses ini terjadi berlebihan, maka hati akan menimbun trigliserida, suatu kondisi yang dikenal sebagai steatosis, atau lebih dikenal sebagai perlemakan hati (fatty 11

5 liver). Trigliserida juga dapat bertimbun di sel otot karena oksidasi yang tidak sempurna atau karena asam lemak yang berlebihan dibawa ke otot. Gambar 2.1. Resistensi insulin dan dislipidemia (Sumber : American Heart Journal. 2005;149:41) Dengan adanya resistensi insulin, lipolisis di adiposit bertambah, konsentrasi asam lemak bebas di plasma bertambah, dan banyak asam lemak bebas yang dibawa ke hati dan otot. Pada saat yang bersamaan, terjadi lipogenesis di hati oleh insulin. Peningkatan konsentrasi glukosa juga dapat meningkatkan sintesis trigliserida di hati dengan adanya rangka karbon untuk membentuk gliserol. Perubahan ini meningkatkan produksi VLDL oleh hati. Trigliserida dan apolipoprotein B (ApoB) yang berlebihan akan memasuki sirkulasi darah ketika produksi VLDL ditingkatkan. VLDL-trigliserida ditukar dengan ester kolesterol di HDL oleh Cholesteryl Ester Transfer Protein (CETP). Setelah VLDL trigliserida dihidrolisis oleh LPL, kebanyakan dari ester kolesterol yang dibawa ke VLDL ini dikembalikan ke hati dalam bentuk partikel remnant. Adanya remnant dari ester kolesterol inilah yang 12

6 akan berakhir di dinding arteri, yang dikenal dengan efek proatherogenik. VLDL remnant yang dilipolisis oleh LPL ini akan menjadi LDL dengan densitas yang lebih kecil. Akibat yang lain dari aktifitas CETP pada sindroma metabolik berhubungan dengan HDL dan LDL kaya trigliserida. Ketika kaya akan trigliserida, kedua lipoprotein ini akan dilipolisis oleh lipase hati. Setelah lipolisis, HDL dan LDL akan mengecil. HDL yang dilipolisis akan dihilangkan dengan cepat di sirkulasi darah, akibatnya terjadi pengurangan kadar kolesterol HDL dan apolipoprotein A1 (ApoA1). HDL dan ApoA1 merupakan anti atherogenik dengan cara mengangkut kembali kolesterol dan kemungkinan juga melalui mekanisme antioksidan. Adanya gangguan metabolik yang dimulai dengan peningkatan VLDL-trigliserida akan mengakibatkan bekurangnya HDL. LDL-trigliserida akan dilipolisis menjadi lebih kecil. Walaupun semua LDL merupakan atherogenik, LDL dengan densitas lebih kecil lebih atherogenik. Untuk setiap LDL yang diberikan, LDL densitas yang kecil akan menyertakan sejumlah besar partikel dan juga ApoB. Bertambahnya asam lemak bebas yang dilepaskan dari adiposit, dan meningkatnya sintesis trigliserida di hati merupakan tahapan penting dalam pembentukan lipid yang abnormal dalam sindroma metabolik. Beberapa penelitian terbaru saat ini menitikberatkan pada HDL dan pengangkutan kembali kolesterol dari jaringan. Nascent HDL atau pre-β-hdl merupakan ApoA1 yang sedikit lipid/susunan fosfolipid, yang disekresikan oleh 13

7 hati, tetapi dapat juga terbentuk di jaringan perifer dari HDL sferis. Jaringan perifer membawa kolesterol ke nascent HDL melalui ATP-binding cassette-a1 (ABC-A1) transport membran. Kolesterol diesterifikasi oleh lecithin-cholesterol acyltransferase, yang membantu pembentukan HDL sferis matur. Ester kolesterol pentransfer protein kemudian berfungsi untuk mentransfer ester kolesterol dari HDL ke VLDL dan LDL, yang kemudian menfasilitasi pengangkutan kembali ke hati (Miranda et al, 2005) Metabolisme asam lemak bebas (Free fatty acid) Dalam perannya menstimulasi pengambilan glukosa dari sel perifer, insulin menghalangi asam lemak bebas dilepaskan dari adiposit. Manifestasi awal dari resistensi insulin adalah ketidakmampuan menekan lipolisis di jaringan lemak. Asam lemak bebas yang berlebihan akan diangkut ke hati dan otot, menghambat pengambilan glukosa yang distimulasi insulin, yang akan memperparah hiperglikemia. Walaupun asam lemak bebas penting peranannya dalam patofisiologi sindroma metabolik, pengukuran asam lemak bebas masih sukar diinterpretasikan, walaupun dalam penelitian klinis, karena efek dari diet dan aktivitas. Pada penelitian resistensi insulin kelompok Eropa, dengan memeriksa asam lemak bebas dalam 541 subyek yang normoglikemia, ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara konsentrasi asam lemak bebas dengan kadar gula darah puasa, insulin puasa dan trigliserida puasa (Miranda et al, 2005). 14

8 2.3 Lipoprotein Lipoprotein merupakan kompleks makromolekul berbentuk sferis yang mengandung lipid dan protein spesifik (apolipoprotein atau apoprotein). Partikel lipoprotein meliputi kilomikron, lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein berdensitas rendah (LDL), dan lipoprotein berdensitas tinggi (HDL). Masing-masing partikel ini memiliki perbedaan komposisi lipid, protein, ukuran, densitasnya dan tempat asalnya. Gambar 2.2. Ukuran, densitas, dan komposisi lipoprotein (Sumber : Lippincott s Illustrated Reviews Biokimia. 2014; edisi 6) 15

9 Partikel lipoprotein secara konstan saling menukar lipid dengan apolipoprotein, akibatnya apolipoprotein dan kandungan lipid yang aktual pada setiap kelas partikel ini beravariasi. Fungsi lipoprotein adalah untuk menjaga agar komponen lipidnya tetap larut saat diangkut di dalam plasma, dan juga untuk menyediakan mekanisme yang efisien untuk mengangkut kandungan lipidnya ke (dan dari) jaringan. Pada manusia, sistem pengangkutannya kurang sempurna dibandingkan pada hewan, dan akibatnya, manusia mengalami penimbunan lipid secara bertahap (terutama kolesterol) di berbagai jaringan. Keadaan ini dapat membahayakan jika penimbunan lipid turut serta dalam proses pembentukan plak, sehingga mempersempit pembuluh darah (aterosklerosis). Tabel 2.2. Komposisi lipid lipoprotein CM VLDL LDL HDL Densitas (g/ml) < Diameter (A) Lipid total (wt%) Trgliserida Ester kolesterol Kolesterol Fosfolipid (Sumber : Lipoprotein terdiri atas inti lemak (mengandung trigliserida, kolesteril ester) yang dikelilingi oleh rangka apolipoprotein amfipatik, fosfolipid, dan kolesterol nonesterifikasi. Senyawa amfipatik ini diarahkan sehingga bagian yang polar akan terpajan dengan permukaan lipoprotein, sehingga membuat partikel ini 16

10 larut dalam air. Trigliserida dan kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein diperoleh dari makanan (sumber eksogen) atau sintesis de novo (sumber endogen). 2.4 Apolipoprotein Golongan apolipoprotein Apolipoprotein yang terkait dengan partikel lipoprotein memiliki berbagai fungsi, seperti sebagai pengenal reseptor pada permukaan sel, dan berperan sebagai aktivator atau koenzim untuk enzim yang terlibat dalam metabolisme lipoprotein. Apolipoprotein dibagi berdasarkan struktur dan fungsinya menjadi lima golongan utama, A sampai E, dengan sebagian besar golongan yang memiliki sub-golongan. Kilomikron merupakan partikel lipoprotein dengan densitas yang paling rendah dan berukuran paling besar, dan mengandung persentase lemak lipid paling tinggi dan persentase protein yang paling kecil. VLDL dan LDL memiliki rasio protein dan lipid yang lebih tinggi. Partikel HDL adalah partikel yang paling kecil dan padat. 17

11 Tabel 2.3. Apolipoprotein, berat molekul, lipoprotein dan fungsinya Apoprotein Berat Molekul Lipoprotein Fungsi ApoA1 28,100 HDL Aktivasi Lechitin cholesterol acyltransferase (LCAT), struktural protein utama ApoA2 17,400 HDL Meningkatkan aktivitas hepatic lipase ApoA4 46,000 CM ApoA5 39,000 HDL Meningkatkan pengambilan trigliserida ApoB48 241,000 CM Terdiri dari ApoB100, mengurangi reseptor LDL ApoB ,000 LDL, VLDL Mengikat LDL reseptor ApoC1 7,600 VLDL, CM Mengaktifkan LCAT ApoC2 8,900 VLDL, CM Mengaktifkan lipoprotein lipase ApoC3 8,700 VLDL, CM Menghambat lipoprotein lipase ApoD 33,000 HDL Berhubungan dengan LCAT, terikat dengan progesteron ApoE 34,000 HDL Sedikitnya 3 bentuk, terikat dengan reseptor LDL Apo(a) 300, ,000 ApoH, J, L LDL, Lp(a) Dihubungkan oleh ikatan disulfida, dan sama dengan plasminogen Belum diketahui Apo M HDL Mengangkut spingosin-1 fosfat (Sumber : Metabolisme apolipoprotein Dalam pembentukan apolipoprotein dan lipid menjadi kilomikron (CM), diperlukan protein transfer trigliserida yang mengandung ApoB48 dengan lipid. Proses ini terjadi sebelum transisi dari retikulum endoplasma ke badan golgi, tempat partikel ini dikemas di dalam vesikel sekretorik. Partikel ini akan bersatu 18

12 dengan membran plasma, melepaskan lipoprotein, dan kemudian akan masuk ke dalam sistem limfatik, dan akhirnya ke dalam darah. Partikel yang dilepaskan oleh sel mukosa usus disebut kilomikron yang nascent, karena fungsinya masih belum sempurna. Ketika mencapai plasma, partikel ini akan cepat mengalami modifikasi, menerima apolipoprotein E (yang dikenali oleh reseptor hepatik) dan apolipoprotein C (ApoC). Sumber apolipoprotein ini adalah HDL yang bersirkulasi. ApoC meliputi Apolipoprotein C2 (ApoC2) yang diperlukan untuk aktivasi LPL, yaitu enzim yang mendegradasi trigliserida yang terkandung dalam kilomikron dan VLDL serta terutama penting pada metabolisme HDL. LPL yang diaktivasi oleh ApoC2 pada partikel lipoprotein yang bersirkulasi, akan menghidrolisis trigliserida yang terkandung di dalam partikel ini untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol. ApoA5 juga mengaktivitasi LPL untuk meregulasi trigliserida. ApoA5 dihubungkan dengan kilomikron, VLDL, HDL, tetapi tidak dengan LDL. Distribusi ApoA5 di lipoprotein sama dengan ApoC3, yang diperkirakan menghambat kerja dari LPL. Walaupun kerja ApoA5 dan ApoC3 berlawanan, mereka bekerja secara terpisah dalam mengatur kadar trigliserida (Garelnabi et al, 2013). Asam lemak kemudian disimpan (oleh adiposa) atau digunakan untuk energi (oleh otot). Jika asam lemak tidak segera diambil oleh sel, asam lemak rantai panjang akan diangkut oleh albumin serum sampai proses pengambilannya benarbenar terjadi. Gliserol digunakan oleh hati, misalnya untuk sintesis lipid, glikolisis, atau glukoneogenesis. 19

13 Pada saat kilomikron bersirkulasi dan lebih dari sembilan puluh persen trigliserida di dalam intinya didegradasi oleh LPL, ukuran partikel akan berkurang dan densitasnya meningkat. Selain itu, ApoC (bukan apo E) akan dikembalikan ke HDL. Partikel yang tersisa, yang disebut sisa (remnant) yang dengan cepat akan dibuang dari sirkulasi oleh hati dengan membran sel yang mengandung reseptor lipoprotein yang mengenali apo E. Gambar 2.3. Metabolisme kilomikron dan VLDL (Sumber : Lehninger s Principles of Biochemistry. 2004; edisi 4) Sisa kilomikron akan berikatan pada reseptor ini dan diambil oleh hepatosit melalui endositosis. Vesikel yang diendositosis kemudian bersatu dengan lisosom, dan apolipoprotein kolesteril ester, dan senyawa sisa lainnya akan didegradasi melalui hidrolisis, sehingga melepaskan asam amino, kolesterol bebas dan asam lemak. Reseptor ini kemudian didaur ulang. VLDL dihasilkan di hati dan terutama terdiri atas trigliserida endogen (sekitar 60%). Fungsinya adalah untuk mengangkut trigliserida dari hati ke 20

14 jaringan perifer. Di jaringan perifer, trigliserida didegradasi oleh LPL. VLDL disekresi langsung ke dalam darah oleh hati sebagai partikel VLDL yang baru dibentuk (nascent) yang mengandung ApoB100. VLDL harus mengandung ApoC2 dan ApoE dari HDL yang bersirkulasi. Seperti kilomikron, ApoC2 diperlukan untuk aktivasi LPL. Selama VLDL berada di dalam sirkulasi, trigliserida akan didegradasi oleh LPL sehingga menyebabkan ukuran VLDL menjadi berkurang dan menjadi lebih padat. Komponen di permukaan, termasuk apolipoprotein C dan E, kembali ke HDL, tetapi partikel menahan ApoB100. Akhirnya, beberapa triasilgiserol akan dipindahkan dari VLDL ke HDL bersamaan dengan transfer kolesteril ester dari HDL ke VLDL. Pertukaran ini dilakukan melalui Cholesteryl Ester Transport Protein (CETP). Dengan modifikasi ini, VLDL diubah menjadi LDL di dalam plasma. Partikel yang berukuran sedang, yakni lipoprotein berdensitas sedang (IDL, intermediatedensity-lipoproteins) atau sisa VLDL, ditemukan selama proses transisi ini. IDL juga dapat diambil oleh sel melalui endositosis. Terdapat tiga bentuk isomer ApoE, yaitu E2 (paling jarang), E3 (paling sering), dan E4. Partikel LDL mengandung lebih sedikit trigliserida bila dibandingkan dengan pendahulunya (VLDL), dan memiliki konsentrasi kolesterol dan kolesteril ester yang tinggi. Fungsi utama partikel LDL adalah menyediakan kolesterol untuk jaringan perifer (atau mengembalikannya ke hati). Hal ini dapat dilakukan dengan cara berikatan pada reseptor LDL di permukaan membran sel yang mengenali ApoB100 (tetapi bukan ApoB48). Karena reseptor LDL juga berikatan dengan apo E, reseptor ini juga dikenal sebagai reseptor ApoB100/Apo E. 21

15 Mekanisme endositosis yang serupa dengan yang diperantarai oleh reseptor, digunakan dalam pengambilan dan degradasi selular sisa kilomikron dan IDL di hati. Reseptor LDL merupakan glikoprotein bermuatan negatif yang berkumpul di cekungan membran sel. Sisi cekungan dibagian dalam sel diselubungi dengan protein klatrin, yang menstabilkan bentuk cekungan. Setelah berikatan, kompleks reseptor-ldl diendositosis. Vesikel yang mengandung LDL dengan cepat kehilangan selubung klatrinnya dan bersatu dengan vesikel lain yang sama untuk membentuk vesikel yang lebih besar yang disebut dengan endosom. LDL terpisah dari reseptornya. Reseptor kemudian bermigrasi ke salah satu sisi endosom, sementara LDL tetap bebas di dalam lumen vesikel yang disebut dengan CURL (Compartment for Uncoupling of Receptors and Ligand). Reseptor dapat didaur ulang, sementara sisa lipoprotein di dalam vesikel akan dipindahkan ke lisosom dan didegradasi oleh asam hidrolase lisosom, yang melepaskan kolesterol bebas, asam amino, asam lemak, dan fosfolipid. Senyawa ini dapat digunakan kembali oleh sel. 22

16 Gambar 2.4. Pengambilan ulang dan degradasi LDL dalam sel (Sumber : Lippincott s Illustrated Reviews Biokimia. 2014; edisi 6) Kolesterol yang berasal dari sisi kilomikron, IDL, dan LDL akan mempengaruhi kandungan kolesterol selular melalui beberapa cara. Pertama, HMG-KoA reduktase dihambat oleh kadar kolesterol yang tinggi, sehingga sintesis kolesterol de novo menurun. Kedua, sintesis protein reseptor LDL yang baru akan berkurang akibat penurunan ekspresi gen reseptor LDL sehingga membatasi masuknya LDL kolesterol selanjutnya ke dalam sel. Pengaturan gen reseptor LDL melibatkan unsur SRE dan SREBP-2 yang terlibat dalam regulasi gen HMG KoA reduktase. Keadaan ini memungkinkan pengaturan ekspresi protein yang terkoordinasi. Ketiga, jika kolesterol tidak dibutuhkan segera untuk 23

17 tujuan sinesis atau struktural, kolesterol akan diesterifikasi oleh Acyl CoA Cholesterol Acyltransferase (ACAT). ACAT akan memindahkan asam lemak dari derivat lemak asil KoA menjadi kolesterol sehingga menghasilkan kolesteril ester yang dapat disimpan di dalam sel. Aktivitas ACAT diperkuat dengan adanya peningkatan kolesterol di dalam sel. Gambar 2.5. Metabolisme HDL dan kolesterol (Sumber : Lehninger s Principles of Biochemistry. 2004; edisi 4) HDL terdiri dari kelompok lipoprotein heterogen dengan proses metabolisme yang kompleks dan sampai sekarang belum sepenuhnya dipahami. Partikel HDL terbentuk dalam darah dengan penambahan lipid untuk ApoA1, sebuah apolipoprotein dibuat oleh hati dan usus, dan disekresi ke dalam darah. ApoA1 menyumbang sekitar 70% dari apolipoprotein di HDL. HDL mempunyai sejumlah fungsi yang penting, meliputi hal-hal berikut ini: 1. HDL merupakan tempat penyimpanan apolipoprotein. Partikel HDL berperan sebagai tempat penampungan ApoC2 yang bersirkulasi. 24

18 (apolipoprotein yang dipindahkan ke VLDL dan kilomikron yang diperantarai oleh reseptor). 2. HDL berperan dalam pengambilan kolesterol yang tidak teresterifikasi. HDL nascent merupakan partikel berbentuk cakram yang terutama mengandung fosfolipid (sebagian besar fosfatidilkolin) dan apolipoprotein A, C, dan E. HDL mengambil kolesterol dari jaringan nonhepatik (jaringan perifer) dan mengembalikannya kepada hati sebagai kolesteril ester. Partikel HDL adalah akseptor yang sangat baik untuk kolesterol yang tidak teresterifikasi. 3. HDL berperan dalam esterifikasi kolesterol. Pada saat kolesterol diambil oleh HDL, kolesterol akan segera diesterifikasi oleh enzim plasma lesitin kolesterol asiltransferase (LCAT, yang juga dikenal sebagai PCAT, dengan P merupakan singkatan dari fosfatidilkolin yang merupakan sumber asam lemak) di dalam plasma. Enzim ini disintesis dan disekresi oleh hati. LCAT akan berikatan dengan HDL nascent, dan diaktivasi oleh apoa1. LCAT akan memindahkan asam lemak dari karbon 2 fosfatidilkolin ke kolesterol. Proses ini menghasilkan kolesteril ester hidrofobik, yang akan mengalami sekuestrasi di dalam inti HDL, dan lisofosfatidilkolin, yang berikatan dengan albumin. Ketika HDL nascent yang berbentuk cakram (diskoid) itu menimbun kolesteril ester, maka pertama-tama molekul HDL akan berubah bentuk menjadi bundar (sferis) yaitu HDL 3 yang miskin kolesteril ester dan akhirnya partikel HDL 2 yang kaya akan kolesteril ester dan membawa senyawa ester ini ke hati. CETP akan menggerakkan sebagian kolesteril 25

19 ester dari HDL ke VLDL untuk ditukar dengan trigliserida sehingga mengurangi inhibisi produk LCAT. Karena VLDL dikatabolisir menjadi LDL, maka kolesteril ester yang ditukarkan dengan trigliserida pada akhirnya akan diambil oleh hati. 4. HDL berperan dalam pembalikan transpor kolesterol: Proses pemindahan kolesterol yang selektif dari sel perifer ke HDL, dan dari HDL ke hati untuk sintesis asam empedu atau pembuangan melalui empedu, dan ke sel steroidogenik untuk mensintesis hormon, merupakan komponen kunci homeostatis kolesterol. Hal ini, sebagiannya, merupakan dasar untuk hubungan kebalikan antara kadar HDL plasma dan aterosklerosis, dan untuk menggambarkan HDL sebagai pembawa kolesterol yang baik. Pembalikan transpor kolesterol melibatkan pengeluaran kolesterol dari sel perifer ke HDL, esterifikasi kolesterol oleh LCAT, pengikatan kolesteril ester yang kaya HDL (HDL2) ke hati dan sel steroidogenik, pemindahan selektif kolesteril ester ke dalam sel, dan pelepasan HDL (HDL3) yang menghabiskan lipid (HDL3). Efluks (aliran keluar) kolesterol dari sel perifer diperantarai (dapat) sebagian, oleh protein pembawa. Pengambilan kolesteril ester oleh hati diperantarai oleh reseptor permukaan sel yaitu SR-B1 (scavenger receptor class B type 1) yang mengikat HDL. Partikel HDL sendiri tidak diambil, sebaliknya akan terdapat pengambilan kolesteril ester yang selektif dari partikel HDL. Enzim lipase hepatik dengan kemampuannya untuk menguraikan trigliserida dan fosfolipid, juga turut serta dalam proses konversi HDL2 menjadi HDL3. 26

20 Gambar 2.6. Lipoprotein dan pengangkutan lipid (Sumber : Lehninger s Principles of Biochemistry. 2004; edisi 4) Apolipoprotein A5 Apolipoprotein A5 merupakan apolipoprotein yang ditemukan oleh Pennacchio et al (2001), dan Van der Vliet et al, sebagai klaster gen yang baru selain ApoA1/ApoC3/ApoA4 di kromosom 11q23. Apolipoprotein ini merupakan protein yang baru kelas apolipoprotein A. ApoAV atau ApoA5 merupakan protein yang diskresikan di hepar dan terdapat di dalam serum manusia, dan digabungkan dengan partikel lipoprotein yang spesifik (Garelnabi et al, 2013; Li et al, 2010). ApoA5 dideteksi di VLDL, HDL dan kilomokron. Kadar serum ApoA5 di plasma darah lebih rendah dibandingkan apolipoprotein lainnya. 27

21 Gen ApoA5 terletak di 11q23 kromosom manusia, (Li et al, 2010) memiliki 4 ekson yang mengkode 366 asam amino, berdekatan dengan klaster gen ApoA1/C3/A4 (Song et al, 2013). Ekspresi ApoA5 diregulasi oleh peroxisome proliferator-activated receptor-α (PPAR-α), retinoic acid receptor related orphan receptor-α (ROR-V) -1, 4 dan liver receptor ligands (LXR) yang akan mengaktifkan faktor transkripsi (Maasz et al, 2007). Sejak ditemukan ApoA5, dinyatakan bahwa ApoA5 sebagai kunci dalam pengaturan trigliserida (Garelnabi et al, 2013). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa gen ApoA5 lebih sering dihubungkan dengan trigliserida (Zaki et al, 2013). Telah diteliti bahwa ApoA5 transgenik manusia ke tikus telah menurunkan trigliserida dan pengambilan gen ApoA5 pada tikus telah meningkatkan kadar trigliserida (Li et al, 2010). Adenovirus-mediated yang mengekspresikan banyak ApoA5 dihubungkan dengan penurunan kadar trigliserida. Van der Vliet dan tim kerjanya menunjukkan bahwa tikus dengan ekspresi yang lebih dari ApoA5 adenoviral menunjukkan adanya pengurangan kadar trigliserida sebanyak 70% ketika dibandingkan dengan tikus liar. Penurunan kadar trigliserida ini dilengkapi dengan penurunan trigliserida di VLDL. Hasil ini mengindikasikan dengan kuat adanya hubungan terbalik antara ApoA5 dan kadar trigliserida, dan karenanya adanya kekurangan dari fungsi ApoA5 merupakan faktor resiko hipertrigliseridemia (Garelnabi et al, 2013). ApoA5 memiliki efek awal terhadap trigliserida dengan memodulasi aktivitas lipoprotein lipase (LPL). ApoA5 dihubungkan dengan kilomikron, 28

22 VLDL, HDL, tetapi tidak dengan LDL. Distribusi ApoA5 di lipoprotein sama dengan ApoC3, yang diperkirakan menghambat kerja dari LPL. Walaupun kerja ApoA5 dan ApoC3 berlawanan, mereka bekerja secara terpisah dalam mengatur kadar trigliserida (Garelnabi et al, 2013). Saat ini telah dikenal setidaknya 36 single-nucleotide polymorphism (SNPs) gen ApoA5. Minor alel beberapa SNPs di lokus gen ApoA5 manusia telah dinyatakan berhubungan secara signifikan dengan kadar trigliserida pada beberapa populasi, walaupun hasilnya tidak selalu konsisten pada beberapa etnis (Li et al, 2010). Polimorfisme -1131T>C gen ApoA5 telah diteliti pada populasi yang berbeda, dengan adanya efek terhadap kadar trigliserida. Alel -1131C telah ditemukan memiliki hubungan dengan peningkatan trigliserida pada beberapa populasi etnik dan dengan kondisi penyakit seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Rata-rata peningkatan trigliserida yang dirangsang oleh gen ApoA5 pada anak-anak Kaukasian lebih rendah daripada anak-anak Asia (Zaki et al, 2013) Mekanisme kerja apolipoprotein A5 mengatur trigliserida Sejak dari penemuan ApoA5, para peneliti telah berusaha menelaah mekanisme molekuler bagaimana ApoA5 mengatur trigliserida. Walaupun mekanisme kerja ApoA5 masih diperdebatkan, secara umum ada 2 teori yang menggambarkan bagaimana ApoA5 mengatur trigliserida : (1). ApoA5 meningkatkan katabolisme lipoprotein kaya trigliserida dengan LPL atau (2). ApoA5 menghambat produksi VLDL. Untuk mendukung teori pertama, Merked et al menegaskan bahwa reduksi trigliserida adalah hasil dari ApoA5 yang 29

23 meningkatkan kerja hidrolisis VLDL dan atau kilomikron oleh LPL. Dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa ApoA5 tidak memiliki efek dalam kecepatan hidrolisis LPL ketika proteoglikan tidak ada. Ditemukan bahwa meningkatnya aktifitas LPL akan memperbaiki hipertrigliseridemia kembali ke normal pada tikus dengan defisiensi ApoA5, dan ekspresi yang berlebih dari ApoA5 hanya memberikan sedikit efek dalam mengatur kadar trigliserida ketika terjadi pengurangan LPL. Teori oleh Weiberg et al (2003), menyatakan bahwa struktur kimia ApoA5 yang menyebabkan ApoA5 dapat mengatur kadar trigliserida. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan kecepatan penggabungan dan sekresi partikel VLDL. Analisa kimia menunjukkan bahwa ApoA5 memiliki afinitas yang lebih tinggi, elastisitas yang lebih rendah, dan kinetik ikatan hidrofobik antar permukaan yang lebih rendah. Hal ini mendukung bahwa ApoA5 dapat menekan produksi VLDL. 30

24 Gambar 2.7. Peranan Apolipoprotein A5 dalam pengaturan trigliserida (Sumber : Clinical Biochemistry.2013;46:12) Pada penelitian yang lain oleh Schaap et al (2004), muncul penemuan yang mendukung kedua teori sebelumnya. Tikus yang mendapat perlakuan transfer gen murin ApoA5 (Ad-ApoA5) melalui adenovirus menunjukkan reduksi dosis yang tergantung kecepatan produksi VLDL-trigliserida sebesar 29-37% tetapi tidak mempengaruhi penggabungan VLDL. Selain itu juga ditemukan penurunan dosis trigliserida sebesar 68-88% setelah pemberian lemak pada Ad-ApoA5 tikus yang mendapat perlakuan menunjukkan indikasi adanya stimulasi LPL oleh ApoA5 untuk menghilangkan lipoprotein kaya trigliserida. Terlebih lagi, tikus yang mendapat perlakuan Ad-ApoA5 dapat menghilangkan dengan cepat emulsi VLDL kaya dengan yang mirip trigliserida, yang dimasukkan secara intravena, dengan peningkatan pengambilan trigliserida derivat asam lemak. Semua ini mendukung 31

25 reduksi ApoA5 terhadap trigliserida dengan menghambat produksi VLDL dan stimulasi LPL yang diperantarai katabolisme lipoprotein Polimorfisme apolipoprotein A5 Variasi gen ApoA5 telah dilaporkan mempengaruhi parameter lipid. Sejumlah polimorfisme gen ApoA5 dinyatakan memiliki peranan dalam predisposisi hiperlipidemia (Zaki et al, 2013). Single nucleotide polymorphisms (SNPs) merupakan tipe variasi genetik yang paling umum. Hal ini merupakan sekuens DNA nukleotida tunggal yang berbeda antar spesies makhluk hidup atau pada pasangan kromosom suatu individu. Polimorfisme ApoA5-1131T>C (rs662799) merupakan salah satu bentuk SNPs ApoA5 yang terletak pada area promotor. Lokus ApoA1/ApoC3/ApoA4/ApoA5 merupakan lokus yang paling sering diteliti oleh genome-wide association studies (GWAS). Lokus tersebut berhubungan dengan kadar trigliserida, HDL, dan kolesterol total. Ada 3 haplotipe yang paling sering dihubungkan dengan gen ApoA5, yaitu APOA5*1, ApoA5*2, dan ApoA5*3. Termasuk di dalamnya 5 tipe SNPs ApoA5 yang lain, yaitu T>C, c.-3a>g, c.56c>g (S19W), IVS3+476G>A, dan c.1259t>c. ApoA5*1 mewakili haplotipe alel yang sering dari kelima SNPs. Haploptipe kedua yaitu ApoA5*2, terdiri dari SNP alel yang sering (56C>G) dan 4 alel yang jarang (-1131T>C, -3A>G, IVS +476G>A, dan 1259TC). ApoA5*3 merupakan bentuk kebalikan dari ApoA5*2 yaitu SNP 56C>G sebagai alel yang jarang dan keempat alel lain (-1131T>C, -3A>G, IVS +476G>A, dan 1259TC) sebagai alel 32

26 yang sering ditemui. Frekuensi haplotipe ini pada populasi Kaukasian sebanyak 69% untuk ApoA5*1 dan 4% untuk ApoA5*2 dan ApoA5*3. Kepentingan klinis dan hubungan SNP, ApoA5*2 dan ApoA5*3 dengan metabolisme trigliserida, yaitu bahwa kedua alel yang jarang tersebut dinyatakan menaikkan kadar trigliserida. Perubahan dalam basa nukleotida terbukti menghasilkan perubahan dalam sekuens asam amino ApoA5 yang akhirnya akan mengarah pada modifikasi morfologi. Polimorfisme ApoA5-1131T>C terletak pada area promotor yaitu sebelum promotor proksimal dan mempengaruhi transkripsi protein ApoA5 (Talmud et al, 2002). Hal ini akan mengurangi kecepatan translasi mrna ApoA5, dan mengakibatkan penurunan kadar ApoA5 dalam plasma, yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan kadar trigliserida (Zhao et al, 2010). Sehingga dinyatakan bahwa polimorfisme ApoA5-1131T>C menyebabkan disfungsi atau pengurangan aktivitas protein ApoA5, sehingga fungsi dari produk ApoA5 akhir berubah, terjadi peningkatan kadar trigliserida (Garelnabi et al, 2013). 33

27 2.5 Kerangka Teori Sindroma Metabolik Kadar Gula Darah TD systole TD diastole Trigliserida HDL kolesterol Obesitas sentral Katabolisme lipoprotein oleh LPL Fungsi Apolipoprotein A5 Produksi VLDL Polimorfisme IVS +476G>A -3A>G T>C 1259TC 56C>G Gambar 2.8. Kerangka Teori 34

Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl

Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl (ditambah lipid tambahan yang dibuat dalam sel-sel ini)

Lebih terperinci

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1 LIPOPROTEIN Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR Ana Andriana 1 PENDAHULUAN Lipoprotein menjadi alat transport Trigliserida dan kolesterol diantara organ dan jaringan. Gangguan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan keadaan yang terjadi akibat kadar kolesterol dan/atau trigliserida meningkat melebihi batas normal (Price & Wilson, 2006). Parameter

Lebih terperinci

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat 1.1 Pengertian Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yaitu kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia terbagi atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia terbagi atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia 2.1.1 Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia terbagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan organ yang sangat vital bagi tubuh. Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah yang dialirkan oleh jantung. Jantung memiliki peran yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aerobik Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyakbanyaknya. Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Pendahuluan Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid merupakan lipid utama di tubuh Trigliserida didistribusikan ke dalam otot sebagai sumber energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM GANGGUAN METABOLISME LEMAK. Novina Aryanti, dr SpPK Departemen Patologi Klinik FK UWK-Surabaya

PEMERIKSAAN LABORATORIUM GANGGUAN METABOLISME LEMAK. Novina Aryanti, dr SpPK Departemen Patologi Klinik FK UWK-Surabaya PEMERIKSAAN LABORATORIUM GANGGUAN METABOLISME LEMAK Novina Aryanti, dr SpPK Departemen Patologi Klinik FK UWK-Surabaya 1 PENDAHULUAN Mengapa mempelajari lemak darah? Penting dalam PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipoprotein 2.1.1 Definisi Lipoprotein Lipoprotein adalah berbagai jenis kompleks lipid-protein yang berfungsi sebagai transport lipid di dalam darah. Partikel lipoprotein

Lebih terperinci

Dislipidemia. Ema Rachmawati

Dislipidemia. Ema Rachmawati Dislipidemia Ema Rachmawati Kolesterol dan metabolisme lipoprotein Kolesterol Merupakan prekursor garam empedu dan hormon Dapat diperoleh dari makanan (eksogen) maupun sintesis de novo di hati (endogen)

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin disertai abnormalitas fungsi dan deposisi lemak. Sindroma metabolik menjadi faktor risiko penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolesterol tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. (2009) menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLIMORFISME GEN APOLIPOPROTEIN A5-1131T>C dengan KADAR TRIGLISERIDA pada SINDROMA METABOLIK

HUBUNGAN POLIMORFISME GEN APOLIPOPROTEIN A5-1131T>C dengan KADAR TRIGLISERIDA pada SINDROMA METABOLIK HUBUNGAN POLIMORFISME GEN APOLIPOPROTEIN A5-1131T>C dengan KADAR TRIGLISERIDA pada SINDROMA METABOLIK OLEH : CHRISTINE VERAWATY SIBUEA 107008007 PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan bahwa 30% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dengan jumlah 17 juta kematian pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lemak Istilah lemak digunakan pada suatu golongan senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik dan tidak mudah larut dalam air. Lemak dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan

Lebih terperinci

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Kolesterol merupakan produk met.hewan, oleh karena itu terdapat pada semua makanan yg berasal dari jaringan hewan seperti: kuning telur, daging, hati dan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian di negara-negara maju maupun negara berkembang. 10,14

Lebih terperinci

3. PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN LIPID PENGANGKUTAN LIPID DALAM PLASMA DARAH

3. PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN LIPID PENGANGKUTAN LIPID DALAM PLASMA DARAH METABOLISME LIPID 2 3. PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN LIPID PENGANGKUTAN LIPID DALAM PLASMA DARAH Lipid adalah suatu zat hidrofobik, sedangkan plasma darah adalah lingkungan aqueus (air). Hal tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Lingkar Pinggang 2.1.1. Defenisi Lingkar Pinggang Lingkar pinggang merupakan metode pengukuran skrining terhadap lemak viseral dalam tubuh yang berkaitan dengan peningkatan risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Definisi dan Fungsi Lipid Lipid ialah senyawa organik yang memiliki sifat tidak larut dalam air, dan dapat diekstraksi oleh larutan organik nonpolar. Lipid merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara berkembang yang memiliki berbagai variasi penyakit menular dan tidak menular. Penyakit jantung merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing BAB V PEMBAHASAN Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 11. Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian STZ yang

Lebih terperinci

METABOLISME LIPID. Ani Retno Prijanti. FKUI 3 September 2008

METABOLISME LIPID. Ani Retno Prijanti. FKUI 3 September 2008 METABOLISME LIPID Ani Retno Prijanti Kuliah Modul Metabolik Endokrin FKUI 3 September 2008 Overview metabolisme lipid Oksidasi asam lemak Sintesis asam lemak Sintesis kolesterol Transportasi lipid OKSIDASI-ß

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Asupan Makanan dan Minuman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Asupan Makanan dan Minuman 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Asupan Makanan dan Minuman Kelompok yang mendapat teh hijau, baik TLT mau pun TLTA secara kualitatif mengkonsumsi lebih sedikit makanan yang diberikan dibanding kelompok S dan TL.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan penyebab utama aterosklerosis dan penyakit yang berkaitan dengan aterosklerosis, penyakit serebrovaskular iskemia, dan penyakit pembuluh

Lebih terperinci

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Metabolisme Lipid Metabolisme LIPID Metabolisme LIPID Degradasi Lipid Oksidasi asam lemak Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Biosintesis Lipid Biosintesis asam lemak Biosintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dengan mengambil sampel dari pasien hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Panjatan 1, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia 2.1.1 Definisi Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi, klasifikasi, dan fungsi lipid. dan dipergunakan dalam metabolisme tubuh 12.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi, klasifikasi, dan fungsi lipid. dan dipergunakan dalam metabolisme tubuh 12. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Definisi, klasifikasi, dan fungsi lipid Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak, steroid, malam (wax), dan senyawa-senyawa lain yang terkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi obesitas merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. LIPID DAN LIPOPROTEIN Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh untuk VLDL, IDL, dan LDL mengandung Apo B 100, sedang Apo B48 ditemukan pada kilomikron.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel 52 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel hamil dengan preeklamsi, dipakai sebagai kelompok kasus dan 33 sampel hamil

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Sifat umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dislipidemia II.1.1 Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Tanaman Seledri Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan yang berhubungan dengan kesehatan manusia dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan yang berhubungan dengan kesehatan manusia dapat terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan era globalisasi yang terjadi saat ini membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan. Perubahan tersebut terjadi karena derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena adanya suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lipoprotein merupakan suatu makrosomal berbentuk bola, bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lipoprotein merupakan suatu makrosomal berbentuk bola, bagian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LIPID DAN LIPOPROTEIN Lipoprotein merupakan suatu makrosomal berbentuk bola, bagian dalamnya terdiri dari trigliserida dan kolesterol ester, yang dikelilingi oleh bagian permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahun. Menurut WHO pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes

Lebih terperinci